PENGARUH MEDIA PETA RUPA BUMI DALAM PEMBELAJARAN
GEOGRAFI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XII IPS
SMA ISLAM AN-NIDHOM KABUPATEN DEMAK
TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Geografi
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Khoirul Umam
3201406570
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan kesidang pada ujian
skripsi pada:
Hari : Senin
Tanggal : 11 Februari 2013
DosenPembimbing I DosenPembimbing II
Drs. Apik Budi Santoso, M.Si Sriyanto, S.Pd. M.Pd NIP. 19620904 1989011 001 NIP.19770722 2005011 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Geografi
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 20 Februari 2013
Penguji Skripsi
Muh. Sholeh, S.Pd.M.Pd NIP. 197707082006041001
Anggota I Anggota II
Drs. Apik BudiSantoso, M.Si Sriyanto, S.Pd. M.Pd______ NIP. 19620904 1989011 001 NIP.19770722 2005011 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etika ilmiah.
Semarang, 13 Januari2013
Khoirul Umam
NIM. 3201406570
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
¾ Ketahuilah bahwa kemenangan akan datang bersama kesabaran, jalan keluar dating
bersama kesulitan, dan kemudahan itu ada bersama kesulitan. (Q.S Ath.Thalaq: 7)
¾ Setiap hari langkah kehidupan begitu cepat, bagaikan pembalap berebut
dan menjadi yang nomor 1, tetapi yang terakhir bukanlah yang terburuk.
(Khoirul Umam)
PERSEMBAHAN
Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT,
skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Bapak Ku H. Mustofa dan ibuku Hj. Mursidah
terima kasih atas dukungan dan do’a-do’anya.
2. Semua Kakakku atas do’a, dukungannya, dan
motivasi selamaini
3. Sahabat seperjuanganku Pendidikan
Geografi 2006 terima kasih atas waktu,
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengaruh Media Peta Rupa Bumi Dalam Pembelajaran Geografi
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XII SMA ISLAM AN-NIDHOM Kabupaten
Demak Tahun Ajaran 2012/2013”.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terima
kasih yang setulus-tulusny akepada semua pihak yang telah membantu, baik
dalam penelitian maupun penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang ingin
penulis sampaikan yaitu kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si.,Rektor Universitas Negeri Semarang,
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di
kampus tercinta ini.
2. Dr. Subagyo, M,Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang, yang telah memberikan ijin untuk penelitian.
3. Drs. Apik Budi Santoso, M. Si., Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang dan dosen pembimbing I, yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, serta arahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Sriyanto,S.Pd, M.Pd., dosen pembimbing II dan juga sebagai dosen wali, yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk,
5. Bapak dan Ibu Dosen Geografi, yang dengan segala keikhlasan telah
memberikan ilmunya kepada penulis selama menuntut ilmu.
6. Izzul Ashofa, S. Pd., kepala sekolah SMA Islam An-Nidhom yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
7. Siti Zulaikah S. Pd, guru Geografi di SMA Islam An-Nidhom yang telah
banyak membantu penulis selama melakukan penelitian.
8. Seluruh siswa kelas XII tahun ajaran 2011/2012 yang telah menjadi subyek
penelitian, terima kasih atas kerjasamanya.
9. Keluarga besar kos Pink dan temen-temen seperjuangan, terima kasih atas
persahabatan, bantuan, semangat, dan dukungannya, semoga persaudaraan kita
bisa terus terjaga.
Kritikdan saran sangat diharapkan penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi dunia pendidikan pada umumnya dan pembaca khususnya.
Semarang, 13 Januari 2013
SARI
Umam, Khoirul.2013. Pengaruh Media Peta Rupa Bumi Dalam Pembelajaran Geografi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2012/2013, Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, Pembimbing I: Drs. Apik Budi Santoso, M. Si, Pembimbing II:Sriyanto, S.Pd, M.Pd
Kata kunci: Media, Peta Rupa Bumi, Hasil Belajar Siswa.
Media mempunyai arti yang cukup penting dalam suatu proses pembelajaran. Penjelasan yang sulit dipahami dapat menyebabkan siswa cepat merasa bosan. Guru yang baik tentu sadar bahwa kebosanan siswa tersebut biasa saja berpangkal dari penjelasan yang kurang jelas, tidak ada salahnya jika menghadirkan media sebagai alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penggunaan media peta rupa bumi dalam pembelajaran geografi siswa kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom Kecamatan Mijen Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2012/2013? (2) Bagaimana pengaruh media peta rupa bumi dalam pembelajaran geografi terhadap hasil belajar siswa kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom Kecamatan Mijen Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2012/2013?
Populasi dalam Penelitian ini adalah kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom Kecamatan Mijen Kabupaten Demak. Sempel dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom, Pemilihan kelas kontrol dan eksperimen dilakukan secara pelemparan koin diperoleh kelas eksperimen dan kontrol. Hasil pengundian terpilih kelas XII IPS 1 sebagai kelas eksperimen dan diberinama kelompok E dengan menggunakan media peta rupa bumi dan kelas XII IPS 2 sebagai kelas kontrol dan diberi nama kelompok K dengan menggunakan media konvensional. Variabel yang digunakan ada dua yaitu: (1) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan media peta rupa bumi dalam materi prinsip-prinsip dan keterampilan dasar petadan (2) Variabel terikat adalah hasil belajar siswa pada materi prinsip-prinsip dan keterampilan dasar peta yang diukur dengan tes pengetahuan (Kognitif, Afektif, Psikomotorik). Pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, tes, dan observasi. Analisis data yang digunakan adalah uji normalitas, uji kesamaan duavarians, uji perbedaan dua rata-rata, dan deskriptif persentase.
Hasil penelitian pada kelompok eksperimen pembelajaran geografi dengan menggunakan media peta rupa bumi, menunjukkan bahwa pada penggunaan media peta rupa bumi memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar geografi. Hal ini ditunjukkan oleh harga thitung untuk hasil post test
diperoleh hasil thitung = 4,92 lebih besar jika dibandingkan ttabel =
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
SARI ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Batasan Istilah ... 9
F. Sistematika Skripsi ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. LANDASAN TEORI ... 13
1. Tinjauan Pembelajaran Geografi ... 13
3. Klasifikasi dan Jenis Media Pembelajaran ... 23
4. Peta ... 29
5. Peta Rupa Bumi ... 36
6. Penggunaan Media Peta Rupa Bumi dalam Pengajaran Geografi .. 44
B. Kerangka Berfikir ... 49
C. Hipotesis ... 50
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 52
B. Populasi, Sempel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 52
C. Variabel Penelitian ... 54
D. Rancangan Penelitian ... 54
E. Metode pengumpulan Data ... 58
F. Metode analisis data ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 70
1. Gambaran Umum Objek Lokasi Penelitian ... 70
2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 72
3. Hasil Analisis Aspek Data Kognitif ... 75
4. Hasil Observasi siswa ... 77
5. Hasil Observasi Terhadap Guru ... 79
6. Data Angket Siswa ... 82
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ... 88
B. Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 90
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Desain Eksperimen ... 52
2. Kegiatan Pembelajaran Kelompok Kontrol dan Eksperimen ... 57
3. Hasil Perhitungan Validasi Butir Soal ... 60
4. Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran ... 63
5. Hasil Perhitungan Daya Pembeda ... 64
6. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Pre Test ... 66
7. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas data populasi ... 67
8. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 72
9. Hasil Analisis Perbedaan Dua rata – rata Data Post Test ... 76
10. Pengamatan Aktifitas Pembelajaran Guru ... 80
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Lokasi Sekolah SMA Islam An-Nidhom ... 71
2. Proses Belajar Kelas Experimen ... 73
3. Siswa Sedang Mengerjakan Soal Post Test ... 76
4. Grafik Nilai Kognitif Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 77
5. Analisis Hasil Belajar Psikomotorik ... 79
6. Grafik Aktifitas Pembelajaran Guru ... 81
7. Diagram Tanggapan Siswa ... 82
8. Guru Menggunakan Peta Rupa Bumi Sebagai Media Pembelajaran ... 84
Lampiran Halaman
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 91
2. Silabus ... 95
3. Instrumen Tes Hasil Belajar ... 97
4. Lembar Jawaban ... 101
5. Analisis Soal UjiCoba ... 102
6. Analisis Hasil Belajar ... 115
7. Kisi-Kisi Lembar Observasi Afektif Siswa ... 121
8. Kriteria Pensekoran Afektif Siswa ... 122
9. Daftar Nilai Afektif ... 125
10.Kisi-Kisi Lembar Observasi Psikomotorik Siswa ... 129
11.Daftar Nilai Psikomotorik ... 130
12.Nilai Tanggapan Siswa ... 132
13.Lembar Pengamatan Aktifitas Guru... 135
14.Peta Lokasi Penelitian ... 137
15.Surat Keterangan Penelitian ... 138
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU
No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Pendidikan merupakan suatu sistem yang komponen-komponen yang
saling interaksi, saling korelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan
pendidikan. Dalam arti sempit adalah proses pembelajaran di dalam kelas.
Artinya bahwa proses pembelajaran di dalam kelas juga merupakan suatu
sistem. Proses pembelajaran di dalam kelas sebagai suatu sistem mempunyai
banyak komponen antara lain: Guru, siswa, tujuan, materi pelajaran, strategi
pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi, dan lain-lain.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berjalan cukup
pesat dewasa ini menuntut proses pembelajaran mau tidak mau harus
menyesuaikan dengan perkembangan zaman.Di era globalisasi sekarang ini
banyak sekali teknologi yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran
dalam proses pembelajaran. Perpustakaan yang lengkap dengan buku-buku
pemanfaatan media pembelajaran yang lainnya, yang saat ini sedang
digalakkan yaitu berbagai macam media yang sangat cocok dengan kondisi
dan situasi saat ini.
Tersedianya media pembelajaran masih dirasakan sangat kurang baik
dalam jumlah maupun kualitasnya, sehingga tidak seimbang dengan jumlah
kelas dan jumlah siswa. Ditambah lagi penguasaan guru atas berbagai macam
media khususnya media elektronik masih sangat kurang, sehingga belum
mampu memanfaatkan media yang tersedia.
Dalam setiap proses pembelajaran masih sangat sedikit guru yang
merancang/mendesain media pembelajaran pada silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sehingga penggunaan media pembelajaran
masih terkesan seadanya. Dengan keadaan seperti itu sudah barang tentu
membawa dampak terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam proses
pembelajarannya. Oleh karena itu sosialisasi tentang penggunaan media
pembelajaran dalam proses pembelajaran masih sangat dibutuhkan.
Kondisi saat ini, masih banyak guru yang menggunakan media
pembelajaran sederhana yang kurang menarik minat siswa dalam mengikuti
pembelajaran, sehingga mengakibatkan prestasi belajar rendah. Banyak guru
yang hanya mengandalkan buku paket sebagai media pembelajarannya.
Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini,
penggunaan media pembelajaran yang baik dan sesuai sangat diharapkan
Penggunaan media pembelajaran model/benda tiruan saat ini sedang
diminati oleh para guru dan siswa. Media pembelajaran model merupakan
media tiga dimensi yang sangat menarik bagi siswa, karena mempunyai
banyak kelebihan. Media pembelajaran ini dapat menyajikan berbagai macam
bentuk model sesuai dengan benda aslinya/benda sebenarnya.
Minat belajar siswa perlu mendapat perhatian dari guru. Siswa memiliki
sifat mudah bosan terhadap suatu obyek, sehingga diperlukan sesuatu yang
bervariasi. Belajar sambil bermain dapat menumbuhkan minat siswa pada apa
yang dipelajarinya.
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan
sengaja diciptakan oleh guru guna membelajarkan siswanya. Hal itu
dapat diartikan bahwa guru yang mengajar dan siswa yang belajar.
Seperti apa yang dikatakan oleh Ali (2004:1) bahwa inti dari proses
pendidikan formal adalah mengajar, sedangkan inti proses pengajaran adalah
siswa belajar. Perpaduan dari guru yang mengajar dan siswa yang belajar
akan melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai
media perantaranya. Di sana semua komponen pengajaran diperankan
secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah direncanakan,
termasuk di dalamnya lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang
mendukung dapat diciptakan agar proses belajar ini dapat berlangsung
optimal. Proses menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa disebut
dengan pembelajaran. Hamalik (2003:48) menyimpulkan bahwa
antara guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan siswa. Jadi, dapat
diartikan bahwa pembelajaran merupakan suatu keadaan untuk
menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar yang
di dalamnya terdapat proses komunikasi. Komunikasi tersebut tidak harus
berupa pemberian materi dari guru kepada siswa saja, tetapi dapat dengan
cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran yang sudah
disiapkan.
Hamalik (2002:48) juga menyatakan bahwa guru menempati posisi
kunci dan strategis dalam menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan untuk mengarahkan agar siswa dapat mencapai tujuan
secara optimal. Oleh sebab itu, guru harus berusaha menciptakan suasana
belajar yang memungkinkan terjadinya pengalaman belajar pada diri siswa,
dengan mengerahkan segala sumber belajar dan menggunakan berbagai
strategi belajar-mengajar yang tepat. Selain itu, guru juga harus
mempunyai rencana tentang apa yang sebaiknya dilakukan untuk
menciptakan suasana belajar mengajar yang dapat mengantarkan siswa ke
tujuan yang ingin dicapai. Hal tersebut menunjukkan bahwa tugas guru
berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan
menyenangkan bagi siswa.
Bahri dan Zain (2002:136) menyatakan bahwa kehadiran media
memang mempunyai arti yang cukup penting dalam suatu proses
pembelajaran. Ketidakjelasan dalam proses pembelajaran dapat dibantu
akan disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan dengan bantuan media.
Media dapat membantu dan mewakili kurangnya ucapan guru melalui
kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat
dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, siswa lebih
mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.
Setiap materi dalam mata pelajaran memiliki tingkat kesukaran
yang berbeda-beda. Begitu pun dalam mata pelajaran Geografi,ada
beberapa materi yang memerlukan imajinasi yang kuat untuk
menggambarkan suatu peristiwa masa lalu, sehingga siswa harus
mempunyai daya imaginasi yang tinggi. Akan tetapi, tidak semua materi
dalam setiap mata pelajaran sukar untuk dicerna, sehingga memerlukan
media sebagai perantaranya. Pada satu sisi ada materi pelajaran yang
tidak memerlukan alat bantu, tapi ada juga materi pelajaran yang sangat
memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran, contohnya media peta
untuk mata pelajaran Geografi. Sudjana (2007:6) mengatakan bahwa media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik
individual maupun kelompok. Dengan demikian akan banyak membantu tugas
guru dalam kegiatan mengajar.
Penjelasan guru yang sulit dipahami dapat menyebabkan siswa cepat
merasa bosan. Guru yang baik tentu sadar bahwa kebosanan siswa
tersebut bisa saja berpangkal dari penjelasannya yang kurang jelas. Maka,
salah satu jalan keluar jika guru tidak memiliki kemampuan untuk
menghadirkan media sebagai alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.
Sadman (2008:83) media adalah perangkat lunak yang berisi pesan
(informasi) yang lazimnya disajikan dengan menggunakan peralatan. Hal ini
dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan
media dapat mempertinggi kegiatan belajar siswa dalam tenggang waktu
yang cukup lama. Jadi dapat dikatakan bahwa kegiatan belajar siswa
dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang
lebih baik daripada tanpa bantuan media.
Pada kenyataannya, penggunaan media sebagai alat bantu atau
sebagai sumber belajar memang jarang digunakan. Hal tersebut
disebabkan karena berbagai kendala yang dimiliki oleh guru untuk membuat
media dan sekolah pun tidak banyak yang dapat menyediakan media untuk
menunjang proses belajar mengajar tersebut. Maka, tidak banyak guru
yang dapat menggunakan media karena berbagai keterbatasan yang
dimilikinya, padahal penggunaan media sangat penting apalagi untuk
materi-materi yang membutuhkan perantara dalam penyampaiannya.
Macam-macam peta tentang tiap bagian dunia, seperti peta
ekonomi, penduduk, politik dan sebagainya sangat diperlukan dalam
pembelajaran geografi, sebab terdapat beberapa materi yang sangat
membutuhkan media peta sebagai alat bantu dan bahkan sebagai sumber
belajar. Seperti apa yang dikatakan oleh Bahri dan Zain (2002:138) bahwa
belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media. Jadi, Melalui
penggunaan media peta diharapkan dapat mempertinggi kualitas proses
suatu pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil
belajar siswa. Sejalan dengan Kurt Lewin yang mengembangkan teori
motivasi manusia di sekitar teori medan yang dikemukakan oleh Gestalt,
bahwa perilaku (behaviour) siswa sebagai perolehan belajar adalah fungsi
dari individu (person) dan lingkungan (environment). Jadi lingkungan
dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa. Lingkungan yang
dimaksud adalah lingkungan belajar, yang didalamnya terdapat berbagai
macam komponen pembelajaran termasuk media.
Maka, berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk
menerapkan penggunaan media peta rupa bumi dalam proses pembelajaran
Geografi dengan melakukan penelitian yang berjudul:“Pengaruh Media Peta Rupa Bumi dalam Pembelajaran Geografi terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom Kecamatan Mijen Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2012/2013”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian alasan pemilihan judul diatas, maka penulis
mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan media peta rupa bumi dalam pembelajaran
geografi siswa kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom Kecamatan Mijen
2. Bagaimana pengaruh media peta rupa bumidalam pembelajaran geografi
terhadap hasil belajar siswa kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom
Kecamatan Mijen Kabupaten Demak tahun ajaran 2012/2013?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui penggunaan media peta rupa bumi dalam pembelajaran
geografi siswa kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom Kecamatan Mijen
Kabupaten Demak tahun ajaran 2012/2013.
2. Mengetahui bagaimana pengaruh media peta rupa bumidalam
pembelajaran geografi terhadap hasil belajar siswa kelas XII IPS SMA
Islam An-Nidhom Kecamatan Mijen Kabupaten Demak tahun ajaran
2012/2013.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan atau mengembangkan wawasan baru dalam pembelajaran
geografi dan sebagai masukan atau informasi bagi guru dalam pelaksanaan
2. Manfaat praktis
1. Bagi dinas pendidikan atau lembaga terkait, hasil penelitian ini dapat
dipertimbangkan untuk menentukan kebijakan di bidang pendidikan.
2. Bagi kepala sekolah dan pengawas, hasil penelitian ini dapat
membantu meningkatkan pembinaan profesional dan supervisi kepada
para guru secara lebih efektif dan efisien.
E. Batasan Istilah
Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap istilah yang dimaksud
dengan skripsi ini maka dalam penelitian perlu diadakan penegasan istilah
sebagai berikut.
1. Pengaruh
Pengaruh yaitu suatu daya yang ada atau timbul dari sesuatu,
orang, benda dan sebagainya yang berkuasa atau yang berkuatan gaib dan
sebagainya (WJS. Poerwodarminto, 2005:664). Dalam penelitian ini yang
disebut sebagai pengaru adalah penggunaan media peta rupa bumi.
2. Media Peta Rupa Bumi
Bahri dan Zain (2002:137) menyatakan bahwa media sebagai
alat bantu dalam proses pembelajaran. Peta rupa bumi adalah gambaran
permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu
Peta rupa bumi dalam hal ini adalah alat bantu yang berupa
gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu yang
digunakan untuk media pembelajaran geografi.
3. Pembelajaran Geografi
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa dapat berubah kearah yang
lebih baik (Darsono, 2000:24).Geografi merupakan suatu ilmu yang
mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut
pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan
(Sumaatmaja, 2001:11). Jadi pembelajaran geografi adalah kegiatan yang
dilakukan guru untuk menjelaskan fenomena geosfer dengan sudut
pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.
Pembelajaran Geografi dalam peneltian ini adalah pada kompetensi
dasar prinsip – prinsip dan keteramplan dasar peta pada kelas XII IPS
SMA Islam An-Nidhom Kecamatan Mijen Kabupaten Demak tahun ajaran
2012/2013
4. Hasil Belajar Siswa
Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh
usaha pikiran (W.J.S Poerwadarminto, 2004:348). Sedangkan belajar
adalah proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan
lingkungannya (Hamalik, 2003:59).
Dalam hal ini hasil belajar yng digunakan dalam penelitan meliputi
psikomotorik. Hasil belajar efektif sendiri diperoleh dari kegiatan
observasi pada proses belajar dengan menggunakan media peta rupa bumi,
kognitif ditunjukkan oleh nilai evaluasi yang merupakan hasil belajar dari
perubahan ketrampilan belajar siswa setelah mengalami proses belajar
sedangkan psikomotorik berdasarkan hasil observasi pada proses belajar.
F. Sistematika Penulisan
1. Bagian Awal
Bagian awal skripsi terdiri dari halaman judul, halaman
pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi,
daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi
Bagian isi skripsiterdiri dari lima bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian.
Bab II Kajian Kepustakaan yang berhubungan dengan permasalahan
yang dibahas yaitu mengenai ruang lingkup media peta.
Bab III Metodologi Penelitian yang berisikan tentang jenis dan desain
penelitian, populasi dan sampel dan teknik pengambilan sampel,
bahan dan peralatan pelitian, instrument penelitian, teknik
Bab IV Hasil Penelitian merupakan pembahasan hasil-hasil penelitian
mengenai deskripsi hasil pengolahan data dan analisis hasil
penelitian berdasarkan perhitungan statistik.
Bab V Kesimpulan dan Saran merupakan interpretasi dari kajian yang
penulis lakukan berdasarkan penelitian sebagai jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Sedangkan saran merupakan
rekomendasi hasil yang didapatkan di lapangan yang bertolak
dari kekurangan yang didapat dari penelitian sehingga dapat
memberi sumbangan bagi pihak-pihak yang terkait.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir skripsi terdiri dari daftar pustakan dan lampiran-
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Pembelajaran Geografi
Pengenalan manusia dan perkembangan pemikiran manusia tentang
lingkungan menyebabkan pengertian geografi juga mengalami perubahan.
Menurut Daldjoeni, dalam Aprilia, 2005:6, geografi merupakan suatu ilmu
yang mempelajari seluk beluk permukaan bumi serta hubungan timbal
balik antara manusia dengan lingkungannya.
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan
fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan
dalam konteks keruangan. Objek studi geografi adalah geosfer yaitu
permukaan bumi yang terdiri dari atmosfer (lapisan udara), litosfer
(lapisan batuan, kulit bumi), hidrosfer (lapisan air), biosfer (lapisan
kehidupan). Persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dapat ditinjau
dari sudut pandang kewilayahan, kelingkungan dan adanya relasi
keruangan dari unsur-unsur geografi yang membentuknya (Sumaatmajda,
2001:11).
Ruang lingkup studi geografi menurut Sumaatmajda (2001:11),
adalah sebagai berikut: 1) Alam lingkungan yang menjadi sumber daya
bagi kehidupan manusia, 2) Penyebaran umat manusia dengan variasi
alamlingkungan yang memberikan variasi terhadap ciri khas
tempat-tempat di permukaan bumi, 4) Kesatuan regional yang merupakan
perpaduan darat, perairan, dan udara di atasnya.
Ruang lingkup inilah yang menjadi ciri karakteristik terhadap
pengajaran geografi. Apa saja yang akan diproses pada pengajaran
geografi, materinya akan selalu digali dari permukaan bumi pada suatu
lokasi untuk mengungkapkan corak kehidupan manusia yang bersangkutan
sebagai hasil interaksi faktor-faktor geografi pada lokasi yang
bersangkutan.
Bidang atau pokok-pokok telaah geografi menurut Daldjoeni,
dalam Aprilia, 2005:7, adalah sebagai berikut: 1) Ukuran, bentuk, dan
aneka gerakan bumi, 2) Persebaran serta posisi massa darat dan wujud
perairan, 3) Batuan, struktur dan relief berbagai permukaan bumi, 4) Air
yang ada di berbagai samudera, lautan serta seluk beluk gerakannya, 5)
Pola persebaran dunia tumbuhan dan hewan, 6) Atmosfer dengan
gejala-gejala di dalamnya serta pola-pola iklim yang terdapat di permukaan bumi,
7) Ras-ras umat manusia dan persebarannya yang berupa aneka penduduk
berdasarkan unit kenegaraan, 8) Aneka bentuk kegiatan manusia dalam
rangka menegakkan hidup perekonomiannya, 9) Bermacam-macam jenis
pemukiman manusia yang ada, 10) Ciri-ciri sosial dan budaya masyarakat
manusia, 11) Pengaturan umat manusia secara politis dan relasi antar
mereka.Sumber materi pengajaran geografi (Sumaatmaja, 2001:13 dalam
lingkungan dengan segala sumber dayanya dan gejala-gejalanya,
region-region di permukaan bumi serta buku-buku.
Fungsi pendidikan geografi menurut Fairgrieve yang dikutip oleh
Sumaatmaja, (2001:16), adalah mengembangkan kemampuan calon warga
masyarakat dan warga negara yang akan datang untuk berfikir kritis
terhadap masalah kehidupan yang terjadi di sekitarnya, dan melatih
mereka untuk cepat tanggap terhadap kondisi lingkungan serta kehidupan
di permukaan bumi pada umumnya. Lebih lanjut lagi Sumaatmaja
mengungkapkan bahwa pengajaran geografi mempunyai nilai ekstensi
yang meliputi nilai teoritis, praktis, filosofis dan ketuhanan. Dengan
demikian, dengan mempelajari geografi diharapkan dapat membina anak
didik berfikir interagatif untuk dirinya sendiri dan untuk membina
kepentingan kehidupan pada umumnya.
Pembelajaran geografi selaku sistem intruksional mengacu pada
pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu
sama lainnya untuk mencapai tujuan (Djamarah, 2002:10). Lebih lanjut
Djamarah (2002:48) menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar
termasuk di dalamnya pembelajaran geografi sebagai suatu sistem
mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran,
kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber serta evaluasi.
a. Tujuan
Dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan yang ingin dicapai adalah
mengenalkan fakta yang terjadi pada siswa.
b. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran disusun secara sistematis dan terpadu dalam proses
pembelajaran sehingga mampu bersaing diera globalisasi.
c. Kegiatan Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, terjadi interaksi antara guru dan
siswa. Siswa dituntut lebih aktif dalam proses pembelajaran sedangkan
guru hanya sebagai fasilitator dan motivator.
d. Metode
Dalam kegiatan belajar mengajar, metode yang digunakan guru
bervariasi disesuaikan oleh materi pelajaran yang diajarkan.
e. Alat/Media
Dalam kegiatan belajar mengajar, menggunakan alat untuk
mempermudah usaha dalam mencapai tujuan. Alat yang digunakan
bervariasi dengan media belajar ataupun motivasi dan perintah yang
dapat membantu siswa dalam proses belajar mengajar.
f. Sumber Pelajaran
Sumber belajar merupakan bahanmateri dalam menambah ilmu
pengetahuan. Sumber pelajaran berupa buku paket ataupun buku
Agar tujuan dapat tercapai semua komponen yang ada harus
diorganisasikan sehingga antar komponen terjadi kerjasama. Pembelajaran
akan tercapai jika ada timbal balik yang baik antara guru dan siswa.
Interaksi yang terjadi antara komponen ini digambarkan dalam bagan
sebagai berikut.
Tujuan
Guru Siswa
Gambar 1. Bagan Komponen-komponen dalam Sistem Pembelajaran (Sumber: Djamarah, 2002:48)
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa media pembelajaran
memiliki peranan yang penting dalam menunjang keberhasilan kegiatan
belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar penggunaan media yang
tepat dengan materi pembelajaran yang disampaikan juga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajarnya dapat
meningkat.
2. Media Pembelajaram
Dalam proses pembelajaran terdapat proses komunikasi yang
berlangsung dalam suatu sistem, dan di dalamnya terdapat media Strategi
model/ metode media materi
pembelajaran sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran tersebut.
Menggunakan media dalam proses pembelajaran harus didasarkan filosofi
atau alasan teoritis yang benar. Istilah media yang merupakan bentuk
jamak dari medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. AECT
mengartikan media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan
orang untuk menyalurkan pesan/informasi (1997:21). Kata segala
memberi makna bahwa yang disebut media tidak terbatas pada jenis media
yang dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan tertentu, akan tetapi
juga yang keberadaannya dapat dimanfaatkan untuk memperjelas atau
mempermudah pemahaman siswa terhadap materi atau pesan tertentu. Jadi
apapun bentuknya apabila dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
dapat disebut media.
Pengertian media memiliki multi makna, baik dilihat secara
terbatas maupun secara luas. Munculnya berbagai macam definisi
disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang, maksud, dan
tujuannya, sehinggabanyak orang membedakan pengertian media dan alat
peraga. Namun tidak sedikit yang menggunakan kedua istilah itu secara
bergantian untuk menunjuk alat atau benda yang sama (interchangeable).
Perbedaan media dengan alat peraga terletak pada fungsinya dan bukan
pada substansinya. Suatu media sebagai sumber belajar disebut alat peraga
bila hanya berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran saja, tetapi sumber
atau kegiatan pembelajaran dan ada semacam pembagian tanggung jawab
antara guru di satu sisi dan sumber lain (media) di sisi lain.
Media dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu sebagai: alat bantu
mengajar (instructional aids) dan media pembelajaran (instructional
media). Sebagai alat bantu mengajar (instructional aids), media berfungsi
untuk menyampaikan informasi atau menyajikan pesan dalam
pembelajaran yang akan disampaikan pada peserta didik. Dalam hal ini
media berfungsi untuk membantu guru dalam mengajar baik dalam bentuk
audio, visual, audio visual aids maupun dalam bentuk lainnya, sebagai
contoh antara lain: OHP/OHT, film bingkai, foto, poster, peta, grafik, flip
chart, dan sebagainya. Jadi dalam hal ini media disebut dengan istilah
teaching aids karena peranannya sebagai alat bantu pelengkap dalam
proses belajar mengajar.
Sebagai media pembelajaran (instructional media), media
mempunyai fungsi yang memungkinkan terjadinya interaksi dalam proses
belajar dari diri siswa pada waktu menggunakan media tersebut. Dalarn
hal ini pada umumnya digunakan media yang dirancang (media by design),
dalam hal merancangnya, Heinich, Molenda, dan Russell mengemukakan
suatu model yang disebut ASSURE yang terdiri dari langkah-langkah
sebagai berikut:
A : Analyze Learner Characteristics (menganalisis karakteristik orang yang belajar)
S : State Objective (menentukan tujuan)
S : Select, modify, or design materials (memilih, memodifikasi, atau merancang bahan)
R : Require Learner Response (mengetahui respons pembelajar) E : Evaluate (mengevaluasi) (Heinich at.all. (1996:71).
Setiap program pembelajaran harus direncanakan secara sistematis
dengan memusatkan perhatian kepada siswa. Program pembelajaran
direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta
diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa dengan tujuan yang akan
dicapai. Dalam perencanaan ini media yang akan dipakai dan cara
penggunaannya harus dipertimbangkan dan ditentukan dengan seksama.
Mengenai kegunaannya, secara umum media mempunyai kegunaan untuk
untuk menunjang proses pembelajaran. Adapun manfaat itu adalah sebagai
berikut:
a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang
dimiliki oleh para siswa. Pengalaman tiap-tiap siswa berbeda, dari latar
belakang kehidupan keluarga, lingkungan yang berbeda, maka anak
akan mempunyai pengalaman yang berbeda. Ini disebabkan karena
berbedanya “kesempatan untuk mengalami” yang diperoleh anak-anak,
misalnya: adanya keterbatasan tersedianya buku, bacaan-bacaan, letak
geografis, kesempatan berdarmawisata, dan lain-lain. Media
pembelajaran dapat mengatasi perbedaan-perbedaan ini jika siswa
tidak mungkin untuk dibawa ke objek yang dipelajari, maka objeklah
yang dibawa ke siswa. Jadi media pembelajaran dapat mengatasi
keterbatasan indera, ruang, dan waktu. Banyak hal yang tidak mungkin
b. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara
siswa dan lingkungannya.
c. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Persepsi yang dimiliki
masing-masing siswa akan berbeda, apabila mereka hanya mendengar
saja, belum pernah melihat sendiri bahkan pernah memegang, meraba,
dan merasakannya. Untuk itu media dapat membantu memberikan
persepsi yang sama, setelah dilakukan pengamatan yang dilakukan
oleh siswa secara bersama-sama dan diarahkan kepada hal-hal yang
penting yang dimaksudkan oleh guru.
d. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan
realistis. Sering kali sesuatu yang diterangkan oleh guru diterima
sebagai konsepsi yang berbeda oleh siswa yang berbeda pula.
Penggunaan media seperti gambar, film, objek, model, grafik, dan
lain-lain bisa memberikan konsep dasar yang benar.
e. Media membangkitkan motivasi dan rangsangan anak untuk belajar.
Pemasangan gambar-gambar dipasang pada papan tempel, pemutaran
film, mendengarkan rekaman atau radio merupakan
rangsangan-rangsangan tertentu ke arah keinginan untuk belajar.
f. Media membangkitkan keinginan dan minat guru. Dengan
menggunakan media pembelajaran, horizon pengalaman anak semakin
luas, persepsi semakin tajam, konsep-konsep dengan sendirinya
semakin lengkap. Akibatnya keinginan dan minat untuk belajar selalu
g. Media memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh dari
konkrit sampai hal yang bersifat abstrak. Sebuah film Candi
Borobudur misalnya, dapat memberikan imajinasi yang konkret
tentang wujud, ukuran, lokasi candi, dan sebagainya.
Selanjutnya perlu diketahui ada beberapa pedoman umum yang
perlu diperhatikan guru dalam penggunaan media dalam proses
pembelajaran, yaitu:
a. Tidak ada satu media yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran, karena masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan.
b. Penggunaan media harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai.
c. Penggunaan media harus mempertimbangkan kecocokan ciri media
dengan karakteristik materi pelajaranyang disajikan.
d. Penggunaan media harus disesuaikan dengan bentuk kegiatan belajar
yang akan dilaksanakn, seperti belajar secara klasikal, belajar dalam
kelompok kecil, belajar secara individual.
e. Penggunaan media harus disertai persiapan yang cukup, seperti
mengecek media yang akan dipakai, mempersiapkan serbagai
peralatan yang dibutuhkan di ruang kelas sebelum pengajaran di mulai.
f. Siswa perlu disiapkan sebelum media pembelajaran digunakan agar
mereka dapat mengarahkan perhatian pada hal-hal yang penting
g. Penggunaan media harus diusahakan agar senantiasa melibatkan
partisipasi aktif para siswa.
3. Klasifikasidan Jenis Media Pembelajaran
Dari beberapa perkembangan media muncul beberapa klasifikasi
menurut kesamaan ciri atau karakteristiknya. Ada berbagai
pengklasifikasian media yang disesuaikan menurut tujuan atau maksud
pengelompokannya. Ada banyak media pembelajaran, mulai dari yang
sangat sederhana hingga yang kompleks dan rumit, mulai dari yang hanya
menggunakan indera mata hingga perpaduan lebih dari satu indera, dari
yang murah dan tidak memerlukan listrik hingga yang mahal dan sangat
tergantung pada perangkat keras.
Perkembangan media pembelajaran mengalami revolusi empat kali
dalam dunia pendidikan. Revolusi pertama telah terjadi beberapa puluh
abad yang lalu, yaitu pada saat orang tua menyerahkan pendidikan
anak-anaknya kepada orang lain yang berprofesi sebagai guru, revolusi kedua
terjadi dengan digunakannya bahasa tulisan sebagai sarana utama
pendidikan, revolusi ketigatimbul dengan tersedianya media cetak yang
merupakan hasil ditemukannya mesin teknik percetakan, dan revolusi
keempat berlangsung dengan meluasnya penggunaan media komunikasi
elektronik.
Para ahli memiliki pandangan atau pendapat yang berbeda dalam
membuat klasifikasi atau mengelompokkan jenis media yang biasa
Schramm(1997:67), media digolongkan menjadi media rumit dan mahal
(big media), dengan media sederhana dan murah (little media). Sejalan
dengan kemajuan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran
juga mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri.
Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, Arsyad (2007:44)
mengklasifikasikan media atas empat kelompok: 1) media hasil teknologi
cetak, 2) media hasil teknologi audio-visual, 3) media hasil teknologi
berbasis komputer, dan 4) media hasil gabungan teknologi cetak dan
komputer. Selanjutnya Arsyad (2007:46) mengutip pendapat dari Seels
dan Glasgow, membagi media ke dalam dua kelompok besar, yaitu: media
tradisional dan media teknologi mutakhir. Pilihan media tradisional berupa
media visual diam tak diproyeksikan dan yang diproyeksikan, audio,
penyajian multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan, media cetak,
permainan, dan media realia. Sedangkan pilihan media teknologi mutakhir
berupa media berbasis telekomunikasi (misal teleconference) dan media
berbasis mikroprosesor (misal: permainan komputer dan hypermedia).
Adapun menurut Sadiman (2005:20) media dikelompokkan
berdasarkan ciri-ciri fisiknya atas delapan kelompok, yaitu benda
sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar diam, gambar
bergerak, rekaman suara, pengajaran terprogram, dan simulasi.
Selanjutnya Rudy Bretz seperti yang dikutip oleh Arief Sadiman,
mengidentifikasikan ciri utama media menjadi tiga unsur pokok, yaitu:
media siar (telecomunication) dan media rekam (recording), sehingga
terdapat delapan klasifikasi media, yaitu : (a) media audio visual gerak, (b)
media audio visual diam, (c) media audio semi gerak, (d) media visual
gerak, (e) media visual diam, (f) media semi gerak, (g) media audio, dan
(h) media cetak.
Dari beberapa pengelompokkan media yang dikemukakan di atas,
tampaknya bahwa hingga saat ini belum terdapat suatu kesepakatan
tentang klasifikasi (sistem taksonomi) media yang baku. Dengan kata lain,
belum ada taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala
aspeknya, terutama untuk suatu sistem instruksional (pembelajaran.
Pengelompokan media yang sudah ada pada saat ini dapat memperjelas
perbedaan tujuan penggunaan, fungsi dan kemampuannya, sehingga bisa
dijadikan pedoman dalam memilih media yang sesuai untuk suatu
pembelajaran tertentu.
Setiap jenis media pembelajaran seperti yang dipaparkan di atas
memiliki karakteristik masing-masing yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Terkait dengan penelitian ini, media yang digunakan untuk
pajangan dalam ruang kelas difokuskan pada media jenismedia visual
yang tidak diproyeksikan,yaitu antara lain:
a. Gambar Fotografik/ Gambar Diam/ Gambar Mati
Gambar fotografik termasuk pada jenis gambar diam/mati (still
pictures), misalnya misalnya gambar tentang manusia, binatang,
pelajaran yang diajarkan. Dalam pelaksanaannya, guru dapat
melibatkan para siswa untuk mencari gambar diam ini.
Gambar diam ini ada yang sifatnya tunggal ada juga yang berseri
(gambar rantai makanan, metamorfosa).
b. Media grafis
Media grafis yang dimaksud adalah suatu penyajian secara visual yang
menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan atau
simbol visual yang lain dengan maksud untuk mengikhtisarkan,
menggambarkan dan merangkum suatu ide, data atau kejadian.
Beberapa jenis media grafis yang lazim dipakai dalam proses
pembelajaran di lembaga sekolah, antara lain berupa:
1) Sketsa, merupakan gambar sederhana. Sketsa dapat langsung
dibuat di atas kertas gambar yang dipersiapkan kemudian
ditempelkan pada dinding kelas, dan dapat pula langsung digambar
pada papan tulis sambil guru menerangkan dengan menggunakan
kapur biasa, spidol.
2) Gambar, merupakan bahasa berupa bentuk yang secara umum
dapat dimengerti oleh siapa saja yang melihat. Gambar yang
dimaksud gambar karya tangan Kemampuan gambar dapat
berbicara lebih banyak daripada seribu kata sehingga dapat
memperjelas suatu masalah karena sifatnya konkrit. Kelebihan lain
dari gambar yaitu dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu,
murah dan mudah dipergunakan tanpa memerlukan peralatan
khusus.
3) Grafik adalah pemakaian lambang visual untuk menjelaskan
perkembangan sesuatu keadaan dengan menggunakan titik, garis
atau bentuk-bentuk dan diberi keterangan yang sesuai. Tujuan
penggunaan grafik yaitu untuk menjelaskan data statistik secara
visual, untuk memperlihatkan hubungan dan perbandingan,
pertumbuhan, perkembangan, perubahan secara kuantitatif dengan
jelas. Dilihat dari bentuk penampilannya dikenal beberapa jenis
grafik, yaitu grafik garis, grafik batang, grafik balok, grafik
lingkaran, dan grafik bergambar. Kelebihan grafik sebagai media
yaitu dapat memungkinkan kita mengadakan analisis, interpretasi,
dan perbandingan antara data-data yang disajikan baik dalam hal
ukuran, jumlah, pertumbuhan, dan arah. Hal ini karena penyajian
data pada grafik jelas, cepat menarik, ringkas dan logis.
4) Bagan, merupakan penyajian ide-ide atau konsep-konsep secara
visual yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan.
Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari
suatu presentasi. Dalam bagan terdapat juga media grafis yang lain
seperti gambar, diagram, kartun atau lambang-lambang verbal.
Maksud penggunaannya dalam pembelajaran ialah untuk
memperlihatkan adanya hubungan, perkembangan, atau
5) Poster merupakan media grafis perpaduan antara gambar dengan
tulisan untuk menyampaikan informasi, saran, seruan, peringatan
dan ide-ide lain. Pada poster hanya memberikan tekanan pada satu
atau dua ide pokok sehingga dapat dimengerti hanya dengan
melihat sepintas lalu.
a) Gambarnya sederhana berbentuk natural.
b) Menyajikan satu ide untuk mencapai satu tujuan pokok.
c) Tidak banyak warna.
d) Tulisan slogan/ tulisan yang efektif, ringkas, dan jelas.
Adapun fungsi poster sebagai media pendidikan yaitu sebagai
bahan untuk mengembangkan ide, sebagai peringatan, sebagai alat
membangkitkan motivasi dengan rasa estestis, sebagai alat
pendidikan preventif; contoh : cucilah tangan sebelum makan,
berdoalah sebelum belajar
6) Kartun dan karikatur. Gambaran tentang seseorang, suatu buah
pikiran atau keadaan dapat dituangkan dalam bentuk lukisan yang
lucu atau menggelikan yang biasa disebut dengan nama kartoon
atau karikatur. Dalam perkembangan dewasa ini kartun dapat
dibedakan dari karikatur dilihat dari segi visualisasinya, yaitu :
karikatur gambarnya berbentuk seri dan berwarna, lebih bersifat
menghibur sehingga selalu dipadukan dengan unsur teks dalam
tiga adegan dan hitam putih, lebih bersifat mengeritik atau
menyindir sehingga tidak menggunakan unsur teks berupa kalimat.
7) Peta datar, bentuk peta adalah penyajian visual yang merupakan
gambaran datar dari permukaan bumi atau sebagian dari padanya
dengan menggunakan titik-titik, garis-garis dan simbol visual
lainnya, sehingga dapat menggambarkan lokasi suatu tempat, luas,
jarak antar tempat, dan keadaan dalam bentuk perbandingan
dengan menggunakan skala tertentu.
Dalam penelitian ini jenis media yang digunakan dalam
pembelajaran geografi siswa kelas XII IPS SMA Islam An-Nidhom
kecamatan Mijen Kabupaten Demakadalah jenismedia visual yang tidak
diproyeksikan sebagai sumber belajar yang dihadirkan guru di dalam
kelas.
4. Peta
1. Pengertian Peta
Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar
dengan skala tertentu melalui suatu sistem proyeksi. Peta mulai ada
dan digunakan manusia sejak manusia melakukan penjelajahan dan
penelitian. Walaupun masih dalam bentuk yang sangat sederhana yaitu
dalam bentuk sketsa mengenai lokasi suatu tempat.
Pada awal abad ke 2 (87M -150M), Claudius Ptolomaeus
mengemukakan mengenai pentingnya peta. Kumpulan dari peta-peta
Ptolomaeus”. Ilmu yang membahas mengenai peta adalah kartografi.
Sedangkan orang ahli membuat peta disebut kartografer. Peta dapat
digolongkan (diklasifikasikan) menjadi tiga jenis, yaitu jenis peta
berdasarkan isinya, berdasarkan skalanya dan berdasarkan tujuannya.
Selain itu Anda juga perlu mempelajari fungsi peta.
2. Peta Berdasarkan Isinya
Berikut ini adalah penjelasan penggolongan peta berdasarkan
isinya. Berdasarkan isinya, peta dapat digolongkan menjadi dua jenis,
yaitu: peta umum dan peta khusus (tematik).
1) Peta Umum
Peta umum adalah peta yang menggambarkan permukaan
bumi secara umum. Peta umum ini memuat semua penampakan
yang terdapat di suatu daerah, baik kenampakan fisis (alam)
maupun kenampakan sosial budaya. Kenampakan fisis misalnya
sungai, gunung, laut, danau dan lainnya. Kenampakan sosial
budaya misalnya jalan raya, jalan kereta api, pemukiman kota dan
lainnya. Peta umum ada 2 jenis yaitu: peta topografi dan peta
chorografi.
Peta topografi yaitu peta yang menggambarkan bentuk
relief (tinggi rendahnya) permukaan bumi. Dalam peta topografi
digunakan garis kontur (countur line) yaitu garis yang
menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian sama.
tempat dan untuk memperkirakan tingkat kecuraman atau
kemiringan lereng. Beberapa ketentuan pada peta topografi : Makin
rapat jarak kontur yang satu dengan yang lainnya menunjukkan
daerah tersebut semakin curam. Sebaliknya semakin jarang jarak
antara kontur menunjukkan daerah tersebut semakin landai. Garis
kontur yang diberi tanda bergerigi menunjukkan depresi
(lubang/cekungan) di puncak, misalnya puncak gunung yang
berkawah. Peta topografi menggunakan skala besar, antara 1 :
50.000 sampai 1 : 100.000.
Kedua adalah Peta chorografi adalah peta yang
menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi dengan
skala yang lebih kecil antara 1 : 250.000 sampai 1 : 1.000.000 atau
lebih. Peta chorografi menggambarkan daerah yang luas, misalnya
propinsi, negara, benua bahkan dunia. Dalam peta chorografi
digambarkan semua kenampakan yang ada pada suatu wilayah di
antaranya pegunungan, gunung, sungai, danau, jalan raya, jalan
kereta api, batas wilayah, kota, garis pantai, rawa dan lain-lain.
Atlas adalah kumpulan dari peta chorografi yang dibuat dalam
berbagai tata warna.
2) Peta Khusus atau Tematik
Disebut peta khusus atau tematik karena peta tersebut hanya
menggambarkan satu atau dua kenampakan pada permukaan bumi
berdasarkan tema tertentu. Peta khusus adalah peta yang
menggambarkan kenampakan-kenampakan (fenomena geosfer)
tertentu, baik kondisi fisik maupun sosial budaya. Contoh peta
khusus/tertentu: peta curah hujan, peta kepadatan penduduk, peta
penyebaran hasil pertanian, peta penyebaran hasil tambang, chart
(peta jalur penerbangan atau pelayaran).
3. Peta Berdasarkan Skalanya
Peta tidak sama besarnya (ukurannya). Ada peta yang
berukuran besar dan ada peta yang berukuran kecil. Besar-kecilnya
peta ditentukan oleh besar-kecilnya skala yang digunakan. Skala peta
adalah perbandingan jarak antara dua titik di peta dengan jarak
sebenarnya di permukaan bumi (lapangan). Berdasarkan skalanya peta
dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu:
1) Peta kadaster/teknik adalah peta yang mempunyai skala antara 1:
100 sampai 1 : 5.000. Peta ini digunakan untuk menggambarkan
peta tanah atau peta dalam sertifikat tanah, oleh karena itu banyak
terdapat di Departemen Dalam Negeri, pada Dinas Agraria (Badan
Pertanahan Nasional).
2) Peta skala besar adalah peta yang mempunyai skala 1 : 5.000
sampai 1 : 250.000. Peta skala besar digunakan untuk
menggambarkan wilayah yang relatif sempit, misalnya peta
3) Peta skala sedang adalah peta yang mempunyai skala antara 1 :
250.000 sampai 1:500.000. Peta skala sedang digunakan untuk
menggambarkan daerah yang agak luas, misalnya peta propinsi
Jawa Tengah, peta propinsi maluku.
4) Peta skala kecil adalah peta yang mempunyai skala 1 : 500.000
sampai 1 : 1.000.000 atau lebih. Peta skala kecil digunakan untuk
menggambarkan daerah yang relatif luas, misalnya peta negara,
benua bahkan dunia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar
angka pembandingnya berarti skala peta itu makin kecil. Perhatikan
kembali peta curah hujan pada gambar 2.6. Berdasarkan isinya peta
tersebut termasuk peta tematik (khusus), tetapi berdasarkan skalanya
termasuk peta.
4. Jenis Peta Berdasarkan Tujuannya
Peta dibuat orang dengan berbagai tujuan. Berikut ini
contoh-contoh peta untuk berbagai tujuan:
1) Peta Pendidikan (Educational Map)
Contohnya : peta lokasi sekolah SLTP/SMU
2) Peta Ilmu Pengetahuan
Contohnya : peta arah angin, peta penduduk
3) Peta Informasi Umum (General Information Map)
4) Peta Turis (Tourism Map)
Contohnya : peta museum, peta rute bus
5) Peta Navigasi
Contohnya : peta penerbangan, peta pelayaran
6) Peta Aplikasi (Technical Application Map)
Contohnya : peta penggunaan tanah, peta curah hujan
7) Peta Perencanaan (Planning Map)
Contohnya : peta jalur hijau, peta perumahan, peta pertambangan.
5. Fungsi Peta
Peta sangat diperlukan oleh manusia. Dengan peta Anda dapat
mengetahui atau menentukan lokasi yang Anda cari, walaupun Anda
belum pernah mengunjungi tempat tersebut. Secara umum fungsi peta
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.
2) Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di
permukaan bumi.
3) Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua,
negara, gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya.
4) Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui
kondisi daerah yang akan diteliti.
5) Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah.
6) Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
8) Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena -
fenomena (gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.
6. Sumber dan Tahun Pembuatan Peta
Sumber memberi kepastian kepada pembaca peta, bahwa peta
tersebut bukan hasil rekaan dan dapat dipercaya. Selain sumber,
perhatikan juga tahun pembuatannya. Pembaca peta dapat mengetahui
bahwa peta itu masih cocok atau tidak untuk digunakan pada masa
sekarang atau sudah kadaluarsa karena sudah terlalu lama. Komponen
kelengkapan peta yang ada pada peta tersebut adalah:
1) Judul peta
2) Tanda orientasi
3) Skala peta
4) Inset peta (peta kecil yang terdapat dalam peta utama)
5) Garis bujur (meridian)
6) Garis lintang (paralel)
7) Garis tepi (border)
8) Sumber dan tahun pembuatan peta
9) Legenda dan proyeksi
7. Langkah–langkah Membuat Peta
Dalam pembuatan peta, ada beberapa prinsip pokok yang harus
diperhatikan. Yang dimaksud pembuatan peta dalam modul ini bukan
dalam pengertian pemetaan wilayah. Langkah-langkah prinsip pokok
1) Menentukan daerah yang akan Anda petakan.
2) Membuat peta dasar yaitu peta yang belum diberi simbol.
3) Mencari dan mengklarifikasikan (menggolongkan) data sesuai
dengan kebutuhan.
4) Membuat simbol-simbol yang mewakili data.
5) Menempatkan simbol pada peta dasar.
6) Membuat legenda (keterangan).
7) Melengkapi peta dengan tulisan secara baik dan benar.
5. PetaRupa Bumi
Nama geografis atau nama unsur rupabumi (topografi) baik dalam
ucapan dan tulisan lahir dari sejarah kebudayaan manusia sejak manusia
berhenti sebagai pengembara (nomaden). Sejak manusia mulai menetap di
suatu kawasan tertentu, manusia mulai menamai unsur-unsur rupabumi di
sekitarnya sebagai sarana komunikasi dan berkembangnya sistem acuan
dalam orientasi dan transportasi. Kini Nama unsur rupabumi tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan manusia sehari-hari. Nama unsur rupabumi
digunakan sebagai sarana komunikasi antara bangsa dan negara sejak
berkembangnya perpetaan, seperti Peta Claudios Ptolemaios (Ptolemy) di
abad ke-2 Masehi. Manusia modern tidak dapat lepas dari peta yang
memuat semua informasi unsur rupabumi untuk menunjang kegiatan
manusia seperti kegiatan perdagangan, eksplorasi, penelitian, perjalanan,
Menyadari bahwa peta-peta dari berbagai bangsa yang memuat
Nama unsur rupabumi dalam abjad masing-masing tidak efektif sebagai
sarana komunikasi, maka salah satu program dari PBB yang pertama sejak
tahun 1950-an adalah program romanisasi peta-peta non-Romawi. Selain
itu, pada tahun 1875 Kongres Geografi Internasional Kedua di Paris telah
menetapkan bahwa abjad Romawi yang sederhana sebagai abjad baku
untuk mentranskripsi Nama geografis dari abjad non-Romawi ke abjad
Romawi. Abjad Romawi sederhana adalah abjad Romawi tanpa diakritik.
Program kedua dari PBB adalah membakukan Nama unsur rupabumi
secara internasional yang bertumpu pada pembakuan nasional, baik secara
tulisan maupun ucapannya.
Indonesia sebagai negara kepulauan terdiri dari wilayah daratan dan
lautan yang meliputi kurang lebih 17.504 pulau (Depdagri, 2003). Di
pulau-pulau tersebut terdapat 726 bahasa daerah (menurut Summer
Institute of Linguistics). Keanekaragaman bahasa ini sangat berpengaruh
dalam tatacara penamaan unsur peta rupabumi yang dapat berakibat pada
ketidakseragaman penulisan unsur rupabumi di peta. Oleh karena itu, Tim
Nasional Pembakuan Nama Rupabumi yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tanggal 29 Desember
2006, mempunyai wewenang penuh untuk mengatur tatacara pembakuan
nama rupabumi. Hal ini sesuai dengan Resolusi PBB No. 4 Tahun 1967
dari The First UN Conference of Standardization on Geographical
Geographical Names Authority (lembaga nasional otoritas nama
geografis) di tiap negara anggota.Bentuk lembaga otoritas tersebut
disesuaikan dengan struktur pemerintahan setempat yang mempunyai
tugas dan fungsi pokok pembakuan nama unsur rupabumi, sebagai langkah
mendukung pembakuan nama unsur rupabumi di tataran internasional.
Unsur rupabumi umumnya dinamai oleh penduduk setempat dengan
menggunakan bahasa daerahnya yang mencerminkan bagian dari sejarah
dan kebudayaan suku bangsa yang pertama kali mendiami suatu wilayah.
Dalam penamaan unsur rupabumi biasanya mengandung elemen generik
yang dapat juga disebut sebagai nama generik dan elemen/nama spesifik.
Elemen generik dari suatu nama unsur rupabumi mencerminkan migrasi
manusia di masa lalu. Sebagai contoh, istilah wai yang artinya “sungai”
tidak hanya terdapat di Lampung saja tetapi tersebar mulai dari Pasifik
Selatan dalam bahasa Maori, Hawaii, Tonga, dan Maui sampai di
kawasan Indonesia seperti di wilayah Papua, Seram, Buru, Nusa Tenggara,
dan Lampung. Sehingga nama unsur rupabumi dalam bahasa setempat
harus dipertahankan karena merupakan bagian dari sejarah yang panjang
dari migrasi manusia di muka bumi. Selain itu elemen spesifik dari nama
unsur rupabumi juga penting karena mencerminkan legenda atau mitos
dari suku bangsa yang mendiami kawasan tersebut. Dengan demikian
tugas Tim Nasional Pembakuan Nama Unsur Rupabumi antara lain
Banyak nama unsur rupabumi di Indonesia belum memiliki nama
baik di daratan dan lautan terutama pulau-pulau. Walaupun sebagian dari
unsur rupabumi telah memiliki nama namun dalam kenyataannya di
lapangan masih beragam dan tidak baku dalam penulisan dan ucapannya.
Pada saat ini ditemukan banyak nama unsur rupabumi yang berganti
dari bahasa lokal menjadi bahasa yang tidak dikenal oleh masyarakat
setempat. Sebagai contoh, banyak digunakan bahasa asing untuk promosi,
terutama untuk nama permukiman (real estate), sehingga nama asli
desanya sudah tidak dikenal lagi. Sudah waktunya Pemerintah Indonesia
mulai membakukan dan menetapkan nama unsur rupabumi secara
nasional, yang bertumpu dari penamaan unsur rupabumi yang
dilaksanakan mulai dari tataran desa/kelurahan, sebagai bagian dari tertib
administrasi pemerintahan. Rupabumi ini dipersiapkan sebagai acuan bagi
pelaksanaan pembakuan nama unsur rupabumi di Indonesia dalam
pelaksanaan otonomi daerah. Dengan demikian semua lapisan masyarakat
termasuk semua jajaran Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah
wajib memakai nama baku unsur rupabumi secara konsisten dan taat asas
dalam semua aktivitasnya.
Tujuan pembuatan Prinsip, Kebijakan, dan Prosedur Pembakuan
Nama Rupabumi adalah untuk membantu para administrator pemerintahan
dan swasta, pembuat peta, pendidik, penyedia informasi, dan masyarakat
luas dalam menuliskan unsur nama rupabumi yang baku. Peta Rupa bumi
bumi baik berupa penutupan lahan,jalan, kontur, toponimi, batas
administrasi dan lain-lain.
Kata topografi maupun rupa bumi sebenarnya merupakan kata yang
lazim didengar oleh para geograf. Biasanya, kedua kata tersebut di sandang
dengan kata peta di depannya, sehingga menjadi peta topografi dan peta
rupa bumi. Juga, lazimnya peta rupa bumi di Indonesia di sebut sebagai peta
RBI (Rupa Bumi Indonesia). Kembali pada permasalahan awal, apakah
topografi dan rupa bumi merupakan kata yang bersinonim atau mungkin
berbeda makna. Topografi secara bahasa berasal dari kata Yunani, topos
yang berarti tempat, dan graphia yang berarti tulisan.
Menurut istilah, Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan
bumi dan objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebagainya), dan
asteroid. Dalam pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai
bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap
lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal. Topografi umumnya
menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis
lahan. Penggunaan kata topografi dimulai sejak zaman Yunani kuno dan
berlanjut hingga Romawi kuno, sebagai detail dari suatu tempat. Objek dari
topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk
pada koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan garis bujur, dan
secara vertikal yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis lahan juga termasuk
bagian dari objek studi ini. Studi topografi dilakukan dengan berbagai
kebutuhkan konstruksi sipil, pekerjaan umum, dan proyek reklamasi
membutuhkan studi topografi yang lebih detail.(Wikipedia, 2009).
Sementara, untuk istilah rupa bumi sendiri belum ditemukan definisi
yang baku baik di KBBI maupun di literature lainnya. Terkait dengan hal
ini, untuk menemukan jawaban dari pertanyaan awal, maka dapat dilakukan
analisis dengan mengetahui di mana istilah rupa bumi ini mulai muncul. Di
Indonesia, istilah rupa bumi selalu di sandangkan dengan kata peta.
Umumnya, orang lebih akrab dengan panggilan peta RBI atau Peta Rupa
Bumi Indonesia. Istilah ini muncul, mengutip tulisan dari sebuah buku
karangan Jacub Rais yang merupakan biografi tentang dirinya sendiri
dengan judul : Jacub Rais 80 Tahun, Merintis Geomatika di Indonesia:
Sementara itu, untuk membedakan dengan peta topografi, aku mengusulkan
agar bakosurtanal memakai istilah peta rupa bumi. Usulanku diterima oleh
kedua belah pihak. Istilah ini aku ambil dari Malaysia yang menyebut peta
topografi dengan sebutan peta rupa bumi dan peta geologi dengan peta kaji
bumi.
Beberapa kalimat di atas menjelaskan kepada kita bahwa seorang yang
bernama Jacub Rais-lah yang pertama kali menggunakan kalimat “rupa
bumi” di Indonesia untuk menggantikan istilah Topografi untuk menyebut
nama peta buatan Bakosurtanal. Jadi, telah jelas sekarang bahwa kata
topografi sama dengan rupa bumi, yang sebelumnya telah lama digunakan
Lalu, mungkin akan timbul pertanyaan, mengapa kedua istilah
tersebut terkesan berbeda. Kedua istilah ini terkesan berbeda dikarenakan
kata peta yang berada di depannya. Bila disandang kata peta, maka akan
tercipta kata peta topografi dan peta Rupa Bumi. Kita telah paham bahwa
rupa bumi dan topografi merupakan kata-kata yang memiliki makna yang
sama. Namun, kandungan peta topografi dan peta RBI secara substansi
berbeda walaupun secara esensi sama.
Sebelum bakosurtanal membuat peta yang kemudian dinamakan Rupa
Bumi Indonesia, telah dikenal jenis peta topografi yang dibuat oleh Dittop
AD/ Basurta ABRI, yang kemudian dinamakan LCO. Hal yang paling
mendasar yang membedakan antara keduanya tentunya dari sisi
pembuatnya. Selain itu, perbedaannya dapat dilihat dari penomorannya.
Pada peta topografi LCO, masih menggunakan dua jenis simbol, huruf dan
angka. Sementara, pada peta rupa bumi, penomorannya hanya
dilambangkan dengan angka saja.
Perbedaan dapat pula dilihat dari tampilan lay out. Namun, dari segi
isi hampir sama yang walaupun kenampakan jalan setapak, menurut buku
jacub rais 80 tahun tersebut, di jelaskan bahwa telah disepakati bahwa tidak
dicantumkan pada peta RBI namun, ketika dicetak kenampakannya masih
ada karena sudah ada dipelat cetak dan sukar dibuang. Masih banyak
perbedaan-perbedaan lainnya yang membuat orang melihat topografi dan