PENGUJIAN KEMAMPUAN ADSORPSI DARI ADSORBEN ALUMINA
AKTIF UNTUK MESIN PENDINGIN TENAGA SURYA
SKRIPSI
Skripsi Yang DiajukanUntukMelengkapi
SyaratMemperolehGelarSarjanaTeknik
ABDI ZENTRA AORNA MANIK
NIM. 120421044
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
karuniaNya serta nikmat kesehatan yang diberikanNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan sebaik-baiknya dan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat yang harus dilaksanakan
mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan agar memperoleh gelar sarjana di
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun
Tugas Sarjana yang dipilih dengan judul
“PENGUJIAN KEMAMPUAN
ADSORPSI DARI ADSORBEN ALUMINA AKTTIF UNTUK MESIN
PENDINGIN TENAGA SURYA”
Dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini penulis banyak mendapat
dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini dengan ketulusan hati
penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Kedua orang tua dan keluarga tercinta (Ayah) Jahillim Manik dan (Ibu)
Nursaini Sigalingging yang senantiasa memberikan kasih sayang,
dukungan, motivasi dan nasihat yang tak ternilai harganya. Serta kepada
adik-adik saya yaitu Apri R. Manik, S.pd, Andriana Yunilia Manik, Astri
N. Manik, Ardi S. D. Manik, Anita S. Manik yang terus mendoakan saya
dalam menyelesaikan Tugas sarjana ini.
2.
Bapak Dr.Eng. Himsar Ambarita.ST.MT. selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktunya membimbing, memotivasi, dan
membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.
3.
Bapak Prof.Dr.Ir. Bustami Syam, MSME (Dekan Fakultas Teknik USU),
beserta segenap staf dan jajarannya.
5.
Bapak Ir. M. Syahril Gultom, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik
Mesin, Universitas Sumatera Utara.
6.
Bapak/Ibu Staff Pengajar dan Pegawai di Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik USU.
7.
Rekan satu tim Hakimin Nasution dan Bonardo Sormin atas kerja sama
yang baik untuk menyelesaikan penelitian ini.
8.
Seluruh rekan-rekan mahasiswa Departemen Teknik Mesin, khususnya
kepada kawan-kawan seperjuangan Angkatan 2012 yang tidak dapat
disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dan memberi
masukan yang berguna demi kelengkapan Tugas Sarjana ini,
"Solidarity
Forever"
.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dalam penulisan
maupun penyajian Tugas Sarjana ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
saran-saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Tugas
Sarjana ini dikemudian hari.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan doa
kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga Tugas Sarjana ini bermanfaat untuk kita
semua.
Medan, April 2015
Penulis
ABSTRAK
Akhir-akhir ini mesin pendingin siklus adsorpsi semakin banyak diteliti oleh para
ahli karena disamping ekonomis juga ramah lingkungan dan menggunakan energy
terbarukan yaitu energi surya. Agar proses adsorpsi dan desorpsi mesin pendingin
adsorpsi dapat berjalan dengan baik perlu diketahui jumlah perbandingan yang
ideal antara adsorben dengan refrigeran yang digunakan. Disini untuk mencari
perbandingan antara absorben alumina aktif menggunakan baut maupun tidak
menggunakan baut. Data tersebut dapat dicari menggunakan alat penguji kapasitas
adsorpsi. Alat penguji kapasitas adsorpsi yang digunakan dilengkapi dengan
lampu halogen 1000 W sebagai sumber panas. Adsorber pada alat penguji ini
terbuat dari bahan stainless steel yang bertujuan agar tahan terhadap korosi akibat
dari variasi refrigeran yang digunakan. Alumina aktif yang digunakan sebagai
adsorben sebanyak 1 kg. Sedangkan variasi refrigeran yang digunakan yaitu
amonia. Kapasitas amonia yang dapat diadsorpsi dan didesorpsi oleh adsorben
alumina aktif mengunakan baut diisolasi adalah sebanyak 300 mL. Sedangkan
kapasitas amonia yang dapat diadsorpsi dan didesorpsi oleh adsorben alumina
aktif tidak menggunakan baut diisolasi adalah sebanyak 220 mL.
ABSTRACT
Lately adsorption refrigeration cycle more and more scrutinized by experts as well as eco-friendly and economical use of renewable energy is solar energy. In order for the process of adsorption and desorption adsorption refrigerating machine can run well to note that the ideal number of comparisons between the adsorbent with a refrigerant used. Here to find a comparison the absorbent activated alumina using or not using a bolt. The data can be searched using the adsorption capacity testers. Adsorption capacity testers are used equipped with a 1000 W halogen lamp as a heat source. Adsorber on this tester is made of stainless steel which aims to resist corrosion due to the variation of refrigerant used. Mixture of active alumina used as much as 1 kg of adsorbent. While the refrigerant used is amonia. The capacity of amonia which can be adsorbed by the adsorbent and didesorpsi activated alumina using bolt isolated is much as 300 mL. While the capacity of amonia which can be adsorbed by the adsorbent and didesorpsi activated alumina not using bolt isolated is much as 220 mL.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...
i
ABSTRAK ...
iii
ABSTRACT ...
iv
DAFTAR ISI ...
v
DAFTAR GAMBAR ...
viii
DAFTAR TABEL ...
xii
DAFTAR SIMBOL ...
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...
1
1.2 Tujuan Penelitian ...
2
1.2.1 Tujuan Umum ………
2
1.2.2 Tujuan Khusus ………...
2
1.3 Batasan Masalah ...
2
1.4 Manfaat Penelitian ...
3
1.5 Sistematika Penulisan ...
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Siklus Adsorpsi ...
5
2.1.1 Teori Umum Adsorpsi ...
5
2.2 Adsorben ...
8
2.2.1 Alumina Aktif ...
8
2.2.2 Pembuatan Alumina Aktif ...
10
2.2.3 Kegunaan Alumina Aktif ...
12
2.3 Refrigeran ...
13
2.3.1 Amonia ...
15
2.4 Keamanan Lingkungan ...
16
2.5 Kalor (Q) ...
17
2.5.1 Kalor Laten ...
17
2.5.2 Kalor sensibel ...
18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu ...
23
3.2 Bahan ...
23
3.3 Alat Ukur yang Digunakan pada Pengujian Kapasitas Adsorpsi 23
3.4 Peralatan yang Digunakan ...
25
3.5 Set-Up Eksperimental ...
29
3.5.1 Prosedur Pengujian ...
30
3.6 Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi ...
31
3.6.1 Dimensi Utama Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi
33
3.7 Langkah Pembuatan Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi ...
34
3.7.1 Pembuatan Adsorber ...
34
3.7.2 Pembuatan Gelas Ukur ...
37
3.8 Flowchart Penelitian ...
38
BAB IV ANALISA DATA
4.1 Hasil Pengujian ...
39
4.1.1 Pengujian dengan Gelas Ukur ...
40
4.1.2 Data Alat Pengujian Kapasitas Adsorbsi
Menggunakan Fin Dan Tanpa Fin Dengan Gelas
Ukur Diisolasi ...
41
4.2 Energi Adsorpsi Alumina Aktif ...
55
4.3 Neraca Kalor ……….
56
4.3.1 Kalor yang Diserap Gelas Ukur ...
56
4.3.2 Perhitungan Kalor Laten ...
57
4.4 Analisa Perpindahan Panas pada Adsorber saat Desorpsi ...
59
4.4.1 Perpindahan Panas Pada Pengujian Amonia ...
59
4.5 Analisa Perpindahan Panas pada saat adsrobsi ...
63
4.5.1 Konveksi Natural Pada Pengujian Amonia ...
63
4.5.2 Efisiansi Gelas Ukur ...
78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...
80
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Dasar Refrigerasi Adsorpsi ...
6
Gambar 2.2 Diagram Clayperon pada Sistem Pendingin Siklus Adsorpsi 7
Gambar 2.3 Adsorben Alumina Aktif ...
9
Gambar 2.4 Diagram Proses Pembuatan Alumina ...
12
Gambar 2.5 Amonia( NH3)...
16
Gambar 2.6 Perpindahan Panas Konduksi Melalui Sebuah Pelat ...
19
Gambar 2.7 Perpindahan Panas Konveksi dari Permukaan Pelat ...
20
Gambar 2.8 Konveksi Natural pada Bidang Horizontal (tipe a) ...
21
Gambar 2.9 Konveksi Natural pada Bidang Horizontal (tipe b) ...
22
Gambar 3.1 Pace XR5 Data Logger ...
24
Gambar 3.2 Sensor Tekanan ...
24
Gambar 3.3 Pompa Vakum ...
25
Gambar 3.4 Katup ...
26
Gambar 3.5 Pipa Penghubung ...
26
Gambar 3.6 Selang Karet ...
27
Gambar 3.7 Baut ...
27
Gambar 3.8 Kotak Isolasi Styrofoam ...
28
Gambar 3.9 Laptop ...
28
Gambar 3.10
Set-Up
Eksperimental pada Proses Desorpsi ...
29
Gambar 3.11
Set-Up
Eksperimental pada Proses Adsorpsi ...
30
Gambar 3.12 Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi dengan gelas ukur ...
32
Gambar 3.13 Dimensi Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi ...
33
Gambar 3.14 Dimensi Adsorber ...
33
Gambar 3.15 Gelas Ukur...
34
Gambar 3.16 Bentuk Adsorber ...
34
Gambar 3.17 Pengisian Adsorben Alumina Aktif ...
35
Gambar 3.18 Pemasangan Kawat Kasa ...
35
Gambar 3.19 Penyambungan Pelat Adsorber ...
36
Gambar 3.20 Pemasangan Pipa, Manometer Vakum dan Katup ...
36
Gambar 3.22 Adsorber Setelah Dicat Warna Hitam ...
37
Gambar 3.23 Pembuatan Gelas Ukur ...
37
Gambar 3.24 Gelas Ukur...
37
Gambar 4.1 Letak Titik-Titik
thermocouple
pada Alat Penguji ...
39
Gambar 4.2 Grafik Temperatur vs Waktu Pemvakuman Alat Penguji
Adsorpsi (amonia) menggunakan fin ...
41
Gambar 4.3 Grafik Temperatur Gelas Ukur vs Waktu pada Adsorber
Pada Saat Pemvakuman ...
42
Gambar 4.4 Grafik Tekanan vs Waktu ...
43
Gambar 4.5 Grafik Temperatur vs Waktu Pemvakuman Alat Penguji
Adsorpsi (amonia) menggunakan fin ...
43
Gambar 4.6 Grafik Temperatur Gelas Ukur vs Waktu pada Adsorber
Pasa Saat Pemvakuman ...
44
Gambar 4.7 Grafik Tekanan vs Waktu ...
45
Gambar 4.8 Grafik Temperatur vs Waktu Adsorpsi Alat Penguji
Adsorpsi (amonia) menggunakan Fin ...
46
Gambar 4.9 Grafik Temperatur vs Waktu adsorpsi Gelas Ukur Refrigerant
(amonia) ...
46
Gambar 4.10 Grafik Tekanan vs Waktu ...
47
Gambar 4.11 Grafik Temperatur vs Waktu Adsorpsi Alat Penguji
Adsorpsi (amonia) tanpa menggunakan Fin ...
47
Gambar 4.12 Grafik Temperatur vs Waktu adsorpsi Gelas Ukur Refrigerant
(amonia) ...
48
Gambar 4.13 Grafik Tekanan vs Waktu ...
49
Gambar 4.14 Grafik Temperatur vs Waktu Desorpsi Alat Penguji
Adsorpsi (amonia) menggunakan Fin ...
50
Gambar 4.15 Grafik Temperatur vs Waktu Desorpsi Gelas Ukur Refrigerant
(amonia) ...
50
Gambar 4.16 Grafik Tekanan vs Waktu ...
51
(amonia) ...
53
Gambar 4.19 Grafik Tekanan vs Waktu ...
54
Gambar 4.20 Mekanisme Perpindahan Panas Pada Adsorber ...
59
DAFTAR TABEL
DAFTAR SIMBOL
Simbol
Arti
Satuan
A
Luas penampang
m2
Cp
Kalor spesifik tekanan tetap
J/kg.K
h
koefisien konveksi
W(m2K)
k
Koefisien konduksi
W/m.K
Le
Kapasitas kalor spesifik laten
J/kg
m
Massa zat
kg
Nu
Bilangan Nusselt
Qc
Laju perpindahan panas konduksi
W
Qh
laju perpindahan panas konveksi
W
Qr
laju perpindahan panas radiasi
W
P
Tekanan Vakum
psi
QL
Kalor laten
J
Qs
Kalor sensibel
J
t
Interval waktu
s
Tgl
Temperatur gelas ukur
K
Ts
Temperatur permukaan adsorber
K
Tb
Temperatur bawah adsorber
K
Tf
Temperatur film
K
TG
Temperatur gelas ukur
K
∆
T
Beda temperatur
K
∆
x
Panjang/tebal pelat
m
ε
emisitas dari pelat penyerap
ABSTRAK
Akhir-akhir ini mesin pendingin siklus adsorpsi semakin banyak diteliti oleh para
ahli karena disamping ekonomis juga ramah lingkungan dan menggunakan energy
terbarukan yaitu energi surya. Agar proses adsorpsi dan desorpsi mesin pendingin
adsorpsi dapat berjalan dengan baik perlu diketahui jumlah perbandingan yang
ideal antara adsorben dengan refrigeran yang digunakan. Disini untuk mencari
perbandingan antara absorben alumina aktif menggunakan baut maupun tidak
menggunakan baut. Data tersebut dapat dicari menggunakan alat penguji kapasitas
adsorpsi. Alat penguji kapasitas adsorpsi yang digunakan dilengkapi dengan
lampu halogen 1000 W sebagai sumber panas. Adsorber pada alat penguji ini
terbuat dari bahan stainless steel yang bertujuan agar tahan terhadap korosi akibat
dari variasi refrigeran yang digunakan. Alumina aktif yang digunakan sebagai
adsorben sebanyak 1 kg. Sedangkan variasi refrigeran yang digunakan yaitu
amonia. Kapasitas amonia yang dapat diadsorpsi dan didesorpsi oleh adsorben
alumina aktif mengunakan baut diisolasi adalah sebanyak 300 mL. Sedangkan
kapasitas amonia yang dapat diadsorpsi dan didesorpsi oleh adsorben alumina
aktif tidak menggunakan baut diisolasi adalah sebanyak 220 mL.
ABSTRACT
Lately adsorption refrigeration cycle more and more scrutinized by experts as well as eco-friendly and economical use of renewable energy is solar energy. In order for the process of adsorption and desorption adsorption refrigerating machine can run well to note that the ideal number of comparisons between the adsorbent with a refrigerant used. Here to find a comparison the absorbent activated alumina using or not using a bolt. The data can be searched using the adsorption capacity testers. Adsorption capacity testers are used equipped with a 1000 W halogen lamp as a heat source. Adsorber on this tester is made of stainless steel which aims to resist corrosion due to the variation of refrigerant used. Mixture of active alumina used as much as 1 kg of adsorbent. While the refrigerant used is amonia. The capacity of amonia which can be adsorbed by the adsorbent and didesorpsi activated alumina using bolt isolated is much as 300 mL. While the capacity of amonia which can be adsorbed by the adsorbent and didesorpsi activated alumina not using bolt isolated is much as 220 mL.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perancangan sebuah alat pendingin dapat kita ketahui bahwa sistem
pendingin adalah untuk mengembalikan gas menjadi cairan dan selanjutnya
kembali menguap menjadi gas. Dalam bidang teknik, istilah pendinginan harus
dibayangkan lebih dari sekedar pendingin atau menjaga sesuatu tetap dingin,
melainkan suatu sistem yang menghasilkan perpindahan kalor dari sumber
(
source
) yang lebih dingin ke penyerap (
sink
) yang lebih panas dimana hal
tersebut membutuhkan masukan berupa kerja atau energi tambahan.
Proses pendinginan merupakan suatu usaha untuk menurunkan suhu pada
ruangan ataupun pada suatu material, dengan kata lain mendapatkan kondisi yang
diinginkan oleh produk atau material, dalam hal ini temperatur yang rendah agar
produk atau material dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama, baik untuk
konsumsi, produksi, maupun perdagangan. Penyimpanan dan transportasi bahan
pangan, proses pengolahan makanan dan minuman, pembuatan es (
ice making
)
merupakan beberapa contoh kegiatan yang memerlukan proses pendinginan dan
pembekuan. Proses pendinginan merupakan proses pengambilan kalor / panas
suatu ruang atau benda untuk menurunkan suhunya dengan jalan memindahkan
kalor yang terkandung dalam ruangan atau benda tersebut. Sehingga proses
pendinginan merupakan rangkaian proses pindah panas. Proses pindah panas
dapat terjadi secara konveksi, konduksi maupun radiasi.
Skripsi ini berjudul Pengujian Kemampuan Adsorpsi dari Adsorben yang
Digunakan untuk Mesin Pendingin Tenaga Surya. Skripsi ini merupakan tahap
lanjutan dari skripsi sebelumnya. Pada penelitian ini digunakan adsober dengan
menggunakan fin (dalam hal ini fin menngunakan baut) dan tanpa fin. Penelitian
ini dilakukan untuk mendapatkan refrigerant (amonia) yang paling baik diserap
oleh adsorben alumina aktif (menngunakan fin dan tanpa fin).
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan
adsrobsi dari adsorben alumina aktif.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari Penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui kapasitas adsrobsi dari alumina aktif pada mesin
pendingin tenaga surya.
2.
Untuk perhitungan efisiensi kolektor mennggunakan fin dan tanpa
menggunakan fin berdasarkan data pengujian pada mesin pendingin tenaga
surya.
3.
Untuk perhitungan efisiensi gelas ukur yang digunakan berdasar kan data
pengujian tenaga surya.
1.3 Batasan Masalah
Dalam skripsi ini penulis mengambil batasan untuk memperjelas ruang
lingkup permasalahan. Batasan itu antara lain :
1.
Pengujian kapasitas adsorpsi pada mesin pendingin tenaga surya.
2.
Pasangan adsorben dan refrigeran yang dipakai adalah adsorben
3.
Variabel yang diamati adalah temperatur, kapasitas adsorpsi, tekanan
dan waktu.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan dicapai dari penelitian ini adalah :
1.
Memberikan masukan kapasitas adsropsi untuk adsorben alumina
aktif.
2. Menciptakan teknologi alternatif pendingin yang ramah terhadap ligkungan dan hemat energi.
3. Menambah referensi di Laboratorium Pendingin Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Sebagai wacana dalam sistem refrigerasi yang dapat dilanjutkan untuk penelitian yang lebih lanjut .
1.5 Sistematika Penulisan
Skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab dengan garis besar tiap bab
sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini akan membahas latar belakang penulisan skripsi, perumusan
masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat serta sistematika penulisan skripsi.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab III Metodologi Penelitian
Pada bab ini penulis membahas tentang alat dan bahan yang digunakan
dalam perancangan alat. Serta gambar alat-alat dan bahan yang digunakan.
Bab IV Hasil Pengujian dan Analisa
Pada bab ini penulis membahas tentang data pengujian dalam bentuk tabel
dan dalam bentuk grafik dan dianalisa data yang didapat dari pengujian alat dan
perhitungan teknik hasilnya.
Bab V Kesimpulan
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari skripsi yang telah selesai
dikerjakan dan saran-saran yang diperlukan untuk penyempurnaan hasil
penelitian.
Daftar Literatur/Pustaka
Daftar Pustaka berisikan literatur-literatur yang digunakan untuk
menyusun laporan ini.
Lampiran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Siklus Adsorpsi
2.1.1 Teori Umum Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida
akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terserap: adsorbat) pada
permukaannya. Berbeda dengan
fluida lainnya dengan membentuk suat
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut
(
soluble
) yang ada dalam larutan oleh permukaan zat atau benda penyerap dimana
terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Adsorpsi adalah pengumpulan dari adsorbat di atas permukaan adsorben,
sedang absorpsi adalah penyerapan dari adsorbat ke dalam adsorben dimana
disebut dengan fenomena sorption. Materi atau partikel yang diadsorpsi disebut
adsorbat, sedangkan bahan yang berfungsi sebagai pengadsorpsi disebut adsorben.
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika yang
disebabkan oleh gaya
Van Der
dan secara kimia (terjadi reaksi antara zat yang
diserap dengan adsorben).
Apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dengan adsorben besar maka
zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben. Inilah yang disebut
dengan gaya
Van Der Waals.
Pada proses ini gaya yang menahan molekul fluida
pada permukaan solid relatif lemah, dan besarnya sama dengan
gaya
Van Der Waals
) mempunyai derajat
permukaan solid dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat
reversibel.
[12]Adsorpsi kimia adalah reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat
terlarut yang teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang
jauh lebih besar daripada adsorpsi fisika. Karena adanya ikatan kimia maka pada
permukaan adsorben akan terbentuk suatu lapisan, di mana terbentuknya lapisan
tersebut akan menghambat proses penyerapan selanjutnya oleh bantuan adsorben
sehingga efektifitasnya berkurang.
[18]Perhatikan siklus dasar refrigerasi adsorpsi di bawah ini.
[16]Pada kondisi awal sistem berada pada tekanan dan temperatur rendah,
adsorben memiliki konsentrasi refrigeran yang tinggi dan vessel lain terdapat
refrigeran dalam bentuk gas (gambar a). Vessel yang terdapat adsorben
dipanaskan yang mengakibatkan naiknya temperatur dan tekanan sistem sehingga
kandungan adsorbat yang ada di dalam adsorben berkurang atau menguap. Proses
berkurangnya kandungan adsorbat pada adsorben pada kasus ini disebut desorpsi.
Refrigeran yang terdesorpsi kemudian terkondensasi sebagai cairan di
dalam labu
kedua dengan dikeluarkannya panas ke lingkungan dimana tekanan
dan temperatur sistem masih tinggi (gambar b). Pemanasan pada labu pertama
dihentikan, lalu pada botol labu yang pertama terjadi perpindahan panas ke
lingkungan sehingga tekanan sistem menjadi rendah. Tekanan sistem yang rendah
menyebabkan adsorbat cair pada botol labu yang kedua menguap dan terserap ke
botol pertama yang berisi adsorben. Proses terserapnya adsorbat ke adsorben pada
kasus ini disebut adsorpsi. Proses adsorpsi menghasilkan efek pendinginan yang
terjadi pada botol labu kedua, dimana pada tekanan rendah panas dari lingkungan
diserap untuk menguap adsorbat (d) sampai sistem kembali ke kondisi awal.
Siklus mesin pendingin adsorpsi dapat digambarkan pada diagram
Clayperon berikut ini.
Proses yang terjadi dapat di uraikan sebagai berikut ini.
1.
Proses Pemanasan (pemberian tekanan)
Proses pemanasan dimulai dari titik A dimana adsorben berada pada
temperatur rendah
T
Adan tekanan rendah
P
e(tekanan evaporator). Adsorber akan
menerima panas sehingga temperatur adsorber meningkat dan diikuti peningkatan
tekanan evaporasi menjadi tekanan kondensasi. Selama proses ini tidak ada aliran
refrigeran.
2.
Proses desorpsi
Proses desorpsi berlangsung pada waktu panas diberikan dari titik B ke D
sehingga adsorber mengalami peningkatan temperatur yang menyebabkan
timbulnya uap desorpsi. Sehingga, adsorbat yang berada pada adsorben dalam
bentuk gas mengalir ke kondensor untuk mengalami proses kondensasi menjadi
cair.
3.
Proses Pendinginan (penurunan tekanan)
Proses pendinginan berlangsung dari titik D ke F yang berlangsung pada
malam hari. Adsorber melepaskan panas dengan cara didinginkan sehingga suhu
di adsorber turun dan diikuti oleh penurunan tekanan dari tekanan kondensasi ke
tekanan evaporasi.
4.
Proses Adsorpsi
Proses adsorpsi berlangsung dari titik F ke A. Adsorber terus melepaskan
panas sehingga adsorber mengalami penurunan temperatur dan tekanan yang
menyebabkan timbulnya uap adsorpsi.
2.2 Adsorben
2.2.1 Alumina Aktif
kimia yang sama seperti safir dan ruby. Ini memiliki luas permukaan yang sangat
tinggi untuk rasio berat, karena banyak "terowongan seperti" pori-pori.
Gambar 2.3 Alumina Aktif
Table 2.1 Sifat alumina aktif [18]
Luas Permukaan 320 m2 / grm ( minimal ) Total Volume Pori - Pori 0.50 CC / grm
Kapasitas adsorptive ( R.H 60% )
22% ( dari berat )
Pengausan 0.2% ( dari berat ) Pengausan akibat gesekan 99.6% ( dari berat ) Kepadatan 47lbs/ft3 ( 753 kgs/m3 )
Ukuran 3mm
Pada adsorben berpori mikro seperti alumina aktif, salah satu teori yang
paling sering digunakan untuk memberi gambaran adsorpsi fisik molekul gas
adalah teori pengisian volume pori mikro
(
TVFM,
Theory Of Volume Filling of
Micropores)
yang dikembangkan oleh M.M Dubinin. Berbeda dengan teori – teori
sebelumnya yang memberikan gambaran fisik berupa pembentukan satu atau lebih
lapisan
(film)
adsorpsi pada permukaan adsorben. Teori pengisian volume mikro
menekankan bahwa adsorpsi tidak terjadi melalui pembentukan lapisan
(film)
adsorpsi tetapi berupa pengisian volume dalam ruang adsorpsi dan zat yang
teradsorpsi berada dalam bentuk cair (cal, 1995).
Persamaan adsorpsi dapat dilihat dibawah ini :
W = W
0exp
�
– (
�
/(
�0
))
��
………..(2.1)
W = Volume adsorbat yang terkondensasi pada suhu (T) dan tekanan
Relative (P/P
0) (cm
3/gr)
T = Suhu mutlak (K)
P = Tekanan parsial adsorbat (tekanan kondensasi) atm
P = Tekanan uap jenuh adsorbat (tekanan evaporasi) atm
W
0= Volume
total pori mikro yang dapat diakses oleh adsorbat (cm
3/gr)
A = Kemampuan adsrobsi dari alumina aktif
E
0= Energy adsorpsi (KJ/mol)
n = parameter yang bergantung pada jenis adsorbat.
Dalam persamaan ini, parameter n pada persamaan Dubinin – Astakhov
ditetapkan memiliki nilai 2 sehingga persamaan Dubinin – Astakhov dinyatakan
dalam bentuk :
W = W
0exp
�
– (
�
/(
�0
))
2�
……… (2.2)
Persamaan (2.2) selanjutnya dapat diubah ke dalam bentuk :
Ln W = LnW
0- (1/(E
0))
2A
2……….. (2.3)
Dimana :
A = R.T Ln (P
0/P) ………. (2.4)
Sehingga bentuk persamaan linear model Isoterm adsorpsi DR adalah :
Ln W = LnW
0- (1/(E
0))
2[R. T Ln (P0/P) ]
2…. (2.5)
2.2.2 Pembuatan Alumina Aktif
Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan
oksida, dengan rumus kimia Al2O3. Nama mineralnya adalah alumina, dan dalam
bidang pertambangan, kramik dan teknik material senyawa ini lebih banyak
disebut dengan nama alumina
Pabrik alumina terbesar di dunia adalah Alcoa, Alcan, dan Rusal.
Perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam produksi dari aluminium oksida dan
aluminium hidroksida misalnya adalah Alcan dan Almatis. Bijih bauksit terdiri
dari Al2O3, Fe2O3, and SiO2 yang tidak murni. Campuran ini dimurnikan
terlebih dahulu melalui Proses Bayer:
Al2O3 + 3H2O + 2NaOH + panas
→ 2NaAl(OH)4
Fe2O3 tidak larut dalam basa yang dihasilkan, sehingga bisa dipisahkan
melalui penyaringan. SiO2 larut dalam bentuk silikat Si(OH)62-. Ketika cairan
yang dihasilkan didinginkan, terjadi endapan Al(OH)3, sedangkan silikat masih
larut dalam cairan tersebut. Al(OH)3 yang dihasilkan kemudian dipanaskan
2Al(OH)3 + panas
→ Al2O3 + 3H2O
Al2O3 yang terbentuk adalah alumina. Pada 1961,perusahaan General
Electric mengembangkan Lucalox, alumina transparan yang digunakan dalam
lampu natrium. Pada Agustus 2006, ilmuwan Amerika Serikat yang bekerja untuk
3M berhasil mengembangkan teknik untuk membuat alloy dari aluminium oksida
dan unsur-unsur lantanida, untuk memproduksi kaca yang kuat, yang
disebutalumina transparan. Aloi adalah campuran dua atau lebih unsur pada
komposisi tetap tertentu yang mana juzuk utamanya adalah logam.
Gambar 2.4 Diagram proses pembuatan alumina[16]
2.2.3 Kegunaan Alumina Aktif
Alumina aktif digunakan untuk berbagai macam aplikasi adsorben dan
katalis termasuk adsorpsi katalis dalam produksi polyethylene , dalam produksi
hidrogen peroksida , sebagai adsorben selektif untuk bahan kimia, termasuk
arsenik , fluoride , dalam penghapusan belerang dari aliran gas ( Claus proses
Catalyst ) .
ideal untuk pengobatan adalah 5.5 yang memungkinkan sampai tingkat
penghapusan 95 % .
2.3
Refrigeran
Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi)
atau mesin pengkondisian udara. Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari
benda atau udara yang didinginkan dan membawanya kemudian membuangnya ke
udara sekeliling di luar benda.
Berdasarkan jenis senyawanya, refrigeran dapat dikelompokan menjadi 7
kelompok yaitu sebagai berikut
[19]:
1.
Kelompok refrigeran senyawa halokarbon.
Kelompok refrigeran senyawa halokarbon diturunkan dari hidrokarbon (HC)
yaitu metana (CH
4), etana (C
2H
6), atau dari propana (C
3H
8) dengan mengganti
atom-atom hidrogen dengan unsur-unsur halogen seperti khlor (Cl), fluor (F), atau
brom (Br). Jika seluruh atom hidrogen tergantikan oleh atom Cl dan F maka
refrigeran yang dihasilkan akan terdiri dari atom khlor, fluor dan karbon.
Refrigeran ini disebut refrigeran
chlorofluorocarbon
(CFC). Jika hanya sebagian
saja atom hidrogen yang digantikan oleh Cl dan atau F maka refrigeran yang
terbentuk disebut
hydrochlorofluorocarbon
(HCFC). Refrigeran halokarbon yang
tidak mengandung atom khlor disebut
hydrofluorocarbon
(HFC).
2.
Kelompok refrigeran senyawa organik
cyclic
.
Kelompok refrigeran ini diturunkan dari butana. Aturan penulisan nomor
refrigeran adalah sama dengan cara penulisan refrigeran halokarbon tetapi
ditambahkan huruf C sebelum nomor. Contoh dari kelompok refrigeran ini adalah:
1.
R-C316 C
4Cl
2F
61,2-dichlorohexafluorocyclobutane
2.
R-C317 C
4ClF
7chloroheptafluorocyclobutane
3.
R-318 C
4F
8octafluorocyclobutane
Kelompok refrigeran ini merupakan refrigeran campuran yang bisa terdiri
dari campuran refrigeran CFC, HCFC, HFC, dan HC. Refrigeran yang terbentuk
merupakan campuran tak bereaksi yang masih dapat dipisahkan dengan cara
destilasi.
5.
Kelompok refrigeran campuran Azeotropik.
Kelompok refrigeran Azeotropik adalah refrigeran campuran tak bereaksi
yang tidak dapat dipisahkan dengan cara destilasi. Refrigeran ini pada konsentrasi,
tekanan dan temperatur tertentu bersifat azeotropik, yaitu mengembun dan
menguap pada temperatur yang sama, sehingga mirip dengan refrigeran tunggal.
Namun demikian pada kondisi (konsentrasi, temperatur atau tekanan) yang lain
refrigeran ini bisa saja menjadi bersifat zeotropik.
6.
Kelompok refrigeran senyawa organik biasa
Kelompok refrigeran ini sebenarnya terdiri dari unsur C, H dan lainnya.
Namun demikian cara penulisan nomornya tidak dapat mengikuti cara penomoran
refrigeran halokarbon karena jumlah atom H nya jika ditambah dengan 1 lebih
dari 10 sehingga angka kedua pada nomor refrigeran menjadi dua digit. Sebagai
contoh butana (C
4H
10), jika dipaksakan dituliskan sesuai dengan cara penomoran
refrigeran halokarbon, maka refrigeran ini akan bernomor R-3110, sehingga akan
menimbulkan kerancuan.
7.
Kelompok refrigeran senyawa anorganik.
Kelompok refrigeran ini diberi nomor yang dimulai dengan angka 7 dan digit
selanjutnya menyatakan berat molekul dari senyawanya. Contoh dari refrigeran
ini adalah:
•
R-744 : O
2•
R-764 : SO
28.
Kelompok refrigeran senyawa organik tak jenuh.
Kelompok refrigeran ini mempunyai nomor empat digit, dengan menambahkan
angka keempat yang menunjukkan jumlah ikatan rangkap di depan ketiga angka
yang sudah dibahas dalam sistem penomoran refrigeran halokarbon.
[19]2.3.1 Amonia
Amonia adal
didapati berupa
amonia dapat dilihat seperti tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Sifat Amonia
[10,18]Sifat Amonia
Massa jenis
682 kg/m³, cair
Panas Laten Penguapan (
Le
)
–77,7°C
-33,3 °C
Kautik, korosif
1357 kJ/kg
Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaa
Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan
Gambar 2.5 Amonia Cair (NH
3)
2.4
Keamanan Lingkungan
Refrigeran dirancang untuk digunakan pada ruangan tertutup atau tidak
bercampur dengan udara luar. Jika ada kebocoran karena sesuatu hal yang tidak
diinginkan, maka refrigeran ini akan keluar sistem dan bisa saja terhirup oleh
manusia. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka refrigeran harus
dikategorikan aman atau tidak aman. Ada dua faktor yang digunakan untuk
mengklasifikasikan refrigeran berdasarkan keamanan, yaitu bersifat racun dan
mudah terbakar.
Berdasarkan
toxicity
, refrigeran dapat dibagi dua kelas, yaitu kelas A
bersifat tidak beracun pada konsentrasi yang ditetapkan dan kelas B jika bersifat
racun. Batas yang digunakan untuk mendefinisikan sifat racun atau tidak adalah
sebagai berikut. Refrigeran dikategorikan tipe A jika pekerja tidak mengalami
gejala keracunan meskipun bekerja lebih dari 8 jam/hari (40 jam/minggu) di
lingkungan yang mengandung konsentrasi refrigeran sama atau kurang dari 400
ppm (
part per million by mass
). Sementara kategori B sebaliknya.
temperatur 21,1
oC atau kalor pembakarannya kurang dari 19 MJ/kg. Kelas 3
sangat mudah terbakar. Refrigeran ini akan terbakar jika konsentrasinya kurang
dari 0,1 kg/m
3ataun kalor pembakarannya lebih dari 19 MJ/kg.
Berdasarkan defenisi ini, sesuai dengan standar 34-1997. Refrigeran
diklasifikasikan menjadi 6 kategori.
[2]1.
A1 : sifat racun rendah dan tidak terbakar.
2.
A2 : Sifat racun rendah dan sifat terbakar rendah.
3.
A3 : Sifat racun rendah dan mudah terbakar.
4.
B1 : sifat racunlebih tinggi dan tidak terbakar.
5.
B2 : sifat racun lebih tinggi dan sifat terbakar rendah.
6.
B3 : sifat racun lebih tinggi dan mudah terbakar.
2.5
Kalor (Q)
Kalor adalah salah satu bentuk energi yang dapat mengakibatkan
perubahan temperatur. Pada abad ke 19 berkembang teori bahwa kalor merupakan
fluida ringan yang dapat mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah, jika suatu
benda mengandung banyak kalor, maka suhu benda itu tinggi (panas). Sebaliknya,
jika benda itu mengandung sedikit kalor, maka dikatakan benda itu bersuhu
rendah (dingin). Kuantitas energi kalor (
Q
) dihitung dalam satuan joules (
J
). Laju
aliran kalor dihitung dalam satuan joule per detik (J/s) atau watt (W). Laju aliran
energi ini juga disebut daya, yaitu laju dalam melakukan usaha
2.5.1 Kalor Laten
Suatu bahan biasanya mengalami perubahan temperatur bila terjadi
perpindahan kalor antara bahan dengan lingkungannya. Pada suatu situasi tertentu,
aliran kalor ini tidak merubah temperaturnya. Hal ini terjadi bila bahan mengalami
perubahan fasa. Misalnya padat menjadi cair, cair menjadi uap dan perubahan
struktur kristal (zat padat). Energi yang diperlukan disebut kalor transformasi.
Kalor yang diperlukan untuk merubah fasa dari bahan bermassa m adalah
Dimana :
Q
L= Kalor laten (J)
Le
= Kapasitas kalor spesifik laten (J/kg)
M
= Massa zat (kg)
2.5.2 Kalor Sensibel
Tingkat panas atau intensitas panas dapat diukur ketika panas tersebut
merubah temperatur dari suatu substansi. Perubahan intensitas panas dapat diukur
dengan termometer. Ketika perubahan temperatur didapatkan, maka dapat
diketahui bahwa intensitas panas telah berubah dan disebut sebagai kalor sensibel.
Dengan kata lain, kalor sensibel adalah kalor yang diberikan atau yang dilepaskan
oleh suatu jenis fluida sehingga temperaturnya naik atau turun tanpa
menyebabkan perubahan fasa fluida tersebut.
Q
s= m C
p∆
T ...
(2.2)
Dimana:
Q
s= Kalor sensible
(
J
)
C
p= Kapasitas kalor spesifik sensibel (J/kg.K)
∆
T
= Beda temperatur (K)
2.5.3 Perpindahan Kalor
Panas hanya akan berpindah jika ada perbedaan temperatur, yaitu dari
sistem yang bertemperatur tinggi ke sistem bertemperatur rendah. Perbedaan
temperatur ini mutlak diperlukan sebagai syarat terjadinya perpindahan panas.
Selama ada perbedaan temperatur antara dua sistem maka akan terjadi
perpindahan panas. Mekanisme perpindahan panas yang terjadi dapat
dikategorikan atas 3 jenis yaitu: konduksi, konveksi dan radiasi
1.
Konduksi
cair dan gas. Perpindahan panas di sini terjadi akibat interaksi antara partikel
tanpa diikuti perpindahan partikelnya. Perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar 2.6 Perpindahan Panas Konduksi Melalui Sebuah Pelat
Secara matematik, untuk plat datar seperti gambar di atas ini, laju
perpindahan panas konduksi dirumuskan dengan persamaan:
�
�=
��
∆�
∆�
. . . (2.3)
Atau sering dirumuskan dengan persamaan berikut ini.
��
=
−��
����
. . . (2.4)
[ lit.3]
Dimana:
�
�= Laju aliran energi (W)
A
= Luas penampang (m
2)
∆
T = Beda temperatur (K)
∆
x
= Panjang (m)
k
= Daya hantar (konduktivitas) (W/m.K)
2.
Konveksi
Perpindahan panas konveksi adalah perpindahan panas antara permukaan
padat yang berbatasan dengan fluida mengalir. Fluida di sini bisa dalam fasa cair
atau fasa gas. Syarat utama
Gambar 2.7 Perpindahan Panas Konveksi dari Permukaan Pelat
Secara matematik perpindahan panas konveksi pada permukaan pelat rata
dapat dirumuskan dengan persamaan berikut ini.
Q
h= hA(T
s-T
L) ...
(2.5) [lit.4]
Dimana:
Q
h=
Laju perpindahan panas konveksi (W)
h
= Koefisien konveksi (W/m
2K)
A
= Lluas penampang perpidahan panas (m
2)
T
s= Temperatur permukaan
T
L= Temperatur fluida
3. Radiasi
Perpindahan panas radiasi adalah panas yang dipindahkan dengan cara
memancarkan gelombang elektromagnetik. Berbeda dengan mekanisme konduksi
dan konveksi, radiasi tidak membutuhkan medium perpindahan panas. Sampainya
sinar matahari ke permukaan bumi adalah contoh yang jelas dari perpindahan
panas radiasi.
Persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung laju perpindahan
panas radiasi antara permukaan pelat (gambar 2.10) dan lingkungannya adalah:
Qc
Aliran Udara
Aliran Udara
Q
r= eσAT
4...
(2.6)
Dimana
Q
r=
Laju perpindahan panas radiasi (W)
σ
= Konstanta Boltzman: 5,67 x 10
-8W/m
2K
4e
= Emisivitas (0
≤ e ≤ 1
)
T
= Temperatur (K)
4.
Konveksi Natural
Jika aliran fluida terjadi secara alami, sebagai akibat perpindahan panas
yang terjadi. Konveksi ini disebut konveksi natural atau kadang disebut konveksi
bebas dalam bahasa Inggris disebut
natural convection
atau
free convection
.
Pada kasus konveksi natural pada bidang horizontal panjang yang digunakan
menghitung bilangan
Ra
Ladalah panjang karakteristik yang didefinisikan dengan
persamaan:
�
=
��. . . (2.7)
[lit.4]
Dimana A menyatakan luas bidang horizontal dan
K
adalah keliling. Dengan
menggunakan panjang karakteristik (
L
) ini bilangan
Ra
Ldapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut (2.8).
Ra
L=
��(��−��)�3
�2
��
...
(2.8)
Pola konveksi natural pada permukaan horizontal diperlihatkan seperti gambar
berikut ini.
Gambar 2.8 Konveksi Natural pada Bidang Horizontal (tipe a)
Persamaan untuk menghitung
Nu
seperti gambar di atas (bidang
horizontal) dapat digunakan yang diajukan oleh Llyod Moran (1974):
Tr < Ts
Untuk 10
4<
Ra
L< 10
7 :Nu
= 0,54R
�
�0,25...
(2.9)
Untuk 10
7<
Ra
L< 10
9Nu
= 0,15R
�
�1/3...
(2.10)
Jika polanya ditunjukkan seperti gambar di bawah ini, yaitu fluida panas
akan terdesak dari permukaan yang panas dan mengalir ke sebelah luar. Untuk
mengisi kekosongan akibat aliran ini maka fluida dibawahnya akan mengalir ke
atas.
Gambar 2.9 Konveksi natural pada bidang horizontal (tipe b)
Persamaan menghitung bilangan Nu untuk kasus ini dapat digunakan persamaan
dapat dituliskan:
Nu = 0,27
��
�0,25...(2.11)
Persamaan ini berlaku untuk 10
5< Ra
L<10
10Tr < Ts
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu
Tempat penelitian adalah laboratorium Teknik Pendingin, gedung Fakultas
Teknik USU. Waktu pelaksanaan penelitian ± 5 bulan.
3.2
Bahan
Pada penelitian ini, bahan pengujian yang digunakan adalah sebagai
berikut.
1.
Adsorben alumina aktif
Adsorben yang digunakan pada penelitian ini adalah alumina aktif
sebanyak
1 kg
. Dimana pengujian ini membedakan isinya dalam adsorben
menggunakan fin dan tidak menggunakan fin.
2.
Refrigeran
Untuk terjadinya suatu proses pendinginan diperlukan suatu bahan yang
mudah dirubah bentuknya dari gas menjadi cair atau sebaliknya. Refrigeran yang
digunakan pada pengujian ini adalah:
•
Ammonia dengan kadar kemurnian 99% sebanyak 1 liter
3.3
Alat Ukur yang Digunakan pada Pengujian Kapasitas Adsorpsi
Alat-alat ukur yang digunakan pada pengujian kapasitas adsorpsi ini
adalah sebagai berikut.
1. Pace XR5 Data Logger
Gambar 3.1 Pace XR5 Data Logger
Spesifikasi :
Buatan
: Amerika Serikat
Tipe
: XR5-SE-M-20mV
Jumlah terminal sensor : 8 Chanel
Tipe batere
: Lithium, AA size, 3.6 volt, memerlukan 2
memerlukan 2 batere
2. Sensor Tekanan
(Pressure Sensors)
Sensor tekanan ini digunakan untuk mengukur tekanan di dalam alat
penguji kapasitas adsorpsi. Alat ini juga dapat dipakai untuk melihat/mengecek
apakah alat penguji mengalami bocor atau tidak.
Spesifikasi:
Buatan
: Amerika Serikat
Tipe
: P1600 – vac – 150
Range
: -14.7 – 150 psig
Slope
: 41,18
Offset
: -35,29
3.4
Peralatan yang Digunakan
1. Pompa Vakum
Pompa vakum digunakan untuk memvakumkan alat penguji kapasitas
adsorpsi dan mengeluarkan partikel-partikel/kotoran dan mengeluarkan uap air
dari adsorber.
Gambar 3.3 Pompa Vakum
Spesifikasi:
Merek
: ROBINAIR
Model No.
: 15601
Kapasitas
: 142
l
/m
Motor H.p
: ½
2. Katup
Katup ini berfungsi sebagai pengatur aliran refrigeran pada alat penguji
ketika pengujian berlangsung. Pada desain ini digunakan katup sebanyak empat
buah. Pada adsorber dipasang dua buah katup yang masing-masing berfungsi
sebagai pengatur aliran refrigeran dari gelas ukur ke adsorber (pada saat adsorpsi)
dan sebaliknya. Katup yang satu lagi berfungsi untuk pemvakuman alat penguji
kapasitas adsorpsi.
Gambar 3.4 Katup
Pada gelas ukur juga dipakai 2 katup. Satu katup berfungsi untuk mengatur
aliran dari gelas ukur ke adsorber (pada saat adsorpsi) dan sebaliknya. Katup yang
lain berfungsi untuk pemasukan refrigeran ke gelas ukur.
3. Pipa Penghubung
Pipa penghubung ini mengunakan bahan stainless steel yang berdiameter
¾” dengan panjang keseluruhan 40 cm.
4. Selang Karet
Selang karet berfungsi untuk menghubungkan aliran refrigeran dari gelas
ukur ke adsorber. Selang karet yang berdiameter ¾” memiliki panjang 1 meter.
Gambar 3.6 Selang Karet
5.
fin
Pada pengujian ini, fin yang dipasangkan mengunakan baut. Dimana funsi
fin (baut) pada pengujian ini bukan sebagai pengikat atau penyambung, melainkan
berfungsi sebagai penghantar panas (konduktor) pada adsorben sehingga panas
yang diterima dari lampu pemanas (lampu halogen) dapat di distribusi dengan
merata ke dalam adsorben (alumina aktif).
Gambar 3.7 baut
Dimensi baut :
6. Kotak Isolasi gelas ukur
Kotak isolasi ini berfungsi untuk mengisolasi gelas ukur supaya tidak ada
dipengaruhi oleh lingkungan. Kotak isolasi terbuat dari bahan syrofoam. Tebal
styrofoam adalah 2,5 cm. Adapun ukuran styrofoam adalah
P x L x T
= 47 cm
x
32cm
x
32 cm. Berikut ini gambar styrofoam yang digunakan
Gambar 3.8 Kotak Isolasi Styrofoam
7. Laptop
Digunakan untuk menyimpan data yang diperoleh dari alat XR5 – SE data
logger.
3.5
Set-Up Eksperimental
Wadah yang berisi adsorben alumina aktif (adsorber) dipanaskan sehingga
temperatur dan tekanan meningkat yang menyebabkan timbulnya uap desorpsi.
Adsorbat dalam bentuk cair akan mengalir ke gelas ukur.
Set-Up
eksperimental dapat dilihat seperti gambar 3.10 s.d 3.11 berikut
ini.
Gambar 3.10
Set-Up
Eksperimental pada Proses Desorpsi
Proses desorpsi terjadi karena panas yang berasal dari lampu penguji
berpindah secara radiasi ke adsorber. Refrigeran yang berada dalam adsorben
alumina aktif akan menimbulkan uap desorpsi. Uap ini akan mengalir ke gelas
ukur melalui selang. Uap ini akan berubah fasa menjadi cair di dalam gelas ukur.
Kemudian adsorber melepaskan panas sehingga adsorber terus mengalami
penurunan temperatur dan tekanan yang menyebabkan timbulnya uap adsorpsi.
Adsorbat dalam bentuk uap mengalir dari gelas ukur ke adsorber. Adsorbat dalam
bentuk uap dihasilkan dari proses penyerapan kalor oleh adsorbat dari lingkungan
sebesar kalor laten penguapan adsorbat tersebut. Proses ini berlangsung pada
[image:51.595.133.466.237.526.2]tekanan saturasi yang rendah sehingga penyerapan kalor berlangsung pada
temperatur yang rendah pula. Proses tersebut dinamakan adsorpsi.
Gambar 3.11
Set-Up
Eksperimental pada Proses Adsorpsi
3.5.1 Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian dapat diuraikan sebagai berikut ini.
1.
Proses
assembling
/penyambungan alat penguji kapasitas adsorpsi. Komponen
adsorber dengan gelas ukur dirangkai/dihubungkan dengan baik. Pada
persambungan pipa dilem dengan baik dan kuat untuk menghindari
kebocoran.
2.
Kemudian dipasang termokopel agilent, pada adsorber (4 titik) dan pada gelas
ukur (3 titik). Setelah terpasang dengan baik, termokopel dan sensor tekanan
kemudian dihubungkan ke terminal
(port)
Pace XR5 data logger. Adsorber
dipanaskan selama 7 jam (mulai pukul 9.30 WIB sampai dengan pukul 16.30
WIB).
3.
Kemudian pada pukul 16.30 WIB dilakukan pemvakuman dengan
mengunakan pompa vakum untuk mengeluarkan gas/udara dan air/uap air
yang terdapat pada adsorben karbon aktif. Setelah kondisi vakum, kemudian
semua katup ditutup.
4.
Pada gelas ukur diisi refrigeran. Pengujian pertama mengunakan amonia
dengan adsoeber menggunakan baut, pengujian kedua menggunakan adsorber
tanpa baut. Kemudian lampu alat penguji kapasitas adsorpsi dimatikan. Data
tekanan, temperatur adsorber dan gelas ukur akan otomatis tersimpan pada
Pace XR5 Data Logger dalam bentuk Notepad yang kemudian dapat di
transfer dalam bentuk grafik dan dalam bentuk microsop xl.
5.
Kemudian gelas ukur dimasukkan ke dalam kotak styrofoam dan pada
styrofoam diisikan es sebanyak 5 kg. Hal ini bertujuan untuk melihat berapa
refrigeran yang dapat diserap oleh karbon aktif dengan kondisi bagian luarnya
sudah menjadi es. Karena gelas ukur nantinya akan digantikan fungsinya oleh
evaporator pada mesin pendingin siklus adsorpsi tenaga surya.
6.
Katup antara adsorber dan gelas ukur dibuka untuk memulai proses adsorpsi
(pukul 16.30 WIB sampai keesokan harinya pukul 9.30 WIB). Temperatur
adsorber akan turun seiring dengan turunnya temperatur lingkungan. Pada
malam hari dengan turunya temperatur adsorber, maka alumina aktif akan
menyerap refrigeran sehingga refrigeran akan menguap dan naik ke adsorben
alumina aktif. Tekanan adsorpsi dicatat setiap jamnya.
7.
Proses desorpsi mulai pukul 9.30 WIB sampai dengan pukul 16.30 WIB
dengan menyalakkan lampu pemanas alat penguji kapasitas adsorpsi
(1000
W). Seiring dengan naiknya temperatur adsorber maka refrigeran akan
menguap dari adsorben alumina aktif dan masuk ke gelas ukur dalam fasa cair.
3.6
Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi
mengukur volume refrigeran yang dapat di serap dan dilepaskan oleh adsorben
alumina aktif.
Alat penguji kapasitas adsorpsi dapat dilihat secara jelas seperti gambar
3.12 berikut ini.
3.6.1 Dimensi Utama Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi
Adapaun dimensi-dimensi alat penguji kapasitas adsorpsi dapat
digambarkan sebagai berikut ini.
Gambar 3.13 Dimensi Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi
a.
Adsorber
Adsorber adalah alat yang digunakan untuk menangkap panas dari radiasi
lampu. Adsorber terbuat dari pelat rata yang terbuat dari stainless steel dengan
ketebalan 1 mm dengan luas permukaan 0,07 m
2. Pada bagian atas sebelah dalam
adsorber diisi dengan alumina aktif beserta fin maupun tidak menggunakan fin
sebanyak 1 kg. Perhatikan gambar di bawah ini.
10
b.
Gelas Ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume refrigeran yang dapat
diserap oleh adsorben alumina aktif pada saat adsorpsi dan volume refrigeran
yang kembali pada saat desorpsi. Adapun dimensi gelas ukur sebagai berikut ini.
Gambar 3.15 Gelas Ukur
3.7
Langkah Pembuatan Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi
3.7.1 Pembuatan Adsorber
1.
Adsober terbuat dari pelat stainless steel dengan tebal 1 mm. Adsorber
dibentuk sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan. Setelah pelat
stainless steel tersebut dipotong kemudian dihubungkan/disambung dengan
las argon. Las argon dipilih supaya hasil sambungan lebih kuat dan
terhindar dari kebocoran.
Gambar 3.16 Bentuk Adsorber
2.
Kemudian adsorber diisi dengan adsorben alumina aktif. Adsorben karbon
aktif diisi sebanyak 1000 gram beserta fin dan tanpa fin. Kemudian semua
diratakan di dalam adsorber.
Gambar 3.17 Pengisian Adsorben Alumina aktif
3.
Setelah adsorben alumina aktif dimasukkan ke dalam adsorber, langkah
selanjutnya adalah memasang kawat kasa. Tujuan pelapisan kawat kasa ini
adalah supaya adsorben tidak jatuh pada saat adsorber dibalikkan dan juga
supaya tidak terhisap pada saat proses pemvakuman.
Gambar 3.18 Pemasangan Kawat Kasa
Gambar 3.19 Penyambungan Pelat Adsorber
[image:58.595.227.425.374.533.2]5.
Pemasangan pipa-pipa, sensor tekanan dan katup pada adsorber. Katup
berfungsi untuk menutup dan membuka saluran dan sensor tekanan
berfungsi untuk merekam data tekana setiap 3 menit. Dengan adanya sensor
tekanan ini, dapat diketahui bocor atau tidak alat penguji kapasitas adsorpsi.
Gambar 3.20 Pemasangan Pipa, sensor tekanan dan Katup
[image:58.595.214.411.579.708.2]6.
Langkah terakhir adalah melakukan pengecatan adsorber. Adsorber dicat
dengan cat warna hitam gelap. Tujuan pengecatan adalah agar adsorber
dapat menyerap panas dengan baik.
Gambar 3.22 Adsorber Setelah Dicat Warna Hitam
3.7.2 Pembuatan Gelas Ukur
1.
Gelas ukur dibuat sesuai dengan ukuran dimensi yang dirancang. Kemudian
pada gelas ukur dipotong untuk pada bagian tengah depan. Hal ini bertujuan
untuk menempelkan kaca akralik sehingga terlihat volume refrigeran ketika
pengujian nanti.
Gambar 3.23 Pembuatan Gelas Ukur
2.
Pada gelas ukur dilakukan pengecatan dan pada kaca akralik ditempelkan
skala volume.
[image:59.595.256.369.640.726.2]3.8
Flowchart Penelitian
Berikut merupakan tahapan dalam pengujian kapasitas adsorpsi adsorben.
Mulai
Pembuatan Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi
• Adsorber (alumina aktif 1 kg beserta fin maupun tidak menggunakan fin)
Assembling Alat Uji
• Pemvakuman
• Pengujian:
Ammonia (1 Liter)
Data Output
Temperatur
Tekanan
Volume
Kapasitas Adsorpsi
Analisa
Kesimpulan
Saran
Selesai
Studi Literatur
Studi literature dan jurnal
Tahapan Persiapan
• Survei bahan dan alat
[image:60.595.149.440.148.738.2]BAB IV
ANALISA DATA
4.1
Hasil Pengujian
Data yang diambil dari pengujian adalah data temperatur adsorber,data
temperatur gelas ukur, kapasitas adsorpsi dari adsorben alumina aktif terhadap
refrigerant dan juga tekanan dalam alat uji kapasitas adsorpsi. Ada dua kali
dilakukan pengujian yaitu,
1.
Pada kapasitas adsorpsi terutama terhadap temperatur dan kapasitas
adsorpsi dari adsorben alumina aktif dengan menggunakan fin dengan
kondisi gelas ukur diisolasi dengan Styrofoam
2.
Pada kapasitas adsorpsi terhadap temperatur dan kapasitas adsorpsi
dari adsorben alumina aktif tanpa menggunakan fin dengan kondisi
gelas ukur diisolasi dengan Styrofoam.
Dengan kondisi gelas ukur diisolasi dengan mengunakan bahan styrofoam.
Pada gelas ukur yang diisolasi styrofoam ditambahkan es sebanyak 5 kg.
Penambahan es ini dilakukan untuk memposisikan gelas ukur sebagai evaporator,
karena fungsi gelas ukur ini akan digantikan oleh evaporator pada mesin
pendingin siklus adsorpsi tenaga surya. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar
4.1 di bawah ini.
6
9 8
10
20
17
7
Adsorber Isolasi
kayu
Gelas Ukur
Isolasi
Styrofoam
Gambar 4.1 Letak Titik-Titik
thermocouple
pada Alat Penguji
Keterangan:Angka 6, 7, 8, 9, 10, 17 dan 20 adalah letak titik
titik
channelthermocouple.
Pada letak titik-tittik
channelthermocouple
ini akan
dicatat temperaturnya secara otomatis oleh agilent.
Pada alat uji kapasitas adsorpsi dipasang 7 titik sensor
thermocouple
, 4
titik pada adsorber (angka 6, 7, 8, dan 9) dan 3 titik pada gelas ukur (angka 10, 17
dan 20) perhatikan gambar 4.1 di atas.
Hasil pengujian yang didapatkan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1.
Data pemanasa awal dan pemvakuman.
Data pemvakuman dan pemanasan awal yang terdiri dari data temperatur
pada adsorber dan data pada gelas ukur yang terekam secara berkala dengan
interval waktu tiga menit.
2.
Data Adsorpsi.
Data adsorpsi yang diperoleh adalah data temperatur di adsorber dan
temperatur pada gelas ukur, data tekanan pada alat uji dan kapasitas adsorpsi
alumina aktif dengan menggunakan baut dengan kondisi gelas ukur yang
diisolasi mengunakan Styrofoam.
3.
Data desorpsi.
Data desorpsi terdiri dari data temperatur dan jumlah volume refrigeran yang
kembali ke gelas ukur setelah dipanaskan mengunakan lampu halogen 1000
W.
4.1.1 Pengujian dengan Gelas ukur
Pada pengujian ini, gelas ukur dipengaruhi dan tidak dipengaruhi oleh
lingkungan luar. Hal ini akan berpengaruh terhadap kapasitas, temperatur dan
tekanan pada alat uji.
4.1.2 Data Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi Menggunakan Fin dan Tanpa
Menggunakan Fin dengan Gelas Ukur diisolasi
A.
Data Pemakuman Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi
Pengujian kapasitas refrigeran amonia yang teradsorpsi. Pada pengujian ini
adsorber di kenakan fin dan tanpa dikenakan fin dengan gelas ukur diisolasi.
Adsorber mulai dipanaskan mulai pukul 09.30 WIB sampai dengan pukul 16.30
WIB dengan mengunakan lampu pemanas alat uji kapasitas adsorpsi. Kemudian
pada pukul 16.30 WIB dilakukan pemvakuman alat pengujian kapasitas adsorpsi
dengan menggunakan pompa vakum. Pemvakuman dilakukan untuk
mengeluarkan partikel-partikel pengotor dan uap air. Perhatikan gambar grafik
berikut.
1.
Adsorber Menggunakan Fin
-
Grafik Temperatur Adsorber vs Waktu
Gambar 4.2 Grafik Temperatur vs Waktu Pemvakuman Alat Penguji
Adsorpsi (amonia) menggunakan Fin
[image:63.595.123.509.345.600.2]Temperatur awal percobaan pada adsorber adalah 27.7
oC. Temperatur
maksimum adsorber yang dapat dicapai ketika pemanasan adalah 240.05
oC yaitu
berada titik 3
thermocouple.
Temperatur rata-rata adsorber bagian atas pada proses pemvakuman
adalah 210.11
oC. Temperatur pada titik channel 5 (adsorber bawah), temperature
maksimum adsorber bagian bawah (
T
b)
adalah adalah 239.70
oC.
-
Grafik Temperatur Gelas Ukur vs Waktu
Gambar 4.3 Grafik Temperatur gelas ukur vs Waktu Pada Saat
Pemvakuman
[image:64.595.121.511.227.472.2]-
Grafik Tekanan Vs Waktu
Gambar 4.4 Grafik Tekana vs Waktu
Tekanan maximum yang dapat dicapai pada porses pemanasan awal yaitu
15.79 Psi. Tekanan rata-rata pada proses pemanasan awal adalah 12.76 Psi.
3.
Adsorber tidak menggunakan fin
-
Grafik Temperatur Adsorsi vs Waktu
[image:65.595.121.529.96.312.2] [image:65.595.125.503.410.662.2]Data-data temperatur pada adsorber saat pemvakuman adalah seperti
berikut ini.
Temperatur awal percobaan pada adsorber adalah 27.7
oC. Temperatur
maksimum adsorber yang dapat dicapai ketika pemanasan adalah 180.02
oC yaitu
berada titik 3
thermocouple.
Temperatur rata-rata adsorber bagian atas pada proses pemvakuman
adalah 153.18
oC. Temperatur pada titik channel 5 (adsorber bawah), temperature
maksimum adsorber bagian bawah (
T
b)
adalah adalah 84.4
oC.
-
Grafik Temperatur Gelas Ukur vs Waktu
Gambar 4.6 Grafik Temperatur gelas ukur vs Waktu Pada Saat
Pemvakuman
[image:66.595.127.500.270.505.2]-
Grafik Tekanan vs Waktu
Gambar 4.7 Grafik Tekana vs Waktu
Tekanan maximum yang dapat dicapai pada porses pemanasan awal yaitu
12.48 Psi. Tekanan rata-rata pada proses pemanasan awal adalah 10.46 Psi.
B.
Data Pengujian Adsrobsi Amonia
Adsorpsi dimulai pada pukul 16.30 WIB setelah selesai proses pemanasan
dan pemvakuman dan selasai pada pukul 09.30 WIB. Pada pengujian ini
gelas ukur diisolasi, sehingga temperatur lingkungan tidak berpengaruh
terhadap gelas ukur.
[image:67.595.118.519.108.348.2]2.
Adsorber Menggunakan Fin
-
Grafik temperature Adsorber vs waktu
Gambar 4.8 Grafik Temperatur vs Waktu Adsorpsi Alat Penguji Adsorpsi
(amonia) menggunakan fin
[image:68.595.127.506.103.356.2]Temperatur terendah yang dapat dicapai pada adsorber yaitu 24.7
oC.
1.
Grafik Temperatur Gelas Ukur vs Waktu
Gambar 4.9 Grafik Temperatur vs Waktu Adsorpsi Gelas Ukur Refrigerant
(amonia)
[image:68.595.134.515.445.683.2]Temperatur rata-rata pada gelas diisolasi menggunakan baut pada proses
adsorpsi
T
Gadalah 11.09
oC
Pada proses adsorpsi ini, volume refrigeran amonia yang mampu diserap
oleh alumina aktif 1 kg beserta baut adalah sebanyak 300 mL.
[image:69.595.126.517.488.706.2]2.
Grafik Tekanan Vs Waktu
Gambar 4.10 Grafik Tekana vs Waktu
Tekanan minimum yang dapat dicapai pada porses adsorpsi yaitu -12.10
Psi. Tekanan rata-rata pada proses pemanasan awal adalah -11.36 Psi.
3.
Adsorber Tanpa Menggunakan Baut
1.
Grafik Temperatur Adsorber vs Waktu
Temperatur terendah yang dapat dicapai pada adsorber terjadi yaitu
25
oC. Temperature rata – rata pada pengujian adsorber tanpa menggunakan fin
adalah 29.13
oC.
-
Grafik Temperatur Gelas Ukur vs Waktu
Gambar 4.12 Grafik Temperatur vs Waktu Adsorpsi Gelas Ukur
Refrigerant (amonia)
Temperatur terendah yang dapat dicapai pada gelas ukur yaitu 8.29
oC.
Temperatur rata-rata pada gelas diisolasi menggunakan fin pada proses
adsorpsi
T
Gadalah 11.79
oC
Pada proses adsorpsi ini, volume refrigeran amonia yang mampu diserap
oleh alumina aktif 1 kg adalah sebanyak 220 mL.
[image:70.595.123.518.176.428.2]--
Grafik Tekanan Vs Waktu
Gambar 4.13 Grafik Tekana vs Waktu
Tekanan minimum yang dapat dicapai pada porses adsorpsi yaitu -12.10
Psi. Tekanan rata-rata pada proses pemanasan awal adalah -11.36 Psi.
C.
Data Pengujian Desropsi Amonia
[image:71.595.135.538.94.310.2]2.
Adsorber Menggunakan Fin
[image:72.595.128.518.92.331.2]-
Grafik Temperatur Adsorber vs Waktu
Gambar 4.14 Grafik Temperatur vs Waktu Desorpsi Alat Penguji Adsorpsi
(amonia) menggunakan fin
Temperatur maksimum yang dapat dicapai pada adsorber ketika dilakukan
pemanasan adalah 239.99
oC. Temperatur rata-rata yang diperoleh pada adsorber
pada proses desorpsi adalah 225.61
oC. Temperature maximum adsorber bagian
bawah adalah 239.70
oC.
-
Grafik Temperatur Gelas Ukur vs Waktu
[image:72.595.125.507.494.696.2]Temperatur pada gelas ukur berangsur-angsur meningkat seperti terlihat
pada gambar di atas. Temperatur maksimum yang dicapai oleh gelas ukur adalah
17.9
oC, dan temperature rata- rata gelas ukur adalah 15.35
0C.
Pada gelas ukur dapat dilihat jumlah volume amonia yang kembali pada
proses desorpsi. Volume amonia yang kembali setelah dilakukan pemanas dari
pukul 09.30 WIB sampai dengan jam 16.30 WIB ke gelas ukur adalah sebanyak
300 mL.
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa 1 kg alumina aktif
menggunakan fin mampu menyerap/mengadsorpsi amonia sebanyak 300 mL
dengan gelas ukur diisolasi. Semua amonia kembali ke gelas ukur pada proses
desorpsi yaitu 300 mL.
Jadi massa alumina aktif 1 kg dengan dengan menggunakan baut dapat
menyerap (adsorpsi) dan melepaskan (desorpsi) adalah
1 kg alumina aktif
banding 300 mL amonia
.
-
Grafik Tekanan vs waktu
Gambar 4.16 Grafik Tekana vs Waktu
[image:73.595.114.517.396.646.2]2.
Adsorber Tidak menggunakan Fin
-
Grafik Temperatur Adsorber vs Waktu
Gambar 4.17 Grafik Temperatur vs Waktu Desorpsi Alat Penguji Adsorpsi
(amonia) tanpa menggunakan fin
[image:74.595.130.506.96.345.2]-
Grafik Temperatur Gelas Ukur vs Waktu
Gambar 4.18 Grafik Temperatur vs Waktu Desorpsi Gelas Ukur
Refrigerant (amonia)
Temperatur pada gelas ukur berangsur-angsur meningkat seperti terlihat
pada gambar di atas. Temperatur mak