• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif Akupunktur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif Akupunktur"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

MASYARAKAT MEMILIH PENGOBATAN ALTERNATIF

AKUPUNKTUR DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

Nanda Masraini Daulay 061101056

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Prakata

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif Akupunktur di Kota Medan” dengan tepat waktu.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapakan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan beribu terima kasih untuk keluarga tersayang, Mamak dan Ayah, yang telah memberikan pendidikan dan dukungan untuk menyelesaikan kuliah tepat waktu, terima kasih untuk nasehat-nasehat yang telah kalian berikan untukku. Mudah-mudahan Nanda selalu dapat menjadi anak yang membanggakan dan membahagiakan kalian di masa mendatang. Bang Ilham, terima kasih atas dukungan dan nasehatnya sehingga Nanda bisa menjadi lebih baik lagi. Adik-adikku, Khairunnisya, Rizki, dan Hatta, terima kasih untuk semua pengertian dan dukungannya sehingga kakak bisa menyelesaikan kuliah dengan baik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan proposal ini.

4. Ibu Nur Asnah, S.Kp, M.Kep dan Ibu Anna Kasfi, S.Kp, Ns. Selaku dosen penguji skripsi saya. Terima kasih atas masukan dan saran yang telah ibu berikan untuk perbaikan skripsi ini.

(3)

6. Seluruh staff pengajar Fakultas Keperawatan USU yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terima kasih atas semua ilmu, pengalaman, dan nasehat yang telah kalian berikan. Semoga Allah membalas ilmu dan kebaikan yang telah kalian berikan.

7. Terima kasih untuk bapak dan ibu staff administrasi yang telah membantu dalam urusan administrasi.

8. Prof.dr. Amri Amir,Sp.F(K), DFM, SH, Sp.Akp selaku pemilik Klinik Akupunktur Medistra Medan. Terima kasih telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di klinik tersebut, dan juga terima kasih atas saran-sarannya untuk perbaikan skripsi ini.

9. Seluruh pasien Klinik Akupunktur Medistra Medan yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

10. Teman-teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara stambuk 2006 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. Khususnya buat sahabatku Devi, Ridha, Juliana yang selalu bersama dalam suka dan duka, sering mengingatkan tugas-tugas dan tidak bosan menyampaikan informasi terkait pelajaran. Firda, Paula, Desy, dan Heppy sebagai teman konsul yang kompak dari proposal sampai skripsi, terima kasih atas bantuannya dan sudah berjuang bersama. Terima kasih buat Husna, Ito, Yani Bersaudara (Firda, Astika, Elis, Anggi), Syafrina, Ainil, Kak Endang Kartini, Zuliawati, Kak Elyn, dan teman-teman lain yang turut membantu dalam proses perkuliahan.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian.

Medan, September 2010

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vi

Daftar Skema ... vii

Abstrak ... viii

Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 5

4. Manfaat Penelitian ... 5

Bab 2 Tinjauan Pustaka 1. Pengobatan Alternatif ... 7

1.1.Definisi ... 7

1.2.Jenis-jenis ... 7

1.3.Cara Memilih Pengobatan Alternatif ... 8

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif ... 9

2.1.Faktor Sosial ... 9

2.2.Faktor Ekonomi ... 10

2.3.Faktor Budaya ... 11

2.4.Faktor Psikologis ... 13

2.5.Faktor Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis ... 13

2.6.Faktor Manfaat dan Keberhasilan ... 14

2.7.Tingkat Pendidikan ... 15

2.8.Persepsi tentang Sakit dan Penyakit ... 17

3. Akupunktur ... 18

3.1.Definisi ... 18

3.2.Sejarah Akupunktur ... 19

3.3.Konsep Dasar Akupunktur ... 21

3.4.Jenis Akupunktur dan Alat yang Digunakan dalam Akupunktur ... 23

3.5.Meridian dan Titik-titik Akupunktur ... 23

3.6.Indikasi dan Kontra-indikasi Penggunaan Akupunktur ... 27

Bab 3 Kerangka Penelitian 1. Kerangka Konsep ... 29

2. Defenisi Operasional ... 29

(5)

Bab 4 Metodologi Penelitian

Desain Penelitian ... 32

Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 32

2.1.Populasi ... 32

2.2.Sampel ... 32

2.3.Teknik Sampling ... 33

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

Pertimbangan Etik Penelitian ... 34

Instrumen Penelitian ... 35

5.1.Kuesioner Penelitian ... 35

5.2.Validitas Instrumen ... 36

5.3.Reliabilitas Instrumen ... 36

Pengumpulan Data ... 37

Analisa Data ... 38

Bab 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil penelitian ... 39

1.1 Karakteristik Responden ... 39

1.2 Deskripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif Akupunktur di Kota Medan ... 41

2. Pembahasan ... 48

2.1 Faktor Pengetahuan ... 48

2.2 Faktor Psikologis ... 50

2.3 Faktor Sosial ... 52

2.4 Faktor Ekonomi ... 54

2.5 Faktor Manfaat dan Keberhasilan ... 56

2.6 Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis ... 58

2.7 Persepsi Terhadap Sakit dan Penyakit ... 59

2.8 Faktor Budaya ... 61

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan ... 66

2. Saran ... 67

3. Hambatan dalam Penelitian ... 68

Daftar Pustaka ... 69

Lampiran-lampiran 1. Lembar Persetujuan ... 72

2. Jadwal Tentatif Penelitian ... 74

3. Taksasi Dana ... 75

4. Instrumen Penelitian ... 76

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ...39 Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor

Sosial ...41 Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor

Ekonomi ...42 Tabel 4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor

Budaya ...43 Tabel 5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor

Psikologis ...43 Tabel 6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor

Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis ...44 Tabel 7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor

Manfaat dan Keberhasilan ...45 Tabel 8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor

Pengetahuan ...45 Tabel 9 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor

Persepsi terhadap Sakit dan Penyakit ...46 Tabel 10 Distribusi mean dan standart deviasi dari faktor-faktor yang

(7)

DAFTAR SKEMA

(8)

Judul Penelitian : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif Akupunktur

Nama Mahasiswa : Nanda Masraini Daulay

NIM : 061101056

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2006

==========================================================

Abstrak

Saat ini penggunaan pengobatan alternatif semakin banyak diminati, salah satu diantaranya adalah pengobatan alternatif akupunktur. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih pengobatan alternatif yaitu faktor sosial, faktor ekonomi, faktor budaya, faktor psikologis, faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis/pengobatan konvensional, faktor manfaat dan keberhasilan, faktor pengetahuan, dan persepsi tentang sakit dan penyakit.

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan dengan menggunakan desain penelitian deskriptif eksploratif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling di klinik akupunktur Medistra Medan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi 32 pernyataan dilakukan pada tanggal 18 Januari 2010-28 Februari 2010.

Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunjukkan mayoritas responden berumur 38-58 tahun (70%), pendidikan terakhir perguruan tinggi (42%), suku Batak (36%), agama Islam (94%), pekerjaan ibu rumah tangga/IRT (36%), penghasilan perbulan > Rp.2.000.000 (52%), dan mayoritas penyakit yang diderita pasca stroke (26%). Adapun faktor tertinggi yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di kota Medan adalah faktor pengetahuan dengan nilai mean 8,42 dan SD 1,39 yang juga terkait dengan tingkat pendidikan masyarakat. Tingginya faktor pengetahuan disebabkan masyarakat mengetahui manfaat pengobatan akupunktur yang terbukti melalui banyak penelitian ilmiah. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar meneliti lebih lanjut faktor pengetahuan yang mempengaruhi dalam pemilihan akupunktur dengan menggunakan metode penelitian multiple regresi.

(9)

Judul Penelitian : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif Akupunktur

Nama Mahasiswa : Nanda Masraini Daulay

NIM : 061101056

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2006

==========================================================

Abstrak

Saat ini penggunaan pengobatan alternatif semakin banyak diminati, salah satu diantaranya adalah pengobatan alternatif akupunktur. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih pengobatan alternatif yaitu faktor sosial, faktor ekonomi, faktor budaya, faktor psikologis, faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis/pengobatan konvensional, faktor manfaat dan keberhasilan, faktor pengetahuan, dan persepsi tentang sakit dan penyakit.

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan dengan menggunakan desain penelitian deskriptif eksploratif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling di klinik akupunktur Medistra Medan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi 32 pernyataan dilakukan pada tanggal 18 Januari 2010-28 Februari 2010.

Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunjukkan mayoritas responden berumur 38-58 tahun (70%), pendidikan terakhir perguruan tinggi (42%), suku Batak (36%), agama Islam (94%), pekerjaan ibu rumah tangga/IRT (36%), penghasilan perbulan > Rp.2.000.000 (52%), dan mayoritas penyakit yang diderita pasca stroke (26%). Adapun faktor tertinggi yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di kota Medan adalah faktor pengetahuan dengan nilai mean 8,42 dan SD 1,39 yang juga terkait dengan tingkat pendidikan masyarakat. Tingginya faktor pengetahuan disebabkan masyarakat mengetahui manfaat pengobatan akupunktur yang terbukti melalui banyak penelitian ilmiah. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar meneliti lebih lanjut faktor pengetahuan yang mempengaruhi dalam pemilihan akupunktur dengan menggunakan metode penelitian multiple regresi.

(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tujuan pembangunan di bidang kesehatan yang tercantum dalam GBHN yaitu meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat dan mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya pencegahan dan pemerataan pelayanan kesehatan agar terjangkau oleh masyarakat sampai ke pelosok desa. Maka upaya pengobatan tradisional merupakan suatu alternatif yang tepat sebagai pendamping pengobatan modern (Zulkifli, 1999).

Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern (pelayanan kedokteran standar) dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern tersebut (Turana,2003). Ada berbagai faktor yang mempengaruhi seseorang memilih pengobatan alternatif , yaitu: (1). Faktor sosial, (2). Faktor ekonomi, (3). Faktor budaya, (4). Faktor psikologis, (5). Faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis / pengobatan konvensional, (6). Faktor manfaat dan keberhasilan, (7). Faktor pengetahuan, (8). Persepsi tentang sakit dan penyakit (Foster & Anderson, 1986; Turana, 2003; Dharmojono, 2001).

Saat ini penggunaan pengobatan alternatif semakin banyak diminati, hal ini diketahui dari survei yang dilakukan oleh National Health Interview Survey (NHIS) tahun 2007 yaitu hampir 40% orang dewasa dan 12% anak-anak di

(11)

Di Eropa penggunaannya bervariasi antara lain 23 % di Denmark dan 49 % di Prancis. Di Taiwan 90 % pasien mendapat terapi konvensional dikombinasikan dengan pengobatan tradisional Cina dan di Australia sekitar 48,5 % masyarakatnya menggunakan terapi alternatif (Turana, 2003). Sedangkan di Indonesia, menurut Susenas (survei sosial ekonomi nasional) (2001), sebanyak 31,7% masyarakat Indonesia menggunakan obat tradisional dan 9,8% masyarakat

memilih cara tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan mereka (Litbang Depkes RI, 2004).

Banyaknya pengguna pengobatan alternatif / CAM (Complementary and Alternative Medicine) di luar negeri menjadi pertanyaan khususnya di kalangan

medis. Sehingga, dilakukanlah penelitian-penelitian, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Barnes, Griner, McFann, Nahin (2002) di Amerika, menyatakan ada beberapa alasan atau faktor yang mendorong masyarakat di Amerika memilih CAM yaitu: mereka meyakini bila CAM dikombinasikan dengan pengobatan medis konvensional akan lebih membantu dalam penyembuhan (54,9%), karena tertarik untuk mencoba (50,1%), karena profesional pengobatan konvensional menyarankan untuk mencoba CAM (26%), dan 13% pengguna CAM menyatakan bahwa pengobatan medis konvensional terlalu mahal.

(12)

Maksudnya adalah untuk mengembalikan fungsi homeostasis tubuh sehingga pasien sehat kembali (Dharmojono, 2001).

Sekarang ini telah banyak dilakukan penelitian di bidang pengobatan akupunktur baik di luar negeri maupun di Indonesia sendiri. Di Inggris, pada tahun 1827 dilaporkan keberhasilan pengobatan akupunktur pada penyakit oedem anasarka. Elliotson pada tahun 1827 melaporkan keberhasilan pengobatan akupunktur terhadap 100 kasus rematik menahun di St. Thomas Hospital. Di Amerika Serikat, Russek, Allen dari Institute of Rehabilitation and Medicine New York telah berhasil mengobati rasa nyeri kronis dengan akupunktur (Dharmojono, 2001). Di Indonesia sendiri, pada tahun 1996 dikeluarkan Permenkes No. 1186/Menkes/Per/XI/1996 tentang pemanfaatan akupunktur di sarana pelayanan kesehatan (Saputra, 2005).

(13)

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh NHIS pada tahun 2002 dan 2007 di Amerika, terdapat peningkatan jumlah pengguna pengobatan alternatif akupunktur. Tahun 2002 tercatat sebanyak 2.136.000 orang pengguna akupunktur, sedangkan survei pada tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah yaitu mencapai

3.141.000 orang pengguna pengobatan alternatif akupunktur (Barnes, Bloom, Nahin, 2008).

Di Medan, jumlah masyarakat pengguna pengobatan alternatif akupunktur cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari data pengunjung di Klinik Akupunktur Medistra, jumlah pasien akupunktur sejak tahun 2007 sebanyak 234 orang, tahun 2008 sebanyak 450 orang. Data terakhir tahun 2009 tercatat 635 orang pasien akupunktur.

Melihat fenomena semakin meningkatnya minat masyarakat terhadap pengobatan alternatif akupunktur, sehingga penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang apa alasan atau faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan. Penelitian ini dilakukan di klinik akupunktur Medistra dengan alasan jumlah populasi dapat mewakili untuk dilakukan penelitian.

2. Pertanyaan Penelitian

(14)

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan.

4. Manfaat Penelitian

4.1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini menjadi sumbang saran bagi sistem pelayanan kesehatan agar lebih memperhatikan pengobatan alternatif yang mendukung pelayanan kesehatan. Dan juga diharapkan pengobatan alternatif akupunktur dapat terintegrasi dengan pelayanan kesehatan konvensional sehingga lebih meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan menjadi dasar pertimbangan khususnya bagi keperawatan komunitas dalam menyikapi masyarakat yang menggunakan pengobatan alternatif. Diharapkan perawat komunitas terbuka terhadap penggunaan pengobatan alternatif yang mendukung kesehatan klien dan mempunyai dasar penelitian yang jelas dan dapat memberikan bantuan dalam memilih pengobatan alternatif apa yang aman dan sesuai dengan standar.

4.3. Bagi Penelitian Keperawatan

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengobatan Alternatif 1.1. Definisi

1.2. Jenis-jenis

1.3. Cara Memilih Pengobatan Alternatif

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif 2.1. Faktor Sosial

2.2. Faktor Ekonomi 2.3. Faktor Budaya 2.4. Faktor Psikologis

2.5. Faktor Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis 2.6. Faktor Manfaat dan Keberhasilan

2.7. Tingkat Pendidikan

2.8. Persepsi tentang Sakit dan Penyakit 3. Akupunktur

3.1. Definisi

3.2. Sejarah Akupunktur 3.3 Konsep Dasar Akupunktur

3.4. Jenis Akupunktur dan Alat yang Digunakan dalam Akupunktur 3.5. Meridian dan Titik-titik Akupunktur

(16)

1. Pengobatan Alternatif

1.1. Definisi

Pengobatan alternatif dapat didefinisikan sebagai suatu cara mencari pengobatan dengan memilih diantara dua atau beberapa kemungkinan untuk menyembuhkan penyakit (Depdiknas, 2005). Turana (2003) mendefinisikan pengobatan alternatif sebagai bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern (pelayanan kedokteran standar) dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern tersebut.

1.2. Jenis-jenis

Nahin, Barnes, Stussman, Bloom (2009), dala pengobatan CAM dikategorikan menjadi 5 kategori, antara lain:

a. Alternative Medical System/ Healing System – non medis

b.

terdiri dari

Homeopathy, Naturopathy, Ayurveda dan Traditional Chinese Medicine (TCM)

Mind Body Intervention

c.

terdiri atas Meditasi, Autogenics, Relaksasi

Progresif, Terapi Kreatif, Visualisasi Kreatif, Hypnotherapy, Neurolinguistik Programming (NLP), Brain Gym, dan Bach Flower Remedy.

(17)

d. Manipulasi Anggota Tubuh

e.

terdiri atas Pijat/Massage, Aromatherapy,

Hydrotherapy, Pilates, Chiropractic, Yoga, Terapi Craniosacral, Teknik

Buteyko. Terapi Energi

1.3. Cara Memilih Pengobatan Alternatif

Dari penelitian Supardi (1996) dikatakan bahwa sesorang yang sakit dalam studi pengambilan keputusan berobat biasanya akan mempertimbangkan 3 hal yang menjadi pertanyaan pokok: (a). Alternatif apa yang dilihat anggota masyarakat agar mampu menyelesaikan masalahnya, (b). Kriteria apa yang dipakai untuk memilih salah satu dari beberapa alternatif yang ada, (c). Bagaimana proses pengambilan keputusan untuk memilih alternatif tersebut.

Diantara salah satu respon seseorang terhadap pencarian pelayanan kesehatan atas sakitnya adalah dengan datang ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional atau alternatif (Notoadmodjo, 2003). Oleh karena diperlukan cara memilih pengobatan alternatif yang tepat dan memanfaatkannya secara cerdas. Hal ini perlu diketahui karena sebagaimana pengobatan konvensional, pengobatan alami juga bisa membahayakan jiwa. Beberapa hal berikut ini yang perlu diperhatikan adalah:

terdiri dari Akupunktur, Akupressur, Refleksiologi, Chi

Kung, Tai Chi, Reiki, dan Prana healing.

(18)

d. Jangan mengharapkan hasil segera

e. Sesuaikan pengobatan dengan gaya hidup f. Pola makan yang baik (CBN, 2004).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan

Alternatif

Menurut (Foster & Anderson, 1986; Turana, 2003; Dharmojono, 2001), ada banyak faktor yang berperan dalam pemilihan seseorang terhadap pengobatan alternatif, antara lain sebagai berikut:

2.1. Faktor Sosial

Setiap individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok (lingkungan), terutama lingkungan keluarga. Suatu kelompok dalam lingkungan ini akan membuka kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok lain (Notoatmodjo, 2007).

(19)

tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti akan lebih berhasil bila yang memberi sugesti adalah orang berwibawa atau yang memiliki tipe otoriter (Sunaryo, 2004).

Dalam penelitian yang dilakukan Varghese (2004) disebutkan bahwa pengaruh sosial memang sangat kompleks salah satunya adalah pengaruh orang lain atau sugesti teman memiliki angka 11,59% dari alasan pemilihan pengobatan alternatif. Hal ini terlihat pada fenomena sosial di sebagian masyarakat bahwa perilaku mencari dan memelihara kesehatan pada pengobatan alternatif tersebut sudah mendapatkan pembenaran bahkan saling merekomendasikan si sakit pada pengobatan alternatif (Foster & Anderson, 1986).

Kelman (1961, dalam Maramis 2006) menetapkan tiga macam proses pengaruh sosial: kepenurutan (compliance), identifikasi dan internalisasi.

Kepenurutan terjadi bila kita menyesuaikan diri dengan suatu usaha

memengaruhi, tetapi hanya pada tingkat perilaku dan bila sendirian tetap pada sikap dan pandangan kita sebelumnya. Identifikasi terjadi bila kita menerima sikap dan kepercayaan orang lain agar terjadi suatu ‘relasi yang baik dengannya’ tanpa memperhatikan kehadiran fisik mereka (yaitu apakah mereka dapat memonitor perilaku kita atau tidak). Internalisasi terjadi bila sikap dan pendapat yang dimasukkan betul-betul menjadi kepunyaan kita. Kita menerima itu secara mendasar dan seutuhnya, karena isinya yang menjadi terintegrasi dengan sistem nilai kita.

2.2. Faktor Ekonomi

(20)

perdagangan (Depdiknas, 2005). Dalam penelitiannya, Varghese (2004) menyebutkan bahwa 13,04% responden menyatakan pengobatan alternatif dipilih karena alasan murah. Mahalnya obat-obatan modern dan tingginya biaya fasilitas kedokteran canggih menjadi alasan masyarakat mencari jenis pengobatan alternatif, pengobatan modern mensyaratkan kemampuan ekonomi yang memadai. Faktor ekonomi mempunyai peranan besar dalam penerimaan atau penolakan suatu pengobatan. Faktor ini diperkuat dengan persepsi masyarakat bahwa pengobatan alternatif sedikit membutuhkan tenaga, biaya, dan waktu (Foster & Anderson, 1986). Kedokteran konvensional sangat tergantung dari teknologi yang mahal untuk memecahkan masalah kesehatan, meskipun kadang pula hal tersebut tidak efektif (Turana, 2003).

Kedokteran modern menjadi identik dengan unpersonal dan high cost medicine yang hanya terjangkau oleh sekelompok kecil masyarakat dan kedokteran modern tersebut belum mampu secara meyakinkan manangani masalah penyakit degeneratif seperti masalah penuaan, kanker, diabetes, hipertensi. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat dan minat pencari pertolongan terhadap pengobatan konvensional (Turana, 2003).

2.3. Faktor Budaya

(21)

kebiasaan-kebiasaan masyarakat (Mulyana & Rakhmat, 2003). Kluckhon (1949 dalam Maramis 2006) mendefinisikan bahwa kebudayaan atau kultur merupakan keseluruhan cara hidup manusia sebagai warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya.

Nilai-nilai budaya yang dominan pada diri individu sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Selanjutnya, kepribadian tersebut akan menentukan pola dasar perilaku manusia, termasuk perilaku dalam hal memilih pengobatan (Notoatmodjo, 2007). Dalam hal ini budaya dipengaruhi oleh suku bangsa yang dianut pasien, jika aspek suku bangsa sangat mendominasi maka pertimbangan untuk menerima atau menolak didasari pada kecocokan suku bangsa yang dianut.

Semua kebudayaan mempunyai cara-cara pengobatan, beberapa melibatkan metode ilmiah, yang lain melibatkan kekuatan supranatural dan supernatural. Dalam beberapa kebudayaan, orientasi adalah pada masa kini, bukan pada masa depan, dan pasien mungkin tidak menyelesaikan pengobatan jangka panjang ketika gejala-gejala yang menonjol telah hilang. Dalam suatu masyarakat di mana kesembuhan dianggap berhubungan dengan tingginya harga yang dibayar untuk pengobatan, maka kepercayaan pada kedokteran barat yang tersedia gratis atau murah menjadi kurang (Maramis, 2006).

(22)

dengan apa yang dikemukakan oleh Foster & Anderson (1986) bahwa sistem medis adalah bagian integral dari masyarakat.

2.4. Faktor Psikologis

Manusia merupakan makhluk bio-psiko-sosio-kulutural-spiritual, dan unsur-unsur ini saling mempengaruhi. Pendekatan psikologis yaitu yang berkenaan dengan proses mental baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku (Depdiknas, 2005). Kebutuhan akan hal tersebut menurut Kessler & Rees L dalam Turana (2003) dapat dipenuhi oleh pengobat alternatif sehingga pasien lebih dapat mengontrol penyakitnya.

Aspek psikologis akan mempengaruhi emosi yang berhubungan erat dengan keadaan jasmani (Notoatmodjo, 2007). Peranan sakit merupakan suatu kondisi yang tidak menyenangkan, karena itu berbagai cara akan dijalani oleh pasien dalam rangka mencari kesembuhan maupun meringankan beban sakitnya, termasuk datang ke pelayanan pengobatan alternatif (Foster & Anderson, 1986). Kenyamanan diperoleh pada saat pengobatan karena tidak menggunakan peralatan yang menyakitkan. Misalnya, patah tulang, tidak perlu diamputasi atau digips (Notoatmodjo, 2007).

2.5. Faktor Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis

(23)

sakitnya (Foster & Anderson, 1986). Menurut Turana (2003) dari sudut pandang pasien bukan suatu hal yang penting mengenai dasar ilmiah. Pengguna dari pengobatan alternatif ini biasanya pula sudah mencoba pengobatan konvensional yang tidak menyembuhkan penyakitnya.

2.6. Faktor Manfaat dan Keberhasilan

Varghese (2004) menyatakan keefektifan dari pengobatan alternatif menjadi alasan yang sangat berpengaruh terhadap pemilihan pengobatan alternatif. Suatu hal dikatakan berhasil apabila mendatangkan hasil atau perubahan ke arah yang diharapkan (Depdiknas, 2005). Pernyataan ini juga didukung oleh Turana (2003) adanya beberapa manfaat umum dari pengobatan alternatif baik secara psikologis dan sosial yang tidak terpengaruh dengan keberadaan pengobatan modern, yaitu: mengurangi stres dan kecemasan akibat ketidakpastian penyakit, biaya yang rendah dan menyenangkan, penguatan dan keterlibatan langsung pasien dalam penanganan penyakitnya.

(24)

Penelitian Kessler et al, pada pasien yang menderita ansietas dan depresi didapatkan data bahwa sebagian besar pasien menyatakan pengobatan alternatif sama berguna dengan pengobatan konvensional. Dalam suatu diskusi panel National Institut of Health (NIH) yang dihadiri oleh 23 ahli di bidang kedokteran perilaku, penanganan nyeri, ilmu jiwa, ilmu saraf dan psikologi ditemukan berbagai bukti kuat bahwa penggunaan teknik relaksasi dan terapi perilaku dapat mengurangi rasa nyeri dan masalah insomnia akibat berbagai kondisi penyakit. Diskusi Panel NIH pernah juga memberikan simpulan bahwa akupuntur efektif untuk mengurangi nyeri gigi, mual, muntah, nyeri kepala dan nyeri pinggang bawah (Turana, 2003).

2.7. Faktor Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata, telinga atau kognitif yang merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang yang didapat secara formal dan informal. Pengetahuan formal diperoleh dari pendidikan sekolah sedangkan pengetahuan informal diperoleh dari media informasi yaitu media cetak seperti buku-buku, majalah, surat kabar, juga media elektronika seperti televisi, radio dan internet (Purwanto, 1996).

(25)

mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan mereka, hal ini yang juga dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan terhadap pengobatan (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pendidikan yang masih rendah serta kurangnya informasi kesehatan yang diterima menyebabkan sebagian besar masyarakat kurang menyadari akan pentingnya kesehatan. Keadaan seperti ini membuat masyarakat berpedoman bahwa sehat adalah jika kondisi fisik / biologisnya masih mampu melakukan aktivitas dan gerakan yang normal seperti biasanya berarti dalam kondisi sehat, sedangkan konsep sakit adalah jika kondisi tubuh sudah tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari (Foster & Anderson, 1986).

(26)

2.8. Persepsi tentang Sakit dan Penyakit

Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun mengamati terhadap objek yang sama, sama halnya dengan persepsi seseorang tentang sakit (illness) dan penyakit (disease) juga berbeda-beda. Persepsi dapat merubah perilaku seseorang, termasuk perilaku kesehatan. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsikan penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya), maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Becker (1979 dalam Notoatmodjo 2007) mengklasifikasikan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan yaitu: perilaku sehat dan perilaku sakit. Perilaku sehat (health behavior) merupakan hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Sedangkan perilaku sakit (the sick role behavior) merupakan segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.

(27)

3. Akupunktur

3.1. Definisi

Kata akupunktur berasal dari bahasa Yunani, yaitu acus yang berarti jarum dan punctura yang berarti menusuk. Di dalam bahasa Inggris menjadi to puncture, sedangkan kata asal dalam bahasa Cina adalah cenciu. Kata tersebut

kemudian diadaptasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi akupunktur atau tusuk jarum. Sebagai suatu sistem pengobatan, akupunktur dapat didefenisikan sebagai suatu pengobatan yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum di titik-titik tertentu pada tubuh pasien. Maksudnya adalah agar pasien sehat kembali (Dharmojono, 2001).

Saputra (2005) mendefinisikan akupunktur sebagai suatu cara pengobatan yang memanfaatkan rangsangan pada titik akupunktur untuk memengaruhi aliran bio energi tubuh berdasar pada filosofi keseimbangan hubungan antara permukaan tubuh dan organ melalui sistem meridian yang spesifik. Dalam satu meridian terdapat beberapa titik akupunktur yang

dimanfaatkan sebagai pintu masuk rangsangan ke dalam meridian (Mann, 1974 dalam Saputra 2005).

(28)

3.2. Sejarah Akupunktur

Perkembangan Akupunktur di Luar Negeri

Ilmu akupunktur merupakan ilmu pengobatan yang berasal dari negara Cina dan telah dikenal sejak 4000-5000 tahun yang lalu. Menurut buku Huang Ti Nei Ching (The Yellow Emperror’s Classic of Internal Medicine) ilmu akupunktur

sudah mulai dikenal sejak zaman batu, di mana digunakan jarum batu untuk menyembuhkan penyakit (Saputra, 2005).

Perkembangan ilmu akupunktur di Cina dimulai pada zaman Cun Ciu Can Kuo (770-221 SM). Pada zaman ini ilmu akupunktur berkembang dengan menggunakan bahan dari batu berubah ke bambu, dari bambu ke tulang, dan kemudian perunggu (Dharmojono, 2001).

Baru pada masa pertengahan abad XX, ilmu akupunktur bangkit dengan mengadakan penyesuain terhadap tuntutan zaman serta perkembangan ilmiah zaman modern. Di negara Cina, praktik akupunktur tidak saja dilakukan oleh akupunkturis (pengobatan Cina) saja akan tetapi dokter-dokter lulusan Fakultas Kedokteran Cina juga melakukan praktik serupa. Bahkan, ilmu akupunktur merupakan sebuah mata pelajaran dalam perguruan tinggi kedokteran di negara tersebut. Sejak tahun 1958 mulai diintensifkan riset dalam bidang ilmu pengobatan akupunktur. Pada tahun 1968 mulai diadakan riset penggunaan ilmu akupunktur dalam pembedahan sebagai anestesi (Saputra, 2005).

(29)

mendemonstrasikan secara histologis dan elektrobiologis tentang meridian dan titik akupunktur dalam teori yang disebut teori sistem Kyung Rak (Saputra, 2005).

Di negara Belanda, akupunkturis Wilhelem ten Rhyne, seorang dokter VOC mengungkapkan pengobatan rematik dengan akupunktur di dalam bukunya dan diterbitkan pada tahun 1683 di London (Saputra, 2005). Di negara Perancis, pada tahun 1863, Louise Berlioz mengungkapkan secara jelas dalam bukunya tentang ilmu akupunktur. Bahkan sebelum itu tahun 1816 Louise mempelajari penggunaan elektropuncture dan pada tahun 1825 electropuncture mulai digunakan untuk pengobatan gout, rematik, dan lain-lain (Saputra, 2005).

Di Amerika Serikat, ilmu akupunktur telah berkembang lama dalam lingkungan Cina Town di Kota San Francisco dan New York. Di Elstein Hospital dan Massachuset Hospital telah dilakukan penyelidikan mengenai anestesi dengan akupunktur. Demikian pula para dokter di Michigan’s State Hospital telah berhasil menggunakan akupunktur sebagai anestesi pada beberapa pembedahan antara lain pencangkokan kulit, eksisi tumor, operasi hernia, pencabutan gigi yang dilaporkan memuaskan (Saputra, 2005).

Perkembangan Akupunktur di Indonesia

(30)

melakukan penelitian dan pengembangan cara pengobatan timur termasuk akupunktur, atas instruksi Menteri Kesehatan waktu itu (Prof. Dr. Satrio), telah membentuk tim riset Ilmu Pengobatan Tradisional Timur. Maka sejak saat itu praktik akupunktur diadakan secara resmi di RS Cipto Mangunkusumo.

Dalam perkembangannya, tuntutan masyarakat terhadap pelayanan akupunktur semakin meningkat, sehingga saat ini telah terbentuk pendidikan akupunktur untuk jenjang Diploma III (Ahli Madya Akupunktur) berdasar Kepmenkes RI No. 1277.Menkes/SK/VIII/2003 (Saputra, 2005).

3.3. Konsep Dasar Akupunktur

Ribuan tahun yang lalu, manusia memilki rasa keakraban bahkan menyatu dengan lingkungannya. Manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, baik secara fisik, perilaku, maupun pola pikirnya. Pemikiran para ahli pada saat itu tidak terlepas dari pola pikir tertentu, yaitu proses melahirkan kreasi-kreasi yang dipengaruhi oleh keadaan dan kaidah-kaidah alam sekitarnya, seperti matahari, bulan, bumi (tanah), pohon (kayu), api, air, angin, panas, dan dingin. Sehingga dasar pemikiran ilmu akupunktur juga bersumber dari interrelasi dari berbagai karakter benda alam (Dharmojono, 2001).

Aspek yin-yang di dalam tubuh

(31)

Dalam yin terdapat yang (gelap-terang). Dalam yang terdapat yin (terang-gelap). Selama tercapai keseimbangan (homeostasis) antara yin dan yang maka tubuh manusia dalam kondisi sehat (Saputra, 2005).

Menurut Dharmojono (2001), dalam ilmu akupunktur dikenal 12 organ. Enam organ berkarakter yin dan enam organ lainnya berkarakter yang. Organ berkarakter yin dikenal sebagai organ chang, sedangkan organ berkarakter yang disebut fu. Kedua organ dalam tersebut, dinamakan chang fu. Yang termasuk organ chang fu sebagai berikut:

Organ chang : Paru-paru (Lung= LU), Jantung (Hearth= HT), Hearth capsule

(HC), Limpa (Spleen = SP), Hati (Liver = LR), Ginjal (Kidney = KI), Perikardium (PC). Organ fu: Usus besar (large intestine = LI), Usus kecil (small intestine = SI), Sanciao (three energizer = TE), Lambung (stomach = ST), Kantung empedu (gall blader = GB), Kandung kemih (bladder = BL)

Hukum lima unsur dalam Akupunktur

(32)

Dharmojono (2001) mengungkapkan terdapat lima unsur pokok yang mutlak dibutuhkan makhluk hidup yang terdiri dari: bahan makanan, energi, tempat dan lingkungan hidup, atmosfer atau udara, dan air. Dengan pergerakan lima unsur merupakan salah satu komponen dalam sistem homeostasis di dalam tubuh. Keadaan yang seperti ini akan tercapai apabila berada di bawah pengaruh dua aspek kekuatan yin-yang yang seimbang dan dinamis pula.

3.4. Jenis Akupunktur dan Alat yang Digunakan dalam Akupunktur

Pada awalnya, alat-alat yang digunakan untuk merangsang titik-titik akupunktur secara tradisional adalah benda-benda tajam (jarum metal). Saat ini, alat-alat ynag digunakan telah berkembang pesat sesuai dengan inovasi baru dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, yaitu dengan penggunaan rangsangan panas (moksa, TDP, sinar merah). Rangsangan yang menggunakan aliran gelombang listrik adalah elektro akupunktur (electro acupuncture), elektro stimulator (electro stimulation), dan elektru punktur (electro puncture). Rangsangan lain yang digunakan adalah rangsangan dengan sinar laser, gelombang ultrasonik, dan magnet. Rangsangan dengan menggunakan cairan, larutan kimiawi atau obat disebut juga akuapunktur (aquapuncture) (Dharmojono, 2001).

3.5. Meridian dan Titik-titik Akupunktur

(33)

seseorang yang dikatakan sehat apabila qi menga lir di dalam meridian secara teratur, berirama, dan membentuk siklus tertutup (Dharmojono, 2001).

Dharmojono (2001) menyebutkan pembagian meridian dan titik-titik akupunktur. Terdapat 12 meridian organ dan 2 meridian istimewa unilateral, sebagai berikut:

a. Meridian Paru-paru (Lung - LU)

Meridian LU terdiri dari 11 meridian yang titik-titiknya tersebar mulai dari dada, tulang rusuk, tulang selangka, otot-otot biseps pada sisi radial, lipatan siku, pergelangan tangan, telapak tangan, sampai ibu jari.

b. Meridian Usus Besar (Large Intestine - LI)

Terdiri dari 20 titik tersebar mulai dari sisi radial jari telunjuk, punggung tangan, sisi radial pergelangan tangan, lipatan siku, otot humeri dan deltoideus, tulang bahu, tulang belikat, cuping hidung, sampai nasolabialis. c. Meridian Lambung (Stomach - ST)

Terbagi menjadi 45 titik yang mengalir dari tepi bawah mata, sudut mulut, sudut rahang, dahi, tulang klavikula bagian dada, tulang rusuk, sisi luar garis perut, lipatan paha, lutut, lipatan kaki, sampai jari kaki.

d. Meridian Limpa (Spleen - SP)

(34)

e. Meridian Jantung (Heart - HT)

Memiliki 9 titik meliputi tepi bawah otot pektoralis, atas lipatan siku, atas lipatan pergelangan tangan, telapak tangan, dan sisi ulnar jari ke-5.

f. Meridian Usus Kecil (Small Intestine - SI)

Terdiri dari 19 titik akupunktur yang berada pada alur meridian SI meliputi: sisi ulnar jari ke-5, metacarpal, lipatan pergelangan tangan, lekukan ulnaris, belakang sendi bahu, otot-otot sekitar bahu, antara lain; supraspinatus, sternocleidomastoideus, scapulae.

g. Meridian Kandung Kemih (Bladder - BL)

Terdiri dari 67 titik yang mengalir mulai dari pangkal hidung, alis mata, tepat diatas pupil mata dalam keadaan tertutup, dua jari dari sisi luar tulang belakang punggung, bagian tengah lipatan bokong-paha, pertengahan paha bagian belakang, lipatan lutut, mata kaki, telapak kaki, jari kelingking kaki. h. Meridian Ginjal (Kidney - KI)

Terdiri dari 27 titik yang mengalir mulai dari telapak kaki, mata kaki, di depan perlekatan tendon achiles, bagian luar meridian CV.

i. Meridian Perikardium (Pericard - PC)

(35)

j. Meridian Sanciao (Triple Energizer - TE)

Terdiri dari 23 titik yang mengalir mulai dari ujung jari manis tangan, jari kelingking tangan, punggung tangan, pergelangan tangan, lipatan siku, di daerah lekukan telinga, di atas apex telinga, ujung alis mata.

k. Meridian Kandung Empedu (Gallblader - GB)

Terdiri dari 44 titik yang mengalir melalui bagian bawah mandibula, di atas otot pipi, sisi luar kepala, apex telinga, di belakang telinga, daerah dahi, batas bawah ujung tulang rusuk ke-12, sisi luar sendi lutut, tulang mata kaki, telapak kaki.

l. Meridian Hati (Liver - LV)

Terdiri dari 14 titik yang terdapat pada ibu jari kaki, mata kaki bagian depan, sisi bagian dalam arteri femoralis. Di bawah sisi luar tulang kemaluan, di bawah ujung rusuk ke-11, di bawah puting susu.

Meridian Istimewa Unilateral:

m. Meridian TU (Governing Vessel - GV)

(36)

n. Meridian REN (Conception Vessel - CV)

Terdiri dari 24 titik meridian yang tersebar mulai dari di antara anus dan scrotum pada pria atau dengan labium majus pada wanita, pertengahan batas atas simfisis pubis, di sekitar pusat, ujung proc.xypoideus, antara 2 puting susu, daerah lekukan batas atas manubrium sterni, daerah lekukan adam’s apple.

3.6. Indikasi dan Kontra-indikasi Penggunaan Akupunktur

Nomenklatur tentang indikasi dan kontra-indikasi penggunaan akupunktur berdasarkan standarisasi WHO yang disebut sebagai ”Proposed Standart International Acupuncture Nomenclature”. Pada dokumen tersebut

tercantum hal-hal sebagai berikut: a. Indikasi pengobatan akupunktur:

1. Saluran nafas : berbagai radang yang ditujukan untuk mengatasi kondisi alergi dan meningkatkan daya tahan tubuh.

2. Mata : kelainan mata yang bersifat radang dan fungsional otot serta refraksi.

3. Mulut : untuk penanggulangan nyeri dalam pencabutan dan peradangan kronis.

4. Saluran makanan dan lambung : berbagai kelainan fungsional yaitu otot, ekkresi asam lambung, nyeri, dan peradangan.

(37)

b. Kontra-indikasi pengobatan akupunktur 1. Penderita dalam keadaan hamil 2. Penderita yang memakai pacu jantung 3. Menusuk dekat daerah tumor ganas

(38)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur yaitu faktor sosial, faktor ekonomi, faktor budaya, faktor psikologis, faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis, faktor manfaat dan keberhasilan, faktor pengetahuan, dan persepsi tentang sakit dan penyakit (Foster & Anderson, 1986; Turana, 2003; Dharmojono, 2001).

Skema 1.3 Kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut:

2. Definisi Operasional

Definisi operasional faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Klinik Akupunktur Medistra yaitu: faktor sosial, faktor ekonomi, faktor budaya, faktor psikologis, faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis, faktor manfaat dan keberhasilan, faktor pengetahuan,

Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif:

 Faktor Sosial  Faktor Ekonomi  Faktor Budaya  Faktor Psikologis

 Faktor Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis

 Faktor Manfaat dan Keberhasilan  Faktor Pengetahuan

 Persepsi tentang sakit dan penyakit

(39)

dan persepsi terhadap sakit dan penyakit. Adapun definisi operasional dibuat berdasarkan studi literatur.

Faktor Sosial:

Pemilihan pengobatan alternatif akupunktur yang berdasarkan dari informasi dan sugesti orang lain, teman, ataupun pengaruh orang yang dianggap penting yang akhirnya dipercaya sehingga menjadi nilai-nilai pribadi pasien di klinik akupunktur Medistra.

Faktor Ekonomi:

Persepsi pasien bahwa pengobatan alternatif akupunktur di klinik akupunktur Medistra adalah salah satu jenis terapi yang membutuhkan sedikit biaya, tenaga dan waktu dalam proses pengobatan.

Faktor Budaya:

Kunjungan pasien ke pengobatan alternatif akupunktur di klinik akupunktur Medistra didasarkan kepada nilai-nilai budaya suku bangsa yang dianut serta akupunktur merupakan warisan budaya nenek moyang.

Faktor Psikologis:

Pasien memperoleh kenyamanan karena baiknya komunikasi yang dilakukan terapis dan terpenuhinya kebutuhan informasi terhadap penyakit yang diderita serta harapan kesembuhan penyakitnya di klinik akupunktur Medistra.

Faktor Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis:

(40)

untuk memeriksa dan mengobati penyakitnya, tetapi tidak mendapatkan kesembuhan sehingga pasien memilih pengobatan back to nature.

Faktor Manfaat dan Keberhasilan:

Pasien merasakan berkurangnya gejala penyakit yang diderita dan pasien dapat juga memanfaatkan akupunktur sebagai preventif sehingga tubuh terhindar dari penyakit setelah mendapatkan terapi di klinik akupunktur Medistra.

Faktor Pengetahuan:

Pengetahuan seseorang tentang pengobatan alternatif akupunktur sebanding dengan pengetahuan manfaat dan keefektifan akupunktur bagi kesehatan pasien di klinik akupunktur Medistra. Tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang dalam kepedulian terhadap informasi kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatannya.

Persepsi tentang sakit dan penyakit:

(41)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif, bertujuan untuk menggambarkan/mendeskripsikan secara lebih mendalam faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan.

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

2.1. Populasi

Populasi adalah suatu perkumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian (Depdiknas, 2005), atau keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat yang datang untuk mendapatkan terapi akupunktur di klinik akupunktur Medistra Medan. Berdasarkan data pengunjung pasien di klinik akupunktur Medistra jumlah pasien pada 1 tahun terakhir tahun 2009 kurang lebih 635 orang.

2.2. Sampel

(42)

n = N 1 + N (d)

n = 58 1 + 58 (0,05)

2

Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Tingkat signifikansi (d = 0,05)

Dengan menggunakan rumus tersebut didapatkan

Penelitian ini dilakukan di klinik akupunktur Medistra Medan dengan pertimbangan bahwa klinik tersebut memiliki izin pendirian klinik dari Depkes dan jumlah populasinya dapat mewakili. Selain itu, penelitian tentang

faktor-2

n = 50 orang (Zainudin, 2000 dalam Nursalam 2003).

Sampel tersebut dianggap representatif dan memenuhi kriteria penelitian.

2.3. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini digunakan teknik purposive sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel diantara populasi sesuai dengan kriteria penelitian, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah pasien akupunktur, berusia 17 tahun ke atas, dapat membaca dan menulis dengan bahasa Indonesia, dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

(43)

faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di klinik tersebut juga belum pernah dilakukan serta pertimbangan lokasi mudah dijangkau dalam proses penelitian. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari 2010 - Maret 2010.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara) dan persetujuan dari pemimpin klinik akupunktur Medistra Medan. Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan menandatangani informed consent. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi

responden, baik secara fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian (menggunakan kode responden). Data-data yang diperoleh dari responden hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

5. Instrumen Penelitian

5.1. Kuesioner Penelitian

(44)

bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur.

Kuesioner tentang data demografi meliputi: usia, pendidikan, agama, suku, pekerjaan, penghasilan, keluhan/penyakit yang dialami. Kuesioner tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur terdiri dari 32 pernyataan yaitu faktor sosial (pernyataan no. 1-4), faktor ekonomi (pernyataan no. 5-8), faktor budaya (pernyataan no. 9-12), faktor psikologis (pernyataan no. 13-16), faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis (pernyataan no. 17-20), faktor manfaat dan keberhasilan (pernyataan no. 21-24), faktor pengetahuan (pernyataan no. 25-28), persepsi tentang sakit dan penyakit (pernyataan no. 29-32).

Kuesioner penelitian ini berpedoman pada skala pengukuran yang dikembangkan oleh Likert (dikenal dengan istilah skala Likert), yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur dikategorikan dan dikuantifikasi, seperti: Sangat setuju, Setuju, Tidak setuju, Sangat tidak setuju (Hidayat, 2007). Jika responden menjawab sangat setuju maka diberi nilai 3, responden menjawab setuju diberi nilai 2, responden menjawab tidak setuju diberi nilai 1, dan terakhir responden menjawab sangat tidak setuju diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 12 untuk setiap faktor sedangkan nilai terendah adalah 0.

5.2. Validitas Instrumen

(45)

yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji validitas isi. Validitas isi adalah suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang dikaji. Penelitian tentang validitas isi ini bersifat subjektif dan keputusan apakah instrumen ini sudah mewakili atau tidak, didasarkan pada pendapat ahli (Broncopp, 1999). Pada penelitian ini, peneliti menunjukkan kuesioner yang telah disusun kepada orang yang ahli di bidang akupunktur Prof. Dr. dr. Amri Amir yang merupakan pemilik klinik Medistra Medan. Adapun hasil uji validitas isi terhadap kuesioner ini yaitu faktor faktor tingkat pendidikan diganti menjadi faktor pengetahuan dengan tidak merubah isi pernyataan.

5.3. Reliabilitas Instrumen

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen. Uji reabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau keampuhan alat ukur untuk mengukur secara konsistensi sasaran yang akan di ukur (Polit & Hungler, 1995). Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan (Arikunto, 2006). Uji reliabilitas kuesioner ini dilakukan sebelum penelitian dengan menggunakan formula Cronbach Alpha dalam program komputerisasi. Uji reliabilitas telah dilakukan pada 10 orang responden di luar sampel penelitian yang memenuhi kriteria penelitian dengan hasil 0,827. Hasil tersebut dianggap reliabel berdasarkan Polit & Hungler (1995) bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai reliabilitas lebih dari 0,70.

(46)

6. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan berpedoman pada kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan dan izin dari pemimpin Klinik Akupunktur Medistra Medan. Setelah mendapat izin peneliti melaksanakan pengumpulan data. Pada saat pengumpulan data peneliti mencari responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya dan setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner. Dan yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani informed consent.

Pada saat pengisian kuesioner 20 responden mengisi sendiri kuesioner dan 30 responden menjawab pernyataan kuesioner dengan dibacakan oleh peneliti. Banyaknya responden yang tidak bisa mengisi sendiri kuesioner dikarenakan situasi dan kondisi tempat penelitian (klinik akupunktur Medistra) yang buka pada sore sampai malam hari sehingga banyak responden yang tidak dapat membaca kuesioner karena alasan tidak bawa kaca mata, mau cepat pulang, dan sebagian kuesioner diberikan ketika pasien sedang terapi akupunktur.

(47)

7. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahapan, antara lain tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban diisi sesuai denga petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah ketika mengadakan tabulasi dan analisa.

(48)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan altenatif akupunktur di kota Medan yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 18 Januari 2010 sampai 28 Februari 2010 di Klinik Akupunktur Medistra Medan.

1.1Karakteristik Responden

Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden yang akan dipaparkan mencakup usia, pendidikan terakhir, agama, suku, pekerjaan, penghasilan perbulan, dan penyakit yang diderita. Dari data yang diperoleh (tabel 1) menunjukkan mayoritas responden berumur 38-58 tahun (70%), pendidikan terakhir perguruan tinggi (42%), suku Batak (36%), agama Islam (94%), pekerjaan ibu rumah tangga / tidak bekerja (36%), penghasilan perbulan > Rp.2.000.000 (52%), dan penyakit yang diderita pasca stroke (26%).

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden (n=50)

Data Demografi Responden Frekuensi Persentase (%)

Usia

17-37 tahun 8 16

38-58 tahun 35 70

> 58 tahun 7 14

(49)

Tabel 1. (Lanjutan)

Keluhan / Penyakit yang dialami

(50)

1.2Deskripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih

Pengobatan Alternatif Akupunktur di Kota Medan

Hasil penelitian ini menjelaskan persentase tertinggi dari pernyataan setiap faktor, dimana masing-masing faktor terdiri dari 4 pernyataan. Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur meliputi faktor sosial, faktor ekonomi, faktor budaya, faktor psikologis, faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis, faktor manfaat dan keberhasilan, faktor pengetahuan, dan faktor persepsi tentang sakit dan penyakit.

1.2.1 Faktor Sosial

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 61,3 % masyarakat setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat memilih pengobatan akupunktur karena informasi orang terdekat (teman, keluarga, dll) sehingga masyarakat tertarik untuk mencoba dan datang ke klinik akupunktur karena yakin dengan pengobatan akupunktur.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Sosial, (n = 50) dengan STS (Sangat tidak setuju), TS (Tidak setuju), S (Setuju), SS (Sangat setuju).

Pernyataan TS S SS

f (%) f (%) f (%) 1. Informasi orang terdekat

2. Setelah mendapat

informasi tertarik mencoba 3. Datang untuk akupunktur

setelah beberapa kali mendapat informasi 4. Yakin dengan akupunktur

(51)

1.2.2 Faktor Ekonomi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 57,3 % masyarakat setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat memilih pengobatan akupunktur karena akupunktur tidak mahal, waktu pengobatan tidak lama untuk menyembuhkan penyakit dan biaya lebih ringan daripada pelayanan medis.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Ekonomi

Pernyataan STS TS S SS

f (%) f (%) f (%) f (%) 1.Akupunktur tidak mahal

2.Waktu pengobatan tidak lama

3.Biaya lebih ringan daripada medis

4.Tidak banyak upaya

1 (2)

(52)

Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Budaya

Pernyataan STS TS S SS

f (%) f (%) f (%) f (%) 1.Akupunktur adalah warisan

budaya

2.Akupunktur melestarikan pengobatan warisan budaya 3.Mendapat 2 keutamaan

sekaligus

4.Akupunktur tidak hanya budaya tertentu

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 50,5 % masyarakat setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat memilih pengobatan akupunktur karena merasa nyaman setelah di akupunktur, akupunkturisnya komunikatif dan pengobatan akupunktur memberikan ketenangan.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Psikologis

Pernyataan STS TS S SS

f (%) f (%) f (%) f (%) 1.Merasakan kenyamanan

(53)

1.2.5 Faktor Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 55 % masyarakat setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat memilih pengobatan akupunktur karena sudah sering berobat ke pelayanan medis tetapi penyakitnya tidak sembuh, tidak puas dengan komunikasi pelayanan medis dan menginginkan hal-hal yang alami untuk penyakitnya.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis

Pernyataan

STS TS S SS

f (%) f (%) f (%) f (%) 1.Sudah sering berobat ke

dokter

2.Tidak puas dengan komunikasi medis 3.Ingin hal alami untuk

pengobatan

4.Tidak suka obat-obatan kimia

1 (2)

1.2.6 Faktor Manfaat dan Keberhasilan

(54)

Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Manfaat dan Keberhasilan

Pernyataan

STS TS S SS

f (%) f (%) f (%) f (%) 1.Gejala penyakit berkurang

2.Penyakit jarang kambuh 3.Akupunktur untuk tujuan

perawatan kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 67 % masyarakat setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat memilih pengobatan akupunktur karena paham tentang penyakit yang diderita, mengetahui manfaat akupunktur, dan mengetahui akupunktur tidak sama dengan perdukunan.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Pengetahuan

Pernyataan

STS TS S SS

f (%) f (%) f (%) f (%) 1.Paham tentang penyakit yg

diderita

2.Tahu manfaat akupunktur 3.Yakin dengan akupunktur 4.Akupunktur tidak sama

(55)

1.2.8 Faktor Persepsi Tentang Sakit dan Penyakit.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 68,5 % masyarakat setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat memilih pengobatan akupunktur karena penyakit selalu mengganggu aktivitas, terapi akupunktur lebih efektif untuk penyakitnya, serta medis dan akupunktur dapat saling melengkapi.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Persepsi Tentang Sakit dan Penyakit

Pernyataan

STS TS S SS

f (%) f (%) f (%) f (%) 1.Penyakit mengganggu

aktivitas

2.Pernah menjalani terapi selain akupunktur 3.Terapi akupunktur lebih

efektif

(56)

Dari hasil perhitungan mean dan standart deviasi di bawah ini dapat dideskripsikan bahwa rata-rata faktor yang paling tertinggi mempengaruhi pasien memilih pengobatan alternatif akupunktur adalah faktor pengetahuan (mean=8,42), sedangkan yang terendah adalah faktor budaya (mean=6,38).

Tabel. 10. Distribusi mean dan standart deviasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi pasien memilih pengobatan alternatif akupunktur Faktor-faktor yang mempengaruhi Mean SD

1. Faktor Pengetahuan 8,42 1,39

2. Faktor Psikologis 8,38 1,26

3. Faktor Sosial 8,36 1,12

4. Faktor Ekonomi 8,34 1,49

5. Faktor manfaat dan keberhasilan 7,96 1,37 6. Faktor Kejenuhan terhadap pelayanan medis 7,56 1,11 7. Persepsi tentang sakit dan penyakit 7,50 0,86

(57)

2. Pembahasan

Dalam bab ini diuraikan pembahasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di kota Medan. Adapun nilai mean faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur adalah faktor pengetahuan (8,42), faktor psikologis (8,38), faktor sosial (8,36), faktor ekonomi (8,34), faktor manfaat dan keberhasilan (7,96), faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis (7,56), persepsi tentang sakit dan penyakit (7,50), dan faktor budaya (6,38).

2.1Faktor Sosial

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa faktor sosial dapat mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan dengan mean sebesar 8,36. Nilai tertinggi didapat dari pernyataan no.2 yaitu 42 pasien (84%) tertarik untuk mencoba pengobatan alternatif akupunktur karena informasi dari orang-orang terdekat seperti: saudara, teman, dan media massa setelah beberapa kali mendapat informasi tersebut. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dijelaskan Deutch dan Gerard (1955, dalam Maramis 2006) bahwa setelah individu memperoleh informasi keefektifan pengobatan dari orang-orang terdekat seperti keluarga, teman dan kerabat yang sebelumnya pernah merasakan manfaat akupunktur. Pengalaman sensorik serta laporan orang-orang disekitar membuat pasien semakin yakin dengan terapi akupunktur dan memotivasi pasien untuk lebih memilih terapi akupunktur.

(58)

pengaruh orang lain atau sugesti teman memiliki angka 11,59% dari alasan pemilihan pengobatan alternatif. Hal ini terlihat pada fenomena sosial di sebagian masyarakat bahwa perilaku mencari dan memelihara kesehatan pada pengobatan alternatif tersebut sudah mendapatkan pembenaran bahkan saling merekomendasikan si sakit pada pengobatan alternatif (Foster & Anderson, 1986).

Secara umum dapat dikatakan bahwa telah terjadi pengaruh sosial bila satu orang atau sebuah kelompok menyebabkan perubahan dalam perilaku orang lain (Maramis, 2006). Kebanyakan masyarakat jika mendapatkan informasi tidak langsung mempercayai informasi tersebut, ia akan mencari informasi lain yang terkait untuk menguatkan kepercayaan terhadap suatu informasi dan jika banyak aspek positifnya maka ia akan tertarik untuk mencoba. Seringkali pula para pengguna pengobatan alternatif ini mendengar keberhasilan penyembuhan alternatif dari orang yang baru dikenal, keluarga, dan teman yang mungkin sudah mengalami kesembuhan dengan penyakit yang serupa melalui pengobatan alternatif tersebut (Turana, 2003).

(59)

2.2Faktor Ekonomi

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa faktor ekonomi mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan dengan nilai mean sebesar 8,34. Nilai tertinggi didapat dari pernyataan no.8 yaitu 41 responden (82%) menyatakan bahwa mereka setuju dengan pernyataan pengobatan alternatif akupunktur tidak mahal dan tidak banyak upaya yang harus dilakukan untuk mengikuti terapi akupunktur. Hal ini sesuai dengan penelitian Varghese (2004), menyebutkan bahwa 13,04% responden menyatakan pengobatan alternatif dipilih karena alasan murah. Mahalnya obat-obatan modern dan tingginya biaya fasilitas kedokteran canggih menjadi alasan masyarakat mencari jenis pengobatan alternatif, pengobatan modern mensyaratkan kemampuan ekonomi yang memadai.

(60)

masyarakat pengguna CAM adalah masyarakat yang tidak miskin dengan pendapatan

lebih dari $75.000.

Nilai terendah diperoleh dari pernyataan no.6 yaitu 35 responden (70%) menyatakan bahwa waktu untuk kesembuhan penyakit tidak lama. Hal ini disebabkan karena waktu penyembuhan terapi akupunktur untuk masing-masing penyakit berbeda-beda. Dari data demografi tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat yang memilih pengobatan alternatif akupunktur berasal dari bermacam-macam tingkatan keuangan dan profesi. Hanya saja kecenderungan masyarakat jika proses penyembuhan suatu jenis pengobatan lebih cepat dari jenis pengobatan yang lain dan ada kecenderungan biaya total juga lebih rendah maka hal tersebut akan menjadi pilihan pengobatan terhadap penyakit yang diderita mereka (Walcott, 2004).

2.3Faktor Budaya

Nilai-nilai budaya yang dominan pada diri individu sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Selanjutnya, kepribadian tersebut akan menentukan pola dasar perilaku manusia, termasuk perilaku dalam hal memilih pengobatan (Notoatmodjo, 2007). Dalam hal ini budaya dipengaruhi oleh suku bangsa yang dianut pasien, jika aspek suku bangsa sangat mendominasi maka pertimbangan untuk menerima atau menolak suatu pengobatan didasari pada kecocokan suku bangsa yang dianut.

(61)

no.10 yaitu 24 responden (48%) menyatakan tidak setuju bahwa pengobatan alternatif akupunktur merupakan warisan budaya tertentu. Sebaliknya, dari pernyataan no.12 yaitu 24 responden (48%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan bahwa pengobatan alternatif akupunktur tidak hanya untuk budaya tertentu. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pengobatan alternatif tradisional masih digunakan oleh sebagian besar masyarakat bukan hanya karena kekurangan fasilitas pelayanan kesehatan formal yang terjangkau oleh masyarakat, tetapi lebih disebabkan oleh faktor-faktor sosial budaya dari masyarakat tersebut (Turana, 2003).

(62)

2.4Faktor Psikologis

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa faktor psikologis dapat mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan dengan nilai mean sebesar 8,38. Nilai tertinggi didapat dari pernyataan no.14 yaitu 35 pasien (70%) menyatakan sangat setuju tertarik mencoba pengobatan alternatif akupunktur karena akupunkturis adalah orang yang ramah dan komunikatif sehingga menimbulkan ketenangan bagi pasien yang sakit. Hal ini disebabkan karena seorang akupunkturis memposisikan dirinya sebagai penyembuh (healer) sehingga dalam terapi dilakukan berbagai pendekatan berdasarkan pilihan pasien (choice in healing). Oleh karena itu pasien diharapkan ikut serta dalam kerangka terapi yang disusun bersama. Memberikan pasien kesempatan untuk menceritakan penderitaan dan keluhan, memberikan informasi tentang berbagai macam pengobatan, serta memberi kesempatan pasien memilih jenis terapi, waktu dimulai terapi, dan kemampuan pasien dalam pengobatan (Saputra, 2005)

(63)

pasien merasa nyaman, tenang, bebannya terasa hilang akibat terapis yang ramah dan komunikatif.

Faktor psikologis ini juga terkait dengan usia pasien yang menggunakan pengobatan akupunktur. Berdasarkan data karakteristik responden didapatkan usia rata-rata responden yaitu 47 tahun ke atas. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Barnes, Griner, McFann, & Nahin (2004) menyatakan terdapat hubungan positif antara usia dengan penggunaan CAM. Penggunaan CAM lebih disukai oleh masyarakat dengan usia tua daripada usia muda dengan kisaran umur 30-39 tahun sebesar 39.6 persen, 40-49 tahun sebesar 40.1 persen, dan 50-59 tahun sebesar 44.1 persen.

(64)

pengobat alternatif yang ‘selalu’ menemukan sesuatu untuk di obati dan jika terjadi ‘ penyembuhan ‘ maka kepercayaan semakin timbul (Turana, 2003).

Persentase terendah dari faktor psikologis didapatkan dari pernyataan no.16 yang menyatakan bahwa pasien menjalani terapi akupunktur karena menimbulkan ketenangan, dijawab oleh 30 responden (60%). Hal ini membuktikan bahwa peranan sakit pasien akupunktur merupakan suatu kondisi yang tidak menyenangkan, sehingga berbagai cara akan dijalani dalam rangka mencari kesembuhan maupun meringankan beban sakitnya, termasuk datang ke pelayanan pengobatan alternatif akupunktur (Foster & Anderson, 1986).

2.5Faktor Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa faktor ekonomi dapat mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan dengan nilai mean sebesar 7,56. Nilai tertinggi didapat dari pernyataan no.20 yaitu 38 responden (76%) menyatakan bahwa tidak suka menggunakan obat-obatan kimia sehingga masyarakat lebih memilih pengobatan alternatif akupunktur. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa pengobatan alternatif/tradisional atau herbal semakin diperhatikan karena pengobatan secara

medis yang semakin mahal, adanya efek samping untuk pemakaian obat kimiawi

jangka panjang, maupun kesembuhan melalui cara medis yang tidak 100% khususnya

untuk penyakit yang kronis (Haryana, 2006).

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden (n=50)
Tabel 1. (Lanjutan)
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Sosial, (n = 50) dengan STS (Sangat tidak setuju), TS (Tidak setuju),    S (Setuju), SS (Sangat setuju)
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan  Faktor Ekonomi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa responden yang mendapat dukungan keluarga sebagian besar memilih pengobatan alternatif jamu di

Penelitian ini bertujuan untuk memahami gambaran health belief model pada penderita kanker yang memilih dan menjalani pengobatan alternatif.. Health Belief Model adalah

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Mahasiswa Memilih Studi di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jember (Studi

Selanjutnya faktor lain yang mempengaruhi perceraian adalah perubahan nilai keluarga, integrasi sosial, nilai budaya individu, faktor demografis (status sosial ekonomi,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah dalam memilih Bank Syari’ah

Sehingga faktor budaya dapat dikatakan sangat berpengaruh dalam faktor-faktor yang mempengaruhi minat konsumen dalam memilih tata rias pengantin Modifikasi

MEDAN 2012.. Judul Tesis : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Mahasiswa Memilih Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara Al Munawaroh Medan. Rahim

Hubungan Pekerjaan Pasien dengan Penggunaan Pengobatan Tradisional Dalam teori Wolansky (2004) pekerjaan termasuk faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang untuk berobat