• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa Dan Peningkatan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus tantang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMK 1 TD Pardede Foundation)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa Dan Peningkatan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus tantang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMK 1 TD Pardede Foundation)"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI GURU-SISWA DAN PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

(Studi Kasus tantang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMK 1 TD Pardede

Foundation)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

Diajukan Oleh :

Mey Ersantiara Eva Nova Hutagaol 060904074

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Mey Ersantiara Eva Nova Hutagaol NIM : 060904074

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa Dan Peningkatan Motivasi Belajar Siswa

(Studi Kasus tentang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMK 1 Yayasan TD Pardede Foundation)

Medan, Maret 2010 Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Syafruddin Pohan, M.Si Drs. Amir Purba, M.A 195812051989031002 195102191987011001

A.n. Dekan Pembantu Dekan I

(3)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa dan Peningkatan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus tentang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMK 1 Yayasan TD Pardede Foundation).

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh komunikasi antarpribadi guru dan siswa terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan perspektif komunikasi antarpribadi, komunikasi tatap muka, Teori Self Disclosure dan motivasi belajar. Model ini menekankan penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan dengan menghasilkan efek terhadap siswa yaitu peningkatan motivasi belajar.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK 1 TD Pardede. Karena keadaan populasi yang bersifat homogen, peneliti mengambil jumlah sampel sebesar 10 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam dengan 15 pertanyaan dalam daftar pedoman wawancara.

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk melengkapi syarat memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak menghadapi kesulitan karena keterbatasan dan kemampuan, namun penulis bersyukur dan berterima kasih karena telah mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini. Maka, dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi. 3. Ibu Dra. Rusni, M.A selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu dan berbagi ilmu yang sangat berharga selama membimbing penulis.

4. Ibu Dra. Lusiana Andriani Lubis, M.A. selaku dosen wali penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan bekal pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU beserta Kak Cut, Kak Maya, dan Kak Ros.

(5)

data, serta memudahkan penulis dalam melakukan penelitian di sekolah tersebut.

8. Kedua orangtua tercinta, Bapak P. Hutagaol dan Mama S. Br Nababan yang selalu memberikan dukungan dan semangat di setiap saat. Semoga penulis dapat selalu membahagiakan Bapak dan Mama serta menjadi kebanggaan keluarga.

9. Abang dan adik penulis, Ruth Checilia Hutagaol, Yesica Palmarum Hutagaol, Korin Tessalonika Hutagaol, dan Bongsu Batara Surya Sitompul yang telah bersedia membantu penulis saat membutuhkan bantuan dan berbagi suka dan duka yang dapat membuat penulis tertawa dan menangis bersama.

10.Keluarga besar Hutagaol dan Nababan dimanapun mereka berada, yang terus mendoakan serta memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan perkuliahan dan mendapat gelar kesarjanaan.

11.Anggota Defiliater, Deliana, Fitri, Novita, Esther, Pretty, Christy yang telah menjadi sahabat penulis mulai dari bangku SMA. Banyak hal yang telah kita lalui bersama, penulis bersyukur karena memiliki sahabat yang selalu ada di saat suka dan duka, yang memberi motivasi bagi penulis untuk selalu berjuang dalam menyelesaikan perkuliahan.

(6)

13.Sahabat seperjuangan dalam pelayanan Sekolah Minggu HKBP Sri Gunting, Kak Evi, Bang Berthon, Jelita, Thirta, dan Amang Pendeta O.Simanungkalit, S.Th yang selalu membimbing perjalanan rohani penulis sehingga tetap kuat saat menghadapi setiap kesulitan.

14.Anggota Power Ranger, Happy Yummy, Jula-jula, Telenovela, Flickazone, dan teman-teman Komunikasi stambuk 2006 yang lain. Canda tawa yang dibagi sangat berkesan dan berarti. Penulis merasa senang karena telah menjadi bagian dari stambuk 2006 yang sangat kompak. 15.Teman-teman seperjuangan dibawah bimbingan Ibu Rusni Widya, Erin,

Lusi, Nina, dan Hanna beserta teman-teman yang masih dan akan berjuang, tetap semangat dan pantang menyerah.

16.Semua pengarang buku yang telah menjadi narasumber bagi penulis. 17.Semua pihak yang turut membantu kelancaran skripsi ini baik disadari

ataupun tidak.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini belum mencapai kesempurnaan, namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya dengan baik. Dengan segala kerendahan hati, penulis bersedia untuk diberikan saran maupun kritik yang sifatnya membangun. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkah kepada kita semua. Terima kasih.

Medan, Maret 2010 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB I PENDAHULUAN

I.5.1. Komunikasi Antarpribadi 9 I.5.2. Komunikasi Tatap Muka 10 I.5.3. Teori Self Disclosure 12 I.5.4. Motivasi Belajar 13 I.6 Komponen Penelitian 14

I.7 Alur Penelitian 14

I.8 Operasionalisasi Komponen 15 I.9 Definisi Operasionalisasi Komponen 18 I.10 Sistematika Penulisan

BAB II URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi Antarpribadi 19 II.1.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi 19 II.1.2 Tujuan Komunikasi Antarpribadi 19 II.1.3 Ciri Komunikasi Antarpribadi 20 II.1.4 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi 21 II.2 Komunikasi Tatap Muka 24 II.2.1 Pengertian Komunikasi Tatap Muka 24 II.2.2 Komunikasi Verbal dalam Konteks Tatap Muka 25 II.2.3 Komunikasi Nonverbal dalam Konteks Tatap Muka 27 II.3 Teori Self Disclosure 31 II.4 Motivasi Belajar 34 II.4.1 Pengertian Motivasi Belajar 34 II.4.2 Jenis Motivasi 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

(8)

III.1.2 Sejarah Singkat SMK 1 TD Pardede 39 III.1.3 Struktur Organisasi Pardede 41 III.1.4 Visi dan Misi Sekolah SMK 1 TD Pardede 42 III.2 Metode Penelitian 42 III.3 Populasi dan Sampel 43

III.3.1 Populasi 43

III.3.2 Sampel 44

III.4 Teknik Pengumpulan Data 45 III.4.1 Penelitian Lapangan 45 III.4.2 Penelitian Kepustakaan 45 III.5 Teknik Analisa Data 45 III.6 Acuan Pertanyaan Wawancara 46 BAB IV PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Wawancara 48

IV.2 Pembahasan 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan 87

V.2 Saran 88

DAFTAR PUSTAKA 90

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jendela Johari

Gambar 1.2 Alur Penelitian

Gambar 1.3 Operasionalisasi Komponen Penelitian Gambar 1.4 Tabel Populasi

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Daftar pedoman pertanyaan wawancara Lampiran II Hasil Wawancara

Lampiran III Surat permohonan penelitian dari Fakultas Imu Sosial dan Ilmu Politik USU

Lampiran IV Surat balasan ijin penelitian SMK 1 TD Pardede Foundation

Lampiran V Lembar catatan bimbingan skripsi

(11)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa dan Peningkatan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus tentang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMK 1 Yayasan TD Pardede Foundation).

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh komunikasi antarpribadi guru dan siswa terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan perspektif komunikasi antarpribadi, komunikasi tatap muka, Teori Self Disclosure dan motivasi belajar. Model ini menekankan penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan dengan menghasilkan efek terhadap siswa yaitu peningkatan motivasi belajar.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK 1 TD Pardede. Karena keadaan populasi yang bersifat homogen, peneliti mengambil jumlah sampel sebesar 10 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam dengan 15 pertanyaan dalam daftar pedoman wawancara.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan pembangunan suatu negara bukan hanya dilihat dari segi pembangunan fisiknya saja, akan tetapi juga meliputi pembangunan fisik dan mental sumber daya manusia yang ada di negara tersebut. Pembangunan gedung-gedung bertingkat sebagai sarana penunjang kegiatan perekonomian tidak akan berarti jika tidak didukung dengan adanya manusia cerdas serta berakhlak tinggi untuk mengelolanya. Manusia adalah modal utama bagi keberhasilan suatu negara menuju gerbang kesuksesan.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membentuk manusia-manusia yang berkualitas. Salah satu cara yang paling ampuh untuk membangun manusia berpendidikan adalah dengan memotivasinya dalam belajar. Motivasi yang benar dalam belajar akan meningkatkan kualitas pendidikan. Seiring dengan meningkatnya kualitas pendidikan, maka akan dihasilkan manusia-manusia berpendidikan tinggi yang pada akhirnya berperan besar dalam perkembangan pembangunan suatu negara.

(13)

dimaksud adalah guru kepada anak didik berlangsung dalam interaksi yang melibatkan proses komunikasi, terutama komunikasi tatap muka yang berlangsung di antara keduanya yang keseluruhan proses tersebut tidak lepas dari peranan komunikasi antarpribadi. Dikatakan komunikasi tatap muka karena ketika komunikasi berlangsung, komunikator (guru) dapat melihat dan mengkaji diri si komunikan (siswa) secara langsung.

Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. Defenisi ini mengatakan bahwa terjadinya perilaku belajar pada pihak siswa dan perilaku mengajar pada pihak guru tidak berlangsung hanya dari satu arah saja, melainkan terjadi secara timbal balik (interaktif). Di mana kedua pihak berperan dan berbuat secara aktif di dalamnya. Tujuan interaksi belajar mengajar merupakan titik temu yang bersifat mengikat serta mengarahkan aktivitas kedua pihak tersebut. Dengan demikian kriteria dari rangkaian keseluruhan proses interaksi adalah perubahan perilaku dan pribadi siswa.

(14)

menuntut guru memiliki kecakapan berkomunikasi (communication skill). Perilaku komunikasi tatap muka adalah salah satu elemen yang kurang mendapat perhatian oleh guru.

Padahal interaksi yang berlangsung dalam proses belajar mengajar di sekolah lebih sering menggunakan komunikasi tatap muka, baik di dalam kelas maupun ketika berada di luar kelas. Ketika berada di dalam kelas saat berlangsungnya proses penyampaian pelajaran oleh guru kepada anak didik, masih menggunakan teknik komunikasi tatap muka. Di mana siswa dapat memperhatikan setiap gerak tubuh dan kualitas tatap muka yang menghasilkan suasana nyaman bagi dirinya. Terutama ketika guru memberi motivasi, kemungkinan akan mendapat respon yang baik dari siswanya di mana keseluruhan proses tersebut tidak terlepas dari pengaruh komunikasi antarpribadi yang terjalin di antara keduanya.

Proses penyampaian pelajaran secara langsung oleh guru tanpa memakai bantuan media komunikasi seperti halnya media internet, misalnya dengan pemberian bahan/materi pelajaran melalui email. Guru masih menjelaskan serta menyampaikan pelajaran dengan memberdayakan keefektifan komunikasi tatap muka secara langsung. Sekolah di Medan pada umumnya dan SMK 1 TD Pardede Foundation khususnya, masih belum bisa menggunakan teknologi media komunikasi dalam kelangsungan proses belajar mengajar; misalnya dalam pemberian bahan pelajaran melalui media elektronik berupa fasilitas internet.

(15)

lingkungan kampus yang mana peserta didiknya adalah mahasiswa, tetapi masih juga belum bisa memberlakukan pola seperti itu. Hanya sebagian dosen yang memakai cara belajar seperti itu. Namun tak bisa dipungkiri, mahasiswa pun belum bisa mengikuti pola belajar melalui media internet tersebut. Komunikasi antarpribadi masih memegang andil/peran yang teramat penting dalam dunia pendidikan.

Selain kegiatan di dalam kelas, juga terjadi interaksi yang berlangsung antara guru dan siswa diluar kelas. Misalnya ketika jam istirahat berlangsung atau ada waktu luang/kosong, tak jarang ada sebagian guru yang memanggil siswanya ke ruangan guru untuk bercerita secara lebih dekat dan mendalam, yang mungkin disebabkan karena guru melihat siswanya menghadapi masalah baik itu persoalan menyangkut masalah ekonomi maupun masalah yang berkaitan dengan prestasi belajarnya. Di saat seperti inilah, biasanya wali kelas atau guru yang bersangkutan memberikan nasehat dan dukungan serta memberi dan meningkatkan motivasi belajar dalam diri siswa didiknya.

Situasi yang digambarkan tersebut biasanya dilakukan oleh wali kelas atau guru lainnya yang bersangkutan kepada siswanya. Ketika berada dalam kondisi seperti itu, komunikasi antarpribadi menjadi cara yang sangat penting dan efektif untuk dilakukan. Hal itu disebabkan karena ketika menyampaikan motivasi di saat seperti itu, komunikasi antarpribadi antara guru dan siswa tersebut menghadirkan situasi kedekatan serta keterbukaan di antara keduanya.

(16)

motivasi yang diberi. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh individu lain.

Ada 5 (lima) konsep penting yang harus diketahui dalam motivasi belajar. Pertama, motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Individu termotivasi karena berbagai alasan yang berbeda, dengan intensitas yang berbeda. Kedua, motivasi belajar bergantung pada teori yang menjelaskannya, dapat merupakan suatu konsekuensi dari penguatan (reinforcement), suatu ukuran kebutuhan manusia, suatu hasil dari disonan atau ketidakcocokan, suatu atribusi dari keberhasilan atau kegagalan, atau suatu harapan dari peluang keberhasilan. Ketiga, motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan-tujuan belajar dan pemberdayaan atribusi. Keempat, motivasi belajar dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat siswa, memelihara rasa ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam strategi pengajaran, menyatakan harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back) dengan sering dan segera. Kelima, motivasi belajar dapat meningkat pada diri siswa apabila guru memberikan ganjaran (http://www.blogcatalog.com/blog/motivasibelajar).

(17)

pergaulan, baik di sekolah maupun di lingkungannya. Perkembangan remaja serta bertambahnya usia, membuat remaja rentan akan pengaruh lingkungan dan pergaulannya yang mana akan mempengaruhi sikap dan kepribadiannya yang pada akhirnya berdampak terhadap diri siswa di sekolah.

Yayasan Perguruan SMK 1 TD Pardede yang terdiri dari jurusan mekanik otomotif dan elektronika yang hampir keseluruhan siswanya berjenis kelamin laki-laki membuat penulis tertarik untuk meneliti proses komunikasi tatap muka yang berlangsung antara guru dan siswanya tersebut. Hal ini disebabkan karena laki-laki biasanya cenderung pasif dalam berkomunikasi kepada gurunya. Keberadaan siswa yang dominan berjenis kelamin laki-laki inilah yang membuat sekolah SMK 1 TD Pardede berbeda dengan sekolah lain. Seperti kita ketahui, laki-laki terkesan lebih cuek terhadap hubungannya dengan lingkungan sekolah, terutama dengan guru. Berbeda dengan perempuan yang cenderung lebih mudah membuka diri dan menciptakan suasana kedekatan dengan guru.

(18)

ini sangat mempengaruhi proses serta hasil penelitian terkait masalah tersebut. Berbeda dengan kebanyakan sekolah, yang mana proses komunikasi antarpribadi yang berlangsung dalam keseharian rutinitasnya. Perbedaan-perbedaan itulah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti komunikasi antarpribadi guru dengan siswa terhadap motivasi belajar siswa SMK 1 TD Pardede.

I. 2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah pengaruh komunikasi antarpribadi guru-siswa terhadap peningkatan motivasi belajar siswa di SMK 1 TD Pardede Foundation.”

I. 3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan mengambang, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penelitian bersifat kualitatif dengan menggunakan studi kasus.

2. Penelitian ini dikhususkan untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi yang terjadi di antara guru sebagai tenaga pendidik dan siswa di SMK 1 TD Pardede Foundation.

(19)

4. Responden dalam penelitian ini adalah siswa SMK 1 TD Pardede Foundation kelas X (sepuluh) dan XII (dua belas).

5. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari dan lama penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan peneliti.

I. 4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru dan siswa di sekolah.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh komunikasi antarpribadi yang terjadi antara guru dan siswa terhadap peningkatan motivasi belajar siswa SMK 1 TD Pardede Foundation.

I.4.2 Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif kepada mahasiswa FISIP USU khususnya terhadap Ilmu Komunikasi.

2. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperluas pengetahuan peneliti serta mahasiswa FISIP USU mengenai komunikasi tatap muka. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

(20)

I. 5 Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori adalah kemampuan seorang peneliti dalam mengaplikasikan pola berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-teori yang mendukung permasalahan penelitian.

Kerlinger menyebutkan teori merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6).

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah komunikasi antar pribadi, komunikasi tatap muka, teori self disclosure, dan motivasi.

1. Komunikasi Antarpribadi

Secara umum komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi, dimana proses tersebut mengacu pada perubahan tindakan dari orang-orang yang berkomunikasi (Sendjaja, 1994:41)

(21)

Setiap orang memiliki tujuan-tujuan tertentu dalam membina hubungan antar pribadi dengan orang lain, namun demikian Devito mengemukakan beberapa tujuan yang mendorong individu untuk menjalin hubungan antar pribadi dengan orang lain (Devito, 1986:14-15):

- Untuk mengenal diri sendiri - Untuk menemukan dunia luar

- Untuk membangun dan memelihara hubungan yang sungguh-sungguh - Untuk mengubah sikap dan perilaku

- Untuk bermain dan menghibur - Untuk mendapatkan pertolongan

Apabila ditinjau dari segi media, maka ada dua bentuk proses komunikasi antar pribadi, yakni komunikasi bermedia dan tidak bermedia. Namun banyak orang lebih menyukai komunikasi antar pribadi tidak bermedia atau yang lebih dikenal dengan istilah komunikasi tatap muka karena bersifat secara langsung.

2. Komunikasi Tatap Muka

Komunikasi tidak pernah bisa lepas dari kehidupan manusia. Setiap bidang dalam kehidupan manusia dilakukan dengan cara berkomunikasi, baik verbal maupun nonverbal; baik secara langsung (tatap muka) maupun secara tidak langsung (menggunakan perantara). Bahkan ketika manusia hendak berhubungan dengan orang lain pun menggunakan komunikasi.

(22)

menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2008:18).

Sedangkan Bungin, 2006:35, mengatakan bahwa tujuan komunikasi adalah: - Perubahan Sikap (Attitude Change)

- Perubahan Pendapat (Opinion Change) - Perubahan Perilaku (Behavior Change) - Perubahan Sosial (Social Change)

Manusia sejak awal kehidupan berusaha memperbaiki kemampuan untuk menerima serta menyebarkan informasi tentang lingkungan, di samping meningkatkan kecepatan, kejelasan dan macam cara pengiriman informasi. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan kewaspadaan akan bahaya yang mengancam agar manusia turut memikirkan bagaimana cara mengatasi bahaya. Mulai dari cara yang paling sederhana yaitu dengan gerakan tubuh, manusia tak henti-hentinya mengembangkan cara penyampaian pesan terutama melalui perilaku nonverbal.

(23)

3. Teori Self Disclosure

Teori ini sering juga disebut teori “Johari Window” yang dianggap sebagai dasar untuk menjelaskan dan memahami interaksi antar pribadi secara manusiawi. Pembukaan diri atau self disclusure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini (Supratiknya, 2003:14). Garis besar model teori ini dapat dilihat dalam gambar berikut ini :

Saya tahu Saya tidak tahu Orang lain tahu

Orang lain tidak tahu

Gambar I.1 Jendela Johari

Jendela Johari terdiri dari empat bingkai. Masing-masing bingkai berfungsi menjelaskan bagaimana tiap individu mengungkapkan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain. Asumsi Johari bahwa jika setiap individu bisa memahami diri sendiri maka dia bisa mengendalikan sikap dan tingkah lakunya di saat berhubungan dengan orang lain.

Bingkai 1, menunjukkan orang yang terbuka terhadap orang lain. Johari menyebutkan “bidang terbuka”, suatu bingkai yang paling ideal dalam hubungan dan komunikasi antar pribadi. Bingkai 2, adalah bidang buta, merupakan keadaan orang yang tidak mengetahui banyak hal tentang dirinya sendiri namun orang lain mengetahui banyak hal tentang dia. Bingkai 3, disebut bidang tersembunyi yang menunjukkan keadaan bahwa berbagai hal diketahui diri sendiri namun tidak

1. TERBUKA 2. BUTA

(24)

diketahui orang lain. Bingkai 4, disebut bidang tidak dikenal yang menunjukkan keadaan bahwa berbagai hal tidak diketahui diri sendiri dan orang lain.

Teori self disclosure ini juga bisa menggambarkan keadaan hubungan yang terbentuk di antara guru dan siswanya, yang dalam penelitian ini adalah SMK TD.Pardede. Keadaan yang terbentuk dalam proses komunikasi tatap muka antara guru dan siswa terhadap peningkatan belajar siswa di sekolah tersebut.

4. Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu (KBBI, 2005:756). Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah, dan mempertahankan perilaku, menurut Kartini Kartono, motivasi menjadi dorongan (driving force) terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu.

(25)

menampakkan keengganan, cepat bosan dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar.

I. 6. Komponen Penelitian

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengutarakan penelitian pada rumusan hipotesa. (Nawawi, 1995:40).

Komponen atau konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:33).

Maka komponen penelitian yang akan diteliti adalah : - Komunikasi Antarpribadi Guru dan siswa

- Peningkatan Motivasi Belajar Siswa

I. 7. Alur Penelitian

Gambar I.2 Komunikasi

Antarpribadi Guru-Siswa

Subjek Penelitian/ Siswa SMK 1 TD Pardede

(26)

I. 8 Operasionalisasi Komponen

Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka konsep operasional tersebut dijadikan acuan untuk memcahkan masalah. Agar konsep operasional tersebut dapat membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, maka dioperasionalkan sebagai berikut :

Gambar I.3

Operasionalisasi Komponen

Komponen Penelitian Operasionalisasi Komponen

Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa

f. Kegiatan dan tindakan g. Persuasi

Peningkatan Motivasi Belajar Siswa

a. Meningkatkan pengetahuan b. Meningkatkan keterampilan c. Meningkatkan kemampuan d. Meningkatkan disiplin

I. 9 Defenisi Operasionalisasi Komponen Penelitian

(27)

variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. (Singarimbun, 1995:46).

Maka komponen penelitian yang terdapat dalam penelitian ini perlu didefenisikan sebagai berikut:

1. Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa, terdiri dari:

a. Pesan : mencakup pesan verbal maupun nonverbal.

- Verbal : pesan/informasi berupa kata-kata/lambang yang mengandung arti.

- Nonverbal : pesan selain kata-kata. Misalnya; ekspresi wajah, kontak mata, dan nada suara.

b. Pernyataan ungkapan yang tergantung pada tujuan dan sasaran hubungan, situasi dan kondisi, waktu dan tempat berkomunikasi, yang dilatarbelakangi oleh alasan emosional maupun rasional

c. Proses dinamis yang menunjukkan bahwa proses komunikasi antarpribadi selalu mengalami perkembangan dan kemajuan.

(28)

e. Tata aturan, meliputi tatanan intrinsik maupun ekstrinsik.

- Tatanan intrinsik : tata aturan sebagai standardisasi perilaku yang sengaja dikembangkan dalam pelaksanaan komunikasi antarpribadi.

- Tatanan ekstrinsik : tata aturan yang timbul akibat pengaruh pihak ketiga atau situasi dan kondisi sehingga komunikasi antarpribadi harus diperbaiki.

f. Kegiatan dan tindakan yaitu keadaan dimana komunikator dengan komunikan harus bersama-sama menciptakan kegiatan tertentu yang mengesankan bahwa mereka selalu berkomunikasi antarpribadi.

g. Tindakan persuasi : komunikasi antarpribadi bertujuan untuk mengubah cara berpikir, pandangan dan wawasan, perasaan, sikap dan tindakan komunikan.

2. Motivasi Belajar Siswa, terdiri dari:

a. Meningkatkan pengetahuan : suatu dorongan dalam diri untuk menambah pengetahuan.

b. Meningkatkan keterampilan : dorongan untuk mengasah atau mempertajam serta menambah keterampilan atau keahlian.

c. Meningkatkan kemampuan : dorongan untuk mengembangkan hal-hal yang bisa dikerjakan.

(29)

I.10 Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, komponen penelitian, alur penelitian, operasional dan defenisi komponen penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II. URAIAN TEORITIS

Bab ini berisikan kerangka pemikiran atau teori-teori yang berhubungan dengan penelitian dimana dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah komunikasi antarpribadi, komunikasi tatap muka, teori self disclosure, dan motivasi belajar.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi bentuk penelitian, deskripsi lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisi data, dan acuan pertanyaan wawancara.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat tentang hasil wawancara dengan responden serta pembahasan.

BAB V. PENUTUP

(30)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi Antarpribadi

II.1.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Yang dimaksud dengan komunikasi antarpribadi adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka (Cangara, 2004:31). Komunikasi berlangsung secara diadik (secara dua arah/timbal balik) yang dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog dan wawancara. Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal.

Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena dapat menggunakan kelima alat indra untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapan pun, selama manusia masih memiliki emosi.

II.1.2 Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Adapun fungsi dari komunikasi antarpribadi adalah berusaha meningkatkan hubungan insani (human relation,) menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain (Cangara, 2004:33).

(31)

bisa memperoleh kemudahan dalam hidupnya karena memiliki banyak sahabat. Melalui komunikasi antarpribadi, seseorang juga dapat berusaha membina hubungan yang baik, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik dengan orang lain.

II.1.3 Ciri Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial di mana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang dinyatakan oleh De Vito (1976) bahwa komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.

Menurut Everet M.Rogers ada beberapa ciri komunikasi yang menggunakan saluran komunikasi antarpribadi (Alo liliweri, 1991:13) adalah:

- Arus pesan yang cenderung dua arah - Konteks komunikasinya dua arah - Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi

- Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi

- Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lambat - Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap.

Alo liliweri dalam bukunya komunikasi antarpribadi menyimpulkan ciri-ciri komunikasi antarpribadi (Alo liliweri, 1991:13) adalah:

(32)

- Komunikasi antarpribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu, meskipun bisa saja terjadi komunikasi antarpribadi yang direncanakan. - Komunikasi antarpribadi terjadi secara kebetulan

- Komunikasi antarpribadi sering kali berbalas-balasan. Komunikator dengan komunikan dalam suatu percakapan memberi dan menerima informasi secara bergantian.

- Komunikasi antarpribadi menghendaki paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan suasana bebas, bervariasi dan adanya keterpengaruhan. Hanya dalam suasana bebas, terbuka tanpa ada hambatan psikologis antara dua orang yang terlibat dalam komunikasi antar pribadi bisa merasa bebas menyatakan pikiran, perasaan dan perilaku.

- Komunikasi antarpribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil

- Komunikasi antarpribadi menggunakan lambang-lambang bermakna.

II.1.4 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi

Pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan, dan merupakan komunikasi paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang. Komunikasi ini bersifat dialogis yang artinya, arus balik terjadi secara langsung.

(33)

interaksi dan koherensi (pernyataan pesan yang harus berkaitan); dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik; meliputi kegiatan dan tindakan, serta komunikasi komunikasi antarpribadi yang melibatkan persuasi (Alo Liliweri, 1997:28).

a. Pesan : mencakup pesan verbal maupun nonverbal.

- Verbal : pesan/informasi berupa kata-kata/lambang yang mengandung arti.

- Nonverbal : pesan selain kata-kata. Misalnya; ekspresi wajah, kontak mata, dan nada suara.

b. Pernyataan ungkapan yang tergantung pada tujuan dan sasaran hubungan, situasi dan kondisi, waktu dan tempat berkomunikasi, yang dilatarbelakangi oleh alasan emosional maupun rasional

c. Proses dinamis yang menunjukkan bahwa proses komunikasi antarpribadi selalu mengalami perkembangan dan kemajuan.

d. Hubungan interaksi adalah setiap kegiatan yang dilakukan di mana guru dan siswa terlibat di dalamnya; baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

e. Tata aturan, meliputi tatanan intrinsik maupun ekstrinsik.

- Tatanan intrinsik : tata aturan sebagai standardisasi perilaku yang sengaja dikembangkan dalam pelaksanaan komunikasi antarpribadi.

(34)

f. Kegiatan dan tindakan yaitu keadaan dimana komunikator dengan komunikan harus bersama-sama menciptakan kegiatan tertentu yang mengesankan bahwa mereka selalu berkomunikasi antarpribadi.

g. Tindakan persuasi : komunikasi antarpribadi bertujuan untuk mengubah cara berpikir, pandangan dan wawasan, perasaan, sikap dan tindakan komunikan.

Komunikasi antarpribadi mempunyai peranan cukup besar untuk mengubah sikap. Hal itu karena komunikasi ini merupakan proses penggunaan informasi secara bersama. Komunikasi berlangsung efektif apabila kerangka pengalaman peserta komunikasi tumpang tindih, yang terjadi saat individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima dari lingkungannya.

Di masa lalu pendekatan komuniksi antarpribadi ditekankan pada situasi dua orang atau kelompok kecil. Dengan adanya perubahan perspektif tentang bagaimana komunikasi berlangsung, pendekatan komunikasi antarpribadi berubah menjadi bersifat hubungan yang terjalin di antara individu.

(35)

kita sampaikan, menciptakan kesan yang kita inginkan, atau mempengaruhi orang lain sesuai kehendak kita.

II.2 Komunikasi Tatap Muka

II.2.1 Pengertian Komunikasi Tatap Muka

Komunikasi tidak pernah bisa lepas dari kehidupan manusia. Setiap bidang dalam kehidupan manusia dilakukan dengan cara berkomunikasi, baik verbal maupun nonverbal; baik secara langsung (tatap muka) maupun secara tidak langsung (menggunakan perantara). Bahkan ketika manusia hendak berhubungan dengan orang lain pun menggunakan komunikasi.

Komunikasi berasal dari bahasa Latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Sebuah defenisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2008:18).

Apabila ditinjau dari segi media, maka ada dua bentuk proses komunikasi, yakni komunikasi bermedia dan tidak bermedia. Akan tetapi banyak orang yang lebih menyukai komunikasi tidak bermedia atau komunikasi tatap muka daripada melalui media, misalnya telepon, surat, dan lain-lain. Komunikasi tatap muka atau komunikasi langsung merupakan jenis komunikasi tradisional yang paling tua seumur kehidupan manusia sekaligus yang paling utama.

(36)

saling mengontrol perilaku antarpribadi karena jarak dan ruang antara komunikator dan komunikan sangat dekat. Akibatnya, komunikasi tatap muka selalu memuaskan kedua belah pihak.

Kegiatan komunikasi tatap muka merupakan suatu dinamika hubungan antarpribadi dalam waktu dan ruang sebagai wujud keberadaan serta aktivitas manusiawi. Dinamika hubungan antarpribadi itu menyebabkan setiap orang selalu berusaha menarik orang lain agar memasuki area pengaruh komunikasi, area pengalaman, dan area rujukan kepribadian. Komunikasi tatap muka merupakan komunikasi yang dinamis yang dimulai melalui kesan pertama yang menarik perhatian.

Tradisi mengajarkan bahwa komunikasi antar pribadi melalui tatap muka mempunyai keuntungan yakni para komunikator dan komunikan dapat melibatkan komunikasi verbal sekaligus nonverbal, ekspresi fasial, jarak fisik, perilaku paralinguistik dengan sempurna. Kenyataannya komunikasi tatap muka dapat membuat manusia lebih akrab dengan sesamanya (Mulyana, 2005:73).

Kegiatan komunikasi tatap muka yang dilakukan dengan sesama individu merupakan suatu gerakan yang terus menerus dalam waktu dan ruang sebagai wujud keberadaan dan hubungan yang aktif dengan orang lain. Dalam proses seperti ini, komunikasi tatap muka selalu berusaha saling menarik lawannya untuk memasuki area pengaruh komunikasi, area pengalamannya

II.2.2 Komunikasi verbal dalam konteks Komunikasi Tatap Muka

(37)

adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan.

Komunikasi verbal merupakan karakteristik khusus dari manusia. Tidak ada mahluk lain yang dapat menyampaikan bermacam-macam arti melalui kata-kata. Melalui kata-kata tersebut, seseorang dapat menyampaikan / menyatakan ide yang lengkap secara kompeherensif dan tepat. Selain itu, melalui kata-kata seseorang juga dapat menyatakan perasaan serta pikiran kepada orang lain.

Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Komunikasi lisan dapat didefenisikan sebagai suatu proses di mana seorang pembicara (komunikator) berinteraksi secara lisan dengan pendengar (komunikan) untuk mempengaruhi tingkah laku komunikan. Komunikasi lisan dapat terjadi dalam bentuk percakapan interpersonal (secara langsung berupa tatap muka), atau dapat juga secara tidak langsung melalui media berupa telepon, radio, televisi, dan lain-lain.

Sedangkan komunikasi tulisan merupakan suatu proses komunikasi yang menggunakan bantuan media perantara dalam penyampaian pesan. Media perantara yang dimaksud di sini misalnya kertas, berupa surat, buku, gambar, laporan, serta memo. Komunikasi tertulis ini juga merupakan cara untuk merekam bahasa yang terucapkan (lisan) dengan membuat tanda-tanda pada kertas maupun pada lembaran lainnya. Penulisan seperti ini memungkinkan manusia untuk merekam dan menyimpan pengetahuan sehingga dapat digunakan di masa depan atau ditransmisikan kepada generasi-generasi berikutnya.

(38)

kecakapan dan kemampuannya dalam menggunakan suara dan tanda sebagai pengganti benda / objek serta perasaan. Dalam pengertian yang paling mendasar, bahasa adalah suatu sistem simbol yang telah diatur, disepakati serta telah dipelajari bersama, yang digunakan untuk mewakili pengalaman-pengalaman dalam suatu komunitas tertentu.

II.2.3 Komunikasi Nonverbal Dalam Konteks Komunikasi Tatap Muka Komunikasi nonverbal sama pentingnya dengan komunikasi verbal karena keduanya saling bekerja sama dalam kelangsungan proses komunikasi. Dengan adanya komunikasi nonverbal dapat memberikan penekanan, pengulangan, melengkapi, serta mengganti komunikasi verbal, sehingga lebih mudah ditafsirkan maksudnya. Komunikasi nonverbal memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, walaupun hal ini sering kali tidak disadari. Baik secara sadar maupun tidak sadar, dengan maksud maupun tidak dengan maksud, kita mengirim dan menerima pesan nonverbal. Bahkan kita membuat penilaian dan keputusan berdasarkan komunikasi nonverbal tersebut.

(39)

Arti dari suatu komunikasi verbal dapat diperoleh melalui hubungan antara komunikasi verbal dan nonverbal. Atau dengan kata lain komunikasi verbal akan lebih mudah diinterpretasikan maksudnya dengan melihat tanda-tanda nonverbal yang mengiringi komunikasi verbal tersebut. Komunikasi nonverbal juga dapat memperkuat atau menyangkal pesan verbal. Bila ada ketidaksejajaran antara komunikasi verbal dengan nonverbal, orang lain khususnya akan lebih percaya pada komunikasi nonverbal yang menyertainya. Komunikasi nonverbal mempunyai fungsi tertentu dalam proses komunikasi verbal. Fungsi utamanya tersebut adalah sebagai pengulangan, pengganti, memberikan penekanan, dan memperdayakan.

Ada beragam gerakan tubuh manusia yang dapat dibuat sebagai signal dalam komunikasi nonverbal. Diantaranya adalah yang berhubungan dengan suara manusia atau vokalik, gerakan badan seperti kepala, mata, tangan, kaki, sentuhan, sikap badan, penggunaan ruang atau jarak dan penggunaan waktu.

a. Vokalik

(40)

- Kualitas suara, yang berkenaan dengan pengontrolan vokal, turun naik suara, pengontrolan nada suara, pengucapan kata dengan jelas, gema suara dan kecepatan berbicara.

- Karakteristik vokal, seperti tertawa, menangis, berbisik, keluh kesah, menguap.

- Pemberian sifat vokal, intensitas, tinggi suara dan luas suara. - Pemisahan vokal dan perbedaan diam serta gangguan suara.

b. Bahasa badan

Yang masuk kategori bahasa badan adalah ekspresi muka, pandangan mata, gerakan isyarat dengan menggunakan tangan, bahu, kepala dan kaki, sentuhan serta sikap badan.

- Ekspresi muka

Ekspresi muka merupakan sumber informasi yang menggambarkan keadaan emosional seseorang seperti perasaan takut, marah, jijik, muak, sedih, ataupun gembira. Dengan memperhatikan isyarat atau tanda pada muka tersebut, orang dapat memprediksi bagaimana perasaan orang lain pada saat itu. Interpretasi ini akan menjadi kuat bila diiringi pesan verbal yang sejalan maksudnya dengan pesan yang dapat dibaca pada muka.

- Pandangan mata

(41)

- Gestur dan gerakan isyarat

Yang dimaksud dengan gerakan isyarat adalah gerakan badan, kepala, tangan, dan kaki yang dimaksudkan menyampaikan pesan tertentu. Gerakan isyarat mempunyai peranan penting dalam komunikasi karena dapat merupakan pengganti dan pelengkap bahasa verbal.

- Sentuhan

Sebagai salah satu cara berhubungan dengan orang lain yang masih bersifat primitif adalah melalui sentuhan. Sentuhan mempunyai aspek yang kritis dalam komunikasi. Sentuhan juga memainkan peranan yang penting dalam memberikan dorongan, pernyataan kehalusan budi, sokongan emosional dan bahkan lebih mempunyai kekuasaan daripada kata-kata.

Sentuhan dapat mengkomunikasikan banyak pesan, di antaranya menunjukkan rasa sosial dan sopan seperti; bersalaman dengan orang lain. Walaupun sentuhan bisa mengkomunikasikan bermacam-macam pesan tetapi mungkin menimbulkan kesalahan dalam menginterpretasikannya karena adanya faktor-faktor yang ikut menentukan, seperti suku bangsa, status, dan kebudayaan dari orang yang menyampaikan pesan. Bentuk sentuhan yang sama bisa saja mempunyai arti yang berbeda bagi suatu kelompok lain.

- Sikap tubuh

(42)

c. Penggunaan ruang atau jarak

Penggunaan ruang atau jarak memainkan peranan tertentu dalam komunikasi manusia. Edward Hall telah banyak memperluas pemahaman tentang cara penggunaan ruang dalam komunikasi tatap muka. Hall mengemukakan bahwa ada empat macam jarak yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu jarak yang menunjukkan keintiman, jarak pribadi atau personal, jarak sosial, dan jarak umum. Dia mengatakan bahwa kita memilih jarak tertentu tergantung kepada bagaimana perasaan kita terhadap orang lain dalam konteks pembicaraan dan tujuan pribadi kita.

d. Penggunaan waktu

Studi dari Goldhaber memperlihatkan bahwa kualitas informasi dari kebanyakan sumber utama dapat berkurang karena ketepatan waktunya kurang baik.

II.3 Teori Self Disclosure

(43)

Membuka diri tidak sama dengan mengungkapkan detail-detail intim dari masa lalu. Mengungkapkan hal-hal yang sangat pribadi dapat menimbulkan perasaan intim dan kedekatan. Hubungan sejati terbina dengan mengungkapkan reaksi kita terhadap berbagai kejadian yang kita alami bersama atau terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan oleh lawan komunikasi kita.

Teori ini sering juga disebut teori “Johari Window” yang dianggap sebagai dasar untuk menjelaskan dan memahami interaksi antar pribadi secara manusiawi. Garis besar model teori ini dapat dilihat dalam gambar berikut ini :

Saya tahu Saya tidak tahu Orang lain tahu

Orang lain tidak tahu

Jendela Johari terdiri dari empat bingkai. Masing-masing bingkai berfungsi menjelaskan bagaimana tiap individu mengungkapkan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain. Asumsi Johari bahwa jika setiap individu bisa memahami diri sendiri maka dia bisa mengendalikan sikap dan tingkah lakunya di saat berhubungan dengan orang lain.

Bingkai 1, menunjukkan orang yang terbuka terhadap orang lain. Johari menyebutkan “bidang terbuka”, suatu bingkai yang paling ideal dalam hubungan dan komunikasi antar pribadi. Bingkai 2, adalah bidang buta, merupakan keadaan orang yang tidak mengetahui banyak hal tentang dirinya sendiri namun orang lain mengetahui banyak hal tentang dia. Bingkai 3, disebut bidang tersembunyi yang menunjukkan keadaan bahwa berbagai hal diketahui diri sendiri namun tidak

5. TERBUKA 6. BUTA

(44)

diketahui orang lain. Bingkai 4, disebut bidang tidak dikenal yang menunjukkan keadaan bahwa berbagai hal tidak diketahui diri sendiri dan orang lain.

Model Jendela Johari dibangun berdasarkan delapan asumsi yang berhubungan dengan perilaku manusia. Asumsi-asumsi itu menjadi landasan berpikir, antara lain adalah:

- Asumsi pertama, pendekatan terhadap perilaku manusia harus dilakukan secara holistik. Artinya kalau kita hendak menganalisis perilaku manusia maka analisis itu harus menyeluruh sesuai konteks dan jangan terpenggal-penggal.

- Asumsi kedua, apa yang dialami seseorang atau sekelompok orang hendaklah dipahami melalui persepsi dan perasaan tertentu, meskipun pandangan itu bersifat subjektif.

- Asumsi ketiga, perilaku manusia lebih sering emosional bukan rasional. Pendekatan humanistik terhadap perilaku sangat menekankan betapa pentingnya hubungan antara faktor emosi dengan perilaku.

- Asumsi keempat, setiap individu atau sekelompok orang sering tidak menyadari bahwa tindakan-tindakannya dapat menggambarkan perilaku individu atau kelompok tersebut. Setiap individu atau kelompok perlu meningkatkan kesadaran sehingga mereka dapat mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain.

(45)

- Asumsi keenam, aspek yang terpenting dari perilaku ditentukan oleh proses perubahan perilaku bukan oleh struktur perilaku yang selalu mengutamakan tema-tema perubahan dan pertumbuhan perilaku manusia. - Aspek ketujuh, di mana kita dapat memahami prinsip-prinsip yang

mengatur perilaku melalui pengujian terhadap pengalaman yang dialami individu. Asumsi ini mengingatkan kita bahwa orientasi fenomenologis terhadap perilaku manusia melalui pengamatan empiris dari berbagai pengalaman masih lebih kuat daripada sekedar mengabstraksi perilaku manusia semata.

- Asumsi kedelapan, perilaku manusia dapat dipahami dalam seluruh kompleksitasnya bukan dari sesuatu yang disederhanakan. Asumsi ini berkaitan erat dengan asumsi pertama yang menganjurkan suatu pendekatan yang holistik terhadap perilaku manusia.

II.4 Motivasi Belajar

II.4.1. Pengertian Motivasi Belajar

(46)

Pada dasarnya semua orang mempunyai kemampuan untuk belajar, akan tetapi tidak semua orang belajar. Seseorang belajar karena ada dorongan, ada motif pada dirinya, atau dimotivasi oleh orang lain. Orang lain itu termasuk guru, dimana salah satu tugas guru yang utama adalah dengan segala macam cara yang dapat dilakukannya mampu membantu siswa agar ia dapat menguasai bahan pelajaran yang diberikan menurut kurikulum. Motif adalah dorongan, hasrat, keinginan, atau tenaga penggerak lainnya yang berasal dari diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah penggerakan atau kegiatan untuk menggerakkan dorongan yang terdapat pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Seseorang mungkin mampu untuk melakukan sesuatu, tetapi tidak akan melakukannya apabila tidak ada motif pada dirinya atau tidak dimotivasi.

Motivasi adalah suatu prasyarat yang amat penting dalam belajar. Gedung dibuat, guru disediakan alat belajar lengkap dengan harapan supaya siswa masuk sekolah dengan bersemangat. Tetapi semua itu akan sia-sia jika siswa tidak ada motivasi untuk belajar. Motivasi dalam belajar tidak lagi merupakan suatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar tetapi juga sebagai sesuatu yang menggerakkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar.

(47)

menampakkan keengganan, cepat bosan dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar.

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.

Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi instrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi instrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.

II.4.2 Jenis Motivasi

Setiap individu yang dilahirkan pada hakekatnya telah membawa dorongan-dorongan atau motif-motif tertentu khususnya. Motif yang berhubungan dengan kelangsungan hidup individu tersebut. Namun motivasi bukan hanya sekedar motivasi untuk memenuhi kebutuhan hidup atau organisme saja, tetapi di samping itu masih ada motivasi lain untuk mengkaji lebih luas, bentuk ini diungkapkan jenis-jenis motivasi yaitu:

- Motivasi yang didasarkan pada motif dasar

(48)

Belajar memerlukan motivasi. Motivasi merupakan suatu kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan, termasuk belajar. Adapun ciri motivasi belajar siswa adalah giat belajar, sering mengulang pelajaran, sering berdiskusi, dan lain sebagainya. Secara umum motivasi terbagi atas 2 (dua) yaitu instrinsik dan ekstrinsik.

a. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila siswa menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Siswa belajar karena ingin mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajatinya.

Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsikjuga diperlukan agar siswa mau belajar. Berbagai macam cara dilakukan agar siswa termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat siswanya dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuk.

(49)

b. Motivasi instrinsik

Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi instrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan serta tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi, hadiah, dan sebagainya.

Perlu ditegaskan bahwa siswa yang memiliki motivasi instrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, mempunyai keahlian dalam bidang tertentu. Gemar belajar adalah aktivitas yang tak pernah sepi dari kegiatan siswa yang memiliki motivasi instrinsik. Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan, yang berisikan keharusan untuk menjadi orang terdidik dan berpengetahuan.

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sebuah sekolah, yaitu SMK 1 Sw TD Pardede Foundation Sunggal. Sekolah yang beralamat di Jl Binjai Km 10,8 ini adalah sekolah kejuruan yang terdiri dari 2 (dua) jurusan yaitu mekanik otomotif dan audio video. Sekolah SMK 1 TD Pardede Foundation ini memiliki siswa yang seluruhnya berjenis kelamin laki-laki.

2. Sejarah Singkat SMK 1 TD Pardede

Sekolah SMK 1 Sw TD Pardede berdiri pada tanggal 16 Oktober 1985 dan berada dalam naungan yayasan Perguruan TD Pardede Foundation. Yayasan TD Pardede Foundation yang beralamat di Jl. Bantam No 21 Medan ini diketuai oleh Drs. Rudolf M. Pardede. Yang mana yayasan tersebut dikoordinasi oleh Ir. A. Harahap.

(51)
(52)

3. Struktur Organisasi Pardede

Gambar III.1

Struktur Organisasi SMK 1 TD Pardede KETUA BADAN PENGAWAS

Drs. RUDOLF M. PARDEDE

KOORDINATOR Ir. A. HARAHAP

KEPALA SEKOLAH P. HUTAGAOL, BSc

Wakil Kepala Sekolah Ir. T. PASARIBU

Kepala Tata Usaha JR. HARIANJA, SE

Ketua Program Otomotif Y.GULO

Ketua Program Audio Video Ir. T. Girsang

BP

BP.Simatupang

Wali Kelas

Guru Mata Diklat

(53)

4. Visi dan Misi Sekolah

Adapun yang menjadi visi dan misi dari sekolah SMK 1 TD Pardede adalah :

Visi Sekolah : Menjadikan lembaga pendidikan teknologi dan Industri menjadi profesional, taqwa dan mandiri.

Misi Sekolah :

a. Menghasilkan sumber daya manusia berakhlak, berbudi pekerti, berwawan luas dan mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan.

b. Menghasilkan tenaga kerja yang kreatif, inovatif, disiplin dan jujur.

III.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan kompeherensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti (Mulyana, 2001:201).

(54)

aspek-aspek yang perlu diperbaiki (Nawawi, 1995:72). Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam terhadap objek penelitian di lokasi penelitian. Semua hasil wawancara mendalam tersebut dituangkan dalam pembahasan. Hasil wawancara nantinya akan dianalisis dan dipilih jawaban yang paling mendekati dan berkaitan dengan tujuan penelitian.

III.3 Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1995:14).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK 1 TD Pardede Foundation yang terdiri dari 2 (dua) jurusan yaitu mekanik otomotif dan audio video.

Jumlah siswa SMK 1 TD Pardede

Kelas Mekanik Otomotif Audio Video X

(55)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 1995:144). Dalam penelitian kualitatif, besarnya sampel bukan menjadi tolak ukur karena penelitian deskriptif kualitatif ini bukanlah bertujuan untuk menggeneralisasi hasil penelitian. Semakin homogen karakteristik populasi, maka jumlah sampelnya tidak terlalu besar. Riset kualitatif tidak bertujuan untuk membuat generalisasi hasil riset. Hasill riset lebih bersifat kontekstual dan kasuistik, yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu sewaktu riset dilakukan. Karena itu, pada riset kualitatif tidak dikenal istilah sampel. Sampel pada riset kualitatif disebut informan atau subjek riset, yaitu orang-orang yang dipilih diwawancarai atau diobservasi sesuai tujuan riset. Disebut subjek riset-bukan objek-karena informan dianggap aktif mengkonstruksi realitas, bukan sekedar objek yang hanya mengisi kuesioner (Kriyantono, 2008:161-163).

(56)

III.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah: a. Penelitian Lapangan

Yaitu pengumpulan data yang meliputi kegiatan survey di lokasi penelitian, pengumpulan data dari responden melalui wawancara Mendalam (Depth interviews). Wawancara mendalam adalah metode penelitian dimana peneliti melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan terus menerus untuk menggali informasi dari responden. Di mana biasanya metode seperti ini menggunakan sampel yang terbatas. Metode ini memungkinkan peneliti mendapatkan alasan detail dari jawaban responden yang antara lain mencakup opininya, motivasinya, nilai-nilai atau pengalamannya.

b. Penelitian Kepustakaan

Yaitu dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian.

III.5 Teknik Analisis Data

(57)

Adapun langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut: 1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan terperinci. Laporan yang disusun kemudian direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting dan dicarikan temanya.

2. Display Data

Data yang telah diperoleh diklasifikasikan menurut pokok permasalahan dan dibuat matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat hubungan suatu data dengan data yang lain.

3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

Peneliti membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diproses melalui reduksi dan display data.

III.6 Acuan Pertanyaan Wawancara

Yang menjadi pertanyaan peneliti dalam proses wawancara mendalam adalah : 1. Nama

2. Kelas / Jurusan 3. Alamat

4. Mata pelajaran apa yang paling disukai. 5. Siapakah guru yang paling disukai 6. Seakrab apakah kamu dengan guru

7. Bagaimana kegiatan belajar di dalam kelas

(58)

9. Pernahkah kamu menghadapi masalah yang hingga akhirnya mengganggu konsentrasi belajarmu.

10.Ketika kamu menghadapi kesulitan tersebut, pernahkah kamu menceritakan atau mendiskusikannya dengan guru.

11.Bagaimana sikap guru dalam menanggapi ceritamu tentang masalah tersebut.

12.Apa prestasi yang pernah kamu raih

13.Bagaimana cara kamu dalam mengembangkan potensi atau keahlian yang kamu miliki

14.Bagaimana cara guru memotivasi anda dalam menjalankan disiplin baik pribadi maupun yang berhubungan dengan sekolah

15.Bagaimana bentuk serta cara guru dalam membimbing serta memotivasi anda supaya lebih maju lagi dalam berprestasi

(59)

PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan dan Wawancara

Peneliti menentukan 10 orang siswa SMK 1 TD Pardede Foundation Jl. Binjai Km 10,8 yang masih belajar di sekolah tersebut yang dipilih secara acak sebagai responden. Responden yang dijadikan sebagai sampel penelitian adalah 10 orang siswa yang mewakili setiap kelas. Pelaksanaan pengumpulan data di lapangan menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap responden. Penelitian ini berlangsung dari bulan Februari sampai dengan Maret 2009.

Peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah SMK 1 TD Pardede selaku pimpinan di sekolah tersebut untuk melakukan penelitian di sekolah yang bersangkutan. Setelah mendapat ijin, barulah peneliti dapat melakukan wawancara dengan para responden dimana terlebih dahulu peneliti menyampaikan maksud serta tujuan mewawancarai para responden yaitu untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi serta interaksi di antara guru dan siswa dengan kesediaan membuka diri sehingga tercipta sebuah kedekatan dan hubungan akrab di antara mereka yang pada akhirnya itu sangat berkaitan dengan motivasi belajar siswa dalam sekolah. Nama responden yang ditulis adalah nama yang sebenarnya.

(60)

Responden 1

Nama : Luis

Kelas / jurusan : I (satu) / Otomotif Alamat : Jl. Binjai Km 13,5 Hari / tanggal : Rabu / 10 Maret 2010

Responden ini adalah seorang siswa kelas satu jurusan otomotif. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap responden, mata pelajaran yang paling disukai Luis adalah mekanik otomotif. Alasan Luis menyukai pelajaran ini adalah karena ia bercita-cita ingin menjadi seorang mekanik yang handal sehingga ia pun haruslah menyukai serta berkonsentrasi untuk memahami betul esensi pelajaran jurusannya tersebut. Bapak Jesron Siambaton adalah seorang guru favorit yang paling disukai oleh Luis. Luis berpendapat bahwa Bapak Siambaton mampu menerangkan serta membawakan mata pelajarannya dengan sangat jelas dan santai sehingga tidak membuat bosan. Menurut Luis, metode / cara belajar di dalam kelas yang diterapkan Bapak Siambaton membuat suasana kelas menjadi lebih nyaman, menghidupkan suasana kelas, menghibur murid-muridnya dengan cara sesekali bercanda. Kondisi nyaman seperti ini juga tidak terlepas dengan kegiatan belajar mengajar yang serius serta fokus terhadap pelajaran yang dibawakan.

(61)

serta kedekatan pun tercipta dalam interaksi keseharian antara Luis dan gurunya. Bagi responden yang dalam hal ini adalah Luis, terkadang kegiatan belajar di dalam kelas tidak kondusif. Misalnya, ketika ada guru yang berhalangan hadir yang mungkin dikarenakan sakit sehingga tidak masuk mengajar di dalam kelas, pasti ada saja murid lain yang membuat atau menciptakan keributan di dalam kelas sehingga siswa lain pun merasa terganggu jika ingin belajar sendiri. Ketika kondisi belajar mengajar di dalam kelas terganggu karena adanya keributan yang diciptakan oleh siswa itu sendiri, guru pun berusaha untuk tetap menasehati mereka (siswa yang membuat keributan) agar bertindak lebih baik lagi ketika proses belajar mengajar di dalam kelas sedang berlangsung. Selain menasehati siswa, guru juga memberikan sanksi kepada siswa yang ribut, yaitu dengan menyetrap atau membariskan siswa yang ribut dan membuat onar di depan kelas.

(62)

Pada tingkat pendidikan sebelumnya yaitu ketika masih duduk di tingkat sekolah menengah pertama, Luis belum pernah memperoleh prestasi akademik. Baru semester lalu yang merupakan semester pertama baginya di sekolah menengah kejuruan di SMK 1 TD Pardede inilah Luis memperoleh ranking sepuluh besar di dalam kelasnya. Luis mengaku bahwa dalam mengembangkan potensi serta keahlian yang dimilikinya saat ini, dia belajar dengan sunguh-sungguh. Luis pun mengakui bahwa ia termotivasi dengan setiap nasehat serta kata-kata bimbingan yang diperolehnya dari setiap guru yang masuk mengajar di kelasnya.

Bagi responden, setiap guru memiliki cara yang unik serta berbeda satu dengan yang lain dalam memotivasi setiap siswanya. Menurutnya, setiap guru selalu berusaha memberikan nasehat yang baik serta bermanfaat kepada setiap siswanya agar lebih maju lagi dalam berprestasi, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Bukan hanya termotivasi untuk menciptakan prestasi akademik sekolah lebih baik saja, tetapi guru juga memotivasi siswa dalam menjalankan disiplin karena selain bermanfaat bagi pribadi juga akan menciptakan disiplin siswa bagi kelangsungan aktivitas sekolah. Misalnya dalam hal menerapkan disiplin di sekolah, guru secara rutin mengingatkan siswa untuk selalu memasukkan seragam sekolahnya dan selalu memperhatikan potongan rambut siswanya.

Kesimpulan Kasus

(63)

dapat dilihat dari pengakuan responden yang mengaku ia bisa bercerita dan berbagi tentang dirinya serta masalah yang dihadapinya kepada guru. Begitu pula sebaliknya dengan guru di sekolah tersebut yang merespon secara terbuka terhadap siswa khususnya bagi Luis. Bahkan komunikasi yang berjalan lancar antara guru dengan siswa membuat proses belajar mengajar di dalam kelas menciptakan suasana nyaman yang akhirnya membantu Luis dalam belajar di kelas sehingga siswa mampu meningkatkan prestasi belajarnya. Selain itu, dengan adanya sikap terbuka dan terciptanya suatu kedekatan dalam hubungan antara guru dan dirinya membuat Luis termotivasi dalam meningkatkan pengetahuan, prestasi serta disiplin bagi dirinya.

Responden 2

Nama : Kiki Aritonang Kelas / jurusan : I (satu) / Audio video

Alamat : Jl. Binjai Km 15 Simpang Melati Diski Gang Pendidikan No 102

Hari / tanggal : Rabu / 10 Maret 2010

(64)

bahwa guru yang paling disukainya adalah Bapak Zulfikar Ali. Alasannya mengatakan Bapak Zul menjadi figur guru yang disukainya adalah karena beliau adalah seorang yang tegas dan pembawaannya yang santai membuat Kiki merasa bisa saling terbuka untuk bertukar pikiran dengan sang guru.

Responden merasa hubungannya dengan guru-guru di sekolah terjalin dengan akrab sebagaimana layaknya dengan orang tua sendiri. Kiki juga menganggap bahwa keberadaan guru di sekolah sama juga dengan keberadaan orang tua di rumah sehingga dia bisa merasa dekat dan akrab dengan guru-guru di sekolahnya. Menurut responden, kegiatan belajar di dalam kelas tidak selalu seperti layaknya suasana belajar yang kondusif seharusnya. Terkadang masih ada juga siswa yang nakal, ribut dan tidak bisa tenang, tetapi ada juga sebagian siswa yang bisa diingatkan. Responden pun mengatakan bahwa di dalam kelas juga telah diberlakukan peraturan yang tergolong ketat dan tegas. Misalnya, mencatat nama siswa yang melakukan kesalahan atau ribut di kelas, lalu setelah itu dilaporkan kepada wali kelas. Menurut responden, guru juga berusaha menciptakan suasana yang nyaman ketika berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di kelas. Seperti yang diuraikan di atas, guru mengenai sanksi berupa hukuman kepada siswa yang berbuat kesalahan.

(65)

Ketika Kiki dihadapkan dengan kondisi seperti itu, dia juga tak jarang menceritakan keluhan tersebut serta mendiskusikannya kepada guru sehingga guru dapat mencari jalan keluar yang tepat dalam menanggapi sikap siswa yang berulah tersebut agar jera dan tidak melakukannya lagi di kemudian hari. Ketika Kiki menyampaikan keluhan tersebut kepada gurunya, guru pun menanggapinya dengan tangan terbuka tapi tak jarang juga guru merasa bosan karena mendengar nama siswa yang disebutkan selalu yang itu-itu saja. Yang terutama adalah bahwa guru pun sigap menyelesaikan masalah tersebut.

(66)

target dan cita-cita siswanya di hari depan. Tak jarang juga guru memberikan dukungan serta pujian kepada siswanya.

Kesimpulan Kasus

Responden merupakan orang yang mudah akrab dalam membina hubungan yang harmonis dengan guru-gurunya. Sikap terbuka yang dimilikinya membuat guru pada akhirnya juga mampu menanggapi setiap keluhan yang berasal dari responden secara tanggap serta mencari solusi bersama. Begitu pula dengan usaha guru dalam menciptakan suasana nyaman di kelas yang juga mampu memberikan ruang bagi siswa untuk dapat lebih berkonsentrasi dalam belajar. Tak jarang juga seorang guru memberikan pujian kepada siswanya serta menyemangati mereka sewaktu belajar. Cara-cara guru dalam meningkatkan kualitas kondisi di kelas inilah yang membuat siswa merasa lebih termotivasi lagi dalam meningkatkan pengetahuan, prestasi serta mendisiplinkan dirinya.

Responden 3

Nama : Chandra Syah Putra Kelas / jurusan : I (satu) / Otomotif

Alamat : Jl. Binjai Km 10,8 gang Soma Hari / tanggal : Rabu / 10 Maret 2010

(67)

berdalih menyukai mata pelajaran ini karena merupakan pelajaran yang mudah dipahami dan dimengerti olehnya. Hal ini tak terlepas juga karena guru yang mengajarkannya membawakan mata pelajaran ini dengan kata-kata sederhana sehingga para siswa dengan mudah dapat mengerti makna serta maksud pelajaran tersebut. Menurutnya, Bapak J. Siambaton adalah guru yang paling disukainya di sekolah tersebut. Chandra menyukai guru itu karena sifat humoris yang dimilikinya membuat beliau menjadi lucu dan siswa menjadi lebih gampang serta tidak sungkan untuk berhubungan lebih dekat dalam membentuk hubungan harmonis karena guru bisa membaur dengan siswanya. Bapak Siambaton tidak menciptakan karakter guru yang diktator, akan tetapi lebih lembut dan bisa diterima oleh siswa.

Keadaan yang tergambarkan seperti di atas membuat responden merasa hubungan antara dirinya dengan guru diibaratkannya seperti hubungan abang dan adik. Sebuah hubungan dekat yang mampu menciptakan suasana nyaman dan santai tapi tetap serius di antara keduanya. Chandra berpendapat hubungan seperti ini membuatnya bisa merasa lebih dekat layaknya hubungannya dengan abangnya di rumah. Bagi responden, kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas adalah saat-saat yang menyenangkan dan memiliki cerita tersendiri bagi dirinya. Memiliki kesenangan bahkan keluh kesah juga dalam kelangsungannya. Menurut responden menyenangkan karena adanya suasana kekompakan yang terjalin di antara semua penghuni siswa sekelas. Misalnya, mereka sekelas sering bercanda bersama dan hal ini pun masih di bawah kontrol guru mereka juga.

Gambar

Gambar I.1 Jendela Johari
       Gambar I.2   Komunikasi Subjek Penelitian/ Siswa SMK 1 TD
Gambar I.3 Operasionalisasi Komponen
Gambar III.1 Struktur Organisasi SMK 1 TD Pardede

Referensi

Dokumen terkait

Finally, our total own and cross price elasticities estimates suggest that an increase in the price of aggregate energy does not affect substantially the demand for energy

Pendidikan keimanan bagi usia dewasa muda dapat dilakukan dengan. jalan memperkuat benteng keimanan yang telah dimiliki

Atas dasar sudut pandang apakah (perspektif sifat pemikiran, corak pemikiran, objek.. pemikiran, atau perspektif-perspektif lainnya) sehingga pemikiran Islam Faisal Ismail

Catatan : hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus mengomentari perilaku atau pikiran pasien,

Menurut data yang diperoleh kesalahan yang dilakukan mahasiswa meliputi kesalahan konsep, prinsip, dan operasi Faktor-faktor penyebab kesalahan adalah mahasiswa kurang

Pengaruh CSR dan inovasi layanan oleh perusahaan berkontribusi dengan advokasi pelanggan, kualitas hubungan dan nilai hubungan dalam memperkuat loyalitas pelanggan.

“Meaningful” yang dimaksudkan adalah bahwa pemberian informasi mengarahkan perhatian pebelajar kepada bagian dari ketrampilan yang harus dikoreksi dan hal ini akan membantu

Data Primer ialah jenis dan sumber data penelitian yang di peroleh secara langsung dari sumber pertama (tidak melalui perantara),baik individu maupun kelompok. Jadi data yang