• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan teknologi self compacting concrete (SCC) dalam pembuatan dinding panel beton berlubang untuk mendapatkan dinding panel yang ringan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan teknologi self compacting concrete (SCC) dalam pembuatan dinding panel beton berlubang untuk mendapatkan dinding panel yang ringan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Hibanh Bersaing tahun II: Pemanfaatan teknologi self compacting concrete (scc) dalam pembuatan dinding panel beton berlubang untuk mendapatkan dinding panel yang ringan

64

Daftar pustaka

--- , 2005), Self-compacting concrete (SCC), British Concrete Cement, United

Kingdom

Annual Book ASTM, 2002., American standard testing materials,

BSN, 2002. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan

Gedung SNI – 1726 – 2002, Badan Standarisasi Nasional, Bandung.

Departemen Pekerjaan Umum, 1990, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton

Normal (SK.SNI.T-15-1990-03), Yayasan LPMB, Bandung

Dewobroto, W., 2005. Evaluasi Kinerja Bangunan Baja Tahan Gempa dengan SAP

2000, Jurnal Teknik Sipil, Vol 3 No.1, Universitas Pelita Harapan, Jakarta.

Hatta, M.N, 2004, Uji Kuat Lentur Dinding Panel Hardflex Dan Styrofoam Dengan

Tulangan Bambu, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Hoedajanto, W, dkk, 2007). Kajian eksperimental kinerja panel lantai dan panel dinding

habel, Seminar dan Pameran HAKI.

Nordic Innovation Centre, 2005 Self-Compacting Concrete: Test Methods For SCC,

Danish Technological Institute, Denmark

Okamura, H., dan Ouchi, M., (2003), Self Compacting Concrete (invited paper), Journal

of Advanced Concrete Technology.

Pardi, 2007, Tinjauan Kuat Lentur Dinding Panel Batu Apung, Tugas Akhir, Jurusan

Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Prajitno, H., 2007, Sika ViscoCrete sebagai dispersan untuk self compacting concrete,

Konferensi Nasional teknik Sipil I, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.

Samekto, W., dan Rahmadiyanto, C., 2001 Teknologi Beton, Penerbit Kanisius,

Yogyakarta.

Setiawan, B., 2009, Pemanfaatan teknologi self compacting concrete (scc) dalam

pembuatan dinding panel beton berlubang untuk mendapatkan dinding panel

yang ringan, Penelitian hibah bersaing, DP2M, DIKTI

Solikin, 2007, Diagram Interaksi Kolom pada Bangunan Perumahan di wilayah Surakarta

(2)

Laporan Hibanh Bersaing tahun II: Pemanfaatan teknologi self compacting concrete (scc) dalam pembuatan dinding panel beton berlubang untuk mendapatkan dinding panel yang ringan

65

Subakti, A., 1995, Teknologi beton dalam praktek, Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITS,

Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Tjokrodimuljo, K., 1996. Teknologi Beton, Nafiri, Yogyakarta.

Subramanian. N., 2010, BURJ KHALIFA, WORLD.S TALLEST STRUCTURE, New

Building Materials and Construction World, Vol. 15, India

Winter, G., Nilson A., 1983. Perencanaan Struktur Beton Bertulang. PT. Pradnya

Paramita, Jakarta.

Standar Nasional Indonesia, 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk

(3)
(4)

ix

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ii

RINGKASAN DAN SUMMARY iii

PRAKATA vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR TABEL xiii DAFTAR LAMPIRAN xiv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Perumusan Masalah ……… 5

C. Lingkup Pembahasan ……….. 5

BAB II. STUDI PUSTAKA A. Beban Gempa Pada Struktur Bangunan ………. 7

B. Dinding Beton Berongga ……… 8

C. Self Compacting Concrete ……….. 9

D. Mortar Beton ……….. 14

E. Dinding Beton ………. 16

F. Pengujian Lentur Dinding Panel ………. 17

BABA III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ……… 19

B. Manfaat Penelitian ……….. 19

BAB IV. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ………. 21

B. Ketebalan Sekat Dinding Panel ……….. 27

C. Bahan Penelitian ………. 29

D. Peralatan Penelitian ……… 33

E. Rancangan Campuran Mortar ………. 38

F. Benda Uji Penelitian ……… 40

(5)

H. Standar Pengujian ……… 45 BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengujian Material ……….. 46 B. Rancangan Campuran Mortar ……….. 47 C. Hasil Pengujian Karakteristik Dinding Panel ……….. 49 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……….. 61 B. Saran ………. 62 DAFTAR PUSTAKA

(6)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Pengujian mortar flow test 11

Gambar II.2. Ukuran standar alat uji mortar flow test 11 Gambar II.3. Ukuran standar alat L Box-shapes 12 Gambar II.4. Gambar pengujian L Box-shapes 13

Gambar II.5. Gambar alat uji mortar funnel test 14

Gambar II.6. Pengujian lentur 17

Gambar. IV.1. Variasi bentuk lubang dinding panel penelitian tahun I 21 Gambar IV.2. Dimensi dan potongan melintang satu unit dinding panel berlubang 22 Gambar IV.3. Bagan alir penelitian dinding panel berlubang 24 Gambar IV.4. Tiga buah bentuk sekat dinding panel rencana penelitian tahun II 28 Gambar IV.5. Semen Portland jenis I merk Gresik 30

Gambar IV.6. Pasir untuk penelitian 30

Gambar IV.7. Kawat kasa yang dipakai untuk penelitian 31 Gambar IV.8. Superplaticizer yang digunakan untuk penelitian 32 Gambar IV.9. Salah begisting benda uji yang dipakai untuk penelitian 32 Gambar IV.10. Gelas ukur dalam penelitian 33 Gambar IV.11. Ayakan untuk agregat halus 34

Gambar IV.12. Timbangan 34

Gambar IV.13. Kerucut terpancung 35

Gambar IV.14. Cetakan kubus beton 35

Gambar IV.15. Oven 36

Gambar IV.16. Desicator 36

Gambar IV.17. Molen 37

(7)
(8)

x

DAFTAR TABEL

Tabel II.1. Persyaratan fisis bata beton ……… 17

Tabel IV.1. Berat per m3 rencana variasi dinding panel beton berlubang ……… 28

Tabel IV.2. Benda uji penelitian ……….. 41

Tabel IV.3. Standar penelitian pengujian bahan dan benda uji ……….. 45

Tabel V.1. Sifat-sifat fisik agregat halus ... 46

Tabel V.2. Kebutuhan material mortar self-compacting concrete ……….. 48

Tabel V.3. Pengukuran deformability mortar self compacting concrete ……… 51

Tabel V.4. Hasil uji kuat tekan kubus mortar beton ……… 52

Tabel V.5. Hasil pengujian serapan air dinding panel ………. 53

Tabel V.6. Hasil pengujian berat satuan dinding panel ………... 55

Tabel V.7. Hasil pengujian kuat lentur dinding panel ………. 56

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal. Lampiran 1 Uji Lentur Dinding Panel Type 1 No. 1 L-1 Lampiran 2 Uji Lentur Dinding Panel Type 1 No. 2 L-2 Lampiran 3 Uji Lentur Dinding Panel Type 1 No. 3 L-3 Lampiran 4 Uji Lentur Dinding Panel Type 2 No. 1 L-4 Lampiran 5 Uji Lentur Dinding Panel Type 2 No. 2 L-5 Lampiran 6 Uji Lentur Dinding Panel Type 2 No. 3 L-6 Lampiran 7 Uji Lentur Dinding Panel Type 3 No. 1 L-7 Lampiran 8 Uji Lentur Dinding Panel Type 3 No. 2 L-8 Lampiran 9 Uji Lentur Dinding Panel Type 3 No. 3 L-9

(10)

Ringkasan

Pemanfaatan Teknologi Self Compacting Concrete (SCC) Dalam Pembuatan

Dinding Panel Beton Berlubang untuk Mendapatkan Dinding Panel yang Ringan

Dalam dunia konstruksi, saat ini beton merupakan pilihan utama sebagai bahan

konstruksi karena banyaknya keunggulan yang dimiliki. Disamping keunggulan yang

dimiliki, kelemahan beton sebagai bahan konstruksi adalah diperlukannya waktu yang

cukup lama untuk mencapai kekuatan awal dan berat sendiri yang cukup besar. Salah

satu cara mengatasi kelemahan tersebut adalah dengan menggunakan beton pracetak dan

pemakaian beton yang ringan. Pemakaian beton pracetak yang ringan akan sangat

bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan

meningkatkan keamanan bangunana gedung terhadap bahaya gempa. Kepedulian

terhadap bahaya gempa tersebut disebabkan Indonesia adalah Negara yang terletak di

daerah yang sering dilanda gempa-gempa besar.

Salah satu bagian yang selalu diperlukan pada bangunan gedung adalah dinding.

Meskipun dinding merupakan komponen non struktur pada bangunan bertingkat,

dinding merupakan beban yang harus dipikul oleh elemen-elemen struktur sehingga

berat dinding berpengaruh terhadap perencanaan dimensi elemen struktur.

Penelitian ini bertujuan menghasilkan teknologi pembuatan dinding beton pracetak

ringan, dengan cara cara memberikan rongga atau lubang pada penampang memanjang

beton (sistem sarang lebah), dan mengkaji kelayakannya sebagai bahan dinding .

Pembuatan beton pracetak ringan dengan rongga-rongga tipis di dalamnya saat ini

mungkin dilaksanakan mengingat telah ditemukannya teknologi self compacting

concrete (SCC) yaitu beton tanpa kerikil dengan pemadatan mandiri.

Penelitian tahun pertama menghasilkan kesimpulan bentuk sekat dinding panel dan

rancangan campuran beton yang paling sesuai untuk pembuatan dinding panel beton

berlubang. Berdasarkan hasil penelitian tahun pertama tersebut dilakukan penelitian

lanjutan mengenai variasi ketebalan sekat dinding panel untuk menghasilkan dinding

panel beton berlubang yang paling optimum sebagai bahan dinding.

Pengujian yang dilakukan dalam penelitian dinding panel beton berlubang terdiri dari

(11)

Pengujian mortar beton segar berupa mortar flow test, sedangkan pengujian mortar

beton yang telah mengeras berupa: kuat tekan mortar beton, uji serapan air dinding

panel, uji berat volume dinding panel, dan uji kuat lentur dinding panel. Pengujian beton

mengeras dilakukan setelah dinding panel dirawat selama 28 hari.

Pengujian berat volume dan pengujian kuat lentur dinding panel dilakukan terhadap 3

buah variasi ketebalan sekat potongan melintang dinding panel.

Rancangan campuran beton self compacting concrete (SCC) dibuat dengan rasio pasir

dan semen sebesar 2,75 sedangkan faktor air semen sebesar 0,45. Hasil uji kuat tekan

mortar beton menunjukkan besarnya kuat tekan adalah 31,4 MPa, lebih tinggi dari syarat

kuat tekan beton untuk daerah gempa. Serapan air dinding panel beton berlubang

diperoleh sebesar 1,12% sangat rendah jika dibandingkan syarat serapan air dinding

beton.

Hasil pengujian kuat lentur menunjukkan dinding panel beton berlubang variasi I

sebesar 4,10 kg/m2; dinding panel variasi II sebesar 7,32 kg/m2; dan dinding panel

variasi III sebesar 10,56 kg/m2. Berat volume dinding panel beton berlubang variasi I

sebesar 652,78 kg/m3; dinding panel variasi II sebesar 847,22 kg/m3; dan dinding panel

variasi III sebesar 1.050,93 kg/m3. Berat persatuan luas dinding panel beton berlubang

variasi I sebesar 78,33 kg/cm2; dinding panel variasi II sebesar 101,67 kg/m2; dan

dinding panel variasi III sebesar 126,11 kg/m2.

Dengan data tegangan lentur dan berat volume masing-masing variasi dinding panel

tersebut, maka diperoleh panjang maksimum dinding panel adalah untuk variasi I

sebesar 2,5 m; dinding panel variasi II sebesar 2,94 m; dan dinding panel variasi III

sebesar 3,17 m.

Dengan menghitung rasio panjang dengan berat, maka diperoleh dinding panel beton

berlubang variasi I adalah yang paling optimum sebagai dinding panel beton ringan.

Dengan dinding panel variasi I tersebut, diperoleh berat persatuan luas dinding lebih

ringan 65,2% apabila dibandingkan berat persatuan luas dinding batu bata.

Berat volume dinding panel beton variasi I tersebut setara dengan beton ringan aerasi

(Aerated Lightweight Concrete/ ACL) yang dalam pembuatannya diperlukan bahan

pengembang kemudian dilakukan proses perawatan (curing) bertekanan.

Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mengetahui perilaku mekanis dinding panel dan

(12)

Summary

The utilization of Self Compacting Concrete (SCC) in producing hollow concrete

panel wall as light-weight panel wall

Concrete is widely used as construction materials, since it is an advanced construction

material comparison to other materials. However, there are some limitation in using

concrete because it needs longer period to get initial strength and its high density. To

overcome the problems, the employment of pre-cast concrete and light weight concrete

become a good solution. The pre-cast light-weight concrete gives benefit in reducing

working time and increase building safety related to earthquake load. The concern about

earthquake is due to the fact that Indonesia is located in the ‘chain of fire’ area in which

some big earthquakes frequently occur.

Wall is the prominent element in building. Although it is not a structural component, in

storied buildings wall becomes a load that must be restrained by structural elements in

the building. Therefore, the weight of the wall is closely related to the design of the

element structure.

This research aims at producing light-weight concrete wall by providing hollows on the

cross section of the concrete (bee hive system). The production of light-weight concrete

with the thin partition is enabled by the availability of self compacting concrete (SSC), a

concrete without coarse aggregate.

The result from the first year research showed the optimum type of hollow panel wall

and the optimum mix design of self compacting concrete (SSC). Based on the result this

research continues on the research about thinness variation of the partition.

In this research, there are two mainly tests, test on fresh concrete and test on hardened

concrete. Test for fresh concrete was mortar flow test and test for hardened concrete

which consists of the test of mortar concrete compressive strength, wall panel

absorption, density of the concrete wall panel and flexural strength of the concrete wall

panel. The test for hardened concrete was conducted after 28 days of curing.

Test of the density of the concrete wall panel and flexural strength of the concrete wall

(13)

conducted on the same specimens for all of the variation of hollow wall panel concrete

since all of hollow wall panel concretes used the same mix proportion.

For producing self compacting concrete the mix proportion used sand-Portland cement

ratio 2.75 and the water-cement ratio 0.45. The result showed the compressive strength

of the mortar concrete is 31.4 MPa, which is higher than the compressive strength

required for concrete in earthquake area. Besides, the water absorption of the concrete

hollow wall panel is 1.12% that lower than the requirement from standard concrete wall

absorption.

The flexural strength test of the hollow wall concrete panel shows that for variety I the

flexural strength is 4.10 kg/cm2; the flexural strength of variety II is 7.32 kg/cm2; and

that of variety III is 10.56 kg/cm2. The density of the hollow wall concrete panel are

652.78 kg/cm3 for variety I; 847.22 kg/cm3 for variety II; and 1,050.93 kg/cm3 for

variety III . Furthermore, the weight areas of the hollow wall concrete panel for each

variety are 78.33 kg/cm2; 101.67 kg/cm2; and 126.11 kg/cm2 respectively.

Based on flexural strength and the density of the hollow wall concrete panel, the

maximum length for variety I is 2.50 m, for variety I is 2.94 m, and for variety I is 3.17

m. In addition based on the length and density ratio, the variety I of hollow wall concrete

panel become the most optimum as light-weight wall concrete panel

The variety I hollow concrete wall panel gives 65.2 % reduction in comparison to the

weight-unit area of brick wall. The density of the hollow wall concrete panels is same as

Aerated Lightweight Concrete which contains same materials as that of ordinary

concrete but foam agent use as admixture and method of curing is pressure curing.

Further research should be conducted on the mechanical properties of hollow wall

concrete panels. In addition the connections system between each wall and the

(14)

Laporan Hibanh Bersaing tahun II:

Pemanfaatan teknologi self compacting concrete (scc) dalam pembuatan dinding panel beton berlubang untuk mendapatkan dinding panel yang ringan

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beton masih merupakan pilihan utama sebagai bahan konstruksi pada saat ini

karena beragam keunggulannya dibandingkan material lain. Kemudahan dalam

pengerjaannya, kekuatan yang semakin tinggi dalam memikul beban dan durabilitas

yang baik menjadikan beton sebagai pilihan utama untuk bahan konstruksi. Menara

tertinggi di dunia yang baru saja dioperasikan, Burj Khalifa, juga menggunakan struktur

beton bertulang sebagai bahan konstruksinya (Subramanian, 2010). Disamping berbagai

keunggulannya beton memiliki kelemahan seperti, berat struktur yang besar dan sifat

getas (britel) yang dimilikinya. Sehingga masih terbuka peluang inovasi untuk

menghasilkan beton yang memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibandingkan beton yang

ada sekarang ini, seperti beton yang memiliki berat volume rendah, memiliki daktilitas

yang tinggi namun tetap ekonomis.

Kelemahan pemakaian beton sebagai bahan konstruksi dikaitkan dengan waktu

dan biaya pelaksanaannya adalah, lamanya proses pengerasan beton yaitu 28 hari.

Pekerjaan dalam urutan selanjutnya tidak dapat dikerjakan hingga beton memiliki

kekuatan awal yang cukup. Mengingat kelemahan tersebut, para ahli konstruksi

mengembangkan beton pracetak (precast), yaitu beton yang dibuat di pabrik terlebih

dahulu, kemudian diangkut di lokasi pekerjaan untuk langsung dipasang. Beton pracetak

yang diproduksi di pabrik pembuatan beton, sangat menguntungkan karena kualitasnya

lebih terstandar juga hampir seragam. Selanjutnya beton pracetak sangat

menguntungkan juga dalam meningkatkan efisiensi waktu pelaksanaan pekerjaan

(15)

Laporan Hibanh Bersaing tahun II: Pemanfaatan teknologi self compacting concrete (scc) dalam pembuatan dinding panel beton berlubang untuk mendapatkan dinding panel yang ringan

2

beton di lapangan terletak pada berkurangnya tenaga kerja yang diperlukan dalam

menghasilkan satu satuan beton (Winter,1993).

Meskipun dilihat dari sisi kualitas dan efisiensi waktu, pemakain beton pracetak

sangat menguntungkan namun terdapat kendala dalam pemakaiannya yaitu kendala

transportasi dan pemasangan. Hal ini disebabkan beton memiliki berat sendiri yang

sangat besar, berat volume beton normal sekitar 2.300 kg/m3 (Subakti, 1995), apalagi

jika ditambahkan dengan tulangan didalamnya. Selain itu beton pracetak dibuat dengan

bentuk dan ukuran sesuai peruntukannya, maka proses pemindahannya dari pabrik ke

lokasi pembangunan menjadi tidak efisien karena memerlukan kehati-hatian dan alat

transportasi yang besar dimana terkadang tidak terlayani dengan infrastruktur yang

tersedia. Pemasangan beton pracetak juga memerlukan peralatan khusus terutama untuk

konstruksi vertikal dengan ketinggian yang relatif besar.

Salah satu cara mengurangi kelemahan pemakaian beton pracetak adalah dengan

membuat konsep beton pracetak ringan. Salah satu beton pracetak ringan yang sudah

dikembangkan dan digunakan pada saat ini adalah beton ringan aerasi (Aerated

Lightweight Concrete/ ACL). Beton ringan aerasi ini dikembangkan oleh Joseph Hebel

pada tahun 1943 di Jerman (Hoedajanto, W, dkk, 2007). Bahan dasar pembuatan beton

aerasi pada dasarnya sama dengan beton biasa (kapur, pasir silica, semen, air) namun

ditambah bahan pengembang agar dimensi beton sesuai yang diinginkan namun

memiliki berat sendiri yang rendah. Proses perawatan yang digunakan adalah sistem

perawatan (curing) bertekanan.

Pemakaian material yang ringan dalam konstruksi sangat bermanfaat dalam

(16)

Laporan Hibanh Bersaing tahun II: Pemanfaatan teknologi self compacting concrete (scc) dalam pembuatan dinding panel beton berlubang untuk mendapatkan dinding panel yang ringan

3

bangunan yang terkena beban gempa sebanding dengan dengan total berat bangunan

tersebut.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki resiko tinggi terjadinya

gempa. Seperti diketahui beberapa tahun belakangan ini beberapa peristiwa gempa besar

melanda negara Indonesia. Peristiwa-peristiwa gempa itu adalah gempa dan tsunami di

Aceh (Desember 2004), gempa di Nias (2005), gempa di Yogyakarta (Mei, 2006), dan

gempa di Madina (November, 2006). Gempa terbaru yang melanda Indonesia adalah

gempa di Jawa Barat dan gempa di Padang pada tahun 2009 ini dengan jumlah korban

dan kerugian yang sangat besar. Gempa Aceh yang disertai tsunami, bahkan merupakan

gempa yang tercatat sebagai yang terbesar selama 1 abad ini setelah gempa Alaska 1964

(Sieh, dalam Dewobroto 2005). Kejadian-kejadian gempa tersebut menunjukkan bahwa

Indonesia bukan hanya terletak di daerah rawan terjadinya namun memiliki potensi

gempa yang cukup besar.

Mengingat resiko yang cukup besar tersebut maka bangunan beton bertulang

harus mampu memikul beban gempa rencana, yang ditunjukkan oleh kecukupan dimensi

elemen struktur, kecukupan jumlah tulangan dan detailing yang baik pada elemen

struktur. Sebagaimana diketahui beban gempa rencana salah satunya ditentukan oleh

berat bangunan, maka untuk memperkecil beban gempa rencana dapat dilakukan dengan

menurunkan berat bangunan gedung. Salah satu cara untuk mengurangi berat bangunan

adalah menggunakan material bangunan yang ringan, seperti genteng dari aluminium

dan partisi/ sekat bangunan dari kayu atau hardfelx.

Pada kenyataannya dinding batu bata atau batako masih merupakan pilihan

utama sebagai bahan pembuatan dinding. Meskipun memiliki berat volume yang cukup

(17)

Laporan Hibanh Bersaing tahun II: Pemanfaatan teknologi self compacting concrete (scc) dalam pembuatan dinding panel beton berlubang untuk mendapatkan dinding panel yang ringan

4

yaitu relatif kedap udara dan tahan terhadap pengaruh cuaca. Oleh karenanya,

penggantian bahan dinding dengan bahan yang lebih ringan, semestinya tetap

memperhatikan keunggulan batu bata atau batako tersebut.

Salah satu bahan dinding yang sudah dikenal saat ini dan memiliki keunggulan

seperti batu bata atau batako adalah dinding panel beton pracetak. Dinding panel beton

pracetak yang terdiri dari unit-unit kecil siap cetak memiliki keunggulan waktu

pemasangan yang cepat dan hasil yang rapi, sehingga mengurangi biaya pelaksanaan

pekerjaan. Apalagi jika dapat dihasilkan dinding panel beton yang ringan, selain

memiliki keunggulan yang telah disebutkan sebelumnya, juga sangat bermanfaat untuk

mengurangi berat bangunan. Salah satunya adalah teknologi beton ringan aerasi

(Aerated Lightweight Concrete/ ACL) seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Mengingat pembuatan beton aerasi tersebut yang cukup rumit, maka perlu

dikembangkan teknologi yang lebih sederhana untuk mendapatkan pelat beton pracetak

ringan. Salah satunya dengan cara memberikan rongga atau lubang pada penampang

memanjang beton (sistem sarang lebah). Pembuatan beton pracetak ringan dengan

rongga-rongga tipis di dalamnya saat ini mungkin dilaksanakan mengingat telah

ditemukannya teknologi self compacting concrete (SCC) yaitu beton tanpa kerikil

dengan pemadatan mandiri (Prajitno, H., 2007).

Dari hasil penelitian sebelumnya dinding panel berlubang dengan ketebalan sekat

2.5 cm memiliki berat volume sebesar 1.124,91 kg/m3 (Setyawan, 2009) dimana lebih

ringan dari berat dinding batu bata sebesar 1.400 kg/m3. Penelitian lanjutan perlu

(18)

Laporan Hibanh Bersaing tahun II: Pemanfaatan teknologi self compacting concrete (scc) dalam pembuatan dinding panel beton berlubang untuk mendapatkan dinding panel yang ringan

5

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang disebutkan di atas dapat dikemukakan permasalahan

penelitian pada tahun ke-2 adalah:

a) Bagaimanakah karakteristik rancangan campuran beton (mix design) self

compacting concrete (SCC) dengan fas (faktor air semen) = 0,45 yang

menggunakan bahan tambah (admixture) jenis superplasticizer ?

b) Berapakah besarnya ketebalan sekat dinding panel beton berongga yang paling

optimum agar dihasilkan dinding panel yang ringan.

c) Bagaimanakah material properties dinding panel beton berongga yang

dihasilkan.

C. Lingkup Pembahasan

Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan hasil penelitian dapat sebagai

acuan dalam penelitian selanjutnya, maka dilakukan pembatasan terhadap hal-hal

berikut ini :

1. Semen yang di gunakan semen Portland , jenis I semen Gresik.

2. Agregat halus berupa pasir dengan berat jenis 2.5.

3. Tulangan berupa kawat kasa berukuran 1 mm dengan ukuran lubang 10 mm.

4. Air yang dipakai, berasal dari Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil

Universitas Muhammadiyah Surakarta,

5. Nilai faktor air semen sebesar 0,45.

6. Sample penelitian berupa kubus beton ( 15 x 15 x 15 ) cm dan dinding.

7. Ukuran sample dinding (12 x 30 x 100) cm.

(19)

Laporan Hibanh Bersaing tahun II: Pemanfaatan teknologi self compacting concrete (scc) dalam pembuatan dinding panel beton berlubang untuk mendapatkan dinding panel yang ringan

6

9. Jumlah sample untuk masing-masing dinding sebanyak 3 buah.

10.Rancangan campuran mortar beton berpedoman pada ASTM C109.

11.Bahan tambah Superplasticizer yang digunakan berupa Sika Viscocrete 10

12.Rasio pasir dengan semen sebesar 2,75

Referensi

Dokumen terkait

Daging rajungan sebagaimana produk perikanan lainnya, pada perlakuan pemanasan dapat mengalami penurunan skor warna, diduga karena reaksi maillard ( browning ) antara

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kinerja SDM adalah prestasi kerja, atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM per satuan

Jumlah pelanggan selular pada tahun 2016 meningkat sebesar 16 juta pelanggan dibandingkan dengan tahun 2015 di mana ini merupakan hasil dari penawaran paket-paket menarik yang

Berdasarkan data hasil dan analisis terhadap besaran yang terdapat dalam sistem pengukuran TDS air menggunakan sensor konduktivitas dapat ditarik kesimpulan bahwa

Analisis Status Gizi Berdasarkan Indikator Gizi Dengan Metode Fuzzy C-Means Clustering;Wilujeng Hayu Nafilah, 071810101056; 2014; 26halaman; Jurusan Matematika

Fungsi ini berguna untuk menghubungkan nama sumber data ODBC dengan format.

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP)II KabupatenKebumen TahunAnggaran 2017 akan melaksanakan Pemilihan Langsung Dan Lelang Umumuntuk paketpekerjaan

G= kyat dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Total Keluarga (Studi Kasus di Desa Sumberwringin Kabupaten.. Bondowoso) di Kabupaten Bondowoso, telah diuji dan