• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum acara pidana 005

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hukum acara pidana 005"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Yang Harus di perhatikan dalam Penggeledahannya

Penggeledahan dibagi menjadi dua yaitu penggeledahan rumah dan penggeledahan badan.

Pasal 1 angka 17 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(“KUHAP”)

menjelaskan bahwa penggeledahan rumah adalah tindakan penyidik untuk

memasuki rumah tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan tindakan

pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau penangkapan dalam hal dan menurut cara yang

diatur dalam KUHAP. Sedangkan penggeledahan badan adalah tindakan penyidik untuk

mengadakan pemeriksaan badan dan atau pakaian tersangka untuk mencari benda yang

diduga keras ada pada badannya atau dibawanya serta, untuk disita (

Pasal 1 angka 18

KUHAP

).

Seorang penyelidik, dapat melakukan penggeledahan atas perintah penyidik (

Pasal 5 ayat (1)

huruf b angka 1 KUHAP

). Atas penggeledahan tersebut, penyelidik membuat dan

menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan penggeledahan tersebut kepada penyidik

(

Pasal 5 ayat (2) KUHAP

). Selain penyelidik, penyidik juga mempunyai kewenangan untuk

melakukan penggeledahan (

Pasal 7 ayat (1) huruf d KUHAP

).

Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai

negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk

melakukan penyidikan (Pasal 1 angka 1 KUHAP).

Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara

yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang

dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna

menemukan tersangkanya (Pasal 1 angka 2 KUHAP).

Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi

wewenang oleh KUHAP untuk melakukan penyelidikan (Pasal 1 angka 4 KUHAP).

Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan

menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan

dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam KUHAP

(Pasal 1 angka 5 KUHAP).

(2)

Penyidik dalam melakukan penggeledahan rumah dalam rangka penyidikan,

harus ada surat

izin ketua pengadilan negeri setempat

. Hal ini guna menjamin hal asasi seseorang atas

rumah kediamannya. Ini diatur dalam

Pasal 33 ayat (1) KUHAP beserta penjelasannya

.

Jika

yang melakukan penggeledahan rumah itu bukan penyidik sendiri

, maka

petugas

kepolisian lainnya harus dapat menunjukkan

selain

surat izin ketua pengadilan negeri

juga surat perintah tertulis dari penyidik

(

Pasal 33 ayat (2) KUHAP beserta

penjelasannya

).

Jika penggeledahan rumah disetujui tersangka atau penghuni rumah tersebut, maka saat

penyidik memasuki rumah tersebut harus disaksikan oleh dua orang saksi (

Pasal 33 ayat (3)

KUHAP

). Akan tetapi, dalam hal tersangka atau penghuni rumah menolak atau tidak hadir

pada saat penggeledahan rumah, maka penggeledahan rumah tersebut harus disaksikan oleh

kepala desa atau ketua lingkungan dengan dua orang saksi (

Pasal 33 ayat (4) KUHAP

).

Yang dimaksud dengan "dua orang saksi" adalah warga dari lingkungan yang bersangkutan.

Sedangkan yang dimaksud dengan "ketua lingkungan" adalah ketua atau wakil ketua rukun

kampung, ketua atau wakil ketua rukun tetangga, ketua atau wakil ketua rukun warga, ketua

atau wakil ketua lembaga yang sederajat.

Dalam waktu dua hari

setelah memasuki dan atau menggeledah rumah, harus dibuat

suatu berita acara dan turunannya disampaikan kepada pemilik atau penghuni rumah

yang bersangkutan (

Pasal 33 ayat (5) KUHAP

).

Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak

dan tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin ketua pengadilan negeri setempat terlebih

dahulu, penyidik dapat melakukan penggeledahan (

Pasal 34 ayat (1) KUHAP

):

1. pada halaman rumah tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada dan yang ada di

atasnya;

2. pada setiap tempat lain tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada;

3. di tempat tindak pidana dilakukan atau terdapat bekasnya;

4. di tempat penginapan dan tempat umum lainnya.

"Keadaan yang sangat perlu dan mendesak" ialah bilamana di tempat patut dikhawatirkan

segera melarikan diri atau mengulangi tindak pidana atau benda yang dapat disita

(3)

Dalam penggeledahan tanpa surat izin tersebut, penyidik tetap harus membuat

suatu berita

acara dan turunannya disampaikan kepada pemilik atau penghuni rumah

yang

bersangkutan.

Dalam hal penyidik melakukan

penggeledahan tanpa surat izin tersebut, penyidik tidak

diperkenankan memeriksa atau menyita surat, buku dan tulisan lain yang tidak

merupakan benda yang berhubungan dengan tindak pidana yang bersangkutan

,

KECUALI

benda yang berhubungan dengan tindak pidana yang bersangkutan atau yang

diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dan untuk itu wajib

segera melaporkan kepada ketua pengadilan negeri setempat guna memperoleh

persetujuannya (

Pasal 34 ayat (2) KUHAP

).

Perlu diketahui bahwa ada beberapa tempat tertentu yang tidak diperkenankan untuk

dimasuki oleh penyidik dalam melakukan penggeledahan, kecuali dalam hal tertangkap

tangan: (

Pasal 35 KUHAP

)

1. ruang di mana sedang berlangsung sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat,

Dewan Perwakilan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

2. tempat di mana sedang berlangsung ibadah dan atau upacara keagamaan;

3. ruang dimana sedang berlangsung sidang pengadilan.

(4)

analisis dan pembahasan Kasus Simulator SIM

Kronologi Kasus

Berikut kronologi kasus Simulator SIM yang dipaparkan oleh Bareskrim Polri, Komisaris Jendral (Pol) Sutarman dalam siaran persnya Jumat (3/8).

1. Kasus simulator SIM berawal dari pemberitaan di Majalah Tempo tanggal 29 April 2012 yang berjudul “SIMSALABIM SIMULATOR SIM”.

2. Kabareskrim kemudian memerintahkan penyelidikan terhadap informasi yang dimuat dalam berita Majalah Tempo tanggal 29 April 2012 hal 35 sampai dengan hal 38 tentang “SIMSALABIM SIMULATOR SIM,..”.

3. Dalam penyelidikan Polri sesuai Sprinlid/55/V/2012/Tipidkor tanggal 21 Mei 2012 telah melakukan interogasi dan pengambilan keterangan terhadap 33 orang yang dinilai mengetahui tentang pengadaan simulator peraga SIM kendaraan roda 2 maupun roda 4 tersebut.

4. Dalam interogasi dengan Sukoco S. Bambang Penyelidik memperoleh informasi, ada sejumlah data dan informasi yang telah diberikan ke KPK.

5. Bareskrim menyurat kepada KPK dengan Nomor Surat : B/3115/VII/2012/Tipidkor tanggal 17 Juli 2012 perihal Dukungan Penyelidikan, yang isinya untuk meminta data dan informasi yang dimiliki KPK tentang hasil pengumpulan bahan

keterangan dalam perkara Simulator R2 dan R4 dimaksud.

6. Senin, (30/8/2012) pukul 14.00, Ketua KPK Abraham Samad dan Bapak Zulkarnaen menghadap Kapolri, dan diterima diruang kerja Kapolri, Kapolri didampingi Kabareskrim dan penyidik. Pada kesempatan tersebut ketua KPK menyampaikan bahwa KPK akan melakukan Penyidikan kasus simulator SIM di Korlantas. Kapolri meminta waktu satu atau dua hari untuk mendiskusikan tindak lanjutnya karena Bareskrim juga sudah melakukan penyelidikan.

7. Menindak lanjuti hasil pertemuan Ketua KPK dan Kapolri, Bareskrim

(5)

“Namun kenyataannya, pada hari yang sama Pukul 16.00 penyidik KPK melakukan penggeledahan di Korlantas, padahal sesuai dengan hasil

kesepakatan pertemuan Kapolri dan Ketua KPK kita menunggu satu atau dua hari untuk presentasi hasil penyelidikan oleh Bareskrim,” dalam siaran Polri.

8. Dalam proses pengeledahan salah satu penyidik KPK mengatakan kepada petugas Korlantas bahwa Kapolri sudah mengijinkan penggeledahan tersebut karena Ketua KPK sudah menghadapi Kapolri.

“Padahal pertemuan saat itu jam 14.00 tidak membicarakan sama sekali tentang penggeledahan, sehingga terjadi mis komunikasi dalam penggeledahan,” jelas siaran pers Polri.

Setelah Kabareskrim berdiskusi dengan 3 pimpinan KPK Abraham Samad, Busro Mukodas dan Bambang Widjojanto didampingi Direktur Penyelidikan dan Direktur Penuntutan KPK, disepakati untuk sementara penggeledahan tetap dilanjutkan dan barang-barang hasil penggeledahan ditempatkan dalam suatu ruangan tertentu dalam keadaan tersegel dan terkunci.

9. Selasa (31/7/2012) pukul 15.00 WIB, Ketua KPK Abraham Samad dan Bambang Widjojanto di dampingi Deputi PIPM menghadap Kapolri membicarakan tindak lanjut penggeledahan dan penyidikan. KPK menyatakan telah menetapkan DS sebagai tersangka. Pertemuan saat itu disepakati KPK akan menyidik DS sebagai penyelenggara negara, sedangkan Bareskrim akan menyidik penyelenggara negara lainnya dan pihak lainnya yang terlibat.

10. Selasa (31/7/2012) Bareskrim Polri meningkatkan penyelidikan menjadi penyidikan dan menetapkan Budi Santoso selaku penyedia barang sebagai tersangka dalam perkara Simulator SIM dengan Sprindik/184a/VII/2012/Tipidkor.

11. Rabu, (1/8/2012) Bareskrim Polri juga menetapkan Wakakorlantas Brigjen Pol Didik Purnomo, Kompol Legimo, Bendahara Korlantas Teddy Rusmawan, dan Sukoco S Bambang sebagai tersangka. Bareskrim mengeluarkan Sprindik serta mengirimnya ke KPK dan Kejagung.

12. Kamis (2/8/2012) dari pemberitaan media, Kabareskrim mengetahui bahwa KPK telah menetapkan Didik Purnomo, Sukoco Bambang, dan Budi Susanto.

(6)

joint investigastion dalam penanganan perkara seperti ini sudah pernah dilakukan antara KPK dengan penegak hukum lainnya 2010 lalu.

“Kasus penyalahgunaan APBD Kab Langkat dengan tersangka Syamsul Arifin, dimana dalam penyidikan kasus tersebut KPK menyidik untuk penyelenggara negara, sedangkan untuk pihak-pihak lainnya diluar PN ditangani oleh Kejati Sumut. Sehingga pihak Kejati Sumut dapat melakukan penyidikan perkara yang sama walaupun KPK Juga sudah melakukan penyidikan,” jelas Sutarman.

Berdasarkan rincian tersebut, Kabareskrim mengatakan polisi tetap akan melakukan penyidikan pengadaan Simulator SIM di Korlantas Polri sebelum adanya ketentuan dan keputusan pengadilan yang menyatakan penyidik Polri tidak berwenang menyidik kasus yang sedang atau bersamaan ditangani oleh KPK. (mas)

Dibawah ini adalah artikel dari Majalah Tempo tanggal 29 April 2012 yang berjudul

“SIMSALABIM SIMULATOR SIM” :

Walau telah terjadi setahun lebih, Sukotjo S. Bambang masih mengingat pengalaman itu. Kamis, 13 Januari 2011, Direktur Utama PT Inovasi Teknologi Indonesia ini memasukkan lembar demi lembar seratus ribuan rupiah ke dua dus bekas suku cadang Honda. Setiap dus berisi Rp 2 miliar. Hari itu juga, ia

mengangkutnya ke Jakarta.

Sukotjo menerima pesan dari kongsi dagangnya, Budi Susanto, Direktur Utama PT Citra Mandiri Metalindo Abadi. Perusahaan ini memenangi tender pengadaan simulator kemudi sepeda motor dan mobil senilai Rp 196,87 miliar di Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia. Citra Mandiri lalu menggandeng Inovasi Teknologi buat mengerjakannya. "Saya dipesan agar sampai Jakarta pada siang hari," katanya kepada Tempo, akhir bulan lalu.

(7)

Sukotjo tiba lebih dulu. Tak lama, Budi sampai dengan Toyota Camry hitam B-8-DVA. Sukotjo turun dari mobil menemui sang kolega. Ijai dan Kusno juga turun, memindahkan satu kardus duit ke bagasi mobil Budi. Menurut Sukotjo, Budi lalu meminta dia mengantarkan satu kardus lain ke kantor Korps Lalu Lintas Polri di Jalan M.T. Haryono, Jakarta Selatan. "Antarkan uang itu ke Pak Djoko Susilo," ia menirukan permintaan Budi. Inspektur Djoko Susilo, ketika itu Kepala Korps Lalu Lintas, kini Gubernur Akademi Kepolisian.

Menurut Sukotjo, Budi kemudian menambahkan bahwa Djoko Susilo tidak di kantor. Jadi, Sukotjo diminta menyerahkan dus itu ke Tiwi, sekretaris pribadi Djoko. Sukotjo meluncur ke markas Korps Lalu Lintas Polri dan tiba pukul 13.00. Dia lalu masuk ke ruangan Djoko di lantai dua gedung utama. "Ibu Tiwi sudah menunggu di ruang tamu. Dia menerima kiriman itu," katanya.

Belakangan, Sukotjo bertemu dengan seorang perwira menengah di Bagian Perencanaan dan Administrasi Korps Lalu Lintas. Sang perwira, menurut dia, menanyakan kiriman duit darinya. Ia mengingat, perwira yang mengurus proyek pengadaan itu bertanya, "Apakah paket 2 M (miliar) sudah sampai?" Sukotjo pun segera berpikir: duit dalam dus merupakan setoran untuk pejabat tertinggi di korps itu.

Ditemui secara terpisah, Budi Susanto membenarkan pernah meminta uang tunai Rp 4 miliar kepada Sukotjo. Dia juga tidak membantah pertemuan di pintu tol Pondok Gede. Begitu juga permintaan agar Sukotjo mengantarkan satu kardus uang ke kantor Korps Lalu Lintas. Tapi, menurut dia, uang itu bukan dikirim untuk Djoko. "Saya hanya minta dia menitipkan ke Tiwi, orang yang saya kenal di sana," ujarnya. "Itu uang saya."

Djoko, yang ditemui untuk wawancara di kantornya, Akademi Kepolisian, Semarang, menolak menjawab pertanyaan soal ini. "Tanyakan saja soal itu kepada Kepala Korps Lalu Lintas," katanya Kamis pekan lalu. "Saya tidak mau berkomentar."

(8)

Pengamanan Markas Besar Polri. "Penyelidikan masih berjalan," ujarnya. Tiwi tidak bisa ditemui di kantornya, markas Korps Lalu Lintas. "Sedang ada pendidikan di luar kota," kata seorang pegawai bagian tata usaha.

Menurut Sukotjo, setoran uang ke markas Korps Lalu Lintas hanya satu aliran dari duit proyek simulator. Ia menyatakan puluhan miliar lain menggelontor ke perwira lain. Sukotjo siap mempertanggungjawabkan semua keterangan. Menurut dia, kejanggalan proyek dan data setoran kepada perwira tinggi juga sudah dilaporkan ke Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo dan Komisi Kepolisian Nasional. "Saya siap dikonfrontasi dengan mereka," katanya.

SUKOTJO mengenal Budi Susanto secara kebetulan pada 2009. Ketika itu, dia tengah membantu Andrie Tedjapranata, pemilik PT Megacipta Nusantara, mitra bisnis Budi, yang sedang mengerjakan proyek simulasi kemudi di Korps Lalu Lintas Polri. Sukotjo diminta membuat satu prototipe simulator plus mesin pengendalinya untuk Megacipta. "Budi tertarik dan mengajak saya bekerja sama," katanya.

Proyek pertama yang mereka garap adalah 50 unit simulator versi Isuzu Elf, tujuh unit versi Hino Ranger, dan 100 unit versi sepeda motor. Menggunakan anggaran Kepolisian 2010, perusahaan Sukotjo merupakan subkontraktor dari perusahaan Budi. Artinya, semua simulator dikerjakan perusahaan Sukotjo.

Hubungan bisnis mereka berlanjut hingga 2011. Menurut Sukotjo, lewat

kedekatannya dengan Djoko Susilo, Budi berhasil memperoleh tender pengadaan 700 simulator sepeda motor senilai Rp 54,453 miliar dan 556 simulator mobil senilai Rp 142,415 miliar. Padahal Citra Mandiri Metalindo Abadi miliknya tidak pernah punya pengalaman menggarap simulator (lihat "Rezeki Nomplok

Tetangga Pedangdut").

(9)

pengadaan.

Citra Mandiri akhirnya benar-benar ditunjuk sebagai pemenang. Dalam dokumen surat perintah kerja yang diteken pejabat pembuat komitmen, Wakil Kepala Korps Lalu Lintas Brigadir Jenderal Didik Purnomo, disepakati harga simulator sepeda motor adalah Rp 77,79 juta per unit dan simulator mobil Rp 256,142 juta per unit.

Harga yang dibayar Korps Lalu Lintas Polri ini kelewat mahal. Sebab, dalam dokumen perjanjian pembelian barang dari Citra Mandiri Metalindo dengan Inovasi Teknologi, harga per unit simulator sepeda motor hanya Rp 42,8 juta dan simulator mobil Rp 80 juta per unit. Perusahaan milik Budi Susanto itu

memperoleh untung lebih dari 100 persen, yakni Rp 116 miliar.

Menurut Sukotjo, margin besar Citra Mandiri Metalindo tidak dinikmati sendiri. Dia mengaku pernah diminta Budi mengirimkan uang Rp 15 miliar ke Primkoppol Korps Lalu Lintas. Ia juga pernah memberikan dana ke pejabat Inspektorat

Pengawasan Umum Polri senilai Rp 1,7 miliar. Selain itu, Rp 2 miliar disetorkan kepada staf pribadi Djoko Susilo.

Dalam dokumen pengiriman uang perusahaan Sukotjo, transfer dana ke rekening Primkoppol Korps Lalu Lintas dilakukan dua kali lewat Bank Mandiri. Pada 13 Januari 2011 dikirim Rp 7 miliar, dan esoknya Rp 8 miliar. Ia juga mencatat pemberian uang untuk tim Inspektorat Pengawasan Umum sebesar Rp 700 juta. Catatan lainnya adalah Rp 1 miliar ke Inspektur Pengawasan Umum Komisaris Jenderal Fajar Prihantono.

Dana lain mengalir ke tim pengawasan Korps Lalu Lintas Polri. Permintaan setoran tercatat dalam percakapan Sukotjo dengan Budi Susanto via BlackBerry Messenger. Sukotjo melaporkan kedatangan lima anggota tim pengawasan pada pukul 10.04, 24 April 2011. Budi menjawab, "Oke Murtono kasih Rp 2 juta, yang lain saya kira cukup Rp 1 juta, karena Senin lalu baru saya kasih."

(10)

700 unit, baru terkirim 100 unit," katanya.

Pejabat Pembuat Komitmen Korps Lalu Lintas Polri Brigadir Jenderal Didik

Purnomo mengatakan tidak tahu soal adanya pemberian uang. Dia membantah lembaganya membayar lebih mahal. "Malah terhitung murah dibanding produk luar negeri yang selama ini kami pakai," ujarnya.

Budi Susanto membenarkan adanya permintaan pengiriman uang senilai Rp 15 miliar ke Primkoppol Korps Lalu Lintas. "Itu untuk pembayaran utang saya ke Primkoppol," katanya. Adapun Komisaris Jenderal Fajar Prihantono menolak diwawancarai. "Bapak telah melimpahkan soal ini ke Kepala Divisi Humas Polri (Saut Usman Nasution)," ujar ajudannya. Saut, ketika dihubungi, mengatakan belum siap memberi jawaban.

Hubungan dagang Budi dan Sukotjo berakhir pada Juni 2011. Budi mengatakan Sukotjo gagal memenuhi tenggat pengerjaan proyek. Padahal biaya pengerjaan

driving simulator sepeda motor dan mobil senilai Rp 98 miliar sudah diterima bekas koleganya itu. "Dia membuat banyak alasan agar proyek ini macet dan saya dicap gagal oleh Korps Lalu Lintas," kata Budi.

Dari komitmen pesanan 700 simulator sepeda motor, menurut Budi, Sukotjo baru menyerahkan 107 unit. Pesanan simulator mobil belum selesai satu pun. "Dia menipu saya," ujarnya. "Padahal masih ada uang saya Rp 42 miliar yang belum dikembalikan."

Budi mengatakan telah menyelesaikan proyek dengan mengambil produk dari perusahaan lain. Ia mengatakan terpaksa membayar denda Rp 2,7 miliar karena terlambat. "Saya sama sekali tidak memakai barang buatan Sukotjo," katanya.

Ditemani Ajun Komisaris Besar Teddy Rusmawan, Budi Susanto kemudian menguasai rumah dan pabrik milik Sukotjo pada pertengahan Juli 2011. Dia berdalih, penyitaan itu merupakan kesepakatan yang diteken Sukotjo di depan notaris. Sukotjo juga dilaporkan ke Polres Bandung dengan tuduhan penipuan dan penggelapan. Perkara ini disidangkan di Pengadilan Negeri Bandung. Sukotjo dijebloskan ke Rumah Tahanan Kebon Waru, Bandung, tempat dia menerima

(11)

Erick Samuel Paat, kuasa hukum Sukotjo, membantah adanya kesepakatan untuk menyita harta kliennya. Menurut dia, yang terjadi adalah pengambilan paksa oleh Budi Susanto dengan bantuan polisi. Sukotjo dan istrinya dipaksa

membubuhkan tanda tangan di blangko kosong. Ia menambahkan, "Kami menyimpan rekaman CCTV proses penyitaan bergaya preman ini."

Pelaku yang Terlibat

Dalam kasus dugaan korupsi pengadaan simulator kemudi motor dan mobil pada korps lalu lintas (Korlantas) Mabes Polri T.A 2011 ini, KPK telah menetapkan empat orang tersangka.

Mereka adalah Didik Purnomo, Pejabat Pembuat Komitmen dalam pengadaan ini sekaligus Wakil Ketua Korlantas Mabes Polri, Sukotjo Bambang Direktur Utama PT Inovasi Teknologi Indonesia, Budi Susanto, Dirketur Utama PT Citra Mandiri Metalindo Abadi, dan Djoko Susilo Kepala Korlantas Mabes Polri.

Kejahatan Korupsinya

Kejahatan korupsi yang terjadi dalam kasus tersebut berkaitan dengan pembuatan atau pengadaan alat driving simulator sim. Dalam proses

penganggaran untuk alat driving tersebut digelembungkan dari anggaran yang sebelumnya telah ditetapkan. Dana tersebut kemudian di bagi-bagikan dan masuk ke kantong masing –masing pejabat instansi yang terkait.

Cara mengatasinya

Untuk mengatasi masalah yang terjadi seperti kasus di atas, seharusnya di dalam instansi pemerintah itu adalah ditempatkan atau dipilih orang-orang yang tepat dalam arti mereka adalah orang yang bersedia mengabdi kepada negara dan rakyat. Dan pemerintah harus bertindak tegas dalam memberikan hukuman yang pantas kepada para koruptor dan bertindak cepat dalam memberantas korupsi maupun tindak kejahatan lainnya yang dapat merugikan rakyat dan negara.

Peraturan yang menjerat kasus

(12)

SAHKAH PENGGELEDAHAN RUMAH TANPA SURAT

IZIN?

KASUS:

Saya baru saja terkena masalah akibat tingkah laku adik sepupu saya yang selama di Jakarta, ia menginap dirumah saya. Selama hampir 3 (tiga) bulan dia menginap dirumah saya dan setelah itu ia tiba-tiba tidak ada kabar selama 2 (dua) bulan terakhir ini.

Setelah kepergiannya 2 (dua) bulan terakhir ada polisi datang kerumah saya memberitahu saya bahwa adik sepupu saya ternyata terlibat kasus pencurian atas pemberitahuan itu polisi mengeledah rumah saya tanpa adanya surat izin

penggeledahan padahal saya berani bersumpah kalau saya tidak ada turut campur dalam tindakan yang dilakukan adik sepupu saya itu. Saya ingin bertanya apakah sah penggeledahan rumah yang dilakukan terhadap saya tanpa surat izin penggeledahan?. Terimakasih.

Jawaban:

Menurut Pasal 32 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), tujuan

penggeledahan yaitu:

“ Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dapat melakukan penggeledahan

rumah atau penggeledahan pakaian atau penggeledahan badan menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini ”.

Tujuan penyidikan melakukan penggeledahan rumah dan atau pakaian dan atau badan adalah untuk kepentingan penyidikan, yaitu mencari serta mengumpulkan (menyita) alat pembuktian (alat bukti/barang bukti), yang dengan alat pembuktian tersebut membuat terang atau jelas tentang tindak pidana yang terjadi dan sekaligus menemukan

(menangkap) tersangka pelakunya.

Oleh karena tujuan tersebut maka walaupun sepupunya memang tidak turut campur dalam tindak pidana tersebut tetapi untuk proses penegakan hukum, penggeledahan itu dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengungkapkan sebuah kasus. Maka karena adik sepupunya tersebut belum dapat ditemukan, langkah pertama aparat keamanan adalah memeriksa kerabat dekat tersangka yang dalam hal ini saudara. Apalagi tersangka pernah berdiam atau penginapan ditempat saudara.

Dalam penggeledahan rumah diatur dalam Pasal 125 KUHAP yang isinya:

“ Dalam hal penyidik melakukan penggeledahan rumah terlebih dahulu menunjukkan tanda pengenalnya kepada tersangka atau keluarganya,

selanjutnya berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dan Pasal 34”.

Pasal 33 KUHAP berbunyi:

(1) “Dengan surat izin ketua pengadilan negeri setempat penyidik dalam melakukan penyidikan dapat mengadakan penggeledahan rumah yang diperlukan.

(13)

(3) Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh dua orang saksi dalam hal tersangka atau penghuni menyetujuinya.

(4) Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh kepala desa atau ketua lingkungan dengan dua orang saksi dalam hal tersangka atau penghuni menolak atau tidak hadir.

(5) Dalam waktu dua hari setelah memasuki dan atau menggeledah rumah, harus dibuat suatu berita acara dan turunnya disampaikan kepada pemilik atau penghuni rumah yang bersangkutan. “

Selanjutnya Pasal 34 KUHAP berbunyi:

(1) “Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik

harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk mendapat surat izin terlebih dahulu, dengan tidak mengurangi ketentuan pasal 33 ayat (5) penyidik dapat melakukan penggeledahan:

a. Pada halaman rumah tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada dan yang ada di atasnya;

b. Pada setiap tempat lain tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada;

c. Di tempat tindak pidana dilakukan atau terdapat berkasnya;

d. Di tempat penginapan dan tempat umum lainnya.

(2) Dalam hal penyidik melakukan penggeledahan seperti dimaksud dalam ayat (1) penyidik tidak diperkenankan memeriksa atau menyita surat, buku dan tulisan lain yang tidak merupakan benda yang berhubungan dengan tindak pidana yang bersangkutan atau yang diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dan untuk itu wajib segera melaporkan kepada ketua pengadilan negeri setempat guna memperoleh

persetujuannya.”

Dalam penjelasan Pasal 34 ayat (1) KUHAP menjelaskan:

“ ”Keadaan yang sangat perlu dan mendesak” ialah bilamana di tempat yang akan digeledah diduga keras terdapat tersangka atau terdakwa yang patut dikhawatirkan segera melarikan diri atau mengulangi tindak pidana atau benda yang dapat disita dikhawatirkan segera dimusnahkan atau dipindahkan

sedangkan surat izin dan ketua pengadilan negeri tidak mungkin diperoleh dengan cara yang layak dan dalam waktu yang singkat”.

Dari keterangan Pasal-pasal tersebut diatas, sebelum melakukan penggeledahan, tim penyidik perlu mendapat izin dari ketua pengadilan negeri setempat. Akan tetapi, jika dirasa tersangka dapat kabur atau memusnahkan atau memindahkan barang bukti, penggeledahan dapat dilakukan tanpa surat izin, penyidik tetap wajib melapor kepada ketua pengadilan negeri setempat. Dalam penggeledahan tanpa surat izin maka tidak diperkenankan memeriksa atau menyita surat, buku, dan tulisan lain yang tidak ada hubungannya dengan tindak pidana yang bersangkutan.

Kesimpulannya sahnya penggeledahan rumahnya yang dilakukan oleh penyidik selama sesuai prosedur yang saya uraiankan diatas.Terkait dengan masalah saudara

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya sistem yang dibuat dapat memudahkan pasien dalam melakukan proses pendaftaran tanpa harus datang langsung ke klinik serta dapat memudahkan pihak

Berdasarkan observasi pada pembelajaran IPA Fisika khususnya materi Pesawat Sedehana di MTsN 1 Pidie Jaya, di temukan bahwa metode guru dalam pembelajaran

Kita yakin bahwa segala sesuatunya yang dapat tergali dari dalamnya tidak hanya akan berguna bagi daerah yang bersangkutan saja, melainkan ju g a akan dapat

Penulisan tugas akhir ini disusun guna sebagai syarat memperoleh gelar sarjana teknik, jurusan teknik industri universitas muhammadiyah surakarta.. Disusunnya tugas akhir

Hasil analisis terhadap pretest dan posttest dengan wilcoxontest menunjukkan bahwa Z = 1,445 dan Sig (2-tailed) bernilai 0,148 > 0,05, maka dapat disimpulkan

 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005 – 2025 yang selanjutnya disebut sebagai RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan persepsi akademisi yaitu strata-1 dan dosen dengan strata-2 dan profesi akuntansi tentang Akuntansi forensik tidak sama

Setiap motif batik yang mempunyai makna khusus hanya boleh dipakai oleh golongan keluarga keraton sesuai dengan tingkatan kastanya (Wulandari, 2011:2). Sekarang