• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tingkat Kepuasan Buruh Di Perkebunan Terhadap Sistem Pengupahan (Studi Kasus: PT.SOCFINDO Kebun Matapao Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Tingkat Kepuasan Buruh Di Perkebunan Terhadap Sistem Pengupahan (Studi Kasus: PT.SOCFINDO Kebun Matapao Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Tingkat Kepuasan Buruh Di Perkebunan Terhadap

Sistem Pengupahan

(Studi Kasus: PT.SOCFINDO Kebun Matapao Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH :

Novia Natalia Sembiring

070309026

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN BURUH DI PERKEBUNAN

TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN

(Studi Kasus: PT.SOCFINDO Kebun Matapao Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH :

NOVIA NATALIA SEMBIRING

070309026

PKP

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Melakukan Penelitian di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. A.T. Hutajulu, MS) (Ir. Hj. Lily Fauzia, MSi) NIP: 194606181980032001 NIP: 196308221988032003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

RINGKASAN

Novia Natalia Sembiring (070309026) dengan judul “Analisis Tingkat Kepuasan Buruh di Perkebunan Terhadap Sistem Pengupahan”. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011 dan dibimbing oleh Ir. A.T. Hutajulu MS, dan Ir.H. Lily Fauzia, MSi.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk mengetahui sistem pengupahan buruh perkebunan PT SOCFINDO Kebun Matapao, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan buruh perkebunan di PT SOCFINDO Kebun Matapao dan mengetahui tingkat kepuasan buruh perkebunan PT SOCFINDO Kebun Matapao.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode proportional random sampling yaitu berdasarkan buruh di setiap divisi perkebunan dan setiap buruh memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel di daerah penelitian dan juga supaya sampel terwakili dari semua populasi. Populasi yang dijadikan sampel adalah para buruh yang bekerja di setiap divisi perkebunan di PT SOCFINDO Kebun Matapao sebanyak 505 orang dan jumlah sampel yang ditetapkan sebanyak 30 orang. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Dari hasil penelitian yang diperoleh adalah Sistem Pengupahan di PT SOCFINDO Kebun Matapao belum sesuai dengan peraturan secara umum, karena baru 75 % yang sesuai dengan peraturan sementara 25 % menyangkut komponen upah/gaji pokok masih belum sesuai dengan peraturan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan buruh perkebunan terhadap sistem pengupahan yang menyangkut jaminan yakni Jaminan kesehatan dan kecelakaan kerja yang diberikan perusahaan cukup memuaskan,Jaminan tempat tinggal atau perumahan yang diberikan perusahaan bagi para buruh yang cukup memadai dan layak huni, Jaminan pakaian kerja yang diberikan perusahaan yang sesuai dengan standar keamanan dalam bekerja dan cukup memuaskan, Jaminan kesegaran Jasmani dan Rohani yang diberikan PT SOCFINDO Kebun Matapao kepada buruh cukup memuaskan, Jaminan Cuti, mudah pengurusan dan harus dilaksanakan dan gaji tetap diberikan dan Tingkat kepuasan buruh terhadap sistem pengupahan di perkebunan PT SOCFINDO Kebun Matapao adalah tinggi dengan skor 50,75.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Novia Natalia Sembiring lahir pada tanggal 10 Januari 1989 di Matapao

sebagai anak ke 2 dari 4 bersaudara dari pasangan Maju Sembiring dan Suasti

Ginting, S.Pd.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar SDN 102008 Matapao dan tamat tahun

2001

2. Tahun 2001 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP N 1 Teluk Mengkudu dan tamat tahun

2004

3. Tahun 2004 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA N 1

Perbaungan dan tamat tahun 2007

4. Tahun 2007 diterima sebagai mahasiswa Universitas Sumatera Utara di

Program Studi Agribisnis dan lulus tahun 2011

5. Bulan Juni 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Bagan

Baru , Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

6. Bulan Mei 2011 melaksanakan penelitian di desa Matapao, Kecamatan

Teluk Mengkudi, Kabupaten Serdang Bedagai.

Selama menjadi mahasiswa penulis terlibat dalam organisasi IMASEP

(Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian), IMKA (Ikatan Mahasiswa

Karo) Mbuah Page dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen (UKM KMK)

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan kasihNYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Tingkat Kepuasan Buruh di Perkebunan Terhadap Sistem Pengupahan”. Penelitian ini dilakukan di desa Matapao, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Salmiah, MS sebagai ketua Program Studi Agribisnis

2. Ibu Ir. A.T Hutajulu, MS selaku ketua komisi pembimbing yang telah

memberikan arahan, bimbingan dan motivasi untuk mengerjakan skripsi

3. Bapak Ir.H.Lily Fauzia, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang

telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan motivasi untuk

mengerjakan skripsi

4. Seluruh Staff pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis

khususnya di Fakultas Pertanian umumnya

5. Bapak Kepala desa Matapao yang telah mendukung penulis dalam

penyelesaian skripsi ini

6. Para buruh sampel yang telah memberikan waktu dan kesempatan pada

penulis selama penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini

Terimakasih terbesar penulis ucapkan kepada Ayahanda Maju Sembiring

(6)

terima kasih untuk pembaca dan semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua

Terima kasih juga buat Kel. Gracia Damanik, Nugraha Sembiring, Frans Agape

Sembiring, Afra Ginting dan keluarga besar Sembiring dan Ginting.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada KTB JoyFull Girl

(Pransiska I.A. Simatupang, Martiana Laia, Meylani, ), PKK (K’June), dan

adek-adek KK Serafim (Donni Siregar, Mikael Ginting, Lintong Sinaga dan Erikson

Purba).

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih untuk pembaca semoga

skripsi ini bermanfaat untuk kita semua. Segala kemuliaan bagi Raja di atas segala

Raja.

(7)

DAFTAR ISI

RINGKASAN……….i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 6

Tujuan Penelitian ... 7

Kegunaan Penelitian ... 7

TINJAUANPUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka ... 8

Landasan Teori... 9

Kerangka Pemikiran ... 16

(8)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20

Metode penentuan Sampel... 20

Metode Pengumpulan Data ... 21

Metode Analisis Data ... 22

Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi ... 24

Batasan Operasional ... 25

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian Sejarah Perkebunan PT SOCFINDO Kebun Matapao ... 26

Lokasi dan Luas PT SOCFINDO Kebun Matapao ... 27

Keadaan Penduduk ... 29

Sarana dan Prasarana... 33

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Buruh Sampel Jenis Kelamin Sampel ... 35

Usia Sampel ... 36

Tingkat Pendidikan Sampel. ... 37

(9)

Lama Bekerja ... 39

Jabatan Kerja ... 39

Sistem Pengupahan Buruh di PT SOCFINDO Kebun Matapa

Upah dalam Bentuk Uang dan Natura ... 41

Upah dalam Bentuk Jaminan ... 45

Tingkat Kepuasan Buruh Terhadap Sistem Pengupahan di PT SOCFINDO Kebun Matapao

Upah dalam Bentuk Uang ... 49

Upah dalam Bentuk Jaminan ... 50

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 58

Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Skoring ... 57

2. Identitas Buruh Sampel ... 35

3. Jenis Pekerjaan Sampel ... 35

4 Upah/Gaji Pokok ... 41

5. Catu Beras ... 41

6. Pemberian Cuti ... 55

7. Jaminan Tempat Tinggal atau Perumahan ... 53

8. Jaminan Pakaian Kerja ... 52

9. Jaminan Kesegaran Jasmani dan Rohani ... 51

(11)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin ... 4

2. Perbandingan Pelaksanaan Upah Lembur ... 13

3. Jumlah Buruh Berdasarkan Divisi Pekebunan ... 21

4. Spesifikasi Pengumpulan Data ... 32

5. Parameter dan Kriteria Tingkat Kepuasan Buruh ... 23

6. Kebun PT SOCFINDO yang Terletak di Sumatera ... 27

7. Keadaan Penduduk... 30

8. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 30

9. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian ... 31

10.Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 32

11.Sarana dan Prasarana ... 33

12.Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35

13.Distribusi Sampel Berdasarkan Usia ... 36

14.Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 37

15.Distribusi Sampel Berdasarkan Status Perkawinan ... 38

16.Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Bekerja ... 39

17.Distribusi Jumlah Sampel Berdasarkan Gaji Pokok ... 40

18.Besarnya Upah dalam Bentuk Uang yang Diterima Buruh Setiap Bulan .... 41

19.Jumalah Beras yang Diterima Buruh ... 42

20.Besarnya Bonus dan THR yang Diterima Buruh Setiap Tahun ... 44

(12)

22.Frekuensi Buruh Berdasarkan Skoring Upah Natura... 49

23.Frekuensi Buruh Berdasarkan Skoring Jaminan K3 ... 50

24.Frekuensi Buruh Berdasarkan Skoring Jaminan Perumahan ... 51

25.Frekuensi Buruh Berdasarkan Skoring Jaminan Pakaian Kerja dan

Peralata Kerja ... 52

26.Frekuensi Buruh Berdasarkan Skoring Jaminan Kesegaran Jasmani dan Rohani ... 54

27.Frekuensi Buruh Berdasarkan Skoring Jaminan Cuti ... 55

(13)

RINGKASAN

Novia Natalia Sembiring (070309026) dengan judul “Analisis Tingkat Kepuasan Buruh di Perkebunan Terhadap Sistem Pengupahan”. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011 dan dibimbing oleh Ir. A.T. Hutajulu MS, dan Ir.H. Lily Fauzia, MSi.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk mengetahui sistem pengupahan buruh perkebunan PT SOCFINDO Kebun Matapao, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan buruh perkebunan di PT SOCFINDO Kebun Matapao dan mengetahui tingkat kepuasan buruh perkebunan PT SOCFINDO Kebun Matapao.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode proportional random sampling yaitu berdasarkan buruh di setiap divisi perkebunan dan setiap buruh memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel di daerah penelitian dan juga supaya sampel terwakili dari semua populasi. Populasi yang dijadikan sampel adalah para buruh yang bekerja di setiap divisi perkebunan di PT SOCFINDO Kebun Matapao sebanyak 505 orang dan jumlah sampel yang ditetapkan sebanyak 30 orang. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Dari hasil penelitian yang diperoleh adalah Sistem Pengupahan di PT SOCFINDO Kebun Matapao belum sesuai dengan peraturan secara umum, karena baru 75 % yang sesuai dengan peraturan sementara 25 % menyangkut komponen upah/gaji pokok masih belum sesuai dengan peraturan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan buruh perkebunan terhadap sistem pengupahan yang menyangkut jaminan yakni Jaminan kesehatan dan kecelakaan kerja yang diberikan perusahaan cukup memuaskan,Jaminan tempat tinggal atau perumahan yang diberikan perusahaan bagi para buruh yang cukup memadai dan layak huni, Jaminan pakaian kerja yang diberikan perusahaan yang sesuai dengan standar keamanan dalam bekerja dan cukup memuaskan, Jaminan kesegaran Jasmani dan Rohani yang diberikan PT SOCFINDO Kebun Matapao kepada buruh cukup memuaskan, Jaminan Cuti, mudah pengurusan dan harus dilaksanakan dan gaji tetap diberikan dan Tingkat kepuasan buruh terhadap sistem pengupahan di perkebunan PT SOCFINDO Kebun Matapao adalah tinggi dengan skor 50,75.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu

diragukan lagi. GBHN pun telah memberikan amanat bahwa prioritas

pembangunan diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat

pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan

produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri,

meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan

kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha (Soekartawi,1995).

Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan

sektor pertanian termasuk tanaman perkebunan sebagai sektor pertanian yang

terletak di daerah tropis sekitar khatulistiwa. Indonesia memiliki tanah yang

mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

kondisi iklim yang memenuhi persyaratan tumbuh tanaman, dan curah hujan

rata-rata/tahun yang cukup tinggi. Semua kondisi ini merupakan faktor-faktor ekologis

yang cukup baik untuk membudidayakan tanaman perkebunan (Rahardi,1995).

Sub sektor perkebunan merupakan sub sektor pertanian yang secara

tradisional merupakan salah satu penghasil devisa negara. Hasil-hasil perkebunan

yang selama ini telah menjadi komoditi ekspor adalah karet, sawit, teh, kopi dan

(15)

sedangkan sisanya diusahakan oleh perkebunan besar baik milik pemerintah

maupun swasta (Loekman, 1998).

Kelapa sawit di Indonesia dewasa ini merupakan komoditas primadona,

luasnya terus berkembang dan tidak hanya merupakan monopoli perkebunan

besar negara atau perkebunan besar swasta. Saat ini perkebunan rakyat sudah

berkembang pesat. Perkebunan kelapa sawit yang semula hanya di Sumatera

Utara dan Daerah Istimewa Aceh saat ini sudah berkembang di beberapa propinsi

antara lain : Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Riau,

Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,

Irian Jaya, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara dan Jawa Barat

(Syamsul, 1996).

Perusahaan adalah semua jenis kegiatan yang berbentuk usaha dengan atau

tanpa badan hukum, yang menggunakan atau mempekerjakan buruh/pekerja untuk

menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan memperoleh keuntungan. Skala

usaha perusahaan dapat dikelompokkan sebagai usaha besar, menengah dan kecil

(Nasution, 2005).

Karyawan atau sumber daya manusia (SDM) merupakan satu-satunya aset

perusahaan yang bernafas atau hidup disamping aset-aset lain yang tidak bernafas

atau bersifat kebendaan seperti modal, bangunan gedung, mesin, peralatan kantor,

persediaan barang dan sebagainya. Keunikan aset SDM ini mensyaratkan

pengelolaan yang berbeda dengan aset lain, sebab aset ini memiliki pikiran,

(16)

Sesuai dengan tujuan perusahaan perkebunan memperoleh kerja efisien,

maka pola rekrutmen sistem kerja dan pengawasan dirancang sedemikian rupa

untuk menghambat mobilitas sosial sehingga menciptakan kondisi ketergantungan

yang tinggi kepada perusahaan perkebunan. Pengawasan yang otoriter-represif,

pemukiman relatif terisolasi dari pusat peradaban dan permukiman tertutup dari

pengaruh luar, menekan upah yang serendah-rendahnya agar mereka selalu

berhutang merupakan paket kondisi kerja buruh yang menghambat mobilitas

buruh (Situmorang, 2008).

Buruh/pekerja adalah orang yang bekerja dan secara formal mempunyai

hubungan kerja sah dengan perusahaan dan menerima upah dari perusahaan.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, pekerja/buruh diikat oleh

suatu ikatan kerja yang disepakati bersama antara pekerja/buruh dan pengusaha,

dimana kedua belah pihak berkewajiban untuk menaati dan mematuhi semua

ketentuan yang telah disepakati. Buruh harus memiliki kesadaran yang objektif

atas pekerjaannya. Dengan demikian kerja bukan hanya semata-mata objektivitas

diri manusia untuk mengangkat harga diri dan martabatnya, tetapi juga kesadaran

dan eksistensinya (Nasution, 2005).

Bermacam-macam kegiatan dalam proses produksi membedakan tenaga

kerja/buruh berdasarkan jenis kelamin. Tenaga kerja pria mengerjakan pekerjaan

lebih berat seperti pengolahan tanah dan mengangkut hasil panen, sebaliknya

tenaga kerja wanita mengerjakan pekerjaan yang lebih ringan seperti penyiangan.

Tingkat partisipasi kerja wanita lebih rendah bila dibandingkan dengan pria hal ini

(17)

lebih rendah dibandingkan kaum pria. Hal ini juga dapat di lihat pada tabel 1

dibawah ini.

Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin di Seluruh Kebun PT SOCFINDO.

Kebun Buruh Jumlah

Sumber : Kantor Besar PT SOCFINDO tahun 2010

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja pria lebih besar

(18)

partisipasi kerja antara pria dan wanita kurang lebih 1:8 dari jumlah keseluruhan

tenaga kerja di setiap kebun.

Pengembangan profesionalisme tenaga kerja adalah merupakan syarat

utama untuk menjawab tantangan pengembangan dunia usaha dan industri yang

bersifat kompetitif dalam era globalisasi. Peningkatan kualitas SDM dilakukan

melalui berbagai jalur, diantaranya melalui pendidikan, pelatihan serta

pengembangan di tempat kerja. Pendidikan merupakan jalur peningkatan kualitas

SDM yang lebih menekankan pada pembentukan kualitas dasar, misalnya

keimanan ketaqwaan, kepribadian, kecerdasan, kedisiplinan, kreatifitas dan

sebagainya. Sedang pelatihan lebih menekankan pada pembentukan dan

pengembangan profesionalisme dan kompetisi. Sementara itu pengembangan di

tempat kerja merupakan jalur pemantapan aplikasi kompetisi SDM untuk

menghasilkan produktivitas yang tinggi (Sinuraya, 2001).

Namun, pengelolaan SDM yang tradisional biasanya terpusat pada

pelaksanaan kegiatan perekrutan, seleksi dan pengujian, penempatan,

pengupahan, pelatihan transport, promosi serta berbagai tindakan kepegawaian

yang lain. Pengorganisasian kerap kali juga menjadi tugas dari pengelola SDM.

Bila dikaji secara seksama, maka fokus manajemen SDM yang tradisional adalah

pada kepentingan perusahaan. Tugasnya adalah mengusahakan para pekerja agar

dapat menjadi sember daya produksi yang efektif (Sinuraya, 2001).

Para ekonom kapitalistik memandang buruh yang bekerja dalam proses

produksi sama dengan menyewakan dirinya secara utuh pada majikan. Dengan

(19)

juga menjual atau menyewakan dirinya dalam jangka waktu tertentu. Nilai baru

yang di tambahkan buruh terhadap barang tidak kemudian dikembalikan kepada

buruh sebagai ganti kontribusi yang diberikan pada buruh adalah sebatas besaran

biaya produksi dirinya. Biaya produksi buruh yang kemudian diberikan pemberi

kerja merupakan nilai yang diberi perusahaan agar buruh sekedar dapat dan

sanggup bekerja dan inilah yang kemudian dinamakan upah minimum seperti

yang diberlakukan selama ini (Sudjana, 2002).

Dari uraian di atas tidak dapat dipungkiri bahwa buruh/tenaga kerja

memang merupakan salah satu faktor produksi yang sangat dibutuhkan oleh

perusahaan perkebunan disamping tanah, modal dan manajemen. Pengkajian

mengenai upah buruh perkebunan di Indonesia menjadi sangat penting. Agar

buruh mendapat penghidupan yang layak maka upah yang diterima oleh buruh

dari perkebunan atau perusahaan dimana ia bekerja harus mampu memenuhi

kebutuhan keluarganya. Namun, tingkat upah buruh dewasa ini belum dapat

memenuhi kehidupan yang layak, terlihat kesenjangan yang jauh berbeda antar

kinerja buruh yang tinggi dengan upah yang rendah dan Apakah buruh juga

mendapat kepuasan terhadap upah yang diterimanya. Hal inilah yang menjadi

latar belakang penulis untuk melakukan riset tentang tingkat kepuasan buruh

perkebunan terhadap sistem pengupahan. Dengan menetapkan buruh perkebunan

PT SOCFINDO Kebun Matapao sebagai objek penelitian.

Identifikasi Masalah

(20)

PT SOCFINDO Kebun Matapao, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

tingkat kepuasan buruh perkebunan di PT SOCFINDO Kebun Matapao, dan

bagaimana tingkat kepuasan buruh perkebunan PT SOCFINDO Kebun Matapao.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka tujuan penelitian dapat dirumuskan

sebagai berikut untuk mengetahui sistem pengupahan buruh perkebunan PT

SOCFINDO Kebun Matapao, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat kepuasan buruh perkebunan di PT SOCFINDO Kebun Matapao dan

mengetahui tingkat kepuasan buruh perkebunan PT SOCFINDO Kebun Matapao.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi para

pengambil keputusan (policy maker) di PT SOCFINDO khususnya Kebun Matapao dalam rangka memperhatikan tingkat Kepuasan buruh perkebunan

khususnya dalam sistem pengupahan, dan sebagai bahan informasi dan referensi

(21)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI ,

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia pada tahun 1848 dan mulai

dibudidayakan secara komersial dalam bentuk perusahaan perkebunan pada tahun

1911. Dalam perkembangannya, melalui salah satu produknya, yaitu minyak

kelapa sawit, kelapa sawit mampu menggantikan peran kelapa (Cocos nucifera) sebagai sumber bahan baku/mentah bagi industri pangan maupun non pangan di

dalam negeri dan ditetapkan sebagai salah satu primadona ekspor non migas

Indonesia yang sangat dinantikan sumbangsih pemasukan devisanya

(Tim Penulis, 1992).

Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit memegang

peranan yang cukup strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang

cerah sebagai sumber devisa. Di samping itu kelapa sawit merupakan bahan baku

utama minyak goreng yang banyak dipakai di seluruh dunia, sehingga secara

terus-menerus mampu pula menciptakan kesempatan kerja yang luas dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Rizsa, 1995).

Banyak faktor yang dapat dijadikan penentu dalam membentuk kadar dan

kualitas SDM. Dalam hal ini faktor yang paling utama adalah pendidikan, karena

(22)

tenaga kerja manusia yang berlebihan sebagai kekuatan pembangunan atau labour intensive dan menghindari terusirnya tenaga kerja akibat penggunaan teknologi yang belum mampu digunakan secara efisien (Soemartojo, 1993).

Peranan SDM dalam pembangunan tercermin pada jumlah angkatan kerja

dari tahun ke tahun yang selalu meningkat. Berdasarkan data dari kantor Menteri

Negara Kependudukan tahun 1995, tercatat di tahun 1990 sebanyak 74 juta orang.

Pada tahun 2005 jumlah tersebut meningkat menjadi 112 juta orang dan pada

tahun 2020 diperkirakan sebanyak 147 juta orang pekerja. Dari angka-angka

tersebut terlihat ada peningkatan persentasi rata-rata sekitar 2,26 % per tahun

(Sinuraya, 2001).

Peningkatan kualitas pekerja yang tercermin atas tingkat pendidikan

rata-rata yang semakin membaik, memberi dampak positif terhadap produktivitas

tenaga kerja. Begitu pula dalam upaya peningkatan keterampilan dan pelatihan

tenaga kerja yang disertai penerapan teknologi yang sesuai, berdampak pula

terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja (Subri, 2002).

Landasan Teori

Kondisi pengupahan di Indonesia selama ini boleh dikatakan tidak

mengalami perubahan yang signifikan terhadap perubahan nasib buruh menjadi

lebih baik. Pada sisi kebijakan, perubahan pengupahan selama puluhan tahun

tidak mampu mendongkrak kesejahteraan buruh menjadi lebih tinggi

dibandingkan masa-masa ketika regulasi kebijakan perburuhan belum menjadi

prioritas pemerintah. Malah yang terjadi saat ini, sistem pengupahan yang

(23)

kepentingan buruh dalam memperbaiki kondisi buruh, namun lebih pada

kepentingan pengusaha ataupun investasi secara umum (Hutabarat, 2006).

Bentuk-bentuk pengupahan ialah disamping upah berupa uang, juga

termasuk komponen tunjangan dan jaminan lainnya. Upah berbentuk uang terdiri

dari upah pokok, upah tunjangan keluarga dan tunjangan jabatan, termasuk

jaminan-jaminan antara lain : jaminan kesehatan dan kecelakaan kerja, jaminan

pensiun, jaminan tempat tinggal atau perumahan, jaminan konsumsi/makan di

tempat kerja, jaminan pakaian kerja, jaminan kesegaran jasmani dan rohani

(Sulaiman, 2008)

Agar pegawai dan pekerja yang menerima gaji atau upah merasa puas,

maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pemberian gaji dan upah sebagai berikut :

1. Gaji atau upah yang diberikan harus cukup untuk hidup pegawai dan

keluarganya. Dengan kata lain, besarnya gaji dan upah harus memenuhi

kebutuhan pokok minimum.

2. Pemberian gaji atau upah harus adil, artinya besar kecilnya upah tergantung

pada berat ringannya kewajiban tanggung jawab yang dibebankan kepada

pegawai yang bersangkutan. Pegawai yang pekerjaannya sulit, tanggung

jawabnya berat, harus diberi gaji atau upah yang lebih banyak dari pada

pegawai lain yang kewajiban dan tanggung jawabnya lebih ringan. Salah satu

cara untuk menyusun skala gaji atau upah yang adil adalah dengan membuat

(24)

3. Gaji atau upah harus diberikan tepat pada waktunya. Gaji atau upah yang

terlambat diberikan dapat mengakibatkan kemarahan dan rasa tidak puas

pegawa, yang pada gilirannya akan dapat mengurangi produktivitas pegawai.

4. Besar kecilnya gaji atau upah harus mengikuti perkembangan harga pasar. Hal

ini perlu diperhatikan, karena yang penting bagi pegawai bukan banyaknya

uang yang diterima, tetapi berapa banyak barang dan jasa yang dapat

diperoleh dengan gaji atau upah tersebut. Jadi yang penting adalah gaji atau

upah ril bukan gaji atau upah nominal.

5. Sistem pembayaran gaji atau upah harus mudah dipahami dan dilaksanakan,

sehingga pembayaran dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat.

6. Perbedaan dalam tingkat gaji atau upah harus didasarkan atas evaluasi jabatan

yang objektif

7. Struktur gaji atau upah harus ditinjau kembali dan kemungkinan harus

diperbaiki apabila kondisi berubah (Moekijat, 1992).

Ketentuan upah minimum masih didasarkan kepada kebutuhan hidup

minimum di setiap propinsi, seharusnya berdasarkan hidup layak terkebih dahulu,

kemudian pertimbangan domisili, SDM kaum buruh, jenis-jenis usaha dan

lamanya waktu bekerja. Kebutuhan upah minimum sekarang ini belum

berdasarkan pertimbangan di atas, karena baru 60% yang diberikan dari

kehidupan layak (Sulaiman, 2008).

Hasil riset yang dilakukan di wilayah perkotaan, khususnya kota Medan,

(25)

1.200.000,-, sedangkan untuk buruh yang sudah berkeluarga dan memiliki satu

anak sebesar minimal Rp. 1.500.000,-. Jumlah nominal ini tentu saja sangat jauh

dari Upah Minimum Propinsi (UMP) tahun 2009 sebesar Rp. 935.000,- dan Upah

Minimum Kota sebesar Rp. 920.000,- per bulan. Sedangkan hasil investigasi di

salah satu perkebunan di Asahan, pada satu keluarga diperoleh catatan belanja

selama satu bulan buruh sebatas pengeluaran rutin (belum termasuk pengeluaran

seperti pakaian dan peralatan rumah tangga) dan bahwa menu makanan paling

sering adalah telor dan indomie (mie instant) total pengeluaran sebesar Rp.

1.296.700,- (Anonimus, 2011).

Upah bagi pekerja merupakan hak yang harus diperoleh karena nilai sumbangsihnya dalam proses produksi menciptakan nilai tambah. Upah harus

mencerminkan nilai jabatan yang dipangku seseorang di suatu perusahaan. Nilai jabatan yang lebih tinggi akan memberikan upah yang lebih tinggi. Tidak ada kenaikan upah tanpa kenaikan nilai jabatan kecuali bagi perusahaan yang mampu dapat melakukan penyesuaian atau pemberian insentif untuk mempertahankan karyawan yang baik. Mekanisme penyesuaian diatur dalam ketentuan perusahaan dengan mempertimbangkan prestasi kerja yang telah dicapai secara individu (Anonimus, 2011).

Berdasarkan UU, perhitungan upah lembur didasarkan pada upah bulanan,

dengan cara perhitungan 1/173 kali upah sebulan. Dalam hal terjadinya perbedaan

tentang bersarnya upah lembur ditetapkan oleh pegawai pengawas

ketenagakerjaan kabupaten/kota atau pegawai pengawas ketenagakerjaan propinsi

atau oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan pusat. Untuk lebih jelasnya

(26)

Tabel 2. Perbandingan Pelaksanaan Upah Lembur.

No Kerja Lembur Waktu Kerja 7 Jam

sehari dan 40 Jam Seminggu

Waktu Kerja 8 Jam sehari, 5 Hari Kerja, dan 40 Jam Seminggu 1 Pada hari kerja biasa Kerja lembur dimulai

sesudah jam kerja ke 7

Kerja lembur dimulai sesudah jam kerja ke 8 2 Pada hari kerja

terpendek

Kerja lembur dimulai sesudah jam kerja ke 5

Tidak ada hari kerja terpendek

7 jam pertama untuk setiap jamnya dibayar 2 X upah sejam

8 jam pertama untuk setiap jamnya dibayar 2 X upah sejam

Jam pertama setelah 7 jam dibayar 3 X upah sejam

Jam pertama setelah 8 jam dibayar 3 X upah sejam

3 Pada hari istirahat mingguan

7 jam pertama, setiap jamnya dibayar 2 X upah sejam

8 jam pertama, setiap jamnya dibayar 2 X upah sejam

Jam kedelapan dibayar 3 X upah sejam

Jam kesembilan dibayar 3 X upah sejam

Jam kesembilan dan seterusnya dibayar 4 X upah sejam

Jam kesepuluh dan seterusnya dibayar 4 X upah sejam

4 Pada hari libur resmi yang jatuh pada hari biasa

7 jam pertama, setiap jamnya dibayar 2 X upah sejam

8 jam pertama, setiap jamnya dibayar 2 X upah sejam

Jam kedelapan dibayar 3 X upah sejam

Jam kesembilan dibayar 3 X upah sejam

Jam kesembilan dan seterusnya dibayar 4 X upah sejam

Jam kesepuluh dan seterusnya dibayar 4 X upah sejam

5 Pada hari libur resmi yang jatuh pada hari kerja terpendek

5 jam pertama untuk setiap jamnya dibayar 2 X upah sejam

Tidak ada hari kerja terpendek

Jam keenam dibayar 3 X upah sejam Jam ketujuh dan seterusnya dibayar 4 X upah sejam

(27)

Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui bahwa upah lembur waktu kerja

7 jam sehari dan 40 jam seminggu lebih besar bila dibandingkan dengan upah

lembur waktu kerja 8 jam sehari, 5 hari kerja dan 40 jam seminggu.

Kesadaran buruh atas eksistensinya yang kini semakin meningkat harus

benar-benar dijaga pertumbuhannya agar mampu membuahkan hasil berupa

kesejahteraan buruh dalam arti lahir dan batin, meski kedua-duanya sangat sulit

diperoleh sekaligus. Barangkali, yang pertama kali harus benar-benar

dikembangkan adalah kesadaran akan persoalan utama buruh, yaitu upah agar

minimal sama dengan produktivitas yang dihasilkan untuk perusahaan.

keberadaan upah minimal ini harus benar-benar dijaga dan diperjuangkan

pelaksanaannya, yang tidak hanya didasarkan semata pada mekanisme pasar,

melihat berbagai kelemahan internal buruh untuk memperjuangkan sendiri, meski

sudah ada kebebasan berserikat (Sudjana, 2002).

Pendapat yang menyatakan upah dapat digunakan sebagai pendorong

produktivitas dapat dijelaskan antara lain dengan menggunakan teori upah

efisiensi (efficiency wage theory). Menurut teori ini, produktivitas pekerja juga tergantung pada tingkat upah yang mereka terima. Ada banyak alasan empiris

yang mendukung penjelasan ini, antara lain “dengan upah yang lebih tinggi,

pekerja mampu mengkonsumsi makanan yang lebih baik, mereka menjadi lebih

sehat dan mampu bekerja lebih keras”. Alasan ini biasanya dianggap relevan di

negara-negara yang sedang berkembang, ketika status gizi penduduknya masih

(28)

Dalam sistem pengupahan di perkebunan terdiri atas beberapa komponen,

yakni: Upah pokok (Upah Minimum); tunjangan perumahan, catu terutama beras,

premi, lembur, dan tunjangan pendidikan anak. Tujuh komponen upah tersebut

berlaku baik perkebunan swasta Penanam Modal Asing (PMA) dan Penanam

Modal Dalam Negri (PMDN), maupun Perkebunan Milik Negara (PTPN). Namun

kenyataannya hanya sedikit perusahaan perkebunan yang memberikan seluruh

komponen tersebut, bahkan masih banyak perkebunan yang hanya memberikan

upah pokok atau upah minimum tanpa memberikan komponen lainnya (Anonimus, 2011).

Dari sisi politis, keberadaan upah buruh memiliki arti paling penting

sebagai pembangun hubungan industrial yang harmonis. Ketika upah buruh

semakin meningkat, kesenjangan antara manajemen dan buruh semakin tipis,

sehingga semakin kecil pula alasan buruh untuk melakukan konflik industrial atas

dasar persoalan pengupahan. Artinya, jika persoalan upah dapat ditangani dengan

baik, dapat dikatakan separuh persoalan buruh telah dapat diselesaikan dengan

baik, sementara persoalan lain tidak cukup kuat mengobarkan konflik industrial

(Sudjana, 2002).

Menurut teori Abraham Maslow, kebutuhan dan kepuasan pekerja/buruh

identik dengan kebutuhan biologis dan psikologis, yaitu berupa materil dan non

material. Dasar teori ini adalah bahwa manusia merupakan makhluk yang

keinginannya tak terbatas atau tanpa henti, alat motivasinya adalah kepuasan yang

(29)

Kerangka Pemikiran

Buruh/pekerja merupakan salah satu faktor produksi yang berperan

penting dalam proses produksi serta dapat mempengaruhi proses produksi itu

sendiri. Faktor buruh akan menghasilkan produktivitas sumber daya manusia yang

akan mempengaruhi faktor-faktor produksi secara keseluruhan. Produktivitas

merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan

sumber daya (masukan) yang digunakan persatuan waktu.

Tenaga kerja/buruh digolongkan menjadi 2 golongan yakni pegawai dan

karyawan harian tetap. Penggolongan antara pegawai dan karyawan harian tetap

ditetapkan karena prestasi kerja dan tingkat pendidikan yang dimiliki buruh.

pegawai memiliki prestasi kerja lebih tinggi atau baik bila dibandingkan dengan

karyawan harian tetap.

Keberhasilan suatu proses kerja tergantung pada keterampilan dan

keahlian yang dimiliki oleh buruh. Pemakaian tenaga kerja/buruh yang memiliki

keahlian yang baik akan menghasilkan produksi yang tinggi dan membuat

perusahaan mendapatkan tingkat keuntungan yang besar.

Upah yang diberikan kepada buruh dihitung berdasarkan Upah Minimum

Regional (UMR) beserta lembur ataupun premi yang diperoleh buruh selama

bekerja. Besar upah yang diperoleh buruh dari perusahaan harus memenuhi

kebutuhan pokok para buruh dan keluarganya. Kesejahteraan buruh harus

diperhatikan sehingga buruh dapat bekerja dengan optimal seperti yang

(30)

Kepuasan buruh terhadap sistem pengupahan yang ditetapkan oleh

perusahaan dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan buruh dalam memenuhi

kebutuhan pokok, hidup layak dan loyalitas buruh terhadap perusahaan. Loyalitas

buruh terhadap perusahaan yakni merupakan kinerja buruh yang baik dan tetap

setia dalam menjalankan pekerjaannya. Sehingga dapat menguntungkan bagi

kedua belah pihak antara perusahaan (peningkatan produksi) dan buruh

(peningkatan kesejahteraan).

Tingkaat kepuasan buruh di perkebunan terhadap sistem pengupahan dan

upah yang diterima juga dipengaruhi oleh jaminan kesehatan dan kecelakaan

kerja,jaminan pensiun,jaminan perumahan,jaminan pakaian kerja dan jaminan

kesegaran jasmani, rohani. Uraian diatas dapat dijabarkan secara sistematis dalam

(31)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

FFFFFFFFFFFF

Keterangan :

= berpengaruh langsung KEBUN PT

1. Jaminan kesehatan dan kecelakaan kerja,

2. Jaminan pensiun,

3. Jaminan perumahan,

4. Jaminan pakaian kerja

(32)

Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian adalah sistem pengupahan buruh di

perkebunan PT SOCFINDO Kebun Matapao belum sesuai dengan peraturan

pengupahan secara umum, faktor-faktor seperti jaminan kesehatan dan

kecelakaan kerja, jaminan pensiun, jaminan tempat tinggal atau perumahan,

jaminan pakaian kerja, jaminan kesegaran jasmani dan rohani berpengaruh

terhadap tingkat kepuasan buruh perkebunan PT SOCFINDO Kebun Matapao dan

tingkat kepuasan buruh di perkebunan PT SOCFINDO Kebun Matapao masih

(33)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu penentuan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Lokasi penelitian

terpilih di PT SOCFINDO Kebun Matapao Kecamatan Teluk Mengkudu

Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara dengan dasar pertimbangan

karena PT SOCFINDO Kebun Matapao memiliki sistem pengupahan yang terdiri

dari upah pokok, upah tunjangan keluarga, dan adanya jaminan-jaminan antara

lain : jaminan kesehatan dan kecelakaan kerja, jaminan pensiun, jaminan tempat

tinggal atau perumahan, jaminan pakaian kerja, jaminan kesegaran jasmani dan

rohani.

Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penentuan sampel

yang dilakukan secara proportional random sampling yaitu berdasarkan buruh di setiap divisi perkebunan dan setiap buruh memiliki kesempatan yang sama untuk

dijadikan sampel di daerah penelitian dan juga supaya sampel terwakili dari

semua populasi. Populasi yang dijadikan sampel adalah para buruh yang bekerja

di setiap divisi perkebunan di PT SOCFINDO Kebun Matapao sebanyak 505

orang dan jumlah sampel yang ditetapkan sebanyak 30 orang seperti terperinci

(34)

Tabel 3. Jumlah Buruh Berdasarkan Divisi Pekebunan Kelapa Sawit PT SOCFINDO Kebun Matapao.

NO DIVISI Jumlah buruh Sampel Buruh Sampel Buruh

(Orang) (Orang) Pria Wanita

1 Pelintahan 125 7 6 1

2 Matapao 147 9 8 1

3 Tj. Buluh 111 7 6 1

4 Kantor 31 2 1 1

5 Pabrik 93 5 5 -

TOTAL 505 30 26 4

Sumber : PT SOCFINDO Kebun Matapao 2010

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan para buruh

yang menjadi sampel dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan

terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder dari kantor PT SOCFINDO Kebun

Matapao. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada tabel 4

(35)

Tabel 4. Spesifikasi Pengumpulan Data

NO Jenis Data Sumber Data Metode

Pengumpulan data 1 Identitas Buruh Kantor PT SOCFINDO

Sampel

Pencatatan Data

2 Jumlah upah yang diterima buruh

Kantor PT SOCFINDO Sampel

Pencatatan Data dan wawancara

3 Jumlah Buruh Kantor PT SOCFINDO Pencatatan Data

4 Deskripsi daerah penelitian Kantor PT SOCFINDO Pencatatan Data

5 Menejemen Pengupahan Kantor PT SOCFINDO Pencatatan Data

Sumber : PT SOCFINDO Kebun Matapao 2010

Metode Analisis Data

Semua data yang diperoleh dari lapangan ditabulasi sesuai dengan

kebutuhan. Kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menjumlahkan dan

menskor data yang diperoleh.

Untuk hipotesis mengenai sistem pengupahan buruh di perkebunan PT

SOCFINDO Kebun Matapao belum sesuai dengan harapan buruh dianalisis secara

deskriptif dengan mengamati dan mengumpulkan data tentang sistem pengupahan

yang diterapkan di perkebunan PT SOCFINDO Kebun Matapao.

Untuk hipotesis mengenai tingkat kepuasan buruh di perkebunan PT

SOCFINDO Kebun Matapao dianalisis secara deskriptif dengan menskor data

(36)

Tabel 5. Parameter dan Kriteria Tingkat Kepuasan Buruh di Perkebunan PT SOCFINDO Kebun Matapao

Parameter Kriteria Skor

2. Kesehatan dan Kecelakaan Kerja

3. Pakaian dan Alat Kerja

4. Jasmani dan Rohani

5. Cuti

Jumlah skor tingkat kepuasan buruh terhadap sistem pengupahan antara 28 - 56,

sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut, apabila skor yang diperoleh antara

lain :

28 – 37 = Tingkat kepuasan rendah

38 – 47 = Tingkat kepuasan sedang

48 – 56 = Tingkat kepuasan tinggi

Untuk hipotesis mengenai ada pengaruh jaminan kesehatan dan

kecelakaan kerja, jaminan pensiun, jaminan tempat tinggal atau perumahan,

(37)

kepuasan buruh perkebunan PT SOCFINDO Kebun Matapao dianalisis secara

deskriptif dengan mengamati dan mengumpulkan data tentang sistem pengupahan

yang diterapkan di perkebunan PT SOCFINDO Kebun Matapao.

Definisi dan Batasan Operasional

Definisi

1. Buruh/pekerja adalah mereka yang bekerja dan secara formal mempunyai

hubungan kerja sah dengan perusahaan dan menerima upah dari

perusahaan.

2. Buruh sampel adalah buruh yang bekerja di PT SOCFINDO Kebun

Matapao Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Tingkat upah adalah besarnya biaya yang dibayarkan kepada tenaga kerja

atas satu hari kerja yang berlaku pada setiap unit usaha tani tanpa

membedakan jenis kelamin tenaga kerjanya.

4. Upah adalah besarnya imbalan berupa uang tunai rata-rata yang diterima

pekerja per hari dalam satu tahun, yang diukur dalam satuan rupiah.

5. Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah

pokok termasuk tunjangan tetap.

6. Upah Minimum Regional (UMR) adalah upah pokok terendah termasuk

tunjangan tetap yang diterima oleh buruh di wilayah tertentu dalam suatu

(38)

7. Tunjangan adalah suatu imbalan yang diterima oleh buruh teratur jumlah

dan pembayarannya yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun

pencapaian prestasi kerja tertentu

8. Luas lahan perkebunan adalah seluas lahan yang hanya diusahakan secara

efektif oleh perkebunan untuk pertanaman atau budidaya.

Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah di PT SOCFINDO Kebun Matapao Kecamatan

Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2011

(39)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Sejarah Perkebunan PT SOCFINDO Kebun Matapao

PT SOCFINDO didirikan pada tahun 1924 dengan komoditi utama

perkebunan adalah kelapa sawit (elaeis guinensis jacq). Perkebunan ini pada awalnya dimiliki oleh perusahaan Belgia yaitu Socfin Medan Indonesia yang hak

konsesinya dibawah naungan pemerintah Hindia Belanda. Dua tahun kemudian

tepatnya pada tahun 1926 didirikan pabrik pengolahan Kelapa Sawit yaitu

perkebunan Mata Pao.

Pada tahun 1942 perusahaan ini diambil alih secara paksa oleh pemerintah

Jepang. Setelah proklamasi kemerdekaan (1945) perusahaan ini dikuasai oleh

pemerintah Republik Indonesia dan kemudian dikembalikan kepada Socfin pada

tahun 1950.

Dari tahun 1965 sampai tahun 1967 perusahaan ini dikuasai dan dipegang

sepenuhnya oleh pemerintah RI yang mengadakan nasionalisasi perusahaan asing

menjadi perusahaan milik Negara. Pada tahun1968 perusahaan ini berubah

menjadi sebuah perusahaan Nasional dalam bentuk Joint Enterprice (patungan) dengan nama PT SOCFIN INDONESIA MEDAN. Perbandingan saham yang

dimiliki antara pemerintah RI dan perusahaan Belgia pada saat itu adalah

(40)

PT SOCFINDO juga memiliki beberapa cabang perusahan di pulau

Sumatera. Ada 16 cabang PT.SOCFINDO di pulau Sumatera. Berikut ini

merupakan nama kebun PT SOCFINDO di pulau Sumatera.

Tabel 6. Kebun PT SOCFINDO yang Terletak di Sumatera

NO Kebun Propinsi Luas (Ha) Komoditi

Sumber : Kantor Besar PT SOCFINDO tahun 2010

Lokasi dan Luas Kebun Matapao Perkebunan PT SOCFINDO.

PT SOCFINDO Kebun Matapao terletak dikecamatan Teluk Mengkudu,

Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara. Perkebunan Matapao

(41)

Oil/ CPO) untuk dikirim ke Tanah Gambus dan juga dieksport. Adapun tata letak perkebunan Matapao adalah sebagai berikut.

a. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sei Rampah

b. Sebelah selatan berbatasan dengan PTPN III Tanah Raja

c. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan

d. Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Malaka

Luas Areal

Kebun Matapao memiliki luas 2.291,58 Ha yang areal tanamnya terbagi

atas 3 Divisi dan 416,19 Ha luas areal non tanaman. Luas masing-masing divisi

antara lain :

a. Divisi I Pelintahan berbatasan dengan Kecamatan Sei Rampah dengan luas

areal 749,91 Ha

b. Divisi II Matapao berbatasan dengan PTPN III Tanah Raja dengan luas

areal 817,84 Ha

c. Divisi III Tanjung Buluh berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan

dengan luas areal 723,83 Ha.

Iklim, Topografi dan Jenis Tanah

Iklim

(42)

SOCFINDO Kebun Matapao yang salah satunya adalah curah hujan dimana untuk

mengetahui curah hujan diperlukan data curah hujan sebagai pedoman kultur

teknis tanaman antara lain dalam pemupukan, hasil produksi dan kegiatan kultur

teknis lain.

Topografi dan Jenis Tanah

Topografi suatu areal/lahan merupakan bentuk dari permukaan tanah/lahan

tersebut yang dinyatakan dalam derajat kemiringan bentuk,keadaan. Topografi

pada PT SOCFINDO Kebun Matapao pada umumnya datar dengan luas lahan

seluruhnya 2.291,58 Ha.

Umumnya tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah.

Akan tetapi, agar kelapa sawit dapat tumbuh secara optimal memerlukan jenis

tanah yang cocok. Jenis tanah yang baik untuk tanaman kelapa sawit adalah jenis

tanah Latosol, Pedsolik Merah Kuning dan Aluvial yang kadang-kadang meliputi

pula tanah gambut, dataran pantai dan muara sungai.

Secara geologis PT SOCFINDO Kebun Matapao memiliki jenis atau

tekstur tanah mineral dengan ketinggian tempat 20 m dpl dengan kandungan

tekstur tanah liat berpasir dan pH tanah berkisar 5 – 6.

Keadaan Penduduk

Penduduk desa Matapao berjumlah 1567 jiwa atau 356 KK. seperti tertera

(43)

Tabel 7. Keadaan Penduduk di Desa Matapao tahun 2010

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 823 52,52%

2 Perempuan 744 47,48%

Jumlah 1567 100%

Sumber: Data Monografi Desa Matapao, 2010

Dari Tabel 8 menunjukkan keadaan penduduk desa Matapao terdiri dari

Laki-laki berjumlah 823 Jiwa (52,52%) dan Perempuan berjumlah 744 Jiwa

(47,48%). Dengan demikian data menunjukkan bahwa di desa ini jumlah laki-laki

lebih banyak daripada perempuan

Selanjutnya distribusi penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat

pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Matapao Tahun 2010

No Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1 0-5 214 13,66%

2 6-17 448 28,59%

3 18-59 621 39,63%

4 >60 284 18,12%

Jumlah 1567 100%

Sumber: Data Monografi Desa Matapao, 2010

Tabel 8 menunjukkan bahwa kelompok umur 0-5 terdapat 214 jiwa

(44)

(18,12%). Berdasarkan data di atas dapat dikemukakan bahwa penduduk

menurut kelompok umur 18-59 tahun adalah penduduk jumlahnya yang paling

tinggi yaitu 621 jiwa (39,63%). Hal ini menunjukkan bahwa di desa ini memiliki

tenaga kerja yang produktif yang lebih tinggi dibanding usia non produktif.

Mata pencaharian ataupun jenis pekerjaan penduduk di Desa Matapao

terdiri Petani, PNS/Pensiunan, Lain-lain, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa Matapao Tahun 2010

No Uraian Jumlah Penduduk

(KK)

Persentase (%)

1 PNS/Pensiunan 47 5,14

2 Petani 389 43,52

3 Buruh 415 46,42

4 Lainnya 44 4,92

Total 895 100

Sumber: Data Monografi Desa Matapao, 2010

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk desa Matapao

adalah bermata pencaharian sebagai Petani yaitu 389 KK atau 43,52%, sementara

penduduk yang mempunyai mata pencaharian lain (Tukang, Pedagang) adalah 44

KK atau 4,92% ,penduduk yang bermata pencaharian PNS/Pensiunan sekitar 47

KK atau 5,14% dan penduduk yang bermata pencaharian Buruh adalah 415 KK

(45)

Selanjutnya gambaran penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada

Tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di desa Matapao Tahun 2010

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 TK 30 4,68%

2 SD 200 31,15%

3 SMP 150 23,36%

4 SMA 200 31,15%

5 D3 28 4,36%

6 S1 34 5,30%

Total 642 100%

Sumber: Data Monografi Desa Matapao, 2010

Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang tingkat

pendidikan (TK dan SD) sebanyak 35,83%, tingkat pendidikan menengah (SMP

dan SMA) sebanyak 54,51% dan tingkat pendidikan tinggi (D3 dan S1) sebanyak

9,66%. Jika dilihat dari tingkatan pendidikan maka tingkatan Pendidikan

menengah (SMP dan SMA) memiliki jumlah yang paling banyak yaitu 350 orang

atau 54,51% sementara tingkatan pendidikan Tk dan SD sekitar 230 orang atau

35,83%, dan tingkatan Pendidikan (D3 dan S1) hanya 62 atau (9,66%). Hal ini

menunjukkan bahwa penduduk di daerah penelitian ini memandang pendidikan

formal sangat penting untuk mengubah pola pikir dan cara pandang dalam

(46)

Sarana dan Prasarana Desa

Ketersediaan sarana dan prasarana desa menjadi faktor yang sangat

penting dalam pembangunan masyarakat desa. Sarana dan prasarana yang baik

akan mendukung kelancaran perekonomian desa, termasuk dalam pemasaran

hasil-hasil pertanian dan akses informasi. Sarana dan prasarana yang terdapat di

desa Matapao dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Sarana dan Prasarana di Desa Matapao, Tahun 2010

No Fasilitas Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Pendidikan  SMA

 SMP  SD

1

1

1

2 Kesehatan  Puskesmas Pembantu 1

3 Peribadatan  Gereja

 Mesjid

1 1

4 Sosial  Balai Desa 1

Sumber: Data Monografi Desa Matapao, 2010

Dari Tabel 11 menunjukkan ketersediaan sarana dan prasarana desa

penelitian di bidang pendidikan, Kesehatan, Peribadatan, dan Sosial cukup baik,

akan tetapi masih perlu dibenahi.

Di desa ini hanya memiliki satu unit Puskesmas Pembantu, padahal pusat

kesehatan masyarakat ini sangat diperlukan oleh masyarakat untuk berobat

maupun unuk mendapatkan penyuluhan maupun informasi kesehatan. Sarana

(47)

menyediakan fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang memadai supaya

kesehatan masyarakat akan terjamin karena hal ini berkaitan dengan kualitas

hidup penduduk desa tersebut.

Fasilitas peribadatan dan sosial keberadanya cukup tersedia bagi

masyarakat. Namun perlu diperhatikan dalam pemakaiannya di mana gereja dan

mesjid sebagai tempat beribadah dan balai desa adalah tempat pertemuan bagi

(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Karakteristik Sampel

1. Jenis Kelamin Sampel

Setiap perkebunan atau perusahaan selalu terdapat buruh perempuan dan

laki-laki. Biasanya buruh laki-laki ditempatkan dibagian pekerjaan yang lebih

kasar bila dibandingkan dengan perempuan. Di PT SOCFINDO dalam hal

pengupahan buruh laki-laki atau perempuan mendapat upah yang sama sesuai

dengan jabatannya. Namun buruh perempuan tidak menanggung suami dan

anaknya maksudnya perus perusahaan tidak memberi tunjangan keluarga

sedangkan buruh pria memperoleh tunjangan keluarga (istri dan 3 orang anaknya).

Gambaran jumlah buruh sampel berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

tabel 12.

Tabel 12. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1

2

Laki-laki

Perempuan

26

4

86,67

13,33

Jumlah 30 100,00

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Dari tabel 12 diatas dapat dikemukakan bahwa jumlah sampel laki-laki

yaitu sebanyak 26 orang (86,67 %) sementara sampel perempuan yaitu terdapat 4

(49)

pada buruh perempuan. Hal ini disebabkan karena jenis pekerjaan yang ada

diperkebunan lebih berat dan membutuhkan buruh laki-laki dari pada buruh

perempuan.

2. Usia Sampel

Umur akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu

pekerjaan/aktifitas dan lamanya masa dinas. Demikian buruh dilokasi penelitian,

artinya sama masa dinas 30 tahun untuk buruh pertama masuk/diterima bekerja

sebagai buruh diperkebunan PT SOCFINDO. Gambaran jumlah buruh sampel

berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1

Berdasarkan tabel 13 diatas dapat dikemukakan bahwa rata-rata usia

sampel yang bekerja di PT SOCFINDO Kebun Matapao sebagian besar kelompok

umur 46 - 55 tahun yaitu sebanyak 9 orang (30,00 %), sama halnya dengan

sampel kelompok umur 24 – 34 tahun sebanyak 9 orang (30,00 %), sedangkan

sampel kelompok umur 35 – 45 tahun sebanyak 12 orang (40,00 %). Secara

keseluruhan rata-rata umur sampel 37,7 tahun dengan range antara 24 – 55 tahun

(50)

dan semangat kerja yang tinggi dalam rangka mengembangkan potensi tenaga

kerjanya mereka dalam bekerja sebagai buruh di perkebunan tersebut.

3. Tingkat Pendidikan Sampel

Tingkat pendidikan merupakan salah satu syarat yang diberikan

perusahaan untuk mencari karyawaan. Di PT SOCFINDO pendidikan tidak

mempengaruhi upah yang diterima oleh buruh. Namun jabatanlah yang

mempengaruhi upah buruh. Gaambaran jumlah buruh sampel berdasarkan umur

dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1

2

3

4

SD / Sederajat

SLTP / Sederajat

SMU / Sederajat

Akademi / Sederajat

7

Bila diukur dari tingkat pendidikan dari sampel berdasarkan tabel 9 diatas

dapat dilihat sampel yang memiliki pendidikan terakhir SMU/Sederajat adalah

sebanyak 17 orang (56,67 %), sedangkan sampel yang memiliki pendidikan

terakhir SD/Sederajat adalah sebanyak 7 orang (23,33 %), sampel yang memiliki

pendidikan terakhir SLTP/Sederajat sebanyak 5 orang (16,67 %) dan sampel

yang memiliki pendidikan tereakhir lulusan Akademi/Sederajat adalah 1 orang

(51)

Bila dilihat dari tingkat pendidikan buruh PT SOCFINDO Kebun Matapao

sudah tergolong baik artinya 60 % buruh telah tamat SMU. Hal ini disebabkan

karena susahnya kehidupan pada jaman dahulu sehingga mengharuskan mereka

untuk cepat bekerja, untuk memenuhi kebutuhan hidup dari pada harus

bersekolah.

4. Status Perkawinan Sampel

Status perkawina sangat mempengaruhi kinerja buruh. Buruh yang sudah

menikah lebih giat bekerja bila dibandingkan dengan buruh yang belum menikah,

Hal ini terjadi karena buruh yang sudah menikah memiliki tanggungan yang lebih

besar bila dibandingkan dengan buruh yang belum menikah. Buruh yang menikah

harus memikirkan istri dan anak yang menjadi tanggungan didalam rumah

tangganya. Gambaran jumlah buruh sampel berdasarkan status perkawinan dapat

dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Perkawinan

No Status Perkawinan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1

2

Menikah

Belum Menikah

25

5

83,33

16,67

Jumlah 30 100,00

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Berdasarkan tabel 15 diatas dapat dilihat bahwa terdapat buruh sampel

terdapat sebanyak 25 orang (83,33 %) yang telah menikah dan yang belum

(52)

5. Lama Bekerja

Lama bekerja membuat seseorang menjadi lebih berpengalaman di dalam

pekerjaannya. Di PT SOCFINDO lama bekerja seorang buruh tidak

mempengaruhi upah yang diterima buruh, buruh yang bekerja 20 tahun dengan

buruh yang bekerja 5 tahun bisa menerima upah yang sama bila jabatannya sama.

Gambaran jumlah buruh sampel berdasarkan lama bekerja dapat dilihaat pada

tabel 16.

Tabel 16. Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Bekerja

No Lama Bekerja (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1

Dari tabel 16 dapat dikemukakan bahwa lama bekerja rata-rata buruh

adalah 10 tahun dengan range 1 – 29 tahun dimana terdapat 14 orang (46,67 %)

yang pengalaman bekerjanya 1 – 10 tahun, menyusul pengalaman bekerja 21 – 29

tahun terdapat 9 orang (30,00 %) dan pengalaman bekerja 11 – 20 tahun yakni 7

orang (23,33 %). Namun menurut data yang diperoleh lama bekerja tidak

mempengaruhi upah yang diterima oleh buruh PT SOCFINDO.

6. Jabatan Kerja

Jabatan seseorang di sebuaah perusahaan sangatmenentukan upah yang

(53)

yang diterima buruh setiap bulannya. Kenaikan jabatan akan diperoleh buruh

ketikaa buruh tersebut berprestasi dalam kinerjanyanya, loyalitas buruh terhadap

perusahaan sangat dipertimbangkan oleh perusahaan untuk menaikkan jabatan

buruh. Gambaran besarnya pendapatan buruh PT SOCFINDO Kebun Matapao

yang diterima dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 17. Distribusi Jumlah Sampel Berdasarkan Gaji Pokok

No Uraian Jumlah (Orang) Range Gaji Pokok per Bulan (Rp)

1

2

Karyawan

Pegawai

22 (73,33 %)

8 (26,67 %)

1.000.000 - 1.090.000

1.200.000 - 1.500.000

Jumlah 23 -

Sumber : Data diolah dari Lampiran 3

Dari tabel 17 dapat dikemukakan bahwa dari 30 buruh sampel terdapat 22

orang (73,33 %) sebagai karyawan dan 8 orang (26,67 %) sebagai pegawai. Yang

disebut karyawan adalah buruh tetap yang dikenal dengan buruh SKU (Syarat

Kerja Umum) menurut perkebunan yang memperoleh upah/gaji pokok dan

jaminan sosial dan bekerja secara mandiri dengan kemampuannya sendiri.

Pegaawai adalah buruh tetap/buruh SKU yang memperoleh upah/gaji pokok dan

jaminan sosial dengan membawahi beberapa orang karyawan, biasanya

jabatannya sebagai mandor. Gaji pokok yang diterima oleh pegawaai lebih tinggi

dari pada karyawan.

II. Sistem Pengupahan Buruh di PT SOCFINDO Kebun Matapao.

(54)

Propinsi (UMP). Keadaan ini hampir berlaku di hampir semua perkebunan

walaupun diberlakukaan upah pokok berdasarkan peraturan yang berlaku.

Menurut Sulaiman (2008) bentuk-bentuk pengupahan ialah disamping

upah berupa uang, juga termasuk komponen tunjangan dan jaminan lainnya. Upah

berbentuk uang terdiri dari upah pokok, upah tunjangan keluarga dan tunjangan

jabatan, termasuk jaminan-jaminan antara lain : jaminan kesehatan dan

kecelakaan kerja, jaminan pensiun, jaminan tempat tinggal atau perumahan,

jaminan konsumsi/makan di tempat kerja, jaminan pakaian kerja, jaminan

kesegaran jasmani dan rohani. Bagaimana keadaan dari kedua bentuk

pengupaahan ini akan diuraikan secara rinci.

1. Upah dalam Bentuk Uang dan Natura

Yang dimaksud dengan upah dalam bentuk uang adalah gaji pokok,

lembur/premi, bonus dan THR, seperti tertera pada tabel 18.

Tabel 18. Besarnya Upah dalam Bentuk Uang yang Diterima Buruh Setiap Bulan di PT SOCFINDO Kebun Matapao

No Uraian Karyawan Pegawai Rata-rata

1

2

Gaji Pokok (Rp/ Bulan)

Lembur/Premi (Rp/Bulan)

1.090.000

481.100

1.342.000

647.300

1.216.000

564.200

Jumlah 1.571.100 1.989.300 1.770.200

Sumber : Data diolah dari Lampiran 3

Dari tabel 18 dapat dikemukakan bahwa upah dalam bentuk uang yang

diberikan setiap bulannya antara lain gaji pokok yang diterima buruh dengan 7

(55)

Rp. 1.342.000,- dan karyawan Rp. 1.090.000,-. Lembur/premi yang diterima

buruh diluar gaji pokok rata-rata Rp. 564.200,- dengan perincian lembur/premi

pegawai Rp. 647.300,- dan karyawan Rp. 481.100,-. Dengan demikian total upah

yang diterima buruh setiap bulannya (gaji pokok + lembur/premi) yakni total

rata-rata upah Rp. 1.770.200,- dengan perincian pegawai Rp. 1.989.300,- dan

karyawan Rp. 1.571.100,-. Biasanya bentuk pengupahannya diterima dua kali

dalam sebulan yakni pada tanggal 5 dan tanggal 19. Tanggal 19 merupakan

bentuk pinjaman yang diberikan oleh perusahaan, dan biasanya diberi pinjangan

sebesar setengah dari gaji pokok karyawan dan di tanggal 5 upah secara

keseluruhan diterima (gaji pokok + lembur/premi).

Selain uang tunai buruh juga menerima upah dalam bentuk natura yakni

beras, dengan perincian jatah pekerja 15 Kg, Istri 10 Kg, anak 7 Kg (maksimum

anak yang ditanggung 3 orang) dengan demikian jumlah beras yang diterima

dapat dilihat pada tabel 19 berikut.

Tabel 19. Jumalah Beras yang Diterima Buruh PT SOCFINDO Kebun Matapao

3 Kecukupan Beras

(56)

Dari tabel 19 dapat dijelaskan bahwa jumlah beras setiap bulan yang

diterima buruh rata-rata 32,53 Kg, dengan perincian karyawan 29,91 Kg dan

pegawai 35,13 Kg.

Mengenai kualitas/mutu beras yang diterima buruh sampel dilihat dari

tabel 19 diatas bahwa 23 orang sampel (76,67 %) mengatakan kulitas/mutu beras

yang diterimanya adalah baik, menurut buruh sampel beras yang diterimanya

layak untuk dikonsumsi. Sedangkan 7 orang sampel lainnya (23,33 %)

mengatakan bahwa sebagian beras yang mereka terima kualitas/mutunya dirasa

kurang baik, hal tersebut diakui mereka karena beras yang mereka terima

terkadang warna dan aromanya sudah tidak enak dan beras tersebut mempunyai

kutu. Walaupun beras tersebut masih layak dikonsumsi, tetapi kualitasnya kurang

baik.

Berdasarkan pemenuhan kecukupan beras pada tabel 19 diatas dapat

dilihat bahwa 21 orang sampel (70 %) mengatakan bahwa catu beras yang

diberikan PT SOCFINDO Kebun Matapa cukup untuk dikonsumsi dalam 1 bulan,

sedangkan 9 orang sampel (30 %) mengatakan bahwa catu beras yang diberikan

oleh perusahaan tidak mencukupi kebutuhan makan dalam satu bulan, hal ini

dikarenakan anak pekerja lebih dari tiga orang (lebih dari baatas maksimum anak

yang ditanggung oleh perusahaan). Biasanya kekuarangan beras yang dialami para

pekerja beragam ada yang harus menambah 10 – 20 Kg/bulan. Biasanya

pemberian beras diberikan dua kali dalam sebulan pemberian beras pada tanggal

(57)

Disamping upah setiap bulan, buruh juga menerima pendapatan per tahun

yaitu bonus dan THR. Besar bonus dan THR yang diterima buruh dapat dilihat

pada tabel 20 berikut.

Tabel 20. Besarnya Bonus dan THR yang Diterima Buruh Setiap Tahun di PT SOCFINDO Kebun Matapao

No Uraian Karyawan Pegawai Rata-rata

1

2

Bonus

THR

3.576.000

2.485.500

4.332.000

3.024.800

3.954.000

2.755.150

Jumlah 6.061.500 7.356.800 6.699.150

Sumber : Data diolah dari Lampiran 3

Dari tabel 20 dapat dijelaskan bahwa Bonus yang diterima buruh dalam

satu tahun adalah empat bulan gaji pokok ditambah beras pekerja (dalam bentuk

uang) dan diberikan pada setiap bulan Juni sebanyak tiga bulan dan satu bulan

lagi diberikan bersamaan dengan pemberian THR dengan rata-rata bonus yakni

Rp. 3.954.000,-. Dengan perincian bonus karyawan sebesar Rp. 3.576.000,- dan

pegawai sebesar Rp. 4.332.000,- . THR adalah Tunjangan Hari Raya dan rata-rata

THR adalah Rp. 2.755.150,- dengan perincian THR karyawan sebesar Rp.

2.485.500,- per tahun dan THR pegawai sebesar Rp. 3.024.800,- per tahun. Data

ini menunjukkan bahwa bonus dan THR per tahun dari pegawai lebih tinggi dari

karyawan.

Bonus tersebutlah yang dapat membantu para buruh dalam memenuhi

kebutuhan hidup. Dalam hal ini PT SOCFINDO Kebun Matapao sangat

(58)

beras diberikan dalam bentuk uang), namun pada bulan juni pemberian bonus

hanya tiga bulan sedangkan satu bulan lagi diberikan bersamaan dengan

pemberian THR yang diberikan pada saat lebaran tiba pemberiaan tunjangan

sebesar satu bulan gaji + tunjangan beras pekerja,istri dan anak.

2. Upah dalam Bentuk Jaminan

Selain upah dalam bentuk uang dan natura, buruh juga menerima upah

berupa jaminan-jaminan yang terdiri dari jaminan kesehatan dan kecelakaan kerja,

perumahan, pakaian dan alat kerja, konsumsi ditempat kerja dan kesegaran

jasmani dan rohani. Gambaran jaminan yang diterima oleh buruh akan dijelaskan

secara rinci dibawah ini.

1. Jaminan kesehatan dan kecelakaan kerja.

Berdasarkan wawancara dari 30 buruh sampel mengatakan jaminan

kesehatan dan kecelakaan kerja dari perkebunan benar-benar dinikmati dan

diterima oleh buruh, antara lain

a. Biaya pengobatan ditanggung oleh perusahaan untuk semua jenis

penyakit.

b. Batasan opname 5 bulan.

c. Ada bantuan persalinan bagi buruh perempuan dan istri buruh.

d. Gaji tetap diberikan pada waktu sakit.

e. Dirujuk ke RS perusahaan apabila sudah tidak bisa ditanggulangi di klinik

perusahaan.

(59)

Informasi yang diberikan oleh buruh tersebut memberikan indikasi bahwa

jaminan kesehatan dan kecelakaan kerja benar-benar diterima oleh buruh dengan

baik.

2. Jaminan Perumahan

Semua buruh tinggal di perumahan yang disediakan perkebunan dengan

kondisi perumahan baik/layak. Fasilitas listrik disediakan oleh perusahaan tetapi

pembayaran dibebankan kepada buruh sendiri, dibayar pada saat gajian akan

dipotong sesuai dengan jumlah yang tertera dalm slip pembayaran listrik ditambah

dengan biaya administrasi.

3. Jaminan Pakaian dan Alat Kerja

Dari 30 buruh sampel ternyata 27 orang (90 %) menerima pakaian kerja,

yang keadaannya memadai. Demikian juga peralatan kerja secara lengkap

diterima oleh buruh antara lain topi, masker, sepatu, sarung tangan dan kondisinya

sesuai dengan standart keamanan kerja, sementara 3 orang (10 %) buruh sampel

tidak memperoleh pakaian dan peralatan kerja karena dianggap tidak perlu oleh

perusahaan.

4. Jaminan kesegaran jasmani dan rohani

Fasilitas olah raga dan sarana ibadah disediakan oleh perusahaan dengan

kondisi yang memadai. Disamping itu ada kebebasan dalam melaksanakan ibadah

dan selalu melaksanakan perayaan hari besar keagamaan seperti halal bihalal,

(60)

5. Jaminan cuti

Menurut informasi yang dikumpulkan dari buruh, cuti harus benar-benar

diambil dan dilaksanakan secara fisik tidak boleh di uangkan. Gaji tetap diberikan

pada saat cuti tanpa potongan. Demikian juga pengurusan cuti sangat mudah dan

lama cuti sama untuk setiap buruh yaitu 1 – 12 hari/tahun.

6. Jaminan konsumsi di tempat kerja

Konsumsi yang disediakan berupa ekstra fooding yaitu susu. Pemenuhan

extra fooding atau makanan tambahan tidak diberikan kepada seluruh tenaga kerja

yang ada di PT SOCFINDO, hanya beberapa pekerja yang mendapatkan makanan

tambahan yakni buruh bsemprot dan buruh pupuk sedangkan yang lainnya tidak

mendapat ekstra fooding.

Dari 6 jenis jaminan yang diterima oleh buruh sampel, hanya jaminan

konsumsi di tempat kerja yang menjadi keluhan buruhy karena yang mendapat

jaminan tersebut terbatas yaitu buruh tertentu saja, sementara jaminan lain

benar-benar dinikmati oleh buruh dengan baik.

Untuk melihat keberadaan sistem pengupahan di daerah penelitian dapat

Gambar

Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin di Seluruh
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 3. Jumlah Buruh Berdasarkan Divisi Pekebunan Kelapa Sawit PT SOCFINDO Kebun Matapao
Tabel 4. Spesifikasi Pengumpulan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

DS : Rasio dari arus lalu lintas terhadap kapasitas untuk suatu pendekat.

48  ASRM  ASURANSI RAMAYANA Tbk 

The cost of land under development consists of the cost of land for development, direct and indirect real estate development costs and capitalized borrowing

Berdasarkan tabel 4.4 diatas tentang distribusi frekuensi perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia sekolah kelas IV dan V di SD Negeri Tuguran Gamping

Semua kegiatan di atas adalah berkembang melalui proses perjuangan, mulai dari pengenalan makna ekonomi Islam, penerapan sebagian dari ekonomi tersebut

komunikasi pemasaran tersebut dan memiliki peluang untuk meningkatkan brand equity/ ke- kuatan merek yang dapat dilihat melalui indi- kator-indikator brand equity seperti

didirikan oleh Syeikh Haji MuhammadThaib Umar tahun 1897, dua tahun sebelum Mahmud Yunus lahir. Saat itu eksintensi surau mulai bangkit dengan nuansa baru, meskipun tetap

Kedua, untuk meningkatkan OCB karyawan di Kantor Dinas Koperasi Pemerintahan Provinsi Bali yang perlu diperhatikan yaitu organisasi seharusnya memperhatikan tingkat stres