KEPERCAYAAN PASIEN TERHADAP DOKTER LOKAL
DAN DOKTER DI LUAR NEGERI :
STUDI KOMPARASI PADA PASIEN YANG BEROBAT KE
LUAR NEGERI
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh:
IMELVI PUTRI OMBI 071301021
FAKULTAS PSIKOLOGI
SKRIPSI
KEPERCAYAAN PASIEN TERHADAP DOKTER LOKAL
DAN DOKTER DI LUAR NEGERI:
STUDI KOMPARASI PADA PASIEN YANG BEROBAT KE
LUAR NEGERI
Dipersiapkan dan disusun oleh:
IMELVI PUTRI OMBI 071301021
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 21 Juni 2012
Mengesahkan Dekan Fakultas Psikologi
Prof. Dr. Irmawati, psikolog NIP. 195301311980032001
Tim Penguji
1. Aprilia Fadjar, M.Si., psikolog Penguji I Merangkap Pembimbing
2. Arliza Juairiani Lubis, M.Si., psikolog Penguji II NIP. 197803252003122002
3. Zulkarnain, Ph.D., psikolog Penguji III
Kepercayaan Pasien Terhadap Dokter Lokal dan Dokter di Luar Negeri:
Studi Komparasi Pada Pasien yang Berobat ke Luar Negeri
Imelvi Putri Ombi dan Aprilia Fadjar
ABSTRAK
Umumnya pasien lebih memilih fasilitas kesehatan yang dekat dengan tempat tinggalnya dan juga biaya yang murah. Namun, pada kenyataannya fenomena yang terjadi adalah banyak pasien yang lebih memilih berobat ke luar negeri. Salah satu faktor penyebab pasien berobat ke luar negeri adalah kepercayaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepercayaan pasien yang berobat ke luar negeri. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kepercayaan pasien terhadap dokter yang disusun berdasarkan komponen-komponen kepercayaan yang diadaptasi dari Hall, dkk (2001) yaitu fidelity, honesty, competence, dan global trust. Jumlah subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 159 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah incidental sampling.
Hasil penelitian dengan menggunakan analisis paired samples t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepercayaan pasien yang signifikan terhadap dokter lokal dan dokter di luar negeri (t = 15.335, p<0.05), terdapat perbedaan kepercayaan subjek penelitian terhadap dokter lokal dan dokter di luar negeri berdasarkan interpersonal trust (t = 14.733, p<0.05), dan institutional trust (t = 14.026, p<0.05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek penelitian lebih percaya pada dokter di luar negeri dari pada dokter lokal.
Patients’s Trust to Local Physicians and Foreign Phycisians:
A Comparative Study on Patients Seeking Treatment Abroad
Imelvi Putri Ombi dan Aprilia Fadjar
ABSTRACT
Usually, patients prefer health facilities near to their homes and also low cost. However, in reality there is a phenomenon that many patients prefer medical treatment abroad. One of causal factors to patients seeking treatment abroad is trust. The aim of this research is to determine of differences of patient’s trust between local and foreign phycisian. The measurement instrument that was used in this research was trust in a physician scale according to trust components which was adapted from Hall, et al (2001), that were fidelity, honesty, competence and global of trust. The number of respondents were 159. Sampling technique used is incidental sampling.
Using of paired sample t test analysis, the result of this study showed that there was a significant differences of patient’s trust between local and foreign phycisians (t = 15.335, p<0.05). The result also showed that there were significant defference of interpersonal trust and institutional trust between local and foreign phycisians (t = 14.733, p<0.05) and (t = 14.026, p<0.05). It’s conclude that patients more trust to foreign phycisians than local
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, nikmat dan ridho-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam juga peneliti haturkan kepada
Nabi Muhammad SAW karena beliau adalah inspirasi bagi peneliti sebagai suri
tauladan dalam kehidupan.
Peneliti juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat
diselesaikan tanpa bantuan, bimbingan, saran dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini peneliti juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, Psikolog selaku dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Aprilia Fadjar, M.Si., Psikolog selaku pembimbing yang telah
bersedia memberikan waktu, tenaga dan pemikirannya untuk
membimbing saya dengan sabar dan memberikan semangat, dukungan
serta saran yang berarti bagi penyelesaian skripsi ini.
3. Pak Zulkarnain, Ph.D., psikolog selaku penguji pada siding skripsi
saya. Terimakasih atas saran dan masukan bapak sehingga penelitian
saya menjadi lebih baik.
4. Ibu Arliza Juairiani Lubis, M.Si., Psikolog selaku Ketua Departemen
Psikologi Klinis Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara dan
Saragih M.Si., Psikolog selaku Sekretaris Departemen Psikologi Klinis
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, kak Ivo, bang Alif, Pak
Zul, dan Pak Eka selaku dosen di Fakultas Psikologi, yang telah
banyak membantu peneliti, terima kasih atas bimbingan, saran, dan
arahan yang diberikan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Elvi Andriani Yusuf, M.Si., selaku Pembimbing Akademik,
terimakasih banyak atas bimbingan dan arahan ibu selama saya
menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
6. Kedua orang tua saya yaitu Bapak Nazaruddin dan Ibu Almatul Azis,
yang telah membesarkan, mengajari dan mendidik saya. Saya sangat
berterima kasih atas doa, ketulusan, kasih sayang, dan kesabaran yang
telah diberikan selama ini. Terutama kepada mama, terimakasih atas
dukungan dan doanya selama ini. Love you mom.
7. Kekasih saya, Fatur Gusti Ramdan. Thanks a lot for your support to
me. Terima kasih juga sudah memberi saya perhatian, kasih sayang,
dan yang terutama adalah motivasi sehingga saya bisa menyelesaikan
skripsi ini. Loving you my ciku.
8. Adik-adik saya yaitu Ella, Anggun, Ozra. Saya mengucapkan terima
kasih atas dukungan yang diberikan selama saya jauh di rantau orang.
9. Seluruh staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera
Utara. Terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan
10.Teman terbaik saya dari SMA hingga sekarang yaitu “Soulmates”
(Wati, Uda Ucup, Mak Cik, Ria, Afni, Bin, Godok, Sari, Emi, Selvi).
Teman kecilku hingga sekarang, spesial buat Nova. Thanks for all of
you, guys. Success for us.
11.Teman-teman terbaik saya selama studi: Ayet, Sheila, Christy, Nisa,
Kiki, Putri, Juned, Tari, Septri, Mia, Indah, Fida dan semua teman
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang udah kasih semangat
dalam penyelesaian skripsi ini. Special for Sheila, terimakasih uni
sudah membantu dalam membuat outline seminar ketika kondisi saya
sedang down. For you all my friendship, success for us. Amin.
12.Teman-teman seperjuangan: Uyun, Intan, kak Rini, Dela serta
teman-teman angkatan 2007, terima kasih atas bantuan dan dukungan yang
telah diberikan kepada saya. Banyak hal yang sudah terjadi selama
perkuliahan sehingga manis untuk dikenang. Sukses buat kita semua di
kedepannya.
13.Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini. Khususnya
kepada adek-adek yaitu; Hijri, Arif, Irma, Desi, Nanda, dan Firman.
Teman-teman saya yang sudah banyak membantu yaitu; Marni, Ami
Yani, Agus, dan Junias serta partisipan penelitian, terima kasih atas
bantuan dan partisipasinya.
Peneliti berharap agar Allah SWT membalas segala kebaikan
saudara-saudara semua dan semoga skripsi ini membawa manfaat bagi kehidupan sosial
semua pihak yang selama ini berhubungan dengan saya jika saya telah melakukan
kesalahan baik disengaja atau tidak selama ini.
Medan, Juni 2012
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 10
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
1.5 Sistematika Penulisan ... 12
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan ... 14
2.1.1 Defenisi Kepercayaan. ... 14
2.1.2 Dimensi Kepercayaan. ... 15
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan. ... 17
2.1.4 Konsekuensi Kepercayaan. ... 18
2.2 Dokter ... 19
2.2.1 Defenisi dokter ... 19
2.2.2 Defenisi dokter lokal ... 20
2.2.3 Defenisi dokter luar negeri ... 20
2.3 Pasien ... 21
2.3.1 Defenisi pasien ... 21
2.4 Kepercayaan Pasien Terhadap Dokter ... 21
2.5 Hipotesa Penelitian ... 25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian ... 28
3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 28
3.2.1 Variabel Kepercayaan Pasien... 28
3.2.1.1 Interpersonal Trust ... 29
3.2.1.2 Institutional Trust ... 29
3.2.2 Variabel Dokter ... 30
3.2.2.1 Dokter Lokal ... 30
3.2.2.2 Dokter di luar Negeri ... 30
3.3 Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ... 31
3.3.1 Populasi dan Sampel ... 31
3.3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 31
3.4 Alat Pengumpulan Data ... 32
3.5.1 Validitas Alat Ukur ... 34
3.5.2 Uji Daya Beda Aitem ... 34
3.5.3 Reliabilitas alat ukur ... 35
3.6 Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 36
3.7 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 37
3.7.1 Tahap Persiapan Penelitian ... 37
3.7.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 39
3.7.3 Tahap Pengolahan Data ... 40
3.8 Metode Analisis Data ... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data ... 42
4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 42
4.1.1.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42
4.1.1.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia... 43
4.1.1.3 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan ... 43
4.1.1.4 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Penghasilan Perbulan ... 44
4.1.1.5 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 45
4.1.1.7 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan
Negara Tujuan Berobat ... 46
4.1.1.8 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Berobat ke Luar Negeri ... 47
4.1.1.9 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Total Biaya yang Sudah Dikeluarkan Untuk Berobat Keluar Negeri ... 48
4.1.1.10 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tujuan Berobat Ke Luar Negeri ... 48
4.1.1.11 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Alasan Beobat ke Luar Negeri ... 49
4.2 Hasil Penelitian ... 50
4.2.1 Uji Asumsi Penelitian ... 50
4.2.1.1 Uji Normalitas ... 50
4.2.1.2 Hasil Utama Penelitian ... 51
4.3 Hasil Tambahan Penelitian ... 53
4.3.1 Perbedaan Kepercayaan Subjek Penelitian Terhadap Dokter di Luar Negeri dan Dokter Lokal Berdasarkan Dimensi Fidelity, Competence, Honesty, dan Global Trust ... 53
4.3.3 Pengkategorisasian Kepercayaan Subjek
Penelitian Terhadap Dokter Di Luar Negeri dan
Dokter Lokal ... 58
4.3.4 Perbedaan Kepercayaan Subjek Penelitian
Terhadap Dokter Di Luar Negeri dan Dokter
Lokal Ditinjau dari Jenis Kelamin ... 60
4.3.5 Perbedaan Kepercayaan Subjek Penelitian
Terhadap Dokter Di Luar Negeri dan Dokter
Lokal Ditinjau Usia ... 62
4.3.6 Gambaran Respon Kepuasan Subjek Penelitian
Secara Umum Terhadap Dokter Di Luar Negeri
dan Dokter Lokal ... 63
4.3.7 Gambaran Respon Kesediaan Subjek Penelitian
Untuk Merekomendasikan Dokter Di Luar Negeri
dan Dokter Lokal Kepada Orang Lain ... 64
4.3.8 Gambaran Respon Kesediaan Subjek Penelitian
Untuk Mengikuti, Menaati Instruksi Atau Saran
Dokter Di Luar Negeri dan Dokter Lokal ... 65
4.3.9 Gambaran Respon Pasien Terhadap Pelayanan
Dokter di Luar Negeri dan Dokter di Indonesia
Berdasarkan Dimensi Fidelity, Competence,
Honesty, dan Global Trust ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 80
5.2 Saran ... 81
5.2.1 Saran Metodologis ... 82
5.2.2 Saran Praktis ... 82
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Blue Print Aitem Alat Ukur Interpersonal Trust Patient In A
Phycisian ... 33
Tabel 2 Blue Print Aitem Alat Ukur Trust In Doctors In Generally ... 33
Tabel 3 Distribusi Aitem Alat Ukur Interpersonal Trust Patient In A Phycisian ... 37
Tabel 4 Distribusi Aitem Alat Ukur Trust In Doctors In Generally ... 37
Tabel 5 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43
Tabel 6 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 43
Tabel 7 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaannya ... 44
Tabel 8 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Penghasilan Per bulan ... 44
Tabel 9 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 45
Tabel 10 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Etnis... 46
Tabel 11 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Negara Tujuan Berobat ... 46
Tabel 12 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Berobat Ke Luar Negeri ... 47
Tabel 13 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Total Biaya Yang Sudah Dikeluarkan Untuk Berobat Ke Luar Negeri ... 48
Tabel 14 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tujuan Berobat Ke Luar Negeri ... 49
Tabel 15 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Alasan Beobat Ke Luar Negeri ... 50
Tabel 17 Hasil Analisis Paired Samples Statistic Kepercayaan Subjek Penelitian Terhadap Dokter Luar Negeri Dan Dokter Lokal Keseluruhan, Interpersonal Trust, dan Intitutional Trust ... 52
Tabel 18 Hasil Analisis Paired Samples T-Test Kepercayaan Subjek Penelitian Terhadap Dokter Luar Negeri Dan Dokter Lokal Berdasarkan Dimensi Fidelity, Competence, Honesty, dan Global Trust ... 53
Tabel 19 Perbandingan Mean Empirik dan Mean Hipotetik Pada Data Kepercayaan Subjek Penelitian Terhadap Dokter Luar Negeri Dan Dokter Lokal Secara Keseluruhan, Institutional Trust, dan Interpersonal Trust ... 55
Tabel 20 Perbandingan Mean Empirik Dan Mean Hipotetik Berdasarkan Dimensi Fidelity, Competence, Honesty, dan Global Trust Pada Data Kepercayaan Subjek Penelitian Terhadap Dokter Di Luar Negeri dan Dokter Lokal Secara Keseluruhan, Interpersonal Trust, dan Institutional Trust ... 56
Tabel 21 Rumus Pengkategorisasian Data Kepercayaan Subjek Penelitian Terhadap Dokter Di Luar Negeri Dan Dokter Lokal ... 58
Tabel 22 Pengkategorisasian Data Kepercayaan Subjek Penelitian Terhadap Dokter Di Luar Negeri dan Dokter Lokal Pada Kepercayaan Keseluruhan, Interpersonal Trust, dan Institurional Trust ... 59
Tabel 23 Analisis Uji Homogenitas Data Subjek Penelitian Terhadap Dokter Di Luar Negeri Dan Dokter Lokal Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61
Tabel 24 Hasil Analisis Data Kepercayaan Subjek Penelitian Pada Dokter Di Luar Negeri Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Kelamin ... 62
Tabel 25 Analisis Uji Homogenitas Data Subjek Penelitian Terhadap Dokter Di Luar Negeri Dan Dokter Lokal Berdasarkan Usia ... 62
Tabel 26 Hasil Analisis Data Kepercayaan Subjek Penelitian Terhadap Dokter Di Luar Negeri Dan Dokter Lokal Berdasarkan Usia ... 63
Tabel 27 Gambaran Respon Kepuasan Subjek Penelitian Secara Umum Terhadap Dokter Di Luar Negeri Dan Dokter Lokal ... 64
Tabel 29 Gambaran Respon Kesediaan Subjek Penelitian Untuk Mengikuti, Menaati Instruksi Atau Saran Dokter Di Luar Negeri Dan Dokter Lokal ... 65
Tabel 30 Gambaran Respon Pasien Terhadap Pelayanan Dokter di Luar Negeri dan Dokter di Indonesia Berdasarkan Dimensi Fidelity, Competence, Honesty, dan Global Trust ... 66
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Paradigma Berfikir ... 27
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Skala Adaptasi
Lampiran B Data Mentah Skor dan Hasil Reliabilitas Try Out
Lampiran C Skala Penelitian
Lampiran D Data Responden Penelitian
Lampiran E Data Mentah Penelitian
Kepercayaan Pasien Terhadap Dokter Lokal dan Dokter di Luar Negeri:
Studi Komparasi Pada Pasien yang Berobat ke Luar Negeri
Imelvi Putri Ombi dan Aprilia Fadjar
ABSTRAK
Umumnya pasien lebih memilih fasilitas kesehatan yang dekat dengan tempat tinggalnya dan juga biaya yang murah. Namun, pada kenyataannya fenomena yang terjadi adalah banyak pasien yang lebih memilih berobat ke luar negeri. Salah satu faktor penyebab pasien berobat ke luar negeri adalah kepercayaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepercayaan pasien yang berobat ke luar negeri. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kepercayaan pasien terhadap dokter yang disusun berdasarkan komponen-komponen kepercayaan yang diadaptasi dari Hall, dkk (2001) yaitu fidelity, honesty, competence, dan global trust. Jumlah subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 159 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah incidental sampling.
Hasil penelitian dengan menggunakan analisis paired samples t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepercayaan pasien yang signifikan terhadap dokter lokal dan dokter di luar negeri (t = 15.335, p<0.05), terdapat perbedaan kepercayaan subjek penelitian terhadap dokter lokal dan dokter di luar negeri berdasarkan interpersonal trust (t = 14.733, p<0.05), dan institutional trust (t = 14.026, p<0.05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek penelitian lebih percaya pada dokter di luar negeri dari pada dokter lokal.
Patients’s Trust to Local Physicians and Foreign Phycisians:
A Comparative Study on Patients Seeking Treatment Abroad
Imelvi Putri Ombi dan Aprilia Fadjar
ABSTRACT
Usually, patients prefer health facilities near to their homes and also low cost. However, in reality there is a phenomenon that many patients prefer medical treatment abroad. One of causal factors to patients seeking treatment abroad is trust. The aim of this research is to determine of differences of patient’s trust between local and foreign phycisian. The measurement instrument that was used in this research was trust in a physician scale according to trust components which was adapted from Hall, et al (2001), that were fidelity, honesty, competence and global of trust. The number of respondents were 159. Sampling technique used is incidental sampling.
Using of paired sample t test analysis, the result of this study showed that there was a significant differences of patient’s trust between local and foreign phycisians (t = 15.335, p<0.05). The result also showed that there were significant defference of interpersonal trust and institutional trust between local and foreign phycisians (t = 14.733, p<0.05) and (t = 14.026, p<0.05). It’s conclude that patients more trust to foreign phycisians than local
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan zaman dan teknologi menimbulkan berbagai macam
masalah kesehatan pada manusia (Khairunnisa, 2011). Berdasarkan data Profil
Kesehatan Indonesia pada tahun 2005, persentase penduduk Indonesia yang
mempunyai keluhan kesehatan adalah 26,51% atau sekitar 59 juta jiwa (Ikatan
Dokter Indonesia, 2007). Dari data Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2010,
pasien yang rawat inap di rumah sakit berdasarkan 10 penyakit besar berjumlah
333.654 orang dan pasien rawat jalan berdasarkan 10 penyakit besar berjumlah
1.871.157 orang (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Notoatmodjo (2005) menjelaskan bahwa ketika seseorang memiliki
penyakit dan merasakan sakit pada dirinya, maka akan timbul perilaku dan usaha
mencari pelayanan medis. Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat fenomena
menarik pada 5 tahun belakangan ini yaitu banyaknya pasien yang berasal dari
Indonesia yang berobat ke luar negeri (Grehenson, 2011).
International Medical Travel Journal pada tahun 2008 telah
mempublikasikan jumlah pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri yaitu ke
Negara Singapura dan Malaysia. Pasien yang berobat ke Singapura pada tahun
2007 adalah 226.200 orang. Sementara pasien yang berobat ke Malaysia pada
tahun 2006 berjumlah 70.414 orang, tahun 2007 sebanyak 221.538 orang dan
pasien Medan dan sekitarnya, banyak yang berobat keluar negeri terutama ke
negara tetangga Malaysia dan Singapura (Rohman, 2010).
Pasien yang berasal dari Sumatera Utara yang berobat ke luar negeri pada
tahun 2011 adalah 5.000 orang tiap bulannya ( Seputar Indonesia, 2011). Jika
dilihat dari jumlah penduduk di Sumatera Utara yang memiliki masalah kesehatan
pada tahun 2010 yaitu berjumlah 615.590 jiwa (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2011), maka persentase warga Sumatera Utara yang berobat ke luar
negeri adalah 0,97 persen per tahunnya dari total penduduk yang memiliki
masalah kesehatan di Sumatera Utara. Selanjutnya, dari 100 pasien di Sumatera
Utara yang berobat ke luar negeri, 70 persen pasien diantaranya hanya melakukan
check up dan sisanya penanganan pengobatan khusus atau spesialistik (Beritasore,
2011).
Dari sisi biaya, pasien mengeluarkan biaya setiap kali berobat ke luar
negeri sebesar 9 juta hingga 11 juta rupiah (MBA, 2011). Sehingga berdasarkan
jumlah pasien dan biaya yang dikeluarkan oleh pasien yang berobat ke luar
negeri, maka dapat diperkirakan besarnya biaya kesehatan yang ke luar untuk
institusi medis di luar negeri yaitu kira-kira 600 miliyar rupiah pertahun.
Ahmed (2005) menyatakan beberapa faktor yang bisa mempengaruhi
pasien dalam mencari dan menggunakan pelayanan medis, diantaranya yaitu; jauh
dan dekatnya lokasi sarana pengobatan dari tempat tinggal pasien, etnik, usia, dan
tingkat pendidikan. Sehubungan dengan pendapat Kusmawan (2011) yang
menyatakan bahwa pasien cenderung memilih lokasi pengobatan yang dekat dari
kasus darurat. Begitu juga Cockroft, Milne, dan Anderson (2004) menyatakan
bahwa biaya juga menjadi faktor yang menentukan pilihan pasien dalam mencari
dan menggunakan pelayanan medis. Jika didasarkan pada pandangan Cockroft,
Milne, dan Anderson (2004), Kusmawan (2011), dan Ahmed (2005) bisa
diperkirakan bahwa pasien akan memilih berobat di Indonesia dari pada di luar
negeri. Hal ini karena, kedekatan lokasi dan biaya yang diperkirakan oleh pasien
lebih murah dan tidak memerlukan biaya tambahan, seperti; biaya tiket dan
akomodasi (Sulistyanto, 2010).
Hal ini juga dikuatkan oleh pandangan mengenai kompetensi dokter
Indonesia, seperti yang dinyatakan oleh Prof. Dr. CH. B. Lumenta yang
merupakan Pimpinan Bedah Saraf Universitas Dusseldorf di Jerman bahwa
sumber daya manusia kedokteran di Indonesia tidak kalah dari luar negeri seperti
dalam bedah saraf. Sejumlah dokter di Indonesia sudah mampu mengobati pasien
dengan tingkat resiko kematian paling rendah meskipun belum didukung oleh
peralatan yang memadai dan dengan biaya yang relatif murah (RIMAnews, 2010).
Berdasarkan faktor kedekatan, biaya, dan kompetensi SDM bidang medis
maka fenomena pasien di Indonesia yang berobat ke luar negeri adalah sesuatu
yang memunculkan tanda tanya. Terlebih, jika pasien berobat ke luar negeri maka
ada beberapa hal lain seperti adanya biaya tambahan akomodasi perjalanan selain
biaya pengobatan (Sulistyanto, 2010). Selain itu, pasien juga harus
mempersiapkan dokumen, seperti paspor (Kusumasondjaja, 2012) dan yang
paling utama adalah ketika berangkat ke luar negeri, kondisi pasien harus cukup
Penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Badan Penelitian dan
Pengembangan Propinsi Sumatera pada tahun 2005 menemukan bahwa adanya
dua faktor dominan penyebab besarnya minat masyarakat berobat ke luar negeri,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kepercayaan
pasien akan kemampuan dokter luar negeri untuk mengatasi penyakit atau
masalah yang diderita oleh pasien; pasien percaya akan akurasi diagnosis yang
diberikan dokter luar negeri; transparansi hasil diagnosis oleh dokter luar negeri;
pasien membutuhkan pelayanan prima; dan pasien merasa lebih cepat sembuh
berobat di luar negeri. Sedangkan faktor eksternal meliputi fasilitas dan teknologi
rumah sakit yang canggih dan modern; pelayanan yang diberikan kepada pasien
lebih baik; layanan kesehatan perpaket; penanganan terhadap pasien dilakukan
lebih cepat; biaya lebih murah; keramahtamahan atau keterampilan tenaga medis
lebih baik; dan terakhir adalah rekomendasi dari dokter dalam negeri (Hanafie,
2007).
Menurut pengamat kesehatan Destanul Aulia, masyarakat Sumatera Utara
berobat ke luar negeri karena ada masalah pada pelayanan kesehatan di kota
Medan, kualitas pelayanan yang tidak memuaskan, dan dokter yang tidak mau
bekerja sama dengan rekan lainnya. Padahal, penanganan medis pada pasien harus
dilakukan bersama (Starberita, 2011). Sementara dr. Eric Halim Sumampow yang
menjabat sebagai Ketua Komite Infection Control dan Resident Specialist of
Internal Medicine di Rumah Sakit Columbia Asia Medan juga mengatakan bahwa
sistem pelayanan kesehatan di kota Medan kurang efektif. Dokter masih bekerja
kepada pasien tidak maksimal karena dokter tidak fokus dan bahkan terlambat
dalam menangani pasien yang disebabkan oleh faktor situasional seperti macet
(Medan Bisnis, 2011). Hal serupa juga dinyatakan oleh Kartono Mohamad selaku
Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia bahwa sikap
dokter belum menempatkan kepentingan pasien sebagai prioritas yang utama.
Selain itu, kemampuan dokter dalam berkomunikasi serta kesediaan dokter dalam
memberi penjelasan kepada pasien ataupun keluarga pasien masih lemah
(Kompas, 2009). Sehingga, menurut pakar ilmu kedokteran komunitas yaitu Dr.
dr. Herqutanto, MPH, MARS bahwa masalah komunikasi dokter di Indonesia
menjadi pemicu banyaknya pasien untuk berobat ke luar negeri. (Pramudiarja,
2011).
Disisi lain, rasio jumlah dokter di Indonesia dan jumlah penduduk pada
tahun 2007 adalah 1:6.000. Hal ini jauh lebih besar dari Singapura (1:700) dan
Amerika Serikat (1:500) (Pribakti, 2008). Jika di Sumatera Utara, jumlah dokter
yang tersebar diseluruh kawasan Sumatera Utara pada tahun 2011 yaitu berjumlah
4006 orang, dengan rincian: dokter spesialis berjumlah 855 orang, dokter umum
berjumlah 2.405 orang, dan dokter gigi berjumlah 746 orang (Alamudi, 2012).
Sedangkan jumlah penduduk yang memiliki masalah kesehatan di Sumatera Utara
pada tahun 2010 adalah 615.590 orang (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2011). Maka bisa diperkirakan rasio dari jumlah dokter dan jumlah
penduduk di Sumatera Utara yang memiliki masalah kesehatan adalah (1:154).
Besarnya jumlah pasien yang ditangani oleh 1 dokter di Indonesia
berdampak kepada kinerja dokter yang tidak optimal dalam memberikan
pelayanan kepada pasien. Dimana kondisi ini dapat menyebabkan dokter
mengalami burnout. Burnout merupakan perasaan lelah akibat tuntutan yang
terlalu membebankan tenaga dan kemampuan seseorang dimana beban kerja yang
berlebihan menyebabkan dokter merasakan adanya ketegangan emosional saat
melayani pasien (Sutjipto, 2001). Freudenberger (dalam Sutjipto, 2001) juga
menjelaskan bahwa dokter yang mengalami burnout pada awalnya memiliki
komitmen penuh dan berdedikasi tinggi kepada pekerjaannya. Namun karena
kondisi yang lelah akibat tuntutan yang terlalu membebankan tenaga dan
kemampuan, menyebabkab dokter cenderung untuk mengalami burnout (Mengel,
Holleman, dan Fields, 2002)
Untuk lebih memahami fenomena ini, peneliti melakukan survey awal
mengenai alasan pasien memilih berobat ke luar negeri yang dilakukan peneliti
terhadap 32 responden, terdiri dari 18 responden perempuan dan 14 responden
laki-laki, berusia 20 hingga 85 tahun. Hasil dari survey awal ini menunjukkan
bahwa pasien berobat ke luar negeri karena beberapa alasan, yaitu; fasilitas
berobat di luar negeri canggih, modern, dan lebih lengkap. Tenaga medis baik
dokter dan perawat yang ramah, sopan, professional dan memotivasi pasien.
Namun diantara semua alasan yang muncul, alasan yang paling menonjol pada
pasien yang memutuskan untuk berobat ke luar negeri adalah kepercayaan. Dua
puluh sembilan dari 32 responden mempercayai dokter luar negeri lebih baik
Kepercayaan merupakan alasan yang sangat dominan bagi pasien
Indonesia yang berobat ke luar negeri. Selain diungkapkan oleh hasil penelitian
Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatera tahun 2005, hal yang
sama juga terungkap dari hasil survey awal peneliti bahwa kepercayaan menjadi
salah satu faktor penyebab pasien berobat ke luar negeri. Sebagaimana Sarafino
(2006) menjelaskan bahwa kepercayaan adalah faktor penting yang
mempengaruhi pasien dalam memilih pelayanan medis.
Hall, Dugan, Zheng, dan Mishra (2001) menyatakan bahwa kepercayaan
dapat diartikan sebagai kesediaan pasien mencari pelayanan medis, menyatakan
informasi yang sensitif kepada dokter, menyerahkan pengobatan kepada dokter,
dan kesediaan mengikuti rekomendasi dokter (dalam Hall, Camacho, Dugan, dan
Balkrishnan, 2002a). Kepercayaan adalah keoptimisan truster (pasien) dalam
kondisi yang rentan dimana truster (pasien) mempercayai trustee (dokter) akan
perhatian pada kepentingan truster (pasien) (Hall, Dugan, Zheng, dan Mishra
2001). Pearson dan Raeke (2000) juga menjelaskan bahwa kepercayaan sebagai
elemen utama pada hubungan interpersonal pasien-dokter, yang mencakup
sekumpulan keyakinan ataupun harapan pasien bahwa dokter akan bertindak
untuk mengatasi masalah medis pasien.
Kepercayaan memiliki beberapa bentuk. Khususnya pada area medis,
kepercayaan dibedakan menjadi dua bentuk yaitu; institusional trust dan
interpersonal trust. Institutional trust adalah kepercayaan terhadap institusi
ataupun sistem medis dan dokter secara umum yang dipengaruhi oleh media dan
interpersonal trust adalah kepercayaan terhadap seorang provider kesehatan,
seperti terhadap seorang dokter yang dibangun melalui pengulangan interaksi
dimana adanya suatu pengharapan mengenai perilaku dari orang yang dipercayai
dapat diuji dari waktu kewaktu (Pearson dan Raeke, 2000; Hall, Dugan, Zheng,
dan Mishra, 2001). Hall, Dugan, Zheng, dan Mishra (2001) menjelaskan bahwa
pengalaman personal dan kepribadian individu menjadi dasar dari interpersonal
trust, sedangkan lembaga-lembaga profesional seperti rumah sakit dan lembaga
pendidikan kesehatan serta peran media menjadi dasar dari institusional trust.
Pasien yang memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap dokter secara
umum, maka juga akan mempercayai seorang dokter ketika pertama kali bertemu
(Hall, Camacho, Dugan, dan Balkrishnan, 2002a). Ini karena, pada awal hubungan
pasien dengan seorang dokter, kepercayaan interpersonal didasarkan pada
fitur-fitur sistem umum dan sikap umum pasien terhadap dokter secara lebih general
(Mechanic dan Schlesinger, 1996; Buchanan, 2000). Namun, level kepercayaan
tersebut bisa berubah (kepercayaan pasien bisa lebih tinggi atau lebih rendah pada
dokter) baik pada institusional trust (kepercayaan terhadap dokter secara umum)
dan interpersonal trust (kepercayaan terhadap seorang dokter) yang disebabkan
oleh adanya faktor pembelajaran pada pasien mengenai karakteristik dokter (Hall,
Camacho, Dugan, dan Balkrishnan, 2002a). Selain itu, Gray (1997) juga
menambahkan bahwa kepercayaan pasien terhadap seorang dokter juga akan
mempengaruhi kepercayaannya terhadap Rumah Sakit, rencana program
Selanjutnya Hall, Dugan, Zheng, dan Mishra (2001) menjelaskan bahwa
kepercayaan terdiri dari 5 dimensi, yaitu; fidelity adalah kepedulian dokter
terhadap kepentingan dan kesejahteraan pasien, dan dokter juga menghindari
adanya konflik kepentingan terhadap pasien; competence adalah kemampuan
praktek kerja dokter yang baik, keterampilan interpersonal dokter yang bagus, dan
dokter membuat keputusan yang benar dan menghindari kesalahan; confidentiality
adalah bagaimana dokter melindungi dan menggunakan informasi yang sensitif
ataupun informasi yang bersifat privasi tentang pasien; honesty adalah dokter
mengatakan yang sebenarnya dan menghindari ketidakjujuran; dan global trust
atau soul of trust adalah dimensi yang menggabungkan unsur-unsur dari beberapa
atau dari semua dimensi yang terpisah.
Setelah dipaparkan sebab-sebab mengenai banyaknya penduduk Indonesia
khususnya Sumatera Utara yang berobat ke luar negeri, dan berbagai hasil
penelitian serta hasil survey awal peneliti bahwa kepercayaan merupakan alasan
utama pengambilan keputusan untuk berobat ke luar negeri, maka peneliti ingin
meneliti lebih jauh tentang fenomena kepercayaan ini. Mengingat bahwa
kepercayaan dalam setting medis ada dua bentuk, maka peneliti juga ingin melihat
kepercayaan ini secara lebih rinci. Sehingga dari hal tersebut, peneliti tertarik
untuk mengetahui bagaimana perbedaan kepercayaan pasien yang berobat ke luar
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka permasalahan dalam
penelitian adalah sebagai berikut :
a. Apakah ada perbedaan kepercayaan pasien terhadap dokter lokal dan
dokter di luar negeri?
1. Apakah ada perbedaan kepercayaan pasien terhadap dokter lokal dan
dokter di luar negeri ditinjau dari interpersonal trust
2. Apakah ada perbedaan kepercayaan pasien terhadap dokter lokal dan
dokter di luar negeri ditinjau dari institusional trust
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kepercayaan
pasien terhadap dokter lokal dan dokter di luar negeri
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
informasi dan pemikiran untuk mengembangkan ilmu psikologi klinis,
khususnya bagi psikologi kesehatan, yang berkaitan dengan kepercayaan
terutama kepercayaan pasien terhadap dokter dalam setting medis yaitu
interpersonal trust dan institusional trust.
b. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya literatur dalam bidang
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penunjang pada penelitian
lebih lanjut.
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Kesehatan Indonesia
Diharapkan bahwa hasil penelitian dapat memberikan masukan bagi
pihak terkait yaitu pada bidang institusi kesehatan terutama di kota
Medan dan sekitarnya untuk mengetahui bagaimana kepercayaan pasien
yang berobat ke luar negeri terhadap dokter. Penelitian ini juga dapat
menjadi gambaran dan sumber informasi untuk pengambilan kebijakan
bagi pengelola lembaga medis di kota Medan dan sekitarnya guna
mengoptimalkan tingkat kepercayaan pasien terhadap dokter.
b. Bagi Petugas Kesehatan (Dokter)
Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi dokter.
Khususnya bagi dokter di kota Medan dan sekitarnya, dengan mengetahui
gambaran kepercayaan pasien yang berobat ke luar negeri, dokter
diharapkan dapat lebih memahami aspek kepercayaan pasien dan
konsekuensinya.
c. Bagi Pasien
Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi pasien
yang berobat ke luar negeri maupun pasien yang akan berobat ke luar
negeri dalam memahami diri mengenai alasan-alasan dalam memilih
layanan medis, dan membuka wawasan pasien mengenai kepercayaan
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Disini digambarkan
mengenai berbagai fenomena dan tinjauan literatur mengenai kepercayaan
dalam setting medis, pasien dan dokter.
Bab II Landasan Teori
Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi
objek penelitian. Terdiri dari landasan teori kepercayaan, pasien dan
dokter. Bab ini juga mengemukakan hipotesis sebagai jawaban sementara
terhadap masalah penelitian yang menjelaskan perbedaan kepercayaan
pasien terhadap dokter lokal dan dokter di luar negeri, baik pada seorang
dokter maupun dokter secara umumnya.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan identifikasi variabel, definisi operasional variabel,
metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji daya beda
item, reliabilitas alat ukur, dan metode analisa data yang digunakan untuk
mengelola hasil data penelitian.
Bab IV Analisa Data dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang disertai dengan interpretasi dan
Bab V Kesimpulan dan Saran
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kepercayaan
2.1.1. Defenisi Kepercayaan
Mayer, Davis, dan Schoorman (1995) mendefinisikan kepercayaan
sebagai suatu keinginan seseorang untuk peka terhadap tindakan orang lain
berdasarkan harapan dimana orang lain akan melakukan tindakan tertentu
pada orang yang dipercayainya, tanpa tergantung pada kemampuannya dalam
mengawasi dan mengendalikannya. Sementara Hall, Dugan, Zheng, dan
Mishra (2001) menyatakan bahwa kepercayaan merupakan suatu keoptimisan
dalam situasi rentan dimana truster mempercayai trustee akan memperhatikan
kepentingan truster dalam artian bahwa ketika individu berada di situasi sulit
yang umumnya juga dialami semua orang, individu tersebut optimis bahwa
individu lain akan menaruh perhatian pada kebutuhan dan kepentingannya.
Rotter (1971) juga mendefiniskan kepercayaan sebagai kecenderungan
seseorang untuk yakin pada orang lain.
Johnson dan Johnson (2009) berpendapat bahwa trust adalah
keyakinan bahwa orang lain akan mengupayakan hal yang terbaik bagi
truster, berupa sikap menerima, mendukung, sharing, dan kerja sama. Selain
itu, kepercayaan juga meliputi perilaku yang konsisten, jujur, dan bisa
dipercaya yang ditunjukkan seseorang, sehingga kepercayaan bukan
kedua pihak tersebut dikarakteristikkan dengan adanya risiko yang tinggi
(Fletcher & Clark, 2001).
Bad dan Pavlou (2002) mendefinisikan kepercayaan sebagai penilaian
hubungan individu dengan orang lain yang akan melakukan transaksi tertentu,
sesuai dengan harapan orang yang dipercayai dalam sebuah lingkungan yang
penuh ketidakpastian. Sehingga kepercayaan akan muncul ketika seseorang
yakin dengan integritas dari orang yang dipercaya (Morgan & Hunt, 1994).
Berdasarkan beberapa definisi tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan adalah keyakinan dalam diri individu dalam kondisi yang rentan
bahwa orang yang dipercayai (trustee) akan menunjukkan perilaku yang
konsisten, jujur, bisa dipercaya, perhatian terhadap kepentingan orang yang
mempercayai (truster), mengupayakan yang terbaik bagi truster melalui sikap
menerima, mendukung, sharing, dan bekerja sama.
2.1.2. Dimensi Kepercayaan
Hall, Dugan, Zheng, dan Mishra (2001) menyatakan bahwa dasar teori empiris mengenai kepercayaan dalam setting medis pada umumnya
dikonseptualkan dalam 5 dimensi, yaitu;
a. Fidelity yaitu menekankan kepentingan pasien dan tidak
memanfaatkan keadaan pasien yang rentan untuk kepentingan pribadi.
Hal ini dapat dilihat melalui ekspresi dokter seperti; kepedulian,
respon, membela, dan menghindari konflik kepentingan.
b. Competence berarti upaya untuk menghindari kesalahan dan
berupaya untuk tidak melakukan kesalahan ketika melakukan
pekerjaannya (memeriksa pasien dan menegakkan diagnosa penyakit)
dalam artian dokter bekerja dengan baik dan bagus untuk memperoleh
hasil yang memuaskan. Contohnya adalah kemampuan dokter dalam
praktek kerja, keterampilan interpersonal dokter yang bagus, dokter
mampu membuat keputusan yang benar, dan menghindari kesalahan
ketika memeriksa pasien.
c. Honesty yaitu berkata benar dan menghindari kebohongan atau
ketidakjujuran. Hal ini berarti bahwa dokter jujur, terbuka, dan jelas
memberitahukan kondisi dan informasi medis kepada pasien.
d. Confidentiality yaitu melindungi dan menggunakan informasi yang
sensitif ataupun informasi yang bersifat privasi sebagaimana
mestinya. Ini berarti bahwa bagaimana dokter menjaga informasi
penting tentang pasien.
e. Global trust yang merupakan dimensi terakhir, menyajikan dua
fungsi. Pertama, berfungsi sebagai pusat dimensi yang sangat
berhubungan dengan dimensi lainnya dan tidak bisa berdiri sendiri.
Maksudnya, kepercayaan memiliki komponen yang tidak terpisahkan,
yang disebut juga sebagai soul of trust. Kedua, dimensi kepercayaan
global mencakup dimensi kepercayaan secara holistik.
Hall, Dugan, Zheng, dan Mishra (2001) mengklasifikasikan tiga faktor
yang mempengaruhi kepercayaan pasien terhadap dokter, yaitu;
a. Karakteristik pasien (patient characteristics)
Usia menengah memiliki hubungan yang positif dengan kepercayaan
yang muncul dari sejumlah interaksi pasien dengan dokternya
(Pescosolido, Tuch, and Martin, 2001). Faktor demografi lainnya
yang berhubungan dengan kepercayaan yaitu ras dan pendidikan
(Wholey and Sommers, 2001) serta gender, pendapatan, dan status
kesehatan (Doescher, Saver, Franks, dan Fiscella, 2000).
b. Karakteristik dokter (characteristic phycisian)
Karakteristik dokter yang sangat mempengaruhi kepercayaan pasien
adalah kepribadian (personality) dan perilaku dokter, seperti gaya
komunikasi dokter dan interpersonal skills dokter (Hall, Zheng,
Dugan, Camacho, Kidd, Mishra, dan Balkrishnan, 2002b).
Karakteristik demografi dokter dan karakteristik dokter kurang
mempengaruhi kepercayaan pasien jika demografi antara dokter
dengan pasien berbeda (Hall, Dugan, Zheng, dan Levine, 2000).
c. Faktor hubungan dan situasi (relationship or situasional factors)
Faktor yang sangat mempengaruhi kepercayaan pasien yaitu apakah
pasien merasa punya cukup pilihan dalam memilih dokter, dan alasan
yang mendasari pasien dalam memilih dokter, apakah pasien memilih
dokter karena rekomendasi seseorang atau keinginan sendiri
Camacho, Kidd, Mishra, dan Balkrishnan, 2002b). Kekuatan
hubungan dokter dan pasien ataupun jumlah kunjungan pasien
memiliki korelasi yang lemah dengan kepercayaan (Thom, Ribisl,
Stewart, dan Luke, 1999).
2.1.4. Konsekuensi Kepercayaan
Hall, Dugan, Zheng, dan Mishra (2001) menyatakan bahwa
konsekuensi kepercayaan terhadap dokter berdampak pada perilaku pasien,
salah satunya adalah terhadap keputusan pasien dalam memilih dokter. Selain
itu, pengukuran kepercayaan juga dapat digunakan untuk mengetahui
bagaimana self report pasien yang mana dasar utamanya adalah kepercayaan
pasien. Dalam konteks medis, kepercayaan memiliki hubungan positif dengan
kepatuhan pasien terhadap pengobatan, loyalitas pasien dengan tidak
mengganti dokter, pasien tidak mencari second opinion, pasien bersedia
merekomendasikan dokter kepada yang lain, pasien kurang membantah
dokter, pasien memperoleh perawatan yang efektif, dan adanya peningkatan
pada laporan kesehatan pasien (Hall, Zheng, Dugan, Camacho, Kidd, Mishra,
dan Balkrishnan, 2002b).
Pearson dan Raeke (2000) dan Hall, Dugan, Zheng, dan Mishra (2001)
menyatakan bahwa di dalam setting medis, terdapat dua bentuk kepercayaan,
yaitu:
a. Institutional Trust yaitu kepercayaan terhadap institusi, sistem medis,
dan dokter secara umum. Bentuk kepercayaan ini dipengaruhi oleh
peran media dan lembaga-lembaga sosial seperti rumah sakit, lembaga
pendidikan kesehatan, lembaga hukum, dan lembaga sosial yang
terkait dengan bidang kesehatan.
b. Interpersonal Trust yaitu kepercayaan yang dibangun melalui
pengulangan interaksi, dimana pengharapan mengenai perilaku dari
orang yang dipercayai diuji dari waktu kewaktu. Kepercayaan
interpersonal ini didasarkan oleh pengalaman dan kepribadian
individu.
2.2. DOKTER
2.2.1. Defenisi dokter
Menurut Kamus Saku Kedokteran, dokter adalah petugas kesehatan
yang lulus dari sekolah kedokteran dan mempunyai izin untuk praktik
(Dorland, 1998). Daldiono (2006) juga menambahkan bahwa defenisi dokter
secara formal adalah orang yang telah menyelesaikan pendidikan pada
fakultas kedokteran (lulus dan berijazah) dan memiliki surat izin bekerja
sebagai dokter dari pemerintah. Makna dokter lainnya adalah orang yang
untuk mengamalkan (mempraktikkan) ilmu dan keterampilannya, seperti
memberikan pertolongan medis kepada pasien. Sehingga berdasarkan
beberapa defenisi tersebut, dokter dapat diartikan sebagai orang yang telah
lulus dari sekolah kedokteran, memiliki izin praktek, memiliki hak dan
kewajiban untuk mempraktikkan ilmu dan keterampilan bagi pasien yang
membutuhkan pertolongan medis.
2.2.2 Defenisi Dokter Lokal
Dokter lokal adalah petugas kesehatan yang lulus dari sekolah
kedokteran, telah memperoleh Sertifikat Kompetensi Dokter dari Kolegium
Dokter Indonesia (KDI), telah mengkuti program internship yang
diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bersama dengan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, dan telah memperoleh Surat Ijin
Praktik di tiga institusi medis sebagaimana yang telah disyaratkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI) dan Departemen Kesehatan Indonesia (IDI,
1997).
2.2.3 Defenisi Dokter Luar Negeri
Dokter luar negeri adalah petugas kesehatan yang telah lulus dari
sekolah kedokteran yang berpraktik di satu institusi medis di luar negeri dan
tidak memiliki ijin praktik di institusi medis lain (Thabrany, 2007).
2.3.1. Defenisi pasien
Berdasarkan Kamus Kedokteran, pasien didefenisikan sebagai orang
yang sakit atau orang yang sedang berobat untuk penyakitnya (Markam dan
Soemarno, 2008). Hal yang sama juga dinyatakan oleh Daldiono (2006)
bahwa pasien adalah orang sakit, orang sehat menderita suatu penyakit atau
orang yang memiliki problema medik (gangguan kesehatan) baik bersifat
psikologis, fungsional, dan organik, yang datang ke dokter dengan maksud
meminta pertolongan medik. Dari beberapa defenisi tersebut, dapat diartikan
bahwa pasien adalah orang sakit ataupun orang sehat menderita penyakit atau
problema medis baik psikologis, fungsional, dan organik, yang datang ke
dokter dengan maksud meminta bantuan medik untuk mengatasi penyakitnya.
2.4. KEPERCAYAAN PASIEN TERHADAP DOKTER
Kesehatan sangatlah penting bagi seorang individu (Daldiono, 2006).
Pentingnya kesehatan ini lebih begitu berarti bagi individu yang sedang sakit
karena tidak dapat menikmati kebebasan dan lebih membutuhkan pertolongan
medis berupa pelayanan medis (Bertens, 2004). Notoatmodjo (2007) menjelaskan
bahwa orang yang sakit memiliki beberapa perilaku dan salah satu nya adalah
berobat ke fasilitas pengobatan, seperti; balai pengobatan, puskesmas, dan rumah
sakit ataupun berobat ke dokter praktik. Selain itu, ketersediaan fasilitas
pengobatan tidak hanya ada di Indonesia melainkan juga ada di luar negeri.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ketika sakit akan mencari dan memilih
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi pemilihan pelayanan medis
seperti yang dijelaskan oleh Shaikh dan Hatcher (2004) yaitu: faktor demografi,
gender, ekonomi, ketersediaan sarana pengobatan dan tingkat keparahan penyakit.
Faktor lainnya juga dinyatakan oleh Ahmed (2005), seperti; biaya pengobatan,
tingkat pendidikan, etnik, usia, dan jarak tempat tinggal pasien dari sarana
pengobatan. Sarafino (2006) juga menambahkan faktor penting lainnya adalah
kepercayaan pasien.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, salah satu fasilitas medis yang
menjadi pilihan pasien adalah fasilitas medis di luar negeri. Sebagaimana hasil
penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatera pada tahun
2005, ada dua faktor yang menyebabkan pasien memilih berobat ke luar negeri,
yaitu; faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mendasari
pemilihan pelayanan medis salah satu nya adalah kepercayaan pasien terhadap
dokter (Hanafie, 2007).
Dari penjelasan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan fasilitas
medis baik di Indonesia maupun di luar negeri yang telah dipaparkan,
kepercayaan menjadi salah satu faktor penting pada keputusan pasien dalam
memilih pelayanan medis yang akan digunakan oleh pasien. Sebagaimana
penjelasan Hall, Dugan, Zheng, dan Mishra (2001) bahwa kepercayaan adalah
keoptimisan pasien dalam kondisi yang rentan dimana pasien mempercayai dokter
akan perhatian pada kepentingan pasien. Hal yang sama juga dijelaskan oleh
hubungan interpersonal pasien-dokter, yang mencakup sekumpulan keyakinan
ataupun harapan pasien bahwa dokter akan bertindak dengan cara tertentu.
Dalam setting medis, kepercayaan dibedakan menjadi dua bentuk yaitu
institusional trust dan interpersonal trust. Institusional trust adalah kepercayaan
terhadap institusi ataupun sistem medis dan dokter secara umum, dipengaruhi oleh
media dan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang kesehatan, seperti
rumah sakit. Sedangkan yang dimaksud dengan interpersonal trust adalah
kepercayaan terhadap seorang provider kesehatan, seperti terhadap seorang dokter
yang dibangun melalui pengulangan interaksi dan adanya pengharapan mengenai
perilaku dari orang yang dipercayai dapat diuji dari waktu kewaktu (Pearson dan
Raeke, 2000; Hall, Dugan, Zheng, dan Mishra, 2001).
Selanjutnya, kepercayaan juga diartikan sebagai sikap pasien yang
langsung ditujukan kepada karakter dan kepribadian dokter secara umum dan
berlanjut pada hubungan interpersonal (Hall, Dugan, Zheng, dan Mishra, 2001).
Sikap pasien juga akan mempengaruhi keberlanjutan hubungan antara pasien dan
dokter. Sehingga berlanjutnya hubungan antara pasien dan dokter, berarti kedua
pihak mampu membangun dan mempertahankan kepercayaan serta melawan
faktor-faktor yang mengancam kepercayaan (Rousseau, Sitkin, Burt, dan
Camerer, 1998). Mechanic (1998) dan Goold (1998) menambahkan bahwa sikap
merupakan bagian dari pengalaman masa lalu pasien dengan dokternya yang juga
didasarkan pada image dokter yang ditampilkan media ataupun melalui
Pasien yang memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap dokter secara
umum, maka juga akan mempercayai seorang dokter ketika pertama kali bertemu
(Hall, Camacho, Dugan, dan Balkrishnan, 2002a). Ini karena, pada awal hubungan
pasien dengan seorang dokter, kepercayaan interpersonal didasarkan pada
fitur-fitur sistem umum dan sikap pasien terhadap dokter secara lebih general
(Mechanic dan Schlesinger 1996; Buchanan, 2000). Namun, level kepercayaan
tersebut bisa berubah (kepercayaan pasien bisa lebih tinggi atau lebih rendah pada
dokter) baik pada institusional trust (kepercayaan terhadap dokter secara umum)
dan interpersonal trust (kepercayaan terhadap seorang dokter) yang disebabkan
oleh faktor pembelajaran tentang karakteristik dokter (Hall, Camacho, Dugan, dan
Balkrishnan, 2002a). Selain itu, Gray (1997) juga menambahkan bahwa
kepercayaan pasien terhadap seorang dokter juga akan mempengaruhi
kepercayaannya terhadap Rumah Sakit, rencana program kesehatan, dan dokter
yang bekerja di institusi medis tersebut.
Soetjiningsih (2007) menjelaskan bahwa hubungan interpersonal antara
pasien dan dokter, akan mempengaruhi kualitas pelayanan dokter dan juga
kepercayaan pasien. Sehingga tanpa adanya kepercayaan pasien, maka tindakan
terapeutik yang efektif akan menurun (Isselbacher, 1999). Selain itu, kepercayaan
juga berdampak pada ketaatan pasien. Hal ini berarti bahwa pasien yang
mempercayai dokternya, akan lebih mengikuti pengobatan atau lebih sukses
dalam usaha mengubah perilaku yang lebih sehat (Shore, 2005).
Berdasarkan penjelasan yang sudah dipaparkan sebelumnya, kepercayaan
disimpulkan bahwa, kepercayaan adalah atribut dari nilai-nilai instrinsik dalam
hubungan medis sehingga pengukuran kepercayaan dinyatakan sebagai alat baru
yang penting dalam memonitor kinerja pelayanan dari tenaga kesehatan secara
individual dan general (Hall, Camacho, Dugan, dan Balkrishnan, 2002a). Sarafino
(2006) juga menjelaskan bahwa kerjasama antara pasien dan dokter harus dijaga
agar terciptanya hubungan yang baik antara pasien dan dokter untuk menunjang
proses kegiatan medis. Namun, jika kerjasama tersebut tidak tercipta maka akan
menyebabkan pasien berhenti menggunakan jasa pelayanan medis dan bahkan
memutuskan mencari yang lain. Selain itu, kepercayaan pasien terhadap dokter
secara umum juga berdampak pada hubungan baru yang terbentuk. Ini karena,
kepercayaan interpersonal pada hubungan baru didasarkan pada sikap pasien
terhadap image dokter ataupun fitur-fitur mengenai dokter dan juga pengalaman
masa lalu pasien dengan dokter sebelumnya. Sehingga Hall, Camacho, Dugan,
dan Balkrishnan (2002a) menyatakan bahwa pasien akan lebih memilih dokter
yang sangat dipercayainya.
2.5. HIPOTESA PENELITIAN
Berdasarkan uraian teoritis diatas, maka dapat ditarik sebuah hipotesis
dalam penelitian ini yaitu:
1. Ada perbedaan kepercayaan pasien terhadap dokter lokal dan dokter di luar negeri
PARADIGMA BERFIKIR
BAB III
Individu sakit
mencari pelayanan medis (berobat ke luar negeri) mencari pelayanan medis
(berobat di Indonesia)
Faktor eksternal
Faktor internal
Kepercayaan
Institutional Trust Interpersonal Trust
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif komparatif. Pembahasan
dalam metode penelitian meliputi identifikasi variabel penelitian, defenisi
operasional, subjek penelitian, prosedur penelitian dan metode analisis data (Hadi,
2000).
3.1. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
Variabel Tergantung : Kepercayaan pasien
Variabel Bebas : Dokter, dibedakan menjadi:
dokter lokal dan dokter di luar negeri
3.2. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Defenisi operasional adalah defenisi yang memiliki arti tunggal dan dapat
diterima secara objektif bilamana indikator variabel yang bersangkutan tersebut
tampak (Azwar, 2009).
3.2.1. Variabel Kepercayaan Pasien
Kepercayaan pasien yang dimaksud pada penelitian ini adalah
keyakinan pasien atau pandangan pasien terhadap dokter bahwa dokter akan
menampilkan perilaku yang berdampak positif baginya. Pasien dikatakan
skala dan pasien dikatakan memiliki tingkat kepercayaan yang rendah jika
memiliki skor yang rendah pada skala.
3.2.1.1 Interpersonal Trust
Interpersonal trustadalah keyakinan pasien terhadap seorang dokter
yang muncul karena adanya interaksi antara pasien dan dokter atau dengan
kata lain, pasien pernah berinteraksi langsung dengan seorang dokter.
3.2.1.2 Institutional Trust
Institutional trust adalah keyakinan pasien terhadap dokter secara
lebih umum yang muncul karena pengaruh informasi media mengenai
dokter atau fitur-fitur dokter pada umumnya, seperti: dokter menggunakan
jas putih dan membawa peralatan medis.
Kepercayaan pasien terhadap dokter dilihat dari 4 (empat) dimensi
kepercayaan, yaitu: fidelity adalah kepedulian dokter terhadap kepentingan dan
kesejahteraan pasien dan dokter juga menghindari adanya konflik kepentingan
terhadap pasien; competence adalah kemampuan praktek kerja dokter yang baik,
keterampilan interpersonal dokter yang bagus, dan dokter membuat keputusan
yang benar dan menghindari kesalahan; honesty adalah dokter mengatakan yang
sebenarnya dan menghindari ketidakjujuran; dan global trust atau soul of trust
adalah dimensi yang menggabungkan unsur-unsur dari beberapa atau dari semua
Kepercayaan pasien diukur dengan mengadaptasi alat ukur Wake Forest
Trust Scale (WFTS). WFTS adalah alat ukur yang dikembangkan oleh Hall,
Balkrishnan, Zheng, Dugan, Camacho, Kidd, dan Mishra pada tahun 2002 untuk
mengukur interpersonal trust yang diistilahkan sebagai interpersonal trust in a
phycisian dan mengukur intstitutional trust yang diistilahkan sebagai trust in
doctors in generally. Model pengukuran ini didasarkan pada skor dimana semakin
tinggi skor yang didapat oleh subjek penelitian maka semakin tinggi pula
kepercayaan yang dimiliki oleh subjek. Begitupun sebaliknya, semakin rendah
skor yang didapat oleh subjek penelitian maka semakin rendah pula kepercayaan
yang dimiliki subjek.
3.2.2 Variabel Dokter 3.2.2.1 Dokter Lokal
Dokter lokal adalah individu yang memiliki paktek kerja di tiga
institusi medis Indonesia dan juga merupakan anggota dari Ikatan Dokter
Indonesia yang bertugas untuk membantu dan mengobati pasien.
3.2.2.2 Dokter di Luar Negeri
Dokter di luar negeri adalah individu yang memiliki praktek kerja
pada salah satu institusi medis di luar negeri yang bertugas untuk membantu
3.3. POPULASI DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL 3.3.1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan individu yang akan diselidiki dan
mempunyai minimal satu sifat yang sama atau ciri–ciri yang sama. Sedangkan
sampel dalam penelitian ini adalah sebagian subjek yang diteliti (Hadi, 2000).
Populasi dalam penelitian ini adalah Pasien di Sumatera Utara, dengan
karakteristik sampel berusia minimal 18 tahun, pernah berobat dengan dokter
lokal di Indonesia dan dokter di luar negeri. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 159 orang pasien. Pasien dipilih karena pasien adalah
individu yang terganggu kesehatannya ataupun individu sehat yang menderita
suatu penyakit yang membutuhkan pertolongan medis dari dokter (Daldiono,
2006). Pemilihan usia minimal 18 tahun pada penelitian ini karena usia 18
tahun tergolong dewasa, dan sudah mampu berpikir secara matang dalam
mengambil sebuah keputusan (Hurlock, 1997).
3.3.2. Metode Pengambilan Sampel
Teknik sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk
mengambil sampel. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik non probability sampling
secara incidental, dimana setiap anggota populasi tidak mendapat kesempatan
yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. Pemilihan sampel dari
populasi didasarkan pada faktor kesedian dan kemudahan dijumpainya sampel
teknik sampling ini adalah sulitnya dalam mendata jumlah pasien yang
berobat ke luar negeri.
Teknik pengambilan sampel ini sesuai untuk penelitian mengingat
jumlah populasi tidak memiliki jumlah data yang jelas, dalam arti tidak ada
sumber data yang pasti mengenai jumlah populasi penelitian. Besarnya sampel
yang dipilih adalah berdasarkan pertimbangan ketepatan dan efisiensi biaya,
tenaga, waktu, dan kemampuan peneliti.
3.4. ALAT PENGUMPULAN DATA
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
berbentuk skala Likert. Skala merupakan suatu bentuk pengukuran terhadap
performansi tipikal individu yang cenderung dimunculkan dalam bentuk respon
terhadap situasi-situasi tertentu yang sering dihadapi (Azwar, 2009). Kuesioner
berisi kumpulan pernyataan yang diajukan kepada responden untuk direspon
sesuai dengan situasi yang dimiliki oleh responden.
Hadi (2000) menyatakan bahwa kuesioner dapat digunakan dalam
penelitian berdasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Subjek adalah orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri,
2. Apa yang dinyatakan oleh subjek dalam penelitian adalah benar dan
dapat dipercaya, dan
3. Interpretasi subjek mengenai pernyataan-pernyataan yang diajukan
WFTS dalam bentuk aslinya menggunakan lima pilihan jawaban yaitu
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju
(STS) dengan skor 5 hingga 1. Blue print dari masing-masing skala disediakan
pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1 Blue Print Aitem Alat Ukur Interpersonal Trust Patient In A Phycisian
No Dimensi Aitem
Tabel 2 Blue Print Aitem Alat Ukur Trust In Doctors In Generally
No Dimensi Aitem
Tujuan dilakukan uji coba alat ukur adalah untuk melihat sejauh mana
alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur dan seberapa jauh
alat ukur menunjukkan kecermatan pengukuran (Azwar, 2009). Uji coba alat ukur
dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden uji coba yang
memiliki karakteristik hampir sama dengan karakteristik subjek penelitian. Uji
coba pada penelitian ini dilakukan pada 120 orang pasien di Medan. Aitem yang
telah diujicobakan dihitung reliabilitasnya dengan menggunakan koefisien
menggunakan SPSS version 16.0 for windows. Aitem-aitem dalam alat ukur yang
reliabel akan digunakan untuk mengukur kepercayaan pasien terhadap dokter baik
untuk mengukur kepercayaan interpersonal dan kepercayaan secara umum.
3.5.1. Validitas Alat Ukur
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur untuk melakukan fungsi ukurnya.
Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas
yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut (Azwar, 2004). Validitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang
diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau
melalui professional judgment, dalam hal ini adalah dosen pembimbing.
Artinya, sejauhmana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan
isi objek yang hendak diukur atau sejauhmana isi tes mencerminkan ciri
atribut yang hendak diukur (Azwar, 2004).
3.5.2. Uji Daya Beda Aitem
Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem
mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki
atribut dengan individu atau kelompok yang tidak memiliki atribut yang akan
dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau
sesuai dengan fungsi ukur tes (Azwar, 2009).
Pengujian daya beda aitem menghendaki dilakukannya komputasi
korelasi antara distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan
menghasilkan koefisien korelasi aitem total (rix) yang dikenal dengan sebutan
parameter daya beda aitem (Azwar, 2009). Indeks daya beda aitem yang
digunakan untuk aitem dalam WFTS yaitu rix>0,3 yang diperoleh melalui
bantuan program SPSS 16.0 for Windows Evaluation Version.
3.5.3. Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan
hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Reliabilitas ini
ditunjukkan oleh konsistensi skor yang diperoleh subjek dengan memakai alat
yang sama. Hasil pengukuran ini dapat dipercaya apabila dalam pelaksanaan
pengukuran terhadap sekelompok subjek diperoleh hasil yang sama selama
aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah (Azwar, 2009).
Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai
pengukuran yang reliabel. Ide pokok yang terkandung dalam konsep
reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya
(Azwar, 2004). Koefisien reliabilitas memiliki rentang angka dari 0 hingga 1,
dimana semakin mendekati angka 1, maka reliabilitas yang ditunjukkan akan
Pengujian reliabilitas alat ukur interpersonal trust patient in a
phycisian dan alat ukur trust in doctors generally dilakukan dengan
menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach yang diperoleh
menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows.
3.6. HASIL UJI COBA ALAT UKUR
Sebelum menjadi alat ukur yang sebenarnya, WFTS diujicobakan terlebih
dahulu kepada sejumlah responden yang sesuai dengan karakteristik sampel yang
akan digunakan dalam penelitian. Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah
untuk mengetahui apakah kalimat dalam aitem mudah dan dapat dipahami oleh
responden sebagaimana diinginkan oleh peneliti (Azwar, 2009).
Uji coba alat ukur interpersonal trust patient in a dan trust in doctors
generally dilakukan pada 120 pasien di kota Medan.
Dari ujicoba alat ukur interpersonal trust in a phycisian, diperoleh nilai
reliabilitas sebesar 0,810 dengan daya diskriminasi aitem bergerak dari 0,365
sampai dengan 0,617. Mengikuti indeks daya diskriminasi aitem yang digunakan
dalam penelitian ini adalah nilai yang berada diatas 0,3 maka dari 10 aitem uji
coba tidak ada yang gugur. Dengan demikian 10 aitem yang lolos digunakan
sebagai aitem penelitian.
Dari ujicoba alat ukur trust in doctors generally, diperoleh nilai reliabilitas
sebesar 0,834 dengan indeks daya diskriminasi aitem bergerak dari 0,354 sampai
dengan 0,639. Mengikuti indeks daya diskriminasi aitem yang digunakan dalam
ada yang gugur. Dengan demikian 11 aitem yang lolos digunakan sebagai aitem
penelitian. Distribusi aitem-aitem alat ukur yang digunakan dalam penelitian
dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4.
Tabel 3 Distribusi Aitem Alat Ukur Interpersonal Trust Patient In A Phycisian
No Dimensi Aitem
Tabel 4 Distribusi Aitem Alat Ukur Trust In Doctors In Generally
No Dimensi Aitem
3.7. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap
tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.
3.7.1. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahap persiapan, peneliti mempersiapkan alat ukur terlebih
dahulu sebelum melakukan penelitian. Alat ukur yang digunakan adalah Wake
Forest Trust in Physician Scale meliputi interpersonal trust in a phycisian dan
trust in doctors generally. Alat ukur ini diadaptasi berdasarkan konsep teori