• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan Kerja Pembangunan PLTA pada Karyawan PT Global di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan Kerja Pembangunan PLTA pada Karyawan PT Global di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2014"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PEMBANGUNAN PLTA PADA KARYAWAN PT GLOBAL

DI DESA SIMANABUN KECAMATAN SILAU KAHEAN KABUPATEN SIMALUNGUN

TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh :

EMLI CUAN SARAGIH NIM. 111021093

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

ABSTRAK

Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada pekerja di perusahaan. PT Global dalam melaksanakan pembanguan PLTA tahun 2013 terdapat 32 kasus kecelakaan kerja pada karyawan terdiri dari 9 kasus akibat tidak menggunakan alat pelindung diri, 8 kasus kecelakaan terjadi akibat tidak menggunakan sepatu boot, tetapi pekerja menggunakan sandal sehingga kaki mengalami luka akibat pecahan batu dan 5 kasus akibat tidak menggunakan helm pengaman serta 10 kasus disebabkan karena sewaktu bekerja kurang berhati-hati. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui factor–faktor yang memengaruhi kejadian kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada Karyawan PT Global di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2013.

Jenis penelitian adalah analitik. Populasi adalah karyawan lapangan PT Global yang sedang melaksanakan pekerjaan pembangunan PLTA yang mengalami kecelakaan kerja tahun 2013 berjumlah 32 orang dan seluruhnya menjadi sampel. Data dalam penelitian ini berupa data primer (kuisioner). Data di uji menggunakan uji statistic regresi logistic berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh standar operasional prosedur, pengarahan, pengetahuan, dan sikap terhadap kejadian kecelakaan kerja, dan ada pengaruh alat pelindung diri, tindakan dan lingkungan kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja.

Kesimpulan bahwa faktor alat pelindung diri, tindakan dan lingkungan kerja berpengaruh terhadap kejadian kecelakaan kerja. Disarankan kepada pihak perusahaan membuat rambu-rambu tentang keselamatan kerja pada daerah-daerah yang berpotensi terjadi kecelakaan kerja. Pengawas (mandor) sebaiknya membiasakan karyawan lapangan bendungan untuk memakai alat pelindung diri dengan memberikan pelatihan-pelatihan supaya karyawan terbiasa memakainya.

(4)

ABSTRACT

Work accident is one of the problems that often occur in workers in the company. PT Global in implementing hydropower development in 2013, there were 32 cases of occupational accidents on employees consisting of 9 cases are not using personal protective equipment such as gloves, 5 cases are not using safety helmets, 8 cases are not using boots, and 10 cases caused while working less cautious. This research was conducted to determine the factors that influence the incidence of workplace accidents hydropower development on employees PT Global in Simanabun village Sub District Kahean Glare Simalungun in 2013.

This research type is analytic. Population are field employees of PT Global who are implementing a hydropower dam construction work , and the sample in this research are the total population of PT Global field employees numbering 98 people. The data in this research is primary data (questionnaire). Test data using multiple logistic regression statistical tests.

The results showed that there was no effect of standard operating procedures, direction, knowledge, and attitudes toward work accident occurrence, and there is also the influence of personal protective equipment, measures, and the work environment on the incidence of workplace accidents.

The conclusion that the factor of personal protective equipment, measures and work environment influence the incidence of workplace accidents. It is suggested to the company making signs about safety in areas that could potentially happen accidents. Supervisors (foremen) should probably familiarize employees field dam to wear protective equipment themselves by providing training so that employees are accustomed to wearing it.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Emli Cuan.S

Tempat/Tgl Lahir : N.Dolok / 25 mei 1986

Agama : Kristen Protestan

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat Domisili : Jln.Saudara Gg.Rasmi No.31B pasar VI P.Bulan Medan

Pendidikan Terakhir : DIII Keperawatan

No.Telephon/Hp : 081277159430 / 081260055160

PENDIDIKAN FORMAL

1. Tahun 1998 Tamat dari SD INPRES No. 094143 N.DOLOK 2. Tahun 2001 Tamat dari SLTP Negeri N.DOLOK

3. Tahun 2004 Tamat dari SMU F. TANDEAN Tebing Tinggi

4. Tahun 2007 Tamat dari DIII Keperawatan St.ELISABETH MEDAN 5. Tahun 2011 Kuliah di FAK.KESEHATAN MASYARAKAT USU

Demikianlah daftar riwayat hidup saya perbuat dengan sebenarnya.

Medan, 02 April 2014

Hormat Saya

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan Kerja Pembangunan PLTA pada Karyawan PT Global di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2014”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) FKM USU, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang

telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan.

3. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah

banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi

ini.

5. Ibu Isyatun Mardiah Syahri SKM., M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah

banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi

ini.

6. Ibu Hiswani, M.Kes selaku Dosen Penasihat Akademik.

7. Para dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

(7)

8. Bapak Jia selaku manajer PT Global yang telah memberikan tempat kepada

peneliti untuk melaksanakan penelitian.

9. Bapak Taufiq selaku suvervisor PT Global yang telah setia menemani saya dalam

proses penelitian.

10. Abang Parlin Dony Sipayung, S.H, M.H selaku konsultan hukum PT Global

yang telah setia membantu saya dalam kelancaran proses penelitian.

11. Teristimewa kepada Orang Tuaku M. Saragih dan A. Purba tercinta yang telah

memberikan doa tanpa kenal waktu, semangat, nasihat, dukungan, dan kasih sayang.

12. Kakakku Nelvi dan Apri serta seluruh saudaraku yang telah memberikan

dukungan selama penulis menyusun skripsi

13. Rekan-rekan peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Uya, Dunia Terang,

Ari, Parta, Fentra, fauzi dan seluruh teman-teman di FKM USU khususnya peminatan K3 yang tidak bias penulis sebutkan namanya satu per-satu.

14. Kawan-kawan lama Dino, Jhon, Dumaris, Hotmian, dan seluruh teman eks

Elisabeth, mari terus semangat mencapai kesuksesan.

15. Teman-teman seluruh mahasiswa ekstensi stambuk 2011 yang telah banyak

membantu saya dalam perkuliahan saya ucapkan terimakasih.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, 5 Februari2014

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

2.1.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 11

2.2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ... 12

2.2.1.PedomanPenerapanSistemManajemenKeselamatan dan Kesehatan Kerja ... 12

2.2.2.Prinsip dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan KesehatanKerja ... 14

2.3.Kecelakaan Kerja ... 15

2.3.1. Pengertian Kecelakaan Kerja ... 15

2.3.2. Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja ... 17

2.3.3. Akibat atau Dampak Kecelakaan Kerja ... 23

2.3.4. Pencegahan Kecelakaan Kerja ... 25

2.3.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecelakaan Kerja ... 28

2.4. Kerangka Konsep ... 31

(9)

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 34

3.2. LokasidanWaktuPenelitian ... 34

3.2.1. LokasiPenelitian ... 34

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 42

4.2. Analisis Univariat ... 44

(10)

5.2. Pengaruh Faktor Alat Pelindung Diri terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja di Bendungan PLTA Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun

2014 ... 56

5.3. Pengaruh Faktor Pengarahan terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja di Bendungan PLTA Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 58

5.4. Pengaruh Faktor Pengetahuan terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja di Bendungan PLTA Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 59

5.5. Pengaruh Faktor Sikap terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja di Bendungan PLTA Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 61

5.6. Pengaruh Faktor Tindakan terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja di Bendungan PLTA Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 62

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Bendungan PLTA

Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten

SimalungunTahun 2014 ... 44

Tabel 4.2 Distribusi Standar Operasional Prosedur di Bendungan

PLTA Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean

Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 45

Tabel 4.3 Distribusi Alat Pelindung Diri di Bendungan PLTA Desa

Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten

Simalungun Tahun 2014 ... 46

Tabel 4.4 Distribusi Pengarahan oleh Mandor di Bendungan PLTA

Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten

Simalungun Tahun 2014 ... 46

Tabel 4.5 Distribusi Pengetahuan Responden di Bendungan PLTA

Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten

Simalungun Tahun 2014 ... 47

Tabel 4.6 Distribusi Sikap Responden di Bendungan PLTA Desa

Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten

(12)

Tabel 4.7 Distribusi Tindakan Responden di Bendungan PLTA Desa

Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten

Simalungun Tahun 2014 ... 48

Tabel 4.8 Distribusi Lingkungan Responden di Bendungan PLTA

Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten

Simalungun Tahun 2014 ... 48

Tabel 4.9 Distribusi Kejadian Kecelakaan Kerja Responden di

Bendungan PLTA Desa Simanabun Kecamatan Silau

Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 49

Tabel 4.10 Distribusi Tabulasi Silang Antara Standar Operasional

Prosedur, Alat Pelindung Diri, Pengarahan, Pengetahuan,

Sikap, Tindakan dan Lingkungan Dengan Kejadian

Kecelakaan Kerja di Bendungan PLTA Desa Simanabun

Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun

2014 ... 50

Tabel 4.11 Faktor-faktor yang Memengaruhi Standar Operasional

Prosedur, Alat Pelindung Diri, Pengarahan, Pengetahuan,

Sikap, Tindakan dan Lingkungan Dengan Kejadian

Kecelakaan Kerja di Bendungan PLTA Desa Simanabun

Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun

(13)

Tabel 4.12 Probabilitas Kejadian Kecelakaan Kerja di Bendungan

PLTA Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ... 70

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian... 74

Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 75

Lampiran 4 Dokumentasi... 76

Lampiran5 Master Data………. 79

Lampiran 6 Hasil Pengolahan Data……… 87

(16)

ABSTRAK

Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada pekerja di perusahaan. PT Global dalam melaksanakan pembanguan PLTA tahun 2013 terdapat 32 kasus kecelakaan kerja pada karyawan terdiri dari 9 kasus akibat tidak menggunakan alat pelindung diri, 8 kasus kecelakaan terjadi akibat tidak menggunakan sepatu boot, tetapi pekerja menggunakan sandal sehingga kaki mengalami luka akibat pecahan batu dan 5 kasus akibat tidak menggunakan helm pengaman serta 10 kasus disebabkan karena sewaktu bekerja kurang berhati-hati. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui factor–faktor yang memengaruhi kejadian kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada Karyawan PT Global di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2013.

Jenis penelitian adalah analitik. Populasi adalah karyawan lapangan PT Global yang sedang melaksanakan pekerjaan pembangunan PLTA yang mengalami kecelakaan kerja tahun 2013 berjumlah 32 orang dan seluruhnya menjadi sampel. Data dalam penelitian ini berupa data primer (kuisioner). Data di uji menggunakan uji statistic regresi logistic berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh standar operasional prosedur, pengarahan, pengetahuan, dan sikap terhadap kejadian kecelakaan kerja, dan ada pengaruh alat pelindung diri, tindakan dan lingkungan kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja.

Kesimpulan bahwa faktor alat pelindung diri, tindakan dan lingkungan kerja berpengaruh terhadap kejadian kecelakaan kerja. Disarankan kepada pihak perusahaan membuat rambu-rambu tentang keselamatan kerja pada daerah-daerah yang berpotensi terjadi kecelakaan kerja. Pengawas (mandor) sebaiknya membiasakan karyawan lapangan bendungan untuk memakai alat pelindung diri dengan memberikan pelatihan-pelatihan supaya karyawan terbiasa memakainya.

(17)

ABSTRACT

Work accident is one of the problems that often occur in workers in the company. PT Global in implementing hydropower development in 2013, there were 32 cases of occupational accidents on employees consisting of 9 cases are not using personal protective equipment such as gloves, 5 cases are not using safety helmets, 8 cases are not using boots, and 10 cases caused while working less cautious. This research was conducted to determine the factors that influence the incidence of workplace accidents hydropower development on employees PT Global in Simanabun village Sub District Kahean Glare Simalungun in 2013.

This research type is analytic. Population are field employees of PT Global who are implementing a hydropower dam construction work , and the sample in this research are the total population of PT Global field employees numbering 98 people. The data in this research is primary data (questionnaire). Test data using multiple logistic regression statistical tests.

The results showed that there was no effect of standard operating procedures, direction, knowledge, and attitudes toward work accident occurrence, and there is also the influence of personal protective equipment, measures, and the work environment on the incidence of workplace accidents.

The conclusion that the factor of personal protective equipment, measures and work environment influence the incidence of workplace accidents. It is suggested to the company making signs about safety in areas that could potentially happen accidents. Supervisors (foremen) should probably familiarize employees field dam to wear protective equipment themselves by providing training so that employees are accustomed to wearing it.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada

pekerja di perusahaan. Kecelakaan kerja ini biasanya terjadi karena faktor dari

pekerja itu sendiri dan lingkungan kerja yang dalam hal ini adalah dari pihak

pengusaha. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek

perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun

2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja,

diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat

kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat

diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang

tinggi.Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada

faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi (Hadiguna,2009).

Berdasarkan laporan yang disampaikan Dirjen Pembinaan Pengawas

Ketenagakerjaan Kemenakertrans Muji Handaya seusai menyampaikan hasil

Pertemuan Asia-Europe Meeting (ASEM) Workshop on National OccupationalSafety

and Health (OSH) bahwa angka kecelakaan kerja di Indonesia tergolong tinggi

dibanding sejumlah negara di Asia dan Eropa, pada tahun 2010 kecelakaan kerja di

Indonesia tercatat sebanyak 98.711 kasus. 1.200 kasus di antaranya mengakibatkan

(19)

kerja tersebut, rata-rata ada tujuh pekerja yang meninggal dunia setiap hari (Djumena,

2011).

Pedoman keselamatan dan kesehatan kerja adalah bahwa penyakit dan

kecelakaan akibat kerja dapat dicegah, maka upaya pokok kesehatan kerja adalah

pencegahan kecelakaan kerja.Tetapi kecelakaan kerja tidak dapat dielakkan secara

menyeluruh. Namun demikian setiap perencanaan, keputusan, dan organisasi harus

memperhitungkan aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan

(Notoatmodjo, 2007).

Angka kecelakaan kerja di Indonesia menurun dalam 2010 sampai dengan

2011, hal ini membuktikan bahwa kecelakaan memang dapat dicegah di tempat kerja,

tapi angka kematian dalam kecelakaan kerja tidak ikut turun. Pada tahun 2010 lalu

jumlahnya menurun dari 98.711 menjadi jadi 86.368 kasus tahun 2011. Muji

Handaya, Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Kemenakertrans RI

mengatakan masih tingginya angka kematian dalam kecelakaan kerja karena kasus

kecelakaan lalu lintas yang dialami pekerja saat berangkat sampai pulang ke rumah,

dihitung masuk kematian akibat kecelakaan kerja. Sedangkan faktor pekerja dan

lingkungan serta fasilitas alat pelindung diri yang kurang memadai turut menentukan

besarnya proporsi kecelakaan kerja (Djumena, 2011).

Menurut H. W. Heinrich dalam Notoatmodjo (2007), penyebab kecelakaan

kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88%, kondisi

lingkungan yang tidak aman sebesar 10%, atau kedua hal tersebut di atas terjadi

secara bersamaan.Penyebab kecelakaan kerja di Indonesia adalah perilaku dan

(20)

Perilaku pekerja tentang K3 menentukan tingkat keberhasilan pencapaian

tujuan penerapan SMK3. Hasil penelitian Salawati (2009) menunjukkan adanya

hubungan antara perilaku tenaga kesehatan terhadap penerapan Manajemen K3 di

Rumah Sakit Zainal Abidin Banda Aceh. Hasil penelitian Zulliyanti (2011)

menunjukkan bahwa pengetahuan dan tindakan pekerja berpengaruh terhadap

penerapan manajemen K3 di PT Gold Coin Indonesia dan hasil penelitian Munthe

(2010) menggambarkan pengetahuan dan tindakan pekerja tentang SMK3 di PT

Socfindo Kebun Aek Pamienke ada pada kategori yang baik.

Produktivitas pekerja yang tinggi sangat diharapkan oleh pihak perusahaan

karena hal tersebut berpengaruh dan dibutuhkan dalam menjaga kelancaran proses

produksi di perusahaan. Dengan itu, perlu diterapkan keselamatan dan kesehatan

kerja di tempat kerja yang menjamin hak pekerja untuk mendapatkan perlindungan

atas keselamatan dan kesehatan kerjanya. Perlindungan keselamatan dan kesehatan

kerja para pekerja akan meningkatkan produktivitas dan selanjutnya akan

memberikan keuntungan bagi perusahaan karena kelancaran proses produksinya.

Selain meningkatnya daya saing dan produktivitas tenaga kerja, yang juga

menjadi sasaran strategis Kemenakertrans dalam Review Rencana Strategis

Kemenakertrans RI (2012) adalah meningkatnya penerapan pelaksanaan peraturan

perundang-undangan ketenagakerjaan di tempat kerja. Pelaksanaan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja berpedoman pada Undang-Undang RI Nomor 1

tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang RI Nomor 13 tahun

(21)

Berpedoman kepada Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja dan Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 2003

tentangKetenagakerjaan, dalam hal ini perusahaan juga harus menerapkan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai dengan yang tertuang

dalam Himpuman Peraturan Perundang-Undangan RI (HPPU RI, 2008) disebutkan

dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor:

384/KPTS/M/2004 tentang Pedoman Teknik Keselamtan dan Kesehatan Kerja pada

Tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan yang bertujuan untuk mencegah dan

mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang

aman, efisien dan produktif.

PT Global merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembangunan

konstruksi yang berdiri tahun 2000. Jumlah karyawan tetap saat ini adalah 35 orang

dan tenaga tidak tetap (kontrak) yaitu 98 orang. Pada tahun 2012 PT Global

memenangkan tender pembangunan bendungan PLTA di Desa Simanabun

Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun. Saat ini PT Global sedang

membangun tempat penampungan air bendungan dan mempersiapkan membangun

turbin untuk pembangkit tenga listrik bertujuan untuk menambah daya listrik di

daerah tersebut dengan memanfaatkan tenaga air bendungan.

Berdasarkan survei pendahuluan dan wawancara yang telah dilakukan dengan

manajemen PT Global menangani masalah K3, bahwa K3 belum diterapkan secara

optimal disebabkan pelatihan K3 belum pernah dilakukan. Manajamen memberikan

penjelasan tentang penggunaan alat pelindung diri seperti pakaian, helm, sepatu, dan

(22)

aspek K3 sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). Setiap pekerja memang

diawasi oleh pengawas tetapi ada pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri

diperbolehkan masuk memasuki areal bendungan dan tetap bekerja.

Pihak manajemen perusahaan mengatakan bahwa kecelakaan kerja di

perusahaan tersebut dibagi dalam 4 jenis: First Aid yaitu kecelakaan kerja yang hanya

membutuhkan pertolongan pertama (kotak P3K), Medical Aid yaitu kecelakaan kerja

yang membutuhkan pengobatan medis dari rumah sakit, Loss time injury yaitu

kecelakaan yang sampai menghilangkan jam kerja pekerja, dan Fatality Aid yaitu

kecelakaan kerja yang mengakibatkan kematian. Pada tahun 2013 sampai saat ini

kecelakaan kerja yang terjadi adalah jenis First Aid dan Medical Aid dengan jumlah

kumulatif tertinggi sebanyak 32 kasus kecelakaan kerja dengan rincian 9 kasus

kecelakaan kerja terjadi akibat tidak menggunakan alat pelindung diri seperti sarung

tangan sewaktu kerja sehingga tangannya mengalami luka akibat menyusun batu-batu

dalam membangun bendungan. Delapan (8) kasus kecelakaan terjadi akibat tidak

menggunakan sepatu boot, tetapi pekerja menggunakan sandal sehingga kaki

mengalami luka akibat pecahan batu dan 5 kasus kecelakaan pada bagian kepala

akibat tertimpa pecahan batu karena tidak menggunakan helm pengaman serta 10

kasus kecelakaan disebabkan karena sewaktu bekerja kurang berhati-hati. Demikian

juga hasil wawancara terhadap 10 orang pekerja yang pernah mengalami kecelakaan

kerja tentang perilaku pekerja bahwa 60% orang kurang memahami cara penggunaan

APD dan merasa bahwa tanpa menggunakan APD lebih nyaman bekerja karena APD

dapat mengganggu gerakan atau aktivitas dalam bekerja. Kejadian kecelakaan kerja

(23)

(SOP) atau kecelakaan yang terjadi masih cenderung diakibatkan oleh tindakan tidak

aman dari pekerja itu sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti

“Faktor-faktor yang Memengaruhi Kejadian Kecelakaan Kerja Pembangunan PLTA pada

Karyawan PT Global di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten

Simalungun Tahun 2013”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah “faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi kejadian kecelakaan kerja

pembangunan PLTA pada karyawan PT Global di Desa Simanabun Kecamatan Silau

Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2013

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

memengaruhi kejadian kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT

Global di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun

2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor standard operasional prosedur kerja

terhadap kejadian kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT

Global.

2. Untuk mengetahui pengaruh faktor ketersediaan APD terhadap kejadian

(24)

3. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengarahan terhadap kejadian kecelakaan

kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.

4. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengetahuan terhadap kejadian kecelakaan

kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.

5. Untuk mengetahui pengaruh faktor sikap terhadap kejadian kecelakaan kerja

pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.

6. Untuk mengetahui pengaruh faktor tindakan terhadap kejadian kecelakaan

kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.

7. Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan kerja terhadap kejadian

kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen PTGlobal akan pentingnya

penerapan K3 secara optimal untuk menghindari kecelakaan kerja.

2. Bagi tenaga kerja agar lebih mengetahui manfaat dan kegunaan penerapan K3.

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya serta dapat bermanfaat dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan.

4. Sebagai penambah wawasan pengetahuan bagi penulis khususnya tentang

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan adalah suatu kondisi yang bebas dari risiko yang relatif sangat

kecil di bawah tingakatan tertentu. Sedangkan risiko adalah tingkat kemungkinan

terjadinya suatu bahaya yang menyebabkan kecelakaan dan intensitas bahaya tersebut

(HIPSMI dalam Notoatmodjo, 2007). Suardi (2007) mendefiniskan keselamatan kerja

adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat

kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan

tenega kerja. Kecelakaan selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga

merupakan kerugian secara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan

kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan

kerja, dan lain-lain.

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja pada

perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi

dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dalam hal ini

terdapat dua masalah penting yaitu kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan dan

kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (Suma’mur, 1987).

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan atau terjadinya

kondisi tidak aman dapat dipelajari dengan pendekatan keilmuan atau pendekatan

(26)

Pada umumnya teori tentang kecelakaan memusatkan perhatian pada tiga faktor

penyebab utama kecelakaan yaitu peralatan, cara kerja dan manusia atau pekerja

(Anonim, 2010).

Kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan dapat dicegah dengan peraturan

perundangan tentang ketentuan wajib di tempat kerja, standardisasi keselamatan

kerja, pengawasan tentang kepatuhan ketentuan yang diwajibkan dalam peraturan,

penelitian bersifat teknik, riset medis, penelitian psikologis, penelitian secara statistik,

pendidikan, pelatihan keselamatan kerja, penggairahan dengan cara penyuluhan,

asuransi, dan usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran

utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja (Suma’mur, 1987).

2.1.1. Pengertian Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah aplikasi kesehatan masyarakat dalam suatu tempat

kerja dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja adalah masyarakat pekerja dan

masyarakat di sekitar perusahaan tersebut. Kesehatan kerja bertujuan untuk

memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi

masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui

usaha-usaha preventif, promotif, dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan

akibat kerja atau lingkungan kerja (Notoatmodjo, 2007).

Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental

dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan

melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan

(27)

sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya

kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (Supriyanto, 2009).

Agar seorang tenaga kerja berada dalam keserasian sebaik-baiknya, yang

berarti bahwa yang bersangkutan dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas

kerjanya secara optimal, maka perlu ada keseimbangan antara beban kerja, beban

tambahan akibat dari pekerjaan dan lingkungan kerja dan kapasitas kerja (Suma’mur,

2009).

Tujuan akhir kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang

sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai apabila didukung oleh lingkungan kerja

yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Lingkungan kerja yang mendukung

terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain suhu ruangan yang

nyaman, penerangan/pencahayaan yang cukup, bebas dari debu, sikap badan yang

baik, alat-alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau anggota tubuh (ergonomi),

dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Suardi yang dikutip oleh Zulliyanti (2011) bahwa perubahan secara

signifikan di bidang industri memberikan konsekuensinya terhadap terjadi perubahan

pola penyakit/kasus-kasus penyakit karena hubungan dengan pekerjaan. Seperti

faktor mekanik (proses kerja, peralatan), faktor fisik (panas, bising, radiasi) dan

faktor kimia. Masalah gizi pekerja, stress kerja, penyakit jantung, tekanan darah

tinggi dan lain-lainnya juga merupakan hal penting yang perlu diperhatikan.

Perubahan ini banyak tidak disadari oleh pengelola tempat kerja atau diremehkan.

(28)

kesehatan pekerja hanya dari segi kuratif dan rehabilitatif tanpa memperhatikan

akan pentingnya promosi dan pencegahan.

2.1.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai tujuan untuk memperkecil atau

menghilangkan potensi bahaya atau risiko yang dapat mengakibatkan kesakitan dan

kecelakaan dan kerugian yang mungkin terjadi. Kerangka konsep berpikir

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah menghindari resiko sakit dan celaka dengan

pendekatan ilmiah dan praktis secara sistematis (systematic), dan dalam

kerangkapikir kesisteman (system oriented) (Anonim, 2010).

Keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai kegiatan yang

menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan

mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan, dan kontrol terhadap

pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan

yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka

bekerja (Yuli, 2005). Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya preventif

yang kegiatannya utamanya adalah identifikasi, substitusi, eliminasi, evaluasi, dan

pengendalian risiko dan bahaya (Notoatmodjo, 2007).

Penerapan praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja di berbagai sektor di

dalam kehidupan atau di suatu organisasi tidak secara sembarangan. Karena itu dalam

rangka menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja ini diperlukan juga

pengorganisasian secara baik dan benar. Dalam hubungan inilah diperlukan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dan perlu

(29)

Kesehatan Kerja inilah pola pikir dan berbagai pendekatan yang ada diintegrasikan

kedalam seluruh kegiatan operasional organisasi agar organisasi dapat berproduksi

dengan cara yang sehat dan aman, efisien serta menghasilkan produk yang sehat dan

aman pula serta tidak menimbulkan dampak lingkungan yang tidak diinginkan

(Anonim, 2010).

2.2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

2.2.1. Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja

Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain

yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi, proses produksi, dan lingkungan

kerja dalam keadaan aman, perlu penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (Sastrohadiwiryo, 2002).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manajemen lainnya di suatu institusi

tempat kerja atau perusahaan, seperti manajemen produksi, manajemen sumber daya

manusia, manajemen keuangan, dan lainnya (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan

Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2010. tentang Penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, bahwa : Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara

keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,

pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi

pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan

(30)

dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan

produktif.

Dalam Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

pasal 87 ayat 1 dituliskan bahwa : “Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem

manajemen perusahaan.” Maka dalam hal ini, Sistem Manajemen K3 merupakan

sebuah kewajiban dalam sebuah perusahaan untuk mencapai kesejahteraan tenaga

kerja di tempat kerja yang menyangkut dalam keselamatan dan kesehatan kerja.

Tujuan penerapan Sistem Manajemen K3 adalah untuk menciptakan suatu sistem

keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur

manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja dalam rangka :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

b. Menciptakan tempat kerja yang aman terhadap kebakaran, peledakan dan

kerusakan yang pada akhirnya akan melindungi investasi yang ada serta

membuat tempat kerja yang sehat.

c. Menciptakan efisiensi dan produktivitas kerja karena menurunnya biaya

kompensasi akibat sakit atau kecelakaan kerja (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Sastrohadiwiryo (2002), ketentuan-ketentuan yang wajib

dilaksanakan oleh perusahaan dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 adalah :

1. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen

terhadap penerapan Sistem Manajemen K3

2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan, dan sasaran penerapan keselamatan

(31)

3. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan

mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan

mencapai kebijakan, tujuan, dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja

4. Mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan

kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan

5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen K3

secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan

kesehatan kerja.

2.2.2. Prinsip dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

Menurut PP No. 50 Tahun 2012, yang menjadi prinsip dalam penerapan

Sistem Manajemen K3 adalah sebagai berikut :

1. Komitmen dan Kebijakan

2. Perencanaan

3. Penerapan

4. Pengukuran dan Evaluasi

5. Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen

Prinsip dalam penerapan SMK3 di perusahaan mencakup lima hal di atas

yang pelaksanaannya dilakukan oleh pihak manajemen bekerjasama dengan para

pekerja. Dari kelima prinsip tersebut, dalam hal penerapanlah peran pekerja sangat

dibutuhkan agar pelaksanaan SMK3 dapat dilakukan dengan baik dan mencapai

(32)

Dalam penerapannya, SMK3 terkait langsung dengan pekerja. Perilaku

pekerja tentang SMK3 menentukan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan penerapan

SMK3 sebagaimana yang diisyaratkan dalam Permenaker Nomor: 05/Men/1996.

Keberhasilan realisasi program keselamatan dan kesehatan kerja serta SMK3

berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan pekerja (Zulliyanti, 2011).

2.3 Kecelakaan Kerja

2.3.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seseorang atau kelompok dalam

rangka melaksanakan kerja di lingkungan perusahaan, yang terjadi secara tiba-tiba,

tidak diduga sebelumnya, tidak diharapkan terjadi, menimbulkan kerugian ringan

sampai yang paling berat, dan bisa menghentikan kegiatan pabrik secara total

(Hadiguna, 2009).

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan

yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap

proses. Secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

1) Kecelakaan industri (industrial accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat

kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja.

2) Kecelakaan dalam perjalanan (community accident) yaitu kecelakaan yang terjadi

diluar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja.

(Sugeng,2005).

Keadaan hampir celaka (near-accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa

(33)

mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian

terhadap proses (Sugeng, 2005).

Kecelakaan terjadi tanpa diduga dan tidak diharapkan tetapi kecelakaan kerja

pada prinsipnya dapat dicegah dan pencegahan ini menurut Bennett NBS dalam

Santoso (2004) merupakan tanggung-jawab para manajer lini, penyelia, mandor,

kepala dan juga kepala urusan. Disamping ada sebabnya, maka suatu kejadian juga

akan membawa akibat. Menurut Husni (2005), akibat dari kecelakaan industri ini

dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Kerugian yang bersifat ekonomis, yaitu:

a. Kerusakan/ kehancuran mesin, peralatan, bahan dan bangunan

b. Biaya pengobatan dan perawatan korban

c. Tunjangan kecelakaan

d. Hilangnya waktu kerja

e. Menurunnya jumlah maupun mutu produksi

2. Kerugian yang bersifat non ekonomis

Pada umumnya berupa penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yangbersangkutan,

baik itu merupakan kematian, luka/cidera berat, maupun luka ringan.

Penyebab kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu :

1. Kecelakaan yang disebabkan oleh tindakan manusia yang tidak melakukan

tindakan penyelamatan. Contohnya, pakaian kerja, penggunaan peralatan

pelindung diri, falsafah perusahaan, dan lain-lain.

2. Kecelakaan yang disebabkan oleh keadaan lingkungan kerja yang tidak aman.

(34)

penggunaan indikator warna, tanda peringatan, sistem upah, jadwal kerja, dan

lain-lain (Hadiguna, 2009).

2.3.2 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Suma’mur dalam Yustini (2009) menyatakan bahwakecelakaan kerja

yang terjadi dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu :

a. Faktor manusia meliputi aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa kerja /

pengalaman, kurangnya kecakapan dan lambatnya mengambil keputusan), disiplin

kerja, perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, ketidakcocokan fisik

dan mental. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap

yang tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi,

kelalaian, melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan

kecakapan untuk mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai

pekerjaan. Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan

penyakit.

b. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan

alatpelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak.

Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktorkeadaan

lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari pemeliharaan

rumah tangga (house keeping), kesalahan disini terletak pada rencana tempat kerja,

cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak pada tempatnya, lantai yang kotor

dan licin. Ventilasi yang tidak sempurnasehingga ruangan kerja terdapat debu,

(35)

yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat kesilauan dan tidak ada

pencahayaan setempat.

Menurut Benny dan Achmadi dalam Yustini (2009) penyebab kecelakaan

kerja dikelompokkan sebagai berikut :

1. Faktor Lingkungan Kerja (Work Environment)

a. Faktor Kimia

Disebabkan oleh bahan baku produksi, proses produksi dan hasil produksi suatu

kegiatan usaha. Untuk golongan kimia dapat digolongkan kepada benda-benda

mudah terbakar, mudah meledak dan lainnya.

b. Faktor Fisik

Misalnya penerangan yang cukup baik di luar ruangan maupun di dalam

ruangan, panas kebisingan dan lainnya.

c. Faktor Biologi

Dapat berupa bakteri, jamur, mikro-organisme lain yang dihasilkan dari bahan

baku proses produksi dan proses penyimpanan produksi, dapat juga berupa

binatang-binatang pengganggu lainnya pada saat berada di lapangan atau

kebun.

d. Faktor Ergonomi

Pemakaian atau penyediaan alat-alat kerja, apakah sudah sesuai dengan

keselamatan kerja sehingga pekerja dapat merasakan kenyamanan saat bekerja.

Ergonomi terutama dikhususkan sebagai perencanaan dari cara kerja yang baik

(36)

e. Faktor Psikologi

Perlunya dibina hubungan yang baik antara sesama pekerja dalam lingkungan

kerja, misalnya antara pimpinan dan bawahan.

2. Faktor Pekerjaan

a. Jam Kerja

Yang dimaksud jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat

dan lamanya bekerja sehingga dengan adanya waktu istirahat ini dapat

mengurangi kecelakaan kerja. Menurut Undang-undang RI Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan pada pasal 77 ayat 2 (dua) huruf a dan b tentang

waktu kerja , menyebutkan :

a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6

(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau

b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu

untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

b. Pergeseran Waktu

Pergeseran waktu dari pagi, siang dan malam dapat mempengaruhi terjadinya

peningkatan kecelakaan akibat kerja.

3. Faktor Manusia (Human Factor)

a. Umur Pekerja

Penelitian dalam test refleks memberikan kesimpulan bahwa umur mempunyai

pengaruh penting dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja. Ternyata

golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan

(37)

reaksi lebih tinggi. Akan tetapi untuk jenis pekerjaan tertentu sering merupakan

golongan pekerja dengan kasus kecelakaan kerja tinggi, mungkin hal ini

disebabkan oleh karena kecerobohan atau kelalaian mereka terhadap pekerjaan

yang dihadapinya.

b. Pengalaman Bekerja

Pengalaman bekerja sangat ditentukan oleh lamanya seseorang bekerja.

Semakin lama dia bekerja maka semakin banyak pengalaman dalam bekerja.

Pengalaman kerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Pengalaman

kerja yang sedikit terutama di perusahaan yang mempunyai resiko tinggi

terhadap terjadinya kecelakaan kerja akan mengakibatkan besarnya

kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

c. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan

Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi

pekerjaan, demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktek maupun

teori termasuk diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindari

terjadinya kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja dapat juga disebabkan perilaku pekerja dalam melaksanakan

aktivitasnya. Menurut Notoadmodjo (2007), perilaku seseorang terdiri dari

pengetahuan, sikap dan tindakan.

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra

penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan

(38)

berperilaku. Perilaku yang baru diadopsi oleh individu akan bisa bertahan lama dan

langgeng jika individu menerima perilaku tersebut dengan penuh kesadaran, didasari

atas pengetahuan yang jelas dan keyakinan (Setiawati dan Dermawan, 2008).

2. Sikap

Menurut Azwar (2007), sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau

kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau

secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah

terkondisikan.

Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2007), sikap itu terdiri dari 3 komponen

pokok, yaitu :

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana

keyakinan dan pendapat seseorang terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana

penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap merupakan

komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting dalam melaksanakan suatu

aktiviatas (pekerjaan).

3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).

(39)

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas

(Notoatmodjo, 2007). Mengingat sikap itu belum berupa tindakan, maka untuk dapat

mewujudkan sikap menjadi tindakan dibutuhkan tingkatan-tingkatan tindakan, yaitu :

1. Persepsi

Individu mulai membentuk persepsi dalam proses pikirnya tentang suatu tindakan

yang akan diambil.

2. Terpimpin

Persepsi yang sudah ada pada seseorang akan ditindaklanjuti dengan kegiatan

secara berurutan.

3. Mekanisme

Kegiatan atau tindakan yang sudah dilakukan secara benar dengan tepat dan cepat,

akan dilakukan kembali tanpa harus diperintah atau ditunggui.

4. Adopsi

Kegiatan yang sudah dilakukan secara otomatis selanjutnya individu akan

mengembangkan kegiatan tersebut dengan tidak mengurangi makna dan tujuan

dari kegiatan tersebut (Setiawati dan Dermawan, 2008).

Standard operasional prosedur (SOP) adalah panduan hasil kerja yang diinginkan

serta proses kerja yang harus dilkasanakan. SOP dibuat dan didokumentasikan

dengan baik oleh pekerja. Alat pelindung diri (APD) adalah kelengkapan yang

wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga

keselamatan pekerja itu sendiri dan orang disekitarnya. Pengarahan adalah suatu

proses pembimbingan, pemberian petunjuk, dan intruksi kerja kepada bawahan

(40)

kerja adalah tempat dimana karyawan melakukan aktivitas setiap harinya.

Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan

karyawan untuk dapat bekerja optimal. (Subroto 2005)

2.3.3 Akibat atau Dampak Kecelakaan Kerja

Apabila terjadi kecelakaan kerja, maka kecelakaan tersebut mempunyai

dampak yang dapat memengaruhi suatu pekerjaan. Dampak atau akibat dari

kecelakaan kerja tersebut adalah:

1. Kerugian bagi instansi

Biaya pengangkutan korban kerumah sakit, biaya pengobatan,penguburan jika

sampai korban meninggal dunia hilangnya waktu kerja si korban dan rekan-rekan

yang menolong sehingga menghambat kelancaran program mencari pengganti atau

melatih tenaga baru, mengganti / memperbaiki mesin yang rusak dan kemunduran

mental para pekerja.

2. Kerugian bagi korban

Kerugian paling fatal bagi korban adalah jika kecelakaan itu sampai

mengakibatkan seseorang sampai cacat atau meninggal dunia,ini berarti hilangnya

pencari nafkah bagi keluarga dan hilangnya kasih sayang orang tua terhadap putra –

putrinya.

3. Kerugian bagi masyarakat dan negara

Akibat kecelakaan maka beban biaya akan dibebankan sebagai biayaproduksi

yang mengakibatkan dinaikkannya harga produksi perusahaan tersebut dan

(41)

Safety and Health Administration (OSHA) tahun 1970, semua luka yang diakibatkan

oleh kecelakaan dapat dibagi menjadi :

1. Perawatan Ringan (First Aid)

Perawatan ringan merupakan suatu tindakan/perawatan terhadap luka kecil

berikut observasinya, yang tidak memerlukan perawatan medis (medical treatment)

walaupun pertolongan pertama itu dilakukan oleh dokter atau paramedis. Perawatan

ringan ini juga merupakan perawatan dengan kondisi luka ringan, bukan tindakan

perawatan darurat dengan luka yang serius dan hanya satu kali perawatan dengan

observasi berikutnya.

2. Perawatan Medis (Medical Treatment)

Perawatan medis merupakan perawatan dengan tindakan untuk perawatan

luka yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis profesional seperti dokter

ataupun paramedis. Perawatan medis terkategori bila hanya dapat dilakukan oleh

tenaga medis yang pofesional: terganggunya fungsi tubuh seperti jantung, hati,

penurunan fungsi ginjal dan sebagainya; berakibat rusaknya struktur fisik dan

berakibat komplikasi luka yang memerlukan perawatan medis lanjutan.

3. Hari Kerja yang Hilang (Lost Work Days)

Hari kerja yang hilang ialah setiap hari kerja dimana sesorang pekerja tidak

dapat mengerjakan seluruh tugas rutinnya karena mengalami kecelakaan kerja atau

sakit akibat pekerjaan yan dideritanya. Hari kerja hilang ini dapat dibagi menjadi dua

macam: jumlah hari tidak bekerja (days away from work) yaitu semua hari kerja

dimana sesorang pekerja tidak dapat mengerjakan setiap fungsi pekerjaannya karena

(42)

dengan aktivitas terbatas (days of restricted activities), yaitu semua kerja dimana

seorang pekerja karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang

dideritanya, dialihkan sementara ke pekerjaan lain atau pekerja tetap bekerja pada

tempatnya tetapi tidak dapat mengerjakan secara normal seluruh tugasnya. Untuk

kedua kasus diatas, terdapat pengecualian pada hari saat kecelakaan atau saat

terjadinya sakit, hari libur, cuti, dan hari istirahat.

4. Kematian (Fatality)

Dalam hal ini, kematian yang terjadi tanpa memandang waktu yang sudah

berlalu antara saat terjadinya kecelakaan kerja ataupun sakit yang disebabkan oleh

pekerjaan yang dideritanya, dan saat si korban meninggal(Ramli,2009).

2.3.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Untuk mencegah kecelakaan kerja sangatlah penting diperhatikannya

“Keselamatan Kerja”. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan

dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja, serta tata cara dalam melakukan

pekerjaan yang bertujuan untuk menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan,

baik jasmaniah maupun rohaniah manusia, serta hasil karya budayanya tertuju pada

kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan pekerja pada khususnya. Jadi dapat

disimpulkan bahwa keselamatan kerja padaha kekatnya adalah usaha manusia dalam

melindungi hidupnya dan yang berhubungan dengan itu, dengan melakukan tindakan

preventif dan pengamanan terhadap terjadinya kecelakaan kerja ketika kita sedang

bekerja (Santoso,2004).

Kecelakaan kerja pada prinsipnya dapat dicegah dan pencegahan ini menurut

(43)

kepala dan juga kepala urusan. Tetapi menurut Sulaksmono (1997) dan yang tersirat

dalam UU RI No.01 tahun 1970 pasal 10bahwa tanggung jawabpencegahan

kecelakaan kerja, selain pihak perusahaan juga karyawan (tenaga kerja) dan

pemerintah. Pencegahan kecelakaan kerja menurut para pakar, antara lain pendapat

Silalahi (1995) bahwa teknik pencegahan kecelakaan harus didekati dua aspek, yakni

aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin, letak dan sebagainya).

Kemudian aspek perangkat lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan).

Sementara menurut Olishifki menyatakan bahwa aktivitas pencegahan yang

profesional adalah memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan dari mesin,

cara kerja, material dan struktur perencanaan memberikan alat pengaman agar tidak

membahayakan sumber daya yang ada dalam perusahaan tersebut, memberikan

pendidikan (training) kepada karyawan tentang kecelakaan dan keselamatan kerja,

memberikan alat pelindungdiri tertentu terhadap tenaga kerja yang berada pada area

yang membahayakan (Santoso,2004).

Menurut Suma’mur dalam Yustini (2009) menyatakan bahwa kecelakaan–

kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan duabelas hal berikut :

1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai

kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan

pemiliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri,

tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan pemeriksaan

(44)

2. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi

mengenai misalnya syarat- syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan industri

dan alat pelindung diri (APD).

3. Pengawasan, agar ketentuan undang-undang wajib dipatuhi.

4. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan- bahan yang berbahaya, pagar

pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan peralatan lainnya.

5. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patologis, faktor lingkungan

dan teknologi dan keadaan yang mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola – pola kewajiban yang

mengakibatkan kecelakaan.

7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi.

8. Pendidikan dan latihan-latihan.

9. Penggairahan.

10. Pendekatan lain agar bersikap yang selamat.

11. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan.

12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan.

Untuk menghindari tingginya tingkat kecelakaan kerja, Pemerintah

telahmengeluarkan ketentuan-ketentuan yang harus diikuti oleh perusahaan

yangberhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, antara lain :

1. Undang-Undang RI Nomor 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang

didalam penjabarannya menyebutkan bahwa “setiap tenaga kerja berhak

mendapatperlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk

(45)

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Jasa Konstruksi bagian standar keteknikan, ketenagakerjaan

dan tata lingkungan yaitu pada pasal 30 yang menyebutkan bahwa keamanan,

keselamatan, kesehatan tempat kerja kontruksi telah diatur dalam

perundang-undanganyang berlaku dalam ayat 1 huruf a tentang keteknikan yang meliputi

persyaratan keselamatan umum, konstruksi bangunan mutu hasil pekerjaan, mutu

bahan, komponen bangunan dan mutu hasil pekerjaan dan mutu peralatan sesuai

dengan standar atau norma yang berlaku.

3. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada Bab

XTentang Perlindungan, Pengupahan dan Kesejahteraan pada pasal 86 ayat (1)

menyatakan bahwa setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.

2.3.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecelakaan Kerja

Penyebab langsung kecelakaan adalah suatu keadaan yang biasanya bisa

dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi 2 kelompok:

1. Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts)

Perbuatan berbahaya dari manusia yang dalam beberapa hal dapat dilatar

belakangi antara lain: cacat tubuh yang tidak kentara (bodilly defect), keletihan

dan kelesuan (fatigiue and boredom), sikap dan tingkah laku yang tidak aman,

dan pengetahuan.

2. Kondisi yang tidak aman (unsafe condition)

Keadaan yang akan menyebababkan kecelakaan, terdiri dari: mesin, peralatan,

(46)

Penyebab dasar (Basic Causes), terdiri dari 2 faktor yaitu

a. Faktor manusia / personal (personal factor) meliputi: kurang kemampuan fisik,

mental dan psikologi, kurangnya/lemahnya pengetahuan dan skill, stress,

motivasi yang tidak cukup/salah

b. Faktor kerja / lingkungan kerja (job work enviroment factor) meliputi: faktor

fisik yaitu, kebisingan, radiasi, penerangan, iklim; faktor kimia yaitu debu, uap

logam, asap, gas; faktor biologi yaitu bakteri,virus, parasit, serangga; ergonomi

dan psikososial.

Menurut Santoso (2004) hasil penelitian menunjukkan bahwa 80-85%

kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia. Unsur-unsur tersebut menurut buku

“ManagementLosses” Bab II tentang “The causes and Effects of Loss”, antara lain :

1. Ketidak seimbangan fisik / kemampuan fisik tenaga kerja,antara lain:

a. Tidak sesuai berat badan, kekuatan dan jangkauan

b. Posisi tubuh yang menyebabkan lebih lemah

c. Kepekaan tubuh

d. Kepekaan panca indra terhadap bunyi

e. Cacat fisik

f. Cacat sementara

2. Ketidak-seimbangan kemampuan psikologis pekerja, antara lain:

a. Rasa takut/phobia

b. Gangguan emosional

c. Sakit jiwa

(47)

e. Tidak mampu memahami

f. Sedikit ide (pendapat)

g. Gerakannya lamban

h. Keterampilan kurang

3. Kurang pengetahuan, antara lain:

a. Kurang pengalaaman

b. Kurang orientasi

c. Kurang latihan memahami tombol – tombol (petunjuk lain)

d. Kurang latihan memahami data

e. Salah pengertian terhadap suatu perintah

4. Kurang trampil, antara lain:

a. Kurang mengadakan latihan praktik

b. Penampilan kurang

c. Kurang kreatif

5. Stres mental, antara lain :

a. Emosi berlebihan

b. Beban mental berlebihan

c. Pendiam dan tertutup

d. Problem dengan suatu yang tidak dipahami

e. Frustasi

f. Sakit mental

6. Stres fisik, antara lain :

(48)

b. Beban tugas berlebihan

c. Kurang istirahat

d. Kelelahan sensori

e. Terpapar bahan berbahaya

f. Terpapar panas yang tinggi

g. Kekurangan oksigen

h. Gerakan terganggu

i. Gula darah menurun

7. Motivasi menurun (kurang termotivasi ) antara lain:

a. Mau bekerja bila ada penguatan/hadiah (reeward)

b. Frustasi berlebihan

c. Tidak ada umpan balik (feed back)

d. Tidak mendapat intensif produksi.

2.4. Kerangka Konsep

Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa

upaya kesehatan kerja wajib diselenggarakan pada setiap tempat kerja, khususnya

tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar

dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat

sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan

program perlindungan tenaga kerja.

Banyak faktor yang memengaruhi kejadian kecelakaan kerja antara lain faktor

perusahaan (manajemen) seperti SOP, ketersediaan APD dan pengarahan, penyebab

(49)

penyebab tidak langsung yaitu lingkungan kerja. Apabila kecelakaan kerja tidak dapat

ditekan serendah mungkin dapat mengganggu target atau produktivitas kerja pegawai.

Adapun kerangka konsep dari penelitian adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penel

Manajemen

− Standar Operasional Prosedur − Ketersediaan APD

− Pengarahan

Kejadian Kecelakaan Kerja Penyebab Langsung

− Pengetahuan − Sikap − Tindakan

Penyebab tidak langsung

(50)

2.4. Hipotesis

Adapun hipotesis penelitian adalah:

1. Ada pengaruh faktor standar operasional prosedur terhadap kejadian

kecelakaan kerja pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.

2. Ada pengaruh faktor ketersediaan APD terhadap kejadian kecelakaan kerja

pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.

3. Ada pengaruh faktor pengarahan terhadap kejadian kecelakaan kerja

pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.

4. Ada pengaruh faktor pengetahuan terhadap kejadian kecelakaan kerja

pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.

5. Ada pengaruh faktor sikap terhadap kejadian kecelakaan kerja pembangunan

PLTA pada karyawan PT Global.

6. Ada pengaruh pengaruh faktor tindakan terhadap kejadian kecelakaan kerja

pembangunan PLTA pada karyawan PT Global.

7. Ada pengaruh faktor lingkungan kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik untuk mengetahui faktor-faktor

yang memengaruhi kejadian kecelakaan kerja pembangunanPLTA pada karyawan PT

Global di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Tahun

2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di PT Global terletak di Desa Simanabun Kecamatan

Silau Kahean Kabupaten Simalungun.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan tanggal oktober sampai Februari 2014.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan lapangan PT Global yang

sedang melaksanakan pekerjaan pembangunan PLTA tahun 2013 berjumlah 98

orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sampel

(52)

pembangunan PLTA tahun 2013 berjumlah 98 orang, namun saat di lakukan

penelitian 2 orang pekerja tidak hadir tanpa pemberitahuan yang pasti kepada pihak

manajement sampai penelitian selesai di lakukan. sehingga sample pada penelitian

ini menjadi 96 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pengisian kuesioner yang dibagikan kepada

karyawan lapangan yang meliputi data demografi (umur, pendidikan, pengalaman

kerja, lama bekerja, dan kuesioner manajeman (standar operasional prosedur,

ketersediaan APD, pengarahan), penyebab langsung (pengetahuan, sikap, tindakan),

dan penyebab tidak langsung (lingkungan kerja).

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder penelitian ini adalah laporan / dokumentasi karyawan

lapangan dari bagian administrasi PT Global.

3.5. Definisi Operasional

1. Standar Operasional Prosedur adalah ketersediaan tata laksana kegiatan kerja bagi

karyawan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

2. Ketersediaan APD adalah kelengkapan alat-alat pelindung diri yang digunakaan

karyawan untuk menghindari terjadinya kecelakaan saat bekerja.

3. Pengarahan adalah suatu aktivitas yang diberikan pimpinan untuk memberikan

arahan atau kejelasan kerja sebelum melakukan pekerjaan yang akan diselesaikan.

4. Pengetahuan adalah segala yang diketahui karyawan lapangan kerja tentang

(53)

5. Sikap adalah respon karyawan lapangan kerja terhadap kecelakaan kerja yang

ada dan mungkin terjadi di lingkungan kerja.

6. Tindakan adalah upaya yang dilakukan karyawan lapangan kerja dalam

menghindari kecelakaan kerja.

7. Lingkungan kerja adalah suatu kondisi kerja di lapangan kerja yang dapat

menyebabkan kecelakaan kerja.

8. Kejadian kecelakaan kerja adalah suatu kejadian kecelakaan berat maupun ringan

yang dialami oleh pekerja secara tidak terduga dalam hubungan kerja yang

dipengaruhi oleh sesuatu.

3.6. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan masing-masing variabel

penelitian yaitu:

1. Standar Operasional Prosedur

Pengukuran standar operasional prosedur diukur dengan 1 pertanyaan

menggunakan skala Guttman yaitu ya dan tidak, apabila menjawab ya diberi nilai

1 dan tidak diberi nilai 0, kemudian dikategorikan:

0 = apabila responden menjawab pertanyaan ya dengan skor 1.

1 = apabila responden menjawab pertanyaan tidak dengan skor 0.

2. Ketersediaan APD

Pengukuran ketersediaan APD diukur dengan 2 pertanyaan menggunakan skala

Guttman yaitu ya dan tidak, apabila menjawab ya diberi nilai 1 dan tidak diberi

nilai 0, kemudian dikategorikan:

Gambar

Tabel 4.1.
Tabel 4.4.  Distribusi Pengarahan oleh Mandor di Bendungan PLTA Desa
Tabel 4.5.  Distribusi Pengetahuan Responden di Bendungan PLTA Desa
Tabel 4.7.  Distribusi Tindakan Responden di Bendungan PLTA Desa
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

Disisi lain perkembangan pinjaman, simpanan masyarakat serta nisbah pinjaman terhadap masyarakat pada BRI Udes, LDKP dan Bank pasar dalam kurun waktu terakhir menunjukkan

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Jadi, persepsi politik organisasi pada STT sangkakala dalam kaitan dengan pengambilan keputusan dipahami sebagai sesuatu dinamika yang berguna untuk mencapai

Guru menerapkan model pembelajaran “ular tangga PAI ( SKI dan Fiqih )” untuk memahami konsep materi sistem yang akan diberikan dengan tahapan sebagai berikut :. • Permainan ini

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Korporasi dapat dikenakan sebagai pelaku turut serta atau penyertaan terhadap perbuatan organ-organ yang ada didalamnya,

Dengan empat orang informan utama dan satu orang informan pendamping.Hasil: Persepsi perilaku seks bebas pada remaja, remaja memiliki presepsi negatif terhadap perilaku

Kepala madrasah berperan penting dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru. Apabila kompetensi pedagogik seorang guru dapat meningkat dengan baik; maka seorang