Diajukan untuk Menempuh Ujian Akhir Sarjana
DIDIN YANA PRIMA
10109157
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR SIMBOL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Perumusan Masalah ... 3
I.3 Maksud dan Tujuan ... 3
I.4 Batasan Masalah ... 3
I.5 Metodologi Penelitian ... 3
I.6 Sistematika Penulisan... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
II. 1 Tunagrahita ... 9
II.1.1 Klasifikasi Anak Tunagrahita ... 9
II.1.2 Penyebab Ketunagrahitaan ... 10
II. 2 Bina Diri ... 11
II. 3 HCI (Human-Computer Interaction) ... 13
II.3.1 User Interface Desain (UID) ... 14
II. 4 Analisis Tugas ... 15
II.4.1 Teknik Analisis Tugas ... 16
II.4.2 Penggunaan Hasil Analisis Tugas ... 19
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN PERMAINAN ... 21
III.1 Analisis Masalah ... 21
vi
III.4.1 Storyline ... 34
III.4.2 Analisis Spesipikasi Kebutuhan Perangkat Lunak ... 35
III.4.3 Analisis Kebutuhan Non-Fungsional ... 37
III.4.4 Analisis Kebutuhan Fungsional ... 38
III.4.5 Perancangan Sistem ... 42
BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM ... 49
IV. 1 Implementasi Sistem ... 49
IV. 2 Pengujian ... 56
IV. 2. 1 Rencana Pengujian ... 56
IV. 2. 2 Prosedur Pengujian ... 57
IV. 2. 3 Hasil Pengujian ... 58
IV. 2. 4 Evaluasi ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
V. 1 Kesimpulan ... 61
V. 2 Saran ... 61
63
[1] Diaper, D., & stanton, N. (2004). The Handbook Of Task Analysis For
Human-Computer Interaction. London: Lawrence Erlbaum Associates.
[2] Galitz, W. O. (2007). The Essential Guide to User Interface Design An
Introdution to GUI Design Principles and Techniques. Indianapolis: Wiley
Publishing.
[3] Nugraha, G. a. (2013). Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak
Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga
Bina Bangsa Subang. Skripsi , 49.
[4] Rochyadi, E. (2012). Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunagrahita.
Modul , 6.5,6.6,6.11.
[5] Soendari, T., Asri, P., & Mulyani, A. (2008). Pengaruh Media Animasi
Komputer Terhadap Hasil Belajar Sains Anak Tunagrahita Ringan.
[6] Sommerville. (2011). Software Engineering. America: Pearson.
[7] Sudarman, & Ariyus, D. (2007). Interaksi Manusi dan Komputer.
Yogyakarta: CV. Andi Offest.
[8] Widati, S. (2012). Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat sehat, rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul
“Analisi Interaksi Anak Tunagrahita Terhadap Game Edukasi Bina Diri” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam
menempuh ujian akhir sarjana program strata satu (S1) Program Studi Teknik
Informatika Universitas Komputer Indonesia Bandung.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari peran
serta banyak pihak yang telah memberikan kontribusu dari segi pemikaran, bimbingan,
dan semangat. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan, rahmat, dan karunia-Nya
sehingga dapat diselesaikannya skripsi ini.
2. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat dan do’a yang tulus, kasih
sayang, semangat, dan dukungan moril maupun materil.
3. Bapak Adam Mukharil Bachtiar, S.Kom, M.T. selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan dengan baik bagi
penulis.
4. Ibu Utami Dewi Widianti, S.Kom, M.Kom. selaku dosen reviewer yang telah
memberikan saran kepada penulis.
5. Bapak Hendri Karisma, S.Kom. selaku penguji 3 yang telah memberikan saran
kepada penulis.
6. Dosen-dosen Teknik Informatika yang telah mengajari berbagai hal dan
berbagai bidang ilmu.
7. Ibu Dedeh Sadiah, S.Pd selaku kepala sekolah di Sekolah Luar Biasa(SLB)-C
SILIH ASIH yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
8. Ibu Ayi Syarifah Auliani, S.Pd. selaku pengajar di Sekolah Luar Biasa(SLB)-C
iv
9. Rinda Rosmariyani, sebagai orang terkasih yang selalu memberikan semangat
dan do’a.
10.Teman-teman IF-4 2009 seperjuangan dan rekan-rakan satu bimbingan yang
telah bersama-sama melewati masa-masa perkuliah.
11.Semua pihak yang terlibat yang telah membantu saya yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi yang disusun masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Terlepas dari kekurangan yang ada semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya dalam upaya meningkatkan
pengetahuan kita semua. Aamiin.
Bandung, Januari 2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Anak Tunagrahita merupakan individu yang memiliki gangguan pada
perkembangan mentalnya yang terjadi pada setiap tumbuh kembangnya. Karena
hal tersebut anak tunagrahita membutuhkan pembibingan khusus. Di dalam
pembelajarannya anak tunagrahita memiliki pembelajaran yang khusus, yaitu
pembelajaran bina diri. Bina diri adalah serangkaian kegiatan pembinaan dan
latihan untuk merawat, menolong, dan keterampilan bagi anak tunagrahita. Bina
diri berfungsi sebagai alat bantu lanjutan untuk memacu atau melatih gerakan
motorik anak, pembelajaran bina diri ini disesuaikan dengan kemampuan anak
tersebut. Bina diri merupakan mata pelajaran untuk melatih kemandirian anak
tunagrahita. Lingkup bina sendiri diantaranya seperti merawat diri, menolong diri,
keterampilan diri. Merawat diri merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
kegiatan mereka sehari-hari seperti makan, minum, mandi dan hal-hal lain yang
dilakukan sehari-hari. Menolong diri merupakan kegiatan memperkenalkan anak
terhadap bahaya dan mengatas permasalahan yang dihadapi. Keterampil
mengajarkan anak sebuah keterampilan yang bisa membantunya dimasa depan,
menggunakan uang, anak bisa melakukan suatu dan secara tidak langsung anak
belajar bersosialisasi dengan lingkungan.
Bina diri memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan
gerak motorik anak tunagrahita. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ganjar Arrief Nugraha bahwa terjadi peningkatan rata-rata motorik
anak tunagrahita dari 38% menjadi 81,6% setelah dilakukan pembelajaran binadiri
dengan pelatihan mengepel lantai.[3] Pembelajaran bina diri saat ini masih di
ajarkan secara konvensional, dari segi penyampaian materi yang berkenaan
dengan pembelajaran yang di ajarkan, masih disampaikan secara manual dari guru
kepada anak di bantu dengan alat peraga untuk mengilustrasikan apa yang di
jelaskan, dengan hal tersebut anak masih kurang optimal dalam menangkap materi
bantu pembelajaran sangat banyak salah satunya adalah melibatkan komputer
sebagai media pembelajaran. Dari hasil wawancara dengan seorang konselor Sitta
Resmiyanti Muslimah, M. Pd menyatakan bahwa pembelajan dengan bantuan
komputer bisa sangat membantu anak tunagrahita dalam menerima materi
pembelajar, namun pembelajaran dengan bantuan komputer ini harus disesuaikan
juga dengan kebutuhan dan kemapuan anak.
Pendidikan pada anak tunagrahita harus dilakukan secara berulang kali dan
konsisten. Berkenaan dengan hal tersebut salah satu sifat dari komputer adalah
konsisten dan dari sebuah artikel Pengaruh Media Animasi Komputer Terhadap
Hasil Belajar Sains Anak Tunagrahita Ringan bahwa penggunaan komputer yang
sesuai akan memudahkan dalam penyampaian materi pelajaran yang disampaikan
guru pada siswanya. Media animasi komputer sangat menonjolkan unsur
visualisasi (gambar) dan unsur imaji suara.[5] Hal ini yang menjadi penguat bagi
anak tunagrahita dalam menerima informasi. Selain hal tersebut anak-anak
tunagrahita ringan ini lebih senang untuk bermain, hal ini terlihat saat mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Alat-alat yang digunakan anak sebagai alat peraga
untuk belajar, digunakan mereka untuk bermain. Hal ini yang menjadi alasan
untuk memasukan atau melakukan pembelajaran melalu sarana game. Game ini
sudah menyediakan berbagai hal dari mulai unsur animasi, gambar dan suara yang
akan membantu anak untuk menerima materi yang diajarkan.
Bina diri merupakan pembelajaran untuk melatih kemandirian anak
tunagrahita, pada pembelajaran bina diri ada beberapa tugas yang dikerjakan oleh
anak sesuai dengan pembelajaran bina diri yang mereka jalani. Analisis tugas
diperlukan untuk mengetahui tugas apa saja yang dilakukan anak tunagrahita
dalam melakukan tugasnya dalam pembelajaran bina diri. Analisis tugas ini yang
menjadi sebuah acuan sistem atau aplikasi agar di dapatkan sebuah interaksi yang
baik antara anak tunagrahita dengan aplikasi.
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk membuat
software pembelajaran dina diri dan merancang interaksi anak tunagrahita
terhadap software terserbut, yang bertujuan untuk membatu dalam pembelajaran
I.2 Perumusan Masalah
Dari penjelasan yang telah dijelaskan pada latar belakang maka didapatlah
perumusan masalah bagaimana membuat perangkat lunak beserta interaksinya
untuk pembelajaran bina diri untuk anak tunagrahita.
I.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk membangun perangkat lunak
pembelajaran bina diri untuk anak tunagrahita. Sedangkan tujuan yang akan
dicapai adalah memudahkan anak tunagrahita memahami pembelajaran bina diri.
I.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Pembelajaran bina diri pada anak tunagrahita ringan.
2. Pembelajaran bina diri yang diberikan berupa pelatihan keterampilan.
3. Pelatihan yang diberikan berupa kegiatan memelihara tanaman.
4. Pendekatan analisis kebutuhan perangkat lunak berorientasi objek.
5. Penerapan gesture bukan merupakan hal yang utama dalam aplikasi.
I.5 Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Metode pengumpulan data.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Studi Literatur
Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan literatur, jurnal, paper dan
bacaan-bacaan yang ada kaitannya dengan judul penelitian.
b. Observasi
Melakuakan pengamatan secara langsung bagaimana pembelajaran bina diri di
c. Interview
Melakukan kegiata tanya jawab dengan para pengajar yang berhungan dengan
pembelajaran bina diri.
2. Metode perancangan Interaksi.
Metode perancangan dalam pembangunan aplikasi menggunakan metode
TCSD (Task Centered System Desaign), yang meliputi beberapa proses
diantaranya[2]:
a. Identification
Mengidentifikasi pengguna dari sistem dan mengaktulisasikannya.
Bertujuan untuk menghasilkan gambaran tugas pengguna dan tugas yang
memberikan cakupan yang realistis yang akan digunakan sistem untuk
melakukan tugas apa saja.
b. User-Centered Requirements Analysis
Tahap berikutnya menganalisis permasalahan untuk memutuskan
apakah orang dan tugas akan disertakan atau tidak disertakan dari desain.
Daftar ini akan menjadi dasar prasyaratan User-Centered Analysis.
c. Design Through Scenarios
Tahap desain sistem, Setiap desain harus mempertimbangkan
bagaimana fitur-fiturnya bekerja sama untuk membantu pengguna
menyelesaikan pekerjaan mereka yang sebenarnya.
d. Evaluate Via Task-Centered Walk-Throughs
Tahapan evaluasi akhir terhadap desain sistem, Walk-Throughs akan
memberikan hasil yang lebih banyak jika dilakukan dengan melibatkan
pengguna akhir yang memiliki perspektif berbeda.
3. Metode Pembangunan Perangkat lunak.
Dalam pembangunan aplikasi pada penelitian ini menggunakan
Gambar I-1 Metode Waterfall [6]
a. Requirements definition
Layanan sistem, kendala, dan tujuan yang ditetapkan oleh konsultasi dengan
pengguna sistem. Mereka kemudian didefinisikan secara rinci dan berfungsi
sebagai spesifikasi sistem.
b. System and Software Design
Proses desain sistem mengalokasikan persyaratan baik untuk perangkat keras
atau perangkat lunak sistem dengan membentuk arsitektur sistem secara
keseluruhan. Software desain melibatkan mengidentifikasi dan
menggambarkan abstraksi sistem perangkat lunak yang mendasar dan
hubungannya antar sistem.
c. Implementation and Unit Testing
Selama tahap ini, desain perangkat lunak direalisasikan sebagai serangkaian
program atau program unit. Unit pengujian melibatkan verifikasi bahwa
setiap unit memenuhi spesifikasinya.
d. Integration and System Testing
Unit program individu atau program yang terintegrasi dan diuji sebagai
sistem yang lengkap untuk memastikan bahwa persyaratan perangkat lunak
telah dipenuhi. Setelah pengujian, sistem perangkat lunak disampaikan
e. Operation and Maintenance
Pemeliharaan melibatkan mengoreksi kesalahan yang tidak ditemukan pada
tahap-tahap awal dari siklus hidup , meningkatkan implementasi unit sistem
dan meningkatkan layanan sistem sebagai persyaratan baru yang ditemukan.
I.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini disusun untuk memberikan gambaran
umum tentang penelitian yang dijalankan. Sistematika penulisan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang permasalahan, mencoba merumuskan inti
permasalahan yang dihadapi, menentukan tujuan dan kegunaan penelitian, yang
kemudian diikuti dengan pembatasan masalah, asumsi, serta sistematika
penulisan.
BAB II. LANDASAN TEORI
Membahas berbagai konsep dasar dan teori-teori yang berkaitan dengan topik
penelitian yang dilakukan dan hal-hal yang berguna dalam proses analisis
permasalahan serta tinjauan terhadap penelitian-penelitian serupa yang telah
pernah dilakukan sebelumnya termasuk sintesisnya.
BAB III. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Menganalisis masalah dari model penelitian untuk memperlihatkan keterkaitan
antar variabel yang diteliti serta model matematis untuk analisisnya.
BAB IV. IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM
Perancangan dan implementasi merupakan tahapan yang dilakukan dalam
penelitian secara garis besar sejak dari tahap persiapan sampai penarikan
kesimpulan, metode dan kaidah yang diterapkan dalam penelitian. Termasuk
menentukan variabel penelitian, identifikasi data yang diperlukan dan cara
pengumpulannya, penentuan sampel penelitian dan teknik pengambilannya, serta
metode/teknik analisis yang akan dipergunakan dan perangkat lunak yang akan
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran berisi kesimpulan dan saran yang sudah diperoleh dari hasil
9
II. 1 Tunagrahita
Anak Tunagrahita merupakan anak yang mempunyai tingkat kecerdasan di
bawah rata-rata anak normal. Istilah yang digunakan di Indonesia untuk anak yang
memiliki kecerdasan di bawah rata-rata misalnya lemah otak, lemah ingatan,
lemah pikiran, retardasi mental, terbelakangan mental, cacat grahita, dan
tunagrahita. Pada dasarnya semua istilah ini memiliki pengertian yang sama yaitu
keterlambatan dalam perkembangan kecerdasan seseorang dibandingkan dengan
anak-anak normal lainnya.
Definisi yang dijadikan rujukan utama ialah definisi yang dirumuskan
Grossman (1983) yang secara resmi digunakan AAMD (American Association on
Mental Deficiency).
Mental retardation refers to significantly subaverage general
intellectual functioning resulting in or adaptive behavior and mainfested
during the developmental period.
(Hallahan & Kauffman, 1988: 47)
Artinya, ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang
secara nyata (signifikan) berada di bawah rata-rata (normal) bersamaan dengan
kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian diri dan semua ini berlangsung
(termanifestasi) pada masa perkembangannya.[4]
II.1.1 Klasifikasi Anak Tunagrahita
Klasifikasi yang digunakan untuk anak tunagrahita adalah yang
dikemukakan oleh AAMD (Hallahan, 1982: 43), Sebagai berikut [4].
1. Mild mental retardation (tunagrahita IQ-nya 70-55 ringan)
2. Moderate mental retardation (tunagrahita IQ-nya 55-40 sedang)
3. Several mental retardation (tunagrahita IQ-nya 40-25 berat)
Strauss membagi faktor penyebab ketunagrahitaan menjadi dua gugus
yaitu endofen dan eksogen. Faktor endogen apabila letak penyebabnya pada sel
keturunan dan eskogen adalah hal-hal yang di luar sel keturunan, misalnya infeksi,
virus menyerang otak, benturan kepala yang keras, radiasi, dan lain-lain (Moh.
Amin, 1995: 62).[4]
Berikut ini beberapa penyebab ketunafrahitaan yang sering ditemukan baik
yang berasal dari faktor keturunan maupun faktor lingkungan[4].
1. Faktor keturunan
Penyebab kelainan yang berkaitan dengan daktor keturunan meliputi
kelainan kromosom dan kelainan gene.
2. Gangguan metabolisme fan gizi
Metabolisme dan gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak. Kegagalan
metabolisme dan kegagalan pemenuhan kebutuhan gizi dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan fisik dan mental pada individu.
3. Infeksi dan keracunan
Keadaan ini disebabkan oleh terjangkitnya penyakit-penyakit selama
janin masih berada dalam kandungan. Penyakit yang dimaksud, antara lain
rubella yang mengakibatkan ketunagrahitaan serta adanya kelainan
pendengaran, penyakit jantung bawaan, berat badan sangat kurang ketika
lahir.
4. Trauma dan zat radioaktif
Terjadinya trauma terutama pada otak ketika bayi dilahirkan atau terkena
radiasi zat radioaktif saat hamil dapat mengakibatkan ketunagrahitaan yang
sulit sehingga memerlukan alat bantu. Ketidak tepatan penyinaran atau radiasi
sinar X selama bayi dalam kandungan mengakibatkan cacat mental
Masalah yang terjadi pada saat kelahiran, misalnya kelahiran yang
disertai hypoxia yang dipastikan bayi akan menderita kerusakan otak, kejang,
dan napas pendek. Kerusakan juga dapat disebabkan oleh trauma mekanis
terutama pada kelahiran yang sulit.
6. Faktor lingkungan
Latar belakang pendidikan orang tua sering juga dihubungkan dengan
masalah-masalah perkembangan. Kurangnya kesadaran orang tua akan
pentingnya pendidikan dini serta kurangnya pengetahuan dalam memberikan
rangsangan positif dalam masa perkembangan anak menjadi salah saru
penyebab rimbulnya gangguan. Mengenai hal ini, Triman Prasadio (1982: 26)
mengemukakan bahwa kurangnya rangasang interlektual yang memadai
mengakibatkan timbulnya hambatan dalam perkembangan inteligensia
sehingga anak dapat berkembang menjadi anak retardasi mental.
II. 2 Bina Diri
Activity of Daily Living (ADL) kegiatan keseharian yang banyak dikenal
dalam dunia pendidikan anak berkebutuhan khusus dengan istilah bina diri.
Program pendidikan bina diri secara prinsip dikembangkan untuk membantu anak
tunagrahita agar dapat hidup lebih wajar dan mandiri, untuk membantu anak
tunagrahita dapat hidup mandiri diperlukan program yang mampu membantu anak
belajar dan bisa melakukan dengan wajar dan baik.
Bina diri bersifat pribadi tetapi memiliki keterkaitan dengan human
relationship. Pembelajaran bina diri bersifat pribadi ini dikarenakan keterampilan
yang diajarkan menyangkut dengan kebutuhan individu yang harus dilakukan
sediri tampa dibantu oleh orang lain bila kondisinya memungkinkan. Bina diri
merupakan usaha membangun diri menjadi individu yang baik sebagai individu
maupun sebagai makhluk sosial dengan pendidikan keluarga, di sekolah, dan di
masyarakat.
belum dimiki anak dalam berbagai hal dan menemukan kebutuhan anak.
2. Keselamatan (safety)
3. Kehati-hatian (poise)
4. Kemandirian (independent)
5. Percaya diri (confident)
6. Tradisi yang berlaku disekitar anak berada (traditional manner)
7. Sesuai dengan usia (in appropriate)
8. Modifikasi; alat dan cara
9. Analisa tugas (task analysis)
Dari sebuah literatur program bina diri diklat BPG 2010, Berikut ini
dibahas materi bina diri yang harus dikuasai dan dimiliki anak tunagrahita sedang
dan ringan, sehingga setiap anak dapat hidup wajar sesuai dengan fungsi-fungsi
kemandirian :
1. Kebutuhan merawat diri
Kebutuhan merawat diri identik dengan materi yang telah
dilaksanakan pada kurikulum 1994, secara umum program merawat diri bagi
anak tunagrahita sangat terkait langsung dengan aktivitas kehidupan
sehari-hari anak tunagrahita.
2. Kebutuhan mengurus diri
Kebutuhan mengurus diri adalah kebutuhan anak tunagrahita untuk
mengurus dirinya sendiri, baik yang bersifat rutin maupun insidentil, sebagai
bentuk penampilan pribadi.
3. Kebutuhan menolong diri
Kebutuhan menolong diri, diperlukan oleh anak tunagrahita untuk
mengatasi berbagai masalah yang sangat mungkin dihadapi oleh anak dalam
aktivitas kehidupannya sehari-hari.
4. Kebutuhan komunikasi
Setiap orang untuk melakukan aktifitas senantiasa ditunjang dengan
sehari-hari.
5. Kebutuhan Sosialisasi/adaftasi
Kebutuhan sosialisasi atau adaftasi dibutuhkan untuk menunjang
berbagai aktifitas dalam kehidupan.
6. Kebutuhan keterampilan hidup
Kebutuhan keterampilan hidup yang dibutuhkan anak tunagrahita
sangat luas, pada kebutuhan bina diri meliputi keterampilan berbelanja,
menggunakan uang, berbelanja di toko atau pasar, cara mengatur
pembelanjaan. Disamping keterampilan praktis keterampilan hidup juga harus
ditunjang dengan keterampilan vokasional, seperti kebiasaan bekerja, prilaku
sosial dalam bekerja, menjaga keselamatan kerja, maupun menempatkan diri
dalam lingkungan kerja.
7. Kebutuhan mengisi waktu luang
Seseorang yang tidak dapat mengisi waktu luang dengan baik akan
mengalami kejenuhan, kemampuan mengisi waktu luang dibutuhkan pada
anak tunagrahita untuk terus melakukan aktivitas sehingga kemampuannya
dapat terus berkembang karena diisi dengan kegiatan positif.
II. 3 HCI (Human-Computer Interaction)
Disiplin HCI terus didefinisikan dalam dua cara yang berbeda, luas dan
sempit (Diaper, 1989d, 2002a). Pandangan luas HCI adalah berkaitan dengan
segala sesuatu yang berkaitan dengan orang-orang dan komputer. Pandangan
sempit HCI berkaitan dengan kegunaan, learnability, intuitif dan sebagainya, dan
difokuskan pada user-computer interface.[1]
HCI atau dalam bahasa indonesi diartikan sebagai Interaksi manusia dan
kumputer merupakan bidang keilmuan, perencanaan dan desain bagaimana
manusia dan komputer bekerja sama sehingga kebutuhan seseorang terpuaskan
dengan cara yang paling efektif. Di dalam HCI seorang desainer harus
memikirkan berbagai faktor yang berkenaan dengan produk dan pengguna produk
disentuh, dan diajak bicara. Antarmuka yang baik adalah antar muka yang bisa
menarik perhatian pengguna pada sutu informasi. Dengan antarmuka yang baik
akan menghasilkan system yang bermanfaat, sedangkan jika antarmuka yang
buruk akan membuat pengguna kebingungan atau mengakibatkan frustasi yang
pada akhirnya meninggalkan aplikasi.
II.3.1 User Interface Desain (UID)
Sebuah disain yang baik menjadi hal yang penting dari sebuah produk.
Dalam sebuah disain yang bauk memerlukan pemahaman tentang banyak hal.
Termasuk adalah karakteristik orang bagaimana kita melihat, memahami, dan
berpikir. Ini juga mencakup bagaimana informasi harus disajikan secara visual
untuk meningkatkan penerimaan manusia dan pemahaman bagaimana gerakan
mata, tangan harus mengalir untuk meminimalkan potensi kelelahan dan cedera.
Desain yang baik juga harus mempertimbangkan kemampuan dan keterbatasan
perankat keras dan pernakat luna antarmuka manusia-komputer.
Untuk membuat sebuah disain yang baik ada bebrapa langkah yang harus
dilakukan [2]:
1. Memahami pengguna
2. Memahami fungsi bisnis
3. Memahami prinsip desain UI dan layar yang baik
4. Membangun menu sistem dan skema navigasi
5. Memilih tipe windows
6. Perangkat interaksi yang tepat
7. Memilih kontrol layar yang tepat
8. Menulis teks dan pesan dengan jelas
9. Memberikan umpan balik, panduan dan bantuan dengan efektif
10. Menerapkan internasionalisasi dan aksesibilitas
11. Menggunakan grafik, icon, gambar
12. Memilih warna yang tepat
13. mengatur dan menyusun layout windows serta halaman
Task analysis merupakan inti dari sebuah pekerjaan dalam interaksi
manusia dan komputer. Task analysis dipahami dalam organisasi sebagai studi
tentang bagaimana orang-orang melakukan pekerjaan mereka untuk mencapai
tujuan tertentu. Task analysis merupakan salah satu metodologi pengumpulan data
yang paling efisien digunakan untuk memungkinkan tim produksi untuk lebih
memahami pengguna dan proses bisnis mereka. ini merupakan alat yang
membantu dalam penangkapan secara rinci prosedur yang digunakan pengguna
untuk mencapai tujuan mereka.
Task analysis penting untuk sebuah software, sebuah produk perangkat
lunak dan interaksi harus berdasarkan penggunanya bukan didasarkan pada model
mental programmer tentang bagaimana sistem harus bekerja. Produk yang buruk
menyebabkan frustasi pengguna, kebingungan dan kesalahan. Hal ini akan
berimbas pada kemungkinan pembelajaran yang lama serta biaya pelatihan yang
cenderung lebih tinggi bagi pengguna.
Istilah-istilah dalam task analysis [7]:
1. Sasaran (external task)
Kondisi sistem yang ingin dicapai manusia.
2. Tugas (internal task)
Himpunan terstruktur dari aktivitas yang dibutuhkan, digunakan atau
dipercayai sebagai hal penting untuk mencapai sasaran dengan menggunakan
perangkat tertentu.
3. Aksi (action)
Tugas yang tidak mengandung pemecahan persoalan atau komponen struktur
kendali.
4. Rencana (methode)
Terdiri atas sejumlah tugas atau aksi yang disusun dalam suatu urutan
Analisis tugas digunakan untuk:
1. Manual dan pengajaran
a. Mengajarkan cara melakukan task
2. Menangkap kebutuhan dan merancang sistem
a. Memandu perancangan sistem baru
b. Membantu perancang dalam memilih model internal untuk sistem yang
sesuai dengan harapan user
c. Meramalkan penggunaan sistem baru
3. Merancang antar muka detail
a. Mengklasifikasi tugas atau objek yang digunakan dalam perancangan
menu
b. Menghubungkan antara objek dengan aksi (OOP)
II.4.1 Teknik Analisis Tugas
Teknik analisis tugas memiliki ruang lingkup yang lebih luas meliputi
tugas-tugas yang melibatkan penggunaan komputer dan memodelkan aspek-aspek
dunia nyata baik yang menjadi bagian dalam sistem komputer maupun yang
bukan bagian dalam sisterm komputer. Analisis tugas dikhususkan untuk
mengenali kepentingan user dan cenderung mengamati perilaku yang terlihat papa
user bukan pada mengapa mereka melakukannya.
Teknik analis tugas dibagi menjadi tiga bagian, antara lain [7]:
1. Dekomposisi tugas
2. Analisis berbasis pengetahuan
3. Teknik berbasis relasi entitas
II.4.1.1 Dekomposisi tugas
Dekomposisi tugas memisahkan tugas ke dalam urutan sub-tugas.
Tujuannya untuk menjelaskan aksi yang dilakukan manusia. Menstrukturkan
tugas didalam hierarki sub-tugas dan menjelaskan urutan dari sub-tugas.
HTA adalah metode yang ekonomis dalam pengumpulan data dan
pengorganisasian informasi karena analis hanya perlu mengembangkan bagian
dari hierarki yang dibutuhkan struktur hierarki HTA memungkinkan analis
ketrampilan untuk menganalisis tugas secara efektif. Teknik ini bukanlah prosedur
yang sederhana yang dapat diterapkan secara cepat. Ketrampilan tersebut dapat
diperoleh dengan cepat melalui latihan.
Fokus analisis hierarki tugas (Heirarchical Task Analysis - HTA) adalah
penggunaan task dan diagram untuk menunjukan hierarki dan perencanaan untuk
menjelaskan urutan, misal [7]:
Deskripsi tekstual HTA dalam rangka membersihkan rumah :
1. Keluarkan penghisap debu
2. Sesuaikan semua alat yang harus ditancapkan
3. Bersihkan ruangan
3.1 Bersihkan ruang utama
3.2 Bersihkan ruang tamu
3.3 Bersihkan kamar tidur
4. Jika kotak debu sudah penuh, kosongkan
5. Letakan penghisap debunya dan segala peralatan pembantunya
Perencanaan :
Rencana 0 : kerjakan 1-2-3-5 dalam urutan
Ketika kotak debu penuh, kerjakan 4
Rencana 3 : kerjakan sembarang dari 3.1, 3.2, atau 3.3 dalam sembarang order
II-1:
Gambar II-1 Diagram HTA
II.4.1.2 Analisis Berbasis Pengetahuan
Analisis Berbasis Pengetahuan dimulai dengan mendaftar semua objek dan
aksi yang terlibat dalam tugas dan kemudian membangun taksonominya.
Tujuannya adalah untuk memahami pengetahuan (knowledge) yang dibutuhkan
untuk melaksanakan tugas dan dapat digunakan untuk membuat materi pengajaran
dan menulai jumlah pengetahuan pada tugas yang berbeda.
Salah satu teknik analisis tugas untuk deskripso pengetahuan (Task
Analysis for Knowledge Descriptive = TAKD) memakai format taksonomi khusus,
yaitu Task Descriptive Hierarchy (THD).
Ada tiga tipe notasi dari taksonomi, yaitu [7]:
1. XOR – taksonomi normal, dimana objek ada dalam satu-satunya cabang atau
sebuah objek hanya merupakan bagian dari satu ketegori.
2. AND – objek harus ada pada keduanya, dugunakan jika suatu objek terdiri
dari beberapa kategori untuk merepresentasikan klasifikasi jamak.
3. OR – kasus terlemah, dapat saja pada satu, banyak atau tidak ada cabang,
II.4.1.3 Teknik Berbasis Relasi Entitas
Telnik berbasis relasi entitas biasanya berasosiasi dengan basis data pda
model database entitas, mewakili sistem contoh tabel dan atribut pada analisis
tugas, menekankan pada objek aksi dan hubungan diantaranya.
Teknik ini mirip dengan analisis berbasis objek tetapi mengikut sertakan
entitas non komputer dan penekanan pada pemahaman domain, bukan
implementasi. Teknik ini juga melakukan pengklasifikasian (cataloguing) dan
pengujian (examination) pada objek dan aksi namun lebih dititik beratkan pada
relasi antara aksi dan objek dari pada kemiripannya[7].
II.4.2 Penggunaan Hasil Analisis Tugas
Hasil dari analisis tugas adalah bentuk perincian dari tugas yang
dilakukan, teknik dan alat yang digunakan, serta rencana dan urutan aksi untuk
melakukan tugas tersebut. Contoh dari penggunaan hasil analisis tugas, misalnya
[7]:
1. Manual dan Pengajaran
Struktur hierarki yang dimiliki oleh HTA dapat digunakan untuk
menyusun manual atau bahan pengajaran. Bentuk how to do dapat digunakan
sebagai bahan pelatihan tingkat dasar sedang yang lebih mahir memerlukan
struktur konseptual yang lebih baik, misal dengan teknik berbasis
pengetahuan.
2. Pendefinisian Kebutuhan dan Perancangan Sistem
Analisis tugas memberikan kontribusi pada proses pendefinisian
kebutuhan dan perancangan sistem. Analisis tugas terhadap sistem yang
sudah ada akan membantu pendefinisian kebutuhan dalam hal :
a. Objek dan tugas apa saja yang ada di sistem lama yang akan diakomodasi
di sistem baru.
b. Fitur apa yang akan diperbarui, apakah akan mengotomasi seluruh tugas
membantu perancang menentukan model internal sistem yang sesuai dengan
keinginan user serta dapat digunakan untuk meramalkan penggunaan sistem.
3. Perancangan Detail Interface
Taksonomi tugas dapat digunakan untuk merancang menu. Tugas
utama dapat dijadikan menu utama dan sub dibawahnya menjadi sub menu
yang berkaitan. Tampilan menu alternatif dapat disesuaikan dengan tugas dan
61
KESIMPULAN DAN SARAN
V. 1 Kesimpulan
Penelitian analisis interaksi anak tunagrahita terhadap game edukasi bina
diri berdasarkan hasil pengujian pada bab sebelunya menghasilkan kesimpulan,
bahwa aplikasi geme edukasi bina diri dapat membantu memudahkan anak dalam
kegiatan belajar mengajar anak tunagrahita. anak bisa mengikuti pembelajaran
yang disampaikan melalui video dan menjalankan latihan yang diberikan.
Interaksi anak dengan game edukasi bina diri berjalan dengan baik, tidak terlihat
stres pada anak, konsentrasi, sikap, kesabaran anak pada saat materi dan
melakukan latihan terlihat baik. Anak bisa menjalankan tugas yang diberikan
dengan baik. Berdasarkan hal tersebut aplikasi game edukasi bina diri ini dapat
membatu memudahkan dalam kegiatan belajar mengajar anak tunagrahita.
V. 2 Saran
Aplikasi game bina diri masih berupa prototipe diharapkan kedepannya
bisa dikembangkan lagi untuk menjadi lebih baik, agar bisa digunakan menjadi
media pengajaran yang lebih baik lagi. Selain itu dari segi fasilitas suara yang
dijadikan sebagai pengingat dan video yang dijadikan sebagai media penyampaian
materi bisa dibuat lebih menarik lagi. Pada aplikasi ini masih belum menggunakan
sensor kamera, kedepannya diharapkan bisa menerapkan interaksi yang
menggukan kamera sebagai sarana interaksi anak dengan aplikasi. Hal lainnya
EDUKASI BINA DIRI
Didin Yana Prima
Teknik Informatika – Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur 112-114 Bandung
E-mail : daredidin@yahoo.com
ABSTRAK
Anak tunagrahita merupakan individu yang memerlukan bimbingan khusus yaitu pembelajaran bina diri. Bina diri memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan motorik anak tunagrahita. Namun, saat ini penyampaian materi yang berkenaan dengan pembelajaran bina diri masih disampaikan secara manual. Penyampaian materi yang berkenaan dengan pembelajaran masih disampaikan secara langsung dari guru kepada anak dibantu dengan alat peraga untuk mengilustrasikan apa yang dijelaskan. sehingga anak tunagrahita masih kurang optimal dalam menangkap materi yang diajarkan.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi, dibutuhkan sebuah media pembelajaran yang interaktif untuk anak. Media komputer menjadi salah satu pilihan sebagai alat bantu pembelajaran anak tunagrahita. Sebelumnya diperlukan analisis tugas terhadap kegiatan belajar mengajar yang berjalan. Analisis tugas ini dilakukan terhadap proses penyampaian materi dan latihan anak tunagrahita. Analisis tugas dilakukan untuk mendapatkan kebutuhan dari kegiatan pembelajaran bina diri dan untuk menyesuaikan dengan kemampuan anak dalam belajar. Berdasarkan hasil analisis tugas yang dilakukan, maka sarana game edukasi menjadi pilihan untuk menyampaikan materi pelajaran dan memberikan latihan dari materi yang diajarkan.
Hasil akhir dari penelitian ini, didapat bahwa aplikasi game edukasi bina diri ini dapat membatu dalam kegiatan belajar mengajar anak tunagrahita. Materi yang disampaikan dalam aplikasi dapat diterima cukup baik oleh anak tunagrahita, begitu juga dengan latihan yang diberikan pada aplikasi bisa diselesaikan dengan baik oleh anak tunagrahita.
Kata kunci : Tunagrahita, Bina Diri, Analisis Tugas.
1. PENDAHULUAN
Anak Tunagrahita merupakan individu yang memiliki gangguan pada perkembangan mentalnya yang terjadi pada setiap tumbuh kembangnya. Karena hal tersebut anak tunagrahita membutuhkan pembibingan khusus. Di dalam pembelajarannya
anak tunagrahita memiliki pembelajaran yang khusus, yaitu pembelajaran bina diri. Bina diri adalah serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan untuk merawat, menolong, dan keterampilan bagi anak tunagrahita. Bina diri berfungsi sebagai alat bantu lanjutan untuk memacu atau melatih gerakan motorik anak, pembelajaran bina diri ini disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut. Bina diri merupakan mata pelajaran untuk melatih kemandirian anak tunagrahita. Lingkup bina sendiri diantaranya seperti merawat diri, menolong diri, keterampilan diri. Merawat diri merupakan kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan mereka sehari-hari seperti makan, minum, mandi dan hal-hal lain yang dilakukan sehari-hari. Menolong diri merupakan kegiatan memperkenalkan anak terhadap bahaya dan mengatas permasalahan yang dihadapi. Keterampil mengajarkan anak sebuah keterampilan yang bisa membantunya dimasa depan, menggunakan uang, anak bisa melakukan suatu dan secara tidak langsung anak belajar bersosialisasi dengan lingkungan.
Pendidikan pada anak tunagrahita harus dilakukan secara berulang kali dan konsisten. Berkenaan dengan hal tersebut salah satu sifat dari komputer adalah konsisten dan dari sebuah artikel Pengaruh Media Animasi Komputer Terhadap Hasil Belajar Sains Anak Tunagrahita Ringan bahwa penggunaan komputer yang sesuai akan
memudahkan dalam penyampaian materi pelajaran yang disampaikan guru pada siswanya. Media animasi komputer sangat menonjolkan unsur visualisasi (gambar) dan unsur imaji suara.[5] Hal ini yang menjadi penguat bagi anak tunagrahita dalam menerima informasi. Selain hal tersebut anak- anak tunagrahita ringan ini lebih senang untuk bermain, hal ini terlihat saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Alat-alat yang digunakan anak sebagai alat peraga untuk belajar, digunakan mereka untuk bermain. Hal ini yang menjadi alasan untuk memasukan atau melakukan pembelajaran melalu sarana game. Game ini sudah menyediakan berbagai hal dari mulai unsur animasi, gambar dan suara yang akan membantu anak untuk menerima materi yang diajarkan.
Maksud dari penelitian ini adalah untuk membangun perangkat lunak pembelajaran bina diri untuk anak tunagrahita. Sedangkan tujuan yang akan dicapai adalah memudahkan anak tunagrahita memahami pembelajaran bina diri.
2. ISI PENELITIAN
2.1 Analisis Tugas
Task analysis merupakan inti dari sebuah pekerjaan dalam interaksi manusia dan komputer. Task analysis dipahami dalam organisasi sebagai studi tentang bagaimana orang-orang melakukan pekerjaan mereka untuk mencapai tujuan tertentu. Task analysis merupakan salah satu metodologi pengumpulan data yang paling efisien digunakan untuk memungkinkan tim produksi untuk lebih memahami pengguna dan proses bisnis mereka. ini merupakan alat yang membantu dalam penangkapan secara rinci prosedur yang digunakan pengguna untuk mencapai tujuan mereka.
Task analysis penting untuk sebuah software, sebuah produk perangkat lunak dan interaksi harus berdasarkan penggunanya bukan didasarkan pada model mental programmer tentang bagaimana sistem harus bekerja. Produk yang buruk menyebabkan frustasi pengguna, kebingungan dan kesalahan. Hal ini akan berimbas pada kemungkinan pembelajaran yang lama serta biaya pelatihan yang cenderung lebih tinggi bagi pengguna.
Istilah-istilah dalam task analysis [7]: 1. Sasaran (external task)
Kondisi sistem yang ingin dicapai manusia. 2. Tugas (internal task)
penting untuk mencapai sasaran dengan menggunakan perangkat tertentu.
3. Aksi (action)
Tugas yang tidak mengandung pemecahan persoalan atau komponen struktur kendali.
4. Rencana (methode)
Terdiri atas sejumlah tugas atau aksi yang disusun dalam suatu urutan
Analisis tugas digunakan untuk: 1. Manual dan pengajaran
a. Mengajarkan cara melakukan task b. Menyusun manual atau materi ajar
c. Membantu user menjelaskan sistem ke orang lain
2. Menangkap kebutuhan dan merancang sistem a. Memandu perancangan sistem baru
b. Membantu perancang dalam memilih model internal untuk sistem yang sesuai dengan harapan user
c. Meramalkan penggunaan sistem baru 3. Merancang antar muka detail
a. Mengklasifikasi tugas atau objek yang digunakan dalam perancangan menu
b. Menghubungkan antara objek dengan aksi (OOP)
2.1.1 Teknik Analisis Tugas
Teknik analisis tugas memiliki ruang lingkup yang lebih luas meliputi tugas-tugas yang melibatkan penggunaan komputer dan memodelkan aspek-aspek dunia nyata baik yang menjadi bagian dalam sistem komputer maupun yang bukan bagian dalam sisterm komputer. Analisis tugas dikhususkan untuk mengenali kepentingan user dan cenderung mengamati perilaku yang terlihat papa user bukan pada mengapa mereka melakukannya.
Teknik analis tugas dibagi menjadi tiga bagian, antara lain [7]:
1. Dekomposisi tugas
2. Analisis berbasis pengetahuan 3. Teknik berbasis relasi entitas
2.1.1.1 Dekomposisi tugas
Dekomposisi tugas memisahkan tugas ke dalam urutan sub-tugas. Tujuannya untuk menjelaskan aksi yang dilakukan manusia. Menstrukturkan tugas didalam hierarki sub-tugas dan menjelaskan urutan dari sub-tugas.
HTA adalah metode yang ekonomis dalam pengumpulan data dan pengorganisasian informasi karena analis hanya perlu mengembangkan bagian dari hierarki yang dibutuhkan struktur hierarki HTA memungkinkan analis memfokuskan diri pada aspek pengting task dalam konteks keseluruhan task.
diterapkan secara cepat. Ketrampilan tersebut dapat diperoleh dengan cepat melalui latihan.
Fokus analisis hierarki tugas (Heirarchical Task Analysis - HTA) adalah penggunaan task dan diagram untuk menunjukan hierarki dan perencanaan untuk menjelaskan urutan, misal [7]:
Deskripsi tekstual HTA dalam rangka
membersihkan rumah :
1. Keluarkan penghisap debu
2. Sesuaikan semua alat yang harus ditancapkan 3. Bersihkan ruangan
3.1 Bersihkan ruang utama 3.2 Bersihkan ruang tamu 3.3 Bersihkan kamar tidur
4. Jika kotak debu sudah penuh, kosongkan 5. Letakan penghisap debunya dan segala peralatan pembantunya
Perencanaan :
Rencana 0 : kerjakan 1-2-3-5 dalam urutan Ketika kotak debu penuh, kerjakan 4
Rencana 3 : kerjakan sembarang dari 3.1, 3.2, atau 3.3 dalam sembarang order tergantung pada ruang mana yang butuh dibersihkan.
Analisis HT juga dapat dibuat dalam bentuk diagram seperti berikut pada Gambar II 1:
Gambar II 1 Diagram HTA
2.1.1.2 Analisis Berbasis Pengetahuan
Analisis Berbasis Pengetahuan dimulai dengan mendaftar semua objek dan aksi yang terlibat dalam tugas dan kemudian membangun taksonominya. Tujuannya adalah untuk memahami pengetahuan (knowledge) yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas dan dapat digunakan untuk membuat materi pengajaran dan menulai jumlah pengetahuan pada tugas yang berbeda.
Salah satu teknik analisis tugas untuk deskripso pengetahuan (Task Analysis for Knowledge Descriptive = TAKD) memakai format taksonomi khusus, yaitu Task Descriptive Hierarchy (THD).
dalam satu-satunya cabang atau sebuah objek hanya merupakan bagian dari satu ketegori.
2. AND – objek harus ada pada keduanya, dugunakan jika suatu objek terdiri dari beberapa kategori untuk merepresentasikan klasifikasi jamak. 3. OR – kasus terlemah, dapat saja pada satu, banyak atau tidak ada cabang, digunakan jika objek merupakan bagian dari satu atau lebih kategori.
2.1.1.3 Teknik Berbasis Relasi Entitas
Telnik berbasis relasi entitas biasanya berasosiasi dengan basis data pda model database entitas, mewakili sistem contoh tabel dan atribut pada analisis tugas, menekankan pada objek aksi dan hubungan diantaranya.
Teknik ini mirip dengan analisis berbasis objek tetapi mengikut sertakan entitas non komputer dan penekanan pada pemahaman domain, bukan implementasi. Teknik ini juga melakukan pengklasifikasian (cataloguing) dan
pengujian (examination) pada objek dan aksi namun lebih dititik beratkan pada relasi antara aksi dan objek dari pada kemiripannya[7].
2.1.2 Penggunaan Hasil Analisis Tugas
Hasil dari analisis tugas adalah bentuk perincian dari tugas yang dilakukan, teknik dan alat yang digunakan, serta rencana dan urutan aksi untuk melakukan tugas tersebut. Contoh dari penggunaan hasil analisis tugas, misalnya [7]:
1. Manual dan Pengajaran
Struktur hierarki yang dimiliki oleh HTA dapat digunakan untuk menyusun manual atau bahan pengajaran. Bentuk how to do dapat digunakan sebagai bahan pelatihan tingkat dasar sedang yang lebih mahir memerlukan struktur konseptual yang lebih baik, misal dengan teknik berbasis pengetahuan.
2. Pendefinisian Kebutuhan dan Perancangan Sistem
Analisis tugas memberikan kontribusi pada proses pendefinisian kebutuhan dan perancangan sistem. Analisis tugas terhadap sistem yang sudah ada akan membantu pendefinisian kebutuhan dalam hal : a. Objek dan tugas apa saja yang ada di sistem lama yang akan diakomodasi di sistem baru.
b. Fitur apa yang akan diperbarui, apakah akan mengotomasi seluruh tugas atau fungsi spesifik tertentu.
Pada perancangan yang lebih tinggi analisis tugas juga dapat membantu perancang menentukan model internal sistem yang sesuai dengan keinginan user serta dapat digunakan untuk meramalkan penggunaan sistem.
3. Perancangan Detail Interface
tugas dan peran dari menu.
2.2 Analisis Masalah
Pembelajaran pada anak tunagrahita dimulai dari mengenalkan pada benda selanjutnya diberikan penjelasan tentang benda tersebut. Proses ini dilakukan secara berulang hingga anak tersebut mengerti dengan materi yang disampaikan. Proses pembelajaran selama ini memiliki permasalahan pada media pembelajaran. Kurangnya suatu media pembelajaran terhadap proses belajar mengakibatkan tidak menarik minat anak dalam proses belajar.
2.3 Identification
Pendidikan bina diri bertujuan untuk membantu anak tunagrahita hidup wajar dan mandiri. Salah satu dari pendidikan bina diri adalah keterampilan hidup dan menolong diri. Pembelajaran keterampilan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak dan memberikan kegiatan positif untuk mengisi waktu luang mereka. Pembelajaran keterampilan salah satunya adalah memelihara tanaman. Pembelajaran menolong diri bertujuan agar anak dapat menjaga diri. Pembelajaran menolong diri salah satunya adalah merapihkan meja belajar dan menjaga kebersihan (membuang sampah).
Dalam kegiatan membuang sampah sebelumnya anak akan diberikan penjelas atau manfaat dari menjaga kebersihan dengan cara membuang sampah pada tempatnya. Adapun analisis tugas pada pembelajaran mejaga kebersihan adalah sebagai berikut :
Deskripsi tekstual HTA dalam pembelajaran menjaga kebersihan pada metode pembelajaran yang berjalan saat ini :
Pembelajaran menjaga kebersihan : 1. Penyampaian materi bina diri 1.1. Pemahaman tentang kebersihan 2. Menjaga kebersihan
2.1. Membuang sampah pada tempatnya
Perencanaan :
Rencana 0 : kerjakan 1, 2 dalam urutan Rencana 1 : kerjakan 1.1
Rencana 2 : kerjakan 2.1
HTA pembelajaran bina diri menjaga kebersihan (membuang sampah) pada metode pembelajaran yang berjalan saat ini dalam bentuk diagram pada Gambar III 1:
Gambar III 1 Diagram HTA Manual Menjaga Kebersihan
Deskrisi tekstual HTA dalam pembelajaran bina diri menjaga kebersihan pada aplikasi :
1. Membuka aplikasi bina diri 2. Menonton video pembelajaran 2.1. Menekan tombol play
3. Menjaga kebersihan
3.1. Mengambil sampah dan membuang sampah pada tempatnya
4. Keluar dari aplikasi
Perencanaan :
Rencana 0 : kerjakan 1-2-3 dalam urutan, ketika ingin keluar kerjakan 4.
Rencana 3 : kerjakan 3.1.
HTA pembelajaran bina diri menjaga kebersihan (membuang sampah) pada aplikasi dalam bentuk diagram pada Gambar III 2:
Gambar III 2 Diagram HTA Applikasi Menjaga Kebersihan
Deskripsi tekstual HTA dalam pembelajaran merapihkan meja belajar pada metode pembelajaran yang berjalan saat ini :
Pembelajaran merapihkan meja belajar : 1. Penyampaian materi bina diri 1.1. Pemahaman tentang kerapihan 2. Membereskan meja belajar
2.1. Mengambil buku dan merapihkan buku 2.2. Mengambil alat tulis dan memasukan alat tulis ke tempat alat tulis
Perencanaan :
Rencana 0 : kerjakan 1, 2 dalam urutan. Rencana 1 : kerjakan 1.1
Rencana 2 : kerjakan sembarang 2.1, 2.2.
HTA pembelajaran bina diri membereskan meja belajar pada metode pembelajran yang berjalan saat ini dalam bentuk diagram pada Gambar III 3:
Gambar III 3 Diagram HTA Manual Merapihkan meja belajar
Deskripsi tekstual HTA dalam pembelajaran bina diri merapihkan meja pada aplikasi :
1. Membuka aplikasi bina diri. 2. Menonton video pembelajaran. 2.1. Menekan tombol play.
3. Merapihkan meja belajar
3.1. Mengambil buku dan merapihkan buku 3.2. Mengambil alat tulis dan memasukan alat tulis kedalam tempat alat tulis.
4. Keluar dari aplikasi.
Perencanaan :
Rencana 0 : kerjakan 1-2-3 dalam urutan, ketika ingin keluar kerjakan 4.
Rencana 3 : kerjakan sembarang 3.1-3.2.
HTA pembelajaran bina diri menjaga kebersihan pada aplikasi dalam bentuk diagram pada :
Gambar III 4:
Gambar III 4 Diagram HTA Applikasi Merapihkan meja belajar
Dalam memelihara tanaman anak diberi pemahaman dari manfaat memelihara tanaman serta diperkenalkan alat-alat yang digunakan untuk memelihara tanaman atau bercocok tanam dan cara bercocok tanam yang benar. Adapun analisis tugas pada pembelajaran bercocok tanam adalah sebagai berikut:
Deskripsi tekstual HTA dalam pembelajaran bina diri bercocok tanam pada metode pembelajaran yang berjalan saat ini :
Pembelajaran bina diri bercocok tanam. 1. Penyampaian materi bina diri
1.1. Pemahaman pentingnya memelihara
tanaman
1.2. Pengenalan alat-alat bercocok tanam
2. Menanam bunga
2.1. Mengambil tanah dan memasukan tanah ke dalam pot
2.2. Membuat lubang pada tanah
2.3. Mengambil bunga dan memasukan bunga ke lubang tanah
2.4. Mengambil tanah kembali dan memasukan ke dalam pot untuk menutup akar bunga sambil sedikit ditekan
2.5. Menyiram
Perencanaan :
Rencana 0 : kerjakan 1, 2 dalam urutan. Rencana 1 : kerjakan 1.1, 1.2 dalam urutan.
Rencana 2 : kerjakan 2.1, 2.2, 2.3, 2.4, 2.5 dalam urutan.
Lingkup Bina
Deskripsi tekstual HTA dalam pembelajaran bina diri bercocok tanam pada aplikasi :
Pembelajran bina diri bercocok tanam. 1. Membuka aplikasi bina diri. 2. Menonton video pembelajaran. 2.1. Menekan tobol play.
3. Menanam bunga.
4. Keluar dari aplikasi.
Perencanaan :
Rencana 0 : kerjakan 1-2-3 dalam urutan, ketika ingin keluar kerjakan 4.
Rencana 3 : kerjakan 3.1-3.2-3.3-3.4 dalam urutan.
HTA pembelajaran bina diri bercocok tanam pada aplikasi dalam bentuk diagram pada Gambar III 6:
Gambar III 6 Diagram HTA Aplikasi Bercocok tanam
2.3.1 Korelasi Task dan Lingkup Pembelajaran Bina Diri
tanam Handbook Of Task Analysis For Human-Computer Interaction. London: Lawrence Erlbaum Associates. [2] Galitz, W. O. (2007). The Essential Guide to User Interface Design An Introdution to GUI Design Principles and Techniques. Indianapolis: Wiley Publishing.
[3] Nugraha, G. a. (2013). Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang. Skripsi , 49.
[4] Rochyadi, E. (2012). Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunagrahita. Modul , 6.5,6.6,6.11. [5] Soendari, T., Asri, P., & Mulyani, A. (2008). Pengaruh Media Animasi Komputer Terhadap Hasil Belajar Sains Anak Tunagrahita Ringan.
[6] Sommerville. (2011). Software
Engineering. America: Pearson.
[7] Sudarman, & Ariyus, D. (2007). Interaksi Manusi dan Komputer. Yogyakarta: CV. Andi Offest.
[8] Widati, S. (2012). Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Jurnal , 3-4.
3. PENUTUP