• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Terima Cookies Tepung Rimpang Bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan Tepung Ikan Patin (Pangansius hypopthalmus) Serta Kandungan Gizinya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Daya Terima Cookies Tepung Rimpang Bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan Tepung Ikan Patin (Pangansius hypopthalmus) Serta Kandungan Gizinya"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1 : FORMAT UJI ORGANOLEPTIK SKALA HEDONIK

Nama Panelis : ... Umur : ... Pekerjaan : ... Alamat : ... ... Tanggal : ... Produk : Cookies

Petunjuk Pengisian

Ujilah sampel dibawah ini dengan baik sesuai dengan nomor kode sampel, dan nyatakanlah pendapat Anda tentang apa yang dirasakan oleh alat indera. Kemudian beri skala kode dengan ketentuan sebagai berikut :

 Untuk uji organoleptik rasa memakai skala hedonik :

Sangat enak : 5 Cukup enak : 3

Enak : 4 Kurang enak : 2

Tidak Enak : 1

 Untuk uji organoleptik warna memakai skala hedonik :

Sangat suka : 5 Cukup suka : 3 Suka : 4 Kurang suka : 2

Tidak suka : 1

 Untuk uji organoleptik aroma memakai skala hedonik :

Sangat harum : 5 Cukup harum : 3

(2)

Tidak harum : 1

 Untuk uji organoleptik tekstur atau kerenyahan memakai skala hedonik :

Sangat renyah : 5 Cukup renyah : 3 Renyah : 4 Kurang renyah : 2 Tidak renyah : 1

Berilah skala kode pada tabel dibawah ini sesuai kode sampel yang Anda konsumsi dengan baik :

Kode Sampel

Uji Organoleptik

Rasa Aroma Warna Tekstur

C1

C2

C3

C4

Panelis,

(3)
(4)

22. Indra 41 L 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4

23. Rikardo 21 L 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 3 4 5 4 4

24. Budi 22 L 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 2 2 4 4 4 4

25. William 22 L 4 4 4 4 4 5 3 5 4 5 3 2 4 4 4 4

26. Bella 21 P 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 4 5 4 4

27. Marini 22 P 4 4 4 3 4 5 3 4 3 5 2 2 4 4 4 4

28. Resa 22 P 4 4 4 3 4 5 3 4 3 5 2 3 4 4 4 3

29. Tina P. 47 P 4 4 3 3 4 5 4 3 3 5 3 3 4 4 4 4

30. Zulfan 45 L 4 4 4 4 4 5 3 5 4 5 2 2 4 4 4 4

∑ �� 120 126 113 102 121 137 110 114 115 145 102 85 126 124 121 120

(5)

General Linear Model Indikator Warna

b. Design: Intercept Within Subjects Design: warna

Tests of Within-Subjects Effects Greenhouse-Geisser 10.625 2.416 4.398 11.573 .000 Huynh-Feldt 10.625 2.651 4.008 11.573 .000 Lower-bound 10.625 1.000 10.625 11.573 .002 Error

(warna)

Sphericity Assumed 26.625 87 .306 Greenhouse-Geisser 26.625 70.062 .380

Huynh-Feldt 26.625 76.883 .346

(6)

Tests of Within-Subjects Contrasts Measure:MEASURE_1

Source warna

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

warna Linear 7.482 1 7.482 17.978 .000

Quadratic 2.408 1 2.408 6.753 .015

Cubic .735 1 .735 5.057 .032

Error(warna) Linear 12.068 29 .416

Quadratic 10.342 29 .357

Cubic 4.215 29 .145

Tests of Between-Subjects Effects Measure:MEASURE_1

Transformed Variable:Average

Source

Type III Sum

of Squares Df Mean Square F Sig.

Intercept 1771.008 1 1771.008 4030.810 .000

Error 12.742 29 .439

Estimated Marginal Means Estimates

warna

95% Confidence Interval Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

1 4.000 .136 3.723 4.277

2 4.200 .074 4.048 4.352

3 3.767 .092 3.578 3.955

(7)

Measure:MEASURE_1

a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Multivariate Tests Each F tests the multivariate effect of warna. These tests are based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.

(8)

Descriptive Statistics

Greenhouse-Geisser 18.967 2.038 9.306 18.945 .000 Huynh-Feldt 18.967 2.194 8.647 18.945 .000 Lower-bound 18.967 1.000 18.967 18.945 .000 Error(aroma) Sphericity Assumed 29.033 87 .334

Greenhouse-Geisser 29.033 59.103 .491

Huynh-Feldt 29.033 63.612 .456

(9)
(10)

3 .367* .148 .019 .065 .669

4 .233 .124 .070 -.020 .487

2 1 .667* .088 .000 .488 .846

3 1.033* .182 .000 .660 1.407

4 .900* .130 .000 .634 1.166

3 1 -.367* .148 .019 -.669 -.065

2 -1.033* .182 .000 -1.407 -.660

4 -.133 .196 .502 -.534 .268

4 1 -.233 .124 .070 -.487 .020

2 -.900* .130 .000 -1.166 -.634

3 .133 .196 .502 -.268 .534

Based on estimated marginal means

*. The mean difference is significant at the .05 level.

a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

Multivariate Tests

Value F Hypothesis df Error df Sig.

Pillai's trace .728 24.047a 3.000 27.000 .000

Wilks' lambda .272 24.047a 3.000 27.000 .000

Hotelling's trace 2.672 24.047a 3.000 27.000 .000

Roy's largest root 2.672 24.047a 3.000 27.000 .000

Each F tests the multivariate effect of aroma. These tests are based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.

(11)

Descriptive Statistics

Greenhouse-Geisser 57.800 1.844 31.338 41.697 .000 Huynh-Feldt 57.800 1.964 29.430 41.697 .000 Lower-bound 57.800 1.000 57.800 41.697 .000 Error(rasa) Sphericity Assumed 40.200 87 .462

Greenhouse-Geisser 40.200 53.488 .752

Huynh-Feldt 40.200 56.955 .706

Lower-bound 40.200 29.000 1.386

(12)
(13)

3 1.333 .246 .000 .830 1.837

4 1.900* .188 .000 1.516 2.284

3 1 -.433* .141 .005 -.722 -.144

2 -1.333* .246 .000 -1.837 -.830

4 .567* .114 .000 .333 .800

4 1 -1.000* .152 .000 -1.310 -.690

2 -1.900* .188 .000 -2.284 -1.516

3 -.567* .114 .000 -.800 -.333

Based on estimated marginal means

*. The mean difference is significant at the .05 level.

(14)

Descriptive Statistics

b. Design: Intercept Within Subjects Design: tekstur

Tests of Within-Subjects Effects

Error(tekstur) Sphericity Assumed 8.492 87 .098 Greenhouse-Geisser 8.492 75.379 .113

(15)

Measure:MEASURE_1

Error(tekstur) Sphericity Assumed 8.492 87 .098 Greenhouse-Geisser 8.492 75.379 .113

Huynh-Feldt 8.492 83.459 .102

Error(tekstur) Linear 3.415 29 .118

(16)

tekstur

a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

(17)

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar : Tanaman Bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) 7 bulan usia tanam.

(18)

Gambar : Daging Ikan Patin (Pangansius hypopthalmus).

(19)

Gambar : Lembaran Kering Rimpang Bunga Tasbih Setelah Pengeringan.

(20)

PERHITUNGAN NILAI GIZI COOKIES

Berpedoman pada pendapat Tarwotjo (1998), kira-kira satu kali makan jajan, seseorang cukup 1-2 potong yang mengandung 150 - 200 kalori. Cookies C2 yang merupakan cookies ideal dengan tingkat kesukaan terbaik dapat diketahui sumbangan energi cookies didasarkan pada Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8. Hasil Uji Proksimat Tepung Rimpang Bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan Cookies

Sampel Satuan

Parameter

Karbohidrat Protein Lemak Serat

Kasar

Abu Air

Tepung %(b/b) 75,3 3,61 0,15 3,62 - -

Cookies 1 %(b/b) 54,3 13,4 24,3 5,49 4,6 3,4

Cookies 2 %(b/b) 54,8 14,1 24,5 4,34 3,4 3,2

Sumber: BARISTAN, 2016.

Berat cookies = 5 gr/keping  gr.HA = 5 gr x 54,8% = 2,74 gr; gr.Lipid = 5 gr x 24,5% = 1,225 gr; gr.Protein = 5 gr x 14,1% = 0,705 gr.

Nilai Energi = (4 kkal x gr.HA) + (9 kkal x gr.Lipid) + (4 kkal x gr.Protein) Nilai Energi = (4 kkal x 2,74) + (9 kkal x 1,225) + (4 kkal x 0,705)

= 10,96 kkal + 11,025 kkal + 2,82 kkal = 24,805 kkal = 25 kkal per keping Asupan serat  WHO : 19 – 30 gr/orang/hari.

Serat cookies = 5 gram x 4,34% = 0,217 gram per keping.

(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1981. Pedoman Pembuatan Roti dan Kue. Jakarta: Penerbit Jembatan. Almatsier, S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Cakrawati D., 2012. Bahan Pangan Gizi Dan Kesehatan. ISBN

978-602-9328-70-7. Bandung: ALFABETA, cv.

Depkes RI., 2001. Komposisi Zat Gizi Makanan Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Bogor.

_______., 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depertemen Kesehatan Republik Indonesia

Direktorat Gizi Depkes, 1989. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: Bharata

Gisslen W., 2005. Professional Baking. 4th ed. ISBN 0-471-46427-9 . Published by John Wiley & Sons, Inc., Hoboken,New Jersey. Canada

Hardinsyah, 2000. Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan. Pergizi Pangan Indonesia, PAPTI, IPB dan Proyek CHN-3. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta.

_______., 2012. Angka Kecukupan Gizi. WNPG 2012. Pergizi Pangan Indonesia Kaplan A., 1971. Element of Food Production and Baking. ITT Educational

Service, Inc., New York.

Koswara S., 2015. Pengolahan Umbi Ganyong. Dalam : Teknologi Pengolahan Umbi-Umbian. Bag.4. Southeast Asian Food And Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center Research and Community Service Institution. BOGOR AGRICULTURAL UNIVERSITY, Bogor.

Luska A., 1989. Pembuatan dan Analisis Kimia Organoleptik Kue Kering Dari Campuran Sagu dan Tepung Ikan Cucut. Skripsi, Institut Pertanian Bogor.halm:22.

Manley D., 2000. Technology of Biscuits, Crakers, and Cookies Third Edition. Woodhead Publishing Limited, Cambrige.

(30)

Mulyatiningsih E., 2011. Riset Terapan Bidang Pendidikan dan Teknik. Cetakan 1: Maret 2011. ISBN 978-602-8418-59-4, Yogyakarta, UNY PRESS. Pangesthi L.T., 2009. Pemanfaatan Pati Ganyong (Canna edulis) Pada

Pembuatan Mie Segar Sebagai Upaya Penganekaragaman Pangan Non-Beras. Gizi dan Kuliner. Media Pendidikan. Jawa Timur.

Pratiwi F., 2013. Pemanfaatan Tepung Daging Ikan Layang Untuk Pembuatan Stick Ikan. Skripsi, Teknologi Jasa dan Produksi. Universitas Negeri Semarang.

PERMENKES RI., 2013. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia. No. 75. Jakarta.

PERSAGI, 2005. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: Persatuan Alhi Gizi Indonesia.

Putri KH. RR., 2012. Organoleptik Formulasi Cookies Kaya Gizi Sebagai Makanan Tambahan Dalam Upaya Penanggulangan Anemia Pada Ibu Hamil di Rangkapan Jaya Depok 2011. Skripsi, Universitas Indonesia, Depok.

Rukmana R., 2000. Ganyong Budidaya dan Pascapanen. PT Bina Ilmu, Surabaya. Roesfitawati, 2013. Ikan Patin Hasil Alam Bernilai Ekonomi Berpotensi Tinggi.

Warta Ekspor. Ditjen PEN/MJL/81/X/2013, Jakarta.

Siagian A., 2010. Epidemologi Gizi. IKAPI. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sopiyudin, D.M., 2011. Statistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Edisi 5. ISBN 978-602-8570-41-1. Jakarta: Salemba Medika.

Soraya I.A., 2010. Fortifikasi Tepung Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) Pada Pembuatan Cone Es Krim. Skripsi, Institut Pertanian Bogor, BOGOR.

Standarisasi Nasional Indonesia, 1992. Syarat Mutu Cookies. Departemen Perindustrian.

Statistik Dinas Kelautan dan Perikanan, 2014. Produksi perikanan budidaya kolam ikan Patin. SUMUT

Sukarsa E., 2010. Tanaman Ganyong. Widyaiswara BBPP. Lembang. Sultan W.J., 1983. Practical Baking. Consultan Tamarac, Florida.

(31)

Susanto A., 2004. Studi Tanaman Ganyong (Canna edulis) Sebagai Alternatif Sumber Karbohidrat Dalam Rangka Meningkatkan Ketahanan Pangan Studi Kasus di Desa Jlegiwinangun, Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Jurnal Matematika, Sains dan Teknologi : Vol 5 No. 1 Maret 2004.

Tarwotjo S.C., 1998. Dasar-Dasar Gizi Kuliner. GM 502 98.104. Ikapi. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Winarno F., 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Narasumber :

1. Bapak/Ibu Basri, keluarga penanam bunga Tasbih umbi di Huta IV Bandar Rejo Indrapura-Perdagangan Kab. Simalungun.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Dalam penelitian, kelompok objek penelitian mengalami perlakuan dan pengamatan untuk mengetahui keberhasilan pengolahan tepung rimpang bunga Tasbih tanpa tepung terigu dengan tepung ikan Patin. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap faktorial (RAL) yang terdiri dari tiga faktor dengan total tepung 200 gram dalam perlakuan dengan dua kali ulangan. Pertama, tepung rimpang bunga Tasbih atau rimpang bunga Tasbih dengan dua perlakuan yaitu 75% dan 80% dari total tepung. Kedua, tepung ikan Patin dengan dua perlakuan yaitu 25% dan 20% dari total tepung. Ketiga, penggunaan gula batu dengan perlakuan 40% dari total tepung.

Tabel 3.1. Rincian Perlakuan Cookies

Perlakuan Rasio Penggunaan Total

Tepung

C1 : Cookies dengan penggunaan tepung bunga Tasbih 75%, tepung ikan 25% dan gula batu 40% tanpa tepung terigu.

C2 : Cookies dengan penggunaan tepung bunga Tasbih 75%, tepung ikan 20% dan gula batu 40% ditambahkan tepung terigu 5%.

C3 : Cookies dengan penggunaan tepung bunga Tasbih 80%, tepung ikan 25% dan gula batu 40% ditambahkan tepung terigu 5%.

(33)

Penambahan 5% tepung terigu pada dua perlakuan cookies yang terpilih bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh dan perbedaan yang signifikan pada cookies yang dihasilkan serta kandungan gizinya terutama pada kadar karbohidrat

cookies. Sekaligus sebagai perbandingan dalam melihat penerimaan panelis dalam

penilaian tekstur, aroma, warna dan rasa cookies. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan dibeberapa lokasi sebagai berikut :

1. Huta IV Bandar Rejo Perdagangan Kab. Simalungun, Sumatera Utara merupakan lokasi penanaman bunga Tasbih.

2. Pasar induk di Kota Medan merupakan lokasi dalam mendapatkan bahan dasar ikan Patin segar.

3. Laboratorium Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sebagai lokasi pembuatan tepung bahan dasar dan cookies penelitian. 4. Balai Riset Standarisasi Industri Medan (BARISTAN) merupakan instansi

dalam menganalisa kandungan gizi cookies. 3.2.2 Waktu Penelitian

(34)

3.3 Metode Penentuan Subjek dan Objek Penelitian 3.3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah penggunaan tepung rimpang bunga Tasbih dan tepung ikan Patin. Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah jumlah penggunaan tepung rimpang Bunga Tasbih yang berbeda (75% dan 80%) dan tepung ikan Patin (25% dan 20%).

3.3.2 Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian ini diartikan sebagai variabel penelitian dalam penelitian, menggunakan dua jenis variabel yaitu :

1) Variabel bebas, adalah variabel yang mempengaruhi hasil dari penelitian. Variabel bebas penelitian ini adalah perbedaan jumlah tepung rimpang Bunga Tasbih (75% dan 80%) dan tepung ikan Patin (25% dan 20%). 2) Variabel terikat, adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah mutu cookies yang terlihat melalui indera tubuh panelis dengan beberapa indikator yaitu tekstur, aroma, rasa dan warna serta kandungan gizi dari produk cookies hasil eksperimen.

(35)

deskriptif. Penerapan teknik sampling ini misalnya untuk menjaring pendapat konsumen terhadap produk makanan (Mulyatiningsih, 2011).

Subjek penelitian atau panelis dalam penelitian ini merupakan panelis tidak terlatih yaitu masyarakat umum. Menurut Kartika (1988) yang dikutip oleh Pratiwi (2013), panelis tidak terlatih adalah panelis yang tidak melakukan latihan sebelum melakukan penilaian. Panelis tidak terlatih digunakan untuk menilai tingkat kesukaan pada suatu produk ataupun menilai tingkat kemauan seseorang untuk menggunakan suatu produk. Karena menyangkut tingkat kesukaan terhadap suatu produk makanan maka semakin banyak jumlah anggota panelis, maka hasilnya akan semakin baik.

Jumlah panelis pada penelitian ini ditetapkan sebanyak 30 orang dengan mengabaikan jenis kelamin. Panelis tidak terlatih yang akan digunakan untuk menilai cookies hasil eksperimen akan dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu kelompok remaja rentang umur 12-19 tahun, kelompok dewasa rentang umur 20-40 tahun , dan kelompok prasenium rentang umur 41-65 tahun (Depkes RI, 2009). 3.4 Definisi Operasional

1. Cookies adalah jenis kue berbahan dasar tepung rimpang Bunga Tasbih, tepung ikan, gula, telur, dan margarin di panggang dalam oven.

2. Tepung bunga Tasbih adalah tepung yang berasal dari rimpang bunga Tasbih. 3. Tepung ikan adalah tepung ikan produk padat yang dihasilkan ikan patin segar

dengan jalan mengeluarkan sebagian air dan lemak ikan.

(36)

5. Penilaian kuantitas adalah penilaian mutu dengan melakukan uji proksimat (air, abu, lemak, protein, karbohidrat dan serat kasar) terhadap produk cookies. 6. Penilaian kualitas adalah penilaian mutu dengan melakukan uji organoleptik

(tekstur, warna, aroma dan rasa) terhadap produk cookies. 7. Rasa adalah penilaian melalui indera pencicip atau pengecap.

8. Warna adalah penilaian subjektif yang dilakukan melalui indera pengelihatan. 9. Aroma adalah penilaian dengan menggunakan indera pembauan.

10.Tekstur adalah penilaian melalui perabaan atau sentuhan pada indera peraba dan pencicip.

3.5 Prosedur Pelaksanaan Eksperimen

3.5.1 Alat dan Bahan Pembuatan Tepung Rimpang Bunga Tasbi dan Tepung Ikan Patin

Bahan yang digunakan dalam pembuatan tepung adalah rimpang Bunga Tasbih dewasa 3 hari pasca panen untuk mendapatkan pati yang cukup dan getah rimpang tidak terlalu banyak dan ikan Patin. Alat-alat dalam proses pembuatan tepung dan ekstrak dalam penelitian ini adalah pisau, slicer, baskom, alat penghancur, alat penggiling, loyang, oven, saringan tepung, spatula dan timbangan.

3.5.2 Alat dan Bahan Pembuatan Cookies

Alat–alat yang digunakan dalam pembuatan cookies pada peneitian ini adalah timbangan, saringan tepung, alat pencampur (mixer), oven, loyang, cetakan cookies, baskom pengaduk, sendok penakar, dan peralatan pendukung lain. Bahan

(37)

Tabel 3.2. Rancangan Pembuatan Cookies

Bahan Formula Cookies

C1 C2 C3 C4

Tepung rimpang 150 gram 150 gram 160 gram 160 gram

Tepung ikan 50 gram 40 gram 50 gram 40 gram

Tepung terigu 0 gram 10 gram 10 gram 0 gram

Gula batu 80 gram 80 gram 80 gram 80 gram

Telur 1 butir 1 butir 1 butir 1 butir

Margarin 100 gram 100 gram 100 gram 100 gram

Baking Powder ½ sdt ½ sdt ½ sdt ½ sdt

Garam ¼ sdt ¼ sdt ¼ sdt ¼ sdt

3.5.3 Alat dan Bahan Uji Proksimat Cookies

Alat dalam penelitian ini yang dibutuhkan yaitu timbangan digital, oven, deksikator, cawan porselin, labu Kjeldahl, gelas ukur, pipet, kertas saring, labu lemak, labu Erlenmeyer 300 mL, pemanas listrik, tanur, kapas, sendok, kertas lakmus, pipet tetes dan tang penjepit. Untuk uji analisa proksimat bahan yang digunakan adalah K2SO4, H2SO4, NaOH, HCl, N-Heksana, Aquades 98%, dan Alkohol 95%.

3.6 Rancangan Penelitian

3.6.1 Alur Pembuatan Tepung Rimpang Bunga Tasbih

(38)

selama 12 jam untuk mengeluarkan zat tanin yang terkandung dalam rimpang untuk kemudian diolah menjadi tepung.

Gambar 3.1 Alur Pembuatan Tepung Rimpang Bunga Tasbih Sumber : Pangesthi, (2009) termodifikasi.

Alur diatas menjelaskan pembuatan tepung rimpang Bunga Tasbih dimulai dengan pengupasan kulit rimpang. Kemudian rimpang direndam dengan air bersih selama 12 jam dengan dua kali pengulangan untuk menghilangkan kandungan

Rimpang Bunga Tasbih

Pengupasan dan Pencucian

Perendaman air bersih selama 12 jam pengulangan 2 kali

Pengirisan rimpang Bunga Tasbih (5 menit)

Penghalusan lembaran rimpang kering Pengeringan lembaran rimpang metode oven ( 70oC ± 45 menit )

(39)

tanin dan getah sisa dalam rimpang. Selanjutnya rimpang diiris dengan menggunakan slicer dengan ketebalan 0,1 cm dengan waktu kurang dari 5 menit untuk menghindari proses browning pada rimpang. Kemudian lembaran rimpang dikeringkan dengan metode oven menggunakan suhu 70oC sampai 80oC untuk meminimalisasi kehilangan vitamin dan mineral selama 45 menit dengan pembalikan. Setelah mencapai lembaran rimpang yang kering dan rapuh, penghalusan dilakukan dengan menggunakan blender penepungan. Disaring dengan saringan tepung sehingga dihasilkanlah tepung.

3.6.2 Alur Pembuatan Tepung Ikan

Pembuatan tepung ikan dimulai dengan pemilihan ikan segar dengan ciri-ciri mata ikan bening, daging ikan padat dan insang yang masih merah cerah. Ikan disiangi dengan memisahkan bagian kepala, ekor, sirip, insang serta isi perut dan dicuci. Kemudian ikan dikukus selama 10 menit setelah mendidih untuk pengempukan daging ikan sehingga mudah dipisahkan antara daging, tulang dan kulit ikan. Setelah itu bagian daging ikan direndam dengan menggunakan jeruk nipis selama 10 menit.

Sari buah jeruk nipis mengandung asam sitrat 7% dan minyak atsiri “Limonen”. Buah jeruk nipis sering digunakan sebagai bahan minuman dan

(40)

Gambar 3.2 Alur Pembuatan Tepung Ikan Patin (Pangansius hypopthalmus) Sumber : Soraya, (2010) termodifikasi.

Ikan Patin utuh segar

Penyiangan + Pencucian

Pengukusan

( 10 menit setelah mendidih )

Pemisahan ( kulit-daging-tulang)

Pengepresan ( 10-15 menit) Perendaman daging dengan air jeruk

nipis ( 10 menit )

Penepungan bagian ikan Pengeringan metode oven

( 70oC ± 30 menit)

(41)

3.6.3 Alur Pembuatan Cookies

Gambar 3.3 Alur Pembuatan Cookies Sumber : Gisslen, 2005.

Pembuatan Cookies dimulai penimbangan bahan berdasarkan formula C1, C2, C3 dan C4. Kemudian dilakukan pencampuran dan pengayakan terhadap tepung Bunga Tasbih, tepung ikan dan baking powder, bertujuan dalam perataaan memisahkan bagian yang tidak halus, sisihkan. Kemudian pengocokan kuning

Penimbangan bahan sesuai formula

Pencampuran + Pengayakan ( tepung bunga Tasbih + tepung ikan + baking powder )

Pengocokan kuning telur dan margarin hingga lembut + garam

(selama ±3 menit)

Pencampuran (±5 menit)

Pengkalisan adonan (±3 menit)

Pengocokan gula batu + putih telur

(42)

telur dengan margarin hingga lembut. Lalu kedua perlakuan tersebut dicampur sedikit demi sedikit (tidak langsung) dengan kecepatan mixer sedang hingga rata.

Setelah terbentuk adonan sisihkan. Kocok putih telur dengan gula batu hingga membentuk foam lembut lalu campurkan kembali dengan adonan hingga adonan berbentuk kalis. Adonan tidak lengket dan mulai terasa berat. Pipihkan adonan untuk kemudian dicetak dengan ketebalan 0,3 cm. Oleskan loyang dengan margarin atau mentega kemudian susun keping cookies untuk kemudian pemanggangan dalam oven dengan suhu 190oC selama ± 10 menit. Selanjutnya pendinginan keping cookies sebelum pewadahan.

3.7 Teknik Pengambilan Data dan Pengujian 3.7.1 Uji Organoleptik

Berdasarkan pendapat Putri (2012) yang mengutip pendapat Soekarto (1985), dapat dikatakan bahwa penilaian organoleptik adalah penilaian yang dilakukan dengan menggunakan penginderaan. Dalam penilaian organoleptik dibutuhkan panel, yang merupakan alat yang terdiri atas perseorangan atau kelompok orang yang akan memberikan penilaian terhadap sifat dan mutu produk berdasarkan kesan yang bersifat subjektif yang sering disebut sebagai panelis. Pengujian penerimaaan bersifat subjektif dibandingkan pengujian pembedaan sehingga tidak memerlukan panelis yang berpengalaman.

(43)

Tidak terdapat keharusan dalam menggunakan panel terlatih untuk mengevaluasi daya terima sampel pada penelitian ini, hanya bersifat subyektif.

Untuk uji organoleptik didasarkan pada penilaian aroma, tekstur, aroma dan rasa. Untuk uji warna, aroma, tekstur dan rasa dilakukan sebagai berikut : 1. Setiap sampel cookies diberikan kode sesuai dengan perlakuan.

2. Sampel kemudian dinilai aromanya dengan indera penciuman panelis.

3. Panelis dipersilahkan untuk mencicipi sampel cookies dengan indera perasa dan pengecap untuk menilai tekstur atau kerenyahan dan rasa.

4. Panelis dipersilahkan mengisi form penilaian cookies. Pengisian form akan dibantu oleh peneliti untuk menghindari kesalahan pada panelis.

Penilaian organoleptik terhadap tekstur, warna, aroma dan rasa yang dilakukan panelis adalah dengan memakai skala hedonik Sembilan titik (Hardinsyah, 2000), yaitu : 1 = amat sangat suka, 2 = sangat suka, 3 = suka, 4 = agak suka, 5 = biasa ( bukan “tidak suka” dan bukan “suka”), 6 = agak tidak suka,

7 = tidak suka, 8 = sangat tidak suka, dan 9 = amat tidak suka. Dalam memberikan penilaian peneliti memodifikasi skala menjadi beberapa kategori berdasarkan total skor yang akan diberikan oleh panelis. Untuk merubah data skor persentase menjadi nilai kesukaan konsumen dengan analisis kualitatif, sebagai berikut:

Nilai tertinggi = 5 (sangat suka) ; Nilai terendah = 1 (tidak suka)

Jumlah kriteria yang ditentukan = 5 kriteria

Jumlah panelis = 30 siswa

(44)

Skor minimum = ∑ Panelis × Nilai terendah = × =

Interval presentase = Rentangan : Jumlah kriteria = 80% : 5 = 16%

Interval skor = Sk r ax − Sk r i

Sk r ax =

5−

5 = ,8

Tabel 3.3 Uji Organoleptik dan Skala Hedonik Organoleptik Skala Hedonik Skala

(45)

Tidak ideal - 1,0 – 1,7 20,00 – 35,99

3.7.2 Analisis Kandunngan Gizi 1. Kadar Air ( AOAC 2005 )

Analisis kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Prinsipnya adalah menguapnya molekul air (H2O) bebas yang ada dalam sampel. Kemudian sampel ditimbang sampai didapat bobot konstan yang diasumsikan semua air yang terkandung dalam sampel sudah diuapkan. Selisih bobot sebelum dan sesudah pengeringan merupakan banyaknya air yang diuapkan.

Prosedur analisis kadar air sebagai berikut: cawan porselen yang akan digunakan dioven dahulu selama 15 - 30 menit pada suhu 100-105ºC, kemudian didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan uap air dan ditimbang (a). Sampel ditimbang sebanyak 5 gram dalam cawan yang sudah dikeringkan (b) kemudian dioven pada suhu 100-105 ºC selama 6 jam lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (c) hingga dicapai bobot yang konstan. Kadar air dihitung dengan rumus:

% � ��� = − ×− %

Keterangan :

a : berat cawan kosong dalam gram

b : berat cawan dan sampel awal dalam gram c : berat cawan dan sampel kering dalam gram

2. Kadar Abu ( AOAC 2005 )

(46)

(H2O) dan karbondioksida (CO2) tetapi zat anorganik tidak terbakar. Zat anorganik ini disebut abu. Prosedur analisis kadar abu sebagai berikut: cawan porselen yang akan digunakan dioven terlebih dahulu selama 15 - 30 menit pada suhu 100-105ºC, kemudian didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan uap air dan ditimbang (a).

Sampel ditimbang sebanyak 5 gram dalam cawan yang sudah dikeringkan (b), kemudian dibakar di atas nyala pembakar sampai tidak berasap dan dilanjutkan dengan pengabuan di dalam tanur bersuhu 550-600º C sampai pengabuan sempurna dimana terlihat sampel berwarna putih sampai didapat bobot konstan. Sampel yang sudah diabukan didinginkan dalam desikator selama 15 – 30 menit dan ditimbang (c). Kadar abu dihitung dengan rumus:

% � � � = −

− × %

Keterangan :

a : berat cawan kosong dalam gram

b : berat cawan dan sampel awal dalam gram c : berat cawan dan sampel kering dalam gram 3. Kadar Lemak ( AOAC 2005 )

(47)

telah dihubungkan dengan labu lemak yang telah dioven dan diketahui bobotnya yang dirangkai dengan kondensor.

Pelarut heksan atau pelarut lemak dituangkan sampai sampel terendam dan dilakukan ektraksi lemak selama 5-6 jam sampai pelarut lemak yang turun ke labu lemak berwarna jernih. Setelah itu ekstrak lemak yang ada dalam labu lemak dikeringkan dalam oven bersuhu 100-105 ºC selama 1 jam, lalu labu lemak didinginkan dalam desikator selama 15 – 30 menit dan ditimbang (c). Tahap pengeringan labu lemak diulangi sampai diperoleh bobot yang konstan. Kadar lemak dihitung dengan rumus:

% � � = − × %

Keterangan :

a : berat labu alas bulat kosong dalam gram b : berat sampel dalam gram

c : berat labu alas bulat dan lemak hasil ekstraksi dalam gram 4. Kadar Protein ( AOAC, 2005 )

Analisis kadar protein dilakukan dengan metode Kjeldahl. Prinsipnya adalah oksidasi bahan-bahan karbon dan konversi nitrogen menjadi amonia oleh asam sulfat, selanjutnya amonia bereaksi dengan kelebihan asam membentuk amonium sulfat. Amonium sulfat yang terbentuk diuraikan dan larutan dijadikan basa dengan NaOH. Amonia yang diuapkan akan diikat dengan asam borat. Nitrogen yang terkandung dalam larutan ditentukan jumlahnya dengan titrasi menggunakan larutan baku asam.

(48)

Sampel sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 300 ml kemudian ditambah dengan H2SO4 0,3 N dibawah pendingin balik kemudian dididihkan selama 30 menit dengan digoyang-goyangkan. Suspensi disaring dengan kertas saring, dan residu yang didapat dicuci dengan air mendidih hingga tidak bersifat asam lagi kemudian di uji dengan kertas lakmus. Residu dipindahkan dalam erlenmeyer, sedangkan yang tertinggal di kertas saring dicuci kembali dengan 200 ml NaOH mendidih sampai semua residu masuk kedalam erlenmeyer. Sampel dididihkan kembali selama 30 menit dan disaring sambil dicuci dengan larutan K2SO4 10 %. Residu dicuci dengan 15 ml alkohol 95%, kemudian kertas saring dikeringkan pada 110oC sampai berat konstan lalu ditimbang.

% � �� � = � � � � � �� � � � + � × %

6. Kadar Karbohidrat

Menurut Winarno (2004), penentuan kadar karbohidrat menggunakan by difference dengan rumus sebagai berikut :

% karbohidrat = 100% - ( kadar air + kadar protein + kadar abu + kadar lemak ) %

7. Rendemen Tepung

Menurut Winarno (2004), rendemen merupakan presentase dari berat cookies yang dihasilkan terhadap berat bahan yang digunakan sehingga

(49)

kandungan abu, lemak, protein serta kadar air dari produk. Pengukuran rendemen tepung dihitung berdasarkan perbandingan berat tepung yang diperoleh terhadap berat rimpang segar tanpa kulit yang dinyatakan dalam persen (%). Perhitungannya dilakukan dengan menggunakan rumus:

% � � �� � = × %

Keterangan:

a = berat tepung diperoleh (gram)

b = berat bahan pangan segar tanpa kulit (gram) 3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah cara mengevaluasi data yang diperoleh dari penyimpulan data. Analisis data bertujuan menjawab permasalahan yang diajukan dalam membuktikan hipotesis yang meliputi kualitas cookies ditinjau dari warna, aroma, tekstur dan rasa serta kesukaan masyarakat terhadap produk hasil eksperimen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa varian atau ANOVA untuk mengetahui perbedaan kualitas dan analisis deskriptif persentase digunakan untuk uji kesukaan.

3.8.1 Analisis Deskriptif Persentase

Analisi diskriptif persentase merupakan metode analisis data untuk mengetahui daya terima masyarakat, artinya data kuantitatif yang diperoleh dari panelis harus dianalisis terlebih dahulu untuk dijadikan data kualitatif. Mengkaji reaksi konsumen terhadap suatu bahan atau sampel yang diujikan, oleh karena itu panelis diambil dari jumlah banyak dan mewakili populasi masyarakat tertentu.

(50)

% = � × %

Keterangan :

% = skor persentase

n = jumlah skor kualitas (warna, rasa, aroma dan tekstur) N = skor ideal (skor tertinggi x jumlah panelis)

3.8.2 Analisis Varian / ANOVA

Analisis varian atau ANOVA berpasangan digunakan dalam menganalisa data dalam penelitian ini, merupakan metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui perbedaan terhadap dua kelompok atau lebih secara berpasangan dengan dua variabel atau lebih. Jenis analisis varian yang digunakan adalah uji repeated ANOVA. Dalam penelitian perbedaan sifat organoleptik cookies hasil

eksperimen ditinjau dari warna, rasa, aroma dan tekstur. Sebelum dilakukan uji varian terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas, agar data memenuhi persyaratan normal dan homogen maka dapat dikatakan bahwa sampel-sampel itu berasal dari populasi yang sama.

(51)
(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian terdiri dari hasil uji organoleptik atau uji hedonik (kesukaan) yang ditinjau dari segi rasa, aroma, warna dan tekstur pada beberapa formula cookies. Analisis kesukaan masyarakat terhadap cookies produk eksperimen menggunakan analisis varians berpasangan yaitu uji Repeated ANOVA serta hasil uji proksimat cookies dan tepung rimpang bunga Tasbih berdasarkan uji laboratorium yang terdiri dari air, abu, protein, lemak, serat kasar dan karbohidrat.

4.1 Hasil dan Analisis Rendemen Tepung Rimpang Bunga Tasbih (Canna edulis Ker.)

Bunga Tasbih memiliki rimpang yang menyerupai rimpang ketika berusia 8-12 bulan. Pengolahan rimpang bunga Tasbih dalam beberapa tahapan proses akan menghasilkan tepung. Rendemen merupakan persentase berat tepung yang dihasilkan terhadap jumlah bahan yang digunakan. Data yang diperoleh berdasarkan pengamatan dan pengukuran berat bahan yang digunakan dalam pembuatan cookies maka tepung yang dihasilkan pada Tabel 4.1, sebagai berikut : Tabel 4.1. Hasil Rendemen Tepung Rimpang Bunga Tasbih (Canna edulis. Ker.) Perlakuan Berat Rimpang (gram) Berat Tepung

(gram) Rimpang

Berkulit

Rimpang Tidak Berkulit

I 2000 1500 185

II 5000 3550 310

III 5000 3500 330

(53)

Berdasarkan pada Tabel 4.1 dapat diketahui pada perlakuan I pembuatan tepung dengan rimpang berkulit sebanyak 2000 gram diperoleh berat tepung sebesar 185 gram, perlakuan II dengan rimpang berkulit 5000 gram diperoleh berat tepung sebesar 310 gram dan pada perlakuan III yang merupakan perlakuan terakhir pembuatan tepung dengan rimpang berkulit sebanyak 5000 gram diperoleh berat tepung 330 gram. Hasil tersebut dipengaruhi beberapa faktor yang teramati selama proses pembuatan antara lain ketebalan kulit rimpang sehingga rimpang tidak berkulit yang diperoleh akan sedikit dan serat kasar rimpang yang tidak dapat diolah menjadi tepung halus.

(54)

4.2 Hasil dan Analisis Perbedaan Kualitas Cookies Tepung Rimpang Bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan Tepung Ikan Patin (Pangansius hypopthalmus)

Data merupakan hasil penelitian yang menjawab permasalahan yang diuraikan pada latar belakang dan rumusan masalah mengenai pembuatan cookies dengan penggunaan tepung rimpang bunga Tasbih tanpa penambahan tepung terigu sebagai bahan dasar pembuatan cookies dan tepung ikan Patin sebagai bahan dasar pelengkap. Data meliputi warna, aroma, rasa dan tekstur cookies dalam tingkat kesukaan masyarakat terhadap cookies. Hasil eksperimen terbaik dari dua perlakuan penggunaan tepung rimpang bunga Tasbih dan tepung ikan Patin dan dua perlakuan dengan penambahan tepung terigu dalam pembuatan cookies sebagai pembanding dalam mengetahui tingkat kesukaan maupun

kandungan gizi cookies.

4.2.1 Karakteristik Cookies

Karakteristik yang dihasilkan oleh keempat cookies hasil eksperimen tepung rimpang bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan tepung ikan Patin (Pangansius hypopthalmus) tertuang dalam Tabel 4.2, berikut ini :

Tabel 4.2. Karakteristik Empat Cookies Hasil Eksperimen

Karakteristik Cookies

C1 C2 C3 C4

(55)

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan karakteristik yang dihasilkan dari empat sampel cookies. Keempat sampel cookies secara keseluruhan memiliki warna yang sama yaitu berwarna cokelat tua sesuai dengan warna tepung yang berwarna cokelat muda. Untuk aroma keempat cookies memiliki kesamaan secara keseluruhan yang tercium dengan indera pembau yaitu beraroma gurih daging ikan. Aroma tepung rimpang bunga Tasbih tidak secara nyata dapat tercium namun ada karena aroma gurih ikan mempengaruhi aroma cookies secara keseluruhan meskipun dengan persentase yang jauh lebih sedikit (20%-25%).

Karakteristik rasa cookies yang dihasilkan untuk cookies C1 dan C2 sama yaitu langu rimpang dan daging ikan yang sangat nyata. Untuk cookies C3 dan C4 juga memiliki rasa yang sama akan tetapi memberikan rasa sedikit pahit. Rasa pahit yang ada dapat dipengaruhi oleh persentase tepung rimpang yang meningkat sehingga rasa pahit akan sedikit terasa ketika mengkonsumsi cookies C3 dan C4. Selanjutnya ada tekstur pada cookies, dimana secara keseluruhan keempat cookies memiliki tesktur yang padat tanpa rongga meskipun ada tambahan baking powder. Cookies yang padat juga memiliki kerenyahan yang sama sehingga cookies ketika

(56)

Gambar 4.2. a. Cookies C1; b. Cookies C2; c. Cookies C3; d. Cookies C4. 4.2.2 Hasil Pengujian Organoleptik Pada Indikator Warna Cookies

Warna merupakan salah satu indikator pertama yang dapat secara langsung diamati secara inderawi oleh panelis. Data hasil pengujian organoleptik cookies pada indikator warna dilihat pada Tabel 4.3, sebagai berikut :

Tabel 4.3. Hasil Penilaian Cookies pada Indikator Warna

Sampel

Skor

Rerata Kriteria

5 4 3 2 1

n % n % n % n % n %

C1 6 20.0 20 66.7 2 6.7 2 6.7 0 0.0 4.0 Suka C2 6 20.0 24 80.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 4.2 Sangat suka C3 1 3.3 21 70.0 8 26.7 0 0.0 0 0.0 3.8 Suka C4 1 3.3 11 36.7 17 56.7 1 3.3 0 0.0 3.4 Suka

b

a

(57)

Keterangan :

C1 : Tepung rimpang bunga Tasbih 75% + Tepung ikan 25%

C2 : Tepung rimpang bunga Tasbih 75% + Tepung ikan 20% + Tp. terigu 5%. C3 : Tepung rimpang bunga Tasbih 80% + Tepung ikan 25% + Tp. terigu 5%. C4 : Tepung rimpang bunga Tasbih 80%, tepung ikan 20%

Range Skor : Kriteria :

4,2-5,0 Sangat suka

3,4-4,1 Suka

2,6-3,3 Cukup suka

1,8-2,5 Kurang suka

1,0-1,7 Tidak suka

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui rerata skor karakteristik serta kriteria terhadap warna pada cookies pada masing-masing perlakuan. Cookies berkode C1 sebanyak 20% panelis memberikan skor 5; 66,7% panelis memberikan skor 4; 6,7% memberikan skor 3 dan 6,7% juga memberikan skor 2. Rerata skor pada C1 adalah 4,0 dengan kriteria suka. Cookies berkode C2 dimana 20% panelis memberikan skor 5 dan 80% memberikan skor 4. Rerata skor pada C2 adalah 4,2 dengan kriteria sangat suka. Untuk cookies kode C3 sebanyak 3,3% panelis memberikan skor 5; 70% memberikan skor 4 dan 26,7% memberikan skor 3. Rerata skor C3 adalah 3,8 dengan kriteria suka. Cookies berkode C4 sebanyak 3,3% panelis memberikan skor 5; 36,7% panelis memberikan skor 4; 56,7% memberikan skor 3 dan 3,3% memberikan skor 2, sehingga rerata skor adalah 3,4 dengan kriteria suka. Dapat ditarik kesimpulan bahwa cookies C2 dengan rerata 4,2 menjadi pilihan cookies paling disukai dari indikator warna.

(58)

akan semakin cokelat dan kualitas atau kesukaan panelis menjadi semakin rendah. Penggunaan terigu pada pembuatan cookies terlihat meningkatkan kualitas cookies. Untuk memperjelas selisih nilai rata-rata skor dari masing-masing sampel

cookies pada indikator warna dapat dilihat pada Gambar 4.3 sebagai berikut :

Gambar 4.3. Rata-Rata Pengaruh Penggunaan Tepung Rimpang Bunga Tasbih dan Tepung Terigu Terhadap Karakteristik Warna Cookies 4.2.3 Hasil Pengujian Organoleptik Pada Indikator Aroma Cookies

Indikator kedua yang dapat dirasakan oleh panelis secara langsung dengan menggunakan indera penciuman adalah aroma. Data penilaian panelis terhadap pengujian organoleptik cookies pada indikator aroma terlihat pada Tabel 4.4, sebagai berikut :

Tabel 4.4. Hasil Penilaian Cookies pada Indikator Aroma

(59)

Keterangan :

Range Skor : Kriteria :

4,2-5,0 Sangat harum

3,4-4,1 Harum

2,6-3,3 Cukup harum

1,8-2,5 Kurang harum

1,0-1,7 Tidak harum

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat diketahui rerata skor karakteristik serta kriteria terhadap aroma cookies masing-masing perlakuan. Cookies kode C1 sebanyak 16,7% panelis memberikan skor 5; 70% panelis memberikan skor 4 dan 13,3 % memberikan skor 3. Rerata skor pada C1 adalah 4,0 klasifikasi kriteria harum. Untuk cookies berkode C2 dimana 80% panelis memberikan skor 5; 70% panelis memberikan skor 4 dan 10% memberikan skor 3. Rerata skor pada C2 adalah 4,6 dengan kriteria sangat harum gurih ikan. Cookies kode C3 sebanyak 73,3% panelis memberikan skor 4; 20% memberikan skor 3 dan 6,7% memberikan skor 2. Rerata skor C3 adalah 3,7 dengan kriteria harum. Selanjutya adalah cookies berkode C4 sebanyak 13,3% panelis memberikan skor 5; 53,4% panelis memberikan skor 4 dan 33,3% memberikan skor 3, sehingga rerata skor adalah 3,8 dengan kriteria suka. Dapat diketahui bahwa cookies C2 dengan rerata 4,6 pada indikator aroma lebih disukai.

(60)

menjadi semakin rendah. Untuk memperjelas selisih nilai rata-rata skor dari masing-masing sampel cookies pada indikator aroma dapat dilihat pada Gambar 4.4 sebagai berikut :

Gambar 4.4. Rata-Rata Pengaruh Penggunaan Tepung Rimpang Bunga Tasbih dan Tepung Ikan Patin Terhadap Karakteristik Aroma Cookies

4.2.4 Hasil Pengujian Organoleptik Pada Indikator Rasa Cookies

Rasa merupakan indikator penilaian terhadap cookies. Rasa dalam satu makanan merupakan gabungan dari beberapa rasa dari bahan-bahan pembentuk. Dalam penelitian ini rasa yang akan dinilai merupakan rasa cookies yang dirasakan oleh indera pengecap secara keseluruhan. Data hasil pengujian cookies pada indikator rasa terlihat pada Tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5. Hasil Penilaian Cookies pada Indikator Rasa

Sampel

Tp. Ikan Patin 20% Tp. Ikan Patin 25%

Tp. Rimpang 75%

(61)

Keterangan :

Range Skor : Kriteria :

4,2-5,0 Sangat enak

3,4-4,1 Enak

2,6-3,3 Cukup enak

1,8-2,5 Kurang enak

1,0-1,7 Tidak enak

Berdasarkan Tabel 4.5, diketahui rerata skor karakteristik serta kriteria terhadap aroma cookies masing-masing perlakuan. Cookies dengan kode C1 sebanyak 20% panelis memberikan skor 5; 43,3% panelis memberikan skor 4 dan 36,7 % memberikan skor 3. Rerata skor pada C1 adalah 3,8 klasifikasi kriteria enak. Cookies berkode C2 dengan 80% panelis memberikan skor 5; 13,3% panelis memberikan skor 4 dan 6,7% memberikan skor 3. Rerata skor pada C2 adalah 4,8 dengan kriteria sangat enak. Pada cookies kode C3 dimana sebanyak 16,7% panelis memberikan skor 5; 33,3% memberikan skor 4; 23,3% panelis memberikan skor 3 dan 26,7% memberikan skor 2. Rerata skor C3 adalah 3,4 dengan kriteria enak. Selanjutya cookies berkode C4 sebanyak 16,7% panelis memberikan skor 4; 56,6% panelis memberikan skor 3; 20% panelis memberikan skor 2 dan 6,7% memberikan skor 1, maka rerata skor adalah 2,8 dengan kriteria cukup enak. Dapat disimpulkan cookies C2 dengan rerata 4,8 menjadi pilihan cookies paling disukai dari segi rasa.

(62)

rendah. Akan tetapi, dengan penambahan tepung terigu 5% dalam setiap perlakuan menunjukkan tingkat kesukaan semakin naik. Untuk memperjelas selisih nilai rata-rata skor dari masing-masing sampel cookies pada indikator rasa dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6, berikut ini:

Gambar 4.5. Rata-Rata Pengaruh Penggunaan Tepung Rimpang Bunga Tasbih dan Tepung Terigu Terhadap Karakteristik Rasa Cookies

Gambar 4.6. Rata-Rata Pengaruh Penggunaan Tepung Rimpang Bunga Tasbih dan Tepung Ikan Patin Terhadap Karakteristik Rasa Cookies

(63)

4.2.5 Hasil Pengujian Organoleptik Pada Indikator Tekstur Cookies

Tekstur merupakan indikator penilaian pada produk makanan yang akan mempengaruhi tingkat kesukaan dan penilaian konsumen. Tekstur mempengaruhi penilaian terhadap diterima atau tidaknya suatu produk makanan tersebut, karena tekstur merupakan kenampakan yang dapat secara langsung dilihat baik dari indera pengelihatan (luar) dan indera pengecap (dalam) oleh panelis. Data hasil pengujian terhadap indikator tekstur terlihat pada Tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6. Hasil Penilaian Cookies pada Indikator Tekstur

Sampel

(64)

Cookies kode C3 sebanyak 93,3% panelis memberikan skor 4 dan 6,7%

memberikan skor 3. Rerata skor C3 adalah 4,0 dengan kriteria renyah. Cookies berkode C4 dimana sebanyak 90%% panelis memberikan skor 4 dan 10% memberikan skor 3, maka rerata skor adalah 4,0 dengan kriteria renyah. Disimpulkan bahwa cookies C1 memiliki tekstur yang paling disukai dengan rerata nilai 4,2.

Berdasarkan nilai rata-rata data hasil pengujian organoleptik cookies pada indikator tekstur menunjukkan pola penggunaan tepung rimpang bunga Tasbih terlihat bahwa penggunaan tepung menghasilkan tekstur cookies sangat renyah tanpa penggunaan tepung terigu dan cookies dengan penambahan tepung terigu bertekstur renyah secara keseluruhan berdasarkan tingkat kesukaan panelis. Untuk memperjelas selisih nilai rata-rata skor dari masing-masing sampel cookies pada indikator tekstur dapat dilihat pada Gambar 4.7 sebagai berikut :

Gambar 4.7. Rata-Rata Pengaruh Penggunaan Tepung Rimpang Bunga Tasbih dan Tepung Terigu Terhadap Karakteristik Tekstur Cookies

(65)

4.2.6 Hasil Pengujian Organoleptik Cookies pada Keseluruhan Indikator Diketahuinya hasil penilaian atau pengujian secara inderawi atau organoleptik terhadap empat sampel cookies hasil eksperimen dilihat dari indikator warna, aroma, rasa dan tekstur. Kemudian dengan melihat kriteria cookies secara keseluruhan menunjukkan kriteria terbaik dari cookies hasil

eksperimen. Penilaian keseluruhan indikator dapat dilihat pada Tabel 4.7, berikut : Tabel 4.7. Hasil Penilaian Cookies pada Keseluruhan Indikator

(66)

Sampel cookies kode C3 dengan penggunaan tepung rimpang bunga Tasbih 80% (160 gram); tepung ikan Patin 25% (50 gram) dan tepung terigu 5% (10 gram), memliliki rerata 3,7 sehingga kriteria cookies kode C3 adalah ideal. Cookies berkode C4 dengan penggunaan tepung rimpang bunga Tasbih 80% (160

gram) dan tepung ikan Patin 20% (40 gram), memiliki rerata 3,5 maka kriteria cookies kode C4 adalah ideal.

Gambar 4.8. Rata-Rata Uji Organoleptik Cookies Tepung Rimpang Bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan Tepung Ikan Patin (Pangansius hypopthalmus)

Keseluruhan Indikator

Berdasarkan Gambar 4.8 diatas terlihat bahwa nilai rata-rata dari data hasil pengujian organoleptik cookies dalam keseluruhan indikator menunjukkan bahwa pola yang tampak dari penggunaan tepung rimpang bunga Tasbih dan tepung ikan Patin serta tepung terigu dalam eksperimen ini semakin menurun, tetapi dilihat dari kriterianya tidak terdapat perbedaan dan tidak ada pengaruh terhadap jumlah penggunaan tepung rimpang bunga Tasbih dan tepung daging ikan Patin yang digunakan. Semakin banyak jumlah penggunaan tepung rimpang bunga Tasbih yang digunakan, maka kesukaan panelis akan cookies hasil eksperimen semakin

0

Cookies 1 Cookies 2 Cookies 3 Cookies 4

Warna

Aroma

Rasa

(67)

rendah. Dari data hasil pengujian organoleptik cookies pada keseluruhan indikator diketahui bahwa sampel cookies hasil eksperimen terbaik adalah sampel dengan kode C2.

4.3 Hasil dan Analisis Uji Proksimat Tepung Rimpang Bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan Cookies

Analisis proksimat merupakan satu teknik untuk mengetahui kandungan gizi yang terkandung dalam cookies hasil eksperimen. Analisis proksimat merupakan pengujian yang dilakukan terhadap 6 komponen dasar pada kandungan gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu dan air. Dalam penelitian ini yang mengalami perlakuan analisis proksimat antara lain tepung rimpang bunga Tasbih, cookies 1 dan cookies 2, dimana cookies merupakan cookies pada peringkat pertama dan kedua dalam uji organoleptik (uji hedonik) yang dilakukan oleh panelis.

Analisis proksimat terhadap karbohidrat, protein, lemak dan serat kasar dilakukan di Laboratorium Penguji Balai Riset Dan Standarisasi Industri Medan. Analisi proksimat terhadap air dan abu dilakukan di Laboratorium Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Berikut rangkuman hasil analisis proksimat terhadap tepung rimpang bunga Tasbih dan cookies tertuang pada Tabel 4.8 :

Tabel 4.8. Hasil Uji Proksimat Tepung Rimpang Bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan Cookies per 100 gram Sampel Satuan

Parameter

Karbohidrat Protein Lemak Serat

(68)

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui tepung rimpang mengandung karbohidrat sebesar 75,3%; protein 3,61%; lemak 0,15% dan serat kasar sebesar 3,62%. Untuk cookies 1 mengandung karbohidrat sebesar 54,3%; protein 13,4%; lemak 24,3%;

serat kasar 5,49%; abu 4,6% dan air sebesar 3,4%. Cookies 2 mengandung karbohidrat sebesar 54,8%; protein 14,1%; lemak 24,5%; serat kasar 4,34%; abu 3,4% dan air sebesar 3,2%. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan antara ketiga sampel. Pada sampel cookies yang memiliki kandungan karbohidrat, protein dan lemak terbesar ada pada cookies 2. Pada sampel cookies yang memiliki kandungan serat kasar, abu dan air terbesar ada pada cookies 1.

4.4 Uji Persyaratan Analisis Varian

Analisis data menggunakan uji Repeated ANOVA, merupakan uji hipotesis komparatif variabel secara berpasangan yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antar sampel. Penggunaan analisis varians berpasangan Uji Repeated ANOVA terlebih dahulu harus dilakukan uji persyaratan berupa uji normalitas dan uji homogenitas data hasil uji organoleptik cookies. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah varians setiap

sampel sudah homogen (sama) atau tidak. Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data setiap sampel berdistribusi normal atau tidak.

4.4.1 Uji Homogenitas Data Uji Organoleptik Cookies

(69)

Tabel 4.9. Hasil Uji Homogenitas Varian Data Uji Organoleptik Cookies Cookies Levene

Statistic

df1 df2 Sig.hitung Sig.tabel Keterangan

Warna .104 1 28 .749 .05 Homogen organoleptik cookies pada indikator warna, aroma, rasa, tekstur serta keseluruhan tampak homogen dengan Sig.hitung > Sig.tabel. Diketahui bahwa pada indikator warna, rasa dan tekstur cookies varian data homogen, tetapi pada satu indikator aroma varian data tidak homogen. Oleh karena dari keseluruhan indikator homogen maka data antar kelompok sampelnya mempunyai varian yang sama. 4.4.2 Uji Normalitas Data Uji Organoleptik Cookies

Uji normalitas bertujuan mengetahui apakah indikator yang diteliti terhadap cookies hasil eksperimen terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas sebagai satu syarat yang wajib terpenuhi pada uji ANOVA pada perlakuan ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov terlihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut:

Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas Data Uji Organoleptik Cookies

(70)

Berdasarkan tabel 4.10, diketahui hasil uji normalitas data uji organoleptik cookies pada indikator terlihat bahwa p > 0.05 berarti data berdistribusi normal.

Pada indikator warna, aroma dan rasa pada ketiga acuan nilai D, Z dan Sig.hitung > 0,05, ini berarti data berdistribusi normal. Pada indikator tekstur dikatakan berdistribusi normal dilihat pada nilai D dan nilai Z > 0,05, meskipun Sig.hitung < 0,05. Secara keseluruhan data berdasarkan output data distribusi adalah normal. 4.5 Hasil dan Analisis Varian Berpasangan Kualitas Cookies Tepung

Rimpang Bunnga Tasbih dan Tepung Ikan Patin Berdasarkan Indikator Warna, Aroma, Rasa, dan Tekstur

Uji Repeated ANOVA merupakan uji hipotesis komparatif variabel berpasangan yang bertujuan mengetahui perbedaan bermakna antar sampel, dengan kriteria pengambilan keputusan batas nilai signifikan 5% dimana harga Sig.hitung < Sig.tabel (p < 0.05). Analisis varian bertujuan untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesis kerja (Ha), dengan kriteria pengambilan keputusan jika hasil signifikan ≤ 5% batas signifikan maka paling tidak terdapat dua sampel yang mempunyai perbedaan yang bermakna dan jika hasil signifikan ≥ 5% maka tidak

ada perbedaan yang bermakna pada sampel yang diuji.

Pada uji repeated ANOVA jika Ho ditolak ( p < 0,05 ) maka ada perbedaan antar sampel. Perbedaan yang bermakna kemudian dilanjutkan dengan post-hoc paired wise comparison, merupakan perbandingan yang menyajikan

(71)

4.5.1 Analisis Varian Cookies pada Indikator Warna

Hasil penilaian terhadap indikator warna pada sampel cookies oleh 30 panelis masyarakat umum memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna terhadap indikator warna cookies. Hasil perhitungan analisis varian tertuang pada Tabel 4.11 dalam SPSS 17.0 berikut ini:

Tabel 4.11. Hasil Uji Repeated ANOVA Indikator Warna Cookies

n Rerata ± s.b. p

Warna Cookies 1 30 4,00 ± 0,74 < 0,001

Cookies 2 30 4,20 ± 0,41

Cookies 3 30 3,77 ± 0,50

Cookies 4 30 3,40 ± 0,62

Sumber: SPSS 17.0

Berdasarkan tabel 4.11 di atas menunjukkan hasil keseluruhan uji repeated ANOVA pada indikator warna. Pada nilai signifikan 5%, diketahui rerata masing-masing sampel cookies 1 = 4,00; cookies 2 = 4,20; cookies 3 = 3,77 dan cookies 4 = 3,40. Maka cookies 2 dengan rerata terbesar antar sampel cookies merupakan cookies dengan kriteria warna yang paling disukai dimana cookies berwarna

cokelat normal. Nilai signifikan yang diperoleh adalah < 0,001 dimana Sig.hitung < 0,05 maka Ha tidak ditolak dan Ho tidak diterima. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa “paling tidak terdapat dua sampel memiliki perbedaan yang

bermakna”. Oleh karena adanya perbedaan maka permasalahan selanjutnya adalah

pada kelompok sampel mana yang memiliki perbedaan tersebut.

(72)

Tabel 4.12. Hasil Uji Paired Wise Comparison LSD Warna Cookies

Sumber: SPSS 17.0

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan perbandingan warna antara cookies pertama, kedua, ketiga dan keempat. Terlihat nilai signifikan untuk setiap perbandingan bervariasi. Sig.hitung < 0,05 terdapat perbedaan yang bermakna. Pada nilai signifikan 5% dapat ditarik kesimpulan bahwa pasangan cookies C1 dan C4; C2 dan C3; C2 dan C4 serta C3 dan C4 merupakan pasangan sampel yang memiliki perbedaan yang bermakna dimana p < 0,05. Sedangkan pasangan sampel yang tidak memiliki perbedaan yang bermakna terlihat pada pasangan cookies yaitu C1 dan C2 serta C1 dan C3, dimana p > 0,05.

4.5.2 Analisis Varian Cookies pada Indikator Aroma

Berikut hasil perhitungan analisis varian menggunakan SPSS 17.0 terhadap penilaian indikator aroma cookies oleh 30 panelis dalam Tabel 4.13 : Tabel 4.13. Hasil Uji Repeated ANOVA Indikator Aroma Cookies

n Rerata ± s.b. p

(73)

dengan rerata terbesar antar sampel merupakan cookies dengan kriteria aroma yang paling disukai dimana cookies beraroma gurih ikan. Terlihat nilai signifikan yang diperoleh adalah < 0,001 dimana Sig.hitung < 0,05 maka Ha tidak ditolak dan Ho tidak diterima. Kesimpulan bahwa “paling tidak terdapat dua sampel atau

lebih memiliki perbedaan yang bermakna”.

Adanya perbedaan antar sampel maka permasalahan selanjutnya adalah pada kelompok sampel mana yang memiliki perbedaan tersebut. Berikut hasil post-hoc paired-wise comparison dengan LSD untuk melihat secara jelas

perbedaan antar kelompok sampel pada Tabel 4.14 sebagai berikut: Tabel 4.14. Hasil Uji Paired Wise Comparison – LSD Aroma Cookies

Perbedaan

Rerata IK95% p

C1 vs C2 -0,67 -0,85 - (-0,49) < 0,001

C1 vs C3 0,37 0,07 - 0,67 0,019

C1 vs C4 0,23 -0,02 - 0,49 0,070

C2 vs C3 1,03 0,66 - 1,41 < 0,001

C2 vs C4 0,90 0,64 - 1,17 < 0,001

C3 vs C4 -0,13 -0,53 - 0,27 0,502

Sumber: SPSS 17.0

Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan hasil Uji Paired Wise Comparison LSD perbandingan aroma antara cookies pertama, kedua, ketiga dan keempat.

Diketahui nilai signifikan untuk setiap perbandingan bervariasi 0,001 ≥ p ≥ 0,05.

(74)

4.5.3 Analisis Varian Cookies pada Indikator Rasa

Indikator rasa merupakan indikator paling utama dalam menentukan kualitas. Indikator rasa pada cookies dapat menjadi daya tarik dan penilaian utama dalam pemilihan cookies untuk dikonsumsi oleh konsumen pada umumnya. Rasa yang terbentuk pada cookies hasil eksperimen ini merupakan perpaduan yang antara bahan utama cookies yaitu tepung rimpang bunga Tasbih dan tepung ikan Patin. Hasil perhitungan terhadap penilaian pada indikator rasa cookies dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut:

Tabel 4.15. Hasil Uji Repeated ANOVA Indikator Rasa Cookies

n Rerata ± s.b. p

Rasa Cookies 1 30 3,83 ± 0,75 < 0,001

Cookies 2 30 4,73 ± 0,58

Cookies 3 30 3,40 ± 1,07

Cookies 4 30 2,83 ± 0,79

Sumber: SPSS 17.0

Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan hasil keseluruhan uji repeated ANOVA pada indikator rasa. Pada nilai signifikan 5%, diketahui rerata cookies 1 = 3,83; cookies 2 = 4,73; cookies 3 = 3,40 dan cookies 4 = 2,83. Maka cookies 2 dengan rerata terbesar merupakan cookies dengan kriteria aroma yang paling disukai dimana cookies berasa daging ikan dan langu rimpang. Nilai signifikan yang diperoleh adalah < 0,001 dimana Sig.hitung < 0,05 maka Ha tidak ditolak dan Ho tidak diterima. Ditarik kesimpulan bahwa “paling tidak terdapat dua sampel

atau lebih memiliki perbedaan yang bermakna”.

(75)

Tabel 4.16. Hasil Uji Paired Wise Comparison LSD Rasa Cookies menunjukkan perbandingan rasa antara cookies pertama, kedua, ketiga dan keempat. Diketahui bahwa nilai signifikan untuk setiap perbandingan tidak banyak variasi. Pada nilai signifikan 5% ditarik kesimpulan bahwa semua pasangan sampel memiliki perbedaan yang bermakna. Keempat sampel cookies berdasarkan indikator rasa memiliki perbedaan yang nyata memperlihatkan perbedaan persen bahan pembuatan cookies memberikan hasil rasa yang berbeda. 4.5.4 Analisis Varian Cookies pada Indikator Tekstur

Hasil penilaian terhadap indikator tekstur pada sampel cookies oleh 30 panelis masyarakat umum. Hasil perhitungan analisis varian tertuang pada Tabel 4.17 dalam SPSS 17.0 berikut ini:

Tabel 4.17. Hasil Uji Repeated ANOVA Indikator Tekstur Cookies

n Rerata ± s.b. p

(76)

cookies 1 dengan rerata terbesar merupakan cookies dengan kriteria tekstur yang

paling disukai. Diketahui nilai signifikan yang diperoleh adalah 0,132 ( p > 0,05 ) dimana Sig.hitung < 0,05 untuk Ho ditolak maka pengambilan keputusannya adalah Ha tidak diterima dan Ho tidak ditolak. Kesimpulan bahwa “tidak terdapat dua

sampel atau lebih memiliki perbedaan yang bermakna”. Oleh karena Ho tidak

ditolak maka permasalahan yang muncul adalah adakah satu kelompok pasangan sampel yang memiliki perbedaan yang bermakna.

Berikut hasil post-hoc paired-wise comparison dengan LSD perbedaan antar kelompok sampel pada Tabel 4.18 :

Tabel 4.18. Hasil Uji Paired Wise Comparison – LSD Tekstur Cookies Perbedaan

Rerata IK95% p

C1 vs C2 0,07 -0,13 - 0,26 0,489

C1 vs C3 0,17 -0,01 - 0,34 0,057

C1 vs C4 0,20 0,02 - 0,38 0,031

C2 vs C3 0,10 -0,05 - 0,25 0,184

C2 vs C4 0,13 -0,03 - 0,30 0,103

C3 vs C4 0,03 -0,09 - 0,15 0,573

Sumber: SPSS 17.0

(77)

4.5.4 Analisis Uji t – Berpasangan Kandungan Gizi Cookies

Berikut hasil uji t berpasangan kandungan gizi cookies hasil eksperimen yang tertuang pada Tabel 4.19 berikut ini :

Tabel 4.19. Hasil Uji t – Berpasangan Kandungan Gizi Cookies

n Rerata ± s.b. IK95% p

Cookies 1 4 24,37 ± 21,39 -1,39 – 1,26 0,890 Cookies 2 4 24,43 ± 21,85 -1,26 – 1,39

Sumber : SPSS 17.0

Tabel 4.19 menggambarkan hasil uji t-berpasangan. Cookies 1 diketahu memiliki rerata 24,37 dan pada cookies 2 memiliki rerata 24,43. Pada Sig.(2 tailed) diperoleh nilai signifikan 0,890 ( p > 0,05 ), artinya tidak terdapat

(78)

BAB V PEMBAHASAN

Bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) merupakan jenis tanaman berbunga yang memiliki rimpang menyerupai umbi. Rimpang bunga memiliki dua varietas yaitu rimpang merah dan rimpang putih. Bunga Tasbih berdasarkan taksonomi merupakan ordo zingeberales sehingga mempunyai rimpang yang menyerupai jahe-jahean. Bunga Tasbih pada masyarakat terkhususnya pada suku Jawa merupakan salah satu bahan pangan pengganti nasi atau biasa dikonsumsi sebagai lalapan dahulunya.

Seiring berkembangnya variasi makanan yang lebih menarik menjadikan bahan pangan dari rimpang bunga Tasbih tertinggal dan tidak dikonsumsi masyarakat dan kandungan gizi baik rimpang tidak diketahui masyarakat. Pada bab ini akan diuraikan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengolahan rimpang bunga Tasbih menjadi cookies bergizi dengan penambahan tepung ikan Patin. Pembahasan manfaat serta nilai pangan rimpang bunga Tasbih sebagai pilihan makanan dengan variasi menjadi gaya konsumsi masyarakat sekarang. 5.1 Rendemen Tepung Rimpang Bunga Tasbih (Canna edulis Ker.)

(79)

tanaman bunga Tasbih dengan perbedaan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti rimpang besar dengan diameter antara 5-8,75 cm dan panjangnya 10-15 cm, bahkan bisa mencapai 60 cm. Bentuk rimpang beraneka ragam, begitu juga komposisi kimia dan kandungan gizinya. Perbedaan komposisi ini dipengaruhi oleh umur, varietas dan tempat tumbuh tanaman (Koswara, 2015).

Tepung yang dihasilkan selama proses pembuatan dengan pengamatan berdasarkan pada faktor yang mempengaruhi hasil rendemen tepung diketahui rimpang berusia 7-8 bulan, varietas rimpang berbeda-beda dimana terdapat rimpang merah dan rimpang putih yang akan mempengaruhi tingkat kandungan pati yang dihasilkan dan ketebalan kulit rimpang tersebut. Rimpang merah umumnya mengandung banyak serat sedangkan kandungan pati sedikit. Rimpang putih mengandung banyak pati secara keseluruhan. Ukuran rimpang yang bervariasi dengan diameter antara 5-6 cm dengan ketebalan kulit bervariasi. Semakin tebal kulit rimpang maka bagian dalam rimpang yang akan diolah akan semakin sedikit sehingga tepung yang dihasilkan akan semakin sedikit.

(80)

lama akan meningkatkan tepung yang akan dihasilkan. Semakin besar diameter rimpang maka tepung yang dihasilkan akan semakin meningkat.

5.2 Perbedaan Kualitas Cookies pada Indikator Warna

Warna merupakan salah satu indikator dalam makanan sebagai daya tarik konsumen untuk membangkitkan selera konsumen. Warna pada penampilan cookies adalah warna normal (SNI 01-2973-1992) yang berarti warna tidak

mencolok karena menggunakan bahan tambahan yang berbahaya untuk dikonsumsi. Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa rerata cookies 1 = 4,0; cookies 2 = 4,2; cookies 3 = 3,8 dan cookies 4 = 3,4. Berdasarkan pada rerata yang didapat maka cookies 2 lebih disukai oleh panelis dengan rerata terbesar penilaian 4,2 kriteria sangat suka. Tidak terdapat cookies yang tidak disukai dikarenakan secara keseluruhan sampel cookies memperoleh kriteria suka dan sangat suka. Warna cookies yang tampak adalah cokelat tua secara keseluruhan.

Gambar

Tabel 3.2. Rancangan Pembuatan Cookies Bahan
Gambar 3.1 Alur Pembuatan Tepung Rimpang Bunga Tasbih Sumber : Pangesthi, (2009) termodifikasi
Gambar 3.2 Alur Pembuatan Tepung Ikan Patin (Pangansius hypopthalmus) Sumber : Soraya, (2010) termodifikasi
Gambar 3.3 Alur Pembuatan Cookies Sumber : Gisslen, 2005.
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH SUBTITUSI PATI GANYONG ( Canna edulis ker ) TERHADAP TEKSTUR, KOMPOSISI PROKSIMAT DAN DAYA TERIMA PADA PEMBUATAN DODOL.. Pendahuluan : Dodol merupakan salah

pembengkakan tepung ganyong (Canna edulis kerr) terhadap elastisitas dan. daya terima

Judul Skripsi : Daya Pembengkakan (Swelling Power) Granula Campuran Tepung Ganyong (Canna edulis kerr) dan Tepung Terigu Terhadap Elastisitas dan Daya Terima Mie

dengan menggunakan tepung ampas tahu dan tepung beras merah, peneliti tidak menggunakan tambahan bahan utama yaitu terigu, hanya menggunakan tepung ampas tahu