PERAN MULTILATERAL INVESTMENT GUARANTEE AGENCY (MIGA) DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL ASING SECARA
LANGSUNG (FOREIGN DIRECT INVESTMENT)
S k r i p s i
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir dan Melengkapi Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
O l e h :
D I A N A W I J A Y A 1 0 0 2 0 0 2 1 7
Disetujui oleh :
Ketua Departemen Hukum Ekonomi
Windha, S.H., M.Hum NIP : 197501122005012002
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum
NIP : 195905111986011001 NIP : 197302202002121001
PROGRAM SARJANA ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberikan harapan, semangat, kekuatan, kesabaran, dan bimbingan
selama proses penulisan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikannya
dengan baik dan tepat waktu.
Penulisan skripsi yang berjudul “PERAN MULTILATERAL
INVESTMENT GUARANTEE AGENCY (MIGA) DALAM KEGIATAN
PENANAMAN MODAL ASING SECARA LANGSUNG (FOREIGN DIRECT
INVESTMENT)” ini ditujukan untuk memberikan informasi kepada para pembaca
mengenai fungsi dari lembaga MIGA di Indonesia dalam menyediakan jaminan
risiko politik bagi kegiatan investasi asing secara langsung. Selain itu, penulisan
skripsi ini juga ditujukan untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Hukum (SH) di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini tidaklah terlepas dari ketidaksempurnaan sehingga
penulis berharap agar semua pihak dapat memberikan masukan berupa kritik dan
saran yang membangun demi menghasilkan sebuah karya ilmiah yang lebih baik
dan lebih sempurna lagi baik dari segi substansi maupun cara penulisannya.
Secara khusus, penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada kedua orang tua penulis, Mukhtar Wong dan Ai Siang Hartono, yang telah
membesarkan, mendidik, dan mendukung penulis sehingga penulis dapat
memperoleh pendidikan formal sampai pada tingkat Strata Satu. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada kakak tercinta penulis, Dewi Wijaya dan Sari
skripsi. Semoga dengan berbekal pendidikan yang penulis tempuh selama ini
dapat membahagiakan dan membanggakan keluarga tercinta.
Tak lupa juga penulis menyampaikan ucapan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak rektor Universitas Sumatera utara (USU) Medan, Prof. Dr. dr. Syahril
Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K).
2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).
3. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum. selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) dan Dosen Pembimbing
I penulis. Di tengah kesibukan Beliau, Beliau selalu membantu penulis
dalam memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berguna dan berarti
atas penyelesaian skripsi ini. Penulis dalam kesempatan ini, secara khusus
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan dan
dukungan yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H., M.Hum, DFM selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).
5. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).
6. Ibu Windha, S.H., M.H. selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi dan
Dosen Hukum Ekonomi yang selalu membantu penulis dalam memberikan
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan dan
dukungan yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum selaku Sekretaris Jurusan Departemen
Hukum Ekonomi dan Dosen Hukum Ekonomi. Penulis dalam kesempatan ini
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Beliau atas segala
bantuan dan dukungan yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum. selaku Dosen Hukum Ekonomi
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) dan Dosen Pembimbing
II penulis. Dalam kesempatan ini, penulis secara khusus mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya atas ilmu yang telah dibagikan Beliau pada saat
perkuliahan dan sewaktu memberikan bimbingan bagi penulisan substansi
skripsi ini. Bagi penulis, Beliau merupakan figur yang teladan, tekun, dan
objektif dalam mendidik mahasiswa. Penulis sangat mengagumi dedikasi
Beliau dalam mengajarkan beberapa mata kuliah hukum ekonomi dengan
sistem dan cara yang mudah dipahami oleh mahasiwa. Penulisan skripsi ini
tidaklah mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan, kritik, dan
saran dari Beliau.
9. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H. selaku Guru Besar dan Dosen
Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU). Dalam
kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas
segala bantuan dan dukungan Beliau yang telah membantu penulis dalam
10. Ibu Dr. Keizerina Devi, S.H., M.Hum. selaku Dosen Hukum Ekonomi
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU). Dalam kesempatan ini,
penulis juga mengucapkan terima kasih atas segala ilmu yang telah dibagikan
Beliau selama menjadi dosen hukum ekonomi penulis.
11. Ibu Joiverdia Arifiyanto, S.H., M.H. selaku Dosen Hukum Ekonomi Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara (USU). Dalam kesempatan ini, penulis
juga mengucapkan terima kasih atas segala ilmu yang telah dibagikan Beliau
selama menjadi dosen hukum ekonomi penulis.
12. Ibu Dr. Utary Maharany Barus, S.H., M.Hum. selaku Dosen Penasihat
Akademik penulis. Di tengah kesibukan Beliau, Beliau masih dapat
meluangkan waktu untuk mengkaji perkembangan hasil studi penulis hingga
selesai. Untuk itu, penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya atas segala bantuan dan dukungan yang telah Beliau berikan
kepada penulis selama kegiatan perkuliahan berlangsung mulai sejak penulis
pertama kali menjadi mahasiswa baru sampai masa perkuliahan selesai.
13. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) atas
segala ilmu yang telah diberikan sejak awal perkuliahan hingga terselesainya
penulisan skripsi ini.
14. Seluruh staf pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).
15. Reszki Ananias Nadeak, Dwi Susilawati, Cynthia Wirawan, dan Rivera
Wijaya yang merupakan teman stambuk 2010 dan sekaligus sahabat terdekat
selama penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara (USU).
16. Teman-teman Stambuk 2010, yang merupakan teman-teman akrab, teman
segrup, dan teman satu tim klinis penulis, yaitu Anggie Yosephine Sinaga,
Ekpi Yossara Simbolon, Nurul Dwi Oktari, Dini Wahyuni Harahap, Paul
Brena Tarigan, Muhammad Mirza Hutajulu, Rory Eka Putra, Steffy Tamin,
Tony, Vellichia Lawrence, Imelda Hoseinjaya, Moria Gunawaty, Chyntia
Stefany, Sally Putri, Febrina, Herbert Wijaya, Henjoko, serta yang lainnya
yang tidak bisa penulis ucapkan satu per satu.
17. Teman-teman organisasi IMAHMI dan Buletin Lintas Almamater, yaitu
Theodorus Arie Gusti, Yessica Situmorang, Hasnita Sihombing, Zepryanto
Parmongan Saragih, Muhammad Virsa, Rahmat Ramadhan, dan lainnya yang
telah bekerja sama dan membantu penulis dalam melaksanakan tugas dan
menyelenggarakan kegiatan organisasi kampus selama perkuliahan.
18. Senior-senior di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yaitu Paulina
Tandiono, Yuthi Sinari, Jennifer, Liliana Tanadi dan lainnya yang telah
memberikan banyak informasi mengenai kegiatan perkuliahan dan
membimbing penulis selama mengikuti kegiatan-kegiatan hukum dalam
organisasi kampus.
Salam hormat, Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... vi
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11
D. Keaslian Penulisan ... 13
E. Tinjauan Kepustakaan ... 16
F. Metode Penelitian ... 28
G. Sistematika Penulisan ... 31
BAB II PERAN DARI MULTILATERAL INVESTMENT GUARANTEE AGENCY (MIGA) DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL ASING SECARA LANGSUNG (FOREIGN DIRECT INVESTMENT) ... 33
A. Penanaman Modal Asing Secara Langsung (Foreign Direct Investment) ... 33
1. Tujuan penyelenggaraan dan manfaat penanaman modal asing di Indonesia ... 33
2. Faktor dan teori yang mempengaruhi penanaman modal asing ... 38
3. Prinsip-prinsip pengaturan kegiatan penanaman modal asing ... 53
1. Sejarah perkembangan dan tujuan pembentukan
MIGA ... 58
a. Sejarah perkembangan MIGA... 58
b. Tujuan pembentukan MIGA ... 65
2. Struktur organisasi MIGA ... 67
a. Dewan gubernur ... 68
b. Dewan pengurus (direksi) ... 69
c. Presiden dan staf ... 70
3. Ratifikasi konvensi MIGA oleh Indonesia ... 72
C. Peran dari Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Secara Langsung (Foreign Direct Investment) ... 73
1. Peran MIGA dalam menjamin risiko investasi ... 73
2. Peran MIGA dalam mendorong investasi di negara berkembang ... 76
3. Peran MIGA dalam menjamin kegiatan investasi di Indonesia ... 80
a. Proyek pengembangan pertambangan PT. Weda Bay Nickel ... 81
b. Proyek PT. Natrindo Telepon Seluler / NTS (Axis) ... 82
c. Proyek pengembangan mesin diesel PT. MTU Detroit Diesel Indonesia ... 83
d. Proyek pembangkit listrik PT. East Java Power Corporation (Enron) ... 84
BAB III RISIKO INVESTASI LANGSUNG YANG DIJAMIN OLEH MULTILATERAL INVESTMENT GUARANTEE AGENCY (MIGA)... 87
1. Risiko politik sebagai objek jaminan MIGA ... 87
2. Jenis risiko politik yang dijamin berdasarkan konvensi MIGA ... 91
a. Pembatasan konversi dan transfer mata uang ... 93
b. Nasionalisasi atau ekspropriasi ... 95
c. Pelanggaran kontrak oleh pemerintah ... 96
d. Perang dan kekacauan sipil ... 97
3. Non-honoring of sovereign financial obligation sebagai perluasan objek jaminan MIGA ... 99
B. Jangka Waktu dan Besaran Nominal Jaminan MIGA ... 102
C. Persyaratan yang Harus Dipenuhi untuk Memperoleh Jaminan MIGA ... 103
1. Investor yang memenuhi persyaratan... 103
2. Host country yang memenuhi persyaratan ... 105
3. Kegiatan penanaman modal asing yang memenuhi persyaratan ... 106
BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA INVESTASI APABILA TERJADI RISIKO INVESTASI ASING LANGSUNG YANG DIJAMIN OLEH MIGA...111
A. Bentuk Penyelesaian Sengketa Investasi Asing melalui International Convention on the Settlement of Investment Dispute (ICSID) ... 111
1. Penyelesaian sengketa melalui konsiliasi ... 113
2. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase ... 119
B. Penyelesaian Sengketa Berdasarkan MIGA ... 124
1. Penyelesaian sengketa investasi langsung antara MIGA dan negara anggota ... 126
b. Konsiliasi ... 127
c. Arbitrase ... 129
2. Penyelesaian sengketa investasi langsung antara investor asing dan negara penerima modal (host country) melalui MIGA’s dispute mediation services ... 132
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...138
A. Kesimpulan ... 138
B. Saran ... 140
ABSTRAK
Peran Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) dalam Kegiatan
Penanaman Modal Asing Secara Langsung (Foreign Direct Investment)
Diana Wijaya*
Budiman Ginting**
Mahmul Siregar***
Kehadiran penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment) membawa dampak positif yang besar dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan mendorong pembangunan nasional terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Namun, terkadang terdapat risiko politik di negara penerima modal (host country) yang tidak dikenal di negara investor (home country) dan sifatnya tidak dapat dihindarkan sehingga investor asing menjadi enggan menanamkan modalnya di host country tersebut. Dalam keadaan demikianlah, MIGA sebagai salah satu lembaga multilateral di bawah naungan Bank Dunia memegang peranan yang sangat penting dalam menjamin risiko politik tersebut. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah pertama, bagaimana peran dari MIGA dalam kegiatan penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment); kedua, bagaimana risiko investasi langsung yang dapat dijamin oleh MIGA; dan ketiga, bagaimana upaya penyelesaian sengketa investasi yang berkaitan dengan risiko investasi langsung yang dijamin oleh MIGA.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan yang didasarkan pada data sekunder yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan dari kepustakaan, peraturan perundang-undangan, konvensi internasional, jurnal nasional dan internasional, internet, dan hasil tulisan ilmiah lainnya seperti paper atau makalah yang erat kaitannya dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan skripsi ini adalah bahwa MIGA memiliki peran yang sangat penting dalam foreign direct investment melalui pemberian jaminan asuransi risiko politik terhadap investor asing yang dirugikan sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan dalam garansi kontrak dan MIGA juga berperan dalam mendorong perkembangan laju investasi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Risiko investasi langsung yang dapat dijamin oleh MIGA meliputi risiko politik atau risiko non komersial sebagaimana yang diatur dalam Pasal 11 Konvensi MIGA yakni tindakan pembatasan transfer dan pertukaran mata uang, ekspropriasi atau nasionalisasi, pelanggaran kontrak oleh pemerintah, perang dan kekacauan sipil, serta tindakan pemerintah yang tidak melaksanakan kewajiban finansial sebagai perluasan objek jaminan MIGA di luar ketentuan konvensi. Lebih jauh lagi, sengketa investasi
* Mahasiswa Fakultas Hukum USU ** Dosen Pembimbing I
***
Dosen Pembimbing II
asing dalam kaitannya dengan risiko investasi yang dijamin oleh MIGA dapat diselesaikan melalui dua jalur, yakni melalui International Centre for Settlement on Investment Dispute (ICSID) dan melalui MIGA. Berdasarkan ICSID, sengketa investasi asing dapat diselesaikan melalui konsiliasi dan arbitrase. Sedangkan berdasarkan MIGA, penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui negosiasi, konsiliasi, dan arbitrase bagi sengketa yang timbul antara MIGA dan negara anggota sesuai dengan ketentuan Pasal 57 (b) Konvensi MIGA, dan melalui lembaga mediasi (MIGA’s dispute mediation services) bagi sengketa yang timbul antara investor dan host country. Seiring dengan pengratifikasian Konvensi MIGA oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 18 Juli 1986 dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 31 Tahun 1986, maka kehadiran dan ketentuan MIGA ini perlu dibahas dan disosialisasikan lebih luas lagi terutama kepada para pelaku usaha guna meningkatkan iklim investasi di Indonesia agar semakin kondusif.
Kata Kunci : Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA), Penanaman Modal, Asing, Langsung.
ABSTRAK
Peran Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) dalam Kegiatan
Penanaman Modal Asing Secara Langsung (Foreign Direct Investment)
Diana Wijaya*
Budiman Ginting**
Mahmul Siregar***
Kehadiran penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment) membawa dampak positif yang besar dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan mendorong pembangunan nasional terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Namun, terkadang terdapat risiko politik di negara penerima modal (host country) yang tidak dikenal di negara investor (home country) dan sifatnya tidak dapat dihindarkan sehingga investor asing menjadi enggan menanamkan modalnya di host country tersebut. Dalam keadaan demikianlah, MIGA sebagai salah satu lembaga multilateral di bawah naungan Bank Dunia memegang peranan yang sangat penting dalam menjamin risiko politik tersebut. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah pertama, bagaimana peran dari MIGA dalam kegiatan penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment); kedua, bagaimana risiko investasi langsung yang dapat dijamin oleh MIGA; dan ketiga, bagaimana upaya penyelesaian sengketa investasi yang berkaitan dengan risiko investasi langsung yang dijamin oleh MIGA.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan yang didasarkan pada data sekunder yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan dari kepustakaan, peraturan perundang-undangan, konvensi internasional, jurnal nasional dan internasional, internet, dan hasil tulisan ilmiah lainnya seperti paper atau makalah yang erat kaitannya dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan skripsi ini adalah bahwa MIGA memiliki peran yang sangat penting dalam foreign direct investment melalui pemberian jaminan asuransi risiko politik terhadap investor asing yang dirugikan sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan dalam garansi kontrak dan MIGA juga berperan dalam mendorong perkembangan laju investasi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Risiko investasi langsung yang dapat dijamin oleh MIGA meliputi risiko politik atau risiko non komersial sebagaimana yang diatur dalam Pasal 11 Konvensi MIGA yakni tindakan pembatasan transfer dan pertukaran mata uang, ekspropriasi atau nasionalisasi, pelanggaran kontrak oleh pemerintah, perang dan kekacauan sipil, serta tindakan pemerintah yang tidak melaksanakan kewajiban finansial sebagai perluasan objek jaminan MIGA di luar ketentuan konvensi. Lebih jauh lagi, sengketa investasi
* Mahasiswa Fakultas Hukum USU ** Dosen Pembimbing I
***
Dosen Pembimbing II
asing dalam kaitannya dengan risiko investasi yang dijamin oleh MIGA dapat diselesaikan melalui dua jalur, yakni melalui International Centre for Settlement on Investment Dispute (ICSID) dan melalui MIGA. Berdasarkan ICSID, sengketa investasi asing dapat diselesaikan melalui konsiliasi dan arbitrase. Sedangkan berdasarkan MIGA, penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui negosiasi, konsiliasi, dan arbitrase bagi sengketa yang timbul antara MIGA dan negara anggota sesuai dengan ketentuan Pasal 57 (b) Konvensi MIGA, dan melalui lembaga mediasi (MIGA’s dispute mediation services) bagi sengketa yang timbul antara investor dan host country. Seiring dengan pengratifikasian Konvensi MIGA oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 18 Juli 1986 dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 31 Tahun 1986, maka kehadiran dan ketentuan MIGA ini perlu dibahas dan disosialisasikan lebih luas lagi terutama kepada para pelaku usaha guna meningkatkan iklim investasi di Indonesia agar semakin kondusif.
Kata Kunci : Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA), Penanaman Modal, Asing, Langsung.
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Penanaman modal asing merupakan fenomena lama sekaligus baru di
Indonesia. Penanaman modal asing memberikan kontribusi yang signifikan dalam
membuka area baru bagi kegiatan ekonomi modern dan perkembangan sumber
daya alam.1 Selain itu, penanaman modal asing juga berperan sebagai pendorong
pertumbuhan ekonomi bagi host country dan percepatan globalisasi ekonomi
dunia. Bagi host country, penanaman modal asing identik dengan mesin penyerap
tenaga kerja, kemajuan teknologi, peningkatan produktivitas dan pertumbuhan
ekonomi, dan mekanisme alih teknologi antarnegara, khususnya bagi
negara-negara yang kurang maju.2
Indonesia sendiri merupakan negara yang sedang membangun sehingga
diperlukan adanya modal atau investasi yang besar.3 Oleh karena itu, isu
penanaman modal asing dewasa ini semakin ramai dibicarakan karena
pembangunan nasional pada dasarnya membutuhkan banyak dana. Dana yang
dibutuhkan untuk investasi tidak mungkin tercukupi hanya dari pemerintah dan
swasta nasional. Keadaan ini semakin mendorong upaya semaksimal mungkin
untuk menarik penanaman modal asing di Indonesia. 4
1
Angus and Robertson, Direct Foreign Investment in Asia and The Pacific (Canberra : Australian National University Press, 1972), Published in South-East Asia (Singapore), hlm. 201.
2 Kyeonghi Baek dan Xingwan Qian, “An Analysis on Political Risk and The Flow of
Foreign Direct Investment in Developing and Industrialized Countries”, Buffalo State College,
State University of New York, 2011, hlm. 5.
3
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 1.
4
Secara teoritis, penanaman modal asing berpengaruh positif terhadap
pembangunan atau pertumbuhan ekonomi khususnya di host country lewat
beberapa jalur, yakni :5
1. Lewat pembangunan pabrik-pabrik baru yang berarti juga penambahan output
atau produk domestik bruto, total ekspor, dan kesempatan kerja. Ini adalah
suatu dampak langsung. Pertumbuhan total ekspor berarti penambahan
cadangan devisa yang selanjutnya peningkatan kemampuan dari host country
untuk membayar hutang luar negeri dan impor;
2. Masih dari sisi suplai, namun sifatnya tidak langsung, adalah dengan adanya
pabrik baru berarti ada penambahan permintaan di dalam negeri terhadap
barang-barang modal, barang-barang setengah jadi, bahan baku dan input-input
lainnya. Jika permintaan antara ini sepenuhnya dipenuhi oleh sektor-sektor di
dalam negeri (tidak ada yang diimpor), maka dengan sendirinya efek positif
dari keberadaan atau kegiatan produksi di pabrik-pabrik baru tersebut
sepenuhnya dinikmati oleh sektor domestik lainnya. Jadi output di
sektor-sektor lain mengalami pertumbuhan. Ini berarti telah terjadi suatu efek
penggandaan dari keberadaan penanaman modal asing terhadap output di host
country.
3. Peningkatan kesempatan kerja akibat adanya pabrik-pabrik baru tersebut
berdampak positif terhadap ekonomi domestik lewat sisi permintaan.
Peningkatan kesempatan kerja menambah kemampuan belanja masyarakat dan
selanjutnya meningkatkan permintaan di pasar dalam negeri;
5
4. Peran penanaman modal asing sebagai sumber penting bagi peralihan teknologi
dan knowledge lainnya. Peran ini bisa lewat dua jalur utama. Pertama, lewat
pekerja-pekerja lokal yang bekerja di perusahaan penanaman modal asing. Saat
pekerja-pekerja tersebut pindah ke perusahaan domestik, maka mereka
membawa pengetahuan dan keahlian baru dari perusahaan penanaman modal
asing ke perusahaan domestik. Kedua, lewat keterkaitan produksi atau
subcontracting antara penanam modal asing dan perusahaan-perusahaan lokal, termasuk usaha kecil dan menengah.
Pada dasarnya, kegiatan penanaman modal di Indonesia telah dimulai
sejak tahun 1967 yaitu sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968
tentang Penanaman Modal Dalam Negeri dengan harapan bahwa investor baik
investor asing maupun investor domestik dapat menanamkan modalnya di
Indonesia. Investasi asing yang masuk ke Indonesia pada masa Orde Baru adalah
yang paling banyak, yaitu yang masuk pada tahun 1995 sebanyak US$ 39,891.6
milyar. Pada tahun 1997, jumlah investasi asing yang ditanamkan di Indonesia
sebanyak US$ 33,816 milyar dan pada tahun 2006, jumlah investasi asing yang
ditanamkan di Indonesia sebanyak US$ 4,69 milyar. Dari data tersebut, dapatlah
dilihat bahwa pada masa Orde baru jumlah penanaman modal asing berada di
level yang tinggi dan terjadi penurunan yang signikan setelah berakhirnya masa
Orde baru. Hal ini disebabkan pada masa Orde Baru, terdapat stabilitas politik,
ekonomi, keamanan dan pertahanan, sosial dan kemasyarakatan dalam keadaan
keamanan dalam berusaha di Indonesia.6 Namun, menjelang masa berakhirnya
Orde Baru terjadi ketidakstabilan dalam pemerintahan yang berpuncak pada
konflik yang dikenal sebagai Kerusuhan Mei 1998.
Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan yang terjadi di Indonesia pada
tanggal 13 – 15 Mei 1998 yang diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh
tragedi Trisakti dimana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan
terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998.7 Kerusuhan tersebut berdampak pada
terjadinya krisis finansial secara berkepanjangan di Indonesia dan nilai tukar
rupiah semakin melemah. Salah satu faktor penyebabnya adalah ketidakmampuan
pemerintah menangani krisis ini sehingga menimbulkan krisis kepercayaan dan
mengurangi kesediaan investor asing untuk memberikan bantuan finansial dengan
cepat. Setelah itu, dana modal asing terus mengalir ke luar negeri meskipun
dicoba ditahan dengan tingkat bunga yang tinggi atas surat-surat berharga
Indonesia.8 Dari hal ini jelaslah dapat dilihat bahwa ketidakstabilan politik yang
menyebabkan kekacauan dan kerusuhan berdampak pada menurunnya minat
investor asing dalam menanamkan modalnya di Indonesia.
Keadaan Indonesia pada saat itu sama dengan kerusuhan politik yang terjadi
di Mesir belakangan ini. Selama empat hari sejak pecahnya kerusuhan politik di
Mesir, banyak perusahaan multinasional telah mengumumkan penundaan
operasinya, bahkan beberapa perusahaan telah menghentikan operasinya di Mesir
6
Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm. 1-3.
7
Kerusuhan Mei 1998, http://id.wiki pedia.org/wiki/Kerusuhan_Mei_1998 (diakses pada tanggal 21 Oktober 2013).
8
dan diperkirakan kerusuhan politik tersebut akan berdampak panjang pada
perekonomian negara tersebut.9
Sejak krisis 1997 tersebut hingga sekarang, pertumbuhan arus masuk
penanaman modal asing ke Indonesia masih relatif lambat jika dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang juga terkena krisis yang sama seperti
Thailand, Korea Selatan, dan Filipina. Laporan dari UNCTAD tahun 2006
menunjukkan bahwa dari Asia Tenggara dan Timur, hanya Singapura, China
(termasuk Hong Kong), Taiwan, Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan yang
masuk di dalam daftar tujuan penting bagi perusahaan multinasional terbesar di
dunia. Lebih parah lagi menurut laporan yang sama, Indonesia termasuk negara
dengan kinerja dan potensi penanaman modal asing yang rendah.10
Berdasarkan AMB Country Risk Report, Indonesia memiliki risiko politik
dan sistem finansial yang tinggi serta tingkat risiko ekonomi yang menengah.11
Kombinasi dari ketidakstabilan politik dan sosial, ditambah dengan kehadiran
bencana alam, telah membatasi jumlah penanaman modal yang hendak
dilaksanakan di Indonesia.12 Dengan demikian, dapat diketahui bahwa salah satu
penyebab dalam menurunnya daya tarik investor asing untuk menanamkan
modalnya di negara berkembang termasuk Indonesia adalah karena adanya risiko
politik di negara tersebut yang dapat mengancam dan merugikan kegiatan
investasi asing secara langsung seperti Kerusuhan Mei 1998, ketidakstabilan
9 Kerusuhan Politik Hantam Berbagai Sektor Ekonomi Mesir, http://bisnis.liputan6.
com/read/668580/kerusuhan-politik-hantam-berbagai-sektor-ekonomi-mesir (diakses pada tanggal 21 Oktober 2013).
10
Tulus Tambunan, Op.cit., hlm. 7-8.
11
A.M. Best Company, “Indonesia Country Risk Tier”, AMB Country Risk Report, 24 September 2013, hlm. 1.
12
politik, maupun kebijakan-kebijakan pemerintah yang bersifat membatasi
jalannya kegiatan penanaman modal asing.
Host country dengan risiko politik yang tinggi cenderung untuk
memperlemah arus penanaman modal asing karena ketidakpastian politik dapat
berdampak pada perolehan keuntungan penanaman modal asing. Tiga jenis risiko
politik utama yang memperlemah penanaman modal asing karena dapat
berdampak buruk pada keuntungan dan kelangsungan investasi adalah Pertama,
nasionalisasi atau ekspropriasi aset asing yang mana cenderung jarang ditemukan
dan pelanggaran kontrak yang mana lebih sering terjadi yang dapat mengancam
kegiatan penanaman modal asing; Kedua, ketidakstabilan politik dan regulasi
arbitrase dalam kebijakan yang berkaitan dengan penanaman modal asing yang
dapat menciptakan lingkungan investasi yang tidak menentu dan merugikan
perolehan keuntungan kegiatan investasi; dan Ketiga, perang dan kekacauan
politik termasuk kegiatan teroris yang dapat merusak aset asing dan memperlemah
produktivitas ekonomi host country dalam jangka panjang.13 Padahal, host
country dapat mengubah ekonomi domestik ke dalam lingkungan investasi yang
lebih memiliki daya tarik dengan mengurangi risiko politik dan memperkenalkan
kebijakan yang stabil dan liberal untuk menarik lebih banyak investor asing
walaupun perubahannya memerlukan waktu yang lama.14
Dengan demikian, investor dari negara-negara maju khawatir sekali
dengan kerugian yang akan dideritanya berkenaan dengan peristiwa-peristiwa di
13
Kyeonghi Baek dan Xingwan Qian, Op.cit., hlm. 6.
14
negara-negara berkembang yang bukan menjadi ancaman di negaranya.15 Padahal,
kehadiran kebijakan ekonomi yang berbasis pasar bebas di negara- negara yang
sedang berkembang telah melahirkan kesempatan yang luas bagi investor dari
negara barat, tetapi sejalan dengan kesempatan tersebut terdapat risiko yang
substansial. Selain dari risiko bisnis umum yang biasa dihadapi oleh setiap
pengusaha atau investor dalam penanaman modal dalam negeri atau luar negeri,
investor di negara yang sedang berkembang harus menghadapi risiko politik yang
jauh lebih besar daripada yang ada saat berinvestasi di negara dengan sistem
demokrasi liberal.16
Berkaitan dengan risiko tersebut, tidak banyak perusahaan asuransi yang
mau menanggung kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa tersebut di atas. Oleh
karenanya, Pemerintah Amerika menciptakan programnya sendiri yaitu United
States Overseas Private Investment Corporation (OPIC) yang mendukung
kebijakan Amerika Serikat agar perusahaan-perusahaan Amerika Serikat
melakukan investasi di luar negeri.17
OPIC yang didirikan berdasarkan Foreign Assistance Act pada tahun 1969
adalah sebuah lembaga pemerintah Amerika Serikat yang mandiri dalam
menyediakan asuransi terhadap risiko politik, termasuk juga pembiayaan proyek
melalui pinjaman langsung dan jaminan hutang serta aneka jasa investor bagi
investor Amerika Serikat. Jasa OPIC tersedia untuk kegiatan penanaman modal
15
Erman Radjagukguk, Hukum Investasi di Indonesia, (Depok : Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006), hlm. 232.
16
Paul E. Comeaux dan N. Stephan Kinsella, “Reducing Political Risk in Developing Countries : Bilateral Investment Treaties, Stabilization Clauses, and MIGA & OPIC Investment Inssurance”, New York Law School Journal of International and Comparative Law, 1994, hlm. 1.
17
Amerika Serikat di lebih dari 139 negara yang sedang berkembang. Tujuannya
adalah untuk mendukung Amerika Serikat untuk berinvestasi ke luar negeri
sehingga dapat meningkatkan daya saing global, memperluas lapangan kerja, dan
meningkatkan jumlah ekspor. Investor dapat membeli asuransi OPIC yang
mencakup jaminan terhadap tiga jenis risiko sebagai berikut :18
1. pembatasan konversi mata uang asing, yang mana merupakan ketidakmampuan
untuk mengkonversi keuntungan dan uang kiriman lainnya ke dalam dolar
Amerika Serikat;
2. Ekpropriasi, yang mana merupakan pengambilalihan aset investor oleh host
country;
3. kekacauan politik, termasuk perang, revolusi, pemberontakan, dan kekacauan
sipil.
Sedangkan, proyek investasi yang memenuhi persyaratan dalam
mendapatkan jaminan OPIC adalah proyek investasi yang baru, proyek
privatisasi, perluasan atau modernisasi dari proyek investasi yang telah ada. Tidak
disyaratkan bahwa perusahaan asing harus dimiliki atau dikontrol oleh investor
Amerika Serikat, tetapi dalam hal proyek dengan kepemilikan asing, hanya bagian
dari proyek investasi yang dilaksanakan oleh investor Amerika Serikat sajalah
yang dijamin oleh OPIC dan pada umumnya, asuransi tidak disediakan untuk
proyek investasi yang mayoritasnya dimiliki dan dikontrol oleh pemerintah asing.
18
Selain itu, investor yang memenuhi persyaratan untuk dapat dijamin OPIC
haruslah :19
1. perorangan warga negara Amerika;
2. Perusahaan, persekutuan, atau asosiasi lainnya yang didirikan dengan hukum
Amerika Serikat di negara atau wilayah yang dimiliki oleh warga negara Amerika
Serikat ;
3. Perusahaan asing yang paling sedikit 95% sahamnya dimiliki oleh warga negara
Amerika Serikat atau oleh asosiasi yang dimiliki warga negara Amerika Serikat.
OPIC juga tidak boleh menawarkan asuransi untuk proyek di negara
dengan mana Amerika Serikat tidak ada mengadakan perjanjian investasi.
Belakangan ini, program OPIC tersedia di 140 negara yang sedang berkembang
dan di bawah perjanjian dengan host countries, pemerintah host countries harus
menyetujui asuransi OPIC untuk proyeknya dan prosedur persetujuannya
berbeda-beda di setiap negara dan telah ditentukan oleh OPIC.20
Namun, dengan adanya keterbatasan OPIC yang hanya menyediakan
jaminan untuk Amerika Serikat, maka kemudian Bank Dunia (World Bank)
mendirikan Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) yang bersifat
global pada tahun 1985 dengan salah satu tujuan mendorong bertambahnya
investasi di negara-negara berkembang. Konvensi MIGA lahir pada tanggal 11
Oktober 1985, berlaku ketika 5 negara industri dan 15 negara berkembang
meratifikasi konvensi tersebut. MIGA sekarang ini sudah ditandatangani oleh 152
19
Ibid., hlm. 27.
20
negara.21 Indonesia sendiri telah menandatangani Konvensi MIGA pada tanggal
18 Juli 1986 dengan Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1986.
MIGA mulai menyediakan asuransi risiko politik pada tahun 1988. Salah
satu tujuan dasarnya adalah untuk meningkatkan arus modal dan teknologi di
negara-negara berkembang dengan memenuhi program jaminan investasi
pemerintah dan swasta. Banyak program asuransi nasional yang demi tercapainya
tujuan memberlakukan kebijakan yang ketat dengan mengecualikan banyak
investor dan kegiatan investasi. Selain itu, program asuransi nasional memiliki
keterbatasan dana. Program asuransi MIGA dapat mengatasi kelemahan tersebut
dan membantu mengisi kesenjangan tersebut. Oleh karena MIGA juga merupakan
agen multilateral, maka ia dapat menjamin proyek dari investor Amerika dan non
Amerika.22
Pada tahun 1994, Bank Dunia (World Bank) setuju memasukkan
International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) sebagai badan
yang turut menjamin untuk menolong proyek-proyek infrastruktur yang besar di
negara-negara berkembang dalam rangka privatisasi dengan menanggung risiko
terhadap pembiayaan dengan hutang kepada badan hukum publik dan privat di
negara-negara berkembang.23
B.Perumusan Masalah
21
Erman Radjagukguk,Op.cit., hlm. 232-233.
22
Paul E. Comeaux dan N. Stephan Kinsella, Op.cit., hlm. 30-31.
23
1. Bagaimanakah peran dari Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA)
dalam kegiatan penanaman modal asing secara langsung (foreign direct
investment) ?
2. Bagaimanakah risiko investasi langsung yang dapat dijamin oleh Multilateral
Investment Guarantee Agency (MIGA) ?
3. Bagaimanakah upaya penyelesaian sengketa investasi asing yang berkaitan
dengan risiko investasi langsung yang dijamin oleh Multilateral Investment
Guarantee Agency (MIGA) ?
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan solusi
atas permasalahan di atas, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peran Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA)
dalam kegiatan penanaman modal asing secara langsung (foreign direct
investment).
2. Untuk mengetahui jenis risiko investasi asing langsung yang dapat dijamin
oleh Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA), besaran nominal dan
jangka waktu jaminan, serta persyaratan yang harus dipenuhi dalam
memperoleh jaminan tersebut.
3. Untuk mengetahui upaya dan sistem penyelesaian sengketa yang dapat
ditempuh apabila timbul sengketa mengenai risiko investasi asing langsung
Selain itu, penulisan skripsi ini juga ditujukan sebagai pemenuhan tugas
akhir dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
Adapun manfaat penulisan yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Secara teoritis, pembahasan terhadap peran Multilateral Investment
Guarantee Agency (MIGA) dalam menjamin kegiatan penanaman modal asing
(foreign direct investment) ini akan memberikan pemahaman dan pengetahuan
baru bagi para pembaca mengenai fungsi, jaminan, dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan MIGA termasuk perannya dalam kegiatan penanaman modal
asing secara langsung, ketentuan pemberian jaminan menurut Konvensi MIGA,
dan penyelesaian sengketanya.
2. Secara Praktis
Pembahasan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pembaca
terutama bagi para penanam modal (investor) asing yang menanamkan modal di
Indonesia agar mengetahui fungsi keberadaan Multilateral Investment Guarantee
Agency (MIGA) yang penting dalam menjamin kegiatan penanaman modal dari
risiko politik. Selain itu, penulisan ini juga bermanfaat bagi para akademisi dalam
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pentingnya peran Multilateral
D.Keaslian Penulisan
Sehubungan dengan keaslian judul ini yaitu “Peran Multilateral
Investment Guarantee Agency (MIGA) dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing
secara Langsung (Foreign Direct Investment)”, penulis telah melakukan
pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum dan perpustakaan pusat
Universitas Sumatera Utara, serta media online untuk membuktikan bahwa judul
skripsi ini belum pernah ditulis oleh orang lain di lingkungan Universitas
Sumatera Utara maupun di lingkungan universitas atau perguruan tinggi lain
dalam wilayah Republik Indonesia. Selama pemeriksaan tersebut, ditemukan
beberapa judul karya ilmiah yang memiliki kemiripan, tetapi secara keseluruhan
memiliki permasalahan dan substansi serta cara pembahasan yang berbeda dengan
skripsi ini.
Adapun beberapa karya ilmiah tersebut adalah :
1. MIGA sebagai Salah Satu Bentuk Jaminan bagi Investor di Indonesia
Karya ilmiah tersebut merupakan skripsi dari mahasiswa Universitas
Brawijaya yang pada pokoknya membahas mengenai dua hal, yaitu penerapan
MIGA dalam hukum nasional Indonesia yang pembahasannya dikaitkan dengan
sumber hukum internasional dan bentuk atau jenis investasi yang dapat dijamin
oleh lembaga MIGA. Untuk pembahasan yang pertama jelaslah tidak dibahas
dalam skripsi ini. Mengenai penerapan MIGA di Indonesia hanya ada berkaitan
dengan pembahasan Bab II Subbab B bagian 3 mengenai ratifikasi Konvensi
MIGA di Indonesia, itupun tidak dibahas dari segi hukum internasional.
dari pokok pembahasan Bab III skripsi ini, tetapi dalam skripsi ini dibahas secara
lebih rinci dengan berpedoman pada Konvensi MIGA dan Investment Guarantee
Guide yang dipublikasi oleh MIGA.
Selain itu, skripsi ini juga membahas risiko politik sebagai kajian
tersendiri, perluasan objek jaminan MIGA, jangka waktu dan besaran nominal
jaminan MIGA yang sama sekali tidak dibahas dalam skripsi mahasiswa
Universitas Brawijaya tersebut. Selain itu, skripsi ini juga membahas penyelesaian
sengketa mengenai risiko investasi yang dijamin oleh MIGA dalam bab tersendiri
dengan uraian pilihan penyelesaian sengketa yang dipaparkan secara rinci.
2. Pengaturan dan Pelaksanaan Jaminan MIGA di Indonesia
Karya ilmiah tersebut merupakan tesis dari mahasiswa Universitas
Indonesia yang pada pokoknya merumuskan tiga permasalahan yakni mengenai
peran MIGA dalam penanaman modal, peran MIGA dalam penanaman modal di
Indonesia, dan pelaksanaan MIGA di Indonesia. Permasalahan tersebut secara
sekilas memiliki kemiripan dengan permasalahan pertama dalam skripsi ini.
Tetapi, jika ditinjau dari segi substansinya, maka terdapat banyak perbedaan.
Pertama, skripsi ini tidak difokuskan pada penanaman modal, melainkan
penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment) dan topik
subbab pembahasan penanaman modal tesis tersebut pun berbeda dengan topik
yang terdapat dalam skripsi ini. Kedua, isi pembahasan dan sumber referensinya
tidak sama dengan skripsi ini, misalnya dalam pembahasan mengenai peran
skripsi ini memaparkan usaha-usaha MIGA dalam menjamin investasi di
negara-negara berkembang sehingga jelas berbeda. Mengenai pembahasan sejarah MIGA
pun, walaupun memiliki kemiripan dari segi topik tetapi isi pembahasan dan
referensinya berbeda. Dalam pembahasan kasus investasi yang pernah dijamin
MIGA di Indonesia memang terdapat satu kasus yang sama yaitu kasusnya Enron
Java Power, tetapi dalam skripsi ini pemaparannya difokuskan pada jaminan
MIGA, sedangkan dalam tesis tersebut diuraikan lagi posisi kasus dan analisis
hukumnya. Jadi, walaupun terdapat subbab atau bagian yang hampir sama
topiknya, tetapi jelas pembahasannya adalah berbeda.
Selain itu, permasalahan yang kedua dan ketiga dalam skripsi ini tidaklah
menjadi objek pembahasan dalam tesis tersebut. Jika pun ada hanya mengenai
jenis risiko komersial yang dijamin oleh MIGA yang diatur di dalam Pasal 11
Konvensi MIGA, tetapi jenis risiko tersebut hanyalah dibahas secara singkat dan
tidak serinci seperti yang terdapat dalam skripsi ini.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan bahwa skripsi ini
adalah asli sifatnya dan benar-benar disusun berdasarkan hasil pemikiran sendiri
tanpa adanya duplikat dari hasil karya ilmiah manapun. Apabila di kemudian hari,
ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis orang lain dalam berbagai
tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat yang dikarenakan adanya kelalaian
pada saat pemeriksaan, maka hal tersebut dapat dimintakan pertanggungjawaban
E.Tinjauan Kepustakaan
1. Penanam modal dan penanam modal asing
Penanam modal atau yang biasa disebut sebagai investor adalah
perorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat
berupa penanam modal dalam negeri atau penanam modal asing.24 Perumusan
terminologi mengenai investor umumnya dibedakan menjadi dua kategori utama
yakni natural person (investor sebagai individu) dan juridical person (investor
sebagai badan hukum) dimana juridical person umumya ditentukan berdasarkan
tiga hal yaitu tempat pendirian, kedudukan, dan kewarganegaraan dari pemilik
dan pengendali badan usaha.25
Penanam modal asing atau biasa disebut dengan investor asing adalah
perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing
yang melakukan penanaman modal di negara wilayah Republik Indonesia.26
Apabila kita mengkaji definisi tersebut, maka penanam modal asing dikategorikan
menjadi empat macam, yaitu :27
a. perseorangan warga negara asing;
b. badan usaha asing;
c. badan hukum asing; dan/atau
d. pemerintah asing.
24
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka (4).
25
Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal, “Preliminary Review Perjanjian Peningkatan Perlindungan Penanaman Modal (P4M)”, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), 2012, hlm. 8.
26
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka (6).
27
Perseorangan warga negara asing merupakan individu luar negeri yang
menanamkan investasinya di Indonesia. Badan usaha asing merupakan lembaga
asing yang tidak berbadan hukum. Badan hukum asing merupakan badan hukum
yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan atau act yang berlaku
di negara-negara asing tersebut. Badan hukum Indonesia merupakan badan hukum
yang berkedudukan di Indonesia, tetapi modal badan hukum tersebut sebagian
atau seluruhnya dimiliki oleh pihak asing. Pemerintah asing merupakan
pemerintah yang berasal dari luar negeri yang menanamkan investasinya di
Indonesia.28
2. Penanaman modal dan penanaman modal asing
Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia.29 Pengertian penanaman modal
ini hanya ditujukan untuk penanaman modal secara langsung sebagaimana dapat
dilihat dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal yang menyatakan bahwa penanaman modal di semua sektor di
wilayah negara Republik Indonesia adalah penanaman modal langsung dan tidak
termasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio.30
Penanaman modal lazim disebut sebagai investasi. Istilah investasi berasal
dari bahasa Latin, yaitu investire (memakai), sedangkan dalam bahasa Inggris,
disebut dengan investment. Para ahli memiliki pandangan yang berbeda mengenai
28 Ibid. 29
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka (1).
30
konsep teoritis tentang investasi. Fitzgeral mengartikan investasi sebagai aktivitas
yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk
mengadakan barang modal pada saat sekarang, dan dengan barang modal akan
dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang. Dalam definisi tersebut,
investasi dikonstruksikan sebagai sebuah kegiatan untuk penarikan sumber dana
yang digunakan untuk pembelian barang modal dan barang modal itu akan
dihasilkan produk baru.31
Definisi lain tentang investasi dikemukakan Kamaruddin Ahmad. Ia
mengartikan investasi sebagai kegiatan menempatkan uang atau dana dengan
harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau
dana tersebut. Dalam definisi tersebut, investasi difokuskan pada penempatan
uang atau dana. Tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan. Ini erat
kaitannya dengan investasi di bidang pasar modal. 32
Dalam Ensiklopedia Indonesia, investasi diartikan sebagai :33
Penanaman uang atau modal dalam proses produksi (dengan pembelian gedung-gedung, permesinan, bahan cadangan, penyelenggaraan uang kas serta perkembangannya). Dengan demikian, cadangan modal barang diperbesar sejauh tidak ada modal barang yang harus diganti.
Hakikat investasi dalam hal ini adalah untuk proses produksi. Ini berarti bahwa
investasi yang ditanamkan hanya untuk proses produksi semata-mata, padahal
dalam kegiatan investasi tidak hanya ditujukan untuk proses produksi
semata-mata, tetapi juga kegiatan untuk membangun sebagai sarana dan prasarana yang
Selain itu, Komaruddin juga memberikan pengertian investasi dalam 3
arti, yaitu :34
a. Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi, atau surat penyertaan
lainnya;
b. suatu tindakan membeli barang-barang modal;
c. pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan di masa
yang akan datang.
Dalam definisi ini, investasi dikonstruksikan sebagai tindakan membeli saham,
obligasi, dan barang-barang modal. Ini erat kaitannya dengan pembelian saham
pada pasar modal, padahal penanaman investasi tidak hanya di pasar modal, tetapi
juga di berbagai bidang lainnya, seperti di bidang pariwisata, pertambangan
minyak dan gas bumi, pertambangan umum, kehutanan, pertanian, pelabuhan,
dan lain-lain.
Menurut Salim HS dan Budi Sutrisno, yang diartikan dengan investasi
adalah penanaman modal yang dilakukan oleh investor, baik investor asing
maupun investor domestik dalam berbagai bidang usaha yang terbuka untuk
investasi dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.35
Investasi asing atau penanaman modal asing merupakan terjemahan dari
bahasa Inggris yaitu foreign investment. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007, penanaman modal asing adalah kegiatan menanam untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal
34 Ibid. 35
asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang
berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.36
Kegiatan menanam merupakan kegiatan untuk memasukkan modal atau
investasi, dengan tujuan untuk melakukan kegiatan usaha. Kegiatan penanaman
modal ini dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal
asing sepenuhnya dan atau modal asing berpatungan dengan penanam modal
dalam negeri. Modal asing yang berpatungan merupakan modal asing yang
bekerja sama dengan penanam modal Indonesia, dimana saham yang dimiliki oleh
pihak asing maksimal 95%, sedangkan pihak penanam modal Indonesia, minimal
modalnya sebesar 5%.37
Prof. M. Sornarajah juga memberikan definisi tentang penanaman modal
asing yaitu transfer of tangible or intangible assets from one country to another
for the purpose of use in the country to generate wealth under the total or partial
control of the owner of the assets. Artinya penanaman modal asing merupakan
transfer modal, baik yang nyata maupun yang tidak nyata dari suatu negara ke
negara lain, tujuannya adalah untuk digunakan di negara tersebut agar
menghasilkan keuntungan di bawah pengawasan dari pemilik modal, baik secara
menyeluruh atau sebagian. Dalam definisi ini, penanaman modal asing
dikonstruksikan sebagai pemindahan modal dari negara yang satu ke negara lain.
Tujuan penggunaannya adalah mendapat keuntungan.38
36
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka (3).
37
Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm. 148.
38
3. Penanaman modal dan penanaman modal asing secara langsung
Menurut Organization For Economic Cooperation (OEEC), direct
investment is meant acquisition of sufficient interest in an under taking to ensure
its control by the investor. Artinya adalah bahwa penanam modal (investor)
diberikan keleluasaan penguasaan dan penyelenggaraan pimpinan dalam
perusahaan dimana modalnya ditanam, dalam arti bahwa penanam modal
mempunyai penguasaan atas modal.39
Menurut OECD Benchmark Definition of Foreign Direct Investment,
investasi langsung termasuk kategori kegiatan investasi lintas batas yang
dilakukan oleh penduduk di suatu negara (investor langsung) dengan tujuan untuk
mendirikan kepentingan abadi dalam sebuah perusahaan (perusahaan investasi
langsung) yang berada di negara disamping negara asal investor langsung
tersebut. Motivasi dari investor langsung tersebut adalah adanya hubungan jangka
panjang yang strategis dengan perusahaan investasi langsung tersebut dalam
memastikan adanya pengaruh yang signifikan dari investor langsung dalam
mengelola perusahaan investasi langsung tersebut. Kepentingan abadi tersebut
dapat dilihat ketika investor langsung memiliki sekurang-kurangnya 10% hak
voting perusahaan investasi langsung tersebut. Investasi langsung juga dapat
mengizinkan investor langsung untuk mendapat akses ekonomi ke perusahaan
investasi langsung. Tujuan dari investasi langsung berbeda dengan investasi
39
portofolio yang mana investor pada umumnya tidak berharap untuk
mempengaruhi pengelolaan dari perusahaan tersebut.40
Sedangkan, penanaman modal asing secara langsung (foreign direct
investment) yang menjadi objek pembahasan dalam penulisan ini berarti pihak
investor langsung terlibat aktif dalam kegiatan pengelolaan usaha dan
bertanggung jawab secara langsung apabila terjadi suatu kerugian.41 Dalam
penanaman modal asing ini, terdapat keterlibatan langsung pihak investor
terhadap investasi yang dilakukan baik dalam aspek permodalan, pengelolaan, dan
pengawasan.42
Sebenarnya penanaman modal asing secara langsung memiliki pengertian
yang sama dengan penanaman modal asing sebagaimana yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Hal ini
disebabkan penanaman modal yang diatur dalam UU No. 25 Tahun 2007 tersebut
adalah seluruh kegiatan penanaman modal baik domestik maupun asing yang
dilakukan secara langsung sebagaimana yang dimaksud dalam Penjelasan Pasal 2
UU No. 25 Tahun 2007. Dengan demikian, jelaslah bahwa pengertian penanaman
modal asing yang dirumuskan dalam Pasal 1 angka (3) adalah sama dengan
pengertian penanaman modal asing secara langsung.
Pasal 1 angka (3) UU No. 25 Tahun 2007 menyebutkan “...melakukan
usaha di wilayah Republik Indonesia...” sehingga dalam penanaman modal asing
40
Organization of Economic Co-operation and Development (OECD), “An Overview of Foreign Direct Investment Concepts”, OECD Benchmark Definition of Foreign Direct Investment, Edisi IV, 2008, hlm. 19
41
Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia dalam Menghadapi Era Globalisasi, (Malang : Bayumedia Publishing, 2004), hlm. 11.
42
secara langsung yang dibutuhkan adalah kehadiran fisik dari penanam modal
asing tersebut secara langsung dengan mendirikan perusahaannya di Indonesia
baik dengan modal asing sepenuhnya maupun berpatungan dan tidak hanya
berperan sebagai pemodal atau pemegang saham secara pasif, melainkan turut
serta secara aktif mengelola dan bertanggung jawab atas jalannya perusahaan
tersebut.
4. Modal asing
Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan
warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan
hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak
asing.43 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, modal asing adalah modal dari
suatu bangsa (negara) asing yang ditanamkan suatu negara dengan maksud untuk
memperoleh keuntungan yang cukup.44
5. Host country
Host country atau yang biasanya disebut sebagai negara penerima modal merupakan negara tempat dilakukannya usaha kegiatan penanaman modal asing.
Pada umumnya, host country merupakan negara berkembang di wilayah Asia,
Amerika Latin, dan Afrika.45
6. Risiko politik atau risiko non-komersial
Risiko politik secara luas diartikan sebagai kemungkinan gangguan operasi
perusahaan akibat situasi dan kekuatan politik, baik yang terjadi di host country
43
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka (8).
44
Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm. 151.
45
atau sebagai hasil perubahan lingkungan internasional. Di host country, risiko
politik sering ditentukan oleh ketidakpastian tindakan yang dilakukan tidak hanya
oleh pemerintah dan institusi politik, tetapi juga kelompok minoritas dan gerakan
separatis.46
Definisi dari risiko politik dapat bersifat luas atau terbatas. Definisi khusus
dari risiko politik termasuk segala jenis risiko yang diakibatkan oleh tindakan
politik tanpa perlu diketahui darimana asalnya. Dalam perspektif ini, sumber
risiko politik dapat dilihat dari ketidakstabilan pemerintahan dan ketidakstabilan
sosial. Salah satu contoh dari definisi risiko politik secara luas adalah
sebagaimana yang dikemukakan oleh Agmon yang mendefinisikan risiko politik
sebagai perubahan yang tidak dapat diantisipasi dalam faktor-faktor politik yang
mempengaruhi harga produksi, barang, dan jasa yang diakibatkan oleh tindakan
dan reaksi pemerintah serta kelompok politis lainnya di dalam atau antar negara.
Sebaliknya, definisi risiko politik yang bersifat terbatas hanya mencakup
ketidakstabilan politik yang benar-benar berasal dari tindakan negara. Selain itu,
Simmonds dan Robock juga mengemukakan bahwa risiko politik di dalam
penanaman modal asing muncul ketika ketidakberlangsungan terjadi di dalam
lingkungan bisnis, terdapat kesulitan untuk mengantisipasinya, dan adanya
perubahan politik.47
Dan Haendel mendefinisikan risiko politik yang dihadapi investor asing
sebagai risiko atau kemungkinan terjadinya kejadian politik yang dapat mengubah
46
MIGA, “MIGA World Investment and Political Risk”, MIGA WIPR Report, Washington, 2011, hlm. 21.
47
peluang dalam memperoleh keuntungan dari kegiatan investasi yang
bersangkutan. Namun, untuk mendapatkan pengertian yang sempurna atas risiko
politik, definisi tersebut haruslah dilengkapi oleh penguraian deskriptif terhadap
kekhawatiran risiko politik dari investor asing yang pada waktu yang bersamaan
mewakili unsur kestabilan politik.48
Sedangkan, risiko non-komersial merupakan istilah yang memiliki arti
yang sama dengan risiko politik. Risiko non-komersial sering dikaitkan dengan
ketidakpastian politik, kekacauan sipil, konflik bersenjata, kerusuhan sipil,
korupsi yang tinggi, dan tindakan ekspropriasi.49 Risiko non-komersial meliputi
risiko negara atau politik tradisional yang bercirikan sistem politik dan struktur
lembaga yang rapuh, ekspropriasi, peperangan dan konflik perbatasan,
pemerintahan yang lemah, administrasi yang lemah, rezim pengaturan yang
lemah, penyitaan, korupsi, deprivatisasi, ketidakstabilan pemerintahan, kerusuhan,
dan defisiensi institusional. Risiko non-komersial juga termasuk risiko alamiah
yang ditandai oleh bencana alam, banjir, dan kelaparan.50
7. Negosiasi
Negosiasi adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai
kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang
sama maupun yang berbeda. Negosiasi merupakan sarana bagi pihak-pihak yang
mengalami sengketa untuk mendiskusikan penyelesaiannya tanpa melibatkan
pihak ketiga sebagai penengah yang tidak berwenang mengambil keputusan
48
Ibid., hlm. 18.
49
C.Kasatuka dan R.C.A. Minnitt, “Investment and Non-Commercial Risks in Developing Countries”, The Journal of The Southern African Institute of Mining and Metallurgy, Volume 106, Afrika Selatan, Desember 2006, hlm. 1.
50
(mediasi) maupun pihak ketiga sebagai pengambil keputusan (arbitrase dan
litigasi).51
8. Konsiliasi
Konsiliasi adalah suatu usaha mempertemukan keinginan pihak yang
berselisih untuk mencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan tersebut.
Sementara itu, Oppenheim mengemukakan bahwa konsiliasi adalah :52
Suatu proses penyelesaian sengketa dengan menyerahkannya kepada suatu komisi orang-orang yang bertugas menguraikan atau menjelaskan fakta-fakta dan (biasanya setelah mendengar para pihak dan mengupayakan agar mereka mencapai suatu kesepakatan), membuat usulan-usulan suatu penyelesaian, namun keputusan tersebut tidak mengikat.
9. Mediasi
Menurut Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 1 Tahun 2008,
mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk
memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator.53 Selain itu,
juga dikenal beberapa pengertian mediasi, yaitu :54
a. Mediasi proses negosiasi penyelesaian masalah (sengketa) dimana suatu
pihak luar, tidak memihak, netral, tidak bekerja dengan para pihak yang
bersengketa, membantu mereka (yang bersengketa) mencapai suatu
kesepakatan hasil negosiasi yang memuaskan.
51
Suyud Margono, Penyelesaian Sengketa Bisnis, Alternative Dispute Resolutions (ADR) :Teknik dan Strategi dalam Negosiasi, Mediasi, dan Arbitrase (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 45.
52
Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm. 360.
53
Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, Pasal 1 angka (7).
54
b. Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator
untuk membantu para pihak yang bersengketa guna mencapai penyelesaian
dalam bentuk kesepakatan sukarela terhadap sebagian atau seluruh
permasalahan yang disengketakan.
Dari pengertian tersebut, dapat dirumuskan bahwa :55
a. Tidak sebagaimana halnya seorang hakim atau arbiter, seorang mediator
tidak dalam posisi (tidak mempunyai kewenangan) untuk memutus sengketa
para pihak;
b. Tugas dan kewenangan mediator hanya membantu dan memfasilitasi
pihak-pihak yang bersengketa dapat mencapai suatu keadaan untuk dapat
mengadakan kesepakatan tentang hal-hal yang disengketakan;
c. Mediasi adalah Non-Coercive. Ini berarti bahwa tidak ada suatu sengketa
yang dapat diselesaikan melalui jalur mediasi, kecuali hal tersebut telah
disepakati / disetujui bersama oleh pihak-pihak yang bersengketa.
10. Arbitrase
Arbitrase sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999 adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan
umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh
para pihak yang bersengketa.56
Penyelesaian sengketa melalui arbitrase internasional merupakan cara
untuk mengakhiri perselisihan yang timbul antara pemerintah Indonesia dengan
55 Ibid. 56
investor asing, dimana kedua belah pihak sepakat menggunakan lembaga arbitrase
atau arbiter perorangan di luar wilayah hukum Republik Indonesia.57
F. Metode Penelitian
Dalam setiap penulisan haruslah menggunakan metode penulisan yang
sesuai dengan bidang yang diteliti. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis
adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan
dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya yaitu penelitian hukum
normatif. Pada penelitian hukum jenis ini, seringkali hukum dikonsepsikan
sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books)
atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan
berperilaku manusia yang dianggap pantas. 58 Penulis menggunakan jenis
penelitian hukum normatif dalam skripsi ini karena sumber penulisan yang
didasarkan pada data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan, peraturan
perundang-undangan, dan data penelitian yang dilakukan oleh lembaga resmi atau
pihak lain. Analisis mengenai peran MIGA dalam kegiatan penanaman modal
asing secara langsung ini hanyalah berpedoman pada sumber hukum tertulis guna
mengkaji pelaksanaan atau penerapan norma hukum yang terkandung di
dalamnya dalam kehidupan bermasyarakat.
57
Ibid., hlm. 358.
58
2. Data dan Sumber Data
Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan
hanyalah data sekunder. Data sekunder berasal dari informasi yang telah
dikumpulkan pihak lain yang dapat berbentuk dokumen atau literatur dan terdiri
dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat dan
terdiri dari norma atau kaidah dasar dimana yang digunakan dalam penulisan
skripsi ini adalah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1968 tentang
Penyelesaian Perselisihan antara Negara dan Warga Negara Asing mengenai
Penanaman Modal, Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1986 tentang
Pengesahan Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency,
dan Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency
(Konvensi MIGA) dan lain sebagainya. Sedangkan, bahan hukum sekunder adalah
bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti jurnal,
makalah, bahan diskusi, majalah, hasil-hasil penelitian atau pendapat pakar hukum
dan kasus-kasus MIGA yang berhubungan guna memperjelas pembahasan skripsi
ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh bahan-bahan guna menyusun skripsi ini agar tujuan
penelitian hukum normatif dengan pengumpulan data melalui studi pustaka
(library research).
Penulis melakukan suatu penelitian kepustakaan (library research) yang
biasanya dilakukan dengan meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder.
Penulis mempelajari sumber-sumber atau literatur-literatur tertulis yang dapat
dijadukan bahan dalam penulisan skripsi ini, di anataranya buku-buku, majalah,
koran, artikel dengan cara membaca, memahami, menafsirkan, dan
membandingkan berbagai sumber yang ada serta kemudian mengambil data yang
paling relevan dengan jaminan kegiatan penanaman modal asing secara langsung
(foreign direct investment).
Mengingat bahwa jumlah materi kepustakaan yang berkaitan dengan judul
yang diangkat penulis dalam penulisan skripsi ini lumayan sedikit, maka penulis
banyak menggunakan literatur jurnal internasional yang berasal dari media
elektronik seperti website MIGA.
4. Analisis Data
Penelitian yang dilakukan penulis termasuk jenis penelitian hukum
normatif. Pengolahan data pada dasarnya merupakan kegiatan untuk mengolah
atau menganalisis data-data yang dalam hal ini adalah data sekunder terhadap
permasalahan yang akan dibahas. Analisis data dilakukan dengan :
a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan
yang diteliti;
b. Memilih kaidah-kaidah hukum, asas, atau doktrin yang sesuai dengan
c. Mensistemasikan kaidah-kaidah hukum, asas, atau doktrin;
d. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau doktrin
yang ada;
e. Menarik kesimpulan dengan pendekatan induktif kuantitatif.
G.Sistematika Penulisan
Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus
disusun secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka
diperlukan adanya penguraian dalam bab per bab secara teratur dan berkaitan satu
sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan pendahuluan yang pada pokoknya menguraikan tentang
latar belakang pengangkatan judul skripsi, perumusan masalah
yang akan menjadi pokok bahasan dalam bab pembahasan, tujuan
dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan,
metode penulisan, dan diakhiri dengan sistematika penulisan.
BAB II : PERAN DARI MULTILATERAL INVESTMENT GUARANTEE
AGENCY (MIGA) DALAM KEGIATAN PENANAMAN
MODAL ASING SECARA LANGSUNG (FOREIGN DIRECT INVESTMENT)
Berisikan peran MIGA dalam kegiatan penanaman modal asing
secara langsung (foreign direct investment) yang terdiri dari
kajian umum terhadap kegiatan penanaman modal asing secara