• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Buku Essai Foto Polisi Lalu Lintas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Buku Essai Foto Polisi Lalu Lintas"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

Abstract

PHOTO ESSAY BOOK DESIGN OF TRAFFIC POLICE

By :

Mochamad Ghilman Almuthahari 51911150

Study Programme Visual Communication Design

Police is the law enforcement officers in charge of maintaining the safety and comfort of the community. Police unit that often interact with the public is the Traffic Unit or abbreviated Satlantas, this unit is responsible for arranging police duties include guarding, setting, escort, patrol, traffic engineering, registration, identification of the driver, and vehicles, accident investigation traffic, enforcement of traffic to maintain safety, smoothness, and traffic order. But in fact, the phenomenon seems to be related to the behavior of traffic police still often sounds negative.

Actually, deviant behavior is only done by a handful of police were not responsible, however indirectly make the image of the police Institution negatively affected. Such actions made an impression on the public, where the police are supposed to protect the public from crime instead become offenders. Therefore,

the need for efforts to improve the image of the police through a photo essay book design as an approach or improvements to the community.

(2)

Abstrak

PERANCANGAN BUKU ESSAI FOTO POLISI LALU LINTAS

Oleh :

Mochamad Ghilman Almuthahari 51911150

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Polisi adalah aparat penegak hukum yang bertugas menjaga keamanan dan kenyamanan dimasyarakat. Unit polisi yang sering berinteraksi dengan publik adalah Satuan Lalu Lintas atau disingkat SATLANTAS, satuan ini merupakan yang bertanggung jawab untuk mengatur tugas polisi mencakup penjagaan, pengaturan, pengawalan, patrol, rekayasa lalu lintas, registrasi, identifikasi pengemudi,dan kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas, penegakan hukum dibidang lalu lintas untuk menjaga keamanan, kelancaran, dan ketertiban lalu lintas. Namun pada kenyataannya, fenomena tampaknya terkait dengan perilaku polisi lalu lintas masih sering terdengar negatif.

Sebenarnya perilaku menyimpang ini hanya dilakukan oleh segelintir polisi tidak bertanggung jawab, namun secara tidak langsung menjadikan citra Institusi kepolisian terkena dampak negatif. Tindakan tersebut membuat kesan pada masyarakat, dimana polisi yang seharusnya melindungi masyarakat dari kejahatan malah menjadi pelaku kejahatan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya perbaikan citra polisi melalui desain buku foto essai sebagai pendekatan atau perbaikan kepada masyarakat.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Satuan lalu lintas atau disingkat SATLANTAS merupakan unsur pelaksana yang bertugas menyelenggarakan tugas kepolisian mencakup penjagaan, pengaturan, pengawalan, patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi, identifikasi pengemudi dan kendaraan motor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum dalam bidang lalu lintas guna memelihara keamanan, kelancaraan, dan ketertiban lalu lintas. Polisi lalu lintas sering dihadapkan pada pelayanan terhadap kebutuhan-kebutuhan pengguna jalan dan sering berhubungan langsung dengan masyarakat dibidang lalu lintas untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Namun nyatanya, muncul fenomena-fenomena yang berkaitan dengan perilaku polisi lalu lintas masih sering terdengar negatif. Pemberitaan media mengenai polisi begitu menyudutkan kehal-hal negatif sehingga saat ini polisi seolah-olah kurang dipercaya oleh masyarakat. Pada kehidupan sehari-hari terdapat contoh fenomena yang menggambarkan tindakan polisi lalu lintas yang terjadi dalam masyarakat seperti adanya “salam tempel” pada polisi lalu lintas, dimana hal tersebut sering dilakukan oleh para pelanggar lalu lintas agar pelanggar tidak mendapat tilang dari aparat polisi lalu lintas.

(4)

mendapatkan penghasilan tambahan. Perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan oleh aparat kepolisian juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya citra negatif dimasyarakat. Perilaku menyimpang (deviant behavior) itu sendiri adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai suatu pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat (Waluya, 2007, h.88).

Pada proses pembuatan SIM (Surat Izin Mengemudi) juga sering kali dilaksanakan secara tidak professional seperti maraknya pungutan liar dalam proses pembuatan SIM oleh anggota SATLANTAS. Fenomena lain mengenai perilaku yang kurang baik dari anggota SATLANTAS sering dikeluhkan juga oleh mayarakat, mulai dari ketidakramahannya sampai dengan perilakunya yang suka menilang dengan paksa (Jawa Pos, 4/7/2006). Hal yang sama dilaporkan oleh masyarakat melalui “SMS Warga” (Jawa Pos, 25/8/2006), yang menyatakan bahwa ada polisi lalu lintas yang selalu menilang pengendara motor dengan kata-kata yang tidak sopan seperti berbicara dengan seorang penjahat. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa masih ada polisi lalu lintas yang menunjukkan perilaku antisosial yang diwarnai dengan agresifitas dan arogansi. Polisi lalu lintas sebagai bagian aparat keamanan negara diharapkan mampu merespon kebutuhan pengguna jalan dengan memberikan pelayanan yang terbaik.

(5)

harus dapat menghidupkan kembali semboyan kesatuannya yaitu sebagai pelayan, pelindung, dan pengayom masyarakat (New.Liputan6.com, 30/4/2015).

Pelayanan polisi lalu lintas tidak lepas dari kehidupan manusia yang saling tolong menolong. Tingkah laku menolong atau dalam psikologi sosial dikenal dengan tingkah laku prososial, adalah tindakan individu untuk menolong orang lain tanpa adanya keuntungan langsung bagi si penolong (Baron, dkk dalam Sarwono dan Meinarno, 2009). Menolong mempunyai arti sebagai suatu tindakan yang mempunyai konsekuensi menyediakan beberapa keuntungan atau meningkatkan kesejahteraan orang lain (Byrne dan Baron, 2004). Perilaku prososial itu seperti memperhatian kepentingan umum, turut campur (intervensi) dalam situasi darurat, kerjasama, berbagi, sukarela, dan berkorban.

Berdasarkan uraian di atas dan melihat fenomena perilaku polisi yang sekarang ini, masyarakat mulai beranggapan bahwa perilaku-perilaku oknum polisi lalu lintas yang negatif mencerminkan wajah institusi kepolisian. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan perancangan yang memberikan informasi sisi kehidupan seorang polisi lalu lintas agar masyarakat lebih memahami tugas, tanggung jawab, dan beban seorang polisi polisi lalu lintas sebagai penegak hukum sekaligus sebagai warga negara.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas pada latar belakang masalah, maka hal-hal ini yang menjadi pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Adanya persepsi negatif tentang sosok polisi lalu lintas.

2. Adanya kecenderungan masyarakat yang memandang polisi lalu lintas sebagai sosok penegak hukum saja, bukan sebagai masyarakat.

I.3 Rumusan Masalah

(6)

“ Bagaimana memperlihatkan kehidupan seorang polisi lalu lintas yang menggambarkan sisi humanis, sekaligus sebagai penegak hukum”

I.4 Batasan Masalah

Dalam proses perancangan ini, agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok perumusan masalah, maka masalah akan difokuskan kepada aktivitas sosial keseharian polisi lalu lintas Kanit Dikyasa dikota bandung, Unit Dikyasa adalah unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah kasat lantas yang bertugas melakukan pembinaan partisipasi masyarakat dan dikmas lantas.

I.5 Tujuan Perancangan

Tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan ini adalah untuk memperlihatkan sisi kehidupan seorang polisi lalu lintas sebagai penegak hukum yang juga memiliki sisi humanis sebagai makhluk sosial sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan menghormati antara sesama masyarakat.

I.6 Manfaat Perancangan 1. Manfaat bagi akademik

Secara akademik, perancangan ini diharapkan memberi wawasan bagi pelajar atau mahasiswa dalam memecahkan masalah perilaku sosial dengan ilmu desain komunikasi visual.

2. Manfaat bagi masyarakat

Secara umum, perancangan ini diharapkan memberi wawasan bagi masyarakat agar lebih memahami tugas, tanggung jawab, dan beban seorang polisi polisi lalu lintas sebagai penegak hukum.

3. Manfaat bagi penulis

(7)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Kepolisian Negara Republik Indonesia

Ketika polisi sedang menjalankan tugasnya dalam keadaan bahaya dan keributan, masyarakat hanya mengenal polisi dari gambaran tentang polisi yang diperoleh dari pengetahuan masing-masing. Tidak sedikit yang menganggap bahwa polisi itu sebagai sesosok yang harus dijauhi ketika ada operasi razia di jalan. Pendapat demikian itu memang menunjukan pengertian yang tidak semestinya, sebab untuk memahami sifat polisi yang sebenarnya diperlukan pengertian dan pengenalan akan tugas dan kewajiban yang lebih lengkap. Menurut Soekanto, “Polisi adalah suatu kelompok sosial yang menjadi bagian masyarakat yang berfungsi sebagai penindak dan pemelihara kedamaian yang merupakan bagian dari fungsi keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas)”. Pengertian Kepolisian menurut Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut UU Kepolisian adalah segala ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(8)

Di Indonesia, wujud Polisi Negara Republik Indonesia terbagi beberapa dinas. Dinas pengawasan keselamatan negara bertugas mengawasi infiltrasi, penetrasi, spionase, sabotase di bidang politik, ekonomi, dan sosial. Reserse kriminal mempunyai tugas memberantas kejahatan. Polisi perairan bertugas melakukan perondaan diperairan untuk memberantas perdagangan gelap dan penyelundupan. Brigadir mobil (Brimob) bertugas menjaga keamanan secara preventif. Sedangkan, polisi lalu lintas memiliki tugas mengatur dan mengawasi lalu lintas dijalan-jalan umum, atau polisi yang bertugas memelihara keamanan dan keselamatan lalu lintas (Adria, 2007, h.25).

II.2 SATLANTAS (Satuan lalu Lintas)

Gambar II.1 Polisi Lalu Lintas di Jalan Jenderal Ahmad Yani, kota Bandung

Sumber : Dokumen Pribadi Tanggal 27 Juli 2015

(9)

Bagan Organisasi Satuan Lalu Lintas

Gambar II.2 Bagan Organisasi Satuan Lalu Lintas

Sumber : Dokumen Polrestabes Bandung

1. KASAT LANTAS

Kasat Lantas bertugas melaksanakan Turjawali lalu lintas, pendidikan masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas. Kasat Lantas dalam melaksanakan tugas, menyelenggarakan fungsi:

a) Pembinaan lalu lintas Kepolisian.

b) Pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas sektoral, c) Dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas.

d) Pelaksanaan operasi Kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka e) Penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran f) Lalu lintas (Kamseltibcarlantas).

g) Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor h) Serta pengemudi.

(10)

j) Penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum, k) Serta menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya.

l) Pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan. m) Perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.

2. KAUR BINOPSAL

Kaur Binopsnal bertugas melaksanakan pembinaan lalu lintas, melakukan kerja sama lintas sektoral, pengkajian masalah di bidang lalu lintas, pelaksanaan operasi Kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hukum dan Kamseltibcarlantas, perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan. Kaur Binopsnal dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan kegiatan:

a) Merumuskan dan mengembangkan prosedur dan tata cara kerja tetap pelaksanaan tugas pada fungsi Sat Lantas serta mengendalikan,

mengawasi, mengarahkan, menganalisa dan mengevaluasi

pelaksanaannya pada semua unit pelaksana, termasuk Supervisi bidang lalu lintas ke wilayah Polres jajaran.

b) Menyiapkan rencana dan program kegiatan termasuk rencana pelaksanaan operasi Kepolisian yang mengedepankan fungsi teknis lalu lintas dan rencana latihan fungsi Sat Lantas secara internal dalam rangka pengembangan sumber daya manusia Polri.

c) Mengadakan koordinasi bersama instansi lintas sektoral dalam rangka kerjasama keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas) dan penegakan hukum lalu lintas.

(11)

3. KAUR MINTU

Kaur Mintu bertugas menyelenggarakan kegiatan administrasi dan ketatausahaan. Kaur Mintu dalam penyelenggaraan tugas, melaksanakan kegiatan :

a) Segala pekerjaan/kegiatan staf pelaksanaan tugas fungsi Sat Lantas di lingkungan Polres.

b) Membuat laporan secara umum atau periodik dan laporan khusus yang terjadi di wilayah Polres yang berkaitan dengan masalah lalu lintas ; Mengatur dan menyiapkan penyelenggaraan dukungan administrasi pelaksanaan tugas.

c) Menyelenggarakan kegiatan pengumpulan, pengelolaan dan penyajian data dan informasi yang berkenaan dengan aspek pembinaan dan pelaksanaan kegiatan serta visualisasi data dalam bentuk grafik, peta, aplikasi online dan lain-lain.

d) Menyelenggarakan administrasi operasional termasuk administrasi penanganan pelanggaran lalu lintas.

e) Memberikan masukan dalam saran staf kepada Kasat Lantas.

4. KANIT DIKYASA

Kanit Dikyasa bertugas melakukan pembinaan partisipasi masyarakat dan Dikmaslantas. Kanit Dikyasa dalam melakukan pembinaan partisipasi masyarakat, dan Dikmaslantas melaksanakan kegiatan :

a) Koordinasi dengan semua unit dalam fungsi Sat Lantas serta fungsi lain (Sat Binmas), instansi lintas sektoral dan kelompok-kelompok masyarakat dalam rangka pembinaan, penyuluhan dan penerangan terkait keamanan, keselamatan dalam berlalu lintas.

b) Melakukan inovasi-inovasi guna peningkatan kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas.

c) Meneliti jalan-jalan rawan serta saran ke instansi lintas sektoral guna penanggulangannya.

(12)

e) Menyusun rencana kegiatan program keamanan dan keselamatan nasional berlalu lintas.

f) Mengawasi, mengarahkan, menganalisa, mengevaluasi serta membuat laporan pelaksanaan kegiatan dikyasa dan Dikmaslantas secara periodik termasuk laporan dukungan anggaran kegiatannya.

g) Memberikan masukan saran terkait pembinaan partisipasi masyarakat dan dikmaslantas kepada Kasat Lantas.

5. KANIT TURJAWALI

Kanit Turjawali bertugas melaksanakan kegiatan Turjawali dan penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas dalam rangka penegakan hukum. Kanit Turjawali dalam melaksanakan kegiatan Turjawali dan Gakkum Lantas, membuat/mengadakan :

a) Penetapan beat / route patroli secara periodik berdasarkan situasi prioritas kerawanan lokasi-lokasi tertentu.

b) Jadwal dan lokasi ploting kegiatan penjagaan dan pengaturan berdasarkan situasi prioritas kerawanan lokasi-lokasi tertentu.

c) Pengecekan route, benda (orang) yang dikawal serta kesiapan petugas pengawal berikut kendaraannya sebelum berangkat melaksanakan tugas pengawalan.

d) Memberikan pelayanan pada pengguna jalan yang memerlukan bantuan seperti pengawalan responsif dan sebagainya.

e) Melakukan inovasi-inovasi guna peningkatan pelayanan kegiatan Turjawali dan penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas dalam rangka penegakan hukum.

f) Tindakan pertama penanganan kecelakaan lalu lintas di TKP yang lokasinya dekat dengan penjagaan atau pada saat patroli.

(13)

h) Mengawasi, mengarahkan, menganalisa, mengevaluasi setiap kegiatan Turjawali dan penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas serta melaporkan pelaksanaan kegiatannya.

i) Memberikan masukan saran terkait kegiatan Turjawali dan penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas kepada Kasat Lantas.

6. KANIT REGIDENT

Kanit Regident bertugas melayani administrasi Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor serta Pengemudi. Kanit Regident dalam pemberian pelayanan, melaksanakan kegiatan :

a) Penerbitan dan pemberian sarana identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor kepada pemohon yang memenuhi persyaratan baik yang diterbitkan sendiri maupun dari satuan atasan.

b) Penerimaan dan penelitian terhadap persyaratan masyarakat pemohon untuk memperoleh :

 Surat izin mengemudi (SIM)

 Surat tanda nomor kendaraan (STNK)  Buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB)  Tanda nomor kendaraan bermotor (TNKB)

c) Berbagai upaya untuk menjamin bahwa sarana identifikasi yang akan diterbitkan baik langsung maupun melalui satuan atasan dapat dipertanggung jawabkan secara formal maupun material.

d) Melaksanakan pengujian terhadap pengetahuan – pengetahuan, keterampilan pemohon sim untuk menjamin kebenaran / ketepatan material atas surat izin yang di terbitkan.

e) Mengawasi, mengarahkan, menganalisa, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan kegiatan registrasi / identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor.

f) Membuat laporan penggunaan material dan rencana kebutuhan material secara periodik.

(14)

h) Melakukan inovasi-inovasi guna peningkatan pelayanan SIM, STNK, BPKB dan TNKB.

i) Memberikan masukan saran terkait penyelenggaran kegiatan registrasi/ identifikasi kepada Kasat Lantas.

7. KANIT LAKA

Kanit Laka bertugas menangani kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum. Kanit Laka dalam penanganan kecelakaan lalu lintas, melaksanakan kegiatan

a) Penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus kecelakaan lalu lintas sampai dengan penyerahan berkasa perkara ke penuntut umum.

b) Pemberian pelayanan melalui pemberian surat pemberitahuan perkembangan hasil penyidikan (SP2HP) kepada korban/keluarga korban.

c) Pengumpulan, pengelolaan data dan informasi yang berkenan dengan kecelakaan lalu lintas baik secara manual atau aplikasi online.

d) Membuat rencana penyidikan dan penyelesaian kasus tunggakan kecelakaan lalu lintas.

e) Koordinasi antar sesama instansi penegak hukum (Law Enforcement) dalam rangka penyelesaian kasus kecelakaan lalu lintas.

f) Melakukan inovasi-inovasi guna peningkatan pelayanan

penanganan/pencegahan kecelakaan lalu lintas.

g) Pengelolaan tahanan dan barang bukti kasus kecelakaan lalu lintas.

h) Mengawasi, mengarahkan, menganalisa, mengevaluasi serta

melaporkan pelaksanaan kegiatan termasuk administrasi dukungan anggaran kegiatan penanganan kecelakaan lalu lintas.

i) Memberikan masukan saran terkait penanganan/pencegahan kecelakaan lalu lintas kepada Kasat Lantas.

8. KASUBNIT

(15)

c) Membuat laporan giat Patroli. d) Membuat laporan Keuangan. e) Membuat Sprin Patroli.

f) Membuat laporan produk Sat Sabhara. g) Membuat rengiat Sat Sabhara.

h) Laporan hasil Tipiring.

II. 2.1 Polisi, Hukum, dan Masyarakat

Dalam realitanya, hubungan antara polisi, hukum dan masyarakat memang sangat erat. Ali (dalam Suriadi, 2013) menjelaskan mengenai hubungan antara polisi dengan efektivitas hukum adalah kualitas dan keberdayaan polisi dalam menanggulangi kriminalitas, merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan afektif dan tidaknya ketentuan yang berlaku, khususnya dibidang kriminalitas yang menjadi tugas pokok kepolisian untuk menindaknya. Masih berkaitan dengan eksistensi polisi, menurut Rahardjo (dalam Suriadi, 2013) mengatakan bahwa, “yang paling besar frekuensinya dalam berhubungan secara langsung dengan masyarakat adalah polisi, dibandingkan dengan penegak hukum lainnya”.

Gambar II.3 Pos Polisi Lalu Lintas di Jalan Dago, kota Bandung

Sumber : Dokumen Pribadi Tanggal 6 Januari 2015

(16)

masa lampau sehingga hukum hanya dapat dimengerti di dalam karangka kehidupan masyarakat dimana hukum itu berkembang”. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan antara polisi, hukum, masyarakat terletak pada pelayanan polisi terhadap masyarakat dalam hal penegakan hukum didalam kerangka kehidupan masyarakat dimana hukum itu berkembang. Masih dalam kaitannya dengan hubungan antara polisi dan masyarakat di dalam buku panduan tugas Binatra Polri diatur mengenai padoman bagi Binatra Polri dalam meningkatkan budaya pelayanan kepada masyarakat :

a. Berupa mengenal masyarakat.

b. Melaksanakan standart pelayanan masyarakat, seperti senyum, salam, sapa, serta teknis yang benar.

c. Senang meminta arahan dari pimpinan agar lebih mampu melaksanakan standart pelayanan masyarakat.

d. Menaati dan melaksanakan standart pelayanan tugas yang telah di tentukan. e. Menyarankan kepada kawan atau pimpinan upaya atau kiat pelaksanaan

pelayanan yang lebih baik, sesuai pengalaman sendiri atau kawan lain, dan aktif.

f. Memberikan saran dan pengalaman pada saat diskusi atau gugus kendali mutu. g. Sasaran tugas, bicarakan dengan pimpinan, cara kiat terbaik untuk

melaksanakannya.

h. Berani dan bersedia serta bertekat melaksanakan tugas yang telah disepakati bersama pimpinan.

i. Meminta bantuan untuk meningkatkan pengetahuan dan.

j. Keterampilan pelaksanaan tugas untuk mencapai sasaran yang telah di sepakati.

k. Gunakan secara efisien, rawat secara baik, semua peralatan dan dukungan yang dipercayakan.

l. Aktif memberikan masukan dan saran tiap pertemuan diskusi.

m. Pertanggung jawaban dengan baik setiap tugas yang di percayakan, jadikan setiap tugas sebagai kehormatan, laporkan hasil pelaksanaan tugas.

(17)

o. Sampaikan realita, apa adanya kepada pimpinan, jangan asal bapak senang. p. Berani menyampaikan saran kepada pimpinan bila ada tugas yang bukan

merupakan tugas pokok satuan.

q. Sadari bahwa pekerjaan kita merupakan bagian dari keseluruhan, upayakan agar tugas yang kita laksanakan berhasil, sehingga tugas kesatuan secara keseluruhan menjadi berhasil pula.

r. Bantu pimpinan untuk memelihara dan meningkatkan penggunaan secara lebih evesien seluruh sumber daya yang di berikan dalam rangka melayani masyarakat.

s. Bantu pimpinan dengan memberikan data yang sebenarnya dalam hal ada kegiatan supervise, sadari bahwa supervise adalah untuk peningkatan pelaksanaan tugas organisasi.

t. Laksanakan dengan baik rencana kerja yang telah ditentukan.

u. Teladani hal-hal yang sudah diarahkan dan dilaksanakan oleh pimpinan. v. Bekerja maksimal, berupaya menjadi prajurit kebanggaan pimpinan dan

masyarakat.

Di suatu pihak polisi bertugas untuk memelihara ketertiban, dipihak lain polisi juga bertugas untuk menegakan hukum. Tugas pihak kepolisian tidak hanya menjaga keamanan, melainkan juga ketertiban dan ketentraman masyarakat. Tugas ganda ini kadang-kadang menyulitkan polisi karena terkadang harus menghadapi masyarakat yang tidak mau mematuhi aturan yang berlaku sehingga pada hakikatnya polisi adalah petugas yang diberi wewenang untuk melawan dengan kekerasan apabila menghadapi menghadapi masyarakat yang tidak mematuhi aturan. Jadi masyarakat tidak usah terlalu heran kalau sekali-sekali polisi terpaksa melakukan kekerasan dalam melaksanakan tugasnya.

II.2.2 Survey Citra Polisi Lalu Lintas

(18)

yang menghubungkan masyarakat dengan penegak hukum. Tentu saja, masyarakat tahu sedikit tentang pekerjaan para detektif, penyidik dengan yang lainnya, namun masyarakat tidak sering melihat mereka dan juga jarang melihat seorang Kepala Polisi. Orang-orang yang memakai lencana dijalan yakni para polisi lalu lintas adalah polisi yang sering dilihat oleh semua orang, sehingga apapun unit kesatuannya apabila masyarakat melihat polisi yang berperilaku negatif maka masyarakat dengan mudah beranggapan bahwa perilaku-perilaku polisi lalu lintas yang negatif mencerminkan citra institusi kepolisian. Dalam satuan unitnya, unit turjawali adalah unit yang sering berinteraksi dengan masyarakat karena bertugas mengatur rambu lalu lintas. Bagaimana pun penampilan dan tindakan polantas, polantas adalah tangan hukum yang membentuk citra kepolisian.

Gambar II.4 Perbaiki Citra, Polisi Buat Video

Sumber : http://www.iberita.com/4588/perbaiki-citra-polisi-buat-video-tandingan

(19)

melakukan tindakan simpatik”. Hal ini karena polisi lalu lintas adalah penegak hukum yang dilihat oleh masyarakat.

Gambar II.5 Polisi Mengatur Lalu Lintas di Jalan Pahlawan, Kota Bandung

Sumber : Dokumen Pribadi Tanggal 6 Januari 2015

Masyarakat melihat polisi lalu lintas beraksi di tengah kota, di dalam mobil-mobil polisi, mengontrol lalu lintas disetiap wilayah. Karena itu hal penting yang harus masyarakat ingat adalah polisi harus berpenampilan baik dan tindakan terbaik yang harus polisi tunjukan setiap saat. Ini akan sangat membantu menggambarkan citra polisi. Ini akan membantu menggambarkan citra polisi sebagai orang yang menghargai dan menghormati diri polisi sendiri dan tugas polisi dan tentunya akan memicu respon yang sama dari masyarakat terhadap polisi. Bagi masyarakat yang membedakan mereka dengan polisi hanyalah status dan seragamnya, meskipun tidak semua perilaku aparat kepolisian menimbulkan dampak yang negatif tetapi masyarakat menilai itu adalah perilaku polisi karena masyarakat pada umumnya tidak melihat siapa yang ada di balik seragam itu tetapi apa yang mereka perbuat ketika menggunakan seragam polisi.

II.2.3 Pelanggaran Lalu Lintas

(20)

penggerak dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan jalan sebagai ruang geraknya.

Gambar II.6 Keadaan Rambu Lalu Lintas di Dago, kota Bandung

Sumber : Dokumen Pribadi Tanggal 6 Januari 2015

Seorang pengemudi kendaraan bermotor sebenarnya tidak menginginkan terjadinya gangguan kendaraan selama perjalanan. Mulai dari gangguan ringan, seperti mogok sampai gangguan yang terberat. Selain si pengemudi tersebut yang akan mengalami keterlambatan sampai ketujuan, gangguan tersebut dapat juga mengakibatkan timbulnya pelanggaran atau kemacetan lalu lintas.

Gambar II.7 Polisi Menendang Pengguna Sepeda Motor Yang Memaksa Maju

Sumber :

(21)

Pelangggaran yang dimaksud diatas tersebut adalah sebagai mana diatur dalam Pasal 105 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 setiap orang yang menggunakan jalan wajib :

a. Berperilaku tertib, dan/atau.

b. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan, atau yang dapat menimbulkan kerusakan jalan.

Maka yang dimaksud dengan pelanggaran lalu lintas adalah perbuatan atau tindakan seseorang yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas dan angkutan jalan dan atau peraturan lainnya. Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai pengemudi menurut Pasal 106 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 adalah :

1. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor dijalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan konsentrasi.

2. Setiap orang mengemudikan kendaraan bermotor dijalan wajib mengutamakan keselamatan pejalan kaki dan pesepeda..

3. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor wajib mematuhi ketentuan tentang persyaratan teknis dan laik jalan.

4. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor dijalan wajib mematuhi ketentuan :

a. Rambu perintah atau rambu larangan. b. Marka jalan.

c. Alat pemberi isyarat. d. Gerakan lalu lintas. e. Berhenti dan parkir.

f. Peringatan dengan bunyi dan sinar.

g. Kecepatan maksimal atau minimal, dan/ atau.

h. Tata cara penggandengan dan penempelan dengan kendaraan lain.

(22)

a. Surat tanda nomor kendaraan bermotor atau surat tanda coba kendaraan lebih dijalan dan penumpang yang duduk disampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan.

f. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor berada 4 atau lebih yang tidak dilengkapi dengan rumah-rumah dijalan dan penumpang yang duduk disampingnya wajib mengenkan sabuk keselamatan dan mengenakan helm yang memenuhi standar Indonesia.

g. Setiap orang yang mengemudikan sepeda motor dan penumpang sepeda motor wajib menggunakan helm yang memenuhi standar Indonesia;.

h. Setiap orang yang mengemudikan sepeda motor tanpa keret samping dilarang membawa penumpang lebih dari satu orang.

II.3 Analisa

Polisi kini merupakan fenomena kehidupan yang unik, disatu sisi orang membutuhkan kehadiran seorang penegak hukum. Disisi lain polisi dibenci karena ulah oknum yang tidak bertanggung jawab. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya penghasilan polisi dengan jabatan rendah mengakibatkan munculnya rasa keinginan untuk mencari penghasilan lebih untuk memenuhi kebetuhan hidupnya. Dalam menganalisa masalah, untuk melengkapi data dilakukan penyebaran kuesioner terhadap masyarakat yang berada dikawasan kota Bandung. Berikut ini adalah data terkait mengenai respon masyarakat terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan polisi dalam menaggulangi pelanggaran lalu lintas.

Tabel II.1 Hasil Kuesioner

No Pertanyaan Jawaban Total

1 Pernah tidaknya melakukan pelanggaran lalu lintas

Ya : 33 Tidak : 17

(23)

2 Tugas polisi dalam hal menangani

II.4 Tinjauan Target Audience (Sasaran Perancangan)

Sasaran untuk perancangan ini sebenarnya tidak spesifik, karena perancangan ini sendiri ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat. Namun untuk memudahkan penulis dalam perancangan, yang menjadi sasaran utama dalam perancangan ini dibagi secara geografis, demografi, psikografis, dan behavioral.

a. Geografis

(24)

 Status ekonomi : Menengah kebawah dan menengah ke atas  Tingkat pendidikan : Minimal SMP

 Tingkat pekerjaan : Semua profesi pekerjaan

c. Segi Psikologis

Target dari perancangan ini adalah masyarakat yang memiliki rasa sosial dan memiliki rasa ingin tahu tentang permasalahan sosial.

d. Segi Behavior

Target dari perancangan ini adalah pria dan wanita yang aktif masyarakat yang aktif mengikuti masalah sosial di Indonesia, gemar membaca atau browsing, melihat karya-karya fotografi, serta yang sering dan gemar berdiskusi masalah sosial karena memiliki kepedulian rasa sosial yang tinggi tentang bermasyarakat.

II.5 Solusi

(25)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan media informasi ini adalah buku essai foto yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang aktivitas sosial polisi lalu lintas dalam kesehariannya. karena essai foto lebih efisien dan efektif dalam menyampaikan informasi dan gambaran tentang kegiatan-kegiatan polisi lalu lintas di wilayah bandung.

Gambar III.1 Polisi Lalu Lintas dijalan Merdeka, Kota Bandung.

Sumber : Dokumen Pribadi 4 Juni 2015

1. Fotografi

Menurut Zolani (dalam Yudianto, hal.3) Teknologi fotografi yang merupakan teknologi yang sudah sangat akrab di kalangan masyarakat, pada awalnya bermula dari sebuah kotak penangkap bayangan gambar. yaitu sebuah alat yang digunakan untuk meneliti konstalasi bintang yang telah dipatenkan oleh Gemma Fricius pada tahun 1554, kemudian temuan dari kotak penangkap bayangan gambar tersebut dikembangkan lagi sehingga muncullah fotografi yaitu proses menggambar dengan menggunakan cahaya).

(26)

tahun1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang yang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruangan itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera obscura. ada abad ke-3 SM Aristoteles pada abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM, dan kemudian berusaha untuk menciptakan serta mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai kamera. Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan mulai berkembang dengan kemajuan–kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya (Yudianto, hal.3).

Pada tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen. Januari 1839, penemu fotografi dengan menggunakan proses kimia pada pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, pemerintah Perancis, dengan dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cumacuma. Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan (Yudianto, hal.3).

(27)

Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land. Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia (dalam Yudianto, hal.3) kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film.

1.1 Pengertian Fotografi

Istilah fotografi menurut kamus fotografi oleh Nugroho (dalam Lukman, 2014), “berasal dari bahasa latin, yaitu photos dan graphos. Photos artinya cahaya atau sinar, sedangkan graphos artinya menulis atau melukis. Jadi, arti sebenarnya dari fotogarfi adalah proses dari seni pembuatan gambar (melukis dengan sinar atau cahaya) pada sebuah bidang atau pembukaan yang dipetakan” (hal.17). Fotografi dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:

1. Foto dokumentasi

Foto dokumentasi merupakan sebuah karya foto yang dibuat untuk tujuan merekam (mengabadikan) suatu momen kejadian yang dianggap penting oleh pribadi fotografer ataupun oleh klien yang menyerahkan tugas pemotretan kepada fotografer.

2. Foto seni

Foto seni adalah suatu karya foto yang memiliki nilai seni, suatu nilai estetik, baik yang bersifat universal maupun lokal atau terbatas. Karya-karya foto dalam kategori ini mempunyai suatu sifat yang secara minimal memiliki daya simpan dalam waktu yang relatif lama dan tetap dihargai nilai seninya.

3. Foto komersil

(28)

4. Foto jurnalistik

Fotografi jurnalistik adalah cabang fotografi dimana seseorang yang memotret menyampaikan sebuah berita lewat kameranya kepada pembaca sebuah media cetak.

2. Fotografi Esai

Fotografi esai sesungguhnya juga foto berita dan tidak harus dibuat oleh wartawan foto atau pekerja pers, siapa pun bisa membuatnya. Oleh karena itu, tidak ada keharusan menyebarkan/mempublikasikannya, sehingga mungkin saja hanya disimpan dalam laci untuk koleksi (Sugiarto, hal.19). Fotografi esai juga merupakan set foto atau foto berseri yang bertujuan untuk menerangkan cerita atau memancing emosi bagi orang yang melihat foto tersebut. Fotografi esai disusun dari karya fotografi murni menjadi foto yang memiliki tulisan atau catatan kecil sampai tulisan esai penuh disertai beberapa atau banyak foto yang berhubungan dengan tulisan tersebut (Marhimin, p.2). Fotografi esai yang baik adalah foto yang dapat menarik tapi tidak harus menampilkan wajah objek dari depan atau samping. Memotret dari belakan juga merupakan bagian dari foto yang baik, dan menarik (Sugiarto, hal.74).

(29)

mendetail dalam foto. Jadi dapat disimpulkan, fokus utama fotografi esai terdapat pada foto itu sendiri (Sugiarto, hal.80).

Dalam membuat esai foto bukan pekerjaan yang mudah, sebab dalam memotret perlu melakukan seleksi yang ketat. Foto yang dipilih harus bisa bercerita dengan tepat mengenai tema yang diangkat. Secara umum, fotografi esai disusun dari beberapa foto. Yang pertama, foto untuk mengawali ide cerita. Sebaliknya pilih foto yang memikat, menonjol, dan dapat mencuri perhatian (eye catching) sebagai foto pertama. Foto pertama mengusik keingintahuan pengamat, dan foto ini sering pula disebut dengan foto pembuka, yang kedua foto yang menggambarkan pesan utama, oleh karena itu biasa disebut dengan foto utama. Foto ini biasa dicetak dalam ukuran yang besar, Foto ketiga, foto penutup yang menyudahi cerita. Tidak harus dicetak besar, foto ini boleh ditampilkan dalam ukuran kecil asalkan tidak kehilangan fungsi dan perannya.

(30)

menimbulkan emosi, respondan emosional dari pembacanya). Dengan teknik foto yang baik bisa dikatakan foto berita itu berhasil.

3. Fungsi Fotografi

Menurut Antonius dan Herdamon (dalam Lukman, 2014) fungsi utama dari sebuah fotografi yaitu sebagai berikut :

a. Fungsi Dokumentasi

Dalam kaitannya dengan fungsi dokumentasi, sebuah foto harus mampu menjadi bukti terjadinya peristiwa dimasa lampau dan kekinian. Hal ini berarti bahwa foto yang baik, dari segi materinya, adalah jika paling tidak memiliki ketahanan warna.

b. Fungsi Komunikasi

Dalam fungsinya sebagai alat komunikasi, sebuah foto harus dapat berbicara tentang apa yang disampaikan dalam foto tersebut. Sehingga penikmat dapat mengerti apa dari foto tersebut.

c. Fungsi Seni

Dalam fungsi sebagai seni, sebuah foto harus memiliki nilai estetika yang tinggi sehingga orang yang melihatnya akan merasa tertarik karena merasa dalam suasana yang ditampilkan pada foto tersebut.

d. Fungsi Ekspresi

Foto berfungsi sebagai ekspresi dimaksudkan bahwa foto tersebut adalah ungkapan perasaan dari sang fotografernya yang antara lain berupa rasa sedih, marah, gembira serta yang lainnya.

III.1.1 Tujuan Komunikasi

(31)

pemberitaan-pemberitaan negatif tentang polisi lalu lintas bahwa masih ada polisi lalu lintas yang berdedikasi.

III.1.2 Pendekatan Komunikasi

Untuk menyampaikan informasi dibutuhkan komunikasi yang baik dan mampu menyampaikan informasi sehingga informasi yang akan disampaikan mudah dimengerti, khususnya oleh target audience. Pendekatan komunikasi yang akan digunakan dalam menyampaikan informasi melalui buku essai foto ini terbagi menjadi 2, yaitu :

Pendekatan Visual

Pendekatan visual yang digunakan adalah berupa foto hitam putih yang bercerita tentang kehidupan polisi lalu lalu dalam menjalami kehidupan sehari-harinya diwilayah Bandung. Tehnik pengambilan dilakukan secara jurnalis yakni spontanitas tanpa adanya rekayasa dengan pengambilan foto dari beberapa sudut. Adapun referensi visual yang dipakai adalah buku Wilsen Way yang berjudul Human Interest.

Gambar III.2 Referensi Buku Fotografi

Sumber : Dokumen Pribadi 4 Juni 2015

Pendekatan Verbal

(32)

berdedikasi kepada masyarakat. Menurut Kamus Besar Indonesia dedikasi adalah pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu untuk berhasilnya suatu usaha atau tujuan mulia pengabdian. Sedangkan pendekatan komunikasi yang akan digunakan untuk isi buku berupa teks. Fungsi teks sebagai pendukung untuk menjelaskan isi foto dengan menggunakan bahasa yang formal, agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh target audience.

III.1.3 Materi Pesan

Materi pesan akan disampaikan dalam perancangan buku essai foto ini adalah menggambarkan polisi lalu lintas dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari-harinya. Seperti aktivitas polisi lalu lintas dalam mengatur rambu lalu lintas, aktivitas di kantor, polisi lalu lintas dalam mensosialisasikan peraturan berlalu lintas kepada masyarakat, serta sisi humanis polisi lalu lintas ketika berhadapan langsung dengan masyarakat.

III.1.4 Khalayak Sasaran Perancangan

Adapun sasaran perancangan (target audience) buku ini ditujukan kepada usia remaja 16 tahun, dewasa 20 tahun, sampai dengan orang tua 50 tahun. Karena pada usia 16 tahun seorang anak dianggap mulai beranjak dewasa, sehingga pada usia tersebut bisa mulai dididik berfikir dewasa dan mulai peduli terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi dilingkungannya.

Consumer Insight :

 Polisi lalu lintas untuk mengatur jalan agar tidak terjadi kemacetan, dan

biasanya polisi lalu lintas mengatur jalan di pagi hari dan sore hari. Sosok polisi lalu lintas menakutkan dan biasanya saat menilang meminta damai karena uang untuk dia sendiri makanya perutnya buncit karena memakan uang haram (Riska Dewiyani, Mahasiswi).

(33)

Consumer Journey :

 Shalat subuh, tidur, bangun tidur, ke kamar mandi, sarapan pagi, mandi, ke

kampus, makan siang, nonton tv, shalat ashar, shalat maghrib, makan, ngerjain tugas, ke kamar mandi cuci muka, tidur (Riska Dewiyani, Mahasiswi).

 Bangun tidur, shalat subuh, mandi, sarapan, kesekolah, belajar, pulang, main, bersih-bersih, shalat, ngaji, nonton tv, ngerjain tugas, tidur. (M Ramlan, Pelajar).

III.1.5 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang akan ditampilkan pada buku esai foto ini adalah lebih mengutamakan tampilan gambar pada foto, baik dari sudut pengambilan gambar indoor maupun oudoor dengan menampilkan berbagai ekspresi sesuai dengan keadaan yang terjadi. Pengambilan foto akan dilakukan secara spontanitas atau tanpa adanya rekayasa menggunakan kamera Canon EOS 60D yang dipasangkan dengan berbagai lensa, seperti lensa tele, lensa wide, dan lensa kit. Hal ini dikarenakan untuk menjangkau foto dari berbagai macam jarak fokus. Pengambilan foto dilakukan dari pagi jam 04.30 WIB saat rutintas polantas dimulai dengan melakukan apel pagi. Lalu, mengikuti kegiatan selama di asrama kepolisian hingga berangkat kekantor dan dilanjutkan dengan rutinitas seorang polantas mengatur rambu lalu lintas sampai sore hari. Menampilkan foto beberapa bentuk sosialisasi peraturan berkendara, patroli, dan ketika menghadapi pelanggar lalu lintas, kemudian foto ini menampilkan beberapa visual ekspresi sesuai apa yang terjadi saat melakukan pemotretan. Setelah foto didapatkan, lalu foto diedit edalam media komputer dengan menggunakan software Adobe Photosop Lightroom untuk mempertajam hasil gambar seperti warna, cahaya, dan kesan dalam foto yang akan di sampaikan kepada pembaca. Terdapat juga beberapa media pendukung untuk mendapatkan perhatian target audience.

III.1.6 Strategi Media

(34)

1. Media Utama

Dalam penggunaan media utama yang digunakan adalah berupa buku esai foto, karena buku esai foto lebih efisien dan efektif dalam menyampaikan informasi mengenai kehidupan polisi lalu lintas.

a. Buku

Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman. Seiring dengan perkembangan dalam bidang dunia informatika, kini istilah e-book atau buku-e (buku elektronik), yang mengandalkan computer dan internet (jika aksesnya online). Kitab berarti sebuah teks atau tulisan yang dijilid menjadi satu. Istilah kitab biasanya digunakan untuk menyebut karya sastra para pujangga pada masa lampau yang dapat dijadikan sebagai bukti sejarah untuk mengungkapkan suatu peristiwa lampau. (Hizair, p.108).  Layout

Layout atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan tata letak adalah pengaturantulisan-tulisan dan gambar-gambar pada sebuah media, dalam hal ini media yang dimaksudkan adalah majalah dan bulletin. Layout merupakan rencana atau sebuah desain akan sesuatu yang ditata (dictionary reference, online). Berikut adalah elemen-elemen dalam layout yaitu :

a) Grid

Layout erat sekali dengan istilah yang disebut grid. Grid atau yang berarti garis-garis ialah sekumpulan garis dari batasan-batasan pembagi yang membentuk bagian kosong horizontal dan vertikal. Dengan adanya grid, desainer lebih mudah dalam mengarahkan objek-objek pada bidang desainnya. (Cullen, p.56). Dalam menyusun grid, halaman dapat dibagi dengan beberapa garis : o Bleed yang merupakan garis yang sebaiknya tidak dilewati

(35)

o Gutter yang merupakan jarak antara satu elemen dengan lainnya, dapat juga diartikan menjadi jarak antar kolom.

o Margin yang merupakan batas antar elemen desain dengan batas halaman kerja.

 Tipografi

Tipografi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu typos (bentuk) dan graphien (menulis) mempunyai pengertian seni dan teknik menulis sebuah pembahasan dalam bentuk huruf, menggunakan kombinasi typeface styles, point sizes, line length, line leading, character spacing, dan word spacing untuk menghasilkan typeset artwork in psyhical or digital form (Craig, p.4).

Tipografi terdiri dari 26 huruf yang disebut alfabet. Alfabet ini semula berasal dari simbol-simbol yang masing-masing digunakan untuk mewakili dari sebuah bahasa (Craig, p.4).

 Warna

Secara visual, warna memiliki kekuatan yang mampu mempengaruhi citra orang yang melihatnya. Masing-masing warna mampu memberikan respon secara psikologis (Kusrianto, h.6). Warna sangat berperan banyak dalam kehidupan umat manusia. Warna membantu dalam mengenal obyek tertentu : apel berwarna merah, jeruk berwarna kuning, dst. Warna membantu memahami sesuatu : hijau berarti terus jalan. Warna juga mengkomunikasikan perasaan dan keinginan : merah bila sedang marah. Terdapat 3 dimensi warna yaitu (Russel, p.197) :

o Hue adalah rona warna atau corak warna, yaitu karakteristik atau ciri khas yang digunakan untuk membedakan warna satu dengan warna yang lain misalnya merah, kuning, hijau, dll.

o Value adalah tone warna, yaitu dimensi terang kegelap warna atau tua kemuda warna, disebut pula keterangan warna (brightness). o Chroma adalah intensitas warna, yaitu dimensi tentang cerah

(36)

2. Media Pendukung

Sesuai fungsinya, media pendukung adalah media yang mendukung tersampaikannya informasi pada media utama. Adapun media pendukung yang digunakan antara lain:

a. Spanduk

Spanduk berfungsi sebagai media informasi dan promosi bahwa buku ini segera terbit dan segera tersedia di took buku. Spanduk berukuran 200 cm x 100 cm. Spanduk ini diletakkan diluar toko buku.

b. X-banner

X-banner berfungsi sebagai media informasi dan promosi bahwa buku ini akan segera terbit dan segera tersedia di toko buku. X-banner berukuran 160 cm x 60 cm. X-banner ini diletakkan di luar dan di dalam toko buku. c. Poster

Poster berfungsi sebagai media informasi dan promosi untuk memperkenalkan media utama, yaitu buku esai foto. Poster berukuran A3 dengan ukuran 41,7 cm x 29,5 cm dan dicetak di kertas art paper 260 menggunakan kertas stiker 150 gram.

e. Flyer

Flyer berfungsi sebagai media promosi yang akan disebarkan di dekat toko buku dan tempat keramaian seperti di taman kota Bandung, berukuran 21 cm x 14,8 cm dan dicetak kertas art paper 150 gram.

f. Gantungan Kunci dan Pin

(37)

III.1.7 Strategi Distribusi

Pendistribusian media ini adalah melalui penjualan atau distribusi di toko-toko buku besar seperti Gramedia. Hal ini untuk lebih memudahkan masyarakat dalam mencari buku. Karena toko buku Gramedia sudah sangat terkenal di masyarakat, sehingga masyarakat di mudahkan untuk mendapatkan buku ini. Pendistribusian didukung media online sebagai media promosi dan secara geografis diutamakan di daerah Jawa Barat khususnya di daerah bandung.

(38)

III.2 Konsep Visual

Dalam suatu perancangan, agar perancangan dapat dilakukan dengan baik maka perlu didukung dengan keilmuan desain komunikasi visual. Dalam perancangan ini perlu mengkonsepkan beberapa hal seperti fokus perancangan (informasi yang ingin disampaikan pada gambar atau visual), huruf, warna , layout, dll. Konsep visual yang akan di tampilkan adalah sebagai berikut :

Fotografi Human Interest

Fotografi human interest adalah foto yang bertujuan menyampaikan pesan visual dengan pendekatan humanis di mana pengalaman personal fotografernya dapat dirasakan oleh pengamatnya (Way, hal 9). Fotografi human interest dapat diartikan berdasarkan kata “human” dan “interest”. “Human” sendiri memiliki arti manusia sedangkan “interest” memiliki arti menarik, sehingga arti fotografi human interest adalah sebuah foto yang muncul karena mendapatkan perhatian akan pengabdian manusia, yang dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti gaya hidup, kebiasaan dan berbagai macam hal yang berkaitan dengan manusia itu sendiri (Way,hal 9). Dalam fotografi human interest bertujuan untuk mengamati bagaimana pola perilaku masyarakat, apa yang mereka pikirkan dan lakukan sebagai sebuah kebiasaan yang terus menerus terjadi. Hal sederhana namun ternyata berdampak besar, karena kesederhanaan tersebut memiliki ikatan yang begitu erat yang biasa dirasakan oleh manusia.

(39)

III.2.1 Format Desain

Adapun rincian dari Format Desain buku ini adalah sebagai berikut:

1. Buku ini berukuran A4 (21 cm x 29,7 cm) ukuran ini di pilih untuk menyeimbangkan antara teks dan gambar portrait maupun landscape dengan posisi buku vertical dengan menggunakan kertas art 260 gram papet.

2. Jenis kertas isi buku menggunakan art paper 150 gram. 3. Buku di hardcover.

Gambar III.3 Format Desain Buku

Sumber : Dokumen Pribadi Tanggal 4 April 2015

III.2.2 Tata Letak (layout)

Konsep layout pada buku esai foto ini mengacu pada teori penyusunan layout di dalam buku “Pengantar Desain Komunikasi Visual”, prinsip layout menurut Tom Lincy (dalam Kusrianto, 2009) mengemukakan beberapa patokan dasar yang dipakai untuk merancang sebuah layout:

1. Proporsi (Proportion) 2. Keseimbangan (Balancing) 3. Kontras (Contrast)

(40)

Gambar III.4 Format Layout (Tata Letak Foto)

Sumber : Dokumen Pribadi Tanggal 4 April 2015

III.2.3 Tipografi

Menurut Rakhmat Supriyono (2010, hal.20) tipografi adalah disiplin ilmu yang mempelajari spesifikasi dan karakteristik huruf, bagaimana memilih dan mengelola huruf untuk tujuan-tujuan tertentu. Font yang akan digunakan pada perancangan media buku ini adalah font yang umum, sederhana, dan akrab dibaca oleh masyarakat serta memberikan kesan ramah karena kemudahan dalam membaca huruf. Berdasarkan fungsinya, huruf dapat dipilih menjadi dua jenis, yaitu huruf teks (text type) dan huruf judul (display type). Jenis huruf yang akan digunakan adalah huruf sans serif, huruf sans serif adalah jenis huruf yang tidak memiliki garis-garis kecil dan bersifat solid. Jenis huruf seperti ini lebih tegas, bersifat fungsional dan lebih modern.

Font untuk judul menggunakan font Lato Black :

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

abcdefghijklmnopqrstuwxyz

1234567890

Gambar III.5 Font Lato Black

(41)

Font untuk teks menggunakan font Helvetica LT Stdlight :

Gambar III.6 Font Helvetica LT Stdlight

Sumber : Dokumen Pribadi Tanggal 4 April 2015

III.2.4 Ilustrasi

Teknik illustrasi yang digunakan pada media utama buku ini adalah teknik fotografi. Teknik fotografi secara keseluruhan adalah menulis dengan bantuan cahaya, atau lebih dikenal dengan menggambar dengan bantuan cahaya, atau merekam gambar melalui media kamera dengan bantuan cahaya. Fotografi juga merupakan gambar alat visual efektif yang dapat memvisualkan sesuatu lebih kongkrit dan akurat (Lukman, 2014, hal.31).

III.2.5 Warna

Warna dominan yang akan digunakan dalam perancangan buku ini adalah hitam dan putih, secara subjektif penggunaan hitam dan putih membuat lebih gamblang menceritakan sebuah kejadian. Keindahan fotografi hitam dan putih bahkan seringkali disebut lebih berwarna dari foto berwarna (color). Dengan hitam dan putih, kita akan lebih leluasa mengatur cerita yang ingin ditonjolkan (Wilsen Way, 2014, h.11).

Gambar III.7 Skema Warna Hitam Putih

Sumber : Dokumen Pribadi

(42)

hitam putih menyeimbangkan emosi yang tertuang dalam sebuah foto, dimana kebanyakan pengalaman dari fotografernya larut dalam frame-frame fotonya. Dengan menunjukan perbedaan kontras dan komposisi pencahayaan yang tepat, sebuah foto menjadi lebih bermakna dalam balutan hitam dan putih.

Gambar III.8 Warna Hitam Putih Sebagai Figure dan Ground

Sumber :

http://www.apakabardunia.com/2011/02/apakah-hitam-dan-putih-adalah-warna.html

Berdasarkan teori Gestalt, dengan warna hitam dan putih, kita akan lebih mudah dalam menentukan figure dan ground dari sbuah frame foto, sehingga segalanya akan kembali kepada fotografer dalam mengeksekusi sebuah momen yang ada, mana yang harus ditonjolkan dan mana yang harus menjadi latar. Tanpa adanya elemen warna yang mengganggu, kadang foto hitam putih justru lebih kuat membekas di benak yang melihatnya.

Gambar III.9 Skema Warna Kuning

Sumber : Dokumen Pribadi

(43)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI APLIKASI MEDIA

IV.1 Proses Perancangan Buku Essai Foto Polisi Lalu Lintas

Terkait subyek adalah anggota SATLANTAS, maka proses sebelum melakukan perancangan adalah pengajuan surat ijin perancangan buku essai foto polisi lalu lintas kepada KASATLANTAS POLRESTABES agar diberikan ijin bisa mengikuti kegiatan salah satu anggota SATLANTAS. Proses perancangan buku essai foto terbagi beberapa tahap, yaitu :

1. Proses awal perancangan buku essai foto polisi lalu lintas dengan pengembangan story line atau konsep isi buku yang akan disampaikan didalam buku essai foto. Dalam buku ini terdapat satu tokoh yaitu Bripda Shella Andriani anggota SATLANTAS POLRESTABES Bandung. Sebagai awal, buku ini akan menjelaskan terebih dahulu tentang Profil singkat POLRESTABES dan SATLANTAS Bandung. Setelah itu memperkenalkan Bripda Shella Andriani dan awal aktivitas dimulai dari asrama kepolisian, apel pagi, dikantor, olahraga senam, patroli, mengatur rambu lalu lintas, tindakan polantas terhadap pelanggar, sampai pulang dinas. Tahap Selanjutnya adalah proses pembuatan visual awal sketsa kasar atau storyboard sebagai konsep penyusunan pemotretan foto-foto dilapangan.

Gambar IV.1 Sketsa Board

(44)

2. Setelah semua selesai, selanjutnya adalah proses pemotretan menggunakan kamera DSLR Canon EOS 60D, mengikuti kegiatan anggota polantas dilapangan.

Gambar IV.2 Hasil Pemotretan

Sumber : Dokumen Pribadi tanggal 8 Juni 2015

3. Tahap selanjutnya, adalah proses editing foto di komputer menggunakan software Adobe Photoshop Lighroom 5.5 dengan mengatur pengaturan warna hitam putih, gelap, terang, dan mempertajam detail foto.

Gambar IV.3 Editing Foto

(45)

4. Setelah proses editing selesai, foto akan disimpan dengan format JPEG. Selanjutnya tahap layout atau tata letak foto menggunakan software Adobe Indesign CS 6 dengan penambahan tulisan sebagai keterangan foto.

Gambar IV.4 Proses Layout

Sumber : Dokumen Pribadi tanggal 27 Juni 2015

5. Setelah tahap editing dan layout selesai, tahap selanjutnya adalah proses pencetakan media utama dan media pendukung.

Gambar IV.5 Buku Essai Foto

(46)

IV.2 Cover Buku (Media Utama)

Pada cover media utama yaitu buku essai foto, pada cover depan terdapat visual wajah Bripda Shella Andriani yang kusam dari arah samping dengan seragam polantas. Visual ini untuk mempersentasikan kehidupan polantas yang sehari-harinya berada dijalan untuk mengatur rambu lalu lintas. Pada cover terdapat judul “Hidup dengan Dedikasi”, judul ini dipilih karena polisi sebagai abdi negara. Sedangkan pada warna judul adalah warna kuning. Warna kuning terlihat hangat dan diartikan sebagai harapan tetapi juga penipuan. Lalu pada cover belakang terdapat 3 visual kegiatan berbeda Bripda Shella saat berhadapan dengan masyarakat. Untuk memberikan gambaran isi buku, ada sedikit tulisan yang menjelaskan karakter buku.

Ukuran buku : A4 (21 cm x 29,7 cm)

Bahan : Art paper 260 gram (Hardcover)

Gambar IV.6 Cover Depan dan Belakang Buku

(47)

IV.3 Isi Buku (Media Utama)

Dalam buku essai foto ini, visual foto menjadi media utama dalam menyampaikan informasi dan beberapa foto akan diberikan teks sebagai penjelas foto.

Ukuran buku : A4 (21 cm x 29,7 cm) Bahan : Art paper 150 gram

Gambar IV.7 Isi Buku

(48)

IV.3 Spanduk (Media Pendukung)

Spanduk ini dibuat sebagai media informasi dan media promosi yang memberitahukan kepada target audience bahwa buku essai segera terbit. Spanduk akan menampilkan visual media utama dan tulisan singkat tentang informasi waktu beredar buku. Spanduk ini akan dipasang di depan toko buku.

Ukuran spanduk : 100 cm x 200 cm

Bahan : Bahan Flexi Jerman

Gambar IV.8 Spanduk

Sumber : Dokumen Pribadi tanggal 3 Juli 2015

IV. 4 X-banner (Media Pendukung)

X-banner berfungsi sebagai media informasi dan media promosi bahwa buku essai akan segera terbit. X-banner akan menampilkan visual media utama dan tulisan singkat tentang informasi waktu beredar waktu. X-banner akan diletakkan didepan dan didalam toko buku.

Ukuran spanduk : 60 cm x 160 cm

(49)

Gambar IV.9 X-Banner

Sumber : Dokumen Pribadi tanggal 3 Juli 2015

IV.5 Poster (Media Pendukung)

Media poster ini dibuat sebagai media informasi dan media promosi bahwa buku essai akan segera terbit. Poster ini akan diletakan didekat toko buku. Konsep poster akan menampikan visual media utama dan menampilkan tulisan sebagai informasi sebagai detail buku.

Ukuran Poster : A3 (42 cm x 29,7 cm)

(50)

Gambar IV.10 Poster

Sumber : Dokumen Pribadi tanggal 3 Juli 2015

IV.6 Flyer (Media Pendukung)

Flyer berfungsi sebagai media infomasi dan media pendukung. Flyer akan disebarkan ditempat keramaian seperti toko buku, angkutan umum, dan taman kota Bandung.

Ukuran Flyer : A5 (21 cm x 14,8 cm)

(51)

Gambar IV.11 Flyer

Sumber : Dokumen Pribadi tanggal 3 Juli 2015

IV. 7 Stiker (Media Pendukung)

Stiker berfungsi sebagai media promosi yang akan ditempelkan dibeberapa tempat keramaian seperti angkutan umum sekaligus sebagai merchandise gratis.

Ukuran : 10 cm x 16 cm

(52)

Gambar Dokumen IV.12 Stiker

Sumber : Dokumen Pribadi tanggal 3 Juli 2015

IV. 8 Gantung Kunci dan Pin (Media Pendukung)

Gantungan kunci dan pin merupakan bagian dari bonus (merchandise) atau hadiah dari setiap pembelian buku essai foto ini.

Ukuran : 5 cm x 5 cm

(53)

Gambar Dokumen IV.13 Gantungan Kunci dan Pin

(54)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU ESSAI FOTO POLISI LALU LINTAS

DK38315/Tugas Akhir Semester II 2014/2015

Oleh :

Mochamad Ghilman Almuthahari 51911150

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(55)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

BAB III STRATEGI PERANCANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 23

III.1 Strategi Perancangan ... 23

(56)

III.1.2 Pendekatan Komunikasi ... 29

III.1.3 Materi Pesan ... 30

III.1.4 Khalayak Sasaran Perancangan ... 30

III.1.5 Strategi Kreatif ... 31

III.1.6 Strategi Media ... 31

III.1.7 Strategi Distribusi ... 35

III.2 Konsep Visual ... 36

III.2.1 Format Desain ... 37

III.2.2 Tata Letak (Layout) ... 37

III.2.3 Tipografi ... 38

III.2.4 Ilustrasi ... 39

III.2.5 Warna ... 39

BAB IV TEKNIS PRODUKSI APLIKASI MEDIA ... 41

IV.1 Proses Perancangan Buku Essai Polisi Lalu lintas ... 41

IV.2 Cover Buku (Media Utama) ... 44

IV.2.1 Isi Buku (Media Utama) ... 45

IV.3 Spanduk (Media Pendukung) ... 46

IV.4 X-banner (Media Pendukung) ... 46

IV.5 Poster (Media Pendukung) ... 47

IV.6 Flyer (Media Pendukung) ... 48

IV.7 Stiker (Media Pendukung) ... 49

IV.8 Gantungan Kunci dan Pin (Media Pendukung) ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Kusrianto, Adi (2009) : Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi

Rahardjo, Satjipto, dan Anton Tabah (1993) : Polisi Pelaku dan Pemikir. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

TL, Fini. (2014) Persepsi Masyarakat Tentang Polisi. Diakses pada 29 September 2014. W.W.W : temposemanal.com

Waluya, Bagja. (2007) Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Diaskes pada 4 April 2015. W.W.W : books.google.co.id

Skripsi/Tesis/Penelitian

Fiatry, Dahli. (2006). “Hubungan Antara Persepsi Terhadap Citra Polisi Dengan Keterlibatan Kerja Pada Anggota Polri di Polres di Wonosobo“. Naskah Publikasi-Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Univeristas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Lukman, Muhammad. (2014) “Perancangan Buku Essai Foto Realita Kehidupan Pengamen Waria di Daerah Binong-Bandung”. Tugas Akhir-Fakultas Desain Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia. Bandung.

Lusius, Yodukus. (2013). “Hubungan Antara Persepsi Terhadap Polisi Lalu Lintas Dengan Pelanggaran Lalu Lintas di Lakukan Remaja Malang”. Artikel -Fakultas Pendidikan Psikologi Program Studi Psikologi. Malang.

(58)

J2ME”. Skripsi-Program Studi Sistem Informasi Fakultas Tehnik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer. Bandung

Saragih, Rahamen. (1997) “Persepsi Masyarakat Pematang Siantar Terhadap Polisi Sebagai Penegak Hukum”. Tesis-Program Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro. Semarang.

Suriadi, Muhammad Shauman Awalin. (2013) “Membangun Citra Polisi Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pelanggaran Lalu Lintas di Polres Wajo”. Skripsi-Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Makassar.

Sudrajat, Aris. (2012). “Persepsi Publik Pengguna Jalan Raya Tentang Polisi Lalu Lintas di kota Bandung”. Skripsi-Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. Bandung.

(59)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya atas rahmat-Nya, sehingga laporan tugas akhir yang berjudul “Perancangan Buku Essai Foto Polisi Lalu Lintas” dapat dilaksanakan dengan baik dan tepat waktu. Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah tugas akhir program strata satu, jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Desain Universitas Komputer Indonesia.

Dalam penyusunan laporan mata kuliah tugas akhir ini, banyak pihak yang telah memberi dukungan dan baik berupa saran, kritik, dukungan, maupun bantuan materi dan keluarga, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang terlibat dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sehingga dapat selesai dengan baik.

Akhir kata, kami menyadari bahwa pelaksanaan tugas akhir dan laporan ini masih belum sempurna. Kekurangan baik materi maupun penyusunan-nya dikarenakan keterbatasan kemampuan dan waktu. Oleh karena itu, segala kritik dan saran ditujukan untuk perbaikan agar menjadikan laporan ini menjadi lebih sempurna kami harapakan. Semoga penyusunan laporan ini bermanfaat untuk semua pihak.

Bandung, 14 Agustus 2015

(60)
(61)
(62)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Mochamad Ghilman Almuthahari

Jenis kelamin : Laki - Laki

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 4 Mei 1993

No. Handphone : 085974000204

Alamat Email : Moch.ghilman@gmail.com

Pendidikan

 1999 - 2005 : Lulus SDIT Al-ijtihad Kutabumi Tangerang

 2005 - 2008 : Lulus MTS PERSIS 94 Pakenjeng Garut

 2008 – 2011 : Lulus SMA Muhammadiyah 2 Cikokol Tangerang

 2011 – 2015 : Lulus S1 DKV UNIKOM Bandung

Pengalaman

 Gman Cloth 2012 - 2013 Desain Grafis (Freelance)

 Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Jawa Barat 2014

Editor Video (Kerja Praktek)

 PT Harmoni Persada 2014 – Sekarang

Photographer (Freelance)

Kemampuan

 Adobe ( Photoshop, Lighroom, Dreamweaver, Illustrator, Premiere Pro, After

(63)

Gambar

Gambar II.1 Polisi Lalu Lintas di Jalan Jenderal Ahmad Yani, kota Bandung
Gambar II.2 Bagan Organisasi Satuan Lalu Lintas
Gambar II.3 Pos Polisi Lalu Lintas di Jalan Dago, kota Bandung
Gambar II.4 Perbaiki Citra, Polisi Buat Video
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lebih lanjut, kecurangan yang disembunyikan oleh auditi dapat dideteksi apabila auditor senantiasa mengembangkan sikap skeptisisme profesionalnya, maka mampu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata MOE papan partikel dari limbah batang kelapa sawit dan pasahan mahoni dengan berbagai kadar perekat phenol

Responden pada kategori usia muda dan usia dewasa cenderung memiliki persepsi yang positif terhadap pembangunan kebun raya di Kabupaten Sambas. Pada kedua kategori usia

berhubungan dengan pengelolaan dan manajemen perusahaan sehingga mendorong mereka untuk menguntungkan dirinya sendiri. Hubungan persentase kepemilikan oleh outside

Murabahah yang menggunakan prinsip jual beli. Dalam pelaksanaannya pada suatu LKS, akad pembiayaan Murabahah memiliki beberapa prosedur pembiayaan, analisis 5C

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 75% responden (17 orang) memilih sangat aktif adalah anggota yang ingin mengetahui apa saja yang dicapai dalam usaha tani dan terlibat

Adanya perbedaan nilai kuat tekan dan elastisitas kayu pada sampel 1C, 2C, dan 3C, dikarenakan tiap lapisan pada pohon kelapa mempunyai kekuatan yang