• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis keterampilan proses sains siswa pada model pembelajaran predict, observe, explain (poe) pada materi asam basa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis keterampilan proses sains siswa pada model pembelajaran predict, observe, explain (poe) pada materi asam basa"

Copied!
218
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN

PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN

(POE) PADA

MATERI ASAM BASA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

FARHANA IQBALIA P

NIM 1110016200038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

FORM (FR)

FITK No. Revisi: : 01

Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Farhana Iqbalia P

Tempat/Tgl.Lahir : Malang/26 Agustus 1992 NIM : 1110016200038

Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA/ Pendidikan Kimia

Judul Skripsi : Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa dengan Model

Predict, Observe, Explain (POE) Pada Materi Asam Basa

Dosen Pembimbing : 1. Tonih Feronika, M.Pd 2. Nanda Saridewi, M.Si

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, Oktober 2015 Mahasiswa Ybs.

Materai 6000

Farhana Iqbalia P

(6)

ii

Farhana Iqbalia P (NIM: 1110016200038). Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa dengan Model Predict, Observe, Explain (POE) pada Materi Asam Basa. Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) kualitas keterampilan proses sains siswa pada materi asam basa, 2) mengetahui aspek keterampilan proses sains dengan persentase tertinggi dan terendah pada siswa, dan 3) mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran melalui model Predict, Observe, Explain (POE). Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi, lembar kegiatan siswa, dan wawancara. Teknik analisis data dihitung berdasarkan jumlah data checklist pada lembar observasi berdasarkan pedoman skala likert dan penilaian lembar kegiatan siswa berdasarkan pedoman penilaian yang telah dibuat.. Data yang sudah dijumlahkan dihitung rata-ratanya kemudian dipersentasekan pada setiap aspek keterampilan proses sains sehingga diperoleh persentase nilai rata-rata aspek keterampilan proses sains siswa secara keseluruhan. Hasil persentase yang diperoleh kemudian dikategorikan berdasarkan 5 kategori yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Hasil penelitian disimpulkan bahwa 1) kemampuan keterampilan proses sains siswa yang termasuk dalam kategori rata-rata sangat baik adalah observasi dan klasifikasi. Keterampilan hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat bahan, prediksi, menerapkan konsep dan mengkomunikasikan termasuk dalam kategori rata-rata baik. Sedangkan mengajukan pertanyaan dan interpretasi termasuk dalam kategori rata-rata cukup, 2) Aspek keterampilan proses sains dengan persentase tertinggi adalah keterampilan mengobservasi dengan persentase sebesar 96,02% dengan kategori sangat baik. Sedangkan persentase terendah adalh keterampilan interpretasi dengan persentase sebesar 60,68% 3) Siswa senang belajar dengan model pembelajaran POE karena banyak melibatkan siswa dalam proses belajar sehingga siswa dituntut aktif dalam mengembangkan keterampilan proses sainsnya. Sedangkan diskusi kelompok dapat mengembangkan kemampuan siswa dlam berkomunikasi dan hubungan sosial antar siswapun semakin meningkat.

(7)

iii

Farhana Iqbalia P (NIM: 1110016200038). The Analysis of Students Science Process Skills with the Model of Predict, Observe, and Explain (POE) on Acid-Base Materials. Thesis, Chemistry Education Program, Science Education Major, the Faculty of Education and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The purpose of this research is to discover 1) the quality of students’ science process skills on the acid-base material, 2) the aspect of science process skills with the highest and the lowest percentage of students, and 3) the students’ responses to learning activities through the model of Predict, Observe, and Explain (POE). The research method used is descriptive method. Purposive sampling technique is used in collecting the sample of research. While in collecting the data of research the observation sheets, student activity sheet, and interviews are used. The data analysis technique is calculated based on the amount of data on observation sheet checklist based on the Likert scale guidelines and the assessment of student activity sheet based on assessment guidelines that have been made. The data that has been calculated are summed up on its average then percentage on every aspect of science process skills in order to obtain the percentage of average values of students science process skills aspect overall. The percentage obtained is then categorized based on five categories: very good, good, fair, less, and very less. The final conclusion is that 1) the ability of science process skills of students who fall into the average very good category are the observation and classification. Skills hypotheses, planning experiments, using a tool, material, predicting, implementing and communicating the concepts are belong to the category of good average. Meanwhile, asking questions and interpreting are compiled in the category of pretty average, 2) the aspects of science process skills with the highest percentage is observing skills with a percentage of 96.02% with a very good category. Meanwhile the lowest percentage is interpreting skills with a percentage of 60.68%. 3) Students enjoy learning with POE learning model because it is involving the role of students in the learning process so that their active roles are recquired in order to develop their science process skills. While for the group discussion can develop students' communication skills so that eventually students’ social relationships are getting close.

(8)

iv

Bismillahirrahmanirrahiim Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji Syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai harapan dengan judul “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa dengan Model Predict, Observe, Explain (POE) pada Materi Asam Basa”. Shalawat serta salam juga tak lupa tercurah kepada baginda Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang membawa kita semua dari zaman Jahiliyah menuju zaman yang terang-benderang. Semoga kita selalu berada dalam syafa’at-Nya. Aamiin. Pada dasarnya, banyak kesulitan yang penulis alami selama penyusunan skripsi ini. Tetapi, atas bantuan dan banyak partisipasi dari berbagai pihak, skripsi ini pun dapat selesai. Oleh karena itu, penulis sampaikan terima kasih kepada:

1. Keluarga, ibu tercinta, wanita terhebat yang tiada lelah memberi doa restu, perhatian, cinta, kasih dan sayang yang tiada putus dan selalu mengajarkan untuk terus berjuang untuk meraih apa yang di inginkan dan cita-citakan. Bapak, yang selalu memberi dukungan secara moril dan materiil, doa dan semangat tiada henti tanpa putus asa. Serta adikku tercinta dan satu-satunya, yang tidak pernah lelah menyemangati dan memberi dukungan sehingga penulis mampu mencapai pendidikan di jenjang Universitas.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Burhanudin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(9)

v

memberi banyak arahan serta menyemangati penulis selama penyusunan skripsi. 7. Doden-dosen Program Studi Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas semua ilmu dan pengalaman yang telah diberikan.

8. Teman-teman Pendidikan Kimia angkatan 2010 khususnya Tianur Secha, Tiwi Desrina, Ade Irma Nur, dan Fauzia Amina yang saling menyemangati dan memberikan motivasi.

9. Sahabat seperjuangan selama penyusunan skripsi M. Atras Marami dan Selly Tri Minati yang selalu menemani penulis dalam proses penyelesaian skripsi.

10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu hingga tersusunnya karya ini.

Akhirnya, hanya kepada Allah jualah penulis persembahkan semuanya. Ditengah-tengah khasanah ilmu pengetahuan yang sangat luas, penyusun tetap berharap semoga karya ini dapat menjadi sumbangsih dan bermanfaat bagi adik-adik jurusan pendidikan IPA khususnya program studi kimia. Semoga Allah SWT. membalas semuanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan agar dapat menjadi masukkan di waktu mendatang.. Semoga karya ini dapat memberikan kontribusi dan motivasi bagi pengembangan IPTEK dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Amin.

Jakarta, Desember 2015

(10)

v

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, PENELITIAN RELEVAN DAN KERANGKA BERPIKIR... 9

A. Deskripsi Teoritis ... ... 9

1. Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 9

a. Pengertian Keterampilan Proses Sains ... 9

b. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains ... 10

c. Peranan guru dalam mengembangkan KPS ... 15

2. Model Pembelajaran POE (Predict, Observe, Explain)... 20

a. Unsur-unsur Model Pembelajaran POE ... 22

3. Materi Asam Basa ... 23

B. Keranka Berpikir ... 31

(11)

vi

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 35

B. Metode Penelitian ... 35

C. Populasi dan Sampel ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 40

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Hasil Penelitian ... 48

1. Hasil Pengamatan KPS Siswa Berdasarkan Lembar Observasi……… 48

2. Hasil Penilaian KPS Berdasarkan LKS………. 49

3. Hasil Wawancara ……….. 50

B. Pembahasan ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(12)
(13)

Halaman Tabel 2.1 Keterampilan Proses Sains dan Indikator... 14 Tabel 2.2 Hubungan Nilai pH dan pOH dalam Larutan Asam Basa... 27 Tabel 2.3 Hubungan Keterampilan Proses Sains Siswa dengan Model Predict

Observe, Explain (POE)... 30 Tabel 3.1 Perhitungan Skala Pengukuran………... 46 Tabel 4.1 Nilai Rata-rata Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan

Lembar Observasi………... 48 Tabel 4.2 Nilai Rata-rata Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan

(14)

xi

Halaman

Lampiran 1 Perhitungan Kualitas Keterampilan Proses Sains Siswa………… 81

Lampiran 2 Lampiran KPS Lembar Observasi Praktikum 1………. 83

Lampiran 3 Lampiran KPS Lembar Observasi Praktikum 2...……….. 85

Lampiran 4 Lampiran KPS Lembar Kerja Siswa Praktikum 1...……….. 87

Lampiran 5 Lampiran KPS Lembar Kerja Siswa Praktikum 2..………89

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Praktikum 1……… ………..91

Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa Praktikum 2……….. 100

Lampiran 8 Form Lembar Observasi Praktikum 1... 109

Lampiran 9 Form Lembar Observasi Praktikum 2……… 112

Lampiran 10 Kisi-Kisi Lembar Observasi Praktikum 1……….. 115

Lampiran 11 Kisi-Kisi Lembar Observasi Praktikum 2……….. 121

Lampiran 12 Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa Praktikum 1……….. 127

Lampiran 13 Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa Praktikum 2……….. 138

Lampiran 14 Lembar Wawancara Praktikum 1………... 149

Lampiran 15 Lembar Wawancara Praktikum 2………... 151

Lampiran 16 Transkip Data Wawancara 1…...………... 153

Lampiran 17 Transkip Data Wawancara 2…...………... 159

Lampiran 18 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………... 166

(15)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan wadah untuk berlatih, berkreasi, mewujudkan cita-cita manusia yang berkualitas serta melatih keterampilan di dalam bidang tertentu. Sebagaimana pendidikan umumnya, kita mengetahui bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia.1 Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.2 Pendidikan di sekolah tidak bisa lepas dari kegiatan belajar mengajar yang meliputi seluruh aktivitas yang menyangkut pemberian materi pelajaran agar siswa memperoleh kecakapan pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan. Tercapainya tujuan pembelajaran menjadi cerminan prestasi belajar siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru sebagai salah satu unsur pendidik, agar mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah memahami bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peserta didik, serta memahami tentang bagaimana siswa belajar.3 Dalam proses belajar mengajar, baik siswa maupun guru tidak terlepas dengan ilmu pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan memiliki karakteristik spesifik yang membedakan ilmu tersebut dengan ilmu lainnya.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu cabang pokok ilmu pengetahuan yang didalamnya terdapat berbagai cabang keilmuan, antara lain ilmu fisika, imu biologi, dan ilmu kimia. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar

1

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 15, h. 35.

2

Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), Cet. 2, h. 1.

3

(16)

melalui proses mencari ”tahu” dan ”berbuat”, hal ini akan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.4

Salah satu cabang ilmu pengetahuan yang harus dikuasai siswa di SMA/MA adalah kimia. Ilmu pengetahuan tentang kimia adalah ilmu yang mencakup sejumlah aspek mengenai bahan-bahan kimia.5 Ilmu Pengetahuan alam (IPA) menekankan pada keterampilan proses sains siswa dalam setiap proses pembelajarannya. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung siswa dalam mengembangkan kompetensinya agar mencari tahu alam sekitar melalui proses menemukan. Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi.6 Belajar dengan pengalaman mencari tahu akan lebih dipahami secara mendalam. Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan.7 Namun, yang menjadi masalah bagi dunia pendidikan saat ini adalah berkaitan dengan mutu pendidikan, terutama kualitas keterampilan proses sains yang masih sangat rendah. Berdasarkan studi lapangan dan wawancara yang dilakukan di SMA Al-Hasra, peneliti dapat menyimpulkan beberapa permasalahan yaitu pembelajaran kimia banyak ditemui masih diarahkan pada penguasaan konsep materi saja, tetapi tidak diarahkan pada pengembangan keterampilan dan sikap ilmiah siswa agar tujuan pendidikan kimia keseluruhan dapat tercapai. Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang sampai saat ini masih dinilai sulit untuk dipahami baik dari segi konsep maupun penerapannya. Hal ini menyebabkan sebagian besar siswa merasa sulit untuk mempelajari ilmu tesebut lebih dalam. Gurupun akan menempuh jalan termudah yakni menginformaskan fakta dan konsep melalui metode ceramah karena harus mengejar ketentuan kurikulum. Akibatnya siswa hanya memiliki banyak pengetahuan tanpa dilatih untuk menemukan pengetahuan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Pembelajaran kimia yang dilakukan di sekolah memang cenderung menekankan pada menghafal konsep dan belum mengembangkan metode-metode yang bervariasi, maka ada saja siswa yang

4

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.1, h. 48.

5

James. E Brady, Kimia Universitas Asas dan Struktur. (Jakarta:Binarupa Aksara, 1999), h.3.

6

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana), Cet. 1, h. 225.

7

(17)

menggunakan cara cepat seperti menghafal untuk mengatasi kesulitan memahami materi pelajaran kimia.

Para siswa memang memiliki sejumlah pengetahuan, namun banyak pengetahuan itu diterima dari guru sebagai sebuah informasi saja, sedangkan mereka sendiri tidak dibiasakan untuk menemukan sendiri pengetahuan atau informasi itu.8 Menurut Zulfiani dkk, pendekatan proses adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses sains.9 Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan. Belajar memerlukan banyak kegiatan, agar anak memperoleh pengalaman guna mengembangkan pengetahuan dan pemahaman, sikap dan nilai, serta pengembangan keterampilan.10 Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Sedangkan siswa dapat menjadi pelajar yang aktif, tidak pasif. Banyak guru yang terkecoh oleh sikap siswa yang pura-pura aktif padahal sebenarnya tidak. Misalnya, ada siswa yang sepertinya memerhatikan guru sambil mengangguk-anggukkan kepala, padahal secara mental sebenarnya ia tidak memerhatikan, pikirannya jauh melayang ke rumah atau ke tempat lain. Menurut Funk, menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus. Proses pembelajaran hendaknya mendorong siswa turut serta secara aktif dalam memperoleh dan membangun pengetahuannya sendiri dengan melibatkan keterampilan-keterampilan yang dimiliki sehingga siswa akan memperoleh pengalaman belajar secara langsung dan diharapkan pembelajaran akan lebih bermakna. Salah satu keterampilan yang perlu dimiliki siswa adalah keterampilan proses sains yang dapat membantu siswa dalam menemukan atau memperoleh ilmu pengetahuan dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan proses sains

8

Conny semiawan, dkk. Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: Gramedia, 1992), h. 6.

9

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.1, h. 93.

10

(18)

merupakan keterampilan-keterampilan yang biasa dilakukan ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan.11 Sudah sewajarnya apabila keterampilan proses menjadi bagian yang tak terpisahkan (milik) guru Sains pada jenjang pendidikan manapun.12

Materi asam basa merupakan materi kimia yang diajarkan pada kelas XI IPA SMA semester genap. Pada materi asam basa terdapat konsep yang memerlukan pengamatan siswa sehingga diharapkan siswa dapat mengamati gejala-gejala, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, dan menarik kesimpulan. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan proses ilmiah sehingga membutuhkan metode pembelajaran yang tepat. Materi asam basa merupakan materi yang berisi konsep dan hafalan yang membutuhkan kemampuan berpikir serta berkaitan dengan konsep-konsep yang belum pernah diajarkan sebelumnya. Oleh karena itu untuk mengajarkan materi asam basa kepada siswa diperlukan metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dalam memperoleh pengetahuan atau konsep sehingga dapat lebih dipahami dan tahan lama dalam ingatan siswa.

Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa.13 Pada dasarnya siswa memiliki keterampilan dalam belajar seperti keterampilan bertanya, hipotesis, investigasi (merencanakan percobaan), observasi (pengamatan), klasifikasi (mengelompokkan), prediksi (meramalkan), interpretasi (menafsirkan pengamatan), dan komunikasi. Namun keterampilan-keterampilan tersebut terkadang tidak muncul, maka diperlukan adanya pendekatan pembelajaran yang mampu memunculkan keterampilan proses sains siswa tersebut. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang cocok diterapkan pada materi asam basa dan dapat mendorong siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain). Dengan demikian, materi kimia dapat disajikan lebih menarik sehingga dapat membantu siswa mengatasi kesulitan belajar dan menghilangkan persepsi

11

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.1, h. 51.

12

Nuryani R, Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), Cet. 1, h. 76.

13

(19)

buruk siswa terhadap pelajaran kimia. Dengan model pembelajaran POE siswa diarahkan dan diajak menemukan sendiri konsep pengetahuan dari pengamatan melalui metode eksperimen di laboratorium. Model POE dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa karena mereka akan menjadi lebih kritis dan menjadi ingin tahu mengenai apa yang sebenarnya terjadi sehingga dapat membuktikan sendiri keadaan yang sebenarnya. Model pembelajaran POE dapat mencakup cara-cara yang dapat ditempuh oleh seorang guru untuk membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman konsepnya, maupun psikomotor.

Secara umum proses pembelajaran yang dilakukan selama ini jarang yang mencakup dalam beberapa tahapan POE. Siswa tidak diminta untuk meramalkan dan menemukan sendiri konsep, sehingga banyak siswa yang tidak terlibat langsung dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti mengajukan model pembelajaran POE untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Penerapan model pembelajaran POE dalam proses pembelajaran memerlukan keterlibatan kemampuan berfikir dan keterampilan-keterampilan siswa secara maksimal agar setiap tahapan dapat berjalan efektif sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Salah satu keterampilan yang diperlukan yaitu keterampilan proses sains.

Model pembelajaran POE mampu merangsang peserta didik untuk lebih kreatif khususnya dalam mengajukan prediksi. Sehingga kemudian siswa akan melakukan eksperimen untuk mencari tahu hasil prediksinya, dan akhirnya peserta didik mengetahui sesuai atau tidaknya antara hasil pengamatan dengan prediksinya. Dalam model POE pada tahap predict, siswa diberi kesempatan untuk memprediksi atau membuat dugaan sementara terhadap sesuatu yang akan di observasi. Kemudian pada tahap observe, siswa diberi kesempatan untuk mencari sebanyak-banyaknya informasi dengan memaksimalkan keterampilan proses yang dimiliki, serta melakukan observasi terhadap suatu fenomena atau objek menggunakan panca inderanya. Siswa juga diberi kesempatan lebih luas dalam berkomunikasi dan menerapkan konsep agar pemahamannya lebih luas dalam tahap

(20)

pembelajaran POE akan diterapkan dan disesuaikan dengan kompetensi dasar materi asam basa.

Serangkaian uraian tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa dengan Model Predict, Observe, Explain (POE) pada Materi Asam Basa.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telahh diuraikan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah diantaranya :

1. Siswa cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran kimia.

2. Proses belajar mengajar yang terjadi di SMA Al-Hasra masih menggunakan metode yang kurang bervariasi dan kurang menekankan keterampilan proses sains pada mata pelajaran kimia.

3. Masih banyak guru-guru yang tidak menggunakan pendekatan keterampilan proses pada mata pelajaran kimia.

4. Model yang digunakan dalam penyampaian materi kimia kurang sesuai dengan materi yang bersangkutan.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pembatasan masalah terhadap masalah penelitian yang akan dilakukan yaitu:

1. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode eksperimen dengan model

Predict, Observe, Explain (POE).

2. Penelitian keterampilan proses sains siswa yang diteliti meliputi sepuluh aspek yaitu, keterampilan bertanya, memprediksi, berhipotesis, mengamati, mengklasifikasi, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, interpretasi dan berkomunikasi.

(21)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana keterampilan proses sains pada materi sam basa melalui model Predict, Observe, Explain (POE)?

2. Bagaimana respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran pada materi asam basa melalui model Predict, Observe, Explain (POE)?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa pada materi asam basa melalui model Predict, Observe, Explain (POE)

2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran pada materi asam basa melalui model Predict, Observe, Explain (POE)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Bagi siswa

Mengetahui keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa dan dapat belajar melatih kemampuan berpikirnya melalui model pembelajaran POE sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan proses sainsnya menjadi siswa yang lebih aktif, kreatif, percaya diri, dan mandiri dalam belajar.

2. Bagi Guru

(22)

3. Bagi Peneliti

(23)

9

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS

A. Landasan Teori

1. Keterampilan Proses Sains (KPS)

a. Pengertian Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains merupakan suatu keterampilan-keterampilan yang biasa dilakukan oleh para ilmuan untuk memperoleh pengetahuan.1 KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru untuk mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.

Keterampilan proses sains dalam pembelajaran merupakan suatu pengolahan kegiatan belajar mengajar yang melibatkan kemampuan dan keterampilan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses perolehan hasil belajar. Keterampilan proses sains melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial.2 Hal ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar sains, sikap ilmiah dan sikap kritis siswa. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat.3

Seperti SAPA (Science A Process Approach) pendekatan keterampilan proses sains (KPS) merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA.4 Namun dalam pelaksanaannya, SAPA tidak

1

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.51

2

Nuryani R. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), h.78

3

Ibid.

4

(24)

mementingkan konsep. SAPA menuntut pengembangan pendekatan proses secara utuh yaitu metode ilmiah dalam setiap pelaksanaannya, sedangkan jenis-jenis keterampilan proses dalam pendekatan KPS dapat dikembangkan secara terpisah-pisah, bergantung metode yang digunakan. Keterampilan proses sains dapat memberikan bekal kepada siswa untuk membentuk konsep sendiri dan cara bagaimana untuk mempelajari suatu temuan, mengembangkan kemampuan diri siswa sendiri, membantu berpikir konkret serta mengembangkan kreatifitas siswa. Keterampilan proses bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk menyadari, memahami, dan menguasai rangkaian bentuk kegiatan yang berhubungan dengan hasil belajar yang telah dicapai siswa.

b. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains terdiri atas sejumlah keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam masing-masing keterampilan proses tersebut. Berikut merupakan jenis-jenis keterampilan proses sains dan karakteristiknya :

1) Melakukan pengamatan (Observasi)

Menggunakan indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap, dan peraba serta menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan juga termasuk keterampilan proses mengamati.5 Melalui kegiatan mengamati, kita belajar tentang dunia sekitar. Mengobservasi beda dengan melihat. Kita menggunakan semua indra untuk melihat, mendengar, merasa, mengecap, dan mencium. Dalam mengobservasi kita memilah mana yang dianggap penting dari yang kurang atau tidak penting.6 Mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan keterampilan proses yang lain.

5

Ibid.

6

(25)

2) Menafsirkan pengamatan (Interpretasi)

Kemampuan menginterpretasi atau menafsirkan data adalah salah satu keterampilan penting yang umumnya dikuasai oleh para ilmuwan.7 Dalam menafsirkan pengamatan dilakukan pencatatan hasil pengamatan dan menghubung-hubungkan hasil pengamatan dari satu seri pengamatan. Interpretasi meliputi keterampilan mencatat hasil pengamatan dengan bentuk angka-angka, menghubung-hubungkan hasil pengamatan, menemukan pola keteraturan dari satu seri pengamatan hingga memperoleh kesimpulan.8

3) Mengelompokkan (Klasifikasi)

Proses pengelompokkan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari perbedaan, mengontraskan, ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan.9 Agar kita memahami sejumlah besar objek, peristiwa, dan segala yang ada di kehidupan sekitar kita, lebih mudah apabila menentukan berbagai jenis golongan. Menentukan golongan dengan mengamati persamaan, perbedaan, dan hubungan serta pengelompokan objek berdasarkan kesesuaian dengan berbagai tujuan.10

4) Meramalkan (Prediksi)

Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecendrungan atau pola yang sudah ada.11 Para ilmuwan sering membuat ramalan atau prediksi berdasarkan hasil observasi, pengukuran, atau penelitian yang memperlihatkan gejala tertentu.

7

Ibid., h. 29.

8

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 53.

9

Nuryani R. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), h. 80.

10

Dimyati, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h.142.

11

(26)

5) Mengajukan pertanyaan

Keterampilan ini merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari suatu masalah lebih lanjut.12 Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan tentang apa, mengapa, bagaimana, atau menanyakan latar belakang hipotesis.13 6) Berhipotesis

Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel, atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi.14 Dengan berhipotesis, diungkapkan cara melakukan pemecahan masalah, karena dalam rumusan hipotesis biasanya terkandung cara untuk mengujinya.15 Dalam kerja ilmiah, seorang ilmuwan biasanya membuat hipotesis yang kemudian diuji melalui eksperimen.

Keterampilan menyusun hipotesis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyatakan “dugaan yang dianggap benar” mengenai adanya suatu faktor yang terdapat dalam suatu situasi, maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga akan timbul. Keterampilan menyusun hipotetsis menghasilkan rumusan dalam bentuk kalimat pernyataan.16 Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan menyusun hipotesis diantaranya adalah ; menyusun hipoteis kerja, hipotesis nol, memperbaiki rumusan suatu hipotesis atau kegiatan sejenis lainnya.17

12

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 55.

13

Nuryani R. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), h. 81.

14

Ibid. h. 80.

15

Ibid.

16

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rhineka Cipta, 2013), h. 149.

17

(27)

7) Merencanakan percobaan atau penyelidikan

Beberapa kegiatan menggunakan pikiran termasuk ke dalam keterampilan proses merencanakan penyelidikan.18 Siswa diminta menentukan alat bahan untuk penyelidikan, menentukan variabel atau peubah yang terlibat dalam suatu percobaan, selanjutnya menentukan variabel kontrol dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati, diukur atau ditulis, serta menentukan cara dan langkah kerja juga termasuk merencanakan penyelidikan.19

8) Menggunakan alat bahan

Pada keterampilan ini mencakup beberapa indikator yaitu : memakai alat/bahan yang digunakan, mengetahui alsan mengapa menggunakan alat/bahan, dan mengetahui bagaimana menggunakan alat bahan.20

9) Menerapkan konsep atau prinsip

Siswa mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki kemudian menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru.21 Dalam hal ini siswa juga dapat menerapkan rumus-rumus pada pemecahan soal-soal baru.

10)Berkomunikasi

Menginformasikan hasil pengamatan, hasil prediksi atau hasil percobaan kepada orang lain termasuk keterampilan berkomunikasi.22 Membaca grafik, tabel atau diagram dari hasil percobaan, menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga termasuk berkomunikasi.23 Setiap peneliti dituntut untuk

18

Nuryani R. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), h. 80.

19

Ibid., h. 81

20

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 56.

21

Nuryani R, op. cit., h. 81

22

Zulfiani, dkk, op. cit., h. 54

23

(28)

menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain melalui penyusunan laporan penelitian, membuat paper, atau menyusun karangan. Bentuk komunikasi bisa dalam bentuk lisan tulisan, grafik, tabel, diagram atau gambar. Jenis komunikasi dapat berupa paparan sistematik (laporan) atau transformasi parsial.24

Berikut ini adalah tabel mengenai keterampilan proses sains dan indikatornya menurut Harlen (1992) dan Rustaman (2005) :25

Tabel 2.1 Keterampilan Proses Sains dan Indikator (Harlen 1992, Rustaman, 2005)

Keterampilan Proses

Sains (KPS) Indikator

Observasi • Menggunakan sebanyak mungkin indera • Mengumpulkan/menggunakan fakta

Klasifikasi

• Mencatat setiap pengamatan secara terpisah • Mencari perbedaan, persaman

• Mengontraskan ciri-ciri • Membandingkan

• Mencari dasar pengelompokan atau penggolongan

• Mengubah hasil-hasil pengamatan

Interpretasi/menafsirkan

• Menghubungkan hasil-hasil pengamatan • Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan • Menyimpulkan

Prediksi

• Mengunakan pola-pola hasil pengamatan • Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada

keadaan yang belum diamati

Mengajukan pertanyaan

• Bertanya apa, mengapa, dan bagaimana • Bertannya untuk meminta penjelasan

• Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis

Berhipotesis

• Mengetahui bahwa ada yang lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari satu kejadian • Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji

kebenaranya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau- melakukan cara pemecahan masalah

24

Zulfiyani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h .54

25

(29)

Keterampilan Proses

Sains (KPS) Indikator

Merencanakan percobaan

• Menentukan alat/ baha/ sumber yang akan digunakan

• Menentukan variabel/ faktor penentu

• Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat

• Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja

Menggunakan alat/bahan

• Memakai alat/bahan

• Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/ bahan

Menerapakan konsep

• Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru

• Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi

Berkomunikasi

• Mengubah bentuk penyajian

• Memberikan/ menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau tabel atau diagram

• Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis

• Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian • Membaca grafik atau tabel atau diagram

• Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa

Eksperimentasi -

c. Peranan Guru dalam Mengembangkan KPS

1) Peranan Umum

Secara umum peran guru terutama berkaitan dengan pengalaman mereka membantu siswa mengembangkan keterampilan proses sains, menurut Harlen (1992) sedikitnya terdapat lima aspek yang perlu diperhatikan oleh guru dalam berperan mengembangkan keterampilan proses.26

Pertama, memberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan proses dalam melakukan eksplorasi materi dan

26

(30)

fenomena.27 Pengalaman langsung tersebut dapat merangsang siswa menggunakan alat-alat inderanya dan mengumpulkan informasi atau bukti-bukti yang kemudian ditindaklanjuti dengan mengajukan pertanyaan, serta merumuskan hipotesis berdasarkan gagasan yang dimilikinya.

Kedua, memberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil dan juga diskusi kelas.28 Tugas-tugas dirancang agar siswa berbagi gagasan serta menyimak teman lain, menjelaskan serta mempertahankan gagasan mereka sehingga siswa dituntut untuk berfikir mengenai hal-hal yang sudah dilakukannya.

Ketiga, mendengarkan pembicaraan siswa dan mempelajari prodi mereka untuk menemukan proses yang diperlukan untuk membentuk gagasan mereka.29 Dengan kata lain aspek ketiga lebih menekankan pada membantu pengembangan keterampilan bergantung pada pengetahuan bagaimana siswa menggunakannya.30

Keempat, mendorong siswa mengulas (review) secara kritis tentang bagaimana kegiatan mereka telah dilakukan.31 Selama dan setelah menyelesaikan kegiatan siswa hendaknya mendiskusikan bagian-bagian keseluruhan penyelidikan. Mereka juga hendaknya didorong untuk mempertimbangkan cara-cara alternative untuk meningkatkan kegiatan mereka. Ini akan membantu mereka mengenali keterampilan-keterampilan yang perlu ditingkatkan. Sehingga mereka menyadari bahwa keterampilan-keterampilan yang mereka perlukan adalah penting sebagai bagian dari proses mereka sendiri.

27

Nuryani R. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), h. 82.

28

Ibid.

29

Ibid.

30

Ibid.

31

(31)

Kelima, memberikan teknik atau strategi untuk meningkatkan strategi untuk meningkatkan keterampilan, khususnya ketepatan dalam observasi dan pengukuran misalnya, atau teknik-teknik yang perlu rinci dikembangkan dalam berkomunikasi.32

2) Peranan Khusus

Apabila seorang guru akan mengembangkan keterampilan proses tertentu hendaknya dia memperhatikan syarat-syarat tertentu untuk dan menyiapkan kondisi yang diperlukan untuk itu.33

a) Membantu mengembangkan keterampilan observasi

Kesempatan untuk menggunakan alat-alat indera untuk memperoleh fakta dari obyek atau fenomena yang dijajagi.34 Keterampilan observasi memang memerlukan waktu lebih banyak daripada keterampilan proses lainnya. Namun, tidak semua observasi perlu dilakukan di dalam kelas. Persiapan yang direncanakan dengan baik untuk melakukan observasi di luar kelas juga memungkinkan kegiatan yang kaya dengan observasi. Memberikan lembar pengamatan yang sudah dirancang dengan mempertimbangkan aspek-aspek penting yang harus diamati sangat membantu guru dan siswa untuk mengungkap hasil pengamatan siswa.

b) Membantu keterampilan klasifikasi

Klasifikasi sering dimasukkan ke dalam keterampilan observasi (Dahar, 1985; Harlen 1992).35 Klasifikasi merupakan keterampilan yang didasarkan pada keterampilan observasi. Jadi, keterampilan klasifikasi merupakan keterampilan beyond

32

Ibid.

33

Ibid., h. 83.

34

Ibid.

35

(32)

observation.36 Seperti dalam mempersiapkan keterampilan observasi, guru juga perlu menyiapkan beragam obyek yang perlu diobservasi sebagai persiapan mengembangkan keterampilan klasifikasi. Berdasarkan hasil observasi, ditentukan ciri tertentu yang diamati yang akan digunakan sebagai dasar klasifikasi. Setelah itu barulah dilakukan pemilahan anggota (obyek) yang memiliki ciri tersebut dan yang tidak. Untuk itu perlu disiapkan format lembar kerja yang berisi aspek-aspek tersebut (ciri yang teramati, ya, tidak) dalam bentuk matriks.

c) Membantu mengembangkan keterampilan berkomunikasi

Karena berkomunikasi dapat dilakukan melalui tulisan, gambar (grafik, bagan), membaca dan berbicara (diskusi, presentasi), maka guru hendaknya merencanakan agar dalam kegiatan belajar mengajarnya terdapat kesempatan untuk itu.37 Guru dapat memilihkan gambar (bagan, grfaik) dan tabel untuk memulai kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan berkomunikasi, dan meminta mereka untuk menjawab pertanyaan yang disertakan bersamanya.38 Dengan kata lain, guru sebaiknya menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang meminta siswa untuk membaca data dalam gambar atau tabel dan mengemukakannya kembali. Selain itu, guru juga dapat memberikan tugas kepada siswa untuk menyajikan data hasil pengamatan ke dalam bentuk tabel atau grafik.

d) Membantu mengembangkan keterampilan interpretasi

Guru sebaiknya membantu siswa mengembangkan keterampilan interpretasi dengan meminta mereka menemukan pola dari sejumlah data yang sudah dikumpulkan, dengan

36

Ibid.

37

Ibid., h. 84.

38

(33)

mengajak mereka mengartikan maksud atau maknanya, dengan menarik kesimpulan.39 Gambar dan tabel dapat digunakan untuk membantu dalam interpretasi.

e) Membantu mengembangkan keterampilan prediksi

Untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan prediksi sebaiknya guru bertolak dari aspek keterampilan interpretasi tertentu yaitu menemukan pola.40 Guru sebaiknya mengajak siswa untuk memperkirakan hal-hal yang belum terjadi berdasarkan pola tersebut. Melalui cara ini, prediksi akan lebih nyata bagi mereka dan jelas perbedaannya dengan meramal biasa atau dengan berhipotesis.

f) Membantu mengembangkan keterampilan berhipotesis

Ada hal penting yang harus diketahui dalam mengembangkan keterampilan proses ini, yakni gagasan atau pendapat bahwa hipotesisnya itu benar.41 Hipotesis dirumuskan berdasarkan pengetahuan tentang apa yang sedang terjadi. Walaupun keterampilan berhipotesis tidaklah mudah, namun yang penting disini adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan penjelasan pada kondisi spesifik berdasarkan gagasan yang ada. Hal ini menjadi dasar pengembangan keterampilan proses selanjutnya, yaitu menerapkan konsep dan prinsip yang lebih luas, bahkan menerapkan teori (teknologi).42

39

Ibid.

40

Ibid.

41

Ibid.

42

(34)

2. Model pembelajaran POE (Predict, Observe, and Explanation)

Model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.43 Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) ada empat kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) Interaksi sosial; (2) pengolahan informasi; (3) personal-humanistik; dan (4) modifikasi tingkah laku.44

Predict-observe-explain (POE) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1995 dalam buku Probing Understanding.45 Model pembelajaran POE merupakan model pembelajaran dimana guru menggali pemahaman peserta didik dengan cara meminta peserta didik melaksanakan tiga tugas utama yaitu memprediksi, mengamati, dan memberikan penjelasan. Melalui ketiga kegiatan tersebut diharapkan siswa paham dan dapat mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan nyata. Menurut Rong Hsu (2004:1) secara tipikal POE melibatkan penggambaran situasi siswa dalam memprediksikan dan mengenal tentang apa yang akan terjadi ketika perubahan dibuat, dalam membuat alasan mengenai prediksi diperlukan observasi dan mencocokkan hasil prediksi dan pengamatan.46

Model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) ini merupakan strategi pembelajaran dengan menggunakan eksperimen yang dimulai dengan penyajian sebuah persoalan dimana siswa diajak untuk menduga kemungkinan yang terjadi (memprediksi) yang kemudian dilanjutkan dengan mengobservasi dengan melakukan pengamatan langsung terhadap persoalan tersebut dan kemudian dibuktikan dengan melakukan percobaan untuk dapat menemukan kecocokan atau ketidakcocokan antara hasil pengamatan dengan prediksinya Salah satu tujuan dari model ini adalah untuk membangkitkan rasa ingin tahu

43

Yunita, Model-model pembelajaran KIMIA, (Bandung : CV. Insan Mandiri, 2012), Cet I, h. 3

44

Ibid., h. 4.

45

Yunita Putri Suyanto, Hadi Susanto dan Suharto Linuwih, Keefektifan Penggunaan Strategi Predict-Observe-Explain untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa, Unnes Physics Education Journal, 2012, h. 16. (Tersedia online: http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej. Pada 08/01/2014).

46

(35)

siswa terhadap suatu permasalahan, karena dalam model ini diawali dengan kegiatan memprediksi terlebih dahulu. Latihan memprediksi ini sangat penting bagi para siswa dan guru, karena dengan membuat alasan-alasan pada tahap predict, jelas akan membantu siswa menjadi lebih sadar tentang masalah yang dipikirkan.47 Model pembelajaran POE adalah strategi yang sering digunakan dalam ilmu pengetahuan dan cocok untuk konteks pisik maupun dunia nyata.48

Model pembelajaran POE merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan menggunakan langkah-langkah prediksi

(predict), observasi (observe), dan menjelaskan (explain) yang bertujuan agar siswa mampu menemukan pengetahuan secara sendiri berdasarkan pengalamannya. Urutan predict-observe-explain sangat penting untuk meningkatkan pemahaman siswa akan ide-ide saintifik. Strategi POE dapat mendorong peserta didik lebih aktif dan komunikatif.49

Model POE merupakan salah satu model berorientasi konstruktivisme yang mampu melatih siswa untuk memberikan prediksi atau jawaban sementara dari permasalahan yang diberikan oleh guru.50 Sesuai dengan teori tersebut maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan itu berasal dari luar, misalnya dari objek pengamatan dan kemudian dibentuk atau dikonstruk dalam diri seseorang melalui kemampuan diri dalam menginterpretasikan objek tersebut. Sehingga dalam belajar, siswa tidak hanya sekedar meniru dari apa yang diamati atau diajarkan, tetapi secara aktif menyeleksi, menyaring, mengartikan, dan menguji kebenaran atas informasi yang diterimanya.

47

John Haysom dan Michael Bowen, Predict-Observe-Explain: Activities Enhancing Scientific Understanding, (Arlington: NSTA Press, 2010), h. 10.

48

Juniati, Penerapan Strategi Strategi Pembelajaran Probex untuk Meningkatkan Motibvasi dan Hasil Belajar Peserta Didik SMP Negeri 3 Purworejo, Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2007/2008 pada Konsep Kalor,

Berkala Fisika Indonesia, Vol. 1, 2009, h. 33. (Tersedia online: http://journal.uad.ac.id. Pada 07/01/2014).

49

Ibid., h. 9.

50

Ratna Widyaningrum, Sarwanto dan Puguh Karyanto, Pengembangan Modul Berorientasi POE (Predict, Observe, Explain) Berwawasan Lingkungan pada Materi Pencemaran untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa,

(36)

a. Unsur-unsur Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE)

Proses pembelajaran dengan menggunakan model ini dapat menemukan sendiri (inkuiri) dengan 3 tahap, yaitu tahap Prediksi Observasi dan Eksplanasi.51

a) Tahap Prediksi

Kemampuan yang dapat mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan atau pola tertentu atau hubungan antar data atau informasi.

Prediction atau membuat prediksi, merupakan suatu proses membuat dugaan terhadap suatu fenomena alam.52 Dari kedua hal di atas mengenai prediksi dalam POE adalah tahapan pembelajaran yang akan memunculkan kegiatan menyimpulkan sesuai dengan data yang didapatkan oleh siswa baik itu berupa dugaan ataupun benar.

b) Tahap Observasi

Kemampuan yang dapat mengobservasi untuk mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan menggunakan pancaindra.

Observation (observasi) yaitu melakukan penelitian/pengamatan apa yang terjadi pada suatu peristiwa, pada tahap ini bisa dilakukan penyelidikan/percobaan/ eksperimen, pengumpulan data, dan analisis data untuk menguji prediksi yang telah diajukan.53 Berdasarkan dua pengertian di atas pada tahapan observasi di dalam POE, siswa diharapkan mengumpulkan segala informasi dalam proses pembelajaran baik itu dari eksperimen atau tidak dengan menggunakan pancaindra.

51

Yunita, Model-model pembelajaran KIMIA, (Bandung : CV. Insan Mandiri, 2012), Cet I, h. 53

52

USAID PRIORITAS. Buku Sumber untuk Dosen LPTK. Pembelajaran IPA SMP di LPTK. (Kerjasama: Amerika, Mendikbud, Depdiknas dan Depag, 2014), h.7.

53

(37)

c) Tahap Eksplanasi

Pada akhir pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan. Prediksi, Observasi dan Eksplanasi. Kemampuan yang terakhir ini untuk menjelaskan suatu kejadian secara terperinci. Explanation (penjelasan) yaitu pemberian penjelasan tentang kesesuaian antara dugaan dengan hasil eksperimen dari tahap observasi.54 Jadi di dalam tahapan ini siswa diharapkan bisa menjelaskan data atau informasi yang telah mereka dapatkan dalam bentuk eksperimen atau tidak, serta bisa menghubungkan data atau informasi yang didapat sesuai dengan materi yang dipelajari.

Metode pembelajaran POE memiliki tiga elemen, pertama adalah membuat prediksi (predict) yang bertujuan untuk memungkinkan guru bersama peserta didik memahami apa yang sedang mereka pikirkan, kedua adalah melakukan pengamatan (observe) baik melalui demonstrasi guru atau berupa kegiatan peserta didik, dan ketiga adalah membuat penjelasan (explain) yang merupakan tahap akhir dari model pembelajaran POE, pada tahap ini peserta didik mendiskusikan prediksi dan pengamatannya.

Dari penjelasan mengenai pembelajaran POE serta penjelasan mengenai Predict, Observe and Explain peneliti mencoba menghubungkannya dengan ada 8 tahapan dalam pembelajaran POE. Untuk tahapan satu sampai empat merupakan tahapan Predict, tahapan lima merupakan tahapan Observe, dan tahapan enam sampai delapan merupakan tahapan Explain. Hasil pengelompokkan ini akan membantu peneliti dalam mengelompokkan aspek-aspek KPS ke dalam pembelajaran POE yang nantinya akan membantu proses pengembagan instrumen penilaian.

3. Materi Asam Basa

Larutan Asam dan Basa merupakan salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran IPA SMA kelas XI semester 2. Secara umum materi ini membahas tentang konsep Larutan Asam dan Basa menurut beberapa ahli seperti

(38)

Arrhenius, juga Bronsted Lowry serta Lewis. Selain itu, materi ini juga membahas kekuatan Asam dan Basa, serajat keasaman (pH), reaksi penetralan serta reaksi-reaksi larutan Asam dan Basa dalam kehidupan sehari-hari.

Pada Kompetensi Inti (KI) 3 materi asam basa kemampuan yang ingin dicapai adalah memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Sementara pada KI 4 (keterampilan) kemampuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran adalah mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah kongkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. Kompetensi Inti tersebut kemudian dijabarkan dalam kompetensi dasar yaitu, kompetensi dasar (KD) 3.10 Menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan. Dan KD 4.10 Mengajukan ide/gagasan tentang penggunaan indikator yang tepat untuk menentukan keasaman asam/basa atau titrasi asam/basa.

Dilihat dari dua kompetensi inti dan dua kompetensi dasar yang ada, materi asam basa merupakan materi yang syarat akan aplikasi dalam memahami konsepnya. Mengenalkan asam basa melalui penelitian langsung atau membuktikan konsepnya melalui percobaan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna kepada siswa. Konsep asam basa dapat disajikan melalui pembelajaran berbasis masalah. Menyajikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan asam basa dan membawa siswa berperan aktif dalam mempelajari konsep tersebut.

(39)

basa seperti magnesium hidroksida mempunyai rasa sepat. Sifat-sifat lain dari asam dan basa adalah pengaruhnya pada indikator, suatu zat kimia yang warnanya tergantung dari keasaman atau kebasaan larutan contoh yang khas adalah lakmus.55 Lakmus adalah zat kimia yang mempunyai warna biru dalam larutan basa dan warna pink dalam larutan asam.56 Umumnya, kertas tipis yang telah dicelupkan kedalam lakmus terdapat di laboratorium untuk mengetes keasaman atau kebasaan dari larutan. Bila lakmus merah dicelupkan kedalam larutan basa, akan menjadi biru, sedangkan bila lakmus biru dicelupkan kedalam larutan asam akan menjadi merah pink.

Pada umumnya, asam adalah zat-zat molekuler yang bila direaksikan dengan air akan menghasilkan ion hidronium.57 Sedangkan basa ada dua macam: hidroksida ionik dan zat molekuler yang bila bereaksi dengan air akan menghasilkan ion OH-.

Berikut adalah pengenalan materi asam basa : 1) Teori Asam Basa

Sifat asam dan basa dari suatu larutan dapat dijelaskan menggunakan beberapa teori, yaitu teori asam-basa Bronsted-Lowry,

dan teori asam basa G.N. Lewis.58 Ketiga teori ini mempunyai dasar pemikiran yang berbeda, tetapi saling melengkapi dan memperkaya. Hal-hal yang tidak bisa dijelaskan oleh teori Arrhenius dapat dijelaskan dan dilengkapi oleh teori Bronsted-Lowry dan tidak bertentangan dengan teori Arrhenius. Demikian juga teori G.N Lewis dapat melengkapi hal-hal terkait asam-basa yang tidak dapat dijelaskan oleh teori Bronsted-Lowry.

a. Teori Asam Basa Arrhenius

55

James. E Brady, Kimia Universitas Asas dan Struktur. (Jakarta:Binarupa Aksara, 1999), h. 179.

56

Ibid.

57

Brady, op. cit., h. 180.

58

(40)

Svante Arrhenius (1887) mengemukakan bahwa asam adalah suatu zat yang jik dilarutkan kedalam air akan menghasilkan ion hidranium (H+).59 Asam umumnya merupakan senyawa kovalen dan akan menjadi bersifat asam jika sudah larut dalam air.

b. Teori Asam Basa Bronsted-Lowry

Asam adalah spesi (ion atau molekul) yang berperan sebagai proton donor (pemberi proton atau H+) kepada suatu spesi yang lain. Basa adalah spesi (molekul atau ion) ynag bertindak menjadi proton akseptor (penerima proton atau H+).60 Tiap reaksi asam basa Bronsted Lowry dapat dilihat sebagai dua reaksi yang bersaing antara pasangan asam dan basanya.61 c. Teori Asam Basa Lewis

Konsep asam basa menurut Bronsted Lowry mempunyai keterbatasan, terutama di dalam menjelaskan reaksi-reaksi yang melibatkan senyawa tanpa proton (H+), misalnya reaksi antara senyawa NH3 dan BF3, serta beberapa reaksi yang melibatkan senyawa kompleks.62 Dalam definisi asam basa dari Lewis: suatu basa adalah suatu zat yang dapat memberikan sepasang elektron pada pembentukan sebuah ikatan kovalen. Suatu asam adalah suatu zat yang dapat menerima sepasang elektron untuk membentuk sebuah ikatan kovalen.63

59

Ibid.

60

Ibid., h. 187

61

Brady, op. cit., h. 445.

62

Unggul, op, cit., h. 189.

63

(41)

2) Nilai pH dan Sifat Larutan

Air murni mempunyai nilai pH=7 dan pOH=7. Hubungan nilai pH dan pOH dalam larutan asam dan basa dapat dinyatakan sebagai berikut.64

Tabel 2.2 Hubungan Nilai pH dan pOH dalam Larutan Asam Basa

pH 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

[H+] (M)

1 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7 10-8 10-9 10-10 10-11 10-12 10-13 10-14

[OH-] (M)

10-14 10-13 10-12 10-11 10-10 10-9 10-8 10-7 10-6 10-5 10-4 10-3 10-2 10-14 1

Sifat Asam Netral Basa

Pada dasarnya, pH digunakan untuk menyatakan konsentrasi ion H+ dalam larutan encer. Hubungan antara konsentrasi ion H+ dalam larutan dengan nilai pH pada suhu 25̊ C adalah sebagai berikut.65

Larutan asam : [H+] > 1 X 10-7 M dan nilai pH < 7 Larutan basa : [H+] < 1 X 10-7 M dan nilai pH > 7 Larutan netral : [H+] < 1 X 10-7 M dan nilai pH = 7

Nilai pH dapat memberikan informasi tentang kekuatan suatu asam atau basa. Untuk konsentrasi yang sama, semakin kuat suatu asam, semakin besar konsentrasi ion H+ dalam larutan, dan nilai pH-nya semakin kecil. Semakin kuat suatu asam, semakin kecil nilai pH-nya. Sebaliknya, semakin kuat suatu basa, semakin besar konsentrasi ion OH- dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion OH-, semakin kecil konsentrasi ion H+ dalam larutan. Akibatnya, nilai pH menjadi semakin besar. Semakin kuat suatu basa, semakin besar nilai pH-nya.66

64

Unggul, op. cit., h. 203.

65

Ibid.

66

(42)

3) Indikator Asam Basa dan Nilai pH

Untuk mengetahui suatu larutan bersifat asam atau basa, secara umum dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan indikator kertas lakmus.67 Namun, jika ingin diketahui pH suatu larutan lebih tepat, diperlukan indikator universal atau pH meter. Indikator universal merupakan campuran dari beberapa indikator yang telah diketahui trayek pH-nya.68

B. Kerangka Berpikir

Proses belajar mengajar merupakan suatu rangkaian proses yang terpadu yang melibatkan interaksi dan timbal balik antara guru dan siswa, interaksi tersebut bersifat edukatif dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran agar hasil belajar siswa dapat tecapai secara optimal.

Pembelajaran kimia tidak hanya berfungsi untuk membimbing siswa dalam menguasai konsep-konsep materi saja, tetapi juga sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan dan sikap ilmiah siswa. Namun pada kenyataannya, dalam proses pembelajaran kimia saat ini umumnya guru masih menilai kesuksesan pembelajaran hanya dari hasil belajar siswa sehingga proses pembelajaran kimia lebih difokuskan untuk penguasaan materi saja, tidak dalam prosesnya. Keterampilan proses sains dalam pembelajaran kimia akan membantu siswa dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan. Karena keterampilan proses sains dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) dalam proses pembelajaran kimia diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Pada tahap memprediksi (Predict) siswa diminta untuk memprediksi atau membuat dugaan sementara (hipotesa) terhadap suatu

67

Unggul, op. cit., h. 206.

68

(43)

fenomena, kemudian siswa akan melakukan pengamatan (observe) untuk membuktikan hasil dugaannya apakah sesuai atau tidak, lalu dalam tahap penjelasan (Explain) siswa dapat menjelaskan atau mengkomunikasikan hasil dari pengamatan terhadap dugaannya. Sehingga dalam proses pembelajaran Ilmu IPA khususnya Ilmu Kimia seorang guru tidak hanya sekedar penyampaian konsep/materi saja tetapi guru juga harus menjelaskan dan memberikan suatu pengalaman tertentu agar para siswa dapat menemukan konsep itu sendiri. Pengalaman-pengalaman tersebut akan didapatkan para siswa pada saat melakukan kegiatan praktikum. Dengan pengalaman tersebut, para siswa dapat memiliki keterampilan-keterampilan layaknya seorang ilmuan.

Langkah-langkah ilmiah dalam pembelajaran kimia dapat dilakukan dalam pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen merupakan metode pembelajaran dengan cara siswa mempartekan langsung untuk menguji atau membuktikan suatu konsep yang dipelajari. Metode ini dapat didesain dengan pemblajaran model POE. Melalui perpaduan antara metode dan model yang tepat hal tersebut akan mendorong siswa belajar lebih efektif dalam menemukan suatu kebenaran dan menemukan jawaban atas permasalahanya yang berkaitan dengan konsep yang ada. Pembelajaran tersebut juga dapat menunjang berkembangnya dan terlaksananya keterampilan proses sains siswa, dimana keterampilan proses sains merupakan suatu keterampilan yang melibatkan keterampilan berpikir, keterampilan manual dan sosial. Keterampilan proses sains siswa merupakan keterampilan yang melibatkan proses-proses ilmiah dalam mempelajari suatu konsep. Keterampilan proses sains itu sendiri meliputi langkah pengamatan, menafsirkan, mengelompokan, meramalkan, berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep, mengajukan pertanyaan dan melakukan percobaan.

Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih.69

69

(44)

Berikut adalah langkah analisis Keterampilan Proses Sains siswa dengan model Predict Observe Explain (POE):

Tabel 2.3 Hubungan Keterampilan Proses Sains Siswa dengan Model Predict, Observe, Explain

Tahap Predict Observe Explain

Indikator KPS yang terukur

Sub indikator KPS

Predict • Mengamati •Menggunakan sebanyak mungkin indra, menggunakan fakta.

• Memprediksi •Menggunakan pola-pola hasil pengamatan.

•Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati.

• Berhipotesis •Mengetahui bahwa ada yang lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari satu kejadian. •Menyadari bahwa suatu

kemungkinan perlu diuji kebenarannya.

Observe •Mengajukan pertanyaan

•Meminta penjelasan, bertanya apa, mengapa, bagaimana atau menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan percobaan.

•Klasifikasi •Mencatat pengamatan secara terpisah

•Merencanakan percobaan

•Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja, menentukan alat dan bahan.

•Menggunakan alat dan bahan

•Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja, menentukan alat dan bahan.

Explain •Interpretasi •Menghubungkan hasil-hasil pengamatan, menyimpulkan. •Menerapkan konsep •Menggunakan konsep pada

pengalaman baru pada situasi yang sedang terjadi.

•Berkomunikasi • Menghubungkan hasil-hasil pengamatan, menyimpulkan. • Menjelaskan hasil percobaan

(45)

Berikut adalah gambaran mengenai kerangka berpikir dari penelitian ini :

(46)

C. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian Haryono yang berjudul “Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains”, menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan secara bertahap. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah; (1) Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah bentuk pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam rangkaian proses belajar mengajar guna mengarahkan siswa pada proses konstruksi pengetahuan secara mandiri. Proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep, teori, dan sikap tertentu melalui proses sains secara mandiri. Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains terbukti cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan proses sains siswa sekaligus pencapaian hasil belajarnya secara keseluruhan.70

Selanjutnya, pada penelitian Bayram Costu, dkk yang berjudul “Investigating the effectiveness a POE-based teaching activity on students understanding of condensation”, menunjukkan bahwa POE membantu mereka untuk mengevaluasi pengetahuan mereka sebelumnya dan untuk menguji kembali ide-ide mereka dalam kelompok dan dalam diskusi seluruh kelas. Sehingga membantu mereka untuk memahami pelajaran yang lebih baik dan lebih ilmiah.71

Penelitian mengenai “Critical Pedagogy for Constructing Knowledge and Process Skills in Science” yang dilakukan oleh Ramesh, M menyatakan bahwa keterampilan proses mendorong peningkatan yang signifikan dalam pemahaman materi pelajaran dan ilmu pengetahuan, dengan alasan bahwa konten ilmu pengetahuan dan keterampilan proses sains harus diajarkan bersama-sama karena mereka saling melengkapi. Mengembangkan sikap ilmiah di kalangan pelajar

70

Haryono, Model pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. (UNNES, 2006) Vol. 7, No.1, h.11.

71

(47)

merupakan salah satu tujuan pengajaran sains di sekolah-sekolah, pendekatan proses pembelajaran sains dapat mempromosikan sikap yang menguntungkan terhadap ilmu pengetahuan. Guru sangat diperlukan dalam pedagogi kritis karena peran mereka sebagai fasilitator pembelajaran dan penyedia kesempatan untuk berpikir kritis. Dalam pedagogi kritis guru sangat penting untuk mencapai perubahan dalam kelas. Anak terlibat dalam eksplorasi kegiatan untuk memperoleh keterampilan kognitif dan psikomotor dasar melalui observasi, klasifikasi, inferensi, juga estimasi dan pengukuran. Dengan demikian pendekatan pedagogi kritis akan mengembangkan kesadaran siswa melalui keterampilan proses sains yang dapat membantu mereka memperoleh konsep-konsep ilmiah.72.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Desi Nur Anisa, dkk yang berjudul

Pengaruh Model Pembelajaran POE (Predict, Observe, and Explanation) dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi Asam, Basa dan Garam kelas VII semester 1 SMP 1 Jaten tahun pelajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan model pembelajaran POE menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi asam, basa dan garam, terdapat pengaruh signifikan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif siswa pada materi asam, basa dan garam.73

Penelitian lain terkait dengan keterampilan proses sains siswa yang dilakukan oleh Mahesa Kale, dkk dengan judul “Penerapan Keterampilan Proses Sains melalui Model Think Pair Share pada Pemebelajaran Fisika di SMA” menunjukkan bahwa data KPS (Keterampilan Proses Sains) siswa diperoleh dari hasil analisis jawaban pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Persentase rata-rata yang diperoleh dari eksperimen dan hasil penilaian LKS berturut-turut yaitu, merumuskan hipotesis dengan persentase sebesar 91,9%, mengidentifikasi variabel dengan persentase sebesar 85,3%, mencatat hasil pengamatan dengan

72

Ramesh M, Critical Pedagogy for Constructing Knowledge and Process Skills in Science, Vol. 2, No.1, 2013, h. 105.

73

(48)

persentase sebesar 91,2%, menganalisis data dengan persentase sebesar 85,9% dan menarik kesimpulan dengan persentase sebesar 93,3%. Sedangkan persentase keterampilan proses sains rata-rata totalnya adalah 88,56% dan apabila persentase keterampilan proses siswa tersebut disesuaikan dengan kriteria keterampilan proses siswa maka tergolong dalam kategori baik. Persentase keterampilan proses sains siswa yang tertinggi adalah menarik kesimpulan (93,3%). Semua siswa melaksanakan percobaan dan diminta untuk menganalisis hasil pengamatan yang sudah tersedia pada isian LKS. Dalam melaksanakan percobaan, semua siswa aktif dalam pengambilan data sehingga siswa mencatat semua hasil percobaan yang telah dilaksanakan. Sedangkan persentase aspek keterampilan proses sains siswa yang terendah adalah mengidentifikasi variabel (79,7%). Hal ini karena siswa belum terbiasa untuk melakukan praktikum. Kurangnya pengalaman siswa dalam melakukan prakttikum mengakibatkan siswa kurang terampil dalam mengolah data untuk dianalisis pada isian LKS.74

74

Gambar

Gambar 4.4    Kegiatan Pengamatan Siswa Klasifikasi...................................
Tabel 2.1   Keterampilan Proses Sains dan Indikator..........................................
grafik, tabel
Tabel 2.1 Keterampilan Proses Sains dan Indikator (Harlen 1992,
+7

Referensi

Dokumen terkait

amilase. Proses dilakukan pada suhu 80 - 90 o C berakhir nya proses liquifikasi ditandai dengan parameter cairan seperti sup. Enzim yang ditambahkan pada tahap ini adalah enzim

nilai-nilai budaya masyarakat etnis Tionghoa di Sewan kota Tangerang sebagai.. sumber pembelajaran Ilmu Pengetahuan

[10]Minarni Neni, Ismuyanto Bambang, Sutrisno, “ Pembuatan Bioetanol dengan Bantuan Saccharomyces Cerevisiae dari Glukosa Hasil Hidrolisis Biji Durian”, (Jurusan Teknik,

Teknik ini dinilai lebih efektif dan efisien dalam pembuatan zeolit sintesis karena memerlukan waktu yang relative lebih singkat dan tidak banyak bahan kimia yang terbuang. Dari

Gambar L.2 Biji Nangka Yang Telah Dicacah Dan Dijemur Di Sinar Matahari.. Selama ±

Hermawan, Y., 2006, Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Sebagai Bahan Bakar Bentuk Briket, Laporan Penelitian, Jurusan Teknik Mesin, fakultas Teknik, Universitas Jember.. N.,

Profil Karakter Courage Anak Usia Dini pada Ibu Single

usia 4 — 5 tahun telah dapat menggunakan prefiks pada kosakata yang memang. wajib menggunakan prefiks, dan apabila prefiks itu tidak wajib untuk