• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

BERBANTUAN MEDIA SEDERHANA TERHADAP HASIL

BELAJAR MATEMATIKA

I Md. Diana Putra

1

, I Wyn Darsana

2

, I. B. Surya Manuaba

3

,

1,2,3

Jurusan Pendidika Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail : putradiana44@yahoo.com

1

, w_darsana@ymail.com

2

ibsm.co.id@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan matematika realistik berbantuan media sederhana dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus III Kecamatan Abiansemal tahun pelajaran 2013/2014. Populasi penelitian seluruh siswa kelas V SD Gugus III Kecamatan Abiansemal yang berjumlah 125 siswa. Jenis penelitian yang digunakan eksperimen semu dengan nonequivalent control group design.

Penentuan sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling dan diperoleh siswa kelas V SD No. 1 Bongkasa sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas V SD No. 2 Bongkasa sebagai kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes objektif pilihan ganda. Berdasarkan hasil analisis, rata-rata nilai post-test kelompok eksperimen sebesar 71,25 sedangkan rata-rata nilai post-test kelompok kontrol sebesar 60,22 ( 1 > 2). Data dianalisis menggunakan analisis statistik uji-t. Kriteria pengujian

adalah jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima dengan derajat kebebasan dk =

n1 + n2 – 2 dan = 0,05. Uji-t menunjukkan thitung = 4,38, dan ttabel = 2,00 untuk dk = 60

dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria pengujian, thitung > ttabel (4,38 > 2,00)

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti penerapan pendekatan matematika realistik berbantuan media sederhana berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus III Kecamatan Abiansemal tahun pelajaran 2013/2014.

Kata Kunci: pendekatan matematika realistik, media sederhana

Abstract

This study aims to determine significant differences between groups mathematics studies learning outcomes of students that learned mathematic realistic education supoted by simple media with a group of students that learned using conventional teaching at the fifth grade elementary school Gugus III Abiansemal academic year of 2013/2014. The population of this research are 125 students in the fifth grade of Gugus III Abiansemal. This research is quasi-experimental design with a nonequivalent control group. Determination of the samples was done by purposive sampling technique and selected sample was the students of SD NO.1 Bongkasa as experiment group and SD NO. 2 Bongkasa as control group. The data collected by using a multiple-choice objective tests. The based mean of class experiment are 71.25 and mean of the claas contol are 60.22 ( 1 > 2). The data collected were analyzed by t-test analysis. Testing ceiteria is if thitung >

ttabel so Ho is rejected and Ha accepted with a degree of freedom dk = n1 + n2– 2 and =

0.05. T-test results show thitung = 4.38 and ttabel = 2.00 for dk = 60 with a significance 5%.

Based on the criteria of examination, thitung > ttabel (4.38 > 2.00) so H0 is rejected an Ha was

received. This is means that the application of mathematica realistic education supported by simple media affected the results of mathematic studies fifth grade elementary school Gugus III Abiansemal academic years of 2013/2014.

(2)

PENDAHULUAN

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003, pasal 51, ayat (1) tentang Sisdiknas yang berimplikasi terhadap perubahan paradigma pengelolaan pendidikan dari sentralistik menjadi desentralistik, menerangkan bahwa, “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah”. Terjadinya perubahan paradigma manajemen pendidikan di sekolah, yang semula diatur dan dikendalikan oleh pusat dan birokrasinya (sentralistik), menjadi pengelolaan yang berdasarkan pada potensi atau kemampuan sekolah itu sendiri

(desentralistik). Dalam konteks

desentralistik, masing-masing sekolah atau

satuan pendidikan mempunyai kewenangan penuh dalam mengatur pendidikan dan pembelajaran, merencanakan, mengorganisasikan, mengawasi, mempertanggungjawabkan, serta memimpin sumber daya yang ada untuk mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Jadi guru memiliki wewenang mempersiapkan pembelajaran baik persiapan teknis dan persiapan non teknis.

Pada kurikulum pendidikan sekolah dasar terdapat beberapa mata pelajaran pokok yang harus dikuasai siswa. Matematika merupakan mata pelajaran yang diberikan di setiap jenjang pendidikan. Jenjang pendidikan sekolah dasar merupakan fondasi dari suatu sistem pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan berikutnya. Hal ini seperti yang tertuang dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 17 ayat (1), yaitu pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Oleh karena itu, penguasaan konsep-konsep matematika sejak dini harus dipahami dengan baik dan benar. karena konsep-konsep dalam matematika merupakan suatu rangkaian sebab akibat. Artinya suatu konsep disusun berdasarkan konsep sebelumnya dan akan menjadi dasar bagi konsep-konsep

selanjutnya, (Prihandoko, 2006: 1). Sehingga pemahaman yang salah terhadap suatu konsep, akan berakibat pada kesalahan pemahaman terhadap konsep-konsep selanjutnya. Dalam membelajarkan matematika guru diharapkan dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang bermakna. Siswa tidak hanya mengetahui tetapi memahami materi atau bahan matematika yang dipelajarinya. Pembelajaran matematika di SD kelas V Gugus III Kecamatan Abiansemal mengalami beberapa permasalahan. Hal ini diketahui dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 14 Desember 2012 terhadap guru kelas V SD Gugus III Kecamatan Abiansemal, dapat dirangkum dan diidentifikasi permasalahannya yaitu: (1) Guru menyajikan materi matematika hanya melalui ceramah, (2) guru tidak menggunakan media dalam pembelajaran matematika dengan alasan karena guru awalnya menganggap materi tersebut mudah dipahami oleh siswa dan dikarenakan keterbatasan sarana yang dimiliki sekolah, (3) Siswa mudah lupa dengan materi yang sebelumnya sudah diketahui oleh siswa yang berkaitan dengan materi matematika, (6) Siswa bersikap pasif dalam pembelajaran.

(3)

Gugus III Kecamatan Abiansemal masih didominasi oleh guru yang lebih aktif dan guru dalam mengajar tidak menggunakan media pembelajaran yang berkaitan dengan materi pembelajaran, sehingga konsep-konsep dalam matematika ditransfer langsung oleh guru kepada siswa sebagai sesuatu yang sudah jadi. Siswa tidak memperoleh kesempatan untuk aktif menemukan kembali (reinvented) konsep matematika. Seharusnya guru harus berperan sebagai fasilitator belajar. Guru harus mampu membangun pembelajaran yang interaktif dan guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif pada pembelajaran matematika. Freudental (dalam Wijaya, 2012:20) mengatakan bahwa, proses belajar siswa hanya akan terjadi jika pengetahuan (knowledge) yang dipelajari bermakna bagi siswa. Dengan demikian, dalam pembelajaran matematika sangat penting menekankan keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman kehidupan sehari- hari siswa. Siswa akan mengingat dan memahami apa yang mereka pelajari bila mereka menemukan makna dari pelajaran mereka. Dari uraian di atas terlihat bahwa ada kesenjangan antara kondisi yang diharapkan dengan kondisi real dilapangan. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, perlu dilakukan suatu upaya praktis untuk memperbaiki proses pembelajaran kearah yang lebih baik. Perlu dirancang pembelajaran yang bisa menumbuhkan interaksi siswa, menumbuhkan keaktifan dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Siswa tidak dipandang sebagai penerima pasif. Siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide atau konsep matematika dibawah bimbingan guru. Perlu dirancang pembelajaran yang bisa menumbuhkan minat belajar siswa dan siswa merasa bahwa pelajaran tersebut penting dan ada keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa. Strategi Pembelajaran yang sesuai dengan pradigma pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik. Realistic Mathematics

Education, yang diterjemahkan sebagai

pendidikan matematika realistik (PMR), adalah sebuah pendekatan belajar

matematika yang dikembangkan sejak tahun 1971 oleh sekelompok ahli matematika dari Freudenthal Institute,

Utrecht University di Negeri Belanda

(Aisyah, dkk, 2007:7-3) . Pendekatan ini didasarkan pada anggapan Hans Freudenthal bahwa matematika adalah kegiatan manusia. Dalam pendekatan matematika realistik, kelas matematika bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Oleh karena itu, siswa tidak dipandang sebagai penerima pasif, tetapi harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru. Proses penemuan penemuan kembali ini dikembangkan melalui penjelajahan berbagai persoalan dunia nyata (Hadi, dalam Aisyah, dkk, 2007:7-3). Dunia nyata diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di luar matematika, seperti kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar. Dalam pendekatan matematika realistik dunia nyata digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Gravemeijer dalam Tarigan, 2006:3 menerangkan “pendekatan matematika realistik adalah pembelajaran matematika yang menekankan pentingnya konteks nyata yang dikenal murid dan masalah konteks nyata merupakan bagian inti dan dijadikan starting point dalam pembelajaran matematika”.

(4)

pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika. hasil belajar matematika adalah perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri siswa serta kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran matematika dalam kurun waktu tertentu. Hasil belajar menurut Snelbeker (dalam Rusmono, 2012:8) mengatakan bahwa perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan belajar adalah merupakan hasil belajar, karena belajar pada dasarnya adalah bagaimana prilaku seseorang berubah sebagai akibat dari pengalaman.

Pendekatan matematika realistik diadaptasi sesuai dengan alam dan budaya Indonesia yang dikenal dengan istilah PMRI atau Pendidikan Matematika Realistik Indonesia. Pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik mempunyai landasan filosofis yang kuat yaitu kompatibel dengan teori konstruktivistik dan landasan psikologis yang kuat yaitu psikologi kognitif sesuai dengan perkembangan psikologi anak. Menurut prinsip konstruktivistik pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa, baik secara personal maupun sosial dan siswa aktif mengkonstruksi pengetahuan sehingga konsep yang dimilikinya menjadi semakin rinci, lengkap dan ilmiah (Hadi dalam Aisyah, dkk, 2007:7-9). Pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik merupakan pembelajaran matematika dengan menekankan pentingnya konteks nyata yang dikenal siswa, proses konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa sendiri, dan matematika dipandang sebagai kegiatan manusia yang bermula dari pemecahan masalah. Masalah konteks nyata merupakan bagian inti dan dijadikan starting point dalam pembelajaran matematika (Gravemeijer dalam Tarigan, 2006:3). Kebermaknaan konsep matematika merupakan konsep utama dari pendekatan matematika realistik dan proses belajar siswa hanya akan terjadi jika pengetahuan yang dipelajari bermakna bagi siswa. (Frundental, dalam Wijaya, 2012: 20).

Peran seorang guru dalam pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik lebih ditekankan sebagai fasilitator, moderator, motivator, dan evaluator. Siswa dipandang sebagai individu (subyek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan. Siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahamannya tentang matematika melalui eksplorasi berbagai masalah baik masalah sehari-hari maupun masalah matematika. Dalam pembelajaran siswalah yang lebih aktif untuk mencari, menemukan, dan menyelesaikan masalah. Sehingga pengetahuan itu benar-benar dikonstruksi sendiri oleh siswa.

Pendekatan matematika realistik memiliki beberapa kelebihan yaitu: (1) membuat pembelajaran matematika lebih menarik, relevan, dan bermakna, tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak, (2) mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa, (3) menekankan belajar matematika pada learning by doing, (4) memfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan dan tanpa menggunakan penyelesaian (algoritma) baku dan, (5) menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika (Kuiper dan Knuver dalam Suherman, 2003: 143).

Adapun sintaks pembelajaran pendekatan matematika realistik adalah (1)

tahap penyajian masalah

kontekstual/realistik, (2) tahap pengorganisasian siswa, (3) tahap pemecahan masalah, (4) tahap penyajian hasil kerja, (5) tahap refleksi dan evaluasi.

(http://massofa.wordpress.com/2008/09/13/ pendekatan-pembelajaran-matematika-realistik.)

(5)

pembelajaran guna menopang pencapaian hasil belajar (Sudarma dan Parmiti, 2007:5).

Menurut Hamalik pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa penguruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi pelajaran saat itu. Selain itu, media pembelajaran juga dapat membantu meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi (dalam Arsyad, 2005:16).

Berdasarkan bahan pembuatannya media pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu media kompleks yaitu media yang identik dengan mahal sedangkan media sederhana adalah media yang dalam pengadaannya tidak memerlukan biaya mahal. Media sederhana adalah segala sesuatu alat, atau sarana yang berfungsi sebagai saluran atau perantara komunikasi dalam kegiatan pendidikan agar dapat berlangsung secara efektif dan efesien yang dibuat dengan bahan yang mudah diperoleh dan mudah digunakan.

Ada berbagai benda dilingkungan kita yang bisa dijadikan sebagai media pembelajaran sederhana demi tercapainya tujuan pembelajaran diantaranya dalam bentuk gambar diam, grafis, display, relia, poster ,chart, dan strip story. Namun pengembangannya harus tetap mengikuti prosedur pengembangan media secara umum atau pedoman pada desain intruksional. Dengan demikian harus mengikuti langkah-langkah seperti analisis kurikulum dan karakter siswa, perumusan tujuan atau indikator, pengembangan pokok-pokok materi agar tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran yang telah dirancang.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan uji teori pendekatan matematika realistik dengan melaksanakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendekatan

Matematika Realistik Berbantuan Media Sederhana Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus III Kecamatan Abiansemal Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik berbantuan media sederhana dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus III Kecamatan Abiansemal tahun pelajaran 2013/2014. METODE

Jenis eksperimen ini ialah eksperimen semu (kuasi eksperimen)

karena penelitian menggunakan seluruh subjek dalam kelompok belajar (intact

group) untuk diberi perlakuan (treatment),

bukan menggunakan subjek yang diambil secara acak dan mengingat tidak semua variabel (gejala yang muncul) dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat.

Rancangan penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu yang dalam hal ini menggunakan bentuk “Nonequivalent Control Group Design”. Rancangan Nonequivalent Control Group

Design dapat digambarkan pada Gambar 1.

Desain Penelitian

Gambar 1. Nonequivalent Control Group Design

(Sugiyono, 2013:116) Keterangan :

O1 : nilai awal (pre-test) kelompok eksperimen, O3 : nilai awal (pret-test) kelompok kontrol, O2 : nilai akhir (post-test) kelompok eksperimen, O4 : nilai akhir (post-test) kelompok kontrol dan X : perlakuan dengan pendekatan matematika realistik berbantuan media sederhana.

O1 X O2

---

(6)

Subjek penelitian diambil dari populasi, selanjutnya dikelompokan menjadi dua kelompok yakni kelompok kontrol dan kelompok eksperimen melalui proses randomisasi (secara acak).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus III Kecamatan Abiansemal tahun pelajaran 2013/2014. Banyak siswa kelas V seluruhnya di Gugus III Abiansemal 125 orang siswa. Siswa di SD Gugus III Kecamatan Abiansemal dikelompokan dalam siswa-siswa yang setara secara akademik. Dikatakan setara secara akademik, karena menurut keterangan kepala Gugus III Kecamatan Abiansemal

menerangkan bahwa dalam

pengelompokan siswa ke dalam sekolah-sekolah tesebut disebar secara merata menurut pembagian wilayah banjar.

Pemilihan sampel dalam penelitian ini tidak dilakukannya pengacakan individu, karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti. Sampel adalah bagian tertentu dari keseluruhan objek yang akan diteliti (Basuki, 2010:182). Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive

sampling merupakan teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu (Sugiyono, 2013:124). Pertimbangan yang dipakai dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah kelas yang jumlah siswanya sama atau lebih dari 30 siswa. Kelas yang memenuhi untuk dijadikan sampel yaitu kelas V SD No. 1 Bongkasa dan kelas V SD No. 2 Bongkasa. Kemudian sampel yang terpilih diundi untuk menentukan kelas exsperimen dan kelas kontrol. Karena kelas yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel hanya dua kelas, dua kelas tersebut diundi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah dilakukan pengundian, kelas yang terpilih sebagai kelas eksperimen adalah kelas V SD No. 1 Bongkasa dan yang sebagai kelas kontrol adalah kelas V SD No. 2 Bongkasa.

Untuk menguji kesetaraan antara kelompok ekperimen dan kelompok kontrol digunakan dengan uji-t. Rumus uji-t yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rumus pollend varian. Rumus ini digunakan karena jumlah masing-masing sampel penelitian berbeda (n1 ≠ n2). Sebelum dilakukan uji-t, terlebih dahulu perlu dilakukan uji prasyarat data yang terdiri dari dua bagian yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas data. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa data kedua kelompok berdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen. Dengan demikian, dilanjutkan dengan menggunakan analisis uji-t.

Dari hasil analisis data diperoleh thitung sebesar 0,42. Harga ttabel pada taraf signifikansi 5% dan dk = 60 sebesar 2,00. Dengan demikian, thitung < ttabel (0,42 < 2,00) maka Ho diterima dan Ha di tolak sehingga tidak terdapat perbedaan nilai pre-test matematika siswa di SD No. 1 Bongkasa dengan nilai pre-test matematika siswa di SD No.2 bongkasa. Hal ini berarti kedua kelompok tersebut setara. Setelah mengetahui kedua kelompok setara, maka dilanjutkan dengan melakukan teknik random sampling untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari random sampling yang dilakukan dengan pengundian, hasil pengundian yang dilakukan diperoleh SD No. 1 Bongkasa sebagai kelompok kontrol dan SD No. 2 Bongkasa sebagai kelompok eksperimen. Perlakuan yang berupa penerapan pendekatan matematika realistik berbantuan media sederhana hanya diberikan pada kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional.

(7)

Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk tes objektif pilihan ganda biasa. Tes Objektif adalah tes yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikan harus dipilih salah satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan (Sudijono, 2005:118). Adapun jumlah soal pilihan ganda biasa yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 30 soal yang telah diuji validitas, reliabilitas, daya beda, dan taraf kesukarannya sehingga perangkat tes dapat mencerminkan penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika kelas V.

Untuk analisis data digunakan teknik alalisis uji-t. Rumus uji-t yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus pollend varian dengan jumlah sampel pada masing-masing kelompok berbeda (n1 ≠ n2). Namun, sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas data dengan rumus Chi-Square

dan homogenitas data dengan uji F. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (Ho) yang berbunyi: ” tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik berbantuan media sederhana dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional tahun pelajaran 2013/2014”. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi: “terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik berbantuan media sederhana dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional tahun pelajaran 2013/2014”.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran matematika menggunakan pendekatan matematika realistik berbantuan media sederhana dan data hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Analisis dari hasil penelitian diperoleh rata-rata nilai

post-test hasil belajar matematika pada

kelompok eksperimen sebesar 71,25 dengan jumlah testee 32 orang siswa, standar deviasi (SD) sebesar 9,87 dengan nilai maksimum yang mampu diraih oleh siswa sebesar 90,00 dan nilai terendah yang diperoleh siswa sebesar 43,33. Sedangkan pada kelompok kontrol, berdasarkan hasil analisis diperoleh rata-rata nilai post-test hasil belajar matematika siswa pada kelompok kontrol sebesar 60,22 dengan jumlah testee 30 siswa, dari perhitungan standar deviasi (SD) diperoleh SD sebesar 9,94 dengan nilai maksimum yang mampu diraih oleh siswa sebesar 83,33 dan nilai terendah yang diperoleh siswa sebesar 40,00. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai post-test hasil belajar matematika pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan uji-t, sebaran data hasil belajar matematika siswa yang diperoleh dipastikan berdistribusi normal dan homogen. Untuk menentukan sebaran data post-test hasil belajar matematika siswa berdistribusi normal digunakan analisis

Chi-Square (X2) dan untuk menentukan

homogenitas varian dari kedua sebaran data menggunakan uji F. Untuk kelompok eksperimen diperoleh hasil uji normalitas, = 2,61 sedangkan untuk taraf signifikan 5% ( = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh =

= 11,07 karena >

(11,07 > 2,61) maka Ho diterima. Ini berarti sebaran data nilai post-test matematika siswa kelas V SD No. 1 Bongkasa pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelompok kontrol diperoleh hasil uji normalitas, = 2,80 sedangkan untuk taraf signifikan 5% ( = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh = = 11,07, karena > (11,07 > 2,80) maka Ho diterima. Ini berarti sebaran data nilai post-test matematika siswa kelas V SD No. 2 Bongkasa pada kelompok kontrol berdistribusi normal.

(8)

homogenitas varian. Dari hasil pengujian dengan uji F diperoleh harga

sebesar 1,01 dan pada taraf signifikansi 5% dengan dk pembilang 30 – 1 = 29 dan dk penyebut 32 – 1 = 31 adalah 1,89. Ini berarti Fhitung < Ftabel (1,01 < 1,89) maka Ho diterima. Sehingga varian-varian tersebut homogen.

Setelah dilakukan uji prasyarat, diketahui bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Dengan demikian, dilanjutkan dengan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dengan menggunakan uji-t. Dari hasil analisis dengan menggunakan uji-t diperolah rekapitilasi data sebagai berikut.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji-t Data Hasil Belajar Matematika Pada Taraf Signifikansi 5% dan dk = 60

No. Kelompok Mean Skor

Nilai thitung

Nilai ttabel

Keterangan

1 Eksperimen 71, 25

4,38 2,00

Hipotesis

Alternatif diterima 2 Kontrol 60,22

Berdasarkan tabel 1 diperoleh nilai thitung sebesar 4,38. Dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 60 diperoleh batas penolakan hipotesis nol sebesar 2,00. Berarti thitung > ttabel (4,38 > 2,00), maka hipotesis nol yang diajukan ditolak dan menerima hipotesis alternatif, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran matematika menggunakan pendekatan matematika realistik berbantuan media sederhana dengan siswa yang mengikuti pembelajaran matematika secara konvensional pada siswa kelas V SD Gugus III Kecamatan Abiansemal Tahun Pelajaran 2013/2014.

Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan uji kesetaraan dengan menggunakan nilai pre-test siswa kelas V SD No. 1 Bongkasa dan SD No. 2 Bongkasa tahun pelajaran 2013/2014. Analisis yang digunakan untuk mengetahui kesetaraan tersebut adalah statistik parametrik yaitu uji-t. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa antara siswa kelas V SD No. 1 Bongkasa dengan siswa kelas V SD No. 2 Bongkasa memiliki distribusi normal dan homogen serta hasil uji-t menyatakan bahwa kedua kelompok data tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan atau dengan kata lain kedua kelas tesebut memiliki kemampuan yang setara. Karena

kedua kelompok setara, maka selanjutnya dilakukan randomisasi untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil randomisasi diperoleh kelas V SD No 1 Bongkasa sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD No. 2 Bongkasa sebagai kelompok kontrol. Langkah selanjutnya adalah pemberian treatmen yaitu berupa pendekatan matematika realistik berbantuan media sederhana untuk kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk kelompok kontrol. Masing-masing kelompok diberikan 8 kali

treatmen dan dilakukan post-test pada

pertemuan ke-9. Analisis dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata post-test

hasil belajar kelas eksperimen adalah71,25 sedangkan nilai rata-rata post-test yang diperoleh kelas kontrol adalah 60,22. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata post-test

hasil belajar matematika kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Pada penelitian ini, uji hipotesis menggunakan uji-t. Dari hasil perhitungan, diperoleh bahwa sebaran data nilai

post-test pada kelompok eksperimen maupun

(9)

normalitas dan uji homogenitas, maka dilanjutkan dengan melakukan uji-t. Dari hasil pengujian diperoleh thitung = 4,38 dan ttabel = 2,00 dalam taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 60. Dengan membandingkan hasil thitung dan ttabel dapat disimpulkan bahwa thitung > ttabel (4,38 > 2,00) maka Ha diterima Ho ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penerapan pendekatan matematika realistik berbantuan media sederhana terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus III Kecamatan Abiansemal.

Perolehan nilai rata-rata yang lebih besar pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol disebabkan karena pada kelompok eksperimen diterapkan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan matematika realistik berbantuan media sederhana . Perbedaan hasil belajar yang tampak antara siswa yang mengikuti pembelajaran matematika menggunakan pendekatan matematika realistik berbantuan media sederhana dengan siswa yang mengikuti pembelajaran matematika secara konvensional dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil post-test.

Nilai rata-rata hasil post-test pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dari perbedaan ini dapat disimpulkan bahwa pendekatan matematika realistik berbantuan media sederhana memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus III Kecamatan Abiansemal dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Perbedaan hasil belajar tersebut disebabkan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan matematika realistik berbantuan media sederhana dapat lebih mudah memahami atau memaknai setiap materi matematika yang dibelajarkan. Hal itu dikarenakan pendekatan pembelajaran ini memiliki kelebihan yaitu membuat pembelajaran matematika lebih menarik, relevan, dan bermakna, tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak, Pendekatan pembelajaran matematika realistik menekankan pentingnya konteks nyata yang dikenal

siswa, proses konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa sendiri, dan matematika dipandang sebagai kegiatan manusia yang bermula dari pemecahan masalah. Masalah konteks nyata merupakan bagian inti dan dijadikan

starting point dalam pembelajaran

matematika dan media yang digunakan dalam pembelajaran adalah media yang sederhana yang dikenal atau dekat dengan siswa, sehingga proses belajar dan pengetahuan yang dipelajari terasa lebih bermakna bagi siswa.

Hasil penelitian seperti yang telah dipaparkan di atas juga didukung oleh penelitian dari Ni Wayan Syoni Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha Tahun 2010, yang menyatakan bahwa penerapan pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar pecahan siswa kelas V semester II SD Negeri 1 Banjar Jawa tahun pelajaran 2009/2010. Ni Wayan Puji Andari Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha Tahun 2012 juga menyatakan bahwa pendekatan matematika realistik Indonesia (PMRI) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IVC SD Negeri 26 Pemecutan Kota Denpasar. Hal Ini berarti pendekatan matematika realistik memang memberikan dampak atau pengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah dipaparkan menunjukkan bahwa pendekatan matematika realistik berbantuan media sederhana telah terbukti lebih baik dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional. Maka dari itu, pendekatan ini dapat diterapkan sebagai variasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa tidak mudah jenuh dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan pada akhirnya hasil belajar matematika dapat dioptimalkan.

SIMPULAN DAN SARAN

(10)

diperoleh bahwa data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen kemudian dilanjutkan dengan uji-t diperoleh thitung = 4,38 dan ttabel = 2,00 dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (db) 60. Berdasarkan analisis data tersebut maka diperoleh thitung > ttabel (4,38 > 2,00), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran matematika realistik berbantuan media sederhana terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus III Kecamatan Abiansemal tahun pelajaran 2013/2014. Pendekatan pembelajaran matematika realistik berbantuan media sederhana memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang dapat dilihat dari nilai rata – rata post-test pada masing-masing kelompok.

Agar hasil belajar matematika siswa menjadi lebih baik, guru harus bisa mengkaitkan dunia nyata ke dalam materi pembelajaran, agar materi pelajaran tidak abstrak bagi siswa dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan pembelajaran siswa seharusnya belajar membangun pengetahuannya sendiri dengan ikut terlibat dalam menyelesaikan masalah yang timbul dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung yang berhubungan dengan materi pelajaran yang dipelajari. Kegiatan siswa yang hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru hendaknya diminimalisir agar tidak menciptakan siswa yang pasif dalam pembelajaran, yang hanya menerima apa yang dijelaskan oleh guru di depan kelas.

Adapun beberapa saran yang dapat dikemukakan dari penelitian ini adalah dalam pembelajaran guru hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran yang inovatif, sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran dan menggunakan media pembelajaran walaupun dalam bentuk media sederhana sehingga siswa lebih mudah memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran hendaknya siswa dipandang sebagai subyek yang aktif untuk mencari dan menemukan pengetahuan. Guru perlu lebih kreatif dalam merancang pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan kembali pengetahuan. Guru perlu merancang pembelajaran yang membuat materi-materi pembelajaran bermanfaat dan real di dunia nyata atau dalam kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa akan lebih memahami dan timbul keinginan untuk memahami suatu materi pembelajaran. Dengan demikian, pengetahuan yang dimiliki akan melekat lebih kuat dan menjadi pengetahuan awal yang kuat untuk mempelajari pengetahuan baru berikutnya.

Sekolah sebagai tempat untuk siswa dalam menuntut ilmu hendaknya dapat memberikan pembelajaran yang bermutu kepada siswa SD dengan menyediakan sarana prasarana pendukung pembelajaran di SD agar siswa menjadi termotivasi dan senang dalam belajar sehingga materi pelajaran dapat dipahami dengan maksimal.

Bagi peneliti lain diharapkan dalam penerapan pendekatan matematika realistik berbantuan media sederhana untuk lebih mendalami dengan lebih banyak menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas yang nantinya diharapkan untuk bisa diterapkan di sekolah lain. Sehingga apa yang menjadi kendala-kendala dalam penelitian ini dapat terpecahkan secara optimal dan maksimal. Jika pembelajaran sudah dilakukan dengan lebih inovatif, maka akan tercapainya suatu peningkatan hasil belajar yang lebih optimal.

DAFTAR RUJUKAN

Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan

Pembelajaran Matematika SD.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Andari, Ni Wayan Puji. 2012. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik

Indonesia (PMRI) untuk

Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Belajar Matematika Siswa Kelas IVC SD Negeri 26 Pemecutan

Kota Denpasar. Jurusan Pendidikan

Guru Sekolah Dasar, UNDIKSHA Arsyad, Adhzar. 2005. Media

(11)

Basuki, Sulistyo. 2010. Metode

Penelitian.Jakarta: Penaku

Prihandoko, Antonius Cahya. 2006.

Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan

Menarik. Jakarta: Depdiknas.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu

Perlu. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar

Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana Prenada Media.

Sofa. 2008. Pendekatan Pembelajaran

Matematika Realistik. Tersedia pada

http://massofa.wordpress.com/2008/ 09/13/pendekatan-pembelajaran-matematika-realistik.

Sudarma, I Komang dan Parmiti. 2007.

Modul Media Pembelajaran S1 PGSD. Singaraja: FIP Undiksha. Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Syoni, Ni Wayan. 2010. Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik untuk meningkatkan Hasil Belajar Pecahan Bagi Siswa Kelas V Semester II SD Negeri 1 Banjar

Jawa Tahun Pelajaran 2009/2010.

Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, FIP Undiksha.

Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran

Matematika Realistik. Jakarta:

Depdiknas.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. 2003.

Bandung: Citra Umbara.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya aplikasi scheduling event calendar berbasis web yang bertugas untuk mengatur event-event yang terjadi di dalam suatu organisasi, perusahaan, dan universitas

ROYKHATUL MUFIDAH NIM.. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dengan hasil belajar siswa pada mata

Perlakuan yang menunjukkan penurunan persentase nilai COD yang terendah yaitu perlakuan dengan tanpa lumpur aktif dan penambahan 0,3% dolomit, hal ini terjadi

Pada tabel 4.2 tampak bahwa nilai rata-rata kelas hasil belajar peserta didik mata pelajaran matematika pada materi bangun ruang kubus adalah 78 dan nilai terendah adalah 60 dengan

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari 10 orang Frater, untuk perilaku yang termasuk ke dalam dimensi pengamalan atau konsekuensi (the consequential dimensions/ religious

Pemecahan perkara (splitsing) merupakan wewenang dari Jaksa yang diatur dalam Pasal 142 KUHAP, yang menyebutkan bahwa: 7 ^ o u Z o penuntut umum menerima satu bekas

Pengujian hipotesis dengan uji t pada taraf signifikan α =0,05 dan dk =41, diperoleh hasil perhitungan thitung = 3,2 dan ttabel = 1,67, sehingga 3,2 &gt; 1,67 atau

Abstrak: Pengembangan Bahan Ajar Materi Morfologi Gigi Di Jurusan Teknik Gigi Politeknik Kesehatan Tanjung Karang. Tujuan penelitian adalah: 1) Mendeskripsikan potensi