• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Ekstrak Rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) terhadap Penampilan Reproduksi Mencit Putih Betina

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manfaat Ekstrak Rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) terhadap Penampilan Reproduksi Mencit Putih Betina"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

MANFAAT EKSTRAK RUMPUT KEBAR (

Biophytum

petersianum

Klotzsch) TERHADAP PENAMPILAN

REPRODUKSI MENCIT PUTIH BETINA

PETRUS D. SADSOEITOEBOEN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : Manfaat Ekstrak Rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) terhadap Penampilan Reproduksi Mencit Putih Betina, adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicamtumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2005

(3)

ABSTRAK

PETRUS DOMINIKUS SADSOEITOEBOEN. Manfaat Esktrak Rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) terhadap Penampilan Reproduksi Mencit Putih Betina. Dibimbing oleh BAMBANG PURWANTARA dan ITA DJUWITA

Rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) merupakan tumbuhan perdu

yang tumbuh menyebar secara meluas di Afrika, Madagaskar dan Asia Tenggara termasuk beberapa pulau lain di Indonesia, kecuali Semenanjung Malaka, Sumatera dan Kalimantan. Di Irian Jaya Barat rumput ini hanya terdapat pada dataran tinggi Kecamatan Kebar Kabupaten Manokwari dengan ketinggian rata-rata 500 – 600 meter dpl, dan lebih dikenal dengan nama rumput Kebar. Tumbuhan ini merupakan salah satu tanaman yang dipakai secara turun temurun oleh penduduk Kebar sebagai obat tradisional untuk berbagai keperluan kesehatan.

Penelitian ini untuk mengetahui kandungan bahan kimia rumput Kebar, dosis terbaik pemberian ekstrak rumput Kebar dan pengaruhnya terhadap peningkatan

penampilan reproduksi mencit putih (Mus musculus albinus) betina. Kandungan

kimia yang terdapat dalam rumput Kebar (asam amino, protein, lemak, vitamin dan mineral) dilakukan analisa dengan metode proksimat. Lama siklus estrus dilakukan dengan metode ulas vagina selama 4 siklus yaitu 2 siklus sebelum perlakuan dan 2 siklus selama perlakuan. Jumlah anak sekelahiran diperoleh dengan cara menghitung anak yang lahir dari setiap induk, sedangkan bobot lahir anak sekelahiran diperoleh dengan cara menimbang anak yang lahir sesaat setelah dilahirkan.

Digunakan mencit putih betina dewasa strain DDY 80 ekor dengan berat badan berkisar antara 30 – 40 gram (rata-rata 35 gram), yang dibagi dalam dua kelompok yaitu 40 ekor untuk koleksi embrio dan 40 ekor lainnya untuk mengetahui jumlah anak, dan bobot anak sekelahiran serta jantan fertil 40 ekor sebagai pemacek (rasio jantan betina, 1 : 2). Pemberian ekstrak rumput Kebar dilakukan dengan cara mencekok mencit percobaan dengan dosis perlakuan 0.045 mg/g bb (dosis 1), dosis 0.09 mg/bb (dosis 2) dan dosis 0.135 mg/g bb. Pencekokan dilakukan selama 10

hari, kemudian induk langsung dikawinkan. 10 ekor induk dari masing-masing

perlakuan yang positif kawin (ditunjukkan dengan adanya sumbat vagina) pada hari ke 4 dimatikan untuk koleksi embrio, sedangkan 10 ekor lainnya dibiarkan sampai terjadi kelahiran.

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan 10 ulangan. Jika terdapat perbedaan antar perlakuan, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi kimia rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) terdiri dari protein 7.35%, lemak 0.72%, mineral-mineral dalam bentuk Ca dan P masing-masing 1.52% dan 0.60%, dan terdiri atas 17 asam amino. Pemberian ekstrak rumput Kebar dosis 2 dan dosis 3 mampu meningkatkan (P<0.05) rata-rata lama estrus, perkembangan embrio sampai tahap blastosis, pertambahan bobot badan induk, jumlah anak dan bobot lahir

masing-masing 63.60 ± 9.88 dan 63.60 ± 5.80 jam, 8.71 ± 1.11dan 10.86 ± 1.68 sel, 0.35 ±

0.04 dan 0.31 ± 0.02 gram/ekor, 11.70 ± 0.67 dan 12.90 ± 0.99 ekor, 1.77 ± 0.11 dan 1.69 ± 0.10 gram/ekor.

(4)

ABSTRACT

PETRUS DOMINIKUS SADSOEITOEBOEN. The Beneficial of Biophytum petersianum Klotzsch Extract on the Reproduction Appearance Performance of Female Mus musculus albinus. Under the supervision of BAMBANG PURWANTARA and ITA DJUWITA.

Biophytum petersianum Klotzsch is a cushion plant which grows and distribute from Africa, Madagascar and South-East Asia include few islands in Indonesia, except to Malay Peninsula, Sumatera and Kalimantan. In Indonesian Province of Irian Jaya Barat, this plant is restricted to the area of Kebar valley (Kebar district, Manokwari regency) with altitude 500 – 600 m asl., and also known as the Kebar’s grass. This plant has been used by local people for many years as traditional drug through simple process for various health need.

The objective of this research is to identify the chemicals content of the Kebar’s grass (Biophytum petersianum Klotzsch), and its effect on appearance of the reproduction performance in female Mus musculus albinus. The chemicals content (amino acids, proteins, lipids, vitamins and minerals) of the Kebar’s grass extract were analyzed using proximate analysis methods. The periode of oestrus cycle was done by vagina’s smear method for 4 cycles (2 cycles before the treatment and 2 cycles during the treatment). Litter size was obtained by calculating of each female, and the body weight litter obtained by weighing.

Eighty adult females (body weight mean 35 gram) were devided into four groups, consist of females and well be analyzed for (a) quality and quantity of embryos, (b) litter size and weight. Ten days before and during treatment (4 cyclus) all females were examined their oestrus cycle using vagina smear methods. After treatment all females were mated with male mice (ratio 1 : 2). Sign of mating was examined by the presenced of vaginal plug. Four days after mating ten females of each group were sacrisfie followed by early embryo collection; while ten other were breeded until partus to examine the litter size and weight.

The experiment was designed by using completely random design with four treatments and ten replications. The data were analyzed by using analysis of variance and LSD was applied to compares statistical differences between each treatments.

The results showed that the chemicals content of the Kebar’s grass extract are protein 7.35%, lipid 0.72%, minerals; Ca, P, 1.52% and 0.60%, respectively and 17 amino acids contains. The application of this extract with 0.090 and 0.135 mg/g body weight extend the oestrus length and increase number embryo, increasing daily gain, mean of litter size and weight; 63.60 ± 9.88 and 63.60 ± 5.80 hours, 8.71 ± 1.11 and 10.86 ± 1.68 cells, 0.35 ± 0.04 dan 0.31 ± 0.02 gram, 11.70 ± 0.67 and 12.90 ± 0.99 weigth and 1.77 ± 0.11 dan 1.69 ± 0.10, respectively.

(5)

©Hak cipta milik Petrus D. Sadsoeitoeboen, tahun 2005 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin dari

(6)

Manfaat Ekstrak Rumput Kebar (

Biophytum

petersianum

Klotzsch) terhadap Penampilan

Reproduksi Mencit Putih Betina

PETRUS D. SADSOEITOEBOEN

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biologi Reproduksi

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Manfaat Ekstrak Rumput Kebar (Biophytum

petersianum Klotzsch) terhadap Penampilan

Reproduksi Mencit Putih Betina

Nama Mahasiswa : Petrus D. Sadsoeitoeboen NRP : B651020031

Program Studi : Biologi Reproduksi

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. drh. Bambang Purwantara, M.Sc Dr. drh. Ita Djuwita, M.Phil Ketua Anggota

Ketua Program Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Biologi Reproduksi,

Dr. drh. Tuty L. Yusuf, MS Prof. Dr.Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Manokwari pada tanggal 31 Oktober 1965 dari pasangan Joseph M Sadsoeitoeboen (Alm) dan Wihelmina Rejaan. Penulis merupakan putra keenam dari tujuh bersaudara.

Tahun 1984 penulis lulus dari SMA Katholik St. Agustinus Sorong Irian Jaya Barat dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Fakultas Pertanian Universitas Negeri Cenderawasih melalui jalur Seleksi Sipenmaru. Penulis memilih Program Studi Peternakan, Jurusan Budidaya Pertanian dan lulus pada tahun 1989.

Tahun 1990 penulis diterima sebagai staf pengajar di Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) Negeri Manokwari dan mengasuh bidang studi Reproduksi Ternak, Ternak Potong Kerja, Swakarya Wirausaha dan Fisika. Tahun 2002 penulis diterima sebagai staf pengajar di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Negeri Manokwari Irian Jaya Barat dan pada tahun yang sama penulis diberi kesempatan untuk melanjutkan studi pada Program Magistes Sains (S2) dan diterima di Program Studi Biologi Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB.

(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkatNya penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini memuat penelitian tentang Manfaat Ekstrak Rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) terhadap Penampilan Reproduksi Mencit Putih Betina.

Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih pada bapak Dr. drh. Bambang Purwantara, M.Sc dan Ibu Dr. drh. Ita Djuwita, M.Phil. masing-masing sebagai ketua dan anggota komisi pembimbing atas arahan dan bimbingan mulai penyusunan rencana penelitian sampai penyelesaian tesis. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Ibu Dr. drh. Tuty L. Yusuf, MS, Ketua Program Studi Biologi Reproduksi Sekolah Pascasarjana IPB yang bersedia menjadi Penguji Luar Komisi dan telah memberikan banyak masukan bagi penyempurnaan tesis ini.

Khusus untuk Rani, drh.Candramaya siska, A. Selamet Aku, S.Pt, M.Si, Ir. Wellem H Muskita dan tim Laboratorium Embriologi FKH IPB yang telah

banyak membantu dalam penelitian, Keluarga Besar Program Studi Biologi Reproduksi SPs IPB, Badan Pengembangan SDM Departemen Pertanian RI dan Pimpinan serta Keluarga Besar STPP Manokawari yang telah memberikan bantuan dana dan izin melanjutkan pendidikan, melalui kesempatan ini ucapan terima kasih dan penghargaan disampaikan.

Buat Istri tercinta Jakomina Karolina Marini, SH, M.Hum, anak-anakku Fransiska Alfiani Merry dan Daniel Joseph Sadsoeitoeboen yang rela tinggal ditinggal lama, selalu berdoa untuk Bapak mereka serta Mama, Bapak (Alm), saudara-saudaraku dan keluarga Mertua yang terus mendorong keberhasilan studi, hanya tesis ini dipersembahkan semoga semua pengorbanan yang ada dapat membawa kebaikan dimasa datang.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat dalam bentuk yang nyata sehingga tujuan pemanfaatan dari hasil penelitian ini dapat diperoleh.

Bogor, Oktober 2005

(10)

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR... Iv DAFTAR LAMPIRAN ... v

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian... 2

Manfaat Penelitian... 2

Hipotesis... 2

TINJAUAN PUSTAKA... 3

Rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch)... 3

Sistimatika Rumput Kebar... 3

Habitat Rumput Kebar ... 4

Fungsi Biologi Ekstrak Rumput Kebar ... 4

Biologi Mencit... 5

Fisiologi Reproduksi Mencit Putih ... 5

Siklus Estrus... 6

Perkembangan Embrio Mencit ... 8

Peranan Asam Amino terhadap Perkembangan Embrio... 10

MATERI DAN METODE... 12

Tempat dan Waktu Penelitian... 12

Materi Penelitian... 12

Rumput Kebar... 12

Pembuatan Larutan Esktrak Rumput Kebar... 12

Pemberian dan Dosis Esktrak Rumput Kebar... 12

Hewan Percobaan... 13

Metode Penelitian... 14

Analisa Proksimat... 14

Penentuan Jumlah dan Berat Molekul Protein... 14

(11)

MANFAAT EKSTRAK RUMPUT KEBAR (

Biophytum

petersianum

Klotzsch) TERHADAP PENAMPILAN

REPRODUKSI MENCIT PUTIH BETINA

PETRUS D. SADSOEITOEBOEN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : Manfaat Ekstrak Rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) terhadap Penampilan Reproduksi Mencit Putih Betina, adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicamtumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2005

(13)

ABSTRAK

PETRUS DOMINIKUS SADSOEITOEBOEN. Manfaat Esktrak Rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) terhadap Penampilan Reproduksi Mencit Putih Betina. Dibimbing oleh BAMBANG PURWANTARA dan ITA DJUWITA

Rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) merupakan tumbuhan perdu

yang tumbuh menyebar secara meluas di Afrika, Madagaskar dan Asia Tenggara termasuk beberapa pulau lain di Indonesia, kecuali Semenanjung Malaka, Sumatera dan Kalimantan. Di Irian Jaya Barat rumput ini hanya terdapat pada dataran tinggi Kecamatan Kebar Kabupaten Manokwari dengan ketinggian rata-rata 500 – 600 meter dpl, dan lebih dikenal dengan nama rumput Kebar. Tumbuhan ini merupakan salah satu tanaman yang dipakai secara turun temurun oleh penduduk Kebar sebagai obat tradisional untuk berbagai keperluan kesehatan.

Penelitian ini untuk mengetahui kandungan bahan kimia rumput Kebar, dosis terbaik pemberian ekstrak rumput Kebar dan pengaruhnya terhadap peningkatan

penampilan reproduksi mencit putih (Mus musculus albinus) betina. Kandungan

kimia yang terdapat dalam rumput Kebar (asam amino, protein, lemak, vitamin dan mineral) dilakukan analisa dengan metode proksimat. Lama siklus estrus dilakukan dengan metode ulas vagina selama 4 siklus yaitu 2 siklus sebelum perlakuan dan 2 siklus selama perlakuan. Jumlah anak sekelahiran diperoleh dengan cara menghitung anak yang lahir dari setiap induk, sedangkan bobot lahir anak sekelahiran diperoleh dengan cara menimbang anak yang lahir sesaat setelah dilahirkan.

Digunakan mencit putih betina dewasa strain DDY 80 ekor dengan berat badan berkisar antara 30 – 40 gram (rata-rata 35 gram), yang dibagi dalam dua kelompok yaitu 40 ekor untuk koleksi embrio dan 40 ekor lainnya untuk mengetahui jumlah anak, dan bobot anak sekelahiran serta jantan fertil 40 ekor sebagai pemacek (rasio jantan betina, 1 : 2). Pemberian ekstrak rumput Kebar dilakukan dengan cara mencekok mencit percobaan dengan dosis perlakuan 0.045 mg/g bb (dosis 1), dosis 0.09 mg/bb (dosis 2) dan dosis 0.135 mg/g bb. Pencekokan dilakukan selama 10

hari, kemudian induk langsung dikawinkan. 10 ekor induk dari masing-masing

perlakuan yang positif kawin (ditunjukkan dengan adanya sumbat vagina) pada hari ke 4 dimatikan untuk koleksi embrio, sedangkan 10 ekor lainnya dibiarkan sampai terjadi kelahiran.

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan 10 ulangan. Jika terdapat perbedaan antar perlakuan, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi kimia rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) terdiri dari protein 7.35%, lemak 0.72%, mineral-mineral dalam bentuk Ca dan P masing-masing 1.52% dan 0.60%, dan terdiri atas 17 asam amino. Pemberian ekstrak rumput Kebar dosis 2 dan dosis 3 mampu meningkatkan (P<0.05) rata-rata lama estrus, perkembangan embrio sampai tahap blastosis, pertambahan bobot badan induk, jumlah anak dan bobot lahir

masing-masing 63.60 ± 9.88 dan 63.60 ± 5.80 jam, 8.71 ± 1.11dan 10.86 ± 1.68 sel, 0.35 ±

0.04 dan 0.31 ± 0.02 gram/ekor, 11.70 ± 0.67 dan 12.90 ± 0.99 ekor, 1.77 ± 0.11 dan 1.69 ± 0.10 gram/ekor.

(14)

ABSTRACT

PETRUS DOMINIKUS SADSOEITOEBOEN. The Beneficial of Biophytum petersianum Klotzsch Extract on the Reproduction Appearance Performance of Female Mus musculus albinus. Under the supervision of BAMBANG PURWANTARA and ITA DJUWITA.

Biophytum petersianum Klotzsch is a cushion plant which grows and distribute from Africa, Madagascar and South-East Asia include few islands in Indonesia, except to Malay Peninsula, Sumatera and Kalimantan. In Indonesian Province of Irian Jaya Barat, this plant is restricted to the area of Kebar valley (Kebar district, Manokwari regency) with altitude 500 – 600 m asl., and also known as the Kebar’s grass. This plant has been used by local people for many years as traditional drug through simple process for various health need.

The objective of this research is to identify the chemicals content of the Kebar’s grass (Biophytum petersianum Klotzsch), and its effect on appearance of the reproduction performance in female Mus musculus albinus. The chemicals content (amino acids, proteins, lipids, vitamins and minerals) of the Kebar’s grass extract were analyzed using proximate analysis methods. The periode of oestrus cycle was done by vagina’s smear method for 4 cycles (2 cycles before the treatment and 2 cycles during the treatment). Litter size was obtained by calculating of each female, and the body weight litter obtained by weighing.

Eighty adult females (body weight mean 35 gram) were devided into four groups, consist of females and well be analyzed for (a) quality and quantity of embryos, (b) litter size and weight. Ten days before and during treatment (4 cyclus) all females were examined their oestrus cycle using vagina smear methods. After treatment all females were mated with male mice (ratio 1 : 2). Sign of mating was examined by the presenced of vaginal plug. Four days after mating ten females of each group were sacrisfie followed by early embryo collection; while ten other were breeded until partus to examine the litter size and weight.

The experiment was designed by using completely random design with four treatments and ten replications. The data were analyzed by using analysis of variance and LSD was applied to compares statistical differences between each treatments.

The results showed that the chemicals content of the Kebar’s grass extract are protein 7.35%, lipid 0.72%, minerals; Ca, P, 1.52% and 0.60%, respectively and 17 amino acids contains. The application of this extract with 0.090 and 0.135 mg/g body weight extend the oestrus length and increase number embryo, increasing daily gain, mean of litter size and weight; 63.60 ± 9.88 and 63.60 ± 5.80 hours, 8.71 ± 1.11 and 10.86 ± 1.68 cells, 0.35 ± 0.04 dan 0.31 ± 0.02 gram, 11.70 ± 0.67 and 12.90 ± 0.99 weigth and 1.77 ± 0.11 dan 1.69 ± 0.10, respectively.

(15)

©Hak cipta milik Petrus D. Sadsoeitoeboen, tahun 2005 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin dari

(16)

Manfaat Ekstrak Rumput Kebar (

Biophytum

petersianum

Klotzsch) terhadap Penampilan

Reproduksi Mencit Putih Betina

PETRUS D. SADSOEITOEBOEN

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biologi Reproduksi

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Manfaat Ekstrak Rumput Kebar (Biophytum

petersianum Klotzsch) terhadap Penampilan

Reproduksi Mencit Putih Betina

Nama Mahasiswa : Petrus D. Sadsoeitoeboen NRP : B651020031

Program Studi : Biologi Reproduksi

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. drh. Bambang Purwantara, M.Sc Dr. drh. Ita Djuwita, M.Phil Ketua Anggota

Ketua Program Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Biologi Reproduksi,

Dr. drh. Tuty L. Yusuf, MS Prof. Dr.Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Manokwari pada tanggal 31 Oktober 1965 dari pasangan Joseph M Sadsoeitoeboen (Alm) dan Wihelmina Rejaan. Penulis merupakan putra keenam dari tujuh bersaudara.

Tahun 1984 penulis lulus dari SMA Katholik St. Agustinus Sorong Irian Jaya Barat dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Fakultas Pertanian Universitas Negeri Cenderawasih melalui jalur Seleksi Sipenmaru. Penulis memilih Program Studi Peternakan, Jurusan Budidaya Pertanian dan lulus pada tahun 1989.

Tahun 1990 penulis diterima sebagai staf pengajar di Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) Negeri Manokwari dan mengasuh bidang studi Reproduksi Ternak, Ternak Potong Kerja, Swakarya Wirausaha dan Fisika. Tahun 2002 penulis diterima sebagai staf pengajar di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Negeri Manokwari Irian Jaya Barat dan pada tahun yang sama penulis diberi kesempatan untuk melanjutkan studi pada Program Magistes Sains (S2) dan diterima di Program Studi Biologi Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB.

(19)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkatNya penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini memuat penelitian tentang Manfaat Ekstrak Rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) terhadap Penampilan Reproduksi Mencit Putih Betina.

Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih pada bapak Dr. drh. Bambang Purwantara, M.Sc dan Ibu Dr. drh. Ita Djuwita, M.Phil. masing-masing sebagai ketua dan anggota komisi pembimbing atas arahan dan bimbingan mulai penyusunan rencana penelitian sampai penyelesaian tesis. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Ibu Dr. drh. Tuty L. Yusuf, MS, Ketua Program Studi Biologi Reproduksi Sekolah Pascasarjana IPB yang bersedia menjadi Penguji Luar Komisi dan telah memberikan banyak masukan bagi penyempurnaan tesis ini.

Khusus untuk Rani, drh.Candramaya siska, A. Selamet Aku, S.Pt, M.Si, Ir. Wellem H Muskita dan tim Laboratorium Embriologi FKH IPB yang telah

banyak membantu dalam penelitian, Keluarga Besar Program Studi Biologi Reproduksi SPs IPB, Badan Pengembangan SDM Departemen Pertanian RI dan Pimpinan serta Keluarga Besar STPP Manokawari yang telah memberikan bantuan dana dan izin melanjutkan pendidikan, melalui kesempatan ini ucapan terima kasih dan penghargaan disampaikan.

Buat Istri tercinta Jakomina Karolina Marini, SH, M.Hum, anak-anakku Fransiska Alfiani Merry dan Daniel Joseph Sadsoeitoeboen yang rela tinggal ditinggal lama, selalu berdoa untuk Bapak mereka serta Mama, Bapak (Alm), saudara-saudaraku dan keluarga Mertua yang terus mendorong keberhasilan studi, hanya tesis ini dipersembahkan semoga semua pengorbanan yang ada dapat membawa kebaikan dimasa datang.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat dalam bentuk yang nyata sehingga tujuan pemanfaatan dari hasil penelitian ini dapat diperoleh.

Bogor, Oktober 2005

(20)

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR... Iv DAFTAR LAMPIRAN ... v

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian... 2

Manfaat Penelitian... 2

Hipotesis... 2

TINJAUAN PUSTAKA... 3

Rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch)... 3

Sistimatika Rumput Kebar... 3

Habitat Rumput Kebar ... 4

Fungsi Biologi Ekstrak Rumput Kebar ... 4

Biologi Mencit... 5

Fisiologi Reproduksi Mencit Putih ... 5

Siklus Estrus... 6

Perkembangan Embrio Mencit ... 8

Peranan Asam Amino terhadap Perkembangan Embrio... 10

MATERI DAN METODE... 12

Tempat dan Waktu Penelitian... 12

Materi Penelitian... 12

Rumput Kebar... 12

Pembuatan Larutan Esktrak Rumput Kebar... 12

Pemberian dan Dosis Esktrak Rumput Kebar... 12

Hewan Percobaan... 13

Metode Penelitian... 14

Analisa Proksimat... 14

Penentuan Jumlah dan Berat Molekul Protein... 14

(21)

Uji Biologis ... 16

Penelitian Pendahuluan... 16

Penelitian Utama ... 17

Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik... 18

Parameter Penelitian ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Penelitian Pendahuluan... 21

Komposisi Kimia Rumput Kebar... 21

Jumlah dan Berat Molekul protein... 23

Uji Biologis pada Mencit Afkir... 23

Penelitian Utama... 25

Siklus dan Lama Estrus... 25

Jumlah Embrio... 28

Pertambahan Bobot Badan Induk, Jumlah Anak Sekelahiran dan Bobot Lahir ... 30

SIMPULAN DAN SARAN... 34

Simpulan... 34

Saran... 34

DAFTAR PUSTAKA... 35

LAMPIRAN... 39

(22)

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal

1. Data Biologis dan Reproduksi Mencit Laboratorium... 5 2. Komposisi Kimia Rumput Kebar (Biophytumpetersianum Klotzsch).... 21 3. Komposisi Asam Amino Rumput Kebar (Biophytum petersianum

Klotzsch) ... 22 4. Data Siklus Estrus dan Jumlah Anak Mencit Afkir... 24 5. Rata-rata Siklus Estrus dan Lama Estrus... 25 6. Rata-rata Jumlah Embrio ... 28 7. Rata-rata Pertambahan Bobot Badan Induk, Litter Size dan Berat lahir

Anak ... 30

(23)

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Ha

l 1. Rumput Kebar... 3 2. Gambaran Sitologi Vagina Mus musculus albinus Selama Siklus Estrus . 17 3. Alur Penelitian ... 19

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Uraian Hal

1.a. Rata-rata Siklus Estrus dan Lama Estrus Mencit Putih (Mus

musculus) Betina Sebelum Perlakuan ... 39 1.b. Anova Siklus Estrus Mencit Putih Betina Sebelum Perlakuan... 39 1.c. Anova Lama Estrus Mencit Putih Betina Sebelum Perlakuan ... 40 1.d. Rata-rata Siklus Estrus dan Lama Estrus Mencit Putih (Mus

musculus) Betina Selama Perlakuan ... 40 1.e. Anova Siklus Estrus Mencit Putih Betina Selama

Perlakuan... 40 1.f. Anova Lama Estrus Mencit Putih Betina Selama Perlakuan ... 41 2.a. Rata-rata Perkembangan Embrio Mencit putih (Mus musculus

albinus) Betina ... 42 2.b. Anova Total Embrio Mencit Putih Betina... 42 2.c. Anova Embrio Tahap 2 – 4 Sel Mencit Putih Betina... 43 2.d. Anova Embrio Tahap Morula – Blastosis Mencit Putih Betina... 43 2.e. Anova Sel Telur yang Tidak Dibuahi/degenerasi Mencit Putih

Betina... 44 3.a. Rata-rata Pertambahan Bobot Badan Induk, Jumlah Anak dan

Bobot Lahir anak Mencit putih (Mus musculus albinus)

Betina... 44 3.b. Anova Pertambahan Bobot Badan Induk Mencit Putih

Betina... 45 3.c. Anova Jumlah Anak Sekelahiran Mencit Putih ...

45 3.d. Anova Bobot Lahir Anak Mencit Putih ...

46 4. Hasil SDS-PAGE Rumput Kebar (Biophytum petersianum

Klotzsch)... 46

(25)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Biophytum petersianum Klotzsch merupakan tumbuhan perdu yang tumbuh

menyebar secara meluas di Afrika, Madagaskar dan Asia Tenggara termasuk beberapa pulau lain di Indonesia, kecuali Semenanjung Malaka, Sumatera dan Kalimantan (Veldkamp, 1976). Di daerah Irian Jaya Barat spesies ini hanya terdapat pada dataran tinggi kecamatan Kebar kabupaten Manokwari dan lebih dikenal dengan nama rumput Kebar.

Tumbuhan ini merupakan salah satu tanaman yang dipakai secara turun temurun oleh penduduk Kebar sebagai obat tradisional yang diolah secara sederhana untuk berbagai keperluan kesehatan. Menurut Veldkamp (1976) tumbuhan ini digunakan sebagai obat kumur (sariawan), penawar racun gigitan ular dan obat pencuci perut untuk anak. Namun pada daerah dataran tinggi kecamatan Kebar Kabupaten Manokwari tumbuhan ini lebih banyak digunakan oleh penduduk setempat sebagai obat kesuburan wanita.

Dari informasi yang didapat banyak pasangan suami istri yang telah lama belum memiliki keturunan (anak) dengan mengkonsumsi (minum) rebusan tumbuhan rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) dapat memberikan hasil yang memuaskan, bahkan ada beberapa wanita yang memiliki ovarium kiri dan kanan tinggal separuh akibat kista dengan mengkonsumsi rebusan tumbuhan rumput Kebar masih dapat menghasilkan keturunan (anak). Selain itu, beberapa wanita menyatakan bahwa dengan mengkonsumsi rebusan rumput Kebar dapat menormalkan siklus haid yakni yang semula 14 hari menjadi 28 – 30 hari.

(26)

2

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang rumput Kebar, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan penampilan reproduksi hewan betina.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui kandungan bahan kimia rumput Kebar (Biophytumpetersianum

Klotzsch).

2. Mengetahui pengaruh ekstrak rumput Kebar terhadap peningkatan penampilan reproduksi hewan betina (siklus estrus, jumlah embrio, jumlah anak sekelahiran dan bobot lahir anak).

3. Mengetahui dosis terbaik dari ekstrak rumput Kebar terhadap peningkatan penampilan reproduksi hewan betina

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

(1) Memberikan informasi tentang komposisi bahan kimia rumput Kebar.

(2) Sebagai bahan publikasi penting tentang fungsi dan manfaat rumput Kebar terhadap peningkatan penampilan reproduksi betina.

(3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai informasi untuk peningkatan kesuburan ternak pengganti hormon reproduksi.

Hipotesis

(27)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch)

Sistimatika Rumput Kebar

Sistimatika rumput Kebar menurut Veldkamp (1976) : Kelas : Dycotiledoneae

Famili : Oxalidaceae Genus : Biophytum

Species : Biophytum petersianum, Klotzsch. Dengan ciri- ciri sebagai berikut :

Penducle : berukuran sangat pendek

Daun : bentuk obovate/umumnya bulat, mengumpul dan berpasangan. pucuk daun 3 – 9 pasang.

Bunga : di bagian tengah daun rosette, berwarna kuning, jingga atau merah

Buah : bakal buah menumpang dan berlekuk/bersegi 5. buah kotak atau buni mengandung biji berukuran kecil. Berkelamin : dua (jantan dan betina)

Dibawah ini adalah salah satu bentuk rumput Kebar yang sudah siap di panen.

Gambar 1 Rumput Kebar (Biophytum petersianum, Klotzsch).

(28)

4

Habitat Rumput Kebar

Rumput Kebar (Biophytum petersianum, Klotzsch) merupakan tumbuhan perdu yang tumbuh pada ketinggian 500 – 600 m diatas permukaan laut. Tanaman ini biasanya tumbuh berasosiasi dengan Paspalum konyugatum dan

Imperata cylindrica dengan permeabilitas tanah sedang (4.01 Cm/jam – 5.17

cm/jam), pH tanah agak masam sampai masam (5.6 – 4.6), disamping kandungan sulfur tanah 0.04 % sampai 0.2 %. Tumbuh pada iklim basah dengan curah hujan rata-rata 2383 mm/tahun, suhu 26.680C, kelembaban 82.97 % dan intensitas cahaya matahari 64.87 lux (Imbiri, 1997).

Fungsi Biologis Ekstrak Rumput Kebar

Dari informasi yang ada banyak pasangan suami istri yang telah lama belum memiliki keturunan (anak) dengan mengkonsumsi (minum) rebusan tumbuhan rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) dapat memberikan hasil yang memuaskan, bahkan ada beberapa wanita yang memiliki ovarium kiri dan kanan tinggal separuh akibat kista dengan mengkonsumsi rebusan tumbuhan rumput Kebar masih dapat menghasilkan keturunan (anak). Selain itu, beberapa wanita yang juga mengalami masalah dalam siklus haid menyatakan bahwa dengan mengkonsumsi rumput Kebar dapat menormalkan kembali siklus haidnya.

Hasil uji pendahuluan yang dilakukan pada mencit-mencit betina afkir (umur > 1.5 tahun) menunjukkan bahwamencit yang diberi ekstrak rumput Kebar dapat meningkatkan jumlah anak rata-rata dari 3 ekor menjadi 7 ekor bahkan ada yang menjadi 11 ekor. Wajo (2005) melaporkan bahwa pemberian ekstrak rumput Kebar melalui air minum dapat meningkatkan berat ovarium, menstimulir perkembangan folikel, daya tetas telur serta meningkatkan motilitas spermatozoa pada ayam buras.

(29)

5

Biologi Mencit

Mencit merupakan hewan yang biasa dipakai dalam penelitian atau percobaan di laboratorium. Hewan ini dijadikan sebagai hewan model karena mudah dipelihara, masa reproduksinya pendek dan berkembangbiak dengan cepat. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) mencit laboratorium memiliki data biologis dan reproduksi seperti tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1 Data biologis dan reproduksi mencit laboratorium

Sifat biologi Waktu

Lama hidup 1 – 2 tahun

Lama produksi ekonomis 9 bulan

Lama bunting 19 – 21 hari

Kawin sesudah beranak 1 sampai dengan 24 jam

Umur sapih 21 hari

Perkawinan pada waktu estrus, spontan

Ovulasi dekat akhir estrus, spontan

Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

Segmentasi ovum menjadi blastosel 2.5 – 4.0 hari

Implantansi 4-5 hari sesudah perkawinan

Berat dewasa Jantan 20 – 40 gram

Betina 18 --35 gram

Berat lahir 0.5 – 1.00 gram

Jumlah anak Rata-rata 6 ekor

Perkawinan kelompok 4 betina : 1 jantan

Kecepatan tumbuh 1 gram/hari

Sumber : Smith dan Mangkoewidjojo (1988)

Fisiologi Reproduksi Mencit Putih

(30)

6

Siklus Estrus

Sekalipun hampir pada setiap hewan atau spesies mempunyai perbedaan waktu siklus estrus, namun secara umum telah diketahui bahwa siklus estrus umumnya dibagi menjadi 4 fase. Diketahui bahwa hampir tidak dapat dibedakan kondisi fisiologis antara tikus dan mencit putih (Mus musculus albinus), namun diduga perbedaan-perbedaan yang ada tergantung pada kondisi lingkungan dan respon fisiologis secara individu antara tikus dan mencit putih.

Menurut Toelihere (1985), siklus estrus dibagi menjadi 4 fase, yaitu fase

proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Fase proestrus adalah fase sebelum

estrus yaitu periode dimana folikel de Graaf bertumbuh di bawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol yang makin bertambah. Fase ini sering disebut sebagai fase folikuler. Baker et al. (1980) menyatakan bahwa pada fase proestrus dapat diketahui dengan adanya dominasi sel-sel epitel berinti yang muncul secara tunggal atau bertumpuk (berlapis-lapis) jika dilihat dengan menggunakan metode ulas vagina. Pada tikus fase ini berlangsung selama kira-kira 12 jam (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Fase estrus adalah fase yang ditandai dengan keinginan kelamin dan penerimaan pejantan oleh hewan betina untuk kopulasi. Pada fase ini folikel de Graaf membesar dan menjadi matang. Pada fase ini estradiol yang berasal dari folikel de Graaf yang matang akan menyebabkan perubahan-perubahan pada saluran reproduksi betina (Toelihere, 1985). Menurut Briggs dan Brotherton (1970) dalam Caropeboka (1980), fase estrus pada tikus berlangsung selama 9 – 15 jam, dan pada mencit berlangsung selama 12 jam (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Baker et al. (1980) menyatakan bahwa pada fase estrus dapat diketahui dengan adanya sel-sel tanduk yang banyak pada lumen vagina yang biasanya nampak pada preparat ulas vagina. Kondisi demikian disebabkan oleh banyaknya pembelahan mitosis yang terjadi didalam mukosa vagina dan sel-sel baru yang menumpuk, sementara lapisan permukaan memiliki bentuk skuamosa dan bertanduk. Sel-sel bertanduk ini terkelupas ke dalam lumen vagina (Partodihardjo, 1992).

(31)

7

(estradiol dan progesteron) dan hormon uterus (prostaglandin). Proses estrus sangat erat kaitannya dengan mekanisme sistem hormonal. Telah dilaporkan oleh beberapa peneliti sebelumnya bahwa pada saat estrus konsentrasi estrogen meningkat sesuai dengan pertumbuhan folikel de Graaf, dan selanjutnya di bawah pengaruh serta peran LH yang disekresikan dari hipofisis anterior terjadilah ovulasi dan selanjutnya terjadi pembentukan corpus luteum (CL). Pada waktu CL telah mencapai ukuran maksimal dan fungsional akan terjadi peningkatan konsentrasi progesteron. Menurut Silva et al. (2004) secara in

vitro FSH dapat mempengaruhi pertumbuhan folikel primordial pada kambing.Yu

et al. (2003) melaporkan bahwa FSH dan LH dapat mencegah terjadinya folikel

atresia.

Toelihere (1985) menyatakan bahwa progesteron merupakan hormon yang dihasilkan oleh CL (sel luteal), plasenta dan korteks adrenal atas stimulasi LH. Selanjutnya dijelaskan bahwa progesteron diangkut melalui aliran darah karena ikatannya dengan globulin dan pengaturan progesteron kemungkinan karena rangsangan LH.

Progesteron mempunyai fungsi mempersiapkan lingkungan uterus untuk implantasi dan memelihara kebuntingan melalui peningkatan sekresi glandula endometrium dan menghambat motilitas miometrium. Dengan adanya umpan balik negatif dari hipothalamus maka estrus, ovulasi dan siklus estrus dapat dicegah. Progesteron dalam jumlah kecil dengan adanya estrogen dapat menyebabkan timbulnya tanda-tanda estrus dan penerimaan pejantan. Disamping itu progesteron bekerja secara sinergis dengan estrogen merangsang sekresi alveoli serta pertumbuhan kelenjar mammae. Menurut Guyton (1994) fungsi utama estrogen adalah untuk menimbulkan proliferasi sel dan pertumbuhan jaringan organ-organ kelamin serta jaringan lain yang berkaitan dengan reproduksi.

(32)

8

disuperovulasi akan terjadi peningkatan konsentrasi estradiol dan progesteron dalam darah meningkat yang menghasilkan bertambahnya panjang siklus estrus (Fitrianti, 2002).

Produksi etradiol selama fase luteal menginisiasi luteolisis. Hal ini dimediasi oleh pembentukan reseptor oksitosin dalam endometrium ternak betina. Keluarnya oksitosin dari CL mengikat reseptor menghasilkan PGF 2á dan terjadi luteolisis. Menurut Beard et al. (1994) terdapat korelasi positif antara konsentrasi estradiol dan jumlah reseptor oksitosin uterus.

Pada fase metestrus ovarium mengandung corpora lutea dan folikel-folikel kecil. Pada tikus fase ini berlangsung selama 10 - 14 jam, fase ini ditandai dengan bertumbuhnya CL dari sel-sel granulosa folikel dengan cepat yang dipengaruhi oleh Luteinizing hormone (LH) dari adenohyphofisa. Menurut Baker

et al. (1980) fase metestrus dapat diketahui dengan adanya dominasi sel-sel

tanduk dan sel-sel leukosit jika dilihat dengan menggunakan metode ulas vagina. Fase luteal terjadi pada akhir periode metestrus dan pada tikus serta mencit pada fase ini tidak mengalami perubahan uterus yang disebabkan oleh progesteron akibat pendeknya rahim pada kedua species ini.

Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa pada tikus fase metestrus dibagi menjadi 2 stadium yaitu stadium 1 yang berlangsung kira-kira 15 jam dan stadium 2 kira-kira berlansung selama 6 jam. Diestrus adalah periode terakhir dan terlama dari siklus estrus. Corpus luteum menjadi matang dan pengaruh progestreon terhadap saluran reproduksi menjadi nyata (Toelihere, 1985). Pada tikus periode ini berlangsung selama 57-60 jam dan selama periode ini terjadi penyusutan corpora lutea secara fungsional, rahim mengecil, mukosa vagina menipis dan dipenuhi oleh leukosit.

Baker et al. (1980) menyatakan bahwa pada fase diestrus dapat diketahui dengan adanya dominasi sel-sel leukosit dan sedikit sel-sel epitel yang berinti jika dilihat dengan menggunakan metode ulas vagina.

Perkembangan Embrio Mencit

(33)

9

Menurut Pincus (1965) perkembangan embrio (embriogenesis) merupakan proses perkembangan yang belum memiliki bentuk defenitif. Berdasarkan proses dan ciri-ciri embrio, embriogenesis dibedakan menjadi 4 tahap yaitu tahap pembentukan sigot (cleavage), tahap blastulasi, tahap gastrulasi dan tahap neurulasi. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pada mencit kecepatan perkembangan embrio setelah fertilisasi adalah untuk fase 2 sel (hari ke-1), fase 8 sel (hari ke-2), fase morula (hari ke-3), fase blastosis (hari ke-3.5), fase gastrula (hari ke-6.5) dan fase neurula (hari ke-7.5).

Menurut Sukra et al. (1989) blastomer yang sedang membelah akan membentuk kelompok besar yang disebut morula. Pada tahap selanjutnya sel morula mensekresikan cairan dan mengelilingi rongga di tengah yang berisi blastomer kemudian terbentuk blastosis. Blastosis akan bergerak masuk ke dalam uterus yang dipengaruhi oleh hormon steroid ovarium yaitu progesteron dan estrogen.

Gardner et al. (1993) menyatakan bahwa pada embrio mencit selama fase preimplantasi terjadi perubahan metabolisme energi, yaitu perubahan dari metabolisme dasar piruvat pada stadium 1 sel ke metabolisme dasar glukosa pada proses glikolisis aerobik, pada stadium selanjutnya. Telah diketahui bahwa bentuk perubahan energi berkaitan dengan perubahan nutrisi. Selanjutnya pada tahap 8-sel embrio dapat hidup dan berkembang dalam medium yang sumber energinya berasal dari glukosa atau sejumlah rantai karbon lainnya. Selama perkembangan embrio terjadi perubahan sumber energi yang dibutuhkan. Pada embrio yang ditumbuhkan secara in vitro, pada tahap awal membutuhkan piruvat sebagai sumber energi, namun ketika embrio telah mencapai tahap 2 sel, sumber energinya selain piruvat juga membutuhkan, oksaloasetat, laktat dan fosfoenel piruvat (Brinster, 1973).

Pada medium untuk fertilisasi in vitro, glukosa berfungsi sebagai sumber energi bersama-sama laktat atau piruvat. Kebutuhan glukosa tergantung dari stadium perkembangan embrio dan jenis hewan, sekalipun demikian asam-asam amino dapat dimanfaatkan sebagai penghasil energi untuk perkembangan embrio melalui jalur trikarboksilta (TCA) atau siklus krebs.

(34)

10

antara embrio trofoblas dan endometrium uterus. Guyton (1994), menyatakan bahwa implantasi terjadi akibat sel-sel trofoblas yang berkembang pada permukaan blastosis yang mensekresikan enzim proteolitik yang berfungsi mencerna sel-sel endometrium. Sel-sel trofoblas juga membentuk pita-pita sel yang masuk dan melekat ke dalam endometrium dan blastosis akan membentuk lubang dan melekatkan diri pada endometrium.

Pada embrio tikus proses implantasi akan terjadi apabila estradiol dan progesteron tercukupi (Arkaraviehien dan Kendle, 1990 dalam Carvalo, 2001). Kekurangan estradiol dan progesteron akan menyebabkan kontraksi uterus yang secara terus menerus sehingga menyebabkan aborsi.

Peranan Asam Amino terhadap Perkembangan Embrio

Cairan saluran reproduksi betina (in vivo) ditandai dengan tingginya konsentrasi asam amino, dimana oosit dan embrio mempunyai suatu perbedaan asam amino endogenous, yang menunjukkan bawa asam amino mempunyai suatu fungsi biologis (Brisnter 1973). Pada kultur in vitro, asam amino dapat meningkatkan perkembangan embrio mencit, kelinci, hamster, sapi dan domba yang sangat bermanfaat untuk perkembangan 8 sel ke tahap blastosis. Gardner

et al. (1993) menyatakan bahwa penambahan asam amino spesifik pada media

kultur dapat mengurangi pengaruh hambatan perkembangan untuk mencapai tahap perkembangan selanjutnya.

Perubahan pengamatan asam amino yang diperlukan selama periode preimplantasi sesuai dengan perubahan fisiologi embrio sebagai kelanjutan perkembangan. Peralihan dari sigot ke blastosis tidak hanya dihubungkan dengan beberapa peristiwa morfologi, seperti morula kompak, pembentukan blastosis, tetapi juga dengan perubahan umum dalam energi metabolisme zat nutrisi.

(35)

11

Beberapa peneliti menyatakan bahwa asam amino sangat dibutuhkan dalam jumlah tinggi pada tahap awal perkembangan embrio (Aurich dan Han, 1994). Brinster (1973) menyatakan bahwa sistin, triptofan, fenilalanin, lisin, arginin, dan valin diperlukan pada pembelahan tahap awal pembentukan embrio kelinci. Demikian juga menurut Chatot et al. (1989) bahwa glutamin dapat membantu mengatasi hambatan perkembangan tahap 2 sel pada embrio tikus yang dikultur.

Menurunnya jumlah anak sejalan dengan menurunnya jumlah blastosis yang normal pada masa implantasi. Menurut Jones dan Krohn (1961) dalam

Sunarti (1992) menyebutkan bahwa menurunnya jumlah anak mencit, hamster dan tikus tua disebabkan menurunnya jumlah implantasi.

(36)

12

MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Embriologi Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmokologi FKH IPB Bogor, Laboratorium Teknologi Pakan Ternak Fakultas Peternakan IPB. Penelitian ini berlangsung selama lebih kurang 6 bulan.

Materi Penelitian

Rumput Kebar

Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

Rumput Kebar yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari kecamatan Kebar kabupaten Manokwari provinsi Irian Jaya Barat. Rumput tersebut dikeringkan dengan penjemuran panas matahari. Pembuatan larutan ekstrak rumput Kebar dilakukan di Laboratorium Embriologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

Rumput Kebar yang telah kering direbus (dimasak) semua bagian tanamannya (akar, batang, daun) dalam aquabides dengan perbandingan 1 : 3 (100 gram dalam 3 liter aquabides) sambil diaduk dan dibiarkan mendidih hingga tersisa larutan sebanyak 1 liter, kemudian larutan tersebut disaring dan dibiarkan dingin lalu dibekukan dalam freezer untuk selanjutnya dijadikan bubuk dengan metode pengering bekuan (Freeze Drying). Bubuk yang terbentuk dilarutkan kembali dengan aquabides untuk membuat larutan ekstrak rumput Kebar sesuai

dosis pada perlakuan. Pemberian dan Dosis Ekstrak Rumput Kebar

Penentuan Dosis

(37)

13

Dosis yang diberikan pada mencit ditentukan berdasarkan perhitungan sebagai berikut :

Bobot badan manusia = 50/70 x 0.0026 = 0.0018571 (A)

Bobot badan Mencit / 20 x 0.0018571 (A) = 35/20 x 0.0018571 = 0.003249998 (B).

Dosis standar yang diberikan pada mencit = (B) x dosis yang diberikan pada manusia.

Dosis standar pada mencit = 0.003249998 x 0.95 gram = 0.003087498 gram atau 3.087498 mg • 3 mg/ekor/hari.

Pemberian Ekstrak Rumput Kebar

Pemberian ekstrak rumput Kebar pada setiap induk dari masing-masing perlakuan sebanyak 0.2 ml per hari untuk setiap dosis perlakuan dan dilakukan dengan cara mencekok selama 10 hari (dua siklus estrus), setelah itu mencit dikawinkan. Mencit yang telah kawin sebanyak 10 ekor dari masing-masing perlakuan pada hari keempat dibunuh untuk melihat jumlah embrio sedangkan 10 ekor lagi dari masing-masing perlakuan dibiarkan sampai melahirkan untuk melihat jumlah anak yang lahir.

Pemberian ekstrak rumput Kebar yang akan dicobakan adalah sebagai berikut :

Kontrol : tanpa ekstrak rumput Kebar Dosis 1 (D1) : 0.045 mg/gram bobot badan Dosis 2 (D2) : 0.090 mg/gram bobot badan Dosis 3 (D3) : 0.135 mg/gram bobot badan Hewan Percobaan

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus

albinus) betina dewasa sebanyak 80 ekor dengan berat badan berkisar antara

30 – 40 gram (rata-rata 35 gram) dan jantan fertil sebanyak 40 ekor digunakan sebagai pemacek. Hewan percobaan diperoleh dari Biofarma Bandung.

(38)

14

ukuran 40 cm x 30 cm x 15 cm untuk 10 ekor dan didalamnya diberi sekam padi sebagai alas kandangnya.

Untuk memudahkan pengamatan terhadap jumlah anak yang lahir dan rata-rata bobot badan lahir anak dari setiap induk perlakuan, maka setiap induk yang telah bunting dimasukkan kedalam kotak yang berukuran 25 cm x 30 cm x 15 cm. Makanan yang diberikan pada hewan perlakuan berupa pellet ikan dengan kandungan protein kasar berkisar antara 20 – 25 %. Makanan dan minuman diberi secara ad libitum.

Metode Penelitian

Analisa Proksimat

Analisa proksimat dilakukan pada Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisa proksimat dilakukan untuk melihat prosentase kandungan bahan yang terdapat dalam rumput Kebar (bahan kering, abu, protein kasar, serat kasar, lemak kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, kalsium, fosfor, garam dan energi bruto). Disamping itu juga dilakukan analisa kandungan asam amino, baik esensial maupun non esensial serta vitamin yang berpengaruh dalam reproduksi yaitu vitamin A dan vitamin E.

Penentuan Jumlah dan Berat Molekul Protein

Untuk melihat jumlah protein yang terdapat dalam ekstrak rumput Kebar dan besarnya berat molekul (BM) dari masing-masing protein tersebut, menggunakan metode Sodium Dodecyl Sulphate Poly Acrylamid Gel

Electrophoresis (SDS-PAGE). Prosedur kerja dilakukan sebagai berikut :

λ Penyiapan bahan-bahan yang akan dipakai dalam analisa

λ Pembuatan stok larutan Acrylamide, Amonium persulfat 10 % , SDS 10 %

dan larutan buffer.

λ Pembuatan separating gel 12 % pada pH 8,8 sebanyak 30 ml yang terdiri dari

(39)

15

gelembung, tetapi jangan terlalu lambat agar tidak keburu mengeras (mengental). Setelah itu permukaan gel diberikan beberapa tetes eaquabidestilata hingga rata dan dibiarkan hingga terbentuk gel atau selama ± 40 menit. Setelah 40 menit eaquabidestilata tersebut diisap sampai habis.

λ Pembuatan stacking gel 4 % pada pH 6.8 sebanyak 5 ml yang terdiri dari

Bisacrylamide 0.65 ml; eaquabidestilata 3.05 ml; Tri HCl (pH 6.8) 1.25 ml; S DS (10 %) 50 ì l; Amonium persulfat (10 %) 25 ì l dan T emed 5 ì l; kemudian campuran tersebut diaduk dan disedot dengan pipet lalu dimasukkan kedalam alat cetak (pada bagian atas separating gel) hingga batas garis atas lalu masukkan brush sebagai alat pencetak sumur (well). Kemudian permukaan gel diberi beberapa tetes aquabidestilata dan dibiarkan ± 50 menit hingga terbentuk gel. Setelah 50 menit brush ditarik secara perlahan-lahan agar sumurnya dapat terbentuk dengan baik, lalu aquabidestilatanya diisap sampai habis.

λ Pasang alat cetak yang terdapat gel pada piring elektroforesis lalu dimasukkan dalam bak elektroforesis yang telah diisi larutan buffer dengan posisi vertikal, kemudian bagian atas piring elektroforesis diisi juga dengan larutan buffer.

λ Penyediaan sampel dan marker yang akan dianalisa ditambahkan dengan

buffer contoh dengan perbandingan 4 : 1, kemudian sediaan sampel dan marker direndam dalam air panas dengan suhu konstan 95ºC selama 5 menit.

λ Masukkan sediaan sampel dan marker secara berurutan kedalam sumur

(well) yang tersedia pada gel.

λ Alat elektroforesis dihubungkan dengan power suplay dengan kuat arus 3 mA

atau 150 volt selama ± 5 jam, atau sampel dan marker pada setiap sumur sampai pada batas ± 1 cm dari sisi paling bawah (jangan melewati batas bawah gel).

λ Setelah itu gel dikeluarkan dan dilakukan pewarnaan dengan perak nitrat, lalu

(40)

16

Uji Biologis

Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan ekstrak rumput Kebar dilakukan terhadap mencit betina afkir (umur ± 1.5 tahun) sebanyak 12 ekor yang telah memiliki anak setiap kelahiran hanya 3 ekor. Pengujian dilakukan dengan cara mencekok mencit tersebut dengan ekstrak rumput Kebar selama 16 hari. Variabel yang diamati adalah siklus estrus sebelum dan selama perlakuan dan jumlah anak sesudah perlakuan.

Prosedur pengujian adalah sebagai berikut :

λ Pembuatan ekstrak rumput Kebar berdasarkan aplikasi yang diberikan pada

manusia yaitu 30 gram rumput Kebar yang telah kering dimasak dengan aquabidest sebanyak 600 ml dan dibiarkan mendidih hingga tersisa 200 ml, kemudian larutan tersebut disaring lalu dibiarkan dingin.

λ Mencit-mencit betina afkir sebanyak 12 ekor dibagi dalam 2 kelompok yaitu

masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor.

λ Siklus estrus dilakukan dengan metode ulas vagina selama 10 hari (2 siklus),

yaitu 1 siklus sebelum dan 1 siklus selama perlakuan. Hasil ulasan difiksasi dengan menggunakan methanol teknis selama 5 menit setelah itu dibiarkan kering lalu diwarnai dengan pewarnaan Giemsa 10 % (direndam selama 30 menit), kemudian dicuci dengan air mengalir dan dibiarkan kering. Hasil ulasan yang telah diwarnai diamati dibawah mikroskop cahaya

λ Semua mencit afkir dari kedua kelompok tersebut diberikan perlakuan

ekstrak rumput Kebar dengan cara dicekok selama 5 hari (satu periode siklus estrus), kemudian pada hari ke-6 dikawinkan (perbandingan 1 jantan : 3 betina)

λ Selanjutnya semua mencit pada kelompok 1 setelah dikawinkan tidak

diberikan perlakuan ekstrak rumput Kebar dan dibiarkan sampai terjadi

kelahiran, sedangkan semua mencit pada kelompok 2 setelah dikawinkan masih diberikan perlakuan ekstrak rumput Kebar sampai hari ke-16 lalu

dibiarkan sampai terjadi kelahiran.

λ Pada saat terjadi kelahiran dilakukan evaluasi terhadap jumlah anak yang

(41)

17

Penelitian utama

Lama Siklus Estrus

Lamanya siklus estrus dilakukan dengan metode ulas vagina selama 4 siklus yaitu 2 siklus sebelum perlakuan dan 2 siklus selama perlakuan. Hasil ulasan difiksasi dengan menggunakan methanol teknis selama 5 menit setelah itu dibiarkan kering lalu diwarnai dengan pewarnaan Giemsa 10 % (direndam selama 30 menit), kemudian dicuci dengan air mengalir dan dibiarkan kering. Hasil ulasan yang telah diwarnai diamati dibawah mikroskop cahaya. Penentuan fase siklus dari hasil ulas vagina dilakukan berdasarkan keberadaan dan jumlah kualitatif sel-sel epitel vagina. Fase proestrus ditunjukkan oleh keberadaan sel-sel epitel berinti, fase estrus oleh sel-sel pertandukan (cornified cells), fase metestrus oleh sel-sel pertandukan dan sel-sel darah putih, dan fase diestrus oleh sel-sel darah putih (Baker et al. 1980) dan hasil pengamatan ulas vagina dapat diketahui lamanya siklus estrus yang terjadi yaitu jarak waktu antara estrus pertama dan kedua baik sebelum maupun selama perlakuan.

Gambar 2 Gambaran sitologi vagina Mus musculus albinus selama siklus estrus.

Keterangan : A=Proestrus; B=Estrus; C=Metestrus; D=Diestrus ep= sel epitel; t=sel tanduk; l=sel leukosit

A B

C D

ep

t

(42)

18

Jumlah Embrio

Pengamatan jumlah embrio dilakukan dengan cara sebagai berikut :

λ Hewan perlakuan yang pada pemeriksaan sumbat vagina positif (telah

kawin), pada hari ke-4 dimatikan (dibunuh), lalu organ reproduksinya diambil dan dicuci dalam larutan NaCl fisiologis.

λ Kemudian masukkan kedalam cawan petri yang berisi larutan PBS untuk

dilakukan pembilasan terhadap tanduk rahim (kornua uteri) dengan menggunakan larutan PBS.

λ Embrio hasil pembilasan dalam cawan petri diamati dibawah mikroskop

cahaya dan dilakukan evaluasi.

Pertambahan Bobot Badan Induk

Pertambahan bobot badan induk diperoleh dengan cara menimbang setiap induk dari masing-masing perlakuan dengan menggunakan timbangan mekanik berkapasitas 200 gram dengan tingkat ketelitian 0.1 gram. Penimbangan dilakukan sebelum perlakuan sebagai bobot badan awal dan sesudah perlakuan sebagai bobot badan akhir.

Jumlah Anak dan Bobot Lahir Anak Sekelahiran

Jumlah anak sekelahiran diperoleh dengan cara menghitung anak yang lahir dari setiap induk dari masing-masing perlakuan pada saat terjadi kelahiran, sedangkan bobot lahir anak sekelahiran diperoleh dengan cara menimbang anak yang lahir dari masing-masing induk perlakuan dengan menggunakan timbangan mekanik berkapasitas 200 gram dengan tingkat ketelitian 0.1 gram sesaat setelah kelahiran berakhir.

Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dosis ekstrak rumput Kebar dengan sepuluh ulangan.

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit putih (Mus

musculus albinus) strain DDY betina dewasa sebanyak 80 ekor dengan berat

(43)

19

sebanyak 40 ekor digunakan sebagai pemacek, dengan perbandingan 1 jantan dan 2 betina. Hewan percobaan dibagi dalam dua bagian penelitian, yaitu 40 ekor digunakan untuk koleksi embrio dan histologi ovarium dan 40 ekor lainnya digunakan untuk melihat jumlah anak sekelahiran serta bobot lahir anak. Alur penelitian tertera pada gambar 3.

Data dianalisis menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (Steel dan Torrie, 1991).

Model persamaan linier dari percobaan ini adalah sebagai berikut : Yij = ì + ôi + åij, dimana :

Gambar 3 Alur penelitian.

(44)

20

Parameter Penelitian

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

λ Siklus estrus, pengamatan dilakukan dengan metode ulas vagina selama

empat siklus yaitu dua siklus sebelum perlakuan dan dua siklus selama perlakuan.

λ Jumlah embrio diperoleh dari hasil pengamatan dibawah mikroskop terhadap embrio yang dibilas dari tuba Fallopii induk pada umur kebuntingan 4 hari.

λ Pertambahan bobot badan induk diperoleh dengan cara menimbang setiap

induk dari masing-masing perlakuan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.

λ Jumlah anak dan bobot anak sekelahiran diperoleh setelah

(45)

21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Pendahuluan

Komposisi Kimia Rumput Kebar

Hasil analisis komposisi kimia yang terkandung dalam rumput Kebar antara lain protein kasar, serat kasar, lemak kasar, Beta-N, mineral-mineral dan vitamin-vitamin. Komposisi kimia rumput Kebar tertera pada Tabel 2. Toelihere (1985) menyatakan bahwa banyak faktor prenatal yang mempengaruhi kualitas anak yang dihasilkan. Faktor-faktor tersebut antara lain hereditas, besar dan umur induk, nutrisi, perkembangan embrio dalam endometrium sebelum implantasi, jumlah anak dalam satu induk, posisi fetus dalam kornua uteri dan ukuran plasenta.

Tabel 2 Komposisi kimia rumput Kebar (Biophytumpetersianum Klotzsch)

Bahan penyusun Jumlah (%)

(46)

22

Selain itu, pada protein rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) juga mengandung asam-asam amino yang sangat dibutuhkan untuk aktivitas reproduksi dan produksi. Komposisi asam amino rumput Kebar tertera pada Tabel 3. Lehninger (1994) menyatakan bahwa nutrisi dipergunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan, kebutuhan hidup pokok dan aktivitas reproduksi. Kebutuhan nutrisi berbeda untuk masing-masing aktivitas. Pada semua hewan atau ternak yang sedang tumbuh, bunting atau menyusui membutuhkan lebih banyak nutrien dibandingkan dengan hewan atau ternak yang tidak berada dalam fase tersebut. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) bahan dasar makanan mencit bervariasi. Kebutuhan dasar untuk mencit adalah protein 20-25%; lemak 10-12%, pati 45-55%, serat kasar 4% atau kurang; dan harus berisi vitamin A 15.000 – 20.000 IU/kg, asam linoleat 5 – 10 g/kg; tiamin 15-10 mg/kg. Untuk mencit dewasa rata-rata kebutuhan makanannya 3 – 5 gram ekor/hari dan bertambah jika mencit dalam keadaan bunting atau menyusui.

Tabel 3 Komposisi asam amino rumput Kebar (Biophytumpetersianum Klotzsch)

(47)

23

vitamin E pada mencit setiap hari berdasarkan dosis yang dicobakan. Menurut Besenfelder et al. (1996) suplementasi beta-karoten (provitamin A) pada pakan akan meningkatkan litter size pada tikus.

Jumlah dan Berat Molekul Protein

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak rumput Kebar memiliki 4 jenis protein dengan Berat Molekul (BM) masing-masing 14648.731, 17556.583, 49730.176, dan 52033.136 dalton. Berdasarkan hasil analisis elektroforesis, ternyata rumput Kebar memiliki 2 jenis protein yang BM-nya hampir sama dengan BM hormon Pregnant Mare Serum Gonadothropin (PMSG), yaitu pada BM 17556.583 dan 52033.136 dalton. Telah diketahui bahwa PMSG mengandung FSH dan LH. Partodihardjo (1992)menyatakan bahwa FSH dan LH memiliki BM yang berkisar antara 30000 sampai 67000 dalton.

Terdapat perbedaan BM FSH dan LH pada spesies yang berbeda termasuk tumbuhan. Pada babi BM FSH adalah 29000 dalton, pada domba 67000 dalton (Partodihardjo, 1992), sedangkan pada manusia menurut Atterwil dan Flack (1992) BM FSH adalah 34000. Menurut Ball (1971) dalam Crosignam dan James (1974), pada manusia BM FSH 31000, pada sapi 28300 dan babi 32095 dalton. Selanjutnya BM LH menurut Crosignam dan James (1974) pada manusia adalah 26750 dalton, babi 27400, 30000 dalton pada manusia (Partodihardjo, 1992), pada domba 32000 dalton. Berdasarkan BM antara FSH dan LH terlihat bahwa BM FSH cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan BM LH pada beberapa spesies yang telah dilaporkan.

Uji Biologis pada Mencit Afkir

(48)

24

Diberikan ekstrak rumput Kebar selama 16 hari Diberikan ekstrak rumput Kebar selama 5 hari

Siklus estrus (hari) Jumlah anak (ekor)

Tabel 4 Data siklus estrus dan jumlah anak mencit afkir

Berdasarkan data pada Tabel 4 terlihat bahwa, pemberian ekstrak rumput

Kebar selama 5 hari pada mencit afkir mampu memperpendek rata-rata siklus estrus dari 4.83 menjadi 3.83 hari, namun tidak mampu meningkatkan jumlah anak yang lebih banyak (rata-rata 1 ekor), sedangkan pemberian ekstrak rumput Kebar selama 16 hari selain memperpendek rata-rata siklus estrus dari 4.67 menjadi 3.67 hari juga mampu meningkatkan rata-rata jumlah anak yang dihasilkan dari 3 ekor menjadi 8.33 ekor.

Kondisi ini diduga disebabkan pada mencit afkir kemampuan untuk memproduksi asam-asam amino dan zat-zat makanan untuk kebutuhan produksi dan reproduksi mengalami penurunan sehingga diperlukan tambahan zat-zat gizi yang berasal dari luar tubuh. Pemberian esktrak rumput Kebar mampu menyuplai kebutuhan gizi untuk produksi dan aktivitas reproduksi, sehingga mencit afkir dapat meningkatkan rata-rata kualitas produksi dan reproduksinya. Sekalipun demikian suplai zat-zat gizi dibutuhkan dalam waktu yang relatif lebih lama sehingga kebutuhan gizi yang diperlukan tersedia dalam jumlah yang cukup.

(49)

25

sangat dibutuhkan untuk produksi dan reproduksi sehingga mampu dalam menjaga proses perkembangan embrio sampai lahir.

Penelitian Utama

Siklus dan Lama Estrus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ekstrak rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) dosis 1 (D1) , dosis 2 (D2), dosis 3 (D3) memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap siklus estrus dan lama estrus mencit putih betina (Mus musculus albinus).

Pemberian ekstrak rumput Kebar D1, D2 dan D3, nyata (P<0.05) memperpendek rata-rata lama estrus masing-masing 4.00 ± 0.00 hari dibandingkan kontrol dengan lama estrus rata-rata 5 hari. Pada parameter panjang estrus, perlakuan D2, dan D3 nyata (P<0.05) memperpanjang lama estrus rata-rata 63.60 ± 9.88 jam dan 63.60 ± 5.80 jam dibandingkan D1 dan kontrol dengan masing-masing panjang estrus 52.80 ± 6.20 jam dan 33.60 ± 9.47 jam (Tabel 5).

Berdasarkan data pada Tabel 5 terlihat bahwa perlakuan D1, D2 dan D3 mampu memperpendek rata-rata siklus estrus dari 4.70 – 4.80 hari sebelum perlakuan menjadi rata-rata 4 hari selama perlakuan, sedangkan pada mencit putih yang tidak diberikan esktrak rumput Kebar tidak terjadi perubhan rata-rata siklus estrus yaitu 4.6 hari. Selanjutnya pada parameter lama estrus perlakuan D1, D2 dan D3 pemberian ekstrak rumput Kebar mampu menambah lama estrus selama perlakuan dibandingkan dengan sebelum perlakuan. Selanjutnya terlihat bahwa peningkatan dosis akan meningkatkan rata-rata lama estrus.

Tabel 5 Rata-rata siklus dan lama estrus

Parameter Perlakuan

Siklus estrus (hari) Lama estrus (jam)

Sebelum Selama Sebelum Selama

Kontrol 4.60± 0.52 a 4.60 ± 0.52a 31.2 ± 4.37 a 33.60 ± 9.47c

0.045 mg/bb 4.70± 0.48 a 4.00 ± 0.00b 31.2 ± 5.51 a 52.80 ± 6.20b

0.090 mg/bb 4.70± 0.48 a 4.00 ± 0.00b 32.4 ± 5.80 a 63.60 ± 9.88a

0.135 mg/bb 4.80± 0.42 a 4.00 ± 0.00b 33.6 ± 6.45 a 63.60 ± 5.80a

Keterangan : a,b,c,= huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05) Analisis statistik lampiran 1.

(50)

26

Pada penelitian ini terlihat bahwa perlakuan pemberian ekstrak rumput Kebar D1, D2 dan D3 mampu memperpendek rata-rata siklus estrus namun masih berada dalam kisaran normal siklus estrus mencit. Sekalipun demikian, perlakuan D1, D2 dan D3 mampu memperpanjang lama estrus dibandingkan dengan tanpa pemberian ekstrak rumput Kebar (kontrol).

Menurut Toelihere (1985), siklus estrus dibagi menjadi 4 fase, yaitu fase

proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Fase proestrus adalah fase sebelum

estrus yaitu periode dimana folikel de Graaf bertumbuh di bawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol yang makin bertambah. Fase ini sering disebut sebagai fase folikuler. Fase estrus ditandai dengan keinginan kawin dan penerimaan pejantan oleh hewan betina untuk berkopulasi. Pada fase ini folikel de Graaf membesar dan menjadi matang. Fase ini estradiol yang berasal dari folikel de Graaf yang matang, akan menyebabkan perubahan-perubahan pada saluran reproduksi betina. Dalam selang waktu siklus estrus akan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan dan pematangan folikel serta menghasilkan sejumlah estradiol dari ovarium yang distimulasi oleh FSH. Folikel yang telah matang akan distimulasi oleh LH dan akan terjadi ovulasi. Folikel yang tidak terovulasi akan mengalami atresia

(51)

27

rumput Kebar akan perkembangan folikel ayam buras, karena diduga

mengandung saponin yang merupakan bahan dasar untuk sintesis hormon-hormon steroid.

Steroid dalam darah akan menyebabkan sel-sel granulosa menjadi sensitif terhadap gonadotropin dan menstimulas proliferasi dan diferensiasi sel-sel granulosa. Kondisi tersebut akan mempengaruhi aksis hiphothalamus-pituitaria menyebabkan kenaikan konsentrasi LH dan meningkatkan frekuensi pelepasan sampai mencapai puncak (Indrasari, 2003).

Fase estrus dipengaruhi mekanisme hormonal yaitu berhubungan antara hormon-hormon hipotalamus-hipofisis (GnRH, LH, FSH), hormon-hormon ovarial (estradiol dan progesteron) dan hormon uterus (prostaglandin). Telah dilaporkan oleh beberapa peneliti sebelumnya bahwa pada saat estrus konsentrasi estrogen meningkat sesuai dengan pertumbuhan folikel de Graaf, dan selanjutnya di bawah pengaruh serta peran LH yang disekresikan dari hipofisis anterior terjadilah ovulasi dan selanjutnya terjadi pembentukan corpus luteum (CL). Pada waktu CL telah mencapai ukuran maksimal dan fungsional akan terjadi peningkatan konsentrasi progesteron.

Telah diketahui bahwa semakin lama estrus semakin besar kesempatan jumlah sel telur yang diovulasikan. Menurut Hafez (1987) makin tinggi angka ovulasi, makin besar peluang fertilisasi yang akan terjadi sehingga lebih banyak embrio yang dihasilkan. Pada penelitian ini diduga ekstrak rumput Kebar mampu meningkatkan jumlah hormon estradiol sehingga merangsang peningkatan hormon estrogen yang berfungsi menginduksi ovulasi.

Menurut Manalu dan Sumaryadi (1995), estradiol, progesteron serta faktor pertumbuhan lain merupakan perangsang pertumbuhan jaringan uterus untuk mempersiapkan perubahan biokimia uterus sebelum implantasi. Pada penelitian ini terlihat kecenderungan peningkatan dosis ekstrak rumput Kebar akan meningkatkan rata-rata lama estrus.

(52)

28

Jumlah Embrio

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ekstrak rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) dosis 1 (D1) , dosis 2 (D2), dosis 3 (D3) memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap perkembangan embrio mencit putih betina (Mus musculus albinus).

Rata-rata jumlah embrio (total embrio) yang dihasilkan pada perlakuan dosis 3 (rata-rata 11.14 ± 1.68 embrio) nyata lebih banyak dibandingkan dosis 1,

dosis 2 dan kontrol (P<0.05) (masing-masing 8.57 ± 1.81, 8.86 ± 1.21 dan 8.14 ± 6.94 embrio). Hal ini didukung oleh kualitas embrio yaitu jumlah embrio

yang mampu berkembang mencapai tahap morula sampai blastosis pada perlakuan 2 dan 3 (masing-masing 8.71 ± 1.11 dan 10.86 ± 1.68 embrio) nyata

lebih banyak (P<0.05) dibandingkan dengan pada perlakuan dosis 1 dan kontrol (masing-masing 7.14 ± 3.53 dan 5.43 ± 2.30) (Tabel 6).

Tabel 6 Rata-rata jumlah embrio

Parameter

Keterangan : a = huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05) Analisis statistik lampiran 2.

Data pada Tabel 6 menunjukkan rata-rata jumlah embrio (total embrio) yang dihasilkan pada dosis 3 (11.14 ± 1.68 embrio) nyata lebih banyak dibandingkan dosis 1, dosis 2 dan kontrol (P<0.05) (masing-masing 7.43 ± 2.88, 8.86 ± 1.21dan 7.00 ± 2.00 embrio). Hal ini didukung oleh kualitas embrio yaitu jumlah embrio yang mampu berkembang mencapai tahap blastosis pada dosis 2 dan 3 (masing-masing 8.71 ± 1.11 dan 10.86 ± 31.68 embrio) nyata lebih banyak (P<0.05) dibandingkan dengan dosis 1 dan kontrol (masing-masing 7.14 ± 3.53 dan 5.43 ± 2.30).

Gambar

Gambar 1  Rumput Kebar (Biophytum petersianum, Klotzsch).
Tabel  1  Data biologis dan reproduksi mencit laboratorium
Gambar  3  Alur penelitian.
Tabel 2  Komposisi kimia rumput  Kebar  (Biophytum petersianum Klotzsch)
+6

Referensi

Dokumen terkait

PANITIA PENGADAAN BARANG DAN JASA DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN dengan ini mengundang Direktur / Direktris untuk menghadiri :. Lanjutan Peningkatan Jalan

Jika telah masuk halaman Pemesana Tiket customer sebelumnya harus melihat daftar harga yang telah ada sehingga customer tahu berapa harga tiket yang akan di

Kompos serbuk gergaji yang dicampurkan dengan tanah (1:1) dapat digunakan sebagai media tanam pada tanaman kehutanan (A. Batubara dan arang dalam bentuk bubuk

Demikian juga untuk menghitung kelilingnya harus mencari dulu panjang sisi dengan bantuan garis bantu yang membentuk sudut 90' berdasarkan bidang G dan H untuk mencari rusuk sisi

Rerata produktivitas jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dengan media tambahan limbah tongkol jagung (Zea mays L) paling tinggi pada perlakuan penambahan limbah tongkol

Saya selalu merasa resah apabila atasan saya menyuruh melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan standar perusahaan. Saya merasa resah apabila pekerjaan tersebut tidak

Rata-rata pemahaman konsep ilmiah adalah sebesar 25% sedangkan 75% adalah miskonsepsi dan bukan miskonsepsi (hanya mengulang soal sebagai alasan). Dari 20 konsep

Menurut William Brownell (1935) bahwa belajar itu pada hakekatnya merupakan suatu proses yang bermakna. Ia mengemukakan bahwa belajar matematika itu harus merupakan