Lampiran 1. Bagan Penelitian
I II III
s
555555555555555555mlnzkjacsadah5 2 m
KONTROL KONTROL KONTROL
T1W2 T3W1 T4W2
T4W3 T3W3
T3W1 T1W2
T2W2
T2W2
T4W3 T1WI T1W3
T1WI T4W1 T4W3
T4W1 T2W2 T1WI
T2W1 T3W3 T1W2
T1W3 T3W2 T2W1
T4W2 T1W3 T3W2
T3W1 T2W1 T3W3
T2W2 T2W3 T2W2
T3W3 T4W2 T4W1
U
S 1,6 m
29 m
0,5 m 1 m
Lampiran 3. Deskripsi Kedelai Varietas Grobogan Nama Varietas : Grobogan
SK : 238/Kpts/SR.120/3/2008
Tahun : 2008
Tetua : Pemurnian populasi Lokal Malabar Grobogan Rataan Hasil : 3,40 ton/ha
Potensi Hasil : 2,77 ton/ha
Karakter Khusus : polong masak tidak mudah pecah, dan pada saat panen daun luruh 95–100% saat panen >95% daunnya telah luruh
Tipe
pertumbuhan
: Determinate
Warna hipokotil : Ungu Warna epikotil : Ungu
Warna daun : Hijau agak tua Warna bulu
batang
: Cokelat
Warna bunga : Ungu
Warna kulit biji : Kuning muda Warna polong tua : Cokelat Warna hilum biji : Cokelat
Bentuk daun : Lanceolate Umur bunga : 30-32 hari Umur polong
masak
: ± 76 hari
Tingi tanaman : 50-60 cm Bobot biji : ± 18 g/100 biji Kandungan protein : 43,9% Kandungan lemak : 18,4%
Lampiran 4. Perhitungan Dosis Tithonia diversifolia dengan empat taraf T1= 3,2 /10.000 m2 x 5000 kg = 1,6 kg/plot
Populasi : luas lahan / jarak tanam : 10.000 m2/ 0,08 m2 : 125.000 populasi Dosis Anjuran : 5000 kg/ha
Dosis Anjuran/m2 : 5000 kg/ha : 10.000 m2/ha : 0,5 kg/m2
Dosis Anjuran/plot : 3,2 m2 x 0,5 kg/m2 : 1,6 kg/plot
T2 = 3,2 /10.000 m2 x 10.000 kg = 3,2 kg/plot
Populasi : luas lahan / jarak tanam : 10.000 m2/ 0,08 m2 : 125.000 populasi Dosis Anjuran : 10.000 kg/ha
Dosis Anjuran/m2 : 10.000 kg/ha : 10.000 m2/ha : 1 kg/m2
Dosis Anjuran/plot : 3,2 m2 x 1 kg/m2 : 3,2 kg/plot
T3= 3,2 /10.000 m2 x 15.000 kg = 4,8 kg/plot
Dosis Anjuran/m2 : 15.000 kg/ha : 10.000 m2/ha : 1,5 kg/m2
Dosis Anjuran/plot : 3,2 m2 x 1,5 kg/m2 : 4,8 kg/plot
T4 = 3,2 /10.000 m2 x 20.000 kg = 6,4 kg/plot
Populasi : luas lahan / jarak tanam : 10.000 m2/ 0,08 m2 : 125.000 populasi Dosis Anjuran : 20.000 kg/ha
Dosis Anjuran/m2 : 20.000 kg/ha : 10.000 m2/ha : 2 kg/m2
Lampiran 5. Perhitungan Dosis Pupuk Pupuk N
3,2 /10.000 m2 x 25.000 g = 8 g/plot 8 g/plot x 36 plot = 288 g/luas lahan
Populasi : luas lahan / jarak tanam : 10.000 m2/ 0,08 m2 : 125.000 populasi Dosis Anjuran : 25 kg/ha
Dosis Anjuran/m2 : 25 kg/ha : 10.000 m2/ha : 0,0025 kg/m2
Dosis Anjuran/plot : 3,2 m2 x 0,0025 kg/m2 : 8 g/plot= 288 g/luas lahan Pupuk P
3,2 /10.000 m2 x 100.000 g = 32 g/plot 32g /plot x 36 plot = 1.152 g/luas lahan
Populasi : luas lahan / jarak tanam : 10.000 m2/ 0,08 m2 : 125.000 populasi Dosis Anjuran : 100 kg/ha
Dosis Anjuran/m2 : 100 kg/ha : 10.000 m2/ha : 0,01 kg/m2
Dosis Anjuran/plot : 3,2 m2 x 0,01 kg/m2
Pupuk K
3,2 /10.000 m2 x 50.000g = 16 g/plot 16 g/plot x 36 plot = 576 g/luas lahan
Populasi : luas lahan / jarak tanam : 10.000 m2/ 0,08 m2 : 125.000 populasi Dosis Anjuran : 50 kg/ha
Dosis Anjuran/m2 : 50 kg/ha : 10.000 m2/ha : 0,005 kg/m2
Dosis Anjuran/plot : 3,2 m2 x 0,005 kg/m2
Lampiran 6. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian No
. Pelaksanaan Penelitian
Minggu Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. Persiapan lahan X
2. AnalisisTanah dan Tithonia X
3. Penanaman X
4. Pengaplikasian Pupuk N, P dan K X X X X X 5. Pemeliharaan tanaman
Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi lapangan
Penyulaman X
Penyiangan Disesuaikan dengan kondisi lapangan
Pengendalian hama dan penyakit Disesuaikan dengan kondisi lapangan
6. Panen X
7. Pengamatan parameter
Tinggi Tanaman (cm) X X X
Diameter batang (mm) X X X
Jumlah cabang produktif X
Jumlah Polong (polong) X
Jumlah polong berisi (polong) X
Jumlah biji (biji) X
Bobot biji (biji) X
Bobot 100 biji X
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya, Jakarta.
Andrianto, T.T., dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta.
Badan Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. 2012. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang.
Badan Litbang Pertanian. 2012. Pengembangan Kedelai di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih.Agroinovasi, Jawa Tengah. Hal. 2.
Badan Litbang Pertanian. 2014. Kedelai. Dikutip dari
Diakses pada Tanggal
2 Januari 2015.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. 2011. Dikutip dari kering-di-provinsi-jambi&catid=14:budidaya-pertanian. Diakses Pada Tanggal 2 Januari 2015.
Cendrasari, E. 2008. Efektivitas Berbagai Kualitas Seresah Dari Tithonia Diversifolia, Tephrosia Candida, Dan Kaempferia Galanga Terhadap Penghambatan Potensial Nitrifikasi Dan Populasi Bakteri Nitrifikasi Di Alfisols, Jumantono. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Fachruddin L. 2000. Budidaya Kacang Kacangan. Kanisius. Yogyakarta.
Frisoni., L. Puspitasari dan L. Andini. 2011. Efek Daun Paitan (Tithonia Diversifolia (Hemsley) A. Gray) Dan Kelor (Moringa Oleifera, Lamk) Di Dalam Pakan Komplit In-Vitro. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.
Irwan, A.W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Hal. 4.
Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia Jilid Satu : Prinsip, Produksi, dan Gizi. ITB, Bandung. Hal. 262.
Solfiyeni. , F. Safitri. Dan Z. Syam. 2011. Uji Mulsa Tithonia Diversifolia A.Gray Terhadap Pertumbuhan Gulma Dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill). Jurusan Biologi FMIPA. Universitas Andalas. Padang.
Wulansari, E. 2010. Efektifitas Penghambatan Nitrifikasi Melalui Penambahan Seresah Paitan (Tithonia Diversifolia) Dan Kencur (Kaempferia Galanga) Di Tanaman Uji Jagung (Zea Mays L.) Di Tanah Alfisol. Fakultas Pertanian Sebelas Maret. Surakarta.
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Areal dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman yang ada, tanah dicangkul dengan kedalaman 30 cm. Kemudian diratakan tanah tersebut lalu dibuat plot-plot dengan ukuran 200 cm x 160 cm dengan jarak antar plot 50 cm dan jarak antar ulangan 50 cm dengan kedalaman drainase 50 cm.
Analisis Tanah dan Tithonia
Tithonia diversifolia rata-rata mengandung beberapa unsur hara, antara lain
kandungan N (3.17 %); P (0.3 %); K (3.22 %); Ca (2.0 %), Mg (0.3 %), lignin
(9.8%), dan polifenol (3.3 %) (Cendrasari, 2008). Penanaman
Penanaman benih dilakukan pada saat 1 minggu setelah penyiapan lahan. Benih ditanam secara tugal dengan 2 benih per lubang tanam dengan kedalaman 3 cm. Jarak tanam yang digunakan 40 cm x 20 cm dengan jumlah tanaman 36 tanaman. Pemberian mulsa tithonia sesuai dengan perlakuan
Aplikasi Pupuk N P dan K
Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali selama tanam. Pemberian pertama sebanyak 25 kg Urea/ ha, 50 kg TSP/ha dan 25 kg KCL/hat pada saat penanaman. Pemupukan kedua diberikan 12,5 kg urea/ ha saat tanaman berbunga dengan cara ditugal.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada saat pagi hari atau sore hari. Sesuai dengan kondisi lahan, jika terjadi hujan maka tidak perlu adanya penyiraman.
Penjarangan
Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur satu minggu dengan menyisakan satu tanaman yang baik. Pemotongan tanaman menggunakan gunting dengan memotong pangkal batang tanaman kedelai.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam untuk mengganti tanaman yang sudah mati.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan cara manual yakni mencabut gulma yang ada di sekitar tanaman dan menggunakan cangkul kecil.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimia yaitu dengan memberikan Furadan pada lubang tanam untuk membasmi hama semut merah yang terdapat di bagian akar.
Pemanenan
Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap minggu sejak tanaman berumur 2 minggu sampai 4 minggu. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris dan diukur dari atas permukaan tanah pada setiap tanaman sampel.
Diameter Batang (cm)
Pengukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran diameter batang diberi tanda 2 cm dari pangkal batang agar mempermudah dalam pengambilan data selanjutnya. Pengambilan diameter
ini pada saat tanaman berumur 2 minggu sampai 4 minggu. Jumlah Cabang produktif (cabang)
Jumlah cabang produktif dihitung pada saat panen. Pengukuran cabang produktif dilakukan dengan menghitung cabang yang keluar dari batang utama dan berproduktif yang diambil pada saat panen dari setiap tanaman sampel.
Jumlah Polong/Tanaman
Jumlah polong / tanaman diambil dari rata-rata biji dalam satu polong per tanaman kedelai.
Jumlah Polong Berisi/Tanaman
Jumlah Biji/Tanaman
Jumlah biji yang dihitung setelah panen dan dikering anginkan selama 1 minggu. Caranya polong dibuka dan biji di dalamnya dihitung pada tanaman
sampel.
Bobot Biji/Tanaman
Pengamatan dilakukan setelah pemanenan dengan menimbang bobot biji per tanaman sampel dengan menggunakan timbangan.
Bobot 100 Biji (g)
Pengamatan dilakukan setelah tanaman dipanen, bobot 100 biji dikering anginkan pada suhu ruang selama 1 minggu, ditimbang dari setiap perlakuan. Produksi Biji/Plot (kg)
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 7 - 32) diketahui bahwa pemberian dosis titonia berpengaruh nyata terhadap parameter bobot 100 biji. Pemberian intensitas aplikasi titonia berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Interaksi antara pemberian dosis dan intensitas aplikasi dosis titonia berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.
Tinggi Tanaman (cm)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 7 - 12), diketahui bahwa pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman yang diamati.
Tabel 1. Tinggi tanaman kedelai pada perlakuan pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia
Intensitas aplikasi (kali)
Rataan Umur Dosis (ton/ ha) 1 (W1) 2 (W2) 3 (W3)
………cm……….
2 MST
5 (T1) 9,92 9,88 10,04 9,94
10 (T2) 9,92 9,79 10,08 9,93
15 (T3) 10,27 9,89 11,33 10,49
20 (T4) 10,60 10,58 10,50 10,56
Rataan 10,18 10,04 10,49 10,23
3 MST
5 (T1) 13,34 14,40 13,73 13,82
10 (T2) 14,64 14,23 14,17 14,34
15 (T3) 14,53 14,72 17,06 15,43
20 (T4) 13,71 15,95 14,25 14,64
Rataan 14,05 14,82 14,80 14,56
4 MST
5 (T1) 19,00 21,25 20,42 20,22
10 (T2) 20,88 20,67 21,33 20,96
15 (T3) 21,25 22,83 27,71 23,93
20 (T4) 20,58 23,71 19,43 21,24
Rataan 20,43 22,11 22,22 21,59
Tabel 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman 2 MST tanaman kedelai terbesar pada perlakuan dosis titonia 20 ton/ ha (T4) yaitu 10,56 cm dan terendah pada 10 ton/ ha (T2) yaitu 9,93 cm. Tinggi tanaman 3 MST pada tanaman kedelai terbesar pada perlakuan dosis titonia 15 ton/ ha (T3) yaitu 15,43 cm dan terendah pada 5 ton/ ha (T1) yaitu 13,82 cm. Tinggi tanaman 4 MST pada tanaman kedelai terbesar pada perlakuan dosis titonia 15 ton/ ha (T3) yaitu 23,93 cm dan terendah yaitu 5 ton/ ha (T1) yaitu 20,22 cm.
Diameter Batang (mm)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 13 - 18), diketahui bahwa pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia berpengaruh tidak nyata terhadap parameter diameter batang serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter diameter batang.
Rataan diameter batang terhadap perlakuan pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Diameter batang tanaman kedelai pada perlakuan pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia
Intensitas aplikasi (kali)
Rataan Umur Dosis (ton/ ha) 1 (W1) 2 (W2) 3 (W3)
………mm……….
2 MST
5 (T1) 2,06 2,15 2,13 2,11
10 (T2) 2,14 2,22 2,24 2,20
15 (T3) 2,18 2,04 2,31 2,18
20 (T4) 2,04 2,27 2,11 2,14
Rataan 2,10 2,17 2,20 2,16
3 MST
5 (T1) 2,25 2,53 2,53 2,44
10 (T2) 2,47 2,59 2,44 2,50
15 (T3) 2,48 2,38 2,61 2,49
20 (T4) 2,44 2,54 2,37 2,45
Rataan 2,41 2,51 2,49 2,47
4 MST
5 (T1) 3,01 3,37 3,33 3,24
10 (T2) 3,35 3,10 3,40 3,28
15 (T3) 3,21 3,34 3,48 3,34
20 (T4) 3,20 3,13 3,08 3,14
Rataan 3,19 3,24 3,32 3,25
terbesar pada perlakuan dosis titonia 15 ton/ ha (T3) yaitu 3,34 mm dan terendah yaitu 20 ton/ ha (T1) yaitu 3,14 mm.
Diameter batang 2 MST tanaman kedelai terbesar pada perlakuan intensitas aplikasi 3 kali (W3) yaitu 2,20 mm dan terendah pada 1 kali (W1) yaitu 2,10 cm. Diameter batang 3 MST pada tanaman kedelai terbesar pada perlakuan intensitas aplikasi 2 kali (W2) yaitu 2,51 mm dan terendah pada 1 kali (W1) yaitu 2,41 mm. Diameter batang 4 MST pada tanaman kedelai terbesar pada perlakuan intensitas aplikasi 3 kali (W3) yaitu 3,32 mm dan terendah pada 1 kali (W1) yaitu 3,19 mm.
Jumlah Cabang Produktif (cabang)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 19 - 20), diketahui bahwa pemberian dosis dan intensitas aplikasi Tithonia diversifolia A. Gray serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah cabang produktif yang diamati.
Jumlah cabang produktif kedelai pada perlakuan pemberian dosis dan intensitas aplikasi Tithonia diversifolia A. Gray serta interaksi keduanya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah cabang produktif tanaman kedelai pada perlakuan pemberian dosis dan intensitas aplikasi Tithonia diversifolia A. Gray
Dosis (ton/ ha ) Intensitas Aplikasi (kali) Rataan 1 (W1) 2 (W2) 3 (W3)
……….cabang……….
5 (T1) 2,25 2,33 1,42 2,00
10 (T2) 1,92 1,67 1,33 1,64
15 (T3) 1,17 2,33 2,42 1,97
20 (T4) 2,67 2,17 1,75 2,19
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah cabang produktif tanaman kedelai terbesar pada perlakuan dosis titonia 20 ton/ ha (T4) yaitu 2,19 cabang dan terendah pada 10 ton/ ha (T2) yaitu 1,64 cabang.
Jumlah cabang produktif tanaman kedelai terbesar pada perlakuan intensitas aplikasi 2 kali (W2) yaitu 2,13 cabang dan terendah pada 3 kali (W3) yaitu 1,73 cabang.
Jumlah Polong Per Tanaman (polong)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 21 - 22), diketahui bahwa pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah polong per tanaman.
Jumlah polong per tanaman kedelai pada perlakuan pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia serta interaksi keduanya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah polong per tanaman kedelai pada pemberian dosis dan intensitas
aplikasi titonia
Dosis (ton/ ha) Intensitas Aplikasi (kali) Rataan 1 (W1) 2 (W2) 3 (W3)
……….polong………
5 (T1) 18,00 21,58 25,83 21,81
10 (T2) 20,42 25,33 17,33 21,03
15 (T3) 20,42 19,25 21,33 20,33
20 (T4) 28,75 23,17 18,83 23,58
Rataan 21,90 22,33 20,83 21,69
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah polong per tanaman kedelai terbesar pada perlakuan dosis titonia 20 ton/ ha (T4) yaitu 23,58 polong dan terendah pada 15 ton/ ha (T3) yaitu 20,33 polong.
Jumlah Polong Berisi Per Tanaman (polong)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 23 - 24), diketahui bahwa pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah polong berisi per tanaman. Rataan jumlah polong berisi per tanaman pada perlakuan pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah polong berisi per tanaman kedelai pada perlakuan pemberian pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia
Dosis (ton/ ha ) Intensitas Aplikasi (kali) Rataan 1 (W1) 2 (W2) 3 (W3)
……….polong……….
5 (T1) 17,58 21,08 25,58 21,42
10 (T2) 19,58 24,33 17,17 20,36
15 (T3) 20,25 18,08 20,75 19,69
20 (T4) 27,17 21,92 17,50 22,19
Rataan 21,15 21,35 20,25 20,92
Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah polong berisi per tanaman kedelai terbesar pada perlakuan dosis titonia 20 ton/ ha (T4) yaitu 22,19 polong dan terendah pada 15 ton/ ha (T3) yaitu 19,69 polong.
Jumlah Biji Per Tanaman (biji)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 25 - 26), diketahui bahwa pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah biji per tanaman. Rataan jumlah biji per tanaman pada perlakuan pemberian pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah biji per tanaman kedelai pada perlakuan pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia
Dosis (ton/ ha ) Intensitas Aplikasi (kali) Rataan 1 (W1) 2 (W2) 3 (W3)
………biji………
5 (T1) 35,92 42,75 48,58 42,42
10 (T2) 37,42 45,83 32,67 38,64
15 (T3) 37,08 30,50 26,50 31,36
20 (T4) 42,42 38,75 23,33 34,83
Rataan 38,21 39,46 32,77 36,81
Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah biji per tanaman kedelai terbesar pada perlakuan dosis titonia 5 ton/ ha (T1) yaitu 42,42 biji dan terendah pada 15 ton/ ha (T3) yaitu 31,36 biji.
Bobot Biji Per Tanaman (g)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 27 - 28), diketahui bahwa pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia berpengaruh tidak nyata terhadap bobot biji per tanaman. Rataan bobot biji per tanaman pada perlakuan pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Bobot biji per tanaman kedelai pada perlakuan pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia
Dosis (ton/ ha ) Intensitas Aplikasi (kali) Rataan 1 (W1) 2 (W2) 3 (W3)
………g………...
5 (T1) 5,66 7,76 7,71 7,05
10 (T2) 8,14 7,00 9,63 8,26
15 (T3) 7,06 8,40 10,34 8,60
20 (T4) 8,14 8,47 9,85 8,82
Rataan 7,25 7,91 9,38 8,18
Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot biji per tanaman kedelai terbesar pada perlakuan dosis titonia 15 ton/ ha (T3) yaitu 8,60 g dan terendah pada 5 ton/ ha (T1) yaitu 7,05 g.
Bobot biji per tanaman kedelai terbesar pada perlakuan intensitas aplikasi 3 kali (W3) yaitu 9,38 g dan terendah pada 1 kali (W1) yaitu 7,25 g.
Bobot 100 biji (g)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 29 – 30), diketahui bahwa pemberian dosis berpengaruh nyata terhadap parameter bobot 100 biji. Sedangkan intensitas aplikasi titonia berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot 100 biji. Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot 100 biji.
Tabel 8. Bobot 100 biji tanaman kedelai pada pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia
Dosis (ton/ ha) Intensitas Aplikasi Rataan
1 (W1) 2 (W2) 3 (W3)
………..g………
5 (T1) 8,69 12,19 9,49 10,13b
10 (T2) 10,50 10,63 11,98 11,04b
15 (T3) 12,22 12,51 12,89 12,54ab
20 (T4) 12,54 12,41 13,25 12,73a
Rataan 10,98 11,93 11,90 11,61
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
Tabel 8 menunjukkan bahwa bobot 100 biji tanaman kedelai terbesar pada perlakuan dosis titonia 20 ton/ ha (T4) yaitu 12,73 g dan terendah pada 5 ton/ ha (T1) yaitu 10,13 g.
Bobot 100 biji tanaman kedelai terbesar pada perlakuan intensitas aplikasi 2 kali (W2) yaitu 11,93 g dan terendah pada 1 kali (W1) yaitu 10,98 g.
Hubungan bobot 100 biji kedelai dengan pemberian dosis titonia A. Gray pada Gambar 1.
Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa pemberian dosis titonia dapat meningkatkan bobot 100 biji.
ŷ= 0.186x + 9.278 r² = 0.933
9,00 10,00 11,00 12,00 13,00 14,00
5 10 15 20
B ob ot 100 b ij i (b ij i )
Produksi Biji Per Plot (g)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 31 - 32), diketahui bahwa pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter produksi biji per plot (g).
Rataan jumlah polong berisi per tanaman pada perlakuan pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Produksi biji per plot tanaman kedelai pada perlakuan pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia
Dosis (ton/ ha) Intensitas Aplikasi Rataan
1 (W1) 2 (W2) 3 (W3)
………g……….
5 (T1) 34,86 89,32 76,82 67,00
10 (T2) 83,31 49,27 106,75 79,78
15 (T3) 96,13 101,80 103,55 100,49
20 (T4) 113,53 95,75 128,67 112,65
Rataan 81,96 84,03 103,95 89,98
Tabel 9 menunjukkan bahwa produksi biji per plot tanaman kedelai terbesar pada perlakuan dosis titonia 20 ton/ ha (T4) yaitu 112,65 g dan terendah pada 5 ton/ ha (T1) yaitu 67,00 g.
Pembahasan
Pengaruh pemberian dosis titonia terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai
Perlakuan dosis titonia berpengaruh nyata terhadap parameter bobot 100 biji. Dosis titonia terbaik yaitu 20 ton/ha (T4) dengan bobot 12,73 g. Hal ini diduga karena kandungan N, P dan K pada titonia terutama kandungan Kalium (K) yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas bobot biji tanaman menjadi lebih berisi dan padat. Hal ini sesuai dengan Hakim dan Agustian (2012) yang menyatakan bahwa mengandung unsur hara yang cukup tinggi yaitu 2,52 % N; 1,97 % K; 0,29 % P; 0,51 % Ca; dan 0,39 % Mg.
Pengaruh pemberian intensitas aplikasi titonia terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai
Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian intensitas aplikasi titonia berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan. Hal ini diduga karena pengaruh cuaca pada saat penelitian yang dominan yaitu hujan dan tanah. Dimana curah hujan saat penelitian yaitu sebesar 249.8 mm, yang menyebabkan titonia yang ditambahkan hilang akibat tercuci serta unsur hara di tanah yang sedikit. Hal ini sesuai dengan Susanti (2003) yang menyatakan bahwa semakin banyak intensitas tithonia maka kelembaban dan ketersediaan air untuk tanaman juga semakin tinggi.
Interaksi pemberian dosis dan intensitas aplikasi titonia terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemberian dosis titonia meningkatkan bobot 100 biji.
2. Pemberian intensitas aplikasi titonia berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati.
3. Interaksi antara perlakuan dosis dan intensitas aplikasi titonia berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati.
Saran
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Pembangunan Gang Kabung, Medan dengan ketinggian + 25 meter di atas permukaan laut, mulai bulan Juli sampai Desember 2015.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas Grobogan, pupuk Urea, pupuk KCL, SP-36, Fungisida mankozeb, dan bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul dan garu untuk membuka lahan dan membersihkan lahan dari gulma dan sampah, pacak sampel untuk tanda dari tanaman yang merupakan sampel, gembor untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, timbangan untuk menimbang produksi tanaman, kalkulator untuk menghitung data, jangka sorong digital untuk mengukur diameter batang, alat tulis dan alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan yaitu :
Faktor I : Dosis dengan empat taraf, yaitu : T1 = 5 ton/ ha
Faktor II : Intensitas Aplikasi dengan 3 taraf yaitu : W1 = 1 Kali ( 0 HST )
W2 = 2 Kali ( 0 HST dan 15 HST )
W3 = 3 Kali ( 0 HST, 15 HST dan 30 HST )
Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 12 kombinasi, yaitu : T1WI T2W1 T3W1 T4W1
T1W2 T2W2 T3W2 T4W2 T1W3 T2W3 T3W3 T4W3 Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan
Jumlah plot : 36 plot
Jarak tanam : 40 cm x 20 cm
Ukuran plot : 200 cm x 160 cm
Jumlah tanaman/plot : 36 tanaman jumlah sampel/plot : 4 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 144 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 1296 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :
Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
i = 1,2,3 j = 1,2,3,4 k = 1,2,3 Dimana:
Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan dosis taraf ke-j dan intensitas aplikasi pada taraf ke-k
αj : Efek perlakuan dosis taraf ke-j
βk : Efek intensitas aplikasi pada taraf ke-k
(αβ)jk : Interaksi antara perlakuan dosis taraf ke-j dan intensitas aplikasi taraf ke- k
εijk : Galat dari blok ke-i, perlakuan dosis ke-j dan intensitas aplikasi ke- k
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kedelai (Glycine max (L.) Merr) menjadi komoditas pangan yang telah lama dibudidayakan di Indonesia yang saat ini diposisikan sebagai bahan baku industri pangan. Beberapa produk yang dihasilkan antara lain tempe, tahu, es krim, susu kedelai, tepung kedelai, minyak kedelai, pakan ternak ,dan bahan baku industri. Sifat multiguna yang ada pada kedelai menyebabkan tingginya permintaan kedelai di dalam negeri. Selain itu, manfaat kedelai sebagai salah satu sumber protein murah membuat kedelai semakin diminati. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, permintaan kedelai di dalam negeri pun berpotensi untuk meningkat setiap tahunnya (Badan Litbang Pertanian, 2012).
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan produksi kedelai di Sumatera Utara tahun 2015 sebesar 998,87 ton, meningkat 43,87 ton (4,59%)
dibandingkan produksi kedelai tahun 2015 sebesar 3.556 ton. Luas panen kedelai tahun 2013 sebesar 3.126 ha, menurun 46 ha (0,01%) dibandingkan luas panen kedelai tahun 2014 sebesar 3.080 ha. Produksi kedelai dari tahun 2013 hingga tahun 2014 meningkat sedangkan luas panen kedelai menurun dari tahun 2013 hingga tahun 2014. Hal ini terjadi akibat peningkatan teknologi budidaya kedelai. Dengan luas panen kedelai dari tahun 2013 hingga tahun 2014 semakin sempit dilakukan peningkatan teknologi budidaya kedelai untuk mencapai produksi yang maksimal (Badan Litbang Pertanian, 2014).
bahan untuk menutup tanah sehingga kelembaban dan suhu tanah sebagai media tanaman tetap terjaga kestabilannya. Mulsa juga berfungsi menekan pertumbuhan gulma sehingga tanaman akan tumbuh lebih baik.
Tithonia diversifolia merupakan tumbuhan yang mampu tumbuh disembarang tempat dan tanah. Tithonia diversifolia dapat tumbuh baik dari ketinggian 20 mdpl sampai 900 mdpl. Tithonia diversifolia memiliki kandungan N berkisar antara 3,1–5,5%, K sebesar 2,5–5,5%, dan P sebesar 0,2–0,55%. Tithonia diversifolia sangat banyak digunakan sebagai tanaman hias, makanan ternak, makanan unggas, kayu bakar, kompos, pengendalian erosi tanah, dan sebagai pupuk hijau terutama bagi sumber N dan K. Titonia memiliki potensi tinggi terhadap pemulihan kesuburan tanah, dampak positif terhadap kesuburan tanah terutama pada status fosfor.
Pentingnya aplikasi titonia pada tanaman kedelai berfungsi untuk pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai seperti, akar, batang dan daun serta meningkatkan perkembangan mikroorganisme ditanah. Fosfor mampu merangsang pertumbuhan akar terutama akar benih yang masih muda dan mampu mempercepat pembungaan dan pemasakan buah/biji. Kalium membantu pembentukan protein dan karbohidrat, meningkatkan mutu biji dan meningkatkan daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
diberikan terhadap tanaman kedelai sesuai dengan kebutuhan hara yang diperlukan. Sehingga pertumbuhan dan produksi kedelai dapat meningkat.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respons pertumbuhan kedelai pada dosis dan intensitas aplikasi Tithonia diversifolia A. Gray
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max L. (Merill )) pada beberapa dosis dan intensitas aplikasi Tithonia diversifolia A. Gray
Hipotesis Penelitian
Pemberian beberapa dosis dan intensitas aplikasi Tithonia diversifolia A. Gray serta interaksi keduanya nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max L. (Merill)).
Kegunaan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Menurut Van Steenis (2003), tanaman kedelai diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Polypetales, famili Papilionaceae (Leguminosae), genus Glycine, spesies Glycine max ((L.) Merill).
Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar – akar cabang terdapat bintil – bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat zat bebas (N2) dari udara
yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004).
Kedelai berbatang semak, dengan tinggi batang antara 30 – 100 cm. Setiap batang dapat membentuk 3 - 6 cabang. Bila jarak antara tanaman dalam barisan rapat, cabang menjadi berkurang atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan dapat dibedakan menjadi 3 macam, yakni determinit, indeterminit, dan semi determinit (Adisarwanto, 2006).
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna, artinya dalam setiap bunga terdapat alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup, sehingga kemungkinan terjadinya kawin silang secara alam amat kecil. Bunga terletak pada ruas – ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Menurut penelitian sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong. Usia kedelai sampai berbunga bervariasi, tergantung varietasnya. Varietas umumnya dapat dipanen pada umur 80 – 90 hari. Pembungaan sangat dipengaruhi oleh lama penyinaran dan suhu. Kedelai termasuk tanaman berumur pendek, yang berarti tanaman tidak akan berbunga, bila lama penyinaran melebihi batas kritis, yakni sekitar 15 jam (Fachruddin, 2000).
Polongnya yang berkembang dalam kelompok biasanya mengandung 2-3 biji yang berbentuk bundar atau pipih dan sangat kaya akan protein dan minyak. Warna biji berbeda-beda menurut kultivar. Kultivar indeterminate biasa digunakan untuk produksi sayuran dan ditanam dengan jarak tanam rapat (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
dan lebih dari 13 gram termasuk berbiji besar. Di Amerika dan Jepang kedelai
yang bobot 100 bijinya kurang dari 15 gram masih dianggap kedelai kecil (Fachruddin, 2000).
Syarat Tumbuh Iklim
Indonesia mempunyai iklim tropis yang cocok untuk pertumbuhan kedelai karena kedelai menghendaki hawa yang cukup panas. Pada umumnya pertumbuhan kedelai sangat ditentukan oleh ketinggian tempat dan biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m di atas permukaan air laut (Adisarwanto, 2006).
Apabila tanah cukup lembab dan suhunya ada di atas 210C biji berkecambah lebih cepat. Biasanya pada suhu ini tanaman akan muncul di atas permukaan tanah sekitar 5 hari setelah waktu tanam. Suhu yang rendah dan kelembaban tanah yang sangat tinggi menghambat perkecambahan dan menyebabkan busuknya biji (Fachruddin, 2000).
Penanaman yang dilaksanakan pada musim hujan berlebihan, akan mengalami gangguan yang merugikan pertumbuhan terutama disebabkan karena
serangan penyakit dan hambatan dalam pengolahan lepas panen (Andrianto dan Indarto, 2004).
Tanah
renik yang akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman (Fachruddin, 2000).
Tanah berpasir dapat ditanami kedelai asal air dan hara tanaman untuk pertumbuhannya cukup. Tanah yang mengandung liat tinggi sebaiknya diadakan perbaikan drainasi dan aerasi sehingga tanaman ini tidak kekurangan oksigen dan tidak tergenang air waktu hujan besar. Untuk memperbaiki aerasi, bahan organik sangat penting (Adisarwanto, 2006).
Kedelai dapat tumbuh di tanah yang agak masam akan tetapi pada pH yang terlalu rendah bisa menimbulkan keracunan Al dan Fe. Nilai pH tanah yang cocok berkisar antara 5,8-7,0. Pada pH di bawah 5,0 pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi akan berjalan kurang baik (Andrianto dan Indarto, 2004). Paitan (Tithonia diversifolia)
Tithonia diversifolia dapat cepat terdekomposisi dan mempunyai pengaruh
sisa yang lama. Sebelum tanaman berbunga, daun Tithonia diversifolia rata-rata
mengandung beberapa unsur hara, antara lain kandungan N (3.17 %); P (0.3 %); K
(3.22 %); Ca (2.0 %), Mg (0.3 %) (Kendall dan Helen, 1997), lignin (9.8 %), dan
polifenol (3.3 %)( Wulansari, 2010).
Tithonia diversifolia merupakan tanaman semak atau perdu famili asteraceae berasal dari Mexico yang tumbuh di daerah tropis lembab dan semi lembab di Amerika Tengah dan Selatan, Asia dan Afrika. Tanaman ini mudah tumbuh kembali lagi setelah pemotongan dan banyak ditemui di Indonesia. Tithonia diversifolia juga bisa dipakai sebagai suplemen pakan ruminansia terutama selama musim kering dimana ketersediaan hijauan pakan terbatas. Daun Tithonia diversifolia mengandung protein sekitar 20% dari total bahan kering dan juga mengandung bermacam jenis unsur mineral makro seperti mineral Ca, Mg serta beberapa unsur mikro mineral yang sangat bermanfaat (Firsoni et al, 2011)
ABSTRAK
FERNANDEZ MARCHEL SAGALA: Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L.(Merill )) pada Beberapa Dosis dan Intensitas Aplikasi Tithonia diversifolia A. Gray dibimbing oleh RATNA ROSANTY LAHAY dan NINI RAHMAWATI. Rendahnya produksi kedelai Indonesia salah satunya dikarenakan masih menganggap kedelai sebagai tanaman sampingan sehingga mengakibatkan rendahnya tingkat teknologi budidaya untuk tanaman kedelai. Tujuan penelitian yakni untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max L.(Merill )) pada dosis dan intensitas aplikasi Tithonia diversifolia A. Gray. Penelitian dilaksanakan di Jalan Pembangunan gang Kabung Medan pada Juli 2015 sampai Desember 2015, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu dosis (5, 10, 15, 20 ton/ha) dan intensitas aplikasi (1, 2 , 3 kali ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis Tithonia diversifolia A. Gray meningkatkan bobot 100 biji terdapat pada taraf pemberian 20 ton/ha (T4) yaitu 12,73 g. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.
ABSTRACT
FERNANDEZ Marchel Sagala: Response Growth And Production of
soybean (Glycine max L. (Merrill)) on Dose and Intensity Applications Tithonia diversifolia A. Gray guided by Ratna ROSANTY LAHAY and Nini
RAHMAWATI. The low production of soybean Indonesia One of the reasons is still regarded as a crop soybean by products that result in low levels of cultivation technology for soybeans. Namely research purposes to determine the response of the growth and production of soybean (Glycine max L. (Merrill)) on the dose and intensity of application Tithonia diversifolia A. Gray. Research conducted at Jalan Medan Kabung gang Development in July 2015 until December 2015, using a factorial randomized block design with two factors, are doses (5, 10, 15, 20 ton/ha) and the intensity of application (1, 2, 3 times). The results showed that the dosing Tithonia diversifolia A. Gray increasing the weight of 100 seeds are on the level of provision of 20 ton/ha (T4) is 12.73 g. The interaction of both treatment effect was not significant on all parameters.
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L.(MERILL)) BEBERAPA DOSIS DAN INTENSITAS APLIKASI Tithonia diversifolia A. Gray
SKRIPSI
OLEH :
FERNANDEZ MARCHEL SAGALA / 110301169 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L.(Merill) Pada Beberapa Dosis dan Intensitas Aplikasi Tithonia diversifolia A. Gray
Nama : Fernandez Marchel Sagala
Nim : 110301169
Program Studi : Budidaya Pertanian dan Perkebunan
Disetujui oleh:
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
ABSTRAK
FERNANDEZ MARCHEL SAGALA: Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L.(Merill )) pada Beberapa Dosis dan Intensitas Aplikasi Tithonia diversifolia A. Gray dibimbing oleh RATNA ROSANTY LAHAY dan NINI RAHMAWATI. Rendahnya produksi kedelai Indonesia salah satunya dikarenakan masih menganggap kedelai sebagai tanaman sampingan sehingga mengakibatkan rendahnya tingkat teknologi budidaya untuk tanaman kedelai. Tujuan penelitian yakni untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max L.(Merill )) pada dosis dan intensitas aplikasi Tithonia diversifolia A. Gray. Penelitian dilaksanakan di Jalan Pembangunan gang Kabung Medan pada Juli 2015 sampai Desember 2015, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu dosis (5, 10, 15, 20 ton/ha) dan intensitas aplikasi (1, 2 , 3 kali ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis Tithonia diversifolia A. Gray meningkatkan bobot 100 biji terdapat pada taraf pemberian 20 ton/ha (T4) yaitu 12,73 g. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.
ABSTRACT
FERNANDEZ Marchel Sagala: Response Growth And Production of
soybean (Glycine max L. (Merrill)) on Dose and Intensity Applications Tithonia diversifolia A. Gray guided by Ratna ROSANTY LAHAY and Nini
RAHMAWATI. The low production of soybean Indonesia One of the reasons is still regarded as a crop soybean by products that result in low levels of cultivation technology for soybeans. Namely research purposes to determine the response of the growth and production of soybean (Glycine max L. (Merrill)) on the dose and intensity of application Tithonia diversifolia A. Gray. Research conducted at Jalan Medan Kabung gang Development in July 2015 until December 2015, using a factorial randomized block design with two factors, are doses (5, 10, 15, 20 ton/ha) and the intensity of application (1, 2, 3 times). The results showed that the dosing Tithonia diversifolia A. Gray increasing the weight of 100 seeds are on the level of provision of 20 ton/ha (T4) is 12.73 g. The interaction of both treatment effect was not significant on all parameters.
RIWAYAT HIDUP
FERNANDEZ MARCHEL SAGALA, lahir di Madiun, 18 Agustus 1993, anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak L. Sagala dan Ibu F.M.S. br. Sinaga. Tahun 2011, penulis lulus dari SMA Santo Thomas 1 Medan dan pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Rasa kebanggaan yang terdalam dihanturkan kepada orang tua Ayahanda L. Sagala dan Ibunda F.M.S br. Sinaga beserta adik atas doa, kasih sayang, dukungan dan kepercayaan yang selalu mengiringi langkah penulis yang telah mendukung penulis selama perkuliahan hingga sampai saat ini.
Judul dari skripsi ini adalah “Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L.(Merill )) pada Beberapa Dosis dan Intensitas Aplikasi Tithonia diversifolia A. Gray”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di program studi Agroekoteknologi minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada dosen pembimbing skripsi yaitu, Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP., selaku ketua
komisi pembimbing dan Dr. Nini Rahmawati S.P, M.Si, selaku anggota komisi pembimbing skripsi yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman – teman Agroekoteknologi 2011 yang turut membantu secara moral maupun tenaga dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca untuk meningkatkan produksi kedelai dan ilmu pengetahuan, Amin.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4
Syarat Tumbuh ... 6
Iklim ... 6
Tanah ... 6
Paitan Tithonia diversifolia A. Gray ... 7
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 9
Bahan dan Alat ... 9
Metode Penelitian ... 9
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 11
Analisis Tithonia diversifolia ... 15
Penanaman ... 15
Pemeliharaan Tanaman ... 16
Penyiraman ... 16
Penyulaman ... 16
Pembumbunan ... 16
Penyiangan ... 16
Pengamatan Parameter ... 17
Tinggi Tanaman (cm) ... 17
Diameter Batang (mm) ... 17
Jumlah Cabang Produktif (cabang) ... 18
Jumlah Polong Per Tanaman (polong) ... 18
Jumlah Polong Berisi Per Tanaman (polong) ... 18
Jumlah Biji Per Tanaman (biji) ... 18
Bobot Biji Per Tanaman (g) ... 18
Bobot 100 Biji (g) ... 18
Produksi Biji Per Plot (g) ... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20
Pembahasan ... 34
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 37
Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Tinggi tanaman (cm) 2-4 MST pada pemberian dosis dan
intensitas aplikasi titonia... 16
2. Diameter batang (mm) pada pemberian dosis dan intensitas
aplikasi titonia ... 17
3. Jumlah cabang produktif (cabang) pada pemberian dosis dan
intensitas aplikasi titonia... 18
4. Jumlah polong per tanaman (polong) pada pemberian dosis
dan intensitas aplikasi titonia ... 19
5. Jumlah polong berisi per tanaman (polong) pada pemberian
dosis dan intensitas aplikasi titonia ... 19
6. Jumlah biji per tanaman (biji) pada pemberian dosis dan intensitas
aplikasi titonia ... 20 7. Bobot biji per tanaman (g) pada pemberian dosis dan intensitas
aplikasi titonia ... 20
8. Bobot 100 biji (g) pada pemberian dosis dan intensitas aplikasi
titonia ... 21
9. Produksi biji per plot (g) pada pemberian dosis dan intensitas
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Hubungan bobot 100 biji tanaman dengan pemberian dosis