• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Reguler di RSUP H Adam Malik Medan tentangPentingnya Pembatasan Garam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Reguler di RSUP H Adam Malik Medan tentangPentingnya Pembatasan Garam"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penderita

Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Reguler

di RSUP H Adam Malik Medan tentang

Pentingnya Pembatasan Garam

Oleh :

ALMAHDINUR FUAD

070100020

(2)

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penderita

Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Reguler

di RSUP H Adam Malik Medan tentang

Pentingnya Pembatasan Garam

Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

ALMAHDINUR FUAD

070100020

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penderita

Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Reguler

di RSUP H Adam Malik Medan tentang

Pentingnya Pembatasan Garam

Nama

: Almahdinur Fuad

NIM

: 070100020

Pembimbing Penguji I

(dr. Syafrizal Nasution, Sp.PD) (dr.Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes)

NIP: 140354277 NIP: 19660309 200012 1 007

Penguji II

(dr. Aliandri, Sp.THT-KL) NIP: 19690609 199903 2 001

Medan, 15 Desember 2010 Dekan

(4)

ABSTRAK

Jumlah penderita penyakit ginjal kronik (PGK) yang hemodialisis reguler semakin meningkat di setiap negara termasuk Indonesia. PGK menyebabkan kemampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan volume cairan tubuh menjadi terganggu dan menyebabkan perubahan volume cairan tubuh. Masalah asupan garam menjadi problema tersendiri dalam hal pengaturan berat badan yang biasanya disebabkan oleh ketidaktahuan atau ketidakpatuhan pasien yang menjalani hemodialisis terhadap pentingnya pembatasan garam.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan penderita PGK tentang pentingnya pembatasan garam.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 97 orang. Teknik pengambilan sample dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan program SPSS 17.0.

Dari 97 total responden, 82,5% diantaranya mempunyai pengetahuan yang sedang tentang pentingnya pembatasan garam dan 17,5% dengan pengetahuan kategori kurang. Sikap responden tentang pentingnya pembatasan garam 74,2% responden memiliki sikap yang sedang dan 25,8% memiliki sikap kategori kurang. Tindakan responden tentang pentingnya pembatasan garam dengan kategori sedang adalah 81,4% dan kategori kurang 18,6%.

Penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis reguler di RSUP H Adam Malik Medan tentang pentingnya pembatasan garam adalah dengan kategori sedang.

(5)

ABSTRACT

The patient of chronic kidney disease (CKD) with hemodialysis are increasing worldwide including Indonesia. CKD causes the kidneys ability to maintain balance of body fluid volume to be disturbed and cause changes in body fluid volume. The problem of salt intake into its own problems in terms of weight control that is usually caused by ignorance or non-compliance of patients who underwent hemodialysis on the importance of salt restriction. This study is aimed to get a picture how is the level of knowledge, attitude, and practice on chronic kidney disease patients towards the important of salt restriction.

This is a descriptive study done through cross sectional method. The sample is 97 people. Sampling was conducted with consecutive sampling. Data collection instrument was questionnaires. Data was analyzed using SPSS 17.0 program.

From 97 samples, the level of knowledge on the important of salt restriction are as followed; 82,5% are moderate and 17,5% are bad. The level of attitude on the important of salt restriction are as followed; 74,2% are moderate and 25,8% are bad. The level of practice on the important of salt restriction are as followed; 81,4% are moderate and 18,6% are bad.

The study shows that the level of knowledge, attitude, and practice on chronic kidney disease patients who hemodialysis regularly in RSUP H Adam Malik Medan towards the important of salt restriction are considered within a moderate value of the given category.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Reguler di RSUP H Adam Malik Medan tentang Pentingnya Pembatasan Garam”.

Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini penulis banyak menemukan kesulitan dan hambatan, namun atas bantuan dan dorongan berbagai pihak, akhirnya penulisan karya tulis ilmiah ini selesai tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Syafrizal Nasution, Sp.PD, selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran membimbing penulis untuk merampungkan karya tulis ilmiah ini.

2. Orang tua dan adik-adikku tercinta yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

3. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dalam proses pembuatan karya tulis ilmiah ini.

4. Responden yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini berguna bagi pembaca pada umunya dan khususnya bagi penulis sendiri.

Medan, 25 November 2010

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Penyakit Ginjal Kronik ... 4

2.1.1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik ... 4

2.2. Hemodialisis ... 5

2.3. Pembatasan Garam pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik ... 6

2.4. Hipertensi pada Pasien Hemodialisis... 7

2.5. Perilaku ... 8

2.5.1. Pengetahuan ... 10

2.5.2. Sikap ... 11

2.5.3. Tindakan ... 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 13

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 13

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 13

3.3. Cara Ukur ... 14

3.3.1. Pengetahuan ... 14

3.3.2. Sikap ... 14

3.3.3. Tindakan ... 15

(8)

4.3.1. Populasi Penelitian ... 16

4.3.2. Sampel Penelitian... 16

4.3.3. Besar Sampel Penelitian ... 17

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 17

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 17

4.5. Metode Analisis Data ... 18

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ... 19

5.1. Hasil Penelitian ... 19

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 19

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 19

5.1.3. Pengetahuan Responden ... 21

5.1.4. Sikap Responden... 23

5.1.5. Tindakan Responden ... 25

5.2. Pembahasan ... 26

5.2.1. Tingkat Pengetahuan Responden ... 26

5.2.2. Sikap Responden... 26

5.2.3. Tindakan Responden ... 27

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN ... 28

6.1. Kesimpulan ... 28

6.2. Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Berdasarkan

Derajat Penyakit... 5 3.1 Definisi Operasional... 13 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner... 18 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur.... 19 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin... 20 5.3 Distribusi Karakteristik Responden Bedasarkan Lama

Hemodialisis... 20 5.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang

Pentingnya Pembatasan Garam………... 21 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan

Responden Tiap Pertanyaan Pengetahuan Mengenai

Pentingnya Pembatasan Garam... 22 5.6 Distribusi Sikap Responden Tentang Pentingnya

Pembatasan Garam... 23 5.7 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Responden

Mengenai Pentingnya Pembatasan Garam... 24 5.8 Distribusi Tindakan Responden Tentang Pentingya

Pembatasan Garam... 25 5.9 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tindakan Responden

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1…….……….………Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2……… …...Lembar Penjelasan Kepada Responden

Lampiran 3….……….……. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

Lampiran 4………..………... Kuesioner Penelitian

Lampiran 5……….Data Induk

Lampiran 6………...Surat Izin Penelitian di Instalasi Hemodialisis

(12)

ABSTRAK

Jumlah penderita penyakit ginjal kronik (PGK) yang hemodialisis reguler semakin meningkat di setiap negara termasuk Indonesia. PGK menyebabkan kemampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan volume cairan tubuh menjadi terganggu dan menyebabkan perubahan volume cairan tubuh. Masalah asupan garam menjadi problema tersendiri dalam hal pengaturan berat badan yang biasanya disebabkan oleh ketidaktahuan atau ketidakpatuhan pasien yang menjalani hemodialisis terhadap pentingnya pembatasan garam.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan penderita PGK tentang pentingnya pembatasan garam.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 97 orang. Teknik pengambilan sample dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan program SPSS 17.0.

Dari 97 total responden, 82,5% diantaranya mempunyai pengetahuan yang sedang tentang pentingnya pembatasan garam dan 17,5% dengan pengetahuan kategori kurang. Sikap responden tentang pentingnya pembatasan garam 74,2% responden memiliki sikap yang sedang dan 25,8% memiliki sikap kategori kurang. Tindakan responden tentang pentingnya pembatasan garam dengan kategori sedang adalah 81,4% dan kategori kurang 18,6%.

Penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis reguler di RSUP H Adam Malik Medan tentang pentingnya pembatasan garam adalah dengan kategori sedang.

(13)

ABSTRACT

The patient of chronic kidney disease (CKD) with hemodialysis are increasing worldwide including Indonesia. CKD causes the kidneys ability to maintain balance of body fluid volume to be disturbed and cause changes in body fluid volume. The problem of salt intake into its own problems in terms of weight control that is usually caused by ignorance or non-compliance of patients who underwent hemodialysis on the importance of salt restriction. This study is aimed to get a picture how is the level of knowledge, attitude, and practice on chronic kidney disease patients towards the important of salt restriction.

This is a descriptive study done through cross sectional method. The sample is 97 people. Sampling was conducted with consecutive sampling. Data collection instrument was questionnaires. Data was analyzed using SPSS 17.0 program.

From 97 samples, the level of knowledge on the important of salt restriction are as followed; 82,5% are moderate and 17,5% are bad. The level of attitude on the important of salt restriction are as followed; 74,2% are moderate and 25,8% are bad. The level of practice on the important of salt restriction are as followed; 81,4% are moderate and 18,6% are bad.

The study shows that the level of knowledge, attitude, and practice on chronic kidney disease patients who hemodialysis regularly in RSUP H Adam Malik Medan towards the important of salt restriction are considered within a moderate value of the given category.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang multipel, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir pada stadium penyakit ginjal tahap akhir. Dimana pada stadium ini terjadi penurunan fungsi ginjal yang ireversibel dan memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2006).

Di Amerika Serikat dijumpai lebih dari 300.000 penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisis reguler, dengan perkiraan terdapat 70.000 pasien baru yang menjalani hemodialisis per tahun. Data tahun 1995-1999 menyatakan insidens penyakit ginjal kronik diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini meningkat sekitar 8 % setiap tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya. Di negara-negara berkembang lainnya, insidens ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk per tahun (Suwitra, 2006).

Gagal ginjal menyebabkan kemampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan volume cairan tubuh menjadi terganggu dan menyebabkan perubahan volume cairan tubuh. Keadaan ini semakin nyata pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis reguler dimana terjadi fluktuasi status volume cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit plasma yang sangat tergantung pada jumlah cairan yang diminum dan tingkat asupan garam. Sementara selama hemodialisis umumnya terjadi penarikan cairan berkisar 1-4 liter selama 4 jam yang menyebabkan perubahan cepat volume cairan transeluler antara cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler, akibatnya pada akhir proses hemodialisis terjadi keseimbangan volume cairan tubuh yang baru (Lubis, 2009).

(15)

hampir 50%. Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular pada pasien yang menjalani dialisis lebih tinggi 10-30 kali dibandingkan populasi umum dan meningkat 44 kali pada penderita diabetes (Doloksaribu, 2008).

Masalah asupan garam ini masih menjadi problema tersendiri dalam hal pengaturan berat badan yang biasanya disebabkan oleh ketidaktahuan atau ketidakpatuhan pasien yang menjalani hemodialisis terhadap pentingnya pembatatasan garam. Penelitian Bellizzi dkk (2007) yang melibatkan 110 pasien penyakit ginjal kronik stadium 4 dan 5 menunjukkan bahwa penurunan asupan garam selama 6 bulan penelitian, ternyata dapat mengendalikan tekanan darah. Peranan pembatasan asupan garam pada pasien dialisis diperkuat juga oleh Dr. Paul W. Sanders, dari Universitas Alabama, Birmingham (2007) yang menegaskan kaitan antara pembatasan asupan garam dengan penurunan volume cairan ekstraselular dapat meningkatkan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik stadium terminal.

Oleh karena itu masalah-masalah yang sudah disebutkan di atas dapat berkembang dan sangat tergantung pada perilaku penderita penyakit ginjal kronik tentang pentingnya pembatasan garam. Sepengetahuan saya belum ada penelitian yang meneliti pengetahuan, sikap, dan tindakan penderita penyakit ginjal kronik tentang pentingnya pembatasan garam di Indonesia terutama di Medan, sehingga saya tertarik untuk melakukan penelitian ini.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

(16)

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Diketahuinya pengetahuan, sikap, dan tindakan pasien Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis reguler di RSUP H Adam Malik Medan tentang pentingya pembatasan garam.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Menilai tingkat pengetahuan pasien Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis reguler di RSUP H Adam Malik Medan tentang pentingnya pembatasan garam.

b. Mengetahui sikap pasien Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisis reguler di RSUP H Adam Malik Medan tentang pentingnya pembatasan garam.

c. Mengetahui tindakan pasien Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis reguler di RSUP H Adam Malik Medan tentang pentingnya pembatasan garam.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : a. Dinas Kesehatan setempat

Mendapatkan data sebagai bahan masukan untuk menyusun program kesehatan dalam rangka menurunkan angka kematian.

b. Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam meneliti. c. Pasien

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Ginjal Kronik

Penyakit ginjal kronik adalah kerusakan struktur dan penurunan fungsi ginjal yang bisa berdampak pada ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan dan integritas tubuh yang terjadi secara bertahap hingga mencapai fase penurunan faal ginjal tahap akhir atau merupakan penurunan semua faal ginjal secara bertahap diikuti penimbunan sisa metabolisme protein dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Akumulasi cairan dan sisa-sisa metabolisme tubuh dapat menyebabkan suatu keadaan yang disebut azotemia dan uremia. Kriteria gagal ginjal kronik adalah :

1. Kerusakan ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan, terlihat dari abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal dengan atau tanpa penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG), yang bermanifestasi :

• abnormalitas secara patologik

• terdapat tanda-tanda kerusakan ginjal, termasuk abnormalitas pada komposisi darah dan urin atau abnormalitas dalam pemeriksaan pencitraan ginjal

2. Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal.

2.1.1. Klasifikasi

Klasifikasi penyakit ginjal kronik dibagi atas dua hal yaitu, berdasarkan derajat (stage) penyakit dan diagnosis etiologi. Klasifikasi yang berdasarkan derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut :

*) ) / ( 72 ) 140 ( ) 2 73 , 1 / / ( dl mg lasma kreatininp BB umur m menit ml LFG × − × =

(18)

Klasifikasi tersebut tampak pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Berdasarkan Derajat Penyakit

Derajat Penjelasan LFG (ml/menit/1,73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang

masih normal ≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan

fungsi ginjal 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan penurunan sedang

fungsi ginjal 30-59

4 Kerusakan ginjal dengan penurunan berat

fungsi ginjal 15-29

5

Gagal ginjal, umumnya membutuhkan tindakan terapi pengganti berupa hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal

< 15

Klasifikasi berdasarkan diagnosis etiologi, penyakit ginjal dibagi dalam tiga kelompok yaitu :

1. Penyakit ginjal diabetik 2. Penyakit ginjal non diabetik 3. Penyakit ginjal transplantasi

Di Indonesia penyebab terbanyak dari GGK yang menjalani HD adalah Glomerulonefritik kronik, namun pada masa sekarang ini terlihat kecendrungan peningkatan penyakit DM terutama DM tipe 2 sebagai salah satu alasan memerlukan terapi pengganti ginjal.

2.2. Hemodialisis

Hemodialisis merupakan terapi pengganti faal ginjal dengan tujuan untuk mengeluarkan (eliminasi) sisa-sisa metabolisme protein dan koreksi gangguan keseimbangan air dan elektrolit antara kompartemen darah pasien dengan kompartemen larutan dialisat melalui selaput (membran) semipermeabel yang bertindak sebagai ginjal buatan (artificial kidney atau dializer).

(19)

g/kgBB/hari dengan 50% terdiri atas protein dengan nilai biologis tinggi. Asupan kalium diberikan 40-70 mEq/hari. Pembatasan kalium sangat diperlukan karena itu makanan tinggi kalium seperti buah-buahan dan umbi-umbian tidak dianjurkan dikonsumsi. Jumlah asupan cairan dibatasi sesuai dengan jumlah air kencing yang ada ditambah insesible water loss. Asupan natrium dibatasi 40-120 mEq/hari guna mengendalikan tekanan darah dan edema. Asupan tinggi natrium akan menimbulkan rasa haus yang selanjutnya mendorong pasien untuk minum. Bila asupan cairan berlebihan maka selama periode di antara dialisis akan terjadi kenaikan berat badan yang besar.

Hemodialisis di Indonesia dimulai pada tahun 1970 dan sampai sekarang telah dilaksanakan di banyak rumah sakit rujukan. Di Indonesia hemodialisis dilakukan 2 kali seminggu dengan setiap hemodialisis dilakukan 2 kali seminggu dengan setiap hemodialisis dilakukan selama 5 jam, di sentral dialisis lain ada juga dialisis yang dilakukan 3 kali seminggu dengan lama dialisis 4 jam.

2.3. Pembatasan Garam pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik

(20)

2.4. Hipertensi Pada Pasien Hemodialisis

Pasien-pasien yang menjalani hemodialisis reguler sering bersamaan dengan hipertensi yang mengakibatkan pembesaran jantung kiri (LVH). Salah satu faktor penyebab tersering keadaan tersebut adalah kelebihan volume cairan tubuh dan kelebihan garam.

Dalam keadaan normal ginjal berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan volume cairan tubuh intra dan ekstraselular tetap konstan agar sel berfungsi adekuat. Keseimbangan ini dipertahankan dengan mengatur ekskresi urin dan elektrolit sesuai dengan jumlah masukan dan produksi endogen tubuh.

Dalam konsep pressure-natriuresis, Guyton mengajukan pendapatnya mengenai dominannya peran fungsi ekskresi volume ginjal dalam mengatur tekanan darah. Manusia pada umumnya mempunyai masukan garam, air, dan seluruh komponen cairan ekstraselular. Bila tekanan darah meningkat maka pengeluaran akan melebihi masukan, dan volume cairan tubuh menurun sehingga tekanan darah kembali pada nilai awal. Bila tekanan ini di bawah nilai awal tersebut maka pengeluaran menurun sehingga pemasukan melebihi pengeluaran, dan tekanan darah meningkat lagi ke nilai awal ataupun nilai imbang. Kemampuan mekanisme ginjal untuk mengembalikan tekanan darah ke nilai ambang berjalan secara dinamik diantara pemasukan dan pengeluaran, dan merupakan ciri sistem kendali tekanan darah. Keadaan ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti neurohormonal, gemetik dan kelainan ginjal yang mempengaruhi kemampuannya untuk mengeluarkan cairan dan garam.

Terjadinya hipertensi disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal mengeluarkan sejumlah cairan dan garam yang cukup dengan tekanan darah yang normal. Akibatnya adalah penumpukan cairan dan garam yang membuat tekanan darah meningkat.

(21)

pengaruh vasopressor dari sistem renin-angiotensin, dan mungkin pula melalui defisiensi prostaglandin.

2.5. Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas makhluk hidup yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Ada dua hal yang dapat mempengaruhi perilaku yaitu faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Faktor keturunan adalah merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Lingkungan adalah kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut.

Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Skinner membedakan adanya dua respons yaitu :

a. Respondent respons, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Respons-respons yang timbul umumnya relatif tetap.

b. Operant respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reiforcer, karena rangsangan-rangsangan tersebut memperkuat respons.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Perilaku tertutup (covert behaviour)

(22)

b. Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Perilaku kesehatan dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan,

atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour) Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan, mulai dari mengobati diri sendiri sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.

Menurut Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007), mengemukakan klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan.

a. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

b. Perilaku sakit adalah respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit.

(23)

Menurut Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007), membagi perilaku manusia ke dalam tiga domain yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan.

2.5.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang onjek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

(24)

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

2.5.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).

(25)

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni : a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.

2.5.3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan seperti fasilitas dan dukungan.

Tindakan ini mempunyai beberapa tingkatan : a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai. c. Mekanisme (mechanism)

(26)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel pada penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai pembatasan garam pada penderita Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis reguler di RSUP H Adam Malik Medan.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Pengetahuan Segala sesuatu yang

diketahui responden mengenai

pentingnya

pembatasan garam

Kuesioner - Baik - Sedang - Kurang

Ordinal

2. Sikap Tanggapan atau reaksi responden mengenai

pentingnya

pembatasan garam

Kuesioner - Baik - Sedang - Kurang

Ordinal

3. Tindakan Segala sesuatu yang telah dilakukan responden

Kuesioner - Baik - Sedang - Kurang

Ordinal Pembatasan garam pada penderita PGK yang menjalani HD reguler

Pengetahuan

Sikap

(27)

3.3. Cara Ukur

3.3.1. Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur melalui 5 pertanyaan. Jika pertanyaan

dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 1, jika responden menjawab salah maka diberi nilai 0. Sehingga nilai total yang tertinggi adalah 20.

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut:

a. Kategori baik, apabila nilai total jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi yaitu > 15.

b. Kategori sedang, apabila nilai total jawaban responden 40-75% dari nilai tertinggi yaitu 8-15.

c. Kategori kurang, apabila nilai total jawaban responden < 40% dari nilai tertinggi yaitu < 8.

3.3.2. Sikap

Sikap responden diukur melalui 5 pertanyaan. Jika pertanyaan dijawab

benar oleh responden maka diberi nilai 1, sedangkan jika responden menjawab salah diberi nilai 0. Sehingga nilai total yang tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 5.

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut:

a. Kategori baik, apabila nilai total jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu > 3.

b. Kategori sedang, apabila nilai total jawaban responden 40-75% dari nilai tertinggi yaitu 2-3.

(28)

3.3.3. Tindakan

Tindakan responden diukur melalui 5 pertanyaan. Jika pertanyaan dijawab

benar oleh responden maka diberi nilai 1, sedangkan jika responden menjawab salah diberi nilai 0. Sehingga nilai total yang tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 5.

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut:

a. Kategori baik, apabila nilai total jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu > 3.

b. Kategori sedang, apabila nilai total jawaban responden 40-75% dari nilai tertinggi yaitu 2-3.

(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel pada penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai pembatasan garam pada penderita Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis reguler di RSUP H Adam Malik Medan.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Pengetahuan Segala sesuatu yang

diketahui responden mengenai

pentingnya

pembatasan garam

Kuesioner - Baik - Sedang - Kurang

Ordinal

2. Sikap Tanggapan atau reaksi responden mengenai

pentingnya

pembatasan garam

Kuesioner - Baik - Sedang - Kurang

Ordinal

3. Tindakan Segala sesuatu yang Kuesioner - Baik Ordinal Pembatasan garam pada penderita PGK yang menjalani HD reguler

Pengetahuan

Sikap

(30)

3.3. Cara Ukur

3.3.1. Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur melalui 5 pertanyaan. Jika pertanyaan

dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 1, jika responden menjawab salah maka diberi nilai 0. Sehingga nilai total yang tertinggi adalah 20.

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut:

a. Kategori baik, apabila nilai total jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi yaitu > 15.

b. Kategori sedang, apabila nilai total jawaban responden 40-75% dari nilai tertinggi yaitu 8-15.

c. Kategori kurang, apabila nilai total jawaban responden < 40% dari nilai tertinggi yaitu < 8.

3.3.2. Sikap

Sikap responden diukur melalui 5 pertanyaan. Jika pertanyaan dijawab

benar oleh responden maka diberi nilai 1, sedangkan jika responden menjawab salah diberi nilai 0. Sehingga nilai total yang tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 5.

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut:

a. Kategori baik, apabila nilai total jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu > 3.

b. Kategori sedang, apabila nilai total jawaban responden 40-75% dari nilai tertinggi yaitu 2-3.

(31)

3.3.3. Tindakan

Tindakan responden diukur melalui 5 pertanyaan. Jika pertanyaan dijawab

benar oleh responden maka diberi nilai 1, sedangkan jika responden menjawab salah diberi nilai 0. Sehingga nilai total yang tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 5.

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut:

a. Kategori baik, apabila nilai total jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu > 3.

b. Kategori sedang, apabila nilai total jawaban responden 40-75% dari nilai tertinggi yaitu 2-3.

(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan, sikap, dan tindakan penderita Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis reguler di RSUP H Adam Malik Medan tentang pentingnya pembatasan garam.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Instalasi Hemodialisis RSUP H Adam Malik Medan. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret-November 2010, sedangkan pengambilan dan pengumpulan data dilakukan selama bulan September-Oktober 2010.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis reguler di RSUP H Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

4.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling. Adapun kriteria inklusi adalah penderita Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis reguler (Hemodialisis > 3 bulan, frekuensi 2 kali/minggu) yang bersedia ikut serta dalam penelitian.

(33)

4.3.3. Besar Sampel

Besar sampel ditentukan dari rumus:

2 2

d

PQ

Z

n

=

α

( )

(

)

( )

2 2

1

,

0

5

,

0

1

.

5

,

0

.

96

,

1

=

n

Keterangan:

n = Besar sampel minimum

Zα = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu, pada penelitian ini ditetapkan nilai Zα = 1,96

P = Proporsi penderita Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis reguler, jika tidak diketahui maka P= 0,5

Q = 1 – P

d = Besarnya penyimpangan yang masih dapat ditolerir, pada penelitian ini dipakai d=0,1

Setelah dilakukan perhitungan maka jumlah sampel minimum pada penelitian ini adalah 97 orang.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pada awal penelitian diperlukan data sekunder berupa data umum populasi yang dapat diperoleh dari RSUP H Adam Malik Medan. Selanjutnya dilakukan pemilihan responden, dan dikumpulkan data primer yakni data diperoleh dari kuesioner penelitian dengan teknik wawancara. Kuesioner telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan program SPSS 17.

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

(34)
[image:34.595.109.514.215.467.2]

Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan dengan melibatkan 20 sampel dan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel penelitian. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Variabel Nomor Pertanyaan

Total Pearson

Correlation Status Alpha Status Pengetahuan 1

2 3 4 5 0,476 0,651 0,940 0,461 0,940 Valid Valid Valid Valid Valid

0,748 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

Sikap 1

2 3 4 5 0,829 0,554 0,571 0,829 0,571 Valid Valid Valid Valid Valid

0,748 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

4.5. Metode Analisis Data

(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Hemodialisis RSUP H Adam Malik Medan. Sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 RSUP H. Adam Malik juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Baratdan Riau. RSUP H. Adam Malik Medan beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan, terletak di kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. Instalasi Hemodialisis buka dari hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 08.00 WIB sampai sore pukul 17.00 WIB. Dimana pasien menjalani hemodialisis dua kali seminggu yang dibagi dalam 3 kelompok jadwal yaitu: Senin dan Kamis, Selasa dan Jumat, Rabu dan Sabtu. Waktu untuk melakukan penelitian adalah mulai pukul 10.00 WIB hingga bagian instalasi tutup.

[image:35.595.105.518.505.691.2]

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%)

19 – 28 10 10,3

29 – 38 20 20,6

39 – 48 20 20,6

49 – 58 28 28,9

59 – 68 13 13,4

69 – 78 4 4,1

79 – 88 2 2,1

Total 97 100

(36)
[image:36.595.106.516.135.219.2]

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

laki-laki perempuan

56 41

57,7 42,3

Total 100 100

Lebih dari setengah responden yang terpilih adalah laki-laki sebanyak 56 orang dengan persentase 57,7%, sedangkan perempuan berjumlah 41 orang dengan persentase 42,3%. Kemudian berdasarkan umur, rata-rata umur responden 47 tahun dengan standar deviasi 14, dimana umur minimal responden adalah 19 tahun sedangkan umur maksimal responden adalah 84 tahun.

Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Responden Bedasarkan Lama

Hemodialisis

Lama Hemodialisis Frekuensi Persentase (%)

3 – 12 bulan 47 48,5

> 1 tahun 35 36,1

> 2 tahun 8 8,2

> 3 tahun 4 4,1

> 4 tahun 1 1,0

> 5 tahun 2 2,1

Total 97 100

(37)

5.1.3 Pengetahuan Responden

Tabel 5.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Pentingnya

Pembatasan Garam

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Sedang Kurang

80 17

82,5 17,5

Total 97 100

[image:37.595.104.518.177.263.2]
(38)
[image:38.595.130.523.155.740.2]

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden Tiap

Pertanyaan Pengetahuan Mengenai Pentingnya Pembatasan Garam

No Item Pertanyaan Pengetahuan

Benar

n (%)

1. Mengetahui pentingnya pembatasan asupan garam:

- Dokter/perawat

- Media cetak/surat kabar

90

10

92,8

10,3

2. Mengetahui unsur dalam garam yang berbahaya bagi penderita

PGK 38 39,2

3. Mengetahui efek negatif dari kelebihan konsumsi garam:

- Sesak napas

- Berat badan naik

- Banyak minum karena merasa haus

- Fungsi ginjal semakin memburuk

- Fungsi jantung semakin buruk

60 58 56 53 48 61,8 59,8 57,7 54,6 49,5

4. Mengetahui cara membatasi asupan garam:

- Tidak menggunakan garam pada waktu makan atau masak

- Menghindari penyedap masakan yang asin

- Memilih makanan rendah garam untuk makanan kaleng dan

olahan

- Menghindari makanan yang mengandung banyak garam

- Membuat sendiri makanan dengan mengatur jumlah garam yang

dicampurkan dalam makanan tersebut

69 67 64 59 53 71,1 69,1 65,9 60,8 54,6

5. Mengetahui mengapa konsumsi garam berlebih dapat menaikkan

tekanan darah pada penderita PGK:

- Garam tidak bisa dibuang lagi melalui kencing

- Tertariknya cairan ke dalam pembuluh darah

- Fungsi ginjal sudah rusak

- Kerja jantung meningkat

- Ketidakmampuan ginjal mengeluarkan sejumlah cairan dan garam yang cukup dengan tekanan darah yang normal

(39)

Dari 5 pertanyaan untuk mengukur pengetahuan didapatkan bahwa sebanyak 90 responden (92,8%) telah mengetahui tentang pentingnya pembatasan garam dari dokter atau perawat dan sebanyak 69 responden (71,1%) mengetahui cara membatasi asupan garam dengan tidak menggunakan garam pada waktu makan atau masak. Hasil penelitian ini menunjukkan masih rendahnya pengetahuan responden tentang konsumsi garam berlebih dapat meningkatkan kerja jantung sehingga dapat menaikkan tekanan darah pada penderita PGK yakni hanya 20 orang (20,6%).

5.1.4 Sikap Responden

Tabel 5.6 Distribusi Sikap Responden Tentang Pentingnya Pembatasan

Garam

Sikap Frekuensi Persentase (%)

Sedang Kurang

72 25

74,2 25,8

Total 97 100

(40)

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Responden Mengenai

Pentingnya Pembatasan Garam

No Item Pernyataan Sikap yang Diharapkan

Sesuai Tidak Sesuai n (%) n (%) 1. Saya akan membatasi asupan garam jika

sudah ada tanda kelebihan asupan garam

54 55,7 43 44,3

2. Saya akan mengonsumsi makanan yang mengandung banyak garam dalam jumlah yang sedikit

23 23,7 74 76,3

3. Saya akan membatasi konsumsi garam jika teringat saja

61 62,9 36 37,1

4. Saya akan mencampurkan garam pada makanan pada saat makan saja, tidak pada saat pengolahan makanan

29 29,9 68 70,1

5. Saya akan memperhatikan kandungan garam dalam makanan yang anda makan sehari-hari

54 55,7 43 44,3

[image:40.595.127.517.154.471.2]
(41)

5.1.5 Tindakan Responden

Tabel 5.8 Distribusi Tindakan Responden Tentang Pentingya Pembatasan

Garam

Tindakan Frekuensi Persentase (%)

Sedang Kurang

79 18

81,4 18,6

Total 97 100

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tindakan responden tentang pentingnya pembatasan garam sebanyak 79 orang (81,4%) dikategorikan sedang dan 18 orang (18,6%).

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tindakan Responden

Mengenai Pentingnya Pembatasan Garam

No Item Pernyataan Tindakan

Benar Salah n (%) n (%) 1. Tidak menggunakan garam pada waktu

makan atau masak

27 27,8 70 72,2

2. Menghindari penyedap masakan yang asin 66 68 31 32 3. Memilih makanan rendah garam untuk

makanan kaleng dan olahan

39 40,2 58 59,8

4. Menghindari makanan yang mengandung banyak garam

49 50,5 48 49,5

5. Membuat sendiri makanan dengan

membatasi jumlah garam yang dicampurkan dalam makanan tersebut

43 44,3 54 55,7

[image:41.595.115.515.403.676.2]
(42)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Tingkat Pengetahuan Penderita Penyakit Ginjal Kronik tentang

Pentingnya Pembatasan Garam

Pengetahuan responden mengenai pentingnya pembatasan garam adalah untuk mengetahui sejauh mana responden mengetahui tentang pentingnya pembatasan garam, akibat dari konsumsi garam berlebihan, serta cara membatasi asupan garam.

Dari hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan responden mengenai pentingnya pembatasan garam sebanyak 80 orang (82,5%) dikategorikan sedang dan 17 orang dikategorikan kurang (17,5%).

Penelitian ini memperlihatkan tingkat pengetahuan responden tentang pentingnya pembatasan garam masih belum baik. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, yaitu dengan indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Tingkat pengetahuan yang sedang pada responden dapat disebabkan oleh kurangnya informasi tentang pentingnya pembatasan garam, hal ini dapat terjadi kemungkinan karena responden mempunyai rasa ingin tahu yang tidak cukup baik untuk melihat dan mendengar informasi tentang pentingnya pembatasan garam.

5.2.2 Sikap Penderita Penyakit Ginjal Kronik tentang Pentingnya

Pembatasan Garam

(43)

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Melihat tingkat pengetahuan responden yang sedang maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang sedang akan menciptakan sikap yang sedang.

5.2.3 Tindakan Penderita Penyakit Ginjal Kronik tentang Pentingnya

Pembatasan Garam

(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan uraian pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan penderita penyakit ginjal kronik tentang pentingnya pembatasan garam sebagian besar termasuk dalam kategori sedang yaitu 82,5%, sedangkan sisanya sebanyak 17,5% termasuk dalam kategori kurang. 2. Sikap penderita penyakit ginjal kronik tentang pentingnya pembatasan garam

sebagian besar termasuk dalam kategori sedang yaitu 74,2%, sedangkan sisanya sebanyak 25,8% termasuk dalam kategori kurang.

3. Tindakan penderita penyakit ginjal kronik tentang pentingnya pembatasan garam sebagian besar termasuk dalam kategori sedang yaitu 81,4%, sedangkan sisanya sebanyak 18,6% termasuk dalam kategori kurang.

6.2 Saran

1. Untuk Dinas Kesehatan Setempat dapat mengambil kebijakan lebih lanjut untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran penderita PGK yang menjalani hemodialisis reguler tentang pentingnya pembatasan garam. Kebijakan tersebut bisa dalam bentuk seminar atau penyuluhan.

2. Untuk dokter atau perawat yang menangani pasien hemodialisis agar dapat menjelaskan tentang pentingnya pembatasan garam.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Blair, D. 2008. Salt Restriction Helps CKD Patients, Renal and Urology News. Tersedia dari:

Doloksaribu, R. 2008. Pola Tekanan Darah 24 Jam Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Sebab Nefropati Diabetik Yang Menjalani Hemodialisa Reguler,

Universitas Sumatera Utara. Tersedia dari:

Lubis, W K. 2009. Hubungan antara Parameter Cairan Tubuh yang Diukur dengan Bio Impedance Analysis dengan Derajat Hipertensi pada Pasien Hemodialisis Reguler, Universitas Sumatera Utara. Tersedia dari:

Nasution, A T. 2008. Hubungan Antara Parameter Cairan Tubuh Yang Diukur Dengan Bio Impedance Analysis Dengan Kualitas Hidup Yang Diukur Dengan Sf-36 Pada Pasien Hemodialisis Reguler, Universitas Sumatera

Utara. Tersedia dari:

(46)

NKF-KDOQI. 2002. Clinical practice guidelines for chronic kidney disease: evaluation, classification, and stratification, National Kidney Foundation Kidney Disease Outcome Quality Initiative. Tersedia dari: [Diakses pada tanggal 17 Maret 2010]

Notoatmodjo S, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Rahardjo P, Susalit E, dan Suhardjono. 2006. Hemodialisis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata K M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 579-580.

Sastroasmoro, S., Ismael, S. 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Ed. 3. Jakarta: Sagung Seto.

Suwitra K, 2006. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata K M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 570.

Tessy, A. 2006. Hipertensi Pada Penyakit Ginjal. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata K M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 604-606.

(47)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Almahdinur Fuad

Tempat/tanggal lahir : Lhokseumawe, 22 desember 1989

Agama : Islam

Alamat : Komplek Tasbi 2 blok 3 no.36 Medan Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri Bertingkat Bireuen, NAD

2. SLTP Negeri 1 Bireuen, NAD 3. SMA Negeri 1 Bireuen, NAD

Riwayat Pelatihan : Workshop RJPO dan Traumatologi TBM FK USU 2008 Riwayat Organisasi : 1. PHBI FK USU periode 2007-2008

2. TBM FK USU periode 2008-2009

(48)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

Assalamu’alaikum wr. wb. Salam Sejahtera bagi kita semua

Kepada Bapak/Ibu, sebelumnya saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kesediaannya meluangkan waktu untuk mengisi surat persetujuan dan kuesioner ini.

Pertama-tama, izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Almahdinur Fuad. Saya kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) stambuk tahun 2007. Saat ini saya sedang mengerjakan penelitian guna melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang menjadi kewajiban saya untuk menyelesaikan pendidikan di FK USU. Adapun judul penelitian saya adalah

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penderita Penyakit Ginjal

Kronik yang Menjalani Hemodialisis Reguler di RSUP H Adam Malik

Medan Tentang Pentingnya Pembatasan Garam. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Reguler di RSUP H Adam Malik Medan tentang Pentingya Pembatasan Garam, karena asupan garam yang berlebihan dapat menyebabkan komplikasi pada tubuh dan dengan demikian mempengaruhi kualitas hidup penderita.

Manfaat penelitian ini yaitu Bapak/Ibu dapat mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang pentingnya pembatasan garam pada penderita penyakit ginjal kronik yang sudah menjalaini Hemodialisis.

(49)

Demikianlah pemberitahuan dari saya. Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini membawa manfaat yang besar bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Hormat saya,

Peneliti

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Tempat/Tanggal lahir :

Pekerjaan :

Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan *)

Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap tentang penelitian:

Judul : Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Reguler di RSUP H Adam Malik Medan Tentang Pentingnya Pembatasan Garam

Nama Peneliti : Almahdinur Fuad (070100020) Jenis Penelitian : Deskriptif

Lokasi : RSUP H Adam Malik Medan

(50)

dan saya telah memahaminya, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden pada penelitian ini.

Medan,...2010 Responden penelitian,

( )

LAMPIRAN 4

KUESIONER

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN

PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI

HEMODIALISIS REGULER DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN

TENTANG PENTINGNYA PEMBATASAN GARAM

TAHUN 2010

Karakteristik Responden

a. Sudah Berapa Lama Hemodialisis :

b. Hemodialisis : Rutin/ Tidak rutin

c. Penyakit Lain :

d. Berat Badan Terakhir Sesudah Hemodialisis : e. Berat Badan Sebelum Hemodialisis :

I. Pengetahuan

(51)

1. Tahukah anda bahwa penderita penyakit ginjal kronik yang sudah menjalani cuci darah (hemodialisis) harus membatasi asupan garam : Ya / Tidak

Darimanakah anda mengetahui hal tersebut: a. dokter/perawat

b. televisi

c. media cetak/surat kabar d. internet

(jawaban boleh lebih dari satu)

2. Di dalam garam, unsur apa yang berbahaya bagi penderita penyakit ginjal kronik :

a. Kalium b. Natrium c. Klorida

3. Apa efek negatif dari kelebihan konsumsi garam pada penderita penyakit ginjal kronik:

a. sesak napas b. berat badan naik

c. banyak minum karena merasa haus d. fungsi ginjal semakin memburuk e. fungsi jantung semakin buruk (jawaban boleh lebih dari satu)

4. Tahukah anda cara untuk membatasi asupan garam : a. Tidak menggunakan garam pada waktu makan atau masak b. Menghindari penyedap masakan yang asin

c. Memilih makanan rendah garam untuk makanan kaleng dan olahan d. Menghindari makanan yang mengandung banyak garam

(52)

5. Mengapa konsumsi garam berlebih dapat menaikkan tekanan darah pada penderita penyakit ginjal kronik :

a. karena garam tidak bisa dibuang lagi melalui kencing b. karena tertariknya cairan ke dalam pembuluh darah c. karena fungsi ginjal sudah rusak

d. karena kerja jantung meningkat

e. karena ketidakmampuan ginjal mengeluarkan sejumlah cairan dan garam yang cukup dengan tekanan darah yang normal

(jawaban boleh lebih dari satu)

II. Sikap

Petunjuk menjawab soal : pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling benar dengan cara memberikan check list ( √ ) pada jawaban yang dipilih.

No. Pertanyaan

Sikap

Ya Tidak

1 Apakah anda akan membatasi asupan garam jika sudah ada tanda kelebihan asupan garam? 2 Apakah anda akan mengonsumsi makanan yang

mengandung banyak garam dalam jumlah yang sedikit?

3 Apakah anda akan membatasi konsumsi garam jika teringat saja?

(53)

pengolahan makanan?

5 Apakah anda memperhatikan kandungan garam dalam makanan yang anda makan sehari-hari?

III.Tindakan

Petunjuk menjawab soal : pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling benar dengan cara memberikan check list ( √ ) pada jawaban yang dipilih.

No. Pertanyaan Tindakan

Ya Tidak

1 Tidak menggunakan garam pada waktu makan atau masak

2 Menghindari penyedap masakan yang asin

(54)

4 Menghindari makanan yang mengandung banyak garam

Gambar

Tabel 2.1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Berdasarkan Derajat Penyakit Derajat
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Net surface radiation is the balance of energy between incoming and outgoing shortwave and longwave radiation fluxes at land- atmosphere interface.. It is the major driving

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung (BAHPL) Pengadaan Jasa Perjalanan (Studi Banding) Kegiatan Pembinaan Teknis Inseminator Se Kabupaten Wonogiri Nomor

This study presents an effort to use the existing traditional method to derive optimal cloud- cleared radiances for INSAT-3D Sounder, by estimating the fractional cloud cover

Purpose of quality monitoring is firstly, to monitor in-orbit sensor health by means of validation of telemetry/raw (Level-0) data and secondly to derive radiometric and

 Jadwal Waktu tidak disajikan terperinci per-item pekerjaan sehingga tidak dapat menggambarkan waktu penyelesaian secara keseluruhan dengan baik, misalnya : Pekerjaan

Pedoman Perilaku ini tidak dapat memberikan jawaban secara pasti atas semua problematika pe- rilaku insan perusahaan. Oleh karena itu, setiap in- san perusahaan

Capaian Pembelajaran : Mahasiswa memahami tentang himpunan, matriks, relasi dan fungsi, induksi matematika, algoritma dan bilangan bulat, kombinatorial dan peluang diskrit, graf