• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Lama Hemodialisa Dengan Perubahan Indeks Massa Tubuh Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Rsup Haji Adam Malik Medan Periode Juli 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Lama Hemodialisa Dengan Perubahan Indeks Massa Tubuh Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Rsup Haji Adam Malik Medan Periode Juli 2011"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN LAMA HEMODIALISA DENGAN PERUBAHAN INDEKS MASSA TUBUH PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RSUP HAJI

ADAM MALIK MEDAN PERIODE JULI 2011

Oleh: VINCENT 080100223

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN LAMA HEMODIALISA DENGAN PERUBAHAN INDEKS MASSA TUBUH PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RSUP HAJI

ADAM MALIK MEDAN PERIODE JULI 2011

KARYA TULIS ILMIAH Oleh:

VINCENT 080100223

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011

A B ST R A K

(3)

yang menjalani hemodialisis. Pada proses hemodialisis terdapat efek samping yang tidak diharapkan, seperti menimbulnya rasa mual dan berkurangnya nafsu makan. Hal ini dapat mempengaruhi berat badan penderita yang juga akan mengubah indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh sendiri terbukti memiliki peran penting dalam menilai prognosis penderita yang menjalani hemodialisis sehingga perlu diketahui hubungan antara lama hemodialisis dan perubahan indeks massa tubuh dari penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

M etode Penelitian: Penelitian ini dilakukan di instalasi hemodialisis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Dari seluruh populasi, yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi terdapat 117 penderita yang kemudian diambil data lama hemodialisis, berat badan dan tinggi badan pertama kali hemodialisis dan sekarang. Perubahan indeks massa tubuh lalu dihitung dan dimasukkan ke dalam program SPSS (Statistics Package for Social Science) untuk diolah dan interpretasi dengan uji korelasi.

H asil Penelitian: Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama hemodialisis dan perubahan indeks massa tubuh berdasarkan hasil analisa data yang menunjukkan angka Pearson correlation -0,06 yang menunjukkan korelasi yang sangat lemah dan nilai signifikansi 0,951 yang menunjukkan hasil tersebut tidak signifikan.

K esimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama hemodialisis dan perubahan indeks massa tubuh pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan.

(4)

A B ST R A C T

B ackground: There is substantial increase in end stage chronic kidney disease patients during these past years which cause an increase in patients who is on hemodialysis. Hemodialysis causes unwanted side-effects, such as nausea and loss of appetite. These effects cause changes in patient’s body weight which will then affect the body mass index. Body mass index has been proven important in predicting the prognosis of patients who are going through hemodialysis, so it is also important that we are able to acknowledge the relationship between the length of hemodialysis and the changes in body mass index in chronic kidney disease patients going through hemodialysis.

M ethods: This study was done in hemodialysis centre in Haji Adam Malik Medan Hospital. Samples in this study was taken using total sampling. From total population in hemodialysis centre, 117 patients match the inclusion and exclusion criteria. Data such as length of hemodialysis, body weight and height (1st dialysis and current) were taken from all the samples., difference in body mass index is then calculated. All data was then processed and interpreted using SPSS (Statistics Package for Social Science).

R esults: There is no significant relationship found between length of hemodialysis and changes in body mass index presented by the data analysis results showing Pearson correlation of -0,06 (very weak) and significancy value of 0,951 (insignificant).

Conclusion: There is no significant relationship between length of hemodialysis and changes in body mass index in end stage chronic kidney disease patients who are going through hemodialysis in RSUP Haji Adam Malik Medan.

(5)

K A T A PE NG A NT A R

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penelitian ini. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis menyelesaikan penelitian ini, diantaranya:

1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Kepada dosen pembimbing penulisan penelitian ini, dr. Nelly Elfrida Samosir, Sp.PK, yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini.

3. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Yuki Yunanda yang telah menjadi dosen penasihat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada dosen penguji dr. Hemma Yulfi, DAP&E, Med.Ed (IMR) dan Ibu Nenni Dwi A. Lubis SP., MSi yang bersedia meluangkan waktu untuk memberi saran dan kritik yang membangun dan kesediaannya menjadi penguji

5. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada dr. Juliandi Harahap, M.Kes dan dr. Rina Amelia, MARS yang telah bersedia meluangkan waktu intik membantu penulis memahami metode penelitian bidang kesehatan.

(6)

7. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh sahabat penulis, Epifanus Arie Tanoto, Stefani Susilo, Andi Susilo, Willy Winardi Purnawan, Patria T. Tarigan dan Juan Carson Marbun yang turut memberikan motivasi dan dukungan bagi penulis untuk merampungkan proposal ini.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru, dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian yang berjudul “Hubungan Lama Hemodialisa dengan Status Indeks Massa Tubuh Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan” ini. Harapan penulis semoga penelitian ini mendapat persetujuan untuk pelaksanaan demi memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan proposal penelitian ini di kemudian hari.

Medan, 22 Desember 2011

Penulis

DAFTAR ISI

(7)

Kata Pengantar …………... ii

Daftar Isi ………... iv

Daftar Tabel... vii

Daftar Gambar... ... viii

Daftar Lampiran...ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

7.1.1.1. Latar Belakang ... 1

7.2.1.2. Rumusan Masalah ... 3

7.3.1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

7.4.1.4. Manfaat Penelitian... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 5

2.1. Anatomi Ginjal ... 5

2.2. Penyakit Ginjal Kronik ... 7

2.1.1. Gambaran Umum ... 7

2.1.2. Etiologi ... 7

2.1.3. Klasifikasi ... 8

2.1.4. Gambaran Klinis ... 8

2.1.5. Penatalaksanaan ... 9

2.3. Hemodialisis ... 10

(8)

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI

OPERASIONAL………...…….. 14

3.1. Kerangka Konsep Penelitian……...……… 14

3.2. Variabel dan Definisi Operasional…..……… 14

3.3. Hipotesis………. 15

BAB IV METODE PENELITIAN……… 16

4.1. Jenis Penelitian ... 16

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

4.3. Populasi dan Sampel ... 16

4.3.1. Populasi Target ... 16

4.3.2. Kriteria Inklusi... 16

4.3.3. Kriteria Eksklusi ... 16

4.3.4. Subjek yang Diteliti ... 16

4.3.5. Besar Sampel ... 17

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 17

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 17

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 18

5.1. Hasil Penelitian ... 18

5.1.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian ... 18

(9)

5.2. Hasil Analisis Statistik ... 21

5.2.1. Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT ... 21

5.2.2. Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT Berdasarkan Penyakit Pendasar ... 21

5.2.2.1. Penyakit Pendasar: Hipertensi ... 21

5.2.2.2. Penyakit Pendasar: DM ... 22

5.2.2.3. Penyakit Pendasar: Hipertensi & DM ... 22

5.2.2.4. Penyakit Pendasar: Nephrolithiasis ... 23

5.2.2.5. Penyakit Pendasar: Penyakit Lain ... 23

5.3. Pembahasan ... 23

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……….… 26

6.1. Kesimpulan……...…………...……… 26

6.2. Saran...…..……… 26

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi dan Perencanaan Tindakan Penyakit Ginjal... 8

Tabel 5.1. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin... 19

Tabel 5.2. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Usia... 19

Tabel 5.3. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Lama HD... 20

Tabel 5.4. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan IMT... 20

Tabel 5.5. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Penyakit Pendasar.... 21

Tabel 5.6. Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT... 22

Tabel 5.7. Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT (Hipertensi)... 22

Tabel 5.8. Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT (DM)... 23

Tabel 5.9. Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT (Hipertensi & DM). 23

Tabel 5.10. Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT (Nephrolithiasis)... 24

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN 2 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

LAMPIRAN 3 Formulir Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian

LAMPIRAN 4 Data Sampel

LAMPIRAN 5 Tabel Analisa Statistik

LAMPIRAN 6 Surat Persetujuan Komisi Etik

LAMPIRAN 7 Surat Ijin Studi Pendahuluan

(13)

yang menjalani hemodialisis. Pada proses hemodialisis terdapat efek samping yang tidak diharapkan, seperti menimbulnya rasa mual dan berkurangnya nafsu makan. Hal ini dapat mempengaruhi berat badan penderita yang juga akan mengubah indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh sendiri terbukti memiliki peran penting dalam menilai prognosis penderita yang menjalani hemodialisis sehingga perlu diketahui hubungan antara lama hemodialisis dan perubahan indeks massa tubuh dari penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

M etode Penelitian: Penelitian ini dilakukan di instalasi hemodialisis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Dari seluruh populasi, yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi terdapat 117 penderita yang kemudian diambil data lama hemodialisis, berat badan dan tinggi badan pertama kali hemodialisis dan sekarang. Perubahan indeks massa tubuh lalu dihitung dan dimasukkan ke dalam program SPSS (Statistics Package for Social Science) untuk diolah dan interpretasi dengan uji korelasi.

H asil Penelitian: Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama hemodialisis dan perubahan indeks massa tubuh berdasarkan hasil analisa data yang menunjukkan angka Pearson correlation -0,06 yang menunjukkan korelasi yang sangat lemah dan nilai signifikansi 0,951 yang menunjukkan hasil tersebut tidak signifikan.

K esimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama hemodialisis dan perubahan indeks massa tubuh pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan.

(14)

A B ST R A C T

B ackground: There is substantial increase in end stage chronic kidney disease patients during these past years which cause an increase in patients who is on hemodialysis. Hemodialysis causes unwanted side-effects, such as nausea and loss of appetite. These effects cause changes in patient’s body weight which will then affect the body mass index. Body mass index has been proven important in predicting the prognosis of patients who are going through hemodialysis, so it is also important that we are able to acknowledge the relationship between the length of hemodialysis and the changes in body mass index in chronic kidney disease patients going through hemodialysis.

M ethods: This study was done in hemodialysis centre in Haji Adam Malik Medan Hospital. Samples in this study was taken using total sampling. From total population in hemodialysis centre, 117 patients match the inclusion and exclusion criteria. Data such as length of hemodialysis, body weight and height (1st dialysis and current) were taken from all the samples., difference in body mass index is then calculated. All data was then processed and interpreted using SPSS (Statistics Package for Social Science).

R esults: There is no significant relationship found between length of hemodialysis and changes in body mass index presented by the data analysis results showing Pearson correlation of -0,06 (very weak) and significancy value of 0,951 (insignificant).

Conclusion: There is no significant relationship between length of hemodialysis and changes in body mass index in end stage chronic kidney disease patients who are going through hemodialysis in RSUP Haji Adam Malik Medan.

(15)

B A B I

PE NDA H UL UA N

1.1. L atar B elakang

Penyakit ginjal kronik merupakan salah satu penyakit kronis yang memiliki prevalensi tertinggi di dunia. Di Amerika Serikat, penyakit ginjal kronik merupakan penyebab kematian dengan urutan ke-9 dan memiliki perkembangan yang sangat pesat (Arora, 2010). Pada tahun 1990-2001 United States Renal Data System (USRDS) menyatakan adanya peningkatan penderita gagal ginjal kronik sebesar 104% (ibid.). Mengingat pentingnya peran ginjal dalam proses homeostasis tubuh maka penyakit ini perlu mendapat perhatian khusus. Ginjal berfungsi vital dalam proses ekskresi zat-zat sisa tubuh serta mengatur volume dan konsentrasi cairan tubuh. Pada penyakit ini, penderita mengalami kerusakan ginjal yang signifikan; hal ini dapat menyebabkan beberapa masalah lainnya seperti asidosis metabolik dan hipertensi.

Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, maka dilaksanakanlah renal replacement therapy untuk mengkompensasi fungsi ginjal yang berkurang. Salah satu renal replacement therapy yang paling sering dilaksanakan oleh penderita GGK adalah hemodialisis (HD). Pada akhir tahun 2004, sekitar 1.783.000 jiwa di seluruh dunia menjalani pengobatan E nd Stage Renal Disease (ESRD), 77% di antaranya menjalani dialisis dan 23% lainnya menjalani transplantasi ginjal (Grassmann, 2005). Prevalensi penderita ESRD pada seluruh Asia kecuali Jepang adalah 237.000 jiwa dengan 196.000 di antaranya menjalani dialisis (ibid.). Dengan 14% dari total pasien dialisis, dapat dikatakan bahwa prevalensi penderita ESRD yang menjalani terapi tersebut telah mencapai suatu jumlah yang signifikan.

(16)

Masalah lainnya dengan terapi ini adalah masalah finansial, mengingat biaya HD yang cukup mahal. Namun diluar masalah psikologis dan ekonomis tersebut ternyata masih terdapat banyak komplikasi medis yang cukup merugikan bagi penderita.

Beberapa faktor telah terbukti berperan dalam menentukan prognosis penderita gagal ginjal kronik. Pada penderita gagal ginjal kronik, kemampuan sel-sel untuk mengambil glukosa menurun yang akhirnya mengakibatkan berkurangnya nutrisi yang diperoleh sel-sel tersebut. Hal ini dapat menyebabkan perubahan pada indeks massa tubuh (IMT) pada penderita dan tampak lebih signifikan bila penderita menjalani HD. (Liu & Chertow, 2008)

IMT terbukti penting diperhatikan pada penderita penyakit ginjal kronik. Penderita dengan IMT yang rendah ternyata memiliki resiko mortalitas yang lebih besar dibanding dengan penderita dengan IMT yang tinggi. Salahudeen pada tahun 2003 menyatakan bahwa dari 1300 pasien yang diteliti dengan metode kohort, ditemukan bahwa mereka dengan IMT > 27,5 ternyata memiliki 12 month survival yang lebih baik daripada mereka dengan IMT normal (20 - 27,5) atau kurang (< 20).

(17)

1.2. R umusan M asalah

Apakah ada hubungan antara perubahan indeks massa tubuh penderita gagal ginjal kronik dan lama menjalani hemodialisis di RSUP HAM Medan pada bulan Juli 2011?

1.3. T uj uan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara perubahan indeks massa tubuh penderita gagal ginjal kronik dengan lama menjalani hemodialisis di RSUP HAM Medan pada bulan Juli 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

8.Untuk mengetahui lamanya menjalani hemodialisis penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP HAM Medan pada bulan Juli 2011.

9.Untuk mengetahui status IMT penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP HAM Medan pada bulan Juli 2011. 10. Untuk mengetahui status IMT penderita gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisis berdasarkan penyakit yang mendasarinya di RSUP HAM Medan pada bulan Juli 2011.

1.4. M anfaat Penelitian

1.4.1. Bidang Akademik

Hasil penelitian diharapkan dapat memperluas wawasan di bidang medis yang diteliti dan dapat menjadi acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya di bidang yang sama.

1.4.2. Bidang Pelayanan Masyarakat

(18)

1.4.3. Bidang Penelitian

(19)

B A B 2

T I NJ A UA N PUST A K A

2.1. A natomi G inj al

Ginjal terselubungi oleh suatu lapis jaringan fibrosa yang disebut hilum

yang tampak halus akan tetapi kuat. Lapisan ini menyelubungi ginjal dengan sangat ketat, tetapi dapat terbuka dengan mudah. Di bawah lapisan tersebut maka dapat terlihat ginjal dengan permukaannya yang halus dan berwarna merah tua. Di Tengah-tengah ginjal terdapat rongga yang disebut sinus; rongga tersebut juga terlapisi oleh hilum (Gray, 1995).

Segala benda seperti pembuluh darah dan duktus ekskretorik akan memasuki ginjal melalui fisura tersebut. Duktus ekskretorik ginjal, ureter setelah masuk ke dalam ginjal akan melebar seperti sebuah kerucut, struktur ini dinamakan pelvis. Pelvis akan bercabang menjadi dua atau tiga percabangan yang akan memisah lagi yang disebut dengan calices atau infundibula; semua struktur tersebut berada di dalam rongga ginjal (Gray, 1995).

Bagian korteks dari ginjal berwarna merah muda, lunak, granular, dan mudah terlaserasi. Bagian yang memisah sisi-sisi dari dua piramid dimana arteri dan nervus masuk, dan dimana vena dan kelenjar limfe keluar dari ginjal disebut

cortical coloumn atau columna Bertini; sementara porsi yang menghubungkan antara satu cortical coloumn dengan yang lainnya disebut cortical arch dengan kedalaman yang bervariasi dari 0,8-1,3 cm (Gray, 1995).

(20)

Gambar 2.1 Ginjal, parenkim dan pelvis ginjal terpapar (Netter, 2003 hal. 334)

Tubuli uriniferi yang membentuk sebagian besar dari ginjal mulai dari korteks ginjal, lalu membentuk suatu sirkuit melalui korteks dan medulla, dan akhirnya berakhir di apeks Malpighian pyramids dimana cairan yang berada di dalam tubulus tersebut mengalir ke kaliks yang berada di dalam sinus ginjal. Bila permukaan dari salah satu papila diamati, maka dapat terlihat bahwa permukaan papila tersebut bertaburkan dengan depresi-depresi yang berjumlah 16-20, dan bila sediaan ginjal yang segar diberi tekanan maka dapat terlihat cairan yang terpancarkan dari depresi-depresi tersebut. Depresi-depresi tersebut bermula di korteks sebagai Malphigian bodies, Badan-badan tersebut hanya terdapat pada bagian korteks ginjal. Setiap badan tersebut terbagi atas dua bagian: suatu gumpalan pembuluh darah, Malphigian tuft; dan suatu membran pembungkus,

(21)

Tubuli uriniferi yang bermula pada Malphigian bodies dalam perjalanannya melewati korteks dan medulla dari ginjal. Setelah melewati

Malphigian capsule akan ada suatu penyempitan yang disebut neck atau leher dari tubulus tersebut. Setelah itu maka tubulus akan berbelit pada bagian korteks membentuk proximal convoluted tubule. Dalam perjalanannya ke daerah medulla tubulus membentuk suatu spiral yang disebut spiral tube of Schachowa. Pada daerah medulla, tubulus tiba-tiba mengecil dan melandai ke dalam piramid dengan kedalaman yang bervariasi membentuk descending limb of Henle’ s loop; lalu tubulus akan melengkung naik (loop of Henle), membesar membentuk

ascending limb of Henle’ s loop dan kembali memasuki ke korteks. Ascending limb of Henle lalu membentuk distal convoluted tubule yang menyerupai

proximal convoluted tubule; ini akan berakhir dengan suatu lengkungan yang memasuki collecting tube (Gray, 1995).

2.2. Penyakit G inj al K ronik

2.2.1. Gambaran Umum

Hilangnya fungsi ginjal secara progresif. Pada awalnya ginjal akan mengkompensasi kerusakan yang telah terjadi dengan cara hiperfiltrasi dengan nefron-nefron yang tersisa. Seiring dengan waktu, hal ini sendiri dapat menyebabkan kehilangan fungsi ginjal.

Hilangnya fungsi ginjal secara kronis menyebabkan atropi dan membentuk jaringan parut secara progresif pada seluruh ginjal. Akan tetapi, gejala-gejala gagal ginjal hanya akan timbul setelah rusaknya 70% dari total fungsi kedua belah ginjal (Swierzewski, 2011).

2.2.2. Etiologi

(22)

memberi beban lebih dan kerusakan pada jaringan ginjal yang tersisa. Selain daripada itu, perubahan fisiologi sekunder dari dehidrasi, infeksi, uropati obstruktif, atau hipertensi dapat menyebabkan penderita borderline menjadi uremia kronik tidak terkompensasi (Amend & Vincenti, 2008).

2.2.3. Klasifikasi

Pada tahun 2003, Perazella dan Reilly menetapkan suatu klasifikasi dari penyakit ginjal kronis berdasarkan laju filtrasi glomerulus. Dengan adanya suatu sistem klasifikasi ini, maka diharapkan faktor-faktor yang mempercepat progresi dari penyakit ginjal kronis, pengobatan yang akan diberikan, efek yang tidak diinginkan dapat diketahui dan ditetapkan dengan lebih mudah. Selain itu, suatu klasifikasi juga dapat digunakan untuk pedoman klinis, dan program peningkatan kualitas (Perazella & Reilly, 2003).

Tabel 2.1. Klasifikasi dan Perencanaan Tindakan Penyakit Ginjal

(23)

2.2.4. Gambaran Klinis

Pada penyakit ginjal kronis (PGK) yang ringan, terkadang tidak dapat ditemukan gejala apapun. Gejala seperti pruritus, malaise, kejenuhan, mudah lupa, berkurangnya libido, mual, dan mudah lelah merupakan keluhan yang sering dijumpai pada penderita PGK. Gagal tumbuh merupakan keluhan utama pada penderita pra-remaja. Gejala kelainan multi-sistem seperti systemic lupus erythematosus juga secara kebetulan dapat terlihat. Kebayakan penderita PGK memiliki tekanan darah yang tinggi yang disebabkan oleh overload cairan atau hiperreninemia. Akan tetapi beberapa penderita memiliki tekanan darah yang normal atau rendah; hal ini dapat terjadi bila penderita memiliki kecenderungan hilagnya garam pada ginjal seperti pada medullary cystic disease. Denyut nadi dan laju nafas cepat akibat dari anemia dan asidosis metabolik. Pada penderita PGK stadium V dapat terlihat adanya uremic fetor, pericarditis, asterixis, perubahan pemikiran, dan neuropati perifer. Apabila ginjal dapat diraba, maka diduga

polycystic disease. Pemeriksaan dengan oftalmoskop dapat menunjukkan adanya retinopati hipertensif atau diabetik retinopati. Perubahan pada kornea biasanya dihubungkan dengan penyakit metabolik seperti F abry disease, cystinosis, dan

Alport hereditary nephritis (Amend & Vincenti, 2008).

2.2.5. Penatalaksanaan

Berdasarkan penelitian terbaru beberapa obat dapat memperlambat kemajuan PGK. Pendekatan ini meliput penggunaan angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACE-inhibitor), angiotensin receptor blocker (ARB), lipid-lowering agents, dan aldosterone antagonist. Pasien harus diobservasi dengan cermat untuk mencegah terjadinya hiperkalemia (Amend & Vincenti, 2008).

(24)

dapat membantu pada kasus asidemia sedang. Sedangkan anemia dapat ditangani dengan pemberian erythropoietin rekombinan secara subkutan (Amend & Vincenti, 2008).

Bila kegagalan ginjal sudah terjadi maka dapat dilakukan beberapa hal, seperti dialisis peritoneal kronik, hemodialisis kronik, dan pencangkokkan ginjal. Pilihan utama dalam renal replacement therapy ini adalah hemodialisis kronik yang menggunakan membran dialisis semi-permeable. Dialisis peritoneal hanya akan dilakukan bila pasien memilihnya atau bila tidak ditemukannya akses vaskular untuk menjalankan hemodialisis. Pencangkokkan ginjal merupakan pilihan yang relatif karena banyak efek samping yang dapat terjadi. Pencangkokkan dapat memberi resiko onkogenik dan efek-efek samping dari obat-obatan yang diberi untuk mengatasi reaksi penolakan tersebut; seperti efek

immunosuppressant yang menyebabkan kerentanan terhadap infeksi dan adanya supresi sumsum tulang (Amend & Vincenti, 2008).

2.3. H emodialisis

Pelaksanaan HD dilaksanakan bila penderita telah mencapai PGK stadium 5 atau gagal ginjal. Bila laju filtrasi glomerulus (LFG) penderita berkurang hingga 30 atau telah mencapai stadium 4 PGK, maka sebagai seorang dokter harus menjelaskan pilihan-pilihan terapi untuk PGK (National Kidney Foundation, 2007).

HD akan dapat membantu penderita dengan mempermudah kerja ginjal. Mengekskresi zat-zat sisa, garam, dan cairan yang berlebih agar tidak terakumulasi dalam sirkulasi tubuh; menjaga beberapa zat kimia dalam kadar yang aman bagi tubuh. Selain itu, proses HD juga akan meregulasi tekanan darah pasien (National Kidney Foundation, 2007).

(25)

Akses dapat dilakukan dengan tiga cara: fistula, graft, atau kateter. Fistula merupakan pilihan pertama karena tidak komplikasinya sedikit dan dapat bertahan lebih lama. Pembuatan akses fistula harus dilakukan sedikitnya enam bulan sebelum HD dimulai agar lokasi akses dapat sembuh dengan sempurna. Fistula dibuat dengan cara menghubungkan arteri dengan vena yang ada di bawah kulit. Bila fistula tidak dapat dilakukan, maka akan dilakukan proses graft; akses ini mirip dengan fistula, tetapi arteri dan vena dihubungkan oleh tabung sintetis yang lembut yang akan diletakkan di bawah kulit (National Kidney Foundation, 2007).

Setelah fistula atau graft sembuh, maka HD dapat dilaksanakan. Dalam proses HD akan digunakan dua jarum; satu dimasukkan ke sisi arteri dan yang lainnya di sisi vena pada tempat akses. Kedua jarum tersebut akan disambung ke tabung plastik dimana satu jarum akan mengalirkan darah ke dialyser dan yang satunya lagi mengalirkan darah kembali ke tubuh (National Kidney Foundation, 2007).

Cara akses yang terakhir disebut kateter. Kateter ini diinsersi pada vena leher atau dada. Akses ini biasanya digunakan hanya untuk sementara; dapat juga digunakan secara permanen tetapi hanya bila fistula dan graft tidak dapat dilakukan. Kateter dapat langsung disambungkan ke alat dialisis tanpa penggunaan jarum-jarum (National Kidney Foundation, 2007).

Dialyser terbagi atas dua bagian, darah dan cairan pembersih yang disebut

(26)

Gambar 2.3 - Diagram hemodialisis (National Kidney Foundation, 2007)

2.4. I ndeks M assa T ubuh

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan suatu satuan penilaian status nutrisi seseorang. IMT dapat dihitung dari pengukuran berat badan (BB) dalam satuan kilogram dan tinggi badan (TB) dalam satuan meter dengan rumus BB/TB². Berdasarkan IMT maka status seseorang dibagi atas empat kelompok yaitu,

underweight (<18,5), normoweight (18,5-24,9), overweight (25-29,9), obese (>30) (NHLBI, 2011). PGK dapat menyebabkan penurunan pada status IMT seseorang. Hal ini dapat terjadi akibat adanya penurunan kemampuan sel-sel tubuh dalam mengambil glukosa (Liu & Chertow, 2008).

(27)

anemia dan dialisis asetat yang dapat terjadi pascaHD. Bila seorang penderita ternyata mengalami penurunan berat badan melebihi berat kering (berat yang diprediksi pascaHD), penderita tersebut juga dapat mengalami rasa mual dan lelah (AAKP, 2011 & Shankar, 2008).

(28)

B A B I I I

K E R A NG K A K ONSE P DA N DE F I NI SI OPE R A SI ONA L

3.1. K erangka K onsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.2. V ariabel dan Definisi Operasional

Lama hemodialisis

10.1. Definisi : Jangka waktu sejak penderita didiagnosis dengan GGK dan menjalani hemodialisis.

10.2. Cara ukur : Dilihat dari catatan pada rekam medis. 10.3. Alat ukur : Rekam medis.

11. Skala pengukuran : Numerik.

Penyakit yang mendasari

a. Definisi : Penyakit yang diduga menyebabkan GGK. b. Cara ukur : Dilihat dari catatan pada rekam medis. c. Alat ukur : Rekam medis.

d. Skala pengukuran : Nominal. Lama Hemodialisa

Indeks Massa Tubuh

Penyakit Yang Mendasari

V ariabel I ndependen

V ariabel Dependen

(29)

Indeks massa tubuh

a. Definisi : Suatu satuan penilaian status nutrisi seseorang yang dihitung dari tinggi badan dan berat badan.

b. Cara ukur :

• Ukur tinggi badan (TB) menggunakan staturmeter • Ukur berat badan (BB) dengan menggunakan timbangan

• Hitung indeks massa tubuh dengan rumus BB/TB² dimana satuan BB adalah kilogram dan satuan TB dalam meter

•Indeks massa tubuh dihitung pada ssat pertama kali hemodialisis dan pada bulan Juli 2011.

c. Alat ukur : Rekam medis, timbangan, staturmeter. d. Skala pengukuran : ordinal.

3.3. H ipotesis

(30)

B A B I V

M E T ODE PE NE L I T I A N

4.1. J enis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama hemodialisis dengan perubahan indeks massa tubuh penderita dengan cara pengumpulan dan pengukuran data.

4.2. W aktu dan T empat Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Juli 2011. Penelitian ini akan dilakukan pada RSUP HAM, Medan, Sumatera Utara.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi T arget

Populasi penelitian ini adalah penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis pada RSUP HAM, Medan, Sumatera Utara.

4.3.2. K riteria I nklusi

Penderita penyakit ginjal kronik yang terdiagnosa gagal ginjal yang sedang menjalani hemodialisis di RSUP HAM, Medan, Sumatera Utara.

4.3.3. K riteria E ksklusi

Penderita hemodialisis karena gagal ginjal akut.

4.3.4. Subj ek yang Diteliti

Semua populasi terjangkau yang masuk kriteria inklusi.

4.3.5. B esar Sampel

Jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan metode total sampling, dimana seluruh penderita gagal ginjal kronik yang sedang menjalani hemodialisis di RSUP HAM pada bulan Juli 2011.

(31)

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil data primer berupa pengukuran langsung dan data sekunder berupa data yang diambil dari rekam medis. Data primer dan sekunder ini diambil dari RSUP HAM, Medan, Sumatera Utara.

4.5. Pengolahan dan A nalisis Data

(32)

B A B V

H A SI L PE NE L I T I A N DA N PE M B A H A SA N

5.1. H asil Penelitian

5.1.1. G ambaran Umum L okasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/Menkes/SK/VII/1990. RSUP Haji Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

RSUP Haji Adam Malik Medan memiliki Instalasi Hemodialisis yang berada pada gedung C. Instalasi Hemodialisis tersebut merupakan lokasi pengambilan data pada penelitian ini. Instalasi hemodialisis sendiri buka dari hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 08.00 WIB sampai sore pukul 17.00 WIB. Dimana pasien menjalani hemodialisis dua kali seminggu yang dibagi dalam 3 kelompok jadwal yaitu: kelompok Senin dan Kamis, kelompok Selasa dan Jumat, kelompok Rabu dan Sabtu.

5.1.2. Deskripsi K arakteristik Sampel

(33)

T abel 5.1. K arakteristik Sampel Penelitian B erdasar kan J enis K elamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentasi (%)

Pria 72 61,5%

Wanita 45 38,5%

Total 117 100%

Pada Tabel 5.1. di atas dapat dilihat bahwa jumlah sampel pria adalah 72 (61,5%), sedangkan sampel wanita berjumlah 45 (38,5%).

T abel 5.2. K arakteristik Sampel Penelitian B erdasar kan Usia

Usia Jumlah persentasi

< 30 7 6,0%

31-40 30 25,6%

41-50 43 36,8%

51-60 28 23,9%

> 60 9 7,7%

Total 117 100%

Dari Tabel 5.2. di atas dapat dilihat bahwa kelompok usia terbanyak penderita GGK yang menjalani HD di RSUP HAM Medan adalah antara 41-50 tahun (36,8%).

T abel 5.3. K arakteristik Sampel Penelitian B erdasar kan L ama H D

Lama HD Jumlah Persentasi

< 1 Tahun 67 57,3%

1-5 Tahun 46 39,3%

> 5 Tahun 4 3,4%

(34)
[image:34.595.112.511.258.405.2]

Tabel 5.3. di atas menunjukkan seluruh sampel penelitian berdasarkan lamanya penderita GGK menjalani HD di RSUP Haji Adam Malik Medan. Dapat dilihat bahwa kelompok dengan populasi terbesar adalah yang menjalani HD di bawah 1 tahun (57,3%), diiringi dengan yang menjalani HD selama 1-5 tahun (39,3%) dan di atas 5 tahun (3,4%).

T abel 5.4. K arakteristik Sampel Penelitian B erdasar kan I M T

Golongan IMT Jumlah Persentasi

Underweight 22 18,8%

Normoweight 68 58,1%

Overweight 22 18,8%

Obese 5 4,3%

Total 117 100%

Dari seluruh sampel, 58,1% penderita yang menjalani HD di RSUP HAM Medan memiliki IMT normal. Untuk kelompok underweight dan overweight

masing-masing memiliki persentasi 18,8% dari total sampel, sedangkan kelompok

obese hanya 5 penderita atau 4,3%.

T abel 5.5. K arakteristik Sampel Penelitian B erdasar kan Penyakit Pendasar

Penyakit Pendasar Jumlah Persentasi

Hipertensi 48 41,0%

DM 6 5,1%

Hipertensi & DM 13 11,1%

Nefrolitiasis 18 15,4%

Penyakit Lain 32 27,4%

(35)

Berdasarkan tabel 5.5. di atas maka dapat disimpulkan bahwa penyakit pendasar yang paling banyak ditemui pada penderita GGK yang menjalani HD di RSUP HAM Medan adalah hipertensi (41,0%). Penyakit nefrolitiasis merupakan penyakit kedua terbanyak yang menyebabkan GGK dengan persentasi 15,4%, diiringi oleh penyakit hipertensi & DM (5,1%) dan DM (5,1%); dimana sampel selebihnya oleh penyakit lain.

5.2. H asil A nalisis Statistik

T abel 5.6. H ubungan L ama H D Dengan Perubahan I M T

Perubahan IMT

Lama HD (Bulan)

Pearson correlation -0,06

[image:35.595.110.513.324.412.2]

Sig. (2-tailed) 0,951

Tabel 5.6. menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara lama HD dengan perubahan IMT pada penderita GGK yang menjalani HD di RSUP HAM Medan. Hal ini digambarkan oleh nilai korelasi -0,06 (sangat lemah : 0,000-0,199) dan nilai signifikansi 0,951 (signifikan bila < 0,05).

Tabel 5.7. Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT (Hipertensi) Perubahan IMT

Lama HD (Bulan)

Pearson correlation 0,129

Sig. (2-tailed) 0,384

[image:35.595.115.511.561.648.2]
(36)
[image:36.595.110.512.199.289.2]

penderita GGK yang berpenyakit pendasar hipertensi yang menjalani HD di RSUP HAM Medan.

Tabel 5.8. Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT (DM) Perubahan IMT

Lama HD (Bulan)

Pearson correlation 0,629

Sig. (2-tailed) 0,181

Pada penderita GGK dengan penyakit pendasar DM, dapat terlihat adanya peningkatan IMT dengan korelasi yang kuat dengan nilai Pearson correlation

[image:36.595.113.513.434.523.2]

0,629 (kuat : 0,600-0,799); tetapi perubahan tersebut tidak signifikan karena nilai signifikansinya 0,181 (signifikan bila < 0,05).

Tabel 5.9. Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT (Hipertensi & DM) Perubahan IMT

Lama HD (Bulan)

Pearson correlation -0,302

Sig. (2-tailed) 0,316

(37)
[image:37.595.114.512.136.226.2]

Tabel 5.10. Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT (Nefrolitiasis) Perubahan IMT

Lama HD (Bulan)

Pearson correlation -0,355

Sig. (2-tailed) 0,148

Pada tabel 5.10. nilai korelasi adalah -0,355 dan nilai signifikansi 0,148 yang menunjukkan korelasi yang lemah (0,200-0,399) dan tidak signifikan antara lama HD dan perubahan IMT pada penderita GGK dengan penyakit pendasar nefrolitiasis.

Tabel 5.11. Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT (Penyakit Lain) Perubahan IMT

Lama HD (Bulan)

Pearson correlation -0,355

Sig. (2-tailed) 0,148

Berdasarkan tabel 5.11. dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lama HD dan perubahan IMT pada penderita GGK dengan penyakit pendasar lainnya. -0,355 menunjukkan korelasi yang lemah (0,200-0,399) dan nilai signifikansi 0,148 menyatakan hubungan yang tidak signifikan (signifikan bila < 0,05).

5.3. Pembahasan

[image:37.595.114.512.374.462.2]
(38)

penyakit kardiovaskular, obesitas, kadar kolesterol yang tinggi, dan riwayat GGK pada keluarga (CDC, 2010).

Penelitian ini menunjukkan bahwa 57,3% sampel masuk dalam rentang waktu lama HD di bawah 1 tahun. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo pada tahun 2009, dimana rata-rata sampel masuk dalam rentang waktu 2-5 tahun (Junaidi, 2009). Perbedaan rentang waktu ini dapat disebabkan oleh beberapa komplikasi dari proses HD itu sendiri seperti anemia, infeksi, penyakit kardiovaskular, malnutrisi protein-kalori maupun komplikasi lainnya (Himmelfarb, 2005). Persentasi sampel yang masuk ke dalam rentang waktu di bawah 1 tahun juga dapat menyebabkan hasil yang kurang akurat akibat tidak cukupnya waktu untuk menimbulkan efek pada IMT akibat proses HD yang berkepanjangan.

Data IMT sampel yang didapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 58,1% dari sampel masuk dalam golongan normoweight, data ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dengan IMT rata-rata sampel 22,3 (normoweight) (Junaidi, 2009).

Pada penelitian ini, hasil yang didapat menunjukkan tidak adanya korelasi yang signifikan antara lamanya penderita GGK menjalani HD dan perubahan IMT dengan nilai korelasi -0,06 dan signifikansi 0,95. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada RS Cipto Mangunkusumo yang menunjukkan korelasi kuat dengan nilai korelasi Pearson 0,709 dan signifikan dengan nilai signifikansi 0,000 antara lama HD dan status IMT penderita GGK yang menjalani HD (Junaidi, 2009).

Hasil yang didapat dari RS Cipto Mangunkusumo tersebut diambil dari populasi sampel yang dominan berpenyakit pendasar DM, sedangkan hal ini berbeda dengan populasi penelitian ini dimana sampel yang berpenyakit pendasar DM hanya 5,1%. Pada penelitian ini, hasil yang didapati dari penderita yang berpenyakit pendasar DM ini menunjukkan korelasi yang kuat dengan nilai

(39)

Dari hasil penelitian berdasarkan penyakit yang mendasari seperti hipertensi, DM, hipertensi & DM dan nefrolitiasis maka dapat terlihat bahwa tidak ada hubungan antara lama HD dan perubahan IMT berdasarkan penyakit pendasarnya. Dari keseluruhan hasil berdasarkan penyakit pendasar, hanya penyakit DM yang menunjukkan suatu korelasi yang kuat. Hal ini mungkin dapat menyatakan bahwa penyakit pendasar GGK memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan IMT pada penderita GGK.

(40)

B A B V I

K E SI M PUL A N DA N SA R A N

6.1. K esimpulan

a. Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama HD dengan perubahan IMT pada penderita GGK yang menjalani HD di RSUP HAM Medan. b Penderita yang menjalani HD di RSUP HAM paling banyak termasuk

dalam rentang kurang dari 1 tahun (57,3%).

c. 58,1% penderita yang menjalani HD di RSUP HAM termasuk ke dalam kelompok IMT normoweight.

d. Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama HD dengan peningkatan IMT pada penderita GGK yang berpenyakit pendasar hipertensi, DM, hipertensi & DM dan nefrolitiasis.

e. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara lama HD dengan penurunan IMT pada penderita yang berpenyakit pendasar lainnya.

6.2. Saran

11.1.1.1. Pendataan pada rekam medis yang lebih lengkap dan akurat pada instalasi HD di RSUP HAM Medan.

(41)

DA F T A R PUST A K A

Amend, W.J.C. Jr. MD, Vincenti, F.G. MD, 2008. Chronic Renal F ailure & Dialysis. In: Tanagho, E.A., McAninch, J.W. Smith’ s General Urology. 17th ed. USA: McGrawHill, 535-537.

American Association of Kidney Patients. (2011). Why Do I F eel Nauseous and Lethargic After Dialysis?. Available from:

Arora, P., MD, 2010. Chronic Renal F ailure. Available from:

2011].

CDC. (2010). National Chronic Kidney Disease Fact Sheet. Available from: 12-2011].

Grassmann, A., Gioberge, S., Moeller, S., Brown, G. (2005). E SRD patients in 2004: global overview of patient numbers, treatment modalities and associated trends. Nephrology Dialysis Transplantation. Available from:

2011].

Gray, H. (1995). Gray’ s anatomy.15th ed. USA: Barnes & Noble, 969-975.

(42)

Himmelfarb, J., MD, 2005. Core Curriculum in Nephrology: Hemodialysis

Complications. Available from:

2011]

Junaidi, M.A., 2009. Status indeks masa tubuh pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di rumah sakit Cipto Mangunkusumo pada bulan

F ebruari 2009 dan korelasinya dengan lama menjalani hemodialisis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Available from:

28-04-2011].

Liu, K.D., Chertow, G.M. (2008). Dialysis in the Treatment of Renal F ailure. In: Fauci, A.S. MD, Braunwald, E. MD, Kasper, D.L. MD, et al. Harrison’ s Principles of internal medicine. 17th ed.USA:McGrawHill, 1772-1775.

Netter, F., MD, 2003. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. USA: Saunders Elsevier, 334.

National Kidney Foundation, 2007. Hemodialysis: What You Need to K now. Available from: 04-2011].

Perazella, M.A., Reilly, R.F., 2003. Chronic Kidney Disease: A New Classification and Staging System. Hospital Physician. Available from:

2011].

Salahudeen, A.K. (2003). Is it really good to be fat on dialysis?. Nephrology Dialysis Transplantation. Available from:

(43)

Shankar, A., Leng, C., Chia, K.S., et al. (2008). Association between body mass index and chronic kidney disease in men and women: population-based study of Malay adults in Singapore. Nephrology Dialysis Transplantation. Available from: 05-05-2011].

(44)

DA F T A R R I W A Y A T H I DUP

12. Data Pribadi

Nama : Vincent

Tempat/ TanggalLahir : Medan/ 17 Agustus 1990

Agama : Buddha

Alamat : Jl. Rengas no 02, Cemara Asri, Medan 20371

Telepon : 061-6624505

13. R iwayat Pendidikan

e.Tahun 1993-1995 : TK Swasta Ahmad Yani Binjai f.Tahun 1995-2001 : SD Swasta Ahmad Yani Binjai g.Tahun 2001-2003 : SMP Swasta Ahmad Yani Binjai

h.Tahun 2003-2007 : Uplands - The International School of Penang i.Tahun 2007-2008 : Taylors College Sydney

14. R iwayat Pelatihan

f.Seminar Hepatitis Update Continuing Medical Education Professional Development Unit FK USU 2011

15. R iwayat Organisasi

e.Tahun 2010-2011 : Anggota Bakti Sosial KMB

(45)

L E M B A R PE NJ E L A SA N K E PA DA C A L ON SUB J E K PE NE L I T I A N

Dengan hormat,

Saya Vincent, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya sedang mengadakan penelitian

dengan judul “ H ubungan L ama H emodialisa dengan Perubahan I ndeks

M assa T ubuh di R SUP H . A dam M alik, M edan”.

Saya akan melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk penghitungan indeks massa tubuh yang nantinya akan dipakai dalam data penelitian. Data berat badan dan tinggi badan pada saat pertama kali hemodialisa serta lamanya menjalani hemodialisa akan diambil dari rekam medis.

Partisipasi Bapak/Ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Indentitas pribadi Bapak/Ibu sebagai partisipan akan dirahasiakan dan informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Untuk penelitian ini, Bapak/Ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, Bapak/Ibu dapat langsung menanyakan kepada Saya sebagai peneliti.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan dan kesedian Bapak/Ibu menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya sampaikan terima kasih.

Medan, - -2011

Peneliti,

(46)

F OR M UL I R PE R SE T UJ UA N M E NJ A DI SUB J E K PE NE L I T I A N H UB UNG A N L A M A H E M ODI A L I SA DE NG A N ST A T US I NDE K S M A SSA T UB UH PE NDE R I T A PE NY A K I T G I NJ A L K R ONI K Y A NG

M E NJ A L A NI H E M ODI A L I SA DI R SUP H A DA M M A L I K M E DA N

Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana penelitian ini tidak akan memberikan dampak berbahaya. Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak/Ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.

Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan Bapak/Ibu menandatangani formulir ini.

Medan, - -2011

Peneliti, Responden,

VINCENT

(47)
(48)

Gambar

Gambar 2.1 Ginjal, parenkim dan pelvis ginjal terpapar (Netter, 2003 hal. 334)
Tabel 2.1. Klasifikasi dan Perencanaan Tindakan Penyakit Ginjal
Gambar 2.3 - Diagram hemodialisis (National Kidney Foundation, 2007)
Tabel 5.3. di atas menunjukkan seluruh sampel penelitian berdasarkan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna ( p=0,521&gt;0,05), artinya setelah pemakaian medial arch support selama 4 minggu dan para orang

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Uiian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Dalam.. Bidang Ilmu

Hasil penelitian ini adalah; 1). Pengelolaan pendidikan di SMK Muhammadiyah 1 Klaten dalam meningkatkan pelayanan kepada stake holder telah berupaya dengan menerapkan

Kami sama sekali tak sepakat dengan aksi kekerasan, kriminal, teror yang mengatasnamakan perlawanan terhadap ketidakadilan di negeri ini. Kami juga sama sekali tak sepakat

[r]

Meskipun dalam pasal 105 (a) Kompilasi Hukum Islam (KHI) disebutkan bahwa pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya, namun

Mollusca dalam Bahasa latin molluscus yang berarti lunak. Mollusca adalah hewan bertubuh lunak, tidak beruas-ruas, triploblastic, selomata dan ada yang bercangkang serta

[r]