LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI GUNA MENINGKATKAN
JUMLAH WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA MEDAN
KOTA
Disusun oleh :
NAMA : AMAR HAMZAH
NIM : 072600104
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI
PERPAJAKAN
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PKLM INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN
OLEH:
Nama : Amar Hamzah
Nim : 072600009
Program Studi : D III Administrasi Perpajakan
Judul : PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI GUNA
MENINGKATKAN JUMLAH WAJIB PAJAK PADA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI
PERPAJAKAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan PKLM ini telah diujikan oleh Panitia Penguji Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FISIP USU
Pada Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tim Majelis Penguji
Tanda Tangan
1. Ketua ( )
KATA PENGANTAR
Asalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin. Berkat rahmat dan ridho serta kemudahan dari
Allah SWT, Penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir ini dalam bentuk
Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri yang dilakukan pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Kota. Yang mana tugas akhir ini ditulis dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Studi pada Program Diploma
III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
Sebagaimana manusia yang tidak terluput dari kekurangan, penulis menyadari
bahwa penulisan laporan ini belum cukup sempurna. Masih banyak kelemahan dan
kekurangan yang membutuhkan saran dan perbaikan, demi peningkatan kualitas
keilmiahan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk dapat dipergunakan dimasa yang akan
datang.
Dalam penulisan laporan ini, penulis banyak memperoleh bantuan,
bimbingan, masukan serta pengarahan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. H. M. Husni Thamrin Nasution, M. Si, selaku Ketua Program
Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Tetty Marlina Tarigan, SH, MKn selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan bantuan berupa motivasi dan masukan yang berharga
dalam menyelesaikan laporan PKLM ini.
4. Seluruh Dosen dan staf pengajar serta pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
5. Kepala Seksi Tata Usaha Perpajakan dan seluruh Staff pegawai Seksi Tata
Usaha Perpajakan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota yang banyak
memberikan data dan informasi kepada penulis.
6. Teristimewa untuk kedua orang tua ku beserta adik-adik yang kusayangi yang
telah banyak memberikan bantuan moril dan materil, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan PKLM ini.
7. Untuk sahabat - sahabatku Bg Teguh, Eko, Ari, Payan, Celeng, Bg juffe, Bg
riza, Bg Ade, Omen, dan Kus, yang telah banyak memberikan saran,
dukungan, semangat serta doa untuk penulis dalam penyelesaian laporan
8. Untuk teman-temanku Ardian, Juben, Fathiya, serta teman-teman anak C
stambuk 2007 yang lain, yang sudah menjadi bagian dari perjalanan hidup
yang tak terlupakan dan tak tergantikan penulis selama kurang lebih 3 tahun. Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis dan
semua pihak yang memerlukannya.
Medan, 17 Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 4
C. Ruang Lingkup ... 5
D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 6
E. Metode Pengumpulan Data ... 7
F. Sistematik Penulisan ... 8
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota... 10
B. Visi, Misi, dan Nilai ... 22
C. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 24
D. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 26
BAB III : GAMBARAN DATA PKLM A. Dasar Hukum Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak ... 32
C. Ruang Lingkup Pelaksanaan Ekstensifiaksi ... 35
D. Kerangka Konsep... 39
E. Proses Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 40
F. Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 44
G. Usaha yang dilakukan oleh petugas Ekstensifikasi Wajib Pajak khususnya di sesksi Pengolahan Data dan Informasi ... 46
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI A. Teknis Pelaksanaan Ekstensifikasi ... 49
1. Perekrutan Data... 49
2. Penghimbauan Wajib Pajak ... 51
3. Pengukuhan Secara Jebatan ... 52
B. Hambatan Dalam Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi ... 53
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dalam menjalankan roda pemerintahan, bangsa Indonesia sebagai suatu
bangsa yang seluruh rakyatnya ingin menciptakan negara yang maju dan mempunyai
keinginan yang besar untuk membangun bangsa dan negara hendaknya didukung
dengan tersedianya dana yang cukup dan memadai untuk pelaksanaan semua program
pembangunan yang direncanakan tersebut.
Dana yang dimaksud sebagian besar dari sektor penerimaan pajak. Pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (Sumber Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 )
Sejalan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Perubahan Ketiga Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, dimana sistem perpajakan berdasarkan Undang-Undang tersebut adalah
sistem Self Assessment. Sistem Self Assessment ini adalah suatu sistem yang
memberikan wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya
melaporkan sendiri pajak yang terhutang. Dalam sistem ini fiskus tidak ikut campur
tangan dan hanya mengawasi.
Dari sistem ini tampak bahwa Wajib Pajak mempunyai peranan dan tanggung
jawab yang besar dalam pelaksanaan ketentuan Undang-Undang perpajakan dengan
semua peraturan pelaksanaannya. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya
kesengajaan menggelapkan pajak maka fiskus diberikan wewenang untuk melakukan
pengawasan, penelitian dan pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan Tahunan
(SPT Tahunan) dari Wajib Pajak yang bersangkutan. Tindakan ini dilakukan untuk
melihat kepatuhan dari Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban pajaknya yang
akhirnya akan meningkatkan penerimaan pajak.
Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya, Wajib Pajak akan memerlukan
saranan administrasi yang jelas dan juga mengetahui dengan jelas prosedur untuk
menyampaikan serta memenuhi kewajibannya tersebut. Sarana administrasi yang
dimaksud adalah Nomor Pokok Wajib Pajak. Nomor Pokok Wajib Pajak merupakan
sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas Wajib Pajak.
Nomor Pokok Wajib Pajak sangatlah perlu bagi Wajib Pajak dan pihak fiskus
terutama dalam proses pengadministrasian dokumen atau berkas-berkas perpajakan
seperti dalam hal penyortiran, pengarsipan berkas-berkas Wajib Pajak. Prosedur dan
tata cara untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak di setiap Kantor Pelayanan
Pajak adalah sama. Setiap Wajib Pajak yang memperoleh Penghasilan Tidak Kena
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal (orang pribadi), tempat
kedudukan (badan) atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak yang bersangkutan dan
kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak. Apabila orang pribadi/badan yang
seharusnya mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak tetapi
orang pribadi/badan tersebut tidak mendaftarkan dirinya, maka dapat dikenakan
sanksi perpajakan.
Di sini penulis akan melakukan praktik di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Kota. Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota meliputi
Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Johor,
Kecamatan Medan Denai. Untuk itu disini penulis ingin mengetahui jumlah dan
peningkatan Wajib Pajak yang terdaftar setiap tahunnya di Kantor Pelayanan Pajak
Medan Kota.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKLM) yang merupakan
salah satu syarat kelulusan dalam program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan judul
“PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI GUNA MENINGKATKAN JUMLAH
WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN
B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
1. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
2. Untuk mengetahui usaha dan hasil evaluasi yang dilakukan Kantor
Pelayanan Pajak Medan Kota untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak.
3. Untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi
Wajib Pajak tersebut.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini tentunya sangat bermanfaat bagi semua
pihak, diantaranya adalah :
1. Bagi Mahasiswa
1) Mengaplikasikan teori dan disiplin ilmu yang telah dipelajari terhadap
masalah-masalah yang nyata dalam kehidupan dunia kerja dalam upaya
peningkatan kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Kota.
2) Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan khususnya
pemberian, pengukuhan, dan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak.
3) Mendorong untuk belajar dan berprestasi.
4) Untuk menciptakan dan menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab,
profesionalitas serta kedisiplinan yang nantinya sangat dibutuhkan
2. Pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
1) Meningkatkan hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara
khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
2) Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak dalam hal Sosialisasi
Perpajakan kepada masyarakat Wajib Pajak melalui peserta Praktik
Kerja Lapangan Mandiri yang akhirnya akan mengabdikan Ilmu
Perpajakan kepada masyarakat.
3. Pihak Universitas Sumatera Utara
1) Mempererat Hubungan Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
2) Mempromosikan Universitas Sumatera Utara sebagai penghasil Sumber
Daya Manusia yang berkualitas dan layak saing di dunia kerja.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan dalam praktik yang akan dilakukan yaitu :
1. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau pengukuhan sebagai
Penghasilan Kena Pajak.
2. Pemberian NPWP di lokasi usaha, termasuk atau pengukuhan sebagai PKP,
terhadap orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai lokasi usaha di
sentra perdagangan, perbelanjaan, pertokoan, perkantoran, mal, plaza,
3. Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP terhadap Wajib Pajak
badan yang berdasarkan data yang dimiliki atau diperoleh belum terdaftar
sebagai Wajib Pajak dan atau PKP baik di domisili atau lokasi.
D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, penulis melakukan
metode-metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri. Adapun Metode yang digunakan penulis adalah :
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut
PKLM ini, mulai dari pengajuan judul, pengesahan judul, mencari bahan
untuk membuat proposal, serta konsultasi dengan dosen.
2. Studi Literatur
Dalam tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka
seperti Undang-Undang, buku, maupun literatur lain yang berhubungan
dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
3. Observasi Lapangan
Didalam tahap ini penulis melakukan peninjauan atau pengamatan secara
langsung pada objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pengamatan yang
dilakukan sesuai dengan data-data yang ada pada instansi yang bersangkutan
4. Pengumpulan Data
Dalam hal ini penulis mengumpulkan data-datayang berhubungan dengan apa
yang dikerjakan pada Praktik Kerja LapanganMandiri antara lain :
Data Primer (bersumber dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Kota).
Data Skunder (bersumber dari buku-buku ilmiah, Undang-Undang yang
berhubungan dengan Nomor Pokok Wajib Pajak.)
5. Analisis dan Evaluasi
Penulis menganalisis dan mengevaluasi data mengenai pelaksanaan
ekstensifikasi guna meningkatkan jumlah wajib pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Kota.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri ini dikelompokkan menjadi tiga kelompok, antara lain :
1. Daftar Pertanyaan
Yaitu dengan cara melakukan komunikasi dan tanya jawab secara langsung
dengan pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota mengenai
hal-hal yang menjadi objek pembahasan.
2. Daftar Observasi
Dengan melakukan pengamatan langsung dan melakukan pencatatan data
3. Daftar Dokumentasi
Yaitu dengan mengumpulkan berbagai dokumen administrasi, peraturan atau
dasar hukum yang berhubungan dengan pelaksanaan ekstensifikasi guna
meningkatkan jumlah wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Kota.
F. Sistematik Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang dalam
penyusunan laporan PKLM, tujuan dan manfaat, ruang lingkup,
metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan
laporan PKLM.
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat berdirinya Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, struktur organisasi, uraian
kegiatan yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
BAB III GAMBARAN TENTANG DATA PKLM
Pada bab ini penulis akan memberikan gambaran tentang data pajak
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Penulis menguraikan tentang analisis dan evaluasi data yang diperoleh
selama pelaksanaan PKLM.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan dan saran berdasarkan
gambaran pada bab-bab sebelumnya. Serta saran dari penulis yang
mungkin dapat diambil menjadi tindakan konkrit untuk mengatasi
masalah yang ada dan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
Pemungutan pajak sebenarnya sudah ada sejak zaman Belanda, namun
dengan nama dan system yang berbeda dengan saat ini. Kantor Pelayanan Pajak
dulunya disebut dengan Kantor Inspeksi Pajak, dan Kantor Inspeksi Pajak Medan
Utara Merupakan satu-satunya Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan saat itu. Dan
Kantor Pelayanan Pajak inilah yang nantinya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan
Timur. Pada tahun 1975 Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan mencakup
wilayah-wilayah meliputi :
1. Kotamadya Medan
2. Kabupaten Langkat
3. Kabupaten Karo
4. Kabupaten Deli Serdang
Pada Tahun 1976 berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, yaitu :
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
2. Kantor Inspeksi Medan Utara
3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Ditahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua
yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk
ekonomi yang semakin cepat maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur
(sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan
Kota). Dan untuk semakin memantapkan pelayanan kepada masyarakat didalam
pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan pada Keputusan Mentri Keuangan
Republik Indonesia No.276/PMK.01/1989 tanggal 25 Maret 1989, diadakanlah
perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang mencakup
reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan
Pajak, yang sekaligus dibentuk dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan.
Berdasarkan pada Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia
No.Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 agustus 1993, maka pada tanggal 01 April
1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur Merupakan pecahan dari tiga Kantor
Pelayanan Pajak, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak perubahan
menjadi 4 wilayah kerja, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai
Kemudian berdasarkan SK No.433/KMK/0.1/2001 tanggal 23 Juli 2001
perihal Kantor Pelayanan Pajak, jajaran Kantor Wilayah I Direktorat Jendral
PajakSumatera Bagian Utara (KANWIL DJP SUMBAGUT) terhitung mulai tanggal
1 Januari 2002, Kantor Pelayanan Pajak di Medan menjadi enam Kantor Pelayanan
Pajak meliputi :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berdomisili di Jl.Diponegoro No.30 A
Medan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota yang berdomisili di Jl. Diponegoro No. 30 A
Medan
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang berdomisili di Jl. Sukamilia No. 17 A
Medan
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang berdomosili di Jl. Diponegoro No.
30 A Medan
5. Kantor Pelayanan Pajak Binjai yang berdomisili di Jl. Jambi No. I Rambung Barat
Binjai Selatan
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan yang berdomisili di Jl. Asrama No. 7 A
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia yang mulai
berlaku I April 2007, Kantor Pajak (KPP) terbagi menjadi :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berdomisili di Jl.Diponegoro No.30 A
Medan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota yang berdomisili di Jl. Diponegoro No. 30 A
Medan
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang berdomisili di Jl. Sukamilia No. 17 A
Medan
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang berdomosili di Jl. Diponegoro No.
30 A Medan
5. Kantor Pelayanan Pajak Binjai yang berdomisili di Jl. Jambi No. I Rambung Barat.
Binjai Selatan
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan yang berdomisili di Jl. Asrama No. 7 A
Medan
Berdasarkan Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia
No.443/PMK.01/2001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jendral Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak di
Kotamadya Medan menjadi enam wilayah kerja yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
2) Kecamatan Medan Area
3) Kecamatan Medan Tembung
4) Kecamatan Medan Perjuangan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
1) Kecamatan Medan Barat
2) Kecamatan Medan Sunggal
3) Kecamatan Maedan Petisah
4) Kecamatan Medan Helvetia
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
1) Kecamatan Medan Kota
2) Kecamatan Medan Denai
3) Kecamatan Medan Johor
4) Kecamatan Medan Amplas
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
1) Kecamatan Medan Polonia
2) Kecamatan Medan Maimun
3) Kecamatan Medan Baru
4) Kecamatan Medan Tuntungan
5) Kecamatan Medan Selayang
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
1) Kecamatan Medan Belawan
3) Kecamatan Medan Labuhan
4) Kecamatan Medan Deli
6. Kantor Pelayanan Medan Binjai
Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai institusi pemerintah
yang mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan. Karena
pajak merupakan iuran masyarakat kepada Negara yang dapat dipaksakan guna
pembangunan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berada di Gedung Keuangan Negara I
lantai IV dan beralamatkan dijalan Diponegoro No.30 A Medan. Adapun Sejarah
Singkat dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai berikut :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan
Pajak Medan Timur yang berdasarkan kepada :
a. Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia No.443/KMK.01/2001
tanggal 23 Juli 2001.
b. Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia No.58/KMK.01/2002 tanggal
26 Juli 2002.
Berdasarkan penjelasan sejarah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota diatas,
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota berganti nama menjadi Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Medan Kota pada tanggal 27 mei 2008 sesuai dengan peraturan
Mentri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Instansi Vertikal
Direktorat Jendral Pajak sebagaimana telah diubah dengan peraturan Mentri
Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008.
Sesuai dengan Peraturan Mentri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang
Organisasi Tata Kerja Instansi Vertikal Direktotar Jendral Pajak, Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) di seluruh jajaran Direktorat Jendral Pajak terdiri dari 3 (tiga) jenis,
yaitu:
1) KPP Wajib Pajak Besar yang terdiri dari KPP Wajib Pajak besar dua, dan KPP
Badan Usaha Milik Negara.
2) KPP Madya yang terdiri dari KPP Penanaman Modal Asing, KPP Madya Medan,
KPP Madya Palembang, KPP Madya Pekan Baru, KPP Madya Batam, KPP
Madya Tanggerang, KPP Madya Bekasi, KPP Madya Jakarta, KPP Madya Jakarta
Pusat, KPP Madya Jakarta Barat, KPP Madya Jakarta Selatan, KPP Madya Jakarta
Timur, KPP Ma dya Jararta Utara, KPP Madya Bandung, KPP Madya Semarang,
KPP Madya Surabaya, KPP Madya Sidoarjo. KPP Madya Malang, KPP Madya
Balik Papan, KPP Madya Denpasar, KPP Madya Makasar.
3) KPP Pratama
Beberapa karakteristik untuk setiap jenis KPP, diantaranya dapat dijelaskan dalam
NO URAIAN KPP WP BESAR KPP MADYA KPP
5 PPN Sentralisasi Sentralisasi Disentralisasi
6 P2PPh Disentralisasi Disentralisasi Disentralisasi
7 Penugasan AR Sektor Industri Sektor Industri Wilayah
8 Fungsi
Ekstensifikasi Tidak Ada Tidak Ada Ada
9 Jumlah Eselon
IV 9 (Sembilan) 9 (Sembilan) 10 (Sepuluh)
10 Wilayah Kerja Nasional Regional Lokal
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
Karakteristik dari KPP ini di mulai pada tahun 2002, di mana pada saat itu
KPP di bagi menjadi 3 bagian yaitu KPP LTO (large tax office), MTO (middle tax
office), dan STO (small tax office). Pada tahun itu WP hanya berkisar sekitar 300-400
wajib pajak se Indonesia. Di dalam LTO ini lah adanya di sebut sebagai Wajib Pajak
pengelompokan KPP WP Besar ini mulai berlaku sejak saat modernisasi perpajakan
hingga saat ini. Skala wajib pajak KPP WP Besar ini adalah BUMN & WP Besar.
BUMN ini seperti Telkom, mandiri, dan WP Besar seperti exsom mobil, caltex.
Dengan pajak bersifat nasional dan jenis pajak yang terdiri dari badan (corporate).
Jenis pajak dalam KPP WP Besar ini terdiri dari PPh, PPN, PTLL (pajak tidak
langsung lain-lain). Dalam PTLL ini termasuk didalamnya penerimaan negara bukan
pajak seperti sewa rumah dinas. Pembayaran dalam KPP ini bersifat sentralisasi atau
dlakukan di dalam kantor pusat saja, sedangkan untuk P2PPh dapat bersifat
desentralisasi atau dapat dilakukan di KPP setempat. Adapun fungsi AR (account
representative) ini dIlakukan pada sektor industri.
Selain KPP WP Besar, dalam modernisasi perpajakan ini juga ada KPP
Madya. Dalam KPP ini terdiri dari wajib pajak besar yang berada di Kanwil atau
Madya. Wajib Pajak besar yang tidak termasuk di dalam KPP WP Besar dimasukkan
ke dalam KPP Madya. WP besar di dalam KPP Madya ini merupakan ruang lingkup
wajib pajak dalam Kanwil SUMUT 1 yang melakukan pembayaran pajak terbesar di
KPP tersebut. Adapun skala wajib pajak bersifat regional dengan jenis pajak badan
dan ekspakriat (Wajib Pajak Luar Negeri) serta jumlah wajib pajak berkisar antara
200-500 WP. Jenis pajak dalam KPP Madya ini terdiri dari PPh, PPN dan PPTL
dengan pembayaran yang juga bersifat sentralisasi atau di KPP Pusat sedangkan
P2PPH yang bersifat desentralisasi atau dapat dilakukan di KPP setempat dengan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama juga merupakan pembagian dari jenis KPP
pada masa modernisasi yang terdiri dari Wajib Pajak menengah. Tidak termasuk
dalam kelompok KPP WP Besar dan KPP Madya. KPP Pratama ini terdiri dari WP
OP dan Badan dengan jumlah wajib pajak yang terdiri dari ribuan WP. Jenis pajak
yang ada di KPP Pratama ini terdiri dari PPh, PPN, PTLL, PBB, dan BPHTB. Jenis
pembayaran PPN dalam KPP ini bersifat desentralisasi atau dilakukan di KPP
setempat dengan fungsi AR yang bekerja di wilayah KPP tersebut.
Pembentukan KPP Wajib Pajak Besar dan KPP Madya telah diselesaikan pada akhir
tahun 2006, sedangkan KPP Pratama yang ada saat ini berjumlah 15 KPP Pratama,
yaitu, KPP Pratama dilingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat dan Pembentukan KPP
Pratama untuk seluruh Indonesia yang direncanakan telah diselesaikan akhir tahun
2008.
Sebagai lazimnya KPP yang menerapkan sistem administrasi perpajakan
modern, KPP Pratama juga memiliki karakteristik : Organisasi berdasarkan fungsi,
sistem informasi yang terintegrasi, sumber daya manusia yang kompeten, sarana
kantor yang memadai, tata kerja yang transparan, penggabungan KPP, KPPBB, dan
Karikpa adalah tidak menghilangkan tugas dan fungsi yang sebelumnya ada ke
masing-masing seksi pada KPP Pratama sesuai dengan fungsinya yang sama
Fungsi keberatan (Psl.25 UU KUP dan Psl.16 UU PBB), pengurangan/
penghapusan sanksi administrasi dan pembatalan ketetapan pajak (Psl.36 UU KUP)
dan penghapusan PBB (Psl.19 UU PBB) yang sebelumnya ada di KPP dan KPPBB,
seluruhnya ada di Kanwil.
Fungsi pemeriksaan yang sebelumnya dilaksanakan oleh KPP, Karikpa dan
Kanwil, dilaksanakan KPP Pratama oleh Pejabat Fungsional Pemeriksaan, sedangkan
fungsi pemeriksaan bukti permulaan dan penyidikan semula dilaksanakan oleh
Karikpa Kanwil.
Penggabungan KPP, KP PBB dan KARIKPA
KPP KPP PRATAMA KPP PBB KARIKPA
SUBAG UMUM SUBAG UMUM SUBAG UMUM SUBAG UMUM
SEKSI PDI
PENAGIHAN SEKSI PENAGIHAN SEKSI PENAGIHAN
SEKSI PPh BADAN
B. Visi, Misi, dan Nilai
a. Visi Direktorat Jendral Pajak
Visi Direktorat Jendral Pajak adalah “ Menjadi Institusi pemerintah yang
menyelenggarakan system administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan
dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi”
Dari penggalan kalimat visi yang pertama menegaskan bahwa Direktorat
Jendral Pajak ingin menjadi suatu institusi pemerintah yang menjalankan system
administrasi perpajakan modern, efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat. Efektif
dan Efisien artinya bahwa Direktorat Jendral Pajak melakukan pengukuran dan
pertanggung jawaban terhadap system modern yang dijalankan tersebut. Dipercaya
oleh masyarakat memiliki arti yaitu Direktorat Jendral Pajak memastikan masyarakat
yakin bahwa system administrasi perpajakan memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya kepada masyarakat, bangsa, dan Negara.
b. Misi Direktorat Jendral Pajak
Sesuai dengan tugas yang diberikan kepada Direktorat Jendral Pajak
sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Mentri Keuangan Nomor
131/PMK.01/2006, maka Direktorat Jendral Pajak memiliki misi “Menghimpun
Penerimaan Pajak Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu
mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Misi tersebut menjelaskan bahwa keberadaan Direktorat Jendral Pajak adalah
untuk menghimpun pajak dari masyarakat guna menunjang pembiayaan pemerintah.
Peran Direktorat Jendral Pajak tersebut dijalankan melalui system administrasi
perpajakan yang efektif dan efisien. System administrasi tersebut dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan dalam rangka menjalani masyarakat secara optimal untuk
menjalankan hak dan kewajiban perpajakan.
c. Nilai Direktorat Jendral Pajak
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi. Direktorat Jendral Pajak
berpedoman pada nilai-nilai sebagai berikut :
- Integritas
Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh kode etik
dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur,
konsisten, dan menepati janji.
- Profesional
Memiliki kompetensi dibidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan
sesuai dengan kompetensi, kewenangan serta norma-norma profesi, etika dan
- Inovasi
emiliki perkiraan yang bersifat terobosan dan/atau alternative pemecahan
masalah yang kreatif, dengan memperhatikan aturan dan norma yang berlaku.
- Teamwork
Memiliki kemampuan untuk bekersama dengan orang/pihak lain, serta
membangun network untuk menunjang tugas dan pekerjaan.
Nilai-nilai tersebut menjadi acuan perilaku bagi seluruh Sumber daya
Manusia Direktorat Jendral Pajak dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
Diharapkan seluruh jajaran Direktorat Jendral Pajak menunjang tinggi nilai-nilai
tersebut dan mengaplikasikan dalam pelaksanaan tugas sehingga dapat diperoleh
kinerja yang maksimal, dan selanjutnya untuk memudahkan Direktorat Jendral Pajak
dalam visi dan misinya dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan
bertindak jujur, konsisten dan menepati janji.
C. Kedudukan, Tugas Dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota
Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan salah satu instansi vertical
Direktorat Jendral Pajakyang berada dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Bagian Utara. Kantor Pelayanan
Pajak Medan Kota dipimpin oleh seorang kepala kantor.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota mempunyai tugas melaksanakan pelayanan,
bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, dan Pajak Tidak Langsung dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak
Medan Kota yaitu meliputi :
1. Kecamatan Medan Kota
2. Kecamatan Medan Amplas
3. Kecamatan Medan Johor
4. Kecamatan Medan Denai
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, KPP Medan Kota
menyelenggarakan fungsi :
1. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, penggalian
potensi pajak serta ekstensifikasi Waji Pajak
2. Penelitian dan piñatausahaan surat pemberitahuan tahunan, surat pemberitahuan
masa serta berkas Wajib Pajak
3. Pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nila, Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung lainnya.
4. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan,
banding dan penyelesaian restitusi PPh, PPN, dan PPTL
5. Verivikasi dan penerapan sanksi Perpajakan
6. Pengurus pemberian Surat Ketetapan Pajak
7. Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan
D. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota
Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota memakai struktur organisasi dan staf
yang dipakai leh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendrak Pajak Sumatera Utar,
dimana semua pegawainya merupakan Pegawai Negri Sipil Departemen Keuangan
Republik Indonesia.
Struktur organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematis
penerapan tugas-tugas, fungsi, wewenang serta tanggung jawab masing-masing
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya stuktur organisasi yang baik
maka dapat ditentukan kepada siapa tugas diberikan dan setiap orang harus
mempertanggung jawabkan tugas yang diberikan kepadanya, sehingga rencana dapat
dilaksanakan dengan baik dan tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Secara umum tugas Kepala Kantor masing-masing Kepala Seksi KPP
Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut :
1. Kepala Kantor
Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KP PBB, dan
Karipka maka Kepala Kantor KPP Pratama mempumyai tugas mengkoordinasikan
pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak dibidang Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan
Hak atas Tanah dan Bangunandalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Kepala Sub.Bagian Umum
Membantu dan mrnunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam
mengkoordinasi tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam hal
pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta
perlengkapan.
3. Kepala Seksi Ekstensifikasi
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasi pelaksanaan dan
penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan obyek dan subyek pajak,
penilaian obyek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasi pengumpulan,
pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan,
urusan tatausaha penerimaan pajak pengalokasiandan penatausahaan bagi hasil Pajak
Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan, pelayanan
dukungan tekhnis komputer,pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan
5. Kepala Seksi Pelayanan
Membantu Tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan
penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas
perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya,
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerjasama
perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I,II,III,IV)
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB, dan Pajak Lainnya),
bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan,
penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib
Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding
berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 (empat)
Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada
cakupan wilayah (territorial tertentu).
7. Kepala Seksi Pemeriksaan
Membantu Tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan
rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan
penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan,
8. Kepala Seksi Penagihan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan
pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen
penagihan.
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat
Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada kepala KPP
Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, pejabat Fungsional Pemeriksaan
berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi dengan Seksi Ekstensifikasi.
Selain itu, Tekhnologi Informatika dan Sistem Informasi dimanfaatkan secara
optimal.
Perbedaan Struktur Organisasi Lama Dengan Struktur Organisasi Baru
Pada Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota sebelumnya untuk
masing-masing pajak dibuat secara terpisah, baik itu Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan nilai (PPN), Pajak Bumi Bangunan (PBB), Pajak Pertambahan Nilai
Bumi (PPnBm), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan
lain-lain. Sedangkan struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
yang sekarang dengan cara menggabungkan bagian-bagian pajak yang terpisah
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi Bangunan (PBB),
Pajak Pertambahan Nilai Bumi (PPnBm, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB), dan lain-lain, maka untuk menyelesaikan masalah yang ada
tidak lagi dibagian pajak yang bersangkutan melainkan dapat konsultasikan di bagian
pengawasan dan konsultasi, begitu juga dengan bagian yang lainnya. Sehingga
Bagan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
KANTOR PELAYANAN
BAB III
GAMBARAN DATA PKLM
A. Dasar Hukum Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak
Menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Nomor SE-06/PJ.9/2001 tentang
Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan
penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam
administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Jadi dari pengertian diatas maka dalam hal ini fiskus / aparat pajak harus dapat
meningkatkan penerimaan pajak diantaranya melalui ekstensifikasi wajib pajak yang
belum terdaftar. Namun kenyataanya dalam pelaksanaannya dilapangan dengan
menyaring para wajib pajak agar mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan atau dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak, sangat sulit
dilakukan dikarenakan masih kurangnya kesadaran para wajib pajak tersebut dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya. Padahal wajib pajak mengetahui akan
pentingnya pajak bagi pembangunan dan perkembangan Negara. Karena pajak
merupakan devisa yang besar bagi Negara. Oleh sebab itu bagaimana kinerja dan
usaha keras yang telah dilakukan selama ini oleh fiskus dalam memburu pajak yang
belum terdaftar agar mempunyai kesadaran dan tanggung jawab akan pentingnya
Sampai saat ini Direktorat Jenderal Pajak telah berusaha mengevaluasi tentang
pelaksanaan ekstensifikasi ini melalui Surat Edaran Direktorat Jenderal PajakNomor
SE - 06/PJ.9/2001 sebagai petunjuk dan penegasan pelaksanaan yang berisi tentang :
1. Pengertian Ekstebsifikasi
2. Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak
3. Unit organisasi yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak
4. Petugas pelaksana yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi Wajib pajak
5. Data yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak
6. Pencarian data
7. Persiapan pelaksanaan kegiatan
8. Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak
9. Pengawasan
B. Tujuan Pelaksanaan Ekstensifikasi
Adapun pelaksanaan dari kegiatan ekstensifikasi (pemajakan ) ini bertujuan
untuk memperluas serta meningkatkan jumlah wajib pajak khususnya yang berada di
wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Sehingga diharapkan
dengan bertambahnya jumlah wajib pajak yang terdaftar akan dapat meningkatkan
Anggaran Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara yang diperoleh dari
pembagian hasil penerimaan setoran Pajak Penghasilan pasal 25 yang dikenakan atas
gaji dan penghasilan lainnya. Berdasarkan data statistik Wajib Pajak yang terdaftar
untuk periode tahun 2006 hingga tahun 2010 dalam kurun waktu 4 tahun, senantiasa
mengalami kenaikan, walaupun tingkat kenaikannya tidak sebagaimana yang
diharapkan oleh pihak KPP. Adapun kenaikan dari jumlah WP yang terdaftar dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1 :
Jumlah data Wajib Pajak Orang Pribadi dan Pajak Badan terdaftar atas pelaksanaan
Ekstensifikasi di KPP Pratama Medan Kota
per 1 Januari 2005 hingga 1 Januari 2009
WP 1 Jan 2005 1 Jan 2006 1 Jan 2007 1 Jan 2008 1 Jan 2009
Orang
Pribadi 32.003 33.372 52.086 66.828 86.632
Badan 5.714 6.137 6.607 7.152 7.734
Sumber KPP Pratama Medan Kota 2005 s/d 2009
Berdasarkan data – data yang telah ada yang akan digunakan dalam menjaring
para wajib pajak, diharapkan dengan pelaksanaan ekstensifikasi dapat diketahui
wajib pajak dan dalam membantu pemerintah melaksanakan kegiatan pembangunan
yang tujukan untuk kepentingan masyarakat itu sendiri.
C. Ruang Lingkup Pelaksanaan Ekstensifiaksi
Ruang lingkup pelaksanan kegiatan ekstensifikasi pajak meliputi :
1. Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP, termasuk pemberian
NPWP secara jabatan terhadap Wajib Pajak PPh orang pribadi yang berstatus
sebagai karyawan perusahaan, orang pribadi yang bertempat tinggal di
wilayah atau lokasi pemukiman atau perumahan, dan orang pribadi lainnya
(termasuk orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi
berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan), yang
menerima atau memperoleh penghasilan melebihi batas Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP).
2. Pemberian NPWP dilokasi usaha, termasuk pengukuhan sebagai PKP,
terhadap orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai lokasi usaha di
sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau
mall atau plaza atau kawasan industri atau sentra ekonomi lainnya.
3. Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP terhadap Wajib Pajak
Badan yang berdasarkan data yang dimiliki atau diperoleh ternyata belum
4. Unit organisasi dan petugas pelaksana yang melaksanakan kegiatan
ekstensifikasi ada 2 yaitu :
a. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) pada Kantor Pelayanan Pajak
serta kantor penyuluhan pajak yang berada di luar kota kedudukan KPP.
b. Petugas yang memenuhi kualifikasi sebagai pelaksana, meliputi :
1. Petugas yang ditunjuk oleh Kepala KPP.
2. Tugas Kantor Penyuluhan pajak yang ditunjuk oleh Kepala KPP.
3. Petugas lain yang ditunjuk oleh Kakanwil Direktorat Jenderal Pajak.
5. Data yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak
meliputi data intern dan data ekstern, antara lain:
a. Pelanggan listrik untuk rumah tinggal dengan daya 6.600 Watt atau lebih;
b. Pelanggan telkom dengan pembayaran pulsa rata-rata perbulan
Rp.300.000,- atau lebih;
c. Pemilik mobil dengan nilai Rp. 200.000.000,- atau lebih, atau pemilik
motor dengan nilai Rp.100.000.000,- atau lebih;
d. Pemegang Paspor Indonesia, kecuali pemegang paspor Haji dan pemegang
Paspor Tenaga Kerja Indonesia (tidak termasuk awak pesawat terbang
e. Tenaga Kerja Asing (expatriate) yang bertempat tinggal atau berada di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan;
f. Karyawan lokal kedutaan besar asing atau organisasi internasional;
g. Pemilik tanah dan atau bangunan dengan Nilai jual Objek pajak (NJOP)
Rp.1.000.000.000.- atau lebih berdasarkan data kartu jalan atau peta blok
atau DHR atau data SPOP;
h. Data orang pribadi atau badan selaku penjual atau pembeli tanah dan atau
bangunan dari laporan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) atau
informasi dari Notaris dengan nilai Rp.60.000.000.- atau lebih;
i. Pemilik telepon selular pasca bayar;
j. Pemegang kartu kredit;
k. Pemegang polis atau premi asuransi;
l. Pemegang kartu keanggotaan Golf;
m. Artis;
n. Pemilik atau Penyewa ruang apartemen atau kondominium;
o. Pemilik kapal pesiar atau "yacht", "speed boat", dan pesawat terbang;
q. Pemilik rumah sewa dan kost;
r. Pemegang saham, komisaris, direktur dan penerima dividen;
s. Pemilik atau penyewa atau pengguna dan pengelola ruangan pada sentra
perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mal
atau plaza atau kawasan industri atau sentra ekonomi lainnya.Subjek pajak
yang berdasarkan data pada lampiran Surat Pemberitahuan (SPT), telah
memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak, tetapi belum mempunyai NPWP;
t. Data yang ditemukan pada pelaksanaan kegiatan PSL.
6. Pencarian data dilakukan oleh :
Untuk Wilayah di luar Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jika pada kota
kedudukan Kanwil DPJ hanya terdaftar lebih dari satu KPP.
1. Kanwil DJP
2. KPP, dalam hal sumber data berada di wilayah KPP tersebut. Selain data
pada kanwil DJP.
7. Persiapan pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dapat dilakukan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka pelaksanaan ekstensifikasi Wajib
Pajak harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dengan ketentuan sebagai
a. KPP membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum mempunyai
NPWP dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SP PKP)
sesuai dengan data yang dimiliki.
b. KPP mempersiapkan sarana dan prasarana administratif yang diperlukan
c. KPP melaksanakan koordinasi dengan instansi di luar DJP yang terkait
dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak.
8. Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak.
Sesuai dengan tujuan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak, prioritas utama
kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak ditujukan untuk menambah jumlah Wajib
Pajak dan atau PKP
D. Kerangka Konsep
Keragka konsep dimaksudkan untuk membatasi pembatasan variabel yang
akan diteliti agar tidak menimbulkan interprestasi ganda untuk menganalisa suatu
Adapun konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
PROSES PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK
FISKUS Pemberitahuan WP yang belum terdaftar
Berdasarkan Daftar
PSL Pemberian NPWP dan
atau pengukuhan PKP secara jabatan
E. Proses Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak
Sesusai dengan tujuan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak, prioritas utama
kegiatan ekstensifikasi wajib pajak ditunjukan untuk menambah jumlah wajib pajak
dan atau Pengusaha Kena Pajak. Maka dalam hal ini pelaksanaan kegiatan
ekstensifikasi yang dilakukan oleh Fiskus adalah sebagai berikut.
a. Fiskus melakukan indentifikasi terhadap data yang diperoleh dan mencocokannya
dengan data Master File Lokal (MFL) melalui program Sistem Informasi
b. Fiskus membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum mempunyai Nomor
Pokok Wajib Pajak dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP)
sesuai dengan data yang dimiliki.
c. Fiskus membuat dan mengirimkan Pemberitahuan kepada Wajib Pajak yang
terdaftar dari sebagai Wajib Pajak dan atau Pengusaha Kena Pajak (untuk wajib
pajak di wilayah pemukiman) dan formulir Pemberitahuan Pelaksanaan
Ekstensifikasi dan Intensifikasi (untuk wajib pajak sentra perdagangan atau
perbelanjaan atau pertokoan atau mall atau plaza atau kawasa industri atau sentra
ekonomi lainya). Pemberitahuan tersebut dikirim oleh fiskus dengan melaporkan.
1. Formulir surat jawaban wajib pajak yang menyatakan bahwa wajib
pajak telah memiliki NPWP dan atau surat pengukuhan PKP.
2. Formulir surat jawaban wajib pajak yang menyatakan wajib pajak tidak
wajib mendaftarkan diri untuk memiliki NPWP dan atau melaporkan
usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP.
3. Formulir pernyataan wajib pajak mengenai besarnya peredaran usaha.
4. Formulir surat setoran pajak.
5. Formulir SPT Masa PPN
d. Atas pemberitahuan yang dikirim kepada wajib pajak terhadap beberapa
kemungkinan :
1. Wajib pajak menanggapi dan bersedia untuk mendaftarkan diri dan
diberikan NPWP dan atau dikukuhkan sebagai PKP dengan mengisi
formulir pendaftaran wajib pajak dan atau PKP.
2. Wajib Pajak tidak menanggapi pemberitahuan, walaupun pemberitahuan
telah diterima.
3. Wajib Pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang
bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP dan atau belum perlu
dikukuhkan sebagai PKP.
4. Wajib Pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang
bersangkutan sudah memiliki NPWP dan atau telah dikukuhkan sebagai
PKP.
5. Wajib Pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang
bersangkutan sudah memiliki NPWP dan sudah dikukuhkan sebagai PKP
di KPP lainnya atau
6. Wajib Pajak tidak menanggapi oleh karena pemberitahuan kembali dari
e. Dari hasil tanggapan pemberitahuan oleh fiskus akan dilakukan :
1. Terhadap wajib pajak yang menanggapi pemberitahuan dan bersedia
untuk mendaftarkan dari akan dilakukan proses pemberian NPWP dan
atau pengukuhan sebagai PKP sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Terhadap wajib pajak yang tidak menanggapi pemberitahuan, walaupun
pemberitahuan telah diterima maka oleh seksi pengolahan data dan
informasi dari wajib pajak tersebut diusulkan untuk diteruskan ke seksi
Tata Usaha Perpajakan agar dilakukan proses pemberian NPWP dan atau
pengukuhan sebagai PKP secara jabatan sesuai dengan tata cara yang telah
ditentukan.
3. Terhadap wajib pajak yang menanggapi pemberitahuan dengan
menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP dan
atau telah dikukuhkan sebagai PKP, dan wajib pajak yang tidak
menanggapi pemberitahuan yang di sebabkan pemberitahuan kembali dari
kantor pos, akan dilakukan pemeriksaan sederhana lapangan.
4. Terhadap wajib pajak yang menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah
memiliki NPWP dan atau telah dikukuhkan sebagai PKP, dan wajib pajak
yang menyatakan bahwa sudah memiliki NPWP dan dikukuhkan sebagai
a) Dalam hal wajib pajak telah terdaftar dengan nama dan alamat
domisilasi wajib pajak sesuai dengan Master File Lokal (MFL),
dilakukan kegiatan pendataan ulang terhadap wajib pajak dalam
daftar nominatif membubuhkan catatan bahwa wajib pajak sudah
terdaftar dan sekaligus mencantumkan NPWP dalam kolom
keterangan
b) Dalam hal wajib pajak telah terdaftar namun nama dan alamatnya
berbeda dengan data MFL akan dilakukan pemeriksaan sederhana
lapangan.
c) Dalam hal wajib pajak ternyata belum terdaftar, maka dilakukan
pemeriksaan sederhana lapangan.
f. terhadap wajib pajak yang berusaha disentra perdagangan, perkantoran, mall,
plaza, sentra ekonomi lainnya, seluruhnya dilakukan pemeriksaan lapangan
F. Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak
Pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak ditujukan untuk menambah
jumlah wajib pajak yang belum terdaftar untuk diberikan NPWP dan dikukuhkan
sebagai PKP.
Proses pelaksanaan ekstensifikasi ini dimulai dengan memberikan
Ekstern yaitu hasil pencarian data melalui pihak ketiga seperti : PLN, Telkom,
Notaris PEMDA dan lain – lain. Dari instansi tersebut dapat diambil contoh yaitu
hasil laporan dari informasi dan Notaris yang diterima oleh fiskus atas data orang
pribadi atau badan selaku penjual atau pembeli tanah dan atau bangunan dengan
harga jual Rp.60.000.000,00 atau lebih.
Setelah pemberitahuan kepada wajib pajak tersebut apabila tidak ditanggapi
maka fiskus melanjutkan dengan mengusulkan kepada seksi TUP untuk memberikan
NPWP dan atau dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan.
Dalam hal pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak terdaftar berbagai
hambatan, antara lain :
1. Identitas alamat dan wajib pajak yang jelas, yang disebabkan dalam hal wajib
pajak telah pindah.
2. Adanya data yang tidak dikenal
3. Alamat wajib pajak yang tidak lengkap
4. Kurangnya kesadaran WP dengan tidak menanggapi pemberitahuan yang
dilakukan oleh fiskus.
Maka dalam hal tersebut, fiskus terus berusaha melakukan berbagai upaya
dalam menanggapi hambatan tersebut dengan meningkatkan kerja sama dengan
kegiatan ekstensifikasi wajib pajak dan juga dengan cara meningkatkan penyuluhan
pajak kepada wajib pajak untuk menambah kesadaran dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya. Selain itu yang lebih penting yaitu dengan segera
menindak lanjuti data yang ada untuk dilakukan ekstensifikasi wajib pajak.
G. Usaha yang dilakukan oleh petugas Ekstensifikasi Wajib Pajak khususnya di
sesksi Pengolahan Data dan Informasi
a. Menerima daftar data wajib pajak yang tidak dikenal yang jelas alamatnya
(KP.PDIP3,8) dari koordinator pelaksana tiga seksi Pengolahan Data dan
Informasi dan melakukan persiapan untuk melaksanakan pengamatan dan
pengumpulan informasi :
1. Menerima surat daftar data wajib pajak yang tidak dikenal yang jelas
alamatnya dari korlak 3 PDI.
2 Melaporkan pada atasan langsung jika wajib pajak tersebut telah terdaftar
dan melaporkan NPWP nya.
3 Melakukan peminjaman data atau alat keterangan dengan KP.PDIP 3.17
kepada petugas penyimpanan data.
4. Menerima data/alat keterangan dan tindakan KP.PDIP 3.17 dari petugas
5. Melakukan pengamatan tanpa kontak langsung dengan wajib pajak dan
pengumpulan informasi untuk mengetahui kebenaran identitas wajib pajak
berdasarkan data/keterangan yang ada dan kelayakan wajib pajak untuk
mendaftarkan diri.
6. Membuat dan mengusulkan KP.PDIP 3.10 (Surat Himbauan) berdasarkan
KP.PDIP 3.8 (Alat Keterangan) kepada kepala seksi PDI melalui Korlak
3 PDI untuk diminta persetujuannya.
7. Menerima lembar KP.PDIP 3.10 yang telah mendapat persetujuan Kepala
Seksi PDI.
b. Membuat konsep surat himbauanya tentang NPWP bagi wajib pajak yang telah
jelas indentitasnya dan wajib mendaftarkan diri sesuai dengan data yang ada :
1. Membuat konsep surat himbauan untuk wajib pajak badan yang telah jelas
indentitasnya.
2. Membuat konsep surat himbauan untuk wajib perseorangan yang telah
jelas indentitasnya.
3. Membuat konsep surat hombauan untuk wajib pajak yang telah jelas
identitasnya dan menurut nilai data/alat keterangan cukup material
kendatipun kemungkinan berdasarkan respon yang diterima seolah –
4. Menyampaikan konsep surat himbauan kepada Kasi PDI untuk di parap
dan selanjutnya ditandatangani kepada kepala KPP.
5. Mencatat nomor, tanggal surat himbauan yang telah disetujui kepala KPP
pada Buku Agenda Surat Keluar yang dikelola Sub Seksi Data kemasukan
dan keluaran dan mengirimkannya kepada wajib pajak dilampiri formulir
pendaftaran wajib pajak nelalui Tata Usaha dengan Buku Ekspedisi/
c. Memantau hasil surat himbauan sampai dengan batas waktu yang ditentukan dan
mengisi nomor dan tanggal respon WP yang diterima pada KP.PDIP.3.10
1. Memantau hasil surat hinbauan sesuai batas waktu yang ditentukan dalam
surat himbauan tersebut dengan melakukan pengecekan pada Master File
Lokal dan daftar wajib pajak yang dihimbaukan, yang diterima kembali
korlak I PDI
2. Mengisi nomor dan tanggal respon wajib pajak yang diterima pada
KP.PDIP.3.10.
3. Mengambilkan data atau alat keterangan yang telah ditinjau pada petugas
penyimpanan data dengan terlebih dahulu mencantumkan NPWP pada
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Teknis Pelaksanaan Ekstensifikasi
Dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi guna menjaring para wajib pajak
yang tidak mau mendaftarkan dirinya untuk ditetapkan sebagai wajib pajak guna
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak sabagai sarana administrasi dan tanda
pengenal diri untuk memudahkan dalam melakukan kewajiban perpajakanny,
memiliki beberapa tahapan atau proses yang meliputi :
a. Perekrutan Data
b. Penghmbauan
c. Pengukuhan Secara Jabatan dan,
d. Pendistribusian Data Kepada Setiap Seksi
1. Perekrutan Data (Rekrut Data)
Data merupakan komponen pokok dalam melaksanakan kegiatan pendataan
terhadap wajib pajak yang belum mendaftarkan dirinya untuk dicatat sebagai wajib
pajak. Serta dalam upaya mendukung pelaksanaan tugas pokok Direktorat Jederal
meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak serta dalam mewujudkan
pelaksanaan dari sistem perpajakan yaitu self assessment.
Yang mana didalam sistem ini mewajibkan kepada setiap masyarakat yang
mampu melaksanakan kewajiban perpajakan untuk mendaftarkan dirinya ke Kantor
Pelayanan Pajak dimana tempat dia tinggal atau berdomisili.
Adapun yang dimaksud dengan data adalah keterangan dalam segala bentuk
baik yang terutang dalam tulisan, media elektronik, media masa maupun media
rekaman guna untuk memperoleh penjelasan atau informasi yang dibutuhkan. Dalam
pelaksanaan ekstensifikasi data yang dibutuhkan haruslah data yang lengkap dan
akurat. Dimana data – data tersebut dapat berupa data :
a. Data Makro
Yaitu data atau keterangan yang menunjukan kegiatan / keadaan
secara umum dalam suatu masa tertentu secara khusus kegiatan / keadaan
wajib pajak tertentu
b. Data Mikro
Yaitu data atau keterangan secara khusus memberi petunjuk tentang
c. Data Tunggal
yaitu data yang dalam suatu dokumen hanya memberi petunjuk
tentang kegiatan / keadaan dalam suatu masa tertentu.
d. Data Gabungan
yaitu data makro yang dalam satu dokumen memberi petunjuk tentang
kegiatan/keadaan beberapa wajib pajak dalam suatu masa tertentu.
Dalam pengumpulan data sebagai bahan dasar dalam melaksanakan kegiatan
ekstensifikasi, data – data yang dibutuhkan sebagai besar diperoleh dari berbagai
lembaga atau Instansi Pemerintah maupun swasta melalui kontrak kerja sama atau
kesepakatan bersama.
2. Penghimbauan Wajib Pajak
Penghimbauan terhadap wajib pajak merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan guna menyadarkan para wajib pajak untuk segera mendaftarkan dirinya ke
Kantor Pelayanan Pajak dimana tempat dia tinggal atau berdomisili. Pelaksanaan
himbauan dilakukan setelah data – data mengenai status wajib pajak telah diperoleh
secara lengkap. Kemudian kepadanya akan diberikan surat pemberitahuan untuk
segera mendaftarkan diri ke KPP tempat dimana dia berdomisili atau bertempat
Adapun batas jangka waktu kewajiban melaporkan diri setelah diterbitkannya
surat himbauan untuk segera mendaftarkan diri, dilakukan dalam jangka waktu 7
(tujuh) kerja dengan ketentuan apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah
diterbitkan / disampaikannya surat himbuan tersebut kepada wajib pajak tetap tidak
mau juga melaporkan atau mendaftarkan diri ke KPP tempat dimana dia tinggal atau
berdomisili, maka akan dikukuhkan secara jabatan dan kepadanya akan diberikan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan juga berdasarkan ketentuan
didalam pasal 2 ayat (4) Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, sebagaimana telah diubah terkhir dengan Undang –
Undang Nomor 6 Tahun 2000.
3. Pengukuhan Secara Jebatan
Pelaksanaan pengukuhan wajib pajak secara jabatan dilaksanakan apabila
berdasarkan data yang diperoleh atau yang dimiliki oleh Direktorat Jederal Pajak
yang dalam hal ini diwakilkan kepada Kantor Pelayanan Pajak ternyata mampu atau
telah memenuhi syarat untuk memperoleh NPWP. Dan dalam tempo yang telah
ditentukan berdasarkan surat himbauan yang telah diajukan oleh Kantor Pelayanan
Pajak dalam jangka waktu satu minngu atau 7 (tujuh) hari kerja wajib pajak tidak
juga mendaftarkan diri ke KPP tempat dimana dia berdomisili atau bertempat tinggal.
Adapun tata cara pelaksanaan dari pengukuhan wajib pajak secara jabatan
a. Petugas pendaftaran wajib pajak kantor pelayanan pajak menerima data
wajib pajak yang telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan secara jabatan
dari petugas pelaksana kegiatan ekstensifikasi maupun kantor penyuluhan
pajak.
b. Selanjutnya data – data tersebut diteliti dan disesuikan dengan data yang
ada di master file untuk mengetahui apakah wajib pajak telah terdaftar
sebelumnya atau tidak. Jika dalam hal wajib pajak telah pernah terdaftar,
maka kepadanya akan diberikan NPWP yang sama dengan yang dimiliki
sebelumnya.
c. Setelah itu petugas mengisi formulir permohonan pendaftaran dan
selanjutnya menandatanganinya.
B. Hambatan Dalam Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi
Dalam melaksanakan Kegiatan Ekstensifikasi diperlukan data Orang Pribadi
dan Badan yang penghasilanya di atas PTKP (seperti : dari Pemda, lembaga
pendidikan, assosiasi usaha. Dan lain – lain) yang akurat agar dalam pelaksanaan
Kegiatan Ekstenifikasi sesuai dengan tujuan dan sasaran Kegiatan Ekstensifikasi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang telah ditetapkan. Ketika Kantor Pelayanan
Pajak Pratama melaksanakan kegiatan ekstensifikasi biasanya dihadapkan pada
beberapa masalah yang menjadi penghambat bagi kelancaran Kantor Pelayanan Pajak
dengan upaya untuk menyesuaikan keadaan agar perubahan tersebut tidak
memberikan dampak negatif.
Direktorat Jenderal Pajak selalu melakukan pembenahan terhadap peraturan
perpajakan khususnya yang menyangkut dengan kegiatan ekstensifikasi, namun tidak
selamanya kegiatan ekstensifikasi berjalan dengan lancar, hal ini disebabkan karena
adanya hambatan – hambatan, antara lain sebagai berikut :
a. Ketidaktahuan, yaitu Wajib Pajak tidak sadar atau tidak tahu akan adanya
ketentuan – ketentuan perundang – undangan perpajakan tersebut.
b. Kesalahpahaman, yaitu Wajib Pajak salah menafsirkan ketentuan Perundang –
undangan perpajakan.
c. Wajib Pajak memberikan laporan, data – data, dan keterangan yang tidak
sesuai dengan bentuk usaha yang dilakukan.
d. Data statistik (seperti: Pemda, lembaga pendidikan assosiasi profesi, assosiasi
usaha Orang Pribadi) yang berpenghasilan diatas PTKP yang dibutuhkan
aparat pajak dalam membuat kebijakan tak tersedia secara memadai.
e. Kurang mengertinya Wajib Pajak akan adanya kewajiban perpajakan atas
usaha yang dijalankan. Setiap Orang Pribadi atau Badan Usaha yang
menjalankan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dikenakan pajak atas usaha
Nomor Pokok Wajib Pajak. Tetapi kadang Wajib Pajak kurang mengerti
bahwa atas usaha yang dijalankan itu dirinya dikenakan pajak sehingga ia
tidak mendaftarkan dirinya memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak. Hal ini
disebabkan kaerena minimnya pengetahuan masyarakat tentang perpajakan.
f. Wajib Pajak (masyarakat) enggan atau merasa sulit mendaftarkan diri sebagai
Wajib Pajak.
g. Kendala utama dari masyarakat untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) adalah pertimbangan manfaat langsung yang didapat. Karena pajak
tidak memberikan imbalan langsung kepada masyarakat, maka untuk apa
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik
kesimpulan antara lain :
1. Masih banyaknya warga yang belum terdaftar sebagi wajib pajak dan tidak
mau mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai wajib pajak.
2. Masih kurangnya kesadaran dari berbagai pihak akan arti pentingnya pajak
dalam mengisi pembangunan yang ditunjukkan dengan ketidakmauan serta
ketidakpedulian dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.
3. Kurangnya keintensipan instansi pajak untuk melakukan penyuluhan serta
sosialisasi kepada masyarakat sehingga masih banyak yang belum mengerti
tentang apa itu pajak.
4. Banyaknya pihak - pihak yang sengaja menghindarkan diri dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan mengatas namakan berbagai
B. SARAN
Adapun saran penulis adalah :
1. Perlu adanya kesinggapan serta keintensifan dari pihak kantor pelayanan
pajak untuk menjaring setiap wajib pajak yang sengaja menghindar dari
kewajiban perpajakannya.
2 Perlu adanya perbaikan serta peningkatan mutu dan kualitas pelayanan
kepada wajib pajak yang melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dimana
selama ini mutu pelayanan yang dirasakan oleh setiap wajib pajak terlalu
jauh dari apa yang diharapkan, sehingga membuat mereka enggan dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya.
3. Perlu adanya peningkatan kerjasama dengan berbagai pihak baik itu instansi
swasta maupun pemerintah dalam hal mengumpulkan data dan informasi
mengenai wajib pajak. Dalam pelaksanaan ekstensifikasi.
4. Perlu meningkatkan sosialisasi serta penyuluhan kepada masyarakat
mengenai hal – hal yang menyangkut masalah perpajakan agar mereka tahu
apa itu pajak, fungsi, dampak, serta kegunaannya bagi pembangunan.
5. Perlu adanya penegakan hukum yang jelas, sehingga tidak ada lagi yang
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 2009, Perpajakan Edisi 7, Andi Offset, Yogyakarta.
Resmi, Siti, 2008, Perpajakan : Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta
Sihaloho, Cyrus, 2002, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suandy, Erly, 2005, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta
Widjaja, Amin Tunggal, 1995, Pelaksanaan Pajak Penghasilan Perseorangan, Rineka Cipta, Jakarta.
Waluyo & Wirawan B. Ilyas. Perpajakan Indonesia (Buku Satu), Selemba Empat
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, perubahan ketiga atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP 161/PJ/2001 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak serta Pengukuhan dan Pencabutan
Pengukuhan Pengusaha KenaPajak.
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 06/PJ.9/2001 Tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Dan Intensifikasi Pajak
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.7/2004 Tentang Pemeriksaan Sederhana Lapangan Dalam Rangka Ekstensifikasi Wajib Pajak