Lampiran 2. Jumlah Skor Kepuasan dari Masing-masing Indikator dari Faktor Produk, Harga dan Pelayanan No Indikator yang mempengaruhi
kepuasan konsumen
Sangat Tidak Puas
Tidak Puas Cukup Puas Puas Sangat Puas Total
1 Cita rasa 0 5 9 64 22 100
2 Kualitas Produk 0 4 12 67 17 100
3 Variasi 0 3 8 69 20 100
4 Fitur (kelengkapan) 1 7 10 68 14 100
5 Kesesuaian harga dengan produk 0 6 10 70 14 100
6 Daya saing harga 0 12 48 35 5 100
7 Fasilitas 0 13 20 51 16 100
8 Keramahan dan kecepatan karyawan
0 16 32 43 9 100
Lampiran 3. Tabulasi Skor Tingkat Kepuasan dan Frekuensi Pembelian Konsumen Mi Aceh Titi Bobrok Terhadap Faktor Produk, Harga dan Pelayanan
No Produk (X1) Harga(X2) Pelayanan(X3) Skor Tingkat
Lampiran 3. Tabulasi Skor Tingkat Kepuasan dan Frekuensi Pembelian Konsumen Mi Aceh Titi Bobrok Terhadap Faktor Produk, Harga dan Pelayanan (Lanjutan)
No Produk (X1) Harga(X2) Pelayanan(X3) Skor Tingkat
Lampiran 3. Tabulasi Skor Tingkat Kepuasan dan Frekuensi Pembelian Konsumen Mi Aceh Titi Bobrok Terhadap Faktor Produk, Harga dan Pelayanan (Lanjutan)
No Produk (X1) Harga(X2) Pelayanan(X3) Skor Tingkat
Lampiran 3. Tabulasi Skor Tingkat Kepuasan dan Frekuensi Pembelian Konsumen Mi Aceh Titi Bobrok Terhadap Faktor Produk, Harga dan Pelayanan (Lanjutan)
No Produk (X1) Harga(X2) Pelayanan(X3) Skor Tingkat
Lampiran 3. Tabulasi Skor Tingkat Kepuasan dan Frekuensi Pembelian Konsumen Mi Aceh Titi Bobrok Terhadap Faktor Produk, Harga dan Pelayanan (Lanjutan)
No Produk (X1) Harga(X2) Pelayanan(X3) Skor Tingkat
Lampiran 3. Tabulasi Skor Tingkat Kepuasan dan Frekuensi Pembelian Konsumen Mi Aceh Titi Bobrok Terhadap Faktor Produk, Harga dan Pelayanan (Lanjutan)
No Produk (X1) Harga(X2) Pelayanan(X3) Skor Tingkat
Lampiran 4. Tabulasi Skor Tingkat Kepuasan dan Frekuensi Pembelian Konsumen Mi Aceh Terhadap Faktor Produk, Harga dan Pelayanan setelah diintervalkan dengan menggunakan MSI (Method Sucessive Interval)
No Produk (X1) Harga(X2) Pelayanan(X3) Skor Tingkat
Lampiran 4. Tabulasi Skor Tingkat Kepuasan dan Frekuensi Pembelian Konsumen Mi Aceh Terhadap Faktor Produk, Harga dan Pelayanan setelah diintervalkan dengan menggunakan MSI (Method Sucessive Interval) (Lanjutan)
No Produk (X1) Harga(X2) Pelayanan(X3) Skor Tingkat
Lampiran 4. Tabulasi Skor Tingkat Kepuasan dan Frekuensi Pembelian Konsumen Mi Aceh Terhadap Faktor Produk, Harga dan Pelayanan setelah diintervalkan dengan menggunakan MSI (Method Sucessive Interval) (Lanjutan)
No Produk (X1) Harga(X2) Pelayanan(X3) Skor Tingkat
Lampiran 4. Tabulasi Skor Tingkat Kepuasan dan Frekuensi Pembelian Konsumen Mi Aceh Terhadap Faktor Produk, Harga dan Pelayanan setelah diintervalkan dengan menggunakan MSI (Method Sucessive Interval) (Lanjutan)
No Produk (X1) Harga(X2) Pelayanan(X3) Skor Tingkat
Lampiran 4. Tabulasi Skor Tingkat Kepuasan dan Frekuensi Pembelian Konsumen Mi Aceh Terhadap Faktor Produk, Harga dan Pelayanan setelah diintervalkan dengan menggunakan MSI (Method Sucessive Interval) (Lanjutan)
No Produk (X1) Harga(X2) Pelayanan(X3) Skor Tingkat
Lampiran 4. Tabulasi Skor Tingkat Kepuasan dan Frekuensi Pembelian Konsumen Mi Aceh Terhadap Faktor Produk, Harga dan Pelayanan setelah diintervalkan dengan menggunakan MSI (Method Sucessive Interval) (Lanjutan)
No Produk (X1) Harga(X2) Pelayanan(X3) Skor Tingkat
Lampiran 6. Hasil Regresi Faktor Produk, Harga dan Pelayanan Terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen dan Frekuensi Pembelian Konsumen Mi Aceh Titi Bobrok dengan SPSS Amos 22
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Albertus. 2012. Analisis Pengaruh Harga, Kualitas Produk, dan Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan (Studi pada Waroeng Spesial Sambal Cabang Lampersari Semarang). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Anonima, 2015. http//www.gizinet.go.id. Perubahan Pola Makan Ancam Kesehatan. Diakses tanggal 17 Maret 2015
Anonimb, 2007. http//www.miementah.com. Kelebihan Mie Aceh. Diakses tanggal 31 Juli 2015
Ariani. M, 2004. http//www.gizinet.go.id. Diversifikasi Konsumsi Pangan di Indonesia Antara harapan dan kenyataan diakses tanggal 7 Maret 2015.
Badan Pusat Statisik. 2014. Angka Medan 2014. Medan
____________________ Kecamatan Medan Sunggal Dalam Angka 2014. Medan
____________________ Sumatera Utara dalam Angka 2013. Medan
Fauzia. 2011. Pola Konsumsi Mi Aceh dan Kontribusi Terhadap Kecukupan Energi dan Protein pada Pengujung Warung Mi Aceh di Kota Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Ginting, Medianta. 2013. Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Petani Terhadap Luas Tanam Bawang Merah Berdasarkan Pendapat Petani di Kabupaten Dairi. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Kartajaya, H. 2002. Hermawan Kertajaya on Marketing. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kasmir. 2005. Etika Cusomer Service, edisi pertama. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jilid 3. Penerbit Indeks. Jakarta.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid 1 dan 2. edisi Keduabelas. Erlangga. Jakarta
Mowen, John C, Michael Minor, Dwi Karttini Yahya. 2002. Perilaku konsumen
Jilid 2 EdisiKelima. Erlangga. Jakarta.
Nurkhaliza. 2015. Analisis Bauran Pemasaran yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Konsumen dan Jumlah Pembelian Manisan Halua di Kota Stabat Kabupaten Langkat. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Puspitasari. 2006. Analisis Pengaruh Persepsi Kualitas dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Minat Beli Ulang (Studi Kasus pada Maskapai Penerbangan Garuda Keberangkatan Semarang). Tesis. Program Studi Magister Manajemen, Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Rolita, E. 2005. Analisis Faktor-Faktor Kepuasan Konsumen (Studi Kasus Usaha Makanan Mie Khas Aceh Titi Bobrok). Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sara, Siti. 2014. Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Gerai Kopi Di Kota Medan dan Faktor yang Mempengaruhinya. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Simamora, B. 2001 Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung
Suwarno, B. 2007. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur. Aflabeta. Bandung.
Tarwiyah, 2011. Mie Aceh pun Jadi Ikon Kuliner. Medan Bisnis Daily 30 Mei 2011.
Tjiptono,F. 1997. Strategi Pemasaran. Andi. Yogyakarta.
Winarno, dkk. 1994. Bahan Tambahan Untuk Makanan Dan Kontaminan, cetakan I, Penerbit Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Widyaningsih D, dkk. 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada Produk Pangan. Penerbit Trubus Agrisarana. Jakarta.
Widyaratna dkk. 2001. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Terhadap Tingkat Penjualan di Warung Bu Kris (Studi Kasus Pada Ayam Penyet sebagai Menu Unggulan Warung Bu Kris). Jurnal. Universitas Kristen Petra. Surabaya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) di Kota Medan dengan
pertimbangan bahwa Medan merupakan wilayah perkotaan dan berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (2013) jumlah penduduk yaitu 2.123.210 jiwa, lebih banyak
bila dibandingkan kota lain di Sumatera Utara. Adapun dasar pemilihan lokasi Mi
Aceh Titi Bobrok merupakan rumah makan yang terkenal di Kota Medan.
3.2.Metode Penentuan Sampel
Jumlah populasi konsumen tidak diketahui secara pasti maka digunakan metode
non-probability sampling. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah jumlah
rata-rata konsumen yang berkunjung ke Warung Mi Aceh Titi Bobrok setiap
minggunya. Berdasarkan prasurvey dan hasil wawancara dengan pemilik rumah
makan Mi Aceh Titi Bobrok, diperoleh jumlah rata-rata kunjungan per minggu
sekitar 6936 konsumen. Besar populasi diperhitungkan berdasarkan rata-rata
jumlah pengunjung pada bulan Mei 2015 yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah Konsumen Mi Aceh Per Minggu Pada Bulan Mei 2015
Hari Jumlah Pengunjung
Senin 870
Tabel diatas menunjukkan total jumlah 6936 konsumen mi Aceh per minggu.
Untuk menentukan ukuran sampel digunakan metode dan rumus Slovin sebagai
dimana:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir (10%)
Berdasarkan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10% diperoleh jumlah sampel
sebanyak 100 responden. Untuk pendistribusian sampel yang akan diambil untuk
setiap hari ditentukan secara proposional yang diperlihatkan pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Responden Konsumen Mi Aceh Per Minggu Hari Jumlah Pengunjung Jumlah Responden
Senin 870
Selasa 900
Rabu 858
Kamis 888
Jumat 960
Sabtu 1260
Minggu 1200
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data
(Sugiyono,2010).
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder,
baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer adalah data yang
diperoleh peneliti secara langsung dari sumber utama. Data primer didapatkan
melalui pemberian kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya kepada konsumen.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari sumber utama
dan lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain. Data sekunder didapatkan
melalui pencarian, pengumpulan, dan penelaahan buku-buku, jurnal, internet, dan
BPS (Badan Pusat Statistik). Penyebaran kuisoner dilakukan sampai target
responden terpenuhi dan waktu penyebaran kuisoner dilakukan sepanjang jam
kerja pada pukul (09.00-20.00 WIB)
3.4. Metode Analisis Data
1. Untuk menjelaskan tingkat kepuasan konsumen pada masalah penelitian
pertama, dianalisis dengan metode analisis deskriptif yang diukur dengan skala
Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang tentang kejadian atau gejala sosial. Variabel diukur dengan skala Likert
pernyataan positif yaitu sangat tidak puas, tidak puas, cukup puas, puas dan sangat
Mengindentifikasikan tingkat kepuasan konsemen dilakukan dengan mengukur
faktor yang memempengaruhi kepuasan konsumen yaitu faktor produk (X1),
faktor harga (X2) dan faktor pelayanan (X3) melalui metode scoring dengan
rumus rentang skala menurut Widoyoko (2012) sebagai berikut :
Rs = ( m - n ) : b
Dimana:
Rs = rentang skala
m = jumlah skor tertinggi (nilai skor tertinggi(5) x jumlah indikator dari faktor
kepuasan konsumen)
n = jumlah skor terendah (nilai skor terendah(1) x jumlah indikator dari faktor
kepuasan konsumen)
b = jumlah kelas
Jumlah indikator dari faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen=9 (x11,
x12, x13, x14, x21, x22, x31, x32, x33) yaitu sebagai berikut:
1.Variabel Produk(x1)
a. Indikator cita rasa
b. Indikator kualitas produk
c. Indikator variasi
d. Indikator fitur (kelengkapan)
2.Variabel Harga (x2)
a. Indikator kesesuaian harga dengan produk
b. Indikator daya saing harga
3.Variabel Pelayanan(x3)
b. Indikator keramahan dan kecepatan karyawan
c. Indikator kebersihan dan kenyamanan
Sehingga : Rs = ((45-9)):5 = 7,2
Berdasarkan rentang skala maka ditentukan pengelompokkan dan bobot tingkat
kepuasan konsumen sebagai tabel 3 tersebut.
Tabel 3. Pengelompokkan Tingkat Kepuasan Konsumen
Rentang Skala Kriteria Kepuasan Bobot
9-16,2 Sangat Tidak Puas 1
16,2-23,4 Tidak Puas 2
23,4-30,6 Cukup Puas 3
30,6-37,8 Puas 4
37,8-45 Sangat Puas 5
2. Untuk menganalisis masalah penelitian 2 dengan analisis jalur dengan bantuan
alat analisis software SPSS Amos 22. Analisis jalur digunakan untuk menganalisis
pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung
maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel
terikat (endogen) (Suwarno, 2007).
Analisis jalur sebagai alat ukur menggunakan data interval, sedangkan jawaban
kuesioner masih dalam bentuk data ordinal. Data yang berbentuk ordinal terlebih
dahulu ditransformasikan dalam bentuk data interval melalui metode MSI
(Methode Successive Interval). MSI (Methode Successive Interval) adalah metode
penskalaan untuk menaikan skala pengukuran ordinal ke skala pengukuran
Pengaruh indikator faktor ( harga, produk dan pelayanan) terhadap variabel
tingkat kepuasan konsumen dengan model persamaan strukturalnya sebagai
berikut:
Y=ρyx1X1+ ρyx2X2+ρyx3X3+Є1
Dimana:
X1 : variabel produk
X2 : variabel harga
X3 : variabel pelayanan
Y1 : variabel kepuasan konsumen
Є1
: v
ariabel lainnyaρyx1, ρyx2, ρyx3 : koefisien jalur yang merupakan indikator dari
masing-masing faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen sebagai berikut.
Pengaruh indikator faktor ( harga, produk dan pelayanan) terhadap variabel
terhadap variabel frekuensi pembeliaan dengan model persamaan strukturalnya
sebagai berikut:
Z=ρzx1X1+ ρzx2X2+ρzx3X3+Є2
Dimana:
X1 : variabel produk
X2 : variabel harga
X3 : variabel pelayanan
Z : variabel frekuensi pembelian
ρzx1, ρzx2,ρzx3 : koefisien jalur yang merupakan indikator dari masing-masing
faktor yang mempengaruhi frekuensi pembelian.
Pengaruh tingkat kepuasan konsumen terhadap variabel frekuensi pembeliaan
dengan model persamaan strukturalnya sebagai berikut:
Z=ρzY+
Є
2
3.5 Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Definisi
1. Mi Aceh adalah mi basah yang dimasak menjadi makanan siap saji
2. Cita rasa adalah rasa lezat atau enak pada mi Aceh
3. Kualitas produk adalah baik atau buruknya mi Aceh
4. Variasi produk adalah keragaman berbagai bentuk mi basah yang dimasak
antara lain Mi Aceh Goreng, Mi Aceh Basah, Mi Aceh Kuah, Mi Aceh Spesial,
Mi Aceh Udang, Mi Aceh Udang + Daging, Mi Aceh Udang + Kepiting, Mi
Aceh Kepiting + Daging dan Mi Aceh Kepiting
5. Fitur adalah kelengkapan mi Aceh untuk menunjang manfaat dasar mi tersebut
antara lain emping, timun, jeruk nipis, cabe rawit, dan irisan bawang merah.
6. Fasilitas adalah sarana yang ada di rumah makan Mi Aceh Titi Bobrok, antara
lain wastafel, toilet, parkiran, musholla dan taman bermain.
7. Keramahan dan kecepatan karyawan adalah sikap yang diinginkan dan
diharapkan konsumen oleh karyawan.
8. Kebersihan dan kenyamanan adalah pelayanan yang diberikan oleh rumah
makan mi Aceh.
9. Kesesuaian harga dengan produk adalah harga yang diberikan sesuai dengan
10.Daya saing harga adalah persaingan harga dengan mi Aceh yang lain.
11.Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
berasal dari perbandingan kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk
dan harapan-harapannya.
12.Frekuensi pembeliaan adalah banyaknya pembelian produk dalam periode
tertentu (per minggu atau per bulan)
3.5.2. Batasan Operasional
1. Penelitian ini dilakukan di Warung Mi Aceh Titi Bobrok di kota Medan.
2. Waktu penelitian dilakukan pada Agustus tahun 2015
3. Sampel penelitian adalah konsumen yang membeli dan mengkonsumsi Mi
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Menurut BPS Angka Medan (2014), Kota Medan merupakan salah satu dari 33
Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota
ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan,
barat dan timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah
yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan
Sungai Deli.
Kota Medan terletak antara 3º.27’ - 3º.47’ Lintang Utara dan 98º.35’ - 98º.44’
Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota
Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia
pada tahun 2013 yaitu 23,99 0C dan suhu maksimum yaitu 32,11 0C serta menurut
Stasiun Sampali suhu minimumnya yaitu 21,8 0C dan suhu maksimum yaitu 32
0
C. Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 79 - 80%, dan kecepatan
angin rata-rata sebesar 1,99 m/sec, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap
bulannya 115,5 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2013 per bulan 17 hari
dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 186,5 mm.
Kecamatan Medan Sunggal merupakan Kecamatan di Kota Medan yang
mempunyai luas wilayah sekitar 13,90 km2 atau 5,24% dari total wilayah Kota
Medan, dengan ketinggian wilayah sekitar 17 meter sampai dengan 28 meter di
Sunggal berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Helvetia, sebelah Selatan
berbatasan langsung dengan kecamatan Medan Selayang, sebelah Timur
berbatasan langsung dengan kecamatan Medan Baru dan Medan Petisah,
sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Kelurahan
Sunggal merupakan kelurahan terluas di Kecamatan Medan Sunggal yaitu sekitar
4,93 km2 atau sebesar 34,90 % persen dari total luas Kecamatan Medan Sunggal,
sedangkan kelurahan dengan wilayah terkecil yaitu Kelurahan Simpang Tanjung
dengan wilayah luas hanya 0,32 km2 atau 2,30% persen dari luas wilayah
kecamatan Medan Sunggal.
4.2 Keadaan Penduduk
Pada tahun 2013 jumlah penduduk Kecamatan Medan Sunggal sebanyak 113.644
jiwa, dengan kepadatan penduduk 8.175 jiwa tiap km2 per tahun 2013.
Selanjutnya dapat kita lihat lebih jelas mengenai jumlah penduduk, luas dan
kepadatan penduduk setiap kelurahan pada tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Penduduk,Luas Kelurahan dan Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013
Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa)
Penduduk terbanyak berada di kelurahan Tanjung Rejo yaitu sebanyak 31.280
jiwa dengan kepadatan penduduk 8.937 jiwa per km2. Kelurahan Sunggal dengan
jumlah penduduk 30.782 jiwa dengan kepadatan penduduk jiwa 6.243 per km2
dan Kelurahan Sei Kambing B 23.285 jiwa dengan kepadatan penduduk 8.198
jiwa per km2. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit tercatat di
kelurahan Simpang Tanjung yaitu sebanyak 868 jiwa dengan kepadatan penduduk
yang terkecil juga yaitu 2.712 jiwa per km2. Kelurahan yang paling padat
penduduknya yaitu Lalang dengan kepadatan penduduk 14.527 jiwa per km2.
Kecamatan Medan Sunggal memiliki jumlah rumah tangga sebanyak 26.388
rumah tangga dengan rata-rata anggota rumah tangga 4 jiwa per rumah tangga
Jumlah Rumah Tangga pada tahun 2013 tercatat sebanyak 26. 395 rumah tangga
dimana rumah tangga terbanyak berada pada Kelurahan Tanjng Rejo yaitu
sebanyak 7.236 rumah tangga, sedangkan jumlah rumah tangga yang paling
sedikit terdapat pada Kelurahan Simpang Tanjung yaitu hanya sebanyak 167
rumah tangga.
4.3 Perekonomian Kota Medan
Dari hasil pendataan Penduduk Kota Medan Berumur 15 Tahun Ke atas Yang
Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis
Kelamin 2013 dalam Medan Angka 2014. Diketahui penduduk kota Medan
bekerja selama seminggu yang lalu terbanyak di sektor Perdagangan Besar,
Rumah Makan dan Jasa Akomodasi dengan jumlah 334.514 jiwa atau 37% dari
total penduduk yang bekerja selama satu minggu yang lalu. Selanjutnya pada
sektor Jasa Kemasyaratan, Sosial dan Perorangan sebanyak 200.280 jiwa atau
diikuti sektor Industri Pengolahan sebanyak 117.888 jiwa atau 13% dari total
penduduk yang bekerja selama satu minggu yang lalu dan 28% lainnya tersebar di
sektor lainnya. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah penduduk berumur
15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut lapangan
pekerjaan dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5 berikut.
Tabel 5. Penduduk Kota Medan Berumur 15 Tahun Ke atas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin 2013
No Lapangan Pekerjaan Utama Laki-laki Perempuan Total 1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
Perburuan dan Perikanan
32.576 4.140 36.716
2 Pertambangan dan Penggalian 1.720 0 1.720
3 Industri 91.779 26.109 117.888
4 Listrik, Gas dan Air Minum 6.160 1.580 7.740
5 Konstruksi 52.132 4.995 57.127
6 Perdagangan Besar, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi
175.973 158.541 334.514
7 Transportasi, pergudangan dan Komunikasi
65.966 11.348 77.314
8 Lembaga Keuangan, Usaha
Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan
41.973 29.059 71.032
9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
104.056 96.224 200.280
Jumlah 572.335 331.996 904.331
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Tingkat Kepuasan Konsumen Atas Pembelian Mi Aceh Titi Bobrok di Kota Medan.
Kepuasan oleh konsumen memiliki peranan yang penting dalam menentukan
pembelian suatu produk dan jasa dan juga dalam memprediksi frekuensi
pembelian atau pembelian ulang oleh konsumen dengan faktor-faktor pemasaran
yang dilakukan oleh pelaku usaha. Tiga faktor yang biasanya diperhatikan oleh
konsumen adalah produk, harga dan pelayanannya dan secara teoritis faktor-faktor
tersebut mempengaruhi kepuasan konsumen.Analisis terhadap tingkat kepuasan
konsumen dalam hal ini dilakukan 100 konsumen Mi Aceh Titi Bobrok di Kota
Medan sebagai responden.Hasil analisis diuraikan sebagai berikut.
Tabel 6. Pengelompokkan Tingkat Kepuasan KonsumenMi Aceh Titi Bobrok Tingkat Kepuasan
Sumber: Lampiran 1
Dari tabel 6 diperlihatkan bahwatingkat kepuasan konsumenMi Aceh Titi Bobrok
dominan (69%) berada pada tingkat “puas”, sedangkan yang berada pada tingkat
“sangat puas” terhadap produk, harga dan pelayanan hanya 16% dan selebihnya
(15%) pada tingkat “cukup puas”. Oleh karenanya, hipotesis yang menyatakan
bahwa tingkat kepuasan konsumen berada di tingkat “sangat puas” tidak dapat
diterima, karena hasil penelitian menunjukkan bahwa yang dominan berada pada
Pendistribusian persentase tingkat kepuasan konsumen untuk setiap indikator dari
faktor produk, harga dan pelayanan , diperlihatkan pada tabel 7 berikut.
Tabel 7.Distribusi Persentase Tingkat Kepuasan Mi Aceh Titi BobrokUntuk Setiap Faktor Produk, Harga dan Pelayanan
No Indikator yang
5 Kesesuaian harga dengan produk
Sumber: Lampiran 1
Kepuasan konsumen terhadap cita rasa produk yang lebih dominan (64%) pada
tingkat “puas”, sedangkan tingkat “sangat puas” sebesar (22%) dan selebihnya
tersebar pada tingkat “cukup puas” dan “tidak puas”. Terhadap indikator kualitas
produk ada (17%) konsumen yang menyatakan “sangat puas”, menyatakan “puas”
(67%) dan selebihnya (16%) pada tingkatan “cukup puas” dan “tidak puas”.
Kepuasan konsumen terhadap variasi produk ada (20%) pada tingkat “sangat
puas”, tingkatan “puas” ada (69%) dan sisanya (11%) pada tingkatan “cukup
puas” dan “tidak puas”. Terhadap indikator Fitur(Kelengkapan) ada (14%)
menyatakan “sangat puas”, ada (68%) konsumen menyatakan “puas”, selebihnya
Kepuasan konsumen terhadap kesesuaian harga dengan produk yang lebih
dominan (70%) pada tingkatan “puas”, sedangkan pada tingkatan “sangat puas”
ada (14%) konsumen, selebihnya (16%) pada tingkatan “cukup puas” dan “tidak
puas”. Terhadap indikator daya saing harga ada (48%) konsumen yang
menyatakan “cukup puas”, ada (35%) konsumen menyatakan “puas”, ada (5%)
konsumen menyatakan “sangat puas” dan “tidak puas” ada (12%) konsumen.
Kepuasan konsumen terhadap fasilitas tempat yang dominan ada (51%) pada
tingkatan “puas”, sedangkan pada tingkatan “sangat puas” ada (16%) konsumen,
ada (20%) konsumen menyatakan pada tingkatan “cukup puas” dan selebihnya
pada tingkatan “tidak puas”. Terhadap indikator keramahan dan kecepatan
karyawan ada (43%) konsumen yang menyatakan “puas”, ada (35%) konsumen
menyatakan “cukup puas”, ada (9%) konsumen menyatakan “sangat puas” dan
“tidak puas” ada (16%) konsumen. Kepuasan konsumen terhadap kebersihan dan
kenyamanan yang lebih dominan (61%) pada tingkatan “puas”, sedangkan pada
tingkatan “sangat puas” ada (10%) konsumen, selanjutnya ada (23%) konnsumen
pada tingkatan “cukup puas” dan selebihnya menyatakan “tidak puas”.
5.2Analisis Pengaruh Faktor Produk, Harga dan Pelayanan, Secara Langsung, Tidak Langsung dan Pengaruh Total Terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen dan Frekuensi Pembelian Mi Aceh Titi Bobrok
Analisis pengaruh faktor produk, harga dan pelayanan terhadap Koefisien regresi
antara variabel faktor produk, harga dan pelayanan terhadap tingkat kepuasan
konsumen dan frekuensi pembelian mi Aceh Titi Bobrok meregresikan antar
ketiga faktor.Koefisien hasil regresi yang diperoleh terlampir di lampir
6.Koefisien regresi antara variabel faktor produk, harga dan pelayanan dengan
dalam persamaan substruktur yang telah dibuat terlebih dahulu sehingga
menghasilkan persamaan sebagai berikut.
Persamaan substruktur Y=ρyx1X1+ ρyx2X2+ ρyx3X3+Є1
Y= 0,29 X1.1+ 0,14 X1.2+ 0,03 X1.3+ 0,34 X1.4+ 0,41 X2.1 +
0,13 X2.2 + 0,39 X3.1 + 0,17X3.2 + 0,17 X3.3 +Є1
Persamaan substruktur Z=ρzx1X1+ρzx2X2+ρzx3X3+Є2
Z=0,23X1.1 + 0,12 X1.2 + 0,14 X1.3 + 0,02 X1.4 - 0,07 X2.1 +
0,02 X2.2 – 0,04X3.1 + 0,23X3.2 + 0,14X3.3 + Є2
Persamaan substruktur ZY=ρzY +Є2
ZY= 0,29 +Є2
Dimana:
X1 : variabel produk
X2 : variabel harga
X3 : variabel pelayanan
Y : variabel tingkat kepuasan konsumen
Z : variabel Frekuensi pembelian
Є
1
,Є2
:
variabel lainnyaρYx1,ρYx2,ρYx3 :koefisien jalur yang merupakan indikator dari
masing-ρZx1, ρZx2, ρZx3 masing faktor produk, harga dan pelayanan diuraikan ke
dalam berbagai berbagai indikator berikut.
1.Variabel Produk(x1)
e. Indikator cita rasa
f. Indikator kualitas produk
h. Indikator fitur (kelengkapan)
2.Variabel Harga (x2)
c. Indikator kesesuaian harga dengan produk
d. Indikator daya saing harga
3.Variabel Pelayanan(x3)
d. Indikator fasilitas
e. Indikator keramahan dan kecepatan karyawan
f. Indikator kebersihan dan kenyamanan
Secara diagramatis hasil regresi pengaruh variabel produk, harga dan pelayanan
terhadap tingkat kepuasan konsumen dan frekuensi pembeliaan mi Aceh Titi
Gambar3 :Diagram Koefisien Hasil Pengaruh Faktor Produk, Harga dan Pelayanan Terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen dan Frekuensi Pembeliaan Mi Aceh Titi Bobrok
Keterangan :
X11 :Indikator cita rasa
X12 :Indikator kualitas produk
X13 :Indikator variasi
X14 :Indikator fitur (kelengkapan)
X21 :Indikator kesesuaian harga dengan produk
X31 :Indikator fasilitas
X32 :Indikator keramahan dan kecepatan karyawan
X33 :Indikator kebersihan dan kenyamanan
Y : Variabel tingkat kepuasan konsumen
Z :Variabel Frekuensi pembelian
e1, e2, e3, e4, e5, e6, e7, e8, e9, e10, e11
:
variabel lainnya yang tidak ditelitiDari hasil regresi selanjutnya diketahui pengaruh langsung, pengaruh tidak
langsung dan pengaruh total dari variable factor produk, harga dan pelayanan
terhadap tingkat kepuasan dan frekuensi pembelian mi Aceh Titi Bobrok,
sebagaimana diperlihatkan pada tabel 8 berikut.
Tabel 8. Pengaruh Variabel Produk, Harga dan Pelayanan, Standardized Secara Langsung, Standardized Tidak Langsung dan Standardized Pengaruh Total Terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen Dan Frekuensi Pembelian Mi Aceh
Variabel Pengaruh Indikator
Langsung Tidak Langsung Melalui Tingkat
Berdasarkan hasil regresi pada lampiran 6, yang berpengaruh secara signifikan
atau nyata terhadaptingkat kepuasan konsumen yaitu faktor produk( variabel cita
rasa (X11), variabel kualitas produk (X12), variabel fitur(kelengkapan) (X14) ),
faktor harga( variabel kesesuaian harga dengan produk (X21), variabel daya saing
harga (X22) ), faktor pelayanan( variabel fasilitas (X31), variabel keramahan dan
kecepatan karyawan (X32), variabel kebersihan dan kenyamanan (X33) ) Hal ini
dapat dilihat dari nilai probability (p) denganp<0.05 dan nilai critical ratio
(C.R)>1.96. Nilai C.R menunjukkan nilai critical ratio yang didapatkan dari nilai
estimasiyang dibagi oleh standar errornya (S.E).Semakin tinggi nilai C.R semakin
signifikan.Kalau ukuran sampel kita besar, maka biasanya nilai C.R di atas 1.96
akanmenghasilkan nilai estimasi yang signifikan pada taraf 5%, sedangkan jika di
atas2.56 akan signifikan pada taraf 1%.
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa faktor produk yang mempengaruhi atau memberi
kontribusi yaitu cita rasa (X11)secara langsung terhadap tingkat kepuasan
konsumen adalah sebesar 0,292x100% =8,41%. Pengaruh variabel cita rasa
bertanda positif artinya semakin gurih dan enak rasa mi Aceh yang dirasakan
konsumen akan meningkatkan kepuasan konsumen sebesar 8,41%.Variabel
kualitas produk (X12) yang mempengaruhi atau memberi kontribusi secara
langsung terhadap tingkat kepuasan konsumen adalah 0,142x100% = 1,96%.
Pengaruh variabel kualitas produk bertanda positif artinya semakin baik kondisi
mi atau kualitas mi yang maka akan meningkatkan kepuasan konsumen sebesar
1,96%. Variabel fitur(kelengkapan) (X14) yang mempengaruhi atau memberi
kontribusi secara langsung terhadap tingkat kepuasan konsumen adalah sebesar
artinya semakin banyak keragaman dan isinya yang ditambahkan anatara lain
emping, timun, jeruk nipis, cabe rawit, dan irisan bawang untuk menunjang
manfaat dasar mi akan meningkatkan kepuasan kosumen sebesar 11,56%.
Dari faktor harga yangmempengaruhi atau memberi kontribusi yaitu kesesuaian
harga dengan produk (X21) secara langsung terhadap tingkat kepuasan konsumen
adalah sebesar 0,412x100= 16,81%. Pengaruh variabel kesesuaian harga dengan
produk bertanda positif, artinya semakin banyak manfaat produk yang diperoleh
dibandingkan dengan harga yang dibayar maka akan meningkatkan kepuasan
konsumen sebesar 16,81%. Variabel daya saing harga (X22) yang mempengaruhi
atau memberi kontribusi secara langsung terhadap tingkat kepuasan konsumen
adalah sebesar 0,132x100= 1,69%.Pengaruh variabel daya saing harga bertanda
positif, artinya semakin murah harga yang ditawarkan dibandingkan dengan harga
mi Aceh di tempat lain yang memiliki kualitas dan rasa yang sama maka akan
meningkatkan kepuasan konsumen sebesar 1,69%.
Faktor pelayanan yang mempengaruhi atau memberi kontribusi yaitu fasilitas(X31)
secara langsung terhadap tingkat kepuasan konsumen adalah sebesar
0,392x100%=15,21%.Pengaruh variabel fasilitas bertanda positif, artinya semakin
banyak fasilitas yang disediakan dan kondisi yang baik antara lain wastafel, toilet,
parkiran, musholla dan taman bermain maka akan meningkatkan kepuasan
konsumen sebesar 15,21%. Variabel keramahan dan kecepatan karyawan (X32)
yang mempengaruhi atau memberi kontribusi secara langsung terhadap tingkat
kepuasan konsumen adalah sebesar 0,172x100= 2,89%. Pengaruh variabel
karyawan dalam bersikap dan cekatan dalam melayani konsumen antara lain
menyediakan makanan dan minumannya maka akan meningkatkan kepuasan
konsumen sebesar 2,89%. Variabel kebersihan dan kenyamanan (X33) yang
mempengaruhi atau memberi kontribusi secara langsung terhadap tingkat
kepuasan konsumen adalah sebesar 0,172x100= 2,89%. Pengaruh variabel
kebersihan dan kenyamanan bertanda positif, artinya semakin bersih dan nyaman
rumah makan mi Aceh, setiap peralatan dan fasilitas dalam kondisi bersih maka
akan meningkatkan kepuasan konsumen sebesar 2,89%.
Berdasarkan hasil regresi pada lampiran 6, yang berpengaruh secara signifikan
atau nyata terhadap frekuensi pembelian adalah variabel cita rasa (X11) dan
variabel keramahan dan kecepatan karyawan (X32).Hal ini dapat dilihat dari nilai
probability(p) dengan p>0.05 dan nilai critical ratio (C.R) >1.96.
Dari tabel dapat dilihat bahwa faktor produk yang mempengaruhi atau memberi
kontribusi yaitu cita rasa (X11) secara langsung terhadap frekuensi pembelian
adalah sebesar 0,232x100% =5,29 % dan secara tidak langsung sebesar
0,0842x100% = 0,71% melalui variabel tingkat kepuasan konsumen.Pengaruh
variabel cita rasa bertanda positif artinya semakin gurih dan enak rasa mi Aceh
yang dirasakan maka konsumen akan puas dan membuat konsumen membeli
ulang mi Aceh dengan kontribusi secara langsung 5,29 % dan tidak langsung
0,71%.
Faktor pelayanan yang mempengaruhi atau memberi kontribusi yaitu variabel
keramahan dan kecepatan karyawan (X32) yang mempengaruhi atau memberi
0,232x100= 5,29% dan secara tidak langsung sebesar 0,0482x100% = 0,23%
melalui variabel tingkat kepuasan konsumen. Pengaruh variabel keramahan dan
kecepatan karyawanbertanda positif, artinya semakin ramah karyawan dalam
bersikap dan cekatan dalam melayani konsumen antara lain menyediakan
makanan dan minumannya maka konsumen konsumen akan puas dan melakukan
pembelian ulang dengan kontribusi secara langsung 5,29% dan secara tidak
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Tingkat kepuasan konsumen dominan berada pada tingkat puas yaitu
sebesar 69 % atau 69 responden.
2. Faktor produk hanya cita rasa, kualitas produk, variasi produk, fitur
(kelengkapan), faktor harga (kesesuaian harga dengan produk dan daya
saing harga),dan faktor pelayanan (fasilitas, keramahan dan kecepatan
karyawan, dan kebersihan dan kenyamanan) berpengaruh nyata dan
berkontribusi terhadap tingkat kepuasan konsumen.
3. Faktor produk hanya cita rasa dan faktor pelayanan hanya keramahan dan
kecepatan karyawan berpengaruh nyata dan berkontribusi terhadap
frekuensi pembelian
6.2 Saran
1. Kepada pengusaha
a. Agar memberi perhatian terhadap cita rasa, fitur (kelengkapan), kesesuaian
harga dengan produk dan fasilitas karena hal ini mempengaruhi kepuasan
konsumen terhadap mi Aceh Titi Bobrok.
b. Agar memberi perhatian cita rasa, keramahan dan kecepatan karyawan
karena berpengaruh terhadap kepuasan konsumen dan membuat konsumen
melakukan pembeliaan ulang terhadap mi Aceh Titi Bobrok.
c. Agar memperluas wilayah pemasaran dengan membuka cabang-cabang
2. Kepada Pemerintah Kota Medan melakukan pendataan dan pembinaan
terhadap rumah makan mi Aceh di kota Medan, serta membantu
mempromosikan mi Aceh terkhusus mi Aceh Titi Bobrok sebagai salah satu
produk yang terkenal dan ciri khas Kota Medan melalui Dinas UKM Kota
Medan.
3. Kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian lebih lanjut dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Mi Aceh
Menurut Winarno (1994), mi Aceh digolongkan ke dalam mi basah, yaitu produk
makanan yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa bahan lain dan bahan
tambahan makanan yang diijinkan. Mi Aceh merupakan makanan berbentuk khas
mi yang tidak dikeringkan dan paling cepat mengalami kerusakan atau
pembusukan terutama karena dalam pembuatannya tidak menggunakan pengawet
sehingga pemakaiannya untuk diolah lebih lanjut menjadi mi siap saji tidak boleh
melebihi 24 jam.
Dalam Fauzia (2011), pembuatan mi Aceh sebenarnya sama saja dengan
pembuatan mi basah pada umumnya. Pembuatan secara tradisional biasanya
dengan menambahkan air abu (air alkali) dengan tujuan untuk memperbaiki
sifat-sifat fisik mi serta untuk meningkatkan daya tahan atau keawetan mi tersebut agar
dapat digunakan selama 24 jam atau kurang lebih pemakaian untuk satu hari. Pada
pembuatan mi yang lebih maju, berbagai bahan tambahan diberikan untuk
menggantikan fungsi air abu (air alkali) ini. Namun air abu ini memiliki efek yang
negatif bagi kesehatan, dimana dari setiap kadar air abu yang dikonsumsi tubuh
manusia secara akumulasi mempunyai efek tajam atau berbahaya bagi organ
lambung.
Bahan bakuyang digunakan untuk pembuatan mi Aceh adalah tepung terigu, air,
Semua bahan harus dalam kondisi baik, misalnya tepung terigu dan tepung kanji
harus dalam kondisi tidak berbau apek, berwarna normal, bersih, bebas jamur dan
serangga.Air yang merupakan komponen penting dalam mempengaruhi bentuk,
tekstur, bau dan rasa juga harus dalam kondisi baik, begitu juga dengan
bahan-bahan lainnya.
Kandungan zat gizi pada mi Aceh antara lain :
a. Karbohidrat
Bahan utama mi adalah tepung terigu yang merupakan karbohidrat
komplek.Makanan kaya karbohidrat seperti pada mi Aceh mengandung pati (zat
tepung) yang tinggi.
b. Protein
Kebanyakan protein dari mi Aceh berasal dari daging, kepiting dan udang yang di
olah dan dimasukkan ke dalam mi Aceh.
c. Lemak
Kebanyakan dari mi Aceh di buat dengan caradeep frying (menggoreng dalam
rendaman minyak) menggunakan minyak kelapa sawit. Komponen lemak yang
terdapat pada mi Aceh sebesar 1,0-2,5%
d. Natrium Karbonat
Natrium karbonat merupakan sejenis garam yang membuat mi berwarna
kekuningan.Natrium karbonat tidak memiliki nilai nutrisi tetapi bukan berarti
tidak menyehatkan. Selain Natrium Karbonat, kandungan bumbu dalam mi Aceh
kebanyakan produk garam, jika kita memiliki penyakit darah tinggi diharuskan
e. Air
Air yang digunakan untuk proses pembuatan mi Aceh serta untuk pencucian
alat-alat ataupun untuk membersihkan sarana produk lainnya yang dipergunakan air
yang memenuhi persyaratan untuk pengolahan pangan. Air merupakan komponen
penting didalam proses pengolahannya karena air mempengaruhi bentuk atau
tekstur, bau (aroma) dan rasanya. Komponen air yang terdapat dalam mi Aceh
sebesar 35,0-50,0%.
2.1.2 Keunggulan Mi Aceh
Mi basah yang memilikikadar air yang cukup banyak yaitu salah satu contoh mi
Aceh. Mi Aceh dianggap memiliki keistimewaan dibandingkan dengan mi
lainnya. Mi Aceh sendiri umumnya terbuat dari mi basah yang membutuhkan
waktu sekitar 10-15 menit proses pencucian agar minyak penyusun mi sedikit
berkurang. Hal tersebut perlu dilakukan pada mi Aceh agar pada saat pengolahan
menggunakan bumbu rempah mi tidak akan terasa lembek dan lengket. Tekstur
mi Aceh yang tersusun dari gandum dengan kadar protein tinggi membuat mi
Aceh termasuk makanan yang cukup mengenyangkan. Hanya dengan
mengkonsumsi mi Aceh akan mendapatkan asupan karbohidrat dan protein cukup
2.2. Landasan Teori 2.2.1 Kepuasan Konsumen
Dalam Widyaratna dkk (2001), menurut Kotler (1997), kepuasan konsumen
adalah perasaan senang atau kecewaseseorang yang berasal dari perbandingan
antara kesan terhadap kinerja (hasil) suatuproduk dengan harapan yang
dimiliki.Hannah dan Karp (1991)dalam Rolita (2005) mengemukakan, suatu
usaha dalam menciptakan kepuasan konsumen harus dapat memenuhi kebutuhan
konsumen yang dianggap sangat penting yang disebut “The Big Eight Factor”
yang secara umum dibagi ke dalam tiga kategori sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan produk:
a) Kualitas produk yaitu merupakan mutu dari semua komponen-komponen
yang membentuk produk sehingga memiliki nilai tambah.
b) Hubungan nilai sampai dengan harga, merupakan hubungan antara harga
dan nilai produk yang ditentukan oleh perbedaan antara nilai yang dibayar
oleh pelanggan terhadap suatu produk yang dihasilkan.
c) Bentuk produk yang merupakan komponen-komponen fisik dari suatu
produk yang menghasilkan suatu manfaat.
d) Keandalan merupakan kemampuan dari suatu usaha untuk menghasilkan
produk sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh usaha itu.
2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelayanan :
a) Jaminan merupakan sesuatu yang ditawarkan oleh usaha tersebut untuk
pengembalian harga pembelian atau mengadakan perbaikan terhadap produk
b) Respon dan cara pemecahan masalah (response and remedy of problems)
merupakan sikap dari karyawan dalam menanggapi keluhan dan serta
masalah yang dihadapi oleh pelanggan.
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pembelian :
a) Pengalaman karyawan, merupakan hubungan antara pelanggan dan
karyawan artinya dalam hal komunikasi yang berhubungan dengan
pembelian.
b) Kemudahan dan kenyamanan (convinience of acquistion) merupakan segala
kemudahan dan kenyamanan yang diberikan oleh suatu usaha terhadap
produk yang dihasilkan
Kepuasan konsumen merupakan ukuran keberhasilan strategi pemasaran
perusahaan dalam memasarkan produknya.Mengukur tingkat kepuasan konsumen
bukanlah hal yang mudah dan memerlukan kriteria tertentu. Adapun kepuasan
konsumen dapat dikur dari sudut:
a) “Suara Konsumen” (consumen vote). Dari sudut ini pengukuran kepuasan
konsumen bersifat kualitatif dan subjektif. Kepuasan konsumen diukur dari
suara-suara konsumen yang dapat diukur dari kritik atau keluhan terhadap
strategi dari perusahaan itu.
b) “Laba atau keuntungan konsumen” (company’s profit). Peninjauan kepuasan
konsumen yang diukur berdasarkan sudut keuntungan atau laba usaha,
merupakan pengukuran yang bersifat kuantitatif dan objektif. Makin tinggi
tingkat laba ini berarti makin tinggi pula tingkat kepuasan konsumen terhadap
kebijakan produk perusahaaan.
1. Kepuasan fungsional, merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi atau
pemakaian suatu produk, misalnya dengan makan membuat orang menjadi
kenyang dan tubuhnya sehat.
2. Kepuasan psikologi, merupakan yang diperoleh dari atribut yang bersifat
takberwujud dari pembelian produk. Misalnya orang yang bangga dan dapat
dikatakan gaul apabila sering makan atau minum di Warung Kopi Harapan
atau juga di Hard Rock Café(Tjiptono,1997).
c)
d)
e)
Gambar1. Konsep Kepuasan Pelanggan
2.2.2 Hubungan Produk dengan Kepuasan Konsumen
Menurut Kolter dalam buku Simamora (2001), produk adalah apa pun yang dapat
ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, digunakan,dibeli atau pun
dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan ataukebutuhan manusia. Produk
yangdapat dipasarkan termasuk yang benda berbentuk secara fisik, jasa, Tujuan Perusahaan
Produk
Nilai Produk bagi pelanggan
Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan
pengalaman, kejadian, orang, tempat, kepemilikan (properti), organisasi,
informasi, dan ide.
Menurut Garvin (1998) dalam Tjiptono (1997) mengungkapkan adadelapan
dimensi kualitas produk, yaitu
a) Kinerja (performance)
Kinerja merupakan karakteristik atau fungsi utama suatu produk.Ini manfaat
atau khasiat utama produk yang kita beli.Biasanya ini menjadi pertimbangan
pertama kita dalam membeli suatu produk.
b) Fitur Produk
Dimensi fitur merupakan karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang melengkapi
manfaat dasar suatu produk.Fitur bersifat pilihan atau option bagi
konsumen.Kalau manfaat utama sudah standar, fitur sering kali
ditambahkan.Idenya, fitur bisa meningkatkan kualitas produk kalau pesaing
tidak memiliki.
c) Keandalan (reliability)
Dimensi keandalan adalah peluang suatu produk bebas dari kegagalan saat
menjalankan fungsinya.
d) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification)
Conformance adalah kesesuaian kinerja produk dengan standar yang
dinyatakan suatu produk.Ini semacam “janji” yang harus dipenuhi oleh
produk.Produk yang memiliki kualitas dari dimensi ini berarti sesuai dengan
standarnya.
Daya tahan menunjukan usia produk, yaitu jumlah pemakaian suatu produk
sebelum produk itu digantikan atau rusak. Semakin lama daya tahannya tentu
semakin awet, produk yang awet akandipersepsikan lebih berkualitasdibanding
produk yang cepat habis atau cepat diganti.
f) Kemampuan diperbaiki (serviceability)
Sesuai dengan maknanya, disini kualitas produk ditentukan atas dasar
kemampuan diperbaiki: mudah, cepat, dan kompeten. Produk yang mampu
diperbaiki tentu kualitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang
tidak atau sulit diperbaiki.
g) Keindahan (aestetics)
Keindahan menyangkut tampilan produk yang bisa membuat konsumen
suka.Ini sering kali dilakukan dalam bentuk desain produk atau
kemasannya.Beberapa merek diperbarui “wajahnya” supaya lebih cantik di
mata konsumen.
h) Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)
Ini menyangkut penilaian konsumen terhadap citra, merek, atau
iklan.Produk-produk yang bermerek terkenal biasanya dipersepsikan lebih berkualitas
dibanding dengan merek-merek yang tidak didengar.
Dalam Adi (2012), kualitas produk merupakan kemampuan dari suatu produk
dalammenjalankan fungsinya. Kualitas produk mempunyai hubungan yang sangat
eratdengan kepuasan pelanggan karena kualitas produk dapat dinilai dari
kemampuanproduk tersebut untuk menciptakan kepuasan pelanggan. Menurut
Kotler dan Amstrong (2008) berpendapat bahwa semakin tinggi tingkat
kepuasaanpelanggan yang tinggi pula. Mowen, dkk (2002)berpendapat kualitas
produk mempunyai pengaruh yang bersifat langsungterhadap kepuasan
pelanggan. Dengan meningkatkan kemampuan suatu produkmaka akan tercipta
keunggulan bersaing sehingga pelanggan menjadi semakinpuas.
2.2.3 Hubungan Harga dengan Kepuasan Konsumen
Kotler (2000) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan harga adalah jumlah
uang yang ditetapkan oleh produk untuk dibayar oleh konsumen atau pelanggan
guna menutupi biaya produksi, distribusi dan penjualan pokok termasuk
pengembalian yang menandai atas usaha dan resikonya.
Harga dilihat dari sudut pandang konsumen, seringkali digunakan
sebagaiindikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat
yamgdirasakan atas suatu barang atau jasa. Kertajaya (2002) mengungkapkan
bahwaindikator penilaian harga dapat dilihat dari kesesuaian antara suatu
pengorbanandari konsumen terhadap nilai yang diterimanya setelah melakukan
pembelian, dandari situlah konsumen akan mempersepsi dari produk atau jasa
tersebut. Dalam Adi (2012) menurut Tjiptono (1999), persepsiyang postif
merupakan hasil dari rasa puas akan suatu pembelian yangdilakukannya,
sedangkan persepsi yang negatif merupakan suatu bentuk dariketidakpuasan
konsumen atas produk atau jasa yang dibelinya. Jika harga yangditetapkan oleh
sebuah perusahaan tidak sesuai dengan manfaat produk maka halitu dapat
menurunkan tingkat kepuasan pelanggan, dan sebaliknya jika harga
yangditetapkan oleh sebuah perusahaan sesuai dengan manfaat yang diterima
disimpulkanbahwa pada tingkat harga tertentu, jika manfaat yang dirasakan
meningkat, makanilainya akan meningkat pula. Apabila nilai yang dirasakan
pelanggan semakintinggi, maka akan menciptakan kepuasan pelanggan yang
maksimal.
2.2.4 Hubungan Pelayanan dengan Kepuasan Konsumen
Menurut Simamora (2001), pelayanan adalah setiap kegiatan atau manfaat yang
ditawarkan suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan
tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi pelayanan bisa berhubungan
dengan produk fisik maupun tidak.Sedangkan menurut Kasmir (2005) pelayanan
diberikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi untuk
memberikan kepuasan konsumen.Tindakan tersebut dapat dilakukan melalui
secara langsung melayani konsumen.
Kepuasan pelanggan banyak ditentukan oleh kualitas performa dari pelayanan di
lapangan. Apabila pelayanan (service) tidak sama atau tidak sesuai dengan
harapan (expectation) pelanggan, maka pelanggan pelayanan yang diberikan
dinilai jelek dan tidak memuaskan (Yoeti,2003)
Layanan yang diberikan kepada konsumen akan memacu puas atau tidaknya
konsumen atas pelayanan yang diberikan. Pemberian pelayanan dalam memenuhi
kepuasan konsumen, ada beberapa keuntungan yang dapat diambil.Keuntungan
pertama yang terbesar adalah kepercayaan konsumen. Konsumen menilai mutu
dengan apa yang mereka lihat dan pahami. Keuntungan kedua, bahwa konsumen
mendapat nilai maksimum dari pembeliaan dan memungkinkan konsumen dengan
Dalam Adi (2012) menurut Parasuraman, et al (1985) ada tiga hal penting yang
harusdiperhatikan dalam kualitas pelayanan, yaitu kualitas pelayanan sulit
dievaluasioleh pelanggan daripada kualitas barang, persepsi kualitas pelayanan
dihasilkandari perbandingan antara kepuasan pelanggan dengan pelayanan yang
diberikansecara nyata, evaluasi kualitas tidak semata-mata diperoleh dari hasil
akhir darisebuah layanan, tapi juga mengikutsertakan evaluasi dari proses layanan
tersebut.
Para peneliti seperti Parasuraman,menyatakan bahwa kualitas pelayanan yang
tinggi menghasilkan kepuasanpelanggan yang tinggi pula. Apabila pelayanan
yang diterima atau dirasakanpelanggan sesuai atau bahkan melebihi harapan
pelanggan, maka pelayanantersebut dianggap berkualitas dan memuaskan. Namun
apabila pelangganmendapati bahwa pelayanan yang diterima itu tidak sesuai atau
berada di bawahharapan pelanggan, maka pelayanan dapat dianggap tidak
berkualitas danmengecewakan.
2.2.5 Hubungan Kepuasan Konsumen dengan Frekuensi Pembelian
Menurut Tjiptono (1997), terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan
manfaat antara lain hubungan antara perusahaan dan pelanggan menjadi harmonis,
memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas
pelanggan dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word
ofmouth) yang menguntungkan bagi perusahaan
Menurut Fornell (1992) dalam Puspitasari (2006), konsep kepuasan konsumen
merupakan hal penting bagi para manajer pemasaran dimana kepuasan konsumen
apabila pelanggan puas terhadap barang atau kualitas layanan yang diberikan
maka akan timbul kesetiaan pelanggan sehingga minat beli pelanggan meningkat
dan membuat pelanggan kembali melakukan pembeliaan ulang (repurchase).
2.3. Penelitian Terdahulu
Penelitian Erni Rolita (2005) dalam penelitiannya tentang “Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen”(Studi kasus pada Usaha Makanan
Mie Khas Aceh Titi Bobrok )memperoleh hasil bahwa tiga faktor (produk, hatga
dan pelayanan), semua variabel independen yangdiuji berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap tingkat kepuasan konsumen melalui uji F dan uji t.
Berdasarkan besar tingkat signifikan dari tiga faktor (produk, hatga dan
pelayanan) maka faktor paling dominan adalah faktor produk dengan tingkat
signifikan 0,00 < α = 0,005.
PenelitianAlbertus Ferry Rostya Adi (2012) dalam penelitiannya tentang “Analisis
Pengaruh Harga,Kualitas Produk, danKualitas Layanan TerhadapKepuasan
Pelanggan”(Studi pada Waroeng Spesial SambalCabang Lampersari
Semarang)memperoleh hasil bahwa semua variabel independen yangdiuji
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan pelangganmelalui uji
F dan uji t, sedangkan angka Adjusted R Square sebesar 0,521menunjukkan
52,1% variasi kepuasan pelanggan Waroeng Spesial Sambal cabangLampersari
Semarang yang dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independentersebut, dimana
Sara Siti (2014) melakukan penelitian berjudul “ Analisis Kepuasan Konsumen
terhadap Gerai Kopi di kota Medan dan Faktor yang mempengaruhinya” dengan
menggunkan metode SEM (Structural Equation Modeling). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen serta menganalisis
pengaruh bauran pemasaran berupa tempat, harga, produk dan promosi terhadap
tingkat kepuasan konsumen pada gerai kopi di kota Medan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat kepuasan konsumen yaitu 47,2%. Secara simultan
bauran pemasaran berpengaruh terhadap tingkat kepuasan konsumen, namun yang
berpengaruh secara signifikan hanya komponen tempat dan produk saja.
Medianta Ginting (2014) meneliti dengan judul ”Analisis Pengaruh Faktor dan
Sosial Ekonomi Petani terhadap Luas Tanam Bawang Merah Berdasarkan
Pendapat Petani di Kabupaten Dairi”. Metode yang digunakan adalah Path
Analysis (analisis jalur). Hasil penelitian menyimpulkan variabel yang
mempengaruhi luas tanam bawang merah hanya variabel modal usaha.Variabel
yang mempengaruhi modal usaha secara nyata adalah variabel harga bibit, harga
pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja. Variabel sosial tidak berpengaruh
nyata terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah.
Penelitian Nurkhaliza (2015) dalam penelitiannya tentang “Analisis Bauran
Pemasaran yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Konsumen dan Jumlah
Pembelian Manisan Halua di Kota Stabat Kabupaten Langkat”. Metode yang
digunakan yaitu Path Analysis (analisis jalur). Hasil dari penelitian ini bahwa
komponen bauran pemasaran secara simultan berpengaruh nyata terhadap tingkat
konsumen. Secara parsial hanya variabel warna, kebersihan dan kenyamanan dan
kesesuaian harga dengan kualitas yang berpengaruh nyata terhadap tingkat
kepuasan konsumen.
2.4Kerangka Pemikiran
Kepuasan konsumen merupakan hal yang penting diperhatikan oleh pelaku usaha
agar usaha tersebut dapat bertahan.Tingkat kepuasan konsumen dapat
digambarkan dariketiga fakor yang mempengaruhinya yaitu faktor produk, harga
dan pelayanan.Indikator untuk faktor produk adalah citarasa, kualitas
produk,variasi produk dan fitur (kelengkapan). Indikator untuk faktor harga
adalah kesesuaian dengan produk yang ada dan daya saing harga.Indikator untuk
faktor pelayanan adalah fasilitas, keramahan dan kecepatan karyawan, dan
kebersihan dan kenyamanan. Jika ketiga faktor tersebut memenuhi keinginan dan
kebutuhan konsumen dengan baik maka konsumen akan merasasangat puas,
akhirnya membuat konsumen melakukan pembelian ulang dan mempengaruhi
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
DAYA SAING HARGA
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari sebuah penelitian yang akan
dilakukan. Oleh karena itu jawaban sementara yang menjadi hipotesis dari
penelitian ini adalah:
1. Tingkat kepuasan konsumen Mi Aceh Titi Bobrok berada pada tingkat “sangat
puas”.
2. Faktor produk, harga dan pelayanan, berpengaruh secara langsung terhadap
tingkat kepuasan konsumen dantidak langsungfrekuensi pembelian Mi Aceh di
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok dan kebutuhan yang paling
mendasar untuk kehidupan setiap makhluk hidup. Makanan diperlukan untuk
pembentukan energi dan untuk proses metabolisme dalam tubuh. Mengkonsumsi
makanan makhluk hidup dapat tumbuh, berkembang dan dapat menjalankan
aktivitas sehari-harinya. Makanan yang dikonsumsi manusia dapat berupa
karbohidrat seperti nasi dan terigu, jagung, umbi-umbian dan tanaman buah
seperti sukun, sagu yang merupakan sumber karbohidrat. Seiring dengan
perkembangan zaman, terjadi perubahan gaya hidup dan selera akan makanan
pada masyarakat. Salah satunya adalah perubahan pola konsumsi masyarakat yang
lebih menyukai sesuatu yang cepat dan praktis, sehingga masyarakat cenderung
untuk mengkonsumsi makanan di luar rumah.
Pemenuhan kebutuhan pangan pada saat ini jauh lebih dinamis, tidak terbatas
hanya pada makanan pokok saja seperti beras, jagung dan umbi-umbian.
Perkembangan zaman dan gaya hidup masyarakat modern membuat masyarakat
menginginkan pemenuhan kebutuhan makanan yang praktis dan mudah
didapatkan. Untuk itu, dibutuhkan inovasi dalam pengolahan bahan pangan yang
sesuai dengan keinginan konsumen dalam cakupan agroindustri makanan.
Mi adalah salah satu contoh hasil perkembangan teknologi pangan yang banyak di
konsumsi oleh warga dunia, termasuk di Indonesia. Meningkatnya konsumsi mi di
relatif murah, mudah diolah, mudah dijangkau oleh semua kalangan, memerlukan
sedikit waktu untuk mengolahnya dan banyaknya pilihan rasa dari mi yang
ditawarkan (Anonima, 2007).
Di Indonesia, mi digemari berbagai kalangan, mulai anak-anak hingga lanjut usia.
Alasannya sifat mi yang enak, praktis dan mengenyangkan. Kandungan
karbohidrat yang tinggi, menjadikan mi digunakan sebagai sumber karbohidrat
pengganti nasi. Mi dapat diolah menjadi berbagai produk seperti mi baso, mi
goreng, mi ayam, mi aceh dan lain sebagainya (Ariani, 2004).
Dipasaran saat ini dikenal ada beberapa jenis mi yaitu mi mentah (mi pansit), mi
basah, mi keriting dan mi instan. Mi kering dan mi instan merupakan mi yang
kering dengan kadar air yang rendah sehingga lebih awet dibandingkan dengan mi
mentah atau mi basah. Mi basah disebut juga mi kuning adalah jenis mi yang
mengalami proses perebusan setelah tahap pemotongan dan sebelum dipasarkan.
Kadar air mi basah dapat mencapai 52% sehingga daya tahan atau keawetannya
cukup singkat. Pada suhu kamar mi basah ini hanya bertahan 10-12 jam saja
karena setelah itu mi akan berbau asam dan berlendir atau basi.
(Widyaningsih, dkk, 2006).
Beberapa tahun terakhir ini, Kota Medan diserbu oleh pedagang mi basah yang
dimasak dikenal dengan mi Aceh. Penikmatnya berbagai kalangan dan lintas
status sosial, tetapi tidak ada data yang pasti tentang jumlah pedagang mi Aceh di
Kota Medan. Setidaknya jumlah usaha ini ratusan, mulai dari usaha mi Aceh
dengan skala kecil sampai yang menengah dan besar. Usaha mi Aceh yang
Bobrok yang berada di wilayah Jalan Setiabudi dan merupakan ikon mi Aceh
yang dikenal sebagai mi Aceh pertama ke Kota Medan (Tarwiyah, 2011)
Mi Aceh salah satu alternatif jajanan pilihan yang saat ini menjadi favorit
masyarakat di Medan. Hasil prasurvey diketahui bahwa rumah makan Mi Aceh
banyak dikunjungi masyarakat Kota Medan, banyaknya pengunjung diperkirakan
900 pengunjung per hari dan menghabiskan sekitar 1200 porsi per hari. Hal ini
disebabkan karena harganya yang relatif murah, rasanya enak, banyaknya pilihan
menu dan mudah di jangkau.
Tuntutan kebutuhan konsumen akan mutu produk yang tinggi, harga terjangkau,
dan pelayanan yang baik, menyebabkan para produsen dan pemasar berlomba
memberikan nilai lebih pada produknya. Menurut Tjiptono (1997), persaingan
yang semakin ketat, dimana semakin banyak produsen yang terlibat dalam
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, menyebabkan setiap perusahaan
harus menempatkan orientasi pada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama.
Pelaku usaha harus memikirkan nilai yang lebih dari usaha rumah makan yang
lain untuk meningkatkan kepuasan konsumen.
Konsumen adalah orang yang paling penting dalam usaha rumah makan. Seorang
konsumen tidak tergantung pada usaha rumah makan, tetapi usaha rumah makan
yang tergantung pada konsumen. Persaingan yang cukup ketat dibidang kuliner,
usaha rumah makan Mi Aceh Titi Bobrok mampu bertahan hingga kini. Hal ini
tentu dipengaruhi oleh strategi dan usaha lain yang dijalankan sehingga
konsumen, karena maju mundur suatu usaha dipengaruhi oleh banyaknya
konsumen yang dimiliki.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh produk,
harga dan pelayanan terhadap tingkat kepuasan konsumen dan frekuensi
pembelian Mi Aceh yang ada di lokasi Titi Bobrok kota Medan.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dan permasalahan diatas maka dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat kepuasan konsumen mi Aceh di daerah penelitian?
2. Bagaimanakah pengaruh faktor produk, harga dan pelayanan, secara langsung
dan tidak langsung terhadap tingkat kepuasan konsumen dan frekuensi
pembelian Mi Aceh di daerah penelitian ?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan tingkat kepuasan konsumen Mi Aceh di daerah penelitian.
2. Menganalisis pengaruh faktor produk, harga dan pelayanan, secara langsung,
dan tidak langsung terhadap tingkat kepuasan konsumen dan frekuensi
pembelian Mi Aceh di daerah penelitian
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi pelaku usaha, memberikan masukan yang bermanfaat serta
untuk menghadapi persaingan pasar dalam meningkatkan kepuasan konsumen
dan tingkat penjualan.
2. Sebagai bahan rujukan, tambahan informasi dan pengetahuan bagi penelitian
ABSTRAK
Rany Valentyna Sitohang (110304093) dengan judul skripsi “ Analisis Pengaruh Faktor Produk, Harga dan Pelayanan Terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen dan Frekuensi Pembeliaan Mi Aceh”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tingkat kepuasan konsumen, menganalisis pengaruh secara langsung faktor produk, harga dan pelayanan terhadap tingkat kepuasan konsumen, menganalisis pengaruh secara langsung dan tidak langsung faktor produk, harga dan pelayanan terhadap frekuensi pembelian. Penelitian ini dilakukan di Kota Medan yang ditentukan secara purposive. Besar sampel ditentukan dengan metode Slovin, diperoleh sebanyak 100 responden. Untuk pengambilan sampel digunakan metode accidental sampling. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif untuk menjelaskan tingkat kepuasan konsumen dan metode analisis jalur (path analysis) pengaruh indikator faktor produk, harga dan pelayanan terhadap tingkat kepuasan konsumen dan frekuensi pembelian mi Aceh Titi Bobrok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi tingkat kepuasan konsumen mi Aceh Titi Bobrok berada pada tingkat puas. Variabel dari faktor produk, harga dan pelayanan yang berpengaruh secara nyata dan berkontribusi terhadap tingkat kepuasan konsumen yaitu variabel cita rasa, variabel kualitas produk, variabel fitur (kelengkapan), variabel kesesuaian harga dengan produk, variabel daya saing harga, variabel fasilitas, variabel keramahan dan kecepatan karyawan, dan variabel kebersihan dan kenyamanan. Variabel dari faktor produk, harga dan pelayanan yang berpengaruh secara nyata dan berkontribusi terhadap terhadap frekuensi pembelian yaitu variabel cita rasa produk dan keramahan dan kecepatan karyawan.
ANALISIS PENGARUH FAKTOR PRODUK, HARGA DAN
PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN
KONSUMEN DAN FREKUENSI PEMBELIAN MI ACEH
(Studi Kasus: Rumah Makan Mi Aceh Titi Bobrok Kota Medan)
SKRIPSI
OLEH:
RANY VALENTYNA SITOHANG 110304093
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS PENGARUH FAKTOR PRODUK, HARGA DAN
PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN
KONSUMEN DAN FREKUENSI PEMBELIAN MI ACEH
(Studi Kasus: Rumah Makan Mi Aceh Titi Bobrok Kota Medan)
OLEH:
RANY VALENTYNA SITOHANG 110304093
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Unuversitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
Ketua Pembimbing Anggota Pembimbing
Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec Ir. Thomson Sebayang, M.T
NIP : 196302041997031001 NIP : 195711151986011001