• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. LANDASAN TEORI PENGERTIAN PERAMALAN (FORECASTING) Peramalan atau forecasting adalah proses perkiraan (pengukuran)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "II. LANDASAN TEORI PENGERTIAN PERAMALAN (FORECASTING) Peramalan atau forecasting adalah proses perkiraan (pengukuran)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGERTIAN PERAMALAN (FORECASTING)

Peramalan atau forecasting adalah proses perkiraan (pengukuran) demand masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu.

Peramalan adalah dasar dari segala jenis perencanaan dimana hal ini sangat diperlukan untuk lingkungan yang tidak stabil yaitu menjembatani antara perusahaan (sistem) dengan konsumen (lingkungan).

Perkiraan atau pengukuran dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Perkiraan secara kualitatif biasanya menggunakan pendapat dari para ahli pada bidangnya, sedangkan perkiraan secara kuantitatif menggunakan metode statistik dan matematik yang selanjutnya metode ini banyak dipakai hingga saat ini dengan nama metode Time Series.

Pemilihan terhadap suatu model peramalan berdasarkan karakteristik data masa lalu yang ada, dimana data tersebut harus diplotting untuk dapat diketahui karakteristiknya. Setelah diketahui karakteristiknya maka dapat dipilih model yang tepat untuk data tersebut, jika dari data tersebut model peramalan yang digunakan melebihi satu model maka kita akan uji kesalahan ramalan terkecilnya yaitu menyeleksinya sebagai bagian ramalan.

Untuk mengetahui kesalahan data digunakan Mean Absolute Deviation (MAD), dimana MAD adalah rata-rata kesalahan absolut

(2)

7

MAD terjadi dari memisahkan jumlah pengamatan dalam jumlah simpangan mutlak. Adapun rumus dari keduanya adalah sebagai berikut:

Z l Y / - F / |

MAD = -^ (2 n

dimana:

Yt = permintaan aktual untuk periode ke t Ft = ramalan permintaan untuk periode ke t n = jumlah periode

1.1. Metode Dekomposisi Multiplikatif

Metode dekomposisi digunakan untuk meramalkan time series yang menunjukkan adanya pola trend dan pengaruh musiman. Metode ini menguraikan time series ke dalam beberapa faktor seperti trend, seasonal, siklus dan acak. Metode dekomposisi multiplikatif digunakan

untuk data yang menunjukkan kenaikan dan penurunan variasi seasonal secara acak. Model untuk metode ini digambarkan sebagai berrikut:

Y, = TR, x SN, x Ir, dimana:

Yt = permintaan aktual pada periode t TRt = komponen trend pada periode t SNt = komponen musiman pada periode t Ir, = komponen acak pada periode t

(3)

STUDI PENGUKURAN KKRJA

Penelitian kerja dan analisa metode kerja pada dasarnya akan memusatkan perhatiannya dan bagaimana suatu macam pekerjaan akan diselesaikan. Dengan mengaplikasikan prinsip dan teknik pengaturan cara kerja yang optimal dalam sistem tersebut, maka akan diperoleh altematif metode pelaksanaan kerja yang dianggap memberikan hasil yang paling efektifdanefisien.

Untuk menghitung waktu baku atau standard time penyelesaian pekerjaan guna memilih altematif metode kerja yang terbaik, maka perlu ditetapkan prinsip-prinsip dan teknik pengukuran kerja.

Waktu baku ini merupakan waktu baku yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Disini untuk mendapatkan waktu baku dipilih seorang pekerja/ operator yang memiliki waktu kerja dengan tingkat kemampuan rata- rata dibandingkan dengan pekerja/operator yang lainnya. Bila operator yang diamati selama dilakukan studi waktu pengukuran kerja dinilai keliru atau salah dan dianggap bekerja dengan langkah yang lebih rendah dari konsep normal analisis studi waktu, maka waktu yang disediakan akan lebih singkat jika pekerja lebih cepat dari normal, demikian juga sebaliknya. Maka disini kita akan melihat pengaruh yang besar yang dapat ditimbulkan oleh langkah penelitian yang salah dalam memilih seorang operator untuk diambil waktu standamya.

(4)

9

Dalam menentukan waktu baku ini didalamnya sudah meliputi kelonggaran yang dibenkan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan tersebut. Dengan demikian maka waktu yang dihasilkan dalam aktifitas pengukuran kerja ini akan dapat digunakan sebagai alat untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang menyatakan berapa lama suatu kegiatan ini harus berlangsung dan berapa output yang akan dihasilkan serta berapa pula tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Pada garis besamya teknik-teknik pengukuran kerja dapat dibagi atau dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu:

a. Pengukuran waktu kerja secara langsung.

b. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung.

2.1. Pengukuran Waktu Kerja Secara Langsung

Disebut pengukuran waktu kerja secara langsung. karena pengukurannya dilakukan secara langsung, yaitu dilakukan ditempat dimana pekerjaan yang diukur dijalankan. Dalam pengukuran waktu kerja secara langsung ada dua cara, yaitu:

a. Cara pengukuran kerja dengan menggunakan jam henti (Slop Watch Time Study)

b. Cara pengukuran kerja dengan menggunakan sampling kerja (Work Sampling)

(5)

Pengukuran waktu kerja secara langsung, terutama pengukuran dengan jam henti antara lain aktifitas yang mengawali dan menjadi landasan

untuk kegiatan-kegiatan pengukuran yang lain.

2.2. Pengukuran Waktu Kerja Secara Tidak Langsung

Disebut pengukuran waktu kerja secara tidak langsung karena didalamnya melakukan perhitungan waktu kerja tanpa si pengamat harus berada di temnpat yang diukur. Disini aktifitas yang dilakukan hanya melakukan perhitungan waktu kerja dengan membaca tabel-tabel waktu yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen- elemen pekerjaan atau elemen gerakan. Cara ini bisa dilakukan dalam aktifitas data waktu baku atau standard time dan data waktu gerakan atau predetermined time system.

2 3 . Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti

Pengukuran waktu kerja dengan jam henti atau Stop Watch Time Study diperkenalkan oleh Frederick W.Taylor sekitar abad 18 yang lalu.

Metode ini terutama baik sekali diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana waktu ini akan dipergunakan sebagai suatu standar menyelesaikan pekerjaan yang sama seperti itu.

(6)

I I

2.4. Prosedur Yang Digunakan Dalam Pengukuran Kerja Dengan Jam Henti.

Beberapa yang akan diuraikan merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam perhitungan waktu baku berdasarkan stop watch time study, yang dilakukan untuk memperoleh hasil study yang baik dan bisa

dipercaya.

2.4.1. Pengukuran pendahuluan.

Dalam hal ini kita harus mengetahui apa maksud dan tujuan pengukuran kerja ini. Setelah itu kita melihat proses produksinya dan membagi operasi kerja ke dalam elemen-elemen kerja sedetail-detailnya, tetapi masih dalam kemudahan untuk diamati atau diukur. Kemudian dilakukan pengukuran pendahuluan yairu mencatat waktu kerja dari setiap elemen kerja tersebut. Tujuan dari pengukuran pendahuluan ini adalah tidak lain untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan sesuai penetapan tujuan pengukuran.

2.4.2. Uji kenormalan data.

Data yang telah diambil dilakukan pengujian kenormalan dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan personal komputer melalui program Statgrafics, disini didapatkan rata-rata, standar deviasi dan DN. Data dikatakan normal jika DN yang dihasilkan (DN hit) < DN tabel.

(7)

2.4.3. Uji keseragaman data.

Pengujian keseragaman data secara teoritis adalah berdasarkan teori-teori statistik tentang peta-peta kontrol yang biasa diterapkan pada pengendalian kualitas. Pengukuran waktu kerja dilakukan terhadap suatu sistem kerja dan dari sistem kerja inilah waktu penyelesaian kerja dicari. Data dikatakan seragam jika data-data yang telah diambil berada diantara batas kontrol. Data dikatakan tidak seragam apabila data tersebut diluar batas kontrol dan data tersebut harus dibuang atau diabaikan.

Rumus berikut ini akan memberikan cara yang lebih sederhana untuk mengevaluasi kesalahan penyimpangan terhadap nilai waktu rata-rata dari suatu elemen kerja yang diamati.

Standar deviasi dari harga rata-rata untuk setiap elemen kerja dapat dinyatakan dalam rumus dibawah ini:

(I(*-x))

\ N - l dimana:

SD = standar deviasi dari data pengukuran Xj = waktu siklus yang diukur

N = jumlah pengamatan

x = harga ra\a-ra\sdmean dari semua data waktu pengukuran

x = ^ (2.3) N

(8)

13

Selanjutnya batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB):

BKA = x + 2SD (2.4) BKB = x -2SD (2.5) 2.4.4. Uji kecukupan data.

Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan elemen kerja pada umumnya, akan sedikit berbeda dari siklus persiklus kerja.

Sekalipun operator bekerja dengan kecepatan normal, tiap-tiap elemen dalam sikJus yang berbeda tidak akan selalu diselesaikan dalam waktu persis sama. Aktifitas pengukuran kerja pada dasarnya adalah merupakan aktifitas sampling. Konsekuensinya yang diperoleh makin besar jumlah siklus kerja yang diamati, maka akan semakin mendekati kebenaran terhadap data waktu yang bisa diperoleh. Semakin kecil perbedaan dari data waktu pengukuran akan menyebabkan jumlah siklus yang diamati semakin besar agar bisa diperoleh ketelitian yang dikehendaki.

Yang paling ideal tentunya dilakukan pengukuran yang sangat banyak, sehingga tak terhingga, karena dengan demikian akan diperoleh jawaban yang pasti. Tetapi jelas hal ini tidak mungkin, karena keterbatasan waktu, tenaga dan tentunya biaya. Untuk menetapkan sampai berapa banyak pengamatan yang dilakukan agar cukup mewakili, perlu ditetapkan tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan data yang diperoleh Dalam aktifitas

(9)

pengukuran kerja biasanya diambil tingkat ketelitian 5% dan tingkat kepercayaan 95%.

r n2

N, _ SP-^/ZCN-D /

L (k-x)

dimana : t = distribusi t

N = banyaknya data yang diambil k = tingkat ketelitian

Kriteria keberhasilan uji kecukupan data adalah jika N' < N.

2.4.5. Menetapkan besarnya faktor penyesuaian.

Untuk dapat menentukan faktor penyesuaian maka harus diketahui lebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi performance kerja atau performance ratingnya. Rating performance kerja adalah suatu aktifitas untuk menilai atau

mengevaluasi kecepatan usaha, tempo atau performance kerja yang semuanya akan menunjukkan gerakan operator pada saat bekerja. Dengan melakukan rating ini diharapkan waktu kerja yang diukur bisa dinormalkan kembali. Ketidaknormalan kerja ini diakibatkan oleh operator yang bekerja secara kurang wajar, yaitu bekerja dalam tempo atau kecepatan tidak semestinya. Suatu saat dirasakan terlalu cepat dan di saat Iain malah terlalu lambat.

Adapun konsep penyesuaian yang digunakan adalah melalui cara penyesuaian Westinghouse. Westinghouse berpendapat bahwa ada

(10)

15

empat faktor yang menyebabkan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu ketrampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Dari keempat faktor ini didapatkan nilai performance yang merupakan penjumlahan/ interaksi nilai-nilai tersebut.

Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan, dilakukan dengan mengadakan penyesuaian, yaitu dengan cara mengalikan waktu pengamatan rata-rata tiap elemen dengan rumus penyesuaian (P).

P = (l + P) (2.7) dimana :

P = faktor penyesuaian

p = interaksi/jumlah keempat faktor penyesuaian Westinghouse Harga faktor penyesuaian atau rating faktor (P) ditentukan sebagai berikut:

• Apabila operator bekerja terlalu cepat, maka rating faktor . P >

1 atauP> 100%

• Apabila operator bekerja terlalu lambat, maka rating faktor: P

< 1 atauP< 100%

• Apabila operator bekerja secara normal, maka rating faktor : P

= 1 atau P = 100%

(11)

2.4.6. Waktu rata-rata pengamatan/waktu siklus Rumus:

dimana :

x = waktu rata-rata pengamatan/waktu siklus x, = waktu pengamatan ke-i

N = banyaknya data pengamatan 2.4.7. Waktu normal

Wn = waktu observasi rata-rata dikali performance rating 2.4.8. Waktu standar.

Waktu standar atau waktu baku adalah jumiah waktu yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan dalam prestasi standar, yakni dengan memperhitungkan kelonggaran- kelonggaran serta penyesuaian-penyesuaian yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Besarnya waktu baku atau waktu standar tersebut didapatkan dari rumus sebagai berikut:

Ws = Wn * [100% / (\00%-Allowance)] (2.9) dimana:

Ws = waktu standar Wn = waktu normal

Allowance = kelonggaran-kelonggaran yang dibutuhkan

(12)

17

PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

Material Requirement Planning (MRP) atau yang sering disebut

perencanaan kebutuhan material adalah suatu sistem perencanaan yang dibutuhkan untuk mengetahui material-material apa yang harus dibeli, material apa saja yang harus dibuat sendiri, dan berapa jumlah kebutuhannya serta untuk mengetahui kapan material tersebut diperlukan. Dalam menganalisa perencanaan kebutuhan material, diperlukan beberapa informasi atau data sebagai berikut:

3.1. Bill of Material

Informasi pertama yang dibutuhkan dalam penyusunan MRP untuk memproduksi suatu produk tertentu adalah material apa saja yang dibutuhkan, baik yang dibuat sendiri maupun material yang harus dibeli dan pihak supplier. Informasi ini dapat diperoleh dengan menganalisa design produk tersebut dan menggambarnya dalam Product Structure Tree, sehingga pada akhirnya data mengenai material apa saja yang

dibutuhkan dan berapa banyaknya untuk membuat suatu produk dapat diperoleh secara detil.

3.2. Master Production Schedule (Jadwal Induk Produksi)

Dari peramalan kebutuhan atau dari data permintaan yang pasti dari konsumen, dilakukan suatu perencanaan aggregate dengan tujuan untuk

(13)

menyesuaikan kebutuhan dari konsumen tersebut dengan kapasitas mesin yang dimiliki. Bila kapasitas tersebut tidak dapat mencukupi maka ada beberapa alternatif yang dilakukan yaitu overtime, subkontrak, menambah mesin, mengubah layout dan Iain-lain yang memberikan biaya terendah. Dari hasil perencanaan aggregate tersebut akan diperoleh jadwal produksi yaitu jadwal yang berisi kapan kebutuhan tersebut harus terpenuhi, berapa jumlahnya, apakah dibutuhkan overtime atau harus di subkontrakkan atau alternatif lainnya. Semua data ini menjadi input bagi penyusunan MRP.

3.3. Inventory Record (Data Persediaan)

Berapa banyak persediaan yang dimiliki pada awal periode saat akan dilakukan penyusunan MRP merupakan data selanjutnya yang juga dibutuhkan. Data ini dapat diperoleh dengan menghitung jumlah persediaan di gudang pada akhir periode atau dengan mencatat tiap kali terjadi transaksi. Dengan mengetahui jumlah persediaan maka akan diketahui secara pasti berapa jumlah kebutuhan akan suatu material, selain itu lead time suatu material mutlak diketahui. Untuk material yang dibeli dari supplier, lead timenyn merupakan selang antara saat dilakukan pemesanan dengan datangnya pesanan tersebut di perusahaan. Sedangkan untuk material yang dibuat sendiri, lead timenya merupakan lamanya waktu produksi. Kebijaksanaan perusahaan dalam melakukan

I

(14)

pemesanan, apakah berdasarkan kuantitas tertentu juga merupakan informasi yang juga sangat diperlukan.

3.4. Lot Sizing

Kuantitas pembelian yang akan dilakukan pada dasarnya sesuai dengan konsep pengendalian persediaan. Dimana di dalam pengendalian persediaan terdapat biaya yang timbul yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya pemesanan adalah biaya pemrosesan pesanan, biaya telepon atau faksimili, biaya surat menyurat, biaya transportasi, dan Iain-lain. Sedangkan yang termasuk dalam biaya penyimpanan meliputi biaya fasilitas penyimpanan, biaya modal, biaya depresiasi material tersebut, biaya asuransi, biaya administrasi persediaan, biaya kerusakan atau kehilangan, dan lain lain.

Dari informasi biaya ini, maka dapat ditentukan kuantitas pembelian yang paling optimal dengan beberapa alternatif metode lot sting dengan melihat total biaya yang paling minimum dalam suatu periode perencanaan. Alternatif metode lot sizing tersebut adalah:

1. Metode Lot For Lot

Teknik ini kadang-kadang mengacu pada permintaan khusus dan yang paling mudah dan paling mengarah dari semua teknik yang ada.

Teknik ini menyediakan nilai rata-rata dari periode demi periode dari kebutuhan bersih. Penggunaan dari teknik ini meminimalkan biaya penyimpanan

(15)

2. Metode Least Unit Cost

Teknik ini menggunakan ukuran lot dan interval pemesanan yang bervariasi. Teknik ini merupakan yang terbaik dalam bentuk trial &

error dan merupakan metode yang paling lama. Dalam menentukan

kuantitas order, keputusannya didasarkan pada biaya per unit (kombinasi biaya dari per unit untuk biaya pemesanan dan biaya penyimpanan).

3. Metode Wagner-Whitin Algorithm

Teknik ini memasukkan sebuah prosedur pengoptimalan berdasarkan model program dinamis. Pada dasamya teknik ini mengevaluasi semua cara-cara yang mungkin dari pemesanan untuk menutupi kebutuhan net dalam setiap periode dari horison perencanaan.

Algoritma Wagner-Whitin adalah baik dalam hal pencapaian keobyektifan tanpa harus mempertimbangkan tiap strategi yang mungkin.

PENYUSUNAN PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL

Dari Jadwal Induk Produksi akan diketahui berapa kebutuhan pokok yang dihasilkan dan kapan harus dimulai produksinya. Dengan adanya persediaan maka akan diketahui kebutuhan bersih (net requirement) setelah dikurangkan dengan kebutuhan kotor (gross requirement). Disini juga memperhitungkan lead time pembelian sehingga dapat diketahui kapan

(16)

21

kegiatan pembelian dilakukan dan kuantitas pembelian yang optimal guna meminimumkan biaya yang timbul karena kegiatan pembelian tersebut.

Dengan demikian kegiatan dilantai produksi dapat berjalan lancar karena semua material yang dibutuhkan sudah tersedia dan pada akhirnya akan diperoleh biaya produksi paling minimum.

Referensi

Dokumen terkait

Sumber : www.rumushitung.com Gambar 1.10 Neraca Tiga Lengan.. Neraca ini dapat untuk menimbang barang dengan ketelitian mencapai 0,01 gram. Neraca Ohaus terdiri dari dua jenis,

Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a tidak tercapai, RUPS Kedua dapat diadakan dengan ketentuan RUPS Kedua sah dan berhak mengambil keputusan jika

Dari hasil analisis penentuan kemampuan penyerapan adsorben abu cangkang kerang terhadap variasi konsentrasi timah putih menggunakan spektroskopi serapan atom

Lain halnya dengan pola asuh otoriter, pada pola asuh permisif lebih bersifat bebas dan terbuka. Anak diberikan kebebasan untuk memilih apapun yang disukai dan diinginkannya,

Dalam pemodelan deret berkala (time series) dari data masa lalu dapat diramalkan situasi yang akan terjadi pada masa yang akan datang, untuk menguji kebenaran ramalan ini

dengan demikian waktu baku yang dihasilkan dalam aktivitas pengukuran kerja ini akan dapat digunakan sebagai alat untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang menyatakan berapa

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Sosial Provinsi Gorontalo maka tujuan pembangunan kesejahteraan sosial yang ingin dicapai pada lima tahun mendatang adalah : a)

1. Guru mengarahkan kelompok peserta didik untuk mengerjakan tugas-tugas pada LKP 1b yaitu: 1) merumuskan hipotesis; 2) membuat alternatif pemecahan masalah; dan