• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Xaverius 2 Bandarlampung Semester Genap T.P. 2014/2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Xaverius 2 Bandarlampung Semester Genap T.P. 2014/2015)"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Xaverius 2 Bandarlampung Semester Genap T. P. 2014/2015)

(Skripsi)

Oleh

ENGGAR FATHIA CHATARINA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Xaverius 2 Bandarlampung Semester Genap T.P. 2014/2015)

Oleh

ENGGAR FATHIA CHATARINA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan model problem based learning ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa. Desain penelitian ini adalah posttest only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Xaverius 2 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/2015 yang terdistribusi dalam empat kelas. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII-B dan VIII-Cyang diambil dengan teknik purposive random sampling. Data penelitian ini diperoleh melalui tes kemampuan komunikasi matematis yang

dianalisis menggunakan uji proporsi. Berdasarkan hasil analisis data, disimpulkan

bahwa ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis, model PBL tidak efektif, namun lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

(3)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Xaverius 2 Bandarlampung Semester Genap T.P. 2014/2015)

Oleh

ENGGAR FATHIA CHATARINA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Xaverius 2 Bandarlampung T.P. 2014/2015) dapat diselesaikan.

Peneliti menyusun skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan perhatian, dan memotivasi selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

(7)

iii 3. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku dosen pembahas yang telah memberi

masukan dan saran-saran kepada penulis.

4. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M. Pd, selaku Pembimbing Akademik atas kesediaanya memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

5. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

9. Bapak G. Muhandono, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Xaverius 2 Bandarlampung beserta Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan kemudahan selama penelitian.

(8)

iv 11.Ibu, Bapak, dan Adikku serta keluarga besarku tercinta, atas waktu, perhatian, kasih sayang, semangat dan doa terbaik yang kalian berikan untuk mendukung keberhasilan dan kebahagiaanku. Terima kasih untuk selalu mengerti dan bersabar di sampingku selama ini.

12.Sahabat-sahabat kece teraduhai, Fuji, Latifah, Bayu, Ayu Tamyah dan Hani serta teman-teman seperjuanganku, Ratna, Dedes, Ria, Laili, dan Dewi yang selama ini memberiku semangat dan dukungan. Terima kasih atas keceriaan, kehebohan, dan kisah-kisah bodoh yang telah kita lalui bersama.

13.Teman-teman seperjuanganku, seluruh angkatan 2011 Kelas B Pendidikan Matematika, terima kasih atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah. 14.Teman-teman KKN dan PPL keluarga baruku tercinta di SMP Negeri 1 Kotaagung

Timur, (Papsky Ajeng, Mamsky Uci, Congsky Ivah, Erizkha Semok, Dilah, Ika, Mbak Tere, Sugeng, dan Surya) atas 3 bulan kebersamaan yang penuh makna dan kenangan. Terima kasih atas segala pelajaran dan cerita yang kita alami bersama. 15.Teman-teman angkatan 2011 Kelas A, kakak-kakak tingkat dan adik-adik tingkat

terima kasih atas kebersamaannya.

16.Pak Liyanto dan Pak Mariman, penjaga Gedung G, terima kasih atas bantuan dan perhatiannya selama ini.

17.Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.

(9)

v Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis, saudara/i sekalian mendapat balasan pahala yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis,

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PBL ... 47

Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvesional ... 83

Lampiran A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 113

Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 145

Lampiran B.2 Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 147

Lampiran B.3 Kunci Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 148

Lampiran B.4 Form Validitas Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 151

Lampiran B.5 Surat Keterangan Validasi ... 153

Lampiran B.6 Interpretasi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis .... 154

Lampiran C.1 Data Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 155 Lampiran C.2 Analisis Reabilitas Item Hasil Uji Coba Tes... 156

Lampiran C.3 Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Tes... 157

Lampiran C.4 Data Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas PBL ... 158

Lampiran C.5 Data Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Konvensional ... 159

Lampiran C.6 Analisis Uji Normalitas Data Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas PBL ... 160

Lampiran C.7 Analisi Uji Normalitas Data Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Konvesional...164

(11)

x Lampiran C.9 Analisi Uji Kesamaan Dua Proporsi Data Kemampuan

Komunikasi Matematis ... 169 Lampiran C.10 Analisis Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Kelas

PBL ... 171 Lampiran C.11 Analisis Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Kelas

(12)

viii DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Fase-Fase Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 13

Tabel 3.1 Nilai Rata-Rata Ujian Mid Semester Ganjil Kelas VIII SMP Xaverius 2 Bandarlampung T.P 2014/2015 ... 22

Tabel 3.2 Desain Penelitian ... 23

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis ... 25

Tabel 3.4 Kriteria Realibilitas Soal ... 27

Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda ... 28

Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 29

Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Data Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 31 Tabel 4.1 Persentase Siswa dengan Kemampuan Komunikasi Matematis yang baik ... 35

Tabel 4.2 Hasil Uji Proporsi Kemampuan Komunikasi Matematis ... 36

Tabel 4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Proporsi Kemampuan Komunikasi Matematis ... 36

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Kajian Pustaka... ... 8

1. Efektivitas Pembelajaran ... 8

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 10

3. Pembelajaran Konvensional ... 15

4. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 17

B. Kerangka Pikir... ... 19

C. Anggapan Dasar... ... 21

D. Hipotesis Penelitian... 21

III. METODE PENELITIAN ... 22

(14)

vii

B. Desain Penelitian ... 23

C. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 23

D. Instrumen Penelitian ... 24

E. Prosedur Penelitian ... 29

F. Teknik Analisis Data ... 31

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan ... 38

III. SIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Simpulan ... 43

B. Saran ... 43

(15)

P

ersembahan

Puji Syukur KuucapkanBagi Tuhan Yang Maha Esa

Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku

kepada :

Kedua orang tuaku tersayang, Ibu RR. Emiliana Wijanarti

dan Bapak Suko Budianto, yang telah membesarkan, mendidik

dengan penuh kasih sayang yang tulus, dan selalu mendoakan yang

terbaik untuk keberhasilan dan kebahagiaanku.

Adikku, Monica Iva Kartika, serta seluruh keluarga besar yang

terus memberikan dukungan dan doanya padaku.

Para pendidik yang telah mengajar dan mendidik dengan penuh

kesabaran.

Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala

kekuranganku, yang selalu memberikan doa dan semangat,

terimakasih atas kebersamaan selama ini. Semoga kita selalu

dapat menjaga silaturrahmi yang baik.

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung, pada tanggal 29 Oktober 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Suko Budianto dan Ibu R.R Emiliana Wijanarti.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Xaverius I Bandarlampung pada tahun 1999. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Fransiskus 2 Bandarlampung pada tahun 2005, pendidikan menengah pertama di SMP Xaverius 2 Bandar Lampung pada tahun 2008, dan pendidikan menengah atas di SMA Xaverius Bandar Lampung pada tahun 2011. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan mengambil program studi Pendidikan Matematika.

(17)
(18)

Motto

Yesterday is gone. Tomorrow has not yet come. We

have only today. Let us begin.

(19)

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan penentu perkembangan suatu bangsa sebab kemajuan bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diterima anak bangsa itu sendiri. Untuk memperoleh pendidikan yang maju, tinggi, dan berkembang perlu dibuat suatu perencanaan sistem pendidikan berdasarkan tujuan nasional pendidikan bagi bangsa itu. Indonesia dalam Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 (Daryanto dan Sudjendro, 2014: 11) menyatakan tujuan pendidikan sebagai beri-kut.

Pendidikan berfungsi mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak, mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(20)

2 kegunaan matematika dalam kehidupan. Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 68) mengatakan bahwa fungsi matematika sekolah adalah sebagai wahana untuk meningkatkan ketajaman penalaran siswa yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari serta untuk meningkat-kan kemampuan berkomunikasi dengan menggunameningkat-kan bilangan dan simbol- simbol. Dengan demikian, kemampuan komunikasi matematis menjadi salah satu aspek penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran matematika di sekolah.

Mathematics Education Study (MES) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan salah satu komponen proses pemecahan masalah matematis (Izzati dan Suryadi, 2010). Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan un-tuk menggunakan bahasa matematika unun-tuk mengekspresikan gagasan matematis dan argumen dengan tepat, singkat, dan logis. Kemampuan ini dapat melatih ke-tajaman berpikir siswa agar mampu mengembangkan pemahamannya terhadap matematika. Izzati dan Suryadi (2010) mengatakan bahwa kemampuan komuni-kasi matematis mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan proses-proses ma-tematis yang lain, seperti pemecahan masalah, representasi, refleksi, penalaran, pembuktian, dan koneksi, dimana komunikasi diperlukan untuk melengkapi setiap proses matematis yang lain. Berdasarkan pendapat tersebut, untuk menguasai matematika, siswa wajib memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik.

(21)

3 di peringkat terbawah dari 65 negara dalam pemetaan kemampuan matematika, membaca, dan sains (Adiputri, 2014). Dalam survei ini, matematika dikategori-kan menjadi 6 level kemampuan matematis (PISA, 2012) dan kemampuan komu-nikasi matematis adalah kemampuan pada level ke-4. Dari survei tersebut diper-oleh persentase kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia hanya sekitar 1,5% dengan keseluruhan skor rata-rata sebesar 375.

(22)

4 Pembelajaran konvensional seperti itu menekankan siswa untuk mengingat atau menghafal dan kurang melatih siswa untuk menyampaikan dan mengekspresikan gagasan/idenya dalam bahasa matematis yang tepat, siswa cenderung pasif, dan pembelajaran berjalan membosankan. Hal ini, tentu memberi kesan kurang baik bagi siswa. Mereka akan beranggapan bahwa matematika itu isinya cuma hitung-hitungan melulu yang membuat kepala menjadi pusing (Sriyanto, 2007: 20). Apabila pembelajaran matematika terus menerus begini, maka semangat siswa dalam belajar akan menurun.

Untuk mengatasi hal ini, guru memiliki peranan yang sangat penting. Guru harus mampu menentukan model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zain (2010: 3), kemam-puan yang diharapkan dapat dimiliki siswa akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu model yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembela-jaran akan dapat dicapai dengan penggunaan model pembelapembela-jaran yang tepat, se-suai dengan standar keberhasilan yang terpatri di dalam suatu tujuan.

(23)

5 penalarannya untuk memecahkan masalah, dan merangkum suatu permasalahan menjadi suatu konsep dengan bahasa matematis yang tepat dan logis. Berdasar-kan uraian di atas, maka perlu dilakuBerdasar-kan suatu penelitian mengenai “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran PBL ditinjau dari Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa.”

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka secara umum permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan “Bagaimanakah Efektivitas Model Pembelajaran PBL ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa?”

Rumusan masalah ini selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pertanyaan berikut. 1. Apakah model PBL efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis

siswa?

2. Apakah model PBL lebih efektif daripada pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa?

C.Tujuan Penelitian

(24)

6 D.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam pendidikan matematika yang berkaitan dengan model pembelajaran PBL dan hu-bungannya dengan kemampuan komunikasi matematis siswa.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi praktisi pendidikan sebagai pertimbangan penggunaan model PBL sehubungan dengan upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Selain itu, dapat menjadi sumber kaji-an dkaji-an masukkkaji-an bagi penelitikaji-an serupa di masa depkaji-an.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Sebagai lingkup kajian penelitian ini adalah mencakup hal-hal berikut.

(25)

7 2. PBL adalah suatu model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Masalah diberikan kepada siswa sebelum siswa mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Langkah-langkah pembelajaran berbasis ma-salah adalah sebagai berikut.

a. Orientasi siswa pada masalah b. Mengorganisasi siswa untuk belajar

c. Membimbing pengalaman individual/kelompok d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

3. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam meng-ekspresikan gagasan-gagasan, ide-ide, dan pemahamannya tentang suatu masa-lah dan proses matematika yang mereka pelajari, terutama dalam materi ling-karan. Kemampuan komunikasi matematis dalam penelitian ini dilihat dari ke-mampuan siswa dalam:

a. Menggambar (Drawing), siswa dapat membuat gambar, diagram, atau tabel secara lengkap dan benar.

b. Ekspresi Matematika (Mathematical Expression), siswa dapat membuat pendekatan matematika dengan benar, kemudian melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi secara tertulis dengan lengkap dan benar.

(26)

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan ada efeknya, akibatnya, pengaruhnya, kesannya, atau dapat juga diartikan dapat membawa hasil, berhasil berguna dan efektivitas diartikan sebagai indikator yang sarannya dapat menunjukkan tingkat kefektifan suatu hal/benda yang diberikan berdasarkan adanya pertumbuhan yang sebanding (KBBI, 2008: 352).

Efektivitas merujuk pada kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui suatu penga-ruh yang dihasilkan dari suatu perlakuan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan, atau manfaat dari hasil yang diperoleh, serta tingkat daya fungsi unsur atau komponen.

(27)

9 saling mempengaruhi sehingga terjadi perubahan untuk mencapai tujuan pembela-jaran (Hamalik, 2009: 57). Apabila tidak terjadi perubahan dalam diri manusia setelah belajar, maka tidaklah dikatakan bahwa telah berlangsung proses belajar padanya (Hamiyah dan Jauhar, 2014: 3).

Hamalik (2001: 171) mengatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pem-belajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar. Penyediaan kesempatan belajar ini di-harapkan dapat melatih ketajaman berpikir siswa dan memberikan peluang bagi mereka untuk menuangkan gagasan/idenya. Sementara itu, menurut Djamarah dan Zain (2010: 76), efektivitas metode pembelajaran dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran sebagai persiapan tertulis. Jadi, yang dimaksud dengan efektivitas pembelajaran adalah ketepatan memilih suatu strategi atau metode atau model belajar dalam proses pembelajaran sehingga membawa pengaruh baik, perubahan, dan manfaat bagi siswa serta mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

(28)

10 eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan menggunakan pen-dekatan eksperimental dengan kelas eksperimen adalah kelas yang menggunakan model PBL dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran PBL berkaitan dengan penggunaan metode pemecahan ma-salah dalam pembelajarannya. Menurut Hamiyah dan Jauhar (2014: 126) metode pemecahan masalah adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran de-ngan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah, baik masalah pribadi atau perorangan, maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

Schmidt (Rusman, 2011: 231) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori belajar konstruktivisme dengan ciri-ciri: (1)Pemahaman di-peroleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan lingkungan belajar; (2)Pergulatan dengan masalah dan proses penemuan masalah menciptakan disona-si kognitif yang menstimuladisona-si belajar; (3)Pengetahuan terjadi melalui proses kola-borasi negosiasi sosial dan evaluasi terhadap keberadaan sudut pandang.

(29)

11 berbagai alternatif penyelesaian dan implikasinya serta mengumpulkan dan mendistribusikan informasi; (4) melatih siswa untuk terampil menyajikan temuan, membiasakan siswa untuk merefleksikan tentang efektivitas cara berpikir mereka dan menyelesaikan masalah. Adapun beberapa aspek berikut penting diperhatikan dalam menggunakan model PBL (Daryanto, 2014: 31).

1. Kurikulum: PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu strategi sasaran dimana proyek sebagai pusat.

2. Responsibility: PBL menekankan responsibility dan answerability para siswa ke dirinya dan panutannya.

3. Realisme: kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional.

4. Active-Learning: menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan siswa untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga de-ngan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri.

5. Umpan balik: diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para siswa menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong ke arah pem-belajaran berdasarkan pengalaman.

6. Keterampilan umum: PBL tidak hanya dikembangkan pada keterampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah kerja kelompok dan self-management.

7. Driving Question: PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu siswa untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip, dan ilmu pengetahuan yang sesuai.

8. Constructive Investigation: sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para siswa.

9. Autonomy: proyek menjadikan aktivitas siswa sangat penting.

(30)

12 pengalaman belajar tersebut mereka menggunakan kemampuan nalar, logis, dan kritis dalam membangun pengetahuannya sendiri.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan PBL adalah sebagai berikut (Hamzah dan Muhlisrarini, 2014: 165).

1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-lain).

3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.

4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.

5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

(31)

13 Tabel 2.1 Fase Fase Model PBL

Fase Indikator Perilaku Guru

1 Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan.

2 Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan

Model PBL menyediakan kesempatan yang banyak bagi siswa untuk aktif berpar-tisipasi dalam pembelajaran. Dengan berperan aktif, siswa dilatih untuk berani menyampaikan gagasannya, dengan begitu ia akan belajar untuk menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami oleh teman sebayanya dan juga guru.

Meski demikian, untuk memilih suatu model pembelajaran diperlukan juga bebe-rapa pertimbangan. Pertimbangan tersebut antara lain berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki model pembelajaran itu sendiri. Adapun model PBL mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut (Djamarah dan Zain, 2010: 92)

1. Kelebihan model PBL

(32)

14 b. Pembelajaran melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan keluarga, bermasya-rakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.

c. Pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan masalah.

2. Kekurangan model PBL

a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah, dan kelasnya serta penge-tahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.

b. Pembelajaran mengajar dengan menggunakan model ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa meng-ambil waktu pelajaran lain.

c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

Untuk mengatasi kekurangan tersebut, dalam penelitian ini dilakukan beberapa cara berikut. (1) masalah yang diberikan kepada siswa di awal pembelajaran akan terlebih dahulu dikonsultasikan dengan guru mitra yang lebih memahami tingkat kemampuan siswa pada tiap kelas; (2) pembelajaran ini telah direncanakan sede-mikian rupa dengan perkiraan waktu yang lebih singkat dari waktu yang diberikan di setiap pembelajaran sehingga diharapkan pada praktiknya tidak akan terjadi ke-kurangan waktu.

Selanjutnya merangkum pendapat para ahli di atas, pelaksanaan pembelajaran ma-tematika dengan model PBL pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Guru menjelaskan langkah-langkah model PBL kepada siswa kemudian me-nyampaikan tujuan pembelajaran.

(33)

15 3. Guru mengorientasi siswa pada masalah, guru menyajikan lembar masalah

yang harus dikerjakan siswa berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya 4. Guru mengumpulkan lembar masalah untuk dibahas di akhir pembelajaran 5. Guru membagikan LKS yang berisi kegiatan untuk menemukan konsep materi

yang akan dipelajari

6. Siswa diminta mendiskusikan LKS bersama kelompoknya

7. Guru mengawasi jalannya diskusi dan memberi bantuan bagi siswa dan/ ke-lompok yang mengalami kesulitan

8. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi

9. Guru merefleksikan, mengklarifikasi, dan memberi penegasan terhadap hasil diskusi kelompok

10.Guru mengaitkan hasil diskusi dengan masalah yang telah diselesaikan siswa di awal pembelajaran

11.Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi

3. Pembelajaran Konvensional

(34)

16 konvensional siswa ditempatkan sebagai obyek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif (Sanjaya, 2006: 259). Umumnya, penyampaian pelajaran dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan.

Menurut Djamarah dan Zain (2010: 97), metode tradisional (ceramah) dalam pem-belajaran konvensional sejak dulu telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses pembelajaran. Hamiyah dan Jauhar (2014: 166) berpendapat metode ini banyak dipilih karena mudah dilaksanakan dengan persiapan yang sederhana, hemat waktu dan tenaga, dengan satu langkah dapat menjangkau semua siswa dan cukup dilakukan di dalam kelas. Popham dan Baker (2011: 80) menjelaskan bahwa setiap penyajian informasi secara lisan dapat disebut ceramah. Pembelajaran ini tidak dapat dikatakan baik atau buruk, tetapi penyampaiannya harus dinilai menurut tujuan penggunaanya.

(35)

17 4. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan yang penting dalam proses pembelajaran matematika. Menurut Guerreiro (2008), komunikasi mate-matis merupakan alat bantu dalam transmisi pengetahuan matematika. Komu-nikasi memungkinkan berfikir matematis dapat diamati dan karena itu komuKomu-nikasi memfasilitasi pengembangan berfikir. NCTM pada tahun 2000 (Izzati dan Suryadi, 2010) berpendapat bahwa melalui komunikasi matematis, gagasan-gagasan atau ide-ide menjadi objek refleksi, penghalusan, bahan diskusi, dan perbaikan. Proses komunikasi juga membantu membangun makna dan menanam-kan ide-ide sehingga membuatnya menjadi umum.

Sejumlah pakar mengemukakan beberapa pendapat mereka mengenai kemampuan komunikasi matematis. Misalnya Yeager, A dan Yeager, R (2008) mendefinisi-kan kemampuan komunikasi matematis sebagai kemampuan untuk mengomuni-kasikan matematika baik secara lisan, visual, maupun dalam bentuk tertulis, de-ngan menggunakan kosakata matematika yang tepat dan berbagai representasi yang sesuai, serta memperhatikan kaidah-kaidah matematika. Orang tidak akan memahami konsep dan solusi suatu masalah matematika atau mungkin salah menafsirkannya jika konsep dan solusi itu tidak dikomunikasikan dengan meng-gunakan bahasa matematik yang tepat.

(36)

18 kelompok, siswa berkomunikasi dengan teman sebaya dan gurunya ketika mereka mengorganisasikan dan memahami informasi. Mereka mengkritik pekerjaan me-reka sendiri dan pernyataan teman-temannya untuk mengembangkan pemahaman matematika baru.

Terkait dengan komunikasi matematis NCTM (Mahmudi, 2006) membuat standar kemampuan yang harusnya dicapai siswa.

1. Mengorganisasikan dan mengkonsolidasi pemikiran matematika untuk mengkomunikasikan kepada siswa lain.

2. Mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren dan jelas kepada siswa lain, guru, dan lainnya.

3. Meningkatkan atau memperluas pengetahuan matematika siswa dengan cara memikirkan pemikiran dan strategi siswa lain.

4. Menggunakan bahasa matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi matematika.

Menurut Izzati dan Suryadi (2010), kemampuan komunikasi matematis mencakup dua hal, yakni kemampuan siswa menggunakan matematika sebagai alat ko-munikasi (bahasa matematika) dan kemampuan mengoko-munikasikan matematika yang dipelajari.

Berbeda dengan pendapat di atas, Puspaningtyas (2012: 15) menyatakan bahwa indikator kemampuan komunikasi matematis antara lain: (1) menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan gambar, bagan, tabel, dan secara aljabar (drawing); (2) menjelaskan ide, situasi, dan relasi mate-matika secara tulisan (written text); (3) menggunakan bahasa matematika dan se-cara simbol sese-cara tepat (mathematical expression).

(37)

19 (written text), dan ekspresi matematika (mathematical expression) dengan indikator sebagai berikut.

a. Menyatakan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan gambar.

b. Menjelaskan ide, situasi, dan solusi matematika secara tulisan c. Menggunakan bahasa matematika secara tepat.

B.Kerangka Pikir

Penelitian mengenai efektivitas penerapan model pembelajaran PBL ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Yang menjadi variabel bebas adalah model PBL dan variabel terikatnya adalah kemampuan komunikasi matematis. Pada model PBL, siswa langsung dihadapkan pada persoalan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Siswa belajar melalui permasalahan yang diberikan tersebut. Fase model PBL dimulai dari pemberian masalah kepada siswa, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan baik secara individual atau kelompok, meren-canakan dan menyiapkan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi hasil dan proses-proses yang dilakukan.

(38)

20 konsep matematika yang akan dipelajari. Motivasi yang diberikan guru memicu semangat siswa untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Selanjutnya pada langkah kedua, guru mengorganisasikan siswa untuk belajar. Pada fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok heterogen dan siswa diberikan Lembar Kerja Kelompol (LKK). Kemudian, siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk memecahkan masalah yang terdapat dalam LKK tersebut. Dalam kegiatan ini, siswa dituntut untuk mengkomunikasikan ide/gagasan yang mereka miliki ke dalam simbol matematika atau ilustrasi mate-matika dengan baik beserta penjelasan yang logis, hal ini tentu akan mengem-bangkan kemampuan komunikasi matematis mereka.

Langkah selanjutnya adalah merencanakan dan menyiapkan hasil karya. Dalam aktivitas ini, beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas dengan bimbingan guru dan kelompok lain menanggapi. Ini merupakan ke-sempatan bagi siswa untuk berperan aktif, mereka dapat menyampaikan pendapat, usul, saran dan idenya. Siswa dapat melatih kemampuan penyampaian suatu kon-sep dengan bahasa yang logis, jelas, dan mudah dipahami orang lain. Hal ini mampu mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

(39)

21 bersama-sama menyimpulkan dan mendapatkan suatu konsep yang sudah dipela-jari. Maka, pengembangan komunikasi siswa ini juga menuntunya untuk menggu-nakan nalar dan memahami konsep matematika.

Berdasarkan uraian tersebut, model pembelajaran PBL diharapkan efektif untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

C.Anggapan Dasar

Penelitian ini, bertolak pada anggapan dasar sebagai berikut.

1. Setiap siswa memperoleh materi pelajaran matematika sesuai dengan kuri-kulum yang berlaku di sekolah.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis se-lain model pembelajaran PBL dianggap memberikan kontribusi yang sama dan tidak diperhatikan.

D.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan rumusan masalah, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini:

1. Model PBL efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis.

(40)

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Xaverius 2 Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII tahun ajaran 2014/2015 yang terdistribusi dalam 4 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 133 siswa dengan nilai rata-rata Ujian Mid Semester pada tabel berikut (Sumber: dokumentasi guru matematika SMP Xaverius 2 Bandarlampung).

Tabel 3.1 Nilai Rata-Rata Ujian Mid Semester Ganjil Kelas VIII SMP Xaverius 2 Bandarlampung T.P 2014/2015

NO. Kelas Banyaknya

Peserta didik Rata-rata

1 VIII A 33 48,696

2 VIII B 32 52,375

3 VIII C 34 52,029

4 VIII D 34 52,617

Jumlah 133 205,717

Nilai rata-rata populasi 51,436

(41)

23 populasi dilihat dari nilai rata-rata yang mendekati nilai rata-rata populasi. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka ditentukan sampel yang diteliti adalah kelas VIII-B sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-C sebagai kelas kontrol. Pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran konvensional dan pada kelas eksperimen dilakukan model PBL.

B.Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan menggunakan posttest only control group design. Desain pelaksanaan penelitian tersebut digambarkan sebagai berikut (Furchan 1982: 368).

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Posttest

A1 X1 O

A2 X2 O

Keterangan:

A1 = Eksperimen A2 = Kontrol O = Posttest

X1 = Model PBL

X2 = Pembelajaran konvensional

C.Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

(42)

24 D.Instrumen Penelitian

(43)

25 Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis

Skor Menggambar 0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak

memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak memiliki arti.

1 Hanya sedikit gambar, tabel, atau diagram yang benar

2 Membuat gambar, tabel, atau diagram namun kurang

(44)

26 Sebelum dilakukan uji coba tes, soal terlebih dahulu akan dilihat kelayakannya melalui:

1. Validitas instrumen

Validitas instrumen dalam penelitian ini adalah validitas isi tes kemampuan ko-munikasi matematis. Soal tes kemampuan koko-munikasi matematis dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Selanjutnya, dengan asumsi bahwa guru matematika SMP Xaverius 2 Bandarlampung mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika. Tes yang dikatakan valid adalah yang butir-butir tesnya sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator materi pembelajaran berdasarkan penilaian guru mitra. Setelah semua butir soal dinyatakan valid, maka selanjut-nya soal tes tersebut diujicobakan di kelas VIII lain di luar sampel penelitian. Hasil uji coba tes kemampuan komunikasi matematis ini selanjutnya dianalisis realibilitas, daya beda, dan tingkat kesukarannya.

2. Reliabilitas Soal

Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas soal uraian adalah Rumus Cronbach Alpha (Suherman, 2003), yaitu

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas

n = banyaknya butir soal (item) ∑ = jumlah varians skor tiap item

= varians skor total

(45)

27 Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Soal.

Koefisien Reliabilitas (r11) Interpretasi

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

Dalam penelitian ini instrumen tes digunakan jika memenuhi kriteria reabilitas sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Berdasarkan perhitungan, diperoleh koefisien realiabilitasnya sebesar 0,838, maka soal tes dikategorikan sebagai soal dengan reliabilitas tinggi sehingga layak digunakan untuk mengukur indikator kemampuan komunikasi matematis. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2.

3. Daya Pembeda Soal

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Untuk menghitung indeks diskriminasi suatu soal dapat digunakan rumus sebagai berikut (Arifin, 2012: 159).

̅ ̅

Keterangan:

DP = Indeks diskriminasi ̅ = Rata-rata skor kelas atas ̅ = Rata-rata skor kelas atas

= Skor maksimum tiap butir soal

(46)

28 Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda

Indeks Diskriminasi Interpretasi

Lebih dari Sangat baik

Baik

Buruk

Kurang dari Sangat buruk

Instrumen tes kemampuan komunikasi matematis digunakan jika memiliki daya pembeda yang baik atau sangat baik.

Berdasarkan hasil perhitungan indeks diskriminasi, soal dinyatakan sudah meme-nuhi kriteria daya pembeda yang diharapkan. Hasil perhitungan indeks diskrimi-nasi ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3

4. Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran suatu soal dilihat berdasarkan koefisien tingkat kesukaran yang disebut dengan indeks kesukaran. Rumus indeks kesukaran yang dikemuka-kan Sudijono (2008: 372) adalah sebagai berikut.

Keterangan:

TK = indeks kesukaran suatu butir soal

JT = jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

(47)

29 Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kesukaran

Indeks Tingkat Kesukaran Interpretasi

0,00 ≤ TK ≤ 0,15 Sangat Sukar

0,16 ≤ TK ≤ 0,30 Sukar

0,31 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang

0,71 ≤ TK ≤ 0,85 Mudah

0,86 ≤ TK ≤ 1,00 Sangat Mudah

Tingkat kesukaran soal pada instrumen tes kemampuan komunikasi yang diguna-kan adalah sedang, dan sukar.

Berdasarkan hasil analisis data hasil uji coba tes, tiap butir soal telah memenuhi kriteria tingkat kesukaran yang diharapkan maka soal layak digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa. Hasil perhitungan dapat di-lihat pada Lampiran C.3

E.Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan kegiatan sebagai berikut: 1. Tahapan persiapan

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain:

a. Penelitian pendahuluan untuk melihat keadaan kelas, jumlah siswa, ka-rakteristik siswa, dan nilai matematika siswa serta wawancara dengan guru mata pelajaran untuk mengetahui bagaimana pembelajaran yang biasanya dilakukan.

b. Pemilihan populasi dan sampel penelitian.

(48)

30 buku, dan sumber bacaan lain mengenai model pembelajaran PBL dan kemampuan komunikasi matematis.

d. Penentuan materi, yaitu lingkaran.

e. Pembuatan instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian dengan model pembelajaran konvensional dan model PBL.

f. Menguji validitas instrumen. Setelah dinyatakan valid, selanjutnya di-lakukan uji coba pada kelas VIII di luar sampel, yaitu kelas VIII-A. Data hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui reabilitas, daya beda, dan tingkat kesukarannya.

2. Tahap Pelaksanaan

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain:

a. Melakukan pembelajaran dengan model PBL pada kelas VIII-B dan pembelajaran konvensional pada kelas VIII-C sebanyak 6 pertemuan dengan masing-masing pertemuan 80 menit.

b. Memberikan tes kemampuan komunikasi matematis kepada sampel penelitian.

3. Tahap Akhir

Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir, antara lain: a. Mengolah data hasil penelitian

b. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian c. Membuat laporan penelitian akhir

(49)

31 F. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah pengolahan dan analisis data yang peneliti lakukan dalam pene-litian ini adalah:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan terhadap data hasil tes kemampuan komunikasi kedua kelas untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut. H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Statistik yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah uji chi-kuadrat (Sudjana, 2005: 273). Persamaan untuk uji chi-kuadrat adalah sebagai berikut.

berdistribusi normal. Hasil perhitungan normalitas disajikan sebagai berikut.

Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Kelas Keputusan Uji

PBL 4,75

7,81 H0 diterima

(50)

32 Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3.7 diperoleh bahwa untuk kedua kelas

pada taraf signifikansi 5% berlaku sehingga H0 diterima,

ma-ka data kelas PBL dan kelas konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6 dan C.7.

2. Uji Hipotesis

Karena data hasil tes kemampuan komunikasi matematis dari kedua kelas sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka dilakukan uji hipotesis, yaitu

1) Uji Proporsi Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas PBL

Uji proporsi akan dilakukan untuk mengetahui proporsi jumlah siswa dengan kemampuan komunikasi matematis yang baik di kelas model PBL mencapai lebih dari 60%. Uji hipotesis ini dilakukan dengan rumusan masalah sebagai berikut.

H0: ; (proporsi siswa dengan kemampuan komunikasi matematis

yang baik tidak lebih dari 60%)

H1 : ; (proporsi siswa dengan kemampuan komunikasi matematis

yang baik lebih dari 60%)

(51)

33

Dalam pengujian ini digunakan taraf signifikan dan uji tolak H0 jika , dimana diperoleh dari daftar normal baku

dengan peluang . H0 diterima jika .

2) Uji Kesamaan Dua Proporsi Kemampuan Komunikasi Matematis

Uji ini digunakan untuk mengetahui besar proporsi siswa dengan kemam-puan komunikasi matematis yang baik pada model PBL dibandingkan dengan besar proporsi siswa yang dengan kemampuan komunikasi mate-matis yang baik pada pembelajaran konvensional. Uji kesamaan dua pro-porsi dilakukan dengan rumusan hipotesis sebagai berikut.

H0: ; (proporsi siswa dengan kemampuan komunikasi matematis yang baik pada model PBL dan pembelajaran konvensional sama).

H1: ; (proporsi siswa dengan kemampuan komunikasi matematis yang baik pada PBL lebih tinggi dibanding pembelajaran konvensional)

Statistik z yang digunakan adalah sebagai berikut (Sudjana, 2005: 246).

√ { }

Keterangan:

banyaknya siswa dengan kemampuan komunikasi matematis yang baik pada kelas PBL

(52)

34 banyak seluruh siswa pada kelas PBL

banyak seluruh siswa pada kelas konvensional

Dengan kriteria uji tolak H0 jika dan terima H0 jika

(53)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis, model PBL tidak efektif, namun lebih efektif dibanding pembelajaran konvensional.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sebaiknya melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama agar kondisi kelas sudah kondusif saat dilakukan pengambilan data, sehingga data dapat menggambarkan kemampuan siswa secara nyata dan optimal.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Adiputri, Novi Christiastuti. 2014. RI Terendah di PISA, WNA: Indonesian Kids Don,t Know How Stupid They Are. [Online]. Diakses di http://news.detik.com/read/2014/02/08/153124/2491125/10/1/ri-terendah-di-pisa-wna-indonesian-kids-dont-know-how-stupid-they-are. pada 30 Oktober 2014.

Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 1988. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. Armiati. 2009. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika di SMK

Teknologi Melalui Modul Matematika. Makalah dipresentasikan di Seminar Nasional Pembelajaran Matematika Sekolah Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. [Online]. Diakses di http://eprints.unsri.ac.id/1532/1/Prosiding_Semnas_Pembelajaran_Mat_6_D es_09.pdf. pada 19 Februari 2015.

Daryanto dan Herry Sudjendro. 2014. Siap Menyongsong Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.

Darmawan. 2010. Penggunaan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran IPS di MI Darusaadah Pandeglang. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 11 No. 2 Hlm. 106-107. [Online]. Diakses di http://jurnal.upi.edu/file/3_darmawan .pdf. pada 30 Oktober 2014.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

(55)

45

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Franks. D dan Jarvis, D. 2009. Communication in the Secondary Mathematics Classroom: Exploring New Ideas. [Online]. Diakses di http://www.learner.org. pada 31 Oktober 2014.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Guerreiro, A. 2008. Communication in Mathematics Teaching and Learning: Practices in Primary Education.[Online]. Diakses di http://yess4.ktu.edu.tr/YerfmePappers/Ant_%20Guerreiro.pdf. pada 31 Oktober 2014.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses BelajarMengajar. Jakarta: BumiAksara. _____________. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Hamiyah, Nur dan Muhammad Jauhar. 2014. Strategi Belajar Mengajar Di Kelas.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Hamzah, Ali dan Muhlisrarimi. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Depok: Rajawali Pers.

Herman, Tatang. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Educationist Vol. 01 No. 01 Hlm 47-56. [Online]. Diakses di

http://103.23.244.11/Direktori/JURNAL/EDUCATIONIST/Vol._1-Januari_2007/6_Tatang_Herman.pdf. pada 30 Oktober 2014.

Izzati, Nur dan Suryadi. 2010. Komunikasi Matematik dan Pendidikan Matematika Realistik. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematikan dan Pendidikan Matematika UNY, tanggal 27 November 2010. [Online]. Diakses di http://bundaiza.files.wordpress.com/2012/12/ komunikas_matematik_dan_pmr-prosiding.pdf. pada 29 Oktober 2014. Mahmudi, Ali. 2006. Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa

Melalui Pembelajaran Matematika. Jurnal. [Online]. Diakses di http://eprints.uny.ac.id/7247/1/PM-10%20-%20Ali%20Mahmudi.pdf. pada 30 Oktober 2014.

PISA. 2012. Data Tables, Figures, and Exhibits. [Online]. Diakses di http://nces.ed.gov/pubs2014/2014024_tables.pdf. pada 30 Oktober 2014 Popham, James. W dan Eva L. Baker. 2011. Teknik Mengajar Secara Sistematis.

(56)

46

Puspaningtyas, Nicky Dwi. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi. Lampung: Unila. Tidak diterbitkan.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Grafindo.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Sriyanto, HJ. 2007. Strategi Sukses Menguasai Matematika. Yogyakarta: Indonesia Cerdas.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito Bandung.

Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung :JICA-UPI TIMSS. 2011.Average Mathematics Scores of 8th-grade Students, by Education

System: 2011.[Online]. Diakses di https://nces.ed.gov/TIMSS/table11_3.asp. pada 30 Oktober 2014.

Triana, Mella. 2014. Penerapan Pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. [Online]. Diakses di http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/MTK/article/view/3850. pada 19 Februari 2015.

Widjajanti. Djamilah Bondan. 2011. Mengembangkan Softskill Siswa melalui Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Pendidikan MIPA Unila 2011. [Online]. Diakses di ttps://semnaspendmipa.files.wordpress.com/2012/02/prosiding-seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011.pdf. pada 19 Februari 2015.

Yeager, A dan Yeager, R. 2008. Teaching Through the Mathematical Processes.

(57)

47 http://www.nctm.org/uploadedFiles/Math_Standards/NCTM%20NCATE%20Stan

dards%202012%20-%20Secondary%20(2).pdf .

19 November 2014

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja &uact=8&ved=0CGEQFjAI&url=http%3A%2F%2Fzeamayshibrida.files.w

ordpress.com%2F2010%2F12%2F21-satu-sampel-uji-

Gambar

Tabel 2.1 Fase Fase Model PBL
Tabel 3.1 Nilai Rata-Rata Ujian Mid Semester Ganjil Kelas VIII SMP Xaverius 2 Bandarlampung T.P 2014/2015
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan mata pelajaran matematika berbasis kompetensi. Pada umumnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Siswa yang termasuk pada kategori yang mempunyai kemampuan penalaran kurang mengalami kesulitan dalam memahami makna soal, tetapi siswa yang mempunyai

PBL adalah suatu model pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis agar kemampuan berfikir

Validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi dari suatu tes kemampuan pemahaman matematis siswa dapat diketahui

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat metakognisi siswa dalam kemampuan pemecahan masalah matematis dari 32 orang siswa adalah: (1) siswa dengan tingkat

Terlihat dalam proses mengerjakan LKK yang diberikan, siswa lebih sering bertanya langsung kepada guru daripada memahami, mencari dan mengumpulkan data ter- lebih

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes awal berupa tes kemampuan komu- nikasi matematis mengenai materi yang telah siswa pelajari sebelum diberi perlakuan