UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM DIPLOMA III MEDAN
SISTEM AKUNTANSI PIUTANG PADA KOPERASI AKAR BAKTI LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN
KAMPUS MEDAN
SKRIPSI MINOR
DISUSUN OLEH:
MAHRIMAWATI 052102006
DIPLOMA III AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
Fakultas Ekonomi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM DIPLOMA III MEDAN
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI MINOR
Nama : Mahrimawati
N I M : 052102006
Jurusan : Diploma III Akuntansi
Judul : Sistem Akuntansi Piutang Pada Koperasi Akar Bakti Lembaga
Pendidikan Perkebunan Kampus Medan
Tanggal : Pembimbing / Penanggung Jawab
(Drs. Rustam, Ak) NIP: 131 127 370
Tanggal : Ketua Program Diploma III
(Hasan Sakti Siregar, SE, MSi, Ak) NIP: 131 568 370
Tanggal : Dekan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... i
DAFTAR TABEL... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
BAB I : PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3
D. Metode Penelitian ... 4
E. Sistematika Pembahasan ... 6
BAB II : KOPERASI AKAR BAKTI LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN KAMPUS MEDAN A. Sejarah Singkat Koperasi ... 8
B. Visi dan Misi Koperasi ... 11
C. Struktur Organisasi Koperasi ... 11
D. Sistem Akuntansi Piutang ... 16
1. Penilaian Piutang... 16
2. Prosedur Piutang ... 27
BAB III : ANALISA DAN EVALUASI A. Sistem Akuntansi ... 31
2. Unsur-unsur Sistem Akuntansi ... 32
3. Tujuan Umum Sistem Akuntansi ... 35
B. Pengertian dan Klasifikasi Piutang ... 35
1. Pengertian Piutang ... 35
2. Klasifikasi Piutang ... 36
C. Sistem Akuntansi Piutang... 37
1. Penilaian Piutang... 37
2. Prosedur Piutang ... 42
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 45
B. Saran... 45
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Siklus Akuntansi Piutang Pada Koperasi Akar Bakti LPP
Kampus Medan ... 27
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Realisasi Umur Piutang Dagang ... 22
Tabel 2. Analisis Umur Piutang ... 23
Tabel 3. Perhitungan Taksiran Kerugian Piutang ... 25
Tabel 4. Piutang Simpan Pinjam... 26
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta salawat beriring salam kepada
junjungan Besar Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan penulis
pedoman di dalam kehidupan ini., sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
minor ini tepat waktunya. Skripsi minor ini berjudul : “Sistem Akuntansi Piutang
Pada Koperasi Akar Bakti Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus Medan.”
Skripsi minor ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan pada program Diploma III Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas
Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Hasan Sakti Siregar, SE, MSi, Ak, selaku Ketua Jurusan Program
Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Rustam, Ak, selaku selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan dan meluangkan waktunya dan juga dengan penuh perhatian
memberikan petunjuk dan bimbingan yang baik dalam menyelesaikan
skripsi minor ini. Semoga kebaikan yang Bapak berikan kepada Penulis
4. Bapak Bapak M. Simba Sembiring, SE, selaku Ka. Sub. Bag. Akademik
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Kepada seluruh dosen yang telah mendidik penulis selama belajar di
Jurusan Akuntansi Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
6. Kepada kedua orang tua ku, mama,mama dan mama yang paling kusayang
(Mahdalena) serta Abah (Drs. H. Syamsul Bahri, MM) semoga ini adalah
awal untuk membahagiakan mereka menuju anak yang berbakti kepada
orang tua. Terima kasih atas doa-doa yang Mama dan Abah berikan untuk
penulis. Dan adikku (Salmi Julianti) wisuda kan akhirnya.
7. Kepada Eko Prasetya, he’s just basically the other side of my coin, there’s
no escape in that. Sincere in his every way and basically one of the most
kind at heart person that I ever known in my life. Seseorang yang fun to be
around, unik dengan segala keanehannya dan sempurna dengan segala
kekurangannya.
8. Kepada kedua sahabat sekaligus musuh penulis, Gustriawan, Mariam
Lubis dan Adriana Pulungan.
9. Kepada teman-teman senasib sepenanggungan, teman tertawa dan
menangis bersama. Ari One Rizki, Ismail, Bob Waris Grada Purba, Vania
Maharani Wilma, Bambang Aditya, Muhammad Nur, Ikhwan Syukria
Daulay, Yusuf Diputra Purba, Roki Kurniawan N, Dedi Saputra Hrp,
semoga Tuhan selalu mempersatukan kita bersama, walau pisah raga hati
tetap terjaga dan semoga kita menjadi orang-orang sukses ya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi minor ini masih banyak
memerlukan penyempurnaan dalam segala hal. Untuk itu penulis menerima kritik
dan saran yang dapat membantu penyempurnaan skripsi ini. Semoga bantuan yang
penulis terima selama ini menjadi amal yang baik dan InsyaAllah akan
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Akhir kata penulis berdoa kiranya skripsi
minor ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya, bagi bidang studi
ekonomi maupun bagi penulis sendiri tentunya. Amin.
Medan, 9 April 2008
Penulis,
Mahrimawati
BAB I PENDAHULUAN
A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-perorang atau
badan hukum yang melandasi kegiatannya berdasarkan prinsip kerjasama
(cooperative) sekaligus sebagai bentuk gerakan rakyat yang berdasarkan atas azas
kekeluargaan.
Bentuk usaha inilah yang sebenarnya paling sesuai dengan prinsip
demokrasi ekonomi. Prinsip demokrasi ekonomi tersebut dimuat dalam
Undang-undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 1 “Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan atas azas-azas kekeluargaan”. Koperasi merupakan
organisasi yang berwatak sosial dan ekonomi, berarti bukan hanya memperhatikan
aspek bisnisnya, tetapi juga memperhatikan aspek sosial.
Ciri utama koperasi yang membedakannya dengan bentuk usaha lain
terletak pada posisi anggotanya. Melalui koperasi, para anggota ikut secara aktif
memperbaiki kehidupannya dan kehidupan masyarakat disekitarnya melalui karya
dan jasa yang disumbangkan. Dalam usahanya, koperasi akan lebih banyak
menekankan pada pelayanan terhadap kepentingan anggota, baik sebagai
produsen maupun konsumen. Kegiatan koperasi akan lebih banyak dilakukan
kepada anggota dibandingkan dengan pihak luar. Oleh karena itu, dalam koperasi
anggota bertindak sebagai pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa dan usaha
yang didirikan, dimiliki, dikelola, diawasi dan dimanfaatkan oleh para
anggotanya.
Koperasi sebagai perusahaan tidak berbeda dalam hal pengelolaan
usahanya dengan pengelolaan usaha dari jenis badan usaha lainnya, seperti
Perseroan Terbatas (PT) atau bentuk Perusahaan Negara. Koperasi harus dikelola
dengan lebih efisien dan profesional. Dengan demikian, koperasi tidak
mengabaikan keuntungan atau Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperolehnya dari
hasil penjualan barang dan jasa serta dari usaha simpan pinjam. Transaksi
penjualan barang dan jasa serta usaha simpan pinjam tersebut terkadang bisa
menimbulkan piutang, baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. Dalam
hal ini tentunya dibutuhkan sistem akuntansi piutang yang baik agar dapat
dipertanggungjawabkan nantinya pada saat rapat anggota.
Mengingat piutang merupakan modal kerja yang diharapkan dapat
memperoleh tambahan penghasilan dan laba, maka kehadiran piutang
memerlukan analisis yang cukup mendalam karena tidak jarang perkiraan piutang
membutuhkan investasi yang cukup besar dan mengandung resiko yang cukup
besar pula yang dapat merugikan perusahaan. Oleh karena itu, manajemen piutang
memiliki peranan yang sangat vital di dalam koperasi dalam kaitannya terhadap
penilaian piutang, pencatatan piutang dan prosedur piutang sehingga dapat
memberikan gambaran tentang untung ruginya dilaksanakan penjualan usaha
secara piutang. Efektifitas pengelolaan piutang diperlukan pada perusahaan yang
mengantisipasi, memperkecil atau bahkan menghilangkan resiko yang akan
mungkin terjadi dari piutang.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa suatu koperasi
bertanggung jawab membentuk dan melaksanakan sistem akuntansi yang baik
sesuai dengan prinsip akuntansi Indonesia, untuk dapat mengamankan harta
koperasi, guna menghindari terjadinya penggelapan dan penyelewengan terhadap
penerimaan piutang yang dapat merugikan koperasi. Hall inilah yang mendorong
penulis untuk membahasnya dalam skripsi penulis dengan judul “Sistem
Akuntansi Piutang pada Koperasi Akar Bakti Lembaga Pendidikan Perkebunan
Kampus Medan”.
B. Perumusan Masalah
Melihat bahwa piutang usaha adalah suatu aset yang perlu dikelola dengan
baik oleh perusahaan, maka dalam hal ini penulis merumuskan masalah yang
dibahas dalam tulisan ini, yaitu:
1. Tindakan apa yang dilakukan koperasi dalam mengelola piutang usahanya?
2. Apakah pengelolaan terhadap piutang telah dilaksanakan dengan baik?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem akuntansi piutang pada Koperasi
2. Untuk mengetahui apakah sistem akuntansi piutang pada Koperasi Akar
Bakti Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus Medan telah
dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) di Indonesia.
Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, yaitu menerapkan ilmu yang telah di dapat selama di bangku
kuliah serta untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis
tentang peranan sistem akuntansi piutang pada koperasi.
2. Bagi perusahaan, yaitu dapat dijadikan bahan masukan bagi perusahaan
atau organisasi lain khususnya koperasi tentang peranan sistem akuntansi
piutang.
3. Bagi pembaca dan lingkungan akademis, yaitu sebagai bahan resensi
untuk peneliti selanjutnya yang ingin membahas tentang piutang usaha di
dalam koperasi.
D. Metode Penelitian 1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif dan kualitatif yang
bersumber dari :
a. Data Primer
yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya yang perlu diolah lagi
dengan pihak manajemen Koperasi Akar Bakti Lembaga Pendidikan
Perkebunan Kampus Medan.
b. Data Skunder
yaitu data yang sudah diolah yang tidak memerlukan pengolahan lebih
lanjut.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung kepada
bagian/ departemen yang relevan.
b. Studi Pustaka
Yaitu pengumpulan data dengan mengumpulkan teori-teori yang
mendukung dari buku-buku yang relevan dengan sistem akuntansi piutang.
Peneliti menelusuri daftar pustaka pada skripsi yang terdahulu di
perpustakaan.
3. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggabungkan metode deskriptif dan
metode komperatif
a. Metode Deskriptif
yaitu data yang diperoleh perusahaan yang dapat memberikan gambaran
dari keadaan perusahaan tersebut.
yaitu membandingkan sistem akuntansi pada perusahaan tersebut dengan teori
yang diterima penulis selama duduk di bangku perkuliahan, berdasarkan
perbandingan ini kemudian dilakukan analisa.
E. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dari skripsi ini adalah terdiri dari empat bab yang
masing-masing terdiri dari beberapa sub bab, diantaranya yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan alasan pemilihan judul, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
BAB II : KOPERASI AKAR BAKTI LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN KAMPUS MEDAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hal-hal yang ditemui pada
Koperasi Akar Bakti Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus
Medan, diantaranya berisi tentang sejarah singkat koperasi, visi
dan misi koperasi, struktur organisasi dan uraian tugas, dan
sistem akuntansi piutang yaitu mencakup penilaian dan prsedur
piutang pada koperasi Akar Bakti Lembaga Pendidikan
Perkebunan Kampus Medan
BAB III : ANALISA DAN EVALUASI
Bab ini akan membahas dan menganalisa antara uraian teoritis
pengertian sistem akuntansi, unsur-unsur sistem akuntansi, tujuan
umum sistem akuntansi. Pengertian dan klasifikasi piutang serta
tentang penilaian piutang dan prosedur piutang.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
BAB II
KOPERASI AKAR BAKTI LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN KAMPUS MEDAN
A. Sejarah Singkat Koperasi
Koperasi lahir pada permulaan abad ke-19, sebagai suatu reaksi terhadap
sistem perekonomian kapitalisme dinegara-negara Eropa. Sistem ekonomi ini
bersendi pada kebebasan individu untuk mencari keuntungan pribadi sebanyak
mungkin. Akibatnya kelompok-kelompok tertentu yakni kaum kapitalis,
menguasai kehidupan masyarakat luas. Mereka hidup berlebihan, sedangkan
masyarakat yang tidak memiliki modal makin tertindas. Pada saat itulah tumbuh
gerakan kebersamaan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Bentuk kerja
sama ini melahirkan suatu perkumpulan yang disebut koperasi.
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau
badan hukum yang melandaskan kegiatannya berdasarkan atas azas kekeluargaan.
Dari pengertian tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa koperasi merupakan
kumpulan dari orang-orang yang memiliki kegiatan yang sama untuk mencapai
tujuan koperasi yakni memberikan manfaat bagi anggota-anggotanya.
Pancasila adalah jiwa sendi dasar koperasi Indonesia, sendi-sendi dasar
koperasi Indonesia dirumuskan dalam UU No. 12 tahun 1967. Sebagai landasan
kerja koperasi, sendi dasar koperasi Indonesia tidak berbeda dengan
yang ada di semua bangsa di dunia ini bersatu padu, kedalam prinsip-prinsip
koperasi dan telah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Sedangkan di Indonesia
tampak dengan jelas dalam bentuk kerja sama atas dasar gotong royong dan
kekeluargaan. Di Indonesia sejak zaman dulu sudah berkembang usaha bersama
ini. Jadi sifat ini merupakan jiwa gerakan koperasi di Indonesia.
Berdasarkan keterangan di atas maka dibentuklah koperasi Akar Bakti
Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus Medan. Walaupun dibilang masih
dalam skala kecil, tapi mencoba untuk mengikuti sendi-sendi dasar koperasi yang
ada yaitu :
a. Solidaritas, merupakan landasan utama dari pembentukan koperasi pada awal
pertumbuhannya sebab mereka yang mendirikan koperasi itu berkelompok
dan bersatu untuk mencapai tujuan yang dirasakan sama. Apabila koperasi
tidak berlandaskan rasa setia kawan yang kuat, ia akan rapuh dan patah pada
akhirnya. Itu sebabnya solidaritas menjadi landasan utama lahirnya organisasi
koperasi yang mampu berdiri sendiri.
b. Demokrasi, yaitu merupakan perwujudan dari protes terhadap struktur sosial
yang tidak adil karena masyarakat pada waktu itu terlalu mementingkan uang
dan mengabaikan nilai-nilai manusia dalam berbagai tindakan ekonomi,
sehingga kesamaan derajat manusia sangat di dambakan dalam bentuk usaha
ekonomi.
c. Kemerdekaan, merupakan ide dasar bagi orang Inggris yang ingin bebas
dalam tindakannya. Hal ini perlu, sebab bila tidak ada kebebasan bertindak
kebebasan dalam bertindak tidak dimiliki. Koperasi sebagai organisasi
merupakan bentuk protes yang ingin merdeka dari kungkungan lingkungan
yang dirasakan membelenggu ekonominya.
d. Alturisme, lebih memperhatikan kepentingan orang lain dari pada kepentingan
diri sendiri. Ide ini sangat besar pengaruhnya dalam dunia perkoperasian.
Karena dasarnya kemanusiaan. Ide ini melahirkan sendi dasar keanggotaan
koperasi yang harus terbuka pada siapa saja tanpa mengenal warna kulit,
aliran politik, dan agama seseorang. Selain itu, ide alturisme ini mewarnai
adanya perhatian koperasi bukan saja terhadap anggotanya tetapi juga kepada
perbaikan daerah kerja dan masyarakat lingkungannya.
e. Keadilan, adalah suatu ide yang paling utama di bidang ekonomi. Ide keadilan
ini selalu didambakan oleh mereka yang berkumpul di dalam koperasi.
Keadilan di dalam ekonomi harus didasarkan pada pemikiran tentang jasa
seseorang dalam kegiatan usaha koperasi.
f. Ekonomi, merupakan nadi koperasi sebab dari semula bentuknya, koperasi
ingin menetapkan kemerdekaan, demokrasi, keadilan, dan rasa setia kawan
atau solidaritas di bidang ekonomi. Dalam hal ini koperasi bukan sebagai
organisasi sosial.
g. Peningkatan kesejahteraan, merupakan suatu ide yang dibentuk dari berbagai
ide yang lain. Peningkatan kesejahteraan sangat dikehendaki oleh para
pembentuk koperasi, bekerja sebagai organisasi masyarakat dan sekaligus
dengan pendidikan seperti perlu adanya pendidikan perkoperasian secara terus
menerus.
B. Visi dan Misi Koperasi
Adapun yang menjadi visi koperasi diantaranya:
a. Memelihara kesatuan hukum koperasi dengan tetap mematuhi sendi-sendi
dasar koperasi yang mengutamakan pelayanan kepada anggota, sesuai
dengan anggaran dasar yang telah ditetapkan dan sesuai pula dengan
semua peraturan hukum lainnya dan persyaratan kontrak yang berlaku.
b. Memelihara cadangan keuangan dan kekayaan koperasi secara layak,
sehingga memungkinkan adanya kesinambungan pengelolaan usaha dalam
kondisi keuangan yang sehat.
Dan yang menjadi misi koperasi adalah:
a. Sebagai alat pembangunan dan untuk memenuhi kepentingan para anggota
yaitu kebutuhan yang dirasakan mendesak.
b. Hasil usaha yang melimpah dan menjamin mutu pelayanan yang tinggi
dengan biaya yang serendah mungkin dan sejalan dengan manajemen
usaha yang sehat.
c. Menjalankan kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan.
C. Struktur Organisasi Koperasi
Bagan atau struktur organisasi adalah suatu kerangka yang digunakan
pertanggungjawaban (responsibility area) dari para fungsionaris dalam suatu
lembaga perusahaan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menggambarkan suatu bagan organisasi pada suatu perusahaan agar badan
tersebut mampu memberikan gambaran yang sesungguhnya mengenai mekanisme
bekerjanya organisasi tersebut, yaitu:
1. Harus menunjukkan adanya garis kekuasaan dan area.
Pertanggungjawaban yang tegas dalam organisasi yang biasanya dinyatakan
dalam bentuk garis vertikal.
2. Harus menunjukkan adanya stratifikasi jabatan organisasi yang jelas.
3. Harus mampu menunjukkan adanya perbedaan yang tegas atas kelompok
orang yang terlibat secara langsung (fungsionaris) dan kelompok
orang-orang yang tidak ikut terlibat secara langsung (staff) oleh garis komando
dalam organisasi.
Struktur organisasi dari suatu perusahaan dalam penerapannya akan selalu
berbeda dengan perusahaan lain. Hal ini disebabkan belum adanya suatu struktur
organisasi yang baik dan tepat bila diterapkan pada semua perusahaan, sehingga
untuk menetapkan struktur organisasi perusahaan akan dipakai, terlebih dahulu
melihat kepada kebutuhan dan jenis perusahaan sendiri. Dengan demikian setiap
perusahaan dapat memilih bentuk mana yang paling efektif bila diterapkan pada
perusahaannya.
Apabila pengorganisasian hendak diberikan pengertian, maka dapat
manajemen, yaitu keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat,
tugas dan tanggung jawab serta wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta
suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Dan berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa struktur organisasi dari
pada Koperasi Akar bakti Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus Medan
adalah bentuk organisasi yang fungsional. Untuk lebih jelas fungsi serta
wewenang dan tanggung jawab atas tugas-tugas Pengurus Koperasi Akar bakti
Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus Medan adalah sebagai berikut:
1. Ketua
a. Memimpin organisasi dan usaha koperasi sebagai pelaksana keputusan
Rapat Anggota.
b. Bertanggung jawab penuh atas segala kegiatan kepengurusan yang telah
dilaksanakan, baik ke luar maupun ke dalam organisasi kepada Rapat
Anggota.
c. Mewakili koperasi di muka dan di luar Pengadilan sesuai dengan
Keputusan Rapat Anggota.
d. Menyelenggarakan Rapat Anggota Tahunan menurut
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam anggaran dasar.
e. Sebagai pimpinan organsisasi, Pengurus mengemban organisasi serta
2. Wakil Ketua
Melaksanakan tugas Ketua bilamana Ketua bepergian atau dalam
menjalankan dinas. Selain itu juga mendapatkan tugas yang antara lain:
a. Melaporkan kepada Rapat Anggota tentang segala sesuatu yang
menyangkut tata-kehidupan Koperasi dan segala laporan pemeriksaan
termasuk pemeriksaan oleh Badan Pengawas atas tata-kehidupan
koperasi.
b. Memberikan bantuan kepada Pejabat yang melakukan tugasnya dengan
memberikan keterangan yang diminta dan diperlukan serta
memperlihatkan segala pembukuan, perbendaharaan, persediaan, alat-alat
inventaris, dan catatan-catatan lainnya yang berhubungan dengan
kegiatan organisasi dan usaha koperasi.
c. Memberikan pengarahan terhadap pelaksanaan tugas sehari-hari yang
dilakukan oleh pengurus dibawahnya.
3. Sekretaris
a. Mencatat tentang masuk keluarnya anggota di dalam Buku Daftar
Anggota dengan segera.
b. Mencatat tentang mulai dan berakhirnya masa jabatan anggota pengurus
dan Badan Pemeriksa dalam buku daftar pengurus.
4. Wakil Sekretaris
a. Mewakili Sekretaris apabila ia melaksanakan tugas lain di luar
b. Merangkap di bidang keanggotaan.
5. Bendahara
a. Mengadakan pembukuan dan administrasi menurut ketentuan yang
berlaku dan atas petunjuk dari pejabat.
b. Mencatat segala hal yang menyangkut pemasukan dan pengeluaran uang
ke dalam buku kas umum.
c. Dan juga merangkap di bidang Keuangan.
6. Pembukuan
a. Mencatat masuk dan keluarnya bahan-bahan atau barang-barang yang
dibutuhkan oleh anggota.
b. Membuat Laporan Keuangan.
7. Pembantu Umum
a. Turut serta dalam melaksanakan pembukuan.
b. Melaksanakan pembayaran pajak.
8. Bidang Organisasi
Keanggotaan dan Humas
1. Memberikan pelayanan yang sama kepada setiap anggota dan
memelihara kerukunan diantara anggota dan menjauhkan segala hal
yang bisa menimbulkan perselisihan paham.
2. Meningkatkan partisipasi dan kesejahteraan anggota.
4. Melaksanakan pendidikan/ pelatihan di kalangan Pengurus, Badan
Pengawas, Manajer dan karyawan.
9. Bidang Keuangan
a.Simpan Pinjam
1. Menginventarisasikan permohonan anggota dalam permintaan kredit
yang belum dipenuhi.
2. Mencatat penerimaan investasi dari anggota maupun dari bukan
anggota.
b.Konsumsi
1. Menyediakan barang-barang konsumsi untuk kebutuhan sehari-hari
anggota berupa beras, sabun, gula, pasta gigi, bubuk teh, dan lain-lain.
2. Merencanakan kebutuhan anggota pada saat Hari besar keagamaan
seperti pada saat lebaran dengan menjual parsel, bahan-bahan kue.
c.Usaha Lain
1. Melayani kebutuhan kantor yang dapat dipenuhi koperasi seperti poto
kopi, penyediaan kertas, dan lain-lain.
D. Sistem Akuntansi Piutang 1. Penilaian Piutang
Pada kasus pencatatan piutang pada Koperasi Akar bakti Lembaga
Pendidikan Perkebunan Kampus Medan, terdapat beberapa metode yang
a. Metode pencatatan kerugian piutang
b. Cara Menaksir besarnya kerugian piutang
a. Metode Pencatatan Kerugian Piutang
Terdapat dua metode yang digunakan untuk mencatat kerugian piutang, yaitu:
- Metode Penghapusan Langsung
Pencatatan kerugian piutang dilakukan jika ada kepastian bahwa debitur
perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya kepada perusahaan. Dalam
mencatat kerugian piutang, perusahaan mendebit rekening kerugian piutang dan
mengkredit rekening piutang dagang sebesar jumlah piutang dagang yang tidak
tertagih. Dengan demikian saldo piutang dagang yang tidak tertagih tersebut di
hapus dari catatan perusahaan, dengan kata lain menghapus kerugian secara
langsung.
Contoh pada tanggal 5 November 2006 PT. Madju Bersama membeli
secara kredit barang dari koperasi dengan harga jual sebesar Rp 80.000,00. Tetapi
karena PT. Madju Bersama mengalami pailit dalam jangka waktu seminggu dari
terjadinya penjualan, maka dengan ini pihak koperasi membuat jurnal sebagai
berikut:
- Pada saat terjadinya transaksi tanggal 5 November 2006
Piutang dagang Rp 80.000,00
Penjualan barang Rp 80.000,00
- Pada saat pencatatan kerugian setelah ada konfirmasi dan penelitian kepada
Kerugian piutang Rp 80.000,00
Piutang Dagang Rp 80.000,00
- Metode Cadangan Piutang
Berbeda dengan metode penghapusan piutang langsung yang mencatat
kerugian piutang pada saat ada kepastian tidak tertagihnya piutang, tetapi menurut
metode cadangan piutang ini pencatatan kerugian dilakukan pada akhir periode
akuntansi, meskipun piutang tersebut belum pasti tidak tertagih. Dengan metode
ini maka diperlukan penaksiran terhadap jumlah piutang yang diperkirakan tidak
akan tertagih pada akhir periode. Kerugian piutang dicadangkan, meskipun
piutang yang tidak tertagih belum diketahui secara pasti.
Contoh pada tanggal 31 Desember 2006 kerugian piutang koperasi ditaksir
sebesar Rp 60.000,00. Pada tanggal 5 Januari 2007, Piutang dagang yang
benar-benar tidak tertagih adalah Rp 20.000,00. Maka jurnal pada koperasi adalah:
31 Des 2006 Kerugian piutang Rp 60.000,00
Cadangan kerugian piutang Rp 60.000,00
5 Jan 2007 Cadangan kerugian piutang Rp 20.000,00
Piutang dagang Rp 20.000,00
b. Cara Menaksir Kerugian Piutang
Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa pencatatan kerugian piutang
menurut metode cadangan, dilakukan pada akhir periode akuntansi dengan cara
barang tersebut. Besarnya kerugian piutang dapat ditaksir dengan menggunakan
tiga metode yaitu:
• Pendekatan Neraca (Balance Sheet Approach)
• Pendekatan Rugi Laba (Income Statement Approach)
• Pendekatan atas dasar Umur piutang
• Pendekatan Neraca (Balance Sheet Approach)
Penyisihan piutang tidak tertagih yang didasarkan atas saldo piutang dapat
dilakukan dengan jalan menetapkan suatu persentase terhadap saldo piutang.
Biasanya saldo yang dipakai adalah rata-rata antara saldo piutang pada awal dan
akhir periode.
Untuk menggambarkan cara ini anggaplah bahwa saldo piutang pada
tanggal 1 Januari 2006 PT. Madju Bersama adalah Rp 8.750.000,00 dan saldo
piutang PT. Madju Bersama pada tanggal 31 Desember 2006 Rp 12.250.000,00.
Anggap juga bahwa penyisihan piutang tak tertagih dihitung sebesar 3% dari
saldo rata-rata piutang. Penyisihan piutang tak tertagih pada tanggal 31 Desember
2006 pada koperasi adalah sebagai berikut :
Saldo piutang rata-rata =
2 00 , 000 . 250 . 12 00 , 000 . 750 . 8 Rp Rp +
= Rp 10.500.000,00
Penyisihan piutang tak tertagih = 3 % x Rp 10.500.000,00
Jumlah penyisihan sebesar Rp 315.000,00 ini harus muncul di neraca
sebagai saldo pos penyisihan piutang tak tertagih. Jumlah inilah yang dikurangkan
ke perkiraan piutang dagang untuk memperoleh nilai piutang yang diharapkan
dapat diterima. Untuk menentukan jumlah yang dibebankan, perlu diperhatikan
saldo awal pos penyisihan piutang tak tertagih. Apabila sebelumnya perkiraan
penyisihan bersaldo kredit sebesar Rp 145.000,000. Maka biaya piutang tak
tertagih selama tahun 1999 adalah Rp 170.000,00 (Rp 315.000,00 – Rp
145.000,00). Perhatikan hubungan antara perkiraan penyisihan piutang tak
tertagih dan beban piutang tak tertagih berikut ini.
Beban Piutang tak Tertagih
Beban
piutang tak tertagih Rp 170.000,00
Ayat jurnal penyesuaian:
Beban piutang tak tertagih Rp 170.000,00
Penyisihan piutang tak tertagih Rp 170.000,00
Penyisihan Piutang tak Tertagih
Saldo Rp 145.000,00
Beban
piutang tak tertagih Rp 170.000,00
Setelah adanya ayat jurnal penyesuaian di atas, penyisihan perkiraan piutang tak
tertagih akan bersaldo Rp 315.000,00. Jumlah yang memang dikehendaki pada
akhir tahun. Perkiraan beban piutang tak tertagih akan bersaldo Rp. 170.000,00.
• Pendekatan Rugi Laba (Income Statement Approach)
Penyisihan piutang tak tertagih dengan cara ini dilakukan dengan
menetapkan suatu persentase terhadap penjualan. Sedapat mungkin angka
penjualan yang dipakai adalah penjualan kredit. Akan tetapi apabila untuk
memperoleh angka tersebut diperlukan terlalu banyak waktu dan biaya maka
persentase dapat juga di dasarkan atas total penjualan. Jika perbandingan antara
penjualan tunai dan penjualan kredit tidak banyak mengalami perubahan, maka
hasil yang diperoleh akan cukup memuaskan.
Contoh penjualan kredit bersih selama tahun 2000 pada koperasi adalah
Rp 20.000.000,00 dan manajemen perusahaan menetapkan bahwa penyisihan
dihitung sebesar ¼ % dari penjualan. Maka piutang tidak tertagih selama tahun
2000 dihitung sebagai berikut : ¼ % x Rp 20.000.000,00 = Rp 5.000.000,00.
Dalam metode ini, jumlah tersebut merupakan biaya piutang tidak tertagih, dan
harus dibebankan dalam kegiatan tahun berjalan. Ayat jurnal penyesuaiannya
yaitu :
Biaya piutang tak tertagih Rp 5.000.000,00
Perhatikan bahwa dalam metode ini, biaya piutang tak tertagih tidak
dipengaruhi oleh saldo perkiraan penyisihan sebelum adanya ayat jurnal
penyesuaian.
• Pendekatan Atas Dasar Umur Piutang
Dalam analisis ini umur piutang masing-masing debitur perusahaan
digolongkan-golongkan, baik yang belum jatuh tempo ataupun yang telah jatuh
tempo. Setelah saldo piutang dikelompokkan menurut umurnya, maka terhadap
tiap-tiap kelompok umur diterapkan suatu persentase tertentu yang dianggap
sebagai piutang tak tertagih. Persentase yang diterapkan atas tiap-tiap kelompok
umur tidak harus sama. Jumlah piutang tak tertagih yang dihitung berdasarkan
persentase terhadap saldo tiap-tiap kelompok umur merupakan penyisihan piutang
tak tertagih yang harus diadakan.
Golongan Umur Piutang % Kerugian
Belum jatuh tempo
Telah jatuh tempo:
- Lewat dari 1 – 30 hari
- Lewat dari 31 – 60 hari
- Lewat dari 60 – 90 hari
- Lewat dari 90 hari
0.5
2
5
10
[image:31.595.162.430.435.675.2]20
Berdasarkan data tersebut maka kerugian piutang dapat dihitung dengan cara:
a. Membuat Tabel Analisis Umur Piutang
Nama
Debitur
Saldo
Piutang
Belum Jatuh
Tempo
Lewat Jatuh Tempo (hari)
1 s/d 30 31 s/d 60 60 s/d 90 > 90
Ali 800 - - 800
-Badrun 200 - 200 - -
-Cerry 750 - - - - 750
Deli 250 - 250 -
-Erwin 350 - - 350 -
-Farid 1.000 1.000 - - -
-Geri 450 450 - -
-Hendro 1.250 - 1.250 - -
-Indah 300 - - - - 300
Juna 650 - - - 650
[image:32.595.106.505.187.545.2]-Jumlah 6.000 1.450 1.700 1.150 650 1.050
Tabel 2. Analisis Umur Piutang
Sumber : Koperasi Akar Bakti LPP Kampus Medan 31 Desember 2006
Langkah pertama dalam menaksir besarnya kerugian piutang dengan
analisis umur piutang adalah membuat tabel analisis umur piutang. Dalam tabel
tersebut piutang dari masing-masing debitur dikelompokkan menurut umurnya.
Umur piutang dihitung dengan cara membandingkan umur jatuh tempo piutang
umur piutang disusun berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan tersebut.
Setelah saldo piutang dikelompokkan menurut umurnya, maka terhadap
tiap-tiap kelompok umur diterapkan suatu persentase tertentu yang dianggap
sebagai piutang tak tertagih. Persentase yang diterapkan untuk tiap-tiap kelompok
umur piutang tidak perlu harus sama. Jumlah piutang tak tertagih yang dihitung
berdasarkan persentase terhadap saldo tiap-tiap kelompok umur piutang
merupakan penyisihan piutang tak tertagih yang harus diadakan.Tahap pertama
sebelum membuat ayat jurnal penyesuaian adalah menentukan biaya piutang tak
tertagih yang harus di debit. Jumlah biaya piutang tak tertagih dapat dicari dengan
melihat saldo perkiraan penyisihan sebelum dibuat ayat jurnal penyesuaian dan
saldo yang seharusnya ada pada akhir tahun. Selisih antara kedua saldo tersebut
merupakan biaya piutang tak tertagih yang harus dibebankan dalam tahun
berjalan. Apabila perkiraan penyisihan piutang tak tertagih sebelum adanya ayat
jurnal penyesuaian bersaldo debit, maka biaya piutang tak tertagih yang harus
dibebankan merupakan jumlah antara angka saldo tersebut dengan saldo yang
b. Menghitung Besarnya Taksiran Kerugian Piutang
Kelompok Umur Jumlah % Kerugian Taksiran Kerugian
Belum jatuh tempo 1.450.000 0.5% 7.250
Lewat jatuh tempo:
- 1 s/d 30 hari 1.700.000 2.0% 34.000
- 31 s/d 60 hari 1.150.000 5.0% 57.500
- 61 s/d 90 hari 650.000 10.0% 65.000
- Lebih dari 90 hari 1.050.000 20.0% 210.000
[image:34.595.125.486.148.424.2]Jumlah 6.000.000 373.750
Tabel 3. Perhitungan Taksiran Kerugian Piutang
Berdasarkan tabel perhitungan di atas, maka besarnya taksiran kerugian
piutang adalah Rp 373.750 dan jurnalnya adalah:
Kerugian piutang Rp 373.500,00
Cadangan piutang Rp 373.500.00
Kerugian piutang berdasarkan tabel umur piutang hanya digunakan pada
piutang usaha lain-lain yaitu penjualan kelapa sawit dan sewa kantin, tapi pada
piutang simpan pinjam dan piutang barang, sistem tabel umur piutang tidak
berlaku karena piutang tersebut langsung dipotong dari gaji pokok pelanggan
sesuai dengan ketentuan yang disepakati bersama.
Pada piutang simpan pinjam jumlah hutang ditulis sesuai dengan yang
angsurannya perbulan, kemudian langsung dipotong pada saat pengambilan gaji
pelanggan. Bila angsurannya telah habis maka tidak akan ada potongan gaji lagi,
begitu pula pada sistem piutang barang yang dijual pada anggota koperasi
khususnya pegawai dari Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus Medan.
Seperti contoh tabel berikut ini:
No. Nama Debitur Angsuran Pokok Sisa Cicilan Jumlah Hutang
1 Ali 100.000 2 200.000
2 Badrun 100.000 4 400.000
3 Cerry 50.000 6 300.000
4 Deli 50.000 8 400.000
5 Erwin 70.000 2 140.000
6 Farid 70.000 4 280.000
7 Geri 100.000 0 0
8 Hendro 50.000 8 400.000
9 Indah 70.000 2 140.000
10 Juna 100.000 4 400.000
[image:35.595.120.505.260.594.2]Jumlah 2.660.000
Tabel 4. Piutang Simpan Pinjam
2. Prosedur Piutang
Pada koperasi Akar Bakti Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus
Medan terdapat kegiatan dari proses akuntansi itu sendiri yang meliputi:
a. Pengidentifikasian dan pengukuran data relevan untuk pengambilan
keputusan.
b. Pemrosesan data dan kemudian pelaporan informasi yang dihasilkan.
c. Pengkomunikasian informasi kepada pemakai laporan.
Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan suatu proses yang berulang
sehingga membentuk siklus. Secara ringkas proses akuntansi dapat digambarkan
sebagai berikut:
Pencatatan Penggolongan Pengihktisaran
Transaksi Pemrosesan Laporan Laporan
Akuntansi
Pengidentifikasi Pemakai Informasi Analisa dan
dan Pengukuran Akuntansi Interpretasi
Data
Pengkomunikasian
[image:36.595.118.513.398.656.2]Informasi
Identifikasi dan Pengukuran Data
Data yang relevan untuk keputusan terdiri dari transaksi-transaksi dan
kejadian dalam perusahaan. Kalau berbicara tentang transaksi atau kejadian, maka
hal tersebut akan selalu berhubungan dengan tindakan yang diselesaikan,
misalnya membeli barang ataupun jasa. Keinginan membeli barang bukan
merupakan transaksi, karena belum dilaksanakan. Data yang telah
diidentifikasikan ini kemudian diukur. Satuan pengukur yang biasa dipakai adalah
satuan uang rupiah.
Proses dan Pelaporan
Proses dan pelaporan data mencakup kegiatan pencatatan, penggolongan,
dan pengikhtisaran. Pencatatan (recording) transaksi dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Misalnya ditulis dengan pensil atau pena, membuat lubang pada
kartu pons (punch card) atau memberi tanda-tanda tertentu. Pencatatan transaksi
berarti mengumpulkan data secara kronologis. Disamping dicatat, transaksi
tersebut sekalian digolong-golongkan dalam kelompok atau kategori yang
berhubungan. Penggolongan (classifying) transaksi penting agar penyajian dapat
diringkaskan. Contoh dari penggolongan transaksi adalah apabila semua
pengeluaran untuk administrasi dikelompokkan ke dalam satu pos penyajian,
misalnya biaya administrasi. Pengikhtisaran (summarizing) adalah menyajikan
informasi yang telah digolongkan ke dalam bentuk laporan seperti yang
Laporan Akuntansi
Laporan akuntansi (accounting reports) yang dihasilkan oleh suatu sistem
akuntansi banyak macam ragamnya. Jenis laporan yang dihasilkan tergantung
pada pihak-pihak yang akan menggunakan laporan tersebut. Salah satu yang
utama adalah laporan keuangan (financial statement). Disamping laporan
keuangan, banyak laporan-laporan lain yang dikeluarkan, misalnya laporan pajak
dalam bentuk Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pajak, laporan-laporan kepada
badan pemerintah (seperti Bapepam) dan laporan-laporan khusus untuk
manajemen perusahaan sendiri.
Analisa dan Interpretasi
Agar berguna dalam proses pengambilan keputusan, laporan akuntansi
perlu dianalisa dan diinterpretasikan. Analisa laporan keuangan (financial
statement analysis) pada hakekatnya adalah menggabungkan angka-angka yang
terdapat dalam laporan keuangan dengan angka lain atau menjelaskan arah
perubahan (trend). Angka-angka dalam laporan keuangan akan menjadi sedikit
artinya kalau dilihat secara sendiri-sendiri. Mereka baru berarti apabila
dihubungkan dengan angka lain atau dilihat arah perubahan (trend) nya. Misalnya
bila perusahaan memperoleh laba sebesar empat juta, maka angka ini tidak dapat
memberikan informasi yang banyak. Tetapi bila angka ini dihubungkan dengan
angka lain, misalnya angka penjualan yang berjulah 100 juta, maka hubungan tadi
merupakan laba 4% dari penjualan, akan lebih bermanfaat dalam proses
pengambilan keputusan. Apalagi kalau angka laba yang telah dinyatakan dalam
pada tahun lalu, misalnya persentase laba terhadap penjualan tahun lalu adalah
8%. Maka dapat diketahui bahwa arah perubahan (trend) laba perusahaan dari 8%
pada tahun lalu menjadi 4% pada tahun sekarang, dapat lebih bermanfaat lagi
dalam proses pemgambilan keputusan.
Interpretasi laporan keuangan (financial statement interprestation)
menghubungkan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan, termasuk
hasil analisanya, dengan keputusan usaha yang akan diambil. Dari hubungan ini
dapat diambil penilaian terhadap perusahaan sehingga dapat ditarik kesimpulan
untuk pengambilan keputusan. Misalnya bila laba perusahaan tahun ini adalah 4%
dari hasil penjualan sedangkan laba pada tahun lalu adalah 8% dari penjualan,
maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan sedang mengalami perubahan
perkembangan yang kurang baik. Keputusan perlu diambil untuk mencegah
penurunan yang lebih lanjut, misalnya mengadakan promosi secara besar-besaran.
Perlu dicatat bahwa walaupun informasi akuntansi sangat membantu
dalam proses pengambilan keputusan, namun pada umumnya suatu keputusan
usaha tidak hanya berdasarkan atas informasi itu saja, tetapi juga berdasar atas
informasi di luar perusahaan itu sendiri, misalnya selera masyarakat dan keadaan
BAB III
ANALISA DAN EVALUASI
A. Sistem Akuntansi
1. Pengertian Sistem Akuntansi
Sistem ini menerangkan mengenai defenisi dari Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) secara keseluruhan, oleh karena itu penulis merasa perlu untuk
menguraikan terlebih dahulu defenisi dari masing-masing kata pembentuk dari
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) tersebut.
Menurut Mulyadi (2001 : 03), menyatakan bahwa : Sistem adalah
jaringan prosedur yang dibuat menurut pola terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.
Menurut Bodnar (2000 : 01), menyatakan bahwa : Sistem adalah suatu
kumpulan sumber daya yang berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu.
Lebih lengkapnya sistem dapat diartikan sebagai berikut :
a. Sistem terdiri dari unsur-unsur
b. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian terpadu dari sistem yang
bersangkutan
c. Unsur-unsur sistem tersebut bekerja sama untuk mencapai tujuan
sistem
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem terdiri dari
unsur-unsur atau elemen-elemen dari suatu kumpulan tertentu yang saling
berhubungan dalam rangka mencapai tujuan yang dilakukan perusahaan.
Menurut Mulyadi (2001 : 03), menyatakan bahwa : Sistem akuntansi
adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan guna memudahkan pengelolaan perusahaan.
Dengan demikian, dilihat dari defenisinya Sistem akuntansi yaitu
serangkaian transaksi perusahaan agar seragam dilengkapi dengan berbagai
prosedur, dokumen, dan jurnal yang hasilnya dalam bentuk laporan keuangan,
baik untuk keperluan internal ataupun eksternal.
2. Unsur-Unsur Sistem Akuntansi
Unsur-unsur sistem akuntansi pokok adalah formulir, catatan yang terdiri
dari jurnal, buku besar dan buku pembantu serta laporan keuangan. Berikut ini
diuraikan lanjutan pengertian dari masing-masing unsur sitem akuntansi.
Dokumen Pendukung
Dokumen Jurnal Buku Laporan
Sumber Besar Keuangan
Buku
Gambar 2. Unsur-unsur Sistem Akuntansi Pokok
Sumber: Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, STIE YKPN,
Yogyakarta
a. Formulir
Merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi.
Formulir sering disebut dengan dokumen. Karena dengan formulir ini peristiwa
yang terjadi di dalam organisasi direkam di atas secarik kertas. Formulir sering
disebut dengan istilah media, karena formulir merupakan media untuk mencatat
peristiwa yang terjadi dalam organisasi ke dalam catatan. Dengan formulir ini data
yang bersangkutan dengan transaksi direkam pertama kalinya sebagai dasar
pencatatan dalam catatan. Contoh formulir ini adalah faktur penjualan, bukti kas
keluar dan cek.
b. Jurnal
Merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat,
mengklasifikasikan dan meringkas data keuangan serta data lainnya. Seperti yang
telah disebutkan di atas, sumber informasi pencatatan dalam jurnal ini adalah
formulir. Dalam jurnal ini data keuangan untuk pertama kalinya diklasifikasikan
menurut penggolongan yang sesuai dengan informasi yang akan disajikan dalam
laporan keuangan. Dalam jurnal ini pula terdapat kegiatan peringkas data, yang
hasil peringkasannya kemudian diposting ke rekening yang bersangkutan ke
dalam buku besar. Contoh jurnal adalah jurnal penerimaan kas, pembelian,
c. Buku Besar
Terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data
keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal. Rekening-rekening dalam
buku besar ini disediakan sesuai dengan unsur informasi yang akan disajikan
dalam laporan keuangan. Rekening buku besar ini disatu pihak dapat dipandang
sebagai wadah untuk menggolongkan data keuangan, dan di lain pihak dapat
dipandang pula sebagai sumber informasi keuangan untuk penyajian laporan
keuangan.
d. Buku Pembantu
Jika data keuangan yang digolongkan dalam buku besar diperlukan
rinciannya lebih lanjut, dapat dibentuk buku pembantu. Buku ini terdiri dari
rekening-rekening pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam
rekening tertentu di buku besar. Buku besar dan buku pembantu disebut juga
sebagai catatan akuntansi akhir karena setelah data akuntansi keuangan dicatat
dalam buku besar tersebut, proses akuntansi selanjutnya adalah penyajian laporan
keuangan, bukan pencatatan lagi ke dalam akuntansi.
e. Laporan Keuangan
Hasil akhir dari proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat
berupa neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan laba ditahan, laporan harga
umur piutang, daftar hutang yang akan dibayar, daftar saldo persediaan yang
lambat penjualannya dan lain sebagainya. Dalam laporan ini berisi informasi yang
merupakan keluaran dari suatu sistem akuntansi yang berbentuk hasil cetak
komputer.
3. Tujuan Umum Sistem Akuntansi
Adapun yang menjadi tujuan dari sistem akuntansi adalah sebagai berikut :
a. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru.
b. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada,
baik mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur formasinya.
c. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu
untuk memperbaiki tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan
untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan
perlindungan kekayaan perusahaan.
B. Pengertian dan Klasifikasi Piutang 1. Pengertian Piutang
Piutang dagang atau disebut juga piutang usaha merupakan piutang atau
tagihan yang timbul dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit.
Piutang dagang biasanya diberikan penjual kepada pembeli barang dagang atau
jasa atas dasar kepercayaan, tanpa disertai dengan janji tertulis secara formal.
Selain piutang dagang, ada pula piutang yang timbul bukan dari penjualan barang
atau jasa, misalnya piutang kepada karyawan, piutang kepada pemegang saham,
Piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai
akibat dari dilaksanakannya penjualan secara kredit. Cara penjualan secara kredit
ini merupakan cara yang biasa dilakukan dalam dunia bisnis untuk merangsang
para pelanggan membeli suatu barang atau jasa.
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai piutang :
Menurut Henry Simamora (2000 : 228), menyatakan bahwa : Piutang
usaha merupakan klaim yang muncul dari penjualan barang dagang, penyerahan jasa, pemberian pinjaman dana atau jenis transakasi lainnya yang membentuk suatu hubungan dimana satu pihak berhutang kepada pihak lainnya.
Menurut Mulyadi (2002 : 87), menyatakan bahwa : Piutang merupakan
klaim pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun atau siklus kegiatan usaha.
Dari beberapa jenis pendapat yang dikemukakan di atas menunjukkan
suatu pengertian bahwa piutang merupakan tagihan kepada pihak lain sebagai
suatu perkiraan penyelesaian yang dilakukan dengan adanya penerimaan sejumlah
uang. Penagihan piutang tersebut dilakukan bila hutang tersebut telah jatuh tempo.
2. Klasifikasi Piutang
Menurut Jenisnya piutang oleh para ahli dapat dibedakan atas :
Smith, Stice, Skousen (2001 : 287) 1. Piutang dagang
Piutang dagang merupakan piutang yang timbul dari hasil aktivitas normal sebuah bisnis, yaitu penjualan kredit barang atau jasa kepada konsumen yang mungkin dibuktikan oleh janji tertulis formal untuk membayar.
Merupakan piutang yang meliputi semua tipe piutang lain yang timbul dari ragam transaksi seperti penjualan saham, pemberian pinjaman kepada karyawan, dll.
IAI (2002 : PSAK No. 9 Pasal 7)
Piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan normal perusahaan. Perusahaan yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain.
Secara umum pengelompokan piutang atas piutang usaha dan piutang
lain-lain adalah diterima, baik dikalangan praktisi dan akademisi. Piutang usaha
dinyatakan meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau
penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha
umumnya tidak diperkuat dengan janji tertulis secara formal. Piutang yang
diperkuat dengan janji disebut wesel tagih. Sedangkan transaksi-transaksi yang
timbul di luar kegiatan normal perusahaan digolongkan atas piutang lain-lain.
C. Sistem Akuntansi Piutang 1. Penilaian Piutang
Piutang dagang yang timbul dari penjualan barang dan jasa secara kredit
pada dasarnya harus dicatat dalam neraca menurut nilai bersih yang dapat
direalisasikan. Penanganan piutang sebenarnya telah dimulai sejak diputuskannya
pelaksanaan penjualan kredit sampai pengumpulan piutang tersebut. Kesalahan
perusahaan, dimana semakin banyak dana yang tertanam pada piutang yang
selanjutnya maka akan menghambat kelancaran kegiatan perusahaan.
Untuk tujuan pelaporan, piutang dinilai sebesar jumlah yang diharapkan
dapat diterima. Jumlah ini belum tentu sama dengan jumlah yang secara formal
tercantum sebagai piutang. Perbedaan disebabkan perusahaan telah megurangkan
jumlah piutangnya, penyisihan terhadap piutang-piutang yang tidak akan tertagih.
Piutang- piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih dibebankan sebagai biaya.
Dengan dasar penilaian ini, piutang dilaporkan sesuai dengan jumlah yang
diharapkan akan diterima dari piutang yang bersangkutan. Konsep penilaian yang
demikian menunjukkan bahwa aktiva harus dinilai sebesar manfaat yang akan
diterima di masa yang akan datang.
Karena setiap periode piutang perusahaan akan disusun, maka setiap akhir
tahun perlu dihitung jumlah kerugian piutang. Kerugian ini timbul karena adanya
beberapa piutang yang tidak dapat ditagih. Apabila piutang tidak dapat ditagih
pada saat jatuh tempo maka tingkat keraguan atas tertagih tidaknya piutang
tersebut semakin besar. Tidak tertagihnya piutang merupakan kerugian yang
biasanya dicatat sebagai biaya kerugian piutang.
Pada dasarnya terdapat 3 cara untuk menaksir jumlah penyisihan piutang
tak tertagih atau beban kerugian piutang.
Menurut pendekatan ini jumlah kerugian piutang ditentukan sekian persen
dari jumlah penjualan. Bisa dari penjualan kotor, maupun dari penjualan bersih.
Jadi dalam hal ini yang ditekankan adalah jumlah kerugian piutangnya, bukan
cadangannya.
b. Pendekatan Neraca (Balance Sheet Approach)
Menurut pendekatan ini jumlah cadangan kerugian piutang ditentukan
sekian persen dari saldo piutang dagang. Bisa dari saldo awal, saldo akhir atau
saldo piutang dagang rata-rata. Jadi dalam hal ini yang ditekankan adalah
cadangannya bukan kerugiannya
Besarnya persentase kerugian piutang dari saldo piutang dapat dihitung
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang terjadi di masa lalu, yaitu dengan cara
membandingkan jumlah yang tidak tertagih dalam tahun yang bersangkutan
dengan saldo piutang dagang pada akhir periode yang bersangkutan.
Dalam pendekatan neraca sering juga dikenal cara ”Analisis Umur Piutang”
Dalam analisis ini debitur dikelompokkan ke masing-masing umur piutang
tersebut. Dari masing-masing kelompok ditentukan persentase kemungkinan tidak
membayar. Logikanya persentase kerugian untuk debitur yang menunggak akan
lebih besar dibandingkan dengan yang belum menunggak
Penggolongan umur piutang dan besarnya persentase kerugian
Tabel 5. Contoh Umur Piutang Dagang
Golongan Umur Piutang % Kerugian
Belum jatuh tempo
Telah jatuh tempo:
- Lewat dari 1 – 30 hari
- Lewat dari 31 – 60 hari
- Lewat dari 60 – 90 hari
- Lewat dari 90 hari
0.5
2
5
10
20
Secara teoritis ada dua metode dalam mengakui dan mencatat kerugian piutang
yaitu:
1. Metode Langsung (Direct Write Off Method)
Yaitu suatu cara dimana pencatatan kerugian yang timbul dari tidak
tertagihnya piutang dilakukan pada saat piutang yang bersangkutan, diputuskan
untuk dihapus. Menurut metode ini tidak dibuat transaksi piutang yang tidak
tertagih, tetapi pada saat piutang benar-benar dinyatakan tidak dapat ditagih oleh
perusahaan, pada saat itu langsung dihapuskan dengan ayat jurnal sebagai berikut:
Kerugian piutang xxx
Piutang dagang xxx
Apabila suatu saat piutang yang telah dihapuskan dapat tertagih maka akan
kembali dibuat jurnal sebagai berikut:
Biaya piutang tak tertagih xxx
Dan jurnal untuk mencatat penerimaan uang dari piutang dagang yang telah
dihapus adalah sebagai berikut:
Kas xxx
Piutang dagang xxx
Metode ini dilakukan oleh perusahaan yang kecil atau perusahaan yang
tidak menaksir piutang tak tertagih. Metode ini bertentangan dengan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia. Karena piutang yang dinyatakan
sebesar jumlah bruto adalah tagihan dikurangi dengan transaksi yang tidak dapat
diterima. Kelemahan metode ini adalah:
a. Tidak mencoba untuk membebankan adanya kerugian piutang yang timbul
dari penjualan kredit sebagai biaya dalam periode dimana penjualan itu
terjadi.
b. Piutang dagang disajikan dalam neraca tidak menggambarkan nilai
realisasinya, karena pada periode ini tidak dibentuk cadangan penghapusan
piutang sebagai rekening penilaian terhadap piutang.
Kelebihan dari metode ini yaitu mudah dan tidak banyak masalah terutama yang
berhubungan dengan penentuan besarnya kerugian piutang.
2. Metode Cadangan (Allowance Method)
Dalam metode ini, pencatatan kerugian dilakukan pada akhir periode
umunya menentukan jumlah tertentu dari piutang dagang yang diperkirakan tidak
akan tertagih. Pencadangan menyisihkan diluka untuk tagihan yang tidak dapat
tertagih dikemudian hari, lalu dicatat dengan ayat jurnal penyesuaian pada akhir
periode fiskal.
Dalam hal penilaian piutang metode yang digunakan oleh Koperasi Akar
Bakti Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus Medan sudah cukup baik, yaitu
dengan metode penyisihan. Dimana maksud dan tujuan dari pembukuan
penyisihan untuk piutang :
a. Untuk membebankan kerugian atas penyisihan barang dan jasa pada para
pelanggan yang kemungkinan tidak dapat ditagih dengan alasan apapun.
b. Untuk menunjukkan nilai taksiran atas piutang dagang yang dapt direalisir,
sehingga lebih dapat mencerminkan posisi yang sebenarnya.
Untuk penyajian piutang ke dalam laporan keuangan yaitu di daftar neraca
pada Koperasi Akar Bakti Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus Medan
menyajikan sebesar nilai realisasinya, yang diambil atas dasar jumlah piutang
yang diakui oleh koperasi saat memperoleh piutang, setelah disesuaikan dengan
transaksi yang terjadi. Dan hal ini juga telah sesuai dengan teori yang ada, yang
mengatakan bahwa piutang dagang yang timbul dari penjualan barang dan jasa
2. Prosedur Piutang
Prosedur piutang dimulai dengan diterimanya tembusan faktur penjualan
dan di akhiri dengan dibuatnya surat pernyataan piutang dan daftar analisa umur
piutang. Prosedur piutang merupakan prosedur akuntansi untuk mencatat
timbulnya piutang sehingga hanya melibatkan bagian piutang. Pada umumnya
fungsi bagian piutang dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Membuat catatan piutang yang dapat menunjukkan jumlah-jumlah piutang
kepada tiap-tiap debitur. Catatan ini disusun sedemikian rupa sehingga dapat
diketahui sejarah kredit tiap-tiap debitur, jumlah maksimal kredit dan
keterangan-keterangan lain yang diperlukan. Karena bagian kredit bertugas
untuk menyetujui setiap penjualan kredit maka catatan yang dibuat oleh
bagian piutang ini akan menjadi dasar bagian kredit untuk mengambil
keputusan. Oleh karena itu, catatan piutang harus dapat menunjukkan
informasi-informasi yang dibutuhkan oleh bagian kredit.
b. Menyiapkan dan megirimkan surat pernyataan piutang. Surat pernyataan
piutang ini dapat dibuat dalam beberapa bentuk, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Karena bentuknya bermacam-macam dan tiap-tiap bentuk
mempunyai hubungan yang erat dengan prosedur penyusunannya, maka perlu
dipertimbangkan bentuk mana yang akan dipilih dan disesuaikan dengan
c. Membuat daftar analisa umur piutang setiap periode. Daftar ini dapat
digunakan untuk menilai keberhasilan kebijaksanaan kredit yang dijalankan,
dan juga sebagai dasar untuk membuat bukti memo untuk mencatat kerugian
piutang.
Informasi pencatatan piutang bertujuan untuk mencatat mutasi piutang
perusahaan kepada debitur. Mutasi piutang terjadi disebabkan oleh adanya
transaksi penjualan kredit, penerimaan kas dari debitur, retur penjualan dan
penghapusan piutang. Dalam akuntansi piutang secara periodik dihasilkan
pernyataan piutang yang dikirimkan kepada setiap debitur. Pernyataan piutang ini
merupakan unsur pengendalian dengan menggunakan tanggapan yang diterima
dari debitur, dari pengiriman surat pernyataan tersebut.
Daftar umur piutang ini merupakan laporan yang dihasilkan dari kartu
piutang. Dalam sistem akuntansi piutang, pernyataan piutang merupakan salah
satu keharusan yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi piutang
perusahaan kepada debitur. Pernyataan piutang adalah formulir yang menyajikan
jumlah kewajiban debitur pada tanggal tertentu dan disertai rinciannya.
Berdasarkan data yang didapat menunjukkan bahwa prosedur yang ada
pada Koperasi Akar Bakti Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus Medan
sudah cukup memadai karena prosedur piutang dari awal pengakuan akan adanya
piutang hingga pada akhirnya menerima piutang tersebut dijalani sesuai dengan
fungsinya masing-masing, yaitu dengan adanya proses pembuatan rekening
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa prosedur piutang dimulai dari
diterimanya tembusan faktur penjualan secara kredit dan di akhiri dengan
dibuatnya surat pernyataan piutang pada daftar analisa umur piutang. Prosedur
piutang merupakan prosedur akuntansi untuk mencatat timbulnya piutang
sehingga hanya melibatkan bagian piutang. Pada umumnya fungsi bagian piutang
dapat digolongkan menjadi 3 bagian yaitu, membuat catatan piutang yang dapat
menunjukkan jumlah-jumlah piutang kepada tiap-tiap debitur, memyiapkan dan
mengirimkan surat pernyataan piutang dan membuat daftar analisa umur piutang
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian di atas yang telah dikemukakan pada bab-bab
terdahulu, maka dengan ini penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
a. sistem akuntansi piutang pada Koperasi Akar Bakti Lembaga Pendidikan
Perkebunan Kampus Medan dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tahap
penilaian dengan prosedur piutang.
b. Sistem akuntansi piutang pada Koperasi Akar Bakti Lembaga Pendidikan
Perkebunan Kampus Medan juga menggunakan metode penaksiran
kerugian piutang yaitu dengan cara persentase atau pendekatan neraca dan
umur piutang.
c. Di bidang organisasi dan manajemennya sudah melaksanakan rencana
kerja organisasi dengan cukup baik, dan hubungan antara pengurus,
pengawas dan anggota koperasi sudah berjalan dengan cukup baik pula.
B. Saran
a. Jika ingin ada peningkatan dan pengembangan dalam Koperasi Akar Bakti
Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus Medan, disarankan agar
sebelumnya, yang sudah cukup sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia
serta tidak keluar jalur dari Rencana Kerja dan Anggaran Dasar yang telah
ditetapkan
b. Jika ingin diadakan pemilihan pengurus yang baru, hendaknya dipilih
orang yang sesuai kemampuannya dengan jabatan dan kedudukan yang
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sukrisno, 2000, Auditing (Penerbit Akuntan), Edisi dua, Cetakan Dua,
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta
Bodnar, George N, 2000, Sistem Informasi Akuntansi, Buku Satu, Penerjemah
Amir Abadi Jusuf, Salemba Empat, Jakarta
Hendroyogi, 2002, Koperasi, Azas-azas, Teori dan Praktek, Edisi Revisi, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta
Ikatan Akuntan Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba
Empat, Jakarta
Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, STIE YKPN, Yogyakarta
_______, 2002, Auditing, Edisi Keenam, Salemba Empat, Jakarta
Sugiyono, 2003, Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung
Simamora, Henry, 2000, Akuntansi: Basis Pengambilan Keputusan Bisnis,
Salemba Empat, Jakarta
Smith, Stice, Skousen, 2001, Akuntansi Intermediate, Buku Satu, Edisi 14,
Salemba Empat, Jakarta
Warren, Reeve, and Fees, 2005, Pengantar Akuntansi, Penerjemah Aria
Farahmita dan Taufik Hendrawan, Edisi 21, Jilid I, Salemba Empat,