• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Akuntansi Aktiva Tetap PSAK No.16 dan Penyusutan Aktiva Tetap PSAK No.17 pada PT.Mara Jaya, Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penerapan Akuntansi Aktiva Tetap PSAK No.16 dan Penyusutan Aktiva Tetap PSAK No.17 pada PT.Mara Jaya, Medan."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Penerapan Akuntansi Aktiva Tetap PSAK No.16 dan Penyusutan Aktiva Tetap PSAK No.17 pada PT.Mara Jaya, Medan”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, 11 Januari 2008 Yang membuat pernyataan,

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillaahirabbil aalamin. Berkat rahmat dan ridho Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

Skripsi merupakan suatu tulisan atau karya ilmiah yang harus diselesaikan melalui serangkaian penelitian yang dilakukan oleh penulis sebagai syarat memperoleh gelar sarjana. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang diharapkan maka dengan kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang.

Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan, dorongan semangat, nasehat dan bantuan lain baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(3)

3. Bapak Drs. Ramly Nasution, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan pemikiran untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak. selaku Dosen pembanding dan penguji I

5. Bapak Drs. Zainal A.T. Silangit, Ak. selaku Dosen pembanding dan penguji II

6. Ibu Dr. Erlina MSi Ak. selaku Dosen Wali dan seluruh staf pengajar serta administrasi dan perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

7. PT. Mara Jaya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan riset dalam rangka penulisan skripsi ini beserta Bapak H. Abumiarto selaku KTU dan seluruh staf yang telah turut mendukung penyelesaian penulisan skripsi ini.

8. Kedua orang tua penulis Drs. Ramly Nst dan Kartini (Alm) dan juga kepada kedua mertua yang sangat saya hormati Bapak Noman dan Ibu Miatun yang telah memberikan segenap kasih sayang, dorongan semangat dan doa kapada penulis.

9. Suami yang sangat aku cintai, Saptono dan anak-anakku yang sangat ku sayangi, Azka Alif Rizky dan adik, selalu memberikan doa, kasih sayang dan dorongan semangat yang tiada henti-hentinya.

(4)

11. Sahabat-sahabatku, Eva Lumban Toruan, Gapri Bona, Fajri Srg, Al-Manar, Zuwina M, Elvira, Mia yang selalu ada untuk bercanda, bercerita, berdiskusi, berbagi kesedihan, kekesalan, dan setiap rasa yang telah kita alami bersama.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.

Medan, 27 Maret 2008 Penulis,

(5)

ABSTRAK

Aktiva tetap merupakan bagian dari aktiva perusahaan yang penting dalam mendukung kegiatan operasional perusahaan dan mempunyai nilai yang cukup material dalam laporan keuangan sehingga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan para pemakai laporan keuangan. Karena itu diperlukan kebijakan pencatatan dan pelaporan aktiva tetap dan penyusutannya yang sesuai dengan PSAK No. 16 Tentang Aktiva Tetap dan PSAK No. 17 Tentang Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap.

PT. Mara Jaya bergerak dalam bidang Perkebunan Kelapa Sawit dan perkebunan karet. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, PT. Mara Jaya menggunakan aktiva tetap yang terdiri dari tanah, tanaman, bangunan, mesin, dan inventaris.Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana kebijakan Akuntansi aktiva tetap dan penyusutannya yang diterapkan perusahaan terhadap aktiva tetapnya dan membandingkannya dengan PSAK No. 16 & PSAK No. 17.

Dari hasil analisa yang dilakukan penulis dengan memahami kenyataan yang ada dan membandingkannya dengan teori yang dipelajari penulis, dapat diketahui bahwa perusahaan telah menerapkan kebijakan sepenuhnya menerapkan PSAK No. 16 & PSAK No. 17,perusahaan sudah menerapkan kebijakan penggolongan pengeluaran modal dan pendapatan, melakukan telaah umur manfaat aktiva dan penyajian aktiva tetap di neraca juga sudah sesuai.

(6)

ABSTRACT

Fixed assets are element of assets of the company, which are significant to support operational activity of the company and have enough material value in financial statement thus can influence the decision making of the financial statement users. Therefore, the fixed assets and its depreciation recording and reporting policy, which is accorded to PSAK No. 16 concern about Fixed Assets and PSAK No. !7 explained about depreciation of Fixed Assets Accounting, is needed.

PT. Mara Jaya, make a move in the field of Plantation of palm and plantation of rubber. In running operational activity, PT. Mara Jaya use plant assets which consist of lands, plants, building, machineries, and factories and other fixed assets.The objective of the research is to recognize fixed assets and its depreciation accounting policy of the company and compare it to PSAK No. 16 and PSAK No. 17.

According to the writer’s analysis through studying the existing facts and comparing it to the theory studied, can be concluded that the company hasn’t totally applied PSAK No. 16 and No. 17, such as, company hasn’t applied capital and revenue expenditure classification policy, not reviewing assets’ useful life, and fixed assets presentation in balance sheet is not exactly accurate.

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus ……….. 36

2.2 Penyusutan Menurut Metode Jumlah Angka Tahun ……….. 37

2.3 Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun ……… 38

2.4 Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Ganda ……… 38

2.5 Penyusutan Menurut Metode Jam Jasa ……….. 39

2.6 Penyusutan Menurut Metode Jumlah Unit Produksi ………. 40

2.7 Penyusutan Menurut Metode Kelompok ………... 41

2.8 Penyusutan Menurut Metode Jenis ……… 42

2.9 Present Value Of Rp. 1,- ……… 43

2.10 Present Value Of An Annuity Of Rp.1,- ……… 43

2.11 Penyusutan Menurut Metode Anuitas ………... 44

2.12 Penyajian Aktiva Tetap di Neraca 1………... 51

2.13 Penyajian Aktiva Tetap di Neraca 2 ……….. 52

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Struktur Organisasi PT. Mara Jaya Medan.

2.a Jadwal Pemupukan Bibit Kelapa Sawit di Pre-Nursery dan di Main-Nursery.

2.b Jadwal Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan. 3 Daftar Aktiva Tetap PT. Mara Jaya Medan Tahun 2004

(10)

ABSTRAK

Aktiva tetap merupakan bagian dari aktiva perusahaan yang penting dalam mendukung kegiatan operasional perusahaan dan mempunyai nilai yang cukup material dalam laporan keuangan sehingga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan para pemakai laporan keuangan. Karena itu diperlukan kebijakan pencatatan dan pelaporan aktiva tetap dan penyusutannya yang sesuai dengan PSAK No. 16 Tentang Aktiva Tetap dan PSAK No. 17 Tentang Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap.

PT. Mara Jaya bergerak dalam bidang Perkebunan Kelapa Sawit dan perkebunan karet. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, PT. Mara Jaya menggunakan aktiva tetap yang terdiri dari tanah, tanaman, bangunan, mesin, dan inventaris.Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana kebijakan Akuntansi aktiva tetap dan penyusutannya yang diterapkan perusahaan terhadap aktiva tetapnya dan membandingkannya dengan PSAK No. 16 & PSAK No. 17.

Dari hasil analisa yang dilakukan penulis dengan memahami kenyataan yang ada dan membandingkannya dengan teori yang dipelajari penulis, dapat diketahui bahwa perusahaan telah menerapkan kebijakan sepenuhnya menerapkan PSAK No. 16 & PSAK No. 17,perusahaan sudah menerapkan kebijakan penggolongan pengeluaran modal dan pendapatan, melakukan telaah umur manfaat aktiva dan penyajian aktiva tetap di neraca juga sudah sesuai.

(11)

ABSTRACT

Fixed assets are element of assets of the company, which are significant to support operational activity of the company and have enough material value in financial statement thus can influence the decision making of the financial statement users. Therefore, the fixed assets and its depreciation recording and reporting policy, which is accorded to PSAK No. 16 concern about Fixed Assets and PSAK No. !7 explained about depreciation of Fixed Assets Accounting, is needed.

PT. Mara Jaya, make a move in the field of Plantation of palm and plantation of rubber. In running operational activity, PT. Mara Jaya use plant assets which consist of lands, plants, building, machineries, and factories and other fixed assets.The objective of the research is to recognize fixed assets and its depreciation accounting policy of the company and compare it to PSAK No. 16 and PSAK No. 17.

According to the writer’s analysis through studying the existing facts and comparing it to the theory studied, can be concluded that the company hasn’t totally applied PSAK No. 16 and No. 17, such as, company hasn’t applied capital and revenue expenditure classification policy, not reviewing assets’ useful life, and fixed assets presentation in balance sheet is not exactly accurate.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan adalah organisasi yang mempunyai kegiatan tertentu untuk pencapaian tujuan yang dibebankan kepadanya. Biasanya di samping mencari laba, tujuan perusahaan mencakup pertumbuhan yang semakin baik (growth), kelangsungan hidup (survival), kesan positif di mata publik (image). Dalam mencapai tujuan ini, perusahaan memerlukan pengelolaan faktor-faktor produksi yang baik sebagai sarana untuk memfasilitasi dan mendukung kelancaran aktivitas perusahaan dalam menghasilkan produk baik barang maupun jasa. Salah satu diantara faktor-faktor produksi tersebut adalah faktor modal berupa aktiva tetap.

(13)

Untuk memperoleh aktiva tetap dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan pembelian tunai, dengan pembelian kredit jangka panjang, pembelian dengan surat berharga, diterima sebagai sumbangan, dibangun sendiri dan tukar tambah yang selanjutnya harus disusutkan setiap periodenya menurut metode penyusutan yang dipilih oleh perusahaan untuk mengalokasikan biaya perolehan aktiva tetap tersebut kedalam periode-periode dimana perusahaan menerima manfaat dari aktiva tetap tersebut. Kemudian dalam masa pemakaian aktiva tetap tentu ada pengeluaran-pengeluaran yang terjadi sehubungan dengan pemakaian aktiva tetap tersebut baik yang menambah umur maupun kegunaannya seperti penambahan, perbaikan dan reparasi luar biasa dan lain-lain. Hal tersebut harus dipertimbangkan dengan hati-hati, apakah layak untuk dikapitalisir sebagai pengeluaran modal (capital expenditure) atau dicatat sebagai beban (revenue expenditure).

Aktiva tetap yang diperoleh dan dipergunakan dalam operasional perusahaan terdiri dari berbagai jenis yang memiliki umur ekonomis yang berbeda-beda, dalam hal tersebut menentukan perhitungan beban penyusutannya, dan selanjutnya beban penyusutan tersebut mempunyai pengaruh terhadap penentuan laba perusahaan.

(14)

dibutuhkan suatu penerapan akuntansi yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan khususnya PSAK No. 16 agar menyajikan jumlah wajar yang sesungguhnya tentang aktiva tetap tersebut dan tidak memberikan informasi yang menyesatkan.

PT.Mara Jaya merupakan suatu perusahaan yang mengolah perkebunan karet dan kelapa sawit. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, PT.Mara Jaya menggunakan fasilitas-fasilitas yang aktiva tetapnya terdiri dari:

1. Bangunan, sebagai kantor perusahaan

2. Rumah, sebagai tempat tinggal assisten dan karyawan 3. Tanah, sebagai tempat pengolahan tanaman

4. Peralatan dan kenderaan, berupa alat-alat yang digunakan untuk membantu operasional perusahaan.

5. Inventaris, berupa peralatan yang mendukung keperluan dikantor misalnya mesin ketik, meja, kursi,dll

Aktiva tetap berupa tanaman sawit, bangunan, yang dimiliki oleh PT.Mara Jaya diperoleh dengan cara membangun sendiri sedangkan peralatan, kenderaan dan inventaris diperoleh dengan cara pembelian kemudian Tanah di peroleh dengan cara HGU (hak guna usaha).

(15)

Penyusutan Aktiva Tetap PSAK No.17 Pada PT.Mara Jaya, Medan”. Dengan demikian, penulis dapat membandingkan dan menilai sampai sejauh mana perusahaan menerapkan kebijakan akuntansi aktiva tetap dan penyusutannya yang sesuai dengan PSAK No. 16 dan PSAK No.17 dalam aktivitas perusahaannya.

B. Perumusan Masalah

Guna memperjelas dan mengarahkan permasalahan yang mendasari penulisan skripsi ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah kebijakan akuntansi aktiva tetap yang diterapkan oleh PT.Mara Jaya telah sesuai dengan PSAK No.16?

2. Apakah kebijakan akuntansi penyusutan aktiva tetap yang diterapkan oleh PT.Mara Jaya telah sesuai dengan PSAK No.17?

C. Batasan Masalah

Masalah yang dibahas oleh penulis dalam penelitian ini terbatas pada satu jenis kebun saja yaitu kebun kelapa sawit terfokus hanya pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM).

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

(16)

2. Untuk menganalisa kebijakan akuntansi penyusutan aktiva tetap pada PT. Mara Jaya Medan apakah sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku, dalam hal ini PSAK No.17

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, untuk memperluas wawasan mengenai aktiva tetap secara teoritis maupun aplikatif.

2. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan mengenai kelebihan dan kelemahan kebijakan aktiva tetap yang diaplikasikan serta diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menghadapi permasalahan aktiva tetap nantinya.

3. Bagi akademisi, sebagai bahan referensi bagi yang ingin melakukan penelitian sejenis lebih lanjut.

F. Kerangka Konseptual

(17)

Gambar 1.1

Kerangka Konseptual Penelitian

Sumber : Data Olahan Penulis, 2007

PT.MARA JAYA MEDAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP

Kebijakan Akuntansi Aktiva Tetap yang diterapkan perusahaan Kebijakan Akuntansi

Aktiva tetap menurut PSAK No.16 &17

HASIL PENELITIAN

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Aktiva Tetap

Salah satu bagian aset yang umumnya selalu dimiliki oleh setiap perusahaan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan perusahaan adalah aktiva tetap. Dalam pelaporan keuangan perusahaan, aktiva tetap dapat mempengaruhi neraca dan laporan laba rugi. Dalam neraca perusahaan, aktiva tetap mempunyai jumlah yang signifikan sehingga dapat secara material mempengaruhi total aktiva pada neraca perusahaan. Sedangkan dalam laporan laba rugi aktiva tetap menentukan hasil kegiatan perusahaan selama periode tertentu, sebab nilai aktiva tetap yang dialokasikan selama beberapa periode sebagai beban penyusutan merupakan faktor pengurang pendpatan perusahaan sehingga pada akhirnya akan berpengaruh kepada laba rugi yang diperoleh untuk periode tersebut.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan merupakan pedoman yang harus diacu dalam penyusunan laporan keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) sebagai pedoman pokok penyusunan dan penyajian laporan keuangan agar lebih berguna, dapat dimengerti dan dapat dibandingkan serta tidak menyesatkan bagi sipemakai sesuai dengan prinsipnya.

(19)

perusahaan yang dipergunakan untuk membantu aktivitas operasi perusahaan sehingga tujuan perusahaan tercapai.

Aktiva tetap didefinisikan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.2) sebagai “aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”.

Sementara Soemarso (2005:20) mengartikan “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud (tangible fixed assets) yang: (1) masa manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3) dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan; (4) nilainya cukup besar.

Berdasarkan kriteria yang ada di atas maka akan mudah untuk membedakan aktiva tetap diantara aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan. misalnya, mobil pada perusahaan dealer mobil adalah persediaan yang dikelompokkan sebagai aktiva lancar, sedangkan mobil yang dipergunakan dalam operasi perusahaan adalah merupakan aktiva tetap perusahaan.

B. Penggolongan dan Klasifikasi Aktiva Tetap

Untuk tujuan akuntansi, Machfoedz (1999:54) menggolongkan aktiva tetap menjadi dua yaitu: “ (1) aktiva tetap dengan umur terbatas (depreciable assets); (2) aktiva tetap dengan umur tak terbatas (underpreciable assets)”.

(20)

tertentu dan harga perolehannya harus dialokasikan melalui penyusutan. Contoh: mesin, gedung, alat angkut, komputer dan sejenisnya.

2. Aktiva tetap dengan umur tak terbatas (underpreciable assets), yaitu aktiva tetap yang tidak akan habis digunakan atau tidak diketahui kapan manfaat ekonominya akan habis sehingga harga perolehannya tidak perlu dialokasikan atau disusutkan, Contohnya tanah.

Harahap (2002:20) juga melakukan pengelompokan aktiva tetap dalam berbagai sudut antara lain:

1. Sudut substansinya yaitu:

Tangible assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin, gedung dan peralatan.

Intangible assets atau aktiva tidak berwujud seperti goodwill, patents, copyright, hak cipta, franchise,dll.

2. Sudut disusutkan atau tidak yaitu:

a. Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti building (bangunan), equipment (peralatan), machinery (mesin), inventaris, jalan, dan lain-lain.

b. Undepreciated Plant Assets yaitu aktiva yang tidak disusutkan seperti land (tanah).

3. Berdasarkan jenis yaitu: Lahan

a. Lahan adalah bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila ada lahan yang didirikan bangunan di atasnya harus dipisahkan pencatatannya dari lahan itu sendiri. Khusus bangunan yang dianggap sebagai bagian dari lahan tersebut atau yang dapat meningkatkan nilai gunanya, seperti riol, jalan dan lain-lain maka dapat digabungkan dalam nilai lahan.

b. Bangunan Gedung

Bangunan adalah bangunan yang berdiri di atas bumi ini baik di atas lahan/air. Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi gedung itu.

c. Mesin

Mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan.

(21)

Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkutan, truk grader, tractor, mobil, dua, dan lain-lain.

e. Perabot

Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan.

f. Inventaris/Peralatan

Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris laboratorium, inventaris gudang dan lain-lain.

g. Prasarana

Di Indonesia adalah merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat klasifikasi khusus prasarana seperti jalan, jembatan, riol, pagar dan lain-lain

Umumnya Setiap perusahaan memiliki aktiva tetap, namun jenis aktiva tetap yang dimiliki mungkin satu sama lainnya dapat berbeda seperti perusahaan jasa, aktiva tetapnya berbeda dengan aktiva tetap perusahaan perkebunan, perkapalan, perminyakan, perdagangan dan lain sebagainya. Namun yang jelas masing-masing perusahaan umumnya memiliki aktiva tetap.

C. Kebijakan Akuntansi Aktiva Tetap Menurut PSAK No.16 & PSAK No. 17 1. Perolehan dan Penilaian Aktiva Tetap

Perolehan aktiva tetap perusahaan berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, yang menjadi permasalahan akuntansinya adalah dengan cara bagaimana aktiva tetap itu diperoleh perusahaan sehingga menjadi miliknya. Proses perolehan disini dimaksudkan mulai sejak pembelian aktiva tetap, pengangkutan aktiva tetap itu, pemasangan dan sampai aktiva tetap itu siap dipergunakan dalam proses produksi atau kegiatan perusahaan.

(22)

lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan”.

Aktiva tetap dapat diperoleh perusahaan dengan berbagai cara, diantaranya: a. Pembelian kontan atau tunai

b. Pembelian secara angsuran atau kredit c. Pembelian dengan surat berharga d. Pertukaran atau tukar tambah (trade in) e. Sumbangan pihak lain (donation) f. Dibangun sendiri

ad. a. Pembelian dengan tunai atau kontan

Aktiva yang dibeli dengan uang kontan atau tunai dicatat sebesar uang yang dikeluarkan untuk pembelian itu ditambah dengan biaya-biaya lain sehubungan dengan pembelian aktiva itu, dikurangi potongan harga yang diberikan.

Standar Akuntansi Keuangan (2004,16.14) bahwa :

Biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPN Masukan Tak Boleh Restitusi (non refundable), dan setiap biaya yang diatribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang membawa aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan ; setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian.

(23)

berhubungan dengan aktiva tetap tersebut. Berikut ini dijelaskan cara perhitungan aktiva tetap secara tunai.

Misal dibeli bangunan seharga Rp. 300.000.000,- dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan adalah : biaya akte notaries sebesar Rp. 200.000,- biaya perantara Rp. 500.000,- biaya pembersihan Rp. 100.000,-.

Transaksi ini akan dijurnal sebagai berikut ;

Bangunan Rp. 300.800.000,-

Kas Rp. 300.800.000,-

Angka ini diperoleh dari penjumlahan sebagai berikut :

Harga beli Rp. 300.000.000,-

Akte notaris Rp. 200.000,-

Biaya perantara Rp. 500.000,-

Biaya pembersihan Rp. 100.000,-

Total Rp. 300.800.000,-

Jika ada potongan harga (discount) harus dikurangi dari nilai costnya. Jika potongan harga ini tidak dimanfaatkan perusahaan maka dilaporkan sebagai discount lost atau interest expense .

Contoh :

Sebuah peralatan dibeli seharga Rp. 2.000.000,-. Jika dibeli tunai harganya Rp. 1.900.000,-. Maka transaksi ini akan dijurnal :

(24)

Peralatan Rp. 1.900.000,-

Kas Rp. 1.900.000,- b. Jika potongan harga tidak dimanfaatkan, maka jurnalnya :

Peralatan Rp. 1.900.000,-

Discount loss Rp. 100.000,-

Kas Rp. 2.000.000,-

Ada kalanya suatu perusahaan membeli aktiva secara borongan. Jika beberapa aktiva tetap dibeli sekaligus dengan harga borongan (basket purchase) maka basket purchase harus dipisahkan nilai masing-masing aktiva tersebut. Angka perbandingan yang dapat dipakai dalam menentukan nilai masing-masing aktiva tetap tersebut adalah:

1. Harga pasar yang wajar, jika harga ini tidak ada maka,

2. Harga penilaian menurut lembaga penilai yang objektif (independent appraisal company).

Contoh :

Dibeli lahan, bangunan dan peralatan sekaligus dengan harga Rp. 750.000.000,. Berdasarkan informasi yang diketahui adalah harga pasar masing-masing aktiva ini berbanding 3 : 2 : 1. Maka transaksi ini akan dijurnal sebagai berikut :

Lahan Rp. 375.000.000,-

Bangunan Rp. 250.000.000,-

Peralatan Rp. 125.000.000,-

(25)

Lahan (3/6 x Rp. 750.000.000,-) Rp. 375.000.000,- Bangunan (2/6 x Rp. 750.000.000,-) Rp. 250.000.000,- Peralatan (1/6) x Rp. 750.000.000,-) Rp. 125.000.000,-

Total Rp. 750.000.000,-

ad. b. Pembelian dengan kredit jangka panjang

Saat ini kebanyakan transaksi pembelian aktiva tetap dilakukan dengan kredit jangka panjang. Sisa utang itu biasanya dibuktikan surat berharga, bukti hutang hipotik dan lain-lain. Utang ini biasanya dibayar dalam beberapa kali angsuran ditambah dengan pembayaran bunga. Pembebanan bunga dapat berdasarkan metode bunga flat dan sisa utang.

Contoh :

Dibeli sebidang tanah seharga Rp. 400.000.000,- , pembayaran pertama adalah sebesar Rp. 100.000.000,- sisanya dibayar dalam 10 kali angsuran per semester, bunga 18 % per tahun.

Jurnal saat pembelian :

Tanah Rp. 400.000.000,-

Kas Rp. 100.000.000,-

Utang kontrak

pembelian aktiva tetap Rp. 300.000.000,- Jurnal pembayaran angsuran:

(26)

pembelian aktiva tetap Rp. 30.000.000 Beban bunga Rp. 27.000.000

Kas Rp. 57.000.000,-

Jurnal yang sama dicatat sampai angsuran kesepuluh. b. Secara sisa utang

Pada saat pembayaran angsuran semester pertama akan dijurnal sebagai berikut : Utang kontrak

pembelian aktiva tetap Rp. 30.000.000,- Beban bunga Rp. 27.000.000,-

Kas Rp. 57.000.000,- Angka ini diperoleh dari perhitungan sebagai berikut :

Tanah Rp. 400.000.000,-

Pembayaran pertama (Rp. 100.000.000) Utang kontrak

pembelian aktiva tetap Rp. 300.000.000,-

Angsuran per semester (Rp. 300.000.000 : 10) Rp. 30.000.000,- Beban bunga (6/12 x 18 % x Rp. 300.000.000) Rp. 27.000.000,- Jumlah yang harus dibayar Rp. 57.000.000,-

Pada saat pembayaran angsuran semester kedua akan dijurnal sebagai berikut: Utang kontrak

(27)

Beban bunga Rp. 2.430.000,-

Kas Rp. 32.430.000,-

Beban bunga diperoleh dari perhitungan sebagai berikut :

Utang kontrak pembelian aktiva tetap Rp. 300.000.000,- Angsuran semester pertama (Rp. 30.000.000)

Sisa utang kontrak Rp. 270.000.000,-

Beban bunga (6/12 x 18 x Rp. 270.000.000,-) = Rp. 24.300.000,- Selanjutnya beban bunga dihitung berdasarkan sisa utang kontrak dikalikan dengan tarif bunga.

ad. c. Pembelian dengan surat berharga

Jika aktiva tetap diperoleh dengan mengeluarkan saham atau obligasi, maka aktiva tetap itu harus dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pembelian. Nilai saham atau obligasi dicatat sebesar nilai nominal atau seharga nilai pari. Jika harga pasar lebih besar dari harga pari selisihnya dicatat sebagai premium (agio saham) dan jika harga pasar lebih kecil dari harga pari selisihnya dicatat sebagai discount (disagio saham).

Contoh :

Dibeli lahan dengan mengeluarkan 10.000 lembar saham @ Rp. 10.000 dengan asumsi sebagai berikut :

a. Jika harga pasar @ Rp. 9.500,- per lembar saham, maka transaksi ini akan dijurnal:

(28)

Disagio saham Rp. 50.000

Modal saham Rp. 1.000.000,- b. Jika harga pasar @ Rp. 11.000,- per lembar saham, maka transaksi ini akan

dijurnal :

Tanah Rp. 1.100.000,- Modal saham Rp. 1.000.000,-

Agio saham Rp. 100.000,-

ad. d. Tukar tambah (trade in)

Perolehan aktiva tetap dengan cara ini, yaitu aktiva tetap perusahaan ditukar dengan aktiva tetap lain, baik yang sejenis maupun yang berlainan jenis. Cara pencatatannya, aktiva tetap yang baru, dicatat berdasarkan nilai pasar, jika nilai pasar aktiva tetap tersebut diketahui. Apabila penukaran yang dilakukan ditambah dengan uang kas maka harga perolehannya adalah harga pasar barang yang diserahkan ditambah dengan uang tunai yang diserahkan. Perbedaan antara nilai pasar yang baru dengan buku aktiva tetap yang lama dicatat sebagai keuntungan atau kerugian atas pertukaran. Berikut ini akan penulis jelaskan beberapa transaksi pertukaran aktiva tetap :

1. Harga pasar aktiva tetap yang ditukarkan tidak diketahui

(29)

Contoh :

Sebuah peralatan milik PT. X dengan harga Rp. 200.000,- dan nilai buku Rp. 60.000,- ditukar dengan mesin PT. Y, dimana mesin tersebut mempunyai harga Rp. 300.000,- dan nilai bukunya Rp. 100.000,- harga pasar tidak diketahui.

Maka transaksi ini akan dijurnal PT. X :

Mesin Rp. 60.000,-

Akumulasi penyusutan Rp. 140.000,-

Peralatan Rp. 200.000,-

2. Bila harga pasar diketahui maka pencatatan harganya adalah sebagai berikut : a. Aktiva tetap yang diterima dicatat sebesar harga pasar dari aktiva yang

diberikan

b. Tetapi jika harga pasar yang diterima lebih wajar, dalam arti lebih kuat nilai objektifitasnya dan buktinya, maka catatlah sebesar nilai aktiva tetap yang diterima itu.

c. Jika aktiva yang baru harga pasarnya lebih akurat dibandingkan dengan harga pasar aktiva tetap bekas pakai, dalam hal ini yang dipakai sebagai harganya adalah harga aktiva tetap yang baru itu. Perlu diingat bahwa harga yang dimaksud adalah harga kontan (kas) bukan harga faktur dan harga lainnya. d. Jika ternyata ada perbedaan antara harga pasar yang dicatat tadi dengan nilai

(30)

Contoh :

Sebuah mesin dengan harga pasar Rp. 4.000.000,- ditukarkan dengan sebuah peralatan dengan menyerahkan uang kas Rp. 600.000,- peralatan itu mempunyai harga sebesar Rp. 5.000.000,- dan nilai buku Rp. 3.800.000,-

Maka transaksi ini akan dijurnal :

Mesin Rp. 4.000.000,-

Akumulasi penyusutan peralatan Rp. 1.200.000,- Rugi pertukaran Rp. 400.000,-

Peralatan Rp. 5.000.000,-

Kas Rp. 600.000,-

Rugi pertukaran peralatan dihitung sebagai berikut :

Nilai buku peralatan Rp. 3.800.000,-

Kas yang diserahkan Rp. 600.000,-

Total Rp. 4.400.000,-

Harga mesin yang diterima Rp. 4.000.000,-

Rugi pertukaran Rp. 400.000,-

ad. e. Diterima dari sumbangan

Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan atau diterima dari sumbangan maka transaksi ini disebut non reciprocal transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan balik.

(31)

PT. Piala Bakti menerima bantuan sebuah mesin dan peralatan dari pemerintah. Nilai mesin dan peralatan itu menurut harga pasar yang wajar masing-masing Rp. 3.000.000,- dan Rp. 1.000.000,-.

Transaksi ini akan dijurnal sebagai berikut :

Tanah Rp. 3.000.000,-

Bagunan Rp. 1.000.000,-

Modal donasi (donated capital) Rp. 4.000.000,-

ad. f. Dibangun sendiri

Perolehan aktiva tetap dengan membuat sendiri dicatat sebesar biaya yang dikorbankan, yaitu meliputi biaya langsung dan biaya tak langsung. Untuk biaya bahan dan upah yang berhubungan dengan kegiatan tersebut tidak menjadi masalah karena umumnya dapat dibebankan secara langsung, tetapi untuk menentukan biaya tidak langsung cukup sulit, karena biasanya ada biaya yang dibebankan untuk semua atau beberapa kegiatan.

Ada dua cara yang biasanya dipergunakan untuk menetapkan berapa besar biaya tidak langsung yang akan dibebankan terhadap aktiva tetap yang dibangun sendiri, yaitu :

1. Metode incremental cost

Pada metode ini overhead yang dibebankan adalah kenaikan (tambahan) overhead akibat adanya pembangunan aktiva tersebut.

(32)

Menurut metode ini biaya yang dibebankan bukan hanya kenaikan overhead itu tetapi dibebankan overhead tetap secara merata untuk kegiatan biasa maupun untuk kegiatan pembangunan itu sendiri.

Bila aktiva tetap yang dibangun sendiri itu dengan modal pinjaman maka selama pengerjaan, bunga pinjaman dianggap sebagai cost aktiva atau dikapitalisasikan. Perhitungan biaya bunga yang dapat dikapitalisasi menurut Harnanto (2002:336) antara lain:

1. Hanya biaya bunga yang sesungguhnya terjadi dapat dikapitalisasi. Bunga atas modal sendiri tidak untuk dikapitalisasi.

2. Jumlah maksimum biaya bunga yang dapat dikapitalisasi meliputi seluruh bunga yang dibayar dan terhutang dalam tahun berjalan. 3. Biaya bunga dihitung dari sejak terjadinya pengeluaran untuk

kegiatan konstruksi sampai dengan tarif kegiatan konstruksi berakhir dan aktiva siap untuk dipakai.

4. Jumlah rata-rata pengeluaran akumulatif dipakai sebagai dasar penghitungan biaya bunga. Biaya bunga dapat dihitung pada setiap kali terjadi pengeluaran atau dapat diestimasi berdasar asumsi pengeluaran terjadi secara merata dalam masa berlangsungnya kegiatan konstruksi. Pengeluaran adalah pembayaran kas bukan akrual.

5. Dalam hal kegiatan konstruksi meliputi jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi, jumlah pengeluaran akumulatif meliputi pengeluaran yang terjadi dalam tahun-tahun sebelumnya.

6. Suku bunga yang dipakai sebagai dasar penghitungan biaya bunga yang dapat dikapitalisasi adalah: (a) suku bunga pinjaman khusus untuk kegiatan konstruksi aktiva tetap untuk pengeluaran akumulatif sampai dengan jumlah pinjaman khusus dan (b) suku bunga rata-rata tertimbang pinjaman lain untuk pengeluaran akumulatif diatas pinjaman khusus.

7. Jika dana yang berasal dari pinjaman khusus di investasikan untuk sementara waktu sambil menunggu tanggal jatuh temponya pembayaran, pendapatan dari investasi tidak dikurangkan dari biaya bunga untuk menentukan biaya bunga yang sesungguhnya terjadi kecuali dana berasal dari pinjaman dengan fasilitas bunga bebas pajak.

(33)

Contoh :

Perusahaan membangun sendiri gedung pabrik yang baru. Di perkirakan kegiatan konstruksi akan berlangsung selama dua tahun dan memerlukan biaya Rp. 800.000.000,- Untuk keperluan itu telah dipinjam kredit investasi sebesar Rp. 200.000.000,- dengan bunga 12 %. Disamping kredit investasi tersebut, perusahaan mempunyai pinjaman dari bank sebagai berikut.

Hutang obligasi berjangka waktu 5 tahun Rp. 100.000.000,- Dengan bunga 11 %

Hutang hipotik dengan bunga 9% Rp. 140.000.000,- Rp. 240.000.000,- Pengeluaran untuk kegiatan konstruksi pabrik yang baru terjadi secara merata dimulai tanggal 1 Januari 2002 sampai dengan tanggal 31 Desember 2003. Pengeluaran untuk kegiatan konstruksi dalam tahun buku tahun 2002 berjumlah Rp. 400.000.000,-. Biaya bunga yang sesungguhnya terjadi dalam tahun 2002 adalah Rp. 47.600.000,- yang dihitung sebagai berikut:

Deskripsi Pokok Pinjaman Suku Bunga Biaya Bunga Kredit investasi pabrik baru Rp. 200.000.000,- 12 % Rp. 24.000.000,- Hutang obligasi 100.000.000,- 11 % 11.000.000,- Hutang hipotik 140.000.000,- 9 % 12.600.000,- Jumlah Rp. 440.000.000,- Rp. 47.600.000,-

Suku bunga rata-rata tertimbang untuk pinjaman lain yaitu 7.9% yang dihitung sebagai berikut:

Deskripsi Pokok pinjaman Suku bunga Biaya bunga

Hutang obligasi Rp. 100.000.000,- 11 % Rp. 7.150.000,- Hutang hipotik

(34)

*) Suku bunga rata-rata tertimbang = Rp. 19.100.000 / Rp. 240.000.000 x 100% = 7.9%

Rata-rata jumlah pengeluaran akumulatif – tahun 2002 adalah sebesar Rp.200.000.000,- sedangkan biaya bunga yang dapat dikapitalisasi adalah sebesar Rp. 24.000.000,- yang dihitung sebagai berikut:

Akumulasi pengeluaran s/d 1 Januari 2002 Rp. 0 Pengeluaran dalam tahun 2002

Akumulasi pengeluaran s/d 31 Desember 2002 Rp.424.000.000,- (termasuk biaya bunga)

Rp. 400.000.000,- Akumulasi pengeluaran s/d 31 Desember 2002 Rp. 400.000.000,-

Rata-rata pengeluaran akumulatif – tahun 2002 Rp. 200.000.000,- [(Rp 0 + Rp.400.000.000) / 2]

Biaya bunga yang dapat dikapitalisasi Rp. 24.000.000,- [12% x Rp. 200.000.000]

Selanjutnya pengeluaran yang sesungguhnya terjadi dalam tahun 2003 adalah Rp. 300.000.000,- sehingga membuat total biaya konstruksi menjadi Rp. 700.000.000,-. Rata-rata pengeluaran akumulatif – tahun 2003 adalah sebesar Rp. 53.546.000,-

Akumulasi pengeluaran s/d 31 Desember 2002 Rp.400.000.000,- Biaya bunga di kapitalisasi tahun 2002 24.000.000,-

Pengeluaran dalam tahun 2003 Rp.300.000.000,- Akumulasi pengeluaran s/d 31 Desember 2003

(35)

[(Rp. 424.000.000 + 724.000.000) / 2]

Biaya bunga yang dapat dikapitalisasi – tahun 2003:

Pengeluaran s/d jumlah kredit investasi Rp. 24.000.000,- [12% x Rp. 200.000.000]

Pengeluaran di atas kredit investasi Rp. 29.546.000,- [9.8% x Rp. 374.000.000]

Total biaya bunga yang dapat dikapitalisasi

dalam tahun 2003 Rp. 53.546.000,-

Dalam tahun 2002, biaya bunga yang sesungguhnya dibayar (Rp. 47.600.000) lebih besar dari pada biaya bunga yang dihitung berdasarkan rata-rata jumlah pengeluaran akumulatifnya (Rp.24.000.000). Oleh karena itu seluruh biaya bunga yang dihitung berdasarkan rata-rata jumlah pengeluaran akumulatif dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya konstruksi pabrik. Sebaliknya dalam tahun 2003 lebih banyak dana internal perusahaan digunakan untuk kegiatan konstruksi pabrik, sehingga perhitungan biaya bunga yang sebenarnya dapat dikapitalisasi (Rp. 53.546.000) lebih besar dibandingkan dengan biaya bunga yang sesungguhnya dibayar (Rp. 47.600.000). Oleh karena itu, hanya biaya yang sesungguhnya dibayar dalam tahun 2003 dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya konstruksi pabrik.

2. Penilaian Kembali Aktiva Tetap

(36)

dilakukan penilaian kembali aktiva tetap (revaluasi). Revaluasi ini dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan penghitungan penghasilan dan biaya lebih agar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai peruahaan yang sebenarnya.

Penarikan atau pelepasan aktiva tetap dilakukan apabila aktiva tetap tersebut tidak lagi bermanfaat bagi perusahaan, dapat disebabkan karena faktor keusangan, tersedia aktiva baru yang lebih produktif, kejadian tidak menyenangkan, misalnya bencana alam, dicuri, dll.

Dalam penyajian dineraca, aktiva tetap disajikan sebesar nilai cost atau perolehannya dengan akumulasi penyusutan sebagai pengurang dari cost aktiva tetap tersebut.

Penilaian kembali aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan oleh PSAK karena akuntansi menganut sistem pencatatan nilai historis. Namun bila diperkenankan, hal itu merupakan pengecualian. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.8) menjelaskan tentang penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap sebagai berikut:

Penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenaan karena Standar Akuntansi Keuangan menganut sistem penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta pengaruh dari pada penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku aktiva tetap dibukukan dalam akun modal dengan nama Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap.

(37)

a. dasar yang digunakan untuk menilai kembali aktiva b. tanggal ekfektif penilaian kembali

c. nama penilaian indenpenden, bila ada

d. hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti

e. jumlah tercatat setiap jenis aktiva tetap f. surplus penilaian kembali aktiva tetap

contoh 1:

perusahaan mempunyai sebidang tanah dengan harga perolehan Rp. 300.000.000,-di nilai kembali berdasarkan nilai sekarang sebesar Rp. 400.000.000,- maka dijurnal:

Tanah Rp. 100.000.000,-

Modal penilaian kembali Rp. 100.000.000,-Bila tanah dijual dengan harga Rp. 350.000.000,- maka dijurnal:

Kas Rp. 350.000.000

Modal-Penilaian kembali Rp. 100.000.000

Tanah Rp. 400.000.000

Laba penjualan tanah Rp. 50.000.000 contoh 2:

Peralatan yang harga perolehaannya sebesar Rp. 12.000.000,-, umur ekonomis 8 tahun, sudah disusutkan 4 tahun, kemudian diturunkan nilainya menjadi Rp. 5.000.000,-. Penyusutan tahunan untuk peralatan itu sebelum penurunan nilai adalah Rp. 1.500.000,- dihitungkan sebagai berikut:

penyusutan per tahun = Rp.12.000.000. =Rp. 1.500.000

(38)

kerugian atas penurunan nilai peralatan adalah Rp. 1.000.000,- dihitung sebagai berikut:

Harga perolehan peralatan Rp. 12.000.000. Akumulasi penyusutan peralatan

Nilai buku peralatan setelah penurunan (Rp. 5.000.000) (Rp. 6.000.000) (4 x Rp. 1.500.000)

Nilai buku peralatan Rp. 6.000.000

Kerugian penurunan nilai Rp. 1.000.000 Kerugiaan penurunaan nilai peralatan ini dijurnal sebagai berikut:

Akumulasi penyusutan peralatan Rp. 6.000.000 Kerugian penurunan nilai Rp. 1.000.000

Peralatan Rp. 7.000.000*) *) Harga perolehan pralatan setelah penurunaan nilai yaitu sebesar Rp. 5.000.000 (Rp. 12.000.000 – Rp. 7.000.000)

3. Pengeluaran Selama Penggunaan Aktiva Tetap

Setelah aktiva tetap diperoleh, terdapat pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tersebut selama masa penggunaannya agar aktiva tetap tersebut dapat terus digunakan. Istilah pengeluaran (expenditure) mengacu kepada suatu pembayaran atau suatu kewajiban untuk melakukan pembayaran pada masa mendatang atas suatu aktiva.

Zaki Baridwan (2004:272) menyatakan pengeluaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

(39)

“2. Pengeluaran Pendapatan

ad. 1. Pengeluaran Modal

Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah pengeluaran yang meningkatkan manfaat-manfaat yang akan diperoleh dari sebuah aktiva dan dikapitalisasi. Kapitalisasi adalah pencatatan biaya sebagai suatu kenaikan nilai buku aktiva.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.23) bahwa :

Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aktiva tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat keekonomian di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada jumlah tercatat aktiva yang bersangkutan.

Contoh pengeluaran yang meningkatkan manfaat ekonomi masa mendatang menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.7):

1. Modifikasi suatu pos sarana pabrik untuk memperpanjang usia manfaatnya, termasuk suatu peningkatan kapasitasnya;

2. Peningkatan kemampuan mesin (upgrading machine parts) untuk mencapai peningkatan besar dalam kualitas output.

3. Penerapan proses produksi baru yang memungkinkan suatu pengurangan besar biaya operasi.

Contoh pengeluaran yang diakui sebagai beban saat terjadi menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.7) yaitu “biaya pemeliharaan dan reparasi (servicing) atau turun mesin (overhauling) mesin pabrik dan peralatan”.

(40)

Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah biaya yang manfaatnya hanya untuk periode sekarang atau biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan efisiensi kegiatan usaha normal. Mulyadi (2001:225) mengemukakan “pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut”.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan(2004:16.25) menyatakan : “Pengeluaran untuk perbaikan atau perawatan aktiva tetap untuk menjaga manfaat keekonomian masa yang akan datang yang dapat diharapkan perusahaan, biasanya diakui sebagai beban saat terjadinya”.

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pengeluaran untuk pemeliharaan dan reparasi biasa yang bersifat berulang harus digolongkan sebagai pengeluaran pendapatan dan didebit ke perkiraan beban. Sebagai contoh, biaya mengganti busi mobil atau biaya mengecet kembali gedung harus didebit ke perkiraan beban yang sesuai.

Selama suatu aktiva tetap tersebut digunakan dalam operasi perusahaan maka pengeluaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Penambahan.

(41)

Pengeluaran untuk penambahan atas aktiva tetap mesti didebit ke rekening aktiva bersangkutan. Biaya penambahan itu harus disusutkan selama taksiran masa manfaatnya.

2. Perbaikan.

Perbaikan berbeda dari pemeliharaan dan reparasi. Pemeliharaan dan reparasi (repair and maintenance) adalah pekerjaan yang dilakukan untuk menjadikan sebuah aktiva dalam kondisi operasi yang baik atau menjadikannya kembali kedalam kondisi baik setelah rusak. Biaya pemeliharaan dan reparasi biasanya merupakan biaya periode, biaya tersebut tidak dimasukkan dalam biaya kapitalisasi aktiva, berbeda halnya dengan perbaikan. Perbaikan (betterment) terjadi manakala suatu aktiva tetap dimodifikasi agar membuatnya lebih efisien atau produktif. Perbaikan kerapkali melibatkan penambahan sebuah komponen kepada sebuah aset atau mengganti suatu komponen lama dengan yang lebih unggul.

(42)

3. Reparasi luar biasa atau penambahan nilai

Reparasi luar biasa (extraordinary repair) adalah pengeluaran yang memperpanjang taksiran masa manfaat aktiva melebihi taksiran masa manfaat sebelumnya. Pengeluaran seperti ini haruslah didebit ke rekening akumulasi penyusutan (yang meningkatkan nilai buku aktiva). Rekening akumulasi penyusutan didebit karena dianggap bahwa penyusutan tahun-tahun sebelumnya ditutupi oleh pengeluaran yang memperpanjang masa manfaat aktiva.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah pengeluaran untuk memelihara agar aktiva tetap yang bersangkutan tidak cepat rusak atau usang dan tetap dalam kondisi yang baik agar dapat melaksanakan fungsinya dalam operasi perusahaan. Pengeluaran tersebut dibukukan sebagai biaya seperti pemupukan dan pemberantasan hama & penyakit untuk tanaman.

5. Penggantian

Penggantian adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mengganti bagian yang rusak dari aktiva tetap. Biaya dari penggantian ini dapat dibebankan ke expenses atau dikapitalisasikan ke perkiraan aktiva tetap. Hal ini tergantung pada besar kecilnya penggantian tersebut.

4. Penyusutan Aktiva Tetap

(43)

tetap ini dapat aus karena faktor fisik dan fungsinya. Keterbatasan ini semakin lama dapat menyebabkan semakin berkurangnya jasa yang diberikan. Untuk itu perlu diambil kebijaksanaan mengalokasikan biaya aktiva tetap selama manfaat yang diberikannya. Pengalokasian biaya aktiva tetap ini disebut penyusutan.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:17.2) “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi”.

Untuk menentukan besarnya beban penyusutan setiap tahunnya, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan yang akan mempengaruhi suatu penyusutan. Menurut Warren, Reeve dan Fess (2005:497) bahwa : “Empat faktor yang harus dikenal untuk mendapatkan beban periodik : (1) biaya atau harga perolehan aktiva, (2) nilai residual atau nilai sisa, (3) masa manfaat, dan (4) pola penggunaan”.

ad.1 Harga perolehan

Harga perolehan adalah semua jenis pengeluaran ataupun pengorbanan yang terjadi untuk memperoleh aktiva tetap sampai pada kondisi dan tempat siap digunakan dalam operasi perusahaan.

ad.2 Nilai residual atau nilai sisa

(44)

Menurut Zaki Baridwan (2004:309) bahwa: ”Nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual, ditukarkan atau cara-cara lain ketika aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual atau menukarnya”.

Dalam perhitungan beban penyusutan, nilai residu ini merupakan taksiran sisa nilai aktiva tetap apabila sudah habis disusutkan. Namun pada kenyataannya ada juga perusahaan yang tidak menerapkan nilai sisa pada aktiva tetapnya, sehingga dalam perhitungan beban penyusutan faktor ini tidak diperhatikan.

ad.3 Masa manfaat

Masa manfaat disebut juga umur ekonomis, yaitu taksiran waktu suatu aktiva tetap mulai dioperasikan sampai aktiva tetap tersebut secara ekonomis tidak menguntungkan lagi bila dipergunakan. Penetapan umur pemakaian ini didasarkan atas taksiran tersebut dipengaruhi oleh pemeliharaan, perbaikan-perbaikan dan juga harus diperhitungkan sebab-sebab keausan fisik dan fungsional.

ad.4 Pola penggunaan

Pola penggunaan berhubungan erat dengan umur pemakaian. Apabila penyusutan ditaksir menurut umur, maka digunakan metode garis lurus atau metode saldo menurun. Bila ditaksir menurut hasil produk atau jam kerja, maka digunakan metode jam kerja atau jumlah produk.

(45)

secara konsisten dari tahun ke tahun. Perhitungan besarnya beban penyusutan untuk satu periode dihitung dengan menggunakan metode tertentu.

Metode penyusutan yang dapat digunakan perusahaan untuk mengalokasikan biaya perolehan aktiva tetapnya menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:17.1) dapat dikelompokkan dalam kriteria sebagai berikut:

a. Berdasarkan waktu:

(i) metode garis lurus (straight-line method) (ii) metode pembebanan yang menurun:

- metode jumlah-angka-tahun (sum-of-the-years-digit method); - metode saldo-menurun dan saldo-menurun-ganda

(declining/double-declining balance method). b. Berdasarkan penggunaan:

(i) metode jam-jasa (service-hours method);

(ii) metode jumlah unit produksi (productive-output method). c. berdasarkan kriteria lainnya:

(i) metode berdasarkan jenis dan kelompok (grup and composite method);

(ii) metode anuitas (annuity method); (iii) metode persediaan (inventory systems).

Untuk menguraikan metode penyusutan di atas maka diberikan simbol sebagai berikut :

C = harga perolehan aktiva tetap S = nilai residu (sisa)

n = estimasi masa manfaat (angka tahun, jumlah produksi, jam kerja) r = Tarif penyusutan per periode, per jam pemakaian, per unit output. D = Beban penyusutan periodik

Contoh :

Sebuah mesin dengan data sebagai berikut :

Harga perolehan Rp.10.000.000,-

(46)

Taksiran masa manfaat :

Dalam tahun 5 tahun

Dalam jam kerja 60.000 jam

Dalam jumlah produksi 90.000 unit

ad. a. Berdasarkan Waktu

Dalam metode penyusutan berdasarkan waktu, pencatatan biaya penyusutan sejalan dengan umur aktiva tetap tanpa dipengaruhi oleh produktivitas atau efisiensi.

a. Metode garis lurus

Cara penyusutan dengan metode ini sangat sederhana dan paling mudah sehingga dalam praktek sering digunakan. Besarnya jumlah penyusutan setiap periode adalah sama sampai akhir masa manfaat aktiva tersebut. Berdasarkan contoh di atas maka besarnya beban penyusutan dapat dihitung dengan rumus:

C - S

D = n

D = ( C – S) x Tarif garis lurus 100%

Tarif garis lurus = Taksiran masa manfaat

Rp. 10.000.000 – Rp. 500.000

D = = Rp. 1.900.000,- 5

(47)

Tabel 2.1

Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus

Tahun Biaya Tarif Beban Akumulasi Nilai

b. Metode pembebanan menurun

Menurut metode ini, besarnya biaya penyusutan untuk tahun-tahun pertama akan lebih besar dari pada beban penyusutan untuk tahun-tahun berikutnya. Hal berdasarkan anggapan bahwa penggunaan aktiva yang baru lebih efisien bila dibandingkan dengan aktiva yang lebih tua, karena biaya aktiva yang baru memerlukan biaya pemeliharaan yang lebih sedikit dibandingkan dengan aktiva yang lama. Metode ini terdiri dari :

(i) Metode jumlah-angka-tahun

Pada metode ini, beban penyusutan dihitung dengan mengalikan suatu pecahan, yang jumlah penyebutnya adalah jumlah urutan tahun masa manfaat dan sebagai pembilang adalah kebalikan dari urutan tahunnya. Pembilang dari pecahan itu, yang setiap tahunnya berubah adalah jumlah sisa umur aktiva.

Beban penyusutan = Biaya perolehan x Periode manfaat yang tersisa yang tersusutkan Jumlah angka - tahun

(48)

2

Berdasarkan data dari contoh sebelumnya, aktiva tersebut mempunyai umur 5 tahun, maka beban penyusutan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2

Penyusutan Menurut Metode Jumlah angka Tahun

Tahun Biaya Tarif Beban Akumulasi Nilai

(ii) Metode saldo-menurun dan saldo-menurun-ganda Metode saldo menurun

Pada metode ini, besarnya jumlah beban penyusutan setiap tahun dihitung dengan menggunakan persentase tetap dikalikan dengan nilai buku. Persentase tertentu tersebut dihitung dengan rumus :

n

S

C

r

=

1

:

Berdasarkan data dari contoh sebelumnya, maka persentase beban penyusutannya adalah :

Tarif penyusutan = r=1− 5 Rp.500.000:Rp.10.000.000 = 30%

Tabel 2.3

Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun

(49)

Perolehan Penyusutan Penyusutan Buku

Dalam metode ini, beban penyusutan dihitung dengan persentase yang tetap, yaitu dua kali persentase metode garis lurus dan mengalikannya dengan nilai buku aktiva tetap, dengan mengabaikan nilai sisa. Berdasarkan data contoh sebelumnya, maka persentasenya dapat dihitung : 2 x 20 % = 40 %

Besar beban penyusutannya adalah

Tabel 2.4

Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Ganda

Perolehan Penyusutan Penyusutan Buku

ad. b. Berdasarkan penggunaan

(50)

disebabkan karena penggunaanya. Metode penyusutan berdasarkan penggunaan ini terdiri dari :

a. Metode jam jasa

Besarnya biaya penyusutan pada setiap periode tergantung pada jumlah jam kerja aktiva tetap tersebut digunakan dalam operasi perusahaan, sehingga beban penyusutan setiap periode akan berbeda didasarkan pada jumlah jam kerja yang digunakan dari aktiva tersebut.

Berdasarkan data contoh sebelumnya, maka perhitungan beban penyusutannya adalah :

Biaya perolehan - Nilai Residu Penyusutan per jam =

Taksiran total jam kerja produktif

Beban Penyusutan = Jumlah jam kerja x Penyusutan per jam

Rp.10.000.000 – Rp.500.000 r =

20.000 r = Rp. 475,- per jam

Tabel 2.5

Penyusutan Menurut Metode Jam Jasa

(51)

Seandainya pada tahun pertama digunakan 20.000 jam kerja, maka beban penyusutannya adalah : 20.000 x Rp. 475,- = Rp. 9.500.000,-

b. Metode jumlah unit produksi

Dasar perhitungan menurut metode ini hampir sama halnya dengan metode jam jasa. Perbedaannya hanya terletak pada satuan ukurannya, yaitu jumlah unit produksi.

Berdasarkan data contoh sebelumnya, maka perhitungan beban penyusutannya adalah :

Penyusutan Menurut Metode Jumlah Unit Produksi

(52)

Seandainya pada tahun pertama diproduksi 250.000 unit, maka beban penyusutannya adalah : 250.000 x Rp. 38,- = Rp. 9.500.000,-

ad. c. Berdasarkan kriteria lain

Metode ini merupakan kumpulan dari beberapa metode sebelumnya, dimana metode ini terdiri dari :

a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok

Perusahaan biasanya mempunyai berbagai jenis aktiva tetap dengan berbagai ragam bentuk, harga perolehan, lokasi, masa manfaat, nilai residu dan sebagainya, sehingga bila dihitung satu persatu akan mengalami kesulitan. Untuk mengatasi hal tersebut maka digunakan metode penyusutan :

1. Metode kelompok

Aktiva yang beraneka ragam tersebut dapat dikelompokkan atas kesamaan jenis, sifat dan manfaatnya. Untuk menentukan besarnya penyusutan tiap periode terlebih dahulu ditentukan tarif penyusutannya. Tarif penyusutan didasarkan pada umur rata-rata aktiva tetap dalam kelompok itu dan dikaitkan dengan harga perolehannya.

Contoh penyusutan metode kelompok:

(53)

dalam empat tahun pertama digunakan 100 tahun-mesin, dan beban penyusutan tahunannya adalah Rp. 40.000.000,- pada tahun kelima ketika hanya 70 mesin yang beroperasi bebannya adalah:

200.000 200.000 200.000

1 40.000 200.000 40.000 40.000 160.000

Metode ini digunakan untuk menghitung penyusutan aktiva-aktiva yang tidak sejenis, berbeda sifat dan masa manfaatnya. Aktiva-aktiva tersebut kemudian digabungkan untuk mencari umur rata-rata.

Contoh penyusutan dengan metode jenis:

(54)

Aktiva Harga Nilai

H.

Perolehan Taksiran Penyusutan Perolehan Sisa di susutkan Umur Per Tahun

Menurut metode ini nilai uang pada saat sekarang lebih besar dari pada masa yang akan datang sehingga aktiva tetap tersebut akan bertambah nilainya berdasarkan tingkat bunga tertentu.

Metode ini biasanya dipakai untuk analisa, investasi atau proyek untuk kepentingan manajemen. Beban penyusutannya dihitung dengan memakai label bunga majemuk. Metode ini jarang dipakai dalam praktek.

Biaya Perolehan – PV Nilai Residu Beban penyusutan =

PVIFni

PVIFni : Present value dari anuitas selama taksiran umur pada tingkat bunga tertentu

Contoh:

Perelatan dibeli seharga Rp.800.000.- dengan nilai residu Rp.67.338.- tingkat bunga 10%. Taksiran umur manfaat 5 tahun, maka :

(55)

= 800.000-(67.388 x 0.620921*) = 200.000.-

*) Present value nilai selama 5 tahun pada tingkat bunga 10% yaitu sebesar 0.62092.

**) Present value dari anuitas selama 5 tahun pada tingkat bunga 10% yaitu sebesar 3.7908.

Tabel 2.9

Tabel Present Value of Rp. 1,-

1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%

Tabel Present Value of An Annuity of Rp. 1,-

1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%

1 0.99010 0.9804 0.9709 0.9615 0.9524 0.9434 0.9346 0.9259 0.7174 0.9091

2 1.9704 1.9416 1.9135 1.8861 1.8594 1.8334 1.8080 1.7833 1.7591 1.7355

3 2.9410 2.8839 2.8286 2.7751 2.7232 2.6730 2.6243 2.5771 2.5313 2.4868

(56)

5 4.8535 4.7134 4.5797 4.4518 4.3295 4.2123 4.1002 4.9927 3.8896 3.7908

6 5.7955 5.6014 5.4172 5.2421 5.0757 4.9173 4.7665 4.6229 4.4859 4.3553

7 6.7282 6.4720 6.2302 6.0020 5.7863 5.5824 5.3893 5.2064 5.0329 4.8684

8 7.6517 7.3254 7.0196 6.7327 6.4632 6.2098 5.9713 5.7466 5.5348 5.3349

9 8.5661 8.1622 7.7861 7.4353 7.1078 6.8017 6.5152 6.2459 5.9852 5.7590

10 9.4714 8.9825 8.5302 8.1109 7.7217 7.3601 7.0236 6.7101 6.4176 6.1446

Tabel 2.11

Penyusutan Menurut Metode Annuitas

Tahun Penyusutan Interest Akumulasi Akumulasi Nilai Revenue Penyusutan Penyusutan Buku

10% Per tahun

800.000

1 200.000 80.000 120.000 120.000 680.000

2 200.000 68.000 132.000 252.000 548.000

3 200.000 54.800 145.200 397.200 402.800

4 200.000 40.280 159.720 556.920 243.800.

5 200.000 24.308 175.692 732.612 67.388

c. Metode Persediaan

(57)

Contoh :

Pembelian aktiva tetap pada awal tahun 1999 adalah sebesar Rp. 2.500.000,- dan taksiran nilai aktiva tetap itu pada akhir tahun adalah Rp. 1.400.000,- maka penyusutannya adalah sebesar Rp. 1.100.000,- dan dijurnal:

Beban Penyusutan Rp. 1.100.000

Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap Rp.1.100.000

5. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap

Aktiva tetap dapat dihentikan penggunaannya dengan menjual, menukarkan, atau karena terpaksa menghentikannya. Pada waktu aktiva dilepaskan, penyusutan aktiva tetap tersebut dicatat sampai tanggal pelepasan. Dengan demikian nilai buku pada tanggal pelepasan dapat dihitung berdasarkan selisih antara harga perolehan aktiva tetap dan akumulasi penyusutannya.

Perusahaan memakai suatu aktiva tetap selama masa manfaatnya. Tapi pada suatu saat aktiva tetap tersebut bisa rusak, usang dan lain-lain sehingga aktiva tetap tersebut tidak dipakai lagi. Oleh karena perusahaan akan menarik aktiva tetap tersebut dari pemakaian.

(58)

Selanjutnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.12) menyatakan : “Suatu aktiva tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aktiva secara permanen ditarik dari penggunaannya dan tidak ada manfaat keekonomisan masa yang akan datang diharapkan dari pelepasannya”.

Dalam pelepasan aktiva tetap ada beberapa cara yaitu : a. Pembesituaan aktiva tetap.

Manakala aktiva tetap tidak lagi berharga dan mesti dibesituakan maka biaya perolehan dan saldo akumulasi penyusutan mesti dihilangkan dari catatan-catatan akuntansi. Apabila semua biaya perolehan aktiva sudah disusutkan, tidak ada kerugian dalam pelepasan aktiva tersebut. Sebaliknya bilamana biaya perolehannya belum disusutkan sepenuhny, maka biaya perolehan yang belum sempat disusutkan merupakan kerugian atas pelepasan aktiva.

b. Penghancuran Aktiva Tetap.

Kadangkala kecelakaan, kebakaran, banjir, petir dan bencana alam menghancurkan aktiva tetap sehingga menyebabkan perusahaan menanggung rugi.

c. Penjualan Aktiva tetap.

(59)

perusahaan menanggung untung. Sebaliknya jika harga jual dibawah nilai buku, maka perusahaan menderita kerugian.

Contoh:

Di asumsikan pada tanggal 1 April 2005, PT. Serba Huta Jaya menjual peralatan pabrik seharga Rp.43.600.000,- dengan harga perolehan Rp.83.600.000,- dan akumulasi penyusutan per 1 Januari 2005 sebesar Rp.50.600.000. Perusahaan menyusutkan peralatan pabriknya dengan menggunakan tarif garis lurus 10%. Perusahaan ini mengikuti kebijakan untuk menyusutkan aktivanya kebulan terdekat. Untuk mencatat transaksi dibuat jurnal sebagai berikut:

Untuk mencatat penyusutan selama tiga bulan pada tahun 2005

Beban penyusutan Mesin Rp.2.090.000

Akumulasi penyusutan Mesin Rp.2.090.000

Untuk mencatat penjualan mesin dengan memperoleh untung

Kas Rp. 43.600.000

Akumulasi penyusutan Mesin Rp. 52.690.000

Mesin Rp. 83.600.000

Keuntungan atas penjualan mesin Rp. 12.690.000 Perhitungan keuntungan

(60)

Kas Rp. 43.600.000,- Beban penyusutan Rp. 2.090.000,- Akumulasi penyusutan Mesin Rp. 50.600.000,-

Mesin Rp. 83.600.000,-

Keuntungan atas penjualan Mesin Rp. 12.690.000,- Sementara untuk aktiva tetap yang sudah disusutkan penuh namun masih tetap digunakan dalam kegiatan perusahaan, maka menurut Warren, Reev dan fess (2005:507) bahwa:

Aktiva tetap tidak boleh dihapus dari akun hanya karena aktiva tetap tersebut telah disusutkan secara penuh. Jika aktiva tetap masih digunakan oleh perusahaan, maka biaya dan akumulasi penyusutan harus tetap tercatat dalam buku besar. Hal ini ditujukan untuk mempertahankan pertanggung jawaban bagi aktiva tersebut dalam buku besar. Jika nilai buku dalam aktiva dihapuskan dari buku besar, tidak akan ada lagi bukti mengenai keberadaan dari aktiva.

6. Penyajian Aktiva Tetap Dalam Laporan Keuangan

Tujuan dari laporan keuangan adalah menyajikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dan pengambilan keputsan ekonomi. Laporan keuangan yang disajikan manajemen haruslah dapat menggambarkan secara wajar posisi keuangan dan tidak menyesatkan.

(61)

kantor dan lain sebagainya harus dinyatakan dalam neraca secara terpisah atau dirinci dalam catatan atas laporan keuangan.

Menurut Mulyadi (2001:539) perlu diketahui lebih dahulu prinsip akuntansi yang lazim dalam penyajian aktiva tetap dalam neraca berikut ini :

1. Dasar penilaian aktiva tetap harus dicantumkan di dalam neraca. 2. Aktiva tetap yang digadaikan harus dijelaskan.

3. Jumlah akumulasi depresiasi dan biaya depresiasi untuk tahun kini harus ditunjukkan di dalam laporan keuangan.

4. Metode yang digunakan dalam perhitungan depresiasi golongan besar aktiva tetap harus diungkapkan dalam laporan keuangan. 5. Aktiva tetap harus dipecah ke dalam golongan yang terpisah jika

jumlahnya material.

6. Aktiva tetap yang telah habis didepresiasi namun masih digunakan untuk beroperasi, jika jumlahnya material harus dijelaskan.

7. Aktiva tetap harus dipecah kedalam golongan yang terpisah jika jumlahnya material.

8. Aktiva tetap yang telah habis didepresiasi namun masih digunakan untuk beroperasi, jika jumlahnya material harus dijelaskan.

Namun banyak juga perusahaan menyajikan aktiva tetap sebesar jumlah bersihnya, dikarenakan pengurangan beban penyusutan. Akibat adanya bebarapa alternatif untuk menghitung beban penyusutan, maka metode penyusutan yang digunakan dalam menghitung beban penyusutan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Tanpa informasi ini, pemakai laporan dapat keliru dalam usahanya membandingkan hasil-hasil keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Metode penyusutan yang dianut suatu perusahaan biasanya dilaporkan dalam penjelasan laporan keuangan sebagai kebijakan akuntansi perusahaan.

(62)

membuat taksiran umur, dan umurnya tidak ditaksir keliru tetapi perusahaan tidak mampu untuk mengganti aktiva tetap tersebut dengan aktiva yang baru. Aktiva tetap yang sudah habis masa manfaatnya tetapi masih digunakan perusahaan harus direvaluasi.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.17) menyatakan bahwa: Laporan keuangan harus mengungkapkan, dalam hubungan dengan setiap jenis aktiva tetap:

a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah catatan bruto. Jika lebih dari satu dasar yang digunakan, jumlah tercatat bruto untuk dasar dalam setiap kategori harus diungkapkan;

b. Metode penyusutan yang digunakan;

c. Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;

d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir priode;

e. Suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir priode memperlihatkan: penambahan, pelepasan, akuisisi melalui penggabungan usaha, revaluasi yang dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah, penurunan nilai dicatat, penyusutan beda nilai tukar neto yang timbul pada laporan keuangan suatu entitas asing dan setiap pengklasikan kembali.

(63)

Tabel 2.12

Penyajian Aktiva Tetap di Neraca

PT. XYZ NERACA

Per 31 Desember 20xx (Rp)

AKTIVA PASIVA

Aktiva Lancar Kewajiban

Aktiva Tetap

Tanah Rp.xxxx Gedung Rp.xxxx

Ak. Penyusutan (Rp.xxxx) Rp.xxxx Peralatan Rp.xxxx

Ak. Penyusutan (Rp.xxxx) Rp.xxxx Modal Mesin Rp.xxxx

(64)

Tabel 2.13

Penyajian Aktiva Tetap di Neraca

PT. XYZ NERACA

Per 31 Desember 20xx (Rp)

AKTIVA PASIVA

Aktiva Lancar Kewajiban

Aktiva Tetap

Tanah Rp.xxxx Gedung Rp.xxxx Peralatan Rp.xxxx Mesin Rp.xxxx Total Aktiva Tetap Rp.xxxx Ak. Penyusutan (Rp.xxxx)

(65)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menguraikan sifat-sifat dan karateristik dari suatu objek penelitian.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1) Data Primer, yaitu data yang belum diolah yang diperoleh langsung dikumpulkan peneliti dari objek penelitian. Dalam hal ini data yang digunakan merupakan data dari hasil wawancara langsung dengan staf akuntansi dan keuangan untuk memperoleh data yang relevan, misalnya Batasan penggolongan atas pengeluaran modal dan pengeluaran biaya dan hasil wawancara lainnya yang terkait dengan penelitian.

2) Data Sekunder, yaitu data yang telah diolah dan diperoleh langsung dari sumber yang sudah terdokumentasi di perusahaan. Seperti sejarah singkat perusahaan, gambaran umum perusahaan, struktur organisasi perusahaan, data kepustakaan serta dokumen terkait lainnya.

C. Teknik Pengumpulan Data

(66)

1. Teknik wawancara, yaitu teknik pengumpulan data primer dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkompeten untuk memperoleh data pada PT.Mara Jaya Medan.

2. Teknik Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan masalah aktiva tetap dan mempelajari teori-teori yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang ada.

3. Teknik kepustakaan, yaitu teknik mengumpulkan informasi yang dibutuhkan melalui buku atau literatur-literatur, peraturan dan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

D. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode analisis Deskriptif, yaitu metode yang digunakan dengan cara menentukan, mengumpulkan, mengklasifikasikan, menginterpretasikan data dan kemudian menganalisanya serta membandingkan dengan teori, lalu diambil kesimpulan yang selanjutnya dapat diberikan saran.

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Gambar

Tabel
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Tabel 2.1
Tabel 2.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyusutan aktiva tetap menggunakan metode garis lurus adalah pengalokasian harga perolehan aktiva tetap yang didasarkan atas jangka waktu pemanfaatan aktiva tetap yang

Penulis telah menganalisa aktiva tetap perusahaan dan dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perusahaan telah menggolongkan aktiva tetapnya secara baik, harga perolehan aktiva

Rima M Sinaga: Penerapan Akuntansi Aktiva Tetap (PSAK No.16) Pada PD.. Perkebunan Sumatera

Bambang Susilo Marpaung: Kebijakan Akuntansi Aktiva Tetap Ditinjau dari PSAK No... Bambang Susilo Marpaung: Kebijakan Akuntansi Aktiva Tetap Ditinjau dari

Rotua Simorangkir: Penerapan PSAK No.. 16 Atas Aktiva Tetap

Untuk mengevaluasi dan mengetahui sejauh mana perusahaan tetap menggunakan metode perhitungan penyusutan aktiva tetap menurut akuntansi keuangan SAK atau akan menerapkan

Menurut SAK, Aktiva tetap (fixed assets) adalah aktiva tetap berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu, digunakan dalam operasi perusahaan,

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,