• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis vigor daya simpan benih cabai (capsicum annuuml.) dan pendugaan parameter genetiknya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis vigor daya simpan benih cabai (capsicum annuuml.) dan pendugaan parameter genetiknya"

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISISVIGOR DAYA SIMPAN BENIH CABAI (

Capsicum

annuum

L.)DAN PENDUGAAN PARAMETER GENETIKNYA

LULUK PRIHASTUTI EKOWAHYUNI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN

MENGENAI DISERTASIDAN SUMBER INFORMASI

Denganinisayamenyatakanbahwasegalapernyataandalamdisertasiyang berjudul :

ANALISIS VIGOR DAYA SIMPANBENIH CABAI (Capsicum annuumL.)

DAN PENDUGAAN PARAMETER GENETIKNYA

adalahbenar-benarkaryasayasendiridenganarahankomisipembimbing,

bukanhasiljiplakanatautiruansertabelumpernahdiajukandalambentukapapununtukmemper

olehgelar program sejenis di perguruantinggimanapun. Sumberinformasi yang

berasalataudikutipdarikarya yang

diterbitkandantidakditerbitkandaripenulislaintelahdituliskandalamteksdandicantumkandal

amDaftarPustaka di bagianakhirdisertasiini.

BogorFebruari 2012

Luluk Prihastuti Ekowahyuni

(3)

ABSTRACT

LULUK PRIHASTUTI EKOWAHYUNI.Analysis of Seed Vigor in Relation to Storability of Pepper (Capsicum annuum L.) seedand its Genetic Parameter Estimation.Supervised by:SURJONO HADI SUTJAHJO as the chairman, SRIANI

SUJIPRIHATI(alm), MOHAMAD RAHMAD SUHARTANTO, MUHAMAD

SYUKUR as the member of advisory committee.

The abilityof seedtomaintainseed qualityduringstorageis calledseed vigor.Selectionmethodfor testingseed vigor of pepper seeds is necessarytodetermineseed vigor in relation to seed storability duringthe process ofmarketingand distribution. Seeds were usedwerespecies genotype of IPB C9, which is the freshly harvested from pepper (Capsicum annuum L.

)

collection of the GeneticsandPlant Breeding Division, Bogor Agricultural University (IPB). Vigor test methods arenatural deterioration test at room temperature in controlled humidity (RH 90-95%) compared to 4 Accelerated Aging (AA) methods using hot water (60ºC), methanol 20%, ethanol 20% and termperature test at 40ºC. This first experiment aimed ataccelerated aging methods for testing seed vigor in relation to seed storability of pepper seed.The best method was selected using analysis of variance, coeficient of variance, regression dan t student analysis. Based on these analysis is was found that AA methods using methanol 20% and time periods of 0, 2, 4, 6 and 8 hours, is the best method to determine pepper seed vigor in relation to seed storability. The second experiment was designed to evaluate rapid ageing methods of methanol 20% for 0, 2, 4, 6 and 8 hours which is the first stage of the experiment results on some of the pepper seeds genotypes including hybrid, non hybrid, local, introduction, and a great chili seeds produced in year 2009 and 2010. Seed used was non hybrid seed as much as 4 genotypes of production in 2009 and 4 genotype seed of production in 2010. Hybrid seeds used were 10 genotypes of production in 2009 and 8 genotypes of production in 2010. Data analysis used were analysis of the slope of the regression line which is the angle resulting from the comparison of the ordinate and the axis. Information obtained based on test results of the accelerated aging method by using methanol 20% for 0, 2, 4, 6 and 8 hours, that the shelf life of seed vigor in relation to storability of production in 2009 is better than from the production in 2010. Pepper seeds evaluated, the hybrid seeds, have same seed vigor in relation to seed storability with the non hybrid pepper seeds, as well as seed vigor in relation to seed storability between local vs introduction seeds, and the seed vigor in relation to seed storability of great chili vs chili pepper seeds.The third experiment was to achieve a method of selection in helping pepper breeding programs to produce high seeds vigor in relation to storability. Parents used was pepper seeds are high yielding varieties of pepper seed collections from research by IPB genetic and plant breeding division. There was no maternal effect on pepper seed vigor in relation to storability in power germinated, growth speed and electrical conductivity benchmarks, contrary there was maternal effect in length of radicle and length of hipocotyl benchmarks. Parents with high-affinity values were IPB C15 and crosses with particular value of high affinity and positive heterosis value was IPB C9 x IPB C10.
(4)
(5)

RINGKASAN

Kemampuanbenihcabaidalammempertahankanmutubenihnya di

penyimpananataudayasimpanbenihcabaimerupakankendala vigor benih di pemasaran.Dayasimpanbenihcabaiditentukanoleh vigor benih.Metodepengujian vigor benihcabai yang mudah, cepat, efisiendanobjektifbelumbanyakditeliti.Vigor benihcabaidikendalikanolehfaktorgenetik, dan vigor adalahsifatkuantitatif yang dipengaruhiolehlingkunganselamapembentukanbenih,

panendanpenyimpanan.Penelitianinimencakuptigapercobaanyaitu (1)

Metodepengusangancepatuntukpengujianvigor dayasimpanbenihcabai ((Capsicum annuun L.), (2) Konsistensimetodepengujian vigor dayasimpanbenihcabaidan (3) Pendugaan parameter genetik vigor dayasimpanbenihcabaimenggunakananalisissilanghalfdialel.

Percobaan pertama bertujuan mendapatkan metode pengujian vigor benih cabai yang mudah, cepat, tepat dan objektif khususnya vigor daya simpan. Benih tanamanyang digunakan adalah benih cabai (Capsicum annuum L) koleksi Bagian Genetika dan Pemuliaan TanamanInstitut Pertanian Bogor (IPB) yang baru dipanen.Metode percobaan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor. Faktornyaadalahmetodepengujian vigor dayasimpanbenihcabai.

Metodeperconaannyaterdiridari 5 metodeyaitu 1 metode deteriorasi alami (natural deteriorationpadasuhukamardanRH terkontrol(metodepembanding), denganperiode 0, 3, 6, 9 dan 12 bulandengan 4 metodepengusangancepat yang akandibandingkanyaitu (1) metodepengusangancepatdengan air panas60ºCdenganperiode 0, 60. 120, 180 dan 240 menit,(2) metodepengusangancepatdenganlarutanmetanol 20% denganperiode 0, 2, 4, 6 dan 8 jam, (3) metodepengusangandenganlarutanetanol 20% denganperiode 0, 2, 4, 6 dan 8 jam, dan (4) metodedeteriorasiterkontrolpadasuhutinggi 40°C, denganperiode 0,24,48,72 dan 96 jam.

Pada percobaan tahappertamasemua benih cabai yang digunakan pada 4 metode pengusangan cepat terlebih dahulu dinaikkan kadar airnya dari 8-10% menjadi 22%. Hal ini dilakukan berdasarkan pre eksperimen yang telah dilakukan. Jumlah benih cabai per ulangan sebanyak 750 benih sehingga untuk 3 ulangan membutuhkan 2250 benih.Pengamatan dilakukan terhadap tolok ukur (a) daya berkecambah benih (DB),(b) panjang radikula (PR), (c) panjang hipokotil (PH), (d) kecepatan tumbuh (KCt), (f) daya hantar listrik (DHL)dan (g)indeks vigor (IV).

Hasilpengujiantahappertamamenunjukkanbahwahasil 4

tahapseleksimakadihasilkanmetode pengujian vigor daya simpanterbaik adalah metode pengusangan cepat dengan larutan metanol 20% dengan periode waktu 0, 2, 4, 6, dan 8 jam. Metode pengujian tersebut dapat dipergunakan sebagai metode pengujian vigor daya simpan benih cabai. Metode tersebut dapat digunakan pula pada penapisan awal vigor daya simpan benih cabai dalam penelitian pemuliaan tanaman cabai.

(6)

Berdasarkanhasilujipengusangancepatdenganmenggunakan methanol 20% selama 0, 2, 4, 6 dan 8 jam diperolehinformasibahwa vigor dayasimpanbenihproduksitahun 2009

lebihbaikdaripadabenihproduksitahun 2010,

haliniterlihatdaritolokukurpanjanghipokotildanpanjangradikula (25.61° dan 23.45°) dibandingkandenganbenihcabai non hibridaproduksitahun 2010 (28.85° dan 29.77°).

Keragamnya vigor dayasimpanbenihcabaiproduksitahun 2009

lebihtinggidaripadabenihproduksitahun 2010 yaituuntuktolokukur 11.70 untukpanjangradikuladan 7.87 untukkecepatantumbuh. Benihcabai yang dievaluasiyaitubenihcabaihibridamemiliki vigor dayasimpanbenih yang samadenganbenihcabai non hibrida, demikian pula antara vigor

dayasimpanbenihcabailokalvsintroduksi, danantara vigor

dayasimpanbenihcabaibesarvscabairawit.

Tujuan percobaan tahap ketiga ini adalah mendapatkan metode seleksi dalam membantu progam pemuliaan cabai untuk mnghasilkan benih vigor daya simpan yang tinggi. Pendugaan parameter genetik dilakukan pada nilai varian additif, varian dominan, varian genetik, varian lingkungan, varian fenotipe, heritabilitas arti sempit (h2ns), heritabilitas arti luas, (h2bs), daya gabung umum, daya gabung khusus, heterosis, dan

heterobioltiosis. Benihtetuacabai yang

digunakanadalahbenihvarietasunggulcabaihasilpenelitiankoleksibagiangenetikadanpemulia antanaman IPB. Genotype tersebutterdiridari IPB C2, IPB C9, IPB C10, IPB C15 danbenihpersilangan half dialel.UntukmendugaefekresiprokaldigunakanpersilanganIPB C9

x IPB C10.Metodepengujian vigor benihcabai yang

digunakanadalahmetodepengusangancepatdenganmetanol 20% padalimaperiodewaktu 0, 2, 4, 6 dan 8 jam. Pengamatanpada 7tolokukuryaitu (1) dayaberkecambahbenih (DB), (2) panjangradikula (PR), (3) panjanghipokotil (PH), (4) bobotbasahkecambah normal (BK), (5) kecepatantumbuh (KCt), (6) dayahantarlistrik (DHL) dan (7) kadar air (KA).

Tidakadapengaruh maternal pada vigor

dayasimpanbenihcabaiuntuktolokukurdayaberkecambah,

kecepatantumbuhbenihcabaidandayahantarlistrik, sebaliknyaadanpengaruh maternal untukpanjangradikuladanpanjanghipokotil.Hasilanalisismenunjukkanbahwa vigor dayasimpanbenihcabaidikendalikanoleh gen intimenghasilkannilaiheritabilitasluas yang sedanghinggatinggi, danheritabilitasdalamartisempit yang sangatrendahhinggasedang. Tetua yang nilaidayagabungumumtinggiadalahtetua IPB C15 danpersilangan yang nilaidayagabungkhusustinggidannilaiheterosispositifadalahpersilanganIPB C9 x IPB C10.

(7)

@Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisankarya

ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauanmasalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor.

(8)

ANALISIS VIGOR DAYA SIMPAN BENIH

CABAI(

Capsicum annuum

L,) DAN PENDUGAAN

PARAMETER GENETIKNYA

LULUK PRIHASTUTI EKOWAHYUNI

Disertasi

sebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelar

Doktorpada Program StudiAgronomi

(9)
(10)

Judul Disertasi : Analisis Vigor Daya Simpan Benih Cabai (Capsicum annuumL.) danPendugaan Parameter Genetiknya

Nama : Luluk Prihastuti Ekowahyuni

NIM : A361020101

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS Ketua

Dr. Ir. Mohamad Rahmad Suhartanto, MSDr. Muhamad Syukur. SP. MS

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Agronomi Dekan sekolah PascaSarjana

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi,MS Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc Agr

(11)

PRAKATA

Puji syukur kehadiran Ilahi Rabbi, dengan rahmat dan hidayah Nya Disertasi ini dapat diselesaikan. Disertai yang berjudul Analisis Vigor DayaSimpanBenihCabai (Capsicum annuum L.) danPendugaan Parameter Genetiknya merupakan kelengkapan tugas akhir pada Program Doktor Sekolah PascaSarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, Prof. Dr. Ir. Sriani Suprihati (almarhumah), Dr. Ir Mohamad Rahmad Suhartanto, dan Dr. Muhamad Syukur, SP, MSi atas bimbingan dan arahan yang diberikan sejak penyusunan dan perencanan penelitian hingga selesai penulisan.

2. Kedua orang tua yaitu Drs.H. Ahmad Sudaryono dan Hj.Sri Aminarti BA,kedua mertua Sofyan Jamal Chaniago(alm) dan Ruhaida (alm) atas bantuan,pengertian, dukungan, kasih sayang dan doanya selama ini.

3. Suami tersayang Hi.Yanzi Sofyan SE dan anak-anaktersayang Hj.Laila Maghfirah Tsaqilah SKed, Hi.Muhammad Fajri Al Haq ST, Hi.Muhammad Yaumul Rizky atas pengorbanan materil dan bantuan siprit serta pengertiannya selama ini.

4. Prof Dr Sarsidi SastroSumarjo Dan Prof. Dr. Hj. Satriyas Ilyas yang pernah membimbing penulis pada proposal proposal sebelumnya.

5. Khusus keluarga besar Prof. Dr. Sriani Sujiprihati almarhumah yang banyak membantu doa dan semangat pada penulis.

6. Prof. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS dan Dr. Ir. Endang Murniati, MS sebagai penguji pada Ujian Prakualifikasi Doktor.

7. Para Rektor Universitas Nasional Jakarta, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Nasional (UNAS), dan Ketua Jurusan Budidaya Pertanian UNAS yang telah memberikan izin belajar.

8. Para Rektor, Para Dekan Sekolah PascaSarjana, dan Para Ketua Program Studi Agronomi dan Hortikultura Sekolah PascaSarjana IPB, yang telah menerima penulis untuk melanjutkan studi S3.

9. Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional memberikan Beasiswa Program PascaSarjana (BPPS) strata S3.

10.Semua dosen-dosen mata kuliah yang mengajar penulis, semua tata usaha, dan laboran selama penulis menjalani progran PascaSarjana S3 di IPB yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

11.Pimpinan Balai Penelitian dan rekan-rekan di Balai Penelitian Pertanian di Cimanggis, Ibu Ami, MSi, Dina MSi, dan semua staf lainnya di laboratorium 12.Asisten penelitian di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Laboratorium

Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Laboratorium RGCI atas bantuan dan kerjasama selamapenulis penelitian.

(12)

Kristianto, Agnes, Fitri, dan semua yang tidak dapat disebut satu persatu yang telah berbagi ilmu, materi penelitian dan pengalaman.

14.Pada mahasiswa bimbingan di UNAS selama penulis menjalani pendidikan S3 yaitu Aria Gumilang SP, Guran SP, Wahyu Aji Triwibowo SP, Surya Effendi SP, Faransisca REL SP, Roswita SP, Reggi Dwijaya SP, Layla Endah SP, Richi Savitri, SP, Arief Dharmawan Jaelani SP, Undang, SP, Ekawati, SP, Marcsuyud SP, Epi Rahmadini SP, Sri Rahayu SP, Mustari dan Manto Wiratmoko dan semua mahasiswa bimbingan akademik UNAS yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas kerjasama dan perhatiannya selama ini.

15.Para ustadzahsahabatpenulisyaituustdazahSakinahSahab, Nurjannah,

NurmalaKaban, Sri Tata, dan para ustadzsahabat dan

gurupenulisyaituUstadzRazzaq, Rahmatullah dan EnjangJauhariserta para sahabatjamaahkhatamanQuran M. Taufiq, Rahmat S, Ali H. Achmad, Afifudin, AdeNizarZulmi, SigitGunawan, Yan Musa, Sugiyo, Gimin, Aditya, Abdul Aziz,

Ariefdarmawan, Opik, Musa, Farhan, Alamsyah, tak lupa

jamaahpengajianibuibuHj. OnahKarsa, Hj. Een, HjAam, IbuYusufCiliwung, IbuTitin, IbuPeny, IbuMuznah, IbuCeku, IbuNani, Ibulain yang tidakdapatdisebutkansatupersatu, serta para Doktersahabat saya dr.Farah, dr. Titi dan dr.Indrawati..

16.Para sopir dan pembantu, para sahabatsertasemuapihak yang telahmembantu dan

mendoakan saya.

Akhirnyasemogatulisaninibermanfaatbagipengembanganilmupengetahuan.

Bogor, Februari2012

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Selatan pada tanggal 26 Juni 1964 sebagai putri pertama pasangan Drs. Hi.Ahmad Sudaryono dan Hj. Sri Aminarti,BA. Penulis menikah dengan Hi.Yanzi Sofyan SE pada tanggal 18 Oktober 1987 dan telah dikarunia tiga orang anak yaitu Hj.Laila Maghfirah Tsaqilah S.Ked, Hi.Muhammad Fajri Al Haq ST, dan Hi. Muhammad Yaumul Rizky. Adik penulis 4 orang yaitu Unggul Purbantolo Dwiyantoro SE, Ir Andi Wijanarko Tribaskoro, Ir. Hi.Dudi Agung Raharjo, M.T, dan Ichwan Novianto PoncoNugroho,S.Kom.

Pendidikan sarjana penulis ditempuh di Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas`Lampung Bandar Lampung, lulus pada tahun 1987. Sejak semester tiga tahun 1984 penulis telah dipercaya menjadi asisten dosen matakuliah Botani Umum hingga tahun 1986, semester empat (1984) telah dipercaya menjadi asisten dosen matakuliah Fisika hingga tahun 1986, semester lima (1985) telah dipercaya menjadi assiten dosen matakuliah Fisiologi Tumbuhan hingga tahun 1986.

Penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaan yaitu; (1) Senat mahasiswa Fakultas Pertanian UNILA tahun 1982 s/d 1985, (2) Himpunan Mahasiswa Pencinta Alam Fakultas Pertanian UNILA dari tahun 1983 s/d 1986, (3) Organisasi Islamic Science Study Club di Fakultas Pertanian UNILA dari tahun 1983 s/d 1986, (4) Organisasi Paduan Suara UNILA dari tahun 1982 s/d 1986, (5) Aktif mengajar bimbingan studi bagi mahasiswa SMA yang dikelola oleh Himpunan mahasiswa Islam UNILA dari tahun 1983 s/d 1986, (6) Aktif di organisasi Masjid al Wasii UNILA dari tahun 1984 s/d 1986 menjadi assiten dosen mata kuliah Agama Islam. Lulus pendidikan S1 tahun 1987.

Pada tahun 1989 penulis diterima sebagai staf pengajar di Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta. Pada tahun 1996 penulis diangkat menjadi Penatar se DKI Jakarta untuk Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila Wilayah Kodya Jakarta Timur hingga tahun 1998. Pada tahun 1996 penulis juga mendapatkan kehormatan dipilih sebagai Dosen Teladan Harapan II di Kopertis Wilayah III Jakarta.

Pada tahun 1999 penulis mendapatkan kesempatan melajutkan ke program pasca sarjana S2 pada Program Studi Agronomi Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) dan selesai tahun 2002. Beasiswa pendidikan pasca sarjana diperoleh dari BPPS Dikti Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Pada tahun 2002 penulis kembali mendapatkan kesempatan melanjutkan program doktor Studi Agronomi Program Pascasarjana IPB dan mendapatkan Beasiswa pendidikan pasca sarjana diperoleh dari BPPS Dikti Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Program ini masih dijalani hingga sekarang.

(14)
(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Kerangka Pemikiran dan Pengajuan Hipotesis ... 3

Ruang Lingkup Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Tanaman Cabai (Capsicum spp.) ... 6

Benih Cabai ... 7

Vigor Benih ... 9

Permasalahan Benih Vigor ... 9

Hubungan Vigor Benih, Viabilitas dan Deteriorasi ... 10

Vigor Daya Simpan Benih ... 12

Pengujian Vigor Benih ... 13

Parameter Genetik Vigor Benih ... 15

Metode Persilangan Diallel... 15

Daya Gabung Galur Murni ... 17

Heritabilitas... 18

Variabilitas Genetik ... 19

Heterosis ... 19

Penelitian Pendugaan Parameter Genetik Vigor Benih ... 21

METODE PENGUSANGAN CEPAT UNTUK PENGUJIAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH CABAI(Capsicum annuum L.) ... 24

Pendahuluan ... 25

Bahan dan Metode... 26

(16)

Metode Percobaan ... 27

Metode Pengujian Vigor Benih Cabai... 27

Hasil dan Pembahasan... 31

Metode Deteriorasi Alami pada Suhu Kamar dengan RH (90-95%) terkontrol (Metode Pembanding) ... 31

Pemilihan metode Pengusangan Cepat ... 33

Kesimpulan ... 36

EVALUASI VIGOR DAYA SIMPAN BENIH PADA BERBAGAI GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) DENGAN METODE PENGUSANGAN CEPAT . 37 Pendahuluan ... 39

Bahan dan Metode... 40

Waktu dan Tempat Percobaan ... 40

Bahan Percobaan ... 40

Produksi Benih ... 40

Metode Penelitian ... 42

Pengamatan Percobaan ... 42

Analisis Data ... 43

Hasil dan Pembahasan... 44

Panjang Radikula ... 47

Panjang Hipokotil ... 48

Daya Berkecambah ... 48

Kecepatan tumbuh ... 49

Daya Hantar Listrik ... 50

Kesimpulan ... 52

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK VIGOR DAYA SIMPAN BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) MENGGUNAKAN ANALISIS DIALLEL ... 54

Pendahuluan ... 56

Bahan dan Metode... 57

Waktu dan Tempat ... 57

Metode Percobaan ... 57

Pelaksanaan Percobaan ... 57

Pengamatan Percobaan ... 58

(17)

Hasil dan Pembahasan... 59

Kesimpulan ... 64

PEMBAHASAN UMUM ... 65

KESIMPULAN UMUM ... 68

SARAN ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(18)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Daftar species cabai yang telah dibudidayakan, tipe liarnya serta

daerah penyebaran ………

6

2 Kebutuhan dan Ketersediaan Benih Hortikultura Bermutu Tahun

2005-2006………..

10

3 Hasil analisis ragam viabilitas dan vigor semua metode pengujian

vigor benih cabai………..

33

4 Nilai tengah rata-rata semua metode pengujian vigor daya simpan

benih cabai……….

34 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Rekapitulasi hasil Analisis Regressi tolok ukur semua metode pengujian

vigor benih cabai………

Hasil uji t antara metode standar dengan 4 metode pengujian vigor benih

Ringkasan hasil analisis uji pada pengembangan metode pengujian vigor benih cabai unuk nilai KK(%), R-Sq(°) dan uji t (°)………

Daftar Genotipe Benih cabai Produksi tahun 2009 dan

2010………

Uji Orthogonal Kontras Laju Penurunan Vigor (Deteriorasi) Benih

Cabai………..

Besar Sudut ( 2) laju penurunan Vigor Benih Non Hibrida produksi

tahun 2009 dan 2010………

Besar Sudut ( 2) laju penurunan Vigor Benih Hibrida produksi tahun

2009 dan 2010………..

Hasil uji orthogonal kontras laju penurunan vigor daya simpan benih (α)

cabai pada Panjang radikula ………

Hasil uji orthogonal kontras laju penurunan vigor daya simpan benih (α) cabai pada Panjang hipokotil ………

Hasil uji orthogonal kontras laju penurunan vigor daya simpan benih (α)

cabai pada Daya berkecambah ……….

Hasil uji orthogonal kontras laju penurunan vigor daya simpan benih (α) cabai pada Kecepatan tumbuh ………..

(19)

16

17

18

19

20

21

23

24

25

26

Pengaruh metode pengusangan cepat metanol (20%) 5 periode terhadap daya hantar listrik ………..

Rekapitulasi hasil evaluasi vigor daya simpan benih cabai ………….

Persilangan pembentukan benih F1 untuk Populasi Studi……….

Uji Pengaruh Maternal dan kehomogenan ragam populasi F1 dan F1R untuk data viabilitas dan vigor benih cabai……….

Nilai analisis ragam daya gabung persilangan half dialel laju penurunan vigor daya simpan benih cabai pada panjang radikula, panjang hipokotil, daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan daya hantar listrik………….

Nilai analilis ragam daya gabung Persilangan Half

Dialel……….

Nilai daya gabung umum (DGU) vigor benih cabai ………..

Nilai daya gabung khusus (DGK) vigor benih cabai ………..

Ragam aditif, ragam dominan fenotipe, ragam genetic, ragam lingkungan heritabilitas dalam arti luas dan heritabilitas arti sempit laju penurunan vigor daya simpan………..

Nilai Heterosis semua Tolok Ukur Viabilitas dan Vigor Benih Cabai…….

49

50

55

58

58

59

59

60

60

(20)

1 Bagan alir penelitian……….. 4

2 Keragaman tipe buah cabai dalam species Capsicum anuum L.,….. 5

3 Biji cabai dan bagian-bagiannya……… 8

4 Kecambah normal cabai……… 8

5

6

Hubungan antara vigor benih, viabilitas dan deteriorasi…………..

Produksi benih di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo………

11

41

7

8

9

10

Benih cabai IPB C15 dan IPB C10 dan benihnya…………..

Benih cabai IPB C9 yang telah diekstraksi dengan kadar air 8 ± 2% .

Laju penurunan vigor benih tolok ukur daya hantar listrik (μmhos/cm/g) yang ditunjukkan dengan sudut α selama periode pengusangan cepat……….…………..

Laju penurunan vigor benih tolok ukur daya berkecambah (DB(%)), kecepatan tumbuh (KCT (%/etmal)) yang ditunjukkan dengan sudut

αselama periode pengusangan cepat……….…………..

42

42

43

(21)

LAMPIRAN Halaman

1. Hasilanalisisragammetodedeteriorasialamidanmetodepengusangan

cepatmetanol ………... ..80

2. Hasilanalisisragammetodedeteriorasialamidanmetodepengusangan cepatmetanol ………... 81

3. Hasilanalisisregresitetua IPB C2 dansudutkemiringan (α) benih produksitahun 2010………..…… 82

4. Hasilanalisisregresipersilangan IPB C9 x IPB C8 dansudutkemiringan (α) Benihproduksitahun 2010……..……… … 83

5. Hasilanalisisregresipersilangan IPB C9 x IPB C10dansudutkemiringan (α) Benihperoduksitahun 2010……..……… … 84

6. Hasilanalisisregresipersilangan IPB C9 x IPB C15 dansudutkemiringan (α) benihproduksitahun 2010………..… 85

7. Nilai tengah rata-rata panjang radikula………86

8. Nilai tengah rata-rata panjang hipokotil………. 87

9. Nilai tengah rata-rata daya berkecambah………..………… 88

10. Nilai tengah rata-rata kecepatan tumbuh, kadar air dan daya hantar listrik………..……….. ……….89

11. Rekapitulasihasiluji F vigor cabai………..………..…… 90

12. Hasilanalisisragamujikontrastolokukurpanjangradikula…………..90

(22)

PENDAHULUAN

LatarBelakang

Salah

satupermasalahanbenihhortikulturaadalahkurangtersedianyabenihbermutu.Ketersediaanbenihh

ortikulturabermututermasukcabai (Capsicum annuumL.) hanyasebesar 53.1%

sehinggabelumdapatmemenuhikebutuhanpetani(DirektoratJenderalHortikultura 2008).Hal

tersebutditambahlagidenganpenurunanmutusebesar 25% pada proses tataniagabenih

(Copeland dan McDonald 2001).

Penurunanmutubenihpadawaktutataniagadisebabkanbenihmengalamipenyimpananselam

aperiodesimpanseringterjadikondisi suboptimum terutamakelembabannisbiudara (RH)

meskipunpadasuhukamar,

danbenihdituntutharusdapatmempertahankanmutunya.Kemampuanbenihuntukmempertahanka

nmutunyapadakondisi suboptimum disebut vigor

dayasimpanbenih.Dayasimpanbenihditentukanoleh vigor benih.Sadjadet al. (1999)

menyatakanbahwa vigor benih yang tinggimempunyaidayasimpan yang tinggi.

Metode pengujian vigor daya simpan benih khususnya untuk benih cabai yang cepat,

tepat, dan terbaik masih sangat sedikit informasinya. Metode pengujian vigor benih yang

divalidasi oleh ISTA (2007) (International Seed Testing Association) yaitu metode

pengusangan cepat AA (accelerated aging) dan conductivity test (daya hantar listrik)masih

terbatas pada benih seperti jagung (Zea mays L.) dan kacang kedelai (Glycine max L.). Addai

dan Kantaka (2006) menggunakan tiga metode pengusangan cepat pada benih kedelai yaitu

pertama merendam benih kedelai pada larutan etanol 20% selama 2 jam, kedua merendam

benih dalam larutan cairan metanol 20% selama 2 jam dan ketiga merendam benih dalam air

panas 75oC selama 70 detik. Metode–metode tersebut akan dipergunakan sebagai pengembangan metode pengujian vigor daya simpan benih cabai pada penelitian ini.

Hubungan vigor daya simpan benih dengan kemunduran (deteriorasi) benih sudah

diteliti oleh Demir dan Mavi (2010) yang menyatakan bahwa metode pengusangan cepat

berkorelasi dengan menurunnya mutu benih pada kondisi penyimpanan suhu tinggi dan RH

(23)

benih chickpea. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa benih yang mengalami deteriorasi

benih berkorelasi positif dengan benih yang mengalami pengusangan cepat.

Vigor daya simpan benih dipengaruhi oleh faktor genetik dan kemungkinan

dikendalikan oleh beberapa gen (Clerkx et al. 2004). Vigor daya simpan benih merupakan

sifat kuantitatif yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan selama pembentukan benih, panen

dan penyimpanan (Contreras et al. 2009). Pengaruh genetik yang terkait dengan daya simpan

benih telah diteliti pada Arabidopsis sp. (Allonso et al. 1999).

Informasi genetik vigor daya simpan benih cabai masih sedikit. Informasi genetik

mengenai vigor daya simpan benih cabai dilakukan dengan analisis pendugaan parameter

genetik. Analisis tersebut diperlukan untuk mengukur besar kecilnya faktor genetik terhadap

vigor daya simpan benih cabai. Pendugaan diantaranya dapat dilakukan dengan mengukur

nilai varian aditif, dominan, genetik, fenotip, lingkungan, daya gabung umum, daya gabung

khusus, heritabilitas arti luas, heritabilitas arti sempit, heterosis dan heterobioltiosis.

Penelitian tentang vigor daya simpan benih cabai dan pendugaan parameter genetiknya merupakan ”novelty” dari penelitian ini karena informasi tentang ini masih sangat sedikit. Penelitian ini sangat bermanfaat untuk membantu program pemuliaan cabai berdaya simpan

tinggi.

Diharapkan dari penelitian ini diperoleh metode pengujian pengusangan cepat yang

dapat menduga vigor dayasimpanbenih cabai selama penyimpanan. Metode pengujianvigor

dayasimpanbenih cabai yang terbaik adalah metode yang cepat, murah, tepat dan objektif.

Metode tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai metode penapisan awal dalam program

pemuliaan benih cabai berdaya simpan tinggi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1. Memperoleh metode pengujian vigor daya simpan benih cabai (Capsicum annuum L.)

yang cepat, tepat, efisien dan objektif.

2. Mengevaluasi vigor daya simpan benih cabai pada berbagai genotipe cabai dengan

metode pengusangan cepat.

3. Mendapatkan nilai pendugaan parameter genetik yang terkait vigor daya simpan benih

(24)

Kerangka Pemikiran dan Pengajuan Hipotesis

Permasalahan kebutuhan benih bermutu cabai yang masih kurang dan menurunnya

mutu benih di penyimpanan pada saat tata niaga benih. Benih cabai yang mempunyai vigor

daya simpan tinggi sangat diperlukan.

Metode pengujian untuk menentukan vigor daya simpan benih cabai yang cepat,

tepat, efisien dan objektif perlu dikembangkan. Penelitian ini mengembangkan metode

pengusangan cepat dan metode deteriorasi alami pada suhu kamar dengan kelembaban (RH)

terkontrol untuk pendugaan vigor daya simpan benih cabai. Informasi genetik vigor daya

simpan benih diperlukan untuk membantu program pemuliaan cabai. Pendugaan parameter

genetik dan vigor daya simpan benih cabai belum cukup banyak informasinya. Informasi

tersebut dapat digunakan untuk penapisan awal benih cabai berdaya simpan tinggi dalam

program pemuliaan tanaman.

Ruang Lingkup Penelitian

Keseluruhan penelitian dibagi dalam tiga tahappercobaan.

Tahappertama yaitu pengembanganmetode pengusangancepatuntukpengujian vigor

dayasimpan benih cabai.Tahapini bertujuan untuk memperoleh metode yang cepat, tepat,

efisiendanobjektifuntuk pengujian vigor dayasimpanbenih cabai. Metode pengujian vigor

dayasimpanbenihcabaiyang dihasilkan akan dipergunakan pada percobaan kedua.

Tahapkedua yaitu evaluasivigor dayasimpanbenih cabai

padaberbagaigenotipedenganmetodepengusangancepat.Tahapinibertujuanmengevaluasi vigor

dayasimpanbenihcabaipadaberbagaigenotipecabaidenganmetodepegusangancepat.Genotipeya

ng diujiadalahbenihhibrida, non hibrida, lokal, introduksi, rawitdanbesar yang

diproduksitahun 2009 dan 2010.

Tahap ketiga yaitu adalah analisis pendugaan parameter genetik vigor benih cabai.

Tujuan percobaan ini adalah untuk mendapatkan nilai pendugaan parameter genetik vigor

dayasimpanbenih cabai.

Sasaran akhir penelitian ini adalah mendapatkan metode pengujianvigor

(25)

parameter genetikuntuk vigor dayasimpanbenihcabai. Semuahasiliniuntukmembantu program

pemuliaancabaidalammenghasilkangenotipecabai yang mempunyaidayasimpanbenih yang

tinggi.Keseluruhan kegiatan penelitian dirangkum dalam bagan alir penelitian (Gambar 1).

Gambar 1.BaganAlurPenelitian

Analisis pendugaan parameter genetikvigordaya simpan benihcabai

Informasitentangmetodepengujiancepat, tepat,

effisiendanobjektifuntukmendugadayasimpanbenihcabai. Informasihasilevaluasivigor

dayasimpanbenihcabaipadaberbagaigenotipecabaidenganmetodepengusa ngancepat

Nilaipendugaanparameter genetikvigor dayasimpanbenihcabai. Koleksigenotipecabaispecies Capsicum annuumL.

Praeksperimenpersiapanbahandanmetode

Evaluasivigor dayasimpanbenihcabaipadaberbagaigenotipecabai (Capsicum annuum L.) denganmetodepengusangancepatmetanol 20% dengan 5 periode

(26)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Cabai

Tanaman cabai merupakan tanaman asli dari Amerika yang daerah penyebarannya

meliputi Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Columbus adalah orang yang

pertama kali memperkenalkan tanaman cabai dan membawa biji yang dijadikan benih ke

Spanyol pada tahun 1493, sampai kemudian benihnya banyak ditanam di Eropa. Di Asia,

tanaman cabai diperkenalkan oleh bangsa Portugal dan Spanyol pada abad ke - 16,

sekarang ini tanaman cabai sudah tersebar di seluruh dunia termasuk Indonesia (Bosland

dan Votava 1999).

Di Indonesia cabai (Capsicum annuum L.) adalah sayuran penting yang paling

banyak dikenal memiliki nilai ekonomi tinggi. Di Indonesia cabai dapat tumbuh dan

berproduksi di dataran rendah dan tinggi, baik di lahan sawah atau tegalan sehingga

arealnya mencapai 150,000 ha (Direktorat Jenderal Hortikultura 2008), tetapi

produktivitasnya masih sangat rendah. Species Capsicum annuum L. mempunyai

keragaman tipe buah yang tinggi untuk (Gambar 2).

Gambar 2. Keragaman tipe buah cabai dalam genotipe species C. annuum L. Sumber : Dremann (2008)

Cabai dalam species Capsicum spp. ini memiliki karakteristik yang luas pada ukuran

buah, warna, dan bentuknya, yaitu dengan panjang bervariasi antara 1.5-30 cm, bentuk

buah yang sangat lonjong, mengerucut dan bundar, berwarna hijau dan kuning saat belum

matang, oranye dan coklat saat sudah matang. Karakteristik tanamannya memperlihatkan

keragaman yang tinggi. Keragaman yang tinggi tipe buah (Gambar 2). Banyaknya species

cabai dalam genus Capsicum. Genus Capsicum termasuk di antaranya adalah lima spesies

yang telah dibudidayakan yaitu Capsicum annuum, C. baccatum, C. chinense, C.

frustescens, dan C. pubescens (Greenleaf 1986).

Daftar spesies cabai yang dibudidayakan dan liar serta daerah penyebarannya

(27)

percabangan tegak atau menyebar dengan karakter yang berbeda-beda tergantung

spesiesnya. Tinggi tanaman cabai berkisar 30–75 cm. Daunnya berwarna hijau dan atau

hijau tua, tumbuh pada tunas-tunas samping berurutan, pada batang utama dan tunggal

tersusun secara spiral. Daunnya berbentuk hati lonjong atau bulat telur dengan letak yang

berselang-seling (Poulus 1994).

Tabel 1. Daftar spesies cabai yang telah dibudidayakan, tipe liarnya serta daerah penyebaran

Spesies Status Daerah sebaran

C.annuum L. Dibudidayakan

Amerika Selatan hingga

Colombia tropik, subtropik dan daerah beriklim sedang

C. chinense Jacq. Dibudidayakan Dataran rendah Amerika Selatan

bagian timur

C. frutescens L. Dibudidayakan Amerika tropik

C.baccatum L. Dibudidayakan Peru, Bolivia, Paraguay, Brazil,

Argentina

C. praetermisum Heiser & Smith. Liar Brazil Selatan

C. chacoense A. T. Hunz. Liar Argentina Utara, Bolivia

Paraguay,

C. galapagoense A. T. Hunz. Liar

Daerah Andes, dataran tinggi Amerika Tengah bagian utara hingga Meksiko

C. pubescens R & P. Dibudidayakan

Daerah Andes, dataran tinggi Amerika Tengah bagian utara hingga Meksiko

C. cardendaii Heiser & Smith. Liar Bolivia

C. eximium A.T.Hunz. Liar Bolivia, Argentina utara

C. tovarii Eshbaugh, Smith,

Nickrent. Liar Andes, Peru tengah

C. lanceolatum. Liar Guetamala

Sumber: Greenleaf (1986)

Menurut Kusandriani (1996) bunga cabai termasuk bunga lengkap, yaitu terdiri atas

kelopak dan mahkota, Daun-daun mahkota yang berlekatan menjadi satu sehingga

digolongkan dalam sub-kelas Sympetalae. Bunga tanaman cabai mempunyai bunga tunggal

atau soliter dan tumbuh pada ujung ruas, serta merupakan bunga sempurna. Alat kelamin

jantan dan betina terdapat pada satu bunga. Mahkota bunga berwama putih atau ungu

tergantung pada kultivarnya, helaian mahkota bunga berjumlah lima atau enam. Pada dasar

bunga terdapat daun bunga berjumlah lima helai kadang-kadang bergerigi. Setiap bunga

mempunyai satu putik, kepala putik berbentuk bulat. Bunga cabai terdiri dari lima petal,

(28)

Bunga cabai termasuk menyerbuk sendiri tetapi dapat terjadi penyerbukan silang

dengan bantuan lebah atau serangga lainnya dengan persentase persilangan berkisar

7.6-36.8%. Bunga tanaman cabai cenderung bersifat protogyny, yaitu kepala putik telah masak

sebelum tepung sari keluar dari kotak sari atau sebelum anthesis, dan tepung sari keluar

pada saat bunga mekar (Greenleaf 1986).

Menurut Kusandriani (1996) persilangan cabai sering terjadi pada bunga yang

mempunyai tangkai putik yang panjang dan kepala putik lebih tinggi dari kotak sari,

sedangkan penyerbukan sendiri sering terjadi pada bunga yang memiliki tangkai putik

yang pendek sehingga letak kepala putik lebih rendah dari kepala sari. Bunga tunggal

terdapat pada setiap ruas dan pada saat antesis tangkai bunga umumnya merunduk. Bunga

pertama biasanya terbentuk pada umur 23-31 hari sesudah tanam (HST) dan buah pertama

biasanya mulai terbentuk pada umur 29-40 HST.

Benih Cabai

Benih cabai dihasilkan dari buah yang matang dalam waktu 34-40 hari setelah

pembuahan. Umumnya memiliki biji cabai berwarna kuning jerami (Hernandez 2002).

Proses pemanenan cabai mempengaruhi mutu benihnya baik viabilitas maupun vigornya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat pemanenan cabai adalah ciri dan umur

panen, cara panen, periode panen dan perkiraan produksi. Pemanenan pada saat masak

fisiologis adalah yang terbaik karena pada saat itu vigor benih yang maksimum. Cabai

dipanen pada saat buah memiliki bobot maksimal, buahnya padat dan warnanya 90% tepat

merah menyala (Kusandriani 1996).

Benih cabai terdiri atas enam bagian (Gambar 3) yaitu endosperm, mikrofil,

kotiledon, embrio, testa (seed coat), dan radikula. Endosperm adalah jaringan penyimpan

cadangan makanan genomnya berasal dari maternal. Mikrofil adalah saluran atau lubang

yang menutup kulit benih, pada nuselus melalui tabung polen yang biasanya dimiliki

selama fertilisasi. Pada saat benih matang dan mulai berkecambah mikrofil membantu

untuk masuknya air. Biasanya tonjolan radikula melalui mikrofil endosperm. Kotiledon

biasanya disebut sebagai daun benih. Embrio adalah sporofit muda hasil fertilisasi.

Hipokotil adalah batang yang mirip dengan aksis embrionik di bawah kotiledon. Embrio

matang terdiri atas kotiledon, hipokotil dan radikel. Testa adalah lapisan pelindung luar

(29)

Gambar 3. Biji cabai dan bagian-bagiannya. Sumber : Meyr A (2005)

Radikula adalah akar embrionik pada embrio matang bersama-sama dengan

hipokotil(Pada Gambar 4), bagian-bagian biji cabai harus berkembang sempurna untuk

menghasilkan kecambah normal.

Biji dan benih mempunyai fungsi yang berbeda. Biji berfungsi sebagai sebagai bahan

pangan atau pakan, sedangkan benih berfungsi sebagai bahan perbanyakan tanaman.

Baihaki (2009) menyatakan benih sebagai bahan perbanyakan harus diperhatikan mutunya

karena dapat mempengaruhi produksi hingga 60%.

Gambar 4. Kecambah Normal Cabai

Mutu benih yang tinggi sudah diupayakan sejak benih akan diproduksi, selama

pertanaman di lapang hingga masa menjelang panen. Mutu benih menjadi jaminan bagi

konsumen benih, dan informasi mengenai mutu benih didapatkan dari pengujian. Hasil

pengujian langsung adalah perwujudan kecambah atau bibit. Mutu benih cabai dipengaruhi

(30)

mempengaruhi mutu benih belum banyak informasinya, karena pada umumnya faktor

lingkungan banyak mempengaruhi mutu benih.

Terdapat kriteria tipe kecambah normal yang telah ditentukan oleh International

Seed Testing Association (ISTA 1999). Pada cabai, kriteria kecambah normal (Gambar 4)

yaitu akar primer tumbuh dan berkembang dengan baik, jaringan pembuluh berkembang

dengan baik dan tidak terdapat kerusakan; plumula telah tumbuh, plumula harus tumbuh

utuh serta berwarna hijau, tumbuhnya boleh melengkung asal tidak busuk; kecambah

kelihatan sehat, atau tidak ada kerusakan.

Vigor Benih

Vigor benih adalah kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi

tanaman normal, meski kondisi alam tidak optimum atau suboptimum. Benih yang vigor

akan menghasilkan produk di atas normal kalau ditumbuhkan pada kondisi optimum

(Sadjad et al. 1999). Kondisi suboptimum adalah kondisi alam terbuka berupa biosfer

yang mengganas, cuaca yang tidak akrab, tanah yang tidak subur, pengairan yang tidak

menunjang, semua keadaan itu dapat terjadi. Benih vigor yang mampu menumbuhkan

tanaman normal pada kondisi alam sub optimum dikatakan memiliki kekuatan tumbuh.

Permasalahan vigor benih

Ketersediaan benih tanaman sayur dan umbi-umbian masih sangat rendah. Yaitu

4.1% (Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian 2008). Masalah lain adalah

rendahnya mutu benih.

Benih tidak selalu segera ditanam, sehingga mengalami penundaan tanam artinya

mengalami penyimpanan. Benih yang diproduksi di daerah tertentu mengalami jarak

tempuh yang panjang hingga beberapa hari.

Pada tataniaga pertanian benih cabai selalu mengalami penyimpanan pada kondisi

sub optimum sebelum sampai ke tangan petani. Penyimpanan pada kondisi sub optimum

merupakan kondisi penyimpanan yang kurang baik, karena menyebabkan terjadinya

penurunan mutu benih cabai baik viabilitas maupun vigornya sebelum ditanam.

Teknologi penyimpanan yang baik dapat mencegah atau memperlambat kemunduran

benih. Benih yang mempunyai viabilitas awal tinggi (mutu benih tinggi) akan memiliki

(31)

rendah (mutu benih rendah). Pada benih cabai menurunnya vigor benih ditunjukkan oleh

menurunnya (panjang radikula, panjang hipokotil, daya berkecambah benih, kecepatan

tumbuh benih, indeks vigor dan terjadi peningkatan nilai daya hantar listrik (Tabel 4). Hal

ini didukung oleh Copeland dan McDonald (2001) bahwa menurunnya kualitas benih

yang mengakibatkan menurunnya vigor benih dan akhirnya dapat menurunkan hasil.

Tabel 2. Kebutuhan dan Ketersediaan Benih Horikultura Bermutu Tahun 2005-2006

No Komoditi

Tahun 2005 (dalam Ribuan)

Tahun 2006 Dalam Ribuan

Kebutuhan Ketersediaan Kebutuhan Ketersediaan

1 Tan. Buah (pohon) 51. 996 9.508

(18.29%) 74.280

11.108 (14.95%)

2 Tan. Hias (pohon) 330.260 (4.52%) 14.918 417.229 (6.21%) 25.897

3

Tan. Sayuran-Umbi (ton)

Biji (ton)

238.913

1.182

6.558 (2.7%) 592

(50.1%)

53.151

1 253

10.275 (4.1%) 665

(53.1%)

4 Tan. Obat (ton) 30 (1.33%) 0.4 30 (1.67%) 0.5

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2008)

Hubungan Vigor benih, Viabilitas dan Deteriorasi

Tiap tahapan benih menggambarkan perubahan pada morfologi dan fisiologi

ontogeny yang dapat mengubah potensi penampilan benih. Pada saat benih telah mencapai

berat kering maksimum disebut dengan masak fisiologis, pada titik ini, mempunyai potensi

yang lebih besar untuk pengecambahan dan vigor yang maksimum (Delouche 1974).

Delouche dan Caldwell (1960) menyatakan bahwa pada saat vigor maksimum

persentkecambahan mencapai maksimum (100%). Benih lot A adalah benih pada saat

masak fisiologis dipanen. Setelah mengalami peningkatan deteriorasi persentase

perkecambahan mengalami penurunan secara cepat. Pada umumnya benih mencapai masak

fisiologis pada tingkat kadar air tinggi dan tidak aman untuk penyimpanan (Gambar 5).

Benih yang dipanen tidak mencapai masak panen, maka daya simpannya rendah

dan tidak dapat meminimalisir kerusakan mekanik. Vigor awal benih mempengaruhi

kecepatan deteriorasi dan kecepatan penurunan percent germination. Besarnya sudut

penurunan persentase perkecambahan juga berbeda antara benih lot A dan B yang dipanen

[image:31.595.66.524.45.833.2]
(32)

Pemulia tanaman selama bertahun tahun sangat hati-hati dalam menyeleksi vigor

benih. Untuk meningkatkan produksi, pemulia tanaman memperbaiki beberapa

karaktetaristik benih seperti integritas mekanik (benih yang keras), resisten terhadap

penyakit, kandungan protein, dan ukuran benih. Faktor tersebut berperan pada

pertumbuhan di lapang dan sering menghasilkan penambahan daya hasil.

[image:32.595.101.472.194.426.2]

Gambar 5. Hubungan antara vigor benih, viabilitas dan deteriorasi (Delouche dan Caldwell 1960)

Pemulia tanaman telah memperkenalkan ketegaran hibrid benih hibrid vigor untuk

kekerasan benih, pengaruh kerusakan benih, dan komposisi benih yang mempengaruhi

ekspresi mutu benih. Ketegaran hibrid merupakan komponen heterosis dan

menggambarkan pengukuran keunggulan hibrida yang melebihi tetua inbrednya.

Keunggulan hibrida sering kali lebih besar pada kondisi cekaman dibandingkan kondisi

optimum. Misalnya, benih hibrida jagung dan barley berkecambah dan tumbuh lebih cepat

dibandingkan tetua inbrednya (Copeland dan McDonald 2001).

Pemulia tanaman telah menemukan sistem gen yang mengendalikan kualitas nutrisi

tetapi tidak diwariskan pada vigor benih. Nass dan Crane (1970) menemukan bahwa

berbagai gen untuk ekspresi endosperma mempengaruhi pengecambahan benih pada suhu

(33)

Vigor Daya Simpan Benih

Daya simpan (DS) benih adalah prakiraan waktu berapa lama benih mampu untuk

disimpan. DS merupakan parameter lot benih dalam satuan waktu suatu periode simpan

(PS). Periode simpan ialah kurun waktu simpan benih, dari benih siap disimpan sampai

benih siap ditanam (Sadjad et al. 1999).

Berdasarkan daya simpan benih Robert (1973) menyatakan ada dua tipe benih yaitu

benih ortodoks dan rekalsitran. Benih ortodoks adalah benih yang dapat dikeringkan pada

kadar air benih (KA) rendah yaitu sampai 5% tanpa kerusakan dan benih orthodiks tersebut

toleran pada suhu dingin. Benihrekalsitran adalah benih yang tidak dapat dikeringkan pada

KA < 30% tanpa kerusakan dan benih rekalsitran tidak dapat toleran pada suhu dingin.

Sehubungan dengan daya simpan benih terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

daya simpan benih, yaitu faktor internal dan eksternal. Menurut Copeland dan McDonald

(2001) faktor internal daya simpan benih yaitu ukuran benih, umur simpan benih dan

komposisi kimia benih. Faktor eksternal menurut Sadjad (1999) adalah faktor lapangan

mulai benih ditanam, pertumbuhan tanaman, pemasakan, pemanenan, pengolahan sampai

benih siap disimpan dan kondisi penyimpanan serta lamanya benih disimpan. Kelembaban

nisbi dan suhu dapat mempengaruhi daya simpan benih. Pada RH mencapai 80% dan suhu

25–30oC, benih sayuran kehilangan viabilitas dan vigornya.

Copeland dan McDonald (2001) menyatakan benih sayuran dikarakterisasi

mempunyai periode simpan pendek contohnya lettuce, bawang dan rye. Benih cabai

tersebut termasuk dalam benih yang mempunyai periode simpan pendek. Menurut

Hernandez (2002) bahwa daya simpan benih cabai sekitar 3–4 tahun tetapi dalam kondisi

penyimpanan optimum pada temperature 10°C dan kelembaban nisbi (RH) 45% dan

terkontrol.

Copeland dan McDonald (2001) menurunnya viabilitas dan vigor benih sayuran

apabila disimpan pada suhu kamar (kondisi RH 80% dan suhu 25–30oC) akan menyebabkan KA benih sayuran meningkat dan aktifnya peristiwa biokimia seperti

aktivitas enzim hidrolik, peningkatan respirasi dan asam lemak bebas, dan cepat terjadi

penurunan mutu benih (deteriorasi). Terdapat kaitan cukup erat antara kadar air benih dan

(34)

Pengujian Vigor Benih

McDonald (1980) menjelaskan bahwa karakteristik pengujian vigor benih

sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut (1) tidak mahal karena keterbatasan dana

untuk pengujian benih, (2) cepat, setiap laboratorium benih mempunyai periode aktivitas

maksimum, (3) tidak rumit, prosedur pengujian vigor harus sederhana, (4) obyektif, untuk

pengujian vigor lebih mudah dengan standarisasi, (5) dapat diulang, dan (6) korelasi

dengan penampilan di lapang.

Standarisasi pengujian vigor benih sangat sulit dilakukan karena kondisi alam yang

bervariasi. Vigor daya simpan adalah untuk menduga seberapa lama periode simpan benih.

Pengujian vigor daya simpan benih umumnya dilakukan dengan simulasi. Simulasi

pengujian vigor daya simpan benih dilakukan dengan metode pengusangan cepat.

Benih diperlakukan dalam kondisi suboptimum (cekaman) buatan untuk menduga kondisi

simpan sebenarnya misalnya suhu tinggi, kelembaban (RH) tinggi, kimia (etanol, metanol,

NaOH, PEG), air panas. Hasil pendugaan akan dihubungkan dengan dugaan lamanya

periode simpan benih tersebut (Sadjad et al. 1999).

Benih vigor adalah suatu produk teknologi yang melalui upaya pemuliaan genetik dan

pemurnian fisik dapat menghasilkan satu lot benih berisi individu-individu prima yang

tinggi tingkat kemurnian genetiknya, bersih penampilan fisiknya, sehat pertumbuhannya,

dan homogen kinerja pertumbuhannya di lapang. Usaha pendekatan simulatif untuk

menduga vigor benih harus dilakukan melalui jalur ilmu fisiologi, biokimiawi, matematika

dan statistika. Semua pendekatan itu dilakukan untuk mendapatkan pendugaan vigor benih

yang akurat, karena kompleksnya ilmu tentang vigor benih (Sadjad et al. 1999).

Beberapa metode pengujian vigor daya simpan benih cabai yang dikembangkan pada

penelitian ini adalah metode pengujian vigor yang sudah divalidasi ISTA (International

Seed Testing Association 2001) adalah (1) Konduktiviti test (Daya hantar listrik) pada

benih kacang kapri (Pisum sativum L.) dan (2) metode pengusangan cepat/ accelerated

aging (AA) pada benih kedelai (Glycine max L.).

Umumnya hasil pengujian benih di laboratorium dapat dipakai kembali hasilnya

pada sampel benih yang sama dalam selang kepercayaan yang dapat diterima. Akan tetapi,

pada pengujian yang sama yang dilakukan oleh laboratorium yang berbeda, sering

menimbulkan keragaman. Ada beberapa kemungkinan untuk menjelaskan kekurangan

(35)

Metode pengujian vigor benih diperlukan metode standar sebagai metode

pembanding. Salah satu metode standar pengujian vigor adalah pengujian elektro

konduktivitas untuk kacang kapri (Pisum sativum L.). Pengujian konduktivitas test adalah

pengukuran terhadap konduktivitas elektrik memberikan penilaian mengenai tingkat

kebocoran elektrolit jaringan tanaman. Benih yang mempunyai tingkat kebocoran elektrolit

tinggi (konduktivitas tinggi) mempunyai vigor rendah, sedangkan benih yang memiliki

kebocoran elektrolit rendah (tingkat konduktivitas rendah) mempunyai vigor tinggi (ISTA

2007).

Lot benih yang mempunyai vigor tinggi akan mampu bertahan pada kondisi ekstrim

dan proses deteriorasi (penuaan) lebih lambat dibandingkan dengan lot benih dengan vigor

rendah. Sehingga setelah perlakuan pengusangan cepat (AA/Accelerated aging) lot benih

yang mempunyai vigor tinggi akan tetap memiliki daya berkecambah tinggi, sedangkan lot

benih yang mempunyai vigor rendah daya berkecambahnya akan berkurang. Pengujian AA

merupakan suatu pengujian vigor untuk kedelai yang berhubungan dengan daya tumbuh

dan daya simpan (Sadjad et al.1999).

Tujuan penyimpanan benih adalah (1) untuk memelihara stok pertanaman dari satu

musim sampai musim berikutnya, (2) untuk mempertahankan mutu benih selama periode

panjang yang memungkinkan, (3) memberikan jaminan ketersediaan benih pada tahun saat

mutu benih masih diterima dan saat produksinya rendah, (4) memungkinkan

mempertahankan plasma nutfah melebihi waktunya untuk perbaikan program pemulian

tanaman. Kondisi penyimpanan benih kebanyakan spesies mungkin aman disimpan selama

beberapa tahun pada suhu dan RH terkontrol. Meskipun kondisi tersebut lebih mahal untuk

kebanyakan lot benih pertanian, tetapi sangat berharga untuk memelihara plasma nutfah

dan stok benih bernilai tinggi (Copeland dan Mc Donald 2001).

Daya berkecambah, kadar air awal, suhu dan RH lingkungan penyimpanan

berpengaruh besar pada derajat deteriorasi benih, karena deteriorasi benih sesuai model

persamaan matematik (Roberts 1986). Prinsip umumnya adalah kadar air benih yang

rendah, disimpan di bawah penanganan kondisi kering dan dingin mutu benihnya lebih

baik dibandingkan kadar air tinggi dengan kondisi lembab dan panas. Robert (1986)

mengembangkan persamaan sebagai berikut :

KE = CW log m – CH – CQt2 V = Ki – p/10

(36)

V = kemungkinan persentase kemampuan berkecambah setelah periode simpan perhari

Ki = kemungkinan kemampuan berkecambah awal lot benih KE, CW, CH dan CQ = konstanta spesies

m = Kadar Air benih pada bobot basah t = suhu penyimpanan (oC)

Bewley dan Black (1982) mengidentifikasi mutu benih di penyimpanan disebabkan

beberapa faktor yaitu (1) kultivar dan keragaman panen, (2) kondisi sebelum dan pasca

panen, (3) tekanan oksigen berpengaruh selama penyimpanan, (4) kondisi lingkungan yang

fluktuatif atau berubah-ubah.

Wilson dan Mc Donald (1989) memprediksi menggunakan benih Phaseolus vulgaris.

Hasilnya bahwa kadar air sangat berpengaruh pada deteriorasi benih dan berhubungan

dengan sifat fisiologis benih serta merupakan faktor utama yang menyebabkan benih

mengalami deteriorasi selama di penyimpanan.

Parameter Genetik Vigor Benih

Metode Persilangan Dialel

Metode persilangan dialel adalah seluruh kombinasi persilangan yang mungkin

diantaranya sekelompok genotipe atau tetua, termasuk tetua itu sendiri lengkap dengan F1

turunannya. Tujuan dari persilangan dialel vigor benih cabai adalah untuk mengevaluasi

dan menyeleksi benih tetua yang menghasilkan keturunan terbaik. Genotipe-genotipe

tersebut bisa berupa benih, individu, klon atau galur homozigot. Dalam persilangan ini

jumlah genotipe yang mungkin dilakukan bisa sangat besar, sehingga membutuhkan ruang,

biaya dan tenaga yang lebih besar. Untuk itu maka persilangan tersebut dapat

disederhanakan dengan maksud meniru populasi kawin acak (Griffing 1956).

Beberapa metode persilangan dialel yang mungkin dilakukan: metode I (Full

diallel) yaitu persilangan yang terdiri dari parent F1 tanpa resiprokal, metode II yaitu

persilangan yang terdiri dari tetua dan F1 tanpa resiprokal, metode III yaitu persilangan

yang terdiri dari F1 dan resiprokal, metode IV yaitu persilangan yang terdiri dari hanya F1

tanpa resiprokal (Griffing 1956; Roy 2000).

Metode persilangan dialel yang digunakan adalah metode II yaitu persilangan yang

(37)

dialel (half diallel atau partial diallel) dibuat agar masing-masing tetua mewakili jumlah

persilangan yang sama. Jika terdapat n tetua dan masing-masing tetua meliputi s

persilangan, maka jumlah persilangan adalah [(ns)/2] (Griffing 1956).

Semakin banyak tetua pada persilangan dialel, semakin banyak pula jumlah

persilangan sehingga kemungkinan kesulitan dalam menangani tempat, waktu, dan tenaga.

Penggunaan teknis analisis silang dialel memiliki beberapa keuntungan tersebut yaitu; (1)

secara eksprimental merupakan pendekatan sistem sistematik; (2) secara analitik

merupakan evaluasi genetik menyeluruh yang berguna dalam mengidentifikasi persilangan

bagi potensi seleksi yang terbaik pada awal generasi (Khan dan Habiab 2003). Silang dialel

juga dimungkinkan untuk memilih tetua dan memberikan informasi tentang daya gabung

tetua dalam hibrida sehingga dapat membantu pemulia untuk meningkatkan dan

menyeleksi populasi segregan. Menurut Dudley et al.(1999) analisis dialel kemungkinan

dilakukan penilaian daya gabung dan pendugaan komponen ragam serta parameter genetik.

Oleh karena itu untuk pendugaan parameter genetik vigor benih cabai digunakan analisis

silang dialel.

Dalam analisis silang dialel, pendugaan parameter genetik sudah dapat dilakukan

pada F1, tanpa harus membentuk populasi F2, BCP1 ataupun BCP2 seperti pada teknik

pendugaan parameter genetik lainya. Akan tetapi dalam pelaksanaanya analisis ini harus

memenuhi beberapa asumsi berikut:(1) merupakan segregasi diploid, (2) tidak terdapat

pengaruh tetua (tidak ada perbedaan persilangan resiprokal), (3) tidak ada interaksi antara

gen-gen yang tidak satu alel (independen), (4) tidak ada peristiwa multiple alel, (5) tetua

bersifat homozigot, (6) gen-gen menyebar secara bebas diantara tetua (Hayman 1954;

Singh dan Chaudhary 1979; Roy 2000).

Ploidi tanaman cabai adalah diploid (Greenleaf 1986) dengan demikian segregasi

gen-gen yang terjadi merupakan segregasi diploid. Perbedaan antar persilangan resiprokal

menandakan bahwa ada pengaruh tetua betina. Hal ini merupakan petunjuk bahwa

pewarisan suatu karakter diwariskan oleh gen-gen ekstra kromosomal (Mather dan Jinks

1971). Adanya interaksi antara gen-gen yang tidak satu alel dalam analisis silang dialel

dapat diuji dengan nilai konfersi regresi b dari garis regresi antara Wr (Peragam antara

tetua dan keturunan dari array ke-r) terhadap Vr (ragam di dalam array ke-r). Jika ini b=1

maka tidak ada interaksi antara gen-gen tidak sealel (Singh and Chaudhary 1979). adanya

(38)

Berdasarkan analisis silang dialel menggunakan Metode II Grifing akan diperoleh

informasi tentang daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus (DGK). Selain itu

juga dapat diperoleh informasi tentang efek heterosis dan informasi tersebut sangat penting

dalam suatu program pemuliaan tanaman (Griffing 1956).

Informasi genetik yang diperoleh dari pengujian DGU dan DGK akan berguna

untuk menentukan tetua dan metode pemuliaan yang sesuai dalam rangka perbaikan sifat.

Kusandriani (1996) melaporkan adanya efek heterosis sifat kualitas dan daya hasil, serta

ketahanan terhadap hama dan penyakit pada tanaman cabai hal ini memberi peluang untuk

pembentukan varietas hibrida yang akan menghasilkan sifat yang baik daripada varietas

galur murni. Menurut Ahmed et al. (2003): Sujiprihati et al. (2007) metode analisis dialel

sudah banyak di manfaatkan untuk mempelajari dasar genetik suatu karakter pada tanaman

cabai.

Daya Gabung Galur Murni

Daya gabung merupakan uji keturunan (progeny test), yaitu suatu ukuran

kemampuan tanaman dalam persilangan untuk menghasilkan tanaman yang unggul.

Evaluasi daya gabung terutama dibuat untuk pembentukan kultivar hibrida F1, yaitu

memilih tetua-tetua atau genotipe yang dijadikan tetua hibrida/sintetik (Hermiati 2001).

Daya gabung terdiri atas daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus

(DGK). DGU merupakan ukuran performa keturunan suatu genotipe yang disilangkan

dengan contoh acak atau genotipe dengan jumlah besar. DGU diekspresikan pada

keturunan persilangan suatu galur murni dengan beberapa genotipe dan terutama

merupakan hasil aksi gen aditif. DGK merupakan ekspresi performa di antara dua galur

murni dan ditujukan untuk aksi gen dominan, epistasis dan aditif. DGK merupakan ukuran

performa keturunan suatu genotipe yang disilangkan dengan genotipe lainnya dan sering

diekspresikan sebagai simpangan performa yang diduga dengan rata-rata atau daya gabung

umum (Stoskopf et al. 1993). Populasi yang telah diidentifikasi memiliki DGU tinggi

sering berpeluang memiliki DGK yang tinggi pula. DGU dan DGK menjadi penting dalam

(39)

Heritabilitas

Heritabilitas adalah potensi suatu individu untuk mewariskan karakter tertentu pada

keturunannya. Heritabilitas merupakan rasio ragam genetik terhadap ragam fenotipeik dari

suatu karakter. Heritabilitas dibagi menjadi dua, yaitu heritabilitas dalam arti luas (broad

sense heritability) dan heritabilitas dalam arti sempit (narrow sense heritability).

Heritabilitas arti luas (h2bs) adalah rasio dari ragam total genetik terhadap ragam

fenotipiknya, sedangkan heritabilitas dalam arti sempit (h2ns) adalah rasio ragam genetik

aditif terhadap ragam fenotipe. Heritabilitas dalam arti sempit banyak digunakan karena

ragam genetik aditif dipindahkan dari tetua kepada keturunannya (Mangoendidjojo 2003).

Heritabilitas suatu faktor perlu diketahui dalam menentukan kemajuan seleksi

apakah karakter yang tampil melalui fenotipenya banyak dipengaruhi oleh faktor genetik

atau lingkungan (Poehlman 1995). Nilai heritabilitas dapat dinyatakan dalam persen atau

desimal. Nilai tertinggi 100% atau 1.0.

Nilai ini menunjukkan bahwa semua variasi disebabkan oleh faktor genetik. Tetapi

bila nilainya 0.0 maka tidak ada variasi dalam populasi yang disebabkan oleh faktor

genetik. Nilai heritabilitas suatu karakter tidak konstan. Banyak faktor yang mempengaruhi

heritabilitas, antara lain karakteristik populasi, sampel genotipe yang dievaluasi, metode

pendugaan, adanya pertautan gen (linkage), pelaksanaan percobaan, generasi populasi yang

diuji dan lain-lain.

Fenotipe merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan.

Dengan demikian kita harus dapat membedakan apakah keragaman yang diamati dari suatu

karakter disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungannya. Suatu karakter yang

dikendalikan oleh sedikit gen (simple genic) disebut karakter kualitatif, dan yang

dikendalikan oleh banyak gen (polygenic) disebut karakter kuantitatif. Karakter kualitatif

sedikit dipengaruhi oleh lingkungan. Karakter kuantitatif banyak dipengaruhi oleh

lingkungan (Mangoendidjojo 2003).

Seleksi pada karakter yang mempunyai nilai heritabilitas rendah dilakukan pada

generasi lanjut, sedangkan seleksi pada karakter yang mempunyai nilai heritabilitas tinggi

dapat dilakukan pada generasi awal (F2) dan didasarkan pada jenis tanamannya. Kemajuan

yang lebih besar dan cepat akan diperoleh apabila seleksi dilakukan pada karakter yang

(40)

Variabilitas Genetik

Allard (1960) mengemukakan bahwa ragam fenotipik tersusun atas ragam genetik

dan ragam lingkungan, sehingga perbedaan fenotipik suatu tanaman tergantung pada

genotipe dan lingkungannya serta interaksi keduanya.

Identifikasi dan seleksi awal dari beberapa genotipe melibatkan populasi yang

sangat besar. Nilai pemuliaan dari masing-masing individu dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti lingkungan maupun kompetisi, sehingga suatu metode analisis genetik

kuantitatif khusus sangat diperlukan untuk menghilangkan faktor-faktor yang mengganggu

tersebut (Falconer 1976).

Ragam genetik dan ragam lingkungan biasanya dinotasikan dengan σ2G dan σ2E.

Kontribusi ragam genetik dan ragam lingkungan terhadap ragam fenotipik adalah bebas

atau tidak saling mempengaruhi. Ragam genetik dan ragam lingkungan yang menyusun

ragam fenotipe dapat dipisahkan dengan beberapa metode di antaranya adalah metode

lingkungan yang seragam. Dalam metode ini lingkungan dibuat seragam sehingga ragam

lingkungan menjadi nol dan ragam genetik sama dengan ragam fenotipe (Falconer 1976).

Setelah dilaporkan adanya faktor mewaris pengendalian sifat oleh Mendel,

orang-orang beranggapan bahwa pertumbuhan tanaman semata-mata diatur oleh gen-gen dalam

kromosom, sedangkan lingkungan hanya meningkatkan potensi sifatnya. Namun setelah

diketahui bahwa tanaman-tanaman tidak berkembang secara teratur menurut perubahan

lingkungan, maka mulai disadari adanya interaksi antar genotipe dan lingkungan. Untuk

mengetahui seberapa jauh peranan lingkungan pada suatu sifat tanaman, maka didekati

dengan usaha untuk memisahkan pengaruh genotipe dan lingkungan serta interaksinya

(Poespodarsono 1988).

Heterosis

Hibrida adalah turunan petama (F1) dari persilangan antara dua atau lebih galur

murni. Persilangan antara dua galur murni dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dari

nilai tengah kedua tetuanya atau bahkan memberikan hasil tertinggi dari nilai salah satu

tetua yang paling baik. Keadaan ini dikenal sebagai efek heterosis (Poehlman 1959).

Menurut Welsh dan Mogea (1991), heterosis adalah peningkatan dalam ukuran atau

vigor dari suatu hibrida melebihi rata-rata kedua tetuanya. Heterosis berkaitan dengan

(41)

alel tersebut berasal dari tetuanya, maka pengaruh jelek dari alel homozigot resesif akan

tertutupi.

Heterosis dapat dibagi menjadi tiga tipe tergantung genotipe pembanding yang

digunakan (Nuruzzaman et al. 2002 dan Virmani et al. 2003). Ketiga tipe heterosis tersebut

adalah: (1) Mid-parent heterosis (heterosis) yaitu peningkatan atau penurunan performa

hibrida dibandingkan dengan nilai rata-rata kedua tetua; (2) High parent heterosis

(heterobeltiosis) yaitu peningkatan atau penurunan performa hibrida dibandingkan dengan

nilai tetua terbaik yang digunakan dalam kombinasi persilangan; dan (3) Standard

heterosis yaitu peningkatan atau penurunan performa hibrida dibandingkan dengan varietas

cek (varietas pembanding).

Menurut Allard (1960), dasar genetik penyebab terjadinya heterosis belum dapat

diungkapkan secara jelas. Teori pertama adalah teori epistasis, yaitu interaksi antara alel

yang berbeda lokus memberi nilai lebih karena hasil penambahan dan perkalian dari gen

dominan pendukung keunggulan sifat.

Teori kedua yaitu hipotesis dominan. Menurut Poehlman (1979), hipotesis ini

berdasarkan teori bahwa gen yang menguntungkan untuk tanaman bersifat dominan dan

gen yang merugikan bersifat resesif. Gen dominan yang berasal dari satu tetua akan

dilengkapi oleh gen dominan dari tetua lainnya sehingga tanaman F1 memiliki kombinasi

gen dominan yang menguntungkan dari kedua tetuanya.

Hipotesis over dominan menyatakan bahwa heterozigot (a1a2) lebih vigor dan

produktif dibandingkan homozigot (a1a1 atau a2a2). Alel a1 dan a2 memiliki fungsi yang

berbeda dan penggabungannya a1 dan a2 lebih superior jika dibandingkan homozigotnya

(a1a1 atau a1a1). Semakin berbeda fungsi alel penyusun heterozigot, semakin tinggi efisien

pembentukan superioritasnya (a1a2 < a1a3 atau a1a4) (Allard 1960).

Efek heterosis atau yang dikenal dengan hibrid vigor dapat terekspresi di berbagai

bagian tanaman. Pada umumnya pemulia tanaman melihat efek heterosis pada peningkatan

pertumbuhan vegetatif atau hasil; seperti ukuran sel, tinggi tanaman, ukuran daun,

perkembangan akar, ukuran tongkol, jumlah benih, ukuran biji, dan lainnya (Poehlman

1979).

Keunggulan sifat kuantitatif berkembang dengan peran banyak gen pendukungnya.

Masing-masing sifat pendukung ini dapat menunjukkan keunggulannya karena heterosis

(42)

yang lebih baik dan akhirnya akan menunjukkan nilai lebih pada sifat kuantitatif tersebut,

misalnya produksi. Hal ini menjelaskan bahwa peran gen masing-masing sifat tidak hanya

dari segi morfologisnya tetapi juga kemampuan fisiologisnya

Gambar

Tabel 2. Kebutuhan dan Ketersediaan Benih Horikultura Bermutu Tahun 2005-2006
Gambar 5. Hubungan antara vigor benih, viabilitas dan deteriorasi (Delouche
Tabel 3. Hasil analisis ragam viabilitas dan vigor semua metode pengujian vigor
Tabel 4. Nilai tengah rata-rata semua metode pengujian vigor benih cabai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penetian dengan judul “Pemetaan Sebaran Suhu Penggunaan Lahan Menggunakan Citra Landsat 8 di Pulau Batam” dengan

181 (II) tahun 1947, Jerusalem merupakan wilayah internasional yang terpisah dari Tepi Barat dan Jalur Gaza ( corpus separatum ) dan mewakili historis tiga agama, pengakuan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang efektivitas layanan sirkulasi di Perpustakaan Universitas Negeri Makassar, dapat disimpulkan bahwa total skor untuk

Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan penambahan ekstrak genjer dan lama penyimpanan memberikan pengaruh nyata pada taraf 5% terhadap

Berdasarkan data hasil observasi pendahuluan pada lokasi berbeda dan berdekatan, dapat diperoleh hasil bahwa lalat sebagai vektor mekanis pembawa bakteri patogen dan

Pada uji banding yang diikuti oleh 9 negara/teritorial ini, hasil kalibrasi Puslit KIM-LIPI tidak berkontribusi pada kegagalan Birge test dan mempunyai nilai angka kesalahan En

Hubungan dari hasil keluaran sensor ACS712 terhadap arus panel surya yang terbaca pada alat ukur ditunjukkan pada Gambar 3. Hasil perbandingan dari setiap

sistem pengendalian internal berfungsi dengan baik, diperlukan kelima komponen tersebut sehingga akan mendorong terlaksananya struktur sistem pengendalian internal yang