• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MEDIA PETA RUPA BUMI DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XII IPS SMA ISLAM AN NIDHOM KABUPATEN DEMAK TAHUN AJARAN 2012 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MEDIA PETA RUPA BUMI DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XII IPS SMA ISLAM AN NIDHOM KABUPATEN DEMAK TAHUN AJARAN 2012 2013"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEDIA PETA RUPA BUMI DALAM PEMBELAJARAN

GEOGRAFI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XII IPS

SMA ISLAM AN-NIDHOM KABUPATEN DEMAK

TAHUN AJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Geografi

Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Khoirul Umam

3201406570

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan kesidang pada ujian

skripsi pada:

Hari : Senin

Tanggal : 11 Februari 2013

DosenPembimbing I DosenPembimbing II

Drs. Apik Budi Santoso, M.Si Sriyanto, S.Pd. M.Pd NIP. 19620904 1989011 001 NIP.19770722 2005011 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Geografi

(3)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi Fakultas

Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 20 Februari 2013

Penguji Skripsi

Muh. Sholeh, S.Pd.M.Pd NIP. 197707082006041001

Anggota I Anggota II

Drs. Apik BudiSantoso, M.Si Sriyanto, S.Pd. M.Pd______ NIP. 19620904 1989011 001 NIP.19770722 2005011 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etika ilmiah.

Semarang, 13 Januari2013

Khoirul Umam

NIM. 3201406570

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

¾ Ketahuilah bahwa kemenangan akan datang bersama kesabaran, jalan keluar dating

bersama kesulitan, dan kemudahan itu ada bersama kesulitan. (Q.S Ath.Thalaq: 7)

¾ Setiap hari langkah kehidupan begitu cepat, bagaikan pembalap berebut

dan menjadi yang nomor 1, tetapi yang terakhir bukanlah yang terburuk.

(Khoirul Umam)

PERSEMBAHAN

Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT,

skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak Ku H. Mustofa dan ibuku Hj. Mursidah

terima kasih atas dukungan dan do’a-do’anya.

2. Semua Kakakku atas do’a, dukungannya, dan

motivasi selamaini

3. Sahabat seperjuanganku Pendidikan

Geografi 2006 terima kasih atas waktu,

(6)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Pengaruh Media Peta Rupa Bumi Dalam Pembelajaran Geografi

Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XII SMA ISLAM AN-NIDHOM Kabupaten

Demak Tahun Ajaran 2012/2013”.

Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terima

kasih yang setulus-tulusny akepada semua pihak yang telah membantu, baik

dalam penelitian maupun penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang ingin

penulis sampaikan yaitu kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si.,Rektor Universitas Negeri Semarang,

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di

kampus tercinta ini.

2. Dr. Subagyo, M,Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang, yang telah memberikan ijin untuk penelitian.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M. Si., Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang dan dosen pembimbing I, yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, serta arahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Sriyanto,S.Pd, M.Pd., dosen pembimbing II dan juga sebagai dosen wali, yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk,

(7)

5. Bapak dan Ibu Dosen Geografi, yang dengan segala keikhlasan telah

memberikan ilmunya kepada penulis selama menuntut ilmu.

6. Izzul Ashofa, S. Pd., kepala sekolah SMA Islam An-Nidhom yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Siti Zulaikah S. Pd, guru Geografi di SMA Islam An-Nidhom yang telah

banyak membantu penulis selama melakukan penelitian.

8. Seluruh siswa kelas XII tahun ajaran 2011/2012 yang telah menjadi subyek

penelitian, terima kasih atas kerjasamanya.

9. Keluarga besar kos Pink dan temen-temen seperjuangan, terima kasih atas

persahabatan, bantuan, semangat, dan dukungannya, semoga persaudaraan kita

bisa terus terjaga.

Kritikdan saran sangat diharapkan penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat

bagi dunia pendidikan pada umumnya dan pembaca khususnya.

Semarang, 13 Januari 2013

(8)

SARI

Umam, Khoirul.2013. Pengaruh Media Peta Rupa Bumi Dalam Pembelajaran Geografi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2012/2013, Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, Pembimbing I: Drs. Apik Budi Santoso, M. Si, Pembimbing II:Sriyanto, S.Pd, M.Pd

Kata kunci: Media, Peta Rupa Bumi, Hasil Belajar Siswa.

Media mempunyai arti yang cukup penting dalam suatu proses pembelajaran. Penjelasan yang sulit dipahami dapat menyebabkan siswa cepat merasa bosan. Guru yang baik tentu sadar bahwa kebosanan siswa tersebut biasa saja berpangkal dari penjelasan yang kurang jelas, tidak ada salahnya jika menghadirkan media sebagai alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penggunaan media peta rupa bumi dalam pembelajaran geografi siswa kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom Kecamatan Mijen Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2012/2013? (2) Bagaimana pengaruh media peta rupa bumi dalam pembelajaran geografi terhadap hasil belajar siswa kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom Kecamatan Mijen Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2012/2013?

Populasi dalam Penelitian ini adalah kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom Kecamatan Mijen Kabupaten Demak. Sempel dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom, Pemilihan kelas kontrol dan eksperimen dilakukan secara pelemparan koin diperoleh kelas eksperimen dan kontrol. Hasil pengundian terpilih kelas XII IPS 1 sebagai kelas eksperimen dan diberinama kelompok E dengan menggunakan media peta rupa bumi dan kelas XII IPS 2 sebagai kelas kontrol dan diberi nama kelompok K dengan menggunakan media konvensional. Variabel yang digunakan ada dua yaitu: (1) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan media peta rupa bumi dalam materi prinsip-prinsip dan keterampilan dasar petadan (2) Variabel terikat adalah hasil belajar siswa pada materi prinsip-prinsip dan keterampilan dasar peta yang diukur dengan tes pengetahuan (Kognitif, Afektif, Psikomotorik). Pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, tes, dan observasi. Analisis data yang digunakan adalah uji normalitas, uji kesamaan duavarians, uji perbedaan dua rata-rata, dan deskriptif persentase.

Hasil penelitian pada kelompok eksperimen pembelajaran geografi dengan menggunakan media peta rupa bumi, menunjukkan bahwa pada penggunaan media peta rupa bumi memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar geografi. Hal ini ditunjukkan oleh harga thitung untuk hasil post test

diperoleh hasil thitung = 4,92 lebih besar jika dibandingkan ttabel =

(9)
(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Batasan Istilah ... 9

F. Sistematika Skripsi ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. LANDASAN TEORI ... 13

1. Tinjauan Pembelajaran Geografi ... 13

(11)

3. Klasifikasi dan Jenis Media Pembelajaran ... 23

4. Peta ... 29

5. Peta Rupa Bumi ... 36

6. Penggunaan Media Peta Rupa Bumi dalam Pengajaran Geografi .. 44

B. Kerangka Berfikir ... 49

C. Hipotesis ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 52

B. Populasi, Sempel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 52

C. Variabel Penelitian ... 54

D. Rancangan Penelitian ... 54

E. Metode pengumpulan Data ... 58

F. Metode analisis data ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 70

1. Gambaran Umum Objek Lokasi Penelitian ... 70

2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 72

3. Hasil Analisis Aspek Data Kognitif ... 75

4. Hasil Observasi siswa ... 77

5. Hasil Observasi Terhadap Guru ... 79

6. Data Angket Siswa ... 82

(12)

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Desain Eksperimen ... 52

2. Kegiatan Pembelajaran Kelompok Kontrol dan Eksperimen ... 57

3. Hasil Perhitungan Validasi Butir Soal ... 60

4. Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran ... 63

5. Hasil Perhitungan Daya Pembeda ... 64

6. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Pre Test ... 66

7. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas data populasi ... 67

8. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 72

9. Hasil Analisis Perbedaan Dua rata – rata Data Post Test ... 76

10. Pengamatan Aktifitas Pembelajaran Guru ... 80

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Lokasi Sekolah SMA Islam An-Nidhom ... 71

2. Proses Belajar Kelas Experimen ... 73

3. Siswa Sedang Mengerjakan Soal Post Test ... 76

4. Grafik Nilai Kognitif Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 77

5. Analisis Hasil Belajar Psikomotorik ... 79

6. Grafik Aktifitas Pembelajaran Guru ... 81

7. Diagram Tanggapan Siswa ... 82

8. Guru Menggunakan Peta Rupa Bumi Sebagai Media Pembelajaran ... 84

(15)

Lampiran Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 91

2. Silabus ... 95

3. Instrumen Tes Hasil Belajar ... 97

4. Lembar Jawaban ... 101

5. Analisis Soal UjiCoba ... 102

6. Analisis Hasil Belajar ... 115

7. Kisi-Kisi Lembar Observasi Afektif Siswa ... 121

8. Kriteria Pensekoran Afektif Siswa ... 122

9. Daftar Nilai Afektif ... 125

10.Kisi-Kisi Lembar Observasi Psikomotorik Siswa ... 129

11.Daftar Nilai Psikomotorik ... 130

12.Nilai Tanggapan Siswa ... 132

13.Lembar Pengamatan Aktifitas Guru... 135

14.Peta Lokasi Penelitian ... 137

15.Surat Keterangan Penelitian ... 138

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU

No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Pendidikan merupakan suatu sistem yang komponen-komponen yang

saling interaksi, saling korelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan

pendidikan. Dalam arti sempit adalah proses pembelajaran di dalam kelas.

Artinya bahwa proses pembelajaran di dalam kelas juga merupakan suatu

sistem. Proses pembelajaran di dalam kelas sebagai suatu sistem mempunyai

banyak komponen antara lain: Guru, siswa, tujuan, materi pelajaran, strategi

pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi, dan lain-lain.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berjalan cukup

pesat dewasa ini menuntut proses pembelajaran mau tidak mau harus

menyesuaikan dengan perkembangan zaman.Di era globalisasi sekarang ini

banyak sekali teknologi yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran

dalam proses pembelajaran. Perpustakaan yang lengkap dengan buku-buku

(17)

pemanfaatan media pembelajaran yang lainnya, yang saat ini sedang

digalakkan yaitu berbagai macam media yang sangat cocok dengan kondisi

dan situasi saat ini.

Tersedianya media pembelajaran masih dirasakan sangat kurang baik

dalam jumlah maupun kualitasnya, sehingga tidak seimbang dengan jumlah

kelas dan jumlah siswa. Ditambah lagi penguasaan guru atas berbagai macam

media khususnya media elektronik masih sangat kurang, sehingga belum

mampu memanfaatkan media yang tersedia.

Dalam setiap proses pembelajaran masih sangat sedikit guru yang

merancang/mendesain media pembelajaran pada silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sehingga penggunaan media pembelajaran

masih terkesan seadanya. Dengan keadaan seperti itu sudah barang tentu

membawa dampak terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam proses

pembelajarannya. Oleh karena itu sosialisasi tentang penggunaan media

pembelajaran dalam proses pembelajaran masih sangat dibutuhkan.

Kondisi saat ini, masih banyak guru yang menggunakan media

pembelajaran sederhana yang kurang menarik minat siswa dalam mengikuti

pembelajaran, sehingga mengakibatkan prestasi belajar rendah. Banyak guru

yang hanya mengandalkan buku paket sebagai media pembelajarannya.

Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini,

penggunaan media pembelajaran yang baik dan sesuai sangat diharapkan

(18)

Penggunaan media pembelajaran model/benda tiruan saat ini sedang

diminati oleh para guru dan siswa. Media pembelajaran model merupakan

media tiga dimensi yang sangat menarik bagi siswa, karena mempunyai

banyak kelebihan. Media pembelajaran ini dapat menyajikan berbagai macam

bentuk model sesuai dengan benda aslinya/benda sebenarnya.

Minat belajar siswa perlu mendapat perhatian dari guru. Siswa memiliki

sifat mudah bosan terhadap suatu obyek, sehingga diperlukan sesuatu yang

bervariasi. Belajar sambil bermain dapat menumbuhkan minat siswa pada apa

yang dipelajarinya.

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan

sengaja diciptakan oleh guru guna membelajarkan siswanya. Hal itu

dapat diartikan bahwa guru yang mengajar dan siswa yang belajar.

Seperti apa yang dikatakan oleh Ali (2004:1) bahwa inti dari proses

pendidikan formal adalah mengajar, sedangkan inti proses pengajaran adalah

siswa belajar. Perpaduan dari guru yang mengajar dan siswa yang belajar

akan melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai

media perantaranya. Di sana semua komponen pengajaran diperankan

secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah direncanakan,

termasuk di dalamnya lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang

mendukung dapat diciptakan agar proses belajar ini dapat berlangsung

optimal. Proses menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa disebut

dengan pembelajaran. Hamalik (2003:48) menyimpulkan bahwa

(19)

antara guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan siswa. Jadi, dapat

diartikan bahwa pembelajaran merupakan suatu keadaan untuk

menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar yang

di dalamnya terdapat proses komunikasi. Komunikasi tersebut tidak harus

berupa pemberian materi dari guru kepada siswa saja, tetapi dapat dengan

cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran yang sudah

disiapkan.

Hamalik (2002:48) juga menyatakan bahwa guru menempati posisi

kunci dan strategis dalam menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan untuk mengarahkan agar siswa dapat mencapai tujuan

secara optimal. Oleh sebab itu, guru harus berusaha menciptakan suasana

belajar yang memungkinkan terjadinya pengalaman belajar pada diri siswa,

dengan mengerahkan segala sumber belajar dan menggunakan berbagai

strategi belajar-mengajar yang tepat. Selain itu, guru juga harus

mempunyai rencana tentang apa yang sebaiknya dilakukan untuk

menciptakan suasana belajar mengajar yang dapat mengantarkan siswa ke

tujuan yang ingin dicapai. Hal tersebut menunjukkan bahwa tugas guru

berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan

menyenangkan bagi siswa.

Bahri dan Zain (2002:136) menyatakan bahwa kehadiran media

memang mempunyai arti yang cukup penting dalam suatu proses

pembelajaran. Ketidakjelasan dalam proses pembelajaran dapat dibantu

(20)

akan disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan dengan bantuan media.

Media dapat membantu dan mewakili kurangnya ucapan guru melalui

kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat

dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, siswa lebih

mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.

Setiap materi dalam mata pelajaran memiliki tingkat kesukaran

yang berbeda-beda. Begitu pun dalam mata pelajaran Geografi,ada

beberapa materi yang memerlukan imajinasi yang kuat untuk

menggambarkan suatu peristiwa masa lalu, sehingga siswa harus

mempunyai daya imaginasi yang tinggi. Akan tetapi, tidak semua materi

dalam setiap mata pelajaran sukar untuk dicerna, sehingga memerlukan

media sebagai perantaranya. Pada satu sisi ada materi pelajaran yang

tidak memerlukan alat bantu, tapi ada juga materi pelajaran yang sangat

memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran, contohnya media peta

untuk mata pelajaran Geografi. Sudjana (2007:6) mengatakan bahwa media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik

individual maupun kelompok. Dengan demikian akan banyak membantu tugas

guru dalam kegiatan mengajar.

Penjelasan guru yang sulit dipahami dapat menyebabkan siswa cepat

merasa bosan. Guru yang baik tentu sadar bahwa kebosanan siswa

tersebut bisa saja berpangkal dari penjelasannya yang kurang jelas. Maka,

salah satu jalan keluar jika guru tidak memiliki kemampuan untuk

(21)

menghadirkan media sebagai alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan

yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.

Sadman (2008:83) media adalah perangkat lunak yang berisi pesan

(informasi) yang lazimnya disajikan dengan menggunakan peralatan. Hal ini

dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan

media dapat mempertinggi kegiatan belajar siswa dalam tenggang waktu

yang cukup lama. Jadi dapat dikatakan bahwa kegiatan belajar siswa

dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang

lebih baik daripada tanpa bantuan media.

Pada kenyataannya, penggunaan media sebagai alat bantu atau

sebagai sumber belajar memang jarang digunakan. Hal tersebut

disebabkan karena berbagai kendala yang dimiliki oleh guru untuk membuat

media dan sekolah pun tidak banyak yang dapat menyediakan media untuk

menunjang proses belajar mengajar tersebut. Maka, tidak banyak guru

yang dapat menggunakan media karena berbagai keterbatasan yang

dimilikinya, padahal penggunaan media sangat penting apalagi untuk

materi-materi yang membutuhkan perantara dalam penyampaiannya.

Macam-macam peta tentang tiap bagian dunia, seperti peta

ekonomi, penduduk, politik dan sebagainya sangat diperlukan dalam

pembelajaran geografi, sebab terdapat beberapa materi yang sangat

membutuhkan media peta sebagai alat bantu dan bahkan sebagai sumber

belajar. Seperti apa yang dikatakan oleh Bahri dan Zain (2002:138) bahwa

(22)

belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media. Jadi, Melalui

penggunaan media peta diharapkan dapat mempertinggi kualitas proses

suatu pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil

belajar siswa. Sejalan dengan Kurt Lewin yang mengembangkan teori

motivasi manusia di sekitar teori medan yang dikemukakan oleh Gestalt,

bahwa perilaku (behaviour) siswa sebagai perolehan belajar adalah fungsi

dari individu (person) dan lingkungan (environment). Jadi lingkungan

dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa. Lingkungan yang

dimaksud adalah lingkungan belajar, yang didalamnya terdapat berbagai

macam komponen pembelajaran termasuk media.

Maka, berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk

menerapkan penggunaan media peta rupa bumi dalam proses pembelajaran

Geografi dengan melakukan penelitian yang berjudul:“Pengaruh Media Peta Rupa Bumi dalam Pembelajaran Geografi terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom Kecamatan Mijen Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2012/2013”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian alasan pemilihan judul diatas, maka penulis

mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan media peta rupa bumi dalam pembelajaran

geografi siswa kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom Kecamatan Mijen

(23)

2. Bagaimana pengaruh media peta rupa bumidalam pembelajaran geografi

terhadap hasil belajar siswa kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom

Kecamatan Mijen Kabupaten Demak tahun ajaran 2012/2013?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui penggunaan media peta rupa bumi dalam pembelajaran

geografi siswa kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom Kecamatan Mijen

Kabupaten Demak tahun ajaran 2012/2013.

2. Mengetahui bagaimana pengaruh media peta rupa bumidalam

pembelajaran geografi terhadap hasil belajar siswa kelas XII IPS SMA

Islam An-Nidhom Kecamatan Mijen Kabupaten Demak tahun ajaran

2012/2013.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan atau mengembangkan wawasan baru dalam pembelajaran

geografi dan sebagai masukan atau informasi bagi guru dalam pelaksanaan

(24)

2. Manfaat praktis

1. Bagi dinas pendidikan atau lembaga terkait, hasil penelitian ini dapat

dipertimbangkan untuk menentukan kebijakan di bidang pendidikan.

2. Bagi kepala sekolah dan pengawas, hasil penelitian ini dapat

membantu meningkatkan pembinaan profesional dan supervisi kepada

para guru secara lebih efektif dan efisien.

E. Batasan Istilah

Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap istilah yang dimaksud

dengan skripsi ini maka dalam penelitian perlu diadakan penegasan istilah

sebagai berikut.

1. Pengaruh

Pengaruh yaitu suatu daya yang ada atau timbul dari sesuatu,

orang, benda dan sebagainya yang berkuasa atau yang berkuatan gaib dan

sebagainya (WJS. Poerwodarminto, 2005:664). Dalam penelitian ini yang

disebut sebagai pengaru adalah penggunaan media peta rupa bumi.

2. Media Peta Rupa Bumi

Bahri dan Zain (2002:137) menyatakan bahwa media sebagai

alat bantu dalam proses pembelajaran. Peta rupa bumi adalah gambaran

permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu

(25)

Peta rupa bumi dalam hal ini adalah alat bantu yang berupa

gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu yang

digunakan untuk media pembelajaran geografi.

3. Pembelajaran Geografi

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru

sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa dapat berubah kearah yang

lebih baik (Darsono, 2000:24).Geografi merupakan suatu ilmu yang

mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut

pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan

(Sumaatmaja, 2001:11). Jadi pembelajaran geografi adalah kegiatan yang

dilakukan guru untuk menjelaskan fenomena geosfer dengan sudut

pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.

Pembelajaran Geografi dalam peneltian ini adalah pada kompetensi

dasar prinsip – prinsip dan keteramplan dasar peta pada kelas XII IPS

SMA Islam An-Nidhom Kecamatan Mijen Kabupaten Demak tahun ajaran

2012/2013

4. Hasil Belajar Siswa

Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh

usaha pikiran (W.J.S Poerwadarminto, 2004:348). Sedangkan belajar

adalah proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan

lingkungannya (Hamalik, 2003:59).

Dalam hal ini hasil belajar yng digunakan dalam penelitan meliputi

(26)

psikomotorik. Hasil belajar efektif sendiri diperoleh dari kegiatan

observasi pada proses belajar dengan menggunakan media peta rupa bumi,

kognitif ditunjukkan oleh nilai evaluasi yang merupakan hasil belajar dari

perubahan ketrampilan belajar siswa setelah mengalami proses belajar

sedangkan psikomotorik berdasarkan hasil observasi pada proses belajar.

F. Sistematika Penulisan

1. Bagian Awal

Bagian awal skripsi terdiri dari halaman judul, halaman

pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi,

daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

2. Bagian Isi

Bagian isi skripsiterdiri dari lima bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian.

Bab II Kajian Kepustakaan yang berhubungan dengan permasalahan

yang dibahas yaitu mengenai ruang lingkup media peta.

Bab III Metodologi Penelitian yang berisikan tentang jenis dan desain

penelitian, populasi dan sampel dan teknik pengambilan sampel,

bahan dan peralatan pelitian, instrument penelitian, teknik

(27)

Bab IV Hasil Penelitian merupakan pembahasan hasil-hasil penelitian

mengenai deskripsi hasil pengolahan data dan analisis hasil

penelitian berdasarkan perhitungan statistik.

Bab V Kesimpulan dan Saran merupakan interpretasi dari kajian yang

penulis lakukan berdasarkan penelitian sebagai jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan penelitian. Sedangkan saran merupakan

rekomendasi hasil yang didapatkan di lapangan yang bertolak

dari kekurangan yang didapat dari penelitian sehingga dapat

memberi sumbangan bagi pihak-pihak yang terkait.

3. Bagian Akhir

Bagian akhir skripsi terdiri dari daftar pustakan dan lampiran-

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Pembelajaran Geografi

Pengenalan manusia dan perkembangan pemikiran manusia tentang

lingkungan menyebabkan pengertian geografi juga mengalami perubahan.

Menurut Daldjoeni, dalam Aprilia, 2005:6, geografi merupakan suatu ilmu

yang mempelajari seluk beluk permukaan bumi serta hubungan timbal

balik antara manusia dengan lingkungannya.

Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan

fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan

dalam konteks keruangan. Objek studi geografi adalah geosfer yaitu

permukaan bumi yang terdiri dari atmosfer (lapisan udara), litosfer

(lapisan batuan, kulit bumi), hidrosfer (lapisan air), biosfer (lapisan

kehidupan). Persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dapat ditinjau

dari sudut pandang kewilayahan, kelingkungan dan adanya relasi

keruangan dari unsur-unsur geografi yang membentuknya (Sumaatmajda,

2001:11).

Ruang lingkup studi geografi menurut Sumaatmajda (2001:11),

adalah sebagai berikut: 1) Alam lingkungan yang menjadi sumber daya

bagi kehidupan manusia, 2) Penyebaran umat manusia dengan variasi

(29)

alamlingkungan yang memberikan variasi terhadap ciri khas

tempat-tempat di permukaan bumi, 4) Kesatuan regional yang merupakan

perpaduan darat, perairan, dan udara di atasnya.

Ruang lingkup inilah yang menjadi ciri karakteristik terhadap

pengajaran geografi. Apa saja yang akan diproses pada pengajaran

geografi, materinya akan selalu digali dari permukaan bumi pada suatu

lokasi untuk mengungkapkan corak kehidupan manusia yang bersangkutan

sebagai hasil interaksi faktor-faktor geografi pada lokasi yang

bersangkutan.

Bidang atau pokok-pokok telaah geografi menurut Daldjoeni,

dalam Aprilia, 2005:7, adalah sebagai berikut: 1) Ukuran, bentuk, dan

aneka gerakan bumi, 2) Persebaran serta posisi massa darat dan wujud

perairan, 3) Batuan, struktur dan relief berbagai permukaan bumi, 4) Air

yang ada di berbagai samudera, lautan serta seluk beluk gerakannya, 5)

Pola persebaran dunia tumbuhan dan hewan, 6) Atmosfer dengan

gejala-gejala di dalamnya serta pola-pola iklim yang terdapat di permukaan bumi,

7) Ras-ras umat manusia dan persebarannya yang berupa aneka penduduk

berdasarkan unit kenegaraan, 8) Aneka bentuk kegiatan manusia dalam

rangka menegakkan hidup perekonomiannya, 9) Bermacam-macam jenis

pemukiman manusia yang ada, 10) Ciri-ciri sosial dan budaya masyarakat

manusia, 11) Pengaturan umat manusia secara politis dan relasi antar

mereka.Sumber materi pengajaran geografi (Sumaatmaja, 2001:13 dalam

(30)

lingkungan dengan segala sumber dayanya dan gejala-gejalanya,

region-region di permukaan bumi serta buku-buku.

Fungsi pendidikan geografi menurut Fairgrieve yang dikutip oleh

Sumaatmaja, (2001:16), adalah mengembangkan kemampuan calon warga

masyarakat dan warga negara yang akan datang untuk berfikir kritis

terhadap masalah kehidupan yang terjadi di sekitarnya, dan melatih

mereka untuk cepat tanggap terhadap kondisi lingkungan serta kehidupan

di permukaan bumi pada umumnya. Lebih lanjut lagi Sumaatmaja

mengungkapkan bahwa pengajaran geografi mempunyai nilai ekstensi

yang meliputi nilai teoritis, praktis, filosofis dan ketuhanan. Dengan

demikian, dengan mempelajari geografi diharapkan dapat membina anak

didik berfikir interagatif untuk dirinya sendiri dan untuk membina

kepentingan kehidupan pada umumnya.

Pembelajaran geografi selaku sistem intruksional mengacu pada

pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu

sama lainnya untuk mencapai tujuan (Djamarah, 2002:10). Lebih lanjut

Djamarah (2002:48) menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar

termasuk di dalamnya pembelajaran geografi sebagai suatu sistem

mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran,

kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber serta evaluasi.

(31)

a. Tujuan

Dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan yang ingin dicapai adalah

mengenalkan fakta yang terjadi pada siswa.

b. Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran disusun secara sistematis dan terpadu dalam proses

pembelajaran sehingga mampu bersaing diera globalisasi.

c. Kegiatan Belajar Mengajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, terjadi interaksi antara guru dan

siswa. Siswa dituntut lebih aktif dalam proses pembelajaran sedangkan

guru hanya sebagai fasilitator dan motivator.

d. Metode

Dalam kegiatan belajar mengajar, metode yang digunakan guru

bervariasi disesuaikan oleh materi pelajaran yang diajarkan.

e. Alat/Media

Dalam kegiatan belajar mengajar, menggunakan alat untuk

mempermudah usaha dalam mencapai tujuan. Alat yang digunakan

bervariasi dengan media belajar ataupun motivasi dan perintah yang

dapat membantu siswa dalam proses belajar mengajar.

f. Sumber Pelajaran

Sumber belajar merupakan bahanmateri dalam menambah ilmu

pengetahuan. Sumber pelajaran berupa buku paket ataupun buku

(32)

Agar tujuan dapat tercapai semua komponen yang ada harus

diorganisasikan sehingga antar komponen terjadi kerjasama. Pembelajaran

akan tercapai jika ada timbal balik yang baik antara guru dan siswa.

Interaksi yang terjadi antara komponen ini digambarkan dalam bagan

sebagai berikut.

Tujuan

Guru Siswa

Gambar 1. Bagan Komponen-komponen dalam Sistem Pembelajaran (Sumber: Djamarah, 2002:48)

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa media pembelajaran

memiliki peranan yang penting dalam menunjang keberhasilan kegiatan

belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar penggunaan media yang

tepat dengan materi pembelajaran yang disampaikan juga dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajarnya dapat

meningkat.

2. Media Pembelajaram

Dalam proses pembelajaran terdapat proses komunikasi yang

berlangsung dalam suatu sistem, dan di dalamnya terdapat media Strategi

model/ metode media materi

(33)

pembelajaran sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran tersebut.

Menggunakan media dalam proses pembelajaran harus didasarkan filosofi

atau alasan teoritis yang benar. Istilah media yang merupakan bentuk

jamak dari medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. AECT

mengartikan media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan

orang untuk menyalurkan pesan/informasi (1997:21). Kata segala

memberi makna bahwa yang disebut media tidak terbatas pada jenis media

yang dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan tertentu, akan tetapi

juga yang keberadaannya dapat dimanfaatkan untuk memperjelas atau

mempermudah pemahaman siswa terhadap materi atau pesan tertentu. Jadi

apapun bentuknya apabila dapat digunakan untuk menyalurkan pesan

dapat disebut media.

Pengertian media memiliki multi makna, baik dilihat secara

terbatas maupun secara luas. Munculnya berbagai macam definisi

disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang, maksud, dan

tujuannya, sehinggabanyak orang membedakan pengertian media dan alat

peraga. Namun tidak sedikit yang menggunakan kedua istilah itu secara

bergantian untuk menunjuk alat atau benda yang sama (interchangeable).

Perbedaan media dengan alat peraga terletak pada fungsinya dan bukan

pada substansinya. Suatu media sebagai sumber belajar disebut alat peraga

bila hanya berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran saja, tetapi sumber

(34)

atau kegiatan pembelajaran dan ada semacam pembagian tanggung jawab

antara guru di satu sisi dan sumber lain (media) di sisi lain.

Media dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu sebagai: alat bantu

mengajar (instructional aids) dan media pembelajaran (instructional

media). Sebagai alat bantu mengajar (instructional aids), media berfungsi

untuk menyampaikan informasi atau menyajikan pesan dalam

pembelajaran yang akan disampaikan pada peserta didik. Dalam hal ini

media berfungsi untuk membantu guru dalam mengajar baik dalam bentuk

audio, visual, audio visual aids maupun dalam bentuk lainnya, sebagai

contoh antara lain: OHP/OHT, film bingkai, foto, poster, peta, grafik, flip

chart, dan sebagainya. Jadi dalam hal ini media disebut dengan istilah

teaching aids karena peranannya sebagai alat bantu pelengkap dalam

proses belajar mengajar.

Sebagai media pembelajaran (instructional media), media

mempunyai fungsi yang memungkinkan terjadinya interaksi dalam proses

belajar dari diri siswa pada waktu menggunakan media tersebut. Dalarn

hal ini pada umumnya digunakan media yang dirancang (media by design),

dalam hal merancangnya, Heinich, Molenda, dan Russell mengemukakan

suatu model yang disebut ASSURE yang terdiri dari langkah-langkah

sebagai berikut:

A : Analyze Learner Characteristics (menganalisis karakteristik orang yang belajar)

S : State Objective (menentukan tujuan)

S : Select, modify, or design materials (memilih, memodifikasi, atau merancang bahan)

(35)

R : Require Learner Response (mengetahui respons pembelajar) E : Evaluate (mengevaluasi) (Heinich at.all. (1996:71).

Setiap program pembelajaran harus direncanakan secara sistematis

dengan memusatkan perhatian kepada siswa. Program pembelajaran

direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta

diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa dengan tujuan yang akan

dicapai. Dalam perencanaan ini media yang akan dipakai dan cara

penggunaannya harus dipertimbangkan dan ditentukan dengan seksama.

Mengenai kegunaannya, secara umum media mempunyai kegunaan untuk

untuk menunjang proses pembelajaran. Adapun manfaat itu adalah sebagai

berikut:

a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang

dimiliki oleh para siswa. Pengalaman tiap-tiap siswa berbeda, dari latar

belakang kehidupan keluarga, lingkungan yang berbeda, maka anak

akan mempunyai pengalaman yang berbeda. Ini disebabkan karena

berbedanya “kesempatan untuk mengalami” yang diperoleh anak-anak,

misalnya: adanya keterbatasan tersedianya buku, bacaan-bacaan, letak

geografis, kesempatan berdarmawisata, dan lain-lain. Media

pembelajaran dapat mengatasi perbedaan-perbedaan ini jika siswa

tidak mungkin untuk dibawa ke objek yang dipelajari, maka objeklah

yang dibawa ke siswa. Jadi media pembelajaran dapat mengatasi

keterbatasan indera, ruang, dan waktu. Banyak hal yang tidak mungkin

(36)

b. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara

siswa dan lingkungannya.

c. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Persepsi yang dimiliki

masing-masing siswa akan berbeda, apabila mereka hanya mendengar

saja, belum pernah melihat sendiri bahkan pernah memegang, meraba,

dan merasakannya. Untuk itu media dapat membantu memberikan

persepsi yang sama, setelah dilakukan pengamatan yang dilakukan

oleh siswa secara bersama-sama dan diarahkan kepada hal-hal yang

penting yang dimaksudkan oleh guru.

d. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan

realistis. Sering kali sesuatu yang diterangkan oleh guru diterima

sebagai konsepsi yang berbeda oleh siswa yang berbeda pula.

Penggunaan media seperti gambar, film, objek, model, grafik, dan

lain-lain bisa memberikan konsep dasar yang benar.

e. Media membangkitkan motivasi dan rangsangan anak untuk belajar.

Pemasangan gambar-gambar dipasang pada papan tempel, pemutaran

film, mendengarkan rekaman atau radio merupakan

rangsangan-rangsangan tertentu ke arah keinginan untuk belajar.

f. Media membangkitkan keinginan dan minat guru. Dengan

menggunakan media pembelajaran, horizon pengalaman anak semakin

luas, persepsi semakin tajam, konsep-konsep dengan sendirinya

semakin lengkap. Akibatnya keinginan dan minat untuk belajar selalu

(37)

g. Media memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh dari

konkrit sampai hal yang bersifat abstrak. Sebuah film Candi

Borobudur misalnya, dapat memberikan imajinasi yang konkret

tentang wujud, ukuran, lokasi candi, dan sebagainya.

Selanjutnya perlu diketahui ada beberapa pedoman umum yang

perlu diperhatikan guru dalam penggunaan media dalam proses

pembelajaran, yaitu:

a. Tidak ada satu media yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan

pembelajaran, karena masing-masing memiliki kelebihan dan

kekurangan.

b. Penggunaan media harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang

hendak dicapai.

c. Penggunaan media harus mempertimbangkan kecocokan ciri media

dengan karakteristik materi pelajaranyang disajikan.

d. Penggunaan media harus disesuaikan dengan bentuk kegiatan belajar

yang akan dilaksanakn, seperti belajar secara klasikal, belajar dalam

kelompok kecil, belajar secara individual.

e. Penggunaan media harus disertai persiapan yang cukup, seperti

mengecek media yang akan dipakai, mempersiapkan serbagai

peralatan yang dibutuhkan di ruang kelas sebelum pengajaran di mulai.

f. Siswa perlu disiapkan sebelum media pembelajaran digunakan agar

mereka dapat mengarahkan perhatian pada hal-hal yang penting

(38)

g. Penggunaan media harus diusahakan agar senantiasa melibatkan

partisipasi aktif para siswa.

3. Klasifikasidan Jenis Media Pembelajaran

Dari beberapa perkembangan media muncul beberapa klasifikasi

menurut kesamaan ciri atau karakteristiknya. Ada berbagai

pengklasifikasian media yang disesuaikan menurut tujuan atau maksud

pengelompokannya. Ada banyak media pembelajaran, mulai dari yang

sangat sederhana hingga yang kompleks dan rumit, mulai dari yang hanya

menggunakan indera mata hingga perpaduan lebih dari satu indera, dari

yang murah dan tidak memerlukan listrik hingga yang mahal dan sangat

tergantung pada perangkat keras.

Perkembangan media pembelajaran mengalami revolusi empat kali

dalam dunia pendidikan. Revolusi pertama telah terjadi beberapa puluh

abad yang lalu, yaitu pada saat orang tua menyerahkan pendidikan

anak-anaknya kepada orang lain yang berprofesi sebagai guru, revolusi kedua

terjadi dengan digunakannya bahasa tulisan sebagai sarana utama

pendidikan, revolusi ketigatimbul dengan tersedianya media cetak yang

merupakan hasil ditemukannya mesin teknik percetakan, dan revolusi

keempat berlangsung dengan meluasnya penggunaan media komunikasi

elektronik.

Para ahli memiliki pandangan atau pendapat yang berbeda dalam

membuat klasifikasi atau mengelompokkan jenis media yang biasa

(39)

Schramm(1997:67), media digolongkan menjadi media rumit dan mahal

(big media), dengan media sederhana dan murah (little media). Sejalan

dengan kemajuan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran

juga mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri.

Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, Arsyad (2007:44)

mengklasifikasikan media atas empat kelompok: 1) media hasil teknologi

cetak, 2) media hasil teknologi audio-visual, 3) media hasil teknologi

berbasis komputer, dan 4) media hasil gabungan teknologi cetak dan

komputer. Selanjutnya Arsyad (2007:46) mengutip pendapat dari Seels

dan Glasgow, membagi media ke dalam dua kelompok besar, yaitu: media

tradisional dan media teknologi mutakhir. Pilihan media tradisional berupa

media visual diam tak diproyeksikan dan yang diproyeksikan, audio,

penyajian multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan, media cetak,

permainan, dan media realia. Sedangkan pilihan media teknologi mutakhir

berupa media berbasis telekomunikasi (misal teleconference) dan media

berbasis mikroprosesor (misal: permainan komputer dan hypermedia).

Adapun menurut Sadiman (2005:20) media dikelompokkan

berdasarkan ciri-ciri fisiknya atas delapan kelompok, yaitu benda

sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar diam, gambar

bergerak, rekaman suara, pengajaran terprogram, dan simulasi.

Selanjutnya Rudy Bretz seperti yang dikutip oleh Arief Sadiman,

mengidentifikasikan ciri utama media menjadi tiga unsur pokok, yaitu:

(40)

media siar (telecomunication) dan media rekam (recording), sehingga

terdapat delapan klasifikasi media, yaitu : (a) media audio visual gerak, (b)

media audio visual diam, (c) media audio semi gerak, (d) media visual

gerak, (e) media visual diam, (f) media semi gerak, (g) media audio, dan

(h) media cetak.

Dari beberapa pengelompokkan media yang dikemukakan di atas,

tampaknya bahwa hingga saat ini belum terdapat suatu kesepakatan

tentang klasifikasi (sistem taksonomi) media yang baku. Dengan kata lain,

belum ada taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala

aspeknya, terutama untuk suatu sistem instruksional (pembelajaran.

Pengelompokan media yang sudah ada pada saat ini dapat memperjelas

perbedaan tujuan penggunaan, fungsi dan kemampuannya, sehingga bisa

dijadikan pedoman dalam memilih media yang sesuai untuk suatu

pembelajaran tertentu.

Setiap jenis media pembelajaran seperti yang dipaparkan di atas

memiliki karakteristik masing-masing yang berbeda satu dengan yang

lainnya. Terkait dengan penelitian ini, media yang digunakan untuk

pajangan dalam ruang kelas difokuskan pada media jenismedia visual

yang tidak diproyeksikan,yaitu antara lain:

a. Gambar Fotografik/ Gambar Diam/ Gambar Mati

Gambar fotografik termasuk pada jenis gambar diam/mati (still

pictures), misalnya misalnya gambar tentang manusia, binatang,

(41)

pelajaran yang diajarkan. Dalam pelaksanaannya, guru dapat

melibatkan para siswa untuk mencari gambar diam ini.

Gambar diam ini ada yang sifatnya tunggal ada juga yang berseri

(gambar rantai makanan, metamorfosa).

b. Media grafis

Media grafis yang dimaksud adalah suatu penyajian secara visual yang

menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan atau

simbol visual yang lain dengan maksud untuk mengikhtisarkan,

menggambarkan dan merangkum suatu ide, data atau kejadian.

Beberapa jenis media grafis yang lazim dipakai dalam proses

pembelajaran di lembaga sekolah, antara lain berupa:

1) Sketsa, merupakan gambar sederhana. Sketsa dapat langsung

dibuat di atas kertas gambar yang dipersiapkan kemudian

ditempelkan pada dinding kelas, dan dapat pula langsung digambar

pada papan tulis sambil guru menerangkan dengan menggunakan

kapur biasa, spidol.

2) Gambar, merupakan bahasa berupa bentuk yang secara umum

dapat dimengerti oleh siapa saja yang melihat. Gambar yang

dimaksud gambar karya tangan Kemampuan gambar dapat

berbicara lebih banyak daripada seribu kata sehingga dapat

memperjelas suatu masalah karena sifatnya konkrit. Kelebihan lain

dari gambar yaitu dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu,

(42)

murah dan mudah dipergunakan tanpa memerlukan peralatan

khusus.

3) Grafik adalah pemakaian lambang visual untuk menjelaskan

perkembangan sesuatu keadaan dengan menggunakan titik, garis

atau bentuk-bentuk dan diberi keterangan yang sesuai. Tujuan

penggunaan grafik yaitu untuk menjelaskan data statistik secara

visual, untuk memperlihatkan hubungan dan perbandingan,

pertumbuhan, perkembangan, perubahan secara kuantitatif dengan

jelas. Dilihat dari bentuk penampilannya dikenal beberapa jenis

grafik, yaitu grafik garis, grafik batang, grafik balok, grafik

lingkaran, dan grafik bergambar. Kelebihan grafik sebagai media

yaitu dapat memungkinkan kita mengadakan analisis, interpretasi,

dan perbandingan antara data-data yang disajikan baik dalam hal

ukuran, jumlah, pertumbuhan, dan arah. Hal ini karena penyajian

data pada grafik jelas, cepat menarik, ringkas dan logis.

4) Bagan, merupakan penyajian ide-ide atau konsep-konsep secara

visual yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan.

Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari

suatu presentasi. Dalam bagan terdapat juga media grafis yang lain

seperti gambar, diagram, kartun atau lambang-lambang verbal.

Maksud penggunaannya dalam pembelajaran ialah untuk

memperlihatkan adanya hubungan, perkembangan, atau

(43)

5) Poster merupakan media grafis perpaduan antara gambar dengan

tulisan untuk menyampaikan informasi, saran, seruan, peringatan

dan ide-ide lain. Pada poster hanya memberikan tekanan pada satu

atau dua ide pokok sehingga dapat dimengerti hanya dengan

melihat sepintas lalu.

a) Gambarnya sederhana berbentuk natural.

b) Menyajikan satu ide untuk mencapai satu tujuan pokok.

c) Tidak banyak warna.

d) Tulisan slogan/ tulisan yang efektif, ringkas, dan jelas.

Adapun fungsi poster sebagai media pendidikan yaitu sebagai

bahan untuk mengembangkan ide, sebagai peringatan, sebagai alat

membangkitkan motivasi dengan rasa estestis, sebagai alat

pendidikan preventif; contoh : cucilah tangan sebelum makan,

berdoalah sebelum belajar

6) Kartun dan karikatur. Gambaran tentang seseorang, suatu buah

pikiran atau keadaan dapat dituangkan dalam bentuk lukisan yang

lucu atau menggelikan yang biasa disebut dengan nama kartoon

atau karikatur. Dalam perkembangan dewasa ini kartun dapat

dibedakan dari karikatur dilihat dari segi visualisasinya, yaitu :

karikatur gambarnya berbentuk seri dan berwarna, lebih bersifat

menghibur sehingga selalu dipadukan dengan unsur teks dalam

(44)

tiga adegan dan hitam putih, lebih bersifat mengeritik atau

menyindir sehingga tidak menggunakan unsur teks berupa kalimat.

7) Peta datar, bentuk peta adalah penyajian visual yang merupakan

gambaran datar dari permukaan bumi atau sebagian dari padanya

dengan menggunakan titik-titik, garis-garis dan simbol visual

lainnya, sehingga dapat menggambarkan lokasi suatu tempat, luas,

jarak antar tempat, dan keadaan dalam bentuk perbandingan

dengan menggunakan skala tertentu.

Dalam penelitian ini jenis media yang digunakan dalam

pembelajaran geografi siswa kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom

kecamatan Mijen Kabupaten Demakadalah jenismedia visual yang tidak

diproyeksikan sebagai sumber belajar yang dihadirkan guru di dalam

kelas.

4. Peta

1. Pengertian Peta

Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar

dengan skala tertentu melalui suatu sistem proyeksi. Peta mulai ada

dan digunakan manusia sejak manusia melakukan penjelajahan dan

penelitian. Walaupun masih dalam bentuk yang sangat sederhana yaitu

dalam bentuk sketsa mengenai lokasi suatu tempat.

Pada awal abad ke 2 (87M -150M), Claudius Ptolomaeus

mengemukakan mengenai pentingnya peta. Kumpulan dari peta-peta

(45)

Ptolomaeus”. Ilmu yang membahas mengenai peta adalah kartografi.

Sedangkan orang ahli membuat peta disebut kartografer. Peta dapat

digolongkan (diklasifikasikan) menjadi tiga jenis, yaitu jenis peta

berdasarkan isinya, berdasarkan skalanya dan berdasarkan tujuannya.

Selain itu Anda juga perlu mempelajari fungsi peta.

2. Peta Berdasarkan Isinya

Berikut ini adalah penjelasan penggolongan peta berdasarkan

isinya. Berdasarkan isinya, peta dapat digolongkan menjadi dua jenis,

yaitu: peta umum dan peta khusus (tematik).

1) Peta Umum

Peta umum adalah peta yang menggambarkan permukaan

bumi secara umum. Peta umum ini memuat semua penampakan

yang terdapat di suatu daerah, baik kenampakan fisis (alam)

maupun kenampakan sosial budaya. Kenampakan fisis misalnya

sungai, gunung, laut, danau dan lainnya. Kenampakan sosial

budaya misalnya jalan raya, jalan kereta api, pemukiman kota dan

lainnya. Peta umum ada 2 jenis yaitu: peta topografi dan peta

chorografi.

Peta topografi yaitu peta yang menggambarkan bentuk

relief (tinggi rendahnya) permukaan bumi. Dalam peta topografi

digunakan garis kontur (countur line) yaitu garis yang

menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian sama.

(46)

tempat dan untuk memperkirakan tingkat kecuraman atau

kemiringan lereng. Beberapa ketentuan pada peta topografi : Makin

rapat jarak kontur yang satu dengan yang lainnya menunjukkan

daerah tersebut semakin curam. Sebaliknya semakin jarang jarak

antara kontur menunjukkan daerah tersebut semakin landai. Garis

kontur yang diberi tanda bergerigi menunjukkan depresi

(lubang/cekungan) di puncak, misalnya puncak gunung yang

berkawah. Peta topografi menggunakan skala besar, antara 1 :

50.000 sampai 1 : 100.000.

Kedua adalah Peta chorografi adalah peta yang

menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi dengan

skala yang lebih kecil antara 1 : 250.000 sampai 1 : 1.000.000 atau

lebih. Peta chorografi menggambarkan daerah yang luas, misalnya

propinsi, negara, benua bahkan dunia. Dalam peta chorografi

digambarkan semua kenampakan yang ada pada suatu wilayah di

antaranya pegunungan, gunung, sungai, danau, jalan raya, jalan

kereta api, batas wilayah, kota, garis pantai, rawa dan lain-lain.

Atlas adalah kumpulan dari peta chorografi yang dibuat dalam

berbagai tata warna.

2) Peta Khusus atau Tematik

Disebut peta khusus atau tematik karena peta tersebut hanya

menggambarkan satu atau dua kenampakan pada permukaan bumi

(47)

berdasarkan tema tertentu. Peta khusus adalah peta yang

menggambarkan kenampakan-kenampakan (fenomena geosfer)

tertentu, baik kondisi fisik maupun sosial budaya. Contoh peta

khusus/tertentu: peta curah hujan, peta kepadatan penduduk, peta

penyebaran hasil pertanian, peta penyebaran hasil tambang, chart

(peta jalur penerbangan atau pelayaran).

3. Peta Berdasarkan Skalanya

Peta tidak sama besarnya (ukurannya). Ada peta yang

berukuran besar dan ada peta yang berukuran kecil. Besar-kecilnya

peta ditentukan oleh besar-kecilnya skala yang digunakan. Skala peta

adalah perbandingan jarak antara dua titik di peta dengan jarak

sebenarnya di permukaan bumi (lapangan). Berdasarkan skalanya peta

dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu:

1) Peta kadaster/teknik adalah peta yang mempunyai skala antara 1:

100 sampai 1 : 5.000. Peta ini digunakan untuk menggambarkan

peta tanah atau peta dalam sertifikat tanah, oleh karena itu banyak

terdapat di Departemen Dalam Negeri, pada Dinas Agraria (Badan

Pertanahan Nasional).

2) Peta skala besar adalah peta yang mempunyai skala 1 : 5.000

sampai 1 : 250.000. Peta skala besar digunakan untuk

menggambarkan wilayah yang relatif sempit, misalnya peta

(48)

3) Peta skala sedang adalah peta yang mempunyai skala antara 1 :

250.000 sampai 1:500.000. Peta skala sedang digunakan untuk

menggambarkan daerah yang agak luas, misalnya peta propinsi

Jawa Tengah, peta propinsi maluku.

4) Peta skala kecil adalah peta yang mempunyai skala 1 : 500.000

sampai 1 : 1.000.000 atau lebih. Peta skala kecil digunakan untuk

menggambarkan daerah yang relatif luas, misalnya peta negara,

benua bahkan dunia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar

angka pembandingnya berarti skala peta itu makin kecil. Perhatikan

kembali peta curah hujan pada gambar 2.6. Berdasarkan isinya peta

tersebut termasuk peta tematik (khusus), tetapi berdasarkan skalanya

termasuk peta.

4. Jenis Peta Berdasarkan Tujuannya

Peta dibuat orang dengan berbagai tujuan. Berikut ini

contoh-contoh peta untuk berbagai tujuan:

1) Peta Pendidikan (Educational Map)

Contohnya : peta lokasi sekolah SLTP/SMU

2) Peta Ilmu Pengetahuan

Contohnya : peta arah angin, peta penduduk

3) Peta Informasi Umum (General Information Map)

(49)

4) Peta Turis (Tourism Map)

Contohnya : peta museum, peta rute bus

5) Peta Navigasi

Contohnya : peta penerbangan, peta pelayaran

6) Peta Aplikasi (Technical Application Map)

Contohnya : peta penggunaan tanah, peta curah hujan

7) Peta Perencanaan (Planning Map)

Contohnya : peta jalur hijau, peta perumahan, peta pertambangan.

5. Fungsi Peta

Peta sangat diperlukan oleh manusia. Dengan peta Anda dapat

mengetahui atau menentukan lokasi yang Anda cari, walaupun Anda

belum pernah mengunjungi tempat tersebut. Secara umum fungsi peta

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.

2) Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di

permukaan bumi.

3) Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua,

negara, gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya.

4) Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui

kondisi daerah yang akan diteliti.

5) Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah.

6) Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

(50)

8) Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena -

fenomena (gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.

6. Sumber dan Tahun Pembuatan Peta

Sumber memberi kepastian kepada pembaca peta, bahwa peta

tersebut bukan hasil rekaan dan dapat dipercaya. Selain sumber,

perhatikan juga tahun pembuatannya. Pembaca peta dapat mengetahui

bahwa peta itu masih cocok atau tidak untuk digunakan pada masa

sekarang atau sudah kadaluarsa karena sudah terlalu lama. Komponen

kelengkapan peta yang ada pada peta tersebut adalah:

1) Judul peta

2) Tanda orientasi

3) Skala peta

4) Inset peta (peta kecil yang terdapat dalam peta utama)

5) Garis bujur (meridian)

6) Garis lintang (paralel)

7) Garis tepi (border)

8) Sumber dan tahun pembuatan peta

9) Legenda dan proyeksi

7. Langkah–langkah Membuat Peta

Dalam pembuatan peta, ada beberapa prinsip pokok yang harus

diperhatikan. Yang dimaksud pembuatan peta dalam modul ini bukan

dalam pengertian pemetaan wilayah. Langkah-langkah prinsip pokok

(51)

1) Menentukan daerah yang akan Anda petakan.

2) Membuat peta dasar yaitu peta yang belum diberi simbol.

3) Mencari dan mengklarifikasikan (menggolongkan) data sesuai

dengan kebutuhan.

4) Membuat simbol-simbol yang mewakili data.

5) Menempatkan simbol pada peta dasar.

6) Membuat legenda (keterangan).

7) Melengkapi peta dengan tulisan secara baik dan benar.

5. PetaRupa Bumi

Nama geografis atau nama unsur rupabumi (topografi) baik dalam

ucapan dan tulisan lahir dari sejarah kebudayaan manusia sejak manusia

berhenti sebagai pengembara (nomaden). Sejak manusia mulai menetap di

suatu kawasan tertentu, manusia mulai menamai unsur-unsur rupabumi di

sekitarnya sebagai sarana komunikasi dan berkembangnya sistem acuan

dalam orientasi dan transportasi. Kini Nama unsur rupabumi tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan manusia sehari-hari. Nama unsur rupabumi

digunakan sebagai sarana komunikasi antara bangsa dan negara sejak

berkembangnya perpetaan, seperti Peta Claudios Ptolemaios (Ptolemy) di

abad ke-2 Masehi. Manusia modern tidak dapat lepas dari peta yang

memuat semua informasi unsur rupabumi untuk menunjang kegiatan

manusia seperti kegiatan perdagangan, eksplorasi, penelitian, perjalanan,

(52)

Menyadari bahwa peta-peta dari berbagai bangsa yang memuat

Nama unsur rupabumi dalam abjad masing-masing tidak efektif sebagai

sarana komunikasi, maka salah satu program dari PBB yang pertama sejak

tahun 1950-an adalah program romanisasi peta-peta non-Romawi. Selain

itu, pada tahun 1875 Kongres Geografi Internasional Kedua di Paris telah

menetapkan bahwa abjad Romawi yang sederhana sebagai abjad baku

untuk mentranskripsi Nama geografis dari abjad non-Romawi ke abjad

Romawi. Abjad Romawi sederhana adalah abjad Romawi tanpa diakritik.

Program kedua dari PBB adalah membakukan Nama unsur rupabumi

secara internasional yang bertumpu pada pembakuan nasional, baik secara

tulisan maupun ucapannya.

Indonesia sebagai negara kepulauan terdiri dari wilayah daratan dan

lautan yang meliputi kurang lebih 17.504 pulau (Depdagri, 2003). Di

pulau-pulau tersebut terdapat 726 bahasa daerah (menurut Summer

Institute of Linguistics). Keanekaragaman bahasa ini sangat berpengaruh

dalam tatacara penamaan unsur peta rupabumi yang dapat berakibat pada

ketidakseragaman penulisan unsur rupabumi di peta. Oleh karena itu, Tim

Nasional Pembakuan Nama Rupabumi yang dibentuk berdasarkan

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tanggal 29 Desember

2006, mempunyai wewenang penuh untuk mengatur tatacara pembakuan

nama rupabumi. Hal ini sesuai dengan Resolusi PBB No. 4 Tahun 1967

dari The First UN Conference of Standardization on Geographical

(53)

Geographical Names Authority (lembaga nasional otoritas nama

geografis) di tiap negara anggota.Bentuk lembaga otoritas tersebut

disesuaikan dengan struktur pemerintahan setempat yang mempunyai

tugas dan fungsi pokok pembakuan nama unsur rupabumi, sebagai langkah

mendukung pembakuan nama unsur rupabumi di tataran internasional.

Unsur rupabumi umumnya dinamai oleh penduduk setempat dengan

menggunakan bahasa daerahnya yang mencerminkan bagian dari sejarah

dan kebudayaan suku bangsa yang pertama kali mendiami suatu wilayah.

Dalam penamaan unsur rupabumi biasanya mengandung elemen generik

yang dapat juga disebut sebagai nama generik dan elemen/nama spesifik.

Elemen generik dari suatu nama unsur rupabumi mencerminkan migrasi

manusia di masa lalu. Sebagai contoh, istilah wai yang artinya “sungai”

tidak hanya terdapat di Lampung saja tetapi tersebar mulai dari Pasifik

Selatan dalam bahasa Maori, Hawaii, Tonga, dan Maui sampai di

kawasan Indonesia seperti di wilayah Papua, Seram, Buru, Nusa Tenggara,

dan Lampung. Sehingga nama unsur rupabumi dalam bahasa setempat

harus dipertahankan karena merupakan bagian dari sejarah yang panjang

dari migrasi manusia di muka bumi. Selain itu elemen spesifik dari nama

unsur rupabumi juga penting karena mencerminkan legenda atau mitos

dari suku bangsa yang mendiami kawasan tersebut. Dengan demikian

tugas Tim Nasional Pembakuan Nama Unsur Rupabumi antara lain

(54)

Banyak nama unsur rupabumi di Indonesia belum memiliki nama

baik di daratan dan lautan terutama pulau-pulau. Walaupun sebagian dari

unsur rupabumi telah memiliki nama namun dalam kenyataannya di

lapangan masih beragam dan tidak baku dalam penulisan dan ucapannya.

Pada saat ini ditemukan banyak nama unsur rupabumi yang berganti

dari bahasa lokal menjadi bahasa yang tidak dikenal oleh masyarakat

setempat. Sebagai contoh, banyak digunakan bahasa asing untuk promosi,

terutama untuk nama permukiman (real estate), sehingga nama asli

desanya sudah tidak dikenal lagi. Sudah waktunya Pemerintah Indonesia

mulai membakukan dan menetapkan nama unsur rupabumi secara

nasional, yang bertumpu dari penamaan unsur rupabumi yang

dilaksanakan mulai dari tataran desa/kelurahan, sebagai bagian dari tertib

administrasi pemerintahan. Rupabumi ini dipersiapkan sebagai acuan bagi

pelaksanaan pembakuan nama unsur rupabumi di Indonesia dalam

pelaksanaan otonomi daerah. Dengan demikian semua lapisan masyarakat

termasuk semua jajaran Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah

wajib memakai nama baku unsur rupabumi secara konsisten dan taat asas

dalam semua aktivitasnya.

Tujuan pembuatan Prinsip, Kebijakan, dan Prosedur Pembakuan

Nama Rupabumi adalah untuk membantu para administrator pemerintahan

dan swasta, pembuat peta, pendidik, penyedia informasi, dan masyarakat

luas dalam menuliskan unsur nama rupabumi yang baku. Peta Rupa bumi

(55)

bumi baik berupa penutupan lahan,jalan, kontur, toponimi, batas

administrasi dan lain-lain.

Kata topografi maupun rupa bumi sebenarnya merupakan kata yang

lazim didengar oleh para geograf. Biasanya, kedua kata tersebut di sandang

dengan kata peta di depannya, sehingga menjadi peta topografi dan peta

rupa bumi. Juga, lazimnya peta rupa bumi di Indonesia di sebut sebagai peta

RBI (Rupa Bumi Indonesia). Kembali pada permasalahan awal, apakah

topografi dan rupa bumi merupakan kata yang bersinonim atau mungkin

berbeda makna. Topografi secara bahasa berasal dari kata Yunani, topos

yang berarti tempat, dan graphia yang berarti tulisan.

Menurut istilah, Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan

bumi dan objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebagainya), dan

asteroid. Dalam pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai

bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap

lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal. Topografi umumnya

menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis

lahan. Penggunaan kata topografi dimulai sejak zaman Yunani kuno dan

berlanjut hingga Romawi kuno, sebagai detail dari suatu tempat. Objek dari

topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk

pada koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan garis bujur, dan

secara vertikal yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis lahan juga termasuk

bagian dari objek studi ini. Studi topografi dilakukan dengan berbagai

(56)

kebutuhkan konstruksi sipil, pekerjaan umum, dan proyek reklamasi

membutuhkan studi topografi yang lebih detail.(Wikipedia, 2009).

Sementara, untuk istilah rupa bumi sendiri belum ditemukan definisi

yang baku baik di KBBI maupun di literature lainnya. Terkait dengan hal

ini, untuk menemukan jawaban dari pertanyaan awal, maka dapat dilakukan

analisis dengan mengetahui di mana istilah rupa bumi ini mulai muncul. Di

Indonesia, istilah rupa bumi selalu di sandangkan dengan kata peta.

Umumnya, orang lebih akrab dengan panggilan peta RBI atau Peta Rupa

Bumi Indonesia. Istilah ini muncul, mengutip tulisan dari sebuah buku

karangan Jacub Rais yang merupakan biografi tentang dirinya sendiri

dengan judul : Jacub Rais 80 Tahun, Merintis Geomatika di Indonesia:

Sementara itu, untuk membedakan dengan peta topografi, aku mengusulkan

agar bakosurtanal memakai istilah peta rupa bumi. Usulanku diterima oleh

kedua belah pihak. Istilah ini aku ambil dari Malaysia yang menyebut peta

topografi dengan sebutan peta rupa bumi dan peta geologi dengan peta kaji

bumi.

Beberapa kalimat di atas menjelaskan kepada kita bahwa seorang yang

bernama Jacub Rais-lah yang pertama kali menggunakan kalimat “rupa

bumi” di Indonesia untuk menggantikan istilah Topografi untuk menyebut

nama peta buatan Bakosurtanal. Jadi, telah jelas sekarang bahwa kata

topografi sama dengan rupa bumi, yang sebelumnya telah lama digunakan

(57)

Lalu, mungkin akan timbul pertanyaan, mengapa kedua istilah

tersebut terkesan berbeda. Kedua istilah ini terkesan berbeda dikarenakan

kata peta yang berada di depannya. Bila disandang kata peta, maka akan

tercipta kata peta topografi dan peta Rupa Bumi. Kita telah paham bahwa

rupa bumi dan topografi merupakan kata-kata yang memiliki makna yang

sama. Namun, kandungan peta topografi dan peta RBI secara substansi

berbeda walaupun secara esensi sama.

Sebelum bakosurtanal membuat peta yang kemudian dinamakan Rupa

Bumi Indonesia, telah dikenal jenis peta topografi yang dibuat oleh Dittop

AD/ Basurta ABRI, yang kemudian dinamakan LCO. Hal yang paling

mendasar yang membedakan antara keduanya tentunya dari sisi

pembuatnya. Selain itu, perbedaannya dapat dilihat dari penomorannya.

Pada peta topografi LCO, masih menggunakan dua jenis simbol, huruf dan

angka. Sementara, pada peta rupa bumi, penomorannya hanya

dilambangkan dengan angka saja.

Perbedaan dapat pula dilihat dari tampilan lay out. Namun, dari segi

isi hampir sama yang walaupun kenampakan jalan setapak, menurut buku

jacub rais 80 tahun tersebut, di jelaskan bahwa telah disepakati bahwa tidak

dicantumkan pada peta RBI namun, ketika dicetak kenampakannya masih

ada karena sudah ada dipelat cetak dan sukar dibuang. Masih banyak

perbedaan-perbedaan lainnya yang membuat orang melihat topografi dan

Gambar

Gambar 1. Bagan Komponen-komponen dalam Sistem Pembelajaran
Gambar fotografik termasuk pada jenis gambar diam/mati (still
Gambar diam ini ada yang sifatnya tunggal ada juga yang berseri
grafik, yaitu grafik garis, grafik batang, grafik balok, grafik
+7

Referensi

Dokumen terkait

bertanya. Bertanya merupakan permintaan keterangan atau penjelasan untuk memperoleh informasi. Dalam hal SRWR ZXD WD¶D , bertanya merupakan permintaan keterangan atau

Untuk menemukan rumus luas layang-layang, dapat diturunkan dari rumus luas segitiga. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.. 38 Tahun 2014 tentang

LOCANDA akan menunjukkan hotel yang terdekat dengan lokasi wisatawan yang membuka aplikasi dengan melacak menggunakan GPS, memudahkan wisatawan untuk melakukan

Penggunaan database dalam aplikasi sistem kependudukan berbasis online di Kabupaten Sidrap, menggambarkan bagaimana pengguna dapat menginput dan mengakses data

a) lanjutkan langkah lanjutkan langkah 3.4.g) dengan 3.4.g) dengan memanaskan cawan memanaskan cawan yang berisi yang berisi padatan total padatan total yang

Terdapat beberapa penyebab masalah, yaitu : yang melakukan pemeriksaan awal tidak selalu dokter, namun juga perawat yang belum mendapatkan pelatihan mengenai P2ISPA,

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions.. Start

(isim)an tertutu) ra)at. &om)osisi halal. &om)osisi ahan ahan... malto(e&strin.