ASPEK HUKUM DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN PEMBERIAN KREDIT PADA BANK (STUDI PADA PT. BANK DANAMON, Tbk)
Skripsi
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh
ZAINI HAFIZ HASIBUAN 080200398
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM DAGANG
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ASPEK HUKUM DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN PEMBERIAN KREDIT PADA BANK (STUDI PADA PT. BANK DANAMON, Tbk)
Skripsi
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh
ZAINI HAFIZ HASIBUAN 080200398
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM DAGANG
Disetujui Oleh
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
Dr. H. HASIM PURBA, SH, M. Hum NIP. 196603031985081001
DOSEN PEMBIMBING I DOSEN PEMBIMBING II
Dr. H. HASIM PURBA, SH, M. Hum PUSPA MELATI HSB, SH, M. Hum NIP. 196603031985081001 NIP. 196801281994032001
FAKULTAS HUKUM
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat,
karunianya serta perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini
sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara dengan judul : “ASPEK HUKUM DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT PADA BANK (STUDI PADA PT BANK DANAMON INDONESIA Tbk).”
Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu persyaratan guna menyelesaikan
studi pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Meskipun telah berusaha semaksimal
mungkin, penulis yakin skripsi ini masih jauh dari sempurna dan harapan, oleh karena
keterbatasan ilmu pengetahuan, waktu, tenaga serta literatur bacaan. Namun dengan ketekunan,
tekad dan rasa ingin tahu dalam pengembangan ilmu pengetahuan, akhirnya penulis dapat
menyelesaikannya.
Penulis menyadari, bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai
pihak. Segala bantuan, budi baik dan uluran tangan berbagai pihak yang telah penulis terima baik
dalam studi maupun dari tahap persiapan penulis sampai skripsi ini terwujud tidak mungkin
disebutkan seluruhnya.
Dari lubuk hati yang paling dalam, penulis sampaikan rasa hormat dan bangga serta
terima kasih yang tiada terhingga kepada Kedua Orang Tua di rumah, yang telah membesarkan,
mendidik, menasehati serta mendoakan yang tiada henti-hentinya untuk keselamatan dan
kesuksesan penulis, tak lupa juga kepada adik-adik saya yang dirumah.
Rasa hormat dan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
mendorong dan membantu, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, MH selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.
2. Bapak Dr. Hasim Purba, SH, M. Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing I, dalam
penulisan skripsi ini yang telah tulus ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
memberikan pengarahan, masukan-masukan serta kritik yang membangun selama proses
penulisan skripsi ini.
3. Ibu Puspa Melati, SH, M. Hum, selaku dosen pembimbing II dalam penulisan skripsi ini
yang telah tulus ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan
pengarahan, masukan-masukan serta kritik yang membangun selama proses penulisan skripsi
ini.
4. Kepada Bapak dan Ibu, serta seluruh Keluarga dirumah yang tercinta dan tersayang yang
selalu memberikan doa yang tiada putus-putusnya kepada Penulis dan kerja kerasnya yang
telah membesarkan, membiayai dan mendidik Penulis agar dapat menjadi manusia yang
berguna bagi bangsa dan bermanfaat bagi orang lain.
5. Kepada seluruh teman-teman angkatan 2008 di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
yang tidak dapat disebutkan secara satu-persatu yang telah memberikan banyak kenangan
indah selama dalam masa perkuliahan.
Di sadarinya adanya kekurangan kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini, maka dengan
kerendahan hati penulis menyambut masukan yang bermanfaat dari para pembaca sekalian untuk
Penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi
positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan untuk perkembangan ilmu
hukum tata negara pada khususnya.
Medan, Juni 2013 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... iv
ABSTRAK ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Keaslian Penulisan ... 7
F. Metode Penelitian ... 7
G. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT 12 A. Pengertian Dan Dasar Hukum Tentang Jaminan Kredit ... 12
B. Jenis-jenis Jaminan ... 16
C. Pengertian Deposito ... 19
D. Jenis-jenis Deposito ... 20
E. Deposito Sebagai Jaminan Kredit ... 22
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT OLEH BANK DENGAN JAMINAN DEPOSITO ... 26
A. Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Kredit ... 26
B. Prinsip-prinsip Dalam Pemberian Kredit ... 32
C. Jenis-jenis Kredit ... 35
BAB IV ASPEK HUKUM DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT PADA BANK (STUDI PADA PT BANK DANAMON TBK ... 39
B. Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Depsito Pada PT Bank Danamon
Indonesia Tbk ... 55
C. Upaya-upaya Yang Dilakukan Oleh Bank Dalam Pencairan Kredit Dengan Jaminan Deposito ... 69
D. Penyelesaian Terhadap Deposito Sebagai Jaminan Kredit Apabila Debitur Wanprestasi Pada Bank Danamon IndonesiaTbk ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87
A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 88
ABSTRAK Zaini Hafiz Hsb* Hasim Purba, SH, M. HUm* Puspa Melati, SH, M. Hum**
Pada umumnya kegiatan ekonomi di Indonesia berkaitan dengan umum dengan dana, artinya setiap pelaksanaan pembangunan diperlukan dana bagi kelangsungan pembangunan tersebut. Sehingga dana merupakan pendorong yang begitu besar pengaruhnya untuk kemajuan dalam segala aspek bidang-bidang dalam keseluruhan hidup berbangsa dan bernegara. Begitu pula bagi pelaku usaha, baik perorangan ataupun badan usaha, dalam melaksanakan pembangunan, atau kegiatan usaha akan memerlukan dana yang tidak sedikit, dalam artinya jumlahnya melebihi dana maupun modal yang dimilikinya. Salah satu upaya untuk modal atau dana tersebut adalah melalui fasilitas kredit perbankan. Jadi, patutlah untuk dapat memahami bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit, bagaimana upaya-upaya yang dilakukan dalam pencairan kredit, serta bagaimana penyelesaian jaminan kredit apabila debitur wanprestasi dengan jaminan deposito.
Penelitian ini menggunakan pendekatan secara yuridis normatif yang dikemukakan Soerjono Soekamto, merupakan studi penelitian yang menekankan pada ilmu hukum dan berusaha menelaah kaidah-kaidah hukum dan norma yang berlaku ditengah-tengah masyarakat.
ABSTRAK Zaini Hafiz Hsb* Hasim Purba, SH, M. HUm* Puspa Melati, SH, M. Hum**
Pada umumnya kegiatan ekonomi di Indonesia berkaitan dengan umum dengan dana, artinya setiap pelaksanaan pembangunan diperlukan dana bagi kelangsungan pembangunan tersebut. Sehingga dana merupakan pendorong yang begitu besar pengaruhnya untuk kemajuan dalam segala aspek bidang-bidang dalam keseluruhan hidup berbangsa dan bernegara. Begitu pula bagi pelaku usaha, baik perorangan ataupun badan usaha, dalam melaksanakan pembangunan, atau kegiatan usaha akan memerlukan dana yang tidak sedikit, dalam artinya jumlahnya melebihi dana maupun modal yang dimilikinya. Salah satu upaya untuk modal atau dana tersebut adalah melalui fasilitas kredit perbankan. Jadi, patutlah untuk dapat memahami bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit, bagaimana upaya-upaya yang dilakukan dalam pencairan kredit, serta bagaimana penyelesaian jaminan kredit apabila debitur wanprestasi dengan jaminan deposito.
Penelitian ini menggunakan pendekatan secara yuridis normatif yang dikemukakan Soerjono Soekamto, merupakan studi penelitian yang menekankan pada ilmu hukum dan berusaha menelaah kaidah-kaidah hukum dan norma yang berlaku ditengah-tengah masyarakat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan dalam dunia perekonomian nasional memberikan banyak dampak yang
begitu fenomenal dan alternatif dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Pembangunan yang
berkesinambungan ini dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan
pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan dan keseimbangan
berbagai unsur pembangunan, termasuk di bidang ekonomi dan keuangan.
Di Indonesia sendiri pembangunan dilaksanakan di segala aspek kehidupan, namun
pembangunan ekonomi merupakan pendorong yang sangat besar untuk kemajuan dalam
bidang-bidang lain dalam keseluruhan hidup bangsa dan negara.
Pembangunan ekonomi tersebut berkaitan erat dengan dana, artinya setiap melaksanakan
pembangunan diperlukan dana bagi kelangsungan pembangunan tersebut. Begitu pula bagi
pelaku usaha, baik perseorangan ataupun badan usaha, dalam melaksanakan pembangunan, atau
kegiatan usaha akan memerlukan dana yang tidak sedikit, dalam arti jumlahnya melebihi dana
yang dimilikinya.
Menurut Remy Sjahdeini, dana merupakan ‘darah’ bagi pelaku usaha dalam melakukan
akan ‘mati’ tanpa dana.1
Adapun dalam hal ini yang dimaksud dengan pihak yang meminjam dana adalah debitur
dan yang memberikan pinjaman dana disebut kreditor, sedangkan fasilitas pinjaman uang dengan
pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang
diizinkan oleh Bank atau badan lain disebut kredit.
Dana untuk usaha mula-mula berasal dari modal (equity) perusahaan/
perseorangan pelaku usaha itu sendiri, dan karena tidak mencukupi maka perlu dicarikan
penambahan dana, antara lain dengan cara memperoleh pinjaman atau utang (loan).
2
Salah satu upaya untuk memperoleh modal adalah melalui fasilitas kredit perbankan.
Dalam kegiatan pemberian kredit terdapat unsur dasar berupa kepercayaan, dimana Bank sebagai
pemberi kredit harus percaya bahwa penerima kredit dapat mengembalikan pinjaman yang
menjadi utangnya.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan memberikan panduan agar
bank dalam melaksanakan pemberian kredit senantiasa mendasarkan pada keyakinan bahwa
debitur mampu mengembalikan kredit yang diperolehnya pada waktu yang telah diperjanjikan.
Dengan perkataan lain kredit yang diberikan terjamin pengembaliannya.
Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum bank memberikan persetujuan atas
kredit yang diminta, perlu dilakukan penilaian cermat terhadap watak, kemampuan, modal,
agunan dan prospek usaha debitor, setelah memperoleh keyakinan tersebut pihak bank dengan
debitor mengadakan kesepakatan tertulis yaitu perjanjian kredit.
1
Sutan Remy Sjahdeini, “Hak Jaminan dan Kepailitan,” dalam Transaksi Berjamin (Secured Transaction)
Hak Tanggungan dan Jaminan Fiducia dikumpulkan oleh Arie S.Hutagalung, UI, Jakarta 2006, hal 641 2
Pelaksanaan pemberian kredit dari Bank kreditur kepada deblitur dilakukan dengan
mengadakan perjanjian. Perjanjian kredit tersebut terdiri dari perjanjian pokok, yaitu perjanjian
utang piutang antara bank kreditur dengan yang lazimnya diikuti dengan perjanjian tambahan
berupa pemberian jaminan oleh pihak deblitur kepada pihak bank kreditur. Pengikatan jaminan
merupakan bentuk pengamanan kredit dalam praktek perbankan.
Dalam praktek, walaupun sudah ada jaminan yang bersifat umum masih diperlukan
jaminan yang bersifat khusus baik yang bersifat kebendaan seperti hipotek, creditverband, gadai,
fidusia, maupun yang bersifat perorangan contohnya borgtocht (perjanjian penanggungan).
Dewasa ini, sebagian besar lembaga perbankan sangat berhati-hati didalam mengucurkan
kreditnya. Salah satu faktor yang paling mendasar sehingga perbankan sulit mengucurkan kredit
saat ini, tak lain adalah faktor psikologis dari kalangan perbankan itu sendiri. Trauma kredit
macet dan tuduhan terhadap skandal kredit menjadi begitu berpengaruh terhadap pengucuran
kredit, di samping saat ini dianggap belum pulihnya kondisi sektor riil, meskipun secara
likuiditas dan faktor rasio keuangan perbankan cukup memungkinkan.
Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini, kebutuhan masyarakat dalam memperoleh
fasilitas kredit cukup banyak untuk mendapatkan modal dalam pengembangan usahanya. Dalam
hal ini, bank menawarkan pemberian kredit dengan jaminan Deposito. Deposito adalah nama
yang diberikan pada simpanan dibank yang lazim dilekatkan pada persyaratan jangka waktu
penyimpanan.3
Deposito itu sendiri dapat berupa sertifikat deposito dan bilyet deposito (deposito
berjangka) deposito sekarang ini sangat banyak diminati oleh masyarakat karena sebagian besar
3
pengusaha yang sering kelebihan uang tunai dalam praktek lebih suka menyimpan uangnya
dalam deposito daripada menyimpan uangnya dalam almari besi, karena dalam deposito akan
memperoleh bunga juga lebih aman.
B. Permasalahan
Dari uraian diatas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan deposito pada PT Bank
Danamon Indonesia Tbk Cabang Medan?
2. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh PT Bank Danamon Indonesia
Cabang Medan dalam pencairan kredit dengan jaminan deposito ?
3. Bagaimana penyelesaian terhadap deposito sebagai jaminan kredit apabila debitur
wanprestasi pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang Medan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan deposito pada
PT Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang Medan.
2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh PT Bank Danamon
Indonesia Tbk Cabang Medan dalam pencairan kredit dengan jaminan deposito.
3. Untuk mengetahui penyelesaian terhadap deposito sebagai jaminan kredit apabila
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah manfaat yang didapatkan dari suatu penelitian, kontribusi yang
diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Kegunaan secara teoritis
Dalam penelitian ini, penulis berharap hasilnya mampu memberikan sumbangan bagi
ilmu hukum khususnya hukum perjanjian kredit dengan jaminan deposito.
2. Kegunaan secara praktis
Selain kegunaan secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini juga mampu memberikan
sumbangan secara praktis, yaitu :
a. Memberikan sumbangan kepada semua pihak yang terkait dalam pelaksanan perjanjian
kredit dengan jaminan deposito di PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
b. Memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya perlindungan hukum terhadap kreditur
selaku pemegang jaminan deposito apabila debitur wanprestasi pada PT Bank Danamon
Indonesia Tbk.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan perpustakaan Universitas Sumatera Utara
Pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk) belum pernah ada di perpustakaan Universitas Sumatera
Utara, maka diketahui bahwa belum ada penelitian yang serupa dengan apa yang menjadi bidang
dan ruang lingkup peneltian ini.
Oleh karena itu, penulis berkeyakinan bahwa penelitian yang penulis lakukan ini jelas
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, karena senantiasa memperhatikan
ketentuan-ketentuan atau etika penelitian yang harus dijunjung tinggi bagi peneliti atau akademisi.
F. Metode Penelitian
1. Metode pendekatan
Di dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan yuridis
sosiologis, yaitu penelitian yang menekankan pada ilmu hukum dan berusaha menelaah
kaidah-kaidah hukum yang berlaku dalam masyarakat.4
2. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian deskriptif
analitis. Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas
tentang permasalahan yang ada pada masyarakat yang kemudian dikaitkan dengan
ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan hukum yang berlaku, sehingga akhirnya dapat diperoleh
simpulan.
3. Teknik Pengumpulan Data 4
Dalam pengumpulan data diusahakan sebanyak mungkin data yang diperoleh guna
penyusunan penulisan hukum lebih lanjut yang meliputi :
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan dengan cara
wawancara bebas kepada ;
− Bapak Iswahyudi Arffan D, jabatan sebagai Account Offier (AO) di PT Bank
Danamon Tbk Cabang Medan.
− Bapak Muhammad Zeini, jabatan sebagai Legal di PT Bank Danamon Indonesia
Tbk Cabang Medan
− Bapak Khoiruddin, jabatan sebagai Relation Manager (RM) di PT Bank Danamon
Indonesia Cabang Medan.
b. Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan guna mendapatkan
landasan teoretis terhadap pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan deposito. Disamping
itu, tidak menutup kemungkinan diperoleh bahan hukum lain, dimana pengumpulan bahan
hukumnya dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, serta menelaah data yang terdapat
dalam buku, literatur, tulisan-tulisan ilmiah, dokumen-dokumen hukum dan peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan objek penelitian. Bahan-bahan hukum tersebut
berupa:
(a) Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(b) Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan
hukum primer antara lain buku, tulisan ilmiah, hasil penelitian ilmiah, laporan makalah lain
yang berkaitan dengan materi penelitian.
3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri atas:
(a) Kamus Hukum
(b) Kamus Umum Bahasa Indonesia
4. Metode Analisis Data
Data yang telah diperoleh dari penelitian lapangan akan dihubungkan dengan studi
kepustakaan. Kemudian data tersebut dianalisis secara logis dan disusun dengan menggunakan
metode kualitatif, yaitu apa yang dinyatakan oleh informan secara tertulis maupun lisan diteliti
dan dipelajari kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif yang tersusun dalam kalimat yang
sistematis.
G. Sistematika Penelitian
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan membagi menjadi 5 bab, dengan sistematika
sebagai berikut:
Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode
Penelitian, Keaslian Penelitian, Sistematika Penelitian
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN
KREDIT
Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Jaminan Kredit, Jenis-jenis Jaminan,
Pengertian Deposito, Jenis-jenis Deposito, Deposito Sebagai Jaminan Kredit
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT OLEH BANK
DENGAN JAMINAN DEPOSITO
Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Kredit, Prinsip-prinsip Dalam Pemberian
Kredit, Jenis-jenis Kredit
BAB IV ASPEK HUKUM DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT PADA
BANK (STUDI PADA PT Bank Danamon Indonesia Tbk)
Gambaran Umum PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Pelaksanaan Perjanjian
Kredit Dengan Jaminan Deposito Pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk,
Upaya-upaya Yang Dilakukan Oleh Bank Dalam Pencairan Kredit Dengan Jaminan
Deposito, Penyelesaian Terhadap Deposito Sebagai Jaminan Kredit Apabila
Debitur Wanprestasi Pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT
A. Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Jaminan Kredit
Sehubungan dengan pengertian hukum jaminan, tidak banyak literatur yang merumuskan
pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum
yang mengatur tentang jaminan-jaminan piutang seorang kreditur terhadap seorang debitur.
Ringkasnya hukum jaminan adalah hukum yang mengatur tentang jaminan piutang seseorang.5
Menurut M. Bahsan, hukum jaminan merupakan himpunan ketentuan yang mengatur atau
berkaitan dengan penjaminan dalam rangka utang piutang (pinjaman uang) yang terdapat dalam
berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini.
Definisi ini difokuskan pada pengaturan pada hak-hak kreditur semata-mata, tetapi juga erat
kaitannya dengan debitur. Sedangkan yang menjadi objek kajiannya adalah benda jaminan.
6
Sementara itu, Salim HS memberikan perumusan hukum jaminan adalah keseluruhan
kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan antara pemberi dan penerima jaminan dalam
kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit.7
Dari pendapat-pendapat perumusan pengertian hukum jaminan di atas dapat disimpulkan
inti dari hukum jaminan adalah ketentuan hukum yang mengatur hubungan hukum antara
5
J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2007, hal. 3 6
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008, hal. 3.
7
pemberi jaminan atau debitur dengan penerima jaminan atau kreditur sebagai pembebanan suatu
utang tertentu atau kredit dengan suatu jaminan (benda atau orang tertentu).
Berdasarkan pengertian di atas, unsur-unsur yang terkandung di dalam perumusan hukum
jaminan, yakni sebagai berikut:
1. Serangkaian ketentuan hukum, baik yang bersumberkan kepada ketentuan hukum yang
tertulis dan ketentuan hukum yang tidak tertulis. Ketentuan hukum jaminan yang tertulis
adalah ketentuan hukum yang berasal dari peraturan perundang-undangan, termasuk
yurisprudensi, baik itu berupa peraturan yang original (asli) maupun peraturan yang
derivatif (turunan). Adapun ketentuan hukum jaminan yang tidak tertulis adalah
ketentuan hukum yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan
pembebanan utang suatu jaminan.
2. Ketentuan hukum jaminan tersebut mengatur mengenai hubungan hukum antara pemberi
jaminan (debitur) dan penerima jaminan (kreditur). Pemberi jaminan yaitu pihak yang
berutang dalam suatu hubungan utang-piutang tertentu, yang menyerahkan suatu
kebendaan tertentu sebagai (benda) jaminan kepada penerima jaminan (kreditur).
3. Adanya jaminan yang diserahkan oleh debitur kepada kreditur.
4. Pemberian jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan dimaksudkan sebagai jaminan
(tanggungan) bagi pelunasan utang tertentu.
Ketentuan hukum jaminan kredit dapat dijumpai dalam Buku II Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mengatur mengenai Hukum Kebendaan. Dilihat dari sistematika Kitab
Hukum Kebendaan, sebab dalam Buku II Kitab Undang - Undang Hukum Perdata diatur
mengenai pengertian, cara membedakan benda dan hak-hak kebendaan, baik yang memberikan
kenikmatan dan jaminan.
Ketentuan dalam pasal-pasal Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
mengatur mengenai lembaga dan ketentuan hak jaminan dimulai dari Titel Kesembilan Belas
sampai dengan Titel Dua Puluh Satu, Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1232.
Dasar hukum jaminan dalam pemberian kredit adalah Pasal 8 ayat (1) UU No. 10 Tahun
1998 yang menyatakan bahwa: “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas
itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau
mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.”
Jaminan pemberian kredit menurut Pasal 8 ayat (1) adalah bahwa keyakinan atas
kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang
diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus
melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek
usaha dari nasabah debitur.
Jadi, untuk mengurangi resiko pada jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas
kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang
Untuk memperoleh keyakinan tersebut sebelum memberikan kredit bank harus
melakukan penilaian yang seksama tehadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek
usaha dari debitur.
B. Jenis-jenis Jaminan
Jaminan kredit yang diatur secara khusus dalam praktik dunia perbankan terdiri dari:8
1. Jaminan perorangan
2. Jaminan kebendaan
Penjabaran jaminan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Jaminan Perorangan
Jaminan perorangan dalam Pasal 1820 KUHPerdata disebut sebagai penanggungan utang.
Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa jaminan perorangan adalah suatu perjanjian dengan
mana pihak ketiga, guna kepentingan pihak si berpiutang (kreditur), mengikatkan diri untuk
memenuhi perikatan si berutang manakala orang tersebut tidak memenuhinya. Pelaksanaan
perjanjian selalu dibuat oleh pihak ketiga yang menjamin terpenuhnya kewajiban membayar
kredit tersebut, baik diketahui maupun tidak diketahui oleh debitur.
Dengan adanya pihak ketiga sebagai penjamin, apabila debitur tidak dapat melaksanakan
kewajibannya, maka pihak ketiga inilah yang akan melaksanakan kewajibannya. Perlindungan
hak terhadap pihak ketiga dalam menjalankan kewajibannya. Perlindungan hak terhadap pihak
8
ketiga dalam menjalankan kewajibannya tidak terlepas dari ketentuan Pasal 1831 yang berbunyi :
“Si penanggung (pihak ketiga) tidaklah wajib membayar kepada si berpiutang selain jika si
berutang lalai, sedangkan benda-benda si berutang ini harus lebih dulu disita dan dijual untuk
melunasi utangnya.”
Dalam praktiknya, bank tetap meminta pihak ketiga untuk melepas hak tersebut.
Sehingga apabila debitur wanprestasi, bank dapat segera melakukan penagihan langsung kepada
pihak ketiga. Tujuan pelepasan hak tersebut agar pihak bank lebih mudah mendapatkan hak
pembayaran kreditnya. Bank juga mengantisipasi kendala penarikan pembayaran yang bisa jadi
karena harta benda yang dimiliki debitur tidak marketable seperti yang diharapkan.
2. Jaminan Kebendaan
Mengingat Pasal 8 UU Perbankan, yang berbunyi :
a. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum
wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan
kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau
mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.
b. Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
Keyakinan menurut pasal tersebut sudah merupakan jaminan bagi bank untuk
memberikan kredit kepada nasabah debiturnya. Namun, pada peraturan kredit perbankan,
jaminan kebendaan merupakan berupa jaminan tambahan yang disebut sebagai agunan. Jadi
Jaminan pokok merupakan keyakinan, sedangkan jaminan tambahan adalah sesuatu yang dapat
menguatkan keyakinan bank, yaitu agunan. Mengenai agunan sebagai jaminan tambahan, secara
tegas diungkapkan dalam Pasal 1 angka 23, yang berbunyi: “Agunan adalah jaminan tambahan
yang diserahkan Nasabah Debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah.”
Dengan demikian jelas bahwa yang dimaksud dengan agunan atau jaminan kebendaan
merupakan jaminan tambahan. Jaminan tambahan tersebut sebagaimana dimuat dalam
penjelasan Pasal 8 UU Perbankan disebutkan bahwa agunan dapat hanya berupa barang, proyek,
atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Tanah yang kepemilikannya
didasarkan pada hukum adat yaitu tanah yang bukti kepemilikannya berupa girik, petuk, dan
lain-lain yang sejenis dapat juga digunakan sebagai agunan. Bank tidak wajib meminta agunan
barang yang berkaitan langsung dengan objek yang di biayai, yang lazim dikenal dengan agunan
tambahan.
C. Pengertian Deposito
Deposito merupakan salah satu sarana bagi nasabah untuk melakukan investasi dalam
bentuk surat berharga. Pengertian deposito menurut Simorangkir9
“Deposito adalah setiap jumlah uang yang dapat disetor oleh seseorang debitur atau penyewa sebagai uang panjar atau uang muka, baik telah dikredit maupun akan dikredit kepadanya atas nama deposito atau uang muka, baik jumlah tersebut akan telah dibayar kepada kreditur atau pemilik atau seseorang lainnya, atau akan telah dilunaskan melalui pembayaran uang atau transfer atau melalui penyerahan barang-barang atau dengan cara lain”.
berpendapat bahwa:
9
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, Pasal 1 ayat 7 yang memberikan
pengertian deposito adalah sebagai berikut: “Deposito adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan
bank”.
Sedangkan menurut Thomas Suyatno10, pengertian deposito adalah: “Simpanan pihak
ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam waktu tertentu menurut
perjanjian pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan”.
D. Jenis-jenis Deposito
OP.Simorangkir dalam bukunya “Seluk Beluk Bank Komersial”, membagi deposito
beberapa jenis, yaitu :11
1. Deposito Berjangka (time deposit)
Adalah simpanan uang milik pribadi yang penarikannya dilakukan setelah jangka
waktu tertentu. Jangka waktu deposito umumnya adalah 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, atau
12 bulan.
Apabila waktu yang ditentukan itu habis, maka deposan dapat mengambil langkah
langkah :
− Menarik simpanan deposito berjangka itu dari bank atau,
10
Suyatmo, Thomas, Drs, dkk, Kelembagaan Perbankan, Gramedia Jakarta, 1989, hal. 36. 11
OP. Simorangkir dalam Hartono Hadisoeprapto , Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan,
− Memperpanjang simpanan deposito berjangka itu dengan suatu periode tertentu
yang diinginkan.
2. Deposito On Call
Adalah simpanan uang milik pribadi yang penarikannya dilakukan sesuai dengan
kebutuhan pihak deposan dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada pihak bank.
Pemberitahuan itu dilakukan tergantung kepada perjanjian yang diadakan antara pihak
deposan dengan pihak banknya.
Apabila waktu yang ditentukan itu sudah habis, maka deposan dapat mengambil
langkah-langkah:
a. Menarik simpanan deposito berjangka itu dari bank, atau;
b. Memperpanjang simpanan deposito berjangka itu dengan jangka waktu yang
digunakan.
Adanya penerimaan deposito sebagai jaminan kredit dilandaskan pada Instruksi
Presiden Nomor 28 tahun 1968, tentang Deposito yang ada kaitannya dengan perkreditan
pada angka 3 sub a yang menyatakan: “…berpegang pada pertimbangan tersebut diatas
maka perlu diadakan penyesuaian tentang ketentuan mengenai seseorang yang
memperoleh kredit dan mempunyai deposito, dimana Deposito Berjangka yang
bersangkutan dijadikan jaminan kredit.”
Fasilitas kredit dengan jaminan deposito dapat diberikan kepada debitur yang
telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang telahdisyaratkan oleh pihak bank dalam
3. Demand Deposito (rekening koran giro), penyimpan dapat menyimpan/menarik
dananyapada / dari bank setiap saat dikehendaki.
4. Deposito Automatic Roll-Over, yaitu uang deposan secara otomatis diperhitungkan
bunganya, begitu deposito habis jangka waktunya.
Uang deposan akan terus diberi bunga seandainya deposan lupa
menarik deposito yang sudah jatuh tempo.
5. Sertifikat Deposito, yaitu simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti
penyimpanannya dapat dipindah tangankan.
E. Deposito Sebagai Jaminan Kredit
Apabila deposito akan dijadikan sebagai jaminan kredit, maka yang harus diminta dan
disimpan oleh bank adalah bilyet giro tersebut, baik untuk deposito berjangka maupun untuk
sertifikat deposito. Kemudian, atas deposito tersebut harus diperiksa keaslian, legalitas, serta
kebenaran dari isi bilyet deposito tersebut.
Setiap simpanan uang pada bank yang berupa deposito pada umumnya deposan akan
menerima bilyet deposito (asli). Isi dari biyet deposito antara lain:
− Nama dan alamat jelas deposan
− Jumlah nominal setoran(dinyatakan dengan jumlah nilai uang)
− Jangka waktu simpanan dan kapan deposito berjangka itu jatuh tempo atau habis waktu
dari periode yang dinginkan.
Isi serta bentuk formulir blanko deposito ditetapkan oleh Bank Indenesia, tetapi
kemudian Bank bank pemerintah lainnya diijinkan oleh Bank Indonesia untuk mencetak sendiri
sesuai dengan bentuk standar yang telah ditentukan. Pada saat deposito berjangka itu jatuh tempo
atau habis waktumya dan oleh deposan dananya akan ditarik dari bank, maka dapat dilakukan
dengan cara menukar bilyet deposito (asli) dengan uang tunai atau memindah bukukan kedalam
rekening koran yang bersangkutan. Dengan demikian, bilyet deposito (asli) yang dipegang itu
diserahkan kembali kepada bank.
Ada beberapa cara untu mengetahui dan mengamankan suatu deposito yang akan
dijadikan jaminan, antara lain adalah:
1) Apabila bank penerbit deposito tersebut berbeda dengan bank pemberian kredit, maka :
a) Pemilik deposito memberikan surat kuasa kepada bank pemberi kredit untuk
memblokir/mencairkan deposito pada bank penerbit deposito tersebut.
b) Atas dasar surat kuasa tersebut bank pemberi kredit membuat surat permintaan
pemblokiran atas deposito yang bersangkutan, dimana sebagai tanda
sepengetahuan dan persetujuannya, maka bank penerbit deposito tersebut
membubuhkan tanda tangannya pada surat permintaan pemblokiran deposito tadi.
2) Apabila bank penerbit deposito tersebut dan pemberi kredit adalah bank yang sama, maka
:
a) Pemilik deposito memberikan surat kuasa pada bank pemberi kredit untuk
b) Atas dasar surat kuasa tersebut bank yang bersangkutan melakukan pengecekan
keaslian dan kebenaran serta pemblokiran atas deposito tersebut.
Setiap kegiatan selalu diawali oleh adanya tujuan. Demikian juga halnya gerakan
deposito yang dicetuskan sejak bulan desember 1968 yang lalu, juga mempunyai suatu tujuan
tertentu pula. Pada umumnya Deposito berjangka jika ditinjau dari segi bank , maka aktivitasnya
adalah merupakan salah satu kegiatan bank untuk mengumpulkan dana (uang) yang berlebih,
yang tidak dikonsimir, yang terdapat didalam masyarakat. Dana yang dapat dikumpulkan ini
sangat diperlukan oleh bank dalam menunjang kegiatan pokoknya yang berupa pemberian kredit
kepada masyarakat.
Kadang kadang bank pemberi kredit mewajibkan debitur atau nasabahnya membuka
deposito pada bank mereka, yang dipergunakan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan.
Bilamana pemilik deposito menarik kembali simpanannya sebelum tanggal jatuh tempo harus
membayar denda. Jika deposito berjangka ini ditinjau dari segi dana yang terdapat di dalam suatu
negara, maka tujuan utamanya adalah untuk lebih memanfaatkan perkreditan serta dana dana
dari masyarakat untuk mensukseskan pelaksanaan stabilitas dan pembangunan ekonomi. Di
dalam tujuan ini ditentukan bahwa dana bahwa dana dana itu hendaknya berasal dari kalangan
masyarakat. Para deposan yang telah menyisihkan sebagian dananya untuk dimasukkan kedalam
Deposito Berjangka ini berarti telah mengorbankan pemakaian dana itu untuk tujuan lain. Atas
pengorbanan itu, bank memberikan balas jasa kepada deposan dalam bentuk bunga deposito
berjangka.
Dari uraian tersebut di atas, untuk terjadinya deposito mutlak adanya 2 (dua) pihak yaitu
sama, saling percaya mempercayai antar deposan disatu pihak dan depositaris di pihak lain
dalam soal keuangan. Deposan mempercayai depositaris oleh karena yakin bahwa uang yang
disimpan itu akan dapat di ambil kembali dengan menghasilkan bunga setiap bulannya, untuk
jangka waktu yang tertentu yang diinginkannya, sedangkan depositaris menerima uang simpanan
yang akan dapat digunakan untuk hal hal yang bermanfaat dalam pembangunan, untuk usaha
usaha yang produktif serta untuk meningkatkan usaha pokok perbankan khusus dalam bidang
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT OLEH BANK DENGAN JAMINAN DEPOSITO
A. Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Kredit
Pengertian kredit itu sendiri mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai dari arti
kata “Kredit” yang berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti “Kepercayaan” atau
dalam bahasa Latin “Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran.12
Menurut O.P. Simorangkir, bahwa kredit adalah pemberian prestasi (misal uang, barang)
dengan balas prestasi (kontra prestasi) akan terjadi pada waktu mendatang. Dewasa ini,
kehidupan ekonomi modern sekarang ini adalah prestasi uang. Kredit berfungsi koperatif antara
si pemberi kredit (kreditur) dan penerima kredit (debitur), mereka menarik keuntungan dan
saling menanggung resiko. Singkatnya, kredit dalam arti luas didasarkan atas
komponen-komponen kepercayaan, resiko, dan pertukaran ekonomi pada masa-masa mendatang.13
Sedangkan dari sudut ekonomi, kredit diartikan sebagai penyediaan uang atau tagihan.
Menurut Pasal 1 angka (11) UU No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan (UU Perbankan) kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
12
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta, Salemba Empat, 2006, hal. 53
13
Berdasarkan dari pengertian-pengertian tersebut diatas maka terdapat 4 (empat) yang
menjadi unsur-unsur pokok kredit, yaitu;14
− Kepercayaan
Berarti bahwa setiap pelepasan kredit dilandasi dengan adanya keyakinan oleh bank
bahwa kredit tersebut akan dapat dibayar kembali oleh debiturnya sesuai dengan jangka
waktu yang telah diperjanjikan.
− Waktu
Disini berarti bahwa antara pelepasan kredit oleh bank dan pembayaran kembali oleh
debitur tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan, tetapi dipisahkan oleh tenggang
waktu.
− Risiko
Disini berarti bahwa setiap pelepasan kredit jenis apapun akan terkandung risiko
didalamnya, yaitu risiko yang terkandung dalam jangka waktu antara pelepasan kredit
dan pembayaran kembali. Hal ini berarti semakin panjang waktu kredit maka semakin
tinggi resiko kredit tersebut.
− Prestasi
Disini berarti bahwa setiap kesepakatan kredit terjadi antara bank dan debiturnya
mengenal suatu pemberian kredit, maka pada saat itu pula akan terjadi suatu prestasi dan
kontra prestasi.
14
Pemberian kredit pada umumnya sudah menjadi fungsi utama bank-bank, sebagaimana
disyaratkan pada Pasal 3 UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 10 Tahun 1998 bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai
penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
Kemudian yang dimaksud dengan Perjanjian Kredit adalah perjanjian pemberian kredit
antara pemberi kredit dan penerima kredit. Setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati
antara pemberi kredit dan penerima kredit wajib dituangkan dalam bentuk perjanjian kredit.
Pasal 1313 KUHPerdata menyebutkan perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
Dari perjanjian tersebut timbul suatu hubungan hukum antara dua pihak pembuatnya
yang dinamakan perikatan. Hubungan hukum yaitu hubungan yang menimbulkan akibat hukum
yang dijamin oleh hukum atau undang-undang. Apabila salah satu pihak tidak memenuhi hak
dan kewajiban secara sukarela maka salah satu pihak dapat menuntut melalui pengadilan.
Sedangkan perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak:
pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lain
berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Pihak yang menuntut sesuatu disebut kreditor
sedangkan pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan disebut debitor.
Sebetulnya, istilah perjanjian kredit tidak dikenal di dalam UU Perbankan. Namun, bila
ditelaah lebih lanjut mengenai pengertian kredit dalam UU Perbankan, tercantum kata-kata
Kata-kata tersebut menegaskan bahwa hubungan kredit adalah hubungan kontraktual
(hubungan yang berdasar pada perjanjian) yang berbentuk pinjam-meminjam. Perjanjian kredit
itu sendiri mengacu pada perjanjian pinjam-meminjam.
Di sisi lain, walaupun perjanjian kredit berakar dari perjanjian pinjam-meminjam tetapi ia
berbeda dengan perjanjian pinjam-meminjan seperti tercantum dalam KUHPer. Pasal 1754
KUHPerdata Perjanjian pinjam-meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena
pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang
sama dari macam dan keadaan yang sama pula.
Karena perjanjian kredit elemen pembentuknya adalah perjanjian pada umumnya, oleh
karenannya syarat sah perjanjian tersebut sama halnya dengan syarat sah perjanjian Pasal 1320
KUHPerdata yang menentukan 4 syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu:
Unsur Subjektif
1. Sepakat;
Dalam kontrak adalah “perasaan rela atau ikhlas” diantara pihak pihak yang terlibat
dalam perjanjian tersebut. Selanjutnya kesepakatan dinyatakan tidak ada bila adanya suatu
penipuan, kesalahan, paksaan, dan penyalahgunaan keadaan.
2. Kecakapan;
Berarti orang orang yang terlibat dalam perjanjian tersebut adalah orang yang oleh
hukum dapat dianggap subjek hukum, yang tidak cakap oleh hukum adalah orang yang belum
dewasa, orang yang ditempatkan dalam pengawasan / pengampuan, orang yang sakit
Unsur Objektif
1. Suatu hal tertentu:
Artinya dalam membuat perjanjian, apa yang diperjanjikan harus jelas sehingga hak dan
kewajiban para pihak bisa ditetapkan;
2. Suatu sebab yang halal.
Berarti perjanjian tersebut tidak boleh bertentangan dengan Undang – Undang lainnya,
ketertiban umum, dan kesusilaan.
Pelanggaran terhadap Unsur Subjektif berarti perjanjian tersebut dapat diminta untuk
dibatalkan melalui upaya hukum dengan cara mengajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri.
Pelanggaran terhadap Unsur Objektif berarti Perjanjian tersebut secara hukum batal dengan
sendirinya (batal demi hukum), dan oleh karenanya perjanjian tersebut tidak mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat dan memaksa.
Pihak-pihak dalam perjanjian kredit antara lain :
1. Pemberi Kredit atau kreditur adalah bank atau lembaga pembiayaan lain selain bank
misalnya perusahaan leasing;
2. Penerima Kredit atau debitur, yaitu pihak yang bertindak sebagai subyek hukum.
Adapun yang menjadi fungsi perjanjian kredit, yaitu :
1. Sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal
atau tidak batalnya perjanjian lain yang mengikutinya, misalnya perjanjian pengikatan
jaminan;
2. Sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban di antara kreditur dan debitur;
Akibat hukum dari lahirnya suatu perjanjian kredit tidak ubahnya dengan akibat hukum
terhadap lahirnya suatu perjanjian pada umumnya. secara umum hal ini menimbulkan suatu
perikatan dalam bentuk hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut tidak lain adalah
hubungan timbal balik dari para pihak pada perjanjian tersebut. Dengan kata lain akibat hukum
dari perjanjian Kredit tersebut adalah hal yang mengikat dan memaksa terhadap pelaksanaan
perjanjian kredit tersebut.
B. Prinsip-prinsip Dalam Pemberian Kredit
Pemberian kredit yang diberikan oleh pihak lembaga atau bank harus melalui
persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dengan tujuan untuk menjaga kredit yang diberikan agar
mengurangi risiko kredit bermasalah.
Menurut Rahmat Firdaus. Prinsip-prinsip pemberian kredit adalah sebagai berikut:15
1) Character (watak / kepribadian)
Character (watak/kepribadian) yaitu bank harus yakin bahwa calon peminjam termasuk
orang yang berwatak baik dan dibuktikan dengan tingkah laku yang baik, selalu memegang
teguh dan sebagainya.
Maksud dari pada prinsip Character adalah merupakan data tentang kepribadian dari
calon pelanggan seperti sifat-sifat pribadi, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar
belakang keluarga maupun hobinya. Character ini untuk mengetahui apakah nantinya calon
nasabah ini jujur berusaha untuk memenuhi kewajibannya dengan kata lain ini merupakan
willingness to pay.
15
2) Capacity (kemampuan)
Capacity (kemampuan) yaitu bank harus yakin bahwa calon peminjam mampu
menjalankan usahanya dengan baik atau mampu memdapatkan uang untuk sumber pelunasan
utangnya.
Merupakan suatu prinsi dengan melihat kemampuan calon nasabah dalam mengelola
usahanya yang dapat dilihat dari pendidikannya, pengalaman mengelola usaha (business record)
nya, sejarah perusahaan yang pernah dikelola (pernah mengalami masa sulit apa tidak,
bagaimana mengatasi kesulitan). Capacity ini merupakan ukuran dari ability to play atau
kemampuan dalam membayar.
3) Capital (modal)
Capital ( modal) yaitu bank harus mengetahui beberapa banyak modal yang telah dimiliki
oleh calon peminjam, sehingga tidak seluruhnya mengandalkan pinjaman dari bank.
Hal ini dimaksudkan dengan melihat kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan
yang dikelolanya. Hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan rugi-laba, struktur permodalan,
ratio-ratio keuntungan yang diperoleh seperti return on equity, return on investment. Dari kondisi di
atas bisa dinilai apakah layak calon pelanggan diberi pembiayaan, dan beberapa besar plafon
pembiayaan yang layak diberikan.
Condition of Economy (kondisi ekonomi) yaitu bank harus yakin bahwa kondisi ekonomi
akan menunjang sekurang-kurangnya tidak menghambat kelancaran usaha yang akan dijalankan
oleh calon peminjam.
Bahwa berdasarkan hal diatas pembiayaan yang diberikan juga perlu
mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Ada
suatu usaha yang sangat tergantung dari kondisi perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan
kondisi ekonomi dengan usaha calon pelanggan.
5) Collateral (jaminan atau agunan).
Collateral (jaminan/agunan) yaitu jaminan atau agunan apa yang dapat diberikan calon
peminjam untuk tambahan pengamanan bagi bank atau kredit yang akan dilepas.
Collateral adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon pelanggan
benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Collateral ini diperhitungkan paling akhir,
artinya bilamana masih ada suatu kesangsian dalam pertimbangan-pertimbangan yang lain, maka
bisa menilai harta yang mungkin bisa dijadikan jaminan.
C. Jenis-jenis Kredit
Kredit oleh bank atau lembaga keuangan lainnya di berikan kepada orang dan lembaga
yang memerlukannya di bedakan dalam beberapa jenis kredit. Pembedaan jenis-jenis kredit
sangat diperlukan dalam rangka setting kredit yang akan dilakukan oleh bank.
Terdapat banyak jenis kredit yang di berikan oleh bank umum dan bank perkreditan
1. Dilihat Dari Segi Tujuan Pegunaannya
a. Kredit Produktif
Kredit produktif yaitu kredit yang diberikan kepada usaha-usaha yang menghasilkan
barang dan jasa sebagai konstribusi dari usaha-usahanya. Untuk kredit jenis ini terdapat 2 (dua)
jenis kredit, yaitu:
• Kredit investasi
Yaitu kredit yang diberikan untuk pengadaan barang modal maupun jasa yang
dimaksudkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa bagi usaha yang
bersangkutan. Kredit ini diberikan kepada perusahaan yang baru akan berdiri untuk
keperluan membangun pabrik baru.
• Kredit modal kerja
Yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai kebutuhan usaha, termasuk guna
menutupi biaya produksi dalam rangka peningkatan produksi atau penjualan. Kredit
ini diberikan kepada perusahaan yang telah berdiri, namun membutuhkan dana untuk
meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Misalnya dalam hal membayar gaji
pegawai atau unutk membeli bahan baku.
b. Kredit Konsumtif
Adalah kredit yang diberikan kepada orang perorangan untuk memenuhi kebutuhan
Dalam kredit ini tidak akan menambah barang atau jasa yang dihasilkan karena memang
untuk digunakan atau dipakai aleh seseorang atau badan usaha.
2. Dilihat Dari Segi Sektor Usaha
a. Kredit pertanian
Diberikan untuk membiayai sektor perkebunan atau pertanian rakyat.
b. Kredit peternakan
Diberikan untuk jangka pendek misalnya untuk peternakan ayam dan jangka panjang
misalnya untuk kambing ataupun sapi.
c. Kredit industri
Diberikan untuk membiayai industri kecil, menengah atau besar.
d. Kredit perumahan
Diberikan untuk membiayai pembangunan atau pembelian rumah.
3. Kredit Ditinjau Dari Segi Jangka Waktu
a. Kredit jangka pendek
Yaitu suatu kredit yang diberikan tidak melebihi jangka waktu 1 tahun.
b. Kredit jangka menengah
c. Kredit jangka panjang
Yaitu suatau kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari 3 tahun.
4. Kredit Ditinjau Dari Segi Jaminannya
a. Kredit dengan jaminan
Adalah suatu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, baik berupa barang/benda
berwujud atau tidak berwujud, dan atau jaminan orang.
b. Kredit tanpa jaminan
Adalah suatu kredit yang diberikan tanpa jaminan baik berupa barang / benda berwujud
BAB IV
A. Gambaran Umum PT Bank Danamon Indonesia Tbk16
PT Bank Danamon Tbk. didirikan pada 1956. Nama Bank Danamon berasal dari kata
“dana moneter” dan pertama kali digunakan pada 1976, ketika perusahaan berubah nama dari
Bank Kopra. Ditahun 1988, PT Bank Danamon Indonesia Tbk menjadi bank devisa dan setahun
kemudian mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta.
Pada 1988, Bank Indonesia meluncurkan paket reformasi perbankan yang dikenal dengan
“Paket Oktober 1988” atau PAKTO 88. Tujuan utama PAKTO 88 adalah untuk membangun
kompetisi dalam sektor perbankan dengan memberikan kemudahan persyaratan, termasuk
liberalisasi peraturan tentang pendirian bank swasta domestik baru dan bank joint-venture.
Sebagai hasil dari reformasi ini, Bank Danamon menjadi salah satu bank valuta asing pertama di
Indonesia, dan menjadi perusahan publik yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.
Sebagai akibat dari krisis keuangan Asia di tahun 1998, pengelolaan Danamon dialihkan
di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai BTO (Bank
Taken Over). Di tahun 1999, Pemerintah Indonesia melalui BPPN, melakukan rekapitalisasi
sebesar Rp 32,2 triliun dalam bentuk obligasi pemerintah. Sebagai bagian dari program
restrukturisasi, di tahun yang sama PT Bank PDFCI, sebuah BTO yang lain, dilebur menjadi
bagian dari Danamon. Kemudian di tahun 2000, delapan BTO lainnya (Bank Tiara, PT Bank
Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank
Pos Nusantara, PT Jayabank International dan PT Bank Risjad Salim Internasional) dilebur ke
dalam Danamon. Sebagai bagian dari paket merger tersebut, Danamon menerima program
16
rekapitalisasinya yang kedua dari Pemerintah melalui injeksi modal sebesar Rp 28,9 triliun.
Sebagai surviving entity, Danamon bangkit menjadi salah satu bank swasta terbesar di Indonesia.
Saat ini, “Danamon” adalah salah satu institusi keuangan terbesar di Indonesia dari
jumlah pegawai sekitar 72.000 (termasuk karyawan anak perusahaan) pada Desember 2012
yang berfokus untuk merealisasikan visinya: “Kita peduli dan membantu jutaan orang mencapai
kesejahteraan.”
Dalam mewujudkan visi ini, Danamon telah bertekad untuk menjadi “Lembaga
Keuangan Terkemuka di Indonesia” yang keberadaanya diperhitungkan. Danamon bertujuan
mencapai posisi ini dengan menjadi organisasi yang berpusat pada nasabah; yang melayani
semua segmen, dengan menawarkan nilai yang unik untuk masing-masing segmen; berdasarkan
keunggulan penjualan dan pelayanan, dengan didukung oleh teknologi kelas dunia. Sejalan
dengan upaya ini, Danamon beraspirasi menjadi perusahaan pilihan untuk berkarya dan
dihormati oleh semua pihak pemangku kepentingan, sementara memegang teguh kelima nilai
perusahaan yaitu: peduli, jujur, mengupayakan yang terbaik, kerjasama, dan profesionalisme
yang disiplin.
Tumpuan Danamon untuk memenuhi semua kebutuhan nasabahnya tercermin dari
pendekatan bisnis. Fokus perbankan yang universal, diimplementasikan pada tahun 2003
menentukan arah ekspansi bisnis Danamon ke depan. Pada akhir 2004, Danamon telah
melengkapi rangkaian segmen usahanya, mulai dari mass market, perbankan komersial dan
UKM, perbankan ritel, bisnis kartu kredit, perbankan syariah, perbankan korporasi, tresuri, pasar
modal dan lembaga keuangan, serta Adira Finance. Pada 2004 Danamon juga membangun bisnis
Adira Quantum). Pembelian bisnis kartu American Express di Indonesia pada 2006
memposisikan Danamon sebagai salah satu penerbit kartu terbesar di Indonesia.
Sebagai surviving entity dari peleburan 9 Bank Taken Over (BTO) pada masa krisis
keuangan Asia di akhir 1990-an, Danamon telah bangkit menjadi salah satu bank swasta terbesar
dan terkuat di Asia. Didukung oleh lebih dari 50 tahun pengalaman, Danamon terus berupaya
untuk memenuhi brand promise-nya untuk menjadi bank yang “bisa mewujudkan setiap
keinginan nasabah”. Saat ini Danamon adalah bank ke-enam terbesar di Indonesia berdasarkan
aset, dengan jaringan cabang yang mencakup lebih dari 3.300 kantor cabang dan point of
sales, termasuk unit Danamon Simpan Pinjam (DSP) dan unit Syariah, serta kantor-kantor
cabang anak perusahaannya . Danamon juga didukung oleh serangkaian fasilitas perbankan
elektronik yang komprehensif.
PT Bank Danamon Indonesia Tbk memiliki visi, misi dan nilai sebagai berikut:
1. Visi
Kita peduli dan membantu jutaan orang mencapai kesejahteraan.
2. Misi
a. Danamon bertekad untuk menjadi “Lembaga Keuangan Terkemuka” di Indonesia yang
keberadaannya diperhitungkan.
b. Suatu organisasi yang terpusat pada nasabah, yang melayani semua segmen dengan
menawarkan nilai yang unik untuk masing-masing segmen, berdasarkan keunggulan
c. Aspirasi kami adalah menjadi perusahaan pilihan untuk berkarya dan yang dihormati oleh
nasabah, karyawan, pemegang saham, regulator dan komunitas dimana kami berada.
3. Nilai
Peduli, jujur, mengupayakan yang terbaik, kerjasama, profesionalisme yang disiplin.
PT Bank Danamon Indonesia Tbk sebagaimana bank pada umumnya melaksanakan
kegiatan operasi atau aktivitas perusahaan dalam tiga jenis yaitu penghimpunan dana, penyaluran
dana dan melayani jasa perbankan lainnya. Ketiga jenis aktivitas tersebut kemudian
diaplikasikan ke dalam bentuk produk-produk yang merupakan bagian dari strategi perusahaan.
1. Produk Simpanan
a. Primagiro
Giro yang tersedia dalam beberapa jenis mata uang dan menawarkan kemudahan dalam
memonitor transaksi dan dana dalam rekening.
b. Primagiro Super 9
Produk giro dengan fitur tabungan yang menawarkan transfer otomatis dua arah.
c. FlexiMax
Produk simpanan premium dengan berbagai keuntungan eksekutif : biaya transfer harian
gratis, suku bunga, bersaing dan berjenjang : penawaran tunai gratis di setiap ATM dan
layanan khusus.
Tabungan dalam mata uang US Dolar dan mata uang lainnya yang menawarkan fitur
investasi serta kenyamanan bertransaksi.
e. Danamon One
Tabungan dalam Rupiah dengan kenyamanan fasilitas transfer dan pembayaran.
f. Danamon Lebih
Satu-satunya produk tabungan yang memberikan keuntungan bebas biaya bulanan
seumur hidup dan cash back 5% di beberapa tempat belanja.
g. Deposito Berjangka
Produk penempatan dana dengan bunga menarik dan berbagai pilihan jangka waktu dan
mata uang.
h. Dana Simpan Deposito
Produk deposito untuk nasabah segmen perbankan mikro.
i. Giro Sahabat
Produk giro premium dalam Rupiah yang dikombinasi dengan cash work (fasilitas
internet banking) untuk memberikan solusi pengelolaan kas (cash management) yang
menyalurkan untuk nasabah perbankan komersial produk ini juga menawarkan beragam
manfaat transaksi yang gratis.
Produk deposito dengan pilihan berbagai jenis mata uang dan keuntungan yang menarik.
k. Wholesale Deposit
Penempatan dana yang menawarkan bunga yang menarik dan memberikan fleksibilitas
dalam penempatan waktu dan pilihan mata uang.
l. Tabungan Danamon Syariah
Produk tabungan dengan prinsip syariah dalam bentuk pilihan akad Mudharaban (bagi
hasil) atau Waidah (titipan) dimana transaksi dapat dilakukan setiap saat.
m. Tabungan Haji Danamon Syariah
Produk tabungan dengan prinsip syariah dalam bentuk pilihan akad Mudharabah (bagi
hasil) atau Wadiah (titipan) dan ditujukan untuk melaksanakan ibadah Haji secara
terencana sesuai dengan kemampuan danangka waktu yang dikehendaki.
n. Giro Danamon Syariah
Produk Giro dengan prinsip syariah dalam bentuk akad Wadiah (titipan) baik untuk
nasabah individu maupun perusahaan, dimana transaksi dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan Bank Garansi atau cek untuk mendukung kegiatan usaha.
o. Cash Management Danamon Syariah
Produk unggulan yang menawarkan layanan cash work dan cash pick up untuk
perusahaan-perusahaan yang membutuhkan efesiensi dan kontrol terhadap keungannnya
p. Deposito Danamon Syariah
Produk investasi dengan prinsip syariah dalam bentuk akad Mudharabah (bagi hasil)
dengan pilihan jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan atau 12 bulan.
q. Deposito Danamon Harian Syariah
Produk investasi dengan prinsip syariah dalam bentuk akad Mudharabah (bagi hasil)
dengan pilihan jangka waktu 7 hari,14 hari atau 21 hari.
r. Rencana Syariah Pensiun
Produk komprehensif yang mencakup asuransi dan investasi lengkap dan sesuai dengan
prinsip syariah untuk membantu perencanaan pensiun.
s. Giro Merchant
Rekening giro khusus yang diperuntukan bagi mercent Danamon dengan fitur cash back
berdasarkan saldo rata-rata, menawarkan manfaat optimal bagi mercent yang aktif
bertransaksi.
t. Dana Fleksi
Kombinasi yang unik dan produk giro dan simpanan yang dirancang untuk memberikan
manfaat optimal kepada nasabah UKM. Produk ini menawarkan fitur khusus seperti
transaksi perbankan bebas biaya dan perlindungan terhadap penolakan cek.
2. Produk Pinjaman
Fasilitas kredit yang diberikan kepada individu untuk membeli rumah, ruko, atau
apertemen. Pembelian tersebut dapat dilakukan untuk kondisi indent redy stock.
b. Kredit Pembangunan Perbaikan Rumah (KPPR)
Fasilitas kredit yang diberikan kepada individu untuk melakukan pembangunan atau
renovasi rumah, ruko, atau apartemen yang dimiliki.
c. Kredit Multiguna
Fasilitas kredit yang diberikan kepada individu dengan jaminan rumah, ruko, yang telah
dimilki oleh yang bersangkutan untuk tujuan konsumtif ataupun non konsumtif.
d. Instakas
Fasilitas pemberian kredit tanpa agunan kepada nasabah individu yang menawarkan
proses persetujuan dan pencarian dalam waktu dua hari kerja.
e. Back to back deposito
Fasilitas pinjaman yang dijaminkan penuh dengan deposito berjangka dengan tujuan
pinjaman untuk keperluan sebaguna.
f. Balance Transfer
Solusi untuk melunasi semua cicilan dan tagihan nasabah dalam satu pinjaman dengan
rumah nasabah dijadikan sebagai jaminan.
Fasilitas kredit jangka pendek tanpa agunan bagi nasabah bisis dan individu yang
menawarkan proses persetujuan dan pencarian dalam waktu dua hari kerja.
h. Dana Siaga
Fasilitas kredit bagi nasabah potensial dengan kondisi keuangan sehat, yang menawarkan
proses pencarian selama waktu dua hari.
i. Dana Pinjaman 50 (DSP 50)
Fasilitas kredit (dengan agunan) untuk nasabah bisnis dan individu yang menawarkan
proses persetujuan kredit cepat dan pencairan dalam waktu dua hari kerja.
j. Dana Pinjaman 200 (DSP 200)
Fasilitas kredit (dengan agunan) untuk nasabah bisnis maupun individu yang
menawarkan proses persetujuan kredit cepat dan pencarian dalam waktu tiga hari kerja.
k. Pinjaman Rekening Koran (PRK)
Pinjaman untuk keperluan modal kerja yang dapat diperpanjang.
l. Kredit Berjangka
Fasilitas pinjaman tunai untuk keperluan modal kerja. Merupakan pinjaman jangka
pendek dengan fasilitas perpajangan jangka waktu secara otomatis dan penggunaan cek
untuk pencairan pinjaman. Produk ini menawarkan fleksibilitas dlam hal pencairan
m. Kredit Angsuran Berjangka (KAB)
Fasilitas pinjaman tunai untuk keperluan investasi, jenis investasi beragam mulai dari
tanah dan bangunan, peralatan dan mesin industri dan lain sebagianya. Jangka waktu
pinjaman berinvestasi mulai jangka pendek (< 1 tahun), jangka waktu pinjaman
berinvestasi jangka panjang (>1 tahun,maksimal 10 tahun), tergantung pada jenis proyek
tau jangka waktu investasi pembiayaan pinjaman berdasrkan jadwal angsuran.
n. Kredit BPR
Pinjaman modal kerja yang diberikan kepada Bank Pembangunan Rakyat (BPR) guna
membiayai usha mikro kecil dan menengah untuk berbagai keperluan. Fasilitas kredit ini
dapat berupa Pinjaman Jangka Pendek (KRK/KB) atau Pinjaman Jangka Panjang (KAB)
dengan jangka waktu maksimum selama 3 tahun.
o. Kredit KopKar
Pinjaman modal kerja yang diberikan kepada koperasi karyawan untuk disalurkan kepada
para anggota guna berbagai keperluan. Fasilitas pinjaman ini berupa Kredit Angsuran
Berjangka dengan waktu maksimum selam 4 tahun.
3. Layanan Lainnya
a. Layanan ATM
Layanan perbankan elektronik 24 jam online dengan fasilitas tarik tunai, cek saldo,
overbooking, transfer antar bank, pembelian dan pembayaran.
Layanan nasabah 24 jam untuk informasi dan transaksi perbankan.
c. Kartu Debit Danamon
Kartu pribadi yang memberikan berbagai kemudahan pada nasabah untuk bertransaksi
dan tarik tunai d lebih dari 800.000 jaringan ATM Bersama, ALTO, Cirrus, dan ATM
DBS/POSB di Singapura.
d. Danamon Western Union
Danamon Westren Union adalah layanan pengiriman dan penerimaan uang di Danamon
melalui Western Union.
e. HP Banking
Layanan perbankan elektronik melalui handpone dengam memberikan kemudahan untuk
melakukan transaksi perbankan seperti overbooking, informasi saldo, pembayaran kartu
kredit, isi ulang pulsa secara realtime online.
f. Danamon Online Banking
Danamon Online Banking adalah generasi terbaru internet banking untuk melakukan
transaksi perbankan melalui jaringan internet, kapan pun, dimanapun, misalnya informasi
saldo, transfer dana, pembayaran, pembelian pulsa, statement online, nontifikasi SMS
dan email dan lain-lain.
Investasi reksa dana jenis campuran yang betujuan untuk memperoleh hasil investasi
yang berkelanjutan pada pemodal yang hendak mengikuti syariah islam (bekerjasama
dengan PT Danareksa investment Management).
h. Prima Umum
Produk ansuransi berjangka dengan perlindungan atas resiko meninggal dan cacat berupa
manfaat bulanan sebagia pengganti penghasilan keluarga. Pengembalian premi 60% bila
tidak terjadi klaim masa pertanggungan.
i. TPD
Produk asuransi multiguna untuk masa depan pendidikan anak.
j. Warisan
Produk Asuransi seumur hidup yang meberikan kepastian.
k. Harta
Produk premi tunggal unit link dengan perlindungan atas resiko meninggal dan penyakit
kritis. Produk ini menawarkan hasil investasi yang lebih optimal serta pilihan instrumen
inversati yang disesuaikan dengan profit risiko nasabah.
l. Rencana
Produk premi regular unitlink yang menawarkan perlindungan yang fleksibel.
Layanan investasi reksadana dengan didukung manajer investasi yang berpengalaman
dan mempunyai kinerja terbaik di industrinya.
n. Asuransi Kendaraan Bermotor
Melindungi Kendaraan Bermotor dari kerugian atau kerusakan akibat tabrakan,
kecelakaan, kendaraan satu pihak, kebakaran, atau pencurian. Perlindungan dapat
diperluas termasuk tanggung jwab hukum kepada pihak ketiga, kecelakaan diri, biaya
kesehatan, kerusuhan, terorisme dan sabotase, banir, dan gempa bumi.
o. Adira Care
Pusat layanan bagi para pelanggan Adira Insurance yang menyediakan pelayanan melalui
telepon, SMS dan internet.
p. Transferable L/C
Digunakan untuk memfasilitasi trader yang bertindak sebagai perantara (penerimaan
permata/firts beneficiary dari L/C) untuk mendapatkan keuntungan melalui penukaran
invoice atas dasr Transferable L/C Transferable L/C dapat ditransfer satu atau lebih
penerimaan kedua (second beneiciary)
q. Bank Guarantee/SBLC
Jaminan tertulis yang diberikan oleh Danamon untuk kepentingan nasabah kepada pihak
Principal berdasarkan kontrak tertentu dalam bentuk pembayaran klaim apabila pihak
yang dijamin (Nasabah) tidak dapat memenuhi keawajibannya (wanpretasi).
Buyer Financing Credit Program merupakan salah satu produk dari Channel Financing
Product Program. Dimana Danamon memberikan pembiayaan (financing) kepada para
pembeli (buyer) dari nasabah korporasi/Komersial bank Danamon (seller/anchor) dengan
partial (minimum) recourse.
B. Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Deposito Pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang Medan
Dalam pelaksanaan pengikatan deposito sebagai jaminan kredit dilakukan dengan cara,
yakni:
− Pengikatan deposito dilakukan dengan pembuatan akta perjanjian gadai antara pemilik
deposito dengan pihak bank. Menurut hukum, akta perjanjian gadai dapat dibuat secara sah
dengan dilakukan secara notariil maupun di bawah tangan, yang dibuat untuk mendukung
perjanjian hutang pokok yang biasanya berupa perjanjian hutang-piutang.
− Untuk membebankan hak gadai maka setelah pembuatan akta perjanjian gadai antara pemilik
deposito dengan pihak bank, selanjutnya diikuti dengan penyerahan bilyet deposito yang
akan “dijaminkan kepada pemegang gadai, dalam hal ini pihak bank. Penyerahan tersebut
merupakan penyerahan yang nyata, tidak boleh hanya berdasarkan pada pernyataan dari
pemberi gadai saja, tetapi benda itu masih berada dalam kekuasaannya. Penyerahan yang
nyata ini bersamaan dengan penyerahan yuridis, sehingga penyerahan tersebut merupakan
Pemilik deposito/debitur harus memberikan kuasa kepada pemegang gadai/pihak bank
untuk melakukan pencairan deposito dalam hal pemilik deposito/debitur wanprestasi untuk
memudahkan kreditur mengambil pelunasan..
Hasil wawancara dengan Bapak Iswahyudi Arffan D, sebagai salah satu bentuk jaminan
likuid, jenis deposito yang dapat dijadikan jaminan kredit pada PT.Bank Danamon Indonesia
Tbk, yaitu :17
1. Deposito menurut jangka waktu penempatan dan ketentuan suku Bunganya.
Deposito menurut janka waktu penempatannya terbagi atas deposito dengan jangka
waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Apabila deposito dicairkan sebelum
tanggal jatuh tempo maka akan dikenakan denda dan bunga yang berjalan pada bulan
tersebut tidak dibayarkan. Menurut ketentuan suku bunganya adalah suku bunga
penjaminan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pada saat ini suku bunga deposito pada
Bank Danamon adalah 7 % pertahun hal tersebut berlaku untuk semua jangka waktu
deposito.Dijelaskan pula bahwa bunga kredit adalah 2% diatas suku bunga deposito
sehingga bunga kredit menjadi 9 % pertahun.