UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN
SKRIPSI
PENERAPAN PSAK NO. 16 TERHADAP AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PTPN II (PERSERO) TANJUNG MORAWA
OLEH:
NAMA : PRAWESTY ANGGRIA
NIM : 080522114
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Penerapan PSAK No. 16 Tentang Akuntansi Aktiva Tetap Pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas,
benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.
Medan, 2010
Yang membuat pernyataan,
KATA PENGANTAR
Assalamualaikukum Wr.Wb.
Tiada senandung kata yang terindah di qalbu, selain ungkapan kehadirat
Allah SWT, yang dengan taufik dan hidayah-Nya serta Shalawat beriring salam
atas junjungan Nabi besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Adapun Skripsi ini berjudul :”Penerapan PSAK No. 16
Terhadap Akuntansi Aktiva Tetap pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh
bimbingan, dorongan semangat, nasehat dan bantuan lain baik secara moril
maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulisi mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, Mec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara;
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku ketua Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara;
3. Bapak Syahrul Rambe, SE, MM.AK selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan bantuan dalam penyusunan
skripsi;
4. Ibu Narumondang Bulan Siregar, MM, AK selaku Dosen Penguji I yang
memberikan pengarahan kepada penulis selama penyusunan skripsi;
5. Ibu Risanty, Msi,AK selaku Dosen Penguji II yang memberikan pengarahan
6. Seluruh pegawai PTPN II (Persero) Tanjung Morawa yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan riset dalam
rangka penulisan skripsi ini;
7. Kedua orang tua penulis, Bapak (Khairul Bakti) dan Ibu (Suharwati), yang
memberi kasih sayang, dorongan semangat dan doa kepada penulis;
8. Adik-aadik penulis: Angga Permana dan Pandu Prayuda yang selalu
memberi semangat, kasih sayang dan mendoakan penulis;
9. Arief Firmansyah yang selalu ada bagi penulis baik suka maupun duka
terima kasih atas semangat, dukungan dan bantuannya,
10.Sahabat-sahabat sejatiku (fitri, rizkha, sarah, dina, rina, chica, ichad, diko,
ojek, ridho) yang selalu menemani, menyemangati dan berbagi bagi penulis,
11.Teman-teman di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan semua
yang memberi semangat dan bantuan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini baik dalam tata bahasa maupun ruang lingkup pembahasannya. Untuk
itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi
penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukannya
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Medan, 2010
ABSTRAK
Tujuan dilakukannya penelitian terhadap PTPN II (Persero) Tanjung Morawa adalah untuk mengetahui bagaimana kebijakan akuntansi aktiva tetap dan penyusutan aktiva tetap yang diterapkan perusahaan terhadap aktiva tetapnya dan membandingkannya dengan PSAK No. 16.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yang dilakukan dengan cara memahami kenyataan yang ada dan membandingkan dengan teori yang dipelajari penulis sehingga dapat diambil kesimpulan.
Dari hasil analisa yang dilakukan penulis, dapat diketahui bahwa perusahaan menerapkan PSAK No.16, diantaranya perusahaan belum menerapkan kebijakan penggolongan pengeluaran modal dan pendapatan, tidak melakukan telaah umur manfaat aktiva.
ABSTRACT
The objective of the research held at PTPN II (Persero) Tanjung Morawa is to recognize fixed assets and its depreciation accounting policy of the company and to compare it to PSAK No. 16.
The methode used for this research is descriptive analysis methode, which is proceeded through studying the existing facts and comparing it to the theory studied to get a conclusion.
According to the writer’s analysis, can be concluded that the company applied PSAK No. 16, such as, coompany hasn;t applied capital and revenue expenditure classification policy, not reviewing assets’ useful life.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
D. Kerangka Konseptual ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 7
1. Pengertian Aktiva Tetap ... 7
2. Penggolongan Aktiva Tetap ... 8
3. Perolehan Aktiva Tetap ... 9
4. Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Pendapatan ... 16
5. Penyusutan Aktiva Tetap ... 18
7. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap ... 33
8. Penyajian Aktiva Tetap di Neraca ... 36
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 37
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39
B. Jenis Data ... 39
C. Teknik Pengumpulan Data ... 39
D. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40
E. Metode Analisis Data ... 42
F. Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 44
1. Gambaran Umum Perusahaan ... 44
A. Sejarah Perusahaan ... 44
B. Struktur Organisasi ... 45
2. Akuntansi Aktiva Tetap pada PT PN II (Persero) Tanjung Morawa 51 a. Penggolongan Aktiva Tetap ... 51
b. Perolehan aktiva Tetap ... 53
c. Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Pendapatan ... 55
d. Penyusutan Aktiva Tetap ... 57
f. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap ... 59
g. Penyajian Aktiva Tetap di Neraca ... 60
A. Analisis Hasil Penelitian ... 61
1. Penggolongan Aktiva Tetap ... 61
2. Perolehan aktiva Tetap ... 62
3. Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Pendapatan ... 62
4. Penyusutan Aktiva Tetap ... 63
5. Revaluasi Aktiva Tetap... 64
6. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap ... 64
7. Penyajian Aktiva Tetap di Neraca ... 65
8. Analisis Hasil Observasi ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69
B. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jurnal Pembelian Tunai ... 10
Tabel 2.2 Jurnal Pembelian Angsuran ... 11
Tabel 2.3 Jurnal Pembelian dengan Surat Berharga ... 12
Tabel 2.4 Jurnal Pemberian / Sumbangan ... 14
Tabel 2.5 Jurnal Penyesuaian berdasarkan Metode Garis Lurus... 21
Tabel 2.6 Jurnal Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Angka Tahun ... 22
Tabel 2.7 Jurnal Penyesuaian berdasarkan Saldo Menurun ... 24
Tabel 2.8 Jurnal Penyesuaian berdasarkan Saldo Menurun Ganda ... 25
Tabel 2.9 Jurnal Penyesuaian berdasarkan Jam Kerja ... 26
Tabel 2.10 Jurnal Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Unit Produksi ... 27
Tabel 2.11 Jurnal Penyesuaian berdasarkan Metode Penyusutan Kelompok ... 28
Tabel 2.12 Jurnal Penyesuaian berdasarkan Metode Anuitas ... 30
Tabel 2.13 Penyajian Aktiva Tetap di Neraca... 37
Tabel 2.14 Penelitian Terdahulu... 38
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul
Lampiran 1
Daftar Aktiva Tetap PTPN II (Persero) Tanjung Morawa
Lampiran 2 Struktur Organisasi PTPN II (Persero) Tanjung Morawa
ABSTRAK
Tujuan dilakukannya penelitian terhadap PTPN II (Persero) Tanjung Morawa adalah untuk mengetahui bagaimana kebijakan akuntansi aktiva tetap dan penyusutan aktiva tetap yang diterapkan perusahaan terhadap aktiva tetapnya dan membandingkannya dengan PSAK No. 16.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yang dilakukan dengan cara memahami kenyataan yang ada dan membandingkan dengan teori yang dipelajari penulis sehingga dapat diambil kesimpulan.
Dari hasil analisa yang dilakukan penulis, dapat diketahui bahwa perusahaan menerapkan PSAK No.16, diantaranya perusahaan belum menerapkan kebijakan penggolongan pengeluaran modal dan pendapatan, tidak melakukan telaah umur manfaat aktiva.
ABSTRACT
The objective of the research held at PTPN II (Persero) Tanjung Morawa is to recognize fixed assets and its depreciation accounting policy of the company and to compare it to PSAK No. 16.
The methode used for this research is descriptive analysis methode, which is proceeded through studying the existing facts and comparing it to the theory studied to get a conclusion.
According to the writer’s analysis, can be concluded that the company applied PSAK No. 16, such as, coompany hasn;t applied capital and revenue expenditure classification policy, not reviewing assets’ useful life.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan mempunyai tujuan yang hendak dicapai, diantaranya
laba yang optimal, kelangsungan hidup yang terus menerus dan pertumbuhan
yang semakin baik. Dalam mencapai tujuan ini, perusahaan memerlukan
pengelolaan faktor-faktor produksi yang baik sebagai sarana untuk
memfasilitasi dan mendukung kelancaran aktivitas perusahaan dalam
menghasilkan produk baik barang maupun jasa. Salah satu di antara
faktor-faktor produksi tersebut adalah faktor-faktor modal berupa aktiva tetap.
Di dalam laporan keuangan perusahaan, perkiraan aktiva tetap biasanya
nilainya cukup material, sehingga sangat mempengaruhi besar kecilnya
jumlah aktiva yang tercantum di neraca yang selanjutnya juga akan
mempengaruhi para pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan.
Perusahaan perlu menerapkan kebijakan akuntansi aktiva tetap dan
penyusutannya yang berpedoman pada standar akuntansi yang berlaku, dalam
hal ini PSAK No. 16 agar diperoleh laporan keuangan yang wajar, sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku dan dapat dipertanggungjawabkan.
Hal yang terkait dengan aktiva tetap, mulai dari penggolongan aktiva
tetap, perolehan aktiva tetap, pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan,
penyusutan aktiva tetap, revaluasi aktiva tetap, penghentian dan pelepasan
dalam laporan keuangan perusahaan. Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara
membeli, membangun sendiri, ataupun merupakan sumbangan dari pihak lain
harus dinilai untuk dicatat dalam laporan keuangan, yang selanjutnya harus
disusutkan setiap periodenya menurut metode penyusutan yang dipilih oleh
perusahaan untuk mengalokasikan biaya perolehan aktiva tetap tersebut ke
dalam periode-periode dimana perusahaan menerima manfaat dari aktiva tetap
tersebut. Penyusutan ini dicatat sebagai beban penyusutan, yang merupakan
salah satu beban dalam perhitungan laba-rugi perusahaan.
PTPN II (Persero) Tanjung Morawa adalah perusahaan yang bergerak
dibidang perkebunan. Yang berkantor pusat di Tanjung Morawa, kabupaten
Deli Serdang, Propinsi Suamtera Utara. Dalam kegiatan produksinya
perusahaan ini mengelolah kebun kelapa sawit, tembakau, tebu dan kakao serta
kegiatan rumah sakit.
PTPN II (Persero) Tanjung Morawa memiliki aktiva tetap berupa
bangunan, tanah , mesin, peralatan, kendaraan dan lain-lain sebagainya yang
mendukung kegiatan operasional perusahaan. Selain itu ada perkiraan lain yang
digolongkan kedalam aktiva tetap yaitu tanaman menghasilkan, inilah salah
satu perkiraan yang khas pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa karena
aktiva tetap ini merupakan aktiva yang paling mahal jika dijual oleh
perusahaan.
Aktiva tetap menghasilkan pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa
dalam kegiatan usahanya yang terdiri dari pembibitan, penanaman,
pemeliharaan, pengamatan hasil, pengolahan, serta pemasaran.
Namun dalam prariset, penulis mengamati bahwa PTPN II (Persero)
Tanjung Morawa belum sepenuhnya menerapkan kebijakan akuntansi aktiva
tetap dan penyusutannya yang sesuai dengan PSAK No. 16. Diantaranya,
perusahaan masih memasukkan suatu aktiva tetap yang rusak kedalam aktiva
tetap sebagai prasaran penunjang operasi normal perusahaan. Sehingga aktiva
tetap tidak menunjukkan nilai yang sebenarnya didalam laporan keuangan.
Menetapkan kebijakan bahwa semua aktiva tetap termasuk mesin-mesin dan
kendaraan disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus. Dimana
seharusnya penyusutan mesin-mesin akan lebih baik jika menggunakan metode
penyusutan jumlah unit produksi , karena aktiva ini digunakan secara terus
menerus sehingga akan lebih cepat mengalami depresiasi, hal ini memberikan
gambaran bahwa ada penentuan metode penyusutan aktiva tetap perusahaan
belum benar-benar mempertimbangkan kondisi dan keadaan yang
mempengaruhi aktiva tetap tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin memahami lebih jauh
mengenai kebijakan akuntansi aktiva tetap dan penyusutannya yang
diterapkan perusahaan dan membandingkannya dengan teori yang dipelajari,
dalam hal ini PSAK No. 16. Maka dari itu, penulis memilih judul
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah
yaitu Apakah penerapan akuntansi aktiva tetap pada PTPN II (Persero)
Tanjung Morawa telah sesuai dengan PSAK No. 16?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis ini adalah untuk mengetahui apakah
penerapan akuntansi aktiva tetap pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa
telah sesuai dengan PSAK No.16.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis, untuk memperluas wawasan mengenai aktiva tetap baik
secara teoritis maupun aplikatif.
b. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan mengenai kelebihan dan
kelemahan kebijakan akuntansi aktiva tetap yang diaplikasikan serta
diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menghadapi
permasalahan aktiva tetap nantinya.
c. Bagi akademisi, sebagai bahan referensi bagi yang ingin melakukan
D. Kerangka Konseptual
Menurut Erlina (2007:28) kerangka konseptual adalah suatu model yang
menerangkan bagaimana hubungan suatu teori denagan faktor-faktor yang
penting yang telah diketahui dalam masalah tertentu.
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya serta tinjauan teoritis yang membangun konsep
variabel penelitian ini, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai
berikut :
PTPN II (Persero) Tanjung Morawa adalah perusahaan perkebunan yang
memiliki sejumlah aktiva yang digunakan dalam rangka mendukung kegiatan
operasional perusahaan. Aktiva tetap yang dimiliki oleh PTPN II (Persero) PTPN II (PERSERO)
TANJUNG MORAWA
LAPORAN KEUANGAN AKUNTANSI AKTIVA
TETAP
adalah tanaman menghasilkan, tanha, gedung, mesin, peralatan, kendaraan dan
lain sebagainya.
Dalam penggunaan aktiva tetap PTPN II (Persero) Tanjung Morawa
berpedoman pada kebijakan akuntansi aktiva tetap yang berlaku. Mulai dari
penggolongan, perolehan, pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan,
penyusutan, revaluasi, penghentian dan pelepasan, serta penyajian aktiva tetap
di neraca.
Kemudian penerapan akuntansi aktiva tetap pada PTPN II (Persero)
Tanjung Morawa dibandingkan dengan penerapan PSAK no. 16. Untuk
menjawab rumusan masalah yang merupakan tujuan penelitian. Apakah
penerapan akuntansi aktiva tetap pada PTPN II (Persero) telah sesuai dengan
PSAK No. 16.
Hasil analisis ini kemudian dirangkum sehingga menghasilkan suatu
laporan keuangan yang baik dan akurat sesuai dengan ketentuan Standar
Akuntansi Keuangan. Sehingga dapat diketahui apakah PTPN II (Persero)
telah sesuai menjalankan PSAK No. 16. Agar diperoleh laporan keuangan
yang wajar, sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan aktiva operasional yang digunakan oleh
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya yang menjadi hak
milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan
normal perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Banyak defenisi aktiva tetap yang telah diberikan oleh para ahli akuntansi,
namun dari keseluruhan defenisi yang diberikan mempunyai tujuan yang
sama.
PSAK No. 16 paragraf 06 (Revisi 2007) , Aktiva tetap adalah Aktiva berwujud yang :
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif
b. Diharapkan untuk digunkan selama lebih dari satu periode.
Mulyadi (2001:591) mengemukakan ”Aktiva tetap adalah kekayaan
perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih
dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan
perusahaan, bukan untuk dijual kembali.
Menurut Soemarso (2003 hal.20) aktiva tetap adalah “aktiva
berwujud (tangible asset) yang (1) Masa manfaatnya lebih dari satu tahun;
kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta; (4) Nilainya cukup
besar”.
Warren (2005:492) mengemukakan bahwa, “aktiva tetap (fixed
asset) merupakan Aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif
permanen”.
Dari penjelasan dan defenisi yang dikemukakan diatas, aktiva tetap
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Mempunyai bentuk fisik
b. Digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan
c. Dimiliki tidak sebagai investasi dan tidak untuk dijual
d. Memiliki masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode
akuntansi / lebih dari satu tahun)
e. Memberi manfaat dimasa yang akan datang.
2. Penggolongan Aktiva Tetap
Aktiva tetap dapat dikelompokan ataupun digolongkan berdasarkan
berbagai sudut pandang antara lain :
a. Dari sudut pandang substansinya aktiva tetap dapat dibagi :
1) Aktiva Berwujud (Tangible Assets)
Aktiva berwujud adalah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang
berwujud, atau ada secara fisikserta tidak dimaksudkan untuk
dijual sebagai bagian dari operasi normal.
Tanah, bangunan, kendaraan, mesin, peralatan, inventaris dan lain
sebagainya.
2) Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets)
Aktiva Tidak Berwujud merupakan aktiva jangka panjang yang
tidak eksis secara fisik yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak
untuk dijual. Aktiva tidak berwujud terdiri dari :
Hak paten, hak cipta dan merek dagang, goodwill, dan lain
sebagainya.
b. Dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan :
1) Depreciated plant assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti
bangunan, peralatan, mesin, inventaris fan lain-lain
2) Undepreciated plant assets, aktiva yang tidak disusutkan seperti
tanah.
3. Perolehan Aktiva Tetap
Beberapa cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam memperoleh
aktiva tetap. Cara perolehan aktiva tetap akan mempengaruhi akuntansi
dari aktiva tetap khususnya mengenai masalah harga perolehannya yang
merupakan dasar pencatatan suatu aktiva tetap. Harga perolehan tersebut
mencakup seluruh biaya-biaya dalam rangka perolehan aktiva tetap sampai
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana
masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan.
Berikut ini akan dibicarakan masing-masing perolehan. Menurut Zaki
(2004:274) aktiva tetap diperoleh dengan cara :
a. Pembelian tunai
b. Pembelian secara angsuran/kredit c. Pembelian dengan surat berharga d. Pertukaran atau tukar tambah e. Sumbangan pihak lain
f. Dibangun sendiri
Ad. Pembelian dengan tunai
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli tunai dicatat
sebesar jumlah uang yang dikeluarkan yang mencakup semua
pengeluaran utnuk pembelian dan penyiapan hingga dapat dipakai
sebagaimana dimaksudkan. Apabila ada potongan harga, maka
langsung dipotong harga faktur.
Contoh :
Pada tanggal 01 Januari 2009, dibeli mesin dengan tunai sebesar
Rp.5.000.000,- biaya pengangkutan Rp.200.000,- dan biaya
pemasangan Rp.300.000,- maka akan dijurnal sebagai berikut :
Tabel 2.1 Jurnal Pembelian Tunai
Tanggal Uraian Ref. Debit Kredit
Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka
dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga
selama masa angsuran baik jelas-jelas dinyatakan tersendiri, harus
dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga.
Contoh:
PT. X membeli mesin seharga Rp. 5.000.000,- pada tanggal 1Feb
2009. Pembayaran pertama Rp. 2.000.000,- dan sisanya diangsur tiap
tanggal 31 Des selama 3 tahun dengan bunga 12 % per tahun.
Tabel 2.2 Jurnal Pembelian Angsuran
1/Feb/
Ad. Pembelian dengan surat berharga
Dalam memperoleh aktiva tetap dapat dilakukan dengan cara
menerbitkan surat-surat berharga yaitu berupa obligasi atau saham
sendiri. Dalam hal ini aktiva tetap tersebut dicatat sebesar harga pasar
saham atau obligasi pada saat pengeluarannya. Jika obligasi atau
saham dijual dengan harga lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai pari
atau nominal, hutang obligasi atau saham harus dikredit sebesar jumlah
pari dan selisihnya dicatat sebagai agio atau disagio.
Contoh :
PT.X menukar sebuah mesin dengan 1.000 lembar saham biasa
sebesar Rp.11.000,- per lembar. Pertukaran mesin dengan saham.
maka jurnalnya adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3 Jurnal Pembelian dengan surat berharga
Tgl. Uraian Ref
. Debit Kredit
5/mar/ 2009
Mesin Saham Biasa Agio Saham Biasa
Rp. 11.000.000
Rp. 10.000.000 Rp. 1.000.000
Apabila dalam pertukaran ini perusahaan menambah dengan
uang maka harga perolehan mesin adalah jumlah uang yang
dibayarkan ditambah dengan harga pasar surat berharga yang dijadikan
penukar. Yang dimaksudkan dengan harga pasar surat berharga adalah
harga yang terjadi bursa surat-surat berharga atau dalam transaksi
dengan pihak lain yang bebas.
Ad. Pertukaran/Tukar tambah
Laba atau rugi pertukaran dihitung dari selisih nilai buku aktiva
tetap lama dengan harga pasar aktiva tetap lama. Nilai buku aktiva
tetap lama diperoleh dari pengurangan antara harga perolehan aktiva
lama dengan akumulasi penyusutannya. Kas yang dibayarkan untuk
pembelian itu dihitung dari pengurangan antara harga pasar aktiva baru
dengan harga pasar aktiva lama.
Pada pertukaran aktiva tetap yang sejenis, aktiva lama ditukar
dengan aktiva baru yang mempunyai sifat dan fungsi yang sama.
Jika dalam pertukaran diperoleh laba, maka laba tersebut tidak
diakui (dicatat), tetapi mengurangi harga atau nilai aktiva tetap
yang baru itu, sesuai yang dinyatakan Warren (2005:509) bahwa
:“Keuntungan atas pertukaran aktiva tetap sejenis tidak diakui
untuk tujuan pelaporan keuangan. Hal ini didasarkan teori bahwa
pendapatan berasal dari produksi dan penjualan barang yang dibuat
dengan memanfaatkan aktiva tetap, bukan dari pertukaran aktiva
tetap yang sejenis”.
Tetapi jika dalam pertukaran timbul kerugian, maka kerugian itu
akan diakui dalam perkiraan rugi pertukaran aktiva tetap.
Contoh:
Tanggal 1 Juli 2009 perusahaan memperoleh peralatan baru yang
harganya Rp. 75.000.000,- dengan cara ditukar dengan peralatan
lama yang dibeli tanggal 1 Jan 2007 dengan harga perolehan Rp.
55.000.000, masa manfaat 5 tahun dengan nilai sisa Rp.
5.000.000,- dan disusutkan dengan metode garis lurus. Pada saat
pertukaran, nilai pasar aktiva lama sebesar Rp. 35.000.000,- dan
kekurangannya dibayar dengan kas. Jurnal untuk mencatat
penyusutan dari 1 Januari 2009 sampai dengan 1 Juli 2009 yaitu:
Tgl Uraian Ref Debet Kredit
Maka jurnal untuk mencatat pertukaran aktiva tersebut:
Tgl Uraian Ref Debet Kredit
1/Jul/ 2009
Peralatan (baru
Akum. Penyusutan Peralata (lama)
Peralatan (lama)
Harga perolehan peralatan (lama) Rp. 55.000.000,-
Akum. Penyusutan (1 Jan 07 – 1 Jul 09)
Nilai buku peralatan (lama) Rp. 30.000.000,- (Rp. 25.000.000,-)
Nilai pasar peralatan (lama)
Laba pertukaran Rp. 5.000.000,- (Rp. 35.000.000,-)
*) Laba pertukaran Rp. 5.000.000,- akan langsung menguranginilai
peralatan yang baru menjadi Rp. 70.000.000,- (Rp. 75.000.000 –
Pada pertukaran aktiva yang tidak sejenis, aktiva lama ditukar
dengan aktiva baru yang tidak sama sifat dan fungsinya. Laba atau
rugi pada pertukaran ini harus diakui.
Ad. Sumbangan dari pihak lain
Jika aktiva tetap diperoleh sebagai sumbangan atau pemberian
maka tidak ada harga perolehan sebagai basis penilaiannya, atau aktiva
tetap dicatat dengan harga pasarnya yang wajar. Kendatipun
pengeluaran tertentu mungkin dilakukan atas pemberian aktiva tetap
tersebut.
Dalam PSAK (2007) mengemukakan tentang pencatatan aktiva
tetap yang berasal dari sumbangan sebagai berikut “Aktiva tetap yang
diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau
harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal donasi”.
Contoh :
Pada tanggal 09 April 2009, diperoleh Tanah dan Bangunan dari
sumbangan dengan nilai Rp.100.000.000,- dan Rp.50.000.000,- maka
ayat jurnalnya adalah :
Tabel 2.5 Jurnal Pemberian/sumbangan
Tgl. Uraian Ref. Debit Kredit
09/Apr/ 2009
Tanah Bangunan Modal Donasi
Rp. 100.000.00 Rp. 50.000.000
Rp. 150.000.000
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan aktiva tetap dengan membuatnya sendiri antara
laen :
1) Memanfaatkan fasilitas yang menganggur
2) Menekan biaya
3) Keinginan untuk mendapatkan mutu yang lebih baik
4) Pihak yang tidak sanggup memenuhi pada saat diperlukan
Harga perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri meliputi
seluruh biaya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aktiva
tetap tersebut hingga siap dipergunakan.
Dalam persoalan aktiva yang dibangun sendiri ini ada tiga
permasalahan :
a. Biaya overhead yang dibebankan suatu produk terdiri dari :
- Bahan langsung
- Upah langsung
- Biaya tidak langsung
Penetuan jumlah biaya langsung dan upah langsung relative mudah
karena perhitungannya mudah dan sejenis.sedangkan untuk
menetukan biaya overhead akan timbul kesulitan karena biasanya
ada biaya-biaya yang sama-sama dibayar atau dibebankan untuk
Untuk menetapkan besarnya biaya overhead yang akan dibebankan
terhadap produk yang dibangun sendiri itu ada dua cara yaitu :
1) Metode Incremental cost
Dalam hal ini biaya operhead yang dibebankan adalah kenaikan
(tambahan) biaya overhead akibat adanya pembangunan aktiva
tersebut.
2) Metode Proportional
Dalam metode ini biaya yang dibebankan bukan saja kenaikan
overhead itu tetapi juga dibebankan biaya overhead tetap secara
pro-rata untuk kegiatan biasa maupun untuk kegiatan
pembangunan sendiri.
b. Laba rugi dalam pembangunan
Jika biaya pembangunan lebih rendah dari biaya apabila
bangunan itu diborongkan maka pembebanan itu seolah-olah laba
tetapi tidak boleh dianggap sebagai laba. Sedangkan jika
sebaliknya maka harus dicatat sebagai rugi. Harga pokok dicatat
sebesar berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan
tersebut sesuai dengan metode diatas.
c. Biaya bunga dalam masa pembangunan
Bila aktiva tetap dibangun dengan menggunakan dana atau
pinjaman dari luar perusahaan seperti Bank atau Lembaga
bunga. Bunga dihitung dari penggunaan modal sendiri atau imput
interest tidak boleh dicatat sebagai unsur harga pokok aktiva tetap.
4. Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Pendapatan
Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dan digunakan dalam
perusahaan akan memerlukan pengeluaran-pengeluaran yang tujuannya
adalah agar aktiva tetap tersebut tetap dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Zaki (2004:272) mengemukakan bahwa pengeluaran-pengeluaran yang
berhubungan dengaan penggunaan aktiva tetap dapat dibagi dua:
a. Pengeluaran modal (Capital Expenditure) adalah pengeluaran-pengeluaran untuk meningkatkan manfaat aktiva untuk masa mendatang. Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening aktiva (dikapitalisasi).
b. Pengeluaran Penghasilan (Revenue Expenditure) adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan dan dicatat dalam rekening biaya.
Contoh:
Mesin giling dengan harga perolehan sebesar Rp. 408.500.000,00. Mesin
giling tersebut memiliki masa manfaat 25 tahun dengan penyusutan
pertahun sebesar Rp. 16.340.000,00. Perusahaan setiap bulannya
mengeluarkan sejumlah biaya seperti biaya pergantian oli terhadap mesin
giling tersebut sebesar Rp. 650.000,-. Pengeluaran ini masih merupakan
pengeluaran penghasilan (revenue expenditure), karena jumlah biayanya
relatif kecil dan merupakan pengeluaran rutin serta tidak menambah umur
Tabel 2.17 Jurnal Pengeluaran Modal dan Pendapatan
Tgl Uraian Ref Debat Kredit
Biaya Pemeliharaan Mesin Giling Kas
(untuk mencatat biaya pemeliharaan mesin giling)
Rp. 650.000
Rp. 650.000
Dengan adanya pemisahan kedua jenis pengeluaran itu menimbulkan
masalah untuk menggolongkan pengeluaran mana yang dianggap sebagai
pengeluaran penghasilan dan mana yang diaanggap sebagai pengeluaran
modal.
Selama suatu aktiva tetap dipergunakan dalam operasi perusahaan,
maka pengeluaran yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah pengeluaran untuk memelihara agar aktiva tetap
yang bersangkutan tidak cepat rusak atau usang dan tetap dalam
kondisi yang baik agar dapat melaksanakan fungsinya dalam operasi
perusahaan.
b. Penambahan
Penambahan adalah pengeluaran yang dilakukan untuk menambah,
memperluas atau memperbesar kuantiti dari aktiva tetap.
c. Perbaikan
Perbaikan adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mengembalikan
kondisi suatu aktiva tetap yang rusak agar aktiva tetap tersebut dapat
d. Penggantian
Penggantian adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mengganti
bagian yang rusak dari aktiva tetap. Biaya dari penggantian ini dapat
dibebankan ke expenses atau dikapitalisasikan ke perkiraan aktiva
tetap.
e. Penambahan nilai
Penambahan nilai adalah pengeluaran yang dilakukan untuk
memperbaiki aktiva tetap (kemungkinan aktiva tersebut tidak dalam
keadaan rusak) dengan maksud tidak hanya sekedar agar aktiva tetap
tersebut dapat menjalankan fungsinya, melainkan juga untuk
menambah nilai atau memperpanjang umur ekonomis dari aktiva tetap
tersebut.
5. Penyusutan Aktiva Tetap
Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan akan semakin
berkurang kemapuannya untuk memberikan jasa dengan berjalannya
waktu. Berbagai faktor dapat menyebabkan menurunnya kemempuan
aktiva tetap misalnya kerusakan, keausan, perubahan teknologi, kapasitas
aktiva tetap tidak sesuai lagi dengan berkembangnya perusahaan dan
sebagainya. Ikatan Akuntansi Indonesia paragraf 06 (2007) menyatakan
”Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari
suatu aset selama umur manfaatnya”.
Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan didalam menjalankan
operasinya akan mengalami penurunan produktivitas, kecuali tanah.
Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh dua faktor yaitu :
a. Faktor fisik
Faktor fisik terjadi karena kerusakan dan keausan ketika digunakan
dan karena cuaca.
b. Faktor fungsional
Faktor fungsional terjadi karena :
1) Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan produksi
2) Perubahan permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan
5) Kemajuan tegnologi sehingga aktiva tetap tersebut tidak ekonomis
lagi.
Adapun tujuan dari penyusutan aktiva tetap menurut Hongren (2002
: 509) yaitu : “tujuan utama dari akuntasi penyusutan adalah untuk
menentukan berapa keuntungan yang diperoleh perusahaan, sedangkan
kegunaan lainnya adalah untuk memperhitungkan penurunan kegunaan
aktiva tetap karena pemakaiannya”
Tiga faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah
beban penyusutan yang diakui setiap periode menurut Warren (2005:497)
yaitu: “(a) biaya awal aktiva tetap, (b) umur manfaat yang diperkirakan,
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung
beban penyusutan. Untuk dapat memilih salah satu metode hendaknya
dipertimbangkan keadaan-keadaan yang mempengaruhi aktiva tetap
tersebut. Metode-metode tersebut sebagai berikut :
a. Berdasarkan waktu
1) Metode garis lurus (straight-line-depreciation)
2) Metode pembebanan menurun (decreasingt-charge-depreciation): (a) Metode-jumlah-angka Tahun (sum-of-the-year-digit method) (b) Metode-saldo-menurun/Saldo-menurun-ganda
(declining/double declining-balance-method)
b. Berdasarkan penggunaan :
1) Metode-jam-jasa (service-hour-method)
2) Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method) c. Berdasarkan kriteria lainnya :
1) Metode-berdasarkan jenis dan kelompok
(group-and-composite-method)
2) Metode-anuitas (annuity-method) 3) Sistem-persediaan (inventory-system)
a. Berdasarkan waktu
1) Metode garis lurus (straight-line-depreciation)
Metode ini adalah metode yang paling sering digunakan
karena sangat sederhana dalam penggunaanya. Dalam metode ini
aktiva tetap dianggap sama penggunaanya sepanjang waktu artinya
mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi waktu, bukan
fungsi dari penggunaan. Beban penyusutan besarnya sama setiap
periode (kecuali ada penyesuaian-penyesuaian). Kelemahan
metode ini adalah kapasitas produksi aktiva tetap semakinlama
periode ke periode berikut akan semakin besar, seiring dengan
semakin tuanya umur aktiva tetap tersebut.
Untuk menentukan besarnya penyusutan dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Tahun
PT X membeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp.
20.000.000-. Taksiran nilai sisa Rp. 2.000.000,- dengan taksiran
umur mesin 5 tahun, maka biaya penyusutan dapat dihitung
sebagai berikut :
Tahun
Tabel 2.7 Penyesuaian berdasarkan Metode Garis Lurus
Thn. Harga PerolehanBeban Penyusutan
Akumulasi
Metode ini lebih sesuai jika dipergunakan oleh perusahaan
yang produksinya dari tahun ke tahun tidak banyak berfluktuasi.
Bila produksi dari tahun ke tahun sangat bervariasi, penggunaan
metode ini kurang tepat, karena penghapusan selalu sama setiap
tahunnya. Pada periode dimana produksinya rendah, beban
penyusutan per unit bisa menjadi lebih besar, demikian sebaliknya.
2) Metode pembebanan menurun (decreasingt-charge-depreciation)
(a) Metode-jumlah-angka Tahun (sum-of-the-year-digit method)
Dalam metode ini beban penyusutan akan menurun secara
tetap, karena angka pecahan dikalikan setiap tahunnya dengan
harga perolehan dan dikurangi dengan nilai sisa jika ada.
Pecahan dihitung dalam periode umur aktiva tersebut.
Pembilangnya adalah angka-angka tahun yang ikut menurun,
sedangkan penyebutnya adalah hasil penjumlahan angka-angka
itu. Jika suatu aktiva taksiran umurnya 5 tahun, maka penyebut
pecahan penyusutan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
15 2
1) (n 2
1) (n
atau dapat dihitung dengan cara lain yaitu : 5 + 4 + 3 + 2 + 1 =
15
Contoh :
PT X membeli peralatan seharga Rp.20.000.000,- dengan
taksiran umur ekonomis 5 tahun dan nilai residunya ditaksir
sebesar Rp.2.000.000,-
Harga Perolehan : Rp.20.000.000,-
Nilai Sisa
Nilai Buku : Rp.18.000.000,- : (Rp. 2.000.000,-)
Tabel 2.8 Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Angka Tahun
Thn Dasar
Penyusutan Beban Penyusutan
Akumulasi
Penyusutan Nilai Buku Rp.20,000,000
1 Rp.18,000,000 5/15 x Rp.18.000.000
=Rp.6,000,000 Rp. 6,000,000 Rp.14,000,000
2 Rp.18,000,000 4/15 x Rp.18.000.000
=Rp.4,800,000 Rp.10,800,000 Rp. 9,200,000
3 Rp.18,000,000 3/15 x Rp.18.000.000
=Rp.3,600,000 Rp.14,400,000 Rp. 5,600,000
4 Rp.18,000,000 2/15 x Rp.18.000.000
=Rp.2,400,000 Rp.16,800,000 Rp. 3,200,000
5 Rp.18,000,000 1/15 x Rp.18.000.000
(b)Metode-saldo-menurun / Saldo-menurun-ganda (declining / double declining – balance – method)
Metode saldo menurun adalah perhitungan beban penyusutab dalam suatu periode dengan mengalikan suatu persentase
tertentu yang tetap terhadap nilai buku aktiva tetap, dengan
menggunakan rumus :
n c s -1 r =
Keterangan :
r = persentase per tahun
s = nilai sisa
n = taksiran umur prmakaian
c = harga perolehan
Contoh :
PT X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,-
nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran umur pemakaian 5 tahun
dengan penyusutan saldo menurun, dapat dihitung sebagai
5
Thn Beban Penyusutan Akum.
Penyusutan Nilai Buku Rp.20,000,000 1 37% x Rp.20.000.000 = Rp.7.400.00 Rp.7.400.000 Rp.12.600.000 2 37% x Rp.12.600.000 = Rp.4.662.000 Rp.12.062.000 Rp.7.938.000 3 37% x Rp.7.938.000 = Rp.2.937.060 Rp..14.999.060 Rp.5.000.940 4 37% x Rp.5.000.940 = Rp.1.850.347,8 Rp..16.849.407,8 Rp.3.150.592,2 5 37% x Rp.3.150.592,2= Rp.1.165.719,11 Rp..6,431,175 Rp.1.984.873,08
Beban penyusutan yang dihitung dengan metode ini tiap
periode akan semakin kecil dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Metode ini tidak dapat digunakan apabila aktiva
yang dihitung tersebut tidak memiliki nilai sisa.
Metode saldo menurun ganda
Hampir sama dengan metode saldo menurun.
Perbedaanya hanya terletak pada penentuan persentase tarif
penyusutan. Untuk menentukan persentase tarif penyusutan
dalam periode ini dengan mengalikan dua persentase tarif
penyusutan yang digunakan dalam menghitung penyusutan
peralatan dengan taksiran umur 5 tahun maka tarif berganda
adalah 2(100%/5) = 40%.
Contoh :
PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,-
nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran umur pemakaian 5 tahun dan
penyusutan dapat dihitung sebagai berikut :
Tabel 2.10 Penyesuaian berdasarkan Saldo Menurun Ganda
Thn
Penyusutan Nilai Buku Rp.20,000,000
b. Berdasarkan penggunaan
1) Metode-jam-jasa (service-hour-method)
Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa penurunan umur
manfaat aktiva tetap dihubungkan langsung dengan jumlah waktu
penggunaan aktiva. Sehingga di dalam mengestimasi umur aktiva
tersebut diperlukan taksiran usia dalam ukuran jasa jam produksi.
besarnya beban penyusutan menurut metode ini adalah mengalikan
jam jasa aktiva tetap dengan tingkat penyusutan per jam.
Kerja
PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai
sisa Rp.1.500.000,- Jumlah jam kerja mesin tersebut diestimasi
sebesar 500.000 jam. Beban penyusutan mesin per jam dapat
dihitung sebagai berikut :
Jam
Jika dalam tahun pertama mesin tersebut telah bekerja selama
100.000 jam kerja maka beban penyusutan untuk tahun tersebut
adalah : 100.000 jam x 37 jam = Rp.3.700.000,-
Tabel 2.11 Penyesuaian berdasarkan Jam Jasa
Penyusutan Nilai Buku Rp. 20,000,000
2) Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method)
Pada dasarnya sama dengan metode jam jasa. Jika pada
metode sebelumnya menggunakan jam kerja sebagai dasar
kerja tersebut digambarkan sebagai output atau produksi dalam
unit. Rumus untuk mencari besarnya penyusutan per unit adalah :
Output
Untuk mencari besarnya beban penyusutan per tahun adalah Total
produksi tahun berjalan x besarnya penyusutan per unit.
Contoh :
PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai
sisa Rp.1.500.000,- Taksiran produksi aktiva tersebut sebesar
1.000.000 unit, maka beban penyusutan mesin per unit dapat
dihitung sebagai berikut :
/ Unit
Jika pada hari pertama diproduksi 120.000 unit, maka
besarnya beban penusutan untuk tahun tersebut adalah : 120.000
unit x Rp.18,5/unit
= Rp.2.220.000,-
Tabel 2.12 Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Unit Produksi
Thn Unit Beban Penyusutan
Akumulasi
c. Berdasarkan Kriteria Lainnya
1) Metode-berdasarkan jenis dan kelompok (group-and-composite-method)
Metode ini menyusutkan aktiva tetap tidak secara per
unitnya, melainkan secara bersama. Metode kelompok
menyusutkan sekelompok aktiva yang sejenis, sedangkan metode
jenis digunakan untuk menyusutkan sekelompok aktiva yang tidak
sejenis.
Contoh
penyusutan dengan metode kelompok:
Dibeli 50 mesin seharga Rp. 100.000.000,- dengan umur rata-rata 5
tahun. Dari kelompok ini 20 mesin dihentikan pada akhir tahun
keempat, 10 mesin pada tahun akhir tahun kelima dan sisanya pada
akhir tahun keenam, maka:
Penyusutan per tahun = Rp. 100.000.000
5
: 50
= Rp. 400.000 per mesin
Tabel 2.13 Penyusutan Menurut Metode Kelompok
(
a ) Penyusutan Menurut Metode Kelompok
(Rp) Thn Penyus
utan
Biaya Perolehan Akumulasi Penyusutan Nilai buku 20% Debet Kredit Saldo Debet Kredit Saldo
100.000 100.000 100.000
1 20.000 - - 100.000 - 20.000 20.000 80.000
Contoh penyusutan dengan metode jenis:
Tabel 2.14 Daftar Aktiva Menurut Metode
Penyusutan Jenis
42.500.000 4.000.000 38.500.000 4.600.000 Penyusutan per tahun = Rp. 4.600.000Rp. 42.500.000
x 100% = 10.82%
Bila terjadi penjualan aktiva, maka akan dicatat debet kas dan
dibebankan pada akumulasi penyusutan. Jadi, tidak ada pengakuan
laba rugi penjualan aktiva.
2) Metode-anuitas (annuity-method)
Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang
akan memberikan kontribusi selama umur teknisnya. Harga
perolehan dari aktiva tersebut dianggap sebagai present value yang
akan didiskontokanatau jasa yang akan diberikannya secara merata
selama umur teknisnya. Menurut metode ini penyusutan
merupakan angka bunga yang diperhitungkan atas harga perolehan
aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan.
beban penyusutannya dihitung berdasarkan rumus berikut :
i
PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.1.600.000,- nilai
sisa Rp.134.776,- dengan tingkat bunga 10%. Taksiran umur aktiva
tersebut adalah 10 tahun, maka beban penyusutan mesin dapat
dihitung sebagai berikut
000 . 00 Rp.4 =
Melalui perhitungan diatas diketahiu bearnya beban
penyusutan adalah sebesar Rp.400.000,- per tahun yang akan
didistribusikan sebagai angka Implicit Interest Revenue dan
penyusutan. Interest revenue dihitung 10% dari nilai buku. Iktisar
beban penyusutan, interest revenue, dan akumulasi penyusutan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.15 Penyesuaian berdasarkan Metode Anuitas
3) Sistem-Persediaan (inventory-system)
periode akuntansi pada kondisinya yang sekarang, melalui
persentase keusangan dari aktiva yang digunakan atau melalui
penilaian pihak luar. Metode ini dinilai tidak sistematis dan
rasional karena tidak ada seperangkat formula yang dipakai dan
juga sulit untuk menentukan nilai sesungguhnya aktiva tetap pada
akhir periode.
Contoh :
Pembelian aktiva tetap pada awal tahun 2000 adalah sebesar Rp.
1.200.000,- dan taksiran nilai aktiva tetap itu pada akhir tahun
adalah Rp. 750.000,- maka penyusutannya adalah sebesar Rp.
450.000,- dan dijurnal:
6. Revaluasi aktiva Tetap
Adakalanya aktiva tetap yang dimiliki perusahaan tidak lagi
menunjukkan nilai yang layak yaitu terlalu rendah atau terlalu tingginya
nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan dibandingkan
dengan nilai aktiva tersebut di pasaran yang disebabkan perkembangan
moneter atau alasan lainnya, sehingga perlu dilakukan penilaian kembali
aktiva tetap (revaluasi). Revaluasi ini dimaksudkan agar perusahaan dapat
melakukan penghitungan penghasilan dan biaya lebih wajar sehingga
mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yang sebenarnya.
Revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan oleh
PSAK karena akuntansi menganut sistem pencatatan nilai historis. Namun
paragraf 08 (IAI:2007) menjelaskan tentang penilaian kembali atau
revaluasi aktiva tetap sebagai berikut:
Penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenaankan karena Standar Akuntansi Keuangan menganut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta pengaruh daripada penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku aktiva tetap dibukukan dalam akun modal dengan nama Selisih Penilaian
Kembali Aktiva Tetap.
Menurut PSAK No. 16 paragraf 13 (IAI:2007), untuk aktiva tetap
yang dinilai kembali harus mengungkapkan:
a. dasar yang digunakan untuk menilai kembali aktiva; b. tanggal efektif penilaian kembali;
c. nama penilai independen, bila ada;
d. hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti;
e. jumlah tercatat setiap jenis aktiva tetap; f. surplus penilaian kembali aktiva tetap.
Contoh 1:
Perusahaan mempunyai sebidang tanah dengan harga perolehan Rp.
23.000.000,-, dinilai kembali berdasarkan nilai sekarang sebesar Rp.
40.000.000,-, maka dijurnal:
Keterangan Debet Kredit
Tanah Rp. 17.000.000
(untuk mencatat penilaian kembali
tanah)
bila tanah dijual dengan harga Rp. 35.000.000,-, maka dijurnal:
Keterangan Debet Kredit
Kas Rp. 35.000.000
Modal-Penilaian Kembali Rp. 17.000.000
Tanah Rp. 40.000.000
Laba Penjualan Tanah Rp. 12.000.000
(untuk mencatat penjualan tanah
yang telah dinilai kembali)
Contoh 2:
Peralatan yang harga perolehannya sebesar Rp. 10.000.000,-, umur
ekonomis 8 tahun, sudah disusutkan 4 tahun, kemudian diturunkan
nilainya menjadi Rp.3.000.000,-. Penyusutan tahunan untuk peralatan itu
sebelum penurunan nilai adalah Rp. 1.250.000,- dihitung sebagai berikut:
Penyusutan per tahun = Rp. 10.000.000 8
= Rp. 1.250.000
Kerugian atas penurunan nilai peralatan adalah Rp. 2.000.000,- dihitung
sebagai berikut:
Harga perolehan peralatan Rp. 10.000.000
Akumulasi penyusutan peralatan (Rp. 5.000.000)
Nilai buku peralatan Rp. 5.000.000
Nilai buku peralatan setelah penurunan (
Kerugian penurunan nilai Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000)
Kerugian penurunan nilai peralatan ini dijurnal sebagai berikut:
Keterangan D K
Akumulasi Penyusutan-Peralatan Rp. 5.000.000
Kerugian Penurunan Nilai Rp. 2.000.000
Peralatan Rp. 7.000.000*)
(untuk mencatat kerugian akibat
penurunan nilai aktiva tetap)
*) Harga perolehan peralatan setelah penurunan nilai yaitu sebesar
Rp. 7.000.000 (Rp.10.000.000 – Rp. 3.000.000)
7. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap
Aktiva tetap perusahaan dapat dihentikan operasinya oleh
perusahaan baik secara normal maupun secara terpaksa. Aktiva tetap yang
dihentikan dan dilepaskan penggunaannya dapat disebabkan karena aktiva
tetap tersebut sudah berakhir masa taksiran masa manfaatnya, aktiva tetap
telah rusak dan tidak dapat dipergunakan lagi.
. Akibat yang timbul dari penghentian ataupun pelepasan aktiva tetap
(IAI:2007) menyatakan, jumlah tercatat saat aktiva tetap dihentikan
penggunaannya pada saat :
a. Dilepaskan, atau
b. Tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari
penggunaan atau pelepasannya. Sementara keuntungan dan kerugian
yang timbul akibat pelepasan aktiva itu diakui dalam laporan laba rugi.
Cara penghentian aktiva tetap diuraikan sebagai berikut :
a. Penjualan
1) Penjualan sebelum habis masa manfaatnya, dalam hal ini ada tiga
kemungkinan yang terjadi :
- Harga jual sama dengan nilai buku
- Harga jual lebih besar dari nilai buku, maka selisi adalah
keuntungan
- Harga jual lebih kecil dari nilai buku, maka selisihnya adalah
kerugian
2) Penjualan dilakukan setelah masa manfaatnya habis, dalam hal ini
berapapun
harga jual aktiva tetap perusahaan mendapat keuntungan karena
nilai aktiva
Uraian Debet Kredit
Kas
Akum. Penyusutan Aktiva Tetap
Aktiva Tetap
Xxx
xxx
Laba Atas Penjualan xxx
b. Diinvestasikan oleh perusahan
Aktiva tetap dihentikan dari operasi perusahaan untuk diinvestasikan,
aktiva tetap tersebut digolongkan pada investas
Uraian Debet Kredit
Investasi
Akum. Penyusutan Aktiva
Aktiva Tetap
Xxx
xxx
xxx
c. Dinonaktifkan oleh perusahaan
Aktiva tetap dihentikan pemakaiannya oleh perusahaan tetapi ditahan
saja di perusahaan, dan aktiva ini digolongkan dalam aktiva lain-lain.
Menghentikan pemakaian aktiva tetap yang semakin menurun.
Uraian Debet Kredit
Aktiva lain-lain
Akum. Penyusutan Aktiva Tetap
Aktiva Tetap
Xxx
xxx
Xxx
Dalam penghentian pemakaian aktiva tetapnya perusahaan dapat
membuang aktiva tetapnya yang dianggap tidak memberikan manfaat
lagi bagi perusahaan. Dalam hal ini perkiraan aktiva tetap dan
akumulasi penyusutan pada saat pembuangannya harus dilepaskan
dengan mengkreditkan perkiraan aktiva tetap yang bersangkutan dan
mendebet akumulasi penyusutan. Jika ternyata ada selisih maka dicatat
sebagai rugi.
Uraian Debet Kredit
Akum. Penyusutan Aktiva Tetaap
Rugi Atas Pelepasan Aktiva Tetap
Aktiva Teta
xxx
xxx
xxx
8. Penyajian Aktiva Tetap di Neraca
Tujuan dari laporan keuangan adalah menyajikan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan terdiri dari laporan
laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, neraca dan catatan
atas laporan keuangan. Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam neraca
perusahaan pada sisi sebelah debet dan dinyatakan sebesar nilai buku,
yaitu harga perolehan aktiva tetap dikurangi dengan akumulasi
Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam laporan keuangan pada
komponen neraca dan berada pada sisi debit neraca. Menurut Harahap
(2002 : 123), bentuk penyajian aktiva tetap di dalam neraca yang
umumnya sering digunkanan oleh perusahaan adalah :
1) “ Di neraca yang hanya mencantumkan nilai buku saja atau nilai cost aktiva tetap masing-masing dan kemudian dikurangi akumulasi Penyusutan secara global:
2) Informasi yang lebih lanjut dapat dibuat dalam catatan atas laporan keuangn. Di sini dapat dibuat nilai cost masing-masing dan Akumulasi Penyusutan masing-masing;
3) Informasi yang lebih lanjut lengkap dapat dilihat melalui lampiran daftar aktiva tetap.”
Biaya penyusutan merupakan perkiraan biaya yang pada akhir tahun
akan ditutup keperkiraan sisa laba bersama-sama dengan perkiraan
sementara lain. Perkiraan akumulasi penyusutan merupakan perkiraan
tetap dan merupakan perkiraan kontrak dalam mencatat penyusutan
dimaksudkan agar harga perolehan aktiva yang bersangkutan masih dapat
disajikan apa adanya.
Ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat adalah :
Biya penyusutan xxx
Akum. Penyusutan xxx
Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam neraca perusahaan pada sisi
sebelah debet dan dinyatakan sebesar nilai buku, yaitu harga perolehan
Nilai Buku = Harga perolehan aktiva tetap - Akum. Penyusutan
Berikut ini penulis akan mencoba membuat suatu contoh penyajian
aktiva tetap dalam laporan keuangan.
Tabel 2.19
Penyajian Aktiva Tetap di Neraca
PT. Asia Abdi Sumatera
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan replikasi dari hasil beberapa penelitian
terdahulu. Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian
terdahulu . perbedaan tersebut terdapat pada metode analisis deskriptif, hasil
pada penelitian ini digunakan metode analisis statistik deskriptif dimana hasil
yang diperoleh menjadi lebih jelas dan teratur
Tabel 2.20 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Penelitian Metode Analisi penyusutan aktiva tetap pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Padang
Brahrang
Deskriptif PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Padang Brahrang mempunyai kebijakan yang tidak menyimpang dari
penerapan PSAK NO.16 dan PSAK No. 17
Sahnidar (2009)
Penerapan PSAK No.16 Terhadap Aktiva Tetap Tanaman
Menghasilkan Budi Daya Coklat Pada PTPN II (Persero) Kebun Maryke
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif
statistik, yaitu metode yang digunakan dengan cara menentukan,
mengumpulkan, mengklasifikasikan, kemudian dianalisa untuk kemudian
diinterprestasikan hingga akhirnya dapat diperoleh gambaran yang jelas
mengenai faktor yang terdapat pada objek penelitian dialapangan. Tujuannya
adalah mengumpulkan fakta dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti
sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan.
B. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Data Primer, yaitu data yang belum diolah yang diperoleh langsung dari
responden selaku objek penelitian. Dalam hal ini data yang digunakan
merupakan data dari hasil wawancara langsung dengan staf akuntansi dan
keuangan, misalnya kebijakan perusahaan tentang penyusutan aktiva tetap,
pengeluarannya, dan lain-lain.
2. Data Sekunder, yaitu data yang telah diolah yang diperoleh dari sumber
yang sudah terdokumentasi di perusahaan seperti sejarah singkat
perusahaan, struktur organisasi perusahaan, serta data kepustakaan.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini terdiri
1. Teknik Observasi, yaitu dilakukan dengan mengamati langsung terhadap
objek penelitian, yaitu PTPN II (Persero) Tanjung Morawa.
2. Teknik wawancara, yaitu teknik pengumpulan data primer dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada staf akuntansi dan keuangan
PTPN II (Persero) Tanjung Morawa
3. Teknik Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen internal perusahaan yang berkaitan dengan lingkup
penelitian.
C. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Defenisi operasional merupakan penjelasan-penjelasan variable yang
telah dipilih. Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud,
mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan
untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali.
Kekayaan ini mempunyai wujud, seringkali aktiva tetap disebut dengan aktiva
tetap berwujud (tangible fixed assets).
Mengingat banyaknya jenis dan bentuk aktiva tetap yang dimiliki
perusahaan, maka dilakukan penggolongan-penggolongan untuk menghindari
terjadinya kesalahan dalam menilai dan menghitung beban penyusutan aktiva
tetap tersebut.
Perolehan suatu aktiva tetap tidak hanya dilakukan dengan satu cara
perolehan saja, melainkan dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung
perolehan aktiva tetap tersebut, dengan kata lain masing-masing cara
perolehan aktiva tetap akan mempengaruhi penetuan harga perolehan aktiva
tetap tersebut.
Dalam perhitungan beban penyusutan aktiva tetap dikenal beberapa
metode penyusutan, metode penyusutan merupakan cara yang digunakan
untuk menghitung jumlah yang dapat disusutkan dari harga perolehan aktiva
tetap tersebut dengan memperhatikan masa manfaat aktiva, nilai sisa aktiva,
kelompok aktiva, dan tarif penyusutan.
Selama penggunaan aktiva tetap ada biaya-biaya yang harus dikeluarkan.
Biaya tersebut adalah biaya perbaikan, biaya pemeliharaan, biaya reperasi,
biaya penambahan, biaya penggantian. Biaya-biaya tersebut dikeluarkan oleh
perusahaan agar aktiva tetap yang digunakan dalam operasi perusahaan tetap
dapat berfungsi dengan baik sesuai yang diharapkan.
Untuk mengukur variable penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar observasi yang terdiri dari empat jawaban yang merentang dari
“sangat sesuai” sampai “tidak sesuai” dimana setiap pilihan jawaban diberikan
bobot nilai pernyataan sebagai berikut :
Sangat sesuai = 4
Sesuai = 3
Kurang sesuai = 2
Tidak sesuai = 1
Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud,
untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali. Karena
kekayaan ini mempunyai wujud, sering aktiva tetap berwujud (tangible fixed
assets)
Dalam perhitungan beban penyusutan aktiva tetap dikenal beberapa
metode penyusutan, metode penyusutan merupakan cara yang digunakan untuk
menghitung jumlah yang dapat disusutkan dari harga perolehan aktiva tetap
tersebutvdengan memperhatikan masa manfaat aktiva tetap, nilai sisa aktiva,
kelompok aktiva, dan tarif penyusutan. Jadi variable dalam penelitian ini adalah
aktiva tetap dan penyusutan aktiva tetap berdasarkan PSAK no. 16.
Kisi-kisi instrument lembar observasi tentang penerapan PSAK No. 16. Pada
perusahaan dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Variabel Komponen yang Diukur No. Instrumen
Penerapan PSAK No.
16
1. Penggolongan Aktiva Tetap
2. Perolehan Aktiva Tetap
3. Penggunaan Aktiva Tetap
4. Penyusutan Aktiva Tetap
5. PengeluaranAkiva Tetap
6. Penghentian Aktiva Tetap
7. Penilain Aktiva Tetap
8. Penyajian Aktiva Tetap
D. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah Metode
Analisis Statistik Deskriptif , yaitu metode yang digunakan dengan cara
menentukan, mengumpulkan, mengklasifikasikan, kemudian dianalisa untuk
kemudian diinterprestasikan hingga akhirnya dapat diperoleh gambaran
yang jelas mengenai faktor yang terdapat pada objek penelitian di lapangan.
Menurut Supomo (2000:170) “Statistik deskriptif merupakan proses
transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah
dipahami dan mudah diinterfrestasikan”. Dalam penelitian ini perlu dihitung
rata-rata (X) terlebih dahulu, untuk menghitung rata-rata (X) digunakan
rumus :
∑xi X =
N Dimana :
X : Rata-rata hasil observasi
∑xi : Jumlah Aljabar X(total nilai hasil observasi)
N : Jumlah unsur observasi
Ketentuan hasil observasi :
Kriteria Keputusan Rata - rata
Sangat Sesuai 3,26 – 4
Sesuai 2,51 – 3,25
Kurang Sesuai 1,76 – 2,50
E.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di PTPN II (Persero) Tanjung
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum Perusahaan a. Sejarah Ringkas Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) didirikan pada tanggal 11
Maret 1996 berasarkan Akta Notaris Harun Kamil, SH No.35. Akta
pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan surat
keputusan No. C2-8330.HT.01.01. Pendirian perusahaan merupakan
hasil peleburan PT.Perkebunan II (Persero) dan PT. Perkebunan IX
(Persero) berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7
tahun 1996, kemudian diperbaharui dengan Akte Notaris Sri Rahayu
Prasetyo, SH. No. 7 tanggal 08 Oktober 2002.
Perusahaan berkantor pusat di Tanjung Morawa, Kabupaten
DeliSerdang,Provinsi Sumatera Utara. PT. Perkebunan Nusantara II
(Persero) memiliki 32 unit kebun yang mengelola budidaya Kelapa
Sawit, Karet, Kakao, Tembakau dan Tebu, termasuk didalamnya 8 unit
Pabrik Kelapa Sawit (PKS), 2 unit Pabrik Gula (PG), 1 unit Pabrik
Fraksionasi (PFS), 1 unit Pabrik Lateks Pekat, 2 unit Pabrik Crumb
Rubber, 3 unit Pabrik RSS, 4 unit Pabrik Kakao, 4 unit Rumah Sakit
(RS), 1 unit Bengkel Pusat (BP), 1 unit BAlai Penelitian Tembakau
Semua Kebun / Unit Usaha tersebut dikelompokkan menjadi 6
(enam) Distrik Unit Usaha (DUU) dan 1 (satu) unit Kebun
Pengembangan, adapun pengelompokkan Distrik Unit Usaha (DUU)
adalah sebagai berikut: Distrik Tanaman Tahunan Rayon Utara,
Distrik Tanaman Tahunan Rayon Tengah, Distrik Tanaman Tahunan
Rayon Selatan, Distrik Tanaman Tebu, Distrik tanaman Tembakau dan
Distrik Rumah Sakit. Sedangkan pengelompokkan Kebun
Pengembangan adalah : Kebun Arso dan Prafi didaerah Papua.
Masing-masing Distrik Unit Usaha (DUU) dipimpin oleh 1 (satu)
orang Manajer sementara Kebun Pengembangan dipimpin oleh
masing-masing Manejer Kebun.
Perseroan ini bertujuan untuk melaksanakan dan menunjang
kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang ekonomi dan
pembanguna nasioanal umumnya, khususnya di sector pertanian dalam
arti seluas-luasnya.
b. Struktur Organisasi
Sesuai dengan surat keputusan Menteri Pendayagunaan BUMN RI
No.KEP-057/M-PBUMN/1998 tanggal 28 September 1998, susunan
direksi dapat dilihat sebagai berikut:
1. Direktur Utama
Direktur Utama bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang
2. Direktur Produksi
Direktur Produksi bertanggung jawab kepada Diektur Utama,
kepada Rapat Umum Pemegang Saham dan Dewan Komisarus,
yang mengeloala bidang tanaman, produksi, teknik dan teknologo,
pengelolaan dan sarana lainnya yang berkaitan dengan fungsinya.
3. Direktur Keuangan
Direktur Keuangan bertanggung jawab kepada Direktur Utama,
kepada Rapat Umum Pemegang Saham dan Dewan Komisaris yang
mengelola bidang akuntansi dan keuangan.
4. Direktur Pemasaran
Direktur Pemasaran bertanggung jawab kepada Direktur Utama,
kepda Rapat Umum Pemegang Saham dan Dewan Komisaris yang
mengeloala bidang pemasaran dan pengadaan.
5. Direktur Sumber Daya Manusia / Umum
Direktur Sumber Daya MAnusia / Umum bertanggung jawab
kepada Direktur Utama, kepada Rapat Umum Pemegang Saham dan
Dewan Komisaris, yang mengelola bidang personalia,
pengembangan sumber daya manusia, bidang umum, secretariat dan
rumah sakit, masalah hubungan antar kerja, sosial umum, keamanan
dan kesehatan. Sesuai dengan surat Keputusan Direksi PTPN II
No.II.0/Kpts/R.02/1998 tanggal 9 juni 1998 dan diperbaharui
dengan surat No.II.0/Kpts/r/05/2001 tanggal 2 Juli 2001 ditetapkan
a. Bagian Sekretariat
Bagian Sekretariat berfungsi sebagai pambantu Direksi dibidang
yang berhubungan pengelolaan keskretariatan perusahaan
hubungan masyarakat, rumah tangga kantor direksi,
bertanggung jawab kepada Direktur SDM/Umum.
b. Bagian Satuan Pengawasan Intern
Bagian Satuan Pengawasan Intern bertugas membantu direksi
melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran tugas
pekerjaan dibidang pengawasan intern berdasarkan norma
pemerikasaan dan pedoman pemeriksaan umum, keuanagn
operasional serts kebijakan pengawasan, bertanggung jawab
kepada Direktur Utama.
c. Bagian Pengkajian dan Pengembangan
Bagian Pengakajian dan Pengembangan berfungsi me,mbantu
direksi dalam melaksanakan tugas dn kebijakan yang telah
digariskan oleh direksi. Melaksanakan perncanaan,
pengorganisasian, pengendalian, pengawasan serta melakukan
pengkajian dan pengembangan seluruh sumber daya perusahaan,
bertanggung jawab kepada SDm/Umum.
d. Bagian Tanaman Tahunan
Bagian Tanaman Tahunan berfungsi membantu direksi dalam
melaksanakan fungsi perncanaan, pengorganisasian,