• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Pengukuran Waktu Kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II Pengukuran Waktu Kerja"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Pengukuran Waktu Kerja

Pengukuran waktu kerja adalah pengukuran yang dilakukan pada suatu aktivitas atau kegiatan seorang operator dalam menyelesaikan pekerjaannya. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang pengukuran waktu kerja.

2.1.1 Definisi Pengukuran Waktu Kerja

Pengukuran waktu merupakan usaha untuk mengetahui berapa lama yang dibutuhkan operator untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan wajar dan dalam rancangan sistem kerja yang terbaik. Pengukuran waktu kerja dituju untuk menetapkan metode-meode pengkuran waktu kerja. Selain itu pengukuran waktu kerja bertujuan untuk mengevaluasi dan mengoptimalkan suatu pekerjaan.

Menurut Sritomo (2002) teknik pengukuran waktu kerja dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Pengukuran waktu kerja secara langsung, yaitu pengukuran dilakukan secara langsung di tempat dimana pekerjaan yang diukur sedang berlangsung;

2. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung : pengukuran yang dilkukan tanpa di pengamat harus berada di tempat kerja yang diukur sedang berlangsung namun pengamat harus memahami proses pekerjaan yang diukur.

(2)

kurang tepat dapat menyebabkan kehilangan waktu, sehingga diperlukan pengukuran tambahan atau pengukuran ulang dengan metode yang lebih tepat.

Secara garis besar urutan pengukuran waktu kerja dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Urutan Pengukuran Waktu Kerja

2.1.2 Pengukuran Waktu Kerja Secara Langsung

Pada pengukuran kerja langsung dimana setiap aktivitas yang dilakukan sesuai dengan lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Pengukuran ini dapat dengan menggunakan jam henti (stopwatch time study) atau dengan menggunakan sampling kerja lainnya. Hal ini tentunya dipertimbangkan sebgai langkah yang tidak efisien, karena bagaimanapun berbagai macam pekerjaan/operasi akan memiliki elemen-elemen kerja yang tidak sama.

Berikut dibawah ini akan dibahas secara singkat kedua metode pengukuran waktu kerja secara langsung ini.

a. Metode Jam Henti (Stopwatch time study)

(3)

b. Sampling Pekerjaan (Work Sampling)

Work sampling adalah suatu aktifitas pengukuran kerja untuk mengestimasikan proporsi waktu yang hilang (idle/delay) selama siklus kerja berlangsung atau untuk melihat proporsi kegiatan tidak produktif yang terjadi (ratio delay study). Pengamatan dilaksanakan secara random selama siklus kerja berlangsung untuk beberapa saat tertentu. Sebagai contoh aktivitas ini sering kali diaplikasikan guna mengestimasikan jumlah waktu yang diperlukan atau harus dialokasikan guna memberi kelonggaran waktu (allowances) untuk personal needs, melepas lelah ataupun unavoidable delays.

2.1.3 Pengukuran Waktu Kerja Secara Tidak Langsung

Pengukuran kerja secara tidak langsung adalah pengukuran kerja dengan menggunakan metode standar data. Pengukuran kerja secara tidak langsung antara lain menggunakan:

a. Data Waktu Baku (standard data)

Metode ini biasanya digunakan untuk mengukur kerja mesin atau satu operasi tertentu saja, diman data yang diperoleh sama sekali tidak bisa digunakan untuk jenis operasi lainnya. Oleh karena itu, metode ini khusus diaplikasikan untuk elemen kegiatan konstan seperti set-up, loading/unloading, handling machine dan sebagainya.

Keuntungan dari metode ini yaitu akan mengurangi aktifitas pengukuran kerja tertentu, mempercepat proses yang diperlukan untuk penetapan waktu baku yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan.

(4)

Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung dengan data waktu gerakan yaitu pengukuran waktu yang tidak langsung berdasarkan elemen-elemen pekerjaaannnya, melainkan berdasarkan elemen-elemen gerakannya. Elemen gerkan timbul dari gagasan konsep Therbligs yang dikemukakan oleh Frank dan Lilian Gilberth.

Secara garis besar masing-masing gerakan Therbligs dapat didefinisikan sebagai berikut (Wignjosoebroto, 1995)

1. Mencari. 10. Memeriksa.

2. Memilih. 11. Merakit.

3. Memegang (Grasp). 12. Mengurai Rakit.

4. Menjangau/Membawa Tanpa Beban. 13. Memakai.

5. Membawa Dengan Beban. 14. Kelambatan yang Tidak Terhindarkan. 6. Memegang Untuk Memakai. 15. Kelambatan yang Dapat Terhindarkan.

7. Melepas. 16. Merencanakan.

8. Mengarahkan. 17. Istirahat Untuk Menghilangkan Lelah. 9. Mengarahkan Awal.

Menetapkan waktu baku dengan pengukuran metode ini menggunakan data waktu gerakan yang terdiri atas sekumpulan data waktu dan prosedur sistematis yang dilakukan dengan menganalisa dan membagi setiap operasi kerja yang dilakukan secara manual kedalam gerakan-gerakan kerja, gerakan anggota tubuh/gerakan-gerakan manual lainnya.

Data waktu gerakan ini terdiri dari: a) Work Faktor (WF) System

(5)

(Preposition), Merakit (Assembly), Lepas Rakit (Diassemble), Memakai (Use), Melepaskan (Release), dan Proses Mental (Mental Process), sesuai dengan pekerjaan yang bersangkutan.

b) Maynard Operation Sequece Time (MOST System)

Atau lebih sederhana dikatakan sebagai perpindahan objek. Dalam metode MOST objek dipindahkan menurut dua cara:

1) Diambil dan dipindahkan secara bebas.

2) Diambil dan digerakkan dengan menggeser diatas permukaan benda lain

Untuk tiap tipe kegiatan bisa terjadi urutan gerakan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu dilakukan pemisahan model urutan kegiatan dalam metode MOST.

Tabel 2.1 Maynard Operation Sequece Time (MOST system)

Manual Handling

Activity Seguence Model Subactivities General Move ABG ABP A A - Action Distances

B - Body Motion G - Gain Control P – Place

Controlled Move ABG MXIA M - Move controlled X - Process time

c) Motion Time Measurement ( MTM System )

(6)

metode pengukuran kerja secara tidak langsung yang dapat digunakan dalam penentuan waktu kerja.

Keistimewaan MTM dibandingkan pengukuran waktu kerja yang lain ialah dapat menentukan waktu penyelesaian suatu pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dilakukan, karena dalam perhitungan MTM digunakan tabel-tabel waktu kerja berdasarkan elemen-elemen kerja yang telah distandarkan. Akan tetapi, dalam proses pengidentifikasian gerakan kerja dalam MTM perlu dilakukan simplifikasi karena proses identifikasi tersebut kurang efektif dan efisien untuk dilakukan secara manual dan sulit dilakukan oleh orang yang masih awam dengan metode MTM.

2.2 Peta Kerja

Peta kerja merupakan suatu alat yang sistematis dan jelas untuk mengkomunikasikan lantai produksi secara luas guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir. Berikut adalah penjelasn lebih lanjut mengenai peta kerja.

2.2.1 Definisi Peta Kerja

Peta kerja atau sering disebut peta proses (process chart) merupakan alat komunikasi yang sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir. Melalui peta proses ini dapat diperoleh informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki metoda kerja.

(7)

pemeriksaan dan perakitan sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap atau merupakan bagian dari suatu produk lengkap.

Berdasarkan peta kerja ini pula kita bisa melihat semua langkah-langkah yang dialami oleh suatu benda kerja dari saat mulai masuk ke lokasi kegiatan kemudian menggambarkan semua langkah-langkah aktivitas yang dialaminya seperti transportasi, operasi kerja, inspeksi, menunggu, dan menyimpan, sampai akhirnya menjadi produk akhir ( finished goods product) yang merupakan hasil yang diinginkan.

2.2.2 Lambang-Lambang Peta Kerja

Menurut catatan sejarah, peta-peta kerja yang ada sekarang ini dikembangkan oleh Gilberth. Pada saat itu, untuk membuat suatu peta kerja, Gilberth mengusulkan 40 buah lambang yang bisa dipakai. Pada tahun berikutnya jumlah lambang tersebut disederhanakan sehingga hanya tinggal 4 macam saja. Namun pada tahun 1947 American Society of Mechanical Engineers (ASME) membuat standar lambing-lambang yang terdiri atas 5 macam lambing-lambang yang merupakan modifikasi dari yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Gilberth (Sutalaksana, 2006, hal. 17). Lambang-lambang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Operasi

Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawi. Mengambil informasi maupun menberikan informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi. Operasi merupakan kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu mesin atau sistem kerja.

2. Pemeriksaan

(8)

membandingkan objek tertentu dengan suatu standar. Suatu pemeriksaan tidak menjuruskan bahan kearah menjadi suatu barang jadi.

3. Transportasi

Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi.

4. Menunggu

Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja ataupun perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu (biasanya sebentar).

5. Penyimpanan

Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja di simpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Lambang ini digunakan untuk menyatakan suatu objek yang mengalami penyimpanan permanen, yaitu ditahan atau dilindungi terhadap pengeluaran tanpa izin tertentu.

Selain kelima lambang standar diatas, kita bisa menggunakan lambang lain apabila merasa perlu untuk mencatat suatu aktivitas yang memang terjadi selama proses berlangsung dan tidak terungkapkan oleh lambang-lambang tadi. Lambang tersebut ialah:

6. Aktivitas gabungan

(9)

2.2.3 Macam-Macam Peta Kerja

Pada dasarnya peta-peta kerja yang ada sekarang bisa dibagi dalam dua kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu:

1. Peta-Peta Kerja Keseluruhan

Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan keseluruhan. Berikut ini adalah peta kerja yang termasuk peta kerja keseluruhan:

a. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart) b. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) c. Peta Proses Regu Kerja (Gang Process Chart) d. Diagram Aliran (Flow Diagram)

e. Diagram rakitan (Assembly chart)

2. Peta-Peta Kerja Setempat

Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja setempat. Berikut ini adalah peta kerja yang termasuk peta kerja setempat:

a. Peta Pekerja dan Mesin (Man and Machine Process Chart)

b. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan (Left and Right Process Chart)

Dalam hal ini tentunya kita harus bisa membedakan antara kegiatan kerja keseluruhan dan kegiatan kerja setempat.

2.2.4 Peta-Peta Kerja Keseluruhan (PPKK)

(10)

a) Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)

Peta proses operasi adalah peta kerja yang menggambarkan urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut ke dalam elemen-elemen operasi secara detail. Dengan demikian seluruh operasi kerja dapat digambarkan dari awal sampai menjadi produk akhir, sehingga analisa perbaikan dari masing-masing operasi kerja secara individual maupun urut-urutannya secara keseluruhan akan dapat dilakukan.

Kegunaan dari peta proses operasi yaitu: bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya, bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku, sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik, sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai.

b) Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)

Peta aliran proses adalah suatu peta yang menggambarkan semua aktivitas baik aktivitas produktif maupun tidak produktif yang terlibat dalam proses pelaksanaan kerja. Metode penggambaran hampir sama dengan Peta Proses Operasi hanya saja disini akan jauh lebih lengkap. Tidak seperti peta proses operasi yang hanya menggambarkan aktifitas yang produktif (kegiatan operasi dan inpeksi), maka Peta Aliran Proses ini juga akan menggambarkan aktifitas-aktifitas yang tidak produktif seperti transportasi, delay dan penyimpanan.

Kegunaan dari peta aliran proses yaitu: bisa digunakan untuk mengetahui aliran bahan, peta ini bisa memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian atau suatu proses prosedur, sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode kerja

(11)

Peta ini bisa digunakan dalam suatu tempat kerja di mana untuk melaksanakan pekerjan tersebut memerlukan kerjasama yang baik dari

sekelompok pekerja. Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa peta proses kelompok kerja merupakan kumpulan dari beberapa peta aliran proses dimana tiap peta aliran proses tersebut menunjukan satu seri keja dari seorang operator.

Peta ini dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis aktivitas suatu kelompok kerja. Diatas telah terurai bahwa masalah utama dengan adanya kerja sama antara sekelompok orang dimana satu aktivitas-aktivitas menunggu (delay). Dengan berkurangnya waktu menunggu berarti kita bisa mencapai tujuan lain yang lebih nyata diantaranya: bisa mengurangi ongkos produksi atau proses, bisa mempercepat waktu penyelesaian produksi atau proses.

d) Diagram Aliran (Flow Diagram)

Diagram aliran merupakan suatu gambaran menurut skala, dari susunan lantai dan gedung yang menunjukan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi dalam peta aliran proses. Aktifitas yang berarti pergerakan suatu material atau orang dari suatu tempat ke tempat berikutnya, dinyatakan oleh garis aliran dalam diagram tersebut. Arah aliran digambarkan oleh anak panah kecil pada garisan tersebut.

Kegunaan dari diagram aliran yaitu: lebih memperjelas suatu peta aliran proses, apalagi jika arah aliran merupakan faktor yang penting, menolong dalam perbaikan tata letak tempat kerja.

e) Diagram Rakitan (Assembly Chart)

Diagram rakitan (assembly chart) adalah gambaran grafis dari urut-urutan aliran komponen dan rakitan bagian ke dalam rakitan suatu produk.

(12)

Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja setempat apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas.

a) Peta Pekerja dan Mesin (Man and Machine Process Chart)

Dalam beberapa hal, hubungan anatara operator dan mesin sering bekerja secara silih berganti, yaitu sementara mesin menganggur, operator bekerja atau sebaliknya. Waktu menganggur adalah suatu kerugian. Oleh karena itu, waktu menganggur baik pada pekerja maupun mesin harus dihilangkan atau setidaknya diminimumkan. Namun tentunya harus masih berada dalam batas-batas kemampuan manusia dan mesinnya

Kegunaan dari peta pekerja dan mesin yaitu: mengubah tata letak tempat kerja, mengatur kembali gerakan-gerakan kerja, merancang kembali mesin dan peralatan, menambah pekerja bagi sebuah mesin atau sebaliknya, menambah mesin bagi seorang pekerja.

Lambang-lambang yang dipakai peta pekerja mesin ini berbeda dengan jenis peta kerja lainnya, seperti terlihat dibawah ini:

Menunjukkan Waktu Menganggur

Digunakan untuk menyatakan pekerja atau mesin yang sedang menganggur atau salah satu sedang menunggu yang lain.

Menunjukkan kerja Independent

Jika ditinjau dari pekerja, keadaan ini menunjukkan keadaan seorang pekerja yang sedang bekerja dan independen dengan mesin dan pekerja lainnya.

(13)

Jika ditinjau dari pihak pekerja, lambang ini digunakan apabila di antara operator dan mesin atau dengan operator lainnya sedang bekerja bersama-sama. Jika ditinjau dari pihak mesin, berarti: selama bekerja, mesin tersebut memerlukan pelayanan dari operator (mesin manual).

b) Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan (Left and Right Process Chart)

Peta tangan kiri dan tangan kanan adalah peta yang menggambarkaan seluruh elemen-elemen gerakan pada saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan. Selain itu, peta tangan kiri dan tangan kanan juga menunjukkan perbandingan antara tugas yang dibebankan pada tangan kiri dan tangan kanan ketika melakukan pekerjaan. Melalui peta ini dapat melihat semua operasi secara lengkap yang berarti mempermudah perbaikan operasi tersebut.

Pada dasarnya, peta tangan kanan dan tangan kiri berguna untuk memperbaiki sitem kerja. Selain itu, peta ini memiliki kegunaan yang lebih khusus, yaitu sebagai berikut (Sutalaksana, 2006, hal 51):

1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan serta mengurangi kelelahan. 2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan

tidak produktif dan tentunya akan mempersingkat waktu. 3. Sebagai alat untuk menganalisis tata letak sistem kerja.

4. Sebagai alat untuk melatih pekerja-pekerja yang baru dengan cara kerja yang ideal.

(14)

Waktu merupakan elemen yang sangat menentukan dalam merancang atau memperbaiki suatu sistem kerja. Peningkatan efisiensi suatu sistem kerja mutlak berhubungan dengan waktu kerja yang digunakan da1am berproduksi.

Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan.

2.3.1 Pengukuran Pendahuluan

Pengukuran pendahuluan merupakan hal yang harus dilakukan untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan. Setelah pengukuran tahap pertama dilakukan, selanjutnya dilakukan uji keseragaman data, perhitungan jumlah pengukuran yang diperlukan, dan bila jumlah belum mencukupi dilanjutkan dengan pengukuran pendahuluan tahap kedua dan seterusnya sampai pengukuran mencukupi tingkat ketelitian dan keyakinan yang dikehendaki. Langkah-langkah pemrosesan hasil pengukuran pendahuluan adalah:

1. Mengkelompokkan hasil pengukuran ke dalam beberapa subgroup dan hitung rata-rata dari tiap subgroup

´

X k=

Xi

n

………...(1)

2. Menghitung rata-rata dari rata-rata subgroup

´

X=

X k´

k

.

………...(2)

(15)

σ=

(Xi− ´X)

2

N−1 ……….………...

(3)

4. Pengujian Keseragaman Data

Suatu data dikatakan seragam jika semua data berada diantara dua batas kontrol, yaitu yaitu batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Adapun perumusan dari batas kontrol atas dan batas kontrol bawah adalah sebagai berikut (Wignjosoebroto,

5. Pengujian Kecukupan Data

Uji kecukupan data dilakukan untuk mendapatkan apakah jumlah data hasil pengamatan cukup untuk melakukan penelitian. Untuk menghitung banyaknya pengukuran yang diperlukan untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% adalah sebagai berikut (Barnes, 1980).

(16)

6. Penyesuaian dan Kelonggaran

Faktor penyesuaian adalah teknik untuk menyamakan waktu hasil observasi terhadap seorang operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan waktu yang diperlukan oleh operator normal dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut (Niebel, 1988). Menurut Sutalaksana (1979) besarnya harga faktor penyesuaian (p) memiliki tiga batasan, yaitu:

1. p > 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal (terlalu cepat)

2. p < 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di bawah normal (terlalu lambat)

3. p = 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar

Ada banyak metode yang digunakan untuk menentukan faktor penyesuaian. Berikut merupakan beberapa metode dalam menentukan besar faktor penyesuaian yang umumnya digunakan (Wignjosoebroto, 2000):

a. Metode Skill and Effort Rating

b. Metode Westinghouse

c. Metode Syntetic Rating

d. Performance Rating atau Speed Rating

e. Metode Obyektif

Pemberian kelonggaran dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada operator untuk melakukan hal-hal yang harus dilakukannya, sehingga waktu baku yang diperoleh dapat dikatakan data waktu kerja yang lengkap dan mewakili sistem kerja yang diamati. Kelonggaran yang diberikan antara lain:

(17)

b. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah (fatique).

c. Kelonggaran untuk hal-hal yang tidak dapat dihindarkan.

4. Waktu Siklus

Waktu siklus atau cycle time adalah waktu yang diperlukan untuk membuat satu unit produk pada satu stasiun kerja (Purnomo, 2003). Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan elemen-elemen kerja pada umumnya akan sedikit berbeda dari siklus ke siklus lainnya, sekalipun operator bekerja pada kecepatan normal atau uniform, tiap-tiap elemen dalam siklus yang berbeda tidak selalu akan bisa diselesaikan dalam waktu yang persis sama.

5. Waktu Normal

Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada tempo kerja yang normal (Wignjosoebroto, 2000).

6. Waktu Baku

Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. (Wignjosoebroto, 2003). Penentuan waktu baku untuk menentukan target produksi ini dilakukan dengan cara pengukuran langsung dengan menggunakan jam henti. Pengukuran dilakukan dikarenakan di dalam melakukan pekerjaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak dapat dihindari baik faktor dari dalam maupun dari luar perusahaan. Waktu baku didapatkan dengan mengalikan waktu normal dengan kelonggaran (allowance).

(18)

Gambar

Gambar 2.1 Urutan Pengukuran Waktu Kerja
Tabel 2.1 Maynard  Operation Sequece Time  (MOST system)

Referensi

Dokumen terkait

Beban kerja yang mengakibatkan kelelahan tersebut dapat diukur melalui pengukuran kerja fisiologis, yaitu pengukuran dari segi fisiologis manusia yang dilihat dari

Pada peta kerja tangan kanan dan tangan kiri layout 2, terjadi perbedaan waktu total antara PTKTK layout 1, hal ini disebabkan karena layout yang berbeda,

Terlihatlah bahwa waktu yang lama untuk menentukan waktu baku seperti yang terdapat pada pengukuran waktu jam henti dan sampling kerja, biaya yang tinggi seperti pada

Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu- waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah

Dengan demikian maka waktu yang dihasilkan dalam aktifitas pengukuran kerja ini akan dapat digunakan sebagai alat untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang menyatakan berapa

Diharapkan dengan adanya pengukuran kerja menggunakan metode work sampling ini dapat diketahui waktu standar kerja sehingga dapat ditentukan jumlah tenaga kerja

Pengukuran beban kerja tenaga kerja dengan metode work sampling untuk menghitung waktu baku, produksi standar, beban kerja dan jumlah tenaga kerja yang

Tujuan pengukuran waktu kerja ini adalah untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian dari suatu pekerjaan, dimana pengertiannya adalah waktu yang diperlukan secara wajar oleh