• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penayangan iklan Partai Golkar di Tv One terhadap perilaku memilih masyarakat Kelurahan Kebon Baru Jakarta Selatan pada pemilu legislatif 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penayangan iklan Partai Golkar di Tv One terhadap perilaku memilih masyarakat Kelurahan Kebon Baru Jakarta Selatan pada pemilu legislatif 2014"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

MASYARAKAT KELURAHAN KEBON BARU

JAKARTA SELATAN PADA PEMILU LEGISLATIF 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun Oleh :

Ricka Winatha

1111051100001

KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 31 Maret 2015

(4)
(5)

TV One Terhadap Perilaku Memilih Masyarakat Kelurahan Kebon Baru Jakarta Selatan Pada Pemilu Legislatif 2014, dibimbing oleh Noor Bekti Negoro, SE, M.Si.

Tahun 2014 terdapat momentum pemilihan umum. Pemilu 2014 terjadi persaingan yang sangat sengit pada pemilu legislatif maupun pemilu presiden. Dengan serentak, media massa pun ikut terjamah dalam upaya kampanyenya, termasuk melalui iklan televisi. Salah satunya ialah partai Golkar yang sangat gencar berkampanye melalui TV One. Jumlahnya pun tercatat oleh Komunikasi Penyiaran Indonesia hingga 2153 spot iklan pada September 2013 – Februari 2014 dan 490 spot iklan pada masa kampaye 16 Maret – 5 April 2014.

Dari latar belakang fenomena tersebut, timbullah pertanyaan mayor mengenai apakah terdapat pengaruh antara penayangan iklan Golkar di TV One dengan perilaku memilih masyarakat? Serta pertanyaan minornya yaitu, apakah variabel visibilitas, audience salience, dan valensi secara individu berpengaruh signifikan terhadap perilaku memilih masyarakat?

Teori yang digunakan adalah teori Agenda Setting yang menjelaskan bahwa besarnya perhatian media massa terhadap suatu isu sangat memengaruhi perhatian khalayak. Oleh sebab itu, isu yang dianggap penting oleh media massa juga akan dianggap penting oleh publik. Penelitian ini menggunakan pendekatan mix research dengan menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif sebagai pelengkap penelitian. Dengan begitu paradigma yang digunakan peneliti ialah paradigm positivisme. Jenis penelitian ini akan melihat hubungan antara kedua variabel penelitian yang biasa disebut jenis eksplanatif atau korelasi. Metode penelitian menggunakan metode survei yang menggunakan angket atau kuisioner sebagai alat pengumpulan data dari sampel penelitian yaitu, masyarakat Kelurahan Kebon Baru, Jakarta Selatan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan korelasi antara variable penayangan iklan partai politik dengan varibel perilaku memilih masyarakat adalah 0,829 dan nilai signifikansinya sebesar 0,000. Alpha yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05. Dikarenakan nilai signifikansi korelasi yang diperoleh lebih kecil dari nilai alpha, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara penayangan iklan partai politik Golkar dengan perilaku memilih masyarakat. Walau tidak semua variable pada agenda media massa memengaruhi signifikan agenda publiknya. Hasil tersebut terlihat dari uji T-test dengan nilai �1 hitung sebesar 0,975 > 0,05 maka, Ho di terima. Sedangkan, �2 dan �3 sebesar 0,000 < 0,05 maka, Ho ditolak.

Kata kunci: pengaruh, agenda setting, iklan Golkar, perilaku memilih, TV One

(6)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur mari kita haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

memberikan cucuran nikmatnya kepada kita semua sehingga, kita tetap konsisten

dalam menjalankan tugas dan aktifitas kita sebagai hambanya. Amin. Sholawat serta

salam tak lupa pula kita kirimkan kepada pemimpin kita, Nabi Muhammad SAW

yang telah membuka jalan keterangan bagi umatnya.

Skripsi ini merupakan persyaratan memperoleh gelar sarjana komunikasi

(S.Kom.I), penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu dan membimbing penyusunan skripsi ini, di antaranya

ialah:

1. Dr. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi.

2. Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

3. Jumroni, M. Si, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

4. Dr. Sunandar, M. Ag, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan

Kerjasama Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

5. Kholis Ridho, M.Si, selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Dra. Musfirah

Nurlaily, MA, selaku Sekertaris Program Studi, dan dosen-dosen Program Studi

Konsentrasi Jurnalistik yang telah banyak memberikan ilmu-ilmu dan

(7)

datang.

6. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

tulus ikhlas meluangkan wkatu, tenaga, pikiran, dan dengan sabar membimbing

dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang

telah membantu dalam urusan administarsi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

8. Kedua orang tua Erwin Suhirman dan Wasniati, serta kakak ku tercinta

Oktavinawati yang selalu memanjatkan doa kepada Allah SWT, memberikan

semangat, dukungan, serta bantuan agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

9. Teman dekat ku Mochammad Reza Fansuri yang selalu menemani, memberikan

doa, semangat dan bersedia membantu dalam proses pembuatan skripsi ini agar

dapat berjalan dengan lancar.

10. Kris, Qurro, Shita, Intan dan teman teman Jurnalistik 2011 lainnya yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu memberikan semangat dikala

penulis sedang membutuhkan dukungan dan masukkan.

11. Kak Ami, Kak Tanti, kakak-kakak senior Jurnalistik lainnya, serta teman-teman

Fidkom 2011 yang tak kalah memberikan dukungan luar biasa sebagai

penyemangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Keluarga RDK FM yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

(8)

14. Yuli, Ichi, Aay, Kak Ucing, dan Kak Ingga yang menjadi sahabat tinggal ku

kurang lebih 4 tahun ke belakang saat penulis jauh dari orang tua. Terima kasih

telah memberikan dukungan serta semangatnya selama ini.

15. Staff dan masyarakat di Kelurahan Kebon Baru yang telah membantu dan

bersedia menjadi responden penelitian yang penulis tuju.

16. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Tentu dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,

baik dari penulisan maupun dari segi isi, kami mengharapkan banyak masukan yang

sifatnya membangun guna menjamin kesempurnaannya makalah ini. Tak lupa,

penulis senantiasa memanjatkan doa untuk semua teman-teman dari Konsentrasi

Jurnalistik semoga kelak kita akan dapat dipertemukan dengan kesuksesan yang telah

kita raih, amin.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Jakarta, 17 Maret 2015

Ricka Winatha

(9)

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GAMBAR...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah...7

C. Tujuan Penelitian...8

D. Manfaat Penelitian...9

1. Manfaat Teoritis...9

2. Manfaat Praktis...9

E. Tinjauan Pustaka...10

F. Sistematika Penulisan...11

BAB II LANDASAN TEORI A. Iklan...14

1. Pengertian Iklan...14

2. Pengertian Iklan Politik...15

3. Macam-Macam Iklan Politik...16

B. Kampanye...18

1. Pengertian Kampanye...18

2. Macam – Macam Kampanye…...19

C. Publisitas...20

1. Pengertian Publisitas...20

2. Macam – Macam Publisitas...20

D. Televisi...22

1. Pengertian Televisi...22

(10)

F. Teori Agenda Setting...25

G. Variabel Agenda Setting...29

1. Agenda Media...30

2. Agenda Publik...30

3. Agenda Kebijakan...31

4. Isu...33

H. Perilaku Memilih...34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian...36

B. Ruang Lingkup Penelitian...37

1. Subjek dan Objek Penelitian...37

2. Tempat dan Waktu Penelitian...38

C. Metode Penentuan Sampel...38

D. Metode Pengumpulan Data...40

1. Data Primer...41

2. Data Sekunder...42

E. Variabel Penelitian...42

F. Hipotesis Penelitian...43

G. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian...43

1. Variabel Penayangan Iklan Partai Golkar...44

2. Variabel Perilaku Memilih...45

H. Uji Instrumen...50

1. Uji Validitas...50

2. Uji Reliabilitas Data...51

I. Teknik Analisis Data...52

1. Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov...53

2. Uji Regresi Linear Berganda...54

3. Uji Koefisien Korelasi...55

4. Uji Koefisien Determinasi...57

5. Uji F-Test...57

6. Uji T-tes (Parsial) ...59

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Lokasi Penelitian...61

B. Profil DKI Jakarta...61

(11)

1. Kependudukan...64

2. Rukun Tetangga dan Rukun Warga...65

3. Bidang Keagamaan...67

4. Bidang Pendidikan...68

5. Bidang Perekonomian...69

6. Bidang Sarana dan Prasarana...69

7. Bidang Kesehatan Masyarakat...69

8. Bidang Kebersihan dan Lingkungan Hidup...70

9. Bidang Keamanan...71

10.Bidang Keluarga Berencana...71

11.Penanganan Masalah Sosial...72

12.Penanggulangan Bencana...72

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Pengelolaan Uji Instrumen...73

B.Rekapitulasi Validitas dan Reliabilitas...73

1. Hasil Uji Validitas...73

2. Uji Reliabilitas...76

C.Hasil dan Pembahasan...76

1. Deskripsi Data Responden Penelitian...76

D.Analisis Data Penelitian...78

1. Uji Normalitas Kolmogrov – Smirnov...78

2. Uji Regresi Linear Berganda...80

3. Uji – F...82

4. Uji T-test...83

5. Uji Koefisien Korelasi...84

6. Uji Koefisien Determinasi...85

7. Kampanye Partai Golkar...86

8. Agenda Kebijakan...87

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan...94

B. Saran...95

DAFTAR PUSTAKA...96

LAMPIRAN...99

(12)

TABEL 1 : Data Responden...40

TABEL 2 : Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian...47

TABEL 3 : Blue Print Skala Tayangan Iklan Partai Politik Golkar (sebelum validasi instrumen)... 48

TABEL 4 : Blue Print Skala Perilaku Memilih (sebelum validasi instrumen)....48

TABEL 5 : Blue Print Skala Tayangan Iklan Partai Politik Golkar (setelah validasi instrumen)...49

TABEL 6 : Blue Print Skala Perilaku Memilih (setelah validasi instrumen)...50

TABEL 7 : Skala Likert...53

TABEL 8 : Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi...57

TABEL 9 : Pembagian Wilayah Kabupaten atau Kota DKI Jakarta...62

TABEL 10 : Jumlah Penduduk Kelurahan Kebon Baru Berdasarkan Umur...60

TABEL 11 : Jumlah RT dan RW Kelurahan Kebon Baru...65

TABEL 12 : Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Setiap RW Kelurahan Kebon Baru Tebet...66

TABEL 13 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama...67

TABEL 14 : Sarana Tempat Ibadah Kelurahan Kebon Baru...67

TABEL 15 : Data Sarana Pendidikan Kelurahan Kebon Baru...68

TABEL 16 : Data Sarana Pendidikan Keagamaan Kelurahan Kebon Baru...68

TABEL 17 : Data Sarana Prasarana Kesehatan Kelurahan Kebon Baru...70

TABEL 18 : Data Peserta KB Warga Kelurahan Kebon Baru...71

TABEL 19 : Hasil Instrumen Valid Variabel X...74

(13)

TABEL 22 : Data Responden...77

TABEL 23 : Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...77

TABEL 24 : Data Responden Berdasarkan Usia...78

TABEL 25 : One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test...78

TABEL 26 : Uji Regresi Linear Sederhana...80

TABEL 27 : Koefisien Regresi Linear Sederhana...81

TABEL 28 : Koefisien Regresi Linear Berganda...81

TABEL 29 : Hasil Uji-F...82

TABEL 30 : Koefisien Korelasi...84

TABEL 31 : Koefisien Determinasi...85

(14)

GAMBAR 1 : Model Agenda Setting...34

GAMBAR 2 : Variabel Penelitian...42

GAMBAR 3 : Skema Regresi Linear Berganda Penelitian...49

GAMBAR 4 : Grafik Uji Normalitas Penelitian...79

GAMBAR 5 : Normal P-Plot of Regression Standardized Residual...79

(15)

A. Latar Belakang Masalah

Media massa merupakan sarana komunikasi yang diperuntukkan kepada

masayarakat luas. Media massa terbagi menjadi tiga jenis, media cetak, media

elektronik dan media online. Media massa ini bertugas untuk mengirimkan pesan ke

khalayak tersebut, baik melalui koran, televisi, radio dan internet. Seiring dengan

perkembangan zaman, media massa tidak hanya digunakan untuk memberikan

informasi, pesan dan hiburan semata tetapi beralih fungsi menjadi wadah periklanan

agar dapat memengaruhi khalayak, salah satunya melalui penayangan iklan-iklan di

televisi. Iklan televisi merupakan subkajian sosiologi komunikasi massa yang

kemudian bersentuhan dengan studi komunikasi bisnis dan budaya populer.1 Budaya

yang dimaksudkan di sini ialah produk kebudayaan masyarakat industri yang ditandai

oleh produksi dan konsumsi orang banyak. Hubungan antara konsumen dan produsen

ini ialah sebatas hubungan komersial semata. Tidak ada tujuan lain selain

memanipulasi kesadaran, selera, serta perilaku konsumen tersebut.

Iklan-iklan terpampang di televisi agar masyarakat memilih produk yang

ditawarkannya. Persaingan yang semakin sengit ini membuat pengiklan semakin

gencar untuk memproduksi iklan produknya secara besar-besar. Itulah sebabnya

intensitas periklanan di media massa televisi begitu sangat tinggi. Iklan partai politik

1

Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2008). h. 1.

(16)

pun ikut merambah, menguasai ruang publik. Seperti yang dijabarkan oleh Anwar

Arifin bahwa media massa memiliki sejumlah fungsi sosial yang berkaitan dengan

politik, yaitu:2 (1) fungsi informasi; (2) fungsi mendidik; (3) fungsi hiburan; (4)

fungsi menghubungkan; (5) fungsi kontrol sosial; (6) fungsi membentuk pendapat

umum. Inilah bukti kongkrit bahwa media massa, terutama televisi, mendorong

propaganda, kampanye, dan public relations politik agar semakin berkembang lagi.

Tahun 2014 lalu disebut sebagai tahun pestanya demokrasi, di mana akan banyak

sekali wakil dari partai-partai politik yang akan menampilkan sosoknya

masing-masing baik melalui spanduk, bendera, koran, radio, hingga televisi. Semua media

secara serentak akan dijamah oleh partai dan calon-calon dari partai politik dalam

upaya mengenalkan partai serta pribadinya melalui penguasaan media melalui iklan

tersebut. Pada titik inilah televisi dapat dinyatakan sebagai alat kampanye.

Media dalam peran periklanan merupakan sebuah kekuasaan untuk membawa

pesan politik dalam membentuk opini publik. Kemampuan untuk membentuk opini

publik ini yang menjadikan media massa memiliki kekuasaan politik. Oleh sebab itu,

pastilah televisi dipilih sebagai medium yang paling utama untuk mengiklankan

kampanye partai politik secara besar-besaran. Hal ini dipercayai karena televisi

merupakan media terampuh dan tercepat dalam menyampaikan sehingga terciptanya

pengaruh isi pesan media tersebut terhadap masyarakat. Konsep tersebut seperti yang

ada pada teori model peluru Harold D. Laswell yang menganggap bahwa pengaruh

2

Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), Cet. Ke-1, h. 160.

(17)

media langsung menembak pemirsa, yang juga memiliki kesamaan dengan teori

agenda setting oleh McCombs dan Donald Shaw.

Televisi juga dapat dikatakkan sebagai salah satu media massa yang berpengaruh

besar dalam meningkatkan elektabilitas partai, seorang calon legislatif ataupun calon

Presiden. Maka dapat dikatakkan bahwa televisi juga sebagai alat pencitraan. Dengan

media televisi, para calon dari partai politik dapat mengumbar-umbar visi serta

misinya dalam waktu yang terus menerus hingga dapat melekat pada pikiran

khalayak. Karena media massa selalu dipandang memiliki pengaruh yang kuat

terutama dalam membangun opini dan pengetahuan bagi khalayak.3

Walaupun penggunaan media dalam proses komunikasi politik tersebut tidak

secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung memengaruhi cara

manusia mengorganisasikan citra politik.4 Kenyataan tersebut menujukkan bahwa

media massa dapat membentuk citra politik partai atau individu menjadi mengarah

kepada yang dikehendakinya. Dan hal itulah yang akan memengaruhi cara manusia

berpendapat dan berperilaku, karena media massa merupakan cerminan masyarakat.

Kampanye pada Undang-Undang Pemilu Legislatif Pasal 82 dinyatakan dapat

dilakukan dalam beberapa bentuk yaitu, pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka,

penyebaran bahan kampanye pemilu kepada masyarakat umum, pemasangan alat

peraga di tempat umum, iklan media massa cetak dan media massa elektronik, rapat

umum, dan kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye pemilu dan

3

Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), Cet. Ke-1, h. 159.

4

Anwar Arifin, Ibid.

(18)

ketentuan peraturan perundang-undangan. Akan tetapi, penelitian ini merujuk kepada

kampanye pada media massa elektronik yaitu, televisi.

Dan pada Pasal 83 menyatakan, kampanye pemilu legislatif dimulai tiga hari

setelah partai ditetapkan secara resmi sebagai peserta pemilu dan berakhir saat

dimulainya masa tenang. Artinya, sejak 11 Januari 2013 – 5 April 2014, kurang lebih

selama 15 bulan kandidat dan partai dapat memulai kampanyenya. Rentang masa

kampanye Pemilu 2014 ini lebih lama dibandingkan Pemilu 2009 yang hanya

berjalan 9 bulan (5 Juli 2008 – 5 April 2009).5 Akan tetapi, untuk kampanye melalui

media massa memiliki ketentuan waktu yang berbeda.

Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 yang terletak pada pasal 83 kampanye

melalui media massa elektronik salah satunya televisi, hanya berjangka 21 hari yang

berakhir sebelum dimulainya masa tenang, serta pada pasal 97 dengan batas durasi 30

detik dan maksimal 10 spot iklan setiap harinya. Akan tetapi, pada kampanye pemilu

tahun 2014 lalu, hampir pada setiap televisi selalu menampilkan iklan partai politik,

termasuk TV One. Bahkan bukan hanya sekali atau dua kali saja iklan partai politik

ditayangkan di TV One, akan tetapi telah dilaksanakan sejak September 2013 dengan

jumlah yang juga lebih dari 10 spot per harinya. Nyatanya, waktu tersebut bukan

ditetapkan sebagai waktu berkampanye pada media massa dalam

perundang-undangan.

Inilah yang kemudian menjadi inspirasi penulis untuk meneliti lebih jauh

mengenai pengaruh iklan partai Golkar di TV One terhadap perilaku memilih

5

Komisi Pemilihan Umum, di akses pada 4 April 2015 dari http:// kpu.go.id.

(19)

masyarakat. Karena dalam proses komunikasi politik, peranan media menjadi penting

karena tidak hanya dalam konteks pendistribusian pesan umumnya saja, tetapi jauh

lebih penting dari itu yaitu, mengenai nilai berita yang akan diterima berkolerasi

positif atau tidakkah terhadap khalayak dari penayangan iklan. Jika iklan sudah

dilakukan secara besar-besaran dengan beragam variasinya apakah pesan dapat

diterima secara baik agar tercapainya maksud dan tujuan pengiklan. Ataukah isu yang

dianggap penting oleh TV One dalam mengiklankan Golkar belum dianggap penting

oleh masyarakat.

Oleh sebab itu, penulis ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh

penayangan iklan partai politik di TV One terhadap perilaku pemilih. Partai politik

yang penulis tujukan ialah partai politik Golongan Karya (Golkar) yang pada pemilu

legislatif 2014 lalu hanya dapat merebut perhatian masyarakat sekitar 14,75% dengan

menempati peringkat kedua sebagai pemenang, setelah PDIP dari hasil yang

ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum.

Sejak September 2013 – Februari 2014 sebelum masa kampanye di media massa

televisi dimulai pun, Golkar telah menampilkan iklannya dan kemudian tercatat

sebagai iklan partai terbanyak yang berkampanye pada rentan waktu tersebut.

Kemudian berada diposisi ketiga dalam jumlah spot iklan terbanyak pada masa

kampanye di media massa sejak 16 Maret – 5 April 2014 yang berjumlah 1018 spot

iklan. Golkar juga menempati berita partai terbanyak yang ditayangkan di televisi

(20)

diperbolehkan untuk berkampanye, Golkar juga paling terbanyak menayangkan

iklannya yang berjudul “Kita Semua Bersaudara” sebanyak 217 spot iklan.

Penulis juga memfokuskan iklan Golkar yang ditayangkan di TV One tersebut,

dikarenakan TV One paling banyak menampilkan iklan partai politik Golkar selama

September 2013 – Februari 2014 di mana bukan merupakan waktu kampanye di

media massa elektronik. TV One juga merupakan televisi yang terbanyak

menayangkan iklan politik dibanding televisi swasta lainnya dengan total 2303 iklan

partai yang ditayangkan. TV One juga merupakan televisi swasta yang paling banyak

melanggar karena berlebihnya penayangan jumlah iklan partai politik selama 16

Maret – 5 April 2014 dengan 26 pelanggaran.6

Walau penayangan iklan Golkar variasi dan jumlahnya banyak di TV One, tetapi

hal ini justru berbanding terbalik dengan hasil yang dicapai secara keseluruhan pada

pemilu legislatif 2014. Golkar tidak dapat menduduki peringkat pertama pada hasil

pileg tersebut, dan hanya menempati di posisi kedua setelah Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan (PDIP), di mana penayangan iklan yang dilakukan PDIP sangat

jauh berada di bawah jumlah iklan Golkar. Hubungan antara jumlah iklan Golkar

yang ditayangankan TV One ini juga tak lain karena adanya satu kepemilikan yakni,

Abu Rizal Bakrie yang selaku Ketua Umum Partai Golkar juga sebagai pemilik dari

TV One.

Dengan berlandaskan permasalahan di atas, penulis ingin mencari tahu

bagaimana agenda publik pada pilihan masyarakat dalam pemilu legislatif 2014.

6

Data Pribadi Milik Komisi Penyiaran Indonesia.

(21)

Apakah teori yang dipaparan McCombs dan Shaw di mana melihat bahwa apa yang

dianggap penting oleh media juga dianggap penting oleh publik berlaku dalam

penelitian yang ingin peneliti lakukan. Maka, penulis akan menyusunnya ke dalam

sebuah penelitian skripsi berjudul: PENGARUH PENAYANGAN IKLAN PARTAI

GOLKAR DI TV ONE TERHADAP PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT

KELURAHAN KEBON BARU JAKARTA SELATAN PADA PEMILU

LEGISLATIF 2014.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini ialah:

1. Apakah terdapat pengaruh dari penayangan iklan partai Golkar dengan

perilaku memilih masyarakat Kelurahan Kebon Baru Jakarta Selatan pada

Pemilu Legislatif 2014?

2. Apakah variabel visibilitas, audience salience, dan valensi secara individu

(parsial) berpengaruh signifikan terhadap perilaku memilih masyarakat

Kelurahan Kebon Baru Jakarta Selatan pada Pemilu Legislatif 2014ilih?

Dalam memudahkan penelitian yang akan dilakukan, penulis juga membatasi

permasalahan pada efek dari media massa televisi dalam pemberitaan iklan partai

politik tersebut. Pembatasan ini dilakukan dengan mengkhususkan pada penayangan

iklan Golkar di TV One serta bagaimana agenda publik yang berkembang di

masyarakat. Hingga pada akhirnya, apakah masyarakat akan memilih partai tersebut.

(22)

(Golongan Karya) yang ditayangkan di TV One terhadap responden masyarakatnya

yaitu, warga RT 07 dan RT 09 RW 06, Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan.

Penulis memilih lokasi penelitian tersebut karena dalam Pemilu Legislatif 2014

lalu, masyarakat di RT 09 dominan memilih partai Golkar sehingga di wilayah

tersebut Golkarlah yang dinyatakkan sebagai pemenang. Sedangkan untuk wilayah

RT 07 tidak memenangkan Golkar sebagai pilihan di wilayah mereka. Kedua sampel

ini penulis tuju sebagai bahan perbandingan agar terlihat secara objektif apakah

terdapat pengaruh dari penyangan iklan Golkar di TV One terhadap perilaku memilih

masyarakat yang pernah melihat iklan tersebut.

C. Tujuan Penelitian

Dengan dilatar belakangi masalah penelitian dan rumusan masalah yang telah

penulis paparkan, maka tujuan penelitian ini ialah:

1. Peneliti ingin melihat apakah terdapat pengaruh dari penayangan iklan partai

Golkar dengan perilaku memilih masyarakat Kelurahan Kebon Baru Jakarta

Selatan pada Pemilu Legislatif 2014.

2. Peneliti ingin mengetahui apakah variabel visibilitas, audience salience, dan

valensi secara individu (parsial) berpengaruh signifikan terhadap perilaku

memilih masyarakat Kelurahan Kebon Baru Jakarta Selatan pada Pemilu

(23)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Maka dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat semakin memperkaya ilmu di

bidang komunikasi khususnya. Bukan hanya dapat mengetahui secara umum, tetapi

peneliti juga dilatih menjadi lebih peka dalam keadaan dan perkembangan yang ada

di media massa televisi pada saat ini. Karena penelitian ini berupaya menemukan efek

dari iklan di televisi yang pada biasanya ditujukan sebagai alat persuasif khalayak.

Dan apakah efek televisi tersebut sesuai dengan maksud dan tujuannya tersebut,

dalam penelitian ini ditekankan pada perilaku memilih masyarakat. Sehingga, hasil

dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan pengembangan

keilmuan komunikasi bagi para akademisi ilmu komunikasi dan para pekerja media

khususnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para praktisi atau

pekerja media sebagai penambah sumber informasi, bahan bacaan serta masukan

yang berarti, dalam membahas bagaimana pengaruh penayangan di suatu media

terhadap masyarakat. Dan dapat dijadikan sebagai perbandingan dan pengembangan

bagi media massa dalam mengiklankan partai politik terhadap masyarakat di

kedepannya nanti. Sehingga maksud dan tujuan dari iklan tersebut dapat mudah

(24)

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum menentukan judul skripsi ini, penulis telah melakukan peninjauan

kepustakaan secara langsung terlebih dahulu dalam upaya menemukan studi

penelitian sebelumnya yang mempunyai kaitan judul atau subjek dan objek penelitian

serupa yang akan peneliti teliti terkait penayangan dan pengaruh pada perilaku

masyarakat. Tinjauan pustaka ini dimaksudkan agar dapat diketahui bahwa terdapat

perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian dari skripsi-skripsi

terdahulu.

Setelah penulis melakukan tinjauan kepustakaan pada Perpustakaan Utama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta penulis menemukan judul yang serupa. Namun untuk

membedakan penelitian yang penulis teliti terdapat beberapa hal yang perlu

diperhatikan, yaitu:

Skripsi pertama ditulis oleh Dwita Yuswandari mahasiswi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dengan judul skripsi

“Pengaruh Intensitas Menonton Iklan Partai Keadilan Sejahtera di Televisi Terhadap

Efek Kognitif Pemilih Pemula di SMA Bina Dharma Ciracas Jakarta Timur”. Skripsi

ini membahas tentang bagaimana intensitas menonton iklan partai politik PKS (Partai

Keadilan Sejahtera) terhadap efek kognitif siswa-siswi di SMA Bina Dharma sebagai

pemilih pemula. Persamaan dengan skripsi ini terletak pada media massa yang akan

diteliti yang berasal dari televisi. Sedangkan variable bebasnya berbeda, di mana pada

penelitian ini ialah penayangan iklan dan dalam penelitian Dwita ialah intensitas

menontonnya. Namun variable terikatnya sama-sama ingin melihat bagaimana

(25)

maupun masyarakatnya pun berbeda, penelitian Dwita meneliti iklan PKS dengan

objek pemilih siswa SMAN Bina Dharma Ciracas Jakarta Timur.

Skripsi kedua ditulis oleh Fajaruddien Zakiany mahasiswi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta jurusan Kesejahteraan Sosial dengan judul skripsi “Pengaruh

Konformitas Teman Sebaya (PEERS) terhadap Perilaku Merokok Mahasiswa

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi”. Skripsi ini membahas tentang

bagaimana pengaruh teman sebaya dalan perubahan sikap dan tingkah laku seseorang

agar ia sesuai dengan orang lain yang memiliki kesamaan usia dan kedewasaan.

Kesamaan dalam penelitian ini ialah sama-sama ingin melihat efek berbentuk

perilaku dari objek yang diteliti. Namun, jika dalam penelitian ini melihat perilaku

merokok, dalam penelitian yang akan peneliti adakan ialah melihat kecenderungan

perilaku memilih yang sangat berbeda konteksnya. Perbedaan lainnya terlihat dari

objek penelitian yang dituju, jika penelitian ini mengambil sampel mahasiswi

FIDKOM, peneliti justru mengambil sampel masyarakat umum di kelurahan Kebon

Baru.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan susunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan

(26)

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab pertama ini berisi enam sub bab di antaranya ialah: latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II : KERANGKA TEORITIS

Dalam bab ini akan membahas teori-teori yang berhubungan dengan isi

skripsi sebagai dasar pemikiran untuk membahas permasalahan dalam penelitian

skripsi, yaitu: teori tentang iklan politik, teori tentang agenda setting, dan teori

tentang perilaku memilih.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini terdapat sembilan sub bab yang menjelaskan mengenai

metode-metode yang berkenaan dengan skripsi ini, yaitu: pendeatan dan desain penelitian,

ruang lingkup penelitian, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data,

variable penelitian, hipotesis penelitian, definisi operasional dan indicator variable

penelitian, uji instrumen, dan teknik analisis data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Dalam bab ini akan dijelaskan gambaran umum tentang wilayah Kelurahan

Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan sebagai wilayah penelitian yang akan

(27)

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan dan menjabarkan data hasil temuan

dari penelitian yang telah didapatkan yang juga disertakan dengan analisis data

berdasarkan statistika dan kesimpulan.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini akan diuraikan penulis mengenai kesimpulan dan saran atas penelitian

(28)

A. Iklan

1. Pengertian Iklan

Dalam buku Bovee (1995: 14) yang berjudul Advertising Excellence

mendeskripsikan iklan sebagai sebuah proses komunikasi, di mana terdapat:

pertama, orang yang disebut sebagai sumber munculnya ide iklan; kedua, media

sebagai medium; dan ketiga, adalah audiens.7 Iklan dalam pengertian (Raymond

Williams, 1993: 320) merupakan sebuah dunia magic yang dapat menyulap

dengan seketika sebuah komoditas tertentu ke dalam hal yang penuh dengan

pengaruh mengikat hingga dapat menarik bagi yang melihatnya.

Iklan juga dikatakkan sebagai sebuah sistem yang dihasilkan dari imajinasi ke

dalam bentuk dunia nyata yakni melalui media massa. Iklan tersebut berupa

muatan ide seseorang ataupun kelompok yang memberikan citra kepada sebuah

produk yang akan diiklankan. Ide-ide tersebutlah yang dikomunikasikan kepada

audiens agar dapat diterima dan mendapat respon dari auidens.

Proses penuangan ide ke dalam pesan disebut sebagai proses encoding berupa

bahasa iklan yang meyakinkan seseorang. Kemudian media mengkonstruksi

pesan tersebut menjadi bahasa media. Pada tahap ini terjadi decoding karena

audiens menangkap bahasa media itu dan membentuk pengetahuan-pengetahuan

7

Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-1, Jilid 1, h. 108.

(29)

atau realitas, dan pengetahuan itu bisa mendorongnya merespon balik kepada

iklan tersebut.8

Bentuk respon dari audiens tersebut terbagi menjadi dua macam yaitu,

merespon materi iklan berbentuk reaksi terhadap iklan tersebut dan merespon

pesan media dengan membeli atau tidak membeli produk tersebut. Proses

tersebut akan terjadi secara berulang-ulang selama iklan tersebut masih disiarkan

di televisi.

1. Pengertian Iklan Politik

Dalam berkampanye, iklan politik merupakan senjata atau alat utama bagi

para kandidat maupun partai. Menurut Linda Lee Kiad, iklan politik dalam

proses komunikasi dinyatakan sebagai sumber partai politik maupun kandidatnya

dalam mengambil kesempatan untuk mengekspose diri melalui media massa dari

pesan-pesan politik untuk memengaruhi sikap, kepercayaan, dan tingkah laku

politik khalayak.

Gagasan iklan politik sebenarnya sama dengan iklan konsumen yang

bertujuan untuk memengaruhi khalayak. Hanya saja berbeda pada produk yang

dijual dan tujuan akhir dari iklan tersebut. Iklan politik tidak menjual barang,

namun menjual program partai, dan tidak mengarahkan pemirsa kepada perilaku

membeli, namun mengarahkan perilaku pemirsa kepada sikap menerima sebuah

partai dan memilihnya di saat pemilihan umum.9

8

Burhan Bungin, Ibid, h. 109.

9

Burhan Bungin, Ibid , h. 113.

(30)

Dalam (Kinsey, 1999: 118), penelitian mengenai iklan politik di televisi

menujukkan bahwa iklan politik memengaruhi bagaimana calon pemilih itu

mengenal kandidat, membantu mereka mengidentifikasikan prioritas, dan

memengaruhi standar penilaian mereka dan pemaknaan kesalahan. Berdasarkan

survey dan data penelitian dar 1972 hingga 1992, West (1993) disimpulkan

bahwa iklan politik seorang kandidat menimbulkan dampak penting atas

penilaian mengenai rasa suka terhadap kandidat dan informasi mengenai isu dan

sifat kandidat.10

2. Macam – Macam Iklan Politik

Iklan tidak hanya menyampaikan gambar dan suara saja, melainkan juga

membawa isi atau pesan yang ingin ditunjukkan kepada masyarakat. Dengan

tujuan agar masyarakat mengetahui apa yang dimaksudkan melalui pesan tersebut

sehingga akhirnya, masyarakat tertarik dan mulai mengikuti apa yang diinginkan

pesan itu. Unsur terpenting dari iklan politik di TV ialah slogan, jargon politik,

logo politik, dan pesannya. Terdapat tujuh kategori iklan politik menurut Devlin

(Brian McNair, 1999) yang memiliki nilai jualnya masing-masing, yaitu:11

a. Tipe iklan primitif yaitu, tipe yang biasanya artifisial, kaku, dan tampak

dibuat-buat dengan mengkonstruksikan kualitas kandidat.

10

Deddy Mulyana, Komunikasi Politik, Politik Komunikasi: Membedah Visi dan Gaya komunikasi Praktisi Politik, (Bandung: Rosdakarya, 2013), Cet. Ke-1, h. 81.

11

Deddy Mulyana, Nuansa-Nuansa Komunikasi: Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer, (Bandung: Rosdakarya, 1999), Cet. Ke-1, h. 97.

(31)

b. Tipe iklan talking heads yang dirancang untuk menyoroti isu dan

menyampaikan citra bahwa kandidat mampu menangani isu tersebut

dalam melakukan pekerjaannya nanti.

c. Tipe iklan negatif, yang menyerang kebijakan kandidat atau partai

lawannya.

d. Tipe iklan konsep yaitu, iklan yang dirancang untuk menggambarkan

ide-ide besar dan penting mengenai kandidat, serta kebijakan-kebijakan partai

yang telah dilakukan para kadernya.

e. Tipe cinema-verite, merupakan teknik yang menggunakan situasi informal

dan alami, misalnya dengan menayangkan kandidat yang sedang berbicara

akrab dan spontan dengan rakyat kecil, atau satu sisi kehidupan pribadi

atau keluarganya, atau dunia pekerjannnya. Meskipun bertujuan

memberikan kesan spontanitas dan informal, iklan semacam ini biasanya

tetap berdasarkan naskah dan latihan.

f. Tipe iklan kesaksian (testimonial) yaitu, iklan dengan orang lain yang

memberikan kesaksian tentang kandidat baik dari orang biasa maupun dari

tokoh terkemuka yang dikagumi seperti, tokoh politik, ilmuwan,

olahragawan, ataupun artis.

g. Tipe iklan formatreporter netral yaitu, tipe yang mendeskripsikan calon

kandidat atau bahkan calon kandidat lawan politiknya secara jelas dan

memberikan kesempatan kepada khalayak untuk memberikan penilaian.

Tayangan tersebut tentu saja tidak netral, namun mengandung kesan

(32)

B. Kampanye

1. Pengertian Kampanye

Dalam kegiatan politik, calon kandidat maupun partai politik berhak untuk

melakukan kampanye baik secara langsung maupun melalui perantara media

dengan ketentuan perundang-undangan yang telah ditetapkan, dalam hal pemilu

legislatif ini ialah Undang-Undang No. 8 Tahun 2012. Terdapat empat saluran

yang biasanya digunakan sebagai saluran kampanye, yaitu:12

a. Saluran face-to-face informal. Pada saluran ini menggunakan pendekatan

intimacy, dimana pada proses kampanye biasanya banyak menggunakan

konteks komunikasi interpersonal.

b. Saluran struktur sosial tradisional. Saluran ini biasanya dengan

menggunakan status social figure yang ada di masyarakat.

c. Saluran input. Saluran ini merupakan saluran yang memanfaatkan

berbagai pihak yang biasanya memberikan masukan (input) politik.

d. Saluran media massa. Saluran ini merupakan saluran yang memiliki

peran signifikan dengan menggunakan medium media massa cetak,

elektronik, online, hingga media sosial.

Roger dan Storey mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan

komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada

sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu

12

Gun Gun Heryanto, Ibid, h. 45

(33)

tertentu.13 Sedangkan Michael Pfau dan Roxanne Parrot mendefinisikan

kampanye sebagai proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan

berkelanjutan dan dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan

mempengaruhi khalayak yang telah ditetapkan.

Biasanya kampanye pemilu itu dilakukan oleh pelaksana kampanye, petugas

kampanye, dan peserta kampanye. Di mana biasanya pelaksana kampanye

berasal dari pengurus partai ataupun calon kandidat. Sedangkan untuk petugas

kampanye seperti tim sukses atau tim pendukung partai, yang kemudian diikuti

peserta kampanye dari masyarakat umum sebagai pemilihnya.

2. Macam – Macam Kampanye

Dengan tujuan semata-mata untuk memengaruhi khalayak, kampanye juga

terbagi menjadi beberapa jenis. Menurut Charles U. Larson (1992) kampanye

terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:14

a. Product-oriented campaigns yaitu, kampanye yang berorientasi pada

produk yang umumnya terjadi di lingkungan bisnis dengan tujuan untuk

memperoleh keuntungan financial.

b. Candidat-oriented campaigns atau yang sering disebut dengan political

campaigns yaitu, kampanye yang berorientasi pada kandidat umum yang

dengan tujuan untuk memperoleh kekuasaan politik.

13

Gun Gun Heryanto dan Sulhan Sumaru, Komunikasi Politik Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h. 21.

14

Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 34.

(34)

c. Ideollogically campaigns yaitu, jenis kampanye yang berorientasi pada

tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi pada

perubahan sosial. Kampanye jenis ini sering juga disebut sebagai social

change campaigns, contohnya seperti kampanye anti narkoba yang

dilakukan oleh pemerintah.

C. Publisitas

1. Pengertian Publisitas

Publisitas merupakan kegiatan menempatkan berita mengenai seseorang,

organisasi, atau perusahaan di media massa. Publisitas merupakan sesuatu yang

dianggap penting dalam PR perpolitikan. Menurut Lawrance dan Dennis L.

Wilcox, publisitas ialah sebuah informasi yang tidak perlu membayar

ruang-ruang pemberitaan atau penyiarannya, namun di saat yang sama tidak dapat

dikontrol oleh indivitu atau perusahaan yang memberikan informasi, sebagai

akibatnya informasi dapat mengakibatkan terbentuknya citra dan memengaruhi

orang banyak dan dapat berakibat aksi, di mana aksi ini dapat menguntungkan

ataupun merugikan saat informasi dipublikasikan.15

Sedangkan menurut Lesly, publisitas adalah penyebaran pesan yang

direncanakan dan dilakukan untuk mencapai tujuan lewat media tertentu untuk

kepentingan tertentu dari organisasi dan perorangan tanpa pembayaran tertentu

pada media tersebut.16 Dengan kata lain, publisitas merupakan upaya seseorang

15

Gun Gun Heryanto dan Sulhan Sumaru, Ibid, h. 90.

16

Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Ibid, h. 131.

(35)

agar kegiatannya ataupun kelompoknya diberitakan melalui media massa secara

cuma-cuma.

2. Macam – Macam Publisitas

Pada dasarnya, publisitas bertujuan untuk meningkatkan popularitas suatu

partai ataupun kandidatnya di khalayak luas. Publisitas pada praktiknya memiliki

bentuk dalam penyelenggaraannya yang berbeda-beda. Macam-macam publisitas

ini ialah:17

a. Pure publicity yaitu, publisitas yang biasanya memanfaatkan ordinary

news (kejadian biasa). Karena sebenarnyaa kejadian sehari-hari kita

sangatlah kuat dengan publisitasnya. Contohnya ialah sepanjang terotoar

jalan banyak terpasang bendera atau spanduk parti.

b. Paid publicity yaitu, publisitas yang menggunakan cara membeli rubrik,

kolom, ataupun air time pada suatu media. Akan tetapi, publisitas ini

berbeda dengan iklan. Publisitas jenis ini penyelenggaraannya lebih

elegan dengan masuk di talkshow, editorial, dokumenter, atau rubrik

lainnya yang terkesan tidak dibentuk dan direncanakan.

c. Free ride publicity artinya, publisitas yang biasanya memanfaatkan

keberadaan pihak lain dengan menggunakan situasi pihak ketiga maka

akan mendapatkan keuntungan. Mislanya dengan cara men-sticker

kopaja-kopaja dengan partai atau kandidatnya agar terlihat oleh orang

banyak.

17

Gun Gun Heryanto dan Sulhan Sumaru, Op. Cit, h. 93.

(36)

d. Tie-in publicity yaitu, publisitas dengan memanfaatkan extra ordinary

news (kejadian luar biasa). Biasanya partai-partai menghadiri momentum

tertentu di saat banyak para jurnalis berdatangan, guna mempersuasi

khalayak. Misalnya dengan melakukan bakti sosial ketika ada kejadian

banjir di suatu wilayah.

Dengan macam-macam tersebut dapat disimpulkan bahwa publisitas adalah

teknik penyiaran berita tentang peristiwa yang diatur atau diciptakan terlebih

dahulu untuk kepentingan seseorang, suatu lembaga.

D. Televisi

1. Pengertian Televisi

Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar alam dan gambar

hidup suara melalui kabel atau ruang.18 Televisi merupakan salah satu hal yang

membentuk cara berpikir atau pandangan masyarakat terhadap dunia.

Karakteristik televisi menurut Darwanto Sastro Subroto adalah dapat merekam

dan menyiarkan peristiwa atau kejadian aktual yang sedang terjadi bersamaan

waktunya dengan saat menonton. Televisi juga mampu menghadirkan sesuatu

yang aktual dan secara serempak dapat diterima oleh khalayak penontonnya.

John Corner (1995) membuat tiga poin penting tentang televisi di mana ia

membicarakan tentang masuknya politik ke dalam area publik pertelevisian

ketika televisi mengacu pada medium sebagai, suatu ranah manajemen

pengetahuan yang lengkap, misalnya bagaimana suatu partai politik mendapatkan

18

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003), h. 50.

(37)

citra baik dari khalayak. Kedua, Sesuatu yang mempresentasikan dunia nyata

melalui bentuk terpaan audio visual. Ketiga, sesuatu di mana ilmu politik

didominasi oleh personalisasi strategis. Maksudnya televisi mencocokan layanan

atau konten iklan politik selera mereka dengan khalyak.

Tiga wilayah manajemen informasi tersebut, realitas dan personalisasinya

sangat penting dalam mengdefinisikan hakikat televisi, bagaimana televisi

menghadirkan materi-materinya kepada kita, dan bagaimana institusi televisi

bekerja untuk membentuk materi tersebut.19

2. Kelebihan Televisi

Lewis mengungkapkan bahwa media televisi menawarkan fleksibelitas

dengan merancang suatu informasi baik berupa audio dan visual secara

bersamaan. Televisi sering juga disebut sebagai “jendela dunia besar” karena

realitas soasial yang ditayangkan di televisi dapat memengaruhi dan mengubah

persepsi khalayak. Tak heran jika televisi disebut-sebut menjadi media yang

sangat berpengaruh. Selain itu, menurut M. Wayne Delozier, terdapat kelebihan

media televisi yang digunakan sebagai media penyampaian pesan iklan, yaitu:20

a. Efesiensi biaya karena khalayak pengguna televisi dapat dijangkau secara

luas dalam satu kali tayangan.

b. Televisi dapat menciptakan rangsangan ketertarikan emosional penonton.

19

Graeme Burton, Membincangkan Televisi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 4.

20

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Media Televisi: Sebuah Analisis Isi Pesan Media Televisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 33.

(38)

c. Televisi memiliki pengaruh kuat untuk memengaruhi khalayak karena,

masyarakat kebanyakan sebagai calon pembeli lebih memercayai televisi

sebagai media rujukannya.

E. Efek Komunikasi Massa

Media massa selalu dipandang memiliki pengaruh yang kuat terutama dalam

membangun opini dan pengetahuan bagi khalayak. Efek yang dihasilkan dari media

massa tidak hanya berkaitan dengan efek dari pesan dan medianya saja. Menurut

Steven M. Chaffee (dalam Wilhoit dan Harold de Bock, 1980: 78), terdapat tiga

pendekatan yang dihasilkan sebagai efek dari adanya media massa yaitu:

Pendekatan pertama ialah efek yang terjadi hanya selama pada saat pesan dan

media itu berlangsung. Pendekatan kedua, melihat jenis perubahan yang terjadi pada

diri khalayak komunikasi massa berupa, perubahan perasaan atau sikap, perubahan

perilaku, perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Pendekatan ketiga, meninjau

satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa dari individu, kelompok,

organisasi, hingga suatu bangsa.21

Sedangkan David K. Berlo mengklasifikasikan efek atau perubahan ke dalam

tiga kategori yaitu, perubahan dalam ranah pengetahuan, sikap, dan perilaku nyata.

Perubahan perilaku biasanya didahuli oleh perubahan sikap dan perubahan sikap

biasanya didahului oleh pengetahuan. Efek tersebut nantinya akan diketahui melalui

21

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2008), Cet. Ke- 26, h. 218.

(39)

tanggapan khalayak yang digunakan sebagai umpan balik. Dan umpan balik

tersebutlah yang digunakan untuk mengetahui efeknya.

Namun secara umum, efek biasa dijabarkan oleh para ahli ke dalam tiga

klasifikasi yakni, kognitif, afektif, dan behavioral. Efek kognitif terjadi bila terdapat

perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau dipersepsi khalayak dan berkaitan

dengan pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul

bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Efek

ini berhubungan dengan emosi, sikap, dan nilai. Dan efek behavioral merujuk pada

perilaku nyata yang dapat diamati meliputi, pola-pola tindakan, kebiasaan perilaku,

dan sebagainya.22

F. Teori Agenda Setting

Teori agenda setting dikembangkan oleh McCombs dan Donald Shaw sekitar

tahun 1968, yang pada mulanya diciptakan untuk menggambarkan fenomena yang

telah lama diketahui dan diteliti dalam konteks kampanye pemilu. Teori ini

menjelaskan bahwa besarnya perhatian media massa terhadap suatu isu sangat

memengaruhi perhatian khalayak. Isu yang dianggap penting oleh media massa, juga

akan dianggap penting oleh khalayak. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa media

massa menentukan apa yang dipikirkan dan didiskusikan oleh khalayaknya.23

Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika media massa telah memberikan

perhatian pada suatu isu dan mengabaikan isu lainnya, maka hal itu akan memiliki

22

Jalaludin Rakhmat, Ibid, h. 219.

23

Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), Cet. Ke-1, h. 164.

(40)

pengaruh bagi pendapat umum. Karena penonton juga akan menerima isu tersebut

secara suka rela terhadap porsi yang telah disuguhkan oleh media. Dalam hal ini,

McCombs dan Shaw tidak menyatakan bahwa media secara sengaja berupaya

memengaruhi publik tetapi, publik melihat kepada para professional yang bekerja

pada media massa untuk meminta petunjuk kepada media ke mana publik harus

memfokuskan perhatiannya.24

Menurut Lippmann, media itu bertanggung jawab membentuk persepsi publik

terhadap dunia. Gagasan tersebutlah yang dikembangan oleh McCombs dan Shaw

tersebut. Agenda setting dapat terjadi karena media massa sebagai penjaga gawang

informasi (gatekeeper) harus selektif dalam menyampaikan berita ataupun informasi.

Menurut Pamela J. Shoemaker dalam Littlejohn dan Foss, apa yang diketahui publik

mengenai suatu kejadian yang ada sebagaian besar ditentukan oleh proses

penyaringan dan pemilihan berita yang dilakukan media massa.

Agenda Setting terbagi ke dalam dua level tingkatan yaitu, upaya dalam

membangun isu umum yang dinilai penting dan menentukan bagian-bagian atau

aspek dari isu umum tersebut yang dinilai penting (melakukan framing). Dalam

hubungan keterpengaruhan inilah yang disebut dengan agenda setting, di mana

agenda media dapat membentuk dan memengaruhi agenda yang ada dipublik.

Teori agenda setting mempunyai kesamaan dengan teori peluru yang

menganggap bahwa media mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi khalyak.

Hanya saja, teori agenda setting memusatkan perhatiannya kepada efek kognitif

24

Morissan, Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa, (Jakarta: Kencana, 2013), cet. Ke-1, Jilid I, h. 495.

(41)

khalayak yakni, kesadaran dan pengetahuan. Kajian riset ini lebih banyak dipusatkan

kepada ideologi dan politik dari media massa tersebut dalam mengaplikasikannya

dalam bentuk praktiknya (StraubhaarLaRose, 2004: 43). Di mana setiap media massa

pastilah memiliki agenda politik yang berbeda dengan yang lainnya. Hal itulah yang

dapat menimbulkan persaingan atau kerja sama dalam merekayasa opini, citra, dan

membentuk opini publik.

Oleh karena itu, suatu peristiwa politik akan dikonstruksi oleh masing-masing

media massa, sesuai dengan agenda politiknya, sehingga realitas politik yang

dikonstruksikan oleh setiap media massa, dengan sendirinya bukan realitas yang

sebenarnya melainkan hanya merupakan realitas bentukan atau rekayasa.25 Kekuatan

media massa dalam mengkonstruksi atau mendekonstruksi realitas politik ini

terutama terletak pada pemberitaan pers dan penyiaran di radio maupun televisi, baik

berupa berita maupun iklan politik, dengan mengabaikan peristiwa politik dan isu

politik yang lain. Hal itu merupakan salah satu fungsi redaksi yang dikenal dengan

sebutan gatekeeping dalam proses penyajian isi media kepada khalayak.

Penonjolan dilakukan dengan tujuan adanya kepentingan tertentu sebagai upaya

merekayasa opini publik sesuai dengan agenda politik yang telah ditetapkan. Seperti

yang sudah banyak dilakukan oleh pemilik media di Indonesia yang tak jarang

menggunakan kepentingan kelompoknya sendiri dengan menjadikannya sebuah isu

utama yang disuguhkan kepada khalayak. Isu tersebut pun di berikan dalam jumlah

yang tidak sedikit sehingga pada akhirnya, isu yang dibuat media dianggap penting

pula oleh publik.

25

Anwar Arifin, Op. Cit, h. 165.

(42)

Teori ini akhirnya berkembang seiring zaman dengan banyak riset dilakukan

untuk membuktikan hipotesis teorinya. Sebelumnya, teori ini juga sudah dilakukan

dalam penelitian Mc Combs dan beberapa temannya. Dengan melakukan penelitian

kepada sekitar 50 pemilih di masing-masing tiga situs geografis yaitu, Lebanon, New

Hampshire, sebuah kota kecil di negara bagian dengan pemilih pemula, di mana

penelitian tersebut dilakukan oleh Mc Combs dan rekan-rekannya di Universitas

Syracuse dengan metode wawancara. Kemudian di Indianapolis, Indiana sebuah kota

yang cukup besar dan heterogen, di mana wawancara ditangani oleh Weaver dan

rekan-rekannya di Universitas Indiana. Dan Evanston, Illinois, satelit pinggiran kota

Chicago, di mana wawancara ditangani oleh Graber dan rekan-rekannya di

Universitas Iilinois di Chicago Circle.26

Pada awal perkembangannya, riset agenda setting lebih banyak murni kuantitatif.

Konsep-konsep seperti agenda media dan agenda publik, dalam tradisi kuantitatif

dioperasionalkan sebagai susunan urutan isu-isu yang diberitakan media massa dan

susunan isu-isu yang dianggap penting di masyarakat, sehingga bisa diukur secara

kuantitatif. Namun dalam perkembangannya, agenda setting digabung dan dilengkapi

dengan studi kualitatif, baik sebagai pelengkap studi awal, analisis prosesnya maupun

efek lanjutan.

26

Weaver D. H., dkk., Media Agenda Setting in a Presidential Election: Issues, Images, and Interest, (New York: Praeger, 1981), h. 10.

(43)

G. Variabel Agenda Setting

Dalam penelitian ini, mengadopsi pemikiran Stephen W. Littlejohn yang

mengatakan bahwa fungsi agenda setting merupakan proses linear yang terdiri dari

tiga bagian, yaitu:27

1. Agenda media ialah isu-isu yang memperoleh penonjolan dalam media.

2. Agenda publik yaitu, agenda khalayak yang dipengaruhi atau dihasilkan dari

hasil interaksi suatu isu yang ditonjolkan oleh media yang nantinya dapat

memengaruhi agenda kebijakan.

3. Agenda kebijakan publik (policy) yaitu, urutan topik yang dianggap penting

dalam pikiran publik untuk menentukan kebijakan apa yang akan

dilakukannya dengan beberapa faktor pendukung agar ia semakin yakin

untuk mengikuti maksud dan tujuan apa yang telah diberikan media.

Namun dalam penelitian ini, peneliti tidak melihat hingga adanya agenda

kebijakan pada analisis kuantinya. Karena rumusan masalah menggunakan

pendekatan kuanti hanya melihat pengaruh apa yang ditimbulkan dari agenda media

kepada agenda yang berkembang di masyarakat, dalam hal ini dalam memilih partai

politik pada pemilu legislatif 2014. Akan tetapi, pada faktor-faktor lain masyarakat

dalam memilih, pada pendekatan kualitatif, peneliti menyangkut pautkan dengan

variabel agenda kebijakan publik ini.

Untuk itu, sub-variabel yang sesuai dengan teori di atas penulis mengadaptasi

dimensi-dimensi agenda media, agenda publik, dan agenda kebijakan publik tersebut

dengan konseptualisasi oleh Mannheim (Severin dan Tankard, Jr : 1992), yaitu:28

27

Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication, (California: Wadsworth, 1999).

(44)

a. Agenda Media

Untuk mengukur agenda media maka akan dilihat dari variabel media

massanya yaitu pertama, visibilitas (visibility), yaitu jumlah dan tingkat

menonjolnya berita. Kedua, tingkat menonjol bagi khalayak (audiende salience),

yakni relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak. Maksudnya, bagaimana isu

itu dirangkingkan oleh responden dan apakah rangkingnya itu sesuai dengan

rangking media.29 Ketiga, valensi (valence), yakni menyenangkan atau tidak

menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.

Ketiga indikator tersebut dapat diukur melalui analisis isi kuantitatif. Namun

peneliti tidak hanya melihat dari jumlahnya saja, melainkan dari pengaruh

penayangan dengan menentukan bagaimana rangking berita berdasarkan

panjangnya (waktu dan ruang), penonjolan tema berita (ukuran headline,

penempatan dan frekuensinya), dan konflik (cara penyajiannya) dari pandangan

masyarakatnya.

b. Agenda Publik

Analisis agenda publik dilakukan dengan perhitungan topik-topik yang

disajikan oleh media dan dianggap penting oleh khalayak, kemudian data tersebut

dirangkingkan dan dikorelasikan dengan rangking tentang isi media.30 Efek

lanjutan ini dapat berupa persepsi khalayak tentang suatu peristiwa tertentu atau

28

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007), Cet. Ke-3, h. 288.

29

Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-13, h. 69.

30

Jumroni dan Suhaimi, Metode – Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) Cet. Ke- 1, h. 56

(45)

sudah berupa tindakan, dalam hal ini perilaku memilih. Sedangkan untuk

mengukur agenda publik sebagai efek lanjutan dari agenda media dapat dilihat

dari tiga indikator di bawah ini, yaitu:

1) Keakraban (familiarity) yaitu, derajat kesadaran khalayak akan topik

tertentu.

2) Penonjolan pribadi (personal salience) yaitu, relevansi kepentingan

individu dengan ciri pribadi.

3) Kesenangan (favorability) yaitu, pertimbangan senang atau tidak senang

khalayak akan suatu isu. Bagaimana suatu informasi dirangkingkan

(berdasarkan penting tidaknya) oleh responden dan apakah rangkingnya

sesuai dengan rangking media seperti yang diprioritaskan.31

c. Agenda Kebijakan

Agenda kebijakan adalah pembuatan kebijakan publik yang dinggap penting

bagi individu, yang merupakan suatu tindakan khalayak dengan adanya beberapa

faktor pendukung agar ia mengikuti maksud dan tujuan apa yang telah diberikan

media. Dimensi untuk agenda kebijakan publik ini ialah:

1) Support atau dukungan, merupakan kegiatan menyenangkan bagi posisi

suatu berita tertentu. Maka, ketika publik merasa senang akan suatu berita,

dalam hal ini iklan, ia akan semakin yakin untuk memilih.

31

Jumroni dan Suhaimi, Ibid, h. 57

(46)

2) Likelihood of action atau kemungkinan kegiatan, yang merupakan

kemungkinan kegiatan publik dalam melaksanakan apa yang diibaratkan

dalam suatu media dengan adanya pengaruh seseorang atau role-model.

3) Freedom of action atau kebebasan bertindak yaitu, nilai kegiatan yang

mungkin dilakukan oleh individu. Seseorang memberikan penilaian pribadi

untuk menentukan aksinya akan memilih ataupun tidak memilih. Biasanya,

dimensi ini juga dipengaruhi oleh bebrapa faktor lain misalnya, ekonomi.

Untuk menguji sejauh mana pengetahuan yang ditransmisikan oleh media,

dalam buku Weaver yang berjudul Media Agenda Setting in a Presidential

Election: Issues, Images, and Interest, mereka meminta panelis untuk melihat inti

apa yang publik ketahui tentang isu-isu dan kualitas calon yang mereka atau

media yang sebelumnya telah disebutkan sebagai penting. Terdapat empat tingkat

pengetahuan yang dapat diidentifikasi, Pertama kesadaran akan masalah dan

gambar calon. Pada tingkat pembelajaran terendah ini responden diminta untuk

menyebutkan masalah atau kualitas, tapi tidak secara spontan dalam mengingat

fakta-fakta tentang isu tesebut.

Tingkatan kedua, mengingat dengan fakta. Jadi responden diminta

memberikan fakta-fakta dalam mengidentifikasi isu-isu atau memberikan contoh

kualitas calon presiden serta alasan menganggap mereka penting. Ketiga, dengan

mengingat fakta dan pengetahuan tentang posisi salah satu kandidat atau

kualitasnya. Keempat, mengingat fakta dan posisi dua kandidat. Ini tentu saja

merupakan satu-satunya tingkat pengetahuan yang dipercayai dalam menentukan

(47)

d. Isu

Isu adalah kategori dalam isi media baik berupa berita, iklan, program, dan

lain-lain. Kumulasi dari berita-berita yang dimuat secara berseri atau berita

tunggal yang di muat mengenai peristiwa tertentu dimana mencakup konflik,

pro-kontra publik, sebuah situasi yang di anggap penting oleh kelompok tertentu.

Dalam mempelajari hubungan antara penekanan media pada isu-isu dan

kekhawatiran pemilih atas isu-isu, penelitian sebelumnya lebih fokus pada

dimensi intrapersonal salience yaitu, sejauh mana seseorang merasa suatu

masalah secara pribadi penting baginya. Tetapi ada pula bukti yang menunjukkan

isu mempengaruhi sejauh mana suatu masalah yang dibicarakan dengan orang

lain (interpersonal salience) dan meluas ke mana isu-isu yang dianggap penting

untuk orang lain di masyarakat.32

Masing-masing jenis isu mempunyai efek yang berbeda dalam proses agenda

setting. Namun, dalam penelitian ini isu yang dimaksudkan ialah iklan Golkar

yang ditayangkan di TV One. Jika di sederhanakan, dalam bentuk alur proses di

mana teori agenda setting meramalkan agenda media memengaruhi agenda publik

maka, akan didapat gambar seperti di bawah ini:33

32

Weaver D. H., dkk., Op. Cit, h. 85.

33

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Grassindo, 2004), h. 20.

(48)
[image:48.612.110.531.84.555.2]

Gambar 1. Model Agenda Setting

H. Perilaku Memilih (Voting Behavior)

Menurut Jack Plano, voting behavior atau perilaku memilih adalah salah satu

bentuk perilaku politik yang terbuka. Sedangkan Riggs dan Plano menyatakan voting

behavior adalah studi yang berhubungan dengan cara orang cenderung untuk memilih

dalam pemilihan umum dan alasan mengapa mereka memilih.34

Dengan inti yang sama, Surbakti (1992) menyatakan bahwa perilaku memilih

ialah keikutsertaan warga negara dalam pemilihan umum yang merupakan

serangkaian kegiatan membuat keputusan yakni, apakah memilih dan tidak memilih

dalam pemilihan umum.

Penulis menyimpulkan bahwa perilaku memilih ialah suatu tindakan seorang

pemilih dalam memberikan suara kepada suatu kandidat tertentu pada pemilihan

umum. Pemilih di sini ialah warga negara yang mempunyai hak untuk memilih, di

daftar sebagai seorang pemilih, dan memberikan suaranya untuk memilih atau

menentukan wakil-wakilnya. Pemberian suara kepada salah satu kandidat merupakan

34

Riggs, R.E dan Plano, J.C, The Nited Nations: International Organization and World Politics, (Chicago: Dorsey Press, 1988).

Variabel Media Massa;

- Panjang - Penonjolan - Konflik

Variabel Antara;

- Sifat stimulus - Sifat

khalayak

Variabel Efek;

-Pengenalan -Salience -Prioritas

Variabel Efek Lanjutan;

- Persepsi - Aksi

(49)

suatu kepercayaan bagi khalayak yang telah memahami makna nilai pribadi yang

(50)

A. Pendekatan dan Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh dari penayangan iklan

partai Golkar di TV One terhadap perilaku memilih masyarakat Kelurahan Kebon

Baru serta melihat apakah masing-masing variabel penayangan berpengaruh atau

tidak atas pilihan seseorang.

Penelitian ini juga menggunakan pendekatan mix research yakni, gabungan

pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Dalam mix method research peneliti

menggunakan metode dan teknik kuantitatif pada satu fase dan menggunakan metode

teknik kualitatif pada satu fase lain.34 Dan penelitian ini menggunakan paradigma

positivisme, di mana paradigma adalah cara pandang seseorang ilmuan tentang sisi

strategis yang paling menentukan nilai sebuah disiplin ilmu pengetahuan itu sendiri.35

Dan paradigm positivisme adalah suatu pandangan bahwa ilmu hanya dapat diperoleh

melalui fenomena yang empiris, dapat diamati dan diukur serta diuji dengan metode

ilmiah.

Kemudian penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksplanatif atau juga biasa

dikenal penelitian korelasi. Jenis penelitian ini akan melihat hubungan antara kedua

variabel penelitian tanpa melakukan tindakan apapun sebagai tindak lanjutnya.

34

A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), Cet. Ke-1, h. 428.

35

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), cet. Ke-4, h. 25.

(51)

Penelitian dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih

fakta tersebut berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Dengan begitu dalam

penelitian ini penulis hendak melihat hubungan antara penayangan iklan partai

Golkar yang ditayangkan di TV One terhadap perilaku masyarakat Kelurahan Kebon

Baru dalam memilih.

Oleh sebab itu, untuk mendapatkan hasil data tersebut penulis menggunkan

metode penelitian survei pada penelitian ini. Metode survei merupakan metode

penelitian dengan mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan angket

atau kuisioner sebagai alat pengumpulan data.36 Pengumpulan data tersebut dilakukan

dalam menguji hipotesis atau mengadakan evaluasi yang membahas mengenai

seberapa jauh tujuan yang digariskan pada awal program tercapai atau mempunyai

tanda-tanda akan tercapai.37

B. Ruang Lingkup Penelitian 1. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek penelitian penulis ialah studi kasus pada pemilih di masyarakat

RT 07 dan RT 09, RW 06 Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan. Sedangkan, objek

penelitian dari penulis ialah “Pengaruh Penayangan Iklan Partai Golkar di TV One

terhadap Perilaku Memilih Masyarakat”.

36

Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 275.

37

Masri Singaribun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2011), Cet. Ke-4, h. 5.

(52)

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Januari – Februari 2015. Adapun lokasi

penelitian ini dilakukan di lingkungan masyarakat RT 07 dan RT 09, RW 06 Kebon

Baru, Tebet, Jakarta Selatan.

Adapun alasan penulis memilih lokasi penelitian tersebut karena dalam Pemilu

Legislatif 2014 lalu, masyarakat di RT 09 RW 06 Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan

dominan memilih partai Golkar sehingga di wilayah tersebut Golkarlah yang paling

banyak polling suaranya dan dinyatakkan sebagai pemenang.

Sedangkan RT 07 RW 06 Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan tidak

memenangkan Golkar sebagai pilihan di wilayah mereka. Kedua sampel ini penulis

tuju sebagai bahan perbandingan yang nantinya akan terlihat secara objektif apakah

terdapat pengaruh dari penyangan iklan Golkar di TV One terhadap perilaku memilih

masyarakat yang pernah melihat iklan tersebut.

C. Metode Penentuan Sampel

Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian

yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, hewan, udara, gejala, nilai,

peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi

sumber data penelitian.38 Adapun populasi penelitian yang dilakukan peneliti ialah

masyarakat RT 07 dan RT 09, RW 06 Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan.

38

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), cet. Ke-4, h. 99.

(53)

Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

populasi tersebut.39 Dalam pengambilan sampel, penelitian ini menggunakan teknik

accidental sampling (sampling aksidental), atau yang di beberapa buku lainnya di

sebut juga sebagai teknik incidental sampling. Teknik ini merupakan, teknik di mana

sampel yang diambil dari siapa saja yang kebetulan ada atau pengambilan sampel

berdasarkan kebetulan, misalnya memberikan kuisioner kepada siapa saja yang

dijumpainya. Sehingga, peneliti dapat mengambil sampel siapa saja yang kebetulan

cocok bertemu, yang penting karakteristiknya serupa. Metode ini dinyatakkan sangat

mudah, murah, dan cepat untuk dilakukan.40

Maka dalam pengambilan sampel penelitian ini, penulis akan mengambil sampel

secara kebetulan dari masyarakat RT 07 dan RT 09, RW 06, Kebon Baru, Tebet,

Kelurahan Kebon Baru yang telah berusia 17

Gambar

Gambar 1. Model Agenda Setting
Tabel 1. Data Responden
Gambar 2. Variabel Penelitian
tabel di bawah ini:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil peneltian dengan uji korelasi product moment menunjukkan adanya hubungan antara terpaan iklan kampanye partai politik dengan preferensi masyarakat terhadap calon presiden