• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL BELAJAR PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN PADA MATERI TERMOKIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PREDIKSI DAN PENGUASAAN KONSEP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL BELAJAR PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN PADA MATERI TERMOKIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PREDIKSI DAN PENGUASAAN KONSEP"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL BELAJAR PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN PADA MATERI TERMOKIMIA DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN PREDIKSI DAN PENGUASAAN KONSEP

Oleh Oktaria Gustina

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL BELAJAR PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN PADA MATERI TERMOKIMIA DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN PREDIKSI DAN PENGUASAAN KONSEP

Oleh Oktaria Gustina

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model siklus belajar Predict-observe-explain (POE) pada materi termokimia dalam meningkatkan

keterampilan prediksi dan penguasaan konsep. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas XI IPA 1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung semester ganjil tahun Pelajaran 2012-2013. Penelitian ini menggunakan metode Pre-experimental dengan one-group pretest-posttest design. Efektivitas model siklus

belajar POE diukur berdasarkan gain ternormalisasinya. Hasil penelitian menun-jukkan bahwa rata-rata nilai n-gain keterampilan memprediksi sebesar 0,6 dan

penguasaan konsep sebesar 0,7. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran POE

pada materi termokimia efektif dalam meningkatkan keterampilan memprediksi dan penguasaan konsep dengan kriteria sedang.

(3)
(4)
(5)
(6)

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kontruktivisme ... 7

B. Model Siklus Belajar POE ... 11

C. Keterampilanm Proses Sains ... 13

D. Penguasaan Konsep ... 18

E. Kerangka Pemikiran ... 20

F. Hipotesis Penelitian ... 21

III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 22

B. Jenis dan Sumber Data ... 22

(7)

v

1. Instrumen penelitian ... 24

2. Validitas penelitian ... 24

F. Pelaksanaan Penelitian ... 25

1. Prosedur penelitian ... . 25

2. Tahap penelitian ... . 26

G. Tekhnik Analisis Data ... 27

1. Menghitung nilai Pretest dan Posttest ... 27

2. Menghitung nilai Gain ... 27

3. Menghitung Nilai n-Gain... 27

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisisnya ... 28

B. Pembahasan ... 30

C. Kendala Yang Dihadapi ... 37

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 39

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA... . 41

LAMPIRAN 1. Silabus ... 45

2. Pemetaan SK dan KD ... 57

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 64

4 Lembar Kerja Siswa ... 100

5. Kisi-kisi Pretest dan Possttest ... 148

7. Soal Pretes dan Posttest ... 150

8. Kunci Jawaban Pretest dan Posttest ... 155

9 . Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Pretes dan Posttest ... 158

(8)
(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang

diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan keterampilan, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta

didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta

didik agar dapat belajar dengan baik.

(10)

yang dapat diamati, kegiatan pengamatan atau observasi, serta kegiatan meng-komunikasikan atau menjelaskan keterkaitan antara prediksi dan observasi fenomena yang diamati sehingga siswa dapat membangun konsep berdasarkan proses yang dilakukan.

Faktanya, pembelajaran kimia cenderung hanya menghadirkan konsep-konsep,

hukum-hukum dan teori-teori saja, yang diperoleh siswa hanya kimia sebagai

produk tanpa menyuguhkan bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum, dan

teori tersebut, sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. (Depdiknas,

2003).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia di kelas XI SMA

Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 ditemukan masalah

yaitu jarang dilakukannya praktikum di sekolah dikarenakan kurang tersedianya alat dan bahan yang disediakan sekolah sehingga proses belajar siswa tidak terlaksana secara utuh, hal ini menyebabkan proses ditemukannya konsep pada siswa tidak muncul dalam pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran yang digunakan merupakan model konvensional yang cenderung bersifat kaku dan kurang menarik minat siswa. Siswa hanya menerima dan mendengarkan materi dari guru, sehingga menyebabkan aktivitas seperti aktif dalam diskusi, bertanya pada guru, memberikan pendapat, dan menjawab pertanyaan dari guru jarang

muncul dalam proses pembelajaran, sehingga menyebabkan keterampilan prediksi

dan penguasaan konsep siswa tidak terlatih. Kenyataan ini diperkuat dengan

(11)

tersebut belum mencapai belajar tuntas. Siswa yang mendapat nilai ≥65 hanya mencapai 35%, sedangkan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang ditetapkan di SMA tersebut untuk pelajaran kimia 100% siswa memperoleh nilai ≥ 65, dengan demikian belum mencapai belajar tuntas.

Faktor yang diduga menyebabkan rendahnya hasil belajar kimia siswa pada materi pokok termokimia di SMA Gajah Mada Bandar Lampung diantaranya adalah kurang efektifnya penggunaan metode pembelajaran yang digunakan guru seperti metode ceramah, tanya jawab, latihan mengerjakan soal, dan kurangnya frekuensi praktikum. Siswa mengandalkan seluruh informasi datang dari guru, dan siswa menjadi pasif. Melihat kondisi tersebut maka kualitas pembelajaran kimia di SMA Gajah Mada Bandar Lampung perlu ditingkatkan. Salah satu model pem-belajaran yang dapat meningkatkan penguasaan konsep dan katerampilan prediksi siswa adalah dengan menggunakan model siklus belajar POE.

Predict-observe-explain merupakan komponen dari model pembelajaran POE.

Predict atau memprediksi, merupakan kegiatan dimana guru mengarahkan siswa

(12)

Salah satu keterampilan dalam keterampilan proses sains adalah keterampilan prediksi (meramalkan). Terdapat 2 indikator dari keterampilan prediksi, yakni (1)

siswa mampu meramalkan dengan menggunakan pola hasil pengamatan dan (2)

siswa mampu mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang

belum diamati. Keterampilan ini menuntut siswa agar dapat menemukan suatu

konsep atau meramalkan pola hasil pengamatan yang ada dan meramalkan yang

mungkin terjadi disekitar mereka, yang selama ini belum mereka kuasai

seutuh-nya. Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung model belajar POE ini

mampu meningkatkan keterampilan prediksi.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul Efektivitas model belajar Predict-Observe-Explain pada materi Termokimia dalam meningkatkan keterampilan prediksi dan penguasaan konsep.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana efektivitas model belajar POE pada materi termokimia dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa SMA Gajah Mada Bandar Lampung?.

(13)

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan efektivitas pembelajaran POE pada materi termokimia dalam meningkatkan penguasaan konsep pada siswa SMA Gajah Mada Bandar Lampung.

2. Mendeskripsikan efektivitas pembelajaran POE pada materi termokimia dalam meningkatkan keterampilan prediksi pada siswa SMA Gajah Mada Bandar Lampung.

D.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa, dapat membangun pengalamannya sendiri melalui kegiatan penyelidikan atau proses ilmiah. Dan dapat meningkatkan kemampuan keterampilan prediksi dan penguasaan konsep siswa. 2. Bagi guru, dapat dijadikan alternatif pembelajaran sehingga diharapkan

dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sains.

3. Bagi peneliti, agar lebih terampil dalam menggunakan metode-metode pembelajaran yang ada, khususnya dalam model belajar POE.

(14)

E.Ruang Lingkup Penelitian

Agar tujuan penelitian yang akan dilakukan dapat tercapai dengan baik, maka

diperlukan batasan-batasan atau ruang lingkup dalam penelitian. Adapun ruang

lingkup penelitian ini adalah:

1. Keterampilan prediksi dalam penelitian ini merupakan indikator dalam

keterampilan proses sains tingkat dasar yang meliputi kemampuan meramalkan

dengan menggunakan pola/pola hasil pengamatan, mengemukakan apa yang

mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan dalam penelitian ini berorientasi pada keterampilan proses sains siswa.

3. Materi pokok pada penelitian ini adalah termokimia yang meliputi sistem, lingkungan, kalor entalpi, reaksi eksoterm, reaksi endoterm, jenis-jenis entalpi molar, dan perhitungan ∆H.

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Paham konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner dalam Trianto (2010).

(16)

Menurut Von Glasersfeld dalam Winahyu (2001) mengemukakan:

Konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain. Agar siswa mampu mengkonstruk-si pengetahuan, maka diperlukan: 1). Kemampuan mengkonstruk-siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2). Kemam-puan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan mengenai per-samaan dan perbedaan suatu hal, agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbeda-annya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuan-nya. 3). Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). M u “ uk d d k uk ” h mu cu penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasil-nya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Trianto, 2009).

Proses belajar yang bercirikan konstruktivisme menurut para konstruktivis adalah sebagai berikut :

(17)

pemikiran dengan menbuatpengertian baru. 4). Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan adalah situasi yang baik untuk memacu belajar. 5). Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman peserta didik dengan dunia fisik dan lingkungannya. 6). Hasil belajar sesorang bergantung pada apa yang telah diketahui peserta didik (konsep, tujuan, motivasi) yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari menurut Suparno dalam Indrawati (2009).

Proses belajar menurut konstruktivisme, dipandang dari aspek konstruktivistik, aspek belajar, peranan guru, sarana belajar dan evaluasi belajar adalah sebagai berikut :

1). Proses belajar jika dipandang dari proses kognitif, bukan sebagai per-olehan informasi yang berlangsung secara satu arah dari luar kedalam diri siswa, tetapi kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya. 2). Peranan siswa sebagai subyek yang aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyususn konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang di-pelajari. 3). Peranan guru, sebagai fasilitator dalam membantu siswa meng-konstruksi pengetahuannya. 4). Sarana belajar di sediakan agar proses pengkonstruksian siswa berjalan dengan lancar. 5). Evaluasi, pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi

pengetahuan, dan aktifitas lain yang bersumber pada pengalaman.(Mahmudin, 2010).

(18)

dengan orang lain, seorang anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif. Aktivitas mental anak terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan mental yang

d bu ” k m ” u gk h ku. Dalam perkembangan intelektual ada

tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget (Dahar 1988), yaitu :

1. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur-struktur.

2. Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya. 3. Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.

(19)

intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidakseimban-gan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi bila terjadi ke-setimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.

B.Model Pembelajaran POE

Model pembelajaran POE lahir dari teori belajar kontruktivisme. Model pem-belajaran POE di mulai dengan penyajian persoalan, dimana siswa diajak untuk menduga kemungkinan yang terjadi, di lanjutkan mengobservasi dengan melaku-kan pengamatan langsung terhadap persoalan dan kemudian di buktimelaku-kan dengan melakukan percobaan untuk dapat menemukan kebenaran atau fakta dari dugaan awal dalam bentuk penjelasan.

White dan Gustone (1992) memperkenalkan Predict-Obiserve-Explain (POE) dalam bukunya Probing Understanding (Mabout. 2006). Model pembelajaran POE dinyatakan sebagai model pembelajaran yeng efisien untuk memperoleh dan meningkatkan konsepsi sains siswa, serta menimbulkan ide atau gagasan siswa dan melakukan diskusi dari ide mereka. Prosedur POE adalah meliputi prediksi siswa dari hasil demonstrasi, mendiskusikan alasan dari prediksi yang mereka berikan dari hasil demonstrasi, dan terakhir menjelaskan hasil prediksi dari pengamatan mereka.

(20)

menurut Indrawati dan Setiawan (2009) ketiga langkah utama dalam model pembelajaran POE yaitu :

1. Prediction (prediksi) pada tahap ini peserta didik diajak menduga apa yang akan terjadi terhadap suatu fenomena yang akan dipelajari. 2. Observation (observasi) pada tahap ini guru meminta peserta didik untuk melakukan kegiatan, menunjukan proses atau demonstrasi dan peserta didik diminta untuk mencatat apa yang akan terjadi. 3. Ex-planation (eksplanasi) pada tahap ini guru meminta peserta didik untuk menjelaskan perbedaan antara prediksi yang dibuat dengan hasil observasinya.

Oleh karena itu guru harus memahami karakter peserta didik sehingga materi kimia akan dapat tersampaikan secara optimal. Maka orientasi guru dalam meng-ajar tidak hanya sebatas menyelesaikan materi meng-ajar saja tetapi juga tetap mem-perhatikan paham atau tidaknya siswa terhadap bahan ajar tersebut. Menurut Suparno (2007) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model pembelajaran POE adalah sebagai berikut:

1). Masalah yang diajukan sebaiknya masalah yang memungkinkan terjadi konflik kognitif dan memicu rasa ingin tahu. 2). Prediksi harus disertai alasan yang rasional. Prediksi bukan sekedar menebak. 3). Demonstrasi harus bisa diamati dengan jelas, dan dapat memberi jawaban atas masalah. 4). Siswa dilibatkan dalam proses eksplanasi.

Menurut Nurjanah (2011), model pembelajaran POE memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:

(21)

Kelemahan model pembelajaran POE yaitu: 1). Memerlukan persiapan yang lebih matang, terutama berkaitan penyajian persoalan kimia dan kegiatan eksperimen yang akan dilakukan yang akan dilakukan untuk membuktikan prediksi yang diajuka peserta didik. 2). Untuk melakukan pengamatan langsung memerlukan bahan-bahan, peralatan dan tempat yang memadai. 3). Untuk kegiatan eksperimen memerlukan kemampuan dan keterampilan yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional. 4). Memerlukan kemampuan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan dan proses pembelajaran peserta didik.

C. Keterampilan Proses Sains

Menurut Mahmudin (2010), keterampilan proses sains merupakan dasar dari pemecahan masalah dalam sains dan metode ilmiah. Keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen tanpa urutan tertentu, yaitu:

1). Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti seperti karakteristik obyek, sifat, per-samaan, dan fitur identifikasi lain. 2). Klasifikasi, proses pengelompokkan dan penataan objek. 3). Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti standar dan nonstandar satuan pengukuran. 4). Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagi temuan. 5). Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan. 6). Prediksi, men-gembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan.

(22)

Keterampilan proses terpadu meliputi:

1). Merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan. 2). Mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan. 3). Membuat definisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik diamati. 4) Percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data. 5). Interprestasi data, menganalisis hasil penyelidikan.

Pendekatan keterampilan proses sains dirancang dengan beberapa tahapan yang diharapkan akan meningkatkan penguasaan konsep. Tahapan-tahapan pendekatan pembelajaran keterampilan proses sains menurut Dimyati dan Mudjiono (2002):

Pendekatan keterampilan proses lebih cocok diterapkan pada pembelajaran sains. Pendekatan pembelajaran ini dirancang dengan tahapan: 1). Penam-pilan fenomena. 2). apersepsi, 3). menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa, 4). demonstrasi atau eksperimen, 5). siswa mengisi lembar kerja. 6). guru memberikan penguatan materi dan penanaman konsep dengan tetap mengacu kepada teori permasalahan.

Penerapan pendekatan pembelajaran keterampilan proses sains memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang pada dasarnya sudah dimiliki oleh siswa. Hal itu didukung oleh pendapat Arikunto (2004):

Pendekataan berbasis keterampilan proses adalah wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya keterampilan-keterampilan intelektual tersebut telah ada pada siswa.

(23)

merupakan suatu ramalan dari apa yang kemudian hari mungkin dapat diamati. Untuk dapat membuat prediksi yang dapat dipercaya tentang objek atau peristiwa, maka dapat dilakukan dengan memperhitungkan penentuan secara tepat perilaku terhadap lingkungan kita. Keteraturan dalam lingkungan kita mengizinkan untuk mengenal pola-pola dan untuk memprediksi terhadap pola-pola apa yang mungkin dapat diamati kemudian hari. Memprediksi dapat diartikan sebagai menganti-sipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan (Dimyati dan Mudjiono, 2006).

Keterampilan memprediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi atau belum diamati berdasarkan suatu ke-cenderungan atau pola yang sudah ada. Jadi dapat dikatakan bahwa

mem-prediksi adalah menyatakan dugaan beberapa kejadian mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui.

Menurut Hariwibowo, dkk. (2009):

(24)

Hartono dalam Fitriani (2009) mengemukakan:

Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS. Dalam

pembelajaran IPA, aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsung-nya proses sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dan sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada penekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan.

Pengembangan pendekatan keterampilan proses sains merupakan salah satu upaya yang penting untuk memperoleh keberhasilan belajar yang optimal. Materi pelajaran akan lebih mudah dikuasai dan dihayati oleh siswa bila siswa sendiri mengalami peristiwa belajar tersebut. Selain itu menurut Usman dan Setiawati (2001) tujuan pendekatan proses ini adalah :

1).Memberikan motivasi belajar kepada siswa karena dalam keterampilan proses ini siswa dipacu untuk senantiasa berpartisipasi secara aktif dalam belajar. 2). Untuk lebih memperdalam konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajari siswa karena hakikatnya siswa sendirilah yang mencari fakta dan menemukan konsep tersebut. 3). Untuk mengembangkan pengetahuan teori dengan kenyataan hidup dimasyarakat sehingga antara teori dengan ke-nyataan hidup akan serasi. 4). Sebagai persiapan dan latihan dalam meng-hadapi kenyataan hidup di dalam masyarakat sebab siswa telah dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah. 5). Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai problem kehidupan.

(25)
[image:25.595.133.498.174.747.2]

menjadi dua yaitu: keterampilan proses dasar (basic skill) dan keterampilan terintegrasi (integarted skill).

Tabel 1. Indikator keterampilan proses sains dasar Keterampilan Dasar Indikator

Mengamati Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil

pengamatan.

Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek.

Memprediksi Mampu mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan fakta dan yang menunjukkan suatu, misalkan memprediksi kecenderungan atau pola yang sudah ada menggunakan grafik untuk menginterpolasi dan mengekstrapolasi dugaan.

Mengukur Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat dan lain-lain. Dan mampu mendemontrasikan perubahan suatu satuan pengukuran ke satuan pengukuran lain. mengkomunikasikan Memberikan/menggambarkan data empiris hasil

percobaan atau pengamatan dengan grafik/ tabel/ diagram, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis, menjelaskan hasil percobaan atau penelitian, membaca grafik/ tabel/ diagram,

mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa.

(26)

Semiawan (1992) berpendapat bahwa terdapat empat alasan mengapa pendekatan keterampilan proses sains diterapkan dalam proses belajar mengajar sehari-hari, yaitu :

1). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa. 2). Adanya kecenderungan bahwa siswa lebih memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh yang konkret. 3). Penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bersifat mutlak 100 %, tapi bersifat relative. 4). Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

D. Penguasaan Konsep

Konsep memiliki arti yaitu gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Untuk memecahkan suatu masalah dalam belajar siswa harus mengetahui konsep dasar permasalahan yang dihadapinya.

Menurut Dahar (1988)belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun (building blocks) dalam berpikir. Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk memutuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Menurut Ratna Willis Dahar (1989), konsep merupakan batu-batu landasan berfikir, yang diperoleh melalui fakta-fakta dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Sedangkan Syaiful Sagala (2006), mengatakan bahwa konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan melalui prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Kegunaan konsep adalah untuk menjelaskan dan meramalkan.

(27)

Teknologi Informasi dan Komunikasi, konsep merupakan buah pemikiran manusia berupa teori-teori yang diperoleh melalui suatu proses sistematis dari suatu fakta dan dapat digunakan dalam pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Flavel (Dahar, 1988) mengemukakan bahwa konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi, yaitu: 1) atribut; 2) struktur; 3) keabstrakan; 4) keinklusifan; 5) generalitas atau keumuman; 6) ketepatan; 7) kekuatan (power). Dari ketujuh dimensi konsep tersebut, dapat ditarik definisi konsep menurut Rosser (Dahar, 1988), konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama.

Pada penguasaan konsep, dikenal suatu teori dari Benjamin Bloom yang disebut Taxonomy of Educational Objectives atau lebih populer dengan istilah Taksonomi Bloom. Uniknya pada taksonomi ini, terdapat suatu urutan atau tingkatan yang menandakan level kemampuan siswa, menurut Ginnis (2008) saat berpindah dari level bawah ke atas, dibutuhkan kecakapan yang lebih maju dari siswa.

Level kemampuan siswa dalam penguasaan konsep ditentukan pula oleh cara setiap orang dalam menerima dan memproses konsep tersebut. Menurut Purwanto (1994), hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1)

(28)

terdiri atas faktor biologis (jasmaniah) dan faktor psikologis, sedangkan faktor eksternal terdiri atas faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat. Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang.

E. Kerangka Pemikiran

Prinsip dasar model pembelajara POE adalah siswa dapat membangun konsep berdasarkan keterampilan proses sains yang dilakukan dalam pembelajaran, oleh karena itu siswa harus dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran agar siswa dapat mengembangkan keterampilan proses sainsnya. Pembelajaran

(29)

setelah melakukan percobaan. Pada tahap selanjutnya yaitu explain merupakan kegiatan dimana guru meminta siswa untuk memaparkan hasil pengamatan mereka serta menjelaskannya, terutama tentang kesesuaian antara dugaan awal dengan hasil eksperimen dari tahap observasi sehingga akhirnya siswa dapat menarik kesimpulan berdasarkan proses yang dilakukan, sehingga melalui tahap-tahap ini siswa diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep.

Digunakannya model pembelajaran POE diharapkan efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan memprediksi siswa, sehingga perlu di-lakukan penelitian tentang efektifitas model siklus belajar POE pada materi termokimia di SMA Gajah Mada Bandar Lampung. Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, terbukti bahwa model siklus belajar POE dapat meningkatkan keterampilan prediksi siswa.

F. Hipotesis Penelitian

(30)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Pengambilan subyek dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive

sampling, yaitu teknik pengambilan subyek dengan suatu pertimbangan, berdasarkan

pada ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Penentuan subyek dalam penelitian ini dipilih peneliti dengan bantuan pihak sekolah. Dalam pelaksanaan penentuan subyek, peneliti meminta pertimbangan dari Bapak

Muhammad Ali sebagai guru bidang studi kimia yang memahami karakteristik siswa kelas XI IPA 1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung untuk menentukan kelas subyek yang akan digunakan.

B.Jenis dan Sumber Data

(31)

C.Desain dan Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Pre-Experimental Designs dengan meng-gunakan one group pretest-posttest design yaitu ada pemberian tesawal sebelum diberi perlakuan dan tes akhir setelah diberi perlakuan dalam satu kelompok yang sama (Sugiyono, 2012).

[image:31.595.116.425.297.355.2]

Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 1. Desain penelitian

O1 adalah pretes yang diberikan sebelum perlakuan, O2 adalah postes yang diberikan setelah perlakuan. X adalah perlakuan terhadap kelas subyek berupa penerapan pembelajaran POE.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model siklus belajar POE. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan prediksi dan penguasaan konsep siswa pada materi termokimia siswa kelas XI IPA 1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung.

Kelas Pretes Perlakuan Postes

(32)

E. Instrumen dan Validitas Penelitian

1. Instrumen penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data menurut Arikunto (1997).

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah

a. LKS materi termokimia dengan model belajar POE sebanyak 7 LKS. b. Soal pretest dan posttest untuk membangun penguasaan konsep dan

ke-terampilan prediksi siswa 1. Pretest

Terdiri dari 10 soal pilihan ganda untuk membangun penguasaan

penguasaan konsep dan 4 soal uraian yang di dalamnya terdapat indikator keterampilan prediksi yaitu pada soal 1a, 2a, 3a, 4a. (hal 152)

2. Posttest

Terdiri dari 10 soal pilihan ganda untuk membangun pemahaman penguasaan konsep 4 soal uraian yang di dalamnya terdapat indikator keterampilan prediksi yaitu pada soal 1a, 2a, 3a, 4a. (hal 152)

c. Lembar observasi kinerja guru dan lembar aktivitas siswa guna mendukung berjalannya penelitian.

d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus yang sesuai dengan standar Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. Validitas Instrumen

(33)

Adapun pengujian validitas isi pada penelitian ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Apabila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa

instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai ke-pentingan penelitian yang bersangkutan. Karena dalam melakukan judgment di-perlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melaku-kannya. Dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing untuk memvalidasinya.

F. Prosedur dan Pelaksanaa Penelitian

1. Prosedur prapenelitian

a) Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk men-dapatkan informasi tentang keadaan siswa, jadwal dan tata tertib sekolah, serta sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai pendukung pelaksanaan penelitian.

b) Menentukan subjek penelitian.

c) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi yang akan diteliti, yaitu materi termokimia.

d) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan tahapan pem-balajaran POE dengan keterampilan prediksi dan penguasaan konsep yang di-harapkan akan dicapai siswa pada kelas sampel.

e) Membuat soal-soal pretes dan postes berbasis keterampilan prediksi dan peng-uasaan konsep.

(34)

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan di-bawah ini :

Gambar 1. Alur prosedur pelaksanaan penelitian 2. Tahap Penelitian

Tahap penelitian di kelas menggunakan model pembelajaran POE. Tahap pe-laksanaannya sebagai berikut:

a. Melakukan pretest pada subjek penelitian.

b. Melaksanakan pembelajaran pada materi termokimia sesuai dengan model pembelajaran POE.

c. Melakukan posttest pada subjek penelitian.

Penetapan Subyek

Validasi instrumen

Pretest

Analisis Data

Kesimpulan

Pembelajaran POE(predict-observe-explain)

postest

Mempersiapkan istrumen Tahap Persiapan dan Observasi

(35)

G. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

1. Menghitung nilai pretest dan posttest

Skor pretest atau posttest dirumuskan sebagai berikut:

Data yang diperoleh dari nilai ahir pretest dan postest kemudian dianalisis dengan menghitung Gain.

2. Menghitung nilai gain

Nilai gain dirumuskan sebagai berikut:

Gain = nilai postetst – nilai pretest

Data yang diperoleh kemudian dicari gain ternormalisasinya. 3. Menghitung N-gain

Untuk mengetahui peningkatan keterampilan prediksi siswa, maka dilakukan analisis skor gain ternormalisasi (n-gain). Rumus n-gain menurut Meltzer adalah sebagai berikut:

Dengan demikian, diperoleh N-gain untuk masing-masing kelas. Kriteria interpretasi N-gain yang dikemukakan oleh Hake, yaitu :

(36)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisis data, pengujian n-gain, dan pembahasan dalam

penelitian ini, didapatkan nilai rata-rata n-gain sebesar 0,7 untuk penguasaan

konsep dan 0,6 untuk keterampilan memprediksi, maka dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran POE pada materi termokimia efektif dalam

me-ningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan memprediksi pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 dengan kriteria sedang.

(37)

dipelajari. Selain itu, penggunaan LKS ini juga membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih

mem-perhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga

pembela-jaran lebih maksimal serta memperhatikan pengelolaan kelas yang lebih

terencana dan terorganisasi.

2. LKS dengan menggunakan model pembelajaran POE ini, sebagai media pembelajaran perlu upaya pengembangan yang lebih baik agar lebih efektif dan menarik sehingga dapat menunjang proses pembelajaran.

3. Model siklus belajar POE dapat dipakai sebagai alternatif model pembelajaran

bagi guru dalam membelajarkan materi pokok termokimia dan materi lain

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.

Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Dahar, R.W. 1988. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kimia. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Dimyati, dkk. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S. B. dan Aswan Zein. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Ginnis, Paul. (2008). Trik dan Taktik Mengajar: Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran di Kelas.Jakarta: PT Indeks

Hariwibowo. 2009. Makalah Pembelajaran-Proses:Pendekatan Keterampilan Proses. www.yahoo.com. CERPEN LUBIS GRAFURA. Lubis Grafura

(Ed). 26 Mei 2009. 30 Desember 2010

http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/05/26/ makalah-pembelajaran-proses-pendekatan-keterampilan-proses/.

Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program

(39)

Indrawati dan Setiawan, wanwan. 2010. Pembelajaran inovatif Kreatif dan Inovatif untuk Siswa Sekolah Dasar. Jakarta : PPPPTK IPA

Mahmudin. 2010. Komponen Penilaian KPS. Mahudin (Ed). Oktober 2010.

9 Juli 2011 http://mahmudin.wordpress.com/-2010/10/komponen-penilaian- k-p-s/ tembolok.html.Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.

Darussalam.

Nurhasanah, Redjeki, S, Saefudin. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Sistem Respirasi Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMA. Jurnal Pengajaran MIPA.

Nurhayati, Hera. 2012. Penerapan Strategi Pembelajaran Poe (Predict-Observe-Explain) Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Konsep Difusi Dan Osmosis Di Kelas VIII. Skripsi. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Nurjanah. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Tekanan dan Keterampilan

Berpikir Kreatif Siswa MTS. Tesis. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Pannen, P. D. Mustafa, dan M. Sekar winahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Purba, M. 2004. Kimia SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.

Rustaman, N.Y. Dirdjosoemarto, S. Yudianto, S.A. Achamd, Y. Subekti, R. Rochintawati, D, dan Nurjani, M. 2003. Strategi Belajar Mengajar biologi. Bandung. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPS UPI.

Sagala, Syaiful. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

(40)

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.

Gambar

Tabel 1.  Indikator keterampilan proses sains dasar
Tabel 1.  Desain penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Meminta izin kepada Kepala SMA Yadika Bandar Lampung untuk melaksanakan penelitian. Mengadakan observasi

Fase-fase pembelajaran tersebut meliputi: (1) fase prediction (prediksi), yang di mulai dengan penyajian persoalan kimia dimana siswa diajak untuk menduga kemungkinan yang

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas IX di salah satu sekolah di Kabupaten Cirebon mengenai pemanfaatan perangkat lunak Celestia pada

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: Pembelajaran fisika menggunakan model POEW

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini untuk aktivitas siswa dikatakan berhasil minimal berada pada kategori aktif, sikap dan keterampilan siswa minimal berada

Pada tabel 2, berdasarkan hasil analisis keterampilan proses sains pada tabel tersebut yaitu setiap kelompok dalam melakukan keterampilan proses sains dalam proses

Lampiran 16: HASIL OBSERVASI AKTIVITAS MENGAJAR GURU SIKLUS II PERTEMUAN I Nama Sekolah : SD Negeri Perumnas Nama Guru : Asmawati.H, S.Pd Siklus/pertemuan : II/1 Hari/tanggal :

Lampiran 18: OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA SIKLUS II PERTEMUAN 1 Nama Sekolah : SD Negeri Perumnas Nama Guru : Asmawati.H, S.Pd Siklus/pertemuan : II/1 Hari/tanggal : Jumat, 21