• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penyerapan Tenaga keija di Indonesia Menghadapi MEA 2015 (Periode 2008-2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Penyerapan Tenaga keija di Indonesia Menghadapi MEA 2015 (Periode 2008-2012)"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA DI

INDONESIA MENGHADAPI MEA 2015 (PERIODE 2008-2012)

ARTI ILHAMI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Penyerapan Tenaga kerja di Indonesia Menghadapi MEA 2015 (Periode 2008-2012) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Arti Ilhami

(4)

ABSTRAK

ARTI ILHAMI. Analisis Penyerapan Tenaga kerja di Indonesia Menghadapi MEA 2015 (Periode 2008-2012) . Dibimbing oleh TANTI NOVIANTI

Liberalisasi perdagangan di wilayah ASEAN mulai diterapkan dengan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Pada saat era liberalisasi yang semakin kuat seperti itu, faktor produksi seperti tenaga kerja dituntut untuk menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dan lebih berkualitas sehingga mampu bersaing dengan faktor produksi yang lain seperti modal dan teknologi. Keberadaan pekerja paruh waktu dapat memberikan efek positif bagi penyerapan tenaga kerja karena jumlahnya yang terus bertambah, tetapi juga dapat menjadi efek negatif karena produktivitasnya yang dianggap kurang maksimal. Faktor produktivitas tenaga kerja memiliki hubungan yang negatif dengan penyerapan tenaga kerja jika penambahan tenaga kerja mengakibatkan pengurangan penambahan output, dan hal ini sesuai dengan teori yang berlaku. PMA dan PMDN sendiri memiliki hubungan yang positif dengan penyerapan tenaga kerja, karena tingginya tingkat investasi butuh diimbangi dengan penyerapan tenaga kerja yang tinggi pula. Strategi untuk menghadapi pasar tenaga kerja yang liberal pada saat MEA perlu dipersiapkan lebih lanjut, sehingga dalam penelitian ini digunakan analisis SWOT untuk menganalisis strategi yang tepat dalam menghadapi MEA 2015 nanti.

Kata kunci: pekerja paruh waktu, penyerapan tenaga kerja, PMA, PMDN, produktivitas, SWOT

ABSTRACT

ARTI ILHAMI. Analysis of Employment in Indonesia in an effort to deal with AEC 2015 (Period 2008-2012). Supervised by TANTI NOVIANTI

Trade liberalization in ASEAN region begins to be applied with the establishment of ASEAN Economic Community (AEC) in 2015. During the increasingly powerful liberalization, production factors such a workforce are required to manage higher productivity and better quality in order to be able to compete with the other production factors like capital and technology. The existence of part time workers can have positive effects for employment because of their growing number, but it can also be a negative effect because its productivity is considered less than prevailing theory. Foreign Direct Investment (FDI) and Domestic Investement (DI) itself have a positive relationship with employment because the high level of Investement needs to be offset by high employment rate. Strategies to deal with liberal workforce market at the time of AEC need to be prepared more. Therefore, this study uses SWOT analysis to analyze the right strategies to deal with the forthcoming AEC in 2015.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA DI

INDONESIA MENGHADAPI MEA 2015 (PERIODE 2008-2012)

ARTI ILHAMI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi: Analisis Penyerapan Tenaga keja di Indonesia Menghadapi MEA 2015 (Periode 2008-2012)

Nama NIM

: Arti Ilhami

: H14100031

Disetujui oleh

Dosen pembimbing

Tanggal Lulus: 1 1 JUL 2014

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah mengenai penyerapan tenaga kerja di sembilan sektor ekonomi di Indonesia sebagai upaya dalam menghadapi MEA 2015 dengan periode penelitian 2008 sampai 2012.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Tanti Novianti, S.P., M.Si selaku pembimbing, kepada ayah, ibu, almarhum kakak tersayang Aji Muchamad Huda, dan adik saya Achsan Jembar Mulyana, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada teman terbaik saya dari SMA yaitu Rizki Ardinsyah, Yunita, Fathimah, Adisti, dan Miranti. Teman-teman asrama saya yaitu Ai, Anggun, dan Fifi. Teman TPB saya Aisatul, Ochi, Puspa, Dita. Teman-teman hip hip yaitu Dian Pertiwi, Chika, Heni, Pupu, Uke, Fida, Amalia, Fazri, Alfin, Erlangga, Dwiki, Rizki, serta teman-teman saya lainnya yang tidak dapat saya sebut satu per satu dalam tulisan ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 2

Latar Belakang 2

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Ketenaga kerjaan 6

Produktivitas tenaga kerja 7

Investasi 8

Teori Permintaan tenaga kerja 9

Teori penawaran tenaga kerja 10

Hubungan antarvariabel 10

Penelitian terdahulu 12

Kerangka pemikiran 14

METODE ANALISIS 17 Jenis dan Sumber data 17 Metode analisis 17 Perumusan model 21 Hipotesis penelitian 22

Uji hipotesis 22

Uji pelanggaran asumsi 24

Analisis SWOT 26

HASIL DAN PEMBAHASAN 26

(10)

Faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja di sembilan sektor

ekonomi di Indonesia 28

Strategi Untuk Meningkatkan Penyerapan Tenaga kerja di Indonesia dalam

upaya menghadapi MEA 2015 32

SIMPULAN DAN SARAN 40

Simpulan 40

Saran 40

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

1. Penduduk Usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut pendidikan tertinggi

yang ditamatkan (juta orang) 3

2. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis Kegiatan Utama, 2010-2012 (Juta orang) 4

3. Selang Nilai Statistik Durbin-Watson serta Keputusannya 24

4. Angkatan kerja yang bekerja berdasarkan lapangan pekerjaan 27

5. Jumlah pekerja paruh waktu berdasarkan lapangan usaha periode 29

6. Tingkat pekerja paruh waktu di Indonesia (%) 29

7. Produktivitas tenaga kerja berdasarkan sektor ekonomi (miliar rupiah per jiwa) 30

8. Hasil estimasi model Data Panel dengan menggunakan Fixed Effect 32 9. Matriks SWOT 35

DAFTAR GAMBAR

1. Grafik jumlah pekerja paruh waktu di Indonesia periode 2008-2012 2

2. Kerangka pemikiran 16

DAFTAR LAMPIRAN

1. Realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) 45

2. Hasil Uji Chow pada model Fixed EffectsModel dan Uji Hausman pada Random Effects Model 46

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Liberalisasi perdagangan di ASEAN merupakan salah satu bentuk implementasi dari tujuan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang berimplikasi pada terintegrasinya ASEAN secara ekonomi pada tahun 2015 dengan mencapai pasar tunggal. Selain itu tujuan dari pembentukan MEA ini adalah untuk menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global, lebih banyak menarik Foreign Direct Investment (FDI), dan meningkatkan perdagangan antar negara anggota ASEAN (intra-ASEAN Trade) (Kemenkeu RI, 2014). Bentuk liberalisasi ini dapat terlihat dari upaya penghapusan hambatan tarif dan non tarif bagi negara-negara di wilayah ASEAN baik untuk perdagangan barang maupun jasa.

Selain dalam bentuk perdagangan barang dan jasa, upaya penghapusan hambatan ini juga dilakukan untuk faktor-faktor produksi di negara-negara ASEAN terutama tenaga kerja dan investasi (modal). Dengan penghapusan hambatan untuk faktor-faktor produksi ini maka tenaga kerja dan investor dari negara-negara ASEAN bebas untuk keluar-masuk di wilayah ASEAN itu sendiri, sehingga setiap negara harus segera mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar investor asing yang masuk ke negaranya tidak sampai memonopoli kegiatan ekonomi di negaranya pada saat MEA 2015 nanti. Selain harus mengawasi para investor asing, tiap negara ASEAN juga harus mulai memperhatikan kualitas dan kuantitas dari sumber daya manusianya sebagai tenaga kerja sehingga masyarakatnya mampu memiliki daya saing yang tinggi dalam menghadapi pasar tenaga kerja pada saat MEA 2015.

Apabila MEA 2015 terwujud pada tahun 2015, maka dipastikan akan terbuka kesempatan kerja seluas-luasnya bagi warga negara ASEAN. Para warga negara dapat keluar dan masuk dari satu negara ke negara lain dan mendapatkan pekerjaan tanpa adanya hambatan di negara yang dituju. Negara-negara ASEAN memiliki pedoman untuk mencapai MEA 2015 yaitu AEC blueprint, dimana masing-masing negara berkewajiban untuk melaksankan komitmen dalam

blueprint tersebut. Pembahasan tenaga kerja dalam AEC blueprint tersebut dibatasi pada pengaturan khusus tenaga kerja terampil (skilled labour) dan tidak terdapat pembahasan menegnai tenaga kerja tidak terampil (unskilled labour).

(14)

2

meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dan mampu menekan angka pengangguran di Indonesia.

Setiap negara berupaya untuk mengendalikan angka pengangguran di negaranya, karena tingginya angka pengangguran akan berimplikasi pada banyak hal. Pengangguran dapat mengakibatkan pendapatan nasional yang dicapai lebih rendah dari pendapatan nasional potensial, pendapatan pajak pemerintah berkurang, masyarakat banyak yang kehilangan mata pencarian dan pendapatan, dan pengangguran juga dapat mengakibatkan ketidakstabilan sosial dan politik (Sulistianingsih 2006).

Tingginya jumlah angkatan kerja di Indonesia saat ini sangat berfluktuatif. Persaingan dalam angkatan kerja juga terus terjadi karena tidak seimbangnya jumlah permintaan dan penawaran kerja di Indonesia sehingga rentan menimbulkan pengangguran. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di tiap sektor juga berbeda-beda, dan berdasarkan data yang telah diperoleh, sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling tinggi di Indonesia. Di Indonesia, salah satu alternatif untuk menghindari pengangguran adalah dengan menjadi pekerja paruh waktu. Pekerja paruh waktu adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (Pustadinaker 2014). Pekerjaan ini dapat membantu kalangan menengah kebawah yang membutuhkan penghasilan namun memiliki alasan tersendiri untuk bekerja dibawah jam kerja normal. Selain dari kalangan bawah, kalangan atas juga memiliki kemungkinan untuk memiliki status pekerjaan ini seperti para tenaga ahli. Berdasarkan data yang diperoleh, maka terlihat bahwa jumlah pekerja paruh waktu di Indonesia terus meningkat. Peningkatan jumlah pekerja paruh waktu dan persentase pertumbuhannya di Indonesia dapat dilihat seperti pada Gambar 1.

.

Sumber: BPS RI, 2012 (diolah)

(15)

3 Pekerja paruh waktu ini memiliki dampak positif bagi peningkatkan penyerapan tenaga kerja di Indonesia, selain itu memiliki fleksibilitas yang tinggi dimana jam kerja yang lebih sedikit dari jam kerja biasanya tetap mampu memberikan penghasilan yang membuat pekerjanya tidak mencari atau menerima kesempatan kerja lainnya. Dampak negatif dari pekerja paruh waktu adalah produktivitasnya yang masih kurang karena jam kerjanya yang kurang optimal sehingga kontribusinya masih rendah. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan yang dan juga keterampilan pekerja paruh waktu.

Jumlah pekerja di Indonesia saat ini memiliki tingkat pendidikan yang sangat rendah. Padahal tingkat pendidikan dan keterampilan (tingkat keahlian) dapat menjadi salah satu faktor yang memengaruhi produktivitas pekerjanya (Eddy 2007). Seperti dalam kutipan dari laporan dan riset resmi yang bertajuk The Global Talent Competitiveness Index 2013, Indonesia menempati peringkat ke 50 dari 148 negara dimana indeks ini dapat menggambarkan mengenai penyediaan pekerja berbakat dan terampil. Indeks tersebut mengukur kemampuan suatu negara untuk menghasilkan, menarik dan mempertahankan tenaga kerja berbakat. Tingkat pendidikan para pekerja di Indonesia sendiri dapat terlihat seperti pada Tabel 1 ini

Tabel 1 Penduduk Usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan (juta orang)

No Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan

Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

1 SD kebawah 55,33 55,21 54,51 54,18 53,88

2 sekolah menengah pertama 19,04 19,39 20,63 20,70 20,22 3 sekolah menengah atas 14,39 14,58 15,92 17,11 17,25 4 sekolah menengah kejuruan 6,76 8,24 8,88 8,86 9,50

5 Diploma I/II/III 2,87 2,79 3,02 3,17 2,98

6 Universitas 4,15 4,66 5,25 5,65 6,98

Sumber: BPS RI, 2012 (diolah)

Seperti yang terlihat pada Tabel 1, terlihat bahwa tingkat pendidikan tertinggi yang diselesaikan oleh para pekerja di Indonesia selama periode 2008-2012 didominasi oleh para pekerja lulusan SD kebawah yang merupakan salah satu tingkat pendidikan terendah. Dengan minimnya tingkat pendidikan di Indonesia, tentu akan memengaruhi produktivitas dari para pekerjanya. Padahal produktivitas tenaga kerja itu sendiri merupakan salah satu komponen yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

(16)

4

Indonesia. Investasi merupakan salah satu faktor penting yang turut berperan dalam kelangsungan suatu usaha dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap sistem ketenaga kerjaan dalam usaha tersebut terutama dalam penyerapan tenaga kerjanya. Investasi yang terdiri dari PMA dan PMDN di Indonesia masih perlu untuk ditingkatkan mengingat pentingnya peran investasi domestik dan asing untuk membantu permasalahan ketenaga kerjaan ini. Adanya pengaruh dari pekerja paruh waktu, produktivitas tenaga kerja, PMA, serta PMDN terhadap penyerapan tenaga kerja inilah yang perlu untuk dikaji lebih lanjut.

Perumusan Masalah

Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia saat ini masih perlu diperhatikan mengingat jumlah angkatan kerja, dan tingkat partisipasi angkatan kerja yang berfluktuatif. Meskipun jumlah penduduk Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, jumlah angkatan kerja tidak selalu meningkat tetapi cenderung berfluktuatif seperti terlihat dari Tabel 2. Dalam tabel tersebut terlihat juga bahwa angka pengangguran di Indonesia masih tinggi meskipun jumlahnya terus menurun hingga tahun 2012. Dilihat dari pekerja tidak penuh dapat dilihat bahwa keberadaan paruh waktu selalu lebih besar daripada jumlah setengah penganggur. Artinya jumlah pekerja yang bekerja dibawah jam kerja optimal dan tidak mencari pekerjaan atau tidak menerima pekerjaan lagi jauh lebih besar dibandingkan dengan setengah pengangguran, yaitu pekerja yang bekerja dibawah jam kerja normal tetapi sedang mencari atau menerima pekejaan lain.

Tabel 2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis Kegiatan Utama, 2010-2012 (Juta orang)

Jenis kegiatan Utama 2010 2011 2012

Februari Agustus Februari Agustus Februari 1. Angkatan kerja 116,00 116,53 119,40 117,37 120,41

a. Bekerja 107,41 106,21 111,28 109,67 112,60

b. Penganggur 8,59 8,32 8,12 7,70 7,61

2.Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (%) 67,83 67,72 69,96 68,34 69,66 3.Tingkat

Pengangguran Terbuka (%)

7,41 7,14 6,80 6,56 6,32

4. Pekerja Tidak Penuh 32,80 33,27 34,19 34,59 35,55 a. Setengah

Penganggur 15,27 15,26 15,73 13,52 14,87

b. Paruh Waktu 17,53 18,01 18,46 21,06 20,68

(17)

5 Jumlah pekerja paruh waktu yang lebih tinggi dibandinggkan setengah penganggur ini (penganggur terselubung) harus diteliti lebih lanjut peranannya terhadap penyerapan tenaga kerja, karena pekerja paruh waktu ini termasuk golongan tenaga kerja yang bekerja dengan jumlah jam kerja yang tidak optimal sehingga menghasilkan produktivitas yang tidak maksimal.

Tingkat produktivitas merupakan hubungan antara output dan jumlah pekerja per satuan waktu dan secara rumusan kuantitatif memiliki hubungan negatif dengan penyerapan tenaga kerja. Ketika tingkat produktivitas tinggi, maka jumlah penyerapan tenaga kerja biasanya berkurang. Namun hal tersebut akan terjadi dalam jangka panjang ketika jumlah penambahan pekerja secara terus menerus mengakibatkan pengurangan hasil output. Dalam jangka pendek hingga menengah, penambahan tenaga kerja biasanya diiringi dengan penambahan produktivitas (ceteris paribus) sehingga produktivitas yang tinggi masih memberikan pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Berbeda dengan produktivitas tenaga kerja, investasi memiliki korelasi positif dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan penyerapan tenaga kerja baik itu investasi dalam negeri (PMDN) atau investasi asing (PMA). Investasi yang masuk kedalam suatu sektor usaha merupakan salah satu bentuk modal dalam usaha tersebut yang mampu merangsang perkembangan dari usaha sektor tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh pekerja paruh waktu, produktivitas tenaga kerja, PMA, dan PMDN terhadap penyerapan tenaga kerja di sembilan sektor ekonomi di Indonesia?

2. Bagaimana strategi yang tepat untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja di Indonesia saat ini dalam upaya menghadapi MEA 2015?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh pekerja paruh waktu, produktivitas tenaga kerja, PMA, dan PMDN terhadap penyerapan tenaga kerja di sembilan sektor utama di Indonesia.

2. Merumuskan strategi yang tepat untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja di Indonesia dalam upaya persiapan menghadapi MEA 2015

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

(18)

6

2. Memberikan informasi kepada pihak terkait untuk menyusun strategi dalam upaya peningkatan kesejahteraan bagi semua pihak (pemerintah, swasta, dan tenaga kerja)

3. Sebagai info tambahan untuk masyarakat dan dapat digunakan sebagai rujukan penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian ini menganalisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Penelitian ini meneliti variabel pekerja paruh waktu, produktivitas tenaga kerja, PMA, dan PMDN. 2. Cakupan MEA 2015 dalam penelitian ini tidak dimasukan ke dalam model

penelitian tetapi dijelaskan secara deskriptif dan dengan menggunakan analisis SWOT.

3. Penelitian ini menggunakan sumber data yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Ketenaga kerjaan dan Transmigrasi, dan publikasi-publikasi terkait lainnya.

4. Data yang diolah adalah data dari tahun 2008 hingga tahun 2012 dengan menggunakan 9 sektor utama di Indonesia.

5. Metode analisis data menggunakan data panel dan analisis SWOT singkat tanpa menggunakan pembobotan.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Ketenaga kerjaan

Pengertian dari tenaga kerja sendiri menurut UU no.13 tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 2 adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa untuk pemenuhan kebutuhan hidup sendiri maupun masyarakat (Handoyo 2013). Menurut Badan Pusat Statistik, yang tergolong sebagai tenaga kerja adalah penduduk yang berumur dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antar negara yang satu dengan yang lain. Di Indonesia sendiri penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun keatas. Konsep dan definisi yang digunakan dalam pengumpulan data ketenaga kerjaan oleh Badan Pusat Statistik adalah The Labour Force Concept yang disarankan oleh The International Labour Organization (ILO). Konsep ini membagi penduduk menjadi dua kelompok yaitu penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Selanjutnya penduduk usia kerja dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan kegiatan utama yang sedang dilakukannya, kelompok tersebut adalah angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

(19)

7 2. Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15-64 tahun) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.

3. Bekerja adalah kegiatan kegiatan ekonomi yang dilakukan yang bertujuan untuk memperoleh atau membantu untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.

4. Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika seseorang tidak memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif dalam empat minggu terakhir untuk mencari pekerjaan (Kaufman dan Hotchkiss, 1999). Pengangguran merupakan suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut (Sukirno, 1994). Pengangguran dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan pada pasar tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga kerja yang diminta. pekerjaan dengan mudah. Sebagian terpaksa menjadi penganggur, dan ada juga yang tidak menganggur tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka berada dibawah jam kerja normal. Mereka mungkin hanya bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai pekerja tidak penuh (underemployed). Pekerja tidak penuh dibagi menjadi dua kelompok :

 Setengah Penganggur, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan lain.

 Paruh Waktu, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya sangat besar.

Produktivitas Tenaga kerja

(20)

8

kerja, tingkat penghasilan, jaminan sosial, motivasi, gizi dan kesehatan, hubungan individu, teknologi, dan produksi (Ravianto, 1985).

Pengukuran produktivitas kerja adalah sebagai sarana untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. Manfaat lain adalah untuk menentukan target dan kegunaan, atau sebagai standar dalam pembayaran upah karyawan. Ada dua macam alat pengukuran produktivitas, yaitu:

a. Physical productivity, yaitu produktivitas secara kuantitatif seperti ukuran (size), panjang, berat, banyaknya unit, dan waktu tenaga kerja.

b. Value productivity, yaitu ukuran produktivitas dengan menggunakan nilai uang yang dinyatakan dalam rupiah, yen, dollar dan seterusnya. (Ravianto 1986)

Peningkatan produktivitas tenaga kerja seringkali dianggap bersifat mereduksi kesempatan kerja, namun temuan Nordhaus (2005) dan Siregar (2006), menunjukkan bahwa peningkatan teknologi pada sektor padat karya (seperti pertanian dan industri agro) justru meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Logikanya adalah bahwa kenaikan produktivitas dan daya saing produk sektor tersebut akan menyebabkan harga jual yang lebih kompetitif, sehingga meningkatkan permintaan terhadap produk itu. Kenaikan permintaan ini pada gilirannya meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Menurut Muchdarsyah Sinungan dalam Robert Eddy S (2007), faktor- faktor yang memengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah:

a. Kuantitas atau jumlah tanaga kerja yang digunakan dalam suatu proyek. b. Tingkat keahlian tenaga kerja.

c. Latar belakang kebudayaan dan pendidikan termasuk pengaruh faktor lingkungan dan keluarga terhadap pendidikan formal yang diambil tenaga kerja.

d. Kemampuan tenaga kerja untuk menganalisis situasi yang terjadi dalam lingkup pekerjaannya dan sikap moral yang diambil pada keadaan tersebut. e. Minat tenaga kerja yang tinggi terhadap pekerjaan yang ditekuninya

f. Struktur pekerjaan, keahlian dan umur (kadang-kadang jenis kelamin).

Investasi

Investasi adalah salah satu komponen penting dalam pembangunan ekonomi yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah. Pada dasarnya investasi merupakan pengeluaran perusahaan untuk penyelenggaraan kegiatannya, yaitu menghasilkan barang dan jasa. Pengeluaran tersebut dapat berupa pengeluaran untuk pembelian tanah, pembangunan pabrik, pembelian mesin untuk produksi, dan bentuk pengeluaran lainnya (Suparmono 2004).

(21)

9 Modal, adapun tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain adalah untuk :

a) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional b) Menciptakan lapangan kerja.

c) Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.

d) Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional. e) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional f) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan

g) Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri

h) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Penggairahan iklim investasi di Indonesia dijamin keberadaannya sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Kedua undang-undang ini kemudian dilengkapi dan disempurnakan, dimana UU No. 1 Tahun 1967 tentang PMA disempurnakan dengan UU No. 11 Tahun 1970 dan UU No. 6 Tahun 1968 tentang PMDN disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 1970.

Penanaman Modal Asing (PMA)

Menurut UU no.1 Th. 1967 dan UU no.11 Th. 1970 tentang PMA, yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing (PMA) adalah penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut (Eko 2011). Pengertian modal asing antara lain:

1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan pembiayaan perusahaan di Indonesia.

2. Alat untuk perusahaan, termasuk penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan yang dimasukan dari luar negeri kedalam wilayah Indonesia selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan Indonesia.

3. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang-undang ini diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Dalam Undang-Undang no.6 tahun 1968 dan undang-undang no.12 tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), disebutkan terlebih dulu definisi modal dalam negeri pada pasal 1, yaitu sebagai berikut:

(22)

10

modal tersebut tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan pasal 2 UU no.12 tahun 1970 tentang penanaman modal asing.

2. Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri tersebut dalam ayat 1 pasal ini dapat terdiri atas perorangan dan atau badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. Dalam pasal 2 disebutkan bahwa, yang dimaksud dalam Undang-undang ini dengan “Penanaman εodal

Dalam Negeri” ialah penggunaaan daripada kekayaan seperti tersebut dalam pasal 1, baik secara langsung atau tidak langsung untuk menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini.

Teori Permintaan Tenaga kerja

Permintaan adalah suatu hubungan antar harga dan kuantitas. Permintaan terhadap suatu komoditi adalah hubungan antar harga dan kuantitas dari komoditi dimana para pembeli bersedia untuk membelinya. Jika dihubungkan dengan tenaga kerja, permintaan adalah hubungan antara tingkat upah dan kuantitas tenaga kerja yang diharapkan oleh pemberi kerja untuk dipekerjakan. Secara khusus, suatu kurva permintaan menggambarkan jumlah maksimum yang diinginkan oleh seorang pembeli untuk membelinya pada setiap kemungkinan harga dalam jangka waktu tertentu (Bellante, 1990). Terdapat dua jenis permintaan tenaga kerja berdasarkan jangka waktunya, yaitu:

a) Permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek.

Fungsi produk memperlihatkan hubungan yang terjadi antara berbagai input faktor produksi dan output perusahaan. Dengan teknologi tertentu, semakin banyak input pekerja dan modal yang digunakan semakin besar output yang dihasilkan (Ananta, 1990).

b) Permintaan tenaga kerja dalam jangka panjang.

Perbedaan antara permintaan terhadap pekerja dalam jangka pendek dan jangka panjang adalah bahwa dalam jangka panjang semua input produksi dapat berubah. Dalam jangka pendek, yang bisa berubah hanya input yang menjadi fokus pembahasan.

Teori Penawaran Tenaga kerja

Penawaran terhadap suatu barang merupakan hubungan antara harga dan jumlah barang yang disetujui oleh penyedia barang untuk ditawarkan. Penawaran terhadap pekerja adalah hubungan antara tingkat upah dan jumlah satuan pekerja yang disetujui oleh penyedia jasa kerja untuk ditawarkan (Ananta, 1990). Penawaran tenaga kerja berdasarka jangka waktu dibedakan menjadi:

a) Penawaran tenaga kerja dalam jangka pendek.

(23)

11 angkatan kerja yang akan dibahas adalah dari individu-individu dalam rumah tangga yang ada dengan ukuran jumlah tertentu.

b) Penawaran tenaga kerja dalam jangka panjang

Dalam jangka pendek individu diasumsikan tidak dapat mengubah modal manusianya. Individu hanya dapat menyesuaikan jam kerjanya dan tidak bisa meningkatkan keahliannya. Dalam jangka panjang, individu dapat mengubah modal manusianya dan usaha ini disebut investasi dalam modal manusia. Investasi ini berwujud pengorbanan penggunaan waktu pasar untuk meningkatkan keahlian individu tersebut. Pengorbanan penggunaan waktu pasar berarti kesediaan mengalami penurunan jumlah komoditi pasar yang digunakan dalam proses rumah tangganya. Dengan kata lain, investasi dalam modal manusia dapat mengurangi kepuasan di masa kini, walaupun diharapkan dapat meningkatkan kepuasan di masa yang akan datang (Ananta, 1990).

Hubungan Antarvariabel

1. Hubungan antara pekerja paruh waktu dengan penyerapan tenaga kerja.

Pekerja paruh waktu merupakan bagian dari salah satu jenis pekerja tidak penuh. Pekerja paruh waktu ini masih tergolong ke dalam angkatan kerja yang bekerja karena meskipun jam kerjanya dibawah jam kerja normal tetapi tetap bekerja karena paling sedikit satu jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu digolongkan menjadi kegiatan bekerja. Golongan pekerja paruh waktu ini memberikan kontribusi terhadap jumlah tenaga kerja yang bekerja di Indonesia karena jumlahnya yang cukup besar sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerja paruh waktu ini memiliki hubungan atau korelasi yang positif dengan penyerapan tenaga kerja di sembilan sektor di Indonesia

2. Hubungan antara produktivitas tenaga kerja dengan penyerapan tenaga kerja.

Sinungan (1992) menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja adalah konsep bersifat universal bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia dengan menggunakan sumber-sumber riil yang semakin sedikit dengan produk perusahaan sehingga dikaitkan dengan skill pekerja. Produktivitas mengandung pengertian filosofis-kualitatif dan kuantitatif teknis operasional. Secara filosofis-kualitatif, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Secara filosofis-kuantitatif, produktivitas merupakan perbandingan hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumberdaya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu (Simanjuntak, 1998).

Produktivitas tenaga kerja dapat juga didefinisikan sebagai perbandingan antara hasil kerja yang telah dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan dalam waktu tertentu (Sudarsono, 1998). Satuan ukurannya adalah angka yang menunjukkan ratio antara input dan output. Kenaikan produktivitas tenaga kerja berarti pekerja dapat menghasilkan lebih banyak dalam jangka waktu yang sama, atau tingkat produksi tertentu dapat menghasilkan dalam waktu yang singkat. Menurut Sudarsono (1998) produktivitas tenaga kerja dapat dirumuskan sebagai berikut :

(24)

12

PRTk : produktivitas tenaga kerja

Q : volume produksi yang dihasilkan akibat dari penggunaan output TK : banyaknya tenaga kerja yang digunakan

Menurut Simanjuntak (1998), peningkatan produktivitas tenaga kerja dapat terwujud dalam empat bentuk :

a. Jumlah produksi yang sama diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit.

b. Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang.

c. Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan sumber daya yang sama.

d. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan penambahan sumber daya yang relative lebih kecil.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan semakin tingginya produktivitas tenaga kerja, maka tenaga kerja yang terserap akan rendah. Seiring dengan penurunan biaya tenaga kerja ini, maka dapat dilakukan penambahan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan usaha. Sehingga produktivitas tenaga kerja ini juga memengaruhi penyerapan tenaga kerja.

3. Hubungan Investasi dengan penyerapan tenaga kerja

Modal dalam proses ekonomi di negara berkembang adalah salah satu faktor yang menjadi penghambat negara tersebut untuk maju. Kekurangan modal ini disebabkan oleh rendahnya investasi. Selain kekurangan modal juga terjadi tekanan penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya. Peningkatan jumlah serta pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat tesebut diiringi dengan belum seimbangnya kegiatan ekonomi khususnya kesempatan kerja yang tersedia sehingga menciptakan permasalahan sosial ekonomi yang serius yaitu pengangguran. Melihat kondisi tersebut, maka peningkatan modal atau investasi sangat berperan penting untuk meningkatkan perekonomian, oleh karenanya pemerintah berupaya meningkatkan perekonomian melalui penghimpunan dana atau investasi baik dari pemerintah maupun swasta yang diarahkan pada kegiatan ekonomi produktif yaitu dengan menggenjot penanaman modal, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA) (Sukirno, 2000).

Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan taraf kemakmuran (Sukirno, 2000). Adanya investasi-investasi akan mendorong terciptanya barang modal baru sehingga akan menyerap faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan kerja baru atau kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga yang pada gilirannya akan mengurangi pengangguran (Prasojo, 2009).

(25)

13 rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak lesunya pembangunan. Maka setiap negara berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi untuk membantu membuka lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja (Dumairy, 1997).

Penelitian Terdahulu

Berdasarkan Bienvenido (2010) yang menganalisis mengenai pekerja kontrak dan produktivitas tenaga kerja di beberapa sektor di Spanyol menunjukan, bahwa pertumbuhan produktivitas tenaga kerja yang disebabkan oleh pekerja kontrak di Spanyol selama periode 1987-2000 berdampak secara sektoral. Penelitian ini menggunakan variabel-variabel PDB Spanyol, jumlah angkatan kerja, jumlah akumulasi modal fisik, dan human capital (proyeksi dari rata-rata pekerja yang bersekolah) yang diolah dengan menggunakan metode data panel Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa di Spanyol, pertumbuhan produktivitas telah melambat karena adanya pekerja kontrak pada bidang-bidang pekerjaan umum . akan tetapi, efek ini baru terdeteksi di sektor manufaktur dan energi, namun belum terdeteksi secara tepat di sektor yang memiliki tingkat teknologi yang rendah dan kualitas sumber daya manusia yang rendah seperti di sektor konstruksi dan perhotelan.

Akmal (2010) dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja di Indonesia menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor penting yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja di Indonesia seperti PDRB riil, UMP riil, dan investasi riil. Penelitian ini dilakukan dalam periode 2003 sampai 2007 dengan 20 provinsi yang ada di Indonesia dan dianalisis dengan menggunakan metode regresi data panel. Dalam penelitian ini digambarkan mengenai situasi ketenaga kerjaan di Indonesia yang menunjukan bahwa penyerapan tenaga kerja selama periode tersebut cenderung berfluktuatif.

Pada tahun 2005 jumlah penyerapan tenaga kerja di beberapa provinsi cenderung menurun, hal ini disebabkan oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada saat itu yang memengaruhi jumlah biaya produksi perusahaan-perusahaan. Jumlah penyerapan tenaga kerja kembali membaik pada saat tahun 2006 hingga awal 2007. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif yang didapatkan, disimpulkan bahwa PDRB riil, UMP riil, dan investasi riil berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

Saputri (2011) juga melakukan penelitian mengenai analisis penyerapan tenaga kerja di kota Salatiga. Penelitian ini menganalisis pengaruh dari produktivitas tenaga kerja dan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja di kota Salatiga dengan periode penelitian dimulai dari tahu 1990 hingga 2009. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data seunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas ketenaga kerjaan dan transmigrasi kota Salatiga. Untuk data primer diperoleh dari wawancara kepada wakil serikat pekerja di kota Salatiga. Metode analisis yang digunakan merupakan metode

Ordinary Least Square (OLS) dan analisis SWOT . Berdasarkan hasil analisis maka diketahui bahwa upah dan produktivitas berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di kota Salatiga.

(26)

14

pengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Salatiga. Besarnya pengaruh upah dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Salatiga sebesar 95,16 persen sedangkan sisanya 4,84 persen diterangkan oleh faktor lain.

Selain itu ada juga penelitian yang dilakukan oleh Ahiriani (2013) tentang pengaruh investasi dan upah terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur di Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara langsung terhadap tenaga kerja dan tidak langsung melalui pertumbuhan ekonomi pada sektor industri manufaktur di Sulawesi Selatan. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah PMA, PMDN, upah, pertumbuhan ekonomi, dan penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Selatan dengan data sekunder selama periode 1997 hingga 2011. Metode yang digunkan dalam analisis ini merupakan

Two Stage Least Square (TSLS). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara langsung PMDN dan upah tidak memiliki pengaruh yang sigifikan, sedangkan PMA signifikan tetapi negatif terhadap peneyerapan tenaga kerja. Secara tidak langsung PMDN signifikan sedangkan PMA tidak, dan pertumbuhan ekonomi serta upah berpengaruh signifikan meskipun negatif terhadap peneyerapan tenaga kerja pada sektor industri manufaktur di Sulawesi Selatan.

Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu tersebut terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Penelitan yang dilakukan oleh Bienvenido (2010) menggambarkan mengenai pekerja kontrak dan produktivitas tenaga kerja di beberapa sektor di Spanyol yang menunjukan bahwa pertumbuhan produktivitas tenaga kerja yang disebabkan oleh pekerja kontrak di Spanyol selama periode 1987-2000 berdampak secara sektoral. Penelitian ini menggunakan variabel-variabel seperti PDB Spanyol, jumlah angkatan kerja, jumlah akumulasi modal fisik, dan human capital. Dalam penelitian ini, bertujuan untuk mencari tahu pengaruh dari pekerja paruh waktu terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia dan mencari tahu strategi yang tepat untuk mempersiapkan angkatan kerjanya termasuk pekerja paruh waktu agar siap memasuki MEA 2015.

(27)

15

Kerangka Pemikiran

Dasar awal dalam pemikiran ini adalah adanya pencetusan pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Era globalisasi menuntut setiap negara ASEAN untuk siap menghadapi persaingan global terutama dalam persaingan faktor produksi seperti tenaga kerja. Pada saat MEA 2015, akan terjadi liberalisasi ketenaga kerjaan pada negara-negara ASEAN yang pada akhirnya akan memengaruhi penyerapan tenaga kerja di tiap negaranya. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat perlu untuk diperhatikan karena menyangkut kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara. Adanya era globalisasi ini menuntut tenaga kerja memiliki kemampuan dan kualitas tinggi sehingga bagi angkatan kerja yang tidak memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai akan melakukan pekerjaan apa saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk menjadi pekerja paruh waktu.

Sebagian besar yang menyandang pekerja paruh waktu memang merupakan masyarakat golongan kebawah, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat yang mampu untuk melakukan pekerjaan ini karena keahliannya, contohnya seperti tenaga ahli. Sehingga perlu untuk dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui peranan pekerja paruh waktu bagi penyerapan tenaga kerja

Pekerja paruh waktu memiliki jam kerja yang berada dibawah jam kerja optimal dan produktivitas yang dihasilkan biasanya tidak maksimal dalam menghasilkan output. Tingkat produktivitas sendiri merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Tingginya tingkat produktivitas dapat disebabkan oleh kuatnya modal yang terserap dalam suatu sektor usaha, kemajuan teknologi, dan dapat juga disebabkan oleh alokasi tenaga kerja yang tepat pada keahlian tenaga kerjanya. Hal tersebut mampu merangsang produktivitas karena produktivitas merupakan ukuran dari ouput per satuan tenaga kerja.

Produktivitas tenaga kerja yang tinggi biasanya dikarenakan oleh tingginya investasi yang terserap ke dalam suatu sektor, baik itu berupa PMA maupun PMDN sehingga dapat dikatakan bahwa PMA dan PMDN memiliki pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada setiap sektor di Indonesia. Mengingat adanya keterkaitan dari pekerja paruh waktu, produktivitas tenaga kerja, PMA dan PMDN terhadap penyerapan tenaga kerja, maka akan dilakukan analisis untuk mengetahui pengaruh dari keempat variabel tersebut terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia dan sebagai salah satu cara untuk menyusun strategi yang tepat dalam menghadapi MEA 2015.

(28)

16

(29)

17

METODE ANALISIS

Jenis dan Sumber Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel, yaitu metode yang menggabungkan metode time series dan cross section Data time series yang digunakan adalah data tahunan selama lima tahun yaitu tahun 2008-2012, sedangkan data cross section sebanyak sembilan yang menunjukan sektor perekonomian utama di Indonesia. Sembilan sektor tersebut adalah pertanian (termasuk perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan); pertambangan dan penggalian; industri; listrik, gas, dan air; konstruksi; perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi; transportasi, pergudangan dan komunikasi; lembaga keuangan, real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan; jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan. Adapun variabel-variabel ekonomi yang digunakan adalah tenaga kerja yang bekerja, jumlah pekerja paruh waktu, produktivitas tenaga kerja, serta investasi yang terdiri dari PMA dan PMDN.

Sumber data diperoleh dari berbagai instansi dan media terkait berdasarkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Adapun instansi dan media yang dimaksud adalah BPS, PUSTADINAKER , serta studi kepustakaan berupa literatur dan buku-buku yang didapat dari perpustakaan IPB dan juga website lainnya.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan kuantitatif. Adapun metode kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis pengaruh pekerja paruh waktu, produktivitas tenaga kerja, serta PMA dan PMDN terhadap penyerapan tenaga kerja adalah analisis dengan menggunakan regresi panel data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel dan E-views 6. Untuk analsis deskriptif adalah dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil pengolahan data dan penjelasan analisisnya dipaparkan dalam bab pembahasan.

1. Regresi Panel Data

Untuk dapat mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan analisis regresi Ordinary Least Square (OLS) terhadap model dengan kombinasi time series dan cross section, atau disebut juga data panel (pooled data).

(30)

18

lebih baik pada model-model regresi dibandingkan data time series atau crosss section, di antaranya menurut Baltagi (2008) adalah :

1. Bila data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, negara, daerah, dan lain-lain pada waktu tertentu, maka data tersebut heterogen. Teknik penaksiran data panel yang heterogen secara eksplisit dapat dipertimbangkan dalam perhitungan.

2. Kombinasi data time series dan cross section memberikan informasi lebih lengkap, beragam, kurang berkorelasi antar variabel, derajat bebas lebih besar dan lebih efisien.

3. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis dibandingkan studi berulang-berulang dari cross section.

4. Data panel lebih baik mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diukur oleh data time series atau cross section.

5. Data panel membantu untuk menganalisis perilaku yang lebih kompleks, misalnya fenomena skala ekonomi dan perubahan teknologi.

6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi individu atas perusahaan karena unit data lebih banyak.

Estimasi model pada penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu metode efek tetap (fixed effect) dan metode efek acak (random effect) (Gujarati 2006). Kedua metode tersebut akan dipilih yang sesuai dengan menggunakan uji

Chow dan Uji Hausman. 2. Metode Fixed Effect

Estimasi pada metode Fixed Effect (efek tetap) dapat dilakukan dengan pembobot (cross section weight) atau General Least Square (GLS) atau tanpa pembobot (no weighted) atau Least Square Dummy Variabel (LSDV). Tujuan dilakukannya pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section (Gujarati, 2006) .Kesulitan terbesar dalam pendekatan metode kuadrat terkecil biasa adalah adanya asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan, baik antar daerah maupun antar waktu yang mungkin tidak beralasan. Generalisasi secara umum sering dilakukan dengan memasukkan variabel boneka (dummy variabel) untuk memungkinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik lintas unit cross section maupun antar waktu.

(31)

19

Dengan menggunakan pendekatan ini, akan terjadi degree of freedom. Pertimbangan pemilihan pendekatan yang digunakan ini didekati dengan menggunakan statistik F yang berusaha memperbandingkan antara nilai jumlah kuadrat error dari proses pendugaan dengan metode kuadrat terkecil dan efek tetap yang telah memasukkan variabel boneka. Secara umum dirumuskan sebagai berikut :

FN+T-2,NT-N-T = ……….. (3.2)

dimana ESS1 dan ESS2 adalah jumlah kuadrat sisa dengan menggunakan metode kuadrat kecil biasa dan model efek tetap, sedangkan statistik F mengikuti distribusi F dengan derajat bebas NT-1 dan NT-N-K. Nilai statistik F uji inilah yang kemudian diperbandingkan dengan nilai statistik F tabel yang akan menentukan pilihan model yang akan digunakan.

3. Metode Random Effect

Metode efek acak memasukkan parameter-parameter yang berbeda antar daerah maupun antar waktu ke dalam error. Hal inilah yang membuat model efek juga disebut model komponen error (error component model). Penggunaan model efek acak ini dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap. Hal ini berimplikasi parameter yang merupakan hasil estimasi akan menjadi semakin efisien. Keputusan untuk memasukkan variabel boneka dalam model efek tetap tak dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan konsekuensi (trade off). Penambahan variabel boneka ini akan dapat mengurangi banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Berkaitan dengan hal ini, dalam model data panel dikenal pendekatan ketiga yaitu model random effect (efek acak). Dalam model efek acak, parameter-parameter yang berbeda antar daerah maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error. Karena hal inilah, model efek acak juga disebut model komponen error (error component model). Bentuk model acak dijelaskan pada persamaan berikut ini :

Yit =αit + Xjitβj + Uit……… (3.3)

Di mana αit diasumsikan sebagai variabel random dari rata-rata nilai

intersep (αi). Nilai intersep untuk masing-masing individu dapat dituliskan :

αit= αi+ it I = 1,2, ……, N…….. (3.4)

Dimana αi adalah rata-rata intersep, it adalah random error (yang tidak bisa diamati) yang mengukur perbedaan karakteristik masing-masing individu. Model efek acak ini kemudian dapat ditulis dengan rumus :

Yit = αit + Xjitβj+ it + uit ………... (3.5)

Yit= αit + Xjitβj+ ωit……….. (3.6)

Dimana:

(32)

20

Bentuk ωit terdiri dari komponen error term yaitu it sebagai komponen cross section dan uit yang merupakan gabungan dari komponen time series error

dan komponen error kombinasi. Model efek acak akhirnya dapat ditulis dengan

Pada persamaan tersebut diasumsikan bahwa error secara individual tidak saling berkorelasi begitu juga dengan error kombinasinya. Penggunaan model efek acak ini dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti pada model efek tetap. Hal ini mengakibatkan parameter yang hasil estimasi menjadi semakin efisien. Penggunaan model efek tetap atau acak ditentukan dengan menggunakan uji Hausman.

Namun disamping dengan menggunakan uji hausman, terdapat beberapa pertimbangan untuk memilih apakah akan menggunakan fixed effect atau random effect. Apabila diasumsikan bahwa i dan variabel bebas X berkorelasi, maka fixed effect lebih cocok untuk dipilih. Sebaliknya, apabila i dan variabel bebas X

tidak berkorelasi, maka random effect yang lebih baik untuk dipilih. Beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan acuan untuk memilih antara fixed effect atau

random effect adalah :

1. Bila T (banyaknya unit time series) besar sedangkan N (jumlah unit cross section) kecil, maka hasil fixed effect dan random effect tidak jauh berbeda sehingga dapat dipilih pendekatan yang lebih mudah untuk dihitung yaitu

fixed effect model.

2. Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan akan berbeda jauh. Sehingga apabila diyakini bahwa unit cross section yang dipilih dalam penelitian diambil secara acak (random) maka random effect harus digunakan. Sebaliknya apabila diyakini bahwa unit cross section yang dipilih dalam penelitian tidak diambil secara acak, maka harus meggunakan fixed effect.

3. Apabila komponen error individual ( i) berkorelasi dengan variabel bebas X maka parameter yang diperoleh dengan random effect akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan fixed effect tidak bias.

4. Apabila N besar dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari random effect dapat terpenuhi, maka random effect lebih efisien dibandingkan fixed effect.

4. Uji Kesesuaian Model

Pada penelitian ini, uji kesesuaian model dari kedua metode pada teknik estimasi panel data dapat dilakukan dengan menggunakan Hausman Test.

(33)

21 Seperti yang diketahui bahwa penggunaan model fixed effect mengandung suatu unsure trade off yaitu hilangnya derajat kebebasan dengan memasukkan variabel

dummy. Namun, penggunaan metode random effect juga harus memperhatikan ketiadaan pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut :

H0 : Model Random Effect

H1 : Model Fixed Effect

Dasar penolakan hipotesa nol tersebut diperoleh dengan menggunakan pertimbangan statistik Chi-Square. Statistik Hausman dirumuskan dengan :

m = β – b M0– M1-1 β –b ~ χ2 K ……… (3.10)

dimana :

β = vektor statistik variabel fixed effect

b = vektor statistik variabel random effect

(M0) = matriks kovarian untuk dugaan model fixed effect

(M1) = matriks kovarian untuk dugaan model random effect

Jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari Chi-Square (χ2) tabel, maka

cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang lebih baik digunakan adalah model fixed effect, begitu pula sebaliknya.

Perumusan Model

Perumusan model regresi panel data dilakukan dengan memasukan peubah-peubah yang diduga secara signifikan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia seperti tercantum pada model persamaan regresi panel data sebagai berikut:

LnTKit = α0 + lnβ0PWit + lnβ1Prodit+ lnβ2PMAit + lnβ3PMDNit + εit .... (3.11)

Dimana:

lnTKit = Jumlah tenaga kerja Indonesia sektor i pada tahun t (persen)

lnPWit = Jumlah pekerja paruh waktu sektor i pada tahun t (persen)

lnProdit = Jumlah produktivitas tenaga kerja sektor i pada tahun t (persen)

lnPMAit = Nilai penanaman modal asing sektor i pada tahun t (persen)

lnPMDNit = Nilai penanaman modal dalam negeri sektor i pada tahun t

(persen)

(34)

22

Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini didasarkan pada persamaan model penelitian ini yaitu koefisien variabel pekerja paruh waktu (β0) >0, koefisien variabel produktivitas tenaga kerja (β1) < 0, koefisien variabel PMA (β2) > 0,

dan koefisien variabel PεDN (β3) > 0. Variabel pekerja paruh waktu, PMA, dan PMDN diduga berpengaruh secara signifikan dan berkorelasi positif dengan penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Sedangkan untuk variabel produktivitas tenaga kerja diduga berpengaruh secara signifikan dan berkorelasi positif dengan penyerapan tenaga kerja.

Uji Hipotesis

Uji hipotesis berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang didapat signifikan (pada taraf nyata) atau tidak. Maksud dari signifikan ini adalah suatu nilai koefisien regresi yang secara signifikan tidak sama dengan nol. Jika koefisien slope sama dengan nol, berarti dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Oleh karena itu, untuk kepentingan tersebut semua koefisien regresi harus diuji.Ada dua jenis hipotesis terhadap regresi yang dapat dilakukan. Pertama disebut dengan uji-F, yaitu digunakan untuk menguji koefisien (slope) regresi secara bersama-sama. Kedua disebut dengan uji-t yang digunakan untuk menguji koefisien regresi termasuk intercept secara individu.

1. Uji Statistik Model Penduga

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas dalam model secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel terikat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-F yaitu perbandingan nilai kritis F dengan nilai hasil F-hitung. Pengujian pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dilakukan melalui pengujian besar perubahan variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh perubahan nilai semua variabel bebas. Analisis pengujian tersebut adalah sebagai berikut :

Perumusan Hipotesis : H0 : β1 = β2 = β3 = βk = 0

H1 :εinimal ada satu nilai β yang tidak sama dengan nol. Jika Fhitung > Ftabel di mana koefisien regresi berada di luar daerah penerimaan H0 maka tolak H0, artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel terikatnya. Jika Fhitung < Ftabel maka terima H0, artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikatnya.

2. Uji Statistik untuk masing-masing variabel (uji-t)

(35)

23 individu berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikatnya. Adapun analisis pengujiannya sebagai berikut:

Perumusan Hipotesis : H0 : βi = 0

H1 : βi ≠ 0 ; i = 0, 1, 2, …, k k = koefisien slope

Berdasarkan hipotesis tersebut dapat terlihat arti dari pengujian yang dilakukan yaitu berdasarkan data yang tersedia, akan dilakukan pengujian

terhadap βi (koefisien regresi populasi), apakah sama dengan nol, yang berarti variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat, atau tidak sama dengan nol yang berarti variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Penentuan nilai kritis pada penentuan hipotesis terhadap koefisien regresi dapat dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi normal dan dengan memperhatikan tingkat

signifikansi (α) dan banyaknya sampel (n) yang digunakan.

ttabel= t (α / 2), (n-k-1) ………..(3.12)

Menghitung nilai t-hitung koefisien variabel bebas :

thitung = ………...…… (3.13)

dengan :

βi = Nilai koefisien regresi atau parameter variabel

Se (βi) = Simpangan baku untuk βi Penerimaan atau penolakan H0:

Jika thitung> tTabel maka tolak H0

Jika thitung< tTabel maka terima H0

Apabila keputusan yang diperoleh adalah tolak H0, maka koefisien βi tidak sama dengan nol yang menunjukkan bahwa βi nyata atau memiliki nilai

yang dapat memengaruhi nilai variabel terikat.

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi yang dinotasikan dengan R2, sering secara informal digunakan sebagai statistik untuk kebaikan dari kesesuaian model (goodness of fit), mengukur berapa persentase variasi dalam peubah terikat mampu dijelaskan oleh informasi peubah bebas untuk membandingkan validitas hasil analisis model regresi (H1 benar) (Juanda 2009). R2 menunjukkan besarnya pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel terikat. R2 memilih range antara 0 ≤ R2≤ 1. Jika

R2 bernilai 1 maka garis regresi menjelaskan 100 persen variasi dalam Y. Sedangkan jika R2 = 0 maka garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam Y. Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut :

(36)

24 di mana:

RSS = Jumlah Kuadrat Regresi TSS = Jumlah Kuadrat Total

Tidak tepatnya keberadaan titik-titik pada garis regresi disebabkan adanya faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap variabel bebas. Jika tidak ada penyimpangan tentu tidak akan ada error. Jika itu terjadi, maka ESS = 0, yang berarti RSS = TSS atau R2 = 1. Dengan kata lain, semua titik observasi berada tepat di garis regresi. Jadi, TSS sesungguhnya adalah variasi dari data, sedangkan RSS adalah variasi dari garis regresi yang dibuat.

Uji Asumsi Klasik

Uji pelanggaran asumsi dilakukan dalam rangka menghasilkan model yang efisien, visibel dan konsisten. Uji asumsi klasik dilakukan dengan mendeteksi gangguan waktu (time-related disturbance), gangguan antara individu atau antar sektor ekonomi, dan gangguan akibat keduanya.

1. Multikolinearitas

Multikolinearitas terjadi jika pada suatu model regresi tak satu pun variabel bebas mempunyai koefisien regresi dari OLS (Ordinary Least Square) yang signifikan secara statistik, walaupun nilai R2 tinggi. Indikasi multikolinearitas tercermin dari nilai t dan F statistik hasil regresi. Jika banyak koefisien parameter dari t statistik diduga tidak signifikan sementara F hitungnya signifikan, maka patut diduga ada Multikolinearitas. Multikolinearitas dapat diatasi dengan memberi perlakuan cross section weights, sehingga t-statistik maupun F-hitung menjadi signifikan (Gujarati 2006).

2. Autokorelasi

Autokorelasi atau korelasi serial adalah suatu keadaan di mana kesalahan pengganggu dalam periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengangu dari periode lainnya. Menurut Pyndick (1991) autokorelasi dapat memengaruhi efisensi estimatornya.Untuk mendeteksi adanya autokorelasi atau korelasi serial adalah dengan melihat nilai Durbin Watson (DW) dalam Eviews. Menurut Juanda (2009) untuk mengetahui selang nilai statistik Durbin-Watson serta keputusannya dapat digunakan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3 Selang Nilai Statistik Durbin-Watson serta Keputusannya

Nilai DW Keputusan

4 – dL < DW < 4 Terdapat autokorelasi negatif 4 – dU < DW < 4 – Dl Hasil tidak dapat ditentukan

2 < DW < 4 – Du Tidak ada autokorelasi dU < DW < 2 Tidak ada autokorelasi DL < DW < Du Hasil tidak dapat ditentukan

0 < DW < dL Terdapat autokorelasi positif

(37)

25

3. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan di mana varian dari suatu kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua variabel bebas, yaitu:

E(Xi, i) ≠ 0 ………(3.15)

Sehingga

Var( i) ≠ ζ2 ………..………...……….(3.16)

Hal ini merupakan pelanggaran salah satu asumsi tentang model regresi linear berdasarkan metode kuadrat terkecil. Salah satu asumsi yang digunakan dalam regresi adalah bahwa Var( i) = ζ2, untuk semua , artinya untuk semua kesalahan pengganggu variannya sama. Pada umumnya heteroskedastisitas terjadi di dalam analisis data cross section, yaitu data yang menggambarkan keadaan pada suatu waktu tertentu. Jika pada model dijumpai heteroskedastisitas, maka model menjadi tidak efisien meskipun ada masalah heteroskedastisitas maka hasil regresi akan menjadi misleading (Gujarati 2006).

Pendeteksian terhadap pelanggaran asumsi heteroskedastisitas dilakukan dengan White Heteroscedasticity dalam program Eviews. Dengan uji White, dibandingkan Obs* Squared dengan X (Chi-Squared) tabel.Jika nilai Obs* R-Squared lebih kecil daripada X (Chi-R-Squared) tabel, maka tidak ada heteroskedastisitas pada model data panel dalam Eviews. Pengolahan data panel dalam Eviews 6.1 yang menggunakan metode General Least Square (cross

section weights) untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dengan

membandingkan Sum Square Resid pada Weight Statistic dengan Sum Squared Resid Unweighted Statistic. Jika Sum Square Resid Weighted Statistic < Sum Squared Resid Unweighted Statistic maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Perlakuan yang diberikan untuk menghilangkan heteroskedastisitas adalah dengan mengestimasi GLS dengan White Heteroskedasticity (Widarjono 2007).

4. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu memiliki distribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak digunakan uji Jarque-Bera

atau J-B Test. J-B Test membandingkan antara nilai J-B (χ2 hitung) terhadap χ2 tabel (Chi-Square).

Rumus yang digunakan (Insukindro, 2004) adalah:

JB = (N-k)/6 . [S2 + ¼ (K-3)2] ... (3.17) dimana:

S = Swekness dari stochastic term error K = Kurtosis dari stochastic term error

k = Banyaknya koefisien yang digunakan dalam persamaan N = Jumlah observasi

(38)

26

Analisis SWOT

Menurut Siagian (2002), analisis SWOT adalah instrumen perencanaaan

strategis yang klasik. “SWOT” merupakan akronim untuk kata-kata Strengths

(kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Oportunities (peluang) dan Threats

(kekuatan). Faktor kekuatan dan kelemahan datangnya dari dalam, sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor-faktor lingkungan yang berasal dari luar. Dalam merumuskan kebijakan terkait dengan penyerapan tenaga kerja, juga diperlukan Analisis SWOT. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, instrumen ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk merumuskan dan melaksanakan sebuah strategi kebijakan guna mengatasi permasalahan penyerapan tenaga kerja. Analisis SWOT terdiri dari (Pearce, 2008):

a. Strengths (Kekuatan)

Merupakan sumber daya atau kapabilitas yang tersedia, sehingga membuat daerah tersebut menjadi lebih unggul. Dikatakan demikian karena suatu daerah memiliki sumber daya alam, sumber daya manusia, keterampilan penduduk dan produk andalan dan sebagainya yang membuat daerah tersebut lebih kuat dari pada daerah lainnya.

b. Weaknesses (Kelemahan)

Merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam satu atau lebih sumber daya atau kapabilitas suatu daerah, sehingga menghambat kinerja efektif daerah tersebut.

c. Oportunities (Peluang)

Merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam suatu daerah. d. Threats (Ancaman)

Merupakan situasi yang tidak menguntungkan dalam suatu daerah. Apabila tidak diatasi, ancaman dapat menjadi penghalang dalam pengembangan suatu daerah baik untuk masa sekarang maupun masa depan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaram Umum Penyerapan Tenaga kerja di Indonesia

Gambar

Gambar 1. Grafik jumlah pekerja paruh waktu di Indonesia periode 2008-2012
Tabel 1 Penduduk Usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan (juta orang)
Tabel 2     Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis Kegiatan Utama, 2010-2012 (Juta orang)
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Calon tidak dapat menja-wab dengan tepat mengikut kehendak soalan. Kebanyakan mereka tidak dapat mengua-sai kata tugas bagi setiap item yang dikemukakan.. -

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan pengangkatan PNS dalam jabatan strukutral pada Pemerintah Kota Padang yang mengacu pada UU No.43 Tahun 1999

Hasil pengujian tarik sambungan dengan berbagai arah gaya terhadap arah serat didapatkan bahwa kekuatan lem lebih tinggi dari kekuatan bahan (kayu kamper) dan kerusakan yang

dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Analisis Manajemen Pembiayaan Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Menurut Perspektif Ekonomi

AICS - Inventarisasi Bahan Kimia Australia; ASTM - Masyarakat Amerika untuk Pengujian Bahan; bw - Berat badan; CERCLA - Undang-Undang Tanggapan, Kompensasi, dan Tanggung Jawab

Furthermore, the coefficient of foreign tourist as much as 0.60894 has the meaning that if the number of foreign tourist visit increase by 1 percent, then the labor absorption in

Kecermatan dalam menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi penggilas roda

Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan unsur penting dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari anggota keluarga, sehingga kehidupan