PROPOSAL
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN JUMLAH WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA MEDAN POLONIA O
L E H
NAMA: OSDA MERIANA SARAGIH
NIM : 102600097
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
Karena berkat karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tugas
Akhir ini berjudul “Pelaksanaan Ekstensifikasi Untuk Meningkatkan Jumlah
Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia”.
Dari hati yang tulus penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orangtua saya tercinta, serta abang dan adik-adikku
tersayang,Poltak Pardomuan Saragih, Parmin Saragih,Paringatan Saragih yang
telah mencurahkan kasih sayangnya untuk mendukung, membesarkan, mendidik,
dan memenuhi kebutuhan penulis sejak kecil sampai penulis mengikuti
perkuliahan. Berkat doa dan pengorbanan mereka lah saya dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis pada kesempatan ini ingin
menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik USU
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku ketua Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
3. Ibu Arlina,S.H,M.Hum selaku Sekretaris, Program Studi Diploma III
4. Ibu Siswati Saragih S.Sos,MSP selaku dosen pembimbing saya yang banyak
meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan.yang telah memberikan ilmu dan membantu penulis
selama mengikuti perkuliahan
6. Untuk kak Korby yang telah membantu penulis dalam urusan surat menyurat
sampai Tugas Akhir ini selesai dan juga kepada seluruh pegawai Program
Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
7. Untuk Pacar Tersayang Deddi Boy Purba yang selalu setia menemani saya
mengurus segala kepentingan pengurusan penelitian ini dan memberikan
motivasi, saya ucapkan terimah kasih.
8. Kepada kawan-kawan Administrasi Perpajakan 2010 seperjuanganku Ririn
Astriany, Jesiska Delfrina Sitompul, dan Feranita Simbolon.
9. Kepada semua teman magang di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur yaitu Ririn, Jesiska, Hafizah Ulfani, Irma Siregar, Ola, Tasya, Restu,
Ali Zamzami, Della, Devi, Sari, Dela dan Ruri.
10.Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu
per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangan baik dari segi isi, bahasa maupun cara penulisan, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis dapat
penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
Medan, 4 Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang PKLM ... 1
B. Tujuan Dan Manfaat PKLM ... 3
C. Uraian Teoritis ... 4
D. Ruang Lingkup PKLM ... 7
E. Metode PKLM ... 8
F. Metode Pengumpulan Data... ... 9
G. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia ... 12
B. Kegiatan KPP Pratama Medan Polonia ... 14
C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Polonia ... 15
D. Dekskripsi kerja KPP Pratama Medan Polonia ... 16
BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK A. Dasar Hukum Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 18
B. Defenisi Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 19
C. Tujuan Pelaksanaan Ekstensifikasi... 21
D. Ruang Lingkup Pelaksanaan Ekstensifikasi ... 23
E. Jenis-jenis Administrasi ... 26
G. Proses Pelaksanaan Ekstensifikasi ... 30
H. Pelaksanaan Ekstensifikasi ... 33
1. Usaha yang Dilakukan Petugas Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 35
BAB IV: ANALISA DAN EVALUASI DATA A. Teknis Pelaksanaan Ekstensifikasi ... 36
1. Perekrutan Data ... 38
2. Penghimbauan Wajib Pajak ... 41
3. Pengukuhan Secara Jabatan ... 43
B. Cara Mengatasi Kendala Yang Dihadapi Petugas Ekstenifikasi Wajib Pajak Di Lapangan ... 45
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 46
B. Saran ... 46
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Dalam rangka melaksanakan program pemerintah yang menetapkan tujuan
pendididkan adalah menghasilkan manusia yang mampu berperan sebagai tenaga
terampil yang layak kerja dalam berbagai sektor pembangunan yang mana
pembangunan nasional saat ini pada dasarnya menciptakan manusia yang
berkualitas yang maju dan mandiri dalam suasana tentram dan sejahtera lahir
batin.Pelaksanaaan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan dalam
meningkatkan kulitas terhadap Sumber Daya Manusia dalam aspek
akademik,Personalitas,Kepribadian,dan,Profesionalitas,teknologi,dan,keahlian/ket
erampilan. untuk meningkatkan penerimaan pajak pemerintah, dalam hal ini
selain merombak struktur juga meningkatkan keterampilan petugas pajak agar
dimasa yang akan datang pemerintah tidak merasa kekurangan petugas pajak yang
terampil.
Oleh karena itu Universitas Sumatera Utara yang mempunyai program studi
Administrasi Perpajakan merasa perlu mewajibkan kepada para mahasiswa dapat
menyelesaikan studinya dengan mengadakan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri(PKLM) yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program
studi tersebut.Adapun maksud dari PKLM adalah satu kegiatan dimana
mahasiswa dapat mengetahui secara langsung fungsi dan tugas dalam pekerjaan
teori dan praktik.Untuk mengaktualisasikan seluruh sistem tersebut, sebelum
langsung berhadapan dengan keadaan yang sebenarnya ditengah-tengah
masyarakat,perlu diadakan pengarahan Mahasiswa melalui PKLM karena akan
memberikan gambaran yang sesungguhnya tentang dunia kerja yang didalamnya
terjadi akomodasi berbagai konsep, teori dan persoalan-persoalan praktis yang
dihadapi serta upaya pemecahannnya .Sebelum melaksanakan PKLM, para
mahasiswa dihimbau untuk ke lapangan terlebih dahulu dengan bimbingan dan
pengarahan sedemikian rupa oleh dosen selaku pembimbing.PKLM ini
diharapkan kepada mahasiswa agar dapat mengahdapi dan memecahkan
masalah-masalah yang ada di lapangan, serta dapat menerapkan berbagai pengetahuan dan
keterampilan yang berguna untuk masa yang akan datang terutama pada
Mahasiswa itu sendiri.
Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan nasional yaitu mewujudkan
masyarakat adil dan makmur dan merata maka diperlukan biaya yang besar.Biaya
ini harus digali dari sumber yang besar dan kemampuan sendiri.Salah satu cara
yang dapat ditempuh adalah mencari sumber penerimaan dari sektor migas yang
peranannya sangat sudah semakin berkurang.Sehingga sumber penerimaan dalam
negeri bertumpu ke sektor pajak.
Pajak sebagai sumber utama penerimaan negara perlu terus ditingkatkan
sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri
berdasarkan prinsip kemandirian.Peningkatan kesadaran masyarakat dalam bidang
perpajakan harus ditunjang dengan iklim yang mendukung peningkatan peran
aktif masyarakat serta pemahaman atas hak dan kewajiban dalam melaksanakan
memenuhi kewajiban membayar pajaknya berdasarkan ketentuan
perpajakan sangat diharapkan.Namun dalam kenyataannnya masih dijumpai
adanya wajib pajak yang belum mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak.Dengan
memperhatikan hal diatas, penulis tertarik untuk mempelajari, memahami,
mendalami bagaimana sebenarnya proses ekstensifikasi guna meningkatkan
jumlah wajib pajak.Maka penulis mengangkat judul laporan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri yaitu “PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI GUNA
MENINGKATKAN JUMLAH WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA”
B.TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan PKLM adalah:
1.1 Mengetahui pelaksanaan ekstensifikasi guna meningkatkan jumlah wajib
pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.
1.2 Untuk mengetahui perkembangan jumlah wajib pajak yang melaksanakan
dan yang tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri :
PKLM ini sangat bermanfaat bagi beberapa pihak diantaranya adalah:
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya
mengenai ekstensifikasi guna meningkatkan jumlah wajib pajak.
2.2 Bagi Diploma III Administrasi Perpajakan :
a. Untuk meningkatakan hubungan antara Universitas Sumatera Utara
terutama program studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan
instansi pemerintahan dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Polonia.
b. Agar Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dapat lebih
berperan dalam menyelesaikan kegiatan pendidikan sesuai dengan
peraturan-peraturan yang diterapkan sekarang.
2.3 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia :
a. Instansi/Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dapat melihat
tingkat perkembangan ilmu pengetahuan yang sekarang diterapkan.
b. Sebagai sarana untuk menarik tenaga kerja yaitu untuk melihat
kemampuan mahasiswa yang bersangkutan dengan tanggung jawab dan
kerjasama yang baik.
c. Memberikan sumbangan pikiran serta saran yang dipandang perlu bagi
kemajuan dan kemudahan bagi pihak-pihak yang memerlukan terutama
KPP.
C.URAIAN TEORITIS
Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor
60/PJ.9.G/2004 yang berisi tentang pengertian ekstensifikasi, ruang lingkup
pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak, pencari data, pelaksanaan ekstensifikasi
berkaitan dengan penambahan jumlah wajib pajak terdaftar dan perluasan objek
pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak. Wajib pajak yang dimaksud
adalah wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan.
Pemeriksaan adalah Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) yang
dilakukan untuk tujuan lain dalam rangka pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) dan atau pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan atau
penentuan besarnya peredaran usaha ataupun jumlah pajak yang harus dibayar
dalam tahun berjalan (Mardiasmo,2009).
Jadi dari pengertian diatas, maka dalam hal ini fiskus atau aparat pajak
harus dapat meningkatkan penerimaan pajak diantaranya melalui ekstensifikasi
wajib pajak yang belum terdaftar.Namun kenyataannya dalam pelaksanannya di
lapangan dengan menyaring para wajib pajak agar mendaftarkan diri untuk
mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau dikukuhkan sebagai pengusaha
kena pajak, sangat sulit dilakukan yang dikarenakan masih kurangnya kesadaran
wajib pajak tersebut dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
(Resmi,2009).Sampai saat ini Direktorat Jenderal Pajak telah berusaha
mengevaluasi tentang pelaksanaan ekstensifikasi ini melalui peraturan
perundang-undangan terbaru sebagai petunjuk pelaksanaan ekstensifikasi
tersebut.Adapun pelaksanaan dari kegiatan ekstensifikasi ini bertujuan untuk
memperluas serta meningkatkan jumlah wajib pajak khususnya yang berada di
wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.Sehingga
diharapkan dengan bertambahnya jumlah wajib pajak yang terdaftar akan dapat
meningkatkan jumlah penerimaan pajak dan sekaligus akan mampu membantu
diperoleh dari pembagian hasil penerimaan setoran Pajak Pengahasilan pasal 25
yang dikenakan atas gaji dan penghasilan lainnya.Sampai saat ini
Direktorat Jenderal Pajak telah berusaha mengevaluasi tentang
pelaksanaan ekstensifikasi melalui peraturan Surat Edaran Direktorat Jenderal
Pajak Nomor06/PJ.7/2004 yaitu PSL ekstensifikasi dilaksanakan terhadap calon
Wajib Pajak yang apabila lebih dari 14 hari sejak tanggal pengiriman Surat
Pemberitahuan untuk mendaftarkan diri :
1. Menanggapi dengan menyatakan tidak wajib mempunyai NPWP dan atau
belum perlu dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP),
2. Tidak menanggapi karena Surat Pemberitahuan kembali pos;
3. Menanggapi dengan menyatakan sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
tetapi berdasarkan Master File Direktorat Jenderal Pajak (DJP) ternyata tidak
terdaftar atau nama dan alamatnya berbeda.Jangka waktu PSL ekstensifikasi
adalah 2 (dua) minggu sejak Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3)
diterbitkan dan tidak dapat diperpanjang.
Untuk meningkatkan penerimaan pajak,tentunya pemerintah memerlukan
langkah – langkah yang nayata yang dapat dieterapkan,dan dapat dilaksanakan
oleh setiap Wajib Pajak.Maka salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh
pemerintah tersebut adalah pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak.Dalam
pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak khususnya Wajib Pajak orang pribadi dan
wajib pajak badan.Wajib Pajak sangatlah besar pengaruhnya terhadap
pertambahan jumlah pendapatan negara,karena jika banyak wajib pajak yang tidak
pendapatan negara,dan demikian juga dengan sebaliknya jika dibandingkan
dengan jumlah wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi,yang terdaftar
seandainya semau wajib pajak tersebut menjalankan kewajiban
perpajaknnya,alangkah lebih baiknya situasi dan kondisi keuangan di negara
kita.Maka dalam pelaksanaan Ekstensifikasi tersebut diharapkan dapat
dilaksanakan sesuai dengan semaksimal mungkin.Namun pada kenyataan di
lapangan,pelaksanaan ekstensifkasi ini masih kurang sesuai dengan apa yang
diharapkan disebabkan karena kesadaran Wajib Pajak itu sendiri masih kurang
untuk mendaftarkan dirinya sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).Padahal para
wajib pajak mengetahui akan pentingnya pajak bagi pembnagunan dan
perkembangan negara.karena pajak merupakan sumber devisa terbesar bagi
negara.Oleh sebab itu fiskus juga ditekankan bagaiman kinerja dan kerja keras
yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan untuk memburu wajib pajka yang
belum terdaftar segera mempunyai kesadaran dan tanggung jawab akan
pentingnya pajak bagi kelangsungan perekonomian Indonesia.
Sampai saat ini,Direktorat Jenderal Pajak telah berusaha mengevaluasi
tentang pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak ini melalui peraturan alam Surat
edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor 60/PJ.G/2009 Sebagai petunjuk dan
penegasan pelaksanaan yang berisi tentang
1. Pengertian Ekstensifikasi
2. Ruang Lingkup pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak
3. Unit organisasi yang melakukan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak
5. Petugas pelaksanaan yang melaksanakan kegiatan ekstenifikasi wajib pajak
6. Pencari data
7. Persiapan,dan pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak.
8. Pengawas
D.RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang penulis
laksanakan merupakan kegiatan intrakurikuler yang dilaksanakan kurang lebih
satu bulan lamanya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.
Ruang lingkup pelaksanaan ekstensifikasi pajak meliputi:
1. Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Polonia
2. Potensi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
3. Meningkatkan jumlah Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Polonia.
E.METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Adapun metode yang akan dilakukan adalah:
1. Tahap Persiapan
Yaitu dengan mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan salah satu
yaitu ekstensifikasi jumlah wajib pajak, dan penulis juga harus mempunyai
pengetahuan tentang masalah yang dibahas.Dalam tahap persiapan ini yang harus
dilakukan
dimulai dari pengajuan judul proposal , penentuan judul proposal, pembuatan
persetujuan proposal, penentuan dosen pembimbing, diikuti dengan bimbingan
dan konsultasi dengan dosen pembimbing dan yang terakhir pembuatan surat ijin
ke instansi yang dituju yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.
2. Studi Literatur
Yaitu dengan membaca buku majalah berita pajak dan undang - undang
perpajakan yang berhubungan dengan jumlah wajib pajak, serta pengetahuan yang
didapat di bangku perkuliahan, serta sumber – sumber lain untuk melengkapi
informasi data-data tersebut.
3. Observasi lapangan
Yaitu Kegiatan mencari data serta mempelajari laporan yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas.
4. Pengumpulan data
Pengumpulan data yan berhubungan dengan masalah yang dibahas. a.Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari wawancara dan pemeriksaan dokumen di
Kantor pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
b.Data Sekunder
Data yang diperoleh dari kepustakaan dilakukan dengan mencari kerangka
referensi dan landasan teori baik dalam buku maupun peraturan – peraturan dan
sumber – sumber yang relevan.
5. Analisa dan Evaluasi Yaitu kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganlisa permasalahan dan
F. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Wawancara (interview) Yaitu dengan membuat daftar pertanyaan permasalahan yang dibahas dan
melakukan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2. Pengamatan (Observation)
Yaitu dengan cara pengamatan langsung dan terlibat secara langsung
mengadakan data yang diperlukan untuk penulisan laporan tersebut.
3. Dokumentasi (optional)
Yaitu dengan cara mengumpulkan data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Polonia.
G. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTIK KERJA
LAPANGAN MANDIRI
Agar sistematika penulisan tugas akhir ini terarah dan sistematis , maka
penulis Membatasi:
BAB I: PENDAHULUAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar
pemikiran dan penyusunan laporan, ruang lingkup, tujuan dan manfaat Praktik
Kerja Lapangan Mandiri, Metodologi penelitian, metode pengumpulan data, serta
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Polonia,struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Polonia, dan deskripsi kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Polonia.
BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Dalam bab ini penulis menguraikan pengertaian-pengertian secara teoritis dan
teori-teori yang berkaitan dengan ekstensifikasi wajib pajak.
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis mengemukakan analisa data dan evaluasi terhadap data-data
yang berhubungan dengan judul laporan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan merupakan inti sari yang bersumber dari hasil penelitian, dan
berdasarkan kesimpulan dapat dibuat rekomendasi yan berisi saran-saran yang
dapat diambil sebagai tindakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan di
lokasi penelitian.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia
Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi
Pajak. Pada saat itu masih ada dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi
Pajak Medan Selatan dan Medan Utara.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 276/KMK/01/1989 tanggal 25
Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jendral Pajak, maka
Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga
sejak April 1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi
Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara.
Kemudian untuk menetapkan pelayanan yang akan diberikan pemerintah
kepada masyarakat umum, khususnya kepada Wajib Pajak pada tanggal 29 Maret
1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK/1994 terhitung
mulai 1 April 1994 Kantor Pelayanan Pajak Medan diubah menjadi 4 kantor yaitu
:Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, Jl Asrama No. 7 Medan
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, Jl Diponegoro No. 30 Medan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, Jl Sukamulia No. 17A Medan
Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia berdiri pada awal tahun 2002 yang
mana merupakan pemisahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang
terletak di Jl. Sukamulia Medan.
Dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang
organisasi dan tata kerja instansi vertikal Direktorat Jendral Pajak.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mencakup wilayah kerja :
1. Kecamatan Medan Maimun
2. Kecamatan Medan Polonia
3. Kecamatan Medan Baru
4. Kecamatan Medan Selayang
5. Kecamatan Medan Tuntungan
6. Kecamatan Medan Johor
B. Kegiatan KPP Pratama Medan Polonia
KPP Pratama Medan Polonia mempunyai tugas melaksanakan pelayanan,
pengawasan administratif, dan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak di bidang Pajak
Penghasilan (Pph), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PpnBM), dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL) dalam wilayah
wewenangnya. Dalam melalukan tugas sebagaimana yang dimaksud di atas, KPP
Pratama Medan Polonia menyelenggarakan fumgsi :
1. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan. Pengamatan
potensi perpajakan dan ekstensifikasi Wajib Pajak.
3. Pengawasan pembayaran Masa Pajak Penghasilan (Pph), Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PpnBM), dan Pajak Tidak Langsung
Lainnya (PTLL).
C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Polonia
Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematis
mengenai penetapan tugas - tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab
masing -masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuannya
yaitu untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan
dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal.
KPP Pratama Medan Polonia menerapkan Struktur Organisasi Lini dan Staff. KPP
Pratama Medan Polonia dipimpin oleh seorang Kepala KPP yang secara
operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral
Pajak Sumatera Utara I.
KPP Pratama Medan Polonia terdiri dari 1 (satu) Sub bagian dan 9 (Sembilan)
seksi yang masing - masing seksi dipimpin Kepala Seksi dan Pelaksana. Khusus
untuk Seksi Pengawasan dan Konsultasi, selain Kepala Seksi dan Pelaksana, seksi
ini juga memiliki Account Representative atau yang biasa disingkat dengan AR.
Struktur Organisasi pada KPP Pratama Medan Polonia adalah sebagai berikut :
1. Kepala Kantor
2. Sub Bagian Umum
3. Seksi Pelayanan
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON)
6. Seksi Penagihan
7. Seksi Ekstensifikasi
8. Seksi Pemeriksaan
9. Kelompok Jabatan Fungsional
D. Dekskripsi kerja KPP Pratama Medan Polonia 1. Kepala Kantor
Kepala KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan
penyuluhan, pelayanan, pengawasan wajib pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM,
dan Pajak Tidak langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan
peraturan perundang – undangan yang berlaku.
2. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum mempunyai tugas melakukan salah satu hal yang sangat
penting karena menyangkut hak - hak daripada setiap pegawai. Adapun tugas
pokok dari Sub Bagian Umum adalah sebagai berikut :
a. Mengurusi masalah kenaikan pangkat seorang pegawai yang berprestasi baik.
b. Mengurusi gaji setiap pegawai.
c. Mengurusi pegawai yang pindah atau mutasi.
d. Mengurusi masalah cuti setiap pegawai sesuai dengan peraturan yang ada.
e. Mengatasi hal - hal yang menyangkut hak dari pegawai.
3. Seksi Pelayanan
Memiliki tugas dalam hal penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,
SPT dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta
kerjasama perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Memiliki tugas dalam hal pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi
perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan
perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan
e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON)
Memiliki tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan WP
terhadap PPh, PPN, dan pajak lainnnya, memberikan bimbingan/himbauan kepada
WP dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil WP, analisis kinerja WP,
rekonsiliasi data WP dalam rangka melakukan intensifikasi dan evaluasi hasil
banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat
empat Seksi WASKON yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan
wilayah KPP tersebut.
6. Seksi Penagihan
Memiliki tugas dalam hal pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif,
piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak dan usulan penghapusan
piutang pajak sesuai ketentuan yang berlaku.
7. Seksi Ekstensifikasi
Seksi Ekstensifikasi mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi
perpajakan, melakukan ekstensifikasi/pendaftaran terhadap masyarakat yang telah
memenuhi syarat tetapi belum mendaftar sebagai Wajib Pajak, dan penggalian
8. Seksi Pemeriksaan
Memiliki tugas dalam hal pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan,
pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat
Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan dan perpajakan
lainnya.
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok fungsional yang terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan
Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada
Kepala KPP Pratama
Medan Polonia. Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional
Pemeriksaan berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Dasar Hukum Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak
Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaiman telah diubah
dalam Undang – Undang RI Nomor 16 Tahun 2000,dan telah diubah terakhir
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pasal 2 ayat(1):
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan sistem
self assestment,wajib mendaftarkan diri pada Direktorat Jenderal Pajak untuk
dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP)’’.
Ayat (2) :
Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak Pertambahan
Nilai berdasarkan Undang –Undang Pajak Pertambahan Nilai 2001 dan
perubahannya wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak.Pengusaha orang pribadi berkewajiban melaporkan usahanya pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan,sedangkan bagi pengusaha badan
berkewajiban melaporkan usahanya tersebut pada kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan pengusaha dan tempat
Ayat (4):
Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak (PKP) secara jabatan apabila Wajib Pajak
atau pengusaha kena pajak tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dan 2.
B. Defenisi Ekstensifikasi Wajib Pajak
Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor 06/PJ.9/2007
Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahn
jumlah wajib pajak terdaftar dan perluasan objek dalam administrasi Direktorat
Jenderal Pajak.
Pemeriksaan adalah Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) yang
dilakukan untuk tujuan lain dalam rangka pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) dan atau pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan atau
penentuan besarnya peredaran usaha ataupun jumlah pajak yang harus dibayar
dalam tahun berjalan.
Jadi dari pengertin diatas maka dalam hal ini fiskus atau aparat pajak harus
dapat meningkatkan penerimaan pajak diantaranya melalui ekstensifikasi wajib
pajak yang belum terdaftar.Namun kenyataannya dalam pelaksanaannya di
lapangan dengan menyaring para wajib pajak agar dapat mendaftarkan diri untuk
mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau dikukuhkan sebagai pengusaha
kena pajak,sangat sulit dilakukan karena masih kurangnya kesadaran tersendiri
dari wajib pajak tersebut dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.Padahal para
perkembangan negara.Oleh sebab itu bagaimana kinerja dan usaha keras dan
kerja keras yang dilakukan selama ini oleh fiskus dalam memburu wajib pajak
yang belum terdaftar segera mempunyai kesadaran dan tanggung jawab akan
pentingnya pajak bagi kelangsungan perekonomian Indonesia.
Sampai saat ini Direktorat Jenderal Pajak telah berusaha mengevaluasi
tentang pelaksanaan ekstensifikasi ini melalui peraturan terbarunya dalam Surat
Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor 60/PJ.G/2009 sebagai petunjuk dan
penegasan pelaksanaan ekstensifikasi yang berisi tentang:
1. Pengertian Ekstensifikasi
2. Ruang lingkup pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak
3. Unit organisasi yang melakukan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak
4. Petugas pelaksanaan yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak
5. Data yang digunakan untuk melakukan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak
6. Pencari data
7. Persiapan pelaksanaan kegiatan
8. Pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak
9. Pengawas
C. Tujuan Pelaksanaan Ekstensifikasi
Adapun Pelaksanaan dari kegiatan ekstensifikasi ini bertujuan untuk
memperluas serta meningkatkan jumlah wajib pajak khususnya yang berada di
wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia.Sehingga diharapkan
jumlah penerimaan pajak dan sekaligus akan dapat membantu meringankan beban
Anggaran Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara yang diperoleh dari
pembagian hasil penerimaan setoran pajak penghasilan pasal 25 (Pph pasal 25)
yang dikenakan atas gaji dan penghasilan lainnya.Berdasarkan Data Statistik
Wajib Pajak yang terdaftar untuk periode tahun 2011 -2012 dalam kurun waktu
empat tahun,senantiasa mengalami kenaikan ,walaupun tingkat kenaikannya tidak
sebagaimana
yang diharapkan oleh pihak KPP.Adapun jumlah kenaikan Wajib Pajak yang
dapat kita bandingkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
TABEL I :
Data Statisik Pertambahan Jumlah Wajib Pajak yang Terdaftar atas hasil
pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Polonia.
Periode 1 Januari 2009 hingga 2012
1 januari 2009 1 januari 2010 1 januari 2011 1 januari 2012
2.234 WP 2.482 WP 2.466 WP 2.503 WP
Jumlah 8.730 WP
TABEL 2 :
Adapun dalam jumlah data statistik Wajib Pajak diatas terdiri dari Wajib
Orang Prbadi dan Wajib Pajak Badan yang dapat dilihat di bawah ini:
WP yang
2.3 Sumber KPP Medan Polonia 2009-2012
Berdasarkan data-data yang telah ada yang akan digunakan dalam
menjaring para wajib pajak ,diharapkan dengan pelaksanaan Ekstensifikasi dapat
diketahui seberapa besar tingkat kepatuhan masyarakat dalam mendaftarkan
dirinya sebagai wajib pajak dan dalam membantu pemerintah melaksanakan
kegiatan pembangunan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat itu sendiri.
D. Ruang Lingkup Pelaksanaan Ekstensifikasi
Ruang Lingkup pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi pajak meliputi:
1. Pemberian NPWP dan atau atau pengukuhan wajib pajak sebagai Pengusaha
Kena Pajak termasuk pemberian NPWP secara jabatan terhadap wajib pajak
PPh Orang Pribadi yang bersama karyawan perusahaan orang pribadi yang
orang pribadi lainnya (termasuk orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia atau orang pribadi di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan ,yang menerima atau memperoleh penghasilan melebihi batas
penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
2. Pemberian NPWP di lokasi usaha termasuk pengukuhan sebagai Pengusaha
Kena Pajak (PKP) terhadap Orang Pribadi pengusaha tertentu yang
mempunyai lokasi usaha di sentra perdagangan atau perbelanjaan, pertokoan,
perkantoran, Mall, Plaza, kawasan industri, atau sentra ekonomi lainnya.
3. Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai pengusaha kena pajak
terhadap Wajib Pajak Badan yang berdasarakan data yang dimiliki atau
diperoleh ternyata belum terdaftar sebagai wajib pajak atau pengusaha kena
pajak baik di domisili atau lokasi.
4. Unit organisasi dan petugas pelaksana yang melaksanakan kegiatan
ekstensifikasi ada 2 yaitu:
a. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) pada Kantor Pelayanan
Pajak serta kantor penyuluhan pajak yang berada di luar kota kedudukan
KPP.
b. Petugas yang memenuhi kulifikasi sebagai pelaksana , meliputi:
1. Petugas yang ditunjuk oleh Kepala KPP.
2. Tugas Kantor Penyuluhan pajak yang ditunjuk oleh kepala KPP.
3. Petugas lain ditunjuk oleh Kakanwil Direktorat Jenderal Pajak.
c. Data yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib
a. Pelanggan listrik untuk rumah tinggal dengan daya 6600 watt atau
lebih.
b. Pelanggan Telkom dengan pembayaran pulsa rata-rata perbulan
Rp.300.000,-atau lebih
c. Pemilik modal dengan nilai Rp.700.000.000,-atau lebih ,atau pemilik
modal dengan nilai Rp.100.000.000,-atau lebih
d. Pemegang paspor Indonesia ,kecuali pemegang paspor haji dan
pemegangpaspor Tenaga Kerja Indonesia (tidak termasuk awak
pesawat terbang atau kapal laut).
e. Tenaga Kerja Asing (Expatriate) yang bertempat tinggal atau berada
di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
f. Karyawan lokal kedutaan besar asing atau organisasi Internasional.
g. Pemilik tanah dan atau bangunan dengan Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP) Rp.1.000.000.000 atau lebih berdasarkan kartu jalan atau peta
block atau DHR data Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).
h. Pemegang kartu kredit
i. Pemegang polis ayau premi asuransi
j. Pemegang kartu keanggotaan Golf
k. Artis
l. Pemilik atau penyewa ruang Apartemen
m. Pemilik kapal pesiar atau ‘’yachir’’,speed boat,dan pesawat terbang
n. Pemilik saham yang diperdagangkan di pasar bursa
o. Pemilik rumah sewa atau kost
q. Pemilik atau penyewa atau pengguna dan pengelola ruang pada sentra
perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau
plaza atau kawasan industri atau sentra ekonomi lainnya.
r. Subjek pajak yang berdasarkan data pada lampiran Surat
Pemberitahuan (SPT) ,telah memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak
,tetapi belum mempunyai NPWP.
d. Pencarian data dilakukan oleh:
Untuk Wilayah di luar Daerah Khusus Ibukota Jakarta ,jika pada kota
kedudukan Kanwil DJP hanya terdapat lebih dari satu KPP.
a. Kanwil Direktorat Jenderal Pajak
b. KPP,dalam hal sumber data di wilayah KPP tersebut ,selain data pada
kanwil DJP.
5. Persiapan pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak dapat dilakukan
dengan tujuan yang diharpakan ,dengan ketentuan sebagai berikut:
a. KPP membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum mempunyai
NPWP dan atau surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sesuai dengan
data yang dimiliki.
b. KPP melaksanakan koordinasi dengan instansi diluar Direktorat Jenderal
Pajak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak.
6. Pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak
Sesuai dengan tujuan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak , prioritas utama,
kegiatan ekstensifikasi ditujukan untuk menambah jumlah wajib pajak dan atau
E. Jenis – Jenis Administrasi: Sanksi Pidana
Pasal 39 ayat (1)
Setiap orang dengan sengaja:
a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau
tidak melaporkan usahanya untuk dikikuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak
atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
c. Tidak menyampaikan surat pemberitahuan.
d. Menyampaikan surat pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak
benar atau tidak lengkap
e. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal
29
f. Memperlihatkan pembukuan , pencatatan atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar , atau tidak menggambarkan keadaan yang
sebenarnya.
g. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia ,tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku , catatan atau dokumen lain
h. Tidak menyimpan buku , catatan , atau dokumen lain yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan
data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan
secara
progam aplikasi on-line di Indonesia sebagimana dimaksud dlam pasal 28
i. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut.
Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara , dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6(enam) tahun
dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau
kurang dibayar.
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dimaksudkan untuk membatasi pembahasan variabel yang akan
diteliti agar tidak menimbulkan interpretasi ganda untuk menganalisa suatu
masalah.
Adapun konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
PROSES PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK
FISKUS
FISKUS Pemberitahuan WP yang belum
G. Proses Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak
Sesuai dengan tujuan pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak , prioritas utama
kegiatan ekstensifikasi wajib pajak ditujukan untuk menambah jumlah wajib
pajak dan atau Pengusaha Kena Pajak.Maka dalam hal ini pelaksanaan kegiatan
ekstensifikasi yang dilakukan oleh Fiskus adalah sebagai berikut:
a. Fiskus melakukan identifikasi terhadap data yang diperoleh dan
menyesuaikannya dengan data Master File Lokal (MFL) melalui program
Sistem Informasi Perpajakan (SIP).
b. Fiskus membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum mempunyai
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak (SPPKP) sesuai dengan data yang dimiliki.
c. Fiskus membuat dan mengirimkan Pemberitahuan kepada Wajib Pajak yang
terdapat dalam daftar nominatuf dengan menggunakan Formulir
Pemnberitahuan untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan atau
Pengusaha Kena Pajak (untuk wajib pajak di wilayah permukuman) dan
formulir Pemberitahua Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi (untuk
wajib pajak di sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan ,
perkantoran ,mall ,atau plaza ,kawasan industri atau sentra ekonomi
lainnya).Pemberitahuan tersebut dikirim oleh fiskus dengan melaporkan:
1. Formulir surat jawaban wajib pajak yang menyatakan bahwa wajib
pajaktelah memiliki NPWP dan atau surat pengukuhan PKP.
2. Formulir surat jawaban wajib pajak yang menyatakan wajib pajak tidak
wajib mendaftarkan diri untuk memiliki NPWP dan atau melaporkan
3. Formulir pernyataan wajib pajak mengenai besarnya peredaran usaha.
4. Formulir surat setoran pajak (SSP)
5. Formulit SPT Masa PPN
6. Formulir pendaftaran Wajib Pajak
d. Atas pemberitahuan yang dikirim kepada wajib pajak terhadap beberapa
kemungkinan:
1. Wajib pajak menanggapi dan bersedia untuk mendaftarkan diri dan
diberikan NPWP dan dikukuhkan sebagai PKP dengan mengisi
formulir pendaftaran wajib pajak dan atau PKP.
2. Wajib pajak tidak menanggapi pemberitahuan , walaupun
pemberitahun telah diterima.
3. Wajib pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa
yang bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP dan atau belum perlu
dikukuhkan sebagai PKP.
4. Wajib pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa
yang bersangkutan sudah memiliki NPWP dan atau telah dikukuhkan
sebagai PKP.
5. Wajib pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa
yang bersangkutan sudah memiliki NPWP dan sudah dikukuhkan
sebagai PKP di KPP lainnya atau;
6. Wajib pajak tidak menanggapi oleh karena pemberitahuan kembali
e. Dari hasil tanggapan pemberitahuan oleh fiskus akan dilakukan:
1. Terhadap wajib pajak yang menanggapi pemberitahuan dan bersedia
untuk mendaftarkan diri akan dilkukan proses pemberian NPWP dan atau
pengukuhan sebagai PKP sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Terhadap wajib pajak yang tidak menanggapi pemberitahuan, walaupun
pemberitahuan telah diterima maka oleh seksi pengolahan data dan
informasi dari wajib pajak tersebut diusulkan untuk diteruskan ke seksi
Tata Usaha Perpajakan agar dilakukan proses pemberian NPWP dan atau
pengukuhan sebagai pengusaha kena pajak secara jabatan sesuai dengan
tata carayang telah ditentukan.
3. Terhadap wajib pajak yang menaggapi pemberitahuan dengan
menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP dan
atau belum perlu dikkuhkan sebagai PKP,dan wajib pajak yang tidak
menanggapi pemberitahuan yang disebabkan pemberitahuan kembali dari
kantor pos akan dilakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL).
4. Terhadap wajib pajak yang menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah
memiliki NPWP dan atau telah dikukuhkan sebagai PKP , dan wajib
pajak yang menyatakan bahwa sudah memiliki NPWP dan dikukuhkan
sebagai PKP di KPP lainnya,maka fiskus:
a. Dalam hal wajib pajak telah terdaftar dengan nama dan alamat
domisili wajib pajak sesuai dengan Master File Lokal
(MFL),dilakukan kegiatan pendataan ulang terhadap wajib pajak
sudah terdaftar dan sekaligus mencantumkan NPWP dalam kolom
keterangan.
b. Dalam hal wajib pajak telah terdaftar namun nama dan alamatnya
berbeda dengan data MFL akan diakukan pemeriksaan sederhana
lapangan.
c. Dalam hal wajib pajak ternyata belum terdaftar, maka dilakukan
pemeriksaan sederhana lapangan.
d. Terhadap wajib pajak yang berusaha disentra perdagangan ,
perkantoran , Mall , plaza , sentra ekonomi lainnya , seluruhnya
dilakukan pemeriksaan lapangan.
H. Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak
Pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak ditujukan untuk
menambah jumlah wajib pajak yang belum terdaftar untuk diberikan NPWP , dan
dikukuhkan sebagai PKP.Proses pelaksanaan ekstensifikasi ini dimulai dengan
memberikan pemberitahuan berdasarkan data yang ada baik yang bersumber dari
data intern maupun data ekstern yaitu hasil pencarian data melalui pihak ketiga
seperti PLN, Telkom , PPAT , Notaris PEMDA dan lainnya.Dari instansi tersebut
dapat diambil contoh yaitu hasil laporan dari PPAP atau informasi dari Notaris
yang diterima leh fiskus atas data orang pribadi atau Badan selaku penjual atau
pembeli tanah dan atau bangunan dengan harga jual Rp.60.000.000,00 atau
lebih.Setelah pemberitahuan kepada wajib pajak tersebut apabila tidak ditanggapi
maka fiskus melanjutkan dengan mengusulkan kepada seksi TUP untuk
Dalam hal pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak terdapat berbagai
hambatan antara lain:
1. Identitas alamat dan wajib pajak yang jelas , yang disebabkan dalam hal WP
telah pindah.
2. Adanya data yang tidak dikenal.
3. Alamat WP yang tidak lengkap.
4. Kurangnya kesadaran WP yang tidak menanggapi pemberitahuan yang
dilakukan oleh fiskus
Maka dalam hal tersebut , fiskus terus berusaha melakukan berbagai upaya
dalam menanggapi hambatan tersebut dengan meningkatkan kerja sama dengan
instansi pihak lain diluar Direktorat Jenderal Pajak yang terkait dalam
pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak dan juga dengan serta
meningkatkan penyuluhan pajak kepada masyarakat untuk menambah kesadaran
wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.selain itu yang lebih
penting yaitu dengan segera menindaklanjuti data yang ada untuk dilakukan
ekstensifikasi wajib pajak.
1. Usaha yang dilakukan oleh petugas Ekstensifikasi Wajib Pajak khususnya di seksi Pengolahan Data dan Informasi.
a. Menerima daftar data wajib pajak yang tidak dikenal jelas alamatnya
(KP.PDIP 3,8) dari koordinator pelaksana tiga seksi Pengolahan Data
dan Informasi dan melakukan persiapan untuk melakasanakan
pengamatan dan pengumpulan informasi:
1. Menerima surat daftar data wajib pajak yang tidak dikenal jelas
2. Melaporkan pada atasan langsung jika wajib pajak telah terdaftar
dan melaporkan NPWP nya.
3. Melakukan peminjaman data atau alat keterangan dengan KP.PDIP
3,17 kepada petugas penyimpan data.
4. Meneriam data alat keterangan dan tindakan KP.PDIP 3,17 dari
petugas penyimpanan data.
5. Melakukan pengamatan tanpa kontak langsung dengan wajib pajak
dan mengumpulkan informasi untuk mengetahui kebenaran
identitas wajib pajak berdasarkan data atau keterangan yang ada
dan kelayakan wajib pajak untuk mendaftarkan diri.
6. Membuat dan mengusulkan KP.PDIP 3,10 (surat himabuan)
berdasarkan KP.PDIP 3,8 (alat keterangan) kepada kepala seksi
PDI melalui korlak 3 PDI untuk dimintai persetujuannya.
7. Menerima lembar KP.PDIP 3,10 yang telah mendapat persetujuan
kepala seksi PDI.
b. Membuat konsep surat himbauannya tentang NPWP bagi wajib
pajak yang telah jelas indentitasnya dan wajib mendaftarkan diri
sesuai mendaftarkan diri sesuai dengan data yang ada.
1. Membuat konsep Surat Himbauan untuk wajib pajak badan yang
telah jelas indentitasnya.
2. Membuat konsep surat himbaauan untuk wajib pajak
perseorangan yang telah jelas identitasnya.
3. Membuat konsep Surat Himbauan untuk wajib pajak yang telah
cukup material kendatipun kemungkinan bedasarkan respon
yang diterima seolah - olah tidak layak mendaftarkan diri.
4. Menyampaikan konsep surat himbauan kepada korlak 3 PDI dan
kepala seksi PDI untukd paraf dan selanjutnya ditandatangani
kepala KPP.
5. Mencatat nomor , tanggal surat Himbauan yang telah disetujui
Kepala KPP pada buku Agenda Surat Keluar yang dikelola Sub
Seksi Data
Masukan dan data keluaran dan mengirimkannya kepada wajib pajak
dilampiri formulir pendaftaran WP KP.PDIP melalui sub bag
tata cara Usaha dengan buku kspedisi.
c. Memantau hasil Surat Himbauan sampai dengan batas waktu yang
ditentukan dan mengisi nomor dan tanggal respon WP yang diterima
pada KP.PDI.
1. Memantau Hasil Surat Himbauan sesuai batas waktu yang
ditentukan dalam surat himbauan tersebut dengan melakukan
pengecekan pada Master File Lokal dan daftar wajib pajak
yang dihimbau , yng diterima ekembali dari korlak PDI.
2. Mengisi nomor dan tanggal respon wajib pajak yang diterima
pada KP.PDI
3. Mengembalikan data atau alat keterangan yang telah ditinjau
mencantumkan NPWP pada data atau alat keterangan dari WP
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI A. Teknis Pelaksanaan Ekstensifikasi
Dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi guna menjaring para wajib pajak yang
tidak mau mendaftarkan dirinya untuk ditetapkan sebagai wajib pajak guna
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak sebagai sarana untuk administrasi dan
tanda pengenal diri untuk memudahkan dalam melakukan kewajiban
perpajakannya , memiliki beberapa tahapan – tahapan atau proses yang meliputi:
a. Perekrutan data
b. Penghimbauan
c. Pengukuhan secara Jabata dan
d. Pendistribusian Data Kepada Setiap Seksi
1. Perekrutan Data (Rekrut Data)
Data merupakan komponen pajak dalam melaksanakan kegiatan pendataan
terhadap wajib pajak yang belum mendaftarkan dirinya untu dicatat sebagai wajib
pajak.Serta dalam upaya mendukung pelksanaan tugas pokok Direktorat Jenderal
Pajak yang dalam hal ini diwakilkan kepada Kantor Pelayanan Pajak dalam
meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak serta dalam mewujudkan
pelaksanaan dari sistem perpajakan yaitu self assestment system.Yang mana dalam
sistem ini mewajibkan kepada setiap masyarakat yang nyata – nyata mampu
melaksanakan kewajiban perpajakan untuk mendaftarkan dirinya ke Kantor
Adapun yang dimaksud dengan Data adalah ‘’keterangan dalam segala
bentuk baik yang tertuang dalam tulisan , media elektronik , media massa ,
maupun media rekaman guna untuk memperoleh penjelasan atau informasi yang
dibutuhkan ‘’.Dalam pelaksanaan ekstensifikasi data yang dibutuhkan haruslah
data yang lengkap dan akurat.dimana data – data tersebut dapat berupa data:
a. Data Makro
Yaitu data atau keterangan yang menunjukkan kegiatan / keadaan secara umum
dalam suatu massa tertentu secara khusus kegiatan / keadaan Wajib Pajak tertentu.
b. Data Mikro
Yaitu data atau keterangan secara khusus memberi petunjuk tentang kegiatan atau
keadaan Wajib Pajak dalam suatu peristiwa atau masa tertentu.
c. Data Tunggal
Yaitu data mikro yang dalam suatu dokumen hanya memberi petunjuk tentang
kegiatan / keadaan dalam suatu massa tertentu.
d. Data Gabungan
Yaitu data makro yang dalam suatu dokumen memberi petunjuk tentang kegiatan
/ keadaan beberpa wajib pajak dalam suatu masa tertentu.
Dalam pengumpulan data sebagai bahan dasar dalam melaksanakan kegiatan
Ekstensifikasi , data – data yang dibutuhkan sebagian besar diperoleh dari
berbagai lembaga atau instansi pemerrintah maupun swasta melalui kontrak kerja
sama atau kesepakatan bersama.
Adapun data yang dihasilkan dapat berupa berbagai surat perizinan dan
a. Data dari PBB (Pajak Bumi Bangunan).Data dari keterangan Pajak Bumi dan
Bangunan merupakan data yang sangat potensial dalam pelaksanaan
Ekstensifikasi.untuk mengoptimallkan pelaksanaan perekrutan data dilakukan
langkah – langkah kerja sama antara KPP dan KPPBB sebagai berikut:
Kantor Pelayanan Pajak
1. Kepala kantor pelayanan pajak berdasarkan wilayah kerjanya harus
menentukan blok – blok yang diprioritaskan dalam peta PBB yang
penduduknya berpotensi menjadi Wajib Pajak seperti Wilayah pertokoan
, perkantoran , kondominium , Real estate , rumah mewah dan Villa –
villa baru dan sebagainya untuk dilakukan Ekstensifikasi.
2. Menginformasikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan untuk memberikan daftar hasil rekaman data tanah dan
bangunan yang diprioritaskan tersebut dan di print-out per blok yang
mencakup seluruh objek.
3. Melakukan pengidentifikasian data PBB tersebut melalui master file KPP
untuk mengetahui apakah pemilik objek PBB tersebut sudah memiliki
NPWP atau belum.
4. Apabila dalam kegiatan tersebut ditemukan bahwa pemilik objek PBB
tersebut berdomosili di wilatyah KPP lain atau telah terjadi perubahan
status kepemilikan, agar segera data dengan menggunakan alat
keterangan dan dikirimkan ke KPP dan KPPBB yng bersangkutan lewat
Kantor atasannya dengan permintaan untuk segera ditindaklanjuti.
5. Dalam hal objek PBB seperti wilayah tempat tinggal , bangunan
telah terdaftar atas nama pemilik atau pengembang (Developer)
bangunan yang telah memiliki NPWP bukan penghuni atau pemanfaat
objek tersebut ,maka pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib pajak dilakukan
terhadap pembeli , penyewa atau penghuni objek tersebut
6. Dan terhadap objek PBB seperti wilayah pertokoan , Mall , perkantoran ,
Kondominium Real Estate , diusahakan untuk mengetahui keadaan
pemiliknya serta pemanfaatan bangunan tersebut guna memudahkan
pelaksanaan Ekstensifikasi.
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
1. Menyiapkan data yang diperlukan oleh KPP untuk pelaksanaan
Ekstensifikasi.
2. Menyerahkan copy peta blok dan hasil rekaman Tanah dan Bangunan
yang diminta oleh KPP.
3. Melakukan pebaikan data PBB berdasrkan informasi yang diperoleh
dari KPP.
4. Berdasarkan permintaan dari KPP baik secara sendiri atau bersama –
sama melakukan pendataan terhadap kelompok bangunan seperti
pertokoan, mall , ataupun perkantoran untuk mengetahui pemiliknya
dan keadaan objek pajaknya.
a. Data dari BPN (Badan Pertanahan Nasional).data yang diperoleh
dapat berupa Sertifikat Tanah yang diterbitkan oleh BPN.
b. Data dari Pemda (Pemerintah Daerah).data yang diperoleh berupa
terhadap wajib pajak sehingga diletahui status serta keadaan wajib
pajak tersebut untuk kemudian dilakukan Ekstensifikasi.
c. Data dari Biro Pusa Statistik (BPS).Data yang diperoleh dapat
berupa keterangan – keterangan yang diperoleh dari hasil Sensus
Ekonomi terhadap warga , perusahaan – perusahaan , pertokoan
dan sebagainya.
d. Data dari Notaris.Adapun data – data yang diperoleh untuk
mengetahui status dan keadaan wajib pajak brupa data mengenai
pengesahan terhadap Akta Pendirian , dan Pengesahan Badan
Hukum
e. Data dari Bank.Data yang diperoleh merupakan keterangan –
keterangan mengenai wajib pajak.Dimana setiap wajib pajak yang
ingin mengajukan Permohonan Kredit Bank yang jumlahnya
sebesar Rp.50.000.000 ke atas , berdasarkan Surat Edaran Dirjen
Pajak Nomor S-136 / PJ.23 / 1995 Kkepada Direktur Bank
Indonesia dalam rangka mendukung mendukung pelaksanaan
Kredit Kelayakan Usaha (KKU),wajib melampirkan foto kopy
kartu NPWP dan Laporan Keuangan.Sehingga dapat diketahui
apakah WP tersebut telah terdaftar atau belum untuk selanjutnya
dilakukan tindak Ekstensifikasi.
f. Data dari PT.Telkom.Data yang diperoleh berupa daftar
pelanggan Telepon yang ber NPWP atau belum .Dimana
pelaksanaan kegiatan ini didasarkan kepada kesepakatan kerja
Surat Edaran nomor SE /11/PJ.23/2007 dengan PT Telkom
perihal persyaratan kepemilikan NPWP bagi setiap pelanggan
telepon.
g. Data dari PT PLN.Dimana berdasarkan kesepakatan kerja
sementara Direktorat Jenderal Pajak dengan PT.PLN mengenai
persyaratan NPWP kepada setiap pelanggan baru listrik yang
meliputi pelanggan rumah golongan menengah ke atas , jenis
usaha , industri dan hotel.
h. Data dari Media Massa , baik itu media cetak , media elektronik
dan media lainnya yang berupa Surat kabar, majalah , brosur –
brosur Televisi , Radio dan lain lain.Dimana data yang diperoleh
dapa berupa informasi mengenai pendirian perusahaan –
perusahaan baru, pertokoan, Rumah makan, dan sebagainya.
Seluruh data - data yang telah diperoleh diatas nantinya akan diolah dan
dikelompokkan untuk mengetahui keterangan tentang wajib pajak guna
selanjutnya dilaksanakan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak.
2. Penghimbauan Wajib Pajak
Penghimbauan terhadap Wajib Pajak merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan guna menyadarkan para wajib pajak untuk segera mendaftarkan dirinya
ke Kantor Pelayanan Pajak dimana ia tinggal atau berdomisili.Pelaksanaan
penghimbauan dilakukan setelah data – data mengenai status wajib pajak telah
untuk segera mendaftarkan dirinya ke KPP tempat berdomisili yang dikirim
melalui Kantor Pos.
Adapun batas jangka wajtu kewajiban melaporkan diri diri setelah
diterbitkannya Surat Himbauan untuk segera mendaftarkan diri , dilakukan dalam
jangka waktu 7 hari kerja dengan ketentuan ‘’apabila dengan ketentuan yaitu 7
hari setelah diterbitkan Surat Himbauan tersebut kepada wajib pajak tetap tidak
mau juga melaporkan atau mendaftarkan diri ke KPP tempat dimana dia tinggal
atau berdomisili , maka akan dikukuhkan secara jabatan dan kepadanya akan
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan juga berdasarkan
ketentuan di dalam pasal 2 ayat (4) Undang –Undang Nomor 28 tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Caa Perpajakan.
3. Pengukuhan Secara Jabatan
Pelaksanaan Pengukuhan wajib pajak secara jabatan dilaksanakan apabila
berdasarkan data yang diperoleh atau yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak
yang dalam hal ini diwakilkan kepada kantor pelayanan pajak ternyata mampu
atau telah memenuhi syarat untuk memperoleh NPWP.Dan dalam tempo yang
telah ditentukan berdasarkan Surat Himbauan yang telah diajukan oleh kantor
pelayanan pajak dalam jangka waktu satu minggu atau 7 hari kerja wajib pajak
tidak juga mendaftarkan diri ke KPP tempat dimana dia berdomisili atau
bertempat tinggal.
Adapun tatacara pelaksanaan dari pengukuhan wajib pajak secara
a. Petugas Pendaftaran Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak menerima data
wajib pajak yang telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan secara jabatan
dari petugas pelaksana kegiatan Ekstensifikasi maupun Kantor Penyuluhan
Pajak.
b. Selanjutnya data – data tersebut diteliti dan disesuaikan dengan data yang ada
di Master File untuk mengetahi apakah wajib pajak telah terdaftar
sebelumnya atau tidak.jika dalam hal
c. wajib pajak telah terdaftar sebelumnya , maka kepadanya akan diberikan
NPWP yang sama dengan yang dimiliki sebelumnya.
d. Setelah itu petugas mengisi formulir permohonan pendaftaran dan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan keterangan – keterangan dari uraian dan pembahasan yang
telah dijabarkan sebelumnya , dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Masih banyaknya warga yang belum terdaftar sebagai wajib pajak dan tidak
mau mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai wajib pajak.
2. Masih kurangnya kesadaran dari berbagai pihak akan arti penting pajak dalam
mengisi pembangunan yang ditunjukkan dengan ketidakmauan serta
ketidakpedulian dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.
3. Kurangnya keintensifan industri pajak untuk melakukan penyuluhan serta
sosialisasi kepada masyarakat sehingga masih banyak yang belum mengerti
tentang apa itu pajak.
4. Banyaknya pihak–pihak yang sengaja menghindarkan diri dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan mengatasnamakan berbagai
alasan.
B.SARAN
Adapun Saran yang dapat dikemukakan dari kesipulan diatas adalah:
1. Perlu adanya kesigapan serta keintensifan dari pihak Kantor Pelayanan
Pajak untuk menjaring setiap wajib pajak yang sengaja menghindar dari
2. Perlu adanya perbaiakan serta peningkatan mutu dan kuailitas pelayanan
kepada wajib pajak yang melaksanakan kewajiban perpajaknnya.dimana
selama ini mutu.
3. pelayanan yang dirasakan oleh setiap wajib pajak terlalu jauh dari apa yang
dharapkan , sehingga membuat mereka enggan dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya.
4. Perlu adanya peningkatan kerjasama dengan berbagai pihak bai itu instansi
swasta maupun pemerintah dalam hal mengumpulkan data dan informasi
mengenai wajib pajak dalam pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak.
5. Perlu meningkatkan sosialisasi serta penyuluhan kepada masyarakat
mengenai hal – hal yang menyangkut masalah perpajakan agar mereka tahu
apa itu pajak , fungsi pajak , dampak dan serta kegunaannya bagi
pembangunan dalam negara.
6. Perlu adanya penegakan Hukum yang jelas , sehingga tidak ada lagi yang
DAFTAR PUSTAKA
Budi,Raharjo,2007.Dasar Dasar Perpajakan Bagi Bendaharawan Sebagai
Pedoma Pelaksanaan Pemungutan/Pemotongan dan
Penyrtoran/Pelaporan,Jakarta:Eko Jaya.
Mardiasmo,2009, Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2009 ,Yogyakarta : Penerbit Andi.
Mohammad, Zain,2004,Manajemen Perpajakan,Jakarta:Salemba Empat.
Resmi,Siti,2009.Pajak Teori dan Kasus (buku satu) ,Jakarta :Salemba Empat.
Waluyo,dan Wirawan B.Ilyas,2009,Perpajakan Indonesia (Buku
Satu).Jakarta:Salemba Empat.
Surat Edaran Nomor 60/PJ.9.G/2004, Tentang Perluasan Wajib pajak.
Surat Edaran Nomor 06/PJ.7/2004,Tentang Pengaruh Pelaksanaaan Ekstensifikasi Terhadap Jumlah Wajib Pajak.
Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor 60/PJ.G/2009.Tentang Evaluasi Pelaksanaan Ekstensifikasi wajib pajak.
Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007.
Undang – Undang Pajak tahun 2007,Tentang Ekstensifikasi Wajib