138
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Gustira Muhammad Surawinata
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : Akuntansi
Tempat Tanggal Lahir : Bandung , 24 September 1994
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Tempat Tinggal : Holis Taman Burung Blok i1 No 10. Gempol sari, Bandung.
Email : gustirams@gmail.com
Riwayat Pendidikan
Universitas Komputer Indonesia 2012-Sekarang
SMAN 9 Bandung 2009-2012
MTs. Darul Arqam Boarding School 2006-2009
SDN Tunas Harapan 2000-2006
THE EFFECT OF HUMAN RESOURCES QUALITY AND LOCAL FINANCIAL ACCOUNTING SYSTEM ON QUALITY OF LOCAL
GOVERMENT FINANCIAL STATEMENTS
(Survey Of Financial Management And Asset Of Bandung City)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Program Strata 1 Guna Memperloleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Disusun oleh :
Gustira Muhammad Surawinata 21112110
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
v
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PUBLIKASI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Rumusan Masalah ... 5
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6
1.4.1 Maksud Penelitian ... 6
1.4.2 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Kegunaan Penelitian ... 6
1.5.1 Kegunaan Praktis ... 6
1.5.2 Kegunaan Akademis ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 8
2.1.1 Definisi Kualitas Sumber Daya Manusia ... 8
2.1.1.1 Indikator Kualitas Sumber Daya Manusia ... 9
2.1.2 Definisi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ... 9
vi
2.1.3 Definisi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 11
2.1.3.1 Indikator Standar Akuntansi Pemerintahan ... 12
2.2 Kerangka Pemikiran... 13
2.2.1 Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 13
2.2.2. Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 14
2.3 Hipotesis ... 16
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 17
3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan ... 17
3.2 Operasionalisasi Variabel ... 18
3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 21
3.3.1 Sumber Data ... 21
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 22
3.4 Populasi, Sampel dan Tempat serta waktu penelitian ... 24
3.4.1 Populasi ... 24
3.4.2 Sampel ... 25
3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 26
3.5.1 Uji Validitas ... 26
3.5.2 Uji Reliabilitas ... 28
3.6 Metode Pengujian Data ... 29
3.6.1 Metode Analisis ... 29
3.6.2 Uji Hipotesis ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
4.1 Hasil Penelitian ... 47
4.1.1 Karakteristik Responden ... 47
4.1.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 51
4.1.2.1 Hasil Pengujian Validitas ... 51
4.1.2.2 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 54
vii
4.1.3.3 Analisis Deskriptif Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah ... 69
4.1.4 Hasil Analisis Verifikatif ... 78
4.1.4.1 Analisis Kualitas Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 80
4.1.4.2 Analisis Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 89
4.2 Pembahasan ... 97
4.2.1 Pengaruh Kualitas sumber daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan pemerinta daerah ... 97
4.2.2 Pengaruh Sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah ... 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101
5.1 Kesimpulan ... 101
5.2 Saran ... 102
5.2.1 Saran Operasional ... 102
5.2.2 Saran Akademis... 103
DAFTAR PUSTAKA ... 104
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Kualitas Sumber Daya
Manusia dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan baik dari segi materi maupun teknisnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca.
Dalam penyusunan Skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan kerjasama berbagai
pihak yang telah memberikan saran yang bersifat moril maupun materiil yang
bermanfaat bagi penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc, selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si, selaku Wakil Rektor 1
Universitas Komputer Indonesia.
3. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia.
4. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak., CA selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
5. Adi Rachmanto, S.Kom., M.Kom, selaku sekertaris Program Studi Akuntansi
6. Dr. Adeh Ratna Komala, SE., M.Si selaku Ketua Pelaksana Skripsi Prodi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
7. Dr. Adeh Ratna Komala, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis
selama menyelesaikan skripsi ini di Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
8. Seluruh Dosen dan Staf Karyawan Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
9. Pihak Kantor Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung
yang telah memberikan izin bagi penulis dalam melaksanakan penelitian ini.
10. Keluarga tercinta, Ayah dan Ibu atas semua kasih sayang dan do’a yang
diberikan kepada penulis serta dukungan baik moril maupun materil terutama
dalam upaya untuk meraih cita-citaku selama ini.
11. Kepada sahabat-sahabat tercintaku Ronny, Opie, Rizky, Noviyanti, Selvia,
Lutfi, Sulton, Gery, Ikhfal, Tri terima kasih atas dukungannya.
12. Teman-teman kelas AK 4 2012 serta teman-teman kampus yang namanya
tidak dapat sebut satu-persatu.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi para pembaca pada umumnya.
Bandung, Agustus 2016 Penulis
104
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim dan Syam Kusufi.(2012). Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat
Andi Supangat. 2010. Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Jakarta: Kencana.
Afiah, N.N. 2009. Akuntansi Pemerintahan: Implementasi Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Arman Asyifa, 2015. Sistem Pelaporan Keuangan Berbasis Akrual Terkendala SDM dan IT. http://m.rmoljabar.com/news.php?id=15057
Azhar Susanto, 2013. Sistem Informasi Akuntansi. Bandung: Lingga Jaya.
Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia. 2014. Iktisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2014. Jakarta: BPK RI
Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia. 2015. Iktisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2015. Jakarta: BPK RI
Baldric Siregar, 2015. Akuntansi Sektor Publik (Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Berbasis Akrual).Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
Chris Barker, Nancy Pistrang & Robert Elliot. 2002. Research Methods in Clinical Psychology (2nd ed.). John Wiley & Sons, LTD Chichester England.
Cooper. W. W, Seiford, L.M. & Tone, K. 2006. Data Envelompment Analysis. Boston. MA : Kluwer Academic Publishers.
Dadang Suwanda. 2013. Strategi Mendapatkan Opini WTP Laporan Keuangan Pemda. Jakarta:PPM.
Daniel Kartika Adhi dan Yohanes Suhardjo. 2013. Pengaruh Penerapan standar akuntansi pemerintahan dan kualitas aparatur pemerintah daerah terhadap kualitas laporan keuangan (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Tual).
Jurnal STIE Semarang. Vol 5 No. 3, Edisi Oktober 2013
Deddi Nordiawan. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat
Daerah, Dan Sistem Pengendalian Intern (Internal Audit) Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada SKPD Kabupaten Kuantan Singingi). Jom FEKON Vol. 1
Eddy Soeryanto Soegoto. 2014. Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung.
Jakarta: PT Elex Media Computindo.
Emilda Ihsanti. 2014. Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Dan Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah (Studi Empiris Pada Skpd Kab. Lima Puluh Kota.
Universitas Negeri Padang
Erlina dan Rasdianto, 2013, Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual, Penerbit Brama Ardian
Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education. New York: McGraw Hall
Hair et al. 1995. Multivariate Data Analysis, (5th Edition). Upper Saddle River, NJ:Prentice Hall
Hutapea, Parulian dan Nurianna Thoha. 2008. Kompetensi Plus. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Iman Mulyana, 2010, Manajemen dan kehidupan manusia
http://books.google.co.id/books?id=Wcy1sDN0gZ0C&pg=PA96&dq=kualit as+adalah&hl=id&ei=jSVGTujhNYXVrQeM9KTTAw&sa=X&oi=book_re sult&ct=result&resnum=2&ved=0CCwQ6AEwAQ#v=onepage&q=kualitas &f=false
Indra Bastian. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat. Indra Bastian. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPPS. Cetakan
Keempat. Semarang:Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.
Imam Ghozali, 2011. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Kadek Desiana Wati, Nyoman Trisna Herawati, Ni Kadek Sinarwati, 2014.
106
Liza Rahayu, Kennedy, dan Yuneita Anisma. 2014. Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM), Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, dan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Provinsi Riau: Studi Empiris Pada SKPD Provinsi Riau. Jom Fekon Vol. 1 Nomor. 2 Oktober 2014
Luh Kadek Sri Megawati, Ni Luh Gede Erni Sulindawati, Edy Sujana. 2015.
Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah, Kompetensi Sumber Daya Manusia Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Tiga Dinas Kabupaten Buleleng). e-Journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1.
Mahmudi. 2010. Analisis laporan keuangan pemerintah daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: UII Press
Malayu S.P. Hasibuan, 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta.
Masyhuri. 2008. Penelitian Verifikatif. Edisi Pertama. Yogyakarta: Andi Nurlan Darise. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta:PT Indeks. ISBN:
979-683-874-5.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Ridwan dan Sunarto.2007. Pengantar Statistik untuk Penelitian Sosial Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Ridwan Kamil, 2014. Kembali Raih WDP, Bandung Kebut Penataan Aset
http://m.inilah.com/news/detail/2105152/kembali-raih-wdp-bandung-kebut-penataan-aset
Santy Dwi Lestari. 2015. Pengaruh Efektifitas Sistem Pengendalian Internal Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi empiris pada Pemerintahan Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Provinsi Jawa Barat)
Soekidjo Notoatmodjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. (Pendekatan Kunatitatif Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.
Suharyadi dan Purwanto S.K. 2009. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern Jilid 2. Jakarta: Salemba Empat
Supriyati. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung: LABKAT PRESS
Teguh Wahyono, 2004. Sistem Informasi Akuntansi: Analisa Desain dan Pemograman Komputer. Yogyakarta:Andi
Uce Indahyanti. 2013. PPS-PLS. Diakses pada tanggal 10 April 2016
Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Agung Media.
Umi Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikasi. Bandung: Agung Media.
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Definisi Kualitas Sumber Daya Manusia
Kualitas diartikan sebagai kesesuaian dengan standar, diukur berbasis
kadar ketidaksesuaian, serta dicapai melalui pemeriksaan (Iman Mulyana,
2010:96). Sumber daya manusia adalah individu-individu dalam organisasi yang
memberikan sumbangan berharga pada pencapaian tujuan organisasi (Eddy
Soeryanto Soegoto,2014:306). Adapun menurut Malayu S.P Hasibuan (2012:244)
Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik
yang dimiliki individu. Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan
lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk
memenuhi kepuasannya. Sedangkan menurut Soekidjo Notoatmodjo (2009:2)
kualitas sumber daya manusia adalah menyangkut dua aspek yaitu aspek fisik dan
non fisik yang menyangkut kemampuan bekerja, berpikir dan keterampilan.
Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa Kualitas Sumber Daya Manusia
adalah kesesuaian individu dalam organisasi yang memiliki standar untuk
penilaian baik atau buruknya SDM tersebut yang memiliki peran dalam
2.1.1.1 Indikator Kualitas Sumber Daya Manusia
Indikator Kualitas Sumber Daya Manusia menurut Soekidjo Notoatmodjo
(2009:16) yaitu :
1. Pendidikan 2. Pelatihan
Adapun Indikator Kualitas Sumber Daya Manusia menurut Hutapea dan
Nurianna (2008:62) yaitu :
1. Memahami bidangnya masing-masing 2. Pengetahuan
3. Kemampuan 4. Semangat kerja
5. Kemampuan perencaan/ pengorganisasian
Berdasarkan indikator-indikator tersebut tentang kualitas sumber daya
manusia peneliti mengambil indikator :
1. Pendidikan 2. Pelatihan
3. Memahami bidangnya masing-masing 4. Kemampuan
2.1.2 Definisi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Sistem adalah kumpulan/grup dari sub sistem/bagian/komponen apapun
baik fisik ataupun non fisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja
sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu (Azhar Susanto,
2013:22). Adapun menurut Abdul Halim dan Syam Kusufi (2012:43) Akuntansi
keuangan daerah adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan
10
(Kabupaten, Kota atau Provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka
pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah
daerah (kabupaten, kota atau provinsi). Sistem akuntansi pemerintah daerah
adalah serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan, dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer (Deddi Nordiawan 2010:201). Sedangkan
menurut Erlina dan Rasdianto (2013:6), sistem akuntansi keuangan daerah adalah
sistem akuntansi yang meliputi proses pencatatan, penggolongan, penafsiran,
peringkasan transaksi atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam
rangka pelaksanaan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD).
Dari definisi diatas dapat dikatakan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
adalah sistem akuntansi yang meliputi proses pengumpulan data, pencatatan,
pengihktisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBD yang bisa dilakukan secara manual
atau menggunakan aplikasi komputer.
2.1.2.1 Indikator Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Adapun indikator yang menjadi penilaian Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah menurut Nordiawan dkk, (2010:201) dan Bastian, (2010:319) adalah :
Sedangkan menurut Erlina dan Rasdianto (2013:6) indikator sistem
akuntansi keuangan daerah adalah :
1. Pencatatan 2. Penggolongan 3. Penafsiran
4. Peringkasan Transaksi 5. Pelaporan
Dari indikator variabel sistem akuntansi keuangan daerah diatas peneliti
mengambil indikator :
1. Pencatatan 2. Pelaporan
2.1.3 Definisi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Laporan Keuangan
merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan
transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Entitas pelaporan adalah
unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan, yang terdiri dari :
a. Pemerintah pusat ;
b. Pemerintah daerah ;
c. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi
lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan suatu organisasi dimaksud
12
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah adalah suatu proses dari
pengidetifikasian, pengukuran, pencatatan dan traksaksi ekonomi (keuangan) dari
entitas akuntansi yang ada dalam suatu pemerintah daerah yang dijadikan sebagai
informasi dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan keuangan entitas
akuntansi dan pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang
memerlukannya (Erlina, Rasdianto, 2013:21). Pengertian laporan keuangan yang
dikemukakan oleh Indra Bastian (2010:9) Laporan keuangan adalah hasil akhir
dari proses akuntansi yang menyajikan informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Sementara
menurut Mahmudi (2011:143) mengemukakan bahwa Laporan keuangan
merupakan output dari sistem akuntansi yang bermanfaat untuk pemberian informasi bagi pihak-pihak yang akan menjadikan informasi.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa laporan keuangan
pemerintah daerah adalah hasil akhir dari proses pengidentifikasian, pengukuran,
pencatatan dan transaksi ekonomi yang berguna untuk pengambilan keputusan
oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
2.1.3.1 Indikator Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Adapun indikator penilaian kualitas laporan keuangan pemerintah daerah
menurut Dadang Suwanda (2013:96), Nurlan Darise (2008:53) dan Erlina dan
Rasdianto (2013:8) dan PP No 71 Tahun 2010 adalah
1. Andal 2. Relevan
1. Relevan yaitu informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi
keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa
lalu atau masa kini dan memprediksi masa depan, serta mengoreksi hasil
evaluasi mereka di masa lalu.
2. Andal yaitu informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,serta
dapat diverifikasi.
3. Dapat dibandingkan yaitu informasi yang termuat dalam laporan keuangan
akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.
4. Dapat dipahami yaitu informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat
dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang
disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.
Dari indikator tersebut indikator yang digunakan untuk variabel kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah dalam penelitian ini adalah :
1. Andal 2. Relevan
3. Dapat Dipahami 4. Dapat Dibandingkan
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia Terhadap Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah
Kadek Desiana, Nyoman Trisna, Ni Kadek (2014) menyatakan dari hasil
14
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Hal ini berarti semakin baik
kompetensi sumber daya manusia, maka akan meningkatkan kualitas laporan
keuangan daerah. Hasil penelitian Luh Kadek Sri Megawati, Edy Sujana dan Ni
Luh Gede Erni Sulindawati (2015) menyatakan bahwa variabel kompetensi
sumber daya manusia berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah. Hasil penelitian Emilda Ihsanti (2014) menunjukkan bahwa
kompetensi sumber daya manusia berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas
laporan keuangan daerah.
Teguh Wahyono (2004:12) menyatakan bahwa informasi yang andal
sebagai salah satu indikator berkualitasnya suatu informasi, keterandalan di sini
menyangkut sumber daya manusia yang menghasilkannya. Teguh Wahyono
menjelaskan lebih lanjut bahwa Sumber Daya Manusia sangat berperan dalam
menghasilkan informasi yang bernilai (andal).
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Kualitas Sumber Daya
Manusia memiliki pengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah.
2.2.2 Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah
Hasil penelitian Kadek Desiana, Nyoman Trisna, Ni Kadek (2014)
menyatakan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Hal ini berarti semakain
tinggi tingkat penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, maka akan
Megawati, Edy Sujana dan Ni Luh Gede Erni Sulindawati (2015) menyatakan
bahwa variabel sistem akuntansi keuangan daerah memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Menurut Bastian (2007:4) Jika belum memahami sistem akuntansi, maka
belum memahami penyusunan laporan keuangan, karena akuntansi pada dasarnya
merupakan sistem pengolahan informasi yang menghasilkan keluaran berupa
informasi akuntansi atau laporan keuangan. Sementara menurut Mahmudi
(2010:27) mengemukakan sistem akuntansi pemerintah daerah yang disusun
dalam rangka menjamin bahwa siklus akuntansi bisa berjalan dengan baik tanpa
ada gangguan dan masalah, sebab apabila ada masalah pada salah satu bagian saja
dari siklus akuntansi tersebut bisa berakibat laporan keuangan keuangan yang
dihasilkan kurang berkualitas.
Dari hasil penelitian Desy Sefri Yensi, Amir Hasan dan Yuneita Anisma
(2014) mengatakan bahwa sistem berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah, karena pada dasarnya sistem akuntansi adalah satu kesatuan yang
apabila diterapkan atau ada satu bagian sistem yang tidak diterpkan maka sulit
untuk memperoleh karakteristik kualitatif laporan keuangan daerah sesuai SAP
yakni releva, andal, dapat dipahami dan dapat dibandingkan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
hubungan antara variabel terikat yaitu Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
16
Akuntansi Keuangan Daerah. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
GAMBAR 2.2 Kerangka Pemikiran
2.3 HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian
(Sugiyono, 2014:64). Berdasarkan kerangka pemikiran yang dijelaskan di atas
maka penulis menarik hipotesis penelitian ini,diantarnya :
H1: Kualitas Sumber Daya Manusia berpengaruh terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah.
H2: Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah.
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X2)
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Y) Kadek Desiana Wati, Nyoman Trisna Herawati, Ni
Kadek Sinarwati, 2014.
Luh Kadek Sri Megawati, Edy Sujana dan Ni Luh Gede Erni Sulindawati 2015.
Emilda Ihsanti 2014.
Kadek Desiana Wati, Nyoman Trisna Herawati, Ni Kadek Sinarwati, 2014
Luh Kadek Sri Megawati, Edy Sujana dan Ni Luh Gede Erni Sulindawati 2015.
Desy Sefri Yensi, Amir Hasan dan Yuneita Anisma 2014. Kualitas Sumber
17
Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk
mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. Metode penelitian menurut
Sugiyono (2013:2) menyatakan bahwa metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat
ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada
gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi
masalah. Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif
dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan
yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan.
Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2013:147) adalah metode
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Selanjutnya
Suharismi Arikunto (2013:174) menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain
yang sudah disebutkan, yang hasilnya dilaporkan dalam bentuk laporan penelitian.
Sugiyono (2012:13) menjelaskan bahwa metode verifikatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu dengan tujuan untuk menguji
18
Sedangkan menurut Masyhuri (2008:45) yang dikutip Umi Narimawati,
dkk. (2010:29), metode verifikatif adalah metode yang digunakan untuk
memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan, untuk menguji suatu cara dengan
dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan
mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.
Berdasarkan definisi diatas metode deskriptif digunakan untuk
menggambarkan data yang telah terkumpul dari populasi dan sampel tertentu
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum. Sedangkan metode
verifikatif digunakan untuk menguji kebenaran dari teori dan hipotesis.
Metode verifikatif digunakan untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan alat uji statistik yaitu model persamaan struktural (structural equation model / SEM) berbasis variance atau yang lebih dikenal dengan partial least square (PLS). Pertimbangan menggunakan model ini, karena kemampuannya
untuk mengukur konstruk melalui indikator-indikatornya serta menganalisis
variabel indikator, variabel laten, dan kekeliruan pengukurannya.
Objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah kualitas
sumber daya manusia (X1) dan sistem akuntansi keuangan daerah (X2) terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah (Y). Unit analisis dalam penelitian
ini adalah dinas pengelolan keuangan dan aset daerah kota Bandung.
3.2 Operasionalisasi Variabel
Andi Supangat (2010:9) operasionalisasi variabel melakukan identifikasi
variabel, ada berapa banyak variabel yang digunakan dalam penelitian yang
melakukan pemisahan variabel mana yang akan dijadikan sebagai variabel tidak
bebas dan variabel mana yang dijadikan sebagai variabel bebasnya, jika
digunakan lebih dari satu variabel dalam sisi pengamatannya.
Menurut Sugiyono (2012:38) mendefinisikan operasional variabel adalah
sebagai Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulannya.
Menurut Umi Narimawati (2008:30) Operasionalisasi Variabel adalah
proses penguraian variabel penelitian ke dalam sub variabel, dimensi, indikator
sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi
dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas,
apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor.
Berdasarkan judul penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka
variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah:
1) Variabel bebas (Independent) variabel yang akan mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono,
2013:64).Variabel independent pada penelitian ini adalah Kualitas Sumber Daya Manusia (X1) dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X2).
2) Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono,2013:64).Variabel
dependent dalam hal ini adalah Kualitas Laporan Keuangan (Y).
20
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Variabel Konsep Indikator No
Penelitian ini menggunakan skala ordinal. Pengertian skala ordinal
menurut Juliansyah Noor (2012:126) memberikan informasi tentang jumlah relatif
karakteristik berbeda yang dimiliki oleh objek atau individu tertentu.
Berdasarkan penjelasan diatas, skala ordinal digunakan dengan tujuan
untuk memberikan informasi berupa nilai pada Jawaban atas Variabel-variabel
tersebut. Variable tersebut diukur oleh instrument pengukur dalam bentuk
kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan rating Scale.
Rating Scale adalah data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden
tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tapi
menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu,
rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas pengukuran sikap saja tetapi bisa
juga mengukur persepsi responden terhadap fenomena (Sugiyono,2015 : 93).
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat dikatakan bahwa rating scale adalah alat pengumpul data dari jawaban responden yang dicatat secara bertingkat atau bergradasi. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rating scale dengan tingkatan pengukuran 5 titik, yaitu titik 1 sampai 5 yang mengukur setiap item jawaban pernyataan di kuesioner. Responden diberikan
fleksibilitas untuk mejawab sesuai dengan dirinya.
3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Sumber Data
Sumber data dapat dibagi dua yaitu sumber data primer dan sumber data
22
langsung memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan sumber data
sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, misalkan dari pihak lain atau lewat dokumen.
Berdasarkan penjelasan diatas, sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer, karena peneliti mengumpulkan sendiri data-data
yang dibutuhkan yang bersumber langsung dari objek pertama yang akan diteliti
dengan menyebarkan kuesioner. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil
jawaban kuesioner yang telah diisi oleh responden. Responden dalam penelitian
ini adalah Pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kota Bandung.
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2014:224) Teknik pengumplan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan
data yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library reserach).
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
a. Wawancara (Intervierw) menurut Umi Narimawati (2010:40) yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada
pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
b. Kuisioner Menurut Sugiyono (2015 : 142) merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan atau pernyataan tertulis
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tau dengan pasti variabel yang
akan diukur.
Adapun bobot nilai yang diberikan pada kuesioner dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Bobot Nilai Kuisioner
Bobot Nilai Kuisioner
Pernyataan Kuisioner
5 Sangat Setuju
4 Setuju
3 Netral
2 Tidak Setuju
1 Sangat Tidak Setuju
(Sugiyono, 2015 : 97)
Hasil dari kuesioner yang disebarkan dilihat dari tingkat kuesioner yang
kembali dan dapat dipakai. Persentase dari pengisian kuesioner yang diisi
dibandingkan dengan yang disebarkan dikatakan sebagai response rate (tingkat tanggapan responden). Menurut Yang dan Miller (2008:231) menjelaskan
response rate sebagai berikut: “Response rate is also known as completion rate or
return rate. Response rate in survey research refers to the number of people who answered the survey divided the number of people in the sample. It usually expressed in the form of a percentage. So, response rate is particularly important for anyone doing research, because sometimes sample size normally is not the same as number of units actually studied”.
Berdasarkan pengertian di atas, rumus dari response rate adalah sebagai berikut :
24
Sumber: Yang dan Miller (2008:231)
Kriteria penilaian dari Response Rate adalah sebagai berikut : Table 3.3
Kriteria Penilaian Response Rate
No Response Rate Kriteria
1 ≥ 85% Exellent
2 70% - 85% Verry Good
3 60% - 69% Acceptable
4 51% - 59% Questionable
5 ≤ 50% Not Scientifically Acceptable
Sumber : Yang dan Miller (2008:231)
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan atau studi literatur
dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji serta menelah literatur berupa
bukubuku (text book), peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar,
artikel, situs web dan penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan
dengan masalah yang diteliti. Studi kepustakaan ini bertujuan untuk memperoleh
sebanyak mungkin teori yang diharapkan akan dapat menunjang data yang
dikumpulkan dan pengolahannya lebih lanjut dalam penelitian ini.
3.4 Populasi, Sampel, dan Tempat serta Waktu Penelitian
3.4.1. Populasi
Menurut Andi Supangat (2010:3) populasi yaitu sekumpulan objek yang
akan dijadikan sebagai bahan penelitian (penelaahan) dengan ciri mempunyai
karakteristik yang sama. Sedangkan Sugiyono (2011:117) menyatakan bahwa
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan uraian di atas maka populasi yang digunakan peneliti adalah
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung, seluruhnya ada 127
pegawai.
3.4.2 Sampel
Pengertian sampel menurut Umi Narimawati (2010:38) Sampel adalah
sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit pengamatan dalam
penelitian. Dengan demikian dapat diketahui bahwa sampel merupakan bagian
dari populasi dan dapat mewakili populasi secara keseluruhan.
Andi Supangat, (2010:4) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sampel
yaitu bagian dari populasi (contoh) untuk dijadikan sebagai bahan penelaahan dengan
harapan contoh yang diambil dari populasi tersebut dapat mewakili (representative)
terhadap populasinya.
Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan Sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012:96).
Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang,
atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat
kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi
26
3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Untuk dapat memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti penulis mengadakan penelitian yang dilakukan pada Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung di Jl. Wastukencana No. 2
Bandung. Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada Februari 2015
sampai dengan Agustus 2015. Waktu pelaksanaan dapat dilihat pada tabel 3.4
berikut ini:
Tabel 3.4 Waktu Penelitian
No Deskripsi Kegiatan 2016
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agu
Menurut Sugiyono (2012: 62) teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang
Sedangkan menurut Sugiyono (2013:3) Valid adalah menunjukkan derajat
ketetapan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang
dapat dikumpulkan oleh peneliti.
Berdasarkan pengertian di atas, maka validitas dapat diartikan sebagai
suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test
(kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk
diukur. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah
dirancang dalam bentuk kuesioner itu benar-benar dapat menjalankan fungsinya.
Semua item pertanyaan dalam kuesioner harus diuji keabsahannya untuk
menentukan valid tidaknya suatu item. Validitas suatu data tercapai jika
pernyataan tersebut mampu mengungkapkan masing-masing pernyataan dengan
jumlah skor untuk masing-masing variabel. Teknik korelasi yang digunakan
adalah teknik korelasi pearson product moment. Adapun rumus dari korelasi pearson adalah sebagai berikut:
Sumber: Umi Narimawati, dkk. (2010:42)
Keterangan:
r = Koefisien korelasi pearson product moment X = Skor item pertanyaan
Y = Skor total item pertanyaan
n = Jumlah responden dalam pelaksanaan uji coba instrument
Pengujian validitas menggunakan korelasi product moment (indeks validitas) dinyatakan Barker et al. (β00β:70) sebagai berikut:“Butir pernyataan
dinyatakan valid jika koefisien korelasi butir pernyataan ≥ 0,30. Kemudian =
Σ −(Σ )(Σ )
√[∑ X2 −(∑ X) 2 ] [∑ Y2 −(∑2 Y) ]
28
pengujian reliabilitas menggunakan metode alpha-cronbach dan dinyatakan reliabel jika koefisien reliabilitas > 0,70”.
3.5.2 Uji Reliabilitas
Menurut Umi Narimawati (2010:43) uji realibitas adalah sebagai berikut:
“Untuk menguji kehandalan atau kepercayaan alat pengungkapan dari data.
Dengan diperoleh nilai r dari uji validitas yang menunjukkan hasil indeks korelasi
yang menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara dua belahan instrument”.Uji
realibilitas dilakukan untuk menguji kehandalan dan kepercayaan alat
pengungkapan dari data. Metode yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah Split Half Method (Spearman-Brown Correlation) atau Teknik Belah Dua, denganrumus sebagai berikut:
Sumber: Sugiyono (2013:131)
Keterangan: R = Realibility
r1 = Reliabilitas internal seluruh item
rb = Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
Adapun kriteria penilaian uji reliabilitas yang dikemukakan oleh Barker et al. (2002:70) dapat dilihat pada tabel 3.5 sebagai berikut:
Tabel 3.5 Uji reliabilitas
KATEGORI NILAI
Good 0,80
Acceptable 0,70
Margin 0,60
Poor 0,50
Sumber: Barker et al. (2002:70)
R= 2 1
3.6 Metode Pengujian Data
3.6.1 Metode Analisis
Menurut Umi Narimawati, dkk. (2010:41) Metode analisis adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematik data yang telah diproses dari hasil
observasi lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
oranglain. Penulis menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif dan
verifikatif.
1) Analisis Deskriptif
Penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk penelitian deskriptif
yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan. Penelitian deskriptif
adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang dilakukan oleh Dinas
Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kota Bandung berdasarkan fakta-fakta
yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian
dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan. Penelitian deskriptif digunakan
untuk menggambarkan bagaimana masing-masing variabel penelitian. Menurut
Umi Narimawati (2010:245) langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian
deskriptif adalah sebagai berikut:
a. Setiap indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam lima
alternatif jawaban dengan menggunakan skala ordinal yang menggambarkan
30
b. Dihitung total skor setiap variabel/subvariabel = jumlah skor dari seluruh
indikator variabel untuk semua responden.
c. Dihitung skor setiap variabel/subvariabel = rata-rata dari total skor.
d. Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistik deskriptif
seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel ataupun grafik.
e. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini,
digunakan rentang kriteria sebagai berikut:
= � � %
Sumber: Umi Narimawati (2010:245)
Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah
diajukan. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden
diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi. Berdasarkan perhitungan
persentase skor aktual maka untuk menjawab persentase tanggapan responden
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.6
Kriteria Persentase Tanggapan Responden No Persentase Skor Kategori Skor
1 81% - 100 % Baik
2 61 % - 80 % Cukup Baik
3 40 % - 60 % Kurang Baik
4 < 20 % Tidak Baik
Berdasarkan kriteria persentase tanggapan responden, masalah dari
penelitian ini dapat diukur dari keseluruhan persentase (100%) dikurangi dengan
persentase tanggapan responden. Hasil dari pengurangan tersebut adalah
persentase kesenjangan (gap) yang menjadi masalah yang akan diteliti. 2) Analisis Verifikatif
Analisis verifikatif dalam penelitian ini dengan menggunakan alat uji
statistik yaitu dengan uji persamaan strukturan berbasis variance atau yang lebih dikenal dengan nama Partial Least Square (PLS) menggunakan software
SmartPLS 3.0.
Menurut Imam Ghozali (2006:1) Model persamaan strukturan berbasis
variance (PLS) mampu menggambarkan variabel laten (tak terukur langsung) dan diukur menggunakan indikator-indikator (variable manifest). Penulis menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan alasan bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel laten (tidak terukur langsung)
yang dapat diukur berdasarkan pada indikator-indikatornya (variable manifest), serta secara bersama-sama melibatkan tingkat kekeliruan pengukuran (error). Sehingga penulis dapat menganalisis secara lebih terperinci indikator-indikator
dari variabel laten yang merefleksikan paling kuat dan paling lemah variabel laten
yang mengikutkan tingkat kekeliruannya.
Menurut Imam Ghozali (2006:19) PLS menggunakan literasi algoritma
32
sampel dapat kecil dengan perkiraan kasar. Menurut Fornell yang dikutip Imam
Ghozali (2006:1) kelebihan lain yang didapat dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) adalah SEM berbasis variance atau PLS ini memberikan kemampuan untuk melakukan analisis jalur (path) dengan variabel laten. Analisis ini sering disebut sebagai kedua dari analisis multivariate.
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan di atas, maka diketahui bahwa
model analisis PLS merupakan pengembangan dari model analisis jalur, adapun
beberapa kelebihan yang didapat jika menggunakan model analisis PLS yaitu data
tidak harus berdistribusi tertentu, model tidak harus berdasarkan pada teori dan
adanya indeterminancy, dan jumlah sampel yang kecil.
Beberapa istilah umum yang dipakai dalam penelitian ini menurut Hair et al. (1995) diuraikan sebagai berikut:
a) Konstruk Laten adalah konsep yang membuat peneliti mendefinisikan ketentuan konseptual namun tidak secara langsung (bersifat laten), tetapi diukur dengan perkiraan berdasarkan indikator. Konstruk merupakan suatu proses atau kejadian dari suatu amatan yang diformulasikan dalam bentuk konseptual dan memerlukan indikator untuk memperjelasnya.
b) Variabel Manifest adalah nilai observasi pada bagian spesifik yang dipertanyakan, baik dari responden yang menjawab pertanyaan (misalnya, kuesioner) maupun observasi yang dilakukan oleh peneliti. Sebagai tambahan, konstruk laten tidak dapat diukur secara langsung (bersifat laten) dan membutuhkan indikator-indikator untuk mengukurnya. Indikator-indikator tersebut dinamakan variabel manifest. Dalam format kuesioner, variabel
manifest tersebut merupakan item-item pertanyaan dari setiap variabel yang dihipotesiskan.
c) Variabel Eksogen, Variabel Endogen, dan Variabel Error
variabel endogen ini secara eksplisit ditandai oleh kepala panah yang menuju ke arahnya.
d) Variabel Intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi (memperlemah dan memperkuat) hubungan antara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur.
Di dalam PLS variabel laten bisa berupa hasil pencerminan indikatornya, diistilahkan dengan indikator refleksif (reflective indicator). Di samping itu, variabel yang dipengaruhi oleh indikatornya diistilahkan dengan indikator
formatif (formative indicator). Adapun penjelasan dari jenis indikator tersebut menurut Imam Ghozali (2006:7) adalah sebagai berikut:
a) Model refleksif dipandang secara matematis, indikator seolah-olah
sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel laten. Hal ini
mengakibatkan bila terjadi perubahan dari satu indikator akan berakibat
pada perubahan pada indikator lainnya dengan arah yang sama. Ciri-ciri
model indikator reflektif adalah:
1) Arah hubungan kausalitas dari konstruk ke indikator.
2) Antar indikator diharapkan saling berkorelasi (memiliki interval
consistency reliability).
3) Menghilangkan satu indikator dari model pengukuran tidak akan merubah makna dan arti variabel laten.
4) Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat indikator.
b) Model formatif dipandang secara matematis, indikator seolah-olah
sebagai variabel yang mempengaruhi variabel laten, jika salah satu
indikator meningkat, tidak harus diikuti oleh peningkatan indikator
lainnya dalam satu konstruk, tapi jelas akan meningkatkan variabel
34
1) Arah hubungan kausalitas seolah-olah dari indikator ke variabel laten.
2) Antar indikator diasumsikan tidak berkorelasi.
3) Menghilangkan satu indikator berakibat merubah makna variabel. 4) Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat
variabel.
Menurut Imam Ghozali (2006:4) PLS adalah salah satu metode yang dapat menjawab masalah pengukuran indeks kepuasan karena PLS tidak memerlukan asumsi yang ketat, baik mengenai sebaran dari perubahan pengamatan maupun
ukuran contoh yang tidak besar. Keunggulan PLS antara lain:
a) PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif dan indikator formatif.
b) Fleksibilitas dari algoritma, dimensi ukuran bukan masalah, dapat menganalisis dengan indikator yang banyak.
c) Sampel data tidak harus besar (kurang dari 100).
Adapun cara kerja PLS menurut Imam Ghozali (2006:19) yaitu Weight estimate untuk menciptakan komponen skor variabel laten didapat berdasarkan bagaimana inner model (model struktural yang menghubungkan antar variabel laten) dan outer model (model pengukuran yaitu hubungan antara indikator dengan konstruknya) dispesifikasi. Hasilnya adalah residual variance dari variabel dependen keduanya variabel laten dan indikator diminimumkan.
Semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan, yaitu: (1)
inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten (structural model), (2) outer model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten dengan indikator atau variabel manifestnya (measurement model), dan (3) weight relation dalam mana nilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi. Tanpa kehilangan generalisasi, dapat diasumsikan bahwa variabel laten dan indikator
sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat dihilangkan dalam model.
Adapun langkah-langkah metode Partial Least Square (PLS) yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Merancang Model Pengukuran
Model pengukuran (outer model) adalah model yang menghubungkan variabel laten dengan variabel manifest. Untuk variabel laten kualitas sumber daya manusia terdiri dari 2 variabel manifest. Untuk sistem akuntansi keuangan daerah terdiri dari 2 variabel manifest. Kemudian untuk variabel laten kualitas laporan keuangan pemerintah daerah terdiri dari 4 variabel manifest.
2) Merancang Model Struktural
Model struktural (inner model) pada penelitian ini terdiri dari tiga variabel laten eksogen (Kualitas Sumber Daya Manusai dan Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah) dan satu variabel laten endogen (Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah).
3) Membangun Diagram Jalur
Hubungan antar variabel pada sebuah diagram alur yang secara khusus
dapat membantu dalam menggambarkan rangkaian hubungan sebab akibat
antar konstruk dari model teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama.
Diagram alur menggambarkan hubungan antar konstruk dengan anak panah
yang digambarkan lurus menunjukkan hubungan kausal langsung dari suatu
36
panah.Secara lengkap model strukturan pada penelitian ini dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :
Struktur analisis variabel penelitian secara keseluruhan
Gambar 3.6
Struktur analisis variabel penelitian secara keseluruhan
Keterangan :
ξ1 = Kualitas Sumber Daya Manusia
ξ2 = Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
= Kualitas δaporan Keuangan
λ = Bobot Faktor δaten Variabel dengan Indikatornya
= Kesalahan Pengukuran Indikator Exogenous Latent Variable = Kesalahan Pengukuran Indikator Endogenous Latent Variable
�= Koefisien Pengaruh Langsung antara Exogenous Latent Variable (X1) dan Endogenous Latent
Variable
= Koefisien Pengaruh δangsung antara Exogenous Latent Variable (X2) dan Endogenous Latent
Variabel
Untuk memahami Gambar 3.6 di atas, pada tabel 3.7 berikut dijelaskan mengenai lambang-lambang statistik yang digunakan dalam model struktural.
Tabel 3.7
Lambang Statistik untuk Indikator dan Variabel yang Diteliti
Lambang Indikator Lambang Variabel
X1.1 Pendidikan ξ1 Kualitas Sumber
Daya Manusia
X1.2 Pelatihan
X2.1 Pencatatan ξ2 Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah
X2.2 Pelaporan
Y1 Relevan Kualitas Laporan
4) Menjabarkan Diagram Alur ke dalam Persamaan Matematis
Berdasarkan konsep model penelitian pada tahap dua di atas dapat diformulasikan dalam bentuk matematis. Persamaan yang dibangun dari diagram alur yang konversi terdiri atas:
a) Persamaan inner model, menyatakan hubungan kausalitas untuk menguji hipotesis.
b) Persamaan outer model (model pengukuran), menyatakan hubungan kausalitas antara indikator dengan variabel penelitian (latent).
Persamaan Model Pengukuran:
Persamaan matematis dalam penelitian ini yang telah dijelaskan pada diagram jalur adalah:
1) Persamaan model structural (inner model)
= ᵝξ 1 + yβ +
2) Persamaan model pengukuran (outer model)
a) Pengukuran variabel eksogen
Interpretasi model atau hasil pengujian pada tahap ini disesuaikan dengan data teori dan analar. Keterangan simbol disajikan pada sebagai berikut:
Tabel 3.8 Keterangan Simbol
Simbol Keterangan Nama
Measurement Error Exogenous Indicator Delta
å Measurement Error Endogenous Indicator Epsilon
ξ Exogenous Latent Variable Ksi
ç Endogenous Latent Variable Eta
38
â Koefisien pengaruh langsung antara Variable dan Endogenous Latent VariableExogenous Latent Gamma
ã Koefisien pengaruh langsung antara Variable dan Endogenous Latent VariableExogenous Latent Gamma
ö Koefisien pengaruh langsung antara Variable dan Endogenous Latent VariableExogenous Latent Gamma
5) Estimasi
Estimasi menurut Imam Ghozali (2006:85), pada tahapan ini adalah Nilai
, dan λ yang terdapat pada langkah keempat diestimasi menggunakan program
Smart PLS. Dasar yang digunakan untuk dalam etimasi adalah resampling dengan
Bootstrapping yang dikembangkan oleh Geisser & Stone. Tahap pertama dalam estimasi menghasilkan penduga bobot (weight estimate), tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, tahap ketiga
menghasilkan estimasi means dan parameter lokasi (konstanta).
6) Uji Kecocokan Model (Goodness of Fit)
Uji kecocokan model pada Structural Equation Modelin melalui pendekatan Partial Least Square terdiri dari dua jenis, yaitu uji kecocokan model pengukuran dan uji kecocokan model struktural. Model pengukuran/measurement model (outer model) dievaluasi dengan convergent validity and discriminant validity.
a) Uji Kecocokan Model Pengukuran (Outer Model)
Uji kecocokan model pengukuran (fit test of measurement model) adalah uji kecocokan pada outer model dengan melihat validitas konvergen (convergent validity) dan validitas diskriminan
yang menghubungkan antara varibel laten dengan indikatornya. Validitas
konvergen (convergent validity) dievaluasi dalam tiga tahap, yaitu:
1) Indikator validitas: dilihat dari nilai faktor loading dan t-statistic sebagai berikut:
a. Jika nilai faktor loading antara 0,5-0,6 maka dikatakan cukup, sedangkan jika nilai faktor loading ≥ 0,7 maka dikatakan tinggi (Imam Ghozali, 2006).
b. Nilai t-statistic ≥ 1,645 maka menunjukkan bahwa indikator tersebut sahih (Yamin dan Kurniawan, 2011 dalam Uce Indahyanti, 2013).
2) Reabilitas konstruk: dilihat dari nilai output Composite Reability (CR). Kriteria dikatakan realibel adalah nilai CR ≥ 0,7 (Yamin dan Kurniawan,
2011 dalam Uce Indahyanti, 2013).
3) Nilai Average Variance Extracted (AVE): nilai AVE yang diharapkan adalah ≥ 0,5 (Yamin dan Kurniawan, 2011 dalam Uce Indahyanti, 2013).
b) Validitas Diskriminan (discriminant validity) dilakukan dalam dua tahap, yaitu dengan cara melihat nilai cross loading factor dan membandingkan dengan akar AVE dengan korelasi antar konstruk/variabel laten. Cross loading factor
untuk mengetahui apakah variabel laten memiliki diskriminan yang memadai
yaitu dengan cara membandingkan korelasi indikator dengan variabel latennya
harus lebih besar dibandingkan korelasi antar indikator dengan variabel laten
lain. Jika korelasi indikator dengan variabel latennya memiliki nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan korelasi indikator tersebut terhadap variabel laten
40
yang tinggi (Uce Indahyanti, 2013). Nilai AVE direkomendasikan ≥ 0,5.
b) Uji Kecocokan Model Struktural (Inner Model)
Uji kecocokan model struktural (fit test of structural model) adalah uji kecocokan pada inner modelberkaitan dengan pengujian hubungan antar variabel yang sebelumnya dihipotesiskan (Uce Indahyanti, 2013). Evaluasi
menghasilkan hasil yang baik apabila:
a) Koefisien korelasi menunjukkan hubungan (korelasi) antara dua buah
variabel, dimana nilai koefisien korelasi menunjukkan arah dan kuat
hubungan antara dua variabel. Karena data yang dipakai dalam penelitian ini
menggunakan skala ordinal atau peringkat, maka koefisien korelasi yang
dipakai adalah koefisien korelasi spearman atau koefisien korelasi range. Rumus dari koefisien korelasi spearman atau koefisien korelasi range
adalah sebagai berikut:
Keterangan: r = koefisien korelasi
D = perbedaan skor antara dua variabel N = jumlah subyek dalam variabel
Bentuk dan besarnya koefisien korelasi (r) memiliki nilai -1 sampai dengan +1 yang dapat dikategorikan sebagai berikut:
a) Jika r ≤ 0, berarti hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
merupakan hubungan negatif. Artinya, jika variabel bebas naik, maka
variabel terikat turun. Sebaliknya, jika variabel bebas turun, maka
variabel terikat naik.
merupakan hubungan positif. Artinya, jika variabel bebas naik, maka
variabel terikat naik. Sebaliknya, jika variabel bebas turun, maka variabel
terikat turun.
c) Jika r = 0, berarti hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
tidak ada hubungan. Artinya, jika salah satu variabel berubah maka tidak
mempengaruhi variabel lainnya.
d) Jika r = -1 atau 1, berarti antara variabel bebas dan variabel terikat
terdapat hubungan negatif/positif yang kuat sempurna
Berdasarkan kategori koefisien korelasi di atas, maka kriteria penilaian
koefisien korelasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.9
Kriteria Penilaian Koefisien Korelasi
Nilai Korelasi
Koefesien Interfrestasi Tafsiran
> 0,20 Slight correlation; Almost negligible relationship Sangat rendah
0,20 ≤ r < 0,40 Low correlation; Definite but small relationship Rendah
0,40 ≤ r < 0,70 Moderate correlation; Substantial relationship Sedang/Cukup
0,70 ≤ r < 0,90 High correlation; Marked relationship Tinggi
0,90 ≤ r ≤ 1,00 Very high correlation; Very dependable relationship Sangat Tinggi
Sumber: Guilford (1956:145)
a) Koefisien hubungan antar variabel tersebut signifikan secara statistik yaitu
dengan nilai t-statistic ≥ 1,6ζη. Taraf nyata atau taraf keberartian (α) dalam
penelitian ini adalah 0,05, dimana di dalam tabel distribusi normal nilainya
adalah 1,645. Apabila nilai t-statistic ≥ 1,645 berarti ada suatu hubungan atau pengaruh antar variabel dan menunjukkan bahwa model yang dihasilkan
42
b) Nilai koefisien determinasi (R2 atau R-square) mendekati nilai 1. Nilai R2 untuk konstruk dependen menunjukkan besarnya pengaruh/ketepatan konstruk
independen dalam mempengaruhi konstruk dependen. Nilai R2 menjelaskan
seberapa besar variabel eksogen yang dihipotesiskan dalam persamaan mampu
menerangkan variabel endogen. Nilai R2 ini dalam PLS disebut juga Q-square predictive relevance. Besarnya R2 tidak pernah negatif dan paling besar sama dengan satu (0 ≤ R2 ≤ 1). Semakin besar nilai R2, berarti semakin baik model
yang dihasilkan (Uce Indahyanti, 2013). Pengukuran R2 yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ukuran Guilford sebagai berikut :
Tabel 3.10
Kriteria Penilaian Koefisien Determinasi Nilai Koefesien
Determinasi Tafsiran
> 0,40 Sangat rendah
0,40 ≤ R2 < 0,16 Rendah
0,16 ≤ R2 < 0,49 Sedang/Cukup
0,49 ≤ R2 < 0,81 Tinggi
0,81 ≤ R2 < 1,00 Sangat Tinggi
Sumber: Guilford (1956:145)
c) Uji kecocokan seluruh model/model gabungan
Uji kecocokan seluruh model/model gabungan (fit test of combination model) adalah uji kecocokan untuk memvalidasi model secara keseluruhan, menggunakan nilai Goodness of Fit (GoF). GoF merupakan ukuran tunggal yang digunakan untuk memvalidasi performa gabungan antara model
pengukuran dan model struktural, yang diperoleh dari akar nilai rata-rata
interpretasi 0,1 (GoF kecil); 0,25 (GoF moderat); dan 0,36 (GoF substansial)
(Uce Indahyanti:2013).
3.6.2 Pengujian Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan mengenai populasi yang perlu diuji
kebenarannya. Untuk melakukan pengujian dilakukan dengan mengambil sampel
dari populasi, cara ini telah mudah dibandingkan dengan menghitung seluruh
anggota populasi. Setelah mendapatkan hasil statistik dari sampel, maka hasil
tersebut dapat digunakan untuk menguji pernyataan populasi, apakah bukti
empiris dari sampel mendukung atau menolak pernyataan mengenai populasi.
Seluruh proses tersebut dikenal dengan pengujian hipotesis.
Menurut Suharyadi dan Purwanto S.K (2009:112) Pengujian hipotesis
adalah prosedur yang didasarkan pada bukti sampel yang dipakai untuk
menentukan apakah hipotesis merupakan suatu pernyataan yang wajar dan oleh
karenanya tidak ditolak, atau hipotesis tersebut tidak wajar dan oleh karenanya
harus ditolak.
Terdapat dua hipotesis dalam penelitian ini. Kedua hipotesis ini diuji
dengan statistik uji t dengan ketentuan H0 ditolak jika thitung lebih besar dari nilai
kritis untuk α = 0,10 sebesar 1,645.
1) Hipotesis 1
Hipotesis pertama adalah Kualitas Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, model persamaan struktural :
44
Model pengukuran dan struktural terdiri dari 1 exogenous constructs dengan 2 indikator dan 1 endogenous constructs dengan 4 indikator. Model struktural yang akan diuji digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.7
Struktur Analisis Pengaruh ξ1terhadap
Berdasarkan gambar 3.7 maka persamaan struktural hasil pengolahan hipotesis pertama menggunakan software SmartPLS 2.0 adalah sebagai berikut:
Endogenous Construct = Exogenous Construct + Error Variance ξ
Keterangan:
= VariabelEndogenous Construct
= Koefisien pengaruh langsung antara Exogenous Latent Variable dan Endogenous Latent Variable
ξ = Variabel Endogenous Construct
= Pengaruh faktor lain terhadap Endogenous Latent Variable
Untuk menguji hipotesis penelitian secara parsial dilakukan dengan melalui uji hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho: λ = 0 : Pengaruh ξ1terhadap tidak signifikan
H1: λ≠0 : Pengaruh ξ1terhadap signifikan
Statistik uji yang digunakan adalah: