• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urgensi Public Speaking Terhadap Kinerja Guru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Urgensi Public Speaking Terhadap Kinerja Guru"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

SITI MAESAROH NIM 1110011000046

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Siti Maesaroh (NIM 1110011000046) Urgensi Public Speaking terhadap Kinerja Guru

Penelitian ini bertujuan untuk megetahui pentingnya kemampuan public speaking yang dimiliki oleh pendidik terhadap kinerja guru, khususnya dalam perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) pengumpulan bahan keperpustakaan dengan banyak mengkaji, mengumpulkan, menganalisi data berupa membaca, mengikuti kuliah, menelaah buku-buku, dan bahan-bahan informasi lainnya.

Dalam penelitian ini penulis menenukan hasil bahwa pentingnya public speaking terhadap kinerja guru dalam perencanaan dan pelaksananaan pembelajaran. Yaitu: 1). Seorang guru perlu menyusun perencanaan dalam bentuk struktur yang sistematis tentang apa yang akan ia sampaikan pada siswanya. Dalam mempraktikkan public speaking seorang guru akan merencanakan dan menciptakan sebuah kerangka yang mengorganisasikan konten yang akan ia sampaikan.. Ia juga mempersiapkan bagaimana membuka presentasinya, bagaimana menyampaikan inti materinya dan bagaimana yang akan disampaikan untuk menyimpulkan keseluruhan konten yang telah ia sampaikan. 2). Dalam pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Maka guru sebagai pembicara harus mempertahankan konsistensi dalam berkomunikasi karena tujuan penyampaian pesan menempati posisi utama terutama dalam proses penyampaian pesan. Tidak hanya meteri saja yang perlu disiapkan, kecakapan guru dalam menyampaikan materi dan motivasi kepada siswa harus disiapkan secara matang. Karena pendidik sebagai pemberi materi ajar juga harus menyiapkan cara menyampaikan isi materi yang baik, memperhatikan kata demi kata yang disampaikan, mimik, dan gaya berbicara agar apa yang disampaikan bisa diserap dan pendidik faham dengan apa yang disampaikan agar kinerja guru tersebut dapat dilakasanakn dengan baik. Guru perlu menyampaikan materi pembelajaran secara tersusun dan sistematik, menggunakan bahasa yang jelas dan mudah, memberi informasi yang jelas serta memberi contoh-contoh yang saling berkaitan, memberi penekanan kepada materi esensial dan mengaitkan pelajaran itu dengan pengetahuan dan pengalaman peserta didik yang telah dimiliki peserta didik dan menggunakan alat bantu pembelajaran bagi membantu menjelaskan sesuatu konsep.

Kata kunci: Urgensi, Public Speaking, dan Kinerja Guru

(7)

This purpose of this research is to know the importance of public speaking skills possessed by educators on teacher performance, especially in the planning of educated and dialogical learning and teaching practices. The Method of this study is qualitative research methods. In collecting the data, the writer used library research, collecting material with lots of assessing and analyzing data in the form of reading, attending class, studying books, and other information materials.

In this research, the authors determined the result that the importance of public speaking on the performance of teachers in planning and learning process. The processes are 1). A teacher needs to prepare a plan in the form of systematic structure of what he would convey to their students. In practicing of public speaking, teacher will plan and create a framework that organizes content that will be delivered. He is also preparing for how to open the presentation, how to convey the essence of the material that will be delivered to conclude the entire content of which they had to say. 2). In the implementation of educational and dialogical learning. Then the teacher as a speaker must maintain consistency in the delivery of messages to communicate for the purpose occupies a prime position especially in the process of delivering a message. Not only material that need to be prepared, but also the skills of teachers in presenting the material and motivation to the students must be prepared carefully. Because educators as a giver of teaching materials should also set up a way of delivering content that good, pay attention to every word that was delivered, expression, and style of speaking process that what is delivered can be absorbed and educators familiar with what is delivered so that the teacher's performance can be done well. Teachers need to systematically deliver learning materials by using language that is clear and easy, delivering clear information and giving examples related to each other, giving emphasis to the essential materials and connect the knowledge and experience of learners who have owned learners and using a learning tool for helping explain something concepts.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahi Rahmani Rahim

Al-hamdulillahi rabibbil-‘aalamiin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas berkat kasih dan sayang-Nya yang senantiasa tercurah pada kita semua terutama bagi penulis sediri. Yang karena-Nya keberadaan penulis terutama dalam masa-masa penyusunan skripsi ini tidak dijumpai suatu kendala yang berarti. Shalawat serta ssalam tercurah kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW suri tauladan paling mulia bagi semesta alam.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulian skripsi ini, namun berkat dorongan dan bantuan berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Di ruang yang terbatas ini, penulis mengungkapkan perasaan hormat dan terima kasih yang tulus kepada orang-orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyusunan skripsi ini, dengan sadar penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak akan pernah terwujud tanpa adanya peran serta dari orang-orang di sekitar penulis. Mereka adalah:

1. Ibu Dr. Hj. Nurlena Rifa’i, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Dosen Penasehat Akademik terima kasih atas ilmu dan bimbingannya selama ini.

3. Ibu Marhamah Saleh, Lc,. MA. Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Tanenji, MA. Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya, memberi masukan, motivasi, perhatian serta doa dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, semoga bapak senantiasa diberikan nikmat sehat serta dalam lindungan Allah selalu, dan menjadi suri tauladan kami.

(9)

ilmu yang bapak/ibu berikan bermanfaat dan menjadi amal ibadah. 6. Keluarga besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Kahfi Motivator School om Bagus dan keluarga, para pengajar, kaka senior

dan teman-teman seangkatan, yang telah memberikan banyak ilmu dan inspirasi sehingga terselesaikan skripsi ini.

8. Ibu (Muflikhatun) dan bapak (Muchari S.Pd.I) yang telah membesarkan, merawat, mendidik, mendoakan, memotivasi, memberikan dukungan baik moril maupun materil dengan penuh ketulusan dan keikhlasan kepada penulis. Kepada mereka penulis ucapkan sembah sujud sedalam-dalamnya, semoga Allah selalu memberikan kesehatan, keselamatan, kebahagiaan dan selalu dalam lindungan-Nya. Amiiin.

9. Adik-adikku tersayang Asnawi dan Abdul Syukur yang memberi doa motivasi, semangat dan nasehat *kadang lebih dewasa dari penulis. Kejar mimpi dan cita-cita kita agar menjadi manusia yang bermanfaat untuk sendiri dan orang lain.

10. Mbah K.H. Ismail, Mbah Hj. Kamilah dan Mbah Iroh yang selalu memberikan doa, semangat, nasehat/wejangan, dukungan baik moril maupun materil dengan penuh ketulusan dan keikhlasan dan memberi motivasi yang luar biasa kepada penulis, semoga selalu diberikan kesehatan keselamatan, kebahagiaan umur yang panjang dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Amiin.

11. Om tante dan pasangannya: Drs. H. Nuheri S.H, M.H./Upi Meliana S.H., Lutfiah/Fathullah, Abdul Jamil S.H.I./Nasrul Aeni S.H.I., Fathurozak S.Pt./ Sri Dewi A.Md., Nurchikmah S.H.I (tente yang memotivasi banget)/Baeturrohman S.H., Nasrudin S.Psi./secepatnya menyusul, Nurhayati/Rohidi, Suharti/Lanang (Alm.) dan Tajilah/Suami yang memberikan doa motivasi dan semangat yang luar biasa kepada penulis,

(10)

semoga selalu diberikan kesehatan keselamatan, kebahagiaan umur panjang dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

12. Sepupuku tersayang Aprilia Farchataeni, Toriq Farhan, Aulia, Fata, Billa, Fikri Aunilah, Kinzi, Affan, Fatah, Fatih, Abu, Umam, Indah, Habibi, Fadil, dan Faldo kejar terus mimpi dan cita-cita kita!!

13. Keluarga besar PAI seangkatan khususnya P20AI (Ngeok, Puji, Titi, Ncek, Ncoop, Ella, Dian, Uci, Yani, Upi, Ijal,Yuda, Albert, Tio, Amin, Ali, dan semuanya) yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis baik selama dalam mengukuti perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini. 14. Keluarga besar: Pondok Pesantren DAAR EL-HIKAM, KMPLHK

RANITA UIN JAKARTA, IMT CIPUTAT, HMI KOMTAR, LAPEMNI, dan FK2I yang memberikan banyak ilmu dan pengalaman luar biasa selama menjadi anggota, semoga manfaat! amiiin

15. Sahabat-sahabat ku Suprapti, Alis Arsita, Endang, Uni Fadlilah, Siti Pujiat, Yully Khusniah dan Septia Rahayu yang senantiasa membantu dalam menyelesaikan penelitian.

16. Terkakhir penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, dari dalam lubuk hati penulis selalu melekat salam hotmat kepada mereka dan penulis panjatkan doa dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa yang telah mereka berikan menjadi amal sholeh dan mendapatkan balasan yang lebih baik dari-Nya. Amiin.

Akhirul kalam, Begitu panjang perjalanan untuk menempuh sebuah proses yang dinanti untuk mendapatkan sebuah kebanggaan, lika-liku perjuangan, pengorbanan, dan harapan. Penulis mohon maaf apabila skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan perbaikan-perbaikan pada dunia pendidikan khususnya pada bidang studi Agama Islam.

Jakarta, 05 November 2014 Wasalam,

Siti Maesaroh

(11)

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah . ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Public Speaking 1. Sejarah Public Speaking ... 10

2. Pengertian Public Speaking ... 11

3. Faktor Pendukung Public Speaking... 12

4. Metode Public Speaking ... 14

5. Instrumen Persuasive Public Speaking ... 15

B. Kinerja Guru 1. Pengertian Kinerja Guru ... 17

2. Kriteria Kualitas Kinerja Guru ... 19

3. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... 23

4. Penilaian Kinerja Guru ... 24

5. Peranan Guru dalam Proses Belajar Mengajar ... 25

(12)

6. Urgensi Public Speaking terhadap Kinerja Guru ... 28

C. Hasil Penelitian Relevan ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Objek dan Waktu Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian ... 34

C.Fokus Penelitian ... 35

D.Prosedur Penelitian ... 36

1. Pendekatan Penelitian ... 36

2. Instrumen Penelitian ... 36

3. Teknik Pengumpulan Data ... 36

4. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Temuan Hasil Analisis Kritis Deskriptif 1. Urgensi Public Speaking terhadap Kinerja Guru dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran ... 39

B. Temuan Hasil Analisis Kritis Komparatif 1. Kinerja Guru dalam Perencanaan Pembelajaran yang Berkaitan dengan Kemampuan Public Speaking ... 43

2. Kinerja Guru dalam Pelaksaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis yang Berkaitan dengan Kemampuan Public Speaking ... 47

3. Interpretasi Hasil Analisis ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidik adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang berpotensi di bidang pembangunan. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan atau pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah.

Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah, seperti yang dibayangkan banyak orang, dengan bermodal penguasaan materi itu sudah cukup, hal ini belumlah cukup dan dapat dikatakan sebagai guru yang memiliki pekerjaan yang profesional, karena guru yang profesional, mereka harus memiliki keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaan, menjaga kode etik.

“Seorang guru yang profesional, memiliki keahlian, keterampilan dan kemampuan sebagaimana filosofi dari Ki Hajar Dewantara, “Ing garso sung talodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani” Tidak cukup dengan menguasai materi pembelajaran akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh

(14)

2

atau teladan bagi murid serta selalu mendorong murid untuk lebih baik dan maju”.1

Guru profesional selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya, kemudian guru profesional rajin membaca literatur-literatur dengan tidak merasa rugi membeli buku-buku yang berkaitan dengan pengetahuan yang digelutinya.

Guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin pendidikan, guru amat menentukan dalam proses pembelajaran di kelas, dan peran kepemimpinan tersebut akan tercermin dari bagaimana guru melaksanakan peran dan tugasnya. Hal ini berarti bahwa kinerja guru merupakan faktor yang amat menentukan bagi mutu pembelajaran/pendidikan yang akan berimplikasi pada kualitas output pendidikan setelah menyelesaikan sekolah.2

Akan tetapi pada kenyataan yang ada, para guru hanya berperan sebagai penyampai suatu pengetahuan. Upaya mereka kurang optimal, sehingga para lulusan yang dihasilkanpun kurang optimal dalam suatu bidang.

Seni mengajar merupakan sebuah upaya membingkai aktivitas pelajaran di dalam kelas dengan nuansa estetis serta pendekatan yang bersifat humanis dan rasa. Seni belajar berkaitan dengan berbagai seni yang lain, seperti seni berbicara atau retorika (public speaking), seni berkomunikasi atau persuasive, seni humor atau selera humor dan seni visual atau teatrikal. Guru yang memiliki rasa dan jiwa seni yang tinggi, dipadukan dengan tingkat pemahaman yang mendalam terhadap materi, akan memberikan siswa impresilebih dalam mengajar, di sinilah kemudian, makna guru dalam mengajar dirasa betul sifat pentingnya3.

“Guru atau pendidik memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar-mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan siswa/peserta didik ke arah yang dicita-citakan. Oleh karena itu setiap kegiatan guru harus dapat didudukan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya4.”

Disinilah seorang guru harus memahami bahwa siswa dalam dunia pendidikan sangat unik, guru harus memperlakukan siswa dengan tidak memihak, mampu membawa siswanya untuk serius dan bersemangat dalam menggapai

cita-1

Martinis Yamin, Sertifikasi ProfesiKeguruan di Indonesia, (Jakarta: Tim Gaung Persada Press, 2007), Cet.1 hal 23

2

Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Reflika Aditama, 2010), h.144

3

Ahmad Faidi, Tutorial Mengajar untuk Melejitkan Otak Kanan dan Kiri Anak, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h. 18

4

Sardiman, Interaksi &Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), h.125

(15)

citanya sesuai dengan kemampuan dan bidangnya. Tugas pendidik yaitu berusaha menciptakan proses pengajaran yang memberikan harapan, bukan yang menakutkan.

Interaksi belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan komunikasi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar, dengan warga belajar (siswa, anak didik/subjek belajar) yang sedang melaksanakan kegiatan belajar. Komunikasi antara pengajar dengan warga belajar, diharapkan merupakan proses motivasi. Maksudnya, bagaimana dalam peroses interaksi itu pihak pelajar mampu memberikan dan mengembangkan motivasi kepada pihak warga belajar/siswa/subjek didik, agar dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal5.

Pendidik memiliki ciri khas yang berbeda dengan pendidik lainya dalam kemampuan berbicara atau diistilahkan dengan public speaking, jika pendidik tidak memiliki kemampuan yang baik dalam berbicara dihadapan peserta didik, pastinya sangat sulit untuk bisa melakukan interaksi yang baik dengan peserta didik. Dengan adanya kemampuan berbicara yang baik yang dimiliki pendidik maka akan memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memperoleh informasi yang telah disampaikan.

Seorang guru yang pernah mengalami pengalaman buruk berbicara di depan publik kemungkinan besar akan memperbaiki sikap yang negatif terhadap public speaking. Seorang guru yang terlibat dalam public speaking, harus mengevaluasi sikapnya terhadap proses berbicara di depan publik dan menemukan alasan mengapa ia memiliki sikap demikian dengan berkaca dari pengalaman lampaunya. Selain sikap, persepsi seorang pembicara terhadap dirinya sendiri adalah faktor penting dalam menentukan karakternya sebagai seorang public speaker. Dalam konteks pengajaran, apabila seorang guru memiliki keyakinan terhadap dirinya bahwa ia dapat menjadi seorang public speaker yang baik, maka hal tesrebut akan tercermin dari caranya berbicara dan tampil di depan publik.

Keterampilan berbahasa yang menyangkut tentang komunikasi adalah keterampilan berbicara. Pada hakikatnya, berbicara merupakan kegiatan utama yang dilakukan oleh manusia. Setelah pada awal proses pemerolehan bahasa, manusia menyimak setiap apa yang didengarnya, maka selanjutnya apa yang di

5

Sardiman, Ibid., h. 2

(16)

4

dengar itu akan diproses dalam alat pemerolehan bahasa yang selanjutnya akan dikeluarkan dalam bentuk perkataan. Tidak bisa kita pungkiri bahwa separuh dari hidup manusia dihabiskan untuk berbicara terlebih seorang guru atau pendidik.

Sebagaimana firman Allah swt yang terdapat dalam Q.S Ar-Rahman ayat 3 dan 4 mengenai kemampuan dalam berbicara atau kemampuan komunikasi yang dimiliki oleh seseorang :

“Dan menciptakan manusia, yang mengajarinnya pandai berbicara”. (Q.s Ar-rahman : 3-4).6

“Ayat di atas dijelaskan dalam tafsir al-Qurthubi bahwa “Allah mengajarkan kepada setiap kaum bahasa kepada mereka, yang mereka gunakan untuk berkomunikasi”.7

Dari penjelasan tafsir tersebut sudah jelas bahwa Allah telah menganugerahkan kemampuan berbahasa kepada manusia. Terlebih pada perkembangan jaman seperti saat ini dan meningkatkannya kemampuan manusia dibidang bisnis, tenaga kerja, dan dalam bidang pendidikan khususnya. Seorang pendidik dituntut untuk lebih terampil dalam berkomunikasi khususnya ketika “berbicara di depan peserta didik” untuk menyatakan pikiran, gagasan, ide, perasaan, sekaligus terampil menangkap informasi-informasi yang diterima oleh peserta didik.

Dilihat dari peran guru di dalam kelas, mereka berperan sebagai komunikator, mengkomunikasikan materi pelajaran dalam bentuk verbal dan non-verbal. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan berupa buku teks, catatan, lisan, cerita. Pesan itu telah dikemas sedemikian rupa sehingga mudah dipahami, dimengerti, dipelajari, dicerna, dan diaplikasikan para siswa.

6

Al-Qur’an dan terjemah

7

Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi(17),(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 515-517

(17)

Didalam kelas guru menjelaskan, siswa bertanya, menyimak, sebaliknya guru mendapat informasi dari siswa-siswanya, dan menjawab pertanyaan siswa serta mencari solusi bersama-sama, kedua belah pihak (komunikator dan komunikan) aktif, dan peran yang lebih dominan terletak pada siswa atau yang lebih aktif. Pada akhir dari penyajian materi, guru melakukan evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang telah dikomunikasikan8.

Guru yang mampu berbicara dengan baik di depan public dapat menyampaikan pesannya kepada pendengar. Bila ia berbicara pada anak didiknya, mereka akan mendengar dan memahami maksudnya, dan ketika ia membahas pelajaran di depan kelas, di depan forum, ia pun bisa menggerakan murid ke arah yang dikatakannya. Berbicara yang baik akan mudah menyampaikan pandangannya dan pasti didengarkan oleh patner bicarannya.

Seorang pengajar tidak hanya butuh pengetahuan dari bahan ajarnya, sebagai seorang guru, pengajar haruslah menyampaikan bahan ajar dengan presepsi yang tepat demi kepentingan pembelajaran. Terlibatnya dialog antara guru dan siswa merupakan titik awal dari seni itu sendiri. Dengan dialog, guru jelas berbeda dengan buku. Guru bukanlah media yang pasif. Guru dapat memotivasi belajar demi tujuan pembelajaran.9

Seorang siswa yang memiliki minat dalam belajar, akan timbul perhatiannya terhadap pelajaran yang diminati tersebut. Akan tetapi perhatian seseorang siswa kadang kala timbul dan ada kalanya hilang sama sekali. Suatu saat siswa kurang perhatiannya terhadap penjelasan yang diberikan oleh guru di depan muka kelas bukan disebabkan karna siswa tidak memiliki minat dalam belajar, boleh jadi ada gangguan dalam dirinya atau perhatian lain yang mengusik ketenangannya di ruang kelas atau seorang pendidik kurang memberikan teknik pengajaran yang bervariasi sehingga anak menjadi tidak tertarik terhadap apa yang dijelaskan oleh guru tersebut.

Sebaliknya tidak semua siswa mempunyai perhatian yang sama terhadap pelajaran yang disajikan oleh seorang guru. Oleh karena itu, diperlukan kecakapan guru untuk dapat membangkitkan perhatian anak didik. Perhatian yang dibangkitkan oleh guru tersebut perhatian yang disengaja, sedangkan perhatian

8

Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Tim Gaung Persada Press, 2007), hal.Cet.1 24-25

9

Ahmad Faidi, Tutorial Mengajar untuk Melejitkan Otak Kanan dan Kiri Anak, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), cet. 1 h. 15

(18)

6

yang timbul dengan sendirinya dalam diri sendiri tersebut dengan perhatian spontan.

Untuk membangkitkan perhatian yang disengaja maka guru harus dapat: a. Dapat menunjukan pentingnya bahan pelajaran yang disajikan bagi

siswa.

b. Berusaha menghubungkan antara apa yang telah diketahui siswa dengan materi yang akan disajikan,

c. Merangsang siswa agar melakukan kompetisi belajar yang sehat

d. Berusaha menghindarkan hukuman, dan dapat memberikan hadiah secara bijaksana.

Sedangkan perhatian spontan dapat dibangkitkan dengan cara: a. Mengajar dengan persiapan baik

b. Menggunakan alat peraga sebagai media

c. Sedapat mungkin menghindari hal-hal yang dianggap tidak perlu d. Mengadakan selingan yang sehat10.

Untuk itu, maka kemudian seorang guru harus memiliki berbagai pengetahuan, misalnya metode mengajar, pengelolaan pengajaran berbicara (public speaking) dan ilmu-ilmu lain yang dapat menunjang proses belajar mengajar.

Pendidik dalam menyampaikan informasi tidak hanya sekedar berbicara di mana informasi yang disampaikan lewat begitu saja, akan tetapi seorang pembicara atau pendidik harus mempelajari tekhnik public speaking agar informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Pembicara yang mencoba bersikap sangat serius atau yang banyak akalnya mungkin saja gagal, namun pembicara yang menarik pendengarnya dengan keyakinan yang kongkret, tidak pernah gagal. Kalau sang pembicara sangat meyakini nilai pesan yang disampaikannya, penyampaiannya akan seperti kobaran api. Terlepas dari betapa penting kualitas percaya diri dan antusiasme yang sebagian orang tidak mempunyainya.

“Ciptakan komunikasi telegrafis diantara kepala kita dengan hati kita.Bukan hanya memberi fakta-fakta melainkan juga menyingkapkan sikap kita sendiri terhadap fakta-fakta tersebut”11.

10

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h. 8-9

11

Dale Canegie, Pubic Speaking for Success, (Ciputat: Karisma Publishing Group, 2010) h.166

(19)

Menciptakan suasana komunikatif yang baik dalam hubungan personal antara guru dengan guru yang lain, antara guru dengan murid, dan antara murid dengan murid merupakan suatu keadaan yang memungkinkan proses belajar mengajar yang berlangsung secara efektif.

Lembaga pendidikan tidak terlepas dari masalah-masalah yang ada, diantaranya masalah kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran dan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Masalah kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran di mana guru masih ada yang belum membuat persiapan pembelajaran sebelum mengajar. Selain itu juga terlihat masalah yang berhubungan dengan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari guru yang belum dapat mengkondusifkan keadaan kelas menjadi tenang ketika ada siswa yang melakukan keributan dikelas. Guru dalam pelaksanaan pembelajaran juga belum menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi sehingga yang terjadi pembelajaran terasa membosankan bagi siswa dan kinerja yang dihasilkan guru pun belum optimal.

Guru yang kompeten akan akan melaksanakan tugas belajar mengajar didalam kelas dengan penuh semangat, serta penuh makna, murid selalu mendapatkan hal baru setiap kali masuk kelas untuk belajar. Murid tidak akan pernah bosan untuk belajar dikelas karena memiliki guru yang kompeten. Karena pada hakikatnya guru yang kompeten akan melahirkan murid-murid yang rajin belajar karena mereka mencintai proses pembelajaran dan memahami arti penting belajar untuk masa depannya.

(20)

8

Keperihatinan terhadap kinerja guru yang masih kurang dalam penyampaian materi kepada siswa sehingga belum sepenuhnya maksimal dan pengajar yang masih menggunakan model mengajar yang membuat peserta didik bosan, hal itu disebabkan karena kurangnya kemampuan public speaking yang dimiliki oleh pengajar. Dari latar belakang tersebut, maka penulis mengangkat tema penelitian ini dengan judul: Urgensi public speaking terhadap kinerja guru”

B. Identifikasi Masalah

1. Masih terdapat persoalan di mana kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran belum sepenuhnya maksimal, sehingga penyerapan materi pelajaran yang diterima oleh siswa belum dapat diserap optimal.

2. Rendahnya kemampuan public speaking yang dimiliki oleh pendidik sehingga yang terjadi pembelajaran terasa membosankan bagi siswa dan kinerja yang dihasilkan guru pun belum optimal.

3. Kurangnya kecakapan guru untuk membangkitkan perhatian anak didik agar memiliki minat dan semangat dalam belajar.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan tidak terlalu luas, maka perlu adanya pembatasan masalah. Untuk itu penulis membatasi masalah pada: Urgensi public speaking terhadap kinerja guru.

D. Perumusan masalah

Dari pembatasan masalah di atas, penulis menganggap perlu adanya perumusan masalah agar pembahasannya terarah dan tidak meluas maka penulis merumuskan masalah pada:

(21)

2. Bagaimana kinerja guru (kompetensi peadagogis) dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan public speaking?

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian

1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian penulisan skripsi ini adalah :

a. Ingin menjelaskan urgensi public speaking terhadap kinerja guru. b. Untuk mengetahui kinerja guru (kompetensi peadagogis) dalam

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan public speaking?

2. Manfaat penelitian

(22)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Public Speaking

1. Sejarah Public Speaking

“Dahulu public speaking dikenal sebagai retorika. Retorika (retoric) biasanya disinonimkan dengan seni atau kepandaian berpidato, sedangkan tujuannya adalah menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain agar mereka mengikuti kehendak kita.”1

Menurut Aristoteles yang dikutip oleh saifuddin Zuhri, dalam retorika terdapat 3 bagian:

a. Ethos (ethical)

Yaitu karakter pembicara yang dapat dilihat dari cara berkomunikasi b. Pathos (emosional)

Yaitu perasaan emosional khalayak yang dapat dipahami dengan pendekatan “Psikologi massa”.

c. Logos (logikal)

Yaitu pemilihan kaat atau kalimat atau ungkapan oleh pembicara.2

Zaman modern, di Prancis gerakan humanisme melahirkan penyair, pengarang, moralis yang terkenal sampai pada Revolusi Prancis. Mereka adalah Mirabeus. Dia adalah sosok yang terkenal sebagai ahli pidato atau berbicara didepan public. Di Inggris, orang Inggris mempelajari retorika atau seni bicara secara sistematis dan mengembangkan dengan karakter tersendiri. Ilmu retorika di Inggris dipergunakan dalam usaha untuk memperluas kekuasaan Kerajaan Inggris. Pada abad ke-20, retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern, khususnya ilmu-ilmu prilaku

1Saifudin Zuhri, Public Speaking, (Jogjakarta: Graha ilmu, 2010), h. 2 2Ibid.,h. 2

10

(23)

seperti psikologi dan sosiologi. Istilah retorika mulai digeser speech communication, atau oral communication atau lebih dikenal dengan public speaking.3

“Pada abad pertengahan ilmu retorika (public speaking) dengan sebutan lain ‘gaya berani berbicara’ telah lahir sejak abad pertama. Savonarola adalah tokoh ilmu retorika atau public speaking di abad petengahan sebelum masehi (SM). Ajaran Savonalora yang terkenal ialah dialektika dan logika”.4

Pada zaman Renaisans dan Humanisme pada abad-14 dan abad ke-16, berkembanglah Renaisans di Italia. Sajak saat itulah, muncul suatu pemahaman baru terhadap zaman Romawi dan Yunani kuno, sehingga ilmu retorika atau public speaking dikembangkan kembali. Pada era itu pula, buku-buku mengenai ilmu retorika atau public speaking, seni sastra, filsafat, dan pendidikan banyak diterbitkan5.

2. Pengertian Public Speaking

Secara etimologis, public menurut Kamus Inggris Indonesia, berarti “masyarakat umum”. Sedangkan speaking “ialah berbicara, berpidato.”6 Jadi public speaking dapat diartikan secara harfiyah adalah berbicara atau berpidato dihadapan masyarakat umum.

“Menurut Sirait mendiskripsikan pengertian public speaking sebagai berikut: public speaking adalah rangkaian cara berfikir yang didasarkan dari seluruh talenta manusia atas pengalaman masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang dan dipadukan dengan etika, pola perilaku, ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, analisis keadaan dan faktor lainnya7.”

Public speaking/ komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi kolektif, komunikasi retorika, public speaking dan komunikasi khalayak (audience communication). Apapun nama-namanya, komunikasi publik menunjukan suatu proses komunikasi dimana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka didepan khalayak yang lebih besar.

3

Helena Olii, Public Speaking, (Jakarta: PT Macanan jaya Cemerlang 2007), Cet.1 h.3

4

Op.cit., h.3

5

Saifudin Zuhri, Public Speaking, (Jogjakarta: Graha ilmu, 2010), h. 2-3

6

Jhon M. Echols & Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2003), hal. 455

7

Charles Bonar Sirait, The Power Of Public Speaking, (Jakarta: PT Gramedia, 3013), h.102-103

(24)

12

Komunikasi publik memiliki ciri bahwa pesan yang disampaikan itu tidak berlangsung secara spontanitas, tetapi terencana dan dipersiapkan lebih awal8.

“Public speaking merupakan ilmu berbicara didepan umum, berani berbicara di depan publik, berbicara di depan publik/sejumlah orang/umum merupakan kegiatan yang pada dasarnya dilakukan dalam rangka komunikasi”9.

Sedangkan pengertian lain dalam buku Tubagus Wahyudi menjelaskan bahwa public speaking bukan hal yang bisa terjadi dengan sendirinya pada seseorang. Tetapi public speaking adalah sebuah ilmu yang kita semua sadari bahwa tidak akan mungkin sebuah ilmu itu dikuasai oleh seseorang kalau dia tidak menyiapkan waktu, menginvestasikan waktu untuk belajar. Public speaking adalah sebuah keterampilan yang diawali oleh sebuah pemahaman sebuah ilmu10.

Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan oleh penulis bahwa public speaking merupakan seni atau keterampilan berbicara didepan umum dengan memperhatikan unsur-unsur yang ada didalam komunikasi agar informasi yang disampaikan pembicara dapat diterima dengan baik oleh pendengar. Dan Public speaking merupakan rumpun keluarga dari ilmu komunikasi yang memberikan gambaran mengenai kemampuan seseorang untuk dapat berbicara di depan publik, kelompok maupun perseorangan dan merupakan metode untuk dapat berbicara di depan khalayak dengan baik dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti sampai kegiatan penutup.

3. Faktor Pendukung Public Speaking

Menurut Albert Mehrabian seorang professor di University of Colivornia, dan dikutip oleh Tubagus Wahyudi menemukan hasil penelitian yang menyatakan ada tiga faktor pemdukung pembicara/public speaking antara lain :

8

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h.34

9

Saifudin Zuhri, Public Speaking, (Jogjakarta: Graha ilmu, 2010), h.1

10

Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking era Konseptual, (Jakarta: BBC Publisher, 2013), h.61

(25)

a. Verbal (7%)

Verbal yaitu bagaimana seorang pembicara memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan konsep atau esensi, maksud dan tujuan berbicara didepan umum.

b. Vokal (38%)

Vokal yaitu bagaimana seorang pembicara harus sadar bahwa dia mengeluarkan suara sesuai dengan komoditas pesannya yang akan disampaikan.

c. Visual (55%)

Visual yaitu bagaimana seorang pembicara mampu menghadirkan mimik, gesture, dan body language-nya.11

“Aspek vokal dengan persentase 38% menempati tempat kedua dan memiliki kontribusi besar bagi kesuksesan Aspek ini sangat penting. Banyak pihak percaya bahwa cara kita mengartikulasikan dan menyarankan pesan yang akan kita sampaikan ke audiens tiga kali lebih penting daripada pesan itu sendiri. Dan setiap manusia ternyata punya kemampuan menciptakan suara yang baik.12”

Dalam public speaking, bahasa tubuh kita sangat penting karena mempengaruhi perhatian audiens. Keseluruhan tubuh kita merupakan seperangkat yang sangat membantu dalam setiap penampilan kita dihadapan audiens. Tidak hanya menyiratkan apa yang sedang dipikirkan oleh pembicara, tetapi juga dapat membantu pemahaman audiens mengenai isi pembicaraan asalkan disampaikan dengan tepat dan benar.

Menurut pandangan penulis, meskipun materi yang sudah disampaikan berjalan lancar, menarik dan pada waktu yang tepat, namun ketika audiens tiba-tiba terganggu dengan gerakan spontan yang dilakukan oleh pembicara maka hasilnya mereka hanya menyukai topiknya saja dan tidak menyukai performance pembicara. Menjadi pembicara memang tidak mudah. Sebagai pembicara kita dituntut untuk menyampaikan pesan yang menarik tidak hanya materi namun

11

Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking era Konseptual, (Jakarta: BBC Publisher, 2013), h.180

12

Charles Bonar Sirait, The Power Of Public Speaking, (Jakarta: PT Gramedia, 3013), h.102-103

(26)

14

penampilan juga merupakan syarat yang penting yang harus dimiliki oleh pembicara.

4. Metode Public Speaking

Menurut Helena Olii dalam buku Public Speaking ada empat metode public speaking yang dilakukan pembicara dalam pemilihan saat akan berlangsung public speaking, sebagai berikut:

a. Metode naskah (Menuskrip)

Naskahnya dibuat tertulis secara lengkap sesuai dengan apa yang akan disampaikan kepada public. Pembicara mengembangkan gagasan-gagasannya dalam kalimat-kalimat atau alinea-alinea. Bahkan ada pembicara tertentu menuliskan salam atau sapaan pembukaan dan salam saat penutupan. Cara demikian dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan, karena setiap kata yang diucapkan dalam situasi resmi akan disebarluaskan dan dijadikan contoh bagi siapa saja yang akan mendengarkannya.

b. Metode menghafal (memoriter)

Cara ini sebenarnya lanjutan seperti membaca naskah. metode menghafal merupakan sebuah persiapan yang dilakukan oleh seoramg pembicara dan naskah yang telah dipersiapkan sebelum dipresentasikan bukan untuk dibaca, melainkan untuk dihafal.

c. Metode spontanitas (Impromtu)

Cara ini berbeda dengan kedua cara sebelumnya. Pembicaraan tidak menyiapkan naskah, atau tidak membaca naskah. Pembicara hanya memikirkan masalah pada apa yang akan dikemukakan. Biasanya dilakukan hanya oleh orang-orang yang akan tampil secara mendadak.

d. Metode penjabaran kerangka (ekstemporer)

(27)

disiapkan garis-garis besar isinya dengan menuliskan hal-hal yang dianggap paling penting untuk disampaikan13.

Menurut hemat penulis, dari keempat metode dalam public speaking di atas terdapat kekuatan dan kelemahan masing-masing. Untuk itu seorang pembicara atau public speaking harus mampu menempatkan dan memilih metode mana yang harus digunakan tentunya hal ini disesuaikan dengan kecocokan dari masing-masing metode dan penyesuaian acara yang sedang berlangsung dalam artian apakah perlu menggunakan naskah, kerangka, atau hafalan akan tetapi terlepas dari itu semua seorang pembicara harus memperhatikan dan mengutamakan audiens agar apa yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh audiens.

5. Instrumen Persuasive Public Speaking

Yang dimaksud dengan instrument persuasive adalah elemen yang merupakan alat-alat dalam membantu seseorang public speaker melakukan persuasi, adalah sebagai berikut :

a. Ice breaker.Upaya untuk membuka sebuah penampilan disaat kita berbicara dengan membantu menciptakan suasana yang nyaman, suasana yang lebih membuat audiens percaya kepada kita.

1) Ice breaker merupakan pelumas atau pembuka tabir jarak antara kita sebagai seorang pembicara dengan audiens.

2) Ice breaker adalah memenuhi kebutuhan kodrat manusiawi, yaitu gradasi. Manusia adalah makhluk yang tidak senang pada kondisi atau suatu yang tidak berangsur-angsur. Sehingga seorang pembicara ketika tampil menjalankan tugasnya, dia tidak boleh langsung menyampaikan materi. 3) Ice breaking bertujuan untuk membangkitkan kepercayaan audiens kepada

kita14.

“Bagian awal ini juga berfungsi untuk menarik minat pendengar, dan memperkenalkan topik yang dibicarakan. Tujuannya supaya pendengar tertarik untuk mendengar pembicara lebih lanjut”.15

13

Helena Olii, Public Speaking, (Jakarta: PT Macanan jaya Cemerlang 2007), Cet.1 h.38-41

14

Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking era Konseptual, (Jakarta: BBC Publisher, 2013), h. 217-218

15

Helena Olii, Public Speaking, (Jakarta: PT Macanan jaya Cemerlang 2007), h.3

(28)

16

Penulis menyimpulkan bahwa Ice breaker merupakan sebuah jembatan penghubung bagi pembicara dihadapan audiens saat membuka penampilan baik berupa mativasi, humor, cerita atau hiburan.

b. Energizer. Merupakan poin-poin yang sama dengan ice breaker, hanya berbeda pada peletakannya. Sekali lagi, energaizer diletakan ditengah-tengah penampilan kita disaat menyampaikan materi. Kenapa harus ada energaizer di setiap penampilan atau di pertengahan pembicaraan.

1)Karena kesadaran akan cara kerja otak dimana fokus manusia di setiap 20 menit akan terjadi penurunan. Penurunan itu harus distimulus, harus diberikan semacam suplemen dalam bentuk energizer sehingga itu kembali membaik.

2)Untuk mempertahankan fokus audiens. 3)Menyegarkan suasana

4)Mampu menjaga suasana komunikatif.16

Pada bagian tengah ini berfungsi untuk menyajikan, topik yang dibicarakan, secara lebih mendalam lagi. Di bagian inilah, semua informasi dituangkan untuk mendukung topiknya. Tujuannya supaya pendengar makin berminat untuk mendengarkan pembicaraan sampai selesai17.

Menurut hemat penulis energaizer merupakan upaya yang dilakukan oleh pembicara ditengah-tengah penampilan untuk membangkitkan kembali semangat audiens. Agar audiens lebih fokus dalam menerima informasi. c. Closing power, yaitu penutup yang berisi:

1)Kesimpulan-kesimpulan 2)Ajakan-ajakan dan motivasi

3)Kata-kata bijak atau mungkin kita bisa mengutip ayat suci

4)Sebutkan tujuan hidup yang baik, benar, dan bagus, yang berkaitan dengan materi yang baru saja kita sampaikan. Sekaligus mungkin kita tambahkan kata-kata mutiara, lalu kita akhiri dengan closing power kita dengan saran, berterima kasih kepada audiens, dan kita menyampaikan salam. Sampaikanlah pula di mana dan dengan cara apa audiens bisa menghubungi kita kemudian hari18.

Seperti yang telah dijelaskan diatas dapat penulis dapat menyimpulkan Closing power merupakan bagian penutup dalam sebuah penampilan berisikan tentang kesimpulan, motivasi, saran, ajakan dan ucapan terima

16

Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking era Konseptual, (Jakarta: BBC Publisher, 2013), h. 218.

17

Helena Olii, Op,cit, h.3

18

Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking era Konseptual, (Jakarta: BBC Publisher, 2013), h 218-219

(29)

kasih kepada audiens agar pembicara memilki kesan yang baik dihadapan audiens.

B. Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja Guru

Berbicara tentang kinerja guru terdapat beberapa pengertian atau makna kinerja guru, seperti beberapa pendapat dibawah ini:

Kinerja atau performance yang diartikan “dengan prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, unjuk kerja, dan penampilan kerja.”19 Menurut Poerwadarmita dalam kamus besar bahasa Indonesia. “Kinerja adalah suatu yang ingin dicapai, prestasi yang ingin di perlihatkan dan kemampuan kerja seseorang20”.

Mulyasa menjelaskan bahwa, “kinerja dapat diartika sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian, atau unjuk kerja”.21 “Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi22.”

Guru menurut kamus besar bahasa Indonesia “adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar, kencing berdiri, murid kencing berlari, kelakuan murid (orang bawahan) selalu mencontoh guru (orang atasanya)”23.

Guru merupakan suatu profesi yang “berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang pendidikan”24.

”Menurut Undang-undang guru No.14 tahun 2005 Bab 1 Pasal 1: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

19

Arif firdaus, Profil Guru SMK Profesional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 53

20

WJS. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998), h. 56

21

E mulyasa, Menjadi Kepala sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya 2003), h. 136

22

Yaslis Ilyas, KINERJA teori, penilaian dan penelitian, (Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKMUI, 2002), h.65

23

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Naional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 377

24

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: PT Bumi Rakasa, 2010), h.15 Cet.5

(30)

18

pada pendidikan anak usia dini dan jalur pendiidkan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah” 25.

Jadi guru merupakan tenaga profesional yang memiliki keahlian khusus sebagai pendidik/pengajar yang tugasnya mendidik, mengajar, melatih siswanya meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan oleh masyarakat dilingkungan dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi dimasyarakat.

Kinerja guru “merupakan kinerja atau untuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan /pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah”26.

Kinerja guru “merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab atas peserta didik dibawah bimbingannya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik”27.

Menurut Suryo Subroto yang dimaksudkan dengan kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah Kesanggupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan komunikasi dan edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup suasana kognitif, efektif dan psikomotorik sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran28.

Jadi, kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar yang memiliki keahlian mendidik anak didik dalam rangka pembinaan peserta didik untuk tercapainya institusi pendidikan.

Dari definisi yang telah dijelaskan diatas penulis menyimpulkan bahwa kinerja guru adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugasnya yang menghasilkan hasil yang memuaskan, guna tercapainya tujuan didalam lingkungan pendidikan.

25

Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Tim Gaung Persada Press, 2007), hal. 210-211 Cet.2

26

Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Reflika Aditama, 2010), h.144

27

Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta:RajaGrafindo Persada,2013), Cet. 1 h.54

28

Suryo subroto, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), Cet. 1 h. 8

(31)

2. Kriteria Kualitas Kinerja Guru

Keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru tidak lepas dari tingkat kompetensi guru dalam melaksanakan tugas yang diembannya. Kemampuan yang harus di miliki guru telah disebutkan dalam “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 yang berbunyi:

a. Kompetensi paedagodik b. Kompetensi kepribadian c. Kompetensi professional d. Kompetensi sosial.29”

Untuk lebih jelas, berikut pendeskripsikan secara singkat empat macam kemampuan yang mutlak yang harus dikuasai oleh seorang guru:

1) Kompetensi Paedagogik

“Kompetensi Paedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya30.”

Kriteria kompetensi paedagogik meliputi : a) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. b) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c) Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu. d) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik. e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembanagan yang mendidik. f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. h) Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. i) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.31

29

Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: CV. Eko Jaya, 2005), h.26

30

Martinis Yamin, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), Cet. 1 h. 9

31

Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012), Cet.5 h. 54-55

(32)

20

Jadi penulis menyimpulkan kompetensi paedagogik berkaitan dengan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar yakni pesiapan mengajar yang mencakup merancang dan melaksanakan skenario pembelajaran, memilih metode, media, serta alat evaluasi bagi anak didik agar tercapai tujuan pendidikan baik pada ranah kognitif, efektif, maupun psikomotorik siswa.

2) Kompetensi Kepribadian

“Kompetensi kepribadian merupakan kemempuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.”32

Kriteria kompetensi kepribadian meliputi : a) Mantap

b) Stabil c) Dewasa

d) Arif dan bijaksana e) Berwibawa

f) Berakhlak mulia

g) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat h) Mengevaluasi kinerja sendiri

i) Mengembangkan diri secara berkelanjutan.33

“Menurut Moh. Uzer Usman kemampuan kepribadian guru meliputi hal-hal berikut: 1) Mengembangkan kepribadian 2) Berinteraksi dan berkomunikasi 3) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan 4) Melaksanakan administrasi sekolah 5) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran34.”

Dalam pandangan penulis bahwa kepribadian yang dimiliki seorang guru penting, karena guru merupakan cerminan prilaku yang dapat mempengaruhi prilaku siswa-siswanya. Guru yang memiliki kepribadian yang baik akan membawa siswanya kepada sikap mental, watak, dan kepribadian siswa yang kuat.

3) Kompetensi Profesional

32

Martinis Yamin, op. cit., Cet. 1, h. 8

33

Martinis Yamin, op. cit., Cet. 1, h. 9

34

M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013), Cet. Ke-17, h.16

(33)

Kompetensi profesional, yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran.

Guru harus selalu meng-update dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatannya harus disambut oleh siswa sebagai suatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan kemampuan belajar yang tidak pernah putus.35

Kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai suatu yang menggambarkan kemampuan seorang guru, baik kemampuan kualitas maupun kuantitas yang dapat digunakan dalam melaksanakan kuwajibannya secara bertanggung jawab dan layak.

“Kompetensi profesional mencakup beberapa hal yaitu: a) Penguasaan pelajaran yang terkini atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan bahan yang diajarkan tersebut. b) Penguasaan dan penghayatanatas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan. c) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran peserta didik.”36

Menurut hemat penulis seorang guru harus memiliki kompetensi profesional karena seorang guru harus menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah. Kompetensi profesional guru penting dalam hubungannyadengan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh kepala sekolah, kurukulum didalamnya dan lingkungan sekolah akan tetai juga ditentukan oleh kemampuan guru yang mengajar dalam membimbing siswanya. 4) Kompetensi Sosial

35

Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012), Cet.5, h. 56-57

36

Arif firdaus, Profil Guru SMK Profesional (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h.40-41

(34)

22

Kompetensi sosial yang dimiliki guru adalah menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungan mereka (seperti orang tua, tetangga, dan sesama teman)37.

Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri teladan dalam kehidupannya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif.

Kriteria kompetensi sosial meliputi :

a) Guru mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan

b) Guru mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik. Kemampuan berkomunikasi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.

c) Guru mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orangtua/wali peserta didik dan masyarakat38.

Dalam pandangan penulis kemampuan sosial yang dimiliki seorang guru sangat penting karena guru adalalah makhluk individu yang tidak hidup sendiri. Seorang guru harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan peserta didik,sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik dan masyarakat sekitar. Karena segala kegiatannya pasti dipengaruhi oleh pengaruh lingkunagan sosial disekitar.

Jadi, guru sebagai makhluk yang dibekali potensi kemampuan tertentu dan akan mengaplikasikan dan mengembangkan kemampuan tersebut diperlukan tersebut diperlukan suatu latihan dan kependidikan. Seorang guru agar ia dapat menajdi guru yang mampu berkompeten dan professional dalam bidangnya maka guru harus memiliki kriteria kemampuan dasar sebagaimana yang dijelaskan di atas.

Sebagai mana firman Allah SWT

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: PT Bumi Rakasa, 2010), Cet.5 h.19

38

Arif firdaus, Profil Guru SMK Profesional (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h.38

(35)

Artinya:“Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalan-Nya. Termasuk dalam pengertian Keadaan disini ialah tabiat dan pengaruh alam sekitarnya.”(QS. Al-Isra:84)39.

Ayat tersebut diatas, menjelaskan bahwa setiap orang (guru) yang melakukan suatu peerbuatan, mereka akan melakukan sesuai dengan keahlian dan keadaan yang dimiliki masing-masing.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru

Menurut Syafri Mangkupiwara dan Aida Vitayala kinerja merupakan suatu kontruksi multidimensi yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Uraian rincian faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas meneger dan team leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan kerja pada guru.

b. Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan, dan keeratan anggota tim.

c. Faktor sistem, meliputi sistem kinerja, fasilitas, kerja yang diberikan oleh pemimpin sekolah, proses organisasi (sekolah) dan kultur kerja dalam organisasi (sekolah).

d. Faktor kontektual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal. 40

Gambar di bawah ini pengaruh kinerja individu dan kelompok terhadap kinerja organisasi (sekolah), Seperti terlihat pada gambar di bawah, kinerja individu dipengaruhi oleh faktor-faktor pengetahuan, keterampilan, motivasi dan peran individu yang bersangkutan. Kinerja individu ini akan mempengaruhi kinerja kelompok dan akhirnya kinerja ini akan mempengaruhi kinerja oganisasi. Kinerja kelompok juga dipengaruhui oleh faktor-faktor yang terkait dengan

39Al-Quran dan Terjemahnya

40

Martinis Yamin, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010) cet. 1 h. 129-130

(36)

24

karakteristik tim. sementara kinerja organisasi dipengaruhi oleh beragam karekteristik organisasi. Sebagai berikut: 41

Jadi dapat disimpulkan oleh penulis bahwa baik buruknya kinerja guru dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor saling mempengaruhi, seperti yang telah dipaparkan diatas. Apabila memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya, berarti upaya untuk mengembangkan kinerja guru kearah yang diinginkan oleh guru dan lingkungan sekolah sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan perubahan.

4. Penilaian Kinerja Guru

Penilaian kinerja terhadap kinerja guru sangat diperlukan. Karena penilaian kinerja guru bermanfaat dalam mengetahui tentang:

Perbaikan prestasi kerja, adaptasi kompetensi, keputusan penempatan, kebutuhan latihan dan pengembangan, perencanaan dan pengembangan karir, penyimpangan proses staffing ketidakakuratan informasional, kesalahan desain pekerjaan, kesempatan kerja yang adil, dan tantangan eksternal.

41

(37)

Agar penilaian kinerja guru mudah dilaksanakan serta membawa manfaat diperlukan pedoman dalam penilaian kinerja. Pedoman penilaian terhadap kinerja guru mencakup:

a. Kemampuan memahami meteri bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya (subject mastery and content knowledge)

b. Keterampilan metodologi yaitu merupakan keterampilan cara penyempaian bahan pelajaran dengan metode pembelajaran yang bervariasi (methodological skills atau technical skills)

c. Kemampuan berinteraksi dengan peserta didik sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif yang bisa memperlancar pembelajaran. d. Di samping itu, perlu juga adannya sikap profesional (professional

standard-professional attitude), yang turut menentukan keberhasilan seorang guru di dalam melaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai dengan panggilan sebagai seorang guru. 42

Dengan melihat dari subjek utama dalam menejemen sumber daya manusia, yaitu guru dan madrasah. Kegunaan penilaian kinerja pada umumnya memenuhi dua tujuan, yaitu: meningkatkan kinerja guru dengan cara membantu mereka menyadari dan menggunakan potensi mereka sepenuhnya dalam menjalankan misi-misi organisasi, serta menyediakan informasi kepada guru dan kepala madrasah yang akan dipakai dalam keputusan-keputusan pekerjaan terkait.

Apabila indikator tersebut diatas sudah berhasil dilakukan oleh guru dan siswa maka proses kegiatan belajar mengajar akan tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan.

5. Peranan Guru dalam Proses Belajar-Mengajar

Guru sangat berperan dan membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik, ketika orang tua mendaftarkan

42

Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2013), h.72

(38)

26

anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.

Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik serta individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang ynag sangat mendasar.

Peranan dan kompetensi guru di dalam proses belajar-mengajar meliputi banyak banyak hal yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Guru sebagai Demonstrator

Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar.Ini berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis. Maksudnya agar apa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh anak didik43.

b. Guru sebagai Pengelola kelas

Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan.Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.

43

M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013), Cet. Ke-17 h.9

(39)

Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas bergantung pada banyak faktor, antara lain ialah guru, hubungan pribadi antara siswa di dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas.

Tujuan umum mengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.

Sebagai manager guru bertanggung jawab memlihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif dikalangan siswa.

Sebagai manager lingkungan belajar, guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar mengajar dan teori perkembangan sehingga kemungkinan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang menimbulkan kegiatan belajar pada siswa akan mudah dilaksanakan dan sekaligus memudahkan pencapaian tujuan yang diharapkan.44

c. Guru sebagai Mediator dan Fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi hasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggusahakan media yang

44

Ibid., Cet. Ke-17 h.10

(40)

28

baik. Untuk itu guru perlu memahami latihan-latihan praktik secara kontinue dan sistematis, baik melalui pre-service maupun melalui in-service training. Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa.

Sebagai mediator guru pun menjadi perantara dalam hubungan antarmanusia. Untuk keperluan itu guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya agar dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif. Dalam hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik, mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan yang positif dengan para siswa.

“Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar, baik berupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.45” d. Guru Sebagai Evaluator

Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan, efektivitas, dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Selain itu, untuk mengetahui kedudukan peserta dalam kelas atau kelompoknya.Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya secara terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai peserta didik dari waktu ke waktu.46

Demikian pula dalam satu kali proses belajar-mengajar guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.

Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian di antaranya ialah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian guru dapat

45

Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012), Cet.5 h.64

46

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: PT Bumi Rakasa, 2010), Cet.5 h.24

(41)

mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk kelompok siswa yang pandai, sedang, atau cukup baik di kelasnya jika dibandingkan dengan teman-temannya.

Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasi belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik terhadap proses belajar-mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar-mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.47

Jadi dapat disimpulkan dari urarian di atas bahwa guru mempunyai peranan utama dan sangat menentukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, di mana kegiatan belajar-mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan.

6. Urgensi Public Speaking terhadap Kinerja Guru

Kegiatan komunikasi bagi diri manusia, merupakan bagian yang hakiki dalam kehidupannya. Dinamika kehidupan masyarakat akan senantiasa bersumber dari kegiatan komunikasi dan interaksi dalam hubungannya dengan pihak lain dan kelompok. Bahkan dapat dikatakan melalui komunikasi akan terjaminlah kelanjutan hidup masyarakat dan terjamin pula kehidupan manusia.

Interaksi akan selalu berkait dengan istilah komunikasi atau hubungan. Dalam proses komunikasi, dikenal adanya unsur komunikan dan komunikator. Hubungan antara komunikator dengan komunikasi biasannya karena menginteraksi sesuatu, yang di kenal dengan istilah pesan.Kemudian untuk menyampaikan atau mengontakkan pesan itu diperlukan adanya media atau saluran. Jadi unsur-unsur yang terlibat dalam komunikasi itu adalah: komunikator, komunikan, pesan, dan saluran atau media. Begitu juga hubungan dengan manusia lain, empat unsur untuk terjadinya proses komunikasi itu akan selalu ada.

47

M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013) Cet. Ke-17, h.11-12

(42)

30

Interaksi belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan komunikasi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar suatu pihak, dengan warga belajar (siswa, anak didik/subjek belajar) yang sedang melaksanakan kegiatan belajar. komunikasi antara pengajar dengan warga belajar, diharapkan merupakan proses motivasi. Maksudnya, bagaimana dalam proses komunukasi itu pihak pelajar mampu memberikan dan mengembangkan motivasi kepada pihak warga belajar/siswa/subjek didik, agar dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal.48

”Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai kebijakan yang dipandanng dapat menunjang terciptannya suatu poses pendidikan yang mungkin produktif (efektif,efisien), baik aspek sarana prasarana, kurikulum, maupun peningkatan kualitas SDM pendidik”.49

Ketika di depan kelas, guru menempatkan dirinya sebagai pusat perhatian sekaligus objek penyidikan. Para siswa melihat guru dari atas sampai bawah.Karena itu, mengajar merupakan sesuatu yang pribadi yang tidak dapat digantikan begitu saja. Mengajar itu melibatkan guru sebagai sosok yang menyeluruh, bukan hanya sebagai seorang yang mencoba menyampaikan sepotong pengetahuan.

Seni mengajar merupakan sebuah upaya membingkai aktivitas pembelajaran di dalam kelas dengan nuansa estetis serta pendekatan yang bersifat humanis dan rasa. Seni belajar berkaitan dengan berbagai seni yang lain, seperti seni berbicara atau retorika (public speaking), seni berkomunikasi atau persuasife, seni humor atau selera humor dan seni visual atau teatrikal. Guru yang memiliki rasa dan jiwa seni yang tinggi, dipadukan dengan tingkat pemahaman yang mendalam terhadap materi, akan memberikan siswa impresi lebih dalam mengajar, di sinilah kemudian, makna guru dalam mengajar dirasa betul sifat pentingnya.50

Guru dibutuhkan untuk membimbing, memberi bekal sesuatu yang berguna, sebagai guru harus dapat memberikan sesuatu secara efektif, dengan tugasnya menciptakan situasi interaksi edukatif. Guru tidak cukup hanya mengetahui bahan ilmu pengetahuan yang akan dijabarkan dan diajarkan kepada siswa, tetapi juga harus mengetahui bagaimana cara penyampaiannya (public

48

Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), h. 2

49

Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h. 192

50

Ahmad Faidi, Tutorial Mengajar untuk Melejitkan Otak Kanan dan Kiri Anak, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h. 18

(43)

speaking) dengan benar, sehingga mampu memberikan motivasi, dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara profesional sebagai seorang pendidik dan mencapai target kinerja atau usaha pencapaian tujuan dalam proses belajar-mengajar.

Karakter seorang guru sebagai pembicara publik adalah faktor penting yang menentukan bagaimana ia menghadapi proses pertukaran pesan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Mendalami dengan sepenuhnya karakter pribadi seorang guru sama pentingnya dengan mendalami karakter siswa sebagai audiens. Jika seorang guru tidak merasa senang dengan subjek yang ia ajarkan atau tidak merasa cukup menguasainya, jangan memaksakan diri dan jangan berpura-pura untuk memahami segalanya hanya karena predikat sebagai seorang guru. Pengenalan terhadap diri, dan kenyamanandalam mengajar sangat tercermin dari gaya mengajar dan gaya berbicara yang ditampilkan oleh seorang guru.

Dilihat dari peranan guru didalam kelas, mereka berperan sebagai seorang komuikator, mengkomunikasikan materi pelajaran dalam bentuk verbal dan non-verbal. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan berupa buku teks, catatan, lisan, dan lain sebagainya. Pesan itu telah dikemas sedemikian rupa sehingga mudah dipahami, dimengerti, dipelajari, dicerna, dan diaplikasikan para siswa.

Pesan dalam bentuk verbal tersebut dirancang untuk disajikan dalam beberapa kali pertemuan, diterapkan sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, media, dan dalam alokasi waktu yang sesuai dengan beban muatan materi.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian, kendali DTMF sebagai catu daya sesuai hasil rancang bangun, dapat berfungsi dengan baik dan dapat menjadi sumber listrik untuk

Rumusan masalah dalam penelitian tugas akhir ini adalah bagaimana membangun Sistem Informasi penjualan, pembelian dan servis barang yang dapat diterapkan pada toko handphone

[r]

19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku

Perlakuannya adalah dengan pemberian yoghurt kedelai hitam (black soyghurt), sedangkan keluarannya (outcome) adalah kadar profil lipid serum tikus hiperkolesterolemia

Misi ini mempunyai tujuan yaitu: Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, dengan ukuran keberhasilan yang diharapkan adalah indikator : Indeks Reformasi

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aktivitas antiradikal (dinyatakan dalam % A) senyawa turunan flavon dan flavonol yang diperoleh dari literatur [4]. Adapun

Analisis akan digunakan pada masing-masing indikator untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat mahasiswa untuk bekerja di kantor akuntan publik,