EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN
PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN ALASAN
Oleh EVY YANTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN
PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN ALASAN
Oleh EVY YANTI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran predict-observe-explain (POE) pada materi laju reaksi dalam meningkatkan ke-terampilan memberikan alasan. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 6 Bandar Lampung kelas XI IPA1 Tahun Ajaran 2012-2013. Penelitian ini menggunakan metode pre-experimental dengan One-Group Pretest-Posttest Design. Efektivitas model pembelajaran POE diukur berdasarkan nilai n-gain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai n-gain keterampilan mem-berikan alasan sebesar 0,66. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran POE pada materi laju reaksi efektif dalam meningkatkan keterampilan memberikan alasan dengan kriteria sedang.
v DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Konstruktivisme ... 7
B. Model Pembelajaran POE ... 9
C. Keterampilan Berpikir Kritis ... 12
E. Konsep ... 15
F. Kerangka Berpikir ... 19
G. Anggapan Dasar ... 20
H. Hipotesis Penelitian ... 20
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Subyek Penelitian ... 21
vi
C. Desain dan Metode Penelitian ... 21
D. Variabel Penelitian ... 22
E. Instrumen dan Validitas Penelitian ... 22
F. Pelaksanaan Penelitian ... 23
G. Teknik Analisis Data ... 25
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 27
B. Pembahasan ... 28
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 41
B. Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus ... 43
2. RPP ... 56
3. Lembar Kerja Siswa ... 89
4. Kisi-Kisi Soal Pretest/Posttest... 122
5. Soal Pretest/Posttest... 123
6. Pedoman Penskoran Pretest/Posttest ... 127
7. Perhitungan Data Hasil penelitian ... 134
8. Data Nilai Pretest, Postest, dan n-gain ... 135
9. Lembar Penilaian Afektif siswa ... 136
10. Lembar Penilaian Psikomotor siswa ... 151
11. Surat Izin Penelitian ... 160
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempela-jari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan di-kembangkan berdasarkan percobaan, namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori. Pada hakikatnya, sains (termasuk kimia) dipandang sebagai proses, produk, dan sikap. Untuk itu pembelajaran kimia perlu dikembangkan berdasarkan pada hakikat kimia.
Kimia berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis sehingga kimia bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu pembelajaran kimia diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya sehingga dapat bermanfaat di dalam kehidupan bermasyarakat.
menjadikan mereka sebagai manusia yang mampu berpikir secara logis, kritis dan kreatif yang nantinya dengan kemampuan berpikir tersebut mereka dapat meng-aplikasikannya di kehidupan nyata sehingga dapat memecahkan permasalahan di masyarakat. (BSNP, 2006)
Secara umum, keterampilan berpikir dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang melibatkan proses kognitif untuk menerima, menganalisis, dan mengevaluasi informasi yang diperoleh sehingga dapat memutuskan tindakan dalam memecah-kan suatu masalah. Presseisen dalam Costa (1985) menyatamemecah-kan bahwa keteram-pilan berpikir kompleks dikenal sebagai keteramketeram-pilan berpikir tingkat tinggi yang meliputi empat kategori yaitu pemecahan masalah (problem solving), pembuatan keputusan (decision making), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking).
Menurut Redhana dan Liliasari (2008), keterampilan berpikir kritis sudah semesti-nya menjadi bagian dari kurikulum di sekolah. Pembelajaran perlu dikondisikan agar siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis (teaching for thin-king). Dengan kata lain, siswa harus diberi pengalaman-pengalaman bermakna
selama pembelajaran agar dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya. Dengan demikian, pembelajaran yang melatihkan keterampilan berfikir kritis sis-wa sangat penting diterapkan oleh guru agar sissis-wa dapat mengembangkan ke-mampuan berpikir kritisnya dalam kehidupan sehari-hari.
pembelajaran menjadi kehilangan daya tarik dan muncul kejenuhan siswa dalam belajar kimia. Padahal sebagian besar materi kimia dapat dikaitkan dengan kon-disi atau masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari, seperti materi laju reaksi; Misalnya obat sakit maag (lambung) dianjurkan supaya dikunyah lebih dulu se-belum ditelan, potongan kayu akan lebih cepat terbakar dibandingkan kayu yang masih dalam bentuk bongkahan utuh, dan lain sebagainya. Namun yang terjadi selama ini materi laju reaksi dikondisikan hanya untuk menghafal sejumlah kon-sep yang diberikan oleh guru tanpa dilibatkan secara langsung dalam penemuan konsep tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu model pembelajaran berfilosofi kons-truktivisme yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan berlatih meng-gunakan keterampilan berfikir kritis khususnya keterampilan memberikan alasan. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran POE.
Beberapa hasil penelitian yang mengkaji penerapan model pembelajaran POE adalah penelitian penelitian Nurjanah (2011), bertujuan untuk menganalisis pe-ningkatan penguasaan konsep tekanan dan keterampilan berpikir kreatif siswa MTs. Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan menggunakan desain Pritest-postest control group design. Hasil analisis data penelitian menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran POE dapat meningkatkan penguasaan konsep tekanan dan keterampilan berpikir kreatif siswa MTs. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian guna melihat efektivitas model pembelajaran ini pada materi laju reaksi dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa khususnya keterampilan memberikan alasan.
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka sudah dilakukan penelitian yang berjudul: “Efektivitas Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain pada Materi Laju Reaksi dalam Meningkatkan Keterampilan Memberikan Alasan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah efektivitas model pembelajaran POE pada materi laju reaksi dalam meningkatkan keterampilan memberikan alasan?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Siswa
Pembelajaran POE memberikan pengalaman kepada siswa untuk melatih kemampuan berpikir kritis khususnya pada materi laju reaksi
2. Guru
Memberi inspirasi dan pengalaman secara langsung bagi guru dalam kegiatan membelajarkan kimia dengan menerapkan model pembelajaran POE sebagai model alternatif baik pada materi laju reaksi maupun materi lain yang
memiliki karakteristik yang sama. 3. Sekolah
Penerapan model POE dalam pembelajaran merupakan alternatif untuk me-ningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Model pembelajaran POE adalah salah satu model pembelajaran yang berbasis konstruktivisme yang terdiri dari 3 langkah utama yaitu (1) predict (prediksi), (2) observe (pengamatan (3) explain (menjelaskan).
2. Keterampilan memberikan alasan adalah keterampilan berpikir kritis yang diteliti menurut Ennis (1985)
3. Efektivitas POE ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Sagala (2010), konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit)dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahu-an itu dpengetahu-an memberi makna me-lalui pengalampengetahu-an nyata. Bettencourt menyimpul-kan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu. Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) sebagai berikut:
1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami; 2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus; 3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat
pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri; 4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya; 5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang
mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan infor-masi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Nur dalam Trianto, 2010).
Menurut Sanjaya (2011), mengkonstruksi pengetahuan menurut Piaget dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema yang telah terbentuk, dan akomodasi adalah proses perubahan skema. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelek-tual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan.
Keyakinan Piaget ini berbeda dengan keyakinan Vygotsky dalam beberapa hal penting. Bila Piaget memfokuskan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui anak terlepas dari konteks sosial atau kulturalnya, Vygotsky me-nekankan pentingnya aspek sosial belajar. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain memacu pengonstruksian ide-ide baru dan meningkat-kan perkembangan intelektual pelajar. Salah satu ide kunci yang berasal dari minat Vygotsky pada aspek sosial pembelajaran adalah konsepnya tentang zone of proximal development. Menurut Vygotsky, pelajar memiliki dua tingkat
Individu juga memiliki tingkat perkembangan potensial, yang oleh Vygotsky didefinisikan sebagai tingkat yang dapat difungsikan atau dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain, misalnya guru, orang tua, atau teman sebayanya yang lebih maju. Zona yang terletak diantara kedua tingkat perkem-bangan inilah yang disebutnya sebagai zone of proximal development (Arends dalam Septiana, 2012).
B. Model Pembelajaran POE
Salah satu pembelajaran yang menganut paham konstruktivisme adalalah model pembelajaran POE. Model pembelajaran POE merupakan model pembelajaran yang di mulai dengan penyajian persoalan kimia dimana siswa diajak untuk men-duga kemungkinan yang terjadi, di lanjutkan mengobservasi dengan melakukan pengamatan langsung terhadap persoalan kimia dan kemudian dibuktikan dengan melakukan percobaan untuk dapat menemukan kebenaran atau fakta dari dugaan awal dalam bentuk penjelasan.
White dan Gustone (1992) memperkenalkan POE dalam bukunya Probing Understanding (Mabout. 2006). Model pembelajaran POE dinyatakan sebagai
model pembelajaran yeng efisien untuk memperoleh dan meningkatkan konsepsi sains siswa, serta menimbulkan ide atau gagasan siswa dan melakukan diskusi dari ide mereka. Prosedur POE adalah meliputi prediksi siswa dari hasil trasi, mendiskusikan alasan dari prediksi yang mereka berikan dari hasil demons-trasi, dan terakhir menjelaskan hasil prediksi dari pengamatan mereka.
meminta mereka untuk melaksanakan tiga tugas utama yaitu predik, observasi dan memberi penjelasan (explain). Ketiga tugas utama tersebut , yaitu Predict (pre-diksi) pada tahap ini peserta didik diajak untuk mengamati suatu fenomena yang akan dipelajari, kemudian siswa diminta untuk memprediksi dan mempertimbang-kan hasil prediksi, Observe (observasi) pada tahap ini guru meminta peserta didik untuk melakukan kegiatan, menunjukan proses atau demonstrasi dan peserta didik diminta untuk mencatat apa yang akan terjadi; dan Explain (menjelaskan) pada tahap ini guru meminta peserta didik untuk menjelaskan perbedaan antara prediksi yang dibuat dengan hasil observasinya.
siswa, maka guru membantu siswa mancari penjelasan mengapa dugaannnya tidak benar atau guru dapat membantu siswa untuk mengubah dugaanya dan membenarkan dugaan yang semula tidak benar.
Oleh karena itu guru harus memahami karakter peserta didik sehingga materi IPA akan dapat tersampaikan secara optimal. Maka orientasi guru dalam mengajar tidak hanya sebatas menyelesaikan materi ajar saja tetapi juga tetap memperhati- kan paham atau tidaknya siswa terhadap bahan ajar tersebut. Menurut Suparno (2007) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model pembelajaran POE adalah sebagai berikut:
1. Masalah yang diajukan sebaiknya masalah yang memungkinkan terjadi konflik kognitif dan memicu rasa ingin tahu; 2. Prediksi harus disertai alasan yang rasional. Prediksi bukan sekedar menebak; 3. Demonstrasi harus bisa diamati dengan jelas, dan dapat memberi jawaban atas masalah; 4. Siswa dilibatkan dalam proses eksplanasi.
Menurut Nurjanah (2011), model pembelajaran POE memiliki beberapa ke-lebihan dan kelemahan sebagai berikut :
Kelebihan model pembelajaran POE yaitu : a. Merangsang peserta didik untuk lebih kreatif khusunya dalam mengajukan prediksi; b. Dengan melakukan eksperimen dalam prediksinya dapat mengurangi verbalisme; c. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik, karena peserta didik tidak hanya mendengarkan tetapi mengamati peristiiwa yang terjadi melalui eksperimen; d. Dengan mengamati secara langsung peserta didik akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara dugaanya dengan hasil pengamatanya; e. Dengan demikian peserta didik akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
C. Keterampilan Berpikir Kritis
Berpikir kritis didefinisikan sebagai suatu proses kompleks yang melibatkan pene-rimaan dan penguasaan data, analisis data, dan evaluasi data dengan mempertim-bangkan aspek kualitatif serta melakukan seleksi atau membuat keputusan ber-dasarkan hasil evaluasi (Gerhard dalam Redhana 2008). Berpikir kritis menurut R. Swartz dan D. N. Perkins dalam Sugiyarti (2005) berarti bertujuan untuk men-capai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan yang logis, memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat keputusan, menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar ter-sebut, mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.
Arifin dalam Saputra (2011), menyatakan bahwa berpikir merupakan proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan. Berpikir juga merupakan kemam-puan jiwa taraf tinggi yang dapat dicapai dan dimiliki oleh manusia. Adanya ke-mampuan berpikir pada manusia merupakan pembeda yang khas antara manusia dengan binatang. Melalui berpikir, manusia dapat mencapai kemajuan yang luar biasa dan selalu berkembang dalam peradaban dan kebudayaan. Berpikir di-anggap suatu proses kognitif, suatu proses mental untuk memperoleh pengetahuan (Presseisen dalam Costa, 1985).
indikator keterampilan berpikir kritis (KBKr) yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelompok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun ke-terampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence), membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics). Adapun kedua belas indikator tersebut adalah:
Tabel 1. Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis No Kelompok Indikator Sub Indikator 1 Memberikan
penjelasan sederhana
Memfokuskan pertanyaan
a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan b. Mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan
kemungkinan jawaban c. Menjaga kondisi berpikir Menganalisis
argumen
a. Mengidentifikasi kesimpulan b. Mengidentifikasi
kalimat-kalimat pertanyaan c. Mengidentifikasi
kalimat-kalimat bukan bukan pertanyaan
d. Mengidentifikasi dan menangani ketidaktepatan e. Melihat struktur dari suatu
argumen
f. Membuat ringkasan Bertanya dan
menjawab pertanyaan
a. Menyebutkan contoh
b. Mengapa? Apa ide utamamu? Apa yang anda maksud..? Apa yang membuat perbedaan....? 2 Membangun
keterampilan dasar
Mempertimbangka n apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
a. Mempertimbangkan keahlian b. Mempertimbangkan
kemenarikan konflik
c. Mempertimbangkan kesesuaian sumber
d. Mempertimbangkan reputasi e. Mempertimbangkan
No Kelompok Indikator Sub Indikator
f. Mempertimbangkan resiko untuk reputasi
g. Kemampuan untuk memberikan alasan
h. Kebiasaan berhati-hati
Mengobservasi dan mempertimbangka n laporan observasi
a. Melibatkan sedikit dugaan b. Menggunakan waktu yang
singkat antara observasi dan laporan
c. Melaporkan hasil observasi d. Merekam hasil observasi e. Menggunakan bukti-bukti yang
benar
f. Menggunakan akses yang baik g. Menggunakan teknologi h. Mempertanggungjawaban hasil
observasi
3 Menyimpul-kan
Mendeduksi dan mempertimbangka n hasil deduksi
a. Siklus logika-Euler b. Mengkondisikan logika c. Menyatakan tafsiran Menginduksi dan
mempertimbangka n hasil induksi
a. Mengemukakan hal yang umum
b. Mengemukakan kesimpulan dan hipotesis
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
a. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan sesuai latar belakang fakta-fakta
b. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
berdasarkan akibat
c. Menerapkan konsep yang dapat diterima
d. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
keseimbangan masalah. 4 Memberikan
penjelasan lanjut
Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangka n suatu definisi
a. Membuat bentuk
No Kelompok Indikator Sub Indikator Mengidentifikasi
asumsi-asumsi
a. Penjelasa n bukan pernyataan b. Mengkonstruksi argumen 5 Mengatur
strategi dan taktik
Menentukan suatu tindakan
a. Mengungkap masalah b. Memilih kriteria untuk
mempertimbangkan solusi yang mungkin
c. Merumuskan solusi alternatif d. Menentukan tindakan
sementara
e. Mengulang kembali f. Mengamati penerapannya Berinteraksi
denganorang lain
a. Menggunakan argumen b. Menggunakan strategi logika c. Menggunakan strategi retorika d. Menunjukkan posisi, orasi,
atau tulisan
Dalam penelitian ini indikator yang dikembangkan adalah mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, khususnya keterampilan memberikan alasan.
D. Konsep
Konsep merupakan suatu abstraksi yang melibatkan hubungan antar konsep (relational concepts) dan dapat dibentuk oleh individu dengan mengelompokkan obyek, merespon obyek tersebut dan kemudian memberinya label (concept by definition). Oleh karena itu, suatu konsep mempunyai karakteristik berupa hirarki
Tabel 2. Analisis konsep materi laju reaksi
Label
Konsep
Definisi Konsep
Jenis
Konsep
Atribut
Posisi Konsep
Contoh
Non Contoh
Kritis
Variabel
Superordinat
Koordinat Subordinat
Laju Reaksi Menyatakan laju
perubahan
konsentrasi
zat-zat komponen
reaksi yaitu zat
pereaksi (reaktan)
atau zat hasil
reaksi (produk),
setiap satuan
waktu
yang
berlangsung
dalam orde
tertentu.
Konsep
Abstrak
·
Laju Perubahan
·
Konsentrasi zat
komponen
reaksi dan hasil
reaksi
·
Satuan Waktu
·
Tumbukan
efektif
·
Orde reaksi
·
Konsentrasi
zat
komponen
reaksi
·
Suhu
·
Luas
permukaan
·
katalis
Perubahan
Konsentrasi
·
Persamaan
laju reaksi
·
Orde
reaksi
·
aA+ bB
pP + qQ
·
Perkaratan
besi
·
Kembang api
Tumbukan
efektif
Tumbukan yang
mempunyai energ
i yang cukup
untuk
memutuskan
ikatan-ikatan
kimia pada zat
yang bereaksi dan
menghasilkan
energi.
umbukan
Abstrak
·
Tumbukan
·
Energi cukup
·
Ikatan kimia
·
Zat yang
bereaksi
·
Menghasilkan
energi
·
Molekul
pereaksi
dalam
wadahnya
selalu
bergerak ke
segala arah.
·
Partikel-partikel
pereaksi dalam
suatu reaksi
·
Molekul
pereaksi
·
Molekul hasil
reaksi
-
·
K + CH
3I
→ KI +
CH
3-
Konsentrasi
larutan
Menyatakan
hubungan
kuantitatif
komposisi zat
terlarut dan
pelarut dalam
Berda-
sarkan
prinsip
·
Hubungan
kuantitatif
·
Komposisi zat
terlarut dan
pelarut
·
Larutan
·
Bergantung
pada jumlah
mol spesi zat
terlarut dalam
larutan
·
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
tumbukan
efektif.
·
Luas
Permuka-an
bidang sentuh
·
Katalis
·
Temperatur
-
·
HCl 2M
·
HCl 3M
-
1
Label
Konsep
Definisi Konsep
Jenis
Konsep
Atribut
Posisi Konsep
Contoh
Non Contoh
Kritis
Variabel
Superordinat
Koordinat Subordinat
larutan.
Luas
permukaan
bidang
sentuh
Ukuran besarnya
bidang sentuh
Berda-
sarkan
prinsip
·
Ukuran
·
Bidang sentuh
·
Bergantung
pada ukuran
kepingan zat
padat.
·
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
tumbukan
efektif.
·
Konsetrasi
larutan
·
Katalis
·
Temperatur
-
·
Batu kapur
serbuk
·
Batu kapur
kepingan
-
Katalis
suatu zat yang
berfungsi
mempercepat
terjadinya
reaksi, tetapi pada
akhir reaksi dapat
diperoleh
kembali.
Abstrak
·
Zat sebagai
katalis dalam
reaksi
·
Bergantung
pada suatu
zat yang
digunakan
sebagai
katalis
·
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
tumbukan
efektif.
·
Luas
Permukaan
bidang sentuh
·
Konsentrasi
larutan
·
Temperatur
-
nikel (Ni),
platina (Pt),
dan
kromium
(Cr).
Temperatur Intensitas energi
panas suatu zat
atau benda.
Dengan
menaikkan
temperatur, maka
hal ini
akan memperbesa
r energi potensial,
sehingga ketika
bertumbukan
akan
menghasilkan
reaksi.
Berda-
sarkan
prinsip
·
Inetensitas
panas
·
Energi potensial
·
Tumbuka
·
Menghasilkan
energy
·
Bergantung
pada kalor
yang
diberikan
dalam suatu
reaksi
·
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
tumbukan
efektif.
·
Luas
Permukaan
bidang sentuh
·
Katalis
·
Konsentrasi
larutan
-
25
oC
50
oC
-
Orde reaksi tingkat reaksi
terhadap suatu
Berda-
sarkan
·
Tingkat reaksi
·
Komponen
·
Memperki-
rakan sejauh
Konsentrasi zat
pereaksi
Jumlah
molekul
-
v = k[A]
n-
1
Label
Konsep
Definisi Konsep
Jenis
Konsep
Atribut
Posisi Konsep
Contoh
Non Contoh
Kritis
Variabel
Superordinat
Koordinat Subordinat
komponen yang
merupakan
pangkat dari
konsentrasi
komponen
tersebut.
prinsip reaksi
·
Pangkat
·
Konsentrasi
komponen
mana
konsentrasi
zat pereaksi
mempengaru
hi laju reaksi
tertentu
pereaksi
bila m=1
n=3
Energi
Aktivasi
Merupakan energi
minimum agar
suatu reaksi dapat
berlangsung.
Abstrak
·
Energi
minimum
·
Berlangsung-nya suatu reaksi
·
Jumlah energ
yang tersedia
Energi
Energi
ionisasi
-
B + K —>
BK
BK + A —>
A-B-K
A-B-K —>
A-B + K
-
1
E. Kerangka Berpikir
Model pembelajaran POE merupakan salah model pembelajaran berfilosofi kons-truktivisme yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan berlatih meng-gunakan keterampilan berfikir kritis khususnya keterampilan memberikan alasan. Oleh karena itu siswa harus dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran agar siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritisnya. Pembelajaran melalui model pembelajaran POE pada materi laju reaksi dilakukan secara ber-tahap. Pada tahap predict siswa diarahkan untuk membuat prediksi terhadap suatu peristiwa kimia dimana siswa diajak untuk menduga (prediksi), dalam membuat prediksi siswa diminta untuk berfikir tentang alasan mengapa ia membuat dugaan (prediksi) seperti itu. Karena prediksi bukan sekedar menebak perlu adanya alasan yang menguatkan hasil prediksi yang dibuat. Sehingga dengan bimbingan dari guru dalam tahap ini siswa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan memberikan alasan. Setelah itu dilanjutkan dengan tahap observe atau observasi yaitu dengan melakukan percobaan untuk menguji kebenaran prediksi yang mereka sampaikan terutama tentang kesesuaian antara dugaan dengan hasil eksperimen dari tahap observasi.
diminta untuk memberikan alasan dari penjelasan yang mereka peroleh dari hasil pengamatan yang mereka lakukan. Dalam kegiatan menjelaskan ini siswa di-harapkan dapat mengembangkan keterampilan memberikan alasan.
Berdasarkan uraian di atas apabila pada pembelajaran kimia digunakan model pembelajaran POE diharapkan efektif dalam meningkatkan keterampilan mem-berikan alasan, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas model pembelajaran POE pada materi reaksi laju reaksi siswa SMA Negeri 6 Bandar Lampung.
F. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa-siswi kelas XI IPA1 semester ganjil SMA Negeri 6 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama.
2. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan keterampilan kemampuan untuk memberikan alasan siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 6 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 pada subyek penelitian diusahakan sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan.
G. Hipotesis Penelitian
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 6 Bandar
Lampung tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 40 siswa terdiri dari 9 siswa
laki-laki dan 31 siswa perempuan.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data hasil tes
sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah pembelajaran
di-terapkan (posttest) kepada siswa. Sedangkan sumber data adalah siswa kelas XI IPA1
SMA Negeri 6 Bandar Lampung.
C. Desain dan Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah preexperimental, dan menggunakan desain
one-group pretest-posttest design yaitu ada pemberian tesawal sebelum diberi
perlakuan (pretest) dan tes akhir setelah diberi perlakuan (posttest) dalam
Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 3. Desain penelitian
O1 X O2
(Sugiyono, 2012; Creswell, 1994)
Dengan keterangan O1 adalah nilai pretes sebelum diberikan perlakuan, O2 adalah
nilai postes setelah diberikan perlakuan. X adalah perlakuan yang berupa
pembelajaran POE.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan.
Sebagai variabel terikat adalah keterampilan memberikan alasan.
E. Instrumen dan Validitas penelitian
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah :
a. LKS kimia yang menggunakan modelPOE sejumlah5 LKS
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus yang sesuai dengan
standar Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
c. Soal pretest dan postest yang berjumlah5 soal essay.
d. Lembar aktivitas, yaitu lembar pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan
2. Validitas Instrumen
Validitas pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah
kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur. Pengujian
kevalidan isi pada penelitian ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini
pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan
penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara
unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap
valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang
bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan
keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini
dilakukan oleh dosen pembimbing penelitian untuk memvalidasinya.
F. Pelaksaan Penelitian
1. Tahap Prapenelitian
a. Mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang keadaan
sekolah, data siswa, data nilai, jadwal dan sarana prasarana di sekolah.
b. Menentukan kelas yang akan dijadikan subyek penelitian yaitu kelasXI IPA1.
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi pokok
yang diteliti yaitu materi laju reaksi.
d. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan model
pembelajaran POE dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi laju reaksi.
2. Tahap Penelitian
Prosedur pelaksanaan di kelas menggunakan model pembelajaran POE. Prosedur
pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Melakukan pretest pada kelas subyek.
b. Melaksanakan pembelajaran pada materi laju reaksi sesuai dengan model
pembelajaran POE.
c. Melakukan posttest pada kelas subyek.
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan
[image:30.595.118.486.357.664.2]dibawah ini :
Gambar 1. Alur Penelitian Observasi Penentuan subyek
penelitian
Penyusunan instrumen
Pretest
Treatment (pembelajaran POE)
Posttest Analisis data
G. Teknik Analisis Data
Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti
yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah,
tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
1. Hipotesis
Model pembelajaran POE pada materi laju reaksiefektif dalam meningkatkan
keterampilan memberikan alasan
2. Nilai Akhir
Nilai akkhir pretest atau postest dirumuskan sebagai berikut:
Nilai Akhir = ∑skor yang diperoleh siswa skor maksimum × 100
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung Gain.
3. Gain ternormalisasi
N-gain merupakan perbandingan antara selisih skor pretest dan skor posttest dengan
selisih skor maksimum dan skor pretest. N-gain digunakan untuk mengukur
efektivitas suatu pembelajaran. N-gain dirumuskan sebagai berikut:
N−gain ( g) = ( )
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi
[image:32.595.144.481.200.268.2]dari Hake seperti terdapat pada tabel berikut :
Tabel 4. Klasifikasi n-gain ( g )
Besarnya g Interpretasi
g > 0. 7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedang
g ≤ 0,3 Rendah
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Model pembelajaran POE efektif dalam meningkatkan keterampilan
memberikan alasan dalam kategori sedang.
2. Perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai pretest dan postest keteram-pilan memberikan alasan yaitu pada pretest rata-rata nilai adalah 37,00 dan rata-rata nilai postest adalah 78,83 sehingga didapatkan rata-rata nilai n-gain adalah 0,66.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disarankan bahwa:
1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian ini, hendaknya lebih mengoptimalkan persiapan dalam tiap tahap pembelajaran POE, terutama alokasi waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Costa, A.L. and Presseisen, B.Z., 1985. Glossary of Thinking Skill, in A.L. Costa (ed). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking,
Alexandria: ASCD.
Creswell, John W. 1994. Research Design Qualitative & Quantitative Approaches. Sage Publications. London
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta
Dahar, R.W. 1989. Teori – teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Ennis, R.H. 1985. Goals for A Critical Thiking Curriculum. Costa, A.L. (Ed). Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandra, Virginia: Assosiation for Supervisions and Curriculum Development (ASCD).
Hake, R. R. 1999. Analyzing Change-Gain Scores .
http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. Diakses 20 Juni 2012.
Indrawati dan Setiawan, Wanwan. 2009. Pembelajaran inovatif Kreatif dan Inovatif untuk Siswa Sekolah Dasar. Jakarta : PPPPTK IPA
Nurjanah. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Tekanan dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa MTS. Tesis. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung
Redhana, I.W. dan Liliasari. 2008. Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA. Diakses tanggal 30 Desember 2011.
Sagala, S. 2010 . Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Septiana, C. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran problem solving pada Materi Asam-Basa dalam Meningkatkan Keterampilan Memprediksi pada Siswa. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan
Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara. Jakarta.