• Tidak ada hasil yang ditemukan

STATUS PERIODONTAL PADA PASIEN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUP H. ADAM MALIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STATUS PERIODONTAL PADA PASIEN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUP H. ADAM MALIK"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

STATUS PERIODONTAL PADA PASIEN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI

HEMODIALISIS DI RSUP H. ADAM MALIK

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

YAMUNASUHARNI RAVINDARAN NIM : 150600237

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2019

Yamunasuharni Ravindaran

Status Periodontal pada Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP H. Adam Malik.

vii+35 halaman

Gagal ginjal kronik didefinisikan sebagai penurunan progresif fungsi ginjal terkait dengan penurunan laju filtrasi glomerulus. Pasien yang menjalani dialisis dapat menunjukkan berbagai gangguan oral. Penyakit periodontal adalah suatu kondisi peradangan kronik yang didorong oleh bakteri yang mengarah pada pembentukan poket periodontal yang terinfeksi, kerusakan struktur kolagen yang dalam pada tulang periodonsium dan tulang alveolar, mobilitas gigi yang berlebihan dan kemudian terjadinya kehilangan gigi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status periodontal pada pasien penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik. Subjek penelitian terdiri dari 30 orang pasien yang berkunjung ke Instalasi Hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan dan dipilih dengan cara purposive sampling. Pemeriksaan yang dilakukan menggunakan Indeks Gingiva dan Indeks Penyakit Periodontal untuk mengukur status periodontal.

Dari hasil dapat disimpulkan bahwa pasien penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis lebih banyak menderita periodontitis dibandingkan gingivitis.

Kata Kunci : Gagal Ginjal Kronik, hemodialisis, status periodontal Daftar rujukan: 43 (2003-2018)

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Status Periodontal pada Penderita Penyakit Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP H. Adam Malik” dapat diselesaikan ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, yaitu ayahanda Ravindaran Krishnan, ibunda Gunasundari Velayutham dan seluruh keluarga yang telah membesarkan, memberikan kasih sayang yang tidak terbalas, doa, nasehat, semangat, dan dukungan baik moral maupun materil kepada penulis sehingga penulis dapat mengecap masa pendidikan hingga selesai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Medan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dokter Martina Amalia, drg., Sp.Perio (K) selaku pembimbing yang dengan sabar banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna secara terus menerus sejak penulisan proposal sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Trelia Boel, drg., Sp. RKG. (K) sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

2. Aini Hariyani Nasution, drg., Sp. Perio selaku Ketua Departemen Periodonsia.

3. Irma Ervina, drg., Sp.Perio (K) dan Krishnamurthy Pasaribu, drg., Sp. Perio sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan berharga untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya staf pengajar dan staf administrasi Departemen Periodonsia.

(6)

5. Seluruh staf dan pegawai Unit Hemodialisis RSUP H. Adam Malik yang turut meluangkan waktu dan tenaga menyelesaikan skripsi ini.

6. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJK (K) selaku ketua Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan.

7. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Vinna Tanzil, Laurencia, Syasya Zain, Syasya Humaira, Fatima Zahra, Navanitha Naidu, Tilaga, Sasikala dan juga teman- teman angkatan 2015 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala bantuan, perhatian, dukungan, dan dorongan semangat yang diberikan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari segala keterbatasan dan ketidaksempurnaan dalam skripsi ini, olehkarena itu penulis memohon maaf. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan wawasan penulis di bidang Ilmu Kedokteran Gigi Periodonsia dan juga memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Periodonsia.

Medan, 25 Juli 2019 Penulis,

(Yamunasuharni Ravindaran) NIM: 150600237

(7)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal ... 4

2.1.1 Penyakit Gagal Ginjal ... 6

2.1.2 Patogenesis Gagal Ginjal Kronik ... 6

2.1.3 Perawatan Gagal Ginjal Kronik ... 7

2.2 Status Periodontal... 8

2.2.1 Gingivitis ... 9

2.2.2 Periodontitis ... 10

2.3 Hubungan Status Periodontal dan Gagal Ginjal Kronik ... 10

2.4 Indeks-indeks Periodontal ... 12

2.4.1 Indeks Gingiva ... 13

2.4.2 Indeks Penyakit Periodontal ... 14

2.5 Kerangka Teori. ... 15

2.6 Kerangka Konsep ... 15

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 16

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 16 ... 3.2.1 Tempat Penelitian... 16

3.2.2 Waktu Penelitian ... 16

3.3 Populasi dan Subjek ... 16

3.3.1 Populasi ... 16

(8)

3.3.2 Sampel ... 16

3.4 Besar Sampel ... 17

3.4.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 17

3.5 Variabel Penelitian ... 18

3.5.1 Definisi Operational ... 18

3.6 Alat dan Bahan ... 19

3.6.1 Alat-alat ... 19

3.6.2 Bahan Penelitian... 19

3.7 Proses Pengambilan dan Pengumpulan Data ... 19

3.8 Ethical Clearance ... 19

3.8.1 Pengisian Kuesioner ... 20

3.8.2 Pemeriksaan Status Periodontal ... 20

3.9 Skema Alur Penelitian... 21

3.9.1 Analisis Data ... 22

Bab 4 Hasil Penelitian 4.1 Data Demografis Subjek Penelitian ………. 23

4.2 Data Perilaku Kebersihan Mulut Subjek Penelitian ………....… 24

4.3 Data Lama menjalani Hemodialisis ………. 25

4.4 Status Periodontal..….……….… … 25

4.5 Lama Menjalani Hemodialisis Dihubungkan Dengan Status Periodontal………..………. 27

Bab 5 Pembahasan………. 29

Bab 6 Kesimpulan 6.1 Kesimpulan………... 32

6.2 Saran………. 32

DAFTAR PUSTAKA……….….... 33 LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahapan penyakit gagal ginjal kronik menurut National Society of

Renal Medicine... 7

2. Skor Indeks Gingiva... ... 13

3. Kriteria Penilaian Indeks Gingiva ... 13

4. Kriteria Indeks Penyakit Periodontal………... 14

5. Definisi Operasional………. 18

6. Data Demografis Subjek Penelitian………... 23

7. Data Perilaku kebersihan mulut… ……… 24

8. Data lama menjalani hemodialisis………. 25

9. Indeks Gingiva pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik……….. 26

10. Indeks Penyakit Periodontal pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik ………... 26

11. Status periodontal berdasarkan lama menjalani hemodialisis………….…….. 27

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Potongan melintang ginjal... 5

2. Gingivitis ... 9

3. Tahap Penyakit Periodontal ... 10

4. Pemeriksaan Status Periodontal……….. 21

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

Lembaran Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) 2. Kuesioner Penelitian

3. Anggaran biaya penelitian 4. Jadwal kegiatan skripsi

5. Lembar persetujuan komisi etik (Ethical Clearance) 6. Surat izin penelitian dari RSUP H. Adam Malik

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal ginjal kronik didefinisikan sebagai penurunan progresif fungsi ginjal terkait dengan penurunan laju filtrasi glomerulus. Penyebab paling umum dari gagal ginjal kronik adalah diabetes mellitus, glomerulonefritis, dan hipertensi kronik.

Tanda-tanda dan gejala klinis gagal ginjal kronik tergantung pada stadium penyakit, mempengaruhi sebagian besar sistem tubuh, dan secara kolektif disebut uremia.1 Jumlah pasien dengan penyakit ginjal kronik meningkat di seluruh dunia. Prevalensi global penyakit ginjal kronik diperkirakan 8% -16%, dan prevalensi penyakit ginjal kronik bervariasi di antara negara.2

Terdapat 1,8 juta pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir di dunia yang memerlukan perawatan, termasuk hemodialisis, dialisis peritoneal, atau transplantasi.3 Hemodialisis tetap merupakan modalitas terapeutik yang paling umum, yang merupakan metode buatan untuk menyingkirkan nitrogen dan produk metabolisme beracun lainnya dari darah .4

Perawatan dialisis menyebabkan perubahan sistemik, komplikasi oral, dan perubahan dalam laju alir saliva dan komposisi saliva.3 Beberapa penelitian telah menemukan bahwa 90% pasien penyakit ginjal menderita manifestasi oral. Pasien yang menjalani dialisis dapat menunjukkan berbagai gangguan oral terutama pada kelenjar ludah, periodonsium, gigi, tulang alveolar, dan mukosa oral, yang menyebabkan manifestasi oral, termasuk perdarahan gingiva, kehilangan gigi dini, periodontitis, dan xerostomia, di antara isu-isu lainnya.1

Penyakit periodontal adalah suatu kondisi peradangan kronik yang didorong oleh bakteri yang mengarah pada pembentukan poket periodontal yang terinfeksi, kerusakan struktur kolagen yang dalam pada tulang periodonsium dan tulang alveolar, mobilitas gigi yang berlebihan dan kemudian terjadinya kehilangan gigi.5 Hal ini disebabkan oleh mikroflora patogen dalam biofilm atau plak gigi yang

(13)

terbentuk berdekatan dengan gigi setiap hari. Peradangan yang terbatas pada jaringan gingiva dikenal sebagai gingivitis, dan peradangan yang meluas jauh ke dalam jaringan dan menyebabkan hilangnya jaringan ikat pendukung dan tulang alveolar dikenal sebagai periodontitis. Lesi inflamasi yang diinduksi plak membentuk sebagian besar penyakit periodontal dan secara tradisional telah dibagi menjadi dua kategori: gingivitis atau periodontitis. Sementara pada beberapa individu, gingivitis tidak pernah berkembang menjadi periodontitis dan data menunjukkan bahwa gingivitis selalu mendahului periodontitis.6

Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa gagal ginjal kronik mempengaruhi gigi, mukosa mulut, periodonsium, kelenjar saliva, dan lidah yang mengakibatkan efek negatif pada status kesehatan mulut pasien. Banyak penelitian cross sectional serta uji klinis telah dilakukan mengenai aspek ini. Peningkatan kadar plak telah dilaporkan untuk populasi hemodialisis dari beberapa negara termasuk Brasil. Kebersihan mulut yang buruk dan peningkatan tingkat plak dan peradangan gingiva telah dikaitkan dengan perawatan mulut yang diabaikan karena adanya gagal ginjal kronik.8

Penelitian yang dilakukan oleh Kaushik dkk. untuk mempelajari perubahan oral dan saliva di antara pasien hemodialisis, ditemukan bahwa 65% dari pasien menunjukkan setidaknya satu dari manifestasi oral.Halitosis, mulut kering, perubahan rasa, peningkatan insiden karies, pembentukan kalkulus, dan perdarahan gingiva adalah manifestasi oral yang umum.7 Borawski dkk juga menyajikan keparahan periodontitis yang tinggi dibandingkan dengan populasi yang sehat.

Thorman dkk melaporkan bahwa pasien hemodialisis (HD) mengalami kehilangan perlekatan secara signifikan lebih banyak dibandingkan dengan orang sehat dengan menggunakan kehilangan perlekatan sebagai indikator periodontitis.8

Berdasarkan dari penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai status periodontal pada pasien penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan.

(14)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah status periodontal pada pasien penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status periodontal pada pasien penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Mengetahui status periodontal pada pasien penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis .

2. Sebagai dasar bagi penelitian lanjutan yang meneliti status periodontal pada pasien penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat, dokter gigi dan praktisi mengenai status periodontal pada pasien penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik.

2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi.

3. Sebagai tambahan pengetahuan bagi peneliti dan sebagai perbandingan antara praktik dengan teori yang ada.

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ginjal

Ginjal adalah organ ekskretoris utama yang pada dasarnya terletak di dalam daerah posterior rongga abdominal. Ginjal manusia berperan besar dalam menjaga keseimbangan air, asam-basa, dan elektrolit, sehingga membantu dalam pengaturan tekanan darah.31 Fungsi-fungsi penting ginjal termasuk menghilangkan urea, kreatinin, limbah metabolik dan racun lainnya dari darah, pengaturan volume, komposisi, dan pH cairan tubuh,sintesis eritropoietin yang merupakan hormon yang terlibat dengan produksi sel darah merah, konversi vitamin D ke bentuk aktifnya, yang diperlukan untuk penyerapan kalsium dan untuk kesehatan tulang.7 Fungsi ginjal yang paling penting adalah penyaringan darah dari tubuh, membuang bahan ekskresi berbahaya bersama dengan jumlah nutrisi yang berlebih melalui urin melalui kandung kemih. Bahan ekskresi yang disebut urin umumnya mengandung amonia dan urea.31

Ginjal memiliki empat fungsi pengaturan utama dan membuatkan lingkungan internal tubuh stabil dalam batas fisiologis. Produk ekskretoris dan obat-obatan dikendalikan melalui proses ekskresi. Produksi urin mengeliminasi produk metabolism seperti racun yang dicerna seperti obat-obatan, kontrol keseimbangan air untuk pemeliharaan total air tubuh dan osmolaritas plasma, dan mengontrol keseimbangan elektrolit yang meliputi natrium, klorida, kalsium, fosfat, kalium, asam-basis, magnesium dan lainnya.9 Ginjal adalah organ penting untuk metabolisme vitamin D ke bentuk aktif dan juga untuk proses katabolik dari beberapa hormon seperti insulin, hormon parathyroid, dan calcitonin.10 Ginjal juga memainkan peran utama dalam pemeliharaan homeostasis, melalui pengaturan air dan elektrolit.

Pengaturan ini juga melibatkan pengontrolan keseimbangan asam-basa. Regulasi keseimbangan asam-basa tubuh ini dicapai melalui reabsorbsi bikarbonat tubular proksimal yang disaring dari darah melalui glomeruli. Tubulus ginjal melalui

(16)

peningkatan pembentukan amonia dan asam yang dapat dititrasi yaitu fosfat, sulfat, dan fenol.9 Proses endokrin mengatur tekanan darah melalui produksi ginjal dari renin yang memodifikasi sistem angiotensin. Ginjal memiliki peran penting dalam eritropoiesis di sumsum tulang melalui sekresi erithropoietin. Penurunan produksi eritropoietin ginjal menyebabkan anemia dan vasodilatasi dikendalikan melalui produksi prostaglandin.10

Setiap ginjal adalah struktur berbentuk kacang merah berukuran sekitar 11 cm x 6 cm x 3 cm dan beratnya 120-170 gram pada orang dewasa. Ginjal terkandung dalam kapsul berserat. Hilum ginjal yang hadir secara medial mengandung arteri renalis, vena, limfatik, dan pelvis ureter.9 Anatomi ginjal kompleks secara struktural dan terdiri dari tiga regio utama yaitu korteks, medula, dan pelvis. Korteks mengandung glomeruli dan tubulus proksimal dan distal. Medula mengandungi Loop of Henle. Loop of Henle berbeda panjang pada Glomeruli di daerah yang berbeda untuk memungkinkan kontrol diferensial atas konsentrasi urin. Loop pada nefron juxta medulla, yang paling dekat medulla, meluas hampir ke pelvis, area di mana urin mengalir dari duktus pengumpul. Pada seluruh ginjal terdapat sel interstitial, yang mungkin berkaitan dengan fungsi endokrin.7

Gambar 1. Potongan melintang ginjal10

(17)

2.1.1 Penyakit Gagal Ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi dari situasi akut atau dari masalah kronik. Gagal ginjal akut (GGA) adalah sindrom yang timbul dari penurunan cepat GFR (dari jam ke hari). Hal ini ditandai dengan retensi nitrogen, termasuk urea dan kreatinin dan produk limbah metabolisme non-nitrogen, serta gangguan elektrolit, asam-basa, dan homeostasis cairan.7 Penyakit gagal ginjal kronik, juga dikenal sebagai insufisiensi ginjal kronik atau nefropati, didefinisikan sebagai adanya kerusakan ginjal atau penurunan laju filtrasi glomerulus selama 3 bulan atau lebih. Umumnya, penyakit ginjal kronik adalah penurunan progresif dalam fungsi ginjal yaitu penurunan jumlah nefron yang berfungsi, yang terjadi selama beberapa bulan hingga bertahun-tahun.11

Penurunan fungsi ginjal di penyakit ginjal kronik sering ireversibel. Penurunan fungsi dan struktur dapat dibalik pada tahap awal gagal ginjal kronik. Seiring dengan perkembangan penyakit, ginjal pasien dengan gagal ginjal kronik diubah fungsi dan strukturnya.2 Penyakit gagal ginjal kronik ditandai dengan satu atau lebih tanda kerusakan ginjal yaitu albuminuria, abnormalitas sedimen urin, elektrolit, histologi, struktur ginjal, ataupun adanya riwayat transplantasi ginjal, juga disertai penurunan laju filtrasi glomerulus.11 Oleh karena itu, langkah-langkah untuk mengobati penyakit ginjal kronik ditujukan untuk memperlambat perkembangan penyakit ginjal stadium akhir.7

Mekanisme dasar terjadinya penyakit gagal ginjal kronik adalah adanya cedera jaringan. Cedera sebagian jaringan ginjal tersebut menyebabkan pengurangan massa ginjal, yang kemudian mengakibatkan terjadinya proses adaptasi berupa hipertrofi pada jaringan ginjal normal yang masih tersisa dan hiperfiltrasi. Namun proses adaptasi tersebut hanya berlangsung sementara, kemudian akan berubah menjadi suatu proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa.11

2.1.2 Patogenesis Gagal Ginjal Kronik

The National Kidney Foundation mengembangkan sistem klasifikasi untuk penyakit ginjal kronik (PGK). Sistem staging mendefinisikan tahapan PGK berdasarkan tingkat Glomerulus Filtration Rate (GFR) , tetapi juga menyumbang

(18)

bukti kerusakan ginjal dengan tidak adanya perubahan pada GFR, seperti pada tahap 1 PGK. Keparahan penyakit ginjal kronik (PGK) dijelaskan oleh lima tahap.7

Tabel 1:Tahapan penyakit ginjal kronik menurut National Society of Renal Medicine8

Tahap PGK Deskripsi GFR

ml/mim/1.73m2 1 Kerusakan ginjal dengan GFR yang normal atau

tinggi

≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan GFR yang ringan atau rendah

60-89

3 GFR sedang 30-59

4 GFR parah 15-29

5 Gagal ginjal <15 atau dialysis

Disfungsi ginjal diamati ketika GFR adalah 59-30 mL/min/1.73m2 dan tekanan darah tinggi sudah diamati. Gejala muncul ketika GFR menurun ke 29-15 mL/min/1.73m2. Keseimbangan air dan elektrolit terpengaruh dan urea serum meningkat. Gagal ginjal tingkat lanjut dengan gejala uremik diamati ketika GFR menurun ke <15 mL/min/1.73m2. Pada tahap ini disfungsi ginjal lebih jelasdi mana kegagalan ekskresi dan reabsorbsi air dan natrium menghasilkan retensi air sistemik yang menyebabkan tekanan darah tinggi dan gangguan elektrolit lebih lanjut.

Kegagalan ginjal juga menyebabkan asidosis metabolik dengan retensi proton dalam plasma dan anemia disebabkan penurunan dalam produksi eritropoietin.10

2.1.3 Perawatan Gagal Ginjal Kronik

Pasien yang berlanjut ke penyakit ginjal stadium akhir membutuhkan terapi penggantian ginjal. Modalitas yang digunakan untuk terapi penggantian ginjal adalah dialisis, termasuk hemodialisis, peritoneal dialisis, dan transplantasi ginjal. Dialisis adalah suatu proses di mana komposisi zat terlarut darah diubah dengan memaparkannya ke larutan fisiologis (dialisat) melintasi membran semipermeabel (membran dialisis). Zat terlarut akan berpindah dari satu kompartemen ke kompartemen lainnya melalui membran dialisis.9

(19)

Hemodialisis adalah metode yang paling umum digunakan untuk mengobati gagal ginjal lanjut dan permanen. Sejak tahun 1960-an, hemodialisis menjadi perawatan praktis untuk gagal ginjal.7 Hemodialisis adalah pergerakan zat terlarut dan air dari darah pasien melintasi membran semipermeabel yang merupakan dialyzer. Ini dilakukan melalui akses vaskular di mana darah dipompa oleh mesin hemodialisis ke dialyzer kemudian darah kembali disaring ke sirkulasi pasien.9 Hemodialisis, ginjal buatan atau hemodialyzer digunakan untuk membuang limbah dan bahan kimia tambahan dan cairan dari darah. Akses ke pembuluh darah perlu dibuat oleh dokter untuk mendapatkan darah ke ginjal buatan. Hal Ini dilakukan dengan operasi kecil ke lengan atau kaki.7

Hemodialisis adalah teknik yang didasarkan pada membran semipermeabel untuk mengekstrak metabolit beracun dan mengekstraksi kelebihan air dan elektrolit.

Membran semipermeabel membuatkan aliran darah dalam satu arah dan larutan dialisat dalam arah berlawanan. Darah yang disaring dikembalikan ke pasien setelah penyaringan dilakukan melalui membran selama 4-5 jam tiga kali seminggu.10

2.2 Status Periodontal

Jaringan periodontal adalah suatu jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi. Struktur jaringan periodontal terdiri dari gingiva, sementum, ligamen periodontal dan tulang alveolar.Penyakit periodontal diawali dengan peradangan pada gusi disertai perubahan warna, bentuk, yang diikuti dengan pendarahan pada jaringan tersebut.14 Penyakit periodontal disebabkan oleh banyak faktor, terutama karena plak dan akumulasi kalkulus serta bakteri merupakan penyebab utama terjadinya penyakit periodontal yang menyebabkan infeksi dan memengaruhi gingiva dan tulang pendukung gigi yang disebabkan oleh mikrooganisme anaerob gram negatif yang terdapat dalam plak bakteri yang melekat pada gigi.14,15

Klasifikasi penyakit periodontal saat ini, menurut yang terbaru yang dilakukan oleh pertemuan konsensus pada tahun 2017, mengenali penyakit gingiva yang dibagi dua kategori luas penyakit gingiva yang meliputi penyakit gingiva yang diinduksi biofilm plak bukan gigi dan gingivitis yang diinduksi plak gigi. Penyakit gingiva

(20)

yang diinduksi oleh biofilm plak bukan gigi termasuk berbagai kondisi yang tidak disebabkan oleh plak dan biasanya tidak sembuh setelah pengangkatan plak. Lesi tersebut dapat merupakan manifestasi dari kondisi sistemik atau dapat dilokalisasi ke rongga mulut. Gingivitis yang diinduksi plak gigi memiliki berbagai tanda dan gejala klinis, dan kedua faktor predisposisi lokal dan faktor pemodifikasi sistemik dapat mempengaruhi tingkat, keparahan, dan perkembangannya.32

2.2.1 Gingivitis

Gingivitis adalah tanda pertama ketidakseimbangan dalam proses penyakit- kesehatan periodontal.18 Gingivitis adalah peradangan pada gingiva sekitar gigi yang tidak menyebabkan hilangnya perlekatan periodontal. Gambaran klinis dari gingivitis atau inflamasi gingiva yaitu gingiva berwarna merah sampai kebiruan dengan pembesaran kontur gingiva karena edema dan mudah berdarah jika diberikan stimulasi seperti saat makan dan menyikat gigi .19

Gingivitis dibagi dalam dua kategori yaitu gingivitis yang diinduksi plak dan gingivitis yang tidak dinduksi plak. Gingivitis yang disebabkan oleh plak sangat umum terjadi disebabkan oleh plak tanpa keterlibatan faktor lokal. Sedangkan gingivitis yang tidak diinduksi plak disebabkan oleh spesifik bakteri, jamur atau infeksi virus, kelainan genetik, kondisi sistemik.20 Gingivitis terbatas pada jaringan yang melindungi gigi dan, meskipun tidak menyebabkan kerusakan permanen, kehadirannya merupakan prasyarat untuk pembentukan biofilm subgingival, yang akhirnya mengarah ke periodontitis.18

Gambar 2. Gingivitis20

(21)

2.2.2 Periodontitis

Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi destruktif pada jaringan penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang menghasilkan kerusakan lanjut ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan terbentuknya poket, resesi gingiva, maupun keduanya. Periodontitis biasanya berkembang dari gingivitis yang sudah terjadi, walaupun tidak semua gingivitis berkembang menjadi periodontitis.

Perubahan komposisi dan potensi patogenik dari mikroorganisme plak terhadap faktor resistensi pejamu dan jaringan sekitarnya menentukan perubahan dari gingivitis menjadi periodontitis dan keparahan kerusakan jaringan periodontal.21 Periodontitis ditandai dengan kehilangan perlekatan dan pembentukan poket yang disebabkan oleh perkembangan bakteri patogen dan penurunan mekanisme pertahanan diri pasien.22 Periodontitis ditandai dengan periodontal ligamen lepas dari sementum dengan pembentukan konsekuen poket periodontal, alveolar resorpsi tulang, resesi gingiva, migrasi gigi, pembentukan diastema antara gigi, mobilitas gigi, pembentukan abses dan kehilangan gigi.19,23

Gambar 3. Tahap penyakit periodontal24

2.3 Hubungan Status Periodontal dan Gagal Ginjal Kronik

Pasien gagal ginjal kronik menyajikan karakteristik medis, psikologis, dan sosial-ekonomi yang dapat mempengaruhi masalah odontologis dan kesehatan mulut dalam dialisis.26 Pengobatan dialisis menyebabkan perubahan sistemik, komplikasi oral, perubahan dalam laju aliran saliva dan komposisi saliva. Pasien dengan gagal

(22)

ginjal kronik menyajikan beberapa masalah kesehatan mulut yang relevan, termasuk uremic halitosis, mulut kering, dan perubahan rasa dan saliva.Peningkatan prevalensi karies, gingivitis, mobilitas gigi, kehilangan gigi, dan kalkulus gigi pada populasi ini juga telah diamati.25 Manifestasi oral klinis yang paling umum di antara pasien hemodialisis adalah halitosis, xerostomia, peningkatan pembentukan kalkulus, dan perdarahan gingiva.26

Periodontitis dapat terjadi pada pasien hemodialisis akibat kombinasi beberapa faktor, yaitu produksi vitamin D yang tidak adekuat akibat kerusakan ginjal yang dialami, kondisi xerostomia, serta kondisi kebersihan oral yang buruk. Pada pasien gagal ginjal kronik, terjadi penurunan produksi vitamin D, sehingga kelenjar paratiroid terstimulasi untuk mensekresi hormon paratiroid. Akan tetapi, kadar vitamin D tidak dapat bertambah karena kerusakan nefron yang dialami, akibatnya hormon paratiroid, TNF dan IL-I kemudian mengaktivasi terjadinya remodeling tulang. Pada lain pihak, kondisi xerostomia berkontribusi terhadap terjadinya periodontitis akibat penurunan kadar Imunoglobulin A pada saliva yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap mikroorganisme yang berperan penting dalam terjadinya periodontitis.26 Kebersihan oral merupakan faktor penting dalam terjadinya periodontitis. Pasien hemodialisis memiliki prioritas yang rendah terhadap kesehatan dan kebersihan rongga mulut, baik dikarenakan oleh stres psikologis yang dialami pasien maupun karena terapi hemodialisis yang dijalani sangat memakan waktu.,27

Beberapa penelitian telah diterbitkan dalam literatur, memberikan bukti untuk peningkatan prevalensi penyakit periodontal pada pasien dengan penyakit ginjal, terutama pada pasien dialisis dan penerima transplantasi ginjal. Penyakit ginjal stadium akhir telah terbukti mempengaruhi tidak hanya kesehatan umum pasien tetapi juga kesehatan mulut dan periodontal.28 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kaushik dkk untuk mempelajari perubahan oral dan saliva di antara pasien hemodialisis, ditemukan bahwa 65% dari pasien menunjukkan setidaknya satu dari manifestasi oral.3

(23)

Penelitian yang dilakukan Honarmand dkk menunjukkan halitosis, peningkatan pembentukan kalkulus, dan xerostomia adalah yang paling umum, dan perdarahan gingiva merupakan manifestasi oral yang paling jarang terjadi pada pasien hemodialisis dan hasil ini sesuai dengan yang ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Al Nowaiser dkk.3 G avalda dkk mempelajari temuan gigi, periodontal, mukosa oral, dan saliva pada 103 pasien dewasa penyakit gagal ginjal kronik pada hemodialisis dan membandingkannya dengan yang dari 53 kontrol sehat yang disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin. Hasilnya menunjukkan indeks plak dan kalkulus yang secara signifikan lebih tinggi dan sekresi saliva yang lebih rendah di antara pasien hemodialisis dibandingkan dengan kontrol yang sehat.30

Tadakamadla J dkk membandingkan karies, kebersihan mulut dan status periodontal penyakit gagal ginjal kronik pasien dalam berbagai tahap dan kontrol yang sehat. Lebih dari tiga perempat (78,9%) dari pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik stadium 5 menunjukkan poket periodontal yang dalam.24 Tollefsen menemukan bahwa semua pasien memiliki lebih dari 50% indeks plak. Manifestasi oral lain dari pasien hemodialisis adalah mukosa karang merah muda, rasa logam, halitosis uremik dan xerostomia.29

2.4 Indeks-indeks Periodontal 2.4.1 Indeks Gingiva

Indeks Gingiva (GI) dibuat untuk penilaian kondisi gingiva dan mencatat perubahan kualitatif dalam gingiva.33 GI didasarkan pada kombinasi penilaian visual dan stimulasi mekanis dari jaringan periodontal marginal dengan memeriksa dengan lembut.34

(24)

Tabel 2: Kriteria pemeriksaan gingiva33

Skor Deskripsi

0 Gingiva normal

1 Peradangan ringan - sedikit perubahan warna dan sedikit edema tetapi tidak ada perdarahan saat palpasi

2 Peradangan sedang - kemerahan, edema dan berkilat, perdarahan saat palpasi

3 Peradangan parah - ditandai kemerahan dan edema, ulserasi dengan kecenderungan perdarahan spontan.

Tabel 3: Kriteria penilaian indeks gingiva33

Skor Kriteria

0 Sehat

0,1-1,0 Peradangan Ringan

1,1 – 2,0 Peradangan Sedang

2,1 – 3,0 Peradangan Berat

Untuk mengevaluasi GI pada tingkat pasien, skor GI harus diberikan pada empat area (bukal, lingual, mesial, dan distal) untuk masing-masing dari enam gigi indeks (gigi molar pertama kanan dan kanan atas rahang atas; gigi premolar pertama kiri rahang atas; gigi molar dan lateral pertama mandibula kiri; premolar pertama kanan dan bawah mandibula yang disebut "gigi Ramfjord"), dan skor daerah dapat dirata-rata untuk memberikan GI untuk pasien.34 GI individu dapat diperoleh dengan menambahkan nilai-nilai setiap gigi dan membaginya dengan jumlah gigi yang diperiksa.33 Sejak diperkenalkan, GI telah banyak digunakan dalam penelitian periodontal klinis dan, bersama dengan modifikasi itu saat ini merupakan indeks peradangan gingiva yang paling banyak digunakan dalam uji klinis pada strategi pencegahan atau terapi.34

(25)

2.4.2 Indeks Penyakit Periodontal

Sigurd Ramfjord memperkenalkan Indeks Penyakit Periodontal, sebuah alat pengukuran spesifik gigi dan situs. Indeks Penyakit Periodontal pada dasarnya adalah alat klinis yang menggunakan probe periodontaluntuk mengukur jarak dari cemento- enamel junction ke bagian bawah poket. Metode yang diusulkan oleh Ramfjord pada tahun 1959 , untuk mengukur jarak dari bagian bawah poket periodontal ke cemento–

enamel junction menggunakan probe periodontal dan diterapkan ke beberapa tempat, seluruh gigi atau sekumpulan gigi, adalah dasar dari apa yang saat ini dikenal sebagai kehilangan perlekatan periodontal, kehilangan perlekatan atau kehilangan perlekatan klinis. Jarak ini mewakili jumlah dukungan periodontal yang hilang di luar cemento–

enamel junction. Ini diukur dalam milimeter dengan mengurangi jarak antara puncak gingiva ke cemento–enamel junction dari jarak antara puncak gingiva ke dasar poket.

Ketika cemento–enamel junction terpapar, pengukuran dari puncak gingiva ke cemento–enamel junction negatif, menambah jumlah total milimeter kehilangan perlekatan. Proses pengukuran ini kadang-kadang digambarkan sebagai 'probing'.36

Tabel 4: Kriteria indeks penyakit periodontal (Ramfjord)35

Skor Deskripsi

0 Tidak ada inflamasi

1 Perubahan inflamasi ringan sampai sedang tetapi perluasannya tidak sampai mengelilingi gigi

2 Perubahan inflamasi ringan sampai sedang yang meluas ke sekeliling gigi

3 Gingivitis yang parah ditandai adanya warna kemerahan,cenderung berdarah dan adanya ulser

4 Jarak dari CEJ ke dasar poket/hilang perlekatan 3mm

5 Jarak dari CEJ ke dasar poket 3-6 mm

6 Jarak dari CEJ ke dasar poket >6 mm

(26)

2.5 Kerangka Teori

2.6 Kerangka Konsep

Penyakit Gagal Ginjal Kronik

Urea

Hemodialisis

Respon inflamasi

Kebersihan mulut yang buruk

Status periodontal

Variabel Bebas:

-Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

haemodialisis

Variabel Tergantung:

-Status periodontal

(27)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan penelitian adalah cross sectional.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik, Medan,Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dalam jangka waktu Mei hingga Juni 2019.

3.3 Populasi dan Subjek 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah pasien penyakit gagal ginjal kronik.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian diperoleh dari populasi pasien gagal ginjal kronik yang berkunjung ke RSUP H. Adam Malik untuk menjalani hemodialisis. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti agar maksud dan tujuan penelitian ini dapat tercapai.

(28)

3.4. Besar Sampel

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus, yaitu:

√ √

√ √

Keterangan :

n= Jumlah sampel minimal

α= level of significance, penelitian ini menggunakan α=10%,sehingga Zα= 1,64 β= power of test, penelitian ini menggunakan β= 20%, sehingga Zβ =0,842 Po= proporsi awal penelitian, pada penelitian ini diggunakan Po =50%

Pα= proporsi yang diinginkan dari penelitian, pada penelitian ini digunakan Pα= 75%

Pα- Po =25%

Dari hasil perhitungan berdasarkan rumus sampel, maka besar sampel pada penelitian ini adalah sebesar 30 orang pasien di RSUP H. Adam Malik, Medan, Sumatera Utara.

3.4.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi:

1. Pasien gagal ginjal kronik

2. Menjalani hemodialisis lebih dari 1 tahun 3. Subjek berusia >29 tahun ke atas

4. Bersedia untuk berpatisipasi dalam penelitian

(29)

Kriteria eksklusi:

1. Pasien edentulous penuh

2. Tidak bersedia untuk berpatisipasi dalam penelitian 3. Pasien lemah

4. Riwayat menjalani terapi antibiotik dalam kurun 6 bulan 5. Pasien yang menjalani terapi periodontal 6 bulan terakhir

3.5 Variabel Penelitian Variabel Tergantung:

1. Status periodontal

Variabel Bebas:

1. Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani haemodialisis

Variabel Terkendali:

1. Gagal ginjal kronik

3.5.1 Definisi Operational Tabel 5. Definisi operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala Ukur 2

1

Pasien Gagal ginjal kronik

Pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal di bawah batas normal, di mana ginjal tidak dapat menyaring kotoran, mengontrol jumlah air dalam tubuh serta kadar garam dan kalsium dalam darah.

Hasil tes darah untuk kreatinin diambil dari data pasien yang disediakan di RSUP H. Adam Malik

Ordinal

(30)

2 2

Status Periodontal

Indeks Gingiva dan Skor Indeks Penyakit Periodontal digunakan untuk mengukur status periodontal

Pemeriksaan intra

oral gigi

menggunakan probe pada gigi indeks Ramfjord

Ordinal

3.6 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1 Alat-alat :

1. Prob periodontal UNC 15 2. Kaca mulut

3. Pinset 4. Sonde 5. Nirbaken 6. Alat tulis

3.6.2 Bahan Penelitian:

1. Handscoon 2. Masker

3. Gulungan kapas 4. Detol

5. Hand sanitizer 6. Aquades

3.7 Proses Pengambilan dan Pengumpulan Data 3.8 Ethical Clearance

Surat izin penelitian didapatkan dari Departemen Periodonsia dan menyerahkan ke Wakil Dekan I untuk mendapatkan surat pengantar ke Komisi Etik.

Setelah itu,meminta izin di RSUP H. Adam Malik untuk melakukan penelitian.

(31)

Setelah mendapat izin dari RSUP H. Adam Malik,peneliti memberikan informed consent kepada pasien yang menjalani hemodialisis.

3.8.1 Pengisian Kuesioner

Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan wawancara langsung mengenai identitas subjek dan riwayat status periodontal dengan bantuan kuesioner terhadap pasien yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik. Subjek yang terpilih diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan dilakukan dan apabila subjek bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka subjek diminta menandatangani lembar informed consent.

3.8.2 Pemeriksaan Status Periodontal

Pemeriksaan yang dilakukan menggunakan menggunakan Indeks Gingiva untuk mengukur derajat inflamasi gingiva. Pengukuran dilakukan pada gigi indeks oleh Ramfjord yaitu 16,21,24,36,41, dan 44. Pengukuran dilakukan pada keempat sisi penilaian gingiva,papila distobukal, papilla mesiobukal dan margin gingiva- labial. Setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan Indeks Penyakit Periodontal dengan menggunakan probe periodontal UNC 15 untuk melihat keadaan jaringan periodontal dengan menggunakan indeks periodontal yaitu indeks Ramfjord.

Pengukuran dilakukan hanya pada 6 gigi yaitu 16,21 ,24,36,41, dan 44. Pengukuran dilakukan pada enam permukaan gigi yaitu permukaan mesiobukal, midbukal, distobukal, mesiolingual, midlingual dan distolingual. Pada waktu pengukuran padasudut mesiobukal dan distolingual, prob dalam keadaan berkontak dengan gigi.

Bila salah satu gigi hilang maka digantikan dengan gigi sebelahnya.

(32)

Gambar 4 . Pemeriksaan status periodontal

3.9 Skema Alur Penelitian

Ethical Clearance

Memberikan pertanyaan melalui kuesioner kepada subjek

Meminta kesediaan subjek untuk mengikuti penelitian (informed consent) dan ditandatangani

Melakukan pemeriksaan intra oral gigi dengan menggunakan indeks yang dipilih untuk menilai status periodontal

Pencatatan hasil pemeriksaan

Analisis data

(33)

3.9.1 Analisis Data

Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan komputer dan analisis yang digunakan adalah analisis data deskriptif, dengan data hasil berupa persentase.

(34)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan untuk mengetahui status periodontal penderita penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dan didapat sampel penelitian sebanyak 30 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian ditampilkan dalam tabel berikut.

4.1 Data Demografis Subjek Penelitian

Data demografis subjek penelitian pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik terdiri dari jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 6 berikut:

Tabel 6. Data Demografis Subjek Penelitian.

Variabel N=30 %

Jenis Kelamin

Laki-laki 22 73,33

Perempuan 8 26,67

Kelompok Usia

31 – 40 tahun 6 20

41 – 50 tahun 11 36,67

51 – 60 tahun 9 30

61 – 70 tahun 4 13,33

Tingkat Pendidikan

SD 12 40

SMP 8 26,67

SMA 6 20

Perguruan tinggi 4 13,33

(35)

Pada tabel 6 menunjukkan bahwa subjek penelitian laki-laki sebanyak 22 orang (73,33%)lebih besar dibandingkan dengan subjek perempuan yaitu 8 orang (26,67%).

Berdasarkan kelompok usia, yang terbanyak adalah pada kelompok usia 41-50 tahun (11 orang) dan yang terkecil pada kelompok usia 61 – 70 Tahun (4 orang). Mayoritas pendidikan terakhir subjek adalah SD sebanyak 12 orang (40%).

4.2 Data Perilaku Kebersihan mulut Subjek Penelitian

Data perilaku kebersihan mulut subjek penelitian pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik terdiri dari frekuensi sikat gigi, penggunaan obat kumur dan kunjungan terakhir ke dokter dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Data Perilaku Kebersihan Mulut

Variabel N=30 %

Frekuensi sikat gigi

1 kali 6 20

2 kali 21 70

> 2kali 3 10

Pengunaan obat kumur

Ya 4 13,3

Tidak 26 86,7

Kunjungan terakhir ke dokter gigi

<3 bulan 0 0

>6 bulan 14 46,67

Tidak pernah 16 53,33

Pada tabel 7 terlihat bahwa sebagian besar subjek melakukan penyikatan gigi setiap harinya sebanyak dua kali yaitu 21 orang (70%). Jumlah orang yang tidak menggunakan obat kumur lebih banyak yaitu 26 orang (86,7%), dan sebanyak 16 orang (53,3%) tidak pernah berkunjung ke dokter gigi.

(36)

4.3 Data Lama menjalani Hemodialisis

Data lamanya menjalani hemodialisis keseluruhan subjek gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik yang dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Data lama menjalani hemodialisis Lama menjalani

Hemodialisis

N=30 %

1-5 24 80

6-10 4 13,33

11-15 1 3,33

16-20 1 3,33

Berdasarkan kelompok lama menjalani hemodialisis, yang terbanyak adalah pada kelompok lama menjalani hemodialisis 1-5 tahun yaitu 24 orang (80%) dan yang terkecil pada kelompok lama menjalani hemodialisis 11-15 tahun dan 16-20 tahun yaitu 1 orang (3,33%).

4.4 Status Periodontal

Status periodontal diukur menggunakan Indeks Gingiva dan Indeks Penyakit Periodontal. Tabel 9 menunjukkan data Indeks Gingiva dan data Indeks Penyakit Periodontal dari keseluruhan subjek penelitian.

(37)

Tabel 9. Indeks Gingiva pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik.

Kondisi Gingiva Skor n=30 %

Normal 0 0 0

Gingivitis Ringan 0,1-1,0 1 3,33

Gingivitis Sedang 1,1-2,0 1 3,33

Gingivitis Parah 2,1-3,0 28 93,33

Pada tabel 9 terlihat bahwa 1 orang (3,33%) merupakan subjek dengan skor GI ringan (0,1-1,0) dan 28 orang (96,67%) merupakan subjek dengan skor GI parah (2,1-3,0).

Tabel 10. Indeks Penyakit Periodontal pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik.

Skor IPP Keadaan n=30 %

0 Tidak ada inflamasi 0 0

1 Perubahan inflamasi ringan sampai sedang tetapi perluasannya tidak sampai mengeliling gigi.

1 3,33

2 Perubahan inflamasi ringan sampai sedang yang meluas ke sekeliling gigi.

0 0

3 Gingivitis yang parah ditandai adanya warna kemerahan, cenderung berdarah dan adanya ulser.

0 0

4 Jarak dari CEJ ke dasar poket 3 mm 1 3,33

5 Jarak dari CEJ ke dasar poket 4-6 mm 28 93,33

6 Jarak dari CEJ ke dasar poket >6 mm 0 0

Mayoritas subjek menderita periodontitis di mana sebanyak 28 orang (93,33%) mempunyai skor IPP 5.

(38)

4.5 Lama menjalani Hemodialisis dihubungkan dengan Status Periodontal.

Tabel 11. Status periodontal berdasarkan lama menjalani hemodialisis

Skor Keadaan

1- 5 Tahun

6-10 tahun

11-15 tahun

16-20 Tahun

n=24 n=4 n=1 n=1

Indeks Gingiva

0 Normal 0(0) 0(0) 0(0) 0(0)

0,1-1,0 Gingivitis Ringan 1(3,33) 0(0) 0(0) 0(0)

1,1-2,0 Gingivitis Sedang 1 (3,33) 0(0) 0(0) 0(0)

2,1-3,0 Gingivitis Parah 22(73,33) 4 (13,33) 1 (3,33) 1(3,33) Indeks Penyakit Periodontal

0 Tidak ada inflamasi 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)

1 Perubahan inflamasi ringan sampai sedang tetapi perluasannya tidak sampai mengeliling gigi.

1 (3,33) 0 (0) 0 (0) 0 (0)

2 Perubahan inflamasi ringan sampai sedang yang meluas ke sekeliling gigi.

0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)

3 Gingivitis yang parah ditandai adanya warna kemerahan, cenderung berdarah dan adanya ulser.

0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)

4 Jarak dari CEJ ke dasar poket 3 mm

1 (3,33) 0 (0) 0 (0) 0 (0)

5 Jarak dari CEJ ke dasar poket 4-6 mm

22(73,33) 4 (13,33) 1 (3,33) 1 (3,33)

6 Jarak dari CEJ ke dasar poket >6 mm

0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)

(39)

Tabel 11 menunjukkan mayoritas subjek yang menjalani hemodialisis selama 1-5 tahun mempunyai skor GI parah (2,1-3,0) yaitu sebanyak 22 orang (73,33%) dan skor IPP 5 yaitu sebanyak 22 orang (73,33%).

(40)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada 30 subjek gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik. Hasil penelitian yang diperoleh adalah melalui data demografis, data perilaku kebersihan mulut, data lama menjalani hemodialisis dan status periodontal yang meliputi Indeks Gingiva dan Indeks Penyakit Periodontal.

Pada penelitian ini terdapat lebih banyak subjek laki-laki dibandingkan dengan perempuan (tabel 6) sesuai dengan penelitian Aisara.S dkk yang menyatakan jenis kelamin terbanyak adalah pria dengan jumlah 59 pasien (56,7%), sedangkan jenis kelamin wanita berjumlah 45 pasien (43,3%). Hasil tersebut kemungkinan berkaitan dengan kejadian penyakit penyebab penyakit ginjal kronik, seperti batu ginjal, yang juga banyak terjadi pada jenis kelamin pria. Penelitian lain mendapatkan prevalensi penyakit batu ginjal pada laki-laki dan wanita adalah 10,6% dan 7,1%.37,38 Pada penelitian Rezeki S. dkk ditemukan bahwa kebersihan mulut buruk lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki, yaitu sebesar 63,6%, namun persentase perempuan yang mengalami periodontitis lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Laki-laki yang mengalami periodontitis sebesar 78,5%, sedangkan perempuan sebesar 88,2%. Hal ini bertentangan dengan penelitian Ragghianti dkk yang menunjukkan bahwa persentase periodontitis lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Pada penelitian tersebut periodontitis lebih banyak dialami oleh laki-laki karena laki-laki memiliki kebersihan mulut yang lebih buruk daripada perempuan dan jarang berkunjung ke dokter gigi.37

Persentase kelompok usia yang menjalani hemodialisis tertinggi terdiri dari usia 41 hingga 50 tahun (tabel 6) seiring dengan penelitian Aisara.S dkk. Hal ini terjadi karena penurunan fungsi ginjal merupakan proses normal setiap bertambahnya usia manusia. Bertambahnya usia menunjukkan penurunan progresif laju filtrasi glomerulus

(41)

dan aliran darah ginjal. Penurunan terjadi sekitar 8 ml/menit/1,73m2 setiap dekadenya sejak usia 40 tahun.37,39

Data perilaku kebersihan mulut subjek penelitian menunjukkan bahwa pasien gagal ginjal kronik mempunyai perilaku kebersihan mulut yang buruk (tabel 7).

Penelitian terbaru yang berfokus pada kesehatan periodontal pasien gagal ginjal kronik pada terapi pemeliharaan hemodialisis telah melaporkan adanya kebersihan mulut yang buruk dan peradangan gingiva. Penelitian ini juga mengkonfirmasi tingginya insiden kebersihan mulut yang buruk pada pasien hemodialisis.

Berdasarkan penelitian Cengiz dkk, diketahui bahwa prevalensi penyakit periodontal yang lebih tinggi disebabkan oleh kelalaian kebersihan mulut, dibandingkan uremia kronik. Hal ini sesuai dengan penelitian Hamissi dkk dimana 180 pasien hemodialisis dari Iran, mencatat tingkat kebersihan mulut yang buruk dan tidak terkait dengan lamanya waktu dalam dialisis.40

Pada tabel 10 terdapat hasil hubungan skor Indeks Gingiva dan skor Indeks Penyakit Periodontal pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

Menurut penelitian yang dilakukan Kardachie dkk yang melaporkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara durasi dialisis dan indeks penyakit periodontal.29 Sekiguchi dkk menunjukkan bahwa prevalensi periodontitis lebih banyak terjadi pada kelompok dengan durasi hemodialisis lebih 3 tahun, karena perjalanan penyakit yang semakin kronik dan kebersihan mulut yang semakin buruk seiiring bertambahnya durasi hemodialisis.27

Demikian pula, Chen dkk menilai 253 pasien HD dan menemukan bahwa durasi dialisis yang lebih lama dikaitkan dengan keparahan periodontitis.40 Pada penelitian Rezeki dkk menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara durasi hemodialisis dengan periodontitis pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Bayraktar dkk yang menunjukkan bahwa durasi hemodialisis berhubungan dengan periodontitis.41 Pada penelitian ini tidak dapat dilakukan analisis statistik lama menjalani hemodialisis dan status periodontal karena sampel yang sedikit.

(42)

Periodontitis dapat terjadi pada pasien hemodialisis akibat kombinasi beberapa faktor. Antara faktornya adalah, kondisi kebersihan mulut merupakan faktor penting dalam adanya perubahan pada status periodontal. Pasien hemodialisis memiliki prioritas yang rendah terhadap kesehatan dan kebersihan rongga mulut, baik dikarenakan oleh stres psikologis yang dialami pasien maupun karena terapi hemodialisis yang dijalani sangat menyita waktu.41,42 Beberapa penelitian dilakukan untuk mendukung hipotesis ini seperti penelitian oleh Naugle dkk telah melaporkan penurunan pemanfaatan layanan perawatan gigi pada populasi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.43

Malnutrisi yang disebabkan oleh keterbatasan diet protein pada pasien hemodialisis mengakibatkan kondisi defsiensi imun.42 Hal ini mungkin berhubungan dengan status sosial ekonomi penderita yang menjalani hemodialisis rendah.41 Akhirnya pasien hemodialisis berulang kali terpapar anti-koagulasi sistemik dengan heparin dosis tinggi selama prosedur pemurnian darah. Ini akan membuat mereka lebih rentan terhadap perdarahan gingiva dan memfasilitasi kolonisasi dan pertumbuhan bakteri, dan dapat menyebabkan status periodontal yang buruk.42

(43)

BAB 6 KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian status periodontal pada penderita penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik adalah

1. Pasien penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis lebih banyak menderita periodontitis dibandingkan gingivitis.

2. Semakin lama pasien gagal ginjal kronik menjalani hemodialisis, semakin buruk status periodontal.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel penelitian yang lebih besar untuk mendapatkan hasil yang lebih kukuh.

2. Kesadaran akan perawatan mulut harus ditingkatkan di antara pasien dialisis, ahli nefrologi, dan dokter gigi supaya lebih mementingkan kesehatan rongga mulut.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

1. Perozini C, Ruivo G, Ricardo L, Pavesi L, Kim Y, Pallos D. Medical And Periodontal Clinical Parameters In Patients At Different Levels Of Chronic Renal Failure. International Journal Of Dentistry. 2017;2017:1-6.

2. Yuan Q, Xiong Q, Gupta M, López-Pintor R, Chen X, Seriwatanachai D . Dental Implant Treatment For Renal Failure Patients On Dialysis: A Clinical Guideline. International Journal Of Oral Science. 2017;9(3):125-32.

3. Honarmand M, Farhad-Mollashahi L, Nakhaee A, Sargolzaie F. Oral Manifestation And Salivary Changes In Renal Patients Undergoing Hemodialisis. Journal Of Clinical And Experimental Dentistry.

2017;9(2):207-10.

4. Swapna L. Oral Health Status In Haemodialysis Patients. Journal Of Clinical And Diagnostic Research. 2013;7(9):2047-50.

5. Borawski J, Wilczynska-Borawska M, Stokowska W, Mysliwiec M. The Periodontal Status Of Pre-Dialysis Chronic Kidney Disease And Maintenance Dialysis Patients. Nephrology Dialysis Transplantation. 2006;22(2):457-64.

6. Ariyamuthu V, Nolph K, Ringdahl B. Periodontal Disease In Chronic Kidney Disease And End-Stage Renal Disease Patients: A Review. Cardiorenal Medicine. 2013;3(1):71-8.

7. Ahmad M, Saeed F, Jehan N. Renal Failure: Its Treatment In Current System Of Medicine. Pakistan: Bcc&T Press University Of Karachi; 2013:3-26 8. Wahid A, Ehsan A, Butt S, Khan A, Chaudhry S. Bidirectional Relationship

Between Chronic Kidney Disease & Periodontal Disease. Pak J Med Sci;29(1):211-15.

9. Sobh M. Nephrology For Medical Students. Mansoura, Egypt: Urology and Nephrology Center;1-45

10. Thorman R. Oral Health In Patients With Chronic Kidney Disease.

Stockholm; 2009,6-8.

11. Aisara S, Azmi S, Yanni M. Gambaran Klinis Penderita Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Rsup Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018;7(1):42-8.

12. Ramadhani Zf, Putri Dkt, Cholil. Prevalensi Penyakit Periodontal Pada Perokok Di Lingkungan Batalyon Infanteri 621/Manuntung Barabai Sungai Tengah. Dentino (Jur.Ked.Gigi) 2014; 2(.2):115-19.

13. Lumentut Ran, Gunawan Pn, Mintjelungan Cn. Status Periodontal Dan Kebutuhan Perawatan Pada Usia Lanjut. Jurnal E-Gigi (Eg).2013;1(2):79-83 14. Theodora. Ibufrofen Pada Perawatan Enlargement Gingivitis; Journal Of The

Indonesian Dental Association; 2006: Hal 53-100

15. Sharashchandra Bm, Ambika P. Two Way Relationships Between Diabetes Mellitus And Periodontal Disease: A Review. Sch. J. App. Med. Sci. 2014;

2(6):3337-42.

(45)

16. Ismail G, Dumitriu H, Dumitriu A, Ismail F. Periodontal Disease: A Covert Source Of Inflammation In Chronic Kidney Disease Patients. International Journal Of Nephrology. 2013:1-6.

17. Craig R, Kotanko P, Kamer A, Levin N. Periodontal Diseases--A Modifiable Source Of Systemic Inflammation For The End-Stage Renal Disease Patient On Haemodialysis Therapy. Nephrology Dialysis Transplantation.

2006;22(2):312-15.

18. Grellmann A, Zanatta F. Diagnosis Of Gingivitis: State Of The Art. Journal Of Dentistry & Oral Disorders. 2016;2(3):1-6

19. Igari K, Kudo T, Et Al. Association Between Periodontitis And The Development Of Systemic Disease. Herb. Acc. J. 2014;1-7.

20. Highfield J. Diagnosis And Classification Of Periodontal Disease. Aus.Den. J.

2009; 54: 11–26.

21. Kodir Aia, Dahlia Herawati D, Murdiastuti K. Perbedaan Efektivitas Antara Pemberian Secara Sistemik Ciprofloksasin Dan Amoksisilin Setelah Scaling

& Root Planning Pada Periodontitis Kronik Penderita Hipertensi. J Ked Gi.

2014;5(4):323-32.

22. Nisa T, Primartha R. Diagnosis Penyakit Gigi Periodontal Menggunakan Sistem Pakar Fuzzy. Jurnal Generic.2014;9(1):309-19.

23. Saptorini Kk,Kusuma Ap. Poket Periodontal Pada Buruh Perokok.

Stomatognatic (J. K. G Unej). 2013;1(2): 67-70.

24. Gum Treatment - Fss-Dental [Internet]. Fss-Dental. 2019 [Cited 8 February 2019]. Available From: Https://Fss-Dental.De/En/Dental-Services/Gum- Treatment/

25. Souza C, Braosi A, Luczyszyn S, Casagrande R, Pecoits-Filho R, Riella M Et Al. Oral Health In Brazilian Patients With Chronic Renal Disease. Revista Médica De Chile. 2008;136(6):741-46.

26. Hernández C. Oral Disorders In Patients With Chronic Renal Failure.

Narrative Review. Journal Oral Of Research. 2016;5(1):27-34.

27. Rezeki S, Mauliza D. Hubungan Antara Durasi Hemodialisis Dengan Periodontitis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik. Cakradonya Dent J.

2016;8(1):1-76.

28. Singh Demonstrator P. Assessment Of Periodontal Health Of Patients Undergoing Renal Dialysis. International Journal Of Applied Dental Sciences.

2017;3(4):397-99.

29. Torkzaban P, Arabi R, Kadkhodazadeh M, Moradi J, Khoshhal M.

Periodontal Status In Patients Undergoing Hemodialisis. Djh. 2009;1(1):7-9 30. Ariyamuthu V, Nolph K, Ringdahl B. Periodontal Disease In Chronic Kidney

Disease And End-Stage Renal Disease Patients: A Review. Cardiorenal Medicine. 2013;3(1):71-8.

31. P P, SK R. The Necessity of Human Kidney and Artificial Kidneys for the Human Health. Journal of Kidney. 2018;04(02):1-3

32. Chapple l, Mealey B, Dyke T, Bartold P, Dommisch H, Eickholz P.

Periodontal health and gingival diseases and conditions on an intact and a reduced periodontium: Consensus report of workgroup 1 of the 2017 World

(46)

Workshop on the Classification of Periodontal and Peri-Implant Diseases and Conditions. BDJ. 2018;225(2):141.

33. Panagakos D. Gingival Diseases - Their Aetiology, Prevention and Treatment.

InTech; 2011:41

34. Trombelli L, Farina R, Silva C, Tatakis D. Plaque‐induced gingivitis: Case definition and diagnostic considerations. J Clin Periodontol. 2018 :44-67 35. Putri MH,Herijulianti E, Nurjannah N. Ilmu pencegahan penyakit jaringan

keras dan jaringan pendukung gigi. Jakarta:EGC,2010:196-203

36. Beltrán-Aguilar E, Eke P, Thornton-Evans G, Petersen P. Recording and surveillance systems for periodontal diseases. Periodontology 2000.

2012;60(1):40-53.

37. Aisara S, Azmi S, Yanni M. Gambaran Klinis Penderita Penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. J Kes Andalas. 2018; 7(1): 42-50

38. Scales CD, Smith AC, Hanley JM, Saigal CS. Prevalence of kidney stones in United States. European Urology. 2012;62(1):160-5…..(38)

39. Weinstein JR, Anderson S. The aging kidney: Physiological changes. Nih Public Access. 2010;17(4):302-7….40

40. Craig RG. Interactions between chronic renal disease and periodontal disease.

Oral Diseases J. 2008; 14: 1–7.

41. CHOLEWA M, MADZIARSKA K, RADWAN-OCZKO M. The association between periodontal conditions, inflammation, nutritional status and calcium- phosphate metabolism disorders in hemodialysis patients. JAOS. 2018: 1-8.

42. Mohan V, Gupta S. Dental Health of Patient undergoing hemodialysis ( A study). JIAOMR. 2011; 23(3): 208-10

43. Marakoglu I, Gursoy K, Demirer S, Sezer H. Periodontal Status Of Chronic Renal Failure Patients Receiving Hemodialysis. Yonsei Med J. 2003; 44(4):

648-52

(47)

Lampiran 1

RSUP H. Adam Malik- FK USU

FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (FORMULIR INFORMED CONSENT)

Peneliti Utama : Yamunasuharni Ravindaran Pemberi Informasi : Yamunasuharni Ravindaran Penerima Informasi :

Nama Subyek Tanggal Lahir (umur) Jenis Kelamin Alamat No. Telp (Hp)

: : : : :

JENIS INFORMASI ISI INFORMASI

(diisi dengan bahasa yang dimengerti oleh masyarakat awam)

TANDAI 1 Judul Penelitian Status Periodontal pada Penderita Penyakit Gagal Ginjal

Kronik yang Menerima Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada Tahun 2019

2 Tujuan penelitian Untuk menganalisis status periodontal pada penderita penyakit gagal ginjal kronik yang menerima hemodialisis, dan sebagai informasi kepada masyarakat mengenai status periodontal pada penderita penyakit gagal ginjal kronik yang menerima hemodialisis

3 Cara & Prosedur Penelitian

Setelah subjek menyetujui, peneliti meminta subjek untuk menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent).Peneliti melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan dilanjutkan dengan pemeriksaan rongga mulut. Pemeriksaan yang dilakukan menggunakan probe periodontal UNC 15 dan kaca mulut untuk melihat keadaan rongga mulut dan untuk mengukur derajat

RM.2.11/IC.SPenelitian/20...

NRM : Nama :

Jenis Kelamian : Tgl. Lahir :

Gambar

Gambar 1. Potongan melintang ginjal 10
Tabel 1:Tahapan penyakit ginjal kronik menurut National Society of Renal Medicine 8
Gambar 2. Gingivitis 20
Gambar 3. Tahap penyakit periodontal 24
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

REDUCTION TERHADAP KUALITAS HIDUP TERKAIT KESEHATAN GIGI DAN MULUT. MAHASISWA

Dalam kondisi demikian pada orang tua yang berstatus sosial yang tinggi, anak akan merasa lebih nyaman untuk bersekolah dan belajar karena segala kebutuhannya terpenuhi yang

[r]

material rarnah lingkungan; (d) Dengan menerapkan konsep green building perusalzaan akan nten.fadi bagian dari industri yang bermanfaat bagi

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang Guru pada pasal 1 ayat (1) Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

Dari 10 spesies yang diamati memiliki bentuk dua pasang polinia yang bermacam- macam, antara lain bentuk heart shape terdapat pada Dendrobium strepsiceros,

Melalui Penulisan Ilmiah yang berjudul âPenerapan Operator Overloading C++ Untuk Pengolahan Matriks,â Penulis menjelaskan bagaimana cara membebanlebihi (overloading)

Metode pergerakan mobile robot dalam menuju target menggunakan fuzzy logic dengan input dari kamera, sedangkan untuk pergerakan manipulator menggunakan trajectory