• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Reaktor Gasifikasi Tipe Fluidized Bed untuk Umpan Arang Sekam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang Bangun Reaktor Gasifikasi Tipe Fluidized Bed untuk Umpan Arang Sekam"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN REAKTOR GASIFIKASI TIPE

FLUIDIZED BED

UNTUK UMPAN ARANG SEKAM

INDAH LESTARI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun Reaktor Gasifikasi Tipe Fluidized Bed untuk Umpan Arang Sekam adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Indah Lestari

(3)

ABSTRAK

INDAH LESTARI. Rancang Bangun Reaktor Gasifikasi Tipe Fluidized Bed

untuk Umpan Arang Sekam. Dibimbing oleh LEOPOLD OSCAR NELWAN.

Gasifikasi tipe fluidized bed memilki efisiensi yang baik, karena luas permukaan kontak lebih besar sehingga reaksi berlangsung lebih cepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan dimensi dari reaktor, melakukan desain proses melalui simulasi menggunakan perangkat lunak Aspen Plus 23.0, dan melakukan uji kenerja. Dimensi reaktor sebagai berikut: tinggi keseluruhan 1.3 m, diameter reaktor 0.2 m, diameter lubang masukan umpan 0.54 m, tinggi pipa dalam 0.877 m, diameter pipa dalam 0.06 m, dan tinggi corong 0.287m. Dari desain proses dihasilkan senyawa sebagai berikut: 0.031 kmol jam-1 H2, 0.012

kmol jam-1 O2, 0.111 kmol jam-1 N2, S <0.001 kmol jam-1, 0.059 kmol jam-1 CO,

0.035 kmol jam-1 C, dan sangat kecil H2O dan CO2. Hasil pengujian reaktor

dengan menggunakan pasir, perubahan tekanan lebih tinggi karena densitas dari pasir tersebut, gasifikasi tidak terjadi dikarenakan oleh slagging, dan penurunan temperatur yang menyebabkan gas tidak kontinyu. Sedangkan pengujian tanpa menggunakan pasir, temperatur dari proses gasifikasi fluktuatif, dan gas yang dihasilkan tidak stabil.

Kata kunci: dimensi reaktor, fluidized bed, senyawa, simulasi Aspen Plus 23.0

ABSTRACT

INDAH LESTARI. Design of Fluidized Bed Gasifier for Rice Husk Charcoal (RHC). Supervised by LEOPOLD OSCAR NELWAN.

Fluidized bed gasifier has a good efficiency because of contact surface that make the reaction faster. The objectives of this research are to determine dimention of reactor, to simulat proses design with Aspen Plus 23.0, and to test the performance. Designed reactor dimention are overall height of reactor 1,3 m, diameter of reactor 0,2 m, diameter of feeder 0,54 m, height of inner pipe 0,877 m, diameter of inner pipe 0,06 m and height of cone 0,287 m. Component results of simulated process design are 0,031 kmol jam-1 H2, 0,012 kmol jam-1 O2, 0,111

kmol jam-1 N2, S <0.001 kmol jam-1, 0,059 kmol jam-1 CO, 0,035 kmol jam-1 C,

and little H2O and CO2. Result of performance test with sand, the pressure was

unstable because of sand’s density, gasification was interrupted by slagging and

decreased temperature caused uncontinous gas. For test without sand, the temperature was unstable and produced gas unsteady

(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

RANCANG BANGUN REAKTOR GASIFIKASI TIPE

FLUIDIZED BED

UNTUK UMPAN ARANG SEKAM

INDAH LESTARI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Rancang Bangun Reaktor Gasifikasi Tipe Fluidized Bed untuk Umpan Arang Sekam

Nama : Indah Lestari NIM : F14100067

Disetujui oleh

Dr Leopold O. Nelwan, STP, MSi Pembimbing Akademik

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, MEng Ketua Departemen

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Dengan judul penelitian Rancang Bangun Reaktor Gasifikasi Tipe Fluidized Bed untuk Umpan Arang Sekam, penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – September 2014.

Penelitian ini didanai oleh program Kerjasama Kementrian Penelitian dan Pengembangan Nasional (KKP3N) dengan nomor kontrak 54/PL.220/I.1/3/2014

K. dengan judul “Desain Sistem Pengeringan Gabah Mandiri Energi

Menggunakan Sistem Heat Pump Absorpsi dan Pengoperasian Terkendali Berenergi Gasifikasi Sekam” pada tahun 2014. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Leopold O. Nelwan, STP, MSi selaku dosen pembimbing. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan dukungan yang telah diberikan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teknisi Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian (Pak Harto) dan teknisi Laboratorium Lapang Siswadhi Supardjo (Pak Darma dan Mas Firman) yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian, juga teman – teman seperjuangan (Teknik Mesin dan Biosistem 47), serta untuk kakak – kakak yang membantu penulis dalam penyelesaian penelitian ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

DAFTAR SIMBOL ixiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Sekam Padi 3

Gasifikasi 4

Konsep Desain 12

Scrubber 13

Aspen Plus 23. 0 14

METODE PENELITIAN 16

Waktu Pelaksanaan Penelitian 16

Alat dan Bahan 16

Metode 18

HASIL DAN PEMBAHASAN 22

Simulasi Aspen Plus 23. 0 22

Dimensi Reaktor Gasifikasi 25

Pengujian Reaktor Gasifikasi 27

SIMPULAN 37

SARAN 38

DAFTAR PUSTAKA 38

(8)

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik sekam padi (Grover 1996) 3

2 Jenis – jenis unggun dan sifat hidrodinamikanya (Priambodo dan

Tricahyandaru 2008) 9

3 Aliran fluidized bed gasifier (Latif 1999) 11 4 Reaksi yang terlibat pada proses gasifikasi (Chen et al. 2000) 18

5 Kondisi operasi gasifikasi 19

6 Data kandungan proximate dan ultimate arang sekam (Husni et al.

2012) 23

7 Nilai yield 23

8 Fluidization velocity dan tinggi reaktor keseluruhan 25

9 Data hasil simulasi 26

10 Pengujian tekanan menggunakan pasir 29

11 Data pengujian tekanan tanpa menggunakan pasir 29 12 Data awal pengujian dengan menggunakan pasir 30 13 Data temperatur dan waktu selama proses pengujian dengan

menggunakan pasir 31

14 Data hasil pengujian tanpa menggunakan pasir 35 15 Data temperatur dan waktu selama proses pengujian tanpa pasir 35

DAFTAR GAMBAR

1 Morfologi sekam (Grist 1959) 4

2 Reaktor gasifikasi updraft (Priambodo dan Tricahyandaru 2008) 6 3 Reaktor gasifikasi downdraft (Priambodo dan Tricahyandaru 2008) 6 4 Reaktor gasifikasi twin-fire (Priambodo dan Tricahyandaru 2008) 7 5 Reaktor gasifikasi crossdraft (Priambodo dan Tricahyandaru 2008) 7 6 Fluidized bed gasifier (Priambodo dan Tricahyandaru 2008) 8 7 Reaktor gasifikasi entrained bed (Tricahyandaru dan Priambodo

2008) 9

8 Konfigurasi sistem circulating bed (Latif 1999) 11 9 Korelasi Zen & Weil untuk perhitungan TDH (Martinez dan Petro

2007) 13

10 Reaktor yield (Aspen Technology Inc 2005) 14

11 Reaktor equil (Aspen Technology Inc 2005) 15

12 Reaktor gibbs (Aspen Technology Inc 2005) 15

13 Skema alur penelitian 16

14 Reaktor gasifikasi 17

15 Autonic recorder 17

16 Blower 17

17 Arang sekam 17

18 Pasir 18

19 Langkah–langkah perhitungan teknik 20

20 Proses pemantikan terhadap gas 22

21 Skema flow-sheet of Aspen Plus 23. 0 25

(9)

23 Desain reaktor gasifikasi secara keseluruhan 28 24 Perubahan tekanan tanpa pasir (-◊-) dan menggunakan pasir 30

25 Nyala api besar (pengujian dengan pasir) 32

26 Nyala api kecil (pengujian dengan pasir) 32

27 Asap (pengujian dengan pasir) 33

28 Slagging dari pasir 33 29 Perubahan tinggi kolom air pada bagian bawah (H1) (-◊-) dan atas

(H2) (-o-) reaktor (menggunakan pasir) 34

30 Residu arang sekam dan abu 34

31 Nyala api besar (pengujian tanpa pasir) 36

32 Nyala api kecil (pengujian tanpa pasir) 36

33 Asap (pengujian tanpa pasir) 37

34 Perubahan tinggi kolom air pada bagian bawah (H1) (-◊-) dan atas (H2) (-o-) reaktor (tanpa menggunakan pasir) 37

DAFTAR LAMPIRAN

1

Tampilan perangkat lunak Aspen Plus 23. 0 40

2 Simulasi 41

3 Desain reaktor gasifikasi 42

4 Tahapan simulasi menggunakan Aspen Plus 23. 0 43

5 Contoh perhitungan dimensi reaktor 44

6 Contoh perhitungan dimensi reaktor 45

DAFTAR SIMBOL

1 Umf (minimum fluidization velocity (m/s)) 2 (diameter rata – rata partikel (m)) 3 densitas partikel (kg/m3)

4 (densitas udara pada temperatur dan tekanan dari gasifier (approximatetly 750o C dan 101,325 kPa))

5 g (kecepatan gravitasi (m/s2)) 6 ε (porositas partikel)

7 Ø (sphericity)

8 µ (viskositas udara pada temperatur dan tekanan dari gasifier

(approximatetly 750o C dan 101,325 kPa)) 9 Ut (terminal particle velocity (m/s))

10 H (complete fluidization height or expanded bed (m)) 11 Hmf (tinggi minimum fludisasi (m))

12 Uf (fluidization velocity during the gasification (m)) 13 Ht (overall container height (m))

14 TDH (critical height recovery particle (m)) 15 K or A (kinetic factor)

(10)

17 Ea (energi aktivasi) 18 H2 (hidrogen)

19 O2 (oksigen)

20 N2 (nitrogen)

21 S (sulfur) 22 H2O (air)

23 C (karbon)

(11)
(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan energi terbarukan sebagai alternatif sudah merupakan suatu keharusan karena cadangan minyak bumi di Indonesia semakin menitipis. Padahal jumlah penduduk meningkat terus sehingga konsumsi bahan bakar minyak terus meningkat. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, Indonesia akan mengalami krisis energi berkepanjangan. Untuk mendapatkan sumber energi terbarukan, usaha yang terus menerus dilakukan dalam rangka mengurangi emisi CO2 guna

mencegah terjadinya pemanasan global telah mendorong penggunaan energi biomasa sebagai pengganti energi bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara. Bahan bakar biomassa merupakan energi paling awal yang dimanfaatkan manusia dan dewasa ini menempati urutan keempat sebagai sumber energi yang menyediakan sekitar 14% kebutuhan energi dunia (Suprapta dan Winaya 2008).

Indonesia sebagai negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, dari sektor pertanian, perkebunan, dll, yang menghasilkan limbah. Beberapa limbah yang dihasilkan dari sektor pertanian adalah sekam, batok kelapa, serbuk gergaji, dll.

Salah satu pemanfaatan limbah biomassa sebagai sumber energi adalah melalui proses gasifikasi. Gasifikasi merupakan salah satu upaya mengkonversi batubara atau biomassa menjadi bahan bakar gas. Gas yang dihasilkan ini merupakan campuran dari gas hidrogen dan karbon monoksida. Komposisi dari gas yang dihasilkan proses gasifikasi tergantung pada bahan baku yang digunakan, temperatur operasi, pengaruh dari uap air. Pada temperatur tinggi, gas yang dihasilkan banyak mengandung karbon dioksida, sedangkan pada temperatur rendah banyak dihasilkan gas karbon monoksida. Air dalam bahan baku atau uap air yang ditambahkan ke dalam reaktor dapat meningkatkan proporsi hidrogen dalam produk gas. Bila dipergunakan air atau uap air berlebihan maka temperatur akan turun dan terbentuk lebih banyak karbon dioksida.

Untuk mengembangkan proses dekomposisi termal biomassa yang efisien dan bersih dari polutan perlu diperhatikan jenis reaktor yang digunakan, jenis biomassa, jenis pereaksi serta kondisi operasi. Secara umum proses-proses tersebut dapat digolongkan menjadi empat jenis proses gasifikasi, tergantung bagaimana bahan baku dapat dikontakkan dengan oksigen. Untuk melangsungkan gasifikasi, diperlukan suatu reaktor gasifikasi. Adapun tiga jenis reaktor gasifikasi yaitu reaktor gasifikasi fixed bed, fluidized bed, dan entrained bed.

(14)

diubah-ubah. Sedangkan kekurangan yang dimiliki dari reaktor gasifikasi tipe

fluidized bed antara lain: gas yang dihasilkan kandungan tar tinggi (> 5 mg m-3) dan tidak cocok untuk umpan yang memiliki kandungan kadar air yang tinggi.

Perumusan Masalah

Arang sekam padi merupakan hasil olahan lanjutan dari sekam padi, arang sekam dapat dimanfaatkan untuk sumber energi, yaitu melalui proses gasifikasi. Tipe reaktor gasifikasi yang dirancang bangun adalah fluidized bed, dalam proses rancang bangun diperlukan metode simulasi untuk penentuan dimensi dan desain dari reaktor tersebut. Simulasi dilakukan untuk memprediksi senyawa-senyawa yang dihasilkan dari proses gasifikasi.

Perancangan dari desain gasifikasi tipe ini mengacu pada desain dari Nelwan et al. (2014). Reaktor gasifikasi ini memiliki sudut kemiringan pada bagian bawah reaktor sekitar 45o dan pada bagian tengah terdapat pipa yang berfungsi tempat penyaluran pengeluaran gas yang dihasilkan dari proses gasifikasi, pipa ini dihubungkan dengan siklon. Pipa pada bagian tengah reaktor ini dipasangkan dalam keadaan menggantung, diatas zona oksidasi dan reduksi dari proses gasifikasi.

Dalam perancangan sebuah reaktor diperlukan simulasi menggunakan perangkat lunak Aspen Plus 23.0. Aspen Plus 23.0 adalah paket perangkat lunak simulasi untuk proses kimiawi yang bersifat kinetik dan non kinetik, dari setiap proses kinetik dan non kinetik memiliki desain model yang berbeda, yaitu untuk model proses kinetik meliputi Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR), Reaktor Plug (R. Plug), Reaktor Batch (R. Batch), sedangkan untuk model proses yang non kinetk meliputi Reaktor Yield (R. Yield), Reaktor Stoic (R. Stoic), Reaktor Equil (R. Equil), Reaktor Gibbs (R. Gibbs). Proses kinetik adalah proses reaksi yang mempertimbangkan energi aktivasi, konstanta kinetik faktor dan dimensi reaktor yang mempengaruhi hasil reaksi. Sedangkan proses non kinetik adalah reaksi yang mengabaikan energi aktivasi, konstanta kinetik faktor dan dimensi reaktor.

(15)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah

1. Menentukan dimensi yang minimum untuk laju yang terkait dari reaktor tipe

fluidized bed dan melakukan desain proses melalui simulasi menggunakan perangkat lunak Aspen Plus 23.0, dengan batasan-batasan dengan laju optimum berupa temperatur dan tekanan.

2. Mengkontruksi reaktor yang telah didesain dan melakukan uji kinerjanya.

TINJAUAN PUSTAKA

Sekam Padi

Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palena yang saling bertautan. Sel-sel sekam yang telah masak mengandung lignin dan silika dalam kosentrasi yang tinggi, untuk morfologi dari sekam dapat dilihat pada Gambar 1. Kandungan silika diperkirakan berada dalam lapisan luar sehingga permukaannya keras dan sulit menyerap air, mempertahankan kelembapan, serta memerlukan waktu yang lama untuk mendekomposisinya.

Sekam padi dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak, dan energi atau bahan bakar (Assma 2010). Sekam padi memiliki kerapatan jenis (bulk density) 125 kg m-3, dengan nilai kalor 3 300 kkal kg-1 sekam. Proses penggilingan gabah akan menghasilkan 16 - 28% sekam (Nugraha dan Setiawati 2006). Karakteristik sekam padi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik sekam padi (Grover 1996) Parameter Satuan Nilai

Bentuk Lonjong

Warna Kuning kecoklatan

(16)

Dengan komposisi kandungan kimia seperti tersebut pada Tabel 1, sekam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan diantaranya: sebagai bahan baku pada industri kimia, terutama kandungan zat kimia furfural, zat kimia furfural adalah senyawa aldehid yang memiliki struktur fural dengan rumus kimia C5H4O2.

Zat kimia furfural ini dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai industri kimia, sebagai bahan baku pada industri bahan bangunan, terutama kandungan silika (SiO2) yang dapat digunakan untuk campuran pada pembuatan semen

portland, bahan isolasi, huskboard dan campuran pada industri bata merah, sebagai sumber energi panas pada berbagai keperluan manusia, kadar selulosa yang cukup tinggi dapat memberikan pembakaran yang merata dan stabil (Nugraha dan Setiawati 2006).

Gambar 1 Morfologi sekam (Grist 1959)

Gasifikasi

Proses gasifikasi sangat bergantung pada reaksi kimia yang terjadi pada temperatur di atas 700 oC (Ferdian 2007). Dimana pada umumnya gasifikasi adalah proses pengubahan materi yang mengandung karbon misalnya batubara, minyak bumi, maupun biomassa ke dalam bentuk karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H2) dengan mereaksikan bahan baku yang digunakan pada temperatur

tinggi dengan jumlah oksigen yang diatur. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengubah unsur-unsur pokok bahan bakar yang digunakan ke dalam bentuk gas yang lebih mudah terbakar, sehingga hanya menyisakan abu dan sisa-sisa material yang tidak terbakar. Reaksi–reaksi dari proses gasifikasi sangat terkait erat dengan kadar karbon yang terdapat dalam bahan bakar tersebut. Pada setiap bahan bakar mempunyai unsur H, O, N, dan S dalam persentase yang berbeda dari setiap bahan bakar.

Produksi syngas dari biomassa melalui dekomposisi termal (gasifikasi) merupakan proses alternatif sebagai pengganti dari proses pembakaran langsung yang biasa digunakan dalam sistem pembangkitan daya. Syngas mempunyai komposisi sekitar 18 – 20% H2, 18 - 20% CO, 2 – 3% CH4, 12% CO2, 2.5% H2O

dan sisanya N2, dengan nilai kalor gas, sekitar 4700 – 5000 kJ Nm-3. Jika proses

(17)

gas-gas lain (metan, karbon dioksida, nitrogen dan ketakmurnian). Gas yang dihasilkan mempunyai kualitas yang lebih tinggi dengan nilai kalor antara 8 000 – 9 000 kJ Nm-3. Gas hasil proses gasifikasi dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar atau bahan baku kimia untuk proses pembuatan biofuel. Namun tar yang terbentuk sebagai hasil samping dari dekomposisi termal atau pirolisa bahan selulosa sangat mengganggu lingkungan. Untuk mengatasi pembentukan tar yang berlebihan tersebut berbagai upaya telah dilakukan, diantaranya penggunaan jenis reaktor downdraft, reaktor dengan unggun terfluidisasi, penggunaan katalis dan melakukan penambahan uap pada kondisi operasi. Jadi untuk mengembangkan proses dekomposisi termal biomassa yang efisien dan bersih dari polutan perlu diperhatikan jenis reaktor yang digunakan, jenis biomassa, jenis pereaksi serta kondisi operasi. Dinamika dari ketertarikan antara parameter-parameter tersebut mempunyai hubungan yang kompleks sehingga diperlukan studi simulasi sebelum dilakukan tahap perancangan alat. Proses gasifikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut antara lain:

1 Temperatur dan tekanan operasinya, 2 Gas-gas pereaksinya (reaktan), 3 Gas-gas produk

4 Pengaturan secara fisik bahan-bahan reaksi, 5 Reaksi kinetik,

6 Dan alamiah dari abu yang keluar.

Secara umum proses-proses tersebut dapat digolongkan menjadi empat zona yang terdapat dalam proses gasifikasi, yaitu pengeringan, pirolisis, oksidasi dan reduksi. Untuk melangsungkan gasifikasi, diperlukan suatu reaktor gasifikasi. Ada tiga jenis reaktor gasifikasi yaitu reaktor gasifikasi fixed bed, fluidized bed, dan

entrained bed.

Reaktor Gasifikasi Fixed Bed

Ciri khas reaktor gasifikasi ini adalah perbedaan temperatur pada berbagai tempat di dalam reaktor gasifikasi dan beroperasi pada tekanan tinggi. Temperatur maksimum yang dapat dicapai pada reaktor gasifikasi jenis ini adalah 930 – 1 430

o

C. Suhu keluaran yang dihasilkan dari reaktor gasifikasijenis ini berkisar antara 315 – 550 oC dengan residence time 1 – 2 jam. Karakteristik dari reaktor gasifikasijenis ini adalah rendahnya temperatur gasifikasi dan gas hasil gasifikasi sehingga membutuhkan oksigen yang rendah, serta menghasilkan kandungan metan yang tinggi. Reaktor gasifikasi jenis ini sangat mudah dibuat dan beroperasi, tetapi mahal untuk ukuran kapasitas yang relatif kecil. Berdasarkan aliran udara yang dipasok ke dalam kolom bahan bakar, fixed bed dibagi menjadi empat jenis yaitu reaktor gasifikasi tipe updraft, downdraft, twin-fire, dan

crossdraft.

(18)

efisiensi tinggi, untuk gambar dan zona yang terdapat pada reaktor gasifikasi

updraft dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Reaktor gasifikasi updraft (Priambodo dan Tricahyandaru 2008) Reaktor gasifikasi downdraft dirancang untuk membatasi kandungan minyak dan tar yang terbawa bersama gas produser. Pada reaktor gasifikasi

downdraft, udara dimasukkan ke dalam aliran bahan bakar padat pada bagian atas zona oksidasi. Aliran udara ini searah dengan aliran bahan bakar yang masuk ke dalam reaktor gasifikasi. Bahan bakar yang dimasukkan pada bagian atas reaktor gasifikasi. Bahan bakar tersebut akan mengalami proses pengeringan dan pirolisis akibat panas yang dihasilkan pada reaksi oksidasi. Adapun kekurangan dari reaktor gasifikasi jenis ini adalah rendahnya efisiensi keseluruhan akibat rendahnya pertukaran panas dalam sistem dan kesulitan dalam menangani kelembaban dan kadar abu yang tinggi. Sedangkan kelebihan menggunakan reaktor gasifikasi jenis ini antara lain adanya kemungkinan menghasilkan gas bebas tar sehingga masalah lingkungan yang timbulkan lebih kecil dari pada reaktor gasifikasi updraft, perolehan tar dan minyak yang dihasilkan pada reaktor gasifikasi downdraft 10% lebih sedikit terhadap perolehan tar dan minyak yang dihasilkan updraft gasifier, waktu yang dibutuhkan untuk penyalaan bahan bakar dan pengoperasian sistem pada kondisi optimal sekitar 20 – 30 menit. Waktu tersebut lebih singkat jika dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan oleh reaktor gasifikasi updraft, pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa pada reaktor gasifikasi downdraft memiliki daerah cekikan, daerah cekikan tersebut berada pada daerah combustion.

(19)

Reaktor gasifikasi twin-fire memiliki dua zona reaksi. Pada zona yang pertama terjadi proses pengeringan, karbonisasi pada temperatur rendah, dan perengkahan gas. Sedangkan pada zona kedua terjadi proses gasifikasi arang secara permanen. Temperatur gas berkisar antara 460 - 520 oC. Reaktor gasifikasi

twin-fire memproduksi gas bersih yang cukup baik. Berikut ini reaktor gasifikasi

twin-fire dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Reaktor gasifikasi twin-fire (Priambodo dan Tricahyandaru 2008) Reaktor gasifikasi crossdraft merupakan jenis reaktor gasifikasi yang khusus dirancang untuk arang. Reaktor gasifikasi ini tidak ideal, reaktor gasifikasi jenis ini memiliki beberapa kekurangan, diantaranya adalah: proses hanya ditujukan untuk arang kualitas tinggi, temperatur gas keluaran reaktor gasifikasi tinggi, CO2 yang tereduksi rendah, dan kecepatan gas tinggi. Hal ini disebabkan

oleh desain reaktor gasifikasi crossdraft yang penempatan penyimpanan abu, zona pembakaran dan pereduksiannya di tempatkan terpisah, bagian tersebut berada pada bagian bawah reaktor, hal ini dapat pada Gambar 5.

Gambar 5 Reaktor gasifikasi crossdraft (Priambodo dan Tricahyandaru 2008) Reaktor Gasifikasi Fluidized Bed

(20)

digunakan berupa padatan yang berukuran kurang dari 8 mesh (0.3 – 3 mm). Bahan baku tersebut dimasukkan pada bagian atas atau langsung pada unggun kemudian dialirkan dengan bantuan gas sehingga bergerak seperti fluida dan membentuk unggun fluidized. Pencampuran bahan bakar dan cepatnya perpindahan panas pada bahan bakar akibat fluidized menyebabkan temperatur di dalam reaktor gasifikasi seragam. Gas (campuran steam dan oksigen atau udara) yang digunakan dialirkan dari bagian bawah unggun. Laju aliran gas yang digunakan sekitar 0.3 – 0.6 m s-1. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kondisi unggun agar selalu mengalami fluidized. Sedangkan abu yang dihasilkan diambil dari bagian bawah reaktor gasifikasi dan didinginkan oleh umpan gas yang masuk. Sebelum bahan bakar dimasukkan ke dalam reaktor gasifikasi, unggun dipanaskan dengan pemanasan luar hingga mencapai temperatur sekitar 500 oC. Temperatur keluaran dari reaktor gasifikasi ini berkisar antara 700 – 900 oC.

Residen time gasifier adalah waktu yang diperlukan umpan agar umpan mengalami proses gasifikasi. Residen time gasifier jenis ini berkisar antara 5 – 50 detik dan beroperasi pada temperatur konstan, yaitu 760 – 1 040 oC. Temperatur tinggi tersebut dimaksudkan untuk mencegah terjadinya aglomerasi dan pembentukan kerak. Reaktor gasifikasi jenis ini mudah dibuat, tetapi pengoperasiannya memerlukan pengendalian yang cermat, terutama pengaturan laju aliran udara dan kebutuhan oksigen dalam proses gasifikasi.

Reaktor gasifikasi fluidized bed ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain: kemampuan memproses bahan bakar yang memiliki kandungan abu tinggi (bahan kualitas rendah), khususnya abu dengan titik lebur tinggi, kontak antara padatan dan gas sangat baik (efisien), luas permukaan lebih besar sehingga reaksi berlangsung lebih cepat, temperatur dapat dikontrol dengan perbandingan antara udara dan bahan bakar sehingga kondisi operasi mudah diubah-ubah. Sedangkan kekurangan yang dimiliki reaktor gasifikasi fluidized bed antara lain: gas yang dihasilkan kandungan tarnya tinggi (> 5 mg m-3) dan tidak cocok untuk umpan yang memiliki kadar air yang tinggi. Berikut ini gambaran fluidized bed gasifier

dapat dilihat pada Gambar 6.

(21)

mempertahankan temperatur yang merata (uniform) secara keseluruhan selama proses. Sifat dari hidrodinamika pada setiap unggun dapat dilihat pada Tabel 2. Reaktor Gasifikasi Entrained Bed

Reaktor gasifikasi entrained bed merupakan bejana horizontal yang beroperasi pada tekanan atmosfer atau sedikit lebih tinggi dari tekanan atmosferik. Pengoperasian pada tekanan tinggi menghasilkan kandungan tar dan minyak dalam gas hasil produksi sedikit atau tidak ada sama sekali. Reaktor gasifikasi jenis ini dapat dioperasikan pada temperatur rendah untuk menjaga abu agar tetap dalam keadaan padatan sehingga abu yang dihasilkan berbentuk lelehan cair. Bahan baku yang digunakan sebagai bahan bakar reaktor gasifikasi entrained bed

harus berukuran sangat kecil (0.1 mm) dan homogen. Bahan bakar tersebut dimasukkan ke dalam gasifikasi bersama dengan media penggasifikasi (oksigen dan steam) dengan kondisi tertentu sehingga terbentuk partikel-partikel, untuk gambar entrained bed dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Reaktor gasifikasi entrained bed (Priambodo dan Tricahyandaru 2008) Tabel 2 Jenis – jenis unggun dan sifat hidrodinamikanya (Priambodo dan

Tricahyandaru 2008)

Sifat Packed bed Fluidized

bed

Fast bed Pneumatic transport

(22)

Tabel 2 Jenis – jenis unggun dan sifat hidrodinamikanya Priambodo dan Tricahyandaru 2008) (lanjutan)

Sifat Packed bed Fluidized

bed

Plug flow Dua fasa Plug flow

tersebar

(-): Tidak terjadi pencampuran antara padatan-padatan

Circulating Fluidized Bed

Desain circulating fluidized bed berdasarkan prinsip bahwa char yang diproduksi dari circulating gasifier yang akan dibakar terpisah didalam reaktor yang akan menghasilkan panas yang dibutuhkan dalam proses gasifikasi, hal ini dapat dilihat pada Gambar 8.

(23)

Gambar 8 Konfigurasi sistem circulating bed (Latif 1999)

Komposisi biomassa mempengaruhi proses fluidisasi yang terjadi di dalam reaktor. Pada umumnya kandungan yang terdapat pada abu kering adalah 51% karbon, 6% hidrogen, 43% oksigen dan kelembaban sekitar 20% dari berat total. Adapun tabel aliran dari fluidized bed gasifier dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3 Aliran fluidized bed gasifier (Latif 1999)

Gasifier

Stream Biomassa Steam Produk gas Arang

Komposisi 280 kg C 27 kg H2 82 kg C

33 kg H 33 kg CH4

236 kg O 146 kg CO

301 kg CO2

27 kg Tar 137 kg H2O (l) 303 kg H2O (g) 378 kg H2O

Mass flow (kg jam-1)

686 303 912 82

Temperatur (oC)

25 750 828 800

Combustor

Stream Udara Gas buang Bed material

Komposisi 340 kg O2 1 017 kg CO2 Pasir

1 190 kg N2 44 kg O2

1 109 kg H2O

Mass flow (kg jam-1)

1 530 2 360 12 000

Temperatur (oC)

(24)

Konsep Desain

Secara umum terdapat 3 bagian utama perangkat gasifikasi, yaitu reaktor, unit permurnian gas, dan pemanfaatan gas (Kjellstrom 1985). Menurut La Puppung (1987) reaktor adalah silinder tempat pembakaran umpan yang biasanya bediri tegak.

Dalam konsep desain yang perlu diperhatikan waktu pencampuran bahan bakar dan udara dalam reaktor merupakan faktor penting dalam perancangan sistem sehingga jumlah gas yang terbentuk maksimal dengan jumlah tar atau by product yang minimal. Reaktor terbentuk selinder dengan open top re-burn dan unggun yang terfluidisasi merupakan reaktor yang telah teruji meminimalkan pembentukan tar. Neraca massa dan energi dari suatu sistem dekomposisi termal biomassa dapat ditentukan dari analisis komponen bahan bakar dan produk. Perbandingan jumlah udara yang digunakan adalah 2.79 berat. Dengan adanya uap air jumlah tar dan residu berkurang drastis sehingga masalah lingkungan dapat dipecahkan. Kondisi optimum dari reaksi dekomposisi termal akan ditentukan dalam desain eksperimen.

Penentuan Dimensi Reaktor

Menurut Martinez dan Petro (2007) dalam penentuan reaksi dimensi reaktor, digunakan rumus-rumus fluidized bed yang sudah dikembangkan oleh peneliti-peneliti lain. Parameter yang perlu dicari adalah:

 Kecepatan fluidisasi minimum

 Kecepatan terminal partikel

 Kecepatan fluidisasi saat gasifikasi

 Tinggi reaktor keseluruhan

Kecepatan fluidisasi adalah fungsi dari densitas dan porositas dari unggun partikel. Kecepatan fluidisasi minimum diperlukan untuk mengatasi kehilangan tekanan karena gravitasi pada unggun saat fluidisasi dimulai. Kehilangan tekanan tidak lagi berubah secara signifikan apabila unggun telah terfluidisasi sempurna melewati ketinggian tertentu dari reaktor. Kecepatan fluidisasi minimum (minimum fluidization velocity), Umf, ditentukan oleh kecepatan terendah superfisial dari gas yang mengalir melalui unggun. Masing-masing Umf dihitung untuk unggun pasir dan unggun biomassa dengan menggunakan Persamaan 1, sedangkan kecepatan terminal partikel dapat dilihat pada Persamaan 2.

(25)

Untuk bubbling fluidized bed digunakan batasan berikut, dapat dilihat pada Persamaan 4:

1

.2 <

< 1.4

...(4)

Tinggi reaktor (Ht) keseluruhan dihitung menurut Persamaan 5 berikut ini:

H

t

= TDH + H

...(5) TDH atau threshold disengaging height merupakan korelasi grafis yang dibuat oleh Zens dan Weil pada tahun 2007 ditunjukkan dalam Gambar 9.

Gambar 9 Korelasi Zen & Weil untuk perhitungan TDH (Martinez dan Petro 2007)

Scrubber

Gas yang dihasilkan dari proses gasifikasi atau syngas masih mengandung partikel padatan, kotoran anorganik (halida, alkali, senyawa belereng, dan nitrogen), dan kotoran organik (tar, aromatik, karbon dioksida).

Pada temperatur tinggi, reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah hidrogen sehingga gas yang dihasilkan akan mengandung gas hidrogen yang sangat tinggi. Sedangkan abu yang dihasilkan dari gasifikasi akan tertinggal di

gasifier sebagai (slag). Namun pada temperatur rendah abu yang dihasilkan akan terbawa dengan syngas sebagai abu kering.

(26)

scrubber adalah sama yaitu membersihkan gas dari unsur-unsur seperti senyawa-senyawa sulfur, dll.

Aspen Plus 23. 0

Aspen Plus adalah perangkat lunak yang digunakan untuk memodelkan dari suatu reaksi kimia dalam reaktor. Di dalam Aspen Plus terdapat dua jenis yaitu reaktor non kinetik dan kinetik. Untuk reaktor non kinetik terbagi dua tipe yaitu non kinetik balance dan non kinetik equilibrium. Pada reaktor non kinetik balance

terdiri dari Reaktor Yield (R. Yield), dan Reaktor Stoic (R. Stoic). Sedangkan untuk non kinetik equilibrium terdiri dari Reaktor Equil (R. Equil), dan Reaktor Gibbs (R. Gibbs). Untuk reaktor kinetik terdiri Continuous Stirred Tank Reactor

(CSTR), Reaktor Plug (R. Plug), Reaktor Batch (R. Batch) (Aspen Tech 2005). R. Yield , reaktor ini dapat melakukan perhitungan neraca massa dan energi berdasarkan nilai yield yang diberikan. Dan reaktor ini juga dapat mensimulasikan unit arus yang masuk tanpa diketahui secara pasti, tetapi diketahui komponen hasilnya. Serta dapat menspesifikasikan produk yield, dimana reaktor ini tidak memerlukan molar balance, atom balance, dan stoikiometri. Berikut ini gambar reaktor yield dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Reaktor R. Yield (Aspen Technology Inc 2005)

R. Stoic, reaktor ini dapat menghitung semua komponen keluaran reaktor, neraca energi dan suhu keluaran reaktor serta kecepatan transfer panas. Reaktor ini dapat mengkonversi suatu senyawa dengan hanya diketahui satu reaktan. Dalam satu stream dapat dikombinasikan dengan beberapa stream mass dan

stream heat.

(27)

Gambar 11 Reaktor R.Equil (Aspen Technology Inc 2005)

R. Gibbs, pada reaktor ini tidak memerlukan jenis reaksi yang terjadi, dan menspesifikasikan stoikiometri. Biasanya reaktor ini digunakan untuk mengeksplorasi kemungkinan termodinamika yang terjadi di dalam reaktor tersebut. Pada reaktor ini bisa memilih kesetimbangan yang diperhitungkan, reaktor ini juga dapat mempertimbangkan kesetimbangan fase dan kimia secara simultan dengan menentukkan energi bebas gibbs dan phasesplitting. Berikut ini gambar reaktor gibbs dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Reaktor R. Gibbs (Aspen Technology Inc 2005)

(28)

METODE PENELITIAN

Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama bulan April-Agustus 2014 yang dilaksanakan di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Untuk skema alur pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Skema alur penelitian

Alat dan Bahan

Proses Perancangan

1. Simulasi : alat yang digunakan adalah perangkat komputer dan perangkat lunak kimia yaitu Aspen Plus 23.0 dapat dilihat pada Lampiran 1, pemilihan perangkat lunak Aspen Plus dikarenakan perangkat lunak ini lebih simpel bila dibandingkan dengan perangkat lunak kimia lainnya seperti CAM CAD. Sedangkan untuk bahan yang digunakan adalah karakteristik dari arang sekam padi yaitu ultimate dan proximate.

(29)

Proses Manufaktur

Alat yang digunakan adalah gerinda potong, las listrik, palu, gergaji besi, mesin bubut, bor meja, bor tangan, mata bor 4 mm dan ayakan mess 1 mm, 0.5 mm dan 0.42 mm. Sedangkan bahan yang digunakan adalah plat besi dengan ketebalan 0.3 mm dan 0.5 mm, elektroda, pipa besi berdiamater 0.3 mm, 0.5 mm, pipa elbow, double nepel, plok sok, dan katup kran udara.

Pengujian Reaktor Gasifikasi

Alat yang digunakan adalah reaktor gasifikasi tipe fluidized bed dapat dilihat pada Gambar 14, termokopel kawat tipe CA, Autonic recorder dapat dilihat pada Gambar 15, timbangan digital dan blower tipe RB-400A dengan merk ring blower dapat dilihat pada Gambar 16, serta anemometer dan gelas ukur. Bahan yang digunakan adalah arang sekam padi dapat dilihat pada Gambar 17, dan pasir dapat dilihat Gambar 18.

Gambar 14 Reaktor gasifikasi

Gambar 15 Autonic recorder

Gambar 16 Blower

(30)

Gambar 18 Pasir Metode

Proses Perancangan 1. Simulasi Aspen Plus 23.0

Simulasi digunakan untuk memodelkan proses gasifikasi yang terjadi di dalam reaktor, yang berfungsi untuk memprediksi suatu reaksi dalam kinerja yang melibatkan proses penguraian komposisi dari bahan yang bersifat non conventional menjadi conventional, selain itu dengan menggunakan Aspen Plus 23.0 dapat menentukan feeding rate dari bahan yang akan digunakan serta dapat menentukan volume dari reaksi yang terjadi sehingga dapat menghasilkan

component mole flow dari setiap gas yang dihasilkan. 1. Reaksi Gasifikasi

Dalam proses gasifikasi dengan tipe reaktor fluidized bed terjadi beberapa reaksi kimia yang bersifat heterogen. Setiap reaksi kimia yang bersifat heterogen mempunyai nilai kinetik, yang meliputi Energi aktivasi (Ea) dan Pre-exponential

(A). Nilai Ea dan A dari setiap reaksi kimia tersebut menjadi batasan dalam proses simulasi menggunakan perangkat lunak Aspen Plus 23.0. Adapun reaksi yang terlibat dalam proses gasifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Reaksi yang terlibat pada proses gasifikasi (Chen et al. 2000)

No. Reaksi A Ea(J kmol-1)

Untuk proses gasifikasi secara keseluruhan ada beberapa fase yang perlu dipertimbangkan dalam simulasi menggunakan perangkat lunak Aspen Plus 23.0, adapun proses–proses yang terjadi meliputi proses biomass decomposition, volatile reactions, char gasification, dan gas-solidseparation. Fase–fase tersebut terjadi dalam beberapa blok reaktor, yaitu antara lain blok R. Yield, Separator, R.Gibbs, Mixer, dan R. CSTR. Adapun simulation flow-sheet dapat dilihat pada

(31)

Lampiran 2. Untuk kondisi operasi yang terjadi dalam proses gasifikasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Kondisi operasi gasifikasi Biomasa R.Yield tidak diperlukan stoikiometri dari setiap reaksi, dan dapat melakukan perhitungan neraca massa dan energi berdasarkan yield yang diberikan serta dapat mensimulasikan unit yang arus (stream) masuk tak diketahui secara pasti tetapi diketahui komponen hasilnya. Untuk komposisi proximate dan ultimate

dari sekam dapat dilihat pada Tabel 6. b. Reaksi Volatil

Reaksi volatil terjadi pada R. Gibbs, dimana terjadi pemisahan antara volatil dan padatan. R. Gibbs digunakan untuk fase yang mudah menguap, pada R. Gibbs ini tidak perlu diketahui stoikiometrinya, yang perlu diketahui adalah temperatur dan tekanan pada reaktor tersebut. Pada R. Gibbs ini karbon terdiri dari dua jenis yaitu karbon fase gas dan karbon padatan.

c. Gasifikasi

Proses gasifikasi terjadi dalam dalam R. CSTR. Di R. CSTR mengasumsikan pencampuran yang sempurna. Dimana reaksi kinetik dan kesetimbangan dari proses reaksi gasifikasi diperlukan.

d. Pencampuran

(32)

e. Pemisahan

Pemisahan antara padatan dan gas yang dihasilkan dilakukan di dalam separator. Sehingga padatan yang tersisa dari proses R. Yield akan direaksi kan kembali kedalam R. Gibbs. Sedangkan gas yang dihasilkan dari R. Yield akan dicampur kedalam mixer.

2. Perhitungan Dimensi Reaktor

ada 3 parameter yang digunakan untuk perhitungan dimensi reaktor yaitu antara lain kecepatan fluidisasi minimum, kecepatan terminal partikel dan kecepatan fluidisasi saat proses gasifikasi. Diameter partikel dari sekam dan pasir dapat mempengaruhi ketiga parameter tersebut. Persamaan yang digunakan untuk perhitungan ketiga parameter tersebut dapat dilihat pada Persamaan 1, 2, 3, dan 5. Adapun langkah - langkah perhitungan dari gasifier

dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19 Langkah–langkah perhitungan teknik Proses Manufaktur

1. Plat dengan ketebalan 0.3 mm dipotong sepanjang 35 cm, kemudian dibuat menjadi tabung dengan bagian atas dan bawah dari tabung tersebut terbuka, dengan diameter 20 cm. Sedangkan untuk plat besi dengan ketebalan 0.5 mm dipotong berbentuk lingkaran dengan diameter luar 25 cm dan diameter dalam 0.03 cm, dan pada bagian sisi terdapat 16 lubang baut dengan ukuran 4 mm.

Menghitung tinggi keseluruhan dari gasifier

Persamaan (5)

Menentukan fluidization velocity

Persamaan (3)

Menentukan terminal velocity of the particle

Persamaan (2)

Menentukan minimum fluidization velocity

(33)

2. Plat dengan ketebalan 0.3 mm dipotong sepanjang 28.7 cm, dibuat kerucut dipotong sepanjang 19 cm sebanyak 2 bagian.

4. Las bagian tabung dengan bagian kerucut dengan menyatukan bagian atas yang terbuka dari tabung dengan bagian atas dari kerucut menggunakan las listrik. 5. Sambungkan dengan menggunakan las listrik bagian pipa sepanjang 10 cm

berdiameter 0.54 cm dengan bagian tabung dan kerucut yang telah dilas terlebih dahulu. Pada bagian bawah pipa disambungkan dengan menggunakan pipa elbow dan plok sok kemudian disambungkan dengan pipa yang berdiameter 6 cm dengan panjang 50.7 cm yang telah disambungkan dengan 2 buah pipa besi berdiameter 3.18 cm yang telah terdapat katup kran udara. 6. Sambungkan dengan las pipa besi yang berdiameter 0.12 cm sepanjang 19 cm

dibagian bawah kerucut dan bagian atas tabung, serta sambungkan pipa besi sepanjang 10 cm dengan diameter 0.54 cm pada bagian atas dari tabung tersebut.

7. Pipa besi sepanjang 87.7 cm disambungkan dengan pipa elbow dengan pipa berdiameter 6 cm dengan double nepel kemudian sambungkan kembali dengan pipa berdiameter 3. 18 cm yang tersambung dengan siklon. Untuk keseluruhan dari desain reaktor dapat dilihat pada Gambar 23.

Produser Pengujian Reaktor Gasifikasi

Percobaan dilakukan dengan menggunakan reaktor fluidized bed. Dalam percobaan pengujian reaktor menggunakan dua perlakuan pengujian yaitu menggunakan pasir dan tanpa pasir. Adapun langkah – langkah percobaan sebagai berikut:

A.Pengujian dengan menggunakan pasir :

1. Pasir yang akan digunakan terlebih dahulu dicuci, kemudian setelah dicuci dijemur hingga pasir kering. Pasir yang telah kering kemudian diayak menggunakan 3 ayakan mess yaitu yang berukuran 1 mm, 0.5 mm dan 0.42 mm. Ukuran pasir yang digunakan antara 0.43 – 0.5 mm dengan berat pasir 0.5 kg. Kemudian arang sekam ditimbang seberat 0.3 kg.

2. Pasir dengan berat 0.5 kg dan arang sekam dengan berat 0.3 kg dimasukkan ke dalam reaktor melalui bagian atas, dengan kondisi bagian penutup reaktor dibiarkan terbuka, kemudian udara dari blower diatur melalui kran, dan lubang pipa dari blower ditutup ¾ sehingga yang terbuka hanya 1/4 hingga terjadi fluidisasi, hal ini dilakukan bertujuan mengetahui tinggi dari fluidisasi dan agar tercampur rata antar pasir dan arang sekam

(34)

terpasang, arang sekam sisanya dengan berat 0.9 kg dimasukkan dari bagian samping.

B.Pengujian tanpa menggunakan pasir :

1. Arang sekam ditimbang seberat 1.2 kg, kemudian dipisahkan menjadi dua yaitu 0.3 kg dan 0.9 kg, arang sekam dengan berat 0.3 kg dimasukkan ke dalam reaktor melalui bagian atas.

2. Laju udara dari blower diatur melalui kran hingga terjadi proses fluidisasi. Setelah terjadi proses fluidisasi. Komponen lainnya seperti siklon dipasang. Sisa arang sekam seberat 0.9 kg dimasukkan melalui bagian samping reaktor.

C.Pengujian temperatur dan tekanan :

1. Suhu dari gasifikasi diukur menggunakan termocouple batang dan kawat. Titik pengukuran suhu dari proses gasifikasi yaitu pada zona oksidasi dan bagian luar reaktor. Kemudian pada proses gasifikasi laju aliran udara diukur menggunakan anemometer serta tekanan menggunakan manometer. 2. Untuk memastikan gas yang dihasilkan dari siklon berupa gas mampu bakar

maka dilakukan pemantikan terhadap gas yang dihasilkan dari proses gasifikasi, dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20 Proses pemantikan terhadap gas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Simulasi Aspen Plus 23. 0

Proximate dan Ultimate

(35)

Tabel 6 Data kandungan proximate dan ultimate arang sekam (Husni et al. 2012)

Proximate analysis

(dry basis, %) Ultimate analysis (dry basis, %) Ash Moisture N C S H O

78.8 7.1 0 77.9 0.3 3.5 18.3

Reaksi Heterogen

Reaksi kimia yang terjadi didalam proses gasifikasi dalam simulasi melibatkan reaksi yang bersifat heterogen. Adapun reaksi heterogen tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Reaksi kimia yang bersifat heterogen ini akan terjadi didalam R. CSTR, dan memerlukan nilai energi aktivasi. Nilai energi aktivasi dari setiap reaksi heterogen digunakan pada pada persamaan kinetic factor. Pada umumnya di R.CSTR tipe reaksi yang digunakan adalah power law kinetic expression, dimana

power law kinetic expression ini sangat bergantung pada besaran kinetic factornya. Adapun persamaan kinetic factor dapat dilihat pada Persamaan 6.



Dalam simulasi nilai yield sangat mempengaruhi hasil penguraian yang akan terbentuk dari setiap senyawa. Nilai yield dipengaruhi oleh kadar iar, komposisi senyawa, dan feed dari sekam tersebut. Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai yield dapat dilihat pada Persamaan 7, sedangkan untuk hasil perhitungan nilai yielddapat dilihat Pada Tabel 7.

moisture

a feed

(36)

a R.Yield, temperatur yang digunakan untuk proses penguraian adalah 350 oC b R.Gibbs, temperatur yang digunakan untuk pemisahan antra yang volatil dan

padatan, umunya pada suhu 700 oC.

c R.CSTR, pada R.CSTR reaksi kimia yang terjadi akan mempengaruhi setiap senyawa akhir yang terbentuk. Pada umunya temperatur yang digunakan pada proses kinetik tersebut adalah 1500 oC dengan volume pada reaktor tersebut adalah 2 liter.

d Separator, separator memisahkan antara padatan dan volatil material. Di separator tidak diberikan pengkodisian seperti temperatur dan tekanan.

e Mixer, tempat terjadinya pencampuran antara udara dan volatil yang kemudian akan terjadi proses selanjutnya di R.Gibbs, di dalam mixer tidak diberikan temperatur.

Hasil Simulasi

Dari hasil simulasi didapatkan perbandingan antara H2 : CO, hampir

mendekati 1:1, hal ini dikarenakan oleh kadar air dari bahan yang digunakan, apabila bahan memiliki kadar air yang tinggi maka gas H2 akan lebih dominan.

Nilai kadar air yang optimal sangat dibutuhkan dalam proses gasifikasi. Adapun akibat yang akan timbul apabila menggunakan umpan yang memiliki kadar air yang tinggi, yaitu gas yang dihasilkan akan terlalu basah. Sedangkan apabila menggunakan bahan yang memiliki kadar air yang rendah akan menyebabkan reaksi arang tidak berlangsung semestinya sehingga efisiensi dari proses gasifikasi menjadi rendah.

Disamping itu tekanan dan temperatur mempengaruhi senyawa–senyawa yang terbentuk, dimana pada umumnya terbentuknya H2 dan CO pada temperatur

diatas 700 oC. Disamping tidak hanya terbentuk H2 dan CO, ada senyawa lain

yaitu N2. Dari simulasi diketahui bahwa senyawa karbon masih bersisa, tidak

semua kandungan karbon dalam sekam dapat terurai menjadi gas, nilai karbon yang tidak terurai sebesar 0.035 kmol jam-1, untuk senyawa H2O dan CO2

mengalami sangat kecil, yang berarti terdapat senyawa tersebut namun jumlah dari senyawa tersebut sangatlah kecil, hal ini dikarenakan H2O dan CO2 bereaksi

dengan karbon. Sedangkan untuk senyawa yang tidak beraksi seperti N2 tidak

mengalami perubahan atau peningkatan secara signifikan, adapun jumlah dari senyawa N2 tersebut adalah 0.111 kmol jam-1.

Nilai senyawa–senyawa yang terbentuk dari hasil gasifikasi, akan meningkatkan aliran massa akhir menjadi dua kali lipatnya dari jumlah aliran massa awalnya. Aliran massa akhir yang meningkat tidak berupa padatan, akan tetapi berupa gas mampu bakar. Dari hasil simulasi didapatkan nilai dari setiap senyawa yang keluar dari R. CSTR berbeda-beda yaitu: 0.031 kmol jam-1 H2,

0.012 kmol jam-1 O2, 0.111 kmol jam-1 N2, <0.001 kmol jam-1 S, H2O sangat kecil,

0.059 kmol jam-1 CO, 0.035 kmol jam-1 C, dan CO2 sangat kecil, sedangkan laju

(37)

Gambar 21 Skema flow-sheet of Aspen Plus 23. 0

Dimensi Reaktor Gasifikasi

Diameter dari pasir dan sekam mempengaruhi perhitungan dari dimensi reaktor. Semakin besar diameter dari pasir dan sekam maka akan mempengaruhi tinggi reaktor secara keseluruhan, sedangkan untuk tebal dinding reaktor yang digunakan adalah 0.3 mm. Tinggi keseluruhan reaktor dapat dilihat pada Tabel 8. Dimensi reaktor menunjukkan kapasitas reaktor. Kapasitas reaktor merupakan salah satu parameter terpenting yang dipilih pada saat merancang reaktor tipe

fluidized bed, tinggi reaktor tergantung pada kecepatan fluidisasi, untuk kapasitas reaktor tersebut adalah 12 liter.

Tabel 8 Fluidization velocity dan tinggi reaktor keseluruhan

Parameter Material Nilai

Fluidization velocity (m s-1)

Sekam 0.33

Pasir 0.34

Nilai Uf yang dipilih 0.34

(38)

26

Tabel 9 Data hasil simulasi

Stream Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8

Dari R. Yield Separator Separator R. Gibbs Mixer R. CSTR

Ke R. Yield Separator Mixer R. Gibbs Mixer Mixer R. CSTR

Semua substream

Laju alir masa kg jam-1 1.56 0.15 1.41 1.41 4.06 5.62 5.62

Laju alir entalpi W 16 397.29 2 155.76 14 241.58 11 610.81 5.70 13 691.19 8 384.37

Campuran subtream

Fase Padat Campuran Cairan Campuran Gas Gas Campuran Gas

Hasil (laju alir mol) kmol jam-1

H2 0 0.025 0 0.025 0.031 0 0.031 0.031

O2 0 0.008 0 0.008 Trace 0.030 0.030 0.012

N2 0 0 0 0 0 0.111 0.111 0.111

S 0 < 0.001 0 <0.001 <0.001 0 <0.001 <0.001

H2O 0 0.006 0 0.006 Trace 0 Trace Trace

C 0 0.094 0.012 0.082 0.059 0 0.071 0.035

CO 0 0 0 0 0.023 0 0.023 0.059

CO2 0 0 0 0 Trace 0 Trace Trace

Laju alir volume L jam-1 2 018.54 0.05 2 019.20 9 039.55 3 500.00 18 893.44 36 099.30

(39)

Reaktor diinsulasi menggunakan ceramic wool. Unit untuk pembersihan gas yang dihasilkan yang digunakan adalah siklon. Siklon adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan abu dari sisa proses gasifikasi. Siklon biasanya dihubungkan dengan reaktor, sehingga gas yang dihasilkan dari proses gasifikasi akan keluar dari siklon. Siklon juga merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan antara abu dan gas yang menggunakan prinsip gaya–gaya sentrifugal.

Menurut Kaupp (1985). Pola aliran gas di dalam siklon terdiri dari dua aliran spiral. Di sebelah luar, aliran spiral turun ke bawah ke arah kolektor abu. Sedangkan di sebelah dalam, aliran spiral bergerak ke atas ke arah pipa keluar. Pada Gambar 22 menunjukkan pola aliran gas dari siklon. Untuk contoh perhitungan dari dimensi reaktor dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5.

Gambar 22 Pola aliran dalam siklon aliran balik (Stassen 1985)

Pengujian Reaktor Gasifikasi

Pada gasifier tipe fluidized bed komposisi gas yang dihasilkan dari proses gasifikasi tergantung pada jumlah reaksi dan kejadian–kejadian yang menyertainya, selain itu kualitas dan kuantitas gas dipengaruhi laju aliran udara, densitas umpan, dimensi umpan, kadar air umpan, dimensi reaktor, kecepatan aliran udara. Proses gasifikasi merupakan proses yang melibatkan reaksi kimia. Terdapat empat proses utama dalam proses gasifikasi yaiu pengeringan, pirolisis cepat, oksidasi dan reduksi.

Perubahan Tekanan

(40)

Adapun gambar desain dari reaktor keseluruhan (cm) dapat dilihat pada Gambar 23.

(41)

Pada Tabel 10 dan 11 serta Gambar 24, didapatkan perubahan tekanan menggunakan pasir lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanpa menggunakan pasir, hal ini dikarenakan densitas dari pasir jauh lebih besar dibandingkan dengan densitas dari arang sekam. Peningkatan perubahan tekanan yang terjadi akan meningkatkan nilai kecepatan keluar gas hasil proses gasifikasi. Sehingga peningkatan tekanan (∆P) menggunakan pasir lebih tinggi bila dibandingkan perubahan tekanan (∆P) pada arang sekam.

Tabel 10 Pengujian tekanan menggunakan pasir

No h1

Tinggi kolom air pada bagian bawah reaktor.; b Tinggi kolom air pada bagian atas reaktor

Tabel 11 Data pengujian tekanan tanpa menggunakan pasir No h1

(42)

Gambar 24 Perubahan tekanan tanpa pasir (-

-) dan menggunakan pasir (-o-) terhadap debit udara

Pengujian dengan Pasir

Pada percobaan menggunakan pasir, jenis pasir yang digunakan adalah pasir silika, yang berukuran 0.42 – 0.5 mm, sebelumnya pasir yang digunakan terlebih dahulu dicuci kemudian dikeringan selama 1 - 2 hari dibawah sinar matahari, kemudian pasir diayak.

Dalam proses gasifikasi pasir yang digunakan adalah pasir bangunan. Pasir yang digunakan ini mengalami slagging atau penggumpalan dibagian bawah sehingga menyebabkan udara yang seharusnya membuat fluidisasi di dalam reaktor tidak terjadi. Akibat terjadinya slagging gas mampu bakar yang dihasilkan dari proses gasifikasi hanya optimal terjadi selama 24 menit. hal ini dapat dilihat dengan adanya nyala api yang kecil dan hal ini dapat dilihat pada Tabel 12 dan 13. Menurut Bambang et al. (2005), pasir yang digunakan sebagai bahan bangunan berasal kegiatan vulkanik gunung berapi. Adapun komposisi atau kandungan-kandungan kimia dari pasir tersebut yaitu: SiO2 (70.35%), Al2O3

(1.66%), Fe2O3 (8.96%), CaO (3.37%), dan MgO (1.64%).

Kualitas gas yang dihasilkan dari proses gasifikasi ditandai dengan nyala api, apabila gas yang keluar dari siklon dapat hidup bila dipantik api, maka kualitas gas yang dihasilkan dalam keadaan baik.

Tabel 12 Data awal pengujian dengan menggunakan pasir

Data statik Jumlah

Massa awal arang sekam + pasir 1.7 kg

Massa akhir di siklon 0 kg

Massa akhir di gasifier 1.062 kg Kecepatan udara inlet 2.07 m s-1 Tinggi tumpukan arang sekam + pasir 12 cm Berat tumpukan arang sekam + pasir 0.8 kg

0

0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01

∆P c

m

(43)

Tabel 13 Data temperatur dan waktu selama proses pengujian dengan

Temperatur pada bagian zona oksidasi.; b Temperatur pada bagian luar gasifier.; c Tinggi kolom air pada bagian bawah reaktor.; d Tinggi kolom air pada bagian atas reaktor

(44)

tersebut tidak dapat terbakar, dan pada menit ke 46 tidak dihasilkan asap, hal ini dikarenakan adanya slagging dari pasir yang terdapat pada bagian bawah reaktor yang menyebabkan sebagian dari umpan tidak mengalami fluidisasi, hingga . Untuk gambar nyala api dan asap dapat dilihat pada Gambar 25, 26, dan 27.

Gambar 25 Nyala api besar (pengujian dengan pasir)

(45)

Gambar 27 Asap (pengujian dengan pasir)

Slagging merupakan tipe fluidisasi yang tidak normal, hal ini tergantung pada desain reaktor, kecepatan gas dan berat spesifik pada wujud padat. Keberadaan slagging tidak diinginkan dan dapat dihindari dengan pengaturan tinggi bed atau pengaturan kecepatan gas. Bentuk slagging dapat dilihat pada Gambar 28.

Gambar 28 Slagging dari pasir

(46)

Gambar 29 Perubahan tinggi kolom air pada bagian bawah (H1) (-

-) dan atas (H2) (-o-) reaktor (menggunakan pasir)

Pengujian Tanpa Pasir

Pada pengujian reaktor tanpa menggunakan pasir, arang sekam yang digunakan banyak yang terbawa ke siklon sehingga banyak arang sekam yang tidak tergasifikasi dan arang sekam akhirnya bercampur dengan abu. Selain itu abu yang dihasilkan dari proses gasifikasi arang sekam mengalami sedikit

slagging, hal ini dikarenakan temperatur pengoperasian gasifier mencapai 1 030

oC. Gambar 30 menunjukkan campuran arang sekam dan abu.

Gambar 30 Residu arang sekam dan abu

Pada Tabel 14 dan 15 memperlihatkan perubahan temperatur, tinggi kolom atas dan bawah, gas dan nyala api. Nyala api dihasilkan dalam waktu yang singkat bila dibandingkan dengan menggunakan pasir. Sedangkan untuk perubahan tinggi kolom air pada bagian atas tidak terjadi perubahan tinggi kolom air, hal ini menunjukkan tekanan dibagian bawah reaktor lebih tinggi dibandingkan tekanan dibagian atas reaktor, dapat dilihat pada Gambar 34.

(47)

Tabel 14 Data hasil pengujian tanpa menggunakan pasir

Data statik Jumlah

Massa awal arang sekam 1.2 kg

Massa akhir di sikon 0.680 kg

Massa akhir di gasifier 0.024 kg Kecepatan udara inlet 1.50 m s-1 Tinggi tumpukan arang sekam+ pasir 12 cm Berat tumpukan arang sekam+ pasir 0.3 kg

Tabel 15 Data temperatur dan waktu selama proses pengujian tanpa pasir No. Waktu T1

(48)

Pada proses gasifikasi tanpa pasir, pada menit ke 12 keluaran asap dan nyala api stabil serta asap yang dihasilkan dapat dipantik, hal ini disebabkan temperatur yang terjadi mencapai 800oC. Untuk menit ke 14 – 38 menghasilkan asap yang tidak dapat dipantik, hal ini disebabkan sekam yang terdapat di dalam reaktor tidak mengalami gasifikasi dengan baik, dikarenakan temperatur yang semakin menurun hingga mencapai 102oC (Tabel 15), sehingga proses gasifikasi terhenti, penurunan temperatur terjadi dikarenakan umpan tidak sempat terpirolisis (gasifikasi). Sedangkan untuk menit ke 40 – 50 temperatur naik kembali sehingga proses gasifikasi mulai berlangsung kembali. Untuk menit selanjutnya asap dan nyala api yang dihasilkan tidak ada, hal ini dikarenakan bahan yang digunakan sudah habis sehingga tidak ada lagi proses gasifikasi. Untuk gambar nyala api dan asap dapat dilihat pada Gambar 31, 32 dan 33.

Gambar 31 Nyala api besar (pengujian tanpa pasir)

(49)

Gambar 33 Asap (pengujian tanpa pasir)

Gambar 34 Perubahan tinggi kolom air pada bagian bawah (H1) (-

-) dan atas (H2) (-o-) reaktor (tanpa menggunakan pasir)

SIMPULAN

(50)

bersisa, tidak semua kandungan karbon dalam sekam dapat terurai menjadi gas, nilai karbon yang tidak terurai sebesar 0.035 kmol jam-1, untuk senyawa H2O dan

CO2 jumlah senyawa tersebut sangatlah kecil, hal ini dikarenakan H2O dan CO2

bereaksi dengan karbon. Sedangkan N2 tidak mengalami perubahan dengan

nilainya 0.111 kmol jam-1.

Dalam pengujian reaktor perubahan tekanan menggunakan pasir lebih tinggi bila dibandingkan tanpa menggunakan pasir, hal ini dikarenakan pasir memiliki densitas yang lebih besar dibandingkan dengan arang sekam. Pada pengujian proses gasifikasi menggunakan pasir, pasir yang digunakan dalam proses gasifikasi ini mengalami slagging atau penggumpalan sehingga gasifikasi yang terjadi didalam reaktor tidak terjadi dan gas yang dihasilkan tidak stabil dikarenakan terjadi penurunan temperatur yang disebabkan oleh slagging. Pengujian dengan tanpa pasir temperatur dari proses gasifikasi mengalami fluktuatif menyebabkan gas tidak stabil, dikarenakan laju udara yang diberikan tetap tetapi umpan terus berkurang sehingga umpan terbawa aliran udara sebelum sempat tergasifikasi.

SARAN

Saran untuk penelitian berikutnya adalah perlu penelitian lebih lanjut pada simulasi menggunakan Aspen Plus 23.0 untuk reaksi yang homogen, memvariasikan laju aliran udara dalam proses gasifikasi, dan pengujian kualitas gas yang dihasilkan dari proses gasifikasi. Selain itu dalam pengujian reaktor diperlukan menggunakan pasir kuarsa dan pengaturan temperatur yang konstan.

DAFTAR PUSTAKA

Aspen Technology Inc. 2005. Hysys 2004.2 Tutorial and Applications. Cambrigdge. USA.

Assma A. 2010. Pengaruh komposit core berbasis limbah kertas, dengan pencampuran sekam padi, dan serabut kelapa terhadap kekuatan bending panel [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.

Bambang W, Budiharyanto, Kisman A, Said, Soepriadi. 2005. Eksplorasi Logam Besi di Pesisir Selatan Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral. Bandung.

Basu P. 2006. Combustion and Gasification in Fluidized Beds. CRC Taylor and Francis Group, USA.

Ferdian E. 2007. Perancangan dan pembuatan reaktor gasifikasi dengan bahan bakar campuran bonggol jagung dan sekam padi [skripsi]. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.

Grover P. 1996. Biomass Briquetting Technology and Practices. RWEDP Filed Document no. 46, Food and Agricultural Organization of the United Nations. Bangkok.

(51)

Husni MHA, Illani ZT, Robert TB, Samsuri AW, Theeba M, Zulkifli M. 2012. Characterization of Local Mill Rice Husk Charcoal and Its Effect on Composit Properties. Malaysian Journal of Soil Science. 16(1): 89-102.

Kaupp A. 1985. Biomass Fuel. Makalah pada kursus gas produser, Bandung. Kjellstrom B. 1985. Introduction. Makalah pada kursus gas produser, Bandung. La Puppung P. 1987. Pemanfaatan gas dari gasifikasi biomass sebagai salah

sumber energi alternatif. Lembaran Publikasi Lemigas. 2(1):114.

Latif. 1999. A study of the design of fluidized bed reactor for biomass gasification [tesis]. London (UK): University of London.

Nelwan et al. 2014. Laporan Hasil Hasil Penelitian Kerjasama Kementrian Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nasional KKP3N Tahun Anggaran 2013, Bogor.

Nugraha, Setiawati. 2006. Peluang Bisnis Arang Sekam. Balai Penelitian Pascapanen. Jakarta.

Martinez R, Petro. 2007. Basic design of a fluidized bed gasifier for rice husk on a pilot scale. Latin American Applied Research. 37(1): 299-306.

Stassen H. 1985. Fluidized Bed Gasification. Makalah pada kursus gas produser, Bandung.

Priambodo, Tricahyandaru. 2008. Pengembangan dan studi karakteristik gasifikasi batu bara sub-bituminus menggunakan jenis fixed bed downdraft gasifier [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.

(52)

40

(53)

41 Lampiran 2 Simulasi

(54)

42

(55)
(56)

Lampiran 5 Contoh perhitungan dimensi reaktor

2. Thermal velocity of the particle

(57)

Lampiran 6 Contoh perhitungan dimensi reaktor

2. Thermal velocity of the particle

(58)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cimanggis Bogor pada tanggal 25 Mei 1992 dari ayah Achmad Lacony dan Ibu Susmiatun. Penulis adalah putri ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Palembang dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian.

Gambar

Tabel 1 Karakteristik sekam padi (Grover 1996)
Gambar 1 Morfologi sekam (Grist 1959)
Tabel 2 Jenis – jenis unggun dan sifat hidrodinamikanya (Priambodo dan
Tabel 2 Jenis – jenis unggun dan sifat hidrodinamikanya Priambodo dan Tricahyandaru 2008) (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keunt ungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok t ersedia unt ukc.

1. Jh adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan di depan. Setiap titik

Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah ditetapkan Penggugat hadir menghadap sendiri di persidangan, sedangkan Tergugat dalam keadaan gila maka telah dipanggil wali

Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui pandangan guru di SMA Negeri 7 Surakarta terhadap pendidikan karakter; 2) untuk mengetahui penerapan pendidikan karakter di

 Bagaimana dengan pendekatan budaya setempat sebagai nilai yang diangkat dalam Kampanye Sosial Meningkatkan Kepedulian Masyarakat Bandung. terhadap kotanya yang

parents understand the importance of leaving their children inside the class. before they move to

Guru kelas Kelompok B menyatakan bahwa memang terdapat sekitar 8 siswa atau 35% dari 23 siswa yang belum mampu menunjukkan perilaku berbagi, membantu, dan menenangkan

ristiwa dan perspektif yang terpintal dalam uraian sejarah nasional sudah se- harusnya bersifat teleologis atau me-427 Evaluasi Buku Teks Pelajaran Sejarah pada Masa Orde Baru nuju