EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Xaverius 2 Bandarlampung Semester Genap T. P. 2014/2015)
(Skripsi)
Oleh
ENGGAR FATHIA CHATARINA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Xaverius 2 Bandarlampung Semester Genap T.P. 2014/2015)
Oleh
ENGGAR FATHIA CHATARINA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan model problem based learning ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa. Desain penelitian ini adalah posttest only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Xaverius 2 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/2015 yang terdistribusi dalam empat kelas. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII-B dan VIII-Cyang diambil dengan teknik purposive random sampling. Data penelitian ini diperoleh melalui tes kemampuan komunikasi matematis yang
dianalisis menggunakan uji proporsi. Berdasarkan hasil analisis data, disimpulkan
bahwa ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis, model PBL tidak efektif, namun lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Xaverius 2 Bandarlampung Semester Genap T.P. 2014/2015)
Oleh
ENGGAR FATHIA CHATARINA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
SANWACANA
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Xaverius 2 Bandarlampung T.P. 2014/2015) dapat diselesaikan.
Peneliti menyusun skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan perhatian, dan memotivasi selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
iii 3. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku dosen pembahas yang telah memberi
masukan dan saran-saran kepada penulis.
4. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M. Pd, selaku Pembimbing Akademik atas kesediaanya memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.
5. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
9. Bapak G. Muhandono, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Xaverius 2 Bandarlampung beserta Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan kemudahan selama penelitian.
iv 11.Ibu, Bapak, dan Adikku serta keluarga besarku tercinta, atas waktu, perhatian, kasih sayang, semangat dan doa terbaik yang kalian berikan untuk mendukung keberhasilan dan kebahagiaanku. Terima kasih untuk selalu mengerti dan bersabar di sampingku selama ini.
12.Sahabat-sahabat kece teraduhai, Fuji, Latifah, Bayu, Ayu Tamyah dan Hani serta teman-teman seperjuanganku, Ratna, Dedes, Ria, Laili, dan Dewi yang selama ini memberiku semangat dan dukungan. Terima kasih atas keceriaan, kehebohan, dan kisah-kisah bodoh yang telah kita lalui bersama.
13.Teman-teman seperjuanganku, seluruh angkatan 2011 Kelas B Pendidikan Matematika, terima kasih atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah. 14.Teman-teman KKN dan PPL keluarga baruku tercinta di SMP Negeri 1 Kotaagung
Timur, (Papsky Ajeng, Mamsky Uci, Congsky Ivah, Erizkha Semok, Dilah, Ika, Mbak Tere, Sugeng, dan Surya) atas 3 bulan kebersamaan yang penuh makna dan kenangan. Terima kasih atas segala pelajaran dan cerita yang kita alami bersama. 15.Teman-teman angkatan 2011 Kelas A, kakak-kakak tingkat dan adik-adik tingkat
terima kasih atas kebersamaannya.
16.Pak Liyanto dan Pak Mariman, penjaga Gedung G, terima kasih atas bantuan dan perhatiannya selama ini.
17.Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.
v Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis, saudara/i sekalian mendapat balasan pahala yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, April 2015 Penulis,
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PBL ... 47
Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvesional ... 83
Lampiran A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 113
Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 145
Lampiran B.2 Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 147
Lampiran B.3 Kunci Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 148
Lampiran B.4 Form Validitas Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 151
Lampiran B.5 Surat Keterangan Validasi ... 153
Lampiran B.6 Interpretasi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis .... 154
Lampiran C.1 Data Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 155 Lampiran C.2 Analisis Reabilitas Item Hasil Uji Coba Tes... 156
Lampiran C.3 Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Tes... 157
Lampiran C.4 Data Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas PBL ... 158
Lampiran C.5 Data Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Konvensional ... 159
Lampiran C.6 Analisis Uji Normalitas Data Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas PBL ... 160
Lampiran C.7 Analisi Uji Normalitas Data Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Konvesional...164
x Lampiran C.9 Analisi Uji Kesamaan Dua Proporsi Data Kemampuan
Komunikasi Matematis ... 169 Lampiran C.10 Analisis Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Kelas
PBL ... 171 Lampiran C.11 Analisis Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Kelas
viii DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Fase-Fase Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 13
Tabel 3.1 Nilai Rata-Rata Ujian Mid Semester Ganjil Kelas VIII SMP Xaverius 2 Bandarlampung T.P 2014/2015 ... 22
Tabel 3.2 Desain Penelitian ... 23
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis ... 25
Tabel 3.4 Kriteria Realibilitas Soal ... 27
Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda ... 28
Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 29
Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Data Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 31 Tabel 4.1 Persentase Siswa dengan Kemampuan Komunikasi Matematis yang baik ... 35
Tabel 4.2 Hasil Uji Proporsi Kemampuan Komunikasi Matematis ... 36
Tabel 4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Proporsi Kemampuan Komunikasi Matematis ... 36
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Kajian Pustaka... ... 8
1. Efektivitas Pembelajaran ... 8
2. Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 10
3. Pembelajaran Konvensional ... 15
4. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 17
B. Kerangka Pikir... ... 19
C. Anggapan Dasar... ... 21
D. Hipotesis Penelitian... 21
III. METODE PENELITIAN ... 22
vii
B. Desain Penelitian ... 23
C. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 23
D. Instrumen Penelitian ... 24
E. Prosedur Penelitian ... 29
F. Teknik Analisis Data ... 31
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Hasil Penelitian ... 35
B. Pembahasan ... 38
III. SIMPULAN DAN SARAN ... 43
A. Simpulan ... 43
B. Saran ... 43
P
ersembahan
Puji Syukur KuucapkanBagi Tuhan Yang Maha Esa
Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku
kepada :
Kedua orang tuaku tersayang, Ibu RR. Emiliana Wijanarti
dan Bapak Suko Budianto, yang telah membesarkan, mendidik
dengan penuh kasih sayang yang tulus, dan selalu mendoakan yang
terbaik untuk keberhasilan dan kebahagiaanku.
Adikku, Monica Iva Kartika, serta seluruh keluarga besar yang
terus memberikan dukungan dan doanya padaku.
Para pendidik yang telah mengajar dan mendidik dengan penuh
kesabaran.
Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala
kekuranganku, yang selalu memberikan doa dan semangat,
terimakasih atas kebersamaan selama ini. Semoga kita selalu
dapat menjaga silaturrahmi yang baik.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandarlampung, pada tanggal 29 Oktober 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Suko Budianto dan Ibu R.R Emiliana Wijanarti.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Xaverius I Bandarlampung pada tahun 1999. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Fransiskus 2 Bandarlampung pada tahun 2005, pendidikan menengah pertama di SMP Xaverius 2 Bandar Lampung pada tahun 2008, dan pendidikan menengah atas di SMA Xaverius Bandar Lampung pada tahun 2011. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan mengambil program studi Pendidikan Matematika.
Motto
Yesterday is gone. Tomorrow has not yet come. We
have only today. Let us begin.
I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan merupakan penentu perkembangan suatu bangsa sebab kemajuan bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diterima anak bangsa itu sendiri. Untuk memperoleh pendidikan yang maju, tinggi, dan berkembang perlu dibuat suatu perencanaan sistem pendidikan berdasarkan tujuan nasional pendidikan bagi bangsa itu. Indonesia dalam Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 (Daryanto dan Sudjendro, 2014: 11) menyatakan tujuan pendidikan sebagai beri-kut.
Pendidikan berfungsi mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak, mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2 kegunaan matematika dalam kehidupan. Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 68) mengatakan bahwa fungsi matematika sekolah adalah sebagai wahana untuk meningkatkan ketajaman penalaran siswa yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari serta untuk meningkat-kan kemampuan berkomunikasi dengan menggunameningkat-kan bilangan dan simbol- simbol. Dengan demikian, kemampuan komunikasi matematis menjadi salah satu aspek penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran matematika di sekolah.
Mathematics Education Study (MES) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan salah satu komponen proses pemecahan masalah matematis (Izzati dan Suryadi, 2010). Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan un-tuk menggunakan bahasa matematika unun-tuk mengekspresikan gagasan matematis dan argumen dengan tepat, singkat, dan logis. Kemampuan ini dapat melatih ke-tajaman berpikir siswa agar mampu mengembangkan pemahamannya terhadap matematika. Izzati dan Suryadi (2010) mengatakan bahwa kemampuan komuni-kasi matematis mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan proses-proses ma-tematis yang lain, seperti pemecahan masalah, representasi, refleksi, penalaran, pembuktian, dan koneksi, dimana komunikasi diperlukan untuk melengkapi setiap proses matematis yang lain. Berdasarkan pendapat tersebut, untuk menguasai matematika, siswa wajib memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik.
3 di peringkat terbawah dari 65 negara dalam pemetaan kemampuan matematika, membaca, dan sains (Adiputri, 2014). Dalam survei ini, matematika dikategori-kan menjadi 6 level kemampuan matematis (PISA, 2012) dan kemampuan komu-nikasi matematis adalah kemampuan pada level ke-4. Dari survei tersebut diper-oleh persentase kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia hanya sekitar 1,5% dengan keseluruhan skor rata-rata sebesar 375.
4 Pembelajaran konvensional seperti itu menekankan siswa untuk mengingat atau menghafal dan kurang melatih siswa untuk menyampaikan dan mengekspresikan gagasan/idenya dalam bahasa matematis yang tepat, siswa cenderung pasif, dan pembelajaran berjalan membosankan. Hal ini, tentu memberi kesan kurang baik bagi siswa. Mereka akan beranggapan bahwa matematika itu isinya cuma hitung-hitungan melulu yang membuat kepala menjadi pusing (Sriyanto, 2007: 20). Apabila pembelajaran matematika terus menerus begini, maka semangat siswa dalam belajar akan menurun.
Untuk mengatasi hal ini, guru memiliki peranan yang sangat penting. Guru harus mampu menentukan model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zain (2010: 3), kemam-puan yang diharapkan dapat dimiliki siswa akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu model yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembela-jaran akan dapat dicapai dengan penggunaan model pembelapembela-jaran yang tepat, se-suai dengan standar keberhasilan yang terpatri di dalam suatu tujuan.
5 penalarannya untuk memecahkan masalah, dan merangkum suatu permasalahan menjadi suatu konsep dengan bahasa matematis yang tepat dan logis. Berdasar-kan uraian di atas, maka perlu dilakuBerdasar-kan suatu penelitian mengenai “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran PBL ditinjau dari Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa.”
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka secara umum permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan “Bagaimanakah Efektivitas Model Pembelajaran PBL ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa?”
Rumusan masalah ini selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pertanyaan berikut. 1. Apakah model PBL efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis
siswa?
2. Apakah model PBL lebih efektif daripada pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa?
C.Tujuan Penelitian
6 D.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam pendidikan matematika yang berkaitan dengan model pembelajaran PBL dan hu-bungannya dengan kemampuan komunikasi matematis siswa.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi praktisi pendidikan sebagai pertimbangan penggunaan model PBL sehubungan dengan upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Selain itu, dapat menjadi sumber kaji-an dkaji-an masukkkaji-an bagi penelitikaji-an serupa di masa depkaji-an.
E.Ruang Lingkup Penelitian
Sebagai lingkup kajian penelitian ini adalah mencakup hal-hal berikut.
7 2. PBL adalah suatu model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Masalah diberikan kepada siswa sebelum siswa mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Langkah-langkah pembelajaran berbasis ma-salah adalah sebagai berikut.
a. Orientasi siswa pada masalah b. Mengorganisasi siswa untuk belajar
c. Membimbing pengalaman individual/kelompok d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
3. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam meng-ekspresikan gagasan-gagasan, ide-ide, dan pemahamannya tentang suatu masa-lah dan proses matematika yang mereka pelajari, terutama dalam materi ling-karan. Kemampuan komunikasi matematis dalam penelitian ini dilihat dari ke-mampuan siswa dalam:
a. Menggambar (Drawing), siswa dapat membuat gambar, diagram, atau tabel secara lengkap dan benar.
b. Ekspresi Matematika (Mathematical Expression), siswa dapat membuat pendekatan matematika dengan benar, kemudian melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi secara tertulis dengan lengkap dan benar.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan ada efeknya, akibatnya, pengaruhnya, kesannya, atau dapat juga diartikan dapat membawa hasil, berhasil berguna dan efektivitas diartikan sebagai indikator yang sarannya dapat menunjukkan tingkat kefektifan suatu hal/benda yang diberikan berdasarkan adanya pertumbuhan yang sebanding (KBBI, 2008: 352).
Efektivitas merujuk pada kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui suatu penga-ruh yang dihasilkan dari suatu perlakuan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan, atau manfaat dari hasil yang diperoleh, serta tingkat daya fungsi unsur atau komponen.
9 saling mempengaruhi sehingga terjadi perubahan untuk mencapai tujuan pembela-jaran (Hamalik, 2009: 57). Apabila tidak terjadi perubahan dalam diri manusia setelah belajar, maka tidaklah dikatakan bahwa telah berlangsung proses belajar padanya (Hamiyah dan Jauhar, 2014: 3).
Hamalik (2001: 171) mengatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pem-belajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar. Penyediaan kesempatan belajar ini di-harapkan dapat melatih ketajaman berpikir siswa dan memberikan peluang bagi mereka untuk menuangkan gagasan/idenya. Sementara itu, menurut Djamarah dan Zain (2010: 76), efektivitas metode pembelajaran dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran sebagai persiapan tertulis. Jadi, yang dimaksud dengan efektivitas pembelajaran adalah ketepatan memilih suatu strategi atau metode atau model belajar dalam proses pembelajaran sehingga membawa pengaruh baik, perubahan, dan manfaat bagi siswa serta mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
10 eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan menggunakan pen-dekatan eksperimental dengan kelas eksperimen adalah kelas yang menggunakan model PBL dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.
2. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran PBL berkaitan dengan penggunaan metode pemecahan ma-salah dalam pembelajarannya. Menurut Hamiyah dan Jauhar (2014: 126) metode pemecahan masalah adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran de-ngan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah, baik masalah pribadi atau perorangan, maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Schmidt (Rusman, 2011: 231) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori belajar konstruktivisme dengan ciri-ciri: (1)Pemahaman di-peroleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan lingkungan belajar; (2)Pergulatan dengan masalah dan proses penemuan masalah menciptakan disona-si kognitif yang menstimuladisona-si belajar; (3)Pengetahuan terjadi melalui proses kola-borasi negosiasi sosial dan evaluasi terhadap keberadaan sudut pandang.
11 berbagai alternatif penyelesaian dan implikasinya serta mengumpulkan dan mendistribusikan informasi; (4) melatih siswa untuk terampil menyajikan temuan, membiasakan siswa untuk merefleksikan tentang efektivitas cara berpikir mereka dan menyelesaikan masalah. Adapun beberapa aspek berikut penting diperhatikan dalam menggunakan model PBL (Daryanto, 2014: 31).
1. Kurikulum: PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu strategi sasaran dimana proyek sebagai pusat.
2. Responsibility: PBL menekankan responsibility dan answerability para siswa ke dirinya dan panutannya.
3. Realisme: kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional.
4. Active-Learning: menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan siswa untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga de-ngan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri.
5. Umpan balik: diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para siswa menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong ke arah pem-belajaran berdasarkan pengalaman.
6. Keterampilan umum: PBL tidak hanya dikembangkan pada keterampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah kerja kelompok dan self-management.
7. Driving Question: PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu siswa untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip, dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
8. Constructive Investigation: sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para siswa.
9. Autonomy: proyek menjadikan aktivitas siswa sangat penting.
12 pengalaman belajar tersebut mereka menggunakan kemampuan nalar, logis, dan kritis dalam membangun pengetahuannya sendiri.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan PBL adalah sebagai berikut (Hamzah dan Muhlisrarini, 2014: 165).
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-lain).
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
13 Tabel 2.1 Fase Fase Model PBL
Fase Indikator Perilaku Guru
1 Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan.
2 Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan
Model PBL menyediakan kesempatan yang banyak bagi siswa untuk aktif berpar-tisipasi dalam pembelajaran. Dengan berperan aktif, siswa dilatih untuk berani menyampaikan gagasannya, dengan begitu ia akan belajar untuk menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami oleh teman sebayanya dan juga guru.
Meski demikian, untuk memilih suatu model pembelajaran diperlukan juga bebe-rapa pertimbangan. Pertimbangan tersebut antara lain berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki model pembelajaran itu sendiri. Adapun model PBL mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut (Djamarah dan Zain, 2010: 92)
1. Kelebihan model PBL
14 b. Pembelajaran melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan keluarga, bermasya-rakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
c. Pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan masalah.
2. Kekurangan model PBL
a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah, dan kelasnya serta penge-tahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
b. Pembelajaran mengajar dengan menggunakan model ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa meng-ambil waktu pelajaran lain.
c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut, dalam penelitian ini dilakukan beberapa cara berikut. (1) masalah yang diberikan kepada siswa di awal pembelajaran akan terlebih dahulu dikonsultasikan dengan guru mitra yang lebih memahami tingkat kemampuan siswa pada tiap kelas; (2) pembelajaran ini telah direncanakan sede-mikian rupa dengan perkiraan waktu yang lebih singkat dari waktu yang diberikan di setiap pembelajaran sehingga diharapkan pada praktiknya tidak akan terjadi ke-kurangan waktu.
Selanjutnya merangkum pendapat para ahli di atas, pelaksanaan pembelajaran ma-tematika dengan model PBL pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Guru menjelaskan langkah-langkah model PBL kepada siswa kemudian me-nyampaikan tujuan pembelajaran.
15 3. Guru mengorientasi siswa pada masalah, guru menyajikan lembar masalah
yang harus dikerjakan siswa berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya 4. Guru mengumpulkan lembar masalah untuk dibahas di akhir pembelajaran 5. Guru membagikan LKS yang berisi kegiatan untuk menemukan konsep materi
yang akan dipelajari
6. Siswa diminta mendiskusikan LKS bersama kelompoknya
7. Guru mengawasi jalannya diskusi dan memberi bantuan bagi siswa dan/ ke-lompok yang mengalami kesulitan
8. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi
9. Guru merefleksikan, mengklarifikasi, dan memberi penegasan terhadap hasil diskusi kelompok
10.Guru mengaitkan hasil diskusi dengan masalah yang telah diselesaikan siswa di awal pembelajaran
11.Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi
3. Pembelajaran Konvensional
16 konvensional siswa ditempatkan sebagai obyek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif (Sanjaya, 2006: 259). Umumnya, penyampaian pelajaran dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan.
Menurut Djamarah dan Zain (2010: 97), metode tradisional (ceramah) dalam pem-belajaran konvensional sejak dulu telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses pembelajaran. Hamiyah dan Jauhar (2014: 166) berpendapat metode ini banyak dipilih karena mudah dilaksanakan dengan persiapan yang sederhana, hemat waktu dan tenaga, dengan satu langkah dapat menjangkau semua siswa dan cukup dilakukan di dalam kelas. Popham dan Baker (2011: 80) menjelaskan bahwa setiap penyajian informasi secara lisan dapat disebut ceramah. Pembelajaran ini tidak dapat dikatakan baik atau buruk, tetapi penyampaiannya harus dinilai menurut tujuan penggunaanya.
17 4. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan yang penting dalam proses pembelajaran matematika. Menurut Guerreiro (2008), komunikasi mate-matis merupakan alat bantu dalam transmisi pengetahuan matematika. Komu-nikasi memungkinkan berfikir matematis dapat diamati dan karena itu komuKomu-nikasi memfasilitasi pengembangan berfikir. NCTM pada tahun 2000 (Izzati dan Suryadi, 2010) berpendapat bahwa melalui komunikasi matematis, gagasan-gagasan atau ide-ide menjadi objek refleksi, penghalusan, bahan diskusi, dan perbaikan. Proses komunikasi juga membantu membangun makna dan menanam-kan ide-ide sehingga membuatnya menjadi umum.
Sejumlah pakar mengemukakan beberapa pendapat mereka mengenai kemampuan komunikasi matematis. Misalnya Yeager, A dan Yeager, R (2008) mendefinisi-kan kemampuan komunikasi matematis sebagai kemampuan untuk mengomuni-kasikan matematika baik secara lisan, visual, maupun dalam bentuk tertulis, de-ngan menggunakan kosakata matematika yang tepat dan berbagai representasi yang sesuai, serta memperhatikan kaidah-kaidah matematika. Orang tidak akan memahami konsep dan solusi suatu masalah matematika atau mungkin salah menafsirkannya jika konsep dan solusi itu tidak dikomunikasikan dengan meng-gunakan bahasa matematik yang tepat.
18 kelompok, siswa berkomunikasi dengan teman sebaya dan gurunya ketika mereka mengorganisasikan dan memahami informasi. Mereka mengkritik pekerjaan me-reka sendiri dan pernyataan teman-temannya untuk mengembangkan pemahaman matematika baru.
Terkait dengan komunikasi matematis NCTM (Mahmudi, 2006) membuat standar kemampuan yang harusnya dicapai siswa.
1. Mengorganisasikan dan mengkonsolidasi pemikiran matematika untuk mengkomunikasikan kepada siswa lain.
2. Mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren dan jelas kepada siswa lain, guru, dan lainnya.
3. Meningkatkan atau memperluas pengetahuan matematika siswa dengan cara memikirkan pemikiran dan strategi siswa lain.
4. Menggunakan bahasa matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi matematika.
Menurut Izzati dan Suryadi (2010), kemampuan komunikasi matematis mencakup dua hal, yakni kemampuan siswa menggunakan matematika sebagai alat ko-munikasi (bahasa matematika) dan kemampuan mengoko-munikasikan matematika yang dipelajari.
Berbeda dengan pendapat di atas, Puspaningtyas (2012: 15) menyatakan bahwa indikator kemampuan komunikasi matematis antara lain: (1) menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan gambar, bagan, tabel, dan secara aljabar (drawing); (2) menjelaskan ide, situasi, dan relasi mate-matika secara tulisan (written text); (3) menggunakan bahasa matematika dan se-cara simbol sese-cara tepat (mathematical expression).
19 (written text), dan ekspresi matematika (mathematical expression) dengan indikator sebagai berikut.
a. Menyatakan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan gambar.
b. Menjelaskan ide, situasi, dan solusi matematika secara tulisan c. Menggunakan bahasa matematika secara tepat.
B.Kerangka Pikir
Penelitian mengenai efektivitas penerapan model pembelajaran PBL ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Yang menjadi variabel bebas adalah model PBL dan variabel terikatnya adalah kemampuan komunikasi matematis. Pada model PBL, siswa langsung dihadapkan pada persoalan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Siswa belajar melalui permasalahan yang diberikan tersebut. Fase model PBL dimulai dari pemberian masalah kepada siswa, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan baik secara individual atau kelompok, meren-canakan dan menyiapkan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi hasil dan proses-proses yang dilakukan.
20 konsep matematika yang akan dipelajari. Motivasi yang diberikan guru memicu semangat siswa untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya pada langkah kedua, guru mengorganisasikan siswa untuk belajar. Pada fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok heterogen dan siswa diberikan Lembar Kerja Kelompol (LKK). Kemudian, siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk memecahkan masalah yang terdapat dalam LKK tersebut. Dalam kegiatan ini, siswa dituntut untuk mengkomunikasikan ide/gagasan yang mereka miliki ke dalam simbol matematika atau ilustrasi mate-matika dengan baik beserta penjelasan yang logis, hal ini tentu akan mengem-bangkan kemampuan komunikasi matematis mereka.
Langkah selanjutnya adalah merencanakan dan menyiapkan hasil karya. Dalam aktivitas ini, beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas dengan bimbingan guru dan kelompok lain menanggapi. Ini merupakan ke-sempatan bagi siswa untuk berperan aktif, mereka dapat menyampaikan pendapat, usul, saran dan idenya. Siswa dapat melatih kemampuan penyampaian suatu kon-sep dengan bahasa yang logis, jelas, dan mudah dipahami orang lain. Hal ini mampu mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
21 bersama-sama menyimpulkan dan mendapatkan suatu konsep yang sudah dipela-jari. Maka, pengembangan komunikasi siswa ini juga menuntunya untuk menggu-nakan nalar dan memahami konsep matematika.
Berdasarkan uraian tersebut, model pembelajaran PBL diharapkan efektif untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
C.Anggapan Dasar
Penelitian ini, bertolak pada anggapan dasar sebagai berikut.
1. Setiap siswa memperoleh materi pelajaran matematika sesuai dengan kuri-kulum yang berlaku di sekolah.
2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis se-lain model pembelajaran PBL dianggap memberikan kontribusi yang sama dan tidak diperhatikan.
D.Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan rumusan masalah, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini:
1. Model PBL efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis.
III. METODE PENELITIAN
A.Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Xaverius 2 Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII tahun ajaran 2014/2015 yang terdistribusi dalam 4 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 133 siswa dengan nilai rata-rata Ujian Mid Semester pada tabel berikut (Sumber: dokumentasi guru matematika SMP Xaverius 2 Bandarlampung).
Tabel 3.1 Nilai Rata-Rata Ujian Mid Semester Ganjil Kelas VIII SMP Xaverius 2 Bandarlampung T.P 2014/2015
NO. Kelas Banyaknya
Peserta didik Rata-rata
1 VIII A 33 48,696
2 VIII B 32 52,375
3 VIII C 34 52,029
4 VIII D 34 52,617
Jumlah 133 205,717
Nilai rata-rata populasi 51,436
23 populasi dilihat dari nilai rata-rata yang mendekati nilai rata-rata populasi. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka ditentukan sampel yang diteliti adalah kelas VIII-B sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-C sebagai kelas kontrol. Pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran konvensional dan pada kelas eksperimen dilakukan model PBL.
B.Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan menggunakan posttest only control group design. Desain pelaksanaan penelitian tersebut digambarkan sebagai berikut (Furchan 1982: 368).
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Posttest
A1 X1 O
A2 X2 O
Keterangan:
A1 = Eksperimen A2 = Kontrol O = Posttest
X1 = Model PBL
X2 = Pembelajaran konvensional
C.Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
24 D.Instrumen Penelitian
25 Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis
Skor Menggambar 0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak
memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak memiliki arti.
1 Hanya sedikit gambar, tabel, atau diagram yang benar
2 Membuat gambar, tabel, atau diagram namun kurang
26 Sebelum dilakukan uji coba tes, soal terlebih dahulu akan dilihat kelayakannya melalui:
1. Validitas instrumen
Validitas instrumen dalam penelitian ini adalah validitas isi tes kemampuan ko-munikasi matematis. Soal tes kemampuan koko-munikasi matematis dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Selanjutnya, dengan asumsi bahwa guru matematika SMP Xaverius 2 Bandarlampung mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika. Tes yang dikatakan valid adalah yang butir-butir tesnya sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator materi pembelajaran berdasarkan penilaian guru mitra. Setelah semua butir soal dinyatakan valid, maka selanjut-nya soal tes tersebut diujicobakan di kelas VIII lain di luar sampel penelitian. Hasil uji coba tes kemampuan komunikasi matematis ini selanjutnya dianalisis realibilitas, daya beda, dan tingkat kesukarannya.
2. Reliabilitas Soal
Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas soal uraian adalah Rumus Cronbach Alpha (Suherman, 2003), yaitu
∑
Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas
n = banyaknya butir soal (item) ∑ = jumlah varians skor tiap item
= varians skor total
27 Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Soal.
Koefisien Reliabilitas (r11) Interpretasi
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Dalam penelitian ini instrumen tes digunakan jika memenuhi kriteria reabilitas sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
Berdasarkan perhitungan, diperoleh koefisien realiabilitasnya sebesar 0,838, maka soal tes dikategorikan sebagai soal dengan reliabilitas tinggi sehingga layak digunakan untuk mengukur indikator kemampuan komunikasi matematis. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2.
3. Daya Pembeda Soal
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Untuk menghitung indeks diskriminasi suatu soal dapat digunakan rumus sebagai berikut (Arifin, 2012: 159).
̅ ̅
Keterangan:
DP = Indeks diskriminasi ̅ = Rata-rata skor kelas atas ̅ = Rata-rata skor kelas atas
= Skor maksimum tiap butir soal
28 Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda
Indeks Diskriminasi Interpretasi
Lebih dari Sangat baik
Baik
Buruk
Kurang dari Sangat buruk
Instrumen tes kemampuan komunikasi matematis digunakan jika memiliki daya pembeda yang baik atau sangat baik.
Berdasarkan hasil perhitungan indeks diskriminasi, soal dinyatakan sudah meme-nuhi kriteria daya pembeda yang diharapkan. Hasil perhitungan indeks diskrimi-nasi ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3
4. Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran suatu soal dilihat berdasarkan koefisien tingkat kesukaran yang disebut dengan indeks kesukaran. Rumus indeks kesukaran yang dikemuka-kan Sudijono (2008: 372) adalah sebagai berikut.
Keterangan:
TK = indeks kesukaran suatu butir soal
JT = jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh
29 Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kesukaran
Indeks Tingkat Kesukaran Interpretasi
0,00 ≤ TK ≤ 0,15 Sangat Sukar
0,16 ≤ TK ≤ 0,30 Sukar
0,31 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang
0,71 ≤ TK ≤ 0,85 Mudah
0,86 ≤ TK ≤ 1,00 Sangat Mudah
Tingkat kesukaran soal pada instrumen tes kemampuan komunikasi yang diguna-kan adalah sedang, dan sukar.
Berdasarkan hasil analisis data hasil uji coba tes, tiap butir soal telah memenuhi kriteria tingkat kesukaran yang diharapkan maka soal layak digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa. Hasil perhitungan dapat di-lihat pada Lampiran C.3
E.Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan kegiatan sebagai berikut: 1. Tahapan persiapan
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain:
a. Penelitian pendahuluan untuk melihat keadaan kelas, jumlah siswa, ka-rakteristik siswa, dan nilai matematika siswa serta wawancara dengan guru mata pelajaran untuk mengetahui bagaimana pembelajaran yang biasanya dilakukan.
b. Pemilihan populasi dan sampel penelitian.
30 buku, dan sumber bacaan lain mengenai model pembelajaran PBL dan kemampuan komunikasi matematis.
d. Penentuan materi, yaitu lingkaran.
e. Pembuatan instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian dengan model pembelajaran konvensional dan model PBL.
f. Menguji validitas instrumen. Setelah dinyatakan valid, selanjutnya di-lakukan uji coba pada kelas VIII di luar sampel, yaitu kelas VIII-A. Data hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui reabilitas, daya beda, dan tingkat kesukarannya.
2. Tahap Pelaksanaan
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain:
a. Melakukan pembelajaran dengan model PBL pada kelas VIII-B dan pembelajaran konvensional pada kelas VIII-C sebanyak 6 pertemuan dengan masing-masing pertemuan 80 menit.
b. Memberikan tes kemampuan komunikasi matematis kepada sampel penelitian.
3. Tahap Akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir, antara lain: a. Mengolah data hasil penelitian
b. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian c. Membuat laporan penelitian akhir
31 F. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah pengolahan dan analisis data yang peneliti lakukan dalam pene-litian ini adalah:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan terhadap data hasil tes kemampuan komunikasi kedua kelas untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut. H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1: sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Statistik yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah uji chi-kuadrat (Sudjana, 2005: 273). Persamaan untuk uji chi-kuadrat adalah sebagai berikut.
∑
berdistribusi normal. Hasil perhitungan normalitas disajikan sebagai berikut.
Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Kelas Keputusan Uji
PBL 4,75
7,81 H0 diterima
32 Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3.7 diperoleh bahwa untuk kedua kelas
pada taraf signifikansi 5% berlaku sehingga H0 diterima,
ma-ka data kelas PBL dan kelas konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6 dan C.7.
2. Uji Hipotesis
Karena data hasil tes kemampuan komunikasi matematis dari kedua kelas sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka dilakukan uji hipotesis, yaitu
1) Uji Proporsi Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas PBL
Uji proporsi akan dilakukan untuk mengetahui proporsi jumlah siswa dengan kemampuan komunikasi matematis yang baik di kelas model PBL mencapai lebih dari 60%. Uji hipotesis ini dilakukan dengan rumusan masalah sebagai berikut.
H0: ; (proporsi siswa dengan kemampuan komunikasi matematis
yang baik tidak lebih dari 60%)
H1 : ; (proporsi siswa dengan kemampuan komunikasi matematis
yang baik lebih dari 60%)
33
Dalam pengujian ini digunakan taraf signifikan dan uji tolak H0 jika , dimana diperoleh dari daftar normal baku
dengan peluang . H0 diterima jika .
2) Uji Kesamaan Dua Proporsi Kemampuan Komunikasi Matematis
Uji ini digunakan untuk mengetahui besar proporsi siswa dengan kemam-puan komunikasi matematis yang baik pada model PBL dibandingkan dengan besar proporsi siswa yang dengan kemampuan komunikasi mate-matis yang baik pada pembelajaran konvensional. Uji kesamaan dua pro-porsi dilakukan dengan rumusan hipotesis sebagai berikut.
H0: ; (proporsi siswa dengan kemampuan komunikasi matematis yang baik pada model PBL dan pembelajaran konvensional sama).
H1: ; (proporsi siswa dengan kemampuan komunikasi matematis yang baik pada PBL lebih tinggi dibanding pembelajaran konvensional)
Statistik z yang digunakan adalah sebagai berikut (Sudjana, 2005: 246).
√ { }
Keterangan:
banyaknya siswa dengan kemampuan komunikasi matematis yang baik pada kelas PBL
34 banyak seluruh siswa pada kelas PBL
banyak seluruh siswa pada kelas konvensional
Dengan kriteria uji tolak H0 jika dan terima H0 jika
V. SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis, model PBL tidak efektif, namun lebih efektif dibanding pembelajaran konvensional.
B.Saran
Berdasarkan kesimpulan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sebaiknya melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama agar kondisi kelas sudah kondusif saat dilakukan pengambilan data, sehingga data dapat menggambarkan kemampuan siswa secara nyata dan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Adiputri, Novi Christiastuti. 2014. RI Terendah di PISA, WNA: Indonesian Kids Don,t Know How Stupid They Are. [Online]. Diakses di http://news.detik.com/read/2014/02/08/153124/2491125/10/1/ri-terendah-di-pisa-wna-indonesian-kids-dont-know-how-stupid-they-are. pada 30 Oktober 2014.
Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 1988. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. Armiati. 2009. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika di SMK
Teknologi Melalui Modul Matematika. Makalah dipresentasikan di Seminar Nasional Pembelajaran Matematika Sekolah Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. [Online]. Diakses di http://eprints.unsri.ac.id/1532/1/Prosiding_Semnas_Pembelajaran_Mat_6_D es_09.pdf. pada 19 Februari 2015.
Daryanto dan Herry Sudjendro. 2014. Siap Menyongsong Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.
Darmawan. 2010. Penggunaan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran IPS di MI Darusaadah Pandeglang. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 11 No. 2 Hlm. 106-107. [Online]. Diakses di http://jurnal.upi.edu/file/3_darmawan .pdf. pada 30 Oktober 2014.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
45
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Franks. D dan Jarvis, D. 2009. Communication in the Secondary Mathematics Classroom: Exploring New Ideas. [Online]. Diakses di http://www.learner.org. pada 31 Oktober 2014.
Furchan, Arief. 1982. Pengantar penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Guerreiro, A. 2008. Communication in Mathematics Teaching and Learning: Practices in Primary Education.[Online]. Diakses di http://yess4.ktu.edu.tr/YerfmePappers/Ant_%20Guerreiro.pdf. pada 31 Oktober 2014.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses BelajarMengajar. Jakarta: BumiAksara. _____________. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Hamiyah, Nur dan Muhammad Jauhar. 2014. Strategi Belajar Mengajar Di Kelas.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Hamzah, Ali dan Muhlisrarimi. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Depok: Rajawali Pers.
Herman, Tatang. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Educationist Vol. 01 No. 01 Hlm 47-56. [Online]. Diakses di
http://103.23.244.11/Direktori/JURNAL/EDUCATIONIST/Vol._1-Januari_2007/6_Tatang_Herman.pdf. pada 30 Oktober 2014.
Izzati, Nur dan Suryadi. 2010. Komunikasi Matematik dan Pendidikan Matematika Realistik. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematikan dan Pendidikan Matematika UNY, tanggal 27 November 2010. [Online]. Diakses di http://bundaiza.files.wordpress.com/2012/12/ komunikas_matematik_dan_pmr-prosiding.pdf. pada 29 Oktober 2014. Mahmudi, Ali. 2006. Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
Melalui Pembelajaran Matematika. Jurnal. [Online]. Diakses di http://eprints.uny.ac.id/7247/1/PM-10%20-%20Ali%20Mahmudi.pdf. pada 30 Oktober 2014.
PISA. 2012. Data Tables, Figures, and Exhibits. [Online]. Diakses di http://nces.ed.gov/pubs2014/2014024_tables.pdf. pada 30 Oktober 2014 Popham, James. W dan Eva L. Baker. 2011. Teknik Mengajar Secara Sistematis.
46
Puspaningtyas, Nicky Dwi. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi. Lampung: Unila. Tidak diterbitkan.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Grafindo.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Sriyanto, HJ. 2007. Strategi Sukses Menguasai Matematika. Yogyakarta: Indonesia Cerdas.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito Bandung.
Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung :JICA-UPI TIMSS. 2011.Average Mathematics Scores of 8th-grade Students, by Education
System: 2011.[Online]. Diakses di https://nces.ed.gov/TIMSS/table11_3.asp. pada 30 Oktober 2014.
Triana, Mella. 2014. Penerapan Pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. [Online]. Diakses di http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/MTK/article/view/3850. pada 19 Februari 2015.
Widjajanti. Djamilah Bondan. 2011. Mengembangkan Softskill Siswa melalui Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Pendidikan MIPA Unila 2011. [Online]. Diakses di ttps://semnaspendmipa.files.wordpress.com/2012/02/prosiding-seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011.pdf. pada 19 Februari 2015.
Yeager, A dan Yeager, R. 2008. Teaching Through the Mathematical Processes.
47 http://www.nctm.org/uploadedFiles/Math_Standards/NCTM%20NCATE%20Stan
dards%202012%20-%20Secondary%20(2).pdf .
19 November 2014
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja &uact=8&ved=0CGEQFjAI&url=http%3A%2F%2Fzeamayshibrida.files.w
ordpress.com%2F2010%2F12%2F21-satu-sampel-uji-