• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan media pembelajaran Block Dienes terhadap hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penggunaan media pembelajaran Block Dienes terhadap hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas I MI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Tuti Alawiyah NIM 1110018300044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

Tuti Alawiyah (1110018300044),

Pengaruh Penggunaan Alat Peraga

Block Dienes Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Penggunaan Alat Peraga Block Dienes Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan. Penelitian ini dilaksanakan di MI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang pada tahun pelajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain Two Group Randomized Subject Post Test Only. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik

Cluster Random Sampling. Pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan alat peraga Block Dienes lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajarkan tanpa menggunakan alat peraga Block Dienes

(thitung=2,76>ttabel=2,00). Dengan demikian alat peraga Block Dienes berpengaruh

terhadap hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan.

(7)

ABSTRACT

Tuti Alawiyah (1110018300044), “The effect of using visual aid Block Dienes to student’s mathematic learning acivement on adding and substraction concept”.

The purpose of this research is to analyze The effect of using visual aid Block Dienes to student’s mathematic learning acivement on adding and substraction concept. This research was conducted in MI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang for academic year 2014/2015. The method used ini this research was Quasi Experiment with two group randomized subject postest only design. Samples in interpretation was using cluster random sampling technique. Data interpretation was using student’s mathematic learning acivement test for adding and substraction concept. The result showed that student’s mathematic learning acivement which teached by using visual aid Block Dienes was higher than the one which is not using a visual aid(thitung = 2,76>ttabel2,00). Therefor there is effect of using visual aid Block Dienes to student’s mathematic learning acivement on adding and substraction concept.

(8)
(9)
(10)

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Pembatasan Masalah ... 7

D.Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori Hasil Belajar Matematika ... 9

1. Pengertian Matematika... 9

2. Pengertian Belajar ... 10

3. Karakteristik Belajar Siswa Sekolah Dasar... 12

4. Pengertian Hasil Belajar Matematika ... 13

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 13

B. Kajian Teori Alat Peraga ... 16

1. Pengertian Alat Peraga ... 16

2. Syarat-Syarat Alat Peraga ... 17

3. Tujuan dan Manfaat Alat Peraga... 18

C. Block Dienes... 19

(11)

Peraga Block Dienes ... 23

1. Penjumlahan ... 23

2. Pengurangan ... 25

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27

F. Kerangka Berfikir... 28

G. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Metode dan Desain Penelitian ... 31

C. Variable Penelitian ... 33

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Istrumen Penelitian... 36

1. Uji Validitas ... 36

2. Uji Reliabilitas ... 39

3. Uji Tingkat Kesukaran ... 40

4. Uji Daya Pembeda... 41

G. Teknik Analisis Data ... 42

1. Uji Prasyarat Analisis Data ... 42

a. Uji Normalitas ... 42

b. Uji Homogenitas ... 44

2. Uji Analisis Data ... 45

H. Hipotesis Statistik ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 47

1. Hasil Tes Kelas Eksperimen ... 47

(12)

vii

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 51

1. Uji Normalitas ... 51

2. Uji Homogenitas ... 52

3. Uji Hipotesis ... 53

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

D. Keterbatasan Penelitian ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

(13)

Tabel 3.1 : Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar Matematika Siswa ... 35

Tabel 3.2 : Klasifikasi Daya Pembeda ... 41

Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kelas Eksperimen ... 48

Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kelas Kontrol ... 49

Tabel 4.3 : Perbandingan Hasil Belajar Matematika Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 50

Tabel 4.4 : Hasil Perhitungan Uji Normalitas Eksperimen dan Kontrol ... 52

Tabel 4.5 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 53

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Alat Peraga Block Dienes ... 6

Gambar 2.1 : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 16

Gambar 2.2 : Ilustrasi Block Dienes ... 21

Gambar 2.3 : Diagram Kerangka Berfikir Penelitian... 29

Gambar 3.1 : Desain Penelitian Two Group Randomized Subject Post-Test Only ... 32

Gambar 3.2 : Tampilan Awal Program ANATES ... 36

Gambar 3.3 : Tampilan ke Dua Program ANATES ... 37

Gambar 3.4 : Tampilan ke Tiga Program ANATES ... 37

Gambar 3.5 : Uji Validitas Menggunakan ANATES... 38

Gambar 3.6 : Uji Reliabilitas Menggunakan ANATES ... 39

Gambar 3.7 : Uji Taraf Kesukaran Menggunakan ANATES ... 40

Gambar 3.8 : Uji Daya Pembeda Menggunakan ANATES ... 42

Gambar 4.1 : Histogram Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen... 48

Gambar 4.2 : Histogram Hasil Belajar Matematika Kelas Kontrol ... 50

Gambar 4.3 : Alat Peraga Block Dienes ... 55

(15)

Lampiran 3 : Kisi-kisi Instrumen ... 138

Lampiran 4 : Instrumen ... 139

Lampiran 5 : Kunci Jawaban Instrumen Hasil Belajar ... 141

Lampiran 6 : Pedoman Penskoran... 142

Lampiran 7 : Output Uji Validitas Instrumen ... 144

Lampiran 8 : Output Uji Reliabilitas Instrumen ... 145

Lampiran 9 : Output Uji Tingkat Kesukaran Instrumen ... 146

Lampiran 10 : Output Daya Pembeda ... 148

Lampiran 11 : Nilai Postest Kelas Eksperimen ... 149

Lampiran 12 : Nilai Postest Kelas Kontrol ... 150

Lampiran 13 : Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kelas Eksperimen ... 151

Lampiran 14 : Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kelas Kontrol ... 154

Lampiran 15 : Perhitungan Uji Normalitas Hasil Tes Kelas Eksperimen .. 157

Lampiran 16 : Perhitungan Uji Normalitas Hasil Tes Kelas Kontrol……… 159

Lampiran 17 : Perhitungan Uji Homogenitas Hasil Tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 161

Lampiran 18: Perhitungan Uji Hipotesis Statistik Hasil Tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 162

Lampiran 19 : Pedoman Wawancara Guru Sebelum Penelitian ... 165

Lampiran 20 : Lembar Uji Referensi ... 166

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai upaya dilakukan sesorang untuk mendapatkan pendidikan. Sekolah merupakan salah satu tempat bagi seseorang untuk mendapatkan pendidikan. Di lembaga sekolah inilah seseorang mendapatkan pengalaman dan pengetahuan melalui proses belajar yang merupakan kewajiban setiap manusia dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupan meningkat.

Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, dunia pendidikan dituntut untuk memberikan kontribusi nyata. Dunia pendidikan dituntut untuk membentuk manusia yang berahlak mulia, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang berbunyi :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman da bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

keberhasilan suatu pendidikan dapat ditinjau dari beberapa aspek diantaranya adalah sumber daya manusia (SDM) yang terlibat dalam proses pendidikan disekolah. Salah satu sumber daya manusia yang memegang peranan penting adalah guru.

Permasalahan lain yang dihadapi dalam sektor pendidikan adalah proses belajar mengajar, pengelolaan pembelajaran yang kurang efektif dan

1

(17)

efisien, motivasi belajar rendah serta kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang keberhasilan proses belajar mengajar.

Upaya meningkatkan mutu pendidikan memerlukan pembenahan di semua aspek yang terkait denga penyelenggaraan pendidikan diantaranya adalah perbaikan kurikulum, penyediaan buku pelajaran, pembinaan mutu dan kualitas tenaga guru, media dan alat peraga untuk membantu proses belajar mengajar di sekolah, metode dan strategi mengajar yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan bahan ajar agar tujuan dan kompetensi dapat dicapai secra maksimal.

Pendidikan dasar adalah awal dari pendidikan formal yang dilewati oleh setiap individu. Matematika sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan pada Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah merupakan alah satu bagian penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Dokumen kurikulum yang memuat Standar Kompetensi dan Kompetensi mengenai Mata Pelajaran Matematika di MI/SD memaparkan bahwa mata pelajaran matematika pada MI/SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

(18)

3

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.2

Setiap kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Guru dalam proses pembelajarannya diharapkan selalu berusaha agar kelima tujuan pembelajaran matematika MI/SD tersebut dapat tercapai dalam pembelajaran matematika. Pendidikan di Indonesia pada pembelajaran matematika masih jauh tertinggal oleh negara-negara lain. Hal ini sesuai dengan laporan The Trends In International Matemathic and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 bahwa siswa Indonesia berada dalam urutan ke-38 untuk matematika dengan perolehan skor yaitu 386.3 Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian TIMSS pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi matematika Indonesia turun dari tahun sebelumnya.

Bruner menyatakan bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur abstrak yang terdapat dalam matematika serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika.4 Konsep merupakan ide abstrak yang dengannya kita dapat mengelompokkan objek-objek ke dalam contoh atau bukan contoh. Konsep-konsep dalam matematika memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Karenanya siswa belum bisa memahami suatu materi jika dia belum memahami materi sebelumnya atau materi prasyarat dari materi yang akan dia pelajari.

Salah satu materi pembelajaran matematika yang penting untuk dipahami dan merupakan konsep yang perlu dikuasai oleh peserta didik agar dapat memahami materi-materi atau konsep-konsep matematika yang lainnya

2

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI dan SDLB, 2014, (www.Litbang.kemdikbud.go.id)

3

The Trends In International Matemathic and Science Study (TIMSS), TIMSS 2011 International Results In Mathemathics, 2014, h. 47, (www.TIMSSandPirls.bc.edu)

4

(19)

adalah konsep operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat merupakan salah satu materi ajar yang terdapat dalam mata pelajaran matematika sekolah dasar. Kenyataan di lapangan masih banyak dijumpai peserta didik yang belum terampil dalam pengerjaan hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat khususnya di kelas rendah. Hal ini bisa disebabkan karena peserta didik masih belum mampu menangkap atau memahami konsep-konsep penjumlahan dan pengurangan yang sifatnya abstrak, sedangkan peserta didik pada usia kelas rendah masih berada dalam tahap berfikir operasional konkret.

Selain faktor yang berasal dari siswa itu sendiri, faktor lain berasal dari guru yang belum menguasai metode ataupun strategi yang tepat untuk menyampaikan materi dan dapat membantu peserta didik dalam belajar matematika. Sehingga pembelajaran hanya berlangsung secara klasikal dan satu arah. Penyebab lainnya adalah karena guru masih menggunakan media yang sangat sederhana yang kurang mampu memvisualisasikan konsep yang abstrak.5

Hal tersebut diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di MI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang, kegiatan belajar mengajar untuk mata pelajaran Ilmu Matematika dilakukan dengan menggunakan media dan mengunakan metode pembelajaran konvensional. Media pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar adalah media pembelajaran konvensional seperti papan tulis, dengan metode pembelajaran konvensional seperti ceramah. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pun menunjukkan bahwa terdapat 26 siswa dari 92 jumlah seluruh siswa kelas 1 di MI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang , yang masih belum mencapai KKM untuk mata pelajaran Matematika. Hal ini sangat

5

(20)

5

disayangkan mengingat KKM yang ditentukan sekolah tidak begitu tinggi yaitu 70.

Menurut Jean Piaget, peserta didik Sekolah Dasar pada umumnya berada pada tahap praoperasi dan operasi konkret (usia 6/7 sampai 12th).6 Sehingga pembelajaran di Sekolah Dasar seharusnya dibuat konkret melalui peragaan praktik, maupun permainan. Pada usia ini pula atau usia sekolah dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan kognitif seperti membaca, menulis, dan menghitung atau (CALISTUNG). Dalam hal ini guru mempunyai peranan penting dalam mengembangkan kemampuan intelektual peserta didik.

Matematika adalah ilmu deduktif, formal, hierarkis, menggunakan simbol dan bersifat abstrak. Oleh karena itu diperlukan cara efektif untuk menjembatani antara tahap berfikir anak usia MI/SD yang masih dalam tahap operasional konkret dan pelajaran matematika yang bersifat abstrak. Maka penggunaan media dan alat peraga dalam setiap pembelajaran matematika adalah salah satu solusi yang bisa dilakukan oleh guru untuk membantu peserta didik dalam memahami setiap materi yang disampaikan oleh guru.

Dalam kegiatan pembelajaran, pendidik diharapkan mampu menjelaskan konsep kepada peserta didik. Usaha ini dapat dibantu dengan penggunaan alat peraga matematika. Dengan penggunaan alat peraga matematika yang sesuai dengan topik yang diajarkan maka diharapkan konsep akan lebih mudah dipahami secara jelas. Alat peraga block dienes ini adalah alat peraga yang dikembangkan oleh Zoltan Paul Dienes yang bertujuan untuk memahami konsep dasar bilangan dan nilai tempat untuk berbagai bilangan dasar dan berbagai operasi hitung seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Blok model Dienes ini dapat dibuat dengan mudah

6

(21)

dari kayu atau dari bahan lainnya. Untuk dasar sepuluh , blok model Dienes ini terdiri atas satuan (berupa dadu kecil), puluhan (berupa batang), dan ribuan (berupa kubus besar).7 block model Dienes adalah sebagai berikut :

Gambar 1.1 Alat peraga Block Dienes

Perlu di ingat bahwa dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas untuk memilih model dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan.

Penggunaan alat peraga block logic atau yang lebih dikenal dengan

Block Dienes diharapkan dapat menarik perhatian peserta didik untuk belajar matematika dan menjembatani antara konsep abstrak matematika denga pola berfikir konkrit anak usia sekolah dasar, dengan harapan dapat mencipatakan pembelajaran yang bermakna dan meningkatkan hasil belajar matematika

7

(22)

7

peserta didik terutama pada pokok bahasan operasi hitung matematika. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dianggap penting melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Block Dienes Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dikemukakan identifikasi masalahsebagaiberikut:

1. Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika. 2. Rendahnya kemampuan siswa dalam melakukan operasi hitung. 3. Guru belum menggunakan media atau alat peraga yang variatif.

4. Kurangnya kemampuan guru dalam menguasai metode, pendekatan dan strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. C. PembatasanMasalah

1. Alat peraga Block Dienes ini adalah alat peraga yang dikembangkan oleh Zoltan Paul Dienes yang bertujuan untuk memahami konsep dasar bilangan dan nilai tempat untuk berbagai bilangan dasar. Blok model Dienes ini dapat dibuat dengan mudah dari kayu. Untuk dasar sepuluh , blok model Dienes ini terdiri atas satuan (berupa dadu kecil), puluhan (berupa batang), dan ribuan (berupa kubus besar).

2. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kognitif yaitu setelah siswa diberikan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga block dienes, kemudian siswa diberikan tes untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan operasi hitung perkalian. 3. Pokok bahasan yang akan diteliti adalah tentang operasi hitung

penjumlahan dan pengurangan. D. PerumusanMasalah

(23)

1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan operasi hitung penjumlahan dan penguranga antara yang menggunakan alat peraga

block dienes dengan yang tidak menggunakan alat peraga?

2. Apakah hasil belajar matematika siswa yang menggunakan alat peraga

block dienes lebih tinggi dari pada hasil belajar matematika siswa yang tidak menggunakan alat peraga?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan operasi hitung penjumlahan dan penguranga antara yang menggunakan alat peraga block dienes dengan yang tidak menggunakan alat peraga. 2. Untuk mengetahui Apakah hasil belajar matematika siswa yang

menggunakan alat peraga block dienes lebih tinggi dari pada hasil belajar matematika siswa yang tidak menggunakan alat peraga.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa, memberikan visualisasi proses berhitung dan membantu siswa dalam menguasai operasi hitung penjumlahan dan pengurangan dengan mudah dan menyenangkan sehingga menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa untuk belajar.

2. Bagi guru , membantu meningkatkan keterampilan dalam memilih dan mendesain media atau alat peraga yang sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran matematika.

3. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan wawasan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran matematika di sekolah.

(24)

9

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A.Kajian Teori Hasil Belajar Matematika

1. PengertianMatematika

Matematika menurut Russefendi adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi. Sejalan dengan pernyataan tersebut pengertian matematika menurut Soedjadi (2000), adalah ilmu yang memiliki objek tujuan yang abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola berfikir yang deduktif.1

Sedangkan menurut Tinggih (dalam Hudojo, 2005) matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya. Lebih lanjut Hudojo (2005) mengungkapkan bahwa “matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir.”2 Karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak MI/SD.

Dari beberapa pendapat ahli tentang pengertian matematika di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika sebagai ilmu memliki karakteristik berupa bahasa simbol dengan pola berfikir deduktif dan memiliki objek tujuan yang abstrak dan alat untuk mengembangkan cara berfikir. Dengan mengetahui karakteristik yang dimilikinya diharapkan para guru dapat menyesuaiakan pembelajaran matematika dengan fase perkembangan kognitif siswa, agar tercapainya tujuan pembelajaran matematika, dan dapat diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

1

Heruman, Model Pembelajaran Mtematka di Sekolah Dasar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 1

2

(25)

2. Pengertian Belajar

Sebelum membahas apa itu hasil belajar terlebih dahulu akan dipaparkan apa yang dimaksud dengan belajar, belajar adalah suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian.3 Selain itu beberapa pakar Psikologi mengemukakan pendapatnya tentang definisi belajar, yaitu :

a. Hilgard dan Bower, dalam buku Theoritis of Learning (1975) mengemukakan, “ Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamnnya yang berulang ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan, atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang ( misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya)”

b. Gagne dalam buku the Conditioning of Learning (1977) menyatakan bahwa : “ belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performancenya) dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.

c. Morgan, dalam buku Introduction to pshycology (1978) mengemukakan : “Belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.

d. Wetherington, dalam buku Educational Pshycology mengemukakan : “ belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola batu dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian”.4

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas Ngalim Purwanto lebih lanjut mengemukakan beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa suatu kegiatan dapat disebut belajar apabila memenuhi empat kriteria sebagai berikut 1) adanya perubahan tingkah langkh laku, yaitu perubahan yang mengarah pada tingkah laku yang baik. 2) Perubahan tingkah laku terjadi melalui latihan dan pengalaman, artinya perubahan terjadi karena pertumbuhan dan

3

Suyono, Hariyanto, Belajar Dan Pembelajaran Teori Dan Konsep Dasar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 9

4

(26)

11

kematangan. 3) perubahan relatif menetap.4) perubahan tingkah laku menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis.5

Dari beberapa pengertian belajar yang diberikan oleh para ahli, penulis mengambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang awalnya belum mampu menjadi sudah mampu karena adanya pengalaman, pengalaman tersebut diperoleh seseorang atau individu melalui interaksi dengan lingkungannya yang terjadi secara berulang-ulang. Dengan demikian belajar selalu berhubungan dengan perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Setiap perubahan tingkah laku yang diperolehnya merupakan hasil pengalamannya.

Dalam ranah ilmu psikologis Jean Piaget berpendapat bahwa belajar atau proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkret ke abstrak berurutan melalui empat periode. Urutan periode itu tetap bagi setiap orang, namun usia atau kronologis pada setiap orang yang memasuki setiap periode berpikir yang lebih tinggi berbeda-beda tergantung kepada masing-masing individu. Empat tahap perkembangan itu adalah sebagai berikut:

a. Tahap sensori motor (dari lahir sampai umur sekitar 2 tahun). b. Tahap preoperasi (dari sekitar umur 2 tahun sampai sekitar 7 tahun). c. Tahap operasi konkrit (dari sekitar umur 7 tahun sampai sekitar 11-12

tahun atau lebih).

d. Tahap operasi formal (dari sekitar umur 11 tahun sampai dewasa).6

Dari pembagian fase perkembangan intelegensi menurut Piaget tersebut, jelaslah bahwa struktur kognitif individu bukan suatu ketentuan yang sudah ada sebelumnya dan bersifat statis, melainkan tumbuh dan berkembang bersamaan dengan bertambahnya usia melalui proses adaptasi dan interaksi dengan lingkungannya. Semakin dewasa seseorang semakin banyak pengetahuannya, karena telah memperoleh banyak pengalaman, baik secara langsung atau tidak langsung.

5

Ibid., h.81

6

(27)

3. Karakteristik Belajar Siswa Sekolah Dasar

Siswa sekolah dasar umurnya berkisar anatara 6 atau 7 tahun, samapai 12 atau 13 tahun, pada usia ini anak sudah dapat mereaksi rangsangan itelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis dan berhitung atau biasa disingkat CALISTUNG), dan dalam periode umur ini menurut Jean Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah tingkat permulaan berfikir rasional dan anak belum mampu berurusan dengan materi abstrak, seperti hipotesis dan proposisi-proposisi verbal dan selama periode ini kemampuan berbahasa juga berubah dari egosentris menjadi sosiosentris dalam berkomunikasi. Mereka berusaha unutk mengerti orang lain dan mengemukakan perasaan dan gagagsan-gagasan mereka kepada teman-temannya.7

Dari usia perekembangan kognitifnya, siswa Sekolah Dasar masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran matematika yang bersifat abstrak, siswa memerlukan alat bantu benda –benda konkret berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran khususnya matematika guru harus memperhatikan karakteristik dan perbedaan-perbedaan tersebut untuk meningkatkan evektifitas pembelajaran matematika di Sekolah Dasar/MI. Hal ini sejalan dengan Yuliani Nuriani Sudjono bahwa “anak lebih mengingat suatu benda -benda yang dapat dilihat, dipegang lebih membekas dan dapat diterima oleh otak dalam sensasi dan memory(long term memory dalam bentuk simbol-simbol).8

Dalam tahap ini siswa harus diberikan pembelajaran dengan benda-benada yang nyata agar anak tidak menerawang dan bingung, pada kegiatan ini siswa diharapkan dapat berpikir melalui media (benda-benda konkret) atau yang terdekat dengan anak secara langsung, anak usia dini dapat

7

Ibid., h. 16

8

(28)

13

menyerap pengalaman dengan mudah melalui benda-benda yang bersifat konkret (nyata). Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan media yang nyata untuk memberikan pembelajaran terhadap siswa. Terlebih pada mata pelajaran matematika yang memiliki karakteristik sebagai ilmu yang memiliki konsep abstrak.

4. Pengertian Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar atau achievement menurut Nana Syaodih “merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang”.9 Lebih spesifik Munawir mengungkapkan bahwa “Hasil belajar diartikan sebagai prestasi yang dapat dihasilkan oleh anak dalam usaha belajarnya”.10

Dari beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku baik itu dari segi kognitif, afektif maupun psikomotor yang ditunjukan melalui kecakapan-kecakapan yang dimiliki seseorang yang didapat melalui proses dan pengalaman yang berulang-ulang. Dalam pengertian Lebih spesifik hasil belajar dalam dunia pendidikan diartikan sebagai prestasi yang dapat dihasilkan oleh anak dalam usaha belajarnya, dalam tingkat yang menggembirakan : prestasi tersebut dapat dicapai dengan beberapa cara, dimana cara tersebut dapat ditempuh melalui beberapa usaha.

5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara garis besar terdapat dua faktor yang memepengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal atau faktor yang datang dari diri peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal atau faktor yang datang dari luar peserta didik.

a. Faktor Internal 1) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis yang baik seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam

9

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologis Proses Pendidikan, (Bandung : 2011), h. 102 10

(29)

keadaan cacat jasmani, dan sebgainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Selain kondisi fisiologis yang baik hal lain yang perlu diperhatikan adalah kondisi panca indera, karena kondisi panca indera juga memberikan pengaruh terhadap proses dan hasil belajar.

2) Faktor Psikologis

Setiap manusia memeliki kondisi psikologis berbeda-beda dan perbedaan ini akan berpengaruh juga pada proses dan hasil belajar masing-masing. Yang termasuk dalam faktor psikologis adalah intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, kognitif dan daya nalar.

b. Faktor Eksternal 1) Faktor Lingkungan

Lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar ini berupa lingkungan fisik atau alam sekitar dan dapat berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam dan sosial tempat dimana peserta didik belajar sangatlah berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya. Karena itu sekolah hendaknya didirikan dalam lingkungan yang kondusif untuk belajar.

2) Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai hasil belajar yang diharapkan. Faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana, fasilitas dan guru.11

Faktor –faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yang meliputi faktor internal dan eksternal di atas bila diskemakan akan tampak seperti pada diagram berikut :12

11

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta : Gaung Persada(GP) Pres s Jakarta, 2012), h. 24-32

12

(30)
[image:30.595.106.519.151.502.2]

15

Gambar 2.1

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

Secara lebih spesifik Munawir menyatakan bahwa “terdapat tiga cara yang dapat dilakukan oleh peserta didik dalam usahanya meraih prestasi atau hasil belajar yang baik yaitu persiapan belajar yang baik, motivasi dan kebiasaan belajar”.13

Pertama dengan jalan persiapan belajar yang baik dengan cara berusaha memahami materi belajar secara menyeluruh dan komprehensif sesuai dengan tahapan waktu yang dekat disusun sebelumnya. Kedua dengan jalan motivasi belajar, yaitu dorongan batin yang ada dalam diri anak, agar dengan dorongan tersebut dapat memacu semangat belajarnya sebaik mungkin. Ketiga adalah kebiasaan belajar perlu tetap diperhatikan agar materi-materi pelajaran yang telah diterima secra perlahan tapi pasti

13

Opcit, 23 (munawir)

faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

faktor Internal

Fisiologis

kondisi fisiologis umum dan panca indera

Psikologis

1. Intelegensi 2. Perhatian 3. Minat &bakat 4. Motivasi 5. Kognitif 6. Daya nalar

faktor eksternal

lingkungan

1. Alam 2. Sosial

Instrumental

(31)

dapat dikuasai oleh peserta didik dengan baik sehingga lambat laun, dengan kebiasaan belajar tersebut akan mendapatkan hasil yang diinginkan, yakni berupa hasil belajar yang baik.

B.Kajian Teori Alat Peraga 1. Pengertian Alat Peraga

Berbicara tentang alat peraga maka tidak akan terlepas dengan media. Media memegang peran yang penting dalam pembelajaran, salah satu unsur dalam proses komunikasi yang sangat menonjol perananya bagi pembelajaran adalah media. Kata media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.14 Sejalan dengan hal tersebut Yudi Munadi mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah “sumber-sumber belajar selain guru yang diadakan atau diciptakan secara terencana oleh para guru sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar”.15

Pada dasarnya media pembelajaran merupakan saluran atau jembatan dari pesan-pesan pembelajaran yang di sampaikan oleh sumber pesan yaitu guru kepada penerima pesan yaitu siswa dengan maksud agar pesan-pesan tersebut dapat diserap dengan cepat dan tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Sebuah media pembelajaran selalu terdiri dari dua unsur penting, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (message/software).16 Dengan demikian perlu diingat bahwa media pembelajaran memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan, namun yang terpenting bukanlah peralatannya melainkan pesan atau informasi belajar yang dibawakan oleh media tersebut.

14

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 120

15

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran (sebuah pendekatan baru), (Jakarta : Gaung Persada, 2012), h. 5

16

(32)

17

Berdasarkan taksonomi indera yang terlibat media dalam proses pembelajaran dikelompokan menjadi empat kelompok besar, yakni media audio, media visual, media audio visual dan multimedia.17 Alat peraga termasuk dalam jenis media visual berupa visual non verbal-tiga dimensi.

Lebih spesifik Moh Uzer menyatakan bahwa alat peraga pengajaran, teaching aids, atau audiovisual aids adalah alat-alat yang digunakan gurur ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa.18 Alat peraga sangatlah penting dalam proses pembelajaran karena pada dasarnya anak belajar melalui yang konkrit. Untuk memahami konsep abstrak anak memerlukan benda-benda konkret (riil) sebagai perantara visualisasinya.

2. Syarat – Syarat Alat Peraga

Menurut E.T. Ruseffendi ada beberapa persyaratan yang harus

dimiliki atau diperhatikan dalam pembuatan alat peraga agar fungsi atau manfaat dari alat peraga tersebut sesuai dengan yang diharapkan dalam pembelajaran.

a. Tahan lama (dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat). b. Bentuk dan warnanya menarik.

c. Sederhana dan mudah dikelola.

d. Ukurannya sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik anak.

e. Dapat menyajikan (dalam bentuk riil, gambar atau diagram) konsep matematika.

f. Dapat menunujukan konsep matematika dengan jelas.

g. Peragaan diharapkan menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir abstrak bagi peserta didik, karena alat peraga tersebut dimanipulasi (dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dipasangkan dan sebagainya) agar peserta didik dapat belajar secara aktif baik secara individual maupun

17

Opcit., h. 54

18

(33)

kelompok.Memotifasi siswa untuk belajar aktif secra mandiri atau kelompok .

h. Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah banyak.19 3. Tujuan dan Manfaat Penggunaan Alat Peraga

E.T Ruseffendi menyatakan tentang tujuan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran “bahwa pada dasarnya anak belajar melalui yang konkrit. Untuk memahami konsep abstrak anak memerlukan benda-benda konkrit (riil) sebagai perantara atau visualisasinya”.20

Dari pernyataan tersebut jelaslah bahwa Fungsi utama alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar anak mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep yang dipelajari. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi alat peraga maka anak mempunyai pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti konsep, terutama dalam memahami konsep matematika.

Lebih lanjut E.T Ruseffendi mengungkapkan manfaat penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut :

a. Proses belajar mengajar termotivasi. Baik murid maupun guru, dan terutama murid, minatnya akan timbul. Ia akan senang, terangsang, tertarik, dan itu akan berdampak positif terhadap pengajaran matematika. b. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkrit dan karena

itu lebih dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lebih rendah.

c. Hubungan antar konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih dapat difahami.

d. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk model matematika yang dapat sipakai sebagai objek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru bertambah banyak.21

19

E.T. Ruseffendi, Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua, Murid, Guru dan SPG (Alat Peraga, Permainan dan Laboratorium Matematika Sederhana), (Bandung: Tarsito, 1979), h. 2.

20

Ibid., h. 1 21

(34)

19

Dari tujuan dan manfaat alat peraga yang telah dikemukakan di atas diharapkan dengan bantuan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran dapat memberikan permasalahan-permasalahan menjadi lebih menarik bagi anak yang sedang melakukan kegiatan belajar. Karena penemuan-penemuan yang diperoleh dari aktivitas anak biasanya bermula dari munculnya hal-hal yang merupakan tanda tanya, maka permasalahan yang diselidiki jawabannya itu harus didasarkan pada obyek yang menarik perhatian anak. Jadi bila memungkinkan hal itu haruslah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang mengarah pada bahan diskusi dalam berbagai cabang penyelidikan, misalnya dari buku, dari guru atau bahkan dari anak sendiri.

Hal itu dapat ditentukan melalui peragaan dari guru dan diskusi yang melibatkan seluruh kelas atau oleh kelompok kecil/seorang anak yang bekerja dengan lembar kerja. Dengan menggunakan suatu lembar kerja, mereka dapat menggunakan bahan-bahan yang dirancang untuk mengarahkan dalam menjawab pertanyaan yang akan membantu mereka menemukan suatu jawaban yang dimaksudkan pada arti pertanyaannya. Oleh karena itu sebaiknya setiap alat peraga dilengkapi dengan kartu-kartu atau lembar kerja atau petunjuk penggunaan alat untuk menjawab permasalahan.

C.Block Dienes

1. Pengertian Block Dienes

Alat peraga ini dikembangkan oleh Zoltan Paul Dienes yang bertujuan untuk memahami konsep dasar bilangan dan nilai tempat untuk berbagai bilangan dasar. Blok model Dienes ini dapat dibuat dengan mudah dari kayu atau dari bahan lainnya. Untuk dasar sepuluh, blok model Dienes ini terdiri atas satuan (berupa dadu kecil), puluhan (berupa batang), dan ribuan (berupa kubus besar).22

22

(35)
[image:35.595.104.517.171.561.2]

Gambar 2.2 Ilustrasi block Dienes

Block Dienes merupakan salah satu alat permainan yang digunakan sebagai media/alat bantu dalam pembelajaran aritmatika, baik itu penjumlahan, pengurangan, perkalian, maupun pembagian. Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk konkrit akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa benda-benda atau obyek-obyek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika.

Alat peraga ini berfungsi untuk mengajarkan konsep atau pengertian tentang banyak benda, membandingkan dan mengurutkan banyak benda, nilai tempat suatu bilangan (satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan) serta operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian sesuai jenjang kelas.

(36)

21

Penelitian ini menggunakan Block Dienes untuk materi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, proses penggunaannya sebagai berikut:

a. Penjumlahan

Proses dalam operasi penjumlahan dengan menggunakan Block Dienes adalah dengan menjumlahkan atau menggabungkan setiapunit pada setiap nilai tempatnya. Jika nilai tempat satuan telah mencapai 10 unit puluhan dapat diganti dengan 1 unit puluhan, begitu juga dengan nilai tempat puluhan, bila telah mencapai 10 unit puluhan dapat diganti dengan 1 unit ratusan. Contoh: 35 + 34 =...

Tabel 2.1

Aplikasi Block Dienes dalam Penjumlahan

Puluhan Satuan Operasi

Hitung

+

Hasil penjumlahan

69

(37)

Sebaliknya, penggunaan Block Dienes dalam operasi pengurangan bilangan tiga angka dilakukan dengan melepaskan bagian dari unit-unit ratusan maupun unit puluhan. Contoh: 56-32=....

Tabel 2.1

Aplikasi Block Dienes dalam Penjumlahan

Puluhan Satuan Operasi

hitung

-

Hasil Pengurangan

24

3. Kelebihan dan Kekurangan Alat Peraga Block Dienes

Berdasarkan pengalaman yang dialami secara langsung oleh peneliti ketika menggunakan alat peraga Block Dienes ini selama masa penelitian terdapat bebrapa kelebihan atau keunggulan dan kekurangan atau kelemahan dari alat peraga Block Dienes yaitu sebagai berikut :

a. Kelebihan

(38)

23

2) Melatih kemampuan motorik siswa karena memiliki bentuk tiga dimensi yang dapat digenggam dan dipindahkan.

3) Memudahkan siswa dalam mengenal nilai tempat karena memiliki unit – unit yang baku, unit satuan berbentuk kubus kecil dan unit puluhan dengan balok panjang. Sehingga memudahkan juga dalam menyelesaikan operahi hitung penjumalahan dan pengurangan.

b. Kekurangan

1) Karena aplikasinya dilakukan dengan menggunakan tabel nilai tempat yang penggunaannya diletakkan di atas meja maka dalam proses peragaannya tidak dapat menjangkau siswa secara keseluruhan, dimana hanya siswa yang tempat duduknya di depan saja yang dapat melihat peragaan secara jelas. Maka untuk mengatasi hal ini, peneliti menggunakan video penggunaan alat Peraga Block Dienes dan memutarkannya di depan kelas sehingga mampu menjangkau semua siswa.

2) Karena bentuknya yang baku maka alat peraga Block Dienes ini tidak dapat digunakan pada operasi hitung penjumlahan atau pengurangan bentuk desimal.

D.Penanaman Konsep Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Melalui Alat Peraga Block Dienes

1. Penjumlahan

Penjumlahan tanpa teknik menyimpan bukanlah termasuk topik yang terlalu sulit diajarkan di sekolah dasar. Akan tetapi, dalam mengajarkan topik tersebut guru harus menggunakan media pembelajaran atau alat peraga yang benar, agar siswa dapat membangun dan menemukan sendiri teknik penyelesaiannya.

Serangkaian kegiatan berikut ini merupakan langkah-langkah pemberian konsep matematika pada siswa yang benar, yang terdiri atas penanaman konsep, pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan.23 Karena pada penelitian ini menggunakan alat peraga Block Dienes maka

23

(39)

pemberian konsep ini dilakukan dengan menggunakan alat peraga Block Dienes:

Penanaman konsep

a. Media yang diperlukan :

1) Beberapa Alat peraga Block Dienes untuk satuan dan puluhan

2) Tabel nilai tempat

b. Kegiatan Pembelajaran

Andaikan akan dicari hasil penjumlahan berikut : 34 + 23 = ...

c. Langkah-Langkah Peragaan

1) Tempatkan alat peraga block dienes pada tabel nilai tempat yang sesuai.

2) Sebagai implementasi dari operasi penjumlahan, gabungkan block dienes puluhan dengan puluhan dan satuan dengan satuan.

(40)

25

Pemahaman Konsep

Setelah peragaan tadi, tentunya kita ingin mengetahui apakah siswa benar-benar memahami penjumlahan tersebut atau tidak. Untuk mengetahui hal itu, dapat disajikan beberapa contoh dengan jawaban yang salah dan benar sebagai berikut.

Benarkah hasil penjumlahan di bawah ini? Jika benar beri tanda

√ , jika salah perbaikilah!

Pembinaan Keterampilan

Setelah siswa memahami topik penjumlahan, barulah mereka diberikan latihan latihan soal untuk lebih memantapkan pemahaman.

2. Pengurangan

Materi pengurangan pada kelas satu masih berupa pengurangan tanpa teknik meminjam dan bukanlah termasuk topik yang terlalu sulit untuk diajarkan di sekolah dasar, sama halnya seperti penjumlahan tanpa teknik menyimpan. Akan tetapi dalam mengajarkan topik tersebut guru hendaknya harus menggunakan media pembelajaran yang benar, agar siswa dapat membangun dan menemukan sendiri teknik penyelesaiannya. Karena pada penelitian ini menggunakan alat peraga Block Dienes maka pemberian konsep ini dilakukan dengan menggunakan alat peraga Block Dienes:

Penanaman konsep

a. Media yang diperlukan :

(41)

2) Tabel nilai tempat

b. Kegiatan Pembelajaran

Andaikan akan dicari hasil penjumlahan berikut : 65-42=...

c. Langkah-Langkah Peragaan

1) Tempatkan alat peraga block dienes pada tabel nilai tempat yang sesuai.

2) Siswa menyebutkan bilangan yang ditunjukkan oleh alat peraga Block Dienes.

3) Siswa memindahkan atau mengambil unit Block Dienes sebanyak bilangan pengurangan pada masing-masing kotak dalam tabel nilai tempat.

4) Siswa kemudian menghitung unit Block Dienes yang masih tersisa pada tabel nilai tempat dan menuliskan hasil yang diperoleh pada jawaban.

(42)

27

Pemahaman Konsep

Setelah peragaan tadi, tentunya kita ingin mengetahui apakah siswa benar-benar memahami pengurangan tersebut atau tidak. Untuk mengetahui hal itu, dapat disajikan beberapa contoh dengan jawaban yang salah dan benar sebagai berikut:

Benarkah hasil penjumlahan di bawah ini? Jika benar beri tanda

√ , jika salah perbaikilah!

Pembinaan Keterampilan

Setelah siswa memahami topik pengurangan, barulah mereka diberikan latihan latihan soal untuk lebih memantapkan pemahaman. E.Penelitian yang Relevan

Sita Dwi Jayanti (2014). “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Block Dienes Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Pokok Bahasan Perkalian Dan Pembagian”. Hasil menunjukan hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan alat peraga Block Dienes lebih tinggi daripada kelas yang tidak menggunakan alat peraga Block Dienes. Kesimpulan uji ini diperoleh dengan membandingkan thitung = 3,993 terhadap ttabel pada taraf signifikan α = 5% dan

derajat kebebasan 70, dengan nilai t(0,05;70) = 1,669, didapat thitung > ttabel,

maka keputusan yang diambil adalah terima H1 yang menyatakan bahwa hasil belajar matematika siswa yang menggunakan alat peraga blok dienes lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa di kelas yang tidak menggunakan alat peraga.24

Syafris Novembris (2012), “Meningkatkan Pemahaman Konsep Nilai Tempat Bilangan Melalui Media Blok Dienes Pada Anak Tunagrahita Ringan

24

(43)

Di Kelas D IV C SDLBN Talawi Kota Sawahlunto”. Hasil menunjukan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar matematika. dapat terlihat jelas peningkatkan kemampuan pemahaman konsep nilai tempat bilangan pada anak tunagrahita ringan, sebelum dilaksanakan penelitian AH hanya memiliki kemampuan 30% menjadi 62% setelah diberikan tindakan pada siklus I, menjadi 77% setelah diberikan tindakan pada siklus II. Kemampuan AR hanya memiliki kemampuan 20% menjadi 54% setelah diberikan tindakan pada siklus I, menjadi 85% setelah diberikan tindakan pada siklus II, terjadi peningkatan yang signifikan terhadap AR.25

F. Kerangka Berfikir

Pada tahapan usia anak Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang dipikirkan oleh anak masih terbatas pada benda-benda konkret yang dapat dilihat dan diraba. Oleh karena itu, kesulitan pada pembelajaran matematika dikarenakan adanya upaya untuk mengajarkan kepada anak yang masih berada pada tahapan operasi konkret dengan materi yang abstrak. Materi yang abstrak dapat menghambat proses belajar anak, harus diatasi dengan menggunakan media/alat peraga yang dapat mempermudah anak untuk belajar. Guru dalam hal ini dapat menggunakan alat peraga sebagai solusinya.

Penggunaan alat peraga akan membuat siswa lebih tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan. Walaupun alat peraga hanya suatu tiruan atau gambaran dari benda aslinya, tetapi dengan alat peraga siswa mempunyai kesempatan melakukan aktivitasnya dibandingkan kalau ia hanya mendengarkan ceramah guru. Dengan alat peraga siswa akan didorong untuk mengetahui lebih lanjut tentang masalah yang dipelajarinya, rasa ingin tahu bertambah, dan akan menambah semangat belajar.

Penggunaan alat peraga dalam proses belajar-mengajar dimaksudkan agar siswa lebih mudah memahami konsep-konsep matematika yang dipelajarinya. Kemudahan untuk memahami suatu konsep atau prinsip akan

25

(44)

29

memberikan kepuasan tersendiri bagi siswa dan akan mendorong siswa untuk ingin tahu lebih lanjut, sehingga membuat siswa belajar lebih aktif.

Alat peraga block dienes diharapkan dapat menciptakan matematika menjadi lebih konkret dan memotivasi siswa dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Block Dienes merupakan alat peraga yang mengandung permainan yang memiliki aturan. Dalam penelitian ini, block dienes dimodifikasi sedemikian rupa agar tampak lebih menarik, memiliki warna yang cerah, aman digunakan, agar siswa lebih tertarik dalam belajar dan tujuan pembelajaran matematika yaitu pada pokok bahasan operasi hitung matematika dapat tercapai dengan baik.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, ada keterkaitan antara penggunaan alat peraga block dienes terhadap hasil belajar matematika siswa. Dengan demikian diduga penggunaan alat peraga block dienes dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.

[image:44.595.108.521.212.764.2]

Untuk lebih meudahkan kerangka berfikir ini, perhatikan diagram kerangka berfikir di bawah ini :

Gambar 2.3

Diagram Kerangka Berfikir Penelitian Siswa kelas 1 Sekolah Dasar masih dalam

tahap berfikir pra operasi / operasional konkret

Matematika memiliki karakteristik materi yang

abstrak

Hasil Belajar Matematika siswa rendah

Penggunaan Alat Peraga Block Dienes

Konsep abstrak matematika dapat divisualisasikan melalui alat peraga sehingga siswa dapat dengan mudah memahami pelajaran matematika

(45)

G.Hipotesis Penelitian

(46)

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di MI Al-Ihsan yang tertletak di kecamatan Bambu Apus, Pamulang kota Tangerang Selatan. Alasan penulis memilih tempat penelitian di MI Al-Ihsan Pamulang adalah karena penulis melaksanakan PPKT (Praktek Profesi Keguruan Terpadu) di sekolah tersebut sehingga penulis mengetahui sekilas tentang gambaran umum sekolah tersebut. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester dua. B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.1 Metode eksperimen diartikan sebagai suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.2 Dalam penelitian ini jenis mtode eksperimen yang digunakan adalah Quasi Eksperimen. Jenis penelitian ini hampir mirip dengan jenis penelitian eksperimen klasik, namun lebih membantu peneliti untuk melihat hubungan kausal dari berbagai macam situasi yang ada.3

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian quasi eksperimen. Dalam pelaksanaan ini, sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Cara yang digunakan dalam mementukan sampel ini adalah dengan menggunakan kocokan yang di dalamnya telah terisi tiga kertas yang masing-masing bertuliskan kelas yang terdapat di sekolah tersebut yaitu kelas IA, IB dan IC. Setelah

1

Sugiyono, MetodePenelitianKuantitatifKualitatifdan R&D, (Bandung :ALFABETA, 2012), h.3

2

SuharsimiArikunto,ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik, (Jakarta: Rinekacipta, 2006), h.3

3

(47)
[image:47.595.107.515.144.641.2]

dilakukan dua kali pengocokan didapatlah dua kelas yang akan dijadikan sampel yaitu kelas IB dan IC, kemudian dari dua kelas tersebut lakukan kembali pengocokan untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari proses penentuan sampel tersebut dapat ditentukan kelas I C yang berjumlah 30 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas I B yang berjumlah 29 siswa sebagai kelompok kontrol. Kelas eksperimen yaitu kelas yang diajar dengan menggunaan alat peraga block dienes, sedangkan kelas kontrol yaitu kelas yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Pada desain ini tidak menggunakan pretest-posttest, namun hanya melihat tes akhir (two group randomized subjek post test only).4 Desain penelitiannya digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Desain Penelitian Two Group Randomized Subjek Post Test Only

4

Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.121.

eksperimen

tentukan anggota kelompok secara acak

tentukan jenis lingkungan (alami/buatan)

berikan treatment (strategi, metode,model atau media yang akan di

uji cobakan)

lakukan post-test

kontrol

tentukan anggota kelompok secara acak

tentukan jenis lingkungan (alami/buatan)

tidak diberikan treatment (strategi, metode,model atau media yang akan di

uji cobakan)

(48)

33

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehinga diperoleh inforasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.5Dalam penelitian ini terdapat dua variabel :

1. Variabel Bebas (X) Variabel bebas (Independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah alat peraga Block Dienes.

2. Variabel Terikat (Y) Variable terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel akibat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.6 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa MI Al-Ihsan Pamulang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.7 Dengan kata lain sampel adalah sebagaian atau wakil dari populasi yang diteliti. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan biaya, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.

5

Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.2

6

Ibid., h.61

7

(49)

Pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel berupa teknik acak berkelompok atau Cluster Random Sampling,

teknik ini digunakan jika kita memiliki keterbatasan karena ketiadaan kerangka sampel (daftar nama seluruh populasi), namun kita memiliki data lengkap kelompok. Teknik ini digunakan apabila sifat atau karakteristik kelompok adalah homogen.8

Setelah dilakukan pengambilan sampel secara acak dari tiga kelas yaitu kelas IA, IB dan IC kemudian terpilih :

1. Kelompok eksperimen yaitu kelompok siswa kelas 1C MI Al-Ihsan Pamulang.

2. Kelompok kelas kontrol yaitu kelas 1B MI Al-Ihsan Pamulang E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mencari informasi dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Informasi ini didapat dari observasi dan foto selama proses pembelajaran sedangkan instrumen pengumpulan data digunakan sebagai alat untuk memperoleh data yang diperlukan tersebut.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berupa pengumpulan informasi dari tes hasil belajar dan dokumentasi berupa foto.

Tetapi sebelum tes tersebut dibagikan kepada subjek penelitian dalam hal ini siswa, terlebih dahulu instrument tes tersebut di uji cobakan untuk mengetahui sejauh mana kualitas instrument penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini uji instrument dilakukan pada siswa di luar kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu pada kelas 2A yang terdiri dari 33 siswa. Setelah melakukan uji coba instrument, langkah selanjutnya adalah mengolah data hasil uji coba dengan mencari validitas, reabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dari instrument tersebut.

8

(50)

35

[image:50.595.108.547.200.689.2]

Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika Siswa Kompetensi

Dasar

Tingkat kemampuan

Indikator No. Butir soal

Jumlah Bentuk soal Melakukan penjumlahan bilangan dua angka. Pengetahuan (C1) Melakukan penjumlahan dengan cara membilang

1 1 Essay

Melakukan

pengurangan dengan cara membilang

2 1 Essay

Melakukan

penjumlahan dengan cara bersusun

panjang

3 1 Essay

Melakukan

pengurangan dengan cara bersusun

panjang

4 1 Essay

Pemahaman (C2) Melakukan penjumlahan dengan cara bersusun pendek

6 1 Essay

Melakukan

pengurangan dengan cara bersusun

pendek

5 1 Essay

Penerapan (C3) Menerapkan konsep penjumlahan dalam kehidupan sehari-hari

7 1 Essay

Menerapkan konsep pengurangan dalam kehidupan sehari-hari

(51)

F. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini penghitungan Instrumen penelitian berupa pengujian validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan pengujian daya pemebeda menggunkan ANATES. Anates merupakan sebuah program aplikasi komputer yang bertujuan untuk menganalisis butir soal. Program ini dikembangkan oleh Bapak Drs. Karno To, M.Pd. seorang dosen Psikologi UPI dan Bapak Yudi Wibisono, S.T. seorang konsultan komputer.9

1. Pengujian Validitas

Validitas instrumen menunjukan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur10.Validitas instrumen merupakan syarat yang penting dalam suatu alat evaluasi karena suatu teknik evaluasi dikatakan mempunyai validitas yang tinggi (disebut valid) jika teknik evaluasi atau tes itu dapat mengukur apa yang sebenarnya akan diukur . pengujian validitas dengan menggunakan program ANATES : a) Klik icon ANATES 2X

[image:51.595.106.525.111.707.2]

b) Jika muncul tayangan berikut, program siap digunakan

Gambar 3.2

Tampilan Awal Program ANATES

9

Yudha Andana Perwira, Modul Analisis Butir Soal Dengan Menggunakan software ANATESV4, (Bandung: 2008)

10

(52)

37

[image:52.595.105.533.172.738.2]

c) Masukan data, klik Buat File Baru, isikan data sebagai berikut :

Gambar 3.3

Tampilan Ke Dua Program ANATES

d) Jika sudah terisi jumlah subjek dan jumlah butir soal kemudian klik OK, akan muncul tampilan seperti berikut :

Gambar 3.4

Tampilan Ke Tiga Program ANATES

Isikan

jumlah

soal

Isikan

jumlah

subjek

Jika sudah siap, klik OK

Tulis skor untuk setiap nomor

(53)
[image:53.595.105.516.126.705.2]

masing-e) Untuk melihat validitas soal, klik kembali ke menu utama kemudian klik korelasi skor butir dengan skor total. Kemudian akan muncul tampilan seperti ini :

Gambar 3.5

Uji Validitas Menggunakan ANATES

(54)

39

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama.11

Kriteria koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut :

0,80 – 1,00 derajat reliabilitas sangat baik

0,60 – 0,80 derajat reliabilitas baik

0,40 – 0, 60 derajat reliabilitas cukup

0,20 – 0, 40 derajat reliabilitas rendah

0,00 – 0, 20 derajat reliabilitas sangat rendah

Berikut ini adalah pengujian reliabilitas soal dengan menggunakan program ANATES :

a) Langkahnya sama dengan uji Validitas, klik Kembali Ke Menu

Utama kemudian klik Reliabilitasdan akan muncul tampilan seperti

[image:54.595.108.518.129.704.2]

berikut:

Gambar 3.6

Uji Reliabilitas Menggunakan ANATES

11

(55)

Hasil olahan data yang diperoleh pada menu ini dengan menggunakan data penelitian adalah :

Rata-rata nilai : 34,42 Simpangan baku : 5,32 Korelasi XY :0,65 Reliabilitas :0,78

Berdasarkan kriteria koefisien reliabilitas, angka reliabilitas dalam tes ini adalah 0,78 berada diantara kisaran nilai 0,60 – 0,80, maka dari 8 butir soal yang valid, memiliki derajat reliabilitas baik.

3. Pengujian Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut menjaring banyak subjek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan betul. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui soal-soal yang tergolong mudah, sedang dan sukar.

Berikut ini adalah pengujian tingkat kesukaran soal dengan menggunakan program ANATES :

[image:55.595.108.518.130.727.2]

a) klik Kembali Ke Menu Utama kemudian klik tingkat Kesukaran dan akan muncul tampilan seperti berikut:

Gambar 3.7

(56)

41

Berdasarkan hasil pengujian tigkat kesukaran dari 12 soal maka sebanyak 5 soal dengan kategori sangat mudah, 4 soal dengan kategori mudah dan 3 soal berkategori sedang.

4. Daya Pembeda Soal

[image:56.595.106.519.175.637.2]

Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah.12 Di bawah ini adalah klasifikasi daya pembeda :

Tabel 3.2

Klasifikasi Daya Pembeda Angka Indeks

Diskriminasi Item

klasifikasi Interpretasi

Kurang dari 0,20

Poor Butir item yang bersangkutan daya pembedanya lemah sekali atau jelek, dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik.

0,20-0,40 Satisfactory Butir item yang bersangkutan telah memilki daya pembeda yang cukup (sedang).

0,40-0,70 Good Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik 0,70-1,00 excellent Butir item yang bersangkutan telah

memiliki daya pembeda yang baik sekali.

Bertanda negatif

- Butir item yang bersangkutan daya pembedanya negatif (jelek sekali).

Uji daya pembeda soal dengan menggunakan program ANATES :

a) klik Kembali Ke Menu Utama kemudian klik Daya Pembeda dan akan muncul tampilan seperti berikut:

12

(57)
[image:57.595.103.517.113.552.2]

Gambar 3.8

Uji Daya Pembeda Menggunakan Anates

Berdasarkan gambar di atas maka dapat disimpulkan bahwa 83% (10 butir) dari 12 item yang diajukan dalam tes hasil belajar matematika yang dimaksud di atas memiliki daya pembeda soal yang baik dan sisanya yaitu 17% (2 butir) tergolong dalam kelompok item yang cukup baik.

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Persyaratan Analisis Data a. Uji Normalitas

(58)

43

X

2

=

Keterangan :

X² = Chi Kuadrat

f

o = frekuensi dari hasil penelitian

f

e = frekuensi yang diharapkan

Dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mengurutkan nilai terbesar sampai terkecil 2) Mencari nilai rentangan (R)

R = skor terbesar-skor terkecil 3) Mencari banyaknya kelas (BK)

BK = 1 + 3,3 log n

4) Mencari nilai panjang kelas (i) P =

5) Membuat tabulasi dengan tabel penolong

Interval Batas nyata x1 f1 x1f1 x12 x1f12

Jumlah ( ∑ )

6) Mencari rata-rata (mean)

X = 1

7) Mencari simpangan baku

S

=

8) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan:

(59)

b) Mencari nilai Z score untuk batas interval dengan persamaan

z = –

c)

Mencari luas 0–Z dari tabel kurva normal dari 0-Z dengan menggunakan angka-angka Z score.

d)

Mencari luas kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka pada luas 0-Z, yaitu angk

Gambar

Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 3.1 Desain Penelitian Two Group Randomized Subjek Post Test Only
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas III pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bentuk

Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media “Mika Ajaib” untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada topik operasi penjumlahan dan pengurangan

1. Penerapan pembelajaran berbasis masalah pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan di kelas V-A MIN Pandansari Ngunut Tulungagung, terdiri dari 2 siklus. Tahap

Penerapan pembelajaran berbasis masalah pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan terdiri dari 2 siklus. Tahap awal meliputi : 1) Peneliti membuka pelajaran dan

mengenai pembelajaran pada hari sebelumnya. Apersepsi ini berupa pertanyaan mengenai penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. 3) Guru meminta siswa berjajar bershap di

Hasil yang diharapkan adalah dengan menerapkan penggunaan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan pecahan dalam proses belajar mengajar maka diharapkan pembelajaran akan lebih

Teknik dan alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif terhadap data berupa dokumen hasil pekerjaan siswa, daftar nilai dan lembaran observasi Hasil