• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun 2011/2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGGUNAAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun 2011/2012)"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

Desi Trihandayani Chandra

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SISWA

(Studi pada kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun 2011/2012)

Oleh

Desi Trihandayani Chandra

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan mata pelajaran matematika berbasis kompetensi. Pada umumnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP masih rendah. Penelitian ini menguji keefektifan penggunaan strategi TTW ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah mate-matis siswa. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain posttest only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII

(2)

Desi Trihandayani Chandra b) kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematis diperoleh dari strategi pembelajaran langsung lebih baik dari kemampuan siswa yang diperoleh dari strategi TTW.

(3)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SISWA

(Studi pada kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh

DESI TRIHANDAYANI CHANDRA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SISWA

(Studi pada kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun 2011/2012)

Oleh

DESI TRIHANDAYANI CHANDRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(6)

vi DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar ... 10

B. Efektivitas Pembelajaran ... 12

C. Strategi Pembelajaran Think Talk Write ... 14

D. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 19

E. Faktor-faktor dalam upaya menumbuhkan kemampuan pemcehan masalah ... 22

F. Kerangka Pikir ... 23

G. Anggapan Dasar ... 25

H. Hipotesis ... 25

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 27

(7)

vii

C. Data Penelitian ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 30

E. Prosedur Penelitian ... 31

F. Instrumen Penelitian ... 32

G. Analisis Data ... 37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 48

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 52

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain Penelitian ... 29

3.2 Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 31

3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 35

3.4 Tingkat Kesukaran Tes Uji Coba ... 35

3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 36

3.6 Daya Beda Tes Uji Coba ... 36

3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Postes ... 37

4.1 Pencapaian Indikator Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 42

4.2 Pencapaian Indikator Pemecahan Masalah Kelas Kontrol... 43

4.3 Persentase Siswa Tuntas Belajar ... 44

4.4 Skor Tertinggi, Skor Terendah, Rata-rata Skor, dan Simpangan Baku ... 44

4.5 Nilai Chi Kuadrat Data Kemampuan Pemecahan Masalah ... 45

4.6 Hasil Uji Coba Normalitas dengan SPSS 16,0... 45

4.7 Nilai Varians Data Kemampuan Pemecahan Masalah... 46

4.8 Data Uji Proporsi ... 46

(9)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PENGGUNAAN

STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DITINJAU DARI KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun 2011/2012)

Nama Mahasiswa : DESI TRIHANDAYANI CHANDRA Nomor Pokok Mahasiswa : 0813021006

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Tina Yunarti, M.Si Drs. M. Coesamin, M.Pd. NIP 19660610 199111 2 001 NIP 19591002 198803 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si

(10)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Tina Yunarti, M.Si. ____________

Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. _____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. _____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(11)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta

kasihku kepada:

Ayahanda Ujang Chandra dan Ibunda Hartini yang telah membesarkan dan mendidikku, selalu memberiku

semangat dan nasehat, serta mencurahkan doa dan kasih sayangnya dengan pengorbanan yang tulus

ikhlas demi kebahagiaan dan keberhasilanku.

Uni ku tersayang Any Oktarina Chandra dan Megawati Chandra beserta keluarga kecilnya yang

senantiasa memberikan keceriaan, doa, semangat dan dukungan.

Para pendidik yang dengan ketulusan dan kesabaran dalam mendidikku.

(12)

Motto

“Janganlah berputus asa dan mengeluh,

karena itu tidak akan berarti ”.

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Jaya pada tanggal 7 Desember 1990, merupakan

anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan Bapak Ujang Chandra dan Ibu Hartini.

Penulis dibesarkan di rumah yang beralamat di Jl. Ki Hajar Dewantara No. 92

Desa Tanjung Jaya, Kec. Bangun Rejo, Kab. Lampung Tengah.

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu SD Negeri 1 Tanjung Jaya

yang selesai pada tahun 2002, SMP Negeri 2 Bangun Rejo yang selesai pada

tahun 2005, dan SMA Negeri 1 Kalirejo yang selesai pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan

Bakat (PKAB).

Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan

Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Bumi Agung Kab. Way

Kanan. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif sebagai KADIV Sosial

dan Wakil Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Penelitian (UKM P) berturut-turut

(14)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menye-lesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Strategi Think

Talk Write (TTW) Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung T.P 2011/2012)”.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan beserta jajaran dekanat

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pen-didikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu PenPen-didikan Universitas

Lampung;

4. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku pembimbing utama dan Pembimbing

Akademik yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,

dukungan, dan saran baik selama perkuliahan maupun selama penyelesaian

(15)

5. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku pembimbing kedua yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan, dan saran

baik selama perkuliahan maupun selama penyelesaian skripsi;

6. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Penguji Utama yang telah membahas,

memberikan masukan, saran, dan kritik baik selama perkuliahan maupun

selama penyelesaian skripsi;

7. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama

menyele-saikan studi;

8. Bapak Sudjasman, S.H. selaku Kepala SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang

telah memberikan izin penelitian;

9. Ibu Nurbaiti, S.Pd selaku guru mitra yang telah banyak memberikan arahan

dan masukan selama penelitian;

10.Ayah, Ibu, Uni, dan seluruh keluarga besar penulis yang selalu mendoakan,

mendukung, dan memberikan semangat;

11.Siswa-siswi SMPN 8 Bandar Lampung atas kebersamaannya;

12.Teman-teman seperjuangan (angkatan 2008 reguler): Aan, Arifan, Bill, Astri,

Hefna, Nicky, Yunita M, Yunita D, Nerri, Adi, Angga, April, Ayu, Rovi,

Dody, Eka, Erika, Erma, Farida, Fenty, Feny, Herlangga, Ika, Indah, Laras,

Lukman, Putty, Niki, Herlin, Novita, Priska, Ratna, Shintia, Dirman, Sutrisno,

Tomi, Ummi, Vina, dan Yayan, atas semua bantuan yang telah diberikan;

13.Teman-teman angkatan 2008 Mandiri, kakak tingkat angkatan 2006 dan 2007

serta adik tingkat angkatan 2009, 2010 dan 2011 atas kebersamaannya;

14.Rekan-rekan mahasiswa KKN dan Praktikan PPL Alex, Fikha, Elsa, Burhan,

Resti, Indah A, Indah S, Ardi, dan Tanti Di SMA Negeri 1 Bumi Agung Kab.

(16)

15.Teman-teman Asrama Ijo Ambar, Sarah, Ricka, dan Reni atas

kebersamaannya.

16.Almamater yang telah mendewasakan penulis;

17.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi

ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang

telah diberikan dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2012

Penulis,

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat sampai saat ini masih menganggap pelajaran matematika merupakan

pelajaran yang sulit dan menakutkan. Hal ini cukup beralasan melihat

karak-teristik materi matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh

dengan lambang-lambang dan rumus. Marpaung (dalam Gunowibowo : 2008)

mengungkapkan pendidikan matematika kita selama ini tidak berhasil

mening-katkan pemahaman matematika yang baik pada siswa, tetapi menumbuhkan

perasaan takut, persepsi terhadap matematika sebagai ilmu yang sukar dikuasai,

tidak bermakna, membosankan, menyebabkan stres pada diri siswa. Ini

menun-jukkan bahwa pembelajaran matematika belum mampu mengarahkan pada ranah

afektif dan kognitif yang lebih baik.

Martin et al (dalam Noer : 2011) menunjukkan bahwa kemampuan siswa sekolah

menengah pertama (SMP) dalam memecahkan masalah matematis masih belum

memuaskan. Hal ini dapat dilihat pada hasil studi Trends in International

Mathematics and Science Study (TIMSS). Secara internasional studi ini adalah

salah satu studi yang merupakan indikator hasil belajar matematika. Hasil yang

diperoleh yakni Indonesia masih lemah dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin

(18)

2

masalah yang memerlukan penalaran matematis, menemukan generalisasi atau

konjektur, dan menemukan hubungan antara data-data atau fakta yang diberikan.

Indonesia relatif lebih baik dalam menyelesaikan soal-soal tentang fakta dan

prosedur. Akibatnya, pada studi TIMSS 2007 posisi prestasi belajar anak-anak

Indonesia berada pada urutan 36 dari 48 negara peserta.

Saat ini kurikulum yang digunakan adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP) dengan disusun berbasis kompetensi. Yamin, ansari (2009 : 125)

mengatakan bahwa dalam KTSP didefinisikan siswa dikatakan memiliki

kom-petensi berarti memiliki tiga hal yaitu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai

yang ditunjukkan dalam perilaku. Berdasarkan Depdiknas (2006) implementasi

dari KTSP sendiri yaitu : 1) menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa

baik secara individual maupun klasikal; 2) berorientasi pada hasil belajar dan

keberagaman; 3) penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan

metode yang bervariasi; 4) sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber

belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif; 5) penilaian menekankan pada

proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu

kompetensi.

Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang berbasis

kompetensi. Adapun salah satu tujuan dari belajar matematika dalah

kemam-puan pemecahan masalah. Hal ini ditegaskan pada kurikulum KTSP yang

memberi penekanan pada penguasaan kemampuan pemecahan masalah matematis

(19)

3

Sementara itu, Wahyudin (dalam Ibrahim : 2008) menyatakan bahwa pemecahan

masalah bukanlah sekedar tujuan dari belajar matematika, tetapi juga merupakan

alat utama untuk melakukannya. Serta merupakan keterampilan yang akan

dibawa pada masalah-masalah keseharian siswa atau situasi-situasi dalam

pembuatan keputusan secara baik dalam kehidupannya.

Ibrahim (2008 : 90) mengatakan bahwa fakta yang ada di dalam maupun di luar

Indonesia menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

masih rendah, baik di tingkat pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

Hal ini didasarkan pada beberapa hasil penelitian, yaitu tidak kurang dari lima

belas hasil penelitian tingkat nasional dan internasional yang mengungkapkan

bahwa secara klasikal ke-mampuan pemecahan masalah matematis belum

mencapai taraf yang memuaskan. Suryadi (dalam Napitupulu : 2008)

mene-gaskan bahwa kelemahan siswa SMP yaitu dalam menemukan pola atau bentuk

umum dan dalam perumuman. Hal ini jelas menggambarkan betapa pentingnya

kemampuan pemecahan masalah dalam kurikulum serta pengaplikasiannya dalam

kelas.

Kemampuan pemecahan masalah matematis sangat penting sebagaimana

dikatakan oleh Branca (dalam Firdaus, 2009 : 1), kemampuan menyelesaikan

masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika, penyelesaian masalah

yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama

dalam kurikulum matematika, serta penyelesaian masalah merupakan kemampuan

(20)

4

Berkaitan dengan ini, Ruseffendi, 1991b (dalam Firdaus, 2009 : 1),

menge-mukakan beberapa alasan soal-soal tipe pemecahan masalah diberikan kepada

siswa, 1) dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi, menumbuhkan

sifat kreatif; 2) disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan (berhitung dan

lain-lain) diisyaratkan adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat

per-nyataan yang benar; 3) dapat menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, dan

beraneka ragam, serta dapat menambah pengetahuan baru; 4) dapat meningkatkan

aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya; 5) mengajak siswa

memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat analisis dan sintesis,

dan untuk membuat evaluasi terhadap hasil pemecahannya; 6) merupakan

ke-giatan yang penting bagi siswa yang melibatkan bukan saja satu bidang studi

tetapi mungkin bidang atau pelajaran lain.

Situasi pembelajaran matematika dengan kemampuan pemecahan masalah rendah

juga terjadi di SMPN 8 Bandar Lampung khususnya untuk kelas VIII.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas VIII, diperoleh informasi bahwa

dalam praktik pembelajaran matematika di kelas seringkali guru dihadapkan pada

kenyataan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan

masalah berupa soal rutin maupun soal non rutin yang diberikan. Siswa tidak

berani menanyakan hal yang menjadi kesulitannya. Hal ini menunjukkan

lemahnya interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa.

Strategi pembelajaran yang biasa diterapkan selama ini masih menggunakan

strategi pembelajaran langsung dengan menjelaskan materi dan contoh soal secara

(21)

5

pembelajaran yang efektif. Anggapan tersebut diperkuat dengan memperhatikan

karakteristik dari siswa sendiri yang masih belum mampu untuk mengorganisir

ilmu pengetahuan yang sudah atau yang akan diperolehnya. Dalam kegiatan yang

terjadi di dalam kelas, siswa hanya aktif menerima pelajaran. Meskipun terdapat

diskusi, biasanya hanya melibatkan siswa tertentu.

Secara umum karakteristik siswa yang ada pada kelas VIII di SMPN 8 Bandar

Lampung dapat digolongkan sebagai berikut : 1) siswa pendiam yakni siswa ini

tidak banyak aktivitas fisiknya, tetapi ia selalu menurut perintah guru, karena dia

cenderung diam, dan juga tidak suka bertanya. Walaupun selalu mengikuti

perintah guru namun bersifat pasif sehingga guru tidak bisa mengidentifikasinya;

2) siswa perenung yakni siswa yang suka melamun dan tidak berkonsentrasi.

Pandangan ke depan namun sebenarnya tidak memperhatikan penjelasan guru; 3)

siswa super aktif yakni siswa yang super aktif dan bersifat negatif yang

mengganggu kondisi belajar temannya di kelas dan merusak konsentrasi. Siswa

tersebut berperilaku seperti menarik perhatian guru dan temannya; 4) siswa malas

yakni siswa yang tidak mau bertanya, jarang mengerjakan tugas, pekerjaan rumah,

dan tidak berani mengutarakan pendapat selama pembelajaran.

Karakteristik siswa sebagaimana diuraikan diatas, menyebabkan pembelajaran

yang ada belum memberikan hasil yang baik untuk pelajaran matematika sendiri.

Maka dipilihlah strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik tersebut.

Dalam kegiatan pembelajaran yang ada dan melihat karakteristik siswa

me-nyebabkan ketidakmampuan siswa dalam mengaitkan pengetahuan yang telah

(22)

6

adalah kurangnya aktivitas siswa dalam menulis. Sebagaimana pendapat

Kadarwati (2009 : 57) yang mengatakan bahwa pembelajaran matematika yang

menekankan pada kegiatan menulis matematis dapat digunakan sebagai sarana

untuk melatih siswa dalam mengungkapkan gagasan matematis secara tertulis.

Menulis dapat digunakan sebagai sarana untuk membantu memudahkan siswa

mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang sedang

dipelajari.

Salah satu strategi pembelajaran matematika yang diduga dapat memberikan hasil

pada kemampuan pemecahan masalah matematis adalah strategi Think Talk Write

(TTW). Stategi ini diawali dengan bagaimana siswa memikirkan materi yang

telah dipersiapkan oleh guru, membangun dan mengorganisasikan ide-ide dari apa

yang telah dibaca (tahap think). Kemudian apa yang telah dibangun dalam

pe-mikiran siswa didiskusikan untuk merefleksi ide-ide yang telah disepakati (tahap

talk). Dan pada akhirnya siswa menuliskan rangkuman dari hasil diskusi dengan

bahasa mereka sendiri (tahap write).

Tahap-tahap dalam strategi yang digunakan pada pembelajaran membimbing

siswa untuk mengungkapkan ide-ide matematisnya dan belajar menulis melalui

kegiatan merangkum pada akhir pembelajaran. Mac. Gegor (dalam Kadarwati,

2009 : 62) menyimpulkan bahwa kecakapan bahasa berhubungan dengan prestasi

dalam matematika. Kadarwati (2009:62) mengatakan bahwa kegiatan berpikir

(think), berbicara (talk), dan menulis rangkuman (write) mendorong siswa

memahami konsep-konsep dan menggunakan konsep tersebut untuk

(23)

7

Dari uraian di atas, dipilihlah suatu penelitian dengan judul : Efektivitas

Penggunaan Strategi TTW ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa. Mengingat pentingnya kemampuan pemecahan masalah

matematis bagi siswa dalam proses selanjutnya, maka masalah rendahnya hasil

belajar matematika siswa perlu diupayakan pemecahannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah: “Apakah penggunaan strategi Think Talk Write (TTW) efektif pada

pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah

mate-matis siswa?”.

Dari rumusan masalah di atas, dapat dijabarkan pertanyaan penelitian secara rinci

sebagai berikut:

1. Apakah lebih dari atau sama dengan 50% siswa dalam kelas eksperimen tuntas

belajar (memiliki nilai lebih dari 68)?

2. Apakah rata-rata nilai pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan strategi Think Talk Write (TTW) lebih baik daripada

rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran langsung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas Strategi Think Talk

(24)

8

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis dapat memberikan sumbangan keilmuan bidang pembelajaran

matematika.

2. Secara spesifik hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumbangan

pemikiran tentang suatu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk

meningkatkan pemahaman siswa melalui penggunaan hal-hal yang diketahui

siswa, yang akrab dan ada di lingkungan siswa.

E. Ruang Lingkup

Sebagai lingkup kajian penelitian ini adalah mencakup hal-hal berikut:

1. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses

interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas pembelajaran ditinjau dari

aspek hasil pembelajaran dilihat dari hasil tes kemampuan pemecahan

ma-salah matematis. Pembelajaran dikatakan efektif apabila :

a. Minimal lebih dari atau sama dengan 50% siswa dalam kelas eksperimen

tuntas belajar (memiliki nilai lebih dari 68).

b. Rata-rata nilai pemecahan masalah siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan strategi Think Talk Write (TTW) lebih baik dibandingkan dengan

(25)

9

2. Strategi Think Talk Write (TTW) adalah strategi pembelajaran yang didasari

oleh berpikir (think) dengan membuat catatan, berbicara (talk), dan menulis

(write).

3. Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Dalam kemampuan pe-mecahan

masalah matematis siswa terdiri dari 4 indikator pencapaian yaitu 1)

merumuskan masalah / menyusun model matematika; 2) merencanakan

strategi penyelesaian; 3) menerapkan strategi penyelesaian masalah; dan 4)

menguji kebenaran jawaban (looking back). Kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa ini diukur dari nilai tes akhir matematika siswa di kelas

eksperimen dan kelas kontrol pada akhir pokok bahasan.

4. Materi pembelajaran dibatasi pada : mengindentifikasi sifat-sifat prisma dan

limas, membuat jaring-jaring, dan menghitung luas permukaan dan volume

(26)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Belajar

Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar,

yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar

konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif

diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk

menje-laskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar

sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide

baru atau konsep. Dalam hal ini, ibrahim (2008 : 93) mengatakan teori yang

paling luas diterima adalah teori konstruktivisme, yakni menyarankan cara terbaik

bagi seseorang untuk memulai belajar konsep dan prinsip dalam matematika

adalah dengan mengkonsruksi sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari itu.

Dengan kata lain, siswa harus berperan aktif dalam mengembangkan

pema-hamannya tentang konsep matematika. Teori konstruktivisme memberi wawasan

tentang bagaimana siswa belajar matematika dan membimbing untuk

meng-gunakan strategi pembelajaran yang dimulai dengan memperhatikan kondisi

siswa.

Ibrahim (2008 : 94) mengatakan prinsip dasar dari konstruktivisme adalah siswa

(27)

11

konstruktivisme kebanyakan didasarkan pada proses asimilasi dan akomodasi dari

Piaget serta interaksi sosial dari Vygotsky. Vygotsky percaya bahwa proses

ber-pikir berada di antara orang-orang di dalam lingkungan sosial dan dari lingkungan

ini siswa memperoleh ide-ide.

Ibrahim juga mengatakan bahwa Vygotsky memandang ide-ide yang berada di

kelas, di dalam buku-buku, dan dari guru atau sumber lain, berbeda dengan

ide-ide yang dikonstruksi oleh siswa. Berdasarkan pandangan ahli konstruktivisme

seperti Piaget dan Vygotsky tentang pembelajaran, dapat diperoleh seperti, 1)

siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan pemahaman mereka, dengan kata

lain kita tidak dapat mentransfer ide kepada siswa yang pasif; 2) pengetahuan dan

pemahaman memiliki sifat yang unik bagi setiap siswa; 3) pembelajaran supaya

efektif, penting dimulai dengan ide-ide yang telah dimiliki oleh siswa sehingga

dapat menstimulasi, menantang, dan melibatkan siswa untuk berpikir; 4)

ling-kungan sosial budaya dari sebuah komunitas belajar matematika berinteraksi

dengan ide matematika awal siswa dan sekaligus meningkatkan perkembangan

ide matematika tersebut; 5) siswa belajar matematika adalah hasil dari proses

pemecahan masalah, sehingga ide-ide matematika adalah hasil dari pengalaman

memecahkan masalah dan bukan bagian yang harus diajarkan sebelumnya

penye-lesaian soal atau memecahkan masalah; 6) model-model untuk ide-ide matematika

membantu siswa dalam mengungkap, mendiskusikan, dan mungkin untuk

meng-kritisi ide-ide matematika; 7) pengajaran yang efektif merupakan kegiatan yang

(28)

12

Yamin dan Ansari ( 2009 : 95) menyimpulkan bahwa menurut teori

kons-truktivisme, belajar adalah keterlibatan anak secara aktif membangun

penge-tahuannya melalui berbagai jalur, seperti membaca, berpikir, mendengar,

ber-diskusi, mengamati, dan melakukan eksperimen terhadap lingkungan serta

mela-porkannya. Dengan demikian, ciri-ciri pembalajaran yang berbasis

kons-truktivisme sangat sesuai dengan strategi pembelajaran TTW, sehingga peranan

guru dalam strategi ini sebagai stimulation of learning benar-benar dapat

mem-bantu siswa dalam mengkonstruk pengetahuan.

B. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas pembelajaran dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam

mencapai tujuan dan sasarannya. Sedangkan pembelajaran menurut UUSPN No.

20 Tahun 2003 adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Steers (dalam Muhidin 2010 : 1) bahwa

efektivitas tidak hanya berorientasi pada tujuan melainkan berorientasi juga pada

proses dalam mencapai tujuan. Jika definisi ini diterapkan dalam pembelajaran,

efektivitas berarti kemampuan sebuah lembaga dalam melaksanakan program

pembelajaran yang telah direncanakan serta kemampuan untuk mencapai hasil dan

tujuan yang telah ditetapkan. Proses pelaksanaan program dalam upaya mencapai

tujuan tersebut di desain dalam suasana yang kondusif dan menarik bagi peserta

didik.

Pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan guru

mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada siswa yang di

(29)

ke-13

mampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika agar

terjadi interaksi optimal antara siswa dengan siswa serta guru dengan siswa. Hal

ini berdasarkan pendapat Suyitno (2004 : 2) bahwa pembelajaran adalah upaya

untuk menciptakan iklim dalam pelayanan terhadap kemampuan potensi, minat,

bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara

guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.

Hamalik (2004: 171) mengemukakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri

dengan melakukan aktivitas-aktivitas belajar. Penyediaan kesempatan untuk

belajar secara mandiri ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami

makna pembelajaran yang sedang dipelajarinya. Pembelajaran yang efektif

nuntut guru untuk dapat merancang bahan belajar yang mampu menarik dan

me-motivasi siswa untuk belajar. Guru harus kreatif dalam menggunakan berbagai

strategi pembelajaran, mengelola kelas agar tertib dan teratur. Hal ini bertujuan

agar siswa dapat memiliki pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman konsep

yang baik.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah

ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa

dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan pemecahan masalah

(30)

14

C. Strategi Pembelajaran Think Talk Write

Terdapat berbagai pendapat tentang strategi pembelajaran sebagaimana

dikemukakan oleh para ahli pembelajaran, diantaranya dipaparkan oleh Uno

(2009 : 1) seperti : 1) Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi

pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang

dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya

tujuan pembelajaran tertentu; 2) Gerlach dan Ely (1980) menjelaskan bahwa

strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan

metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu; 3) Gropper (1990)

mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai

jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Berdasarkan beberapa pengertian strategi pembelajaran yang dijelaskan oleh para

ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara

yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan

materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan

me-mahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat

di-kuasainya diakhir kegiatan belajar. Hudoyo (1990 : 11) mengatakan bahwa

strategi mengajar menyangkut pemilihan cara yang dipilih guru dalam

menen-tukan ruang lingkup, urutan bahasan, kegiatan pembelajaran, dan lain-lain dalam

menyampaikan materi matematika kepada siswa di depan kelas. Hal senada juga

dinyatakan oleh Sanjaya (2008 : 126) bahwa strategi pembelajaran adalah suatu

kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

(31)

15

Salah satu strategi yang diharapkan efektif dalam kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa adalah strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW).

Strategi ini adalah strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan

menulis bahasa tersebut dengan lancar yang didasarkan pada pemahaman bahwa

belajar adalah sebuah perilaku sosial. Strategi ini mendorong siswa untuk

berfikir, berbicara, dan kemudian menuliskan berkenaan dengan suatu topik.

Strategi TTW juga digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan

melatih bahasa sebelum menuliskannya serta memperkenankan siswa untuk

mem-pengaruhi dan memanipulasi ide-ide sebelum menuliskannya. Anonimmous

(1999 : 1) Strategi TTW juga membantu siswa dalam mengumpulkan dan

mengembangkan ide-ide melalui percakapan terstruktur.

Arnawa (2008) dalam penelitiannya melaporkan bahwa pembelajaran dengan

strategi TTW memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam

pembelajaran melalui kegiatan berpikir, merefleksikan dan menyusun ide-ide,

serta menguji ide-ide itu sebelum memulai menulisnya. Hal senada juga

di-jelaskan oleh Huinker dan Laughlin (Kadarwati 2009 :59) bahwa strategi TTW

memungkinkan semua siswa mengungkapkan ide yang melatarbelakangi gagasan

mereka sebelum mereka menuliskannya.

Yamin dan Ansari (2009 : 84) menjelaskan strategi yang diperkenalkan oleh

Huinker dan Laughlin ini pada dasarnya dibangun melalui tiga tahapan, yaitu

tahap berpikir (think), berbicara (talk), dan menulis (write). Strategi ini dimulai

dari keterlibatan siswa dalam berpikir dengan dirinya sendiri setelah proses

(32)

16

menulis. Suasana dalam pembelajaran yakni dibentuknya kelompok yang

heterogen terdiri dari 3-5 orang siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta untuk

membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar dan membagi ide

bersama kemudian menuangkan pada tulisan.

1. Tahap pertama, Berpikir (Think), Siswa diminta untuk membaca suatu teks

matematika atau bacaan dimulai dari soal-soal kontekstual yang diberi panduan

sebelum siswa membuat catatan kecil apa yang telah dibaca secara individu baik

dari apa yang diketahui maupun yang tidak diketahui untuk dibawa pada forum

diskusi di tahap berbicara (talk). Dalam tahap ini siswa secara individu

memi-kirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan kecil

ten-tang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahaminya

sesuai dengan bahasanya sendiri. Yamin dan Ansari (2009 : 85).

Robinson et al (Slavin 2008 : 254) menyatakan bahwa pembuatan catatan dan

pengkajian setelah membaca dapat meningkatkan pembelajaran siswa. Sementara

itu, Wiederhold (Yamin dan Ansari 2008 : 85) menyatakan bahwa membuat

catatan berarti menganalisiskan tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang

ditulis. Selain itu, belajar rutin membuat / menulis catatan setelah membaca

me-rangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan setelah membaca. Membuat

catatan mempertinggikan siswa, bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan

menulis.

2. Tahap kadua, Berbicara (Talk), Memberikan kesempatan kepada siswa untuk

membicarakan tentang penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa

(33)

17

kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan komunikasi siswa akan terlihat pada

dialognya dalam berdiskusi baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun

refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang lain. Selanjutnya

ber-komunikasi atau dialog baik antara siswa maupun dengan guru dapat

me-ningkatkan pemahaman. Yamin dan Ansari (2009 : 87).

Yamin dan Ansari (2008 : 86) menjelaskan mengapa “Talk” penting dalam

matematika, karena 1) Matematika adalah bahasa yang spesial dibentuk untuk

mengomunikasikan bahasa sehari-hari; 2) Pemahaman matematis dibangun

melalui interaksi dan percakapan antar individu; 3) Siswa menggunakan bahasa

untuk menyajikan ide kepada temannya, membangun teori bersama, definisi, dan

strategi solusi melalui fase talk; 4) Dalam proses ini terjadi pembentukan ide yang

dirumuskan maupun direvisi; 5) Talking membantu guru mengetahui tingkat

pe-mahaman siswa dalam belajar matematika sehingga dapat mempersiapkan

per-lengkapan pembelajaran yang dibutuhkan.

3. Tahap ketiga, Menulis (Write), Siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya

dari kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep

yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan

solusi yang diperolehnya. Hal ini sesuai dengan Slavin (2008 :88-89) bahwa

menulis dapat memperlihatkan ide yang dibentuk dari mereka sendiri dengan

menggunakan bahasa dan kata-kata sendiri.

Klein (Slavin 2008 : 255) menyatakan bahwa makin banyak himpunan bukti

mendukung gagasan yang dijelaskan siswa secara tertulis isi yang mereka pelajari

(34)

18

proses menulis membantu siswa untuk memahami dan mengingat apa yang telah

dipelajari oleh siswa. Yamin dan Ansari (2008 : 87), yaitu menulis dalam

matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu

pe-mahaman siswa mengenai materi atau konsep yang ia pelajari.

Masih menurut Yamin dan Ansari (2008:88) mengemukakan aktivitas siswa

selama tahap “Write” seperti, 1) Menulis solusi terhadap masalah / pertanyaan

yang diberikan; 2) Mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah,

baik penyelesaiannya menggunakan grafik, diagram, atau table agar mudah dibaca

atau ditindaklanjuti; 3) Mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada

pe-kerjaan ataupun perhitungan yang ketinggalan; 4) Meyakini bahwa pepe-kerjaannya

yang terbaik, yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya.

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan strategi TTW menurut Yamin dan

Ansari (2008 : 90) yaitu : 1) Guru membagi teks bacaan berupa lembar kerja

siswa yang memuat masalah dan petunjuk beserta prosedur pengerjaannya; 2)

Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara Individual,

untuk kemudian dibawa ke forum diskusi (talk); 3) Siswa berinteraksi dan

ber-kolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan

sebagai mediator lingkungan belajar; 4) Siswa mengonstruksi sendiri pengetahuan

sebagai hasil kolaborasi (write).

Dalam hal ini peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan

strategi TTW ini dikemukakan oleh Silver dan Smith (dalam Yamin dan Ansari,

2008 : 90) sebagai berikut, 1) Mengajukan pertanyaan dan tugas yang

(35)

19

secara hati-hati ide siswa; 3) Meminta siswa mengemukakan ide secara lisan dan

tulisan; 4) Memutuskan apa yang digali dan dibawa dalam diskusi; 5)

Me-mutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasi persoalanpersoalan,

meng-gunakan model, membimbing, dan membiarkan siswa berjuang dalam kesulitan;

6) Memonitor dan menilai pertisipasi siswa dalam diskusi dan memutuskan kapan

dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi.

Berdasarkan uraian diatas, strategi TTW memiliki perbedaan dengan

pembel-ajaran yang lain, seperti : 1) Melibatkan siswa secara langsung dalam tahap

pembelajaran yang terdiri dari berpikir (think), berbicara (talk), dan menulis

(write) yang dapat me-ningkatkan kemampuan komunikasi dan pemahaman

matematis. 2) Mengonstruksi ide-ide yang diperoleh dari hasil berpikir secara

individu yang akan dibawa pada tahap berdiskusi antar kelompok. 3) Strategi

TTW ini dibentuk dalam kolompok heterogen yang terdiri dari 4-5 orang siswa

yang akan berkelompok pada tahap “talk”. 4) Dalam pembelajaran ini guru dapat

mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam belajar matematika, sehingga dapat

mempersiapkan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan. 5) Aktivitas siswa

yang terjadi dengan tahap berpikir (think), berbicara (talk), dan menulis (write)

membantu guru untuk memantau kesalahan siswa, miskonsepsi, dan konsepsi

siswa terhadap ide yang sama.

D. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah terlepas dari masalah sehingga kita

(36)

20

dalam kehidupan sehari-hari melainkan dalam pembelajaran seperti halnya

pem-belajaran matematika. Sujono (1988) menjelaskan bahwa masalah matematika

sebagai tantangan bila pemecahannya memerlukan kreativitas, pengertian dan

pe-mikiran yang asli dan imajinasi. Berdasarkan penjelasan tersebut maka suatu

masalah belum tentu menjadi masalah bagi orang lain atau merupakan hal yang

rutin saja.

Ruseffendi,1991a (Firdaus 2009:1) mengatakan bahwa suatu persoalan itu

merupakan masalah bagi seseorang jika: 1) persoalan itu tidak dikenalnya; 2)

siswa harus mampu menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnya maupun

penge-tahuan siapnya; terlepas daripada apakah akhirnya ia sampai atau tidak kepada

jawabannya; 3) sesuatu itu merupakan pemecahan masalah baginya, bila ia ada

niat untuk menyelesaikannya. Sementara Hudojo (2001 : 163) mengatakan syarat

suatu masalah bagi seorang siswa adalah sebagai berikut : 1) pertanyaan yang

dihadapkan kepada seorang siswa haruslah dapat dimengerti oleh siswa tersebut,

namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan bagi siswa tersebut untuk

menjawabnya; 2) pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin

yang telah diketahui siswa.

Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah seseorang harus

memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan masalah. Berkaitan dengan

ke-mampuan pemecahan masalah matematis sebagaimana di dalam prinsip-prinsip

NCTM (2000) menyatakan bahwa ada empat indikator pemecahan masalah

matematis, yaitu : 1) siswa membangun pengetahuan matematis baru melalui

(37)

21

matematika dan dalam bidang lain; 3) siswa menerapkan dan menyesuaikan

berbagai macam strategi yang cocok untuk memecahkan masalah; 4) siswa

me-ngamati dan mengembangkan proses pemecahan masalah matematis.

Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh

siswa. Bahkan tercermin dalam konsep kurikulum berbasis kompetensi.

Tun-tutan akan kemampuan pemecahan masalah dipertegas secara eksplisit dalam

kurikulum tersebut yaitu, sebagai kompetensi dasar yang harus dikembangkan

dan diintegrasikan pada sejumlah materi yang sesuai. Dengan demikian,

kemampuan pemecahan masalah merupakan komponen penting dalam

mem-pelajari matematika sehingga dengan sendirinya siswa mampu dan memiliki

kemampuan dasar yang kemudian siswa dapat membuat strategi dalam

me-mecahkan masalah yang lebih efektif.

Kemampuan pemecahan masalah matematis sangat penting sebagaimana

dikatakan oleh Branca (dalam Firdaus, 2009 : 1), kemampuan menyelesaikan

masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika, penyelesaian masalah

yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama

dalam kurikulum matematika, serta penyelesaian masalah merupakan kemampuan

dasar dalam pelajaran matematika.

Berkaitan dengan ini, Ruseffendi, 1991b (dalam Firdaus, 2009 : 1),

menge-mukakan beberapa alasan soal-soal tipe pemecahan masalah diberikan kepada

siswa, 1) dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi, menumbuhkan

sifat kreatif; 2) disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan (berhitung dan

(38)

22

pernyataan yang benar; 3) dapat menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, dan

beraneka ragam, serta dapat menambah pengetahuan baru; 4) dapat meningkatkan

aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya; 5) mengajak siswa

memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat analisis dan sintesis,

dan untuk membuat evaluasi terhadap hasil pemecahannya; 6) merupakan

ke-giatan yang penting bagi siswa yang melibatkan bukan saja satu bidang studi

tetapi mungkin bidang atau pelajaran lain.

Berdasarkan uraian diatas, kemmpuan pemecahan masalah matematis merupakan

komponen penting dalam mempelajari matematika yang meliputi metode,

prosedur, dan strategi penyelesaian.

E. Faktor-faktor dalam upaya menumbuhkan kemampuan pemecahan

masalah

Ibrahim (2008 : 99) dalam makalahnya mengatakan bahwa faktor-faktor yang

dianggap penting untuk diperhatikan dalam pembelajaran matematika dalam

upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah

faktor kemampuan awal, kualifikasi sekolah, perbedaan gender, dan tingkat

kece-masan, karena faktor-faktor ini diduga kuat ikut berinteraksi. Adapun faktor

kemampuan awal, ibrahim (2008 : 97) menyatakan bahwa faktor kemampuan

matematika siap pakai atau kemampuan matematika sebelumnya yang dimiliki

siswa perlu menjadi perhatian. Hal ini disebabkan oleh adanya hubungan antara

intervensi yang harus dipersiapkan guru dengan materi prasyarat serta

(39)

23

materi yang disajikan. Maka kemampuan awal perlu diperhatikan mengingat

kemampuan siswa tergolong dalam kelompok atas, sedang, dan bawah.

Faktor kualifikasi sekolah juga berpengaruh secara signifikan dalam kemampuan

pemecahan masalah. Hal ini didasarkan pada makalah Ibrahim 2008, dalam hal

ini peringkat sekolah atau kualifikasi sekolah mempengaruhi dalam menciptakan

proses pembelajaran yang optimal. Faktor perbedaan gender, dalam hal ini

sebagaimana didasarkan pada laporan hasil penelitian Kadarwati, 2009; yang

menyatakan kemampuan dalam matematika siswa perempuan lebih baik

dibandingkan dengan kemampuan dalam matematika siswa laki-laki. Ibrahim

(2008 : 98) menyatakan bahwa perbedaan perilaku, cara berpikir, dan sikap antara

siswa laki-laki dan siswa perempuan memberikan pengaruh yang berbeda

ter-hadap hasil belajaranya.

Faktor tingkat kecemasan juga berpengaruh terhadap hasil belajar, berdasarkan

Ibrahim (2008 : 99) bahwa kecemasan siswa bertambah pada saat menghadapi tes.

Hal ini disebabkan oleh situasi dan suasana tes yang membuat mereka cemas.

Dengan demikian tingkat kecemasan siswa dalam melakukan tes perlu menjadi

perhatian.

F. Kerangka Pikir

Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal-soal matematika. Indikator kemampuan pemecahan masalah

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1) merumuskan masalah / menyusun

(40)

24

strategi penyelesaian masalah; dan 4) menguji kebenaran jawaban (looking back).

Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa perlu dilakukan strategi

pembelajaran secara maksimal.

Hal yang memperhatikan dalam kegiatan pembelajaran matematika dialami pada

SMPN 8 Bandar Lampung, guru menyampaikan materi secara langsung, siswa

hanya aktif menerima pelajaran, meskipun terdapat diskusi, diskusi tidak berjalan

dengan baik, yaitu diskusi yang terjadi biasanya hanya melibatkan siswa tertentu.

Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi kurang bermakna dan hasil belajar

yang kurang optimal.

Salah satu strategi pembelajaran yang membawa alam pikiran siswa ke dalam

pembelajaran dan melibatkan siswa secara aktif adalah strategi TTW. Dengan

pembelajaran ini membantu siswa untuk memikirkan dan mengonstuksi ide-ide

yang terjadi pada tahap ”think” dan memungkinkan siswa untuk terampil

ber-bicara dan berkomunikasi dalam matematik yang terjadi pada tahap ”talk” baik

antara siswa maupun dengan guru serta menuliskan hasil dari tahap ”think” dan

talk” dimana menulis dalam matematika membantu merealisasikan salah satu

tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang ia pelajari.

Aktivitas menulis pada tahap ”write” ini dapat membantu guru dalam memantau

kesalahan dan miskonsepsi yang dilakukan oleh siswa. Dengan pembalajaran ini

siswa tidak hanya mudah dalam menguasai konsep dan materi pelajaran namun

juga tidak mudah lupa terhadap konsep yang telah diperolehnya tersebut.

Dengan strategi TTW ini siswa diberikan teks bacaan yang dimulai dengan

(41)

25

kecil. Dalam penerapannya di kelas, siswa terbagi dalam beberapa kelompok

untuk melaksanakan tahap kedua yaitu ”talk”. Dalam pembelajaran ini guru

ber-peran sebagai fasilitator. Dan interaksi yang tercipta dengan strategi TTW adalah

multi arah, yaitu dari guru ke siswa, siswa ke guru, dan siswa ke siswa.

Dengan adanya rasa ketertarikan pada diri siswa terhadap pelajaran matematika,

maka siswa akan terlibat secara aktif di dalam pembelajaran yang berlangsung.

Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam pembelajaran akan

berdampak pada pemahaman dan keberagaman dalam menyelesaikan soal

matematika. Dengan begitu guru akan mengetahui masing-masing tingkat

ke-mampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pembelajaran matematika,

sehingga dapat melakukan pembelajaran selanjutnya dengan menyesuaikan

ke-mampuan tersebut.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII semester

genap SMPN 8 Bandar Lampung memperoleh materi pelajaran matematika yang

sama dan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti pada tiap siswa dianggap

mem-berikan kontribusi yang sama besar dan kemampuan kognitif setiap siswa

di-asumsikan homogen.

H. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Lebih dari atau sama dengan 50% siswa dalam kelas eksperimen tuntas

(42)

26

2. Rata-rata nilai pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti

pembela-jaran dengan Stretegi TTW lebih baik daripada rata-rata nilai kemampuan

(43)

27

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan di SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII berjumlah 254 orang

siswa yang terdistribusi dalam 7 kelas VIIIA-VIIIG dengan kemampuan siswa

merata di dalam setiap kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Cluster

sampling. Menurut Sukardi (2003 : 61) pengambilan sampel ini yakni memilih

sampel bukan didasarkan pada individual tetapi didasarkan pada kelompok,

daerah, ataupun kelas yang secara alami berkumpul bersama. Berdasarkan cara

pengambilan tersebut terpilih siswa kelas VIIIB sebagai kelas eksperimen dan

siswa kelas VIIIC sebagai kelas kontrol. Pembelajaran pada kelas eksperimen

menggunakan strategi pembelajaran TTW dan pembelajaran pada kelas kontrol

menggunakan strategi pembelajaran langsung.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah

mate-matis siswa melalui strategi TTW. Strategi ini diawali dengan bagaimana siswa

memikirkan materi yang telah dipersiapkan oleh guru, membangun dan

(44)

28

telah dibangun dalam pemikiran siswa didiskusikan untuk merefleksikan ide-ide

yang telah disepakati (tahap talk). Dan akhirnya siswa menuliskan rangkuman

dari hasil diskusi dengan bahasa mereka sendiri (tahap write). Sebagaimana

desain ini dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 3.1Desain Strategi Pembelajaran TTW

Dimodifikasi dari desain pembelajaran oleh Yamin dan Ansari (2008 : 89)

Guru memberikan arahan tentang penjelasan strategi TTW

Diberikan bacaan dan masalah yang berkaitan dengan materi

pembelajaran.

Think, membangun keterampilan

dasar berpikir kritis

 Siswa membaca teks dan petunjuk pada LKS

Talk, interaksi antar individu secara kelompok untuk membahas catatan kecil.

 Siswa membuat catatan kecil secara individu

Write, siswa mengonstruksi pengetahuan hasil dari think talk secara individu

Guru meminta perwakilan siswa dalam kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusinya.

Pengambilan kesimpulan dilakukan siswa disertai penguatan oleh guru.

(45)

29

Desain penelitian yang digunakan yaitu Posttest only control group design dengan

satu macam perlakuan. Desain ini didasari asumsi bahwa kelompok eksperimen

dan kelompok pembanding yang diambil sudah benar-benar ekuivalen. Desain ini

menurut Furchan (1982 : 355) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1

Postest Only Control Group Design

Kelas Perlakuan Postest

E X X1

P C X2

Keterangan :

E : Kelas Eksperimen P : Kelas Kontrol

X : Perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW)

C : Perlakuan pada kelas kontrol dengan menggunakan strategi pembelajaran langsung

X1 : Skor post-test pada kelas eksperimen X2 : Skor post-test pada kelas kontrol

Untuk mengetahui efektivitas penggunaan strategi Think Talk Write (TTW)

tinjau kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, penelaahan penelitian

di-lakukan pada sekolah yang masih menggunakan pembelajaran langsung

(46)

30

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang diperoleh dari tes

ke-mampuan pemecahan masalah matematis siswa yang dilakukan setelah perlakuan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Mengumpulkan data merupakan kegiatan penting dalam suatu penelitian. Dengan

adanya data-data itulah peneliti menganalisisnya untuk kemudian dibahas dan

di-simpulkan dengan panduan serta referensi-referensi yang berhubungan dengan

penelitian tersebut.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Metode Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk melihat kondisi lapangan atau tempat penelitian

seperti banyak kelas, jumlah siswa, cara guru mengajar, dan karakteristik

siswa.

b. Metode Tes

Metode tes adalah metode pengumpulan data yang bertujuan untuk mengetahui

kemampuan akhir dari suatu perlakuan. Untuk tes yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tes kemampuan pemecahan masalah matematis berbentuk

esai. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa dalam mengerjakan soal matematika. Tes diberikan sesudah

pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes ini terdiri dari 3

soal yang masing-masing soal memuat kriteria tes yang mampu mengukur

(47)

31

Tabel 3.2

Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Aspek yang dinilai Reaksi terhadap soal / masalah Skor

Merumuskan masalah / menyusun model matematika

 Tidak memahami masalah / tidak menjawab

 Tidak memperhatikan syarat-syarat soal / interpretasi soal kurang tepat

 Merumuskan masalah / menyusun model matematika dengan baik.

0 1

2

Merencanakan strategi

penyelesaian  Tidak ada rencana strategi Strategi yang direncanakan kurang relevan

 Menggunakan satu strategi tetapi mengarah pada jawaban yang salah

 Menggunakan satu strategi tetapi tidak dapat dilanjutkan

 Menggunakan beberapa strategi yang benar dan mengarah pada jawaban yang benar

0

penyelesaian masalah  Tidak ada penyelesaian Ada penyelesaian tetapi prosedur tidak jelas

 Menggunakan satu prosedur dan mengarah pada

jawaban (looking back)  Tidak ada pengujian jawaban Pengujian hanya pada jawaban

 Pangujian hanya pada proses

 Pengujian pada proses dan jawaban

0

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Observasi awal untuk melihat kondisi lapangan atau tempat penelitian seperti

banyak kelas, jumlah siswa, cara guru mengajar, dan karakteristik siswa.

2. Menentukan populasi dan sampel.

3. Menetapkan materi pelajaran dan menyusun silabus dan rencana pelaksanaan

(48)

32

4. Pembuatan instrumen penelitian.

5. Uji coba instrumen penelitian.

6. Melakukan validasi instrumen.

7. Melaksanakan perbaikan instrumen.

8. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen.

9. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kelas kontrol.

10.Menganalisis data.

11.Membuat kesimpulan.

F. Instrumen Penelitian dan Pengembangan

Secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data

yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan

informasi di lapangan. Instrumen dalam penelitian ini adalah seperangkat alat tes

yang digunakan untuk mengambil data dalam suatu penelitian. Tes merupakan

serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu

atau kelompok.

Sebelum digunakan, perangkat tes yang telah disusun oleh peneliti dilakukan uji

coba. Namun sebelum diujicobakan, terlebih dahulu dilakukan validasi untuk

me-ngukur validitas dari perangkat tes. Validitas tes yang digunakan dalam penelitian

ini adalah validitas isi dan validitas butir soal yaitu validitas yang dilihat dari segi

isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar, yaitu sejauh mana tes hasil

(49)

33

mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran

yang seharusnya di-ujikan.

Validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat diketahui dengan jalan

mem-bandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil belajar dengan tujuan

instruksional khusus yang telah ditentukan untuk masing-masing pelajaran,

apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan intruksional khusus sudah terwakili

secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut atau belum. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini soal tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu

kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas VIII

SMPN 8 Bandar Lampung. Jika penilaian dosen dan guru menyatakan bahwa

perangkat tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator maka tes

tersebut dikategorikan valid.

Setelah perangkat tes dinyatakan valid, maka perangkat tes diujicobakan. Uji

coba dilakukan diluar sampel penelitian namun masih dalam populasi yang sama

yaitu siswa kelas VIIIA. Setelah diadakan uji coba selanjutnya melakukan

validitas butir soal menggunakan SPSS (lampiran B.4) dari hasil tersebut soal tes

dinyatakan valid. Selanjutnya melakukan analisis hasil uji coba untuk mengetahui

reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal.

1. Reliabilitas

Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi,

apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang

(50)

34

untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes. Perhitungan reliabilitas tes ini

didasarkan pada pendapat Sudijono (2001) yang menyatakan bahwa untuk

menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha, yaitu :

dimana:

r11 = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

Si2 = Jumlah varians skor dari tiap butir item

Si2 = Varian total

Reliabilitas dari tes hasil belajar dikatakan tinggi apabila r11 sama dengan atau

lebih dari 0,70. Dari hasil uji coba diperoleh reliabilitas soal yakni r11 = 0,782,

maka soal tersebut memiliki relibilitas yang tinggi.

2. Tingkat Kesukaran (TK)

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir

soal. Suatu tes diakatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu

tidak terlalu sukar, dan tidak terlalu mudah. Seperti yang dikemukakan Sudijono

(dalam Noer, 2010:23) untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal

digunakan rumus :

Keterangan:

TK : tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal

(51)

35

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria

indeks kesukaran sebagai berikut :

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

Dari perhitungan tes uji coba yang dilakukan didapatkan perhitungan tingkat kesukaran

soal sebagai berikut :

Tabel 3. Tingkat Kesukaran Tes Uji Coba

No. Soal Tingkat Kesukaran

1. 0,6971 ( Sedang )

2. 0,6041 ( Sedang )

3a. 0,6912 ( Sedang )

3b. 0,6618 ( Sedang )

3. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat

membedakan siswa yang berkemampuam tinggi dan siswa yang berkemampuan

rendah. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa

yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah.

Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok

atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah).

Karno To (dalam Noer, 2010) mengungkapkan menghitung daya pembeda

diten-tukan dengan rumus :

IA JB JA

(52)

36

Keterangan :

DP : indeks daya pembeda satu butri soal tertentu

JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang

tertera dalam tabel berikut :

Tabel 3.4. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan didapatkan perhitungan daya

beda soal sebagai berikut :

Tabel 3.5 Daya Beda Tes Uji Coba

No Soal Daya Pembeda

1 0,48 (Baik)

2 0,30 (Baik)

3a 0,63 (Sangat baik)

3b 0,65 (Sangat baik)

Berdasarkan perhitungan diatas, rekapitulasi hasil uji coba soal postes diperoleh

data validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda yang disajikan

(53)

37

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Postes.

No Soal Validitas Reliabilitas Kesukaran Tingkat Daya Pembeda

1 Valid

0,782 (Tinggi)

0.69 (Sedang) 0,48 (Baik)

2 Valid 0,60 (Sedang) 0,31(Baik)

3a Valid 0,69 (Sedang) 0,63 ( Sangat Baik)

3b Valid 0,66 (Sedang) 0,65 ( Sangat Baik)

Berdasarkan rekapitulasi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya

pembeda memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi yaitu 0,782. Setelah dilakukan

uji coba instrumen, soal nomor 1 mengalami revisi keterbacaan agar siswa dapat

memaknai soal dengan baik.

G. Analisis Data

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari

hasil posttest dianalisis. Data yang digunakan adalah data nilai kemampuan

pemecahan masalah matematis kelas VIII. Data dianalisis dengan menggunakan

uji normalitas, uji homogenitas dan uji kesamaan rata-rata untuk menguji

ke-benaran hipotesis yang diajukan.

1. Uji Normalitas

Setelah mendapat data hasil kemampuan pemecahan masalah yaitu berupa nilai

posttest pokok bahasan prisma dan limas, maka data tersebut diuji kenormalannya

yaitu berfungsi untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau tidak.

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chikuadrat dan SPSS 16.0

(54)

38

Hipotesis :

Ho : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Keterangan:

X2 = harga Chi-kuadrat Oi = frekuensi observasi Ei = frekuensi harapan k = banyaknya kelas interval

Kriteria pengujian, jika X2hitungX2tabel dengan dk = k – 3, dan taraf signifikan

5 %, maka data berdistribusi normal. Kriteria uji kenormalan dengan SPSS 16.0

for wndows yaitu data berdistribusi normal jika nilai sig pada kolom

Kolmogrov-Smirnov > 0,05.

Berdasarkan uji yang telah dilakukan didapat bahwa data berdistribusi normal,

sehingga uji prasyarat dilanjutkan dengan uji homogenitas.

2. Uji Homogenitas Varians

Uji ini untuk mengetahui seragam tidaknya varians yang diambil dari populasi

yang sama (Arikunto, 2005:318). Untuk menguji kesamaan varians dari k buah

kelas (k≥2) populasi, digunakan uji Bartlet (Sudjana, 2005: 261).

Hipotesis :

(55)

39

Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh kedua populasi bersifat homogen atau

memiliki varians yang sama.

3. Uji Proporsi

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut.

H0 :

< 0,50 (persentase siswa tuntas belajar < 50%)

H1 :

≥ 0,50 (persentase siswa tuntas belajar ≥ 50%)

Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:

n

0,50 : proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Kriteria uji: tolak H0 jika zhitungz0,5 dengan taraf nyata 5%. Harga z0,5

(56)

40

4. Uji Hipotesis

Karena data berdistribusi normal dan kedua kelompok data homogen, maka statistik yang

digunakan dalam pengujian hipotesisi adalah uji-t, dengan hipotesis sebagai berikut

2

 = rata-rata skor posstest dengan Strategi pembelajaran TTW

2

 = rata-rata skor posstest dengan strategi pembelajaran langsung.

Karena = tetapi tidak diketahui maka statistik yang digunakan adalah:

= ̅ ̅ dengan = ( ) ( )

Keterangan:

̅ = rata-rata nilai posttest kelas eksperimen

̅ = rata-rata nilai posttest kelas kontrol

= simpangan baku

= banyak peserta didik kelas eksperimen

= banyak peserta didik kelas kontrol

= varians kelas eksperimen

฀22 = varians kelas kontrol

Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1 + n2 – 2 ) dan taraf kepercayaan 5%

terima Ho jika -t 1 – 1/2α < t < 1 – 1/2α.. (Sudjana, 2005: 239).

(57)

41

Hx= <

Hy = >

Gambar

Gambar 3.1 Desain Strategi Pembelajaran TTW
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Tabel 3. Tingkat Kesukaran Tes Uji Coba
+2

Referensi

Dokumen terkait

On top of this approach, a reusable tool has been created to provide test models which can be performed against the data provision web services of the Aviation Architecture.

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR

Governance as a socio cybernetic system , artinya dampak hasil kepemerintahan (kebijakan pemerintah) bukanlah produk dari apa yang dilakukan (tindakan )

Penelitian ini menggunakan metode historis, yaitu heuristik, kritik sumber (kritik intern dan ekstern), interpretasi dan historiografi. Sumber penelitian dikumpulkan melalui

Berdasarkan hasil penelitian diketahui temperatur maksimum sebesar 58,4 o C, nilai maksimum dari rata–rata efisiensi kolektor sebesar 0,825 %, dan efisiensi sistem sebesar 35,907

Dengan melihat keadaan wilayah Desa Bobolio yang begitu dekat dengan laut, maka hal itu dijadikan sebagai kesempatan untuk mengais rejeki.Hal ini tentu saja sejalan apa yang

[r]

Dengan ini kami mohon dapat diproses untuk pengurusan Ijin Penelitian Berikut ini data-data yang perlu kami sampaikan :.