• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Kebun Raya Bogor Sesuai Daya Dukung Kawasan Wisata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Kebun Raya Bogor Sesuai Daya Dukung Kawasan Wisata"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK EKONOMI DAN STRATEGI PENGELOLAAN

KEBUN RAYA BOGOR SESUAI DAYA

DUKUNG KAWASAN WISATA

ISTERAH

DEPARTEMEN EKONOMI DAN SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Kebun Raya Bogor Sesuai Daya Dukung Kawasan Wisata adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

(4)

ABSTRAK

ISTERAH. Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Kebun Raya Bogor Sesuai Daya Dukung Kawasan Wisata. Dibimbing oleh Meti Ekayani dan Nuva.

Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan tempat koleksi tumbuhan dan konservasi ex-situ yang juga dikembangkan untuk rekreasi dan kegiatan wisata edukasi observasi alam. Peningkatan jumlah pengunjung dari tahun ke tahun secara langsung dan tidak lagsung mendatangkan income generating bagi masyarakat lokal. Namun, di sisi lain juga dapat mengurangi manfaat ekologi. Oleh karena itu, merujuk pada potensi dampak positif dan negatif yang timbul dari aktifitas wisata di KRB maka perlu diketahui daya dukung kawasan, dampak ekonomi kegiatan wisata serta strategi pengelolaan objek wisata KRB. Perolehan daya dukung kawasan per hari adalah sebesar 29 655 orang. Rasio yang paling besar terdapat pada kegiatan pengamatan flora yaitu sebesar 41.67%. Angka rasio ini menunjukkan bahwa kondisi KRB saat ini masih dibawah daya dukung kawasan KRB seharusnya. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata diukur dengan nilai efek pengganda (multiplier effect) dan diperoleh nilai keynesian income multiplier sebesar 1.00. Ratio income multiplier tipe 1 sebesar 1.4, dan ratio income multiplier tipe 2 sebesar 1.6. Hasil tersebut menunjukan bahwa kawasan KRB memiliki nilai dampak ekonomi yang cukup besar dan mempengaruhi perekonomian masyarakat lokal. Hasil analisis SWOT menunjukkan beberapa alternatif strategi pengelolaan diantaranya: (1) mempertahankan sistem pengelolaan wisata termasuk penyesuaian harga tiket masuk wisata KRB yang terjangkau; (2) pihak pengelola dan pengunjung wisata saling bekerja sama menjaga kelestarian SDAL di KRB; (3) meningkatkan promosi wisata KRB terutama untuk kegiatan penelitian; (4) penambahan segmentasi wisata yang ditetapkan pihak pengelola agar terhindar dari over carrying capacity di titik-titik area kawasan tertentu; (5) peningkatan edukasi flora bagi pengunjung terutama anak sekolah; (6) meningkatkan kualitas dan menata unit usaha di KRB yang tetap mempertimbangkan kelestarian KRB sebagai konservasi ex-situ; dan (7) meningkatkan dan memperjelas informasi mengenai fasilitas-fasilitas yang tersedia dan info mengenai keberagaman biodiversitas.

(5)

ABSTRAK

ISTERAH. Economic Impact and Management Strategy of Bogor Botanical Garden According to the Carrying Capacity of Tourism. Supervised by METI EKAYANI and NUVA.

Bogor Botanical Garden is an ex-situ conservation which provides variety of flora that developed for recreation and natural observation tourism. The increasing of visitors every year directly and indirectly produce income generating for the local community. Besides, it also can decrease the ecological functions. Therefore, based on the potensial positive and negative impact of the tourism activity, it is necessary to recognize the carrying capacity, economic impact, and management strategy of Bogor Botanical Garden. The result shows that the estimation of area carrying capacity is 29 655 people/day. The highest carrying capacity ratio is the observations of flora that is 41.67%. This ratio indicated that existing condition of Bogor Botanical Garden is still lower than the area carrying capacity should be. The economic impact generated from tourism activities was measured by the value of the multiplier effect. The values of

keynesian income multiplier was 1.00, ratio income multiplier type 1 was 1.4, and ratio income multiplier type 2 was 1.6. These results indicate that Bogor Botanical Garden has considerable economic impact and affected the economy of local communities. Based on SWOT analysis, some alternative management strategies are: (1) maintain the tourism management system including affordable entrance fee of Bogor Botanical Garden travel, (2) the management and tourist should work together to preserve natural resources and environment, (3) increase tourism promotion primarily for research activities, (4) tourism segmentation in order to avoid over-carrying capacity in the points of specific areas, (5) improvement of flora education which is offered by the human resources in tourism, (6) improve and manage the business units which considering of sustainability as ex-situ conservation, and (7) improve and explain about the information of availability of facilities and biodiversities.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi dan Sumberdaya dan Lingkungan

DAMPAK EKONOMI DAN STRATEGI PENGELOLAAN

KEBUN RAYA BOGOR SESUAI DAYA

DUKUNG KAWASAN WISATA

ISTERAH

DEPARTEMEN EKONOMI DAN SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Kebun Raya Bogor Sesuai Daya Dukung Kawasan Wisata

Nama : Isterah NIM : H44090121

Disetujui oleh

Dr. Meti Ekayani, S. Hut, M.Sc Pembimbing I

Nuva, S.P, M.Sc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah ekonomi wisata, dengan judul Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Kebun Raya Bogor Sesuai Daya Dukung Kawasan Wisata. Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Dodi Satam dan Ibunda Betrida, serta adik-adikku tersayang Hardian Satam dan Rayhan Satam yang selalu memberikan doa dan motivasi.

2. Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Ibu Nuva, S.P, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah mendidik dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

3. Bapak Ir. Nindyantoro, M.SP sebagai dosen penguji utama, yang telah memberikan masukan dan arahan pada ujian sidang skripsi.

4. Bapak Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si sebagai dosen penguji wakil departemen, yang telah memberikan masukan dan arahan pada ujian sidang skripsi.

5. Bapak Prof. Dr. Akhmad Fauzi, S.P, M.Sc sebagai dosen pembimbing akademik, yang telah memberi arahan dan masukan selama penulis menjalani kuliah.

6. Pihak pengelola KRB, LIPI KRB, Kantor Disbudpar Kota Bogor, dan masyarakat sekitar kawasan KRB yang telah banyak memberikan saran dan informasi selama pengumpulan data.

7. Keluarga besar Departemen ESL FEM IPB, para dosen beserta staf atas semua dukungan dan bantuan.

8. Keluarga kosan Harmoni: Mei Lianti, Mirna, Arfi, Wawa, Ria, Weny, Meilisa, Cindy, Tika, Rayteh, Kak Grif dan Ibu Oki yang telah memberi doa, semangat, dan bantuannya.

(11)

10. Rekan-rekan sebimbingan skripsi: Rere, Pipit, Nando, Abhe, Iin, dan Rifki yang telah bekerjasama selama masa bimbingan skripsi.

11. Teman-teman: Septy, Nissa, Nur Cahaya, Diena, Hesti, Anissia, Sari, Lungit, Santi, Widia, Desi, Dear, Romil, Gugat, Yasmin, Anindyah, Yuki dan seluruh keluarga ESL 46.

Semoga skripsi ini bermanfaat sebagai panduan penelitian dan berbagai pihak dalam mengembangkan suatu kawasan wisata.

Bogor, Mei 2014

(12)

DAFTAR ISI

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kebun Raya Bogor ... 5

2.2 Konservasi Ek situ (Ex-situ Conservation) ... 5

2.3 Pariwisata ... 6

2.4 Carrying Capacity ... 7

2.5 Dampak Ekonomi Pariwisata ... 8

2.6 Penelitian Terdahulu ... 9

III KERANGKA PEMIKIRAN... 11

IV METODE PENELITIAN ... 14

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 14

4.3 Penentuan Jenis Sampel ... 14

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 15

4.4.1 Analisis Daya Dukung Kawasan ... 16

4.4.2 Dampak Ekonomi Kawasan Wisata KRB ... 17

4.4.3 Matriks SWOT ... 18

4.4.3.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE-EFE) ... 18

4.4.3.2 Matriks Internal-Eksternal (IE) ... 19

4.4.4.3 Matriks SWOT ... 20

V GAMBARAN UMUM ... 21

5.1 Sejarah Kebun Raya Bogor ... 21

5.2 Manajemen Pengelolaan ... 22

5.3 Peranan Kebun Raya dalam Pembangunan ... 23

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

6.1 Daya Dukung Kawasan Kebun Raya Bogor ... 25

6.1.1 Karakteristik Responden Pengunjung ... 25

6.1.2 Persepsi Responden Pengunjung terhadap Kawasan Wisata KRB ... 28

(13)

6.1.4 Luas Area Wisata dan Waktu yang disediakan Pihak Pengelola ... 33

6.1.5 Daya Dukung untuk Setiap Kegiatan Wisata ... 34

6.2 Dampak Ekonomi Kebun Raya Bogor ... 40

6.2.1 Dampak Ekonomi ... 40

6.2.2 Dampak Ekonomi Langsung (Direct Effect) ... 42

6.2.3 Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Effect) ... 43

6.2.4 Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Effect) ... 46

6.2.5 Nilai Efek Pengganda (Multiplier Effect) ... 46

6.3 Strategi Pengelolaan Objek Wisata Kebun Raya Bogor ... 48

6.3.1 Tahapan Masukan (Input Stage) ... 48

6.3.1.1 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ... 49

6.3.1.2 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) ... 51

6.3.2 Tahap Pencocokan (Matching Stage) ... 52

6.3.2.1 Matriks IE (Internal-Eksternal) ... 53

6.3.2.2 Matriks SWOT ... 55

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

7.1 Simpulan ... 61

7.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 66

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Beberapa penelitian yang relevan sebelum dijadikan referensi ... 9

2. Matriks metode analisis data ... 16

3. Analisis faktor internal ... 19

4. Analisis faktor eksternal ... 19

5. Matriks SWOT ... 20

6. Karakteristik responden pengunjung berdasarkan faktor sosial ekonomi ... 26

7. Karakteristik kunjungan responden pengunjung kawasan wisata KRB ... 27

8. Persepsi responden pengunjung terhadap kawasan wisata KRB ... 29

9. Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (SDAL) di sekitar kawasan KRB ... 30

10. Preferensi responden pengunjung dalam hitungan luas dan waktu ... 32

11. Preferensi responden pengunjung dalam hitungan spot dan waktu untuk kegiatan fotografi... 32

12. Luas dan waktu yang disediakan pengelola per kegiatan wisata dalam satu hari ... 33

13. Luas dan waktu yang disediakan pengelola kegiatan wisata fotografi profesional dalam satu hari ... 34

14. Perhitungan daya dukung setiap kegiatan wisata ... 35

15. Perhitungan daya dukung kegiatan wisata fotografi ... 35

16. Daya dukung kawasan KRB ... 38

17. Perbandingan daya dukung kawasan KRB dengan jumlah pengunjung saat Low Season dan Peak Season ... 39

18. Proporsi pengeluaran responden pengunjung di kawasan KRB per bulan Tahun 2013 ... 41

19. Dampak ekonomi langsung di kawasan KRB per bulan Tahun 2013 ... 42

20. Pengeluaran unit usaha di kawasan KRB per bulan Tahun 2013 ... 44

21. Dampak ekonomi tidak langsung di kawasan KRB per bulan Tahun 2013 ... 45

22. Dampak ekonomi lanjutan di kawasan KRB per bulan Tahun 2013 ... 46

23. Nilai efek pengganda dari arus uang yang terjadi di kawasan KRB Tahun 2013 ... 47

(15)

25. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) ... 51

26. Matriks SWOT Objek Wisata KRB Tahun 2013 ... 56

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Grafik peningkatan jumlah pengunjung ... 3

2. Kerangka pemikiran penelitian ... 13

3. Matriks Internal-Eksternal (IE) ... 20

4. Matriks Internal-Eksternal (IE) Objek Wisata KRB Tahun 2013 ... 53

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Perhitungan daya dukung kawasan wisata KRB berdasarkan kegiatan wisata yang dilakukan ... 67

2. Proporsi pengeluaran pengunjung kawasan wisata KRB per bulan Tahun 2013 ... 70

3. Pengeluaran unit usaha kawasan wisata KRB ... 75

4. Pendapatan tenaga kerja kawasan wisata KRB ... 78

5. Pengeluaran tenaga kerja lokal per bulan di kawasan dan di luar kawasan KRB Tahun 2013 ... 79

6. Perhitungan efek pengganda ... 82

7. Pembobotan faktor internal ... 83

8. Pembobotan faktor eksternal ... 84

(16)
(17)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara mega biodiversity yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna dengan nilai ekonomi tinggi perlu menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati tersebut agar tidak hilang dan punah. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk serta kebutuhan akan akan lahan yang tinggi dan sulit didapat menyebabkan masyarakat cenderung mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan. Hal ini menyebabkan tekanan terhadap habitat flora di Indonesia termasuk di kawasan hutan. Berdasarkan hal tersebut, pelaksanaan konservasi perlu dilakukan untuk dapat mempertahankan kelestarian berbagai jenis flora yang ada.

Upaya konservasi bisa dilakukan secara ex-situ maupun in-situ. Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor – LIPI merupakan salah satu lembaga konservasi ex-situ tumbuhan bagi usaha penyelamatan jenis-jenis tumbuhan dari kepunahan. Pada umumnya tumbuhan dikonservasi di tempat asalnya (in-situ). Namun, hal ini tidak mungkin diterapkan untuk semua jenis tumbuhan dikarenakan terdapat beberapa jenis tumbuhan mempunyai resiko kepunahan di tempat asalnya, baik yang dieksploitasi oleh manusia maupun tumbuhan yang sudah mulai langka, sebaiknya dikonservasi di luar habitatnya (ex-situ) (LIPI 2004).

(18)

yang dapat menunjang kegiatan wisata alam dan pendidikan lingkungan, seperti papan interpretasi, pemanduan keliling, dan layanan wisata flora.

Kebun Raya Bogor menjadi salah satu tujuan wisata yang sangat diminati karena menyajikan paronama arsitekstur lanskap yang bernuansa alami dengan iklim mikro yang dapat memberikan kesegaran dan ketenangan ditengah keramaian Kota Bogor. Peranan KRB sebagai wisata edukasi, khususnya pendidikan lingkungan menjadi lebih populer karena pengunjung dapat menikmati langsung keindahan kebun raya sekaligus menambah wawasan dan pengetahuannya tentang tumbuh-tumbuhan.

Peningkatan jumlah kunjungan di daerah tujuan wisata secara langsung dan tidak langsung dari kegiatan wisata dapat mendatangkan keuntungan ekonomi khususnya bagi masyarakat lokal (Ekayani and Nuva 2012). Keberadaan KRB sebagai kawasan wisata, mendorong terciptanya lapangan kerja baru sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pelaku usaha di dalam maupun di sekitar kawasan KRB.

1.2 Perumusan Masalah

(19)

Oleh karena itu, sangat perlu dihitung carrying capacity KRB untuk kegiatan wisata.

Sumber : LIPI (2013)

Gambar 1 Grafik peningkatan jumlah pengunjung KRB

Di sisi lain, peningkatan jumlah pengunjung juga memberikan manfaat bagi masyarakat pelaku usaha yang terkait dengan kegiatan wisata di KRB. Semakin banyak jumlah pengunjung KRB maka akan semakin besar dampak ekonomi yang dirasakan para pelaku usaha tersebut. Guna mengetahui seberapa penting kegiatan wisata di KRB bagi masyarakat sekitar, perlu diketahui seberapa besar dampak ekonomi dari adanya kegiatan wisata di KRB. Dampak ekonomi dari kegiatan wisata dapat dilihat dengan mengikuti aliran pengeluaran pengunjung di dalam dan di luar kawasan wisata yang terkait dengan kegiatan wisata.

Kegiatan wisata di KRB yang memberikan manfaat bagi perekonomian masyarakat, di sisi lain dapat mengancam kelestarian fungsi utama KRB sebagai kawasan konservasi ex-situ tumbuhan. Oleh karena itu, agar pengelolaan kawasan wisata dapat dilakukan secara berkelanjutan perlu dikaji strategi pengelolaan yang dapat menjamin tidak over carrying capacity namun tetap memberikan manfaat ekonomi, sehingga kelestarian KRB tetap terkelola dengan baik.

(20)

1. Berapa kapasitas daya dukung yang dimiliki kawasan Kebun Raya Bogor terhadap kegiatan wisata?

2. Bagaimana dampak ekonomi kegiatan wisata di Kebun Raya Bogor?

3. Bagaimana strategi pengelolaan Kebun Raya Bogor yang sesuai daya dukung kawasan (DDK) dan memberikan manfaat ekonomi?

1.3 Tujuan

Merujuk dari perumusan permasalahan yang sudah diuraikan, maka secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pengelolaan wisata Kebun Raya Bogor sesuai daya dukung dan memberikan manfaat ekonomi. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Menghitung daya dukung kapasitas kawasan Kebun Raya Bogor terhadap kegiatan wisata.

2. Mengestimasi dampak ekonomi kegiatan wisata di Kebun Raya Bogor. 3. Membangun strategi pengelolaan Kebun Raya Bogor sesuai daya dukung

kawasan (DDK) dan memberikan manfaat ekonomi. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian

(21)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebun Raya Bogor

Berdasarkan SK Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia No. 1151/M/2001 Kebun Raya Bogor ditetapkan sebagai Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT), berstatus Eselon II, di bawah Kadeputian Ilmu Pengetahuan Hayati – LIPI. Sedangkan Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi dan Kebun Raya Bali masing–masing berstatus sebagai UPT Balai Konservasi Tumbuhan (Eselon III) di bawah koordinasi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Ruang lingkup tugas dan fungsi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor – LIPI diuraikan dengan jelas dalam Keputusan Presiden RI No 103 Tahun 2001.

Kebun raya merupakan koleksi tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat penyebaran berbagai spesies tumbuhan (Soemarwoto 1983). Sedangkan Mamiri (2008) menyatakan bahwa kebun raya merupakan suatu tempat dimana terdapat berbagai macam varietas tumbuhan yang ditanami dengan tujuan untuk kegiatan penelitian, pendidikan, ornamental (hiasan), termasuk di dalamnya meliputi perpustakaan, herbarium, greenhouse dan arboretum. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor meningkatkan jumlah koleksi tanaman, dimana pada tahun 2006 pihak setempat melakukan kegiatan eksplorasi flora ke kawasan hutan konservasi di Sumatra Barat dan Sumatra Selatan sesuai dengan kerangka kegiatan yang direncanakan tahun 2003. Hasil analisis menunjukan bahwa kegiatan tersebut berjalan dengan baik. Meskipun demikian masukan dari berbagai pihak yang menekankan perlunya perencanaan dan prioritas jenis tumbuhan yang akan dikoleksi melalui studi pustaka dan spesimen herbarium yang lebih mendalam harus diperhatikan dengan baik dan benar (Soemarwoto 1983).

2.2 Konservasi Ek situ (Ex-situ Conservation)

(22)

Undang-Undang tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup No. 23 tahun 1997, kegiatan konservasi meliputi tiga hal, yaitu; 1) melindungi keanekaragaman hayati (biological diversity); 2) mempelajari fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati; 3) memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk kesejahteraan umat manusia. Bentuk konservasi dapat dibagi menjadi dua yaitu konservasi ex-situ dan konservasi in-situ.

Menurut Soemarwoto (2004), konservasi ex-situ adalah perlindungan spesies di luar distribusi alami dari populasi tetuanya. Konservasi ini merupakan proses melindungi spesies tumbuhan dan hewan (langka) dengan mengambilnya dari habitat yang tidak aman. Sedangkan konservasi in-situ adalah perlindungan spesies dan habitat alami serta pemeliharaan keanekaragaman hayati dalam lingkungan alaminya, seperti kebun binatang. PKT-KRB merupakan kawasan konservasi ex-situ terbesar di Indonesia dengan koleksi tanaman sebagian besar berasal dari kepulauan Indonesia dan sebagian lagi berasal dari mancanegara. Selain itu, PKT- KRB menjadi salah satu kawasan konservasi tujuan wisata alam di Kota Bogor (LIPI 2004).

2.3 Pariwisata

Menurut Soemarwoto (2004), pariwisata adalah industri yang kelangsungan kegiatannya sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan. Tanpa lingkungan yang baik, kegiatan pariwisata tidak akan berkembang. Oleh karena itu di dalam pengembangan pariwisata, asas pengelolaan lingkungan untuk membangun pembangunan yang berkelanjutan bukanlah hal yang abstrak, melainkan pembangunan yang terlihat jelas dan konkrit. Beberapa yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pariwisata adalah : (a) daya dukung lingkungan; (b) keanekaan (pilihan jenis wisata); (c) keindahan alam; (d) vandalisme (kegiatan manusia yang merusak lingkungan); (e) pencemaran; (f) dampak sosial ekonomi budaya; dan (g) zonasi.

(23)

tidak hanya sekedar mampu menjadi sektor andalan dalam usaha meningkatkan perolehan devisa untuk pembangunan, akan tetapi juga mampu mengentaskan kemiskinan. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan yang menyebutkan bahwa tujuan pengembangan pariwisata itu adalah

a) Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu dan daya tarik wisata.

b) Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antarbangsa. c) Memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja. d) Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan

kesejahetraan dan kemakmuran rakyat. e) Mendorong pendayagunaan produk nasional.

Upaya mengentaskan kemiskinan dilakukan agar dapat meningkatkan dan memperluas lapangan pekerjaan serta dapat mensejahterakan rakyat. Hal ini berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi wisata di KRB dari aliran pengeluaran pengunjung sehingga berdampak positif terhadap dampak ekonomi masyarakat sekitar guna pembangunan berkelanjutan.

2.4 Carrying Capacity (Daya Dukung)

Hendee et al., (1978) menyatakan bahwa daya dukung adalah konsep dasar dalam pengelolaaan sumber daya alam yang merupakan batas penggunaan suatu area yang dipengaruhi oleh berbagai faktor alami untuk daya tahan terhadap lingkungan, misalnya makanan, tempat berlindung, atau air. Daya dukung untuk wisata alam merupakan konsep dasar yang dikembangkan untuk kegiatan pemanfaatan jasa sumberdaya alam dan lingkungan secara lestari berdasarkan kemampuan sumberdaya alam itu sendiri. Konsep ini dikembangkan dengan tujuan untuk mengurangi atau meminimalisir kerusakan sumberdaya alam dan lingkungannya sehingga dapat dicapai pengelolaan sumberdaya alam yang optimal secara kuantitatif maupun kualitatif dan berkelanjutan (Davis dan Tisdell 1995; Hawkins et al., 2005).

(24)

Perencanaan pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan daya dukung berdasar atas tujuan pariwisata. Sarana pariwisata juga merupakan faktor dalam penentuan daya dukung, antara lain jalan dan tempat peristirahatan. Selain itu juga penting untuk melihat dari segi kemampuan lingkungan untuk mendukung sarana itu. Perencanaan wisata yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan akan menurunkan kualitas lingkungan dan rusaknya ekosistem yang dipakai untuk pariwisata itu, sehingga akhirnya akan menghambat bahkan menghentikan perkembangan pariwisata itu (Soemarwoto 2004). Namun, di sisi lain dengan adanya peningkatan jumlah pengunjung, KRB memberikan peluang bagi masyarakat pelaku usaha terkait kegiatan wisata di KRB untuk meningkatkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2.5 Dampak Ekonomi Pariwisata

Wisatawan yang datang ke suatu daerah tujuan wisata merupakan sumber pendapatan (income generator) dan alat pemerataan (redistribution of income) bagi masyarakat lokal dan unit-unit usaha yang dikunjungi (Yoeti 2008). Wisatawan tersebut datang ke suatu daerah wisata dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan sumber daya dan fasilitas yang telah disediakan. Selain itu, wisatawan biasanya mengeluarkan uang untuk berbagai keperluan yang kemudian meningggalkan tempat tersebut untuk kembali ke rumah atau negaranya (Pitana dan Diarta 2009). Pengeluaran wisatawan tersebut memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat lokal yang dinamakan multiplier effect. Keberhasilan pengembangan pariwisata di suatu daerah terlihat dari besarnya pengaruh uang yang dibelanjakan wisatawan terhadap perekonomian lokal.

(25)

aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan oleh pembelanjaan rumah tangga. Rumah tangga membelanjakan pendapatan bersumber dari upah atau gaji dari berbagai komponen usaha pariwisata.

Selain memberikan dampak positif terhadap perekonomian lokal, terdapat sebagian pengeluaran wisatawan yang tidak berdampak pada perekonomian lokal, hal ini dinamakan kebocoran (leakage) (Yoeti 2008; Vanhove 2005). Pada dasarnya, kebocoran terjadi karena uang tersebut dibelanjakan di luar kegiatan perekonomian daerah tujuan wisata, misalnya digunakan untuk membeli makanan dan minuman yang berasal dari luar daerah tujuan wisata, serta biaya transportasi.

2.6 Penelitian Terdahulu

Tabel 1 Beberapa penelitian yang relevan sebelum dijadikan referensi

No Peneliti Judul Hasil penelitian

1. Muttaqien (2011) Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang

Hasil penelitian menunjukkan dampak ekonomi langsung sebesar 21,4%, dampak ekonomi tidak langsung 4.96%, dampak ekonomi lanjutan 83,5%, keynesian multiplier 0.51%, nilai ratio income multiplier luasan areal tanaman koleksi Kebun Raya Bogor berdaya dukung tinggi dan 35% berdaya dukung sedang. Berdasarkan kelangkaan satwa, 93% luasan areal tanaman koleksi berdaya

Berdasarkan hasil analisis SWOT, diperoleh 11 alternatif strategi pengembangan KRB sebagai objek wisata yaitu Strategi S-O : (1) memperkuat aksesbilitas lintas kabupaten atau kota Bogor dengan mengembangkan linkage wisata, (2) mengembangkan kekhasan produk wisata alam yang ada di Kebun Raya Bogor, (3) menambah objek wisata baru; Strategi W-O

(26)
(27)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan salah satu kawasan konservasi ex-situ tumbuhan di Indonesia. Sebagai fungsi konservasi ex-situ, KRB perlu mempertahankan kelestarian plasma nutfah dengan mengoleksi beragam tumbuhan endemik dan non-endemik dari berbagai negara, termasuk berbagai daerah di Indonesia yang dikelompokkan sesuai jenisnya. Selain fungsi utamanya sebagai tempat konservasi tumbuhan KRB juga cocok sebagai tempat untuk kegiatan wisata edukasi observasi alam.

Keberadaan KRB sebagi objek wisata sejak dahulu hingga kini memiliki peranan penting dan banyak diminati karena menyajikan keindahan paronama yang indah. Hal ini dapat dilihat dari fungsinya untuk melindungi tumbuhan-tumbuhan yang sudah mulai langka sekaligus bermanfaat untuk mengurangi pemanasan global. Fungsi konservasi dan wisata tersebut pada dasarnya bersifat trade-off, yang berarti pengunjung dengan jumlah yang berlebih akan memberi

tekanan terhadap dampak lingkungan dan dampak sosial bagi manusia itu sendiri. Dampak lingkungan yang dialami akan terjadi apabila timbulnya masalah seperti polusi udara karena tingkat polusi bergerak seiring dengan pertambahan jumlah penduduk disuatu wilayah. Polusi ditimbulkan oleh asap kendaraan yang jumlahnya semakin bertambah.

(28)
(29)

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Penelitian

Fungsi Wisata Fungsi Konservasi

Ex-situ

Analisis SWOT

Strategi pengelolaan Wisata Kebun Raya Bogor sesuai daya dukung dan

memberikan manfaat ekonomi Trade off

Daya dukung kapasitas (DDK) Multiplier

Effect

Kelestarian Plasma Nutfah Income

Generating

Kawasan konservasi Ex-situ Kebun Raya Bogor

Maksimalisasi manfaat ekonomi dapat mengurangi manfaat ekologi dan sebaliknya

Daya dukung wisata Dampak

(30)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kebun Raya Bogor dipilih sebagai lokasi penelitian karena KRB merupakan kawasan konservasi ex-situ tertua dan terbesar di Indonesia. Selain sebagai kawasan konservasi, KRB juga diminati wisatawan untuk kegiatan wisata terutama edukasi lingkungan. Carrying capacity perlu diteliti karena untuk menghindari terancamnya fungsi utama KRB sebagai konservasi ex-situ, sedangkan dari aspek dampak ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tersebut. Saat ini, kegiatan ekonomi di sekitar KRB juga berkembang seiring dengan semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung. Pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2013.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder yang digunakan mengenai keadaan umum lokasi penelitian dan berbagai data yang relevan dengan topik penelitian yang bersumber dari pengelola KRB. Sedangkan data primer berupa pengamatan secara langsung terhadap masyarakat pelaku usaha terkait kegiatan wisata di dalam dan di luar kawasan KRB dan wawancara secara langsung terhadap responden dan key person melalui kuesioner. Kuesioner terhadap responden yang akan di wawancarai yaitu pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja yang terkait dengan kegiatan wisata di KRB serta dari pihak pengelola KRB dan Dinas Kebudayaan Pariwisata.

4.3 Penentuan Jumlah Sampel

(31)

demografi, cara kedatangan, dan tujuan wisata. Pemilihan responden wisatawan didasarkan pada kriteria perbedaan aktivitas yang dilakukan secara kedatangan wisatawan, apakah dengan kendaraan umum atau pribadi serta apakah wisatawan tersebut datang berkelompok, keluarga, atau sendiri. Selain pengunjung, wawancara juga dilakukan kepada unit usaha dan tenaga kerja. Unit usaha dan tenaga kerja dipilih usaha yang terkait dengan kegiatan wisata di KRB dan mewakili jenis-jenis usaha tersebut.

Jumlah responden yang digunakan untuk penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin (Prasetyo et al., 2007) yaitu :

n= N/ (1+Ne²) ...(1) Dimana n adalah ukuran sampel, N adalah banyaknya populasi, dan e adalah nilai kritis. Banyaknya populasi pengunjung yang berwisata ke KRB tahun 2012 sebesar 988 282 orang dengan galat sebesar 10 %, maka diperoleh jumlah responden yang diambil sebanyak 100 responden. Responden terpilih untuk tenaga kerja dan unit usaha sekitar masing-masing sebanyak 30 orang. Hal tersebut sesuai dengan ukuran minimum sampel yang dikemukakan Gay dalam (Wardiyanta 2006). Responden Key Person yang diwawancarai sebanyak 5 orang dari KRB dan 1 orang dari Dinas Kebudayaan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bogor. Sedangkan responden pelaku usaha yang diwawancarai sebanyak 30 unit usaha dan 30 tenaga kerja. Key person yang diwawancara adalah staff LIPI diantaranya adalah Sub.Bagian umum dan Sub.Bidang registrasi, bagian jasa dan informasi, bagian seleksi dan pembibitan, pemeliharaan koleksi serta Kepala bidang pariwisata Disbudpar Kota Bogor.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis data

(32)

Tabel 2 Matriks metode analisis data

No Tujuan penelitian Data yang dibutuhkan Metode dan analisis data 1. Menghitung daya

1. Wawancara dengan pihak pengunjung

4.4.1 Analisis Daya Dukung Kawasan

Analisis daya dukung ditujukan pada pengelolaan Kawasan Wisata Kebun Raya Bogor dengan memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada secara lestari. Dalam analisis ini digunakan data primer dan sekunder yang diperoleh dari hasil wawancara pengunjung dan pihak pengelola. Perhitungan daya dukung kawasan digunakan dengan pendekatan CC (Carrying Capacity) dengan formula sebagai berikut (Boullon, 1985 dalam Libosada, 1998) :

Carrying Capacity (CC) =

...(2) Koefesien rotasi =

(33)

4.4.2 Dampak Ekonomi Kawasan Wisata KRB

Dampak pengeluaran wisata terhadap perekonomian lokal diukur dengan ukuran yang dinamakan multiplier effect. Wisatawan membelanjakan uangnya di dalam maupun di luar kawasan wisata. Pengeluaran wisatawan di dalam kawasan wisata akan menjadi pendapatan unit usaha lokal, unit usaha lokal akan menyerap tenaga kerja lokal, dan akhirnya meningkatkan pendapatan masyarakat lokal. Sedangkan pengeluaran wisata di luar kawasan wisata tidak berdampak pada perekonomian lokal, sehingga dinamakan kebocoran (leakage).

Pada dasarnya, disebut kebocoran karena uang itu dibelanjakan di luar Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang dikunjungi wisatawan, sehingga uang itu tidak memberikan pengaruh terhadap kegiatan perekonomian lokal. Aliran sejumlah uang dari pengeluaran wisatawan di kawasan wisata akan memberikan dampak terhadap perekonomian lokal berupa dampak langsung (direct effect), tidak langsung (indirect effect), dan lanjutan (induced effect) (Vanhove 2005). Dampak langsung (direct effect) dihitung dari pendapatan bersih unit usaha yang diperoleh dari pengeluaran wisatawan di kawasan wisata. Dampak tidak langsung (indirect effect) dihitung dari pendapatan tenaga kerja di tingkat lokal. Ketiga dampak ekonomi tersebut diperoleh dari:

- Dampak Ekonomi Langsung (D) : Pendapatan bersih pemilik unit usaha - Dampak Ekonomi Tidak Langsung (N) : Pendapatan tenaga kerja dan biaya

operasional unit usaha di lokasi wisata

- Dampak Ekonomi Lanjutan (U) : Pengeluaran tenaga kerja di sekitar lokasi wisata

Marine Ecotourism for Atlantic Area (META) (2001) menyatakan bahwa terdapat dua tipe pengganda dalam mengukur dampak ekonomi wisata terhadap masyarakat lokal, yaitu :

1. Keynesian lokal income multiplier, nilai ini menunjukkan seberapa besar peningkatan pengeluaran wisatawan berdampak pada pendapatan lokal.

(34)

lokal. Metode ini mengukur dampak tidak langsung (indirect) dan dampak lanjutan (induced). Secara sistematis, kedua metode tersebut dirumuskan : Keynesian local Income mutiplier = ...(5) Ratio Income Multiplier, Tipe I = ...(6) Ratio Income Multiplier, Tipe II = ...,...(7) Dimana:

E = Tambahan pengeluaran wisatawan (Rp)

D = Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rp) N = Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari (Rp) U = Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rp)

4.4.3 Matriks SWOT

Analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasikan berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi pemecahan permasalahan. Analisis ini pada dasarnya dipertimbangkan secara logika dengan memaksimalkan kekuatan (strenght) dan peluang (oppotunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). (Rangkuti 2008).

4.4.3.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE-EFE)

(35)

1. Data yang telah diperoleh diklasifikasikan berdasarkan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman).

2. Menentukan data faktor internal IFAS (Internal Factors Analysis Summary). Data yang telah diklasifikasikan menjadi faktor internal diberikan bobot pada setiap data tersebut, dimulai dari skala 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) berdasarkan seberapa besar pengaruh faktor tersebut terhadap wisata KRB. Jumlah dari semua bobot yang diberikan tidak boleh lebih dari skor 1,00. Kemudian setiap data tersebut juga diberikan rating mulai dari yang paling berpengaruh (diberikan nilai 4) hingga yang tidak berpengaruh (diberikan nilai 1). Setiap bobot lalu dikalikan dengan rating untuk memperoleh faktor pembobotan (bobot*rating). Hasil yang diperoleh akan menunjukkan rating dari unsur internal (Tabel 3).

Tabel 3 Analisis Faktor Internal

Faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot*Rating (Skor) Kekuatan (Strengths)

Kelemahan (Weaknesses) Total

Sumber : Rangkuti (2008)

3. Menentukan data faktor eksternal EFAS (External Factors Analysis Summary) dengan melakukan perlakuan yang sama seperti saat menentukan IFAS terhadap setiap data yang diperoleh (Tabel 4).

Tabel 4 Analisis Faktor Eksternal

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot*Rating (Skor) Peluang (Opportunities)

Ancaman (Threats) Total

Sumber : Rangkuti (2008)

4.4.3.2 Matriks Internal-Eksternal (IE)

Matriks Internal-Eksternal (IE) merupakan gabungan matriks EFE dan IFE yang telah dihasilkan dari tahap input (input stage) dan memposisikan kawasan wisata dalam tampilan sembilan sel IE dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda-beda (David 2009), yaitu:

(36)

yang paling tepat untuk semua divisi ini adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, ke depan dan horizontal).

2. Sel 3, 5, dan 7 merupakan daerah pertahanan dan pelihara (hold and maintain). Strategi yang tepat untuk tipe ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

3. Sel 6, 8 atau 9 adalah daerah panen atau divestasi (harvest or divestiture). Strategi yang sesuai untuk kondisi dalam sel ini adalah strategi divestasi, diversifikasi konglomerat dan likuidasi.

Kuat Rata-rata Lemah (3.0-4.0) (2.0-2.99) (1.0-1.99) Tinggi

(3.0-4.0) Menengah (2.0-2.99) Rendah (1.0-1.99) Sumber : David (2009)

Gambar 3 Matriks Internal-Eksternal (IE)

4.4.4.3 Matriks SWOT

Matriks SWOT adalah sebuah alat pencocokan untuk menyusun formulasi strategi yang dapat mengembangkan empat jenis strategi : Strategi SO (kekuatan-peluang), Strategi WO (kelemahan-(kekuatan-peluang), Strategi ST (kekuatan-ancaman), Strategi WT (kelemahan-ancaman). Alat analisis pencocokan faktor internal dan eksternal ini merupakan bagian yang sulit untuk mengembangkan Matriks SWOT dan memerlukan penilaian yang terbaik, dan tidak ada satu pun kecocokan terbaik (David 2009). Tujuan dari formulasi strategi ini adalah untuk menghasilkan rumusan arahan strategi pengembangan potensi wisata di KRB dengan pendekatan Matriks SWOT (Tabel 5).

Tabel 5 Matriks SWOT IFAS

EFAS STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO

THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT

(37)

V GAMBARAN UMUM

5.1 Sejarah Kebun Raya Bogor

Kebun Raya Bogor (KRB) terletak di tengah-tengah kota Bogor dengan ketinggian 260 m dpl, dengan curah hujan yang tinggi antara 3.000 – 4.300 mm per tahun (Pemerintah Kota Bogor 2012). KRB merupakan museum tanaman hidup dengan koleksi tanaman tropis terlengkap di dunia, dibangun dengan sebuah konsep pertamanan yang indah. Lokasi KRB sangat strategis karena mudah dijangkau dari mana saja. Lokasinya yang dekat dengan jalan tol dapat mudah diakses oleh pengunjung dari luar kota Bogor. Kebun Raya Bogor sebagai kebun botani tropis yang terkenal di dunia disamping berfungsi sebagai kebun riset tanaman tropis, juga merupakan kebun rekreasi yang cukup menyenangkan. (Ningsih 2012).

Menurut Subarna (2003), pada tanggal 18 Mei 1817, pihak pengelola melakukan pemancangan patok pertama, kemudian pada saat itu juga sekaligus menandai berdirinya kebun raya yang diberi nama ‘sLands Plantentuin atau Hortus Botanicus Bogoriensis seluas 47 hektar yang berdampingan dengan Istana

Gubernur Jendral Hindia Belanda di Bogor atau sekarang terkenal dengan nama Istana Presiden Bogor. Setelah mengalami perkembangan sekarang luasnya menjadi 87 hektar. Tujuan pembentukan kebun raya pada waktu itu adalah melakukan eksplorasi kekayaan alam hayati Indonesia dan melaksanakan percobaan-percobaan penanaman tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang diimpor dari luar Indonesia.

(38)

Seiring dengan perubahan kondisi politik dan kebijakan di Indonesia, maka status dan fungsi KRB turut berubah mengikuti peraturan yang berlaku. Ruang lingkup kerja KRB berkembang dengan berbagai fungsi khusus. Lembaga dengan fungsi khusus yang menjadi bagian kebun raya kemudian lepas dan berdiri sendiri. Pada tahun 1986 status KRB ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) berdasarkan Keppres RI No. 1 tahun 1986 yang berada di bawah Kedeputian Ilmu Pengetahuan Alam, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan pembina harian Puslitbang Biologi-LIPI dan membawahi tiga Kebun Raya lainnya yaitu: Cabang Balai Pengembangan Kebun Raya Cibodas, Cabang Balai Pengembangan

Kebun Raya Purwodadi dan Cabang Balai Kebun Raya “Eka Karya” Bali

(Subarna 2003).

Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 103 Tahun 2001, tentang susunan Organisasi dan tugas Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dan keputusan kepala lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor : 1151/M/2001 tentang organisasi dan tata kerja LIPI, maka kebun raya mengalami perubahan struktur baik tingkat eselon maupun nama lembaga. Perubahan tersebut dari UPT Balai Pengembangan Kebun Raya Bogor-LIPI (eselon III) menjadi Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor-LIPI (eselon II) (Subarna 2003).

5.2 Manajemen Pengelolaan

Menurut Subarna (2003), sebagai kebun botani yang perlu dipelihara dengan baik terutama koleksi tanamannya, maka KRB/LIPI melalui bidang Konservasi ex-situ, melakukan kegiatan yang dimulai dari pengadaan bahan seleksi dan pembibitan, penanaman koleksi baru, pemeliharaan koleksi yang sudah ada, reintroduksi tanaman langka, pencatatan penambahan maupun pengurangan koleksi tanaman di kebun, dan pencatatan pembungaan.

(39)

Visi : Menjadi kebun raya terbaik kelas dunia, terutama dalam bidang konservasi tumbuhan, penelitian dan pelayanan dalam aspek botani, pendidikan lingkungan, hortikultura, lanskap dan pariwisata.

Misi : Melestarikan, mendayagunakan dan mengembangkan potensi tumbuhan melalui kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, rekreasi serta peningkatan apresiasi masyarakat terhadap kebun raya, tumbuhan dan lingkungan dalam upaya pemanfaatan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat (social welfare).

5.3 Peranan Kebun Raya dalam Pembangunan

Menurut Subarna (2003), peranan Pusat Konservasi Tumbuhan KRB/LIPI dalam masa pembangunan ini dapat ditinjau dari berbagai sudut. Pertama dari segi preservasi (pengawetan) sumber genetis tumbuh-tumbuhan. Terdapat 18 intensifikasi penebangan pohon-pohon hutan untuk memperoleh devisa dalam jangka pendek, maka banyak sekali jenis tumbuh-tumbuhan yang belum dikembangkan menjadi tanaman ekonomi seperti rotan, pohon sumber getah/resin, buah-buahan hutan, anggrek-anggrek liar dan sebagainya yang sudah dipergunakan oleh masyarakat setempat untuk sumber hidupnya musnah tanpa ada kesempatan untuk dikonservasi.

(40)

Indonesia juga hasil dari tukar-menukar biji tanaman dengan kebun raya lain di dunia.

(41)

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Daya Dukung Kawasan Kebun Raya Bogor

Daya dukung kawasan Kebun Raya Bogor (KRB) perlu diketahui agar pengembangan wisata yang berkelanjutan dapat tercapai tanpa mengubah keadaan fisik dan mutu lingkungan sekitarnya. Peningkatan jumlah kunjungan setiap tahunnya (Gambar 1) terutama saat peak season merupakan salah satu alasan yang mendasari penting diketahui daya dukung kawasan perlu diteliti sebagai batasan pengembangan agar tidak merusak ekosistem. Oleh karena itu, daya dukung kawasan harus dikaitkan dengan jumlah maksimum wisatawan yang dapat ditampung oleh kawasan wisata berdasarkan kegiatan wisata yang dilakukan, untuk mengetahui daya dukung keseluruhan KRB perlu diketahui daya dukung untuk setiap kegiatan wisata berdasarkan preferensi pengunjung dan pihak pengelola.

6.1.1 Karakteristik Responden Pengunjung

Karakteristik responden dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan faktor sosial ekonomi pengunjung yang terdiri dari jenis kelamin, umur, asal kota, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, status pernikahan, dan jumlah tanggungan. Sedangkan untuk karakteristik kunjungan berwisata responden terdiri dari frekuensi kunjungan, motivasi kunjungan, datang ke tempat wisata sendiri/rombongan, tujuan kedatangan, waktu berkunjung, keinginan untuk mengunjungi kembali, dan penyebab ingin mengunjungi kembali.

(42)

Tabel 6 Karakteristik responden pengunjung berdasarkan faktor sosial ekonomi.

Tabel 6 mengedintifikasikan karakteristik responden pengunjung berdasarkan faktor-faktor sosial ekonomi dengan berdasarkan usia, asal kota, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Sebaran usia responden pengunjung KRB sebagian besar berada pada kisaran umur antara 17 sampai 25 tahun, hal ini menggambarkan bahwa kawasan wisata yang di tawarkan digemari oleh pengunjung usia muda baik yang masih SMA hingga sudah bekerja. Sebagian besar responden pengunjung KRB lebih didominasi oleh penduduk lokal (Kota dan Kabupaten Bogor) yang lokasinya masih berdekatan dan jarak yang mudah dijangkau oleh wisatawan. Selain itu letak tempat wisatanya yang strategis sehingga pengunjung cepat mengetahui keberadaan letak Kebun Raya Bogor itu sendiri.

(43)

yang terdapat di kawasan tempat wisata tersebut. Jenis pekerjaan responden pengunjung sebagian besar berasal dari semua jenis pekerjaan, karena tingkat kemampuan ekonomi dari semua pekerjaan mampu untuk berwisata dengan tarif tiket masuk yang cukup terjangkau dengan tingkat pendapatan yang didominasi dengan kisaran antara Rp 500 001 sampai Rp 2 500 000 karena untuk berwisata ke KRB tidak membutuhkan biaya yang mahal.

a. Karakteristik kunjungan

Karakteristik berwisata responden pengunjung di KRB dapat diidentifikasi berdasarkan frekuensi kunjungan pengunjung selama satu tahun terakhir, motivasi kunjungan, kegiatan yang dilakukan, mengunjungi tempat wisata, kedatangan tempat dan jenis kendaraan yang digunakan oleh responden pengunjung. Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata ke KRB dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Karakteristik kunjungan responden pengunjung kawasan wisata KRB

Karakteristik Persentase (%)

1. Frekuensi kunjungan Tahun 2013

1 kali 42

5.Kedatangan ke tempat wisata merupakan

Tujuan utama 96

Tempat persinggahan 4

6.Frekuensi berkunjung

Satu hari 99

(44)

Tabel 7 Lanjutan

Karakteristik Persentase (%)

7. Keinginan untuk mengunjungi KRB kembali

Ya 100

Tidak 0

8. Penyebab ingin kembali ke KRB kembali

Letaknya dekat 18

Biaya rekreasi murah 12

Tempatnya indah dan menarik 17

Lainnya 53

Tabel 7 menunjukkan KRB telah menjadi salah satu tempat wisata strategis di Kota Bogor yang merupakan salah satu Lembaga Botani bersejarah di Indonesia, yang juga dikenal dengan baik di dunia Internasional. Hal ini terlihat dari frekuensi kunjungan sebesar 58% pengunjung telah berkunjung lebih dari satu kali. Berdasarkan hasil wawancara 100% reponden pengunjung mengatakan ingin untuk datang kembali ke KRB. Alasan keinginan kembalinya pengunjung salah satunya adalah letaknya yang strategis karena berada di pusat Kota Bogor dan juga dekat dari daerah Jakarta.

Sebagian besar motivasi responden pengunjung yang datang KRB adalah untuk berwisata. Wisatawan KRB memilih berwisata pada akhir pekan. Namun sebagian responden lain memilih hari biasa untuk berwisata dikarenakan agar tidak ramai pengunung dan lebih menikmati suasana yang asri. Responden pengunjung hampir 100% berwisata bersama rombongan atau beserta keluarganya, karena wisata KRB sangat tepat untuk berekreasi dengan keluarga maupun dengan kerabat dekat.

6.1.2 Persepsi Responden Pengunjung terhadap Kawasan Wisata KRB Pengembangan kawasan wisata KRB perlu didukung oleh minat pengunjung untuk datang ke kawasan wisata KRB oleh karena itu, diperlukan pengembangan agar bermanfaat bagi masyarakat dan menjadi salah satu pilar perekomian bangsa Indonesia.

(45)

kondisi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (SDAL) kawasan wisata KRB. Persepsi terhadap pengembangan sarana/prasarana KRB disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Persepsi responden pengunjung terhadap kawasan wisata KRB

Persepsi responden Kriteria Persentase % 1. Kemudahan dalam mencapai

lokasi 3. Fasilitas Sangat lengkap

Lengkap c. Tempat sampah Sangat baik

Baik d. Warung makan Sangat baik

Baik

e. Kios cinderamata Sangat baik 0

Baik 53

Buruk 40

Sangat buruk 3

Tidak tersedia 4

(46)

pengunjung untuk menjaga kebersihan masih kurang. Fasilitas lain seperti warung makan dan kios cinderamata masih tergolong kurang lengkap dikarenakan pihak pengelola membatasi adanya warung makan guna mementingkan kegiatan konservasi. Sedangkan untuk kios cinderamata pengunjung masih banyak belum mengetahui keberadaan kios cinderamata di dalam KRB dikarenakan kurangnya informasi yang disampaikan di pintu utama masuk KRB.

Tabel 9 Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (SDAL) di sekitar kawasan KRB

Persepsi responden Kriteria Persentase % 1. Kebersihan

(47)

beranggapan bahwa tempat sampah di KRB kurang memadai dan tidak terjangkau oleh pengunjung yang akan membuang sampah pada tempatnya. Kegiatan merusak lingkungan lainnya adalah mencoret-coret kursi atau memetik daun sembarangan. Sebesar 99% pengunjung beranggapan kegiatan vandalisme ini menimbulkan dampak negatif yang mengakibatkan lingkungan menjadi tidak terlihat asri lagi. Sedangkan untuk kelancaran air di mushola atau toilet sebesar 95% responden pengunjung menjawab sudah cukup baik dan terjaga kebersihannya. Hal ini terlihat bahwa kondisi airnya yang jernih dan tidak terlalu mengantri lama untuk memakai air yang tersedia di area mushola tersebut.

Pada indikator terakhir mengenai polusi udara menunjukkan sebesar 80% pengunjung lebih menikmati jalan kaki untuk mengitari wisata KRB dikarenakan suasana KRB yang masih asri membuat pengunjung nyaman untuk jalan santai mengitari kawasan tersebut. Namun disamping itu, wisatawan pengunjung secara tidak langsung merasakan adanya pencemaran polusi dari aktivitas wisata yang sedang berlangsung seperti terdapat asap rokok yang ditimbulkan oleh pengunjung, asap kendaraan yang masuk ke dalam kawasan KRB serta polusi udara yang tercemar di luar KRB.

6.1.3 Luas Area Wisata dan Waktu yang diperoleh Wisatawan

(48)

Tabel 10 Preferensi responden pengunjung dalam hitungan luas dan waktu

Berbeda dengan lima kegiatan wisata yang dibahas di atas, kegiatan wisata lain seperti fotografi memiliki perhitungan tersendiri. Hal ini dikarenakan kegiatan wisata yang dilakukan tidak hanya melakukan foto-foto biasa melainkan foto profesional yang ahli di bidang fotografi. Luasan yang digunakan pun berbeda seperti luasan yang digunakan pada kegiatan wisata pada Tabel 10 yaitu dengan mengetahui jumlah titik (per spot) untuk melihat perhitungan daya dukungnya. Preferensi kenyamanan pengunjung pada kegiatan fotografi disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Preferensi responden pengunjung dalam hitungan spot dan waktu untuk kegiatan fotografi

(49)

luasan yang disediakan melainkan jumlah unit yang disediakan oleh pihak pengelola. Berbeda dengan Tabel 11 untuk jenis kegiatan wisata fotografi tidak menggunakan luasan yang disediakan, namun memakai perhitungan kegiatan per spot. Hal ini dikarenakan kegiatan fotografi yang dilakukan bukan kegiatan foto-foto biasa melainkan foto-fotografi profesional yang memakai spot-spot tertentu untuk mengambil objek foto.

6.1.4 Luas Area Wisata dan Waktu yang disediakan Pihak Pengelola

Selain perferensi pengunjung, untuk menentukan daya dukung kawasan diperlukan data dari pihak pengelola mengenai luas dan waktu yang disediakan. Pihak pengelola menyediakan waktu dan luas yang berbeda-beda untuk setiap kegiatan wisata. Pihak pengelola menyediakan waktu kunjungan untuk wisatawan sebanyak 9 jam dimulai pada pukul 08.00 sampai pukul 17.00. Luas dan waktu yang disediakan untuk setiap setiap kegiatan wisata berdasarkan pihak pengelola disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Luas dan waktu yang disediakan pengelola per kegiatan wisata dalam satu hari

No Kegiatan wisata Luas yang disediakan *) (m²)

Waktu yang disediakan (Menit)

1. Duduk santai 13 081 540

2. Pengamatan flora 800 540

3. Jalan santai 1 076 540

 Per unit

4. Bersepeda 17 450

5. Kuliner 120 780

*)Perhitungan dilampiran 1

(50)

Tabel 13 Luas dan waktu yang disediakan pengelola kegiatan wisata fotografi profesional dalam satu hari

No Kegiatan wisata Spot yang dibutuhkan (Titik)

Waktu yang disediakan (Menit) Per spot

1. Fotografi 540

-Danau gunting 1 -

-Jl Kenari 1 -

-Jembatan gantung 1 -

-Cafe de daunan 1 -

Jumlah 4 540

Pihak pengelola kawasan wisata KRB menyediakan luas dan waktu yang sama kecuali untuk bersepeda dan kuliner. Dari 6 kegiatan wisata yang dapat dilakukan, pengelola menyediakan luasan yang paling besar untuk melakukan kegiatan wisata duduk santai, sedangkan untuk luas yang paling sedikit disediakan untuk kegiatan wisata fotografi dan kuliner. Sebenarnya dari pihak pengelola tidak membatasi pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata, ukuran luasan tersebut digunakan karena luasan tersebut sering digunakan oleh pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata tersebut kemudian pengelola baru menetapkan luasan untuk per kegiatan wisata. Berbeda dengan kegiatan wisata untuk fotografi dan kuliner, untuk fotografi dihitung berdasarkan kegiatan per spotnya sedangkan untuk kuliner dihitung berdasarkan pada jumlah unit bangku yang tersedia. Pihak pengelola KRB menyediakan waktu yang sama sesuai jam buka kunjungan yaitu selama 9 jam setara dengan 540 menit.

6.1.5 Daya Dukung untuk Setiap Kegiatan Wisata

(51)

Tabel 14 Perhitungan daya dukung setiap kegiatan wisata

Ket : *)data pihak pengelola **)Perhitungan dilampiran 1

Pada Tabel 15 untuk kegiatan fotografi, perhitungan yang dilakukan sama seperti pada Tabel 13. Daya dukung kawasan per hari yang diperoleh dari hasil perkalian daya dukung dan koefisien rotasi yang telah dihitung. Perhitungan daya dukung kawasan per hari untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 15 Perhitungan daya dukung kegiatan wisata fotografi

Kegiatan wisata

Berdasarkan preferensi pengunjung dan data dari pihak pengelola serta diperoleh daya dukung kawasan kegiatan wisata per hari. Berikut uraian masing-masing daya dukung kawasan sesuai dengan kegiatan wisata dari tabel 14 dan 15. 1. Duduk Santai

(52)

26 316 orang/hari. Perhitungan daya dukung kawasan untuk kegiatan duduk santai dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1.

2. Jalan santai

Kegiatan kedua yang paling digemari adalah jalan santai. Suasana pemandangan KRB yang sangat sejuk dan asri sangat tepat dilakukan pengunjung untuk jalan santai. Hal ini didukung Tabel 7 yang menunjukkan banyak rombongan dari institusi ataupun sekolah yang mengadakan suatu acara untuk gerak jalan atau untuk manambah pengetahuan mengenai konservasi tumubhan yang ada di KRB. Berdasarkan Tabel 14 kegiatan wisata jalan santai memiliki daya dukung sebanyak 215 serta daya dukung kawasan kegiatan jalan santai sebanyak 1 290 orang per hari. Perhitungan daya dukung kawasan untuk kegiatan jalan santai dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1.

3. Pengamatan Flora

Keindahan KRB yang asri dan sejuk membuat pengunjung nyaman untuk berwisata yang lokasinya cukup dijangkau oleh masyarakat khususnya yang berasal dari Bogor. Pohon-pohon yang besar dan rindang yang ada di KRB juga menarik minat pengunjung sehingga pengunjung betah untuk bersantai dan berlindung dari terik matahari. Jenis- jenis tumbuhan yang cukup kita kenal sampai saat ini salah satunya adalah Bunga Bangkai (Amorphophalus Titanum). Bunga ini pada saat akan mendekati mekar, akan mengeluarkan bau bangkai yang menyengat. Tinggi bunga ini dapat mencapai setinggi 4 meter dengan diameter sekitar 1,5 meter dan merupakan bunga majemuk terbesar didunia tumbuhan. Berdasarkan Tabel 14 maka kegiatan wisata pengamatan flora memiliki daya dukung untuk kegiatan pengamatan flora adalah sebanyak 200 orang dan daya dukung kawasan per hari untuk kegiatan wisata ini sebanyak 1200 orang. Perhitungan daya dukung kawasan untuk kegiatan pengamatan flora dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1.

4. Bersepeda

(53)

bersepeda. Sebagian orang menikmati keindahan suasana KRB dengan berjalan kaki, namun ada juga yang ingin menggunakan sepeda untuk mengelilingi KRB. Namun pihak pengelola hanya menyediakan 17 unit sepeda dikarenakan keterbatasan persediaan unit sepeda untuk pengunjung. Wisatawan pengunjung berharap untuk adanya penambahan unit sepeda sehingga memudahkan wisatawan berkelilingi mengitari KRB. Berdasarkan Tabel 14 menunjukan bahwa kegiatan bersepeda memiliki daya dukung kawasan sebanyak 85 orang dalam sehari. Hal ini menunjukkan pengunjung yang masih jarang menggunakan sepeda untuk berwisata di dalam area KRB. Perhitungan daya dukung dan daya tampung untuk kegiatan bersepeda dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1.

5. Fotografi

Kebun raya yang terletak di tengah kota Bogor menjadi tempat favorit sebagai tempat untuk berakhir pekan. Rerimbunan pohon yang telah berumur ratusan tahun di kebun raya juga menjadi tempat buruan untuk kegiatan foto hunting. Kegiatan fotografi ini merupakan fotografer profesional yang mencari objek foto dengan latar dan view yang bagus serta pengambilan teknik foto yang handal. Kegiatan fotografi diikuti dengan beberapa lomba dan tema yang mengembangkan keterampilan fotografinya. Selain kegiatan lomba-lomba fotografi, terdapat jasa pemotretan untuk pra wedding dengan ketentuan dan harga yang berlaku. Berdasarkan Tabel 15 daya dukung kegiatan fotografi sebesar 11 orang dan daya dukung kawasan per hari untuk fotografi sebanyak 44 kegiatan dalam sehari. Perhitungan daya dukung kawasan untuk kegiatan fotografi dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1.

6. Kuliner

(54)

masuk pengunjung KRB lainnya. Berdasarkan Tabel 14 maka kegiatan wisata kuliner memiliki daya dukung sebanyak 120 orang dan daya dukung kawasan per hari untuk kegiatan wisata ini sebanyak 720 orang. Perhitungan daya dukung dan daya tampung untuk kegiatan kuliner dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1. Berdasarkan uraian di atas maka daya dukung kegiatan wisata dan daya dukung kawasan per hari secara keseluruhan pada kawasan wisata KRB disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Daya dukung kawasan KRB

Kegiatan Wisata

Tabel 16 menunjukan bahwa dari seluruh kegiatan yang dapat dilakukan di KRB, daya dukung kawasan per hari adalah sebanyak 29 655 orang. Daya dukung kawasan terbesar terdapat pada kegiatan duduk santai. Kegiatan wisata ini sangat diminati pengunjung karena sebagian besar pengunjung melakukan rekreasi bersama keluarga atau dengan teman-temannya dengan membawa bekal makanan dari luar lokasi wisata. Rasio yang paling besar terdapat pada kegiatan pengamatan flora yaitu sebesar 41.67%. Hal ini dikarenakan kebutuhan luasan dan waktu yang digunakan pengunjung berbeda dengan kegiatan duduk santai. Angka rasio tersebut menunjukkan bahwa kondisi KRB masih dibawah daya dukung kawasan KRB, namun kondisi tersebut belum mempertimbangkan jumlah pengunjung pada saat peak season dan low season.

(55)

Tabel 17 Perbandingan daya dukung kawasan KRB dengan jumlah pengunjung saat low season dan peak season tahun 2013.

Hari Kunjungan Jumlah pengunjung per hari (a) *) DDK (b) Rasio (a/b*100%)

Senin 1 197 29 655 4.04

Berdasarkan data pada Tabel 17 perbandingan jumlah pengunjung KRB pada hari kerja yaitu hari senin sampai dengan hari jumat menunjukkan saat kondisi low season masih di bawah batas ambang daya dukung kawasan KRB. Pada waktu pekan jumlah rasio meningkat dikarenakan pengunjung sudah libur kerja ataupun sekolah. Berbeda halnya pada saat hari-hari libur (peak season) seperti hari lebaran. Liburan lebaran juga termasuk libur panjang yang wisatawannya tidak hanya berasal dari jabodetabek saja namun juga berasal dari luar pulau. Hari lebaran tersebut menunjukkan angka rasio sebesar 81.28% yang artinya hampir mendekati over carrying capacity (OCC) atau hampir melebihi batas ambang daya dukung kawasan KRB. Namun hasil perbandingan low season dan peak season tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat ruang untuk mengembangkan KRB sesuai dengan daya dukung kawasan.

Jika melihat kegiatan wisatawan di KRB, tidak semua area dikunjungi oleh pengunjung wisatawan, hanya titik-titik tertentu saja yang menjadi tempat favorit aktifitas wisata pengunjung. Lokasi area yang paling dominan dikunjungi diantaranya jembatan gantung, jembatan merah, lapangan di depan cafe de dauanan, area kolam teratai dan area danau gunting. Pada saat peak season wisatawan pengunjung sangat memadati lokasi area tersebut, sementara lokasi lainnya jarang sekali dikunjungi pengunjung. Hal ini dikhawatirkan adanya OCC pada titik tersebut walaupun secara keseluruhan KRB belum OCC. Oleh karena itu agar dapat terhindar dari OCC dititik-titik tersebut maka perlu adanya segmentasi wisata.

(56)

dan Nuva 2013; Zografos dan Allcroft 2007). Manfaat segmentasi wisata akan menghasilkan tambahan penerimaan dari adanya tiket kembali selain pada gerbang utama tempat wisata. Selain adanya tambahan penerimaan, segmentasi wisata juga dapat melindungi sumberdaya alam karena pengunjung tersebar dan tidak terpusat di satu titik area wisata. Hal ini akan dijadikan saran untuk strategi pengembangan KRB selanjutnya dan masih perlu pengawasan agar wisata tersebut jika mendekati terjadinya over carrying capacity, pihak pengelola KRB mampu mengendalikan situasi tersebut agar tetap menjadi salah satu tempat wisata yang menarik minat pengunjung namun kelestarian dan keasriannya tetap terjaga.

6.2 Dampak Ekonomi Kebun Raya Bogor 6.2.1 Dampak Ekonomi

(57)

Tabel 18 Proporsi pengeluaran responden pengunjung di kawasan KRB per bulan

- Transportasi pribadi 11 745 14.58

- Transportasi umum 7 940 9.86

- Penginapan 1 500 1.86

Total kebocoran/kunjungan (a) 40 950 50.84

Pengeluaran di dalam kawasan wisata

Total pengeluaran di lokasi/kunjungan (b) 39 600 49.16 Total pengeluaran pengunjung c = (a+b) 80 550 100.00 Total pengeluaran pengunjung per tahun

Total kebocoran tahun (e = c*proporsi a *d)

3 768 178 050 000

Berdasarkan data pihak pengelola KRB rata-rata jumlah kunjungan per tahun dari tahun 2010 sampai dengan 2012 cukup tinggi yaitu sebesar 920 190 orang, sehingga total kebocoran dari pengeluaran pengunjung pertahun yang diperoleh sangat tinggi yaitu sebesar Rp 3 768 178 050 000/tahun. Hasil ini diperoleh dari mengalikan total rata-rata pengeluaran pengunjung dengan proporsi kebocoran dan total kunjungan pertahun. Total rata-rata pengeluaran pengunjung per kunjungan di KRB cukup besar yaitu sebesar Rp 80 550/bulan, tingkat kebocoran dari aktivitas pengeluaran pengunjungpun cukup besar yaitu dengan proporsi 50.84 %, sehingga tingkat kebocoran di KRB sangat tinggi. Kebocoran yang terjadi berasal dari pengeluaran untuk konsumsi dari rumah dan pembelian biaya bahan bakar. Kebocoran terjadi karena sebagian besar pengunjung melakukan kegiatan wisata seperti piknik dengan keluarga ataupun kegiatan family gathering. Selain itu biaya bahan bakar yang cukup besar karena

(58)

6.2.2 Dampak Ekonomi Langsung (Direct Effect)

Dampak ekonomi langsung merupakan dampak yang langsung diperoleh dari pengeluaran aliran pengunjung saat berwisata. Dampak ekonomi secara langsung berasal dari transaksi pengunjung dengan unit usaha yang terdapat di kawasan objek wisata KRB. Rata-rata unit usaha yang terdapat pada KRB hanya ramai dikunjungi apabila akhir pekan dan hari libur nasional, namun pada hari kerja sebagian unit usaha masih tetap buka. Perhitungan dampak langsung yang dirasakan oleh unit usaha dapat dilihat pada Tabel 19 dan data perhitungan dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 3.

(59)

pengalian rata-rata pendapatan unit usaha perbulan dengan jumlah unit usaha di objek wisata KRB.

Namun untuk nilai dampak ekonomi langsung paling besar dirasakan oleh unit usaha cinderamata sebesar Rp 716 737 500/bulan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya populasi kios dan pedagang kaki lima cinderamata serta rata-rata pendapatan yang cukup besar yang dimiliki oleh unit usaha tersebut di KRB. Selain itu pengunjung wisatawan baik yang berasal dari Bogor maupun dari luar Bogor tertarik untuk membeli cinderamata sebagai oleh-oleh khas dari Bogor. Sehingga total dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh unit usaha di KRB sebesar Rp 954 759 844/bulan.

6.2.3 Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Effect)

Keberadaan wisata KRB memberikan peluang bagi masyarakat untuk mendirikan unit usaha. Keberadaan unit usaha di lokasi wisata membuka kesempatan kerja baru bagi masyarakat lokal. Jenis unit usaha yang ada di dalam kawasan wisata KRB antara lain yaitu koperasi unit usaha, kantin dharma wanita, warung tenda, cafe de dauanan, dan garden shop. Sedangkan unit usaha yang ada di luar kawasan wisata diantaranya warung makanan, penjual souvenir, penjual bakso, penjual asinan bogor, penjual talas bogor, dan penjual kelinci.

(60)

Tabel 20 Pengeluaran unit usaha di kawasan KRB per bulan Tahun 2013

Keterangan

Unit usaha cinderamata Unit usaha makanan Pedagang kaki lima Foto

(61)

Gambar

Gambar 1 Grafik peningkatan jumlah pengunjung KRB
Tabel 1 Beberapa penelitian yang relevan sebelum dijadikan referensi
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 2 Matriks metode analisis data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh potensi daya tarik Amorphophallus Titanum terhadap keputusan berkunjung wisatawan ke Kebun Raya Bogor tidak terlalu banyak

Sirkulasi untuk kendaraan servis sendiri itu bebas menyusuri seluruh jalan yang ada diKebun Raya Bogor tanpa melewati pintu masuk manapun karena kendaraan

Kebun Raya Cibodas (KRC) sebagai destinasi ekowisata perlu melakukan langkah tepat untuk meningkatkan kepercayaan pengunjung yang berpengaruh terhadap kunjungan wisata

Dalam menganalisis faktor yang menyebabkan pengembangan kawasan wisata Kebun Raya Masenrempulu Desa Batu Mila Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang, perlu diperhatikan

1) Mata Pencaharian, dimana setelah adanya pengembangan objek wisata Kebun Raya Massenrempulu itu mamberi pengaruh berupa munculnya mata pencarian baru serta lahinya

Penerapan nilai-nilai filosofi THK masyarakat sekitar kawasan Kebun Raya Bali meyakini sebagai dasar dalam pengembangan wisata alam Kebun Raya Bali Penerapan konsepsi THK

Industri objek wisata di Kabupaten dan Kota Bogor pada umumnya memiliki strategi yang sama yaitu dengan menarik pasar pengunjung dari Jabodetabek dan

66 POTENSI DAYA HAMBAT FILTRAT ZAT METABOLIT ACTINOMYCETES DARI KEBUN RAYA BOGOR TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans DAN Malassezia furfur Venita Octavia Tambunan1, Meiskha