KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Puji dan syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan
tuga akhir dengan sebaik-baiknya.
Penulis membuat tugas akhir ini dengan judul “Penelitian / Pemeriksaan
Faktur Pajak Yang Disampaikan Wajib Pajak (WP) Kepada Fiskus Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan” yang merupakan persyaratan untuk menyelesaikan program studi Administrasi Perpajakan di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Polotik Universitas Sumatera Utara.
Terwujudnya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini izinkanlah penulis dengan hati ikhlas
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Teristimewa rasa hormat daan terima kasih yang sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada yang tercinta Orang tua penulisa Sudarti dan
Sutejo juga abangku Abdi, serta adikku Suharti yang telah banyak
memberikan motivasi sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan
penulisan tugas akhir.
2. Bapak Prof. Dr. Badarrudin. Msi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku ketua jurusan
Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku pembimbing dalam
penulisan Tugas Akhir ini.
5. Bapak/Ibu Dosen staff pengajar dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh staf yang ada pada Perpustakaan USU yang telah mengizinkan
saya dalam meminjamkan buku-buku yang ada di perpustakaan.
7. Kepada sahabat-sahabatku Khairiah, Regiyan, yunita yang telah
dengan setia dan ikhlas menemani, memotivasi dan membantuku
dalam mengerjakan tugas akhir ini.
8. Kepada teman-teman seangkatan dan seperjuangan Stambuk’08 yang
telah menemani penulis hingga selesai pekuliahan.
9. Serta semua pihak yang terkait dan tidak dapat di sebutkan
satu-persatu yang telah banyak membantu dan mendukung penulisan
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dengan
segala kerendahan hati penulis sangat terbuka serta mengharapkan kritik yang
membangun dari pembaca agar Tugas Akhir ini dapat lebih sempurna.
Akhir kata, dengan rasa ikhlas Penulis memanjatkan Doa kehadirat Allah
SWT, agar kita semua dilindungi dan diberi kekuatan oleh-Nya. Amin.
Medan, Juni 2011
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 5
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan mandiri ... 5
2. Manfaat Praktik kerja lapangan Mandiri ... 6
C. Uraian Teoritis ... 7
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7
E. Metode Praktik Kerja Lapangan mandiri ... 12
F. Metode Pengumpulan Data Prakti Kerja lapangan Mandiri ... 14
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja lapangan Mandiri 14 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM ... 17
A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan ... 18
B. Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan 18 C. Tugas pokok dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan ... 20
A. Faktur Pajak ... 33
B. Format Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak ... 33
1. Tujuan Format Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak ... 34
2. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak ... 34
3. Kode Transaksi ... 34
4. Kode Faktur Pajak Standar ... 35
5. Nomor Seri Faktur pajak Standar ... 36
C. Fungsi dan Kewajiban membuat Faktur Pajak ... 37
D. Jenis Faktur Pajak ... 39
E. Saat Pembuatan Faktur Pajak ... 43
F. Ketentuandan Pengisian Faktur Pajak ... 47
G. Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar yang Hilang dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak yang Rusak atau Salah dalam Pengisian atau Salah dalam Penulisan serta Pembatalan Faktur Pajak ... 49
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI ... 54
A. Penelitian/ Pemeriksaan Faktur Pajak ... 54
B. Pengusaha Kena Pajak ... 57
C. Sanksi Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang KUP ... 58
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Diantara usaha pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari sektor
pajak adalah dengan mengoptimalkan proses dalam penyelenggaraan pajak itu
sendiri. Dalam hal ini, seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) yang mulai diberlakukan secara efektif sejak 1 April 1985 telah
mengalami perubahan yang cukup pesat dalam perpajakan Indonesia, sehingga
mampu memberikan kontribusi yang besar bagi penerimaan Negara dari sektor
pajak. Melihat system Pajak Pertambahan Nilai begitu terkait dengan berbagai
pihak, yakni dalam hal terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), atau
Jasa Kena Pajak (JKP) atau Import Barang Kena Pajak, terlebih lagi bagi kalangan
Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau bukan. Adapun pengertian Pengusaha Kena
Pajak (PKP) menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 5 adalah Pengusaha yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak(BKP) dan atau penyerahan Jasa Kena
Pajak (JKP) yang di kenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai (UU PPN) Tahun 1983 dan perubahannya, tidak termasuk
Pengusaha kecil yang batasannya di tetapkan Keputusan Menteri Keuangan,
kecuali Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena
Suatu hal yang penting dalam PPN adalah pada saat kapan suatu
penyerahan yang terjadi, baik itu penyerahan atas Barang Kena Pajak maupun
penyerahan Jasa Kena Pajak, dinyatakan sebagai saat terutang, demikian juga
pada saat kapan akan dilakukan pembayaran atas pajak yang terutang tersebut.
Hal ini penting diketahui agar pihak yang memungut, menyetorkan atau
melaporkan terjadinya utang pajak itu sehingga terhindar dari pelanggaran
peraturan perpajakan yang berlaku, demikian juga dari pengenaan sanksi
perpajakan. Penetapan saat terutang dan saat pembayaran PPN ini sebagai salah
satu perwujudan kepastian hokum dari perpajakan, sehingga masyarakat tidak
ragu-ragu lagi dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Salah satu sarana penting dalam Pajak Pertambahan nilai (PPN) yang
berguna baik untuk Pengusaha Kena Pajak (PKP) sendiri, maupun juga bagi
Direktorat Jendral Pajak adalah apa yang disebut dengan Faktur Pajak. Menurut
undang-undang PPN nomor 42 Tahun 2009, Pasal 1 angka 15, bahwa Pengusaha
Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan atas Barang
Kena pajak dan atau Jasa kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan
undang-undang ini.
Faktur Pajak sebagai salah satu sarana penting dalam transaksi
penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak atau import
barang kena pajak adalah sebagai bukti pemungutan. Berdasarkan pasal 13
Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak pada saat penyerahan Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak tersebut.
PPN dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah
pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali pengusaha kecil. Pada
setiap penyerahan kena pajak, yaitu penyerhan barang kena pajak atau jasa kena
pajak ini harus diterbitkan faktur pajak, dimana faktur pajak ini bagi pengusaha
kena pajak yang merupakan bagi pembeli adalah bukti pajak masukan (PM) dan
bagi pengusaha kena pajak adalah bukti pajak keluaran (PK). Sedangkan jumlah
PPN yang harus disetor setiap bulan adalah selisih antara pajak masukan dan
pajak keluaran. Setiap pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan maka
selisihnya harus disetor ke kas negara paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.
Sedangkan kalau pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran, maka selisihnya
berupa kelebihan bayar dan dapat diperhitungkan dengan diminta kembali, yang
disebut restitusi.
Untuk Pajak Pertambahan Nilai atas import dipungut oleh Direktur Bea
dan Cukai di pelabuhan import. Bukti Pemberitahuan Masukan Untuk Dipakai
(PPUD) merupakan faktur pajak bagi importir dan berfungsi sebagai pajak
masukan bagi importir yang bersangkutan. Pengusaha yang dikenakan PPN wajib
melaporkan usahanya kepada Direktorat Jendral Pajak di tempat pengusaha itu
bertempat tinggal atau berdomisili untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena
pajak (PKP). Direktorat Jendral Pajak atau Kantor Pelayanan Pajak Pratama akan
dikukuhkan karena tidak melapor akan dikenakan sanksi berupa kewaiban
menyetorkan PPN yang terutang olehnya ditambahkan denda.
Setiap PKP wajib membuat dan menyampaikan faktur pajak pada saat
penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak yang tidak membuat dan
menyampaikan faktur pajak akan dikenakan sanksi atau denda. Selain itu PKP
wajib membuat catatan dalam pembukuannya. Adapum yangwajib dicatat adalah
semua pembalian termasuk import (bila ada) dan harga pembelian dan penjualan,
nama dan juml;ah satuannya. Dengan adanya faktur pajak itu, syarat adanya
penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak secara sah akan menjdi lebih
diakui keberadannya dalam PPN apabila timbul kewajiban perpajakan untuk PPN.
Misalnya para pengusaha kena pajak yang hendak melakukan pengkreditan pajak
masukan, maka untuk mendapatkan hal itu seharusnya didukung oleh adanya
faktur pajak. Namun tidak semua pengusaha kena pajaksecara bebas dapat
membuat dan menerbitkan faktur pajak, melainkan hanya terbatas pada mereka
yang telah dilakukuhkan oleh kantor pelayanan pajak sebagai pengusaha kena
pajak. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, juga
sanksi apabila yang tidak berhak atas penerbitannya ternyata membuat faktur
pajak. Selanjutnya untuk menghindari penyalahgunaa maupun pembuatan faktur
pajak sewenang-wenang, dilakukan monitoring secara adminidtratif oleh kantor
pelayanan pajak, yang dilakukan yakni melalui nomor seri faktur pajak yang
diterbitkan. Dengan adanya faktur pajak yang dibuat, maka syarat untuk sahnya
akan lebih kuat untuk kepentingan PPN. Sebelum Pengusaha Kena Pajak
menerbitkan faktur pajak haruslah terlebih dahulu melaporkan nomor seri faktur
pajak yang akan diterbitkan kepada kantor pelayanan pajak di tempat pengusaha
kena pajak dikukuhkan.
Dalam hal pengisian faktur pajak, maka pengusaha kena pajak harus
memahami tentang tatacara pengisian faktur pajak sebagaimana yang diatur
berdasarkan penjelasan pasal 13 ayat (5) Undang-Undang PPN Tahun 1984 Jo.
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 ditegaskan bahwa faktur pajak harus diisi
lengkap, jelas, benar dan baik secara formal maupun materiil serta ditandatangani
oleh pejabat perusahaan yang ditunjuk oleh pengusaha kena pajak. Faktur pajak
yang tidak diisi menurut ketentuan ini disebut faktur pajak cacat, yang akan
berakibat PPN yang tercantum di dalam faktur pajak tersebut diperlakukan
sebagai pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan.
Bagi penulis untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang
dimaksudkan agar mahasiswa mengetahui dan bisa mempraktikkan secara
langsung teori yang sudah dipelajari sebelumnya tentang pemeriksaan pengisian
atas laporan faktur pajak yang disampaikan oleh wajib pajak dan tata cara
pembetulan atas faktur pajak yang salah, baik dalam penulisan ataupun dalam
perhitungan. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui dan tertarik membuat
Laporan Tugas Akhir dengan judul : “PENELITIAN / PEMERIKSAAN
FISKUS DI KANTOR PELAYANAN PAJAK(KPP) PRATAMA MEDAN BELAWAN”.
B. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun tujuan dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah :
a. Untuk mengetahui fungsi dan kewajiban membuat faktur pajak.
b. Untuk mengetahui tata cara mengisi faktur pajak.
c. Untuk mengetahui cara atau usaha yang dilakukan fiskus dalam
mencegah terjadinya faktur pajak yang cacat.
d. Untuk mengetahui tata cara pembetulan atas faktur pajak yang salah,
baik salah dalam penulisan atau salah perhitungan.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
a. Bagi Mahasiswa
1. Untuk menganalisis pengetahuan yang diperoleh mahasiswa dalam
perkuliahan dalam bentuk teori dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan nyata.
2. Melatih mahasiswa dalam berkomunikasi dan berinteraksi dalam
lingkungan dunia kerja yang di hadapi dan membentuk mahasiswa
menjadi pekerja yang mempunyai integritas yang tinggi terhadap
instansi tempat dimana mahasiswa tersebut bekerja.
3. Supaya dapat digunakan bagi pengembangan ilmu pengetahuan
4. Agar dapat digunakan sebagai pengalaman dalam melaksanakan
penelitian ilmiah.
b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
1. Membantu pemerintah dalam mensosialisasikan pajak dengan efektif
dan efisien kepada wajib pajak (WP).
2. Mendapat masukan dan saran dalam hal penanganan faktur pajak.
3. Membina hubungan baik antara KPP Pratama Medan Belawan dan
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
c. Bagi Universitas
1. Guna meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia dan profesionalisme,
memperluas wawasan serta memantapkan pengetahuan dan
keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya khususnya dalam
bidang perpajakan.
2. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik universitas Sumatera
Utara dengan KPP Pratama yang bersangkutan dalam memberikan uji
nyata praktik kerja.
3. Mempertinggi pandangan masyarakat terhadap Sumber Daya Manusia
yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya
C. URAIAN TEORITIS 1. Definisi Pajak
a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. Memberi definisi sebagai berikut:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan
undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbul
(kkontra prestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan dapat
digunakan untuk membiayai penggunaan umum.(Bohari, 1984: 31).
b. Prof. Dr. P.J.A. Andriani. Beliau memberikan definisi yang berbunyi
sebagai berikut:
Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh orang yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung dapat
ditunjukan dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran pemerintah dengan tugas pemerintahan. (Bohari, 1984:
31).
c. Dr. Soeparman Soemahamidjaja, yang memberikan definisi pajak
sebagai berikut :
Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut
oleh penguasah berdasarkan norma-norma hokum, guna menutup
biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai
kesejahteraan umum.(Suandy, 2008: 9)
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui
norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adakalanya
kontraprestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual;
maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran
pemerintah.(Suandy, 2008: 9)
2. Teori Pemungutan Pajak
a. Teori Bakti
Penekanan teori terletak pada Negara yang mempunyai hak untuk
memungut pajak dari warganya sebagai tindak lanjut teori kepentingan
dalam hal penyediaan fasilitas umum yang diselenggarakan oleh
Negara.(Judisseno, 1996: 17)
b. Teori Daya Pikul
Dalam teori ini, keadilan dan keabsahan Negara dalam memungut pajak
dari warganya didasarkan pada kemampuan dan kekuatan masing-masing
masyarakat dan bukan besar kecilnya kepentingan. .(Judisseno, 1996: 17)
c. Teori Daya Beli
Teori ini menekankan bahwa Negara adalah penyelenggara berbagai
kepentingan yang mendukung kesejahteraan masyarakat dan Negara.
Berdasarkan pengertian tersebut, Negara memiliki keadilan dan keabsahan
dalam melakukan pemungutan pajak dari masyarakatnya. .(Judisseno,
1996: 17)
Menurut teori ini, negara mempunyai tugas untuk melindungi warganya
dari segala kepentingannya baik keselamatan jiwanya maupun
keselamatan harta bendanya. Untuk perlindungan tersebut diperlukan
biaya seperti layaknya dalam perjanjian asuransi deiperlukan adanya
pembayaran premi. Pembayaran pajak ini dianggap sebagai pembayaran
premi kepada negara. Teori ini banyajk ditentang karena negara tidak
boleh disamakan dengan perusahaan asuransi .(Judisseno, 1996: 17)
e. Teori Kepentingan
Menurut teori ini, dasar pemungutan pajak adalah adanya kepentingan dari
masing-masing warga negara. Termasuk kepentingan dalam perlindungan
jiwa dan harta. Semakin tinggi tingkat kepentingan perlindungan, maka
semakin tinggi pula pajak yang harus dibayarkan. Teori ini banyak
ditentang, karena pada kenyataannya bahwa tingkat kepentingan
perlindungan orang miskin lebih tinggi daripada orang kaya. Ada
perlindungan jaminan sosial, kesehatan, dan lain-lain. Bahkan orang yang
miskin justru dibebaskan dari beban pajak. .(Judisseno, 1996: 17)
3. Faktur Pajak
Berdasarkan Pasal 1 huruf t, undang-undang PPN Nomor 8 Tahun
1984 (Sukardji, 2001:159) dan perubahan terakhir yaitu Pasal 1 angka 23
Undang-Undang PPN Nomor 42 Tahun 2009, Faktur Pajak adalah bukti
Penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena pajak tau Direktorat
Jendral Bea dan Cukai karena Import Barang Kena Pajak.
Berdasarkan Pasal 13 undang-undang PPN Tahun 1983
Jo.undang-undang PPN Tahun 2000, pada hakikatnya dikenal 3 jenis
faktur pajak, yaitu:
a. Faktur Pajak Standar
Faktur Pajak Standar adalah faktur pajak yang bentuk dan isinya telah
ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
b. Faktur Pajak Gabungan
Faktur Pajak Gabungan adalah faktur pajak standar yang memuat lebih
dari satu transaksi dalam satu masa pajak untuk pelanggan yang sama.
c. Faktur Pajak Sederhana
Faktur Pajak Sederhana adalah faktur pajak yang dibuat sebagai bukti
atas penyerahan BKP atau JKP kepda konsumen akhir atau kepada
pembeli atau kepada penerima jasa kena pajak yang tidak menunjukan
identitas dengan lengkap.
Akan tetapi setelah terjadinya perubahan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai yaitu Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2009, jenis Faktur Pajak yaitu :
1. Faktur Penjualan atau dokumen tertentu yang ditetapkan sebagai
Faktur Pajak oleh Direktur Jendral Pajak.
a. Faktur penjualan yang digunakan oleh pengusaha telah dikenal
oleh masyarakat luas, seperti kuitansi pembayaran telpon dan
tiket pesawat udara.
b. Untuk adanya bukti pungutan pajak harus ada Faktur
Pajak,sedangkan pihak yang seharusnya membuat Faktur
Pajak, yaitu pihak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak, berada di luar pabean, misalnya dalam hal
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar pabean, Surat Setoran
Pajak dapat ditetapkan sebagai Faktur Pajak.
c. Terdapat dokumen tertentu yang digunakan dalam hal impor
dan ekspor Barang Kena Pajak.(Diana, 2009:661).
4. Pajak Masukan (PM) dan Pajak Keluaran (PK)
Pajak Masukan merupakan pajak yang dapat dikreditkan melalui Faktur Pajak sebagai bukti pungutan pajak, yang berdasarkan Pasal 1
angka 24 dan Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
Nomor 42 Tahun 2009.
Pajak Masuukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya
sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena
pajak dan/ atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/ atau pemanfaatan Barang
kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean dan/ pemanfaatan Jasa
Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang
wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena
Pajak berwujud, ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/ atau
ekspor Jasa Kena Pajak.
D. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Dalam hal ini penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, penulis ingin :
1. Penelitian / Pemeriksaan Faktur Pajak yang disampaikan wajib pajak
(WP) kepada fiskus.
2. Tata cara pembetulan atas faktur pajak yang salah, baik dalam
penulisan ataupun dalam perhitungan di KPP Pratama Medan
Belawan.
E. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Metode PKLM yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Hal ini berkaitan dengan persiapan yang dibutuhkan mahasiswa mulai dari
peninjauan objek dan lokasi, mencari bahan untuk pembuatan proposal,
permohonan surat jalan/surat permohonan dari fakultas, dan lain sebagainya.
Hal ini berkaitan dengan pengumpulan buku-buku yang berkaitan dengan
judul PKLM, artikel ilmiah serta sumber-sumber lain yang mendukung penulisan
laporan ini.
3. Obserevasi Lapangan
Penulis melakukan pengamatan secara langsung tentang kondisi serta
keadaan dari kantor tempat dimana penulis melakukan kegitan praktik kerja
lapangan mandiri.
4. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data untuk menunjang keberhasilan dari
topik yang dibahas, dalam hal ini data-data bersumber dari KPP Pratama Medan
Belawan.
a. Data Primer adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak yang mengetahui
tentang objek kajian Praktik Kerja Lapangan (PKLM).
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari refrensi ilmiah, seperti buku
perpajakan, Undang-Undang perpajakan yang bertujuan untuk pengumpulan
laporan PKLM.
5. Analisis dan Evaluasi Data
Setelah memperoleh data yang dui butuhkan penulis akan menganalisa
dan mengevaluasi data dan mengelompokkan data tersebut yang kemudian akan
di interpretasikan secara objektif, jelas dan sistematis sehingga lebih mudah
untuk menarik kesimpulan dari data tersebut.
1. Daftar wawancara
Yaitu dengan melakukan pengajuan pertanyaan-pertanyaan baik yang
tertulis maupun tidak tertulis kepada pegawai perusahaan, yang dapat
memberikan informasi yang bermanfaat untuk membantu proses penyusunan
laporan.
2. Daftar Observasi
Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ataupun tidak
langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati,
mendengar, dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan pihak
kantor dengan pemberian arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada
ketentuan yang berlaku pada KPP Pratama tersebut.
3. Daftar Dokumentasi
Pengumpulan data dengan mengumpulkan daftar dokumentasi yang di
perlukan seperti Undang-Undang Perpajakan, lampiran formulir-formulir, data
mengenai pendaftaran dan pencabutan pengukuhan PKP, data mengenai
kepegawaian dan data-data lain yang berhubungan dengan PKLM.
G. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PKLM
Adapun sistematika dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai latar belakang
yang menjadi dasar pemikiran dalam menyusun laporan, tujuan
metode penelitian serta sistematika penulisan. Pada bab ini
dijelaskan hal-hal yang melatarbelakangi masalah-masalah yang
dikemukakan penulis tentang pengawasan dan penelitian faktur
pajak.
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai
lokasi PKL, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi,
serta gambaran mengenai pegawai atau karyawan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
BAB III : GAMBARAN DATA PKLM
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan faktur pajak, antara lain penjelasan tentang
fungsi dan kewajiban membuat faktur pajak, tata cara mengisi
faktur pajak, tata cara pembetulan faktur pajak standar yang
rusak atau cacat, atau salah dalam pengisian atau salah dalam
penulisan dan pembatalan.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan menganalisa data yang di peroleh dan
kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi
untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.
Pada bab ini penulis akan mengemukan rangkuman dari objek
yang telah di teliti serta saran-saran yang membangun
berdasarkan data dan informasi yang telah diperoleh. Yaitu,
seperti faktur pajak yang cacat tersebut yang ada di KPP Pratama
Medan Belawan kemudian penulis akan berusaha memberikan
saran yang penulis anggap dapat memberikan masukan
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
A. Sejarah KPP Pratama Medan Belawan
Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 94/KMK.01/1994
tanggal 29 Maret 1994 yang kemudian diubah namanya menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Medan Belawan dengan surat keputusan Menteri Keuangan
Nomor : 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 dan dengan adanya modernisasi
di lingkungan DJP, maka sejak tanggal 27 Mei 2008 berubah nama menjadi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang merupakan gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan serta
Kantor Pemeriksaan Pajak,yang akan melayani PPh, PPN, PBB, BPHTB, serta
melakukan pemeriksaan tetapi bukan sebagai lembaga yang memutuskan
keberatan.
KPP Pratama adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala kantor wilayah.
KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan
pengawasan wajib pajak di bidang pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai,
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, pajak tidak langsung lainnya, Pajak Bumi
B. Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdiri dari 4 kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Medan Belawan
2. Kecamatan Medan Labuhan
3. Kecamatan Medan Marelan
4. Kecamatan Medan Deli
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan membawahi seksi /
sub.bagian umum dan kelompok fungsional pemeriksa pajak dan penilai PBB
yang mana setiap waskon terdiri dari beberapa orang account representative (AR)
dibantu pelaksana. KPP Pratama dipimpin oleh seorang Kepala Kantor sedangkan
setiap seksi dipimpin oleh kepala seksi/kepala sub.bagian umum dan dibantu oleh
account pepresentative (AR) dan pelaksana. Adapun seksi/sub.bagian umum dan
kelompok fungsional tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Pemeriksaan
5. Seksi Penagihan
6. Seksi Ekstensifikasi
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 3
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 4
11. Kelompok fungsional Pemeriksa Pajak dan Penilai PBB
Adapun perincian jumlah pegawai adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan pegawai per seksi/bagian/kelompok
NO Seksi / Bagian Jumlah Pegawai
1 Sub Bagian Umum 11
2 Pengolahan Data dan Informasi 9
3 Pelayanan 10
4 Penagihan 5
5 Pemeriksaan 2
6 Ekstensifikasi 4
7 Pengawasan dan Konsultasi 1 6
8 Pengawasan dan Konsultasi 2 7
9 Pengawasan dan Konsultasi 3 6
11 Fungsional Pemeriksa/Penilai PBB 15
Jumlah 66
2. Berdasakan Jabatan
No Jabatan Jumlah Pegawai
1 Kepala Kantor 1
2 Kepala Subbag 1
3 Kepala Seksi 9
4 Account Representative 17
5 Fungsional Pemeriksa Pajak 15
6 Pelaksana 31
Jumlah 82
Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi,
dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan mempunyai tugas
pokok yaitu melaksanakan kegiatana operasional pelayanan perpajakan. Untuk
dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi, maka pembagian tugas dan
wewenang masing-masing seksi adalah sebagai berikut :
1. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum terdiri dari Tata Usaha dan Kepegawaian, Koordinator
Keuangan dan Koordinator Rumah Tangga.
Tugas dan fungsinya adalah :
1) Tata Cara Penerimaan Dokumen di KPP
2) Tata Cara Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Subbagian
Umum
3) Cara Penyampaian Dokumen di KPP
4) Tata Cara Permintaan Pengujian Kesehatan Pegawai
5) Tata Cara Pelaksanaan Pelantikan, Sumpah dan Serah Terima Jabatan
serta Pengambilan Sumpah Pegawai Negeri Sipil
6) Tata Cara Pembuatan Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa
7) Tata Cara Penerbitan Izin Melanjutkan Pendidikan di Luar Kedinasan (S1)
8) Tata Cara Pengajuan Usul Peserta Pendidikan di Luar Negeri
9) Mekanisme Pembayaran Anggaran Belanja (Pembayaran Melalui Uang
10) Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran Tagihan Melalui Mekanisme
Langsung (LS) Kepada Rekanan
11) Tata Cara Permintaan dan Pembayaran Lembur Pegawai
12) Tata Cara Pemberhentian Gaji dan TKPKN
13) Tata Cara Penyusunan Laporan/Daftar Realisasi Anggaran Belanja
14) Tata Cara Penyusunan Laporan SAKPA (Sistem Akuntansi Kuasa
Pengguna Anggaran) Tingkat Satuan Kerja/Unit Akuntansi Kuasa
Pengguna Anggaran (UAKPA)
15) Tata Cara Pelaksanaan Penutupan Buku Kas Umum
16) Tata Cara Penenrimaan Inventaris dari Rekanan/Pihak Lain
17) Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara Dengan Lelang
Pada Unit KPP. Tata Cara Penyusunan Tanggapan/Tindak Lanjut
Terhadap Surat Hasil Pemeriksaan (SHP)/Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) dari Itjen Depkeu/BPK/BPKP/Unit Fungsional Pemeriksa Lainnya
18) Melakukan Urusan dan Perlengkapan Rumah Tangga.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Tugas dan fungsinya adalah :
1) Tata Cara Pemroresan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi PDI
2) Tata Cara Penatausahaan Alat Keterangan
3) Tata Cara Penyusunan Rencana Penerimaan Pajak Berdasarkan Potensi
Pajak, Perkembangan Ekonomi dan Keuangan
5) Tata Cara Pemanfaatan Bank Data
6) Tata Cara Pembuatan dan Penyampaian Surat Perhitungan (SPH) Kirim ke
Kantor Pelayanan Pajak Lain
7) Tata Cara Peminjaman Berkas Data/Alat Keterangan oleh Seksi Pngolahan
Data dan Informasi Kepada Seksi Terkait
8) Tata Cara Penatausahaan Penerimaan PBB Non Elektronik
9) Tata Cara Pembuatan Laporan Penerimaan PBB/BPHTB
10) Tata Cara Penyelesaian Pembagian Hasil Penerimaan PBB
11) Melakukan Urusan Pengolahan Data dan Penyajian Informasi dan
Pembuatan Monografi Pajak
12) Melakukan Penggalian Potensi Pajak
13) Melakukan Pemberian Dukungan Teknisi Komputer
14) Melakukan Urusan Penerimaan, Pengecekan, dan Perekaman Surat
Pemberitahuan Masa dan Tahunan.
3. Seksi Pelayanan
Tugas dan fungsinya adalah :
1) Tata Cara Penatausahaan Surat, Dokumen, dan Laporan Wajib Pajak Pada
Tempat Pelayanan Terpadu
2) Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak
3) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
5) Tata Cara Penyelesaian Pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Lama
6) Tata Cara Penyelesaian Pemindahan Pengusaha Kena Pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Lama
7) Tata Cara Penyelesaian Pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Baru
8) Tata Cara Penyelesaian Pemindahan Pengusaha Kena Pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Baru
9) Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan PPh
10) Tata Cara Peneriamaan dan Pengolahan SPT Masa
11) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Perpanjangan Jangka Waktu
Penyampaian SPT Tahunan PPh
12) Tata Cara Penerbitan Surat Teguran Penyampaian SPT Masa
13) Tata Cara Penerbitan Surat Teguran Penyampaian SPT Tahunan PPh
14) Tata Cara Penelitian Hasil Keluaran Berupa SPPT/STTS/DHKP/DHR
15) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pencetakan Salinan SPPT/SKP/STP
16) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pembetulan SPPT/SKP/STP
17) Tata Cara Peminjaman/Pengiriman Berkas
18) Tata Cara Pelaksanaan Pemenuhan Permintaan Konfirmasi dan Klarifikasi
19) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pembukuan Dalam Bahasa Inggris
20) Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak Untuk
Perwakilan Negara Asing dan Badan-Badan Internasional Serta
Pejabat/Tenaga Ahlinya
21) Tata Cara Penyampaian Permintaan Revaluasi Aktiva Tetap dari Wajib
Pajak ke Kantor Wilayah
22) Tata Cara Penyelesaian Pemberitahuan Penggunaan Norma Penghitungan
23) Tata Cara Layanan Permintaan Penetapan Sebagai Daerah Terpencil
24) Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Pajak
25) Tata Cara Penyelesaian Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
26) Tata Cara penyelesaian Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
27) Tata Cara Pemroresan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi
Pelayanan
28) Tata Cara Pemroresan dan Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak
29) Tata Cara Penyisihan Anak Berkas WP yang Tahun/Masa Pajaknya Telah
Melampaui 10 Tahun.
4. Seksi Penagihan
Tugas dan fungsinya adalah :
1) Tata Cara Pemroresan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi
Penagihan
2) Tata Cara Penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak
3) Tata Cara Penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan/Keberatan/Putusan
Banding/Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat
Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Pada
Seksi Penagihan
4) Tata Cara Menjawab Konfirmasi Data Tunggakan Wajib Pajak
5) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak
6) Tata Cara Penyelesaian Usulan Pemeriksaan Dalam Rangka Penagihan
Pajak
7) Tata Cara Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus
8) Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak
9) Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Bunga Pengihan
10) Tata Cara Penerbitan dan Penyampaian Surat Teguran Penagihan
11) Tata Cara Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa
12) Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)
13) Tata Cara Penerbitan Surat Keputusan Pencabutan Sita
14) Tata Cara Pemindahan Berkas dari Kantor Pelayanan Pajak ke Kantor
Pelayanan Pajak Lainnya
15) Tata Cara Pembuatan Usulan Pencegahan dan Penyanderaan Terhadap
Wajib Pajak Tertentu
16) Tata Cara Pelaksanaan Lelang
17) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pembatalan Lelang
19) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak
20) Melakukan Urusan Penatausahaan Piutang Pajak, Penagihan, Penundaan
dan Angsuran Piutang Pajak
21) Melakukan Penerbitan Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah
Melakukan Penyitaan
22) Melakukan Penyitaan, Usulan Lelang dan Penagihan Lainnya.
5. Seksi Pemeriksaan
Seksi pemeriksaan bekerjasama dengan fungsional dalam melakukan
pemeriksaan pajak baik Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan.
Tugas dan fungsinya adalah :
1) Tata Cara Pemroresan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi
Pemeriksaan
2) Tata Cara Penyelesaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak
Penghasilan Lebih Bayar
3) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengambilan Kelebihan Pembayaran
Pajak Penjualan ata Barang Mewah
4) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengambilan Kelebihan Pembayaran
Pajak Pertambahan Nilai Untuk Selain Wajib Pajak Patuh
5) Tata Cara Penyelesaian Usulan Pemeriksaan
6) Tata Cara Penyelesaian Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan
7) Tata Cara Pengamatan oleh KPP
9) Tata Cara Pemeriksaan Lapangan
10) Tata Cara Penatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) dan Nota
Penghitungan (Nothit).
6. Seksi Ekstensifikasi
Tugas dan fungsinya adalah :
1) Tata Cara Pemroresan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi
Ekstensifikasi Perpajakan
2) Tata Cara Pendaftaran Objek Pajak Baru Dengan Penelitian Kantor
3) Tata Cara Pendaftaran Objek Pajak Baru Dengan Penelitian Lapangan
4) Taat Cara Penerbitan Surat Himbauan Untuk Ber-NPWP
5) Tata Cara Pencarian Data dari Pihak Ketig Dalam Rangka
Pembentukan/Pemuktahiran Bank Data Perpajakan
6) Tata Cara Pencarian Data Potensi Perpajakan Dalam Rangka Pembuatan
Monografi Fiskal
7) Tata Cara Pelaksanaan Penilaian Individual Objek PBB
8) Tata Cara Pembuatan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB)
9) Tata Cara Pembentukan/Penyempurnaan ZNT/NIR
10) Tata Cara Pemeliharaan Data Objek dan Subjek PBB
11) Tata Cara Penyelesaian Mutasi Seluruhnya Objek dan Subjek Pajak PBB
12) Tata Cara Penyelesaian Mutasi Sebagian Ibjek dan Subjek Pajak PBB
14) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP)
15) Tata Cara Penerbitan Daftar Nominatif Untuk Usulan SP3 PSL
Estensifikas
7. Pengawasan dan Konsultasi
Tugas dan fungsinya :
1) Cara Pemroresan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi
Pengawasan dan Konsultasi
2) Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP)
3) Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB)
4) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Penggunaan Nilai Buku Dalam
Rangka Penggabungan Usaha,Pengambilalihan Usaha atau Pemekaran
Usaha
5) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah di KPP
6) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pembetulan Ketetapan Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah di KPP
7) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi administrasi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
8) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Pembatalan
Ketetapan Pajak yang Tidak Benar Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah di KPP
9) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi Administrasi PBB di KPP
10) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Perubahan Metode Pembukuan
11) Tata Cara Layanan Permintaan Perubahan Tahun Buku Pertama
12) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh
21
13) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh
Pasal 22 Bendaharawan
14) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB)
Pemungutan PPh Pasal 22 Untuk Pedagang Pengumpul dan Untuk Industri
Tertentu
15) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Izin Prinsip Pembebasan PPh Pasal
22 Impor
16) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB)
Pemungutan PPh Pasal 22 Impor
17) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB)
Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Untuk Wajib Pajak yang Penghasilannya
18) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh
Pasal 22 Atas Impor Emas Batangan Untuk Ekspor Perhiasan Emas
19) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB)
Pemotongan PPh Pasal 23
20) Tata cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB)
Pemotongan PPh atas Bunga Deposito dan Tabungan Serta Diskonto SBI
yang Diterima atau Diperoleh dana Pensiun yang Pendiriannya Telah
Disahkan oleh Menteri Keuangan
21) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh
atas Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan.
8. Fungsional
Seksi fungsional ini mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan
jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Tugas dan fungsinya adalah Melakukan Pemeriksaan kewajiban pajak
terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan sesuai dengan Perintah
Pemeriksaan (SP2) yang dikeluarkan.
Visi dan Misi KPP Pratama Medan Belawan
Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat
membawa perubahan paradigma dan perubahan prilaku pegawai DJP. Tetapi lebih
Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah
mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut.
VISI
Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi
perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan
integritas dan profesionalisme yang tinggi.
Dalam rangka mensosialisasikan sasaran pencapaian penerimaan pajak
dalam tahun 2011, diperlukan sarana pendukung yang harus di persiapkan kantor
pelayanan pajak pratama Medan Belawan secara lebih handal. Beberapa sarana
pendukung tersebut antara lain adalah peningkatan etika dan moral aparat,
penyempurnaan bank data, penyusunan strategi yang tepat, peningkatan kerjasama
dengan pihak ketiga yang terkait dan perbaikan sistem informasi yang akurat.
MISI FISKAL
Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang
kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan
dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.
EKONOMI
Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi
bangsa dengan kebijakan perpajakan yang meminimalkan distorsi.
KELEMBAGAAN
Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi
perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.
Di setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi untuk
menggambarkan secara jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam
menjalankan perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat
diketahui posisi, tugas, dan wewenang setiap anggota. Tujuannya adalah untuk
pencapaian kerja dalam organisasi yang berdasarkan pada pola hubungan kerja
serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab.
Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan
Belawan adalah menggunakan jenis struktur “line and staff organization” atau
gabungan dari jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur
BAB III
GAMBARAN DATA PKLM A. Faktur Pajak
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak. Pengusaha Kena Pajak wajib
membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak dan/s atau
Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/ atau ekspor Jasa
Kena Pajak di dalam daerah pabean. Jadi, pada saat melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak atau jasa Kena Pajak itu wajib memungut Pajak Pertambahan
Nilai yang terutang dan memberikan faktur Pajak sebagai bukti pungutan.
Faktur Pajak tidak perlu dibuat secara khusus atau berbeda dengan Faktur
Pajak Penjualan. Faktur Pajak dapat berupa faktur penjualan atau dokkumen
tertentu yang ditetapkan sebagai Faktur Pajak oleh Direktorat Jendral Pajak. Jika
pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau sebelum
penyerahan Jasa Kena Pajak, faktur pajak dibuat pada saat pembayaran.(Diana,
2009:648).
B. Format Kode dan Nomor Seri faktur Pajak
1. Dengan tujuan :
a. Pengawasan penerbitan Faktur Pajak Standar secara sistem, sehingga :
dapat mencegah penerbitan Faktur Pajak tidak sah
dapat mendeteksi sejak dini penerbitan Faktur Pajak tidak sah
c. menyelaraskan dengan perkembangan informasi dan teknologi;
d. Mengganti Kode Seri Faktur Pajak Standar;
e. Kode Faktur Pajak Standar berbasis IT;
f. mengutamakan sequence & pengawasan;
2. KODE DAN NOMOR SERI FAKTUR PAJAK STANDAR
Kode Transaksi Kode Cabang Tahun Penerbitan Nomor Urut
Kode Status
Kode FP Standar Nomor Seri FP Standar
3. KODE TRANSAKSI :
01-kepada Selain Pemungut PPN
02-kepada Pemungut PPN (Bendaharawan)
03-kepada Pemungut PPN lainnya
04-yang menggunakan DasarPengenaan Pajak Nilai Lain kepada Selain
Pemungut PPN
05-yang Pajak Masukan-nya diDeemed kepada Selain Pemungut PPN
06-penyerahan Lainnya kepada Selain Pemungut PPN
07-yang PPN-nya tidak kepada Selain Pemungut PPN
08-yg dibebaskan dari pengenaan PPN kepada Selain Pemungut PPN
09-penyerahan Aktiva pasal 16 D kepada Selain Pemungut PPN (Rusjdi,
4. KODE FAKTUR PAJAK STANDAR
KODE STATUS (0-Normal, 1-Pengganti)
g. Bagi PKP tertentu (PKP yg dipusatkan secara jabatan di KPP
Modern yang belum online penerbitan FP Standar) :
i. Ditentukan sendiri KP 000, Kantor cabang mulai 001;
ii. Dapat ditambah dan/atau dihentikan penggunaannya;
iii. Tidak boleh diubah peruntukannya dan yang sudah
dihentikan penggunaannya tidak dpt digunakan lagi.
h. Selain PKP tertentu, Kode Cabang diisi 000;
i. Ketentuan Peralihan.
Bagi PKP yang melakukan pemusatan namun belum online penerbitan FP
Standar, menggunakan ketentuan seperti PKP tertentu s.d. selesainya masa
berlaku pemusatan.
KODE CABANG
a. Bagi PKP tertentu (PKP yang dipusatkan secara jabatan di KPP
Modern yang belum online penerbitan FP Standar) :
• Ditentukan sendiri Kantor Pajak 000, Kantor cabang mulai
001;
• Dapat ditambah dan/atau dihentikan penggunaannya;
• Tidak boleh diubah peruntukannya dan yang sudah
dihentikan penggunaannya tidak dapat digunakan lagi.
c. Ketentuan Peralihan.
Bagi PKP yang melakkuan pemusatan namun belum online
penerbitan FP Standar, menggunakan ketentuan seperti PKP tertentu s.d.
selesainya masa berlaku pemusatan.
5. NOMOR SERI FAKTUR PAJAK STANDAR
TAHUN PENERBITAN NOMOR URUT
a. Penulisan sesuai banyaknya digit.
b. Urut tanpa membedakan Kode Transaksi, Kode Status dan mata
uang yg digunakan.
c. Dimulai dari 1 tiap awal tahun takwim (termasuk bagi PKP tertentu
di Kantor pajak dan Kantor cabang-nya), kecuali bagi PKP yang
baru dikukuhkan
d. Apabila sebelum awal tahun takwim berikutnya Nomor Urut telah
habis, PKP dapat mulai dari 1 dan memberitahukan ke KPP. Pada
awal tahun takwim berikutnya, Nomor Urut dimulai dari 1
kembali.
Ketentuan lain :
PENANDATANGANAN
a. Pengusaha Kena Pajak memberitahukan Pejabat yg ditunjuk (dapat
lebih dari satu orang) dan contoh tandatangannya, paling lambat
sebelum menandatangani;
c. PKP OP yg tidak memiliki struktur organisasi yang Faktur
Pajaknya ditandatangani oleh Kuasa wajib memberitahukan
ditambah surat kuasa;
d. Pejabat yg ditunjuk termasuk Pejabat di Cabang yg
menandatangani FP yg diterbitkan secara online.
C.Fungsi dan Kewajiban Membuat Faktur Pajak
Kewajiban membuat faktur pajak merupakan pencerminan atau refleksi
dari kewajiban memungut pajak terutang yang diatur dalam pasal 3A ayat (1)
sebagaiman diatur dalam Undang-Undang PPN atas perubahan ke 3 yaitu, Nomor
42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai. Kewajiban in merupakan
rangkaian peristiwa dan perbuatan hukum yang diatur dalam pasal 11, pasal 1
angka 23 Undang - Undang PPN 2009 yang kemudian direalisasi dalam pasal 13
ayat (1) undang- undang PPN Tahun2009.
Berdasarkan pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
Tahun 2009, pada prinsipnya pajak terutang pada saat penyerahan Barang Kena
Pajak (BKP) dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP). Ketentuan ini tidak
mempersoalkan tentang pembayaran, sehingga prinsip timbulnya utang pajak
dalam undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 2009 adalah prinsip akrual, yaitu
pembayaran atas penyerahan Barang Kena pajak atau Jasa Kena Pajak dapat
dilakukan setelah penyerahan itu dilaksanakan. Karena pada saat terjadinya
penyerahan saudah timbul utang pajak, maka pajak tersebut wajib dipungut oleh
adalah faktur pajak. Karena dalam pasal 1 angka 23 Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 2009 merumuskan bahwa faktur pajak adalah bukti pungutan
pajak yang dibuat oleh pengusaha kena pajak sehubungan dengan penyerhan
barang kena pajak atau jasa kena pajak atau oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai
sehubungan dengan import barang kena pajak. Oleh karena itu pasal pasal 13 ayat
(1) Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor 42 Tahun 2009 ditentukan
bahwa pengusaha kena pajak wajib membuat faktur pajak untuk setiap
penyerahan barang kena pajak dan / atau jasa kena pajak. Berdasarkan pasal 1
angka14 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor 42 Tahun 2009,
dikatakan pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimport
barang, megekspor barang, melakukan usaha perdangan, memanfaatkan barang
tidak berwujud dari daerah Pabean, melakukan usaha jasa, termasuk mengekspor
jasa, atau memanfaatkan jasa dari daerah luarPabean. Dan yang dimaksud dengan
Peangusaha Kena Pajak Berdasarkan pasal 1 huruf 1 undang-undang Pajak
Pertambahan Nilai1984 Jo. Pasal I angka 23 Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilia Nomor 42 Tahun 2009 adalah pengusaha yang dimaksud pada huruf k yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau Jasa Kena Pajak yang
dikenakan pajak berdasarkan undang-undang ini. Syarat sebelum pengusaha
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebagaimana yang diatur dalam
Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP-27/PJ./1995 tentang tat cara
tersebut harus terlebih dahulu mengajukan permohonan untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak dimana perusahaannya
atau kegiatan usahanya terletak atau tempat dimana pengusaha itu bertempat
tinggal yang merupakan lingkupan dari wilayah kerja dari Kantor Pelayanan Pajak
tersebut. Kemudian pihak fiskus (Kantor Pelayanan Pajak) akan melakukan
pemerikasaan lapangan untuk memeriksa kebenaran atas letak atau lokasi
perusahan dan mengetahui jenis usaha yang dilakukan oleh pengusaha itu dan
untuk mengetahui apakah usaha atau kegiatan perusahaan itu bergerak/berjalan
atau tidak. Apabila itu telah dilakukan maka pengusaha itu akan dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Berdasarkan penjelasan pasal 13 ayat (1) dan pasal 1 angka 23
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, faktur pajak mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Bukti pungutan pajak bagi Pengusaha Kena Pajak yang menyerhkan
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dan bagi Direktorat Jendral Bea
dan Cukai.
2. bukti pembayaran pajak ditinjau dari sisi pembeli Barang Kena Pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak atau Orang Pribadi atau badan yang
mengimport Barang Kena Pajak.
3. Sarana untuk mengkreditkan Pajak Masaukan.
D. Jenis Faktur Pajak
Berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2000,
1. Faktur Pajak Standar
Faktur Pajak Standar adalah faktur pajak yang bentuk dan isinya telah
ditetapkan oleh praturan perundang-undangan. Berdasarkan buku petunjuk
pengisian SPT Masa PPN, dalam Faktur Pajak Standar harus dicantumkan
keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak,
yang meliputi :
a. Nomor Seri Faktur Pajak
b. Nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), serta
tanggal dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang
menyerahkan Barang Kena Paja.
c. Nama, alamat dan NPWP pembeli Barang Kena Pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak.
d. Macam, jenis kuantum, harga satuan, jumlah harga jual atau
penggantian dan potongan harga.
e. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut.
f. Tanggal Penyerahan atau tanggal pembayaran.
g. Nomor dan tanggal pembuatan faktur pajak.
h. Nama, jabatan dan tandatangan yang berhak menandatangani
faktur pajak.
Disamping itu berdasarkan Pasal 13 ayat (6) Undnag-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 jo. Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP
23-04-2001) ditetapakan dokumen tertentu yang diberlakukan sebagai Faktur Pajak
Standar, yaitu:
2. Pemberiatahuan Import Barang Untuk Dipakai (PIUD) dan Surat Setoran
Pajak (SSP) untuk Impor Barang Kena Pajak.
3. Pemberian Ekspor Barang (PEB) yang telah di fiat ulang oleh Pejabat
Dorektorat Jendral Bea dan cukai dan invoice.
4. Surat Perintah Pengiriman Barang (SNBP)dari BOLOG/DOLOG untuk
penyaluran gula pasir dan tepung terigu.
5. Faktur Nota Bon dari (PNBP) yang dibuat atau dikeluarkan oleh
PERTAMINA untuk penyerahan BBM dan/ bukan BBM.
6. Tanda pembayaran atau kwitansi atas penyerahan jasa telekomunikasi.
7. Tiket dn Surat Muatan Udara (air waybill), delivery bill, yang dibuat atau
dikeluarkan untuk penyerhan jasa angkutan udara dalam negri.
8. Surat Setoran Pajak untuk penyerahan PPN atas pemanfaatan Barang kena
Pajak tidak berwujud dan/ atau Jasa Kena Pajak dari luar daerah Pabean.
9. Nota Penjualan Jasa dibuat untuk penyerhan jasa ke pelabuhan.
10. Tanda Pembayaran atau Kuitansi listrik.
Dokumen-dokumen tersebut harus memuat sekurang-kurangnya :
a. Identitas yang berwenang menerbitkan dokumen.
b.Nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib pajak penerima dokumen.
e. Jumlah Pajak yan terutang.
(Sukardji, 2001:162)
2. Faktur Pajak Gabungan
FakturPajak Gabungan adalah faktur Pajak Standar yang memuat lebih
dari 1 (satu) transaksi dan 1 (satu) masa pajak untuk pelanggan yang sama.
Pada prinsipnya Faktur Pajak Gabungan ini tidaklah berbeda dengan jenis
Faktur Pajak Standar. Adapun perbedaannya hanyalah bahwa faktur pajak
gabungan :
a. Harus atas izin Direktorat Jendral Pajak, Pengusaha Kena Pajak dapat
membuat 1 (satu) Faktur Pajak yang meilputai seluruh penyerahan yang
dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena
Pajak, yang selama 1 (satu) masa pajak.
b. Harus dibuat pada akhir masa pajak yang bersangkutan atau dalam jangka
waktu lain yang ditetapkan oleh Mentri Keuangan.
Dalam hal dilakukan sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau sebelum
penagihan Jasa Kena Pajak atau terdapat pembayaram sebelum akhir bulan
berikutnya setelah dilakukan penmyerhan Barang Kana Pajak, maka untuk
pembayaran tersebut dibuat faktur pajak tersendiri selambat-lambatnya pada saat
diterimanya pembayaran.
3. Faktur Pajak Sederhana
Faktur Pajak Sederhana adalah faktur pajak yang dibuat sebgai bukti
kepda konsumen akhir atau kepada pembeli atau penerima jasa yang tidak
menunjukan identitas dengan lengkap.
Ketentuan-ketentuan yang mengatur Faktur Pajak Sederhana adalah :
a. Faktur Pajak Sederhana dibuat dalam hal :
1. penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dilakukan kepada
konsumen akhir.
2. pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena pajak dengan identitas
tidak lengkap, misalnya tidak ada NPWP.
b. Membuat Faktur Pajak Sederhana tidak memerlukan izin dari siapapun.
c. Bentuk Faktur Pajak Sederhana dapat berupa kuitansi, nota, karcis, atau segi
hitung mesin register.
d. Katur Pajak Sederhana harus dibuat dalam rangka dua, atau satu lembar dengan
pertingal berupa potongan atau bagian dari faktur pajak sederhan yang
diserahkan kepada pembeli atau peneriam jasa, seperti pada umumnya yang
terjadi pada karcis.
e. Isi Faktur Pajak Sederhana minimal adalah :
1. Identitas Pengusaha Kena Pajak atau Pengusa Jasa Kena Pajak beserta
NPPKP dan Nomor Pegukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
2. Nama barang, kuantum dan harga satuan.
3. Pernyataan dalam pembayaran yang diterima sudah termasuk PPN atau
f. Faktur Pajak Standar tanpa NPWP pembeli tidak sama dengan Faktur Pajak
Sederhana, melainkan tetap sebagai Faktur Pajak Standar yang diisi tidak
lengkap.
g. Kelemahan Faktur Pajak Sederhana adalah Pajak Masukannya tidak dapat
dikreditkan lagi.
Pada Pasal 13 ayat (7) Undang-Undang Nomor 8 stdtd Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2000, yang berbunyi:”Pangusaha Kena Pajak dapat membuat Faktur
Pajak sederhana yang persyaratannya ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Jendral Pajak. Akan tetapi di Pasal 13 ayat (7) Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai Nomor 42 tahun 2009 sudah duhapuskan. Berarti pada Tahun
2011, Faktur Pajak Sederhana tidak berlaku lagi sebagai bukti pungutan Pajak
Pertambahan Nilai dan tidak dapat digunakan oleh Pengusaha Kena Pajak mulai
dari Tahun 2011.
E. Saat pembuatan Faktur Pajak
Berdasarkan pasala 13 ayat (1), ayat (2) dan ayat (4) undang-undang pajak pertambahan nilai tahun 1984 jo. Keputusan Direktorat Jendral pajak Nomor
KEP -53/PJ./1994 serta Pasal 13 ayat (7) Undnag-Undang Pajak Pertambahan
Nilai 1984 jo. Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP -05/PJ/1995,
Jo. PER-159/PJ./2006 saat pembuatan Faktur Pajak sebagai berikut :
1. Faktur Pajak Standar dibuat :
a. Selambat-lambatnya pada akhir bulan berikutnya setelah bulan
dalam hal pembayaran diterima setelah bulan penyerahan Barang kena
pajak dan/ atau Jasa Kena Pajak, kecuali pembayaran terjadi sebelum akhir
bulan berikutnya, maka Faktur Pajak Standar harus dibuat
selambt-lambatnya pada saat penerimaan pembayaran.
b. Selambat-lambatnya pada saat pembayaran diterima dalam hal penerimaan
pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau
sebelum Jasa Kena pajak.
c. Selambat-lambatnya pada saat penerimaan per- termijn dalam hal
penyerahan sebagian tahap persiapan.
d. Selambat-lambatnya pada saat Pengusaha kena Pajak rekanan
menyempaikan tagihan kepada pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
e. Pada saat Pengusaha Kena Pajak rekanan menyampaikan tagihan kepada
Bendaharawan Pemerintah sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
2. Faktur Pajak Gabungan dibuat selambt-lambatnya pada akhir bulan berikutnya
setelah bulan dilakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan
Jasa Kena Pajak. Tetapi dalam hal terdapat pembayaran yang diterima sebelum
penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau Jasa Kena Pajak, maka untuk
pembayaran tersebut dibuat Faktu Pajak tersendiri pada saat diterima
pembayaran.
F. Ketentuan Pengisian Faktur Pajak
1. Berdasarkan memori penjelasan Pasal 13 ayat (5) undang-undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 ditegaskan bahwa faktur pajak harus diisi dengan
lengkap, jelas, benar baik secara formal maupun materiil dan
ditandatangani oleh pejabat perusahaan yang ditunjuk oleh Pengusaha
Kena Pajak. Faktur Pajak yang tidak diisi menurut ketentuan ini, akan
berakibat PPN yang tercantumn didalamnya tidak dapat dikreditkan.
2. Kolom tanggal pembayaran diisi dalam hal terjadi pembayaran yang
diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.
Khusus untuk faktur pajak gabungan, tanggal penyerahan diisi dengan
tanggal awal penyerahan Barang Kena Pajak sampai dengan tanggal
terakhir dari masa pajak yang dibuatkan faktur pajak gabungan dengan
melampirkan daftar penyerahan dari masing-masing faktur pajak
penjualan.
3. Apabila jumlah Barang Kena Pajak dan/ atau Jasa Kena Pajak yang
diserahkan tidak dapat ditampung dalam 1 faktur pajak, dapat ditempuh
dengan 2 cara yaitu :
a. Boleh dipecah menjadi lebih dari satu (1) faktur pajak dan
masing-masing faktur pajak harus diisi dengan lengkap sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Dapat dibuat satu faktur pajak asalkan menunjuk nomor dan tanggal
faktur penjualan yang bersangkutan dan faktur penjualan tersebut
4. Pengisian yang tidak sesuai dengan ketentuan akan berakibat faktur pajak
tersebut tergolong sebagai faktur pajak cacat, sehingga pajak masukkannya
tidak dapat dikreditkan.
5. Faktur pajak yang terdapat kesalahan dalam pengisian supaya dibetulkan
dengan cara membuat faktur pajak pengganti. Faktur pajak yang salah
merupakan sebagai lampiran dan faktur pajak pengganti dibubuhi cap yang
mencantumkan Nomor seri, kode dan tanggal faktur pajak standar yang
diganti. Pembuatan faktur pajak pengganti berakibat adaanya kewajiban
melakukan pembetulan SPT Masa PPN pada msa pajak terjadinya
kesalahan pembuatan faktur pajak standar tersebut.
6. Membetulkan faktur pajak tidak boleh dengan cara lain, seperti dengan
coretan, dihapus dengan menggunakan tipp-ex. Coretan tidak
diperkenankan, kecuali pada kolom dengan tanda astrix (*).
7. Dalam hal faktur pajak hilang, Pengusaha Kena Pajak yang
berkepentingan dapat meminta faktur pajak penggantikepada Pengusaha
Kena Pajak Penjual atau Pengusaha Kena Pajak Jasa dengan tebusan
kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak
Penjual dan Pembeli dikukuhkan sebagai dengan cara :
a. atas dasar permintaan terakhir tersebut, Pengusaha Kena Pajak
Penjual atau Pengusaha Jasa dapat membuat copy faktur pajak
b. Fotocopy faktur pajak tersebut kemudian dimintakan legalisasi
kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak
Penjual dikukuhkan. Setelah dilegalisasi, satu lembar akan
disimpan oleh Pengusaha Kena Pajak dan lembar lain
dikembalikan kepada Pengusaha Kena Pajak penjual untuk
diserahkan kepada Pengusaha Kena Pajak pembeli.
Berdasarkan Lampiran II PER-159/PJ./2006, tentang petunjuk pengisian
Faktur Pajak Standar, yaitu:
1. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar.
Diisi dengan kode dan Nomor seri faktur pajak standar yang formatnya
sebagaimana ditetapkan dalam lampiran III Peraturan Jendral Pajak
Nomor PER-159/PJ./2006.
2. Pengusaha Kena Pajak
Diisi dengan nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak, Nomor dan
tanggal Keputusan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan
Faktur Pajak Standar dan tanggal penyerahan atau tanggal pembayaran.
3. Pembeli Barang Kena Pajak / Penerima Jasa Kena Pajak
Diisi dengan Nama, Alamat, nmor Pokok Wajib pajak Pembeli Barang
Kena Pajak / Penerima Jasa Kena pajak.
4. Pengisian tentang Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak yang diserahkan :
a. Nomor Urut
c. Kuantum
d. Harga Satuan
e. Harga Jual / Penggantian / Uang Muka / Termijn
5. Jumlah Harga Jual / Penggantian / Uang Muka / Termijn.
6. Dikurangi Potongan Harga.
7. Dikurangi Uang Muka yang telah diterim.
8. Dasar Pengenaan Pajak.
9. PPN yang dipungut.
10. Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
11. Dicantumkan tempat dan tanggal faktur pajak dibuat.
12. Diisi dengan Nama, dan tanda tangan dari orang yang diberi wewenang
oleh Pengusaha Kena Pajak.
13. Lampiran tambahan dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau
penyerahan Jasa Kena Pajak menggunakan mata uang asing.(Rusjdi,
2007:16-10).
G. Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar Yang hilang dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Yang Rusak Atau Salah Dalam Pengisian Atau Salah Dalam Penulisan serta Pembatalan Faktur Pajak.
Berdasarkan Lampiran VIII A dan B Peraturan Jendral Pajak Nomor
PER-159/PJ./2006, diatur Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar yang
1. Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar Yang Hilang
a. Pengusaha Kena Pajak Pembeli dapat mengajukan permohonan
tertulis kepada Pengusaha Kena Pajak Penjual dengan tindasan
kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak
Pembeli dan Pengusaha Kena Pajak Penjual dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak.
b. Berdasarkan permohonan tertulis dari Pengusaha Kena Pajak
Pembeli, Pengusaha Kena Pajak Penjual dapat membuat copy dari
arsip faktur pajak standar yang dismpan oleh Pengusaha Kena
Pajak Penjual, untuk dilegalisir oleh Kantor Pelayanan Pajak
tempat Pengusaha Kena Pajak Penjual dikukuhkan.
Copy dibuat dalam rangkap dua, yaitu :
-lembar ke-1 : diserahkan ke PKP pembeli/ penerima jasa PKP
-lembar ke-2 : arsip kantor pelayanan pajak yang bersangkutan.
c. Legalisir diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha
Kena Pajak Penjual dikukuhkan setelah meneliti Surat
Pemberitahuan Masa pajak Pertambahan Nilai dari Pengusaha
Kena pajak Penjual tersebut.
d. Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena pajak Pembeli
dikukuhkan wajib melakukan penelitian atas Surat Pemberitahuan
apakah faktur pajak yang dilaporkan hilang tersebut sudah
dikreditkan sebagai pajak masukan atau belum.
2. Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak yang Rusak Atau Cacat Atau Salah
dalam Pengisian Atau Salah Dalam Penulisan :
a. Atas faktur Pajak Standar yang rusak atau cacat atau salah dalam
pengisian atau salah dalam penulisan, Pengusaha Kena Pajak
Penjual dapat membuat faktur pajak standar pengganti.
b. Pembetulan Faktur Pajak Standar yang rusak atau cacat atau salah
dalam pengisian atau salah dalam penulisan tidak diperkenankan
dengan cara menghapus, atau mencoret atau dengan cara lain,
selain yang telah ditetapkan pada nomor 1.
c. Penerbitan dan peruntukan Faktur Pajak Standar pengganti
dilaksanakan seperti penerbitan dan peruntukan faktur pajak
standar yang biasa sesuai dengan kode dan nomor seri faktur pajak
standar yang telah ditetapkan pada lampiran III Peraturan
Direktorat Jendral Pajak ini.
d. Penerbitkan Faktur Pajak Standar Pengganti sebagaimana
dimaksud pada nomor 1, diisi berdasarkan keterangan yang
seharusnyadan dilampiri dengan faktur pajak standar yang rusak
e. Pada Faktur Pajak Standar Pengganti sebagaimana dimaksud pada
butir 1, dibubuhi cap yang mencantumkan Nmor Seri, Kode dan
tanggal Faktur Pajak Standar yang diganti tersebut.
f. Penerbitan Faktur Pajak standar Pengganti mengakibatkan adanya
kewajiban untuk membetulkan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai pada masa pajak terjadinya kesalahan
pembuatan Faktur Pajak Standar.
g. Faktur Pajak Standar Pengganti dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai pada Masa Pajak
yang sama dengan Masa Pajak yang dilaporkannya pada Faktur
pajak Standar yang diganti dan mencantumkan nilai 0 (nol) pada
kolom DPP, PPN, dan PPnBM untuk menjaga urutan faktur pajak
standar yang diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak.
h. Pelaporan Faktur Pajak Standar Pengganti pada Surat
Pemberitahuan Nilai Masa Pajak sebagaimana dimaksud pada butir
7 huruf a dan b, harus mencantumkan kode dan Nomor Seri Faktur
Pajak Standar yang diganti pada kolom yang telah ditentukan.
(Rusjdi, 2007:16-36).
3. Pembatalan Faktur Pajak Standar
Dalam hal terdapat pembatalan transaksi penyerahan Barang kena Pajak dan/ atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajak Standar nya telah diterbitkan,