FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PEMBANGUNAN PLTA PADA KARYAWAN PT GLOBAL
DI DESA SIMANABUN KECAMATAN SILAU KAHEAN KABUPATEN SIMALUNGUN
TAHUN 2014
SKRIPSI
Oleh :
EMLI CUAN SARAGIH NIM. 111021093
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada pekerja di perusahaan. PT Global dalam melaksanakan pembanguan PLTA tahun 2013 terdapat 32 kasus kecelakaan kerja pada karyawan terdiri dari 9 kasus akibat tidak menggunakan alat pelindung diri, 8 kasus kecelakaan terjadi akibat tidak menggunakan sepatu boot, tetapi pekerja menggunakan sandal sehingga kaki mengalami luka akibat pecahan batu dan 5 kasus akibat tidak menggunakan helm pengaman serta 10 kasus disebabkan karena sewaktu bekerja kurang berhati-hati. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui factor–faktor yang memengaruhi kejadian kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada Karyawan PT Global di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2013.
Jenis penelitian adalah analitik. Populasi adalah karyawan lapangan PT Global yang sedang melaksanakan pekerjaan pembangunan PLTA yang mengalami kecelakaan kerja tahun 2013 berjumlah 32 orang dan seluruhnya menjadi sampel. Data dalam penelitian ini berupa data primer (kuisioner). Data di uji menggunakan uji statistic regresi logistic berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh standar operasional prosedur, pengarahan, pengetahuan, dan sikap terhadap kejadian kecelakaan kerja, dan ada pengaruh alat pelindung diri, tindakan dan lingkungan kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja.
Kesimpulan bahwa faktor alat pelindung diri, tindakan dan lingkungan kerja berpengaruh terhadap kejadian kecelakaan kerja. Disarankan kepada pihak perusahaan membuat rambu-rambu tentang keselamatan kerja pada daerah-daerah yang berpotensi terjadi kecelakaan kerja. Pengawas (mandor) sebaiknya membiasakan karyawan lapangan bendungan untuk memakai alat pelindung diri dengan memberikan pelatihan-pelatihan supaya karyawan terbiasa memakainya.
ABSTRACT
Work accident is one of the problems that often occur in workers in the company. PT Global in implementing hydropower development in 2013, there were 32 cases of occupational accidents on employees consisting of 9 cases are not using personal protective equipment such as gloves, 5 cases are not using safety helmets, 8 cases are not using boots, and 10 cases caused while working less cautious. This research was conducted to determine the factors that influence the incidence of workplace accidents hydropower development on employees PT Global in Simanabun village Sub District Kahean Glare Simalungun in 2013.
This research type is analytic. Population are field employees of PT Global who are implementing a hydropower dam construction work , and the sample in this research are the total population of PT Global field employees numbering 98 people. The data in this research is primary data (questionnaire). Test data using multiple logistic regression statistical tests.
The results showed that there was no effect of standard operating procedures, direction, knowledge, and attitudes toward work accident occurrence, and there is also the influence of personal protective equipment, measures, and the work environment on the incidence of workplace accidents.
The conclusion that the factor of personal protective equipment, measures and work environment influence the incidence of workplace accidents. It is suggested to the company making signs about safety in areas that could potentially happen accidents. Supervisors (foremen) should probably familiarize employees field dam to wear protective equipment themselves by providing training so that employees are accustomed to wearing it.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Emli Cuan.S
Tempat/Tgl Lahir : N.Dolok / 25 mei 1986
Agama : Kristen Protestan
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat Domisili : Jln.Saudara Gg.Rasmi No.31B pasar VI P.Bulan Medan
Pendidikan Terakhir : DIII Keperawatan
No.Telephon/Hp : 081277159430 / 081260055160
PENDIDIKAN FORMAL
1. Tahun 1998 Tamat dari SD INPRES No. 094143 N.DOLOK 2. Tahun 2001 Tamat dari SLTP Negeri N.DOLOK
3. Tahun 2004 Tamat dari SMU F. TANDEAN Tebing Tinggi
4. Tahun 2007 Tamat dari DIII Keperawatan St.ELISABETH MEDAN 5. Tahun 2011 Kuliah di FAK.KESEHATAN MASYARAKAT USU
Demikianlah daftar riwayat hidup saya perbuat dengan sebenarnya.
Medan, 02 April 2014
Hormat Saya
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan Kerja Pembangunan PLTA pada Karyawan PT Global di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2014”.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) FKM USU, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang
telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan.
3. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah
banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi
ini.
5. Ibu Isyatun Mardiah Syahri SKM., M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah
banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi
ini.
6. Ibu Hiswani, M.Kes selaku Dosen Penasihat Akademik.
7. Para dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
8. Bapak Jia selaku manajer PT Global yang telah memberikan tempat kepada
peneliti untuk melaksanakan penelitian.
9. Bapak Taufiq selaku suvervisor PT Global yang telah setia menemani saya dalam
proses penelitian.
10. Abang Parlin Dony Sipayung, S.H, M.H selaku konsultan hukum PT Global
yang telah setia membantu saya dalam kelancaran proses penelitian.
11. Teristimewa kepada Orang Tuaku M. Saragih dan A. Purba tercinta yang telah
memberikan doa tanpa kenal waktu, semangat, nasihat, dukungan, dan kasih sayang.
12. Kakakku Nelvi dan Apri serta seluruh saudaraku yang telah memberikan
dukungan selama penulis menyusun skripsi
13. Rekan-rekan peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Uya, Dunia Terang,
Ari, Parta, Fentra, fauzi dan seluruh teman-teman di FKM USU khususnya peminatan K3 yang tidak bias penulis sebutkan namanya satu per-satu.
14. Kawan-kawan lama Dino, Jhon, Dumaris, Hotmian, dan seluruh teman eks
Elisabeth, mari terus semangat mencapai kesuksesan.
15. Teman-teman seluruh mahasiswa ekstensi stambuk 2011 yang telah banyak
membantu saya dalam perkuliahan saya ucapkan terimakasih.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Medan, 5 Februari2014
Penulis
DAFTAR ISI
2.1.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 11
2.2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ... 12
2.2.1.PedomanPenerapanSistemManajemenKeselamatan dan Kesehatan Kerja ... 12
2.2.2.Prinsip dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan KesehatanKerja ... 14
2.3.Kecelakaan Kerja ... 15
2.3.1. Pengertian Kecelakaan Kerja ... 15
2.3.2. Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja ... 17
2.3.3. Akibat atau Dampak Kecelakaan Kerja ... 23
2.3.4. Pencegahan Kecelakaan Kerja ... 25
2.3.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecelakaan Kerja ... 28
2.4. Kerangka Konsep ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 34
3.2. LokasidanWaktuPenelitian ... 34
3.2.1. LokasiPenelitian ... 34
4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 42
4.2. Analisis Univariat ... 44
5.2. Pengaruh Faktor Alat Pelindung Diri terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja di Bendungan PLTA Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun
2014 ... 56
5.3. Pengaruh Faktor Pengarahan terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja di Bendungan PLTA Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 58
5.4. Pengaruh Faktor Pengetahuan terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja di Bendungan PLTA Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 59
5.5. Pengaruh Faktor Sikap terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja di Bendungan PLTA Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 61
5.6. Pengaruh Faktor Tindakan terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja di Bendungan PLTA Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 62
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Bendungan PLTA
Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten
SimalungunTahun 2014 ... 44
Tabel 4.2 Distribusi Standar Operasional Prosedur di Bendungan
PLTA Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean
Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 45
Tabel 4.3 Distribusi Alat Pelindung Diri di Bendungan PLTA Desa
Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten
Simalungun Tahun 2014 ... 46
Tabel 4.4 Distribusi Pengarahan oleh Mandor di Bendungan PLTA
Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten
Simalungun Tahun 2014 ... 46
Tabel 4.5 Distribusi Pengetahuan Responden di Bendungan PLTA
Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten
Simalungun Tahun 2014 ... 47
Tabel 4.6 Distribusi Sikap Responden di Bendungan PLTA Desa
Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten
Tabel 4.7 Distribusi Tindakan Responden di Bendungan PLTA Desa
Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten
Simalungun Tahun 2014 ... 48
Tabel 4.8 Distribusi Lingkungan Responden di Bendungan PLTA
Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten
Simalungun Tahun 2014 ... 48
Tabel 4.9 Distribusi Kejadian Kecelakaan Kerja Responden di
Bendungan PLTA Desa Simanabun Kecamatan Silau
Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 49
Tabel 4.10 Distribusi Tabulasi Silang Antara Standar Operasional
Prosedur, Alat Pelindung Diri, Pengarahan, Pengetahuan,
Sikap, Tindakan dan Lingkungan Dengan Kejadian
Kecelakaan Kerja di Bendungan PLTA Desa Simanabun
Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun
2014 ... 50
Tabel 4.11 Faktor-faktor yang Memengaruhi Standar Operasional
Prosedur, Alat Pelindung Diri, Pengarahan, Pengetahuan,
Sikap, Tindakan dan Lingkungan Dengan Kejadian
Kecelakaan Kerja di Bendungan PLTA Desa Simanabun
Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun
Tabel 4.12 Probabilitas Kejadian Kecelakaan Kerja di Bendungan
PLTA Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ... 70
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian... 74
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 75
Lampiran 4 Dokumentasi... 76
Lampiran5 Master Data………. 79
Lampiran 6 Hasil Pengolahan Data……… 87
ABSTRAK
Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada pekerja di perusahaan. PT Global dalam melaksanakan pembanguan PLTA tahun 2013 terdapat 32 kasus kecelakaan kerja pada karyawan terdiri dari 9 kasus akibat tidak menggunakan alat pelindung diri, 8 kasus kecelakaan terjadi akibat tidak menggunakan sepatu boot, tetapi pekerja menggunakan sandal sehingga kaki mengalami luka akibat pecahan batu dan 5 kasus akibat tidak menggunakan helm pengaman serta 10 kasus disebabkan karena sewaktu bekerja kurang berhati-hati. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui factor–faktor yang memengaruhi kejadian kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada Karyawan PT Global di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2013.
Jenis penelitian adalah analitik. Populasi adalah karyawan lapangan PT Global yang sedang melaksanakan pekerjaan pembangunan PLTA yang mengalami kecelakaan kerja tahun 2013 berjumlah 32 orang dan seluruhnya menjadi sampel. Data dalam penelitian ini berupa data primer (kuisioner). Data di uji menggunakan uji statistic regresi logistic berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh standar operasional prosedur, pengarahan, pengetahuan, dan sikap terhadap kejadian kecelakaan kerja, dan ada pengaruh alat pelindung diri, tindakan dan lingkungan kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja.
Kesimpulan bahwa faktor alat pelindung diri, tindakan dan lingkungan kerja berpengaruh terhadap kejadian kecelakaan kerja. Disarankan kepada pihak perusahaan membuat rambu-rambu tentang keselamatan kerja pada daerah-daerah yang berpotensi terjadi kecelakaan kerja. Pengawas (mandor) sebaiknya membiasakan karyawan lapangan bendungan untuk memakai alat pelindung diri dengan memberikan pelatihan-pelatihan supaya karyawan terbiasa memakainya.
ABSTRACT
Work accident is one of the problems that often occur in workers in the company. PT Global in implementing hydropower development in 2013, there were 32 cases of occupational accidents on employees consisting of 9 cases are not using personal protective equipment such as gloves, 5 cases are not using safety helmets, 8 cases are not using boots, and 10 cases caused while working less cautious. This research was conducted to determine the factors that influence the incidence of workplace accidents hydropower development on employees PT Global in Simanabun village Sub District Kahean Glare Simalungun in 2013.
This research type is analytic. Population are field employees of PT Global who are implementing a hydropower dam construction work , and the sample in this research are the total population of PT Global field employees numbering 98 people. The data in this research is primary data (questionnaire). Test data using multiple logistic regression statistical tests.
The results showed that there was no effect of standard operating procedures, direction, knowledge, and attitudes toward work accident occurrence, and there is also the influence of personal protective equipment, measures, and the work environment on the incidence of workplace accidents.
The conclusion that the factor of personal protective equipment, measures and work environment influence the incidence of workplace accidents. It is suggested to the company making signs about safety in areas that could potentially happen accidents. Supervisors (foremen) should probably familiarize employees field dam to wear protective equipment themselves by providing training so that employees are accustomed to wearing it.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada
pekerja di perusahaan. Kecelakaan kerja ini biasanya terjadi karena faktor dari
pekerja itu sendiri dan lingkungan kerja yang dalam hal ini adalah dari pihak
pengusaha. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun
2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja,
diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat
kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat
diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang
tinggi.Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada
faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi (Hadiguna,2009).
Berdasarkan laporan yang disampaikan Dirjen Pembinaan Pengawas
Ketenagakerjaan Kemenakertrans Muji Handaya seusai menyampaikan hasil
Pertemuan Asia-Europe Meeting (ASEM) Workshop on National OccupationalSafety
and Health (OSH) bahwa angka kecelakaan kerja di Indonesia tergolong tinggi
dibanding sejumlah negara di Asia dan Eropa, pada tahun 2010 kecelakaan kerja di
Indonesia tercatat sebanyak 98.711 kasus. 1.200 kasus di antaranya mengakibatkan
kerja tersebut, rata-rata ada tujuh pekerja yang meninggal dunia setiap hari (Djumena,
2011).
Pedoman keselamatan dan kesehatan kerja adalah bahwa penyakit dan
kecelakaan akibat kerja dapat dicegah, maka upaya pokok kesehatan kerja adalah
pencegahan kecelakaan kerja.Tetapi kecelakaan kerja tidak dapat dielakkan secara
menyeluruh. Namun demikian setiap perencanaan, keputusan, dan organisasi harus
memperhitungkan aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan
(Notoatmodjo, 2007).
Angka kecelakaan kerja di Indonesia menurun dalam 2010 sampai dengan
2011, hal ini membuktikan bahwa kecelakaan memang dapat dicegah di tempat kerja,
tapi angka kematian dalam kecelakaan kerja tidak ikut turun. Pada tahun 2010 lalu
jumlahnya menurun dari 98.711 menjadi jadi 86.368 kasus tahun 2011. Muji
Handaya, Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Kemenakertrans RI
mengatakan masih tingginya angka kematian dalam kecelakaan kerja karena kasus
kecelakaan lalu lintas yang dialami pekerja saat berangkat sampai pulang ke rumah,
dihitung masuk kematian akibat kecelakaan kerja. Sedangkan faktor pekerja dan
lingkungan serta fasilitas alat pelindung diri yang kurang memadai turut menentukan
besarnya proporsi kecelakaan kerja (Djumena, 2011).
Menurut H. W. Heinrich dalam Notoatmodjo (2007), penyebab kecelakaan
kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88%, kondisi
lingkungan yang tidak aman sebesar 10%, atau kedua hal tersebut di atas terjadi
secara bersamaan.Penyebab kecelakaan kerja di Indonesia adalah perilaku dan
Perilaku pekerja tentang K3 menentukan tingkat keberhasilan pencapaian
tujuan penerapan SMK3. Hasil penelitian Salawati (2009) menunjukkan adanya
hubungan antara perilaku tenaga kesehatan terhadap penerapan Manajemen K3 di
Rumah Sakit Zainal Abidin Banda Aceh. Hasil penelitian Zulliyanti (2011)
menunjukkan bahwa pengetahuan dan tindakan pekerja berpengaruh terhadap
penerapan manajemen K3 di PT Gold Coin Indonesia dan hasil penelitian Munthe
(2010) menggambarkan pengetahuan dan tindakan pekerja tentang SMK3 di PT
Socfindo Kebun Aek Pamienke ada pada kategori yang baik.
Produktivitas pekerja yang tinggi sangat diharapkan oleh pihak perusahaan
karena hal tersebut berpengaruh dan dibutuhkan dalam menjaga kelancaran proses
produksi di perusahaan. Dengan itu, perlu diterapkan keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja yang menjamin hak pekerja untuk mendapatkan perlindungan
atas keselamatan dan kesehatan kerjanya. Perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja para pekerja akan meningkatkan produktivitas dan selanjutnya akan
memberikan keuntungan bagi perusahaan karena kelancaran proses produksinya.
Selain meningkatnya daya saing dan produktivitas tenaga kerja, yang juga
menjadi sasaran strategis Kemenakertrans dalam Review Rencana Strategis
Kemenakertrans RI (2012) adalah meningkatnya penerapan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan di tempat kerja. Pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja berpedoman pada Undang-Undang RI Nomor 1
tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang RI Nomor 13 tahun
Berpedoman kepada Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dan Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 2003
tentangKetenagakerjaan, dalam hal ini perusahaan juga harus menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai dengan yang tertuang
dalam Himpuman Peraturan Perundang-Undangan RI (HPPU RI, 2008) disebutkan
dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor:
384/KPTS/M/2004 tentang Pedoman Teknik Keselamtan dan Kesehatan Kerja pada
Tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan yang bertujuan untuk mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif.
PT Global merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembangunan
konstruksi yang berdiri tahun 2000. Jumlah karyawan tetap saat ini adalah 35 orang
dan tenaga tidak tetap (kontrak) yaitu 98 orang. Pada tahun 2012 PT Global
memenangkan tender pembangunan bendungan PLTA di Desa Simanabun
Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun. Saat ini PT Global sedang
membangun tempat penampungan air bendungan dan mempersiapkan membangun
turbin untuk pembangkit tenga listrik bertujuan untuk menambah daya listrik di
daerah tersebut dengan memanfaatkan tenaga air bendungan.
Berdasarkan survei pendahuluan dan wawancara yang telah dilakukan dengan
manajemen PT Global menangani masalah K3, bahwa K3 belum diterapkan secara
optimal disebabkan pelatihan K3 belum pernah dilakukan. Manajamen memberikan
penjelasan tentang penggunaan alat pelindung diri seperti pakaian, helm, sepatu, dan
aspek K3 sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). Setiap pekerja memang
diawasi oleh pengawas tetapi ada pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri
diperbolehkan masuk memasuki areal bendungan dan tetap bekerja.
Pihak manajemen perusahaan mengatakan bahwa kecelakaan kerja di
perusahaan tersebut dibagi dalam 4 jenis: First Aid yaitu kecelakaan kerja yang hanya
membutuhkan pertolongan pertama (kotak P3K), Medical Aid yaitu kecelakaan kerja
yang membutuhkan pengobatan medis dari rumah sakit, Loss time injury yaitu
kecelakaan yang sampai menghilangkan jam kerja pekerja, dan Fatality Aid yaitu
kecelakaan kerja yang mengakibatkan kematian. Pada tahun 2013 sampai saat ini
kecelakaan kerja yang terjadi adalah jenis First Aid dan Medical Aid dengan jumlah
kumulatif tertinggi sebanyak 32 kasus kecelakaan kerja dengan rincian 9 kasus
kecelakaan kerja terjadi akibat tidak menggunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan sewaktu kerja sehingga tangannya mengalami luka akibat menyusun batu-batu
dalam membangun bendungan. Delapan (8) kasus kecelakaan terjadi akibat tidak
menggunakan sepatu boot, tetapi pekerja menggunakan sandal sehingga kaki
mengalami luka akibat pecahan batu dan 5 kasus kecelakaan pada bagian kepala
akibat tertimpa pecahan batu karena tidak menggunakan helm pengaman serta 10
kasus kecelakaan disebabkan karena sewaktu bekerja kurang berhati-hati. Demikian
juga hasil wawancara terhadap 10 orang pekerja yang pernah mengalami kecelakaan
kerja tentang perilaku pekerja bahwa 60% orang kurang memahami cara penggunaan
APD dan merasa bahwa tanpa menggunakan APD lebih nyaman bekerja karena APD
dapat mengganggu gerakan atau aktivitas dalam bekerja. Kejadian kecelakaan kerja
(SOP) atau kecelakaan yang terjadi masih cenderung diakibatkan oleh tindakan tidak
aman dari pekerja itu sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti
“Faktor-faktor yang Memengaruhi Kejadian Kecelakaan Kerja Pembangunan PLTA pada
Karyawan PT Global di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten
Simalungun Tahun 2013”.
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah “faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi kejadian kecelakaan kerja
pembangunan PLTA pada karyawan PT Global di Desa Simanabun Kecamatan Silau
Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2013
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi kejadian kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT
Global di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun
2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh faktor standard operasional prosedur kerja
terhadap kejadian kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT
Global.
2. Untuk mengetahui pengaruh faktor ketersediaan APD terhadap kejadian
3. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengarahan terhadap kejadian kecelakaan
kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.
4. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengetahuan terhadap kejadian kecelakaan
kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.
5. Untuk mengetahui pengaruh faktor sikap terhadap kejadian kecelakaan kerja
pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.
6. Untuk mengetahui pengaruh faktor tindakan terhadap kejadian kecelakaan
kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.
7. Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan kerja terhadap kejadian
kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen PTGlobal akan pentingnya
penerapan K3 secara optimal untuk menghindari kecelakaan kerja.
2. Bagi tenaga kerja agar lebih mengetahui manfaat dan kegunaan penerapan K3.
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya serta dapat bermanfaat dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan.
4. Sebagai penambah wawasan pengetahuan bagi penulis khususnya tentang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan adalah suatu kondisi yang bebas dari risiko yang relatif sangat
kecil di bawah tingakatan tertentu. Sedangkan risiko adalah tingkat kemungkinan
terjadinya suatu bahaya yang menyebabkan kecelakaan dan intensitas bahaya tersebut
(HIPSMI dalam Notoatmodjo, 2007). Suardi (2007) mendefiniskan keselamatan kerja
adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat
kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan
tenega kerja. Kecelakaan selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga
merupakan kerugian secara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan
kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan
kerja, dan lain-lain.
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja pada
perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi
dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dalam hal ini
terdapat dua masalah penting yaitu kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan dan
kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (Suma’mur, 1987).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan atau terjadinya
kondisi tidak aman dapat dipelajari dengan pendekatan keilmuan atau pendekatan
Pada umumnya teori tentang kecelakaan memusatkan perhatian pada tiga faktor
penyebab utama kecelakaan yaitu peralatan, cara kerja dan manusia atau pekerja
(Anonim, 2010).
Kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan dapat dicegah dengan peraturan
perundangan tentang ketentuan wajib di tempat kerja, standardisasi keselamatan
kerja, pengawasan tentang kepatuhan ketentuan yang diwajibkan dalam peraturan,
penelitian bersifat teknik, riset medis, penelitian psikologis, penelitian secara statistik,
pendidikan, pelatihan keselamatan kerja, penggairahan dengan cara penyuluhan,
asuransi, dan usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran
utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja (Suma’mur, 1987).
2.1.1. Pengertian Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah aplikasi kesehatan masyarakat dalam suatu tempat
kerja dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja adalah masyarakat pekerja dan
masyarakat di sekitar perusahaan tersebut. Kesehatan kerja bertujuan untuk
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi
masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui
usaha-usaha preventif, promotif, dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan
akibat kerja atau lingkungan kerja (Notoatmodjo, 2007).
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental
dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan
melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan
sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya
kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (Supriyanto, 2009).
Agar seorang tenaga kerja berada dalam keserasian sebaik-baiknya, yang
berarti bahwa yang bersangkutan dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas
kerjanya secara optimal, maka perlu ada keseimbangan antara beban kerja, beban
tambahan akibat dari pekerjaan dan lingkungan kerja dan kapasitas kerja (Suma’mur,
2009).
Tujuan akhir kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang
sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai apabila didukung oleh lingkungan kerja
yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Lingkungan kerja yang mendukung
terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain suhu ruangan yang
nyaman, penerangan/pencahayaan yang cukup, bebas dari debu, sikap badan yang
baik, alat-alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau anggota tubuh (ergonomi),
dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Suardi yang dikutip oleh Zulliyanti (2011) bahwa perubahan secara
signifikan di bidang industri memberikan konsekuensinya terhadap terjadi perubahan
pola penyakit/kasus-kasus penyakit karena hubungan dengan pekerjaan. Seperti
faktor mekanik (proses kerja, peralatan), faktor fisik (panas, bising, radiasi) dan
faktor kimia. Masalah gizi pekerja, stress kerja, penyakit jantung, tekanan darah
tinggi dan lain-lainnya juga merupakan hal penting yang perlu diperhatikan.
Perubahan ini banyak tidak disadari oleh pengelola tempat kerja atau diremehkan.
kesehatan pekerja hanya dari segi kuratif dan rehabilitatif tanpa memperhatikan
akan pentingnya promosi dan pencegahan.
2.1.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai tujuan untuk memperkecil atau
menghilangkan potensi bahaya atau risiko yang dapat mengakibatkan kesakitan dan
kecelakaan dan kerugian yang mungkin terjadi. Kerangka konsep berpikir
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah menghindari resiko sakit dan celaka dengan
pendekatan ilmiah dan praktis secara sistematis (systematic), dan dalam
kerangkapikir kesisteman (system oriented) (Anonim, 2010).
Keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai kegiatan yang
menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan
mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan, dan kontrol terhadap
pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan
yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka
bekerja (Yuli, 2005). Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya preventif
yang kegiatannya utamanya adalah identifikasi, substitusi, eliminasi, evaluasi, dan
pengendalian risiko dan bahaya (Notoatmodjo, 2007).
Penerapan praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja di berbagai sektor di
dalam kehidupan atau di suatu organisasi tidak secara sembarangan. Karena itu dalam
rangka menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja ini diperlukan juga
pengorganisasian secara baik dan benar. Dalam hubungan inilah diperlukan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dan perlu
Kesehatan Kerja inilah pola pikir dan berbagai pendekatan yang ada diintegrasikan
kedalam seluruh kegiatan operasional organisasi agar organisasi dapat berproduksi
dengan cara yang sehat dan aman, efisien serta menghasilkan produk yang sehat dan
aman pula serta tidak menimbulkan dampak lingkungan yang tidak diinginkan
(Anonim, 2010).
2.2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
2.2.1. Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain
yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi, proses produksi, dan lingkungan
kerja dalam keadaan aman, perlu penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Sastrohadiwiryo, 2002).
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manajemen lainnya di suatu institusi
tempat kerja atau perusahaan, seperti manajemen produksi, manajemen sumber daya
manusia, manajemen keuangan, dan lainnya (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan
Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2010. tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, bahwa : Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
Dalam Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
pasal 87 ayat 1 dituliskan bahwa : “Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan.” Maka dalam hal ini, Sistem Manajemen K3 merupakan
sebuah kewajiban dalam sebuah perusahaan untuk mencapai kesejahteraan tenaga
kerja di tempat kerja yang menyangkut dalam keselamatan dan kesehatan kerja.
Tujuan penerapan Sistem Manajemen K3 adalah untuk menciptakan suatu sistem
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja dalam rangka :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
b. Menciptakan tempat kerja yang aman terhadap kebakaran, peledakan dan
kerusakan yang pada akhirnya akan melindungi investasi yang ada serta
membuat tempat kerja yang sehat.
c. Menciptakan efisiensi dan produktivitas kerja karena menurunnya biaya
kompensasi akibat sakit atau kecelakaan kerja (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Sastrohadiwiryo (2002), ketentuan-ketentuan yang wajib
dilaksanakan oleh perusahaan dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 adalah :
1. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen
terhadap penerapan Sistem Manajemen K3
2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan, dan sasaran penerapan keselamatan
3. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan
mencapai kebijakan, tujuan, dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja
4. Mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan
kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan
5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen K3
secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja.
2.2.2. Prinsip dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Menurut PP No. 50 Tahun 2012, yang menjadi prinsip dalam penerapan
Sistem Manajemen K3 adalah sebagai berikut :
1. Komitmen dan Kebijakan
2. Perencanaan
3. Penerapan
4. Pengukuran dan Evaluasi
5. Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen
Prinsip dalam penerapan SMK3 di perusahaan mencakup lima hal di atas
yang pelaksanaannya dilakukan oleh pihak manajemen bekerjasama dengan para
pekerja. Dari kelima prinsip tersebut, dalam hal penerapanlah peran pekerja sangat
dibutuhkan agar pelaksanaan SMK3 dapat dilakukan dengan baik dan mencapai
Dalam penerapannya, SMK3 terkait langsung dengan pekerja. Perilaku
pekerja tentang SMK3 menentukan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan penerapan
SMK3 sebagaimana yang diisyaratkan dalam Permenaker Nomor: 05/Men/1996.
Keberhasilan realisasi program keselamatan dan kesehatan kerja serta SMK3
berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan pekerja (Zulliyanti, 2011).
2.3 Kecelakaan Kerja
2.3.1 Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seseorang atau kelompok dalam
rangka melaksanakan kerja di lingkungan perusahaan, yang terjadi secara tiba-tiba,
tidak diduga sebelumnya, tidak diharapkan terjadi, menimbulkan kerugian ringan
sampai yang paling berat, dan bisa menghentikan kegiatan pabrik secara total
(Hadiguna, 2009).
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan
yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap
proses. Secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1) Kecelakaan industri (industrial accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat
kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja.
2) Kecelakaan dalam perjalanan (community accident) yaitu kecelakaan yang terjadi
diluar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja.
(Sugeng,2005).
Keadaan hampir celaka (near-accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa
mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian
terhadap proses (Sugeng, 2005).
Kecelakaan terjadi tanpa diduga dan tidak diharapkan tetapi kecelakaan kerja
pada prinsipnya dapat dicegah dan pencegahan ini menurut Bennett NBS dalam
Santoso (2004) merupakan tanggung-jawab para manajer lini, penyelia, mandor,
kepala dan juga kepala urusan. Disamping ada sebabnya, maka suatu kejadian juga
akan membawa akibat. Menurut Husni (2005), akibat dari kecelakaan industri ini
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Kerugian yang bersifat ekonomis, yaitu:
a. Kerusakan/ kehancuran mesin, peralatan, bahan dan bangunan
b. Biaya pengobatan dan perawatan korban
c. Tunjangan kecelakaan
d. Hilangnya waktu kerja
e. Menurunnya jumlah maupun mutu produksi
2. Kerugian yang bersifat non ekonomis
Pada umumnya berupa penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yangbersangkutan,
baik itu merupakan kematian, luka/cidera berat, maupun luka ringan.
Penyebab kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu :
1. Kecelakaan yang disebabkan oleh tindakan manusia yang tidak melakukan
tindakan penyelamatan. Contohnya, pakaian kerja, penggunaan peralatan
pelindung diri, falsafah perusahaan, dan lain-lain.
2. Kecelakaan yang disebabkan oleh keadaan lingkungan kerja yang tidak aman.
penggunaan indikator warna, tanda peringatan, sistem upah, jadwal kerja, dan
lain-lain (Hadiguna, 2009).
2.3.2 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Menurut Suma’mur dalam Yustini (2009) menyatakan bahwakecelakaan kerja
yang terjadi dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
a. Faktor manusia meliputi aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa kerja /
pengalaman, kurangnya kecakapan dan lambatnya mengambil keputusan), disiplin
kerja, perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, ketidakcocokan fisik
dan mental. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap
yang tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi,
kelalaian, melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan
kecakapan untuk mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai
pekerjaan. Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan
penyakit.
b. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan
alatpelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak.
Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktorkeadaan
lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari pemeliharaan
rumah tangga (house keeping), kesalahan disini terletak pada rencana tempat kerja,
cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak pada tempatnya, lantai yang kotor
dan licin. Ventilasi yang tidak sempurnasehingga ruangan kerja terdapat debu,
yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat kesilauan dan tidak ada
pencahayaan setempat.
Menurut Benny dan Achmadi dalam Yustini (2009) penyebab kecelakaan
kerja dikelompokkan sebagai berikut :
1. Faktor Lingkungan Kerja (Work Environment)
a. Faktor Kimia
Disebabkan oleh bahan baku produksi, proses produksi dan hasil produksi suatu
kegiatan usaha. Untuk golongan kimia dapat digolongkan kepada benda-benda
mudah terbakar, mudah meledak dan lainnya.
b. Faktor Fisik
Misalnya penerangan yang cukup baik di luar ruangan maupun di dalam
ruangan, panas kebisingan dan lainnya.
c. Faktor Biologi
Dapat berupa bakteri, jamur, mikro-organisme lain yang dihasilkan dari bahan
baku proses produksi dan proses penyimpanan produksi, dapat juga berupa
binatang-binatang pengganggu lainnya pada saat berada di lapangan atau
kebun.
d. Faktor Ergonomi
Pemakaian atau penyediaan alat-alat kerja, apakah sudah sesuai dengan
keselamatan kerja sehingga pekerja dapat merasakan kenyamanan saat bekerja.
Ergonomi terutama dikhususkan sebagai perencanaan dari cara kerja yang baik
e. Faktor Psikologi
Perlunya dibina hubungan yang baik antara sesama pekerja dalam lingkungan
kerja, misalnya antara pimpinan dan bawahan.
2. Faktor Pekerjaan
a. Jam Kerja
Yang dimaksud jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat
dan lamanya bekerja sehingga dengan adanya waktu istirahat ini dapat
mengurangi kecelakaan kerja. Menurut Undang-undang RI Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan pada pasal 77 ayat 2 (dua) huruf a dan b tentang
waktu kerja , menyebutkan :
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu
untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
b. Pergeseran Waktu
Pergeseran waktu dari pagi, siang dan malam dapat mempengaruhi terjadinya
peningkatan kecelakaan akibat kerja.
3. Faktor Manusia (Human Factor)
a. Umur Pekerja
Penelitian dalam test refleks memberikan kesimpulan bahwa umur mempunyai
pengaruh penting dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja. Ternyata
golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan
reaksi lebih tinggi. Akan tetapi untuk jenis pekerjaan tertentu sering merupakan
golongan pekerja dengan kasus kecelakaan kerja tinggi, mungkin hal ini
disebabkan oleh karena kecerobohan atau kelalaian mereka terhadap pekerjaan
yang dihadapinya.
b. Pengalaman Bekerja
Pengalaman bekerja sangat ditentukan oleh lamanya seseorang bekerja.
Semakin lama dia bekerja maka semakin banyak pengalaman dalam bekerja.
Pengalaman kerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Pengalaman
kerja yang sedikit terutama di perusahaan yang mempunyai resiko tinggi
terhadap terjadinya kecelakaan kerja akan mengakibatkan besarnya
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
c. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi
pekerjaan, demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktek maupun
teori termasuk diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindari
terjadinya kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja dapat juga disebabkan perilaku pekerja dalam melaksanakan
aktivitasnya. Menurut Notoadmodjo (2007), perilaku seseorang terdiri dari
pengetahuan, sikap dan tindakan.
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra
penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan
berperilaku. Perilaku yang baru diadopsi oleh individu akan bisa bertahan lama dan
langgeng jika individu menerima perilaku tersebut dengan penuh kesadaran, didasari
atas pengetahuan yang jelas dan keyakinan (Setiawati dan Dermawan, 2008).
2. Sikap
Menurut Azwar (2007), sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau
kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau
secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan.
Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2007), sikap itu terdiri dari 3 komponen
pokok, yaitu :
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana
keyakinan dan pendapat seseorang terhadap objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana
penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap merupakan
komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting dalam melaksanakan suatu
aktiviatas (pekerjaan).
3. Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas
(Notoatmodjo, 2007). Mengingat sikap itu belum berupa tindakan, maka untuk dapat
mewujudkan sikap menjadi tindakan dibutuhkan tingkatan-tingkatan tindakan, yaitu :
1. Persepsi
Individu mulai membentuk persepsi dalam proses pikirnya tentang suatu tindakan
yang akan diambil.
2. Terpimpin
Persepsi yang sudah ada pada seseorang akan ditindaklanjuti dengan kegiatan
secara berurutan.
3. Mekanisme
Kegiatan atau tindakan yang sudah dilakukan secara benar dengan tepat dan cepat,
akan dilakukan kembali tanpa harus diperintah atau ditunggui.
4. Adopsi
Kegiatan yang sudah dilakukan secara otomatis selanjutnya individu akan
mengembangkan kegiatan tersebut dengan tidak mengurangi makna dan tujuan
dari kegiatan tersebut (Setiawati dan Dermawan, 2008).
Standard operasional prosedur (SOP) adalah panduan hasil kerja yang diinginkan
serta proses kerja yang harus dilkasanakan. SOP dibuat dan didokumentasikan
dengan baik oleh pekerja. Alat pelindung diri (APD) adalah kelengkapan yang
wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga
keselamatan pekerja itu sendiri dan orang disekitarnya. Pengarahan adalah suatu
proses pembimbingan, pemberian petunjuk, dan intruksi kerja kepada bawahan
kerja adalah tempat dimana karyawan melakukan aktivitas setiap harinya.
Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan
karyawan untuk dapat bekerja optimal. (Subroto 2005)
2.3.3 Akibat atau Dampak Kecelakaan Kerja
Apabila terjadi kecelakaan kerja, maka kecelakaan tersebut mempunyai
dampak yang dapat memengaruhi suatu pekerjaan. Dampak atau akibat dari
kecelakaan kerja tersebut adalah:
1. Kerugian bagi instansi
Biaya pengangkutan korban kerumah sakit, biaya pengobatan,penguburan jika
sampai korban meninggal dunia hilangnya waktu kerja si korban dan rekan-rekan
yang menolong sehingga menghambat kelancaran program mencari pengganti atau
melatih tenaga baru, mengganti / memperbaiki mesin yang rusak dan kemunduran
mental para pekerja.
2. Kerugian bagi korban
Kerugian paling fatal bagi korban adalah jika kecelakaan itu sampai
mengakibatkan seseorang sampai cacat atau meninggal dunia,ini berarti hilangnya
pencari nafkah bagi keluarga dan hilangnya kasih sayang orang tua terhadap putra –
putrinya.
3. Kerugian bagi masyarakat dan negara
Akibat kecelakaan maka beban biaya akan dibebankan sebagai biayaproduksi
yang mengakibatkan dinaikkannya harga produksi perusahaan tersebut dan
Safety and Health Administration (OSHA) tahun 1970, semua luka yang diakibatkan
oleh kecelakaan dapat dibagi menjadi :
1. Perawatan Ringan (First Aid)
Perawatan ringan merupakan suatu tindakan/perawatan terhadap luka kecil
berikut observasinya, yang tidak memerlukan perawatan medis (medical treatment)
walaupun pertolongan pertama itu dilakukan oleh dokter atau paramedis. Perawatan
ringan ini juga merupakan perawatan dengan kondisi luka ringan, bukan tindakan
perawatan darurat dengan luka yang serius dan hanya satu kali perawatan dengan
observasi berikutnya.
2. Perawatan Medis (Medical Treatment)
Perawatan medis merupakan perawatan dengan tindakan untuk perawatan
luka yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis profesional seperti dokter
ataupun paramedis. Perawatan medis terkategori bila hanya dapat dilakukan oleh
tenaga medis yang pofesional: terganggunya fungsi tubuh seperti jantung, hati,
penurunan fungsi ginjal dan sebagainya; berakibat rusaknya struktur fisik dan
berakibat komplikasi luka yang memerlukan perawatan medis lanjutan.
3. Hari Kerja yang Hilang (Lost Work Days)
Hari kerja yang hilang ialah setiap hari kerja dimana sesorang pekerja tidak
dapat mengerjakan seluruh tugas rutinnya karena mengalami kecelakaan kerja atau
sakit akibat pekerjaan yan dideritanya. Hari kerja hilang ini dapat dibagi menjadi dua
macam: jumlah hari tidak bekerja (days away from work) yaitu semua hari kerja
dimana sesorang pekerja tidak dapat mengerjakan setiap fungsi pekerjaannya karena
dengan aktivitas terbatas (days of restricted activities), yaitu semua kerja dimana
seorang pekerja karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang
dideritanya, dialihkan sementara ke pekerjaan lain atau pekerja tetap bekerja pada
tempatnya tetapi tidak dapat mengerjakan secara normal seluruh tugasnya. Untuk
kedua kasus diatas, terdapat pengecualian pada hari saat kecelakaan atau saat
terjadinya sakit, hari libur, cuti, dan hari istirahat.
4. Kematian (Fatality)
Dalam hal ini, kematian yang terjadi tanpa memandang waktu yang sudah
berlalu antara saat terjadinya kecelakaan kerja ataupun sakit yang disebabkan oleh
pekerjaan yang dideritanya, dan saat si korban meninggal(Ramli,2009).
2.3.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja
Untuk mencegah kecelakaan kerja sangatlah penting diperhatikannya
“Keselamatan Kerja”. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan
dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja, serta tata cara dalam melakukan
pekerjaan yang bertujuan untuk menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan,
baik jasmaniah maupun rohaniah manusia, serta hasil karya budayanya tertuju pada
kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan pekerja pada khususnya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa keselamatan kerja padaha kekatnya adalah usaha manusia dalam
melindungi hidupnya dan yang berhubungan dengan itu, dengan melakukan tindakan
preventif dan pengamanan terhadap terjadinya kecelakaan kerja ketika kita sedang
bekerja (Santoso,2004).
Kecelakaan kerja pada prinsipnya dapat dicegah dan pencegahan ini menurut
kepala dan juga kepala urusan. Tetapi menurut Sulaksmono (1997) dan yang tersirat
dalam UU RI No.01 tahun 1970 pasal 10bahwa tanggung jawabpencegahan
kecelakaan kerja, selain pihak perusahaan juga karyawan (tenaga kerja) dan
pemerintah. Pencegahan kecelakaan kerja menurut para pakar, antara lain pendapat
Silalahi (1995) bahwa teknik pencegahan kecelakaan harus didekati dua aspek, yakni
aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin, letak dan sebagainya).
Kemudian aspek perangkat lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan).
Sementara menurut Olishifki menyatakan bahwa aktivitas pencegahan yang
profesional adalah memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan dari mesin,
cara kerja, material dan struktur perencanaan memberikan alat pengaman agar tidak
membahayakan sumber daya yang ada dalam perusahaan tersebut, memberikan
pendidikan (training) kepada karyawan tentang kecelakaan dan keselamatan kerja,
memberikan alat pelindungdiri tertentu terhadap tenaga kerja yang berada pada area
yang membahayakan (Santoso,2004).
Menurut Suma’mur dalam Yustini (2009) menyatakan bahwa kecelakaan–
kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan duabelas hal berikut :
1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai
kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan
pemiliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri,
tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan pemeriksaan
2. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi
mengenai misalnya syarat- syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan industri
dan alat pelindung diri (APD).
3. Pengawasan, agar ketentuan undang-undang wajib dipatuhi.
4. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan- bahan yang berbahaya, pagar
pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan peralatan lainnya.
5. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patologis, faktor lingkungan
dan teknologi dan keadaan yang mengakibatkan kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola – pola kewajiban yang
mengakibatkan kecelakaan.
7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi.
8. Pendidikan dan latihan-latihan.
9. Penggairahan.
10. Pendekatan lain agar bersikap yang selamat.
11. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan.
12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan.
Untuk menghindari tingginya tingkat kecelakaan kerja, Pemerintah
telahmengeluarkan ketentuan-ketentuan yang harus diikuti oleh perusahaan
yangberhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, antara lain :
1. Undang-Undang RI Nomor 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang
didalam penjabarannya menyebutkan bahwa “setiap tenaga kerja berhak
mendapatperlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi bagian standar keteknikan, ketenagakerjaan
dan tata lingkungan yaitu pada pasal 30 yang menyebutkan bahwa keamanan,
keselamatan, kesehatan tempat kerja kontruksi telah diatur dalam
perundang-undanganyang berlaku dalam ayat 1 huruf a tentang keteknikan yang meliputi
persyaratan keselamatan umum, konstruksi bangunan mutu hasil pekerjaan, mutu
bahan, komponen bangunan dan mutu hasil pekerjaan dan mutu peralatan sesuai
dengan standar atau norma yang berlaku.
3. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada Bab
XTentang Perlindungan, Pengupahan dan Kesejahteraan pada pasal 86 ayat (1)
menyatakan bahwa setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.
2.3.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecelakaan Kerja
Penyebab langsung kecelakaan adalah suatu keadaan yang biasanya bisa
dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi 2 kelompok:
1. Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts)
Perbuatan berbahaya dari manusia yang dalam beberapa hal dapat dilatar
belakangi antara lain: cacat tubuh yang tidak kentara (bodilly defect), keletihan
dan kelesuan (fatigiue and boredom), sikap dan tingkah laku yang tidak aman,
dan pengetahuan.
2. Kondisi yang tidak aman (unsafe condition)
Keadaan yang akan menyebababkan kecelakaan, terdiri dari: mesin, peralatan,
Penyebab dasar (Basic Causes), terdiri dari 2 faktor yaitu
a. Faktor manusia / personal (personal factor) meliputi: kurang kemampuan fisik,
mental dan psikologi, kurangnya/lemahnya pengetahuan dan skill, stress,
motivasi yang tidak cukup/salah
b. Faktor kerja / lingkungan kerja (job work enviroment factor) meliputi: faktor
fisik yaitu, kebisingan, radiasi, penerangan, iklim; faktor kimia yaitu debu, uap
logam, asap, gas; faktor biologi yaitu bakteri,virus, parasit, serangga; ergonomi
dan psikososial.
Menurut Santoso (2004) hasil penelitian menunjukkan bahwa 80-85%
kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia. Unsur-unsur tersebut menurut buku
“ManagementLosses” Bab II tentang “The causes and Effects of Loss”, antara lain :
1. Ketidak seimbangan fisik / kemampuan fisik tenaga kerja,antara lain:
a. Tidak sesuai berat badan, kekuatan dan jangkauan
b. Posisi tubuh yang menyebabkan lebih lemah
c. Kepekaan tubuh
d. Kepekaan panca indra terhadap bunyi
e. Cacat fisik
f. Cacat sementara
2. Ketidak-seimbangan kemampuan psikologis pekerja, antara lain:
a. Rasa takut/phobia
b. Gangguan emosional
c. Sakit jiwa
e. Tidak mampu memahami
f. Sedikit ide (pendapat)
g. Gerakannya lamban
h. Keterampilan kurang
3. Kurang pengetahuan, antara lain:
a. Kurang pengalaaman
b. Kurang orientasi
c. Kurang latihan memahami tombol – tombol (petunjuk lain)
d. Kurang latihan memahami data
e. Salah pengertian terhadap suatu perintah
4. Kurang trampil, antara lain:
a. Kurang mengadakan latihan praktik
b. Penampilan kurang
c. Kurang kreatif
5. Stres mental, antara lain :
a. Emosi berlebihan
b. Beban mental berlebihan
c. Pendiam dan tertutup
d. Problem dengan suatu yang tidak dipahami
e. Frustasi
f. Sakit mental
6. Stres fisik, antara lain :
b. Beban tugas berlebihan
c. Kurang istirahat
d. Kelelahan sensori
e. Terpapar bahan berbahaya
f. Terpapar panas yang tinggi
g. Kekurangan oksigen
h. Gerakan terganggu
i. Gula darah menurun
7. Motivasi menurun (kurang termotivasi ) antara lain:
a. Mau bekerja bila ada penguatan/hadiah (reeward)
b. Frustasi berlebihan
c. Tidak ada umpan balik (feed back)
d. Tidak mendapat intensif produksi.
2.4. Kerangka Konsep
Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa
upaya kesehatan kerja wajib diselenggarakan pada setiap tempat kerja, khususnya
tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar
dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan
program perlindungan tenaga kerja.
Banyak faktor yang memengaruhi kejadian kecelakaan kerja antara lain faktor
perusahaan (manajemen) seperti SOP, ketersediaan APD dan pengarahan, penyebab
penyebab tidak langsung yaitu lingkungan kerja. Apabila kecelakaan kerja tidak dapat
ditekan serendah mungkin dapat mengganggu target atau produktivitas kerja pegawai.
Adapun kerangka konsep dari penelitian adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penel
Manajemen
− Standar Operasional Prosedur − Ketersediaan APD
− Pengarahan
Kejadian Kecelakaan Kerja Penyebab Langsung
− Pengetahuan − Sikap − Tindakan
Penyebab tidak langsung
2.4. Hipotesis
Adapun hipotesis penelitian adalah:
1. Ada pengaruh faktor standar operasional prosedur terhadap kejadian
kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.
2. Ada pengaruh faktor ketersediaan APD terhadap kejadian kecelakaan kerja
pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.
3. Ada pengaruh faktor pengarahan terhadap kejadian kecelakaan kerja
pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.
4. Ada pengaruh faktor pengetahuan terhadap kejadian kecelakaan kerja
pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.
5. Ada pengaruh faktor sikap terhadap kejadian kecelakaan kerja pembangunan
PLTA pada karyawan PT Global.
6. Ada pengaruh pengaruh faktor tindakan terhadap kejadian kecelakaan kerja
pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.
7. Ada pengaruh faktor lingkungan kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik untuk mengetahui faktor-faktor
yang memengaruhi kejadian kecelakaan kerja pembangunanPLTA pada karyawan PT
Global di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun
2013.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di PT Global terletak di Desa Simanabun Kecamatan
Silau Kahean Kabupaten Simalungun.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan tanggal oktober sampai Februari 2014.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan lapangan PT Global yang
sedang melaksanakan pekerjaan pembangunan PLTA tahun 2013 berjumlah 98
orang.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sampel
pembangunan PLTA tahun 2013 berjumlah 98 orang, namun saat di lakukan
penelitian 2 orang pekerja tidak hadir tanpa pemberitahuan yang pasti kepada pihak
manajement sampai penelitian selesai di lakukan. sehingga sample pada penelitian
ini menjadi 96 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil pengisian kuesioner yang dibagikan kepada
karyawan lapangan yang meliputi data demografi (umur, pendidikan, pengalaman
kerja, lama bekerja, dan kuesioner manajeman (standar operasional prosedur,
ketersediaan APD, pengarahan), penyebab langsung (pengetahuan, sikap, tindakan),
dan penyebab tidak langsung (lingkungan kerja).
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder penelitian ini adalah laporan / dokumentasi karyawan
lapangan dari bagian administrasi PT Global.
3.5. Definisi Operasional
1. Standar Operasional Prosedur adalah ketersediaan tata laksana kegiatan kerja bagi
karyawan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
2. Ketersediaan APD adalah kelengkapan alat-alat pelindung diri yang digunakaan
karyawan untuk menghindari terjadinya kecelakaan saat bekerja.
3. Pengarahan adalah suatu aktivitas yang diberikan pimpinan untuk memberikan
arahan atau kejelasan kerja sebelum melakukan pekerjaan yang akan diselesaikan.
4. Pengetahuan adalah segala yang diketahui karyawan lapangan kerja tentang
5. Sikap adalah respon karyawan lapangan kerja terhadap kecelakaan kerja yang
ada dan mungkin terjadi di lingkungan kerja.
6. Tindakan adalah upaya yang dilakukan karyawan lapangan kerja dalam
menghindari kecelakaan kerja.
7. Lingkungan kerja adalah suatu kondisi kerja di lapangan kerja yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja.
8. Kejadian kecelakaan kerja adalah suatu kejadian kecelakaan berat maupun ringan
yang dialami oleh pekerja secara tidak terduga dalam hubungan kerja yang
dipengaruhi oleh sesuatu.
3.6. Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan masing-masing variabel
penelitian yaitu:
1. Standar Operasional Prosedur
Pengukuran standar operasional prosedur diukur dengan 1 pertanyaan
menggunakan skala Guttman yaitu ya dan tidak, apabila menjawab ya diberi nilai
1 dan tidak diberi nilai 0, kemudian dikategorikan:
0 = apabila responden menjawab pertanyaan ya dengan skor 1.
1 = apabila responden menjawab pertanyaan tidak dengan skor 0.
2. Ketersediaan APD
Pengukuran ketersediaan APD diukur dengan 2 pertanyaan menggunakan skala
Guttman yaitu ya dan tidak, apabila menjawab ya diberi nilai 1 dan tidak diberi
nilai 0, kemudian dikategorikan: