• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati Desa Sirnagalih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati Desa Sirnagalih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN

AYAM KAMPUNG KELOMPOK TANI SEHATI DESA

SIRNAGALIH KECAMATAN TAMANSARI

KABUPATEN BOGOR

DHEA ADISTI PERMATASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati Desa Sirnagalih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

(4)

ABSTRAK

DHEA ADISTI PERMATASARI. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati, Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SUHARNO.

Ayam tergolong kedalam komoditi perunggasan yang saat ini tingkat konsumsinya sebesar 16.3 % yang berasal dari unggas lokal (ditjennak,2012). Salah satu jenis ayam buras yang banyak dibudidayakan adalah ayam kampung. Kelompok Tani Sehati adalah salah satu kelompok yang membudidayakan ayam kampung secara intensif. Kelompok Tani Sehati mengalami masalah pada aspek manajemen sumber daya manusia, pemasaran dan budidaya sehingga membutuhkan strategi pengembangan untuk keberlanjutan usaha peternakan ayam kampungnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternal kelompok tani sehati, menentukan alternatif strategi pengembangan, dan menentukan prioritas strategi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks IFE (internal factor evaluation) dan EFE (eksternal factor evaluation), matriks IE (internal-eksternal), matriks SWOT (strengths-weaknesses-opportunities-treaths) matriks QSPM. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok tani sehati berada pada tahapan tumbuh dan membangun dengan strategi intensif dan integratif. Hasil analisis SWOT mengidentifikasi terdapat enam alternatif strategi pengembangan yang dapat diterapkan. Strategi yang memiliki prioritas tinggi berdasarkan perhitungan matriks QSPM adalah memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar baru diluar pasar yang selama ini dijangkau oleh kelompok.

Kata Kunci : Ayam Kampung, Kelompok Tani Sehati, Strategi Pengembangan

ABSTRACT

DHEA ADISTI PERMATASARI. Business Development Strategy of native chicken poultry in Sehati Farmers Group Sirnagalih Village Tamansari sub district Bogor Regency. Supervised by SUHARNO.

Chicken is one of the poultry comodities whose food consumption level nowadays has reached 16,3 percent deriving from local poultry (Ditjennak, 2012). One kinds of range chicken which is grown in poultry farm is native chicken. Sehati farmers group is one of the farmer group which is grow native chicken intensively. This farmers group has a problem in management, on-farm, and marketing therefore needs a business development strategy to the continous of this business. This research purposes are identifying internal and external business environment condition from sehati farmer group, determining business development strategy alternative, and priotizing strategies. There are some methods in this research which are IFE (internal factor evaluation) and EFE (external factor evaluation) matrix, IE (internal external) matrix, SWOT (strenghts, weaknesses, opportunities, threaths) matrix, and at last QSPM. The result of the analysis showed that sehati farmer group was in grow and build stage with intensive and integrative strategy. The result of SWOT analysis identified that there were six alternative of business development strategies which could be implemented. The highest priotizing strategy based on the calculation of QSPM matrix was a strategy to expanding market of native chicken to new market outside the current and existing market.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN

AYAM KAMPUNG KELOMPOK TANI SEHATI DESA

SIRNAGALIH KECAMATAN TAMANSARI

KABUPATEN BOGOR

DHEA ADISTI PERMATASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati Desa Sirnagalih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor.

Nama : Dhea Adisti Permatasari

NIM : H34090091

Disetujui oleh

Dr. Ir. Suharno M, Adev Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS. Ketua Departemen Agribisnis

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati, Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, dimulai dari bulan Maret hingga April 2013.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Suharno M,Adev selaku dosen pembimbing, Ibu Dr. Ir Ratna Winandi, MS serta Ibu Eva Yolynda A, SP MM sebagai dosen penguji atas segala masukan dan saran untuk perbaikan skripsi ini. Terima kasih kepada pihak Kelompok Tani Sehati yaitu Bapak Mahpudin, Ibu Hj. Tati, dan Bapak Epi selaku responden yang telah memberikan waktu luangnya serta informasi untuk pengumpulan data, serta Bapak Maksal selaku perwakilan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Peternakan yang telah memberikan informasi dan data mengenai kelompok ternak ayam kampung yang ada di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga tercinta, Mamak, Bapak, Mas, dan Abang atas perhatian, doa, dan dukungan yang tiada hentinya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini serta teman – teman satu bimbingan dan sahabat-sahabat Agribisnis 46 atas dukungan dan semangat yang diberikan.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL 10xi

DAFTAR GAMBAR 10xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 8

Manfaat Penelitian 8

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA 8

Deskripsi Ayam Buras 8

Deskripsi Ayam Kampung 9

Manfaat ayam kampung 10

Penelitian Mengenai Strategi Pengembangan Usaha 10

KERANGKA PEMIKIRAN 12

Kerangka Pemikiran Teoritis 12

Pengertian Strategi 12

Alternatif Strategi 13

Manajemen Strategis 14

Analisis Lingkungan 15

Kerangka Pemikiran Operasional 19

METODOLOGI PENELITIAN 21

Lokasi dan Waktu Penelitian 21

Jenis dan Sumber Data 21

Metode Pemilihan Responden 21

Metode Analisis Data 21

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27

Kondisi Umum Wilayah Penelitian 28

Gambaran Umum Kelompok Tani Sehati 28

HASIL DAN PEMBAHASAN 31

Analisis Lingkungan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok

Tani Sehati 31

Lingkungan Internal 31

Lingkungan Eksternal 36

Tahap Masukan (Input Stage) 43

Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) 43 Matriks EFE ( external factor evaluation) 44

Tahap pencocokan (Matching Stage) 46

Matriks IE ( Internal – Eksternal) 46

Matriks SWOT. 47

Tahap Keputusan (Decision Stage) 51

Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) 51

SIMPULAN DAN SARAN 52

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pdrb Sub Sektor Peternakan Tahun 2006-2010 Menurut Provinsi 1 Tabel 2 Populasi Ayam Buras 15 Provinsi Tahun 2007 S/D 2012a 2 Tabel 3 Data Jumlah Populasi Ayam Buras Di Kabupaten Bogor a 3 Tabel 4 Daftar Kelompok Yang Membudidayakan Ayam Burasa 4

Tabel 5 Kandungan Gizi Daging Ayam Burasa 4

Tabel 6 Penjualan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati Bulan Oktober

2012a 6

Tabel 7 Matriks IFEa 22

Tabel 8 Penilaian Pembobotan Matriks Ife 23

Tabel 9 Penilaian Bobot Faktor Eksternal Perusahaan 24

Tabel 10 Matriks EFEa 24

Tabel 11 Matriks SWOTa 26

Tabel 12 Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)a 27 Tabel 13 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) Kelompok Tani Sehati 44 Tabel 14 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Kelompok Tani Sehati 45

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Jenis Ayam Ras Dan Bukan Ras 9

Gambar 2 Model Lima Kekuatan Persaingan Porter 18 Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pengembangan Ayam

Kampung Kelompok Sehati 20

Gambar 4 Matriks IE 25

Gambar 5 Struktur Organisasi Kelompok Tani Sehati 29 Gambar 6 Matriks Internal Eksternal (IE) Kelompok Tani Sehati. 46

Gambar 7 Matriks SWOT 48

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rumusan Strategi Pengembangan Kelompok Tani Sehati 57 Lampiran 2 Rata-Rata Hasil Perhitungan Bobot Dan Rating Matriks IFE

Dan EFE 60

(11)

Latar Belakang

Kinerja perekonomian suatu negara dapat dilihat salah satunya dari Produk Domestik Bruto. Laju pertumbuhan PDB Nasional Indonesia pada tahun 2011**) mengalami peningkatan. Berdasarkan perhitungan PDB atas harga konstan, laju pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2011**) sekitar 6,46 % dan pada tahun 2010*) sebesar 6,20 % (Angka Sementara) (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Kontribusi Pertanian pada PDB atas dasar harga konstan (2009-2011**) memberikan kontribusi terbesar kedua menurut Lapangan Usaha dari 9 sektor. Sektor – sektor tersebut terdiri dari sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, serta sektor jasa – jasa. Dalam sektor pertanian terdapat beberapa sub sektor, salah satunya adalah sub sektor peternakan. PDB sub sektor peternakan di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga tahun 2011 (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012).

Salah satu provinsi yang memegang peranan penting dalam kontribusi peternakan untuk PDB adalah Provinsi Jawa Barat. Menurut data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011, Total PDRB sub sektor peternakan menurut harga konstan Provinsi Jawa Barat menempati urutan kedua dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Total PDRB subsektor peternakan di beberapa provinsi di Indonesia ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 PDRB Sub Sektor Peternakan Tahun 2006-2010 (Atas Dasar Harga Konstan) Menurut Provinsi (Rp Milyar)a

Provinsi 2006 2007 2008 2009 2010b Total

Jawa Timur 7 421 7 872 8 038 8 366 8 648 40 345 Jawa Barat 5 411 5 356 5 327 5 458 5 556 27 108 Jawa Tengah 3 603 4 034 4 156 4 409 4 665 20 867 Sumatera

Utara 2 378 2 503 2 616 2 731 2 852 13 080 Lampung 1 442 1 458 1 484 1 622 1 649 7 655

Aceh 1 326 1 342 1 427 1 447 1 499 7 041

NTT 1 213 1 243 1 277 1 310 1 356 6 399

Bali 1 128 1 145 1 164 1 320 1 437 6 194

a)

Sumber : Ditjennak 2011 (data diolah), b) Angka sementara

(12)

sebesar 27 108 milyar rupiah. Besarnya total PDRB ini menempatkan Provinsi Jawa Barat berada pada posisi kedua setelah Provinsi Jawa Timur.

Menurut jenisnya, ternak dikelompokkan menjadi ternak besar, yaitu sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, ternak kecil yaitu kambing, domba, babi, ternak unggas yaitu ayam buras, ayam ras peterlur, ayam ras pedaging, itik dan aneka ternak yaitu kelinci, burung puyuh, dan merpati (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Salah satu komoditi peternakan yang berkembang di Provinsi Jawa Barat adalah ternak unggas yaitu komoditi ayam buras. Menurut data yang diperoleh dari direktorat jenderal peternakan 2012, Provinsi Jawa Barat menempati posisi ketiga dalam hal populasi ayam buras. Data yang akan dijelaskan pada Tabel 2.

Tabel 2 Populasi Ayam Buras 15 Provinsi Tahun 2007 S/D 2012a (ekor) Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011 2012b) Total

Aceh 13297300 8904869 7999580 8486097 6010575 6311104 51009525 Sumatera

Utara 18668266 11349742 11417842 11929543 11963682 12113225 77442300 Sumatera

Barat 4529802 4638908 5873480 5130660 5023666 5241693 30438209 Riau 4487162 3466760 2819901 2545130 2848075 3704542 19871570 Sumatera

Selatan 11929000 7240000 7229810 6326820 6265183 7484095 46474908 Lampung 10309346 11234890 11590517 10554350 9341358 10319233 63349694 Jawa Barat 27789274 27761015 28028034 27394516 27396383 27304697 165673919 Jawa

Tengah 32730855 35824735 35636726 36908672 38296383 39485958 218883329 DI

Yogyakarta 3921178 3925958 3916636 3861676 4019960 4052139 23697547 Jawa Timur 40819911 23261021 23596465 24006814 29310251 29749905 170744367 Nusa

Tenggara Timur

9842890 9936923 10064577 7986623 10528966 10579804 58939783

Kalimantan

Selatan 11383274 12643202 12911052 13702575 13651778 14245780 78537661 Sulawesi

Selatan 14336350 14487129 13047576 14765458 17833769 20586980 95057262 Sulawesi

Tenggara 7557231 8602823 9101089 10716956 9884728 10427989 56290816 Banten 9836217 10121412 9669410 9784326 10026124 10574553 60012042 a)

Sumber : Ditjennak 2012 (data diolah), b) Angka Sementara

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa jumlah populasi ayam buras di Provinsi Jawa Barat sebanyak 165 673 919 ekor. Total jumlah populasi tersebut menempatkan Provinsi Jawa Barat berada pada posisi ketiga setelah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tingginya angka populasi ini menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra pembudidayaan ayam buras di Indonesia.

(13)

ayam buras di kabupaten Bogor mengalami peningkatan sebesar 8.97 %. Kecamatan Tamansari merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten Bogor yang masayarakatnya banyak membudidayakan ayam buras. Tabel 3 menunjukkan jumlah populasi ayam buras 14 dari 40 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor.

Tabel 3 Data Jumlah Populasi Ayam Buras di 14 Kecamatan Wilayah Kabupaten Bogor a

Kecamatan Ayam Buras (ekor)

Cisarua 188556

Nanggung 120554

Pamijahan 99654

Cibungbulang 79419

Tamansari 78737

Megamendung 78412

Cigombong 32175

Gunung Sindur 49341

Klapanunggal 11733

Ciomas 7882

Parung Panjang 30047

Tenjo 4220

Tajur Halang 3218

Ciawi 41342

Dramaga 13067

a)

Sumber : Buku Data Peternakan Tahun 2012 Kabupaten Bogor (data diolah)

(14)

Tabel 4 Daftar Kelompok yang Membudidayakan Ayam Buras di Wilayah Kabupaten Bogora

Kecamatan Desa Nama Kelompok Jumlah Populasi (ekor)

Cigombong Ciburuy Motekar 389

Gunung Sindur Rawa Kalong Tani Maju 100

Cisarua Citeko Jembar Alam 200

Megamendung Sukakarya Bina Karya 400

TamanSari Sirnagalih Sehati 1500

Ciomas Parakan Sugih 34

Parung Panjang Parung Cemani Laras 200

Tenjo Tapos Suka Makmur 200

Tajur Halang Kallsuren Berkat Jaya 150

Ciawi Ciawi Tani Makmur 200

Dramaga Sinarsari Harapan Mulya 200

a

Sumber : Buku Data Peternakan Tahun 2012

Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kelompok sehati membudidayakan ayam buras terbesar di wilayah Kecamatan Tamansari. Ayam buras yang dibudidayakan oleh kelompok ini adalah ayam buras jenis ayam kampung.

Ayam buras tergolong kedalam komoditi perunggasan yang saat ini tingkat konsumsinya sebesar 65 % dimana 16.3 % diantaranya berasal dari unggas lokal (ditjennak,2012). Selain itu jumlah konsumsi ayam buras per kapita per tahunnya terus meningkat. Jumlah konsumsi ayam buras pada tahun 2009 sebesar 0.501 kg/kapita meningkat pada tahun 2010 menjadi 0.602 kg/kapita dan meningkat pula pada tahun 2011 menjadi 0.626 kg/kapita (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Hal ini menunjukkan bahwa unggas banyak diminati oleh masyarakat sebagai salah satu bahan pangan sumber protein yang dapat meningkat seiring perkembangan waktu. Jumlah kandungan gizi dalam 100 gram daging ayam buras dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Kandungan Gizi Daging Ayam Buras per 100 gram Daging yang dapat Dimakana

Jenis Zat Jumlah Kandungan

Kalori (kal) 302

Protein (g) 18.2

Lemak (g) 25

Kalsium (mg) 14

Fosfor (mg) 200

Besi (mg) 1.5

Vitamin A (SI) 810

Vitamin B1 (mg) 0.08

Air (g) 55.9

a)

(15)

Walaupun permintaan ayam buras terus meningkat, jumlah produksi atau populasi ayam buras dapat tergolong kecil jika dibandingkan dengan jumlh produksi ayam ras pedaging. Menurut data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), jumlah populasi ayam buras masih jauh dibandingkan dengan ayam ras. Jumlah populasi ayam buras sebesar 27 396 416 ekor pada tahun 2011. Jumlah ini hanya sebesar 4.6 % dari jumlah populasi ayam ras pedaging yang jumlahnya mencapai 583 263 441 ekor pada tahun 2011. Menurut Cahyono (2002), daging ayam buras merupakan sumber protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral.

Menurut Cahyono (2002), ayam kampung sendiri memiliki kelebihan dari sisi kemudahan cara pemeliharaannya dibandingkan dengan ayam ras pedaging. Kelebihan ayam kampung ini terletak pada daya adaptasi yang tinggi karena mampu menyesuaikan diri pada berbagai situasi. Selain itu, bentuk badan ayam kampung memiliki susunan otot yang baik, jari kaki yang tidak terlalu panjang tapi kuat dan ramping, dan daging yang lebih padat dan lebih enak. Penyebaran ayam kampung juga merata dari dataran rendah hingga dataran tinggi.

Pengembangan ayam kampung dewasa ini merupakan hal yang potensial, karena saat ini preferensi konsumen mulai beralih dari produk berlemak ke produk yang lebih organik. Selain itu, rasa daging ayam kampung yang khas juga merupakan preferensi konsumen yang dapat dijadikan peluang untuk menarik konsumen potensial. Saat ini, dengan populasi ayam buras yang salah satu varietasnya adalah ayam kampung yang cukup besar, wilayah Jawa Barat seharusnya memperoleh pendapatan yang cukup tinggi.

Salah satu kelompok yang bergearak dalam usaha peternakan ayam kampung adalah Kelompok Tani Sehati, Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Kelompok ini membudidayakan ayam kampung sejak awal tahun 2012 dengan modal utama berasal dari pemerintah sebesar 150 juta rupiah. Menurut Muhammad (2008), strategi pengembangan adalah strategi bersaing yang berusaha mengembangkan atau membesarkan perusahaan sesuai dengan ukuran yang diinginkan, yaitu bisa dengan meningkatkan volume penjualan, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan laba yang diperoleh, menambah wilayah pemasaran yang dijangkau,dan lain – lain. Maka Untuk mendukung dan menjaga keberlangsungan Kelompok Tani Sehati dalam menjalankan usahanya, maka diperlukan penyusunan rencana dan strategi usaha yang efektif untuk mencapai sasaran bisnis yang telah ditetapkan sehingga dapat meningkatkan profit kelompok tani.

Perumusan Masalah

(16)

bersama. Oleh karena itu, investasi awal dimulai dari kandang, DOC, pakan, obat-obatan, dan lain-lain merupakan milik bersama yang dikelola bersama. Kelompok Tani Sehati terbentuk pada tahun 2012 dengan populasi ayam kampung yang dipelihara sebanyak 1500 ekor. Menurut Bamualim, Inounu dan Talib yang diacu dalam Dhakiyah (2012), Kelompok Tani Sehati ini termasuk peternakan unggas bercorak komersial dengan skala kecil karena jumlah kepemilikan ayam lebih dari 1000 ekor. Jumlah anggota kelompok pada awal pembentukan adalah sejumlah 10 orang namun saat ini yang bertahan adalah sebanyak 4 orang. Pengurangan jumlah anggota ini dikarenakan anggota menjadikan usaha ternak ayam kampung sebagai pekerjaan sampingan sehingga anggota lebih mengutamakan pekerjaan utamanya di luar usaha ternak. Selain itu, terdapat 4 orang anggota yang diberhentikan secara paksa karena merugikan kelompok dengan melakukan pencurian pakan dan ayam kampung untuk memperoleh keuntungan sendiri. Jadi hingga saat ini anggota yang bertahan adalah sebanyak empat orang.

Pada siklus pertama, populasi awal sebesar 1500 ekor dan bertahan 1372 ekor untuk dijual. Ayam yang mati sebanyak 128 ekor dikarenakan kanibalisme dan saling patuk. Hal ini dikarenakan ayam mengalami kekurangan pakan dan jadwal pemberian pakan yang tidak teratur. Target awal kelompok adalah ayam kampung yang diproduksi dapat terjual seluruhnya. Target ini tercapai walaupun penjualan dilakukan secara bertahap yaitu 20 ekor, 30 ekor, 40 ekor. Data penjualan ayam kampung kelompok tani sehati dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Penjualan ayam kampung Kelompok Tani Sehati bulan Oktober 2012a

Tanggal Jumlah (Ekor) Kg Harga/kg Total Penerimaan

1 48 48 Rp25,000.00 Rp1,200,000.00

4 30 30 Rp25,000.00 Rp750,000.00

6 2 1 Rp30,000.00 Rp30,000.00

15 44 44 Rp25,000.00 Rp1,100,000.00

16 6 6.08 Rp25,000.00 Rp152,000.00

17 4 4 Rp25,000.00 Rp100,000.00

20 37 37 Rp25,000.00 Rp925,000.00

22 50 50 Rp25,000.00 Rp1,250,000.00

22 74 50 Rp26,000.00 Rp1,300,000.00

25 53 48.6 Rp25,000.00 Rp1,215,000.00

26 3 3.6 Rp25,000.00 Rp90,000.00

26 30 30 Rp25,000.00 Rp750,000.00

26 29 34.8 Rp25,000.00 Rp870,000.00

28 35 36.6 Rp25,000.00 Rp915,000.00

29 58 58 Rp25,000.00 Rp1,450,000.00

29 20 20 Rp29,000.00 Rp580,000.00

(17)

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa ayam yang terjual bertahap dan tidak dalam jumlah yang besar. Kondisi ini menyebabkan penambahan bobot pada ayam, menambah biaya pakan, biaya pemeliharaan, dan tidak menutup kemungkinan untuk terjadi kematian pada ayam tersebut yang juga akan mengurangi keuntungan yang diperoleh.

Oleh karena itu, pada siklus kedua Kelompok Tani Sehati menginginkan penjualan ayam kampung yang tidak bertahap agar penerimaan lebih terlihat dan menghindari penambahan biaya pakan yang cukup besar. Selain itu, kelompok juga menginginkan memiliki pelanggan tetap yang membeli dalam jumlah besar sehingga ayam dapat terjual dalam jumlah yang banyak. Namun, dalam pelaksanaannya pada siklus kedua ini ayam kampung yang dipelihara sebesar 1500 ekor dan semuanya tidak dapat diproduksi karena mengalami kematian. Dan saat ini kelompok sedang melangsungkan siklus ketiga dengan jumlah populasi ayam kampung sebesar 1000 ekor. Untuk siklus ketiga ini, kelompok telah memperbaiki sistem budidayanya dengan cara menambah informasi cara budidaya melalui diskusi dengan pihak SMD serta mencatat atau merencanakan jumlah pakan yang akan diberikan. Berdasarkan informasi dari pihak Kelompok Tani Sehati, pada siklus ketiga ini ayam kampung yang dipeliharan tidak lagi mengalami kanibalisme sehingga tingkat kematian ayam tidak terlalu besar. Dari 1000 ekor yang dipelihara, hingga hari ke 30 ayam yang mati sebanyak 25 ekor saja. Kematian ayam ini pada saat DOC yang dikarenakan tergencet atau terinjak ayam yang lain. Namun ini hanya terjadi pada hari pertama hingga hari ke-14. Oleh karena itu, siklus ketiga ini diharapkan mampu mencapai target yang diinginkan sehingga dapat menyejahterakan setiap anggota kelompok. Adanya permasalahan – permasalahan dari aspek manajemen sumber daya manusia, pemasaran dan kegiatan budidaya tersebut menjadikan formulasi strategi pengembangan usaha peternakan Kelompok Tani Sehati penting untuk dilakukan.

Formulasi strategi pengembangan perlu mempertimbangkan dan megidentifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternalnya. Hasil identifikasi tersebut akan menentukan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang akan berguna untuk merumuskan strategi bagi Kelompok Tani Sehati.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas, yaitu:

1. Apa saja faktor – faktor lingkungan internal dan eksternal yang harus diperhatikan Kelompok Tani Sehati dalam menyusun strategi pengembangan usaha?

2. Bagaimana rumusan alternatif strategi yang dapat dijadikan pertimbangan untuk mengembangkan usaha peternakan ayam kampung Kelompok Tani Sehati?

(18)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor – faktor lingkungan internal dan eksternal apa saja yang harus diperhatikan Kelompok Tani Sehati dalam menyusun strategi pengembangan usaha.

2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat dijadikan pertimbangan untuk pengembangan usaha peternakan ayam kampung Kelompok Tani Sehati.

3. Menentukan dan memutuskan prioritas strategi pengembangan usaha yang tepat dan dapat diterapkan oleh pihak Kelompok Tani Sehati sesuai dengan kondisi usaha.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka manfaat dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Dapat dijadikan bahan pertimbangan pihak Kelompok Tani Sehati untuk pengambilan keputusan dalam kegiatan pengembangan yang akan dilakukan.

2. Dapat menambah pengalaman dan wawasan dalam mengkaji suatu permasalahan bagi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan suatu informasi yang berguna bagi banyak pihak.

3. Dapat dijadikan bahan referensi bagi para pembaca lain untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mencakup usaha ayam buras yang dilakukan oleh Kelompok Ternak Sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini dibatasi pada analisis lingkungan internal dan eksternal Kelompok Tani Sehati. Penelitian difokuskan pada perumusan alternatif strategi dan tidak termasuk dalam tahap implementasi dan evaluasi strategi pemasarannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Ayam Buras

(19)

seperti ayam kampung, ayam pedu, ayam hias, ayam hutan, dan ayam pelung. Namun saat ini umumnya ayam buras sering diterjemahkan sebagai ayam kampung. Gambar 1 dibawah ini menjelaskan jenis – jenis ayam buras yang ditulis secara skematis.

Gambar 1 Skema jenis ayam ras dan bukan ras

Sumber : Bambang Cahyono 2002

Deskripsi Ayam Kampung

Ayam kampung berukuran kecil dengan bentuk agak ramping dan mempunyai berat badan mencapai 1,4 kg saat umur 4 bulan. Selain itu ayam kampung juga mampu memproduksi telur mencapai 135 butir / tahun (Cahyono, 2002). Warna bulu yang dimiliki ayam kampung ini bervariasi yaitu putih, hitam, cokelat, kuning, kemerahan, atau kombinasi dari warna – warna tersebut. Jenis Ayam ini dapat dibedakan dengan mudah dari ayam ras karena bentuk tubuhnya yang lebih kecil dan warna bulunya yang beranekaragam serta gerakannya juga lebih lincah.

Cahyono (2002) juga mengatakan bahwa terdapat perbedaan ayam kampung jantan dan ayam kampung betina. Ayam jantan memiliki pial yang berukuran sedang dan berwarna merah serta memiliki jengger yang berdiri tegak dan besar. Sedangkan ayam betina memiliki pial (gelambir) sangat kecil dan berwarna merah cerah, kemudian jengger ayam betina berukuran lebih kecil dari ayam jantan namun lebih tebal, tegak, dan berwarna merah cerah. Untuk keseluruhan ayam kampung, kulit yang dimiliki berwarna kuning pucat dengan wajah yang merah serta kaki yang panjang dan kuat.

Di Indonesia, ayam kampung tersebar hingga pelosok negeri. Masyakarat lebih mengenal ayam kampung inni dengan fungsi yang dwiguna. Hal ini dikarenakan masyarakat dapat mengkonsumsi daging dan telur dari ayam kampung tersebut.

Ayam Ras Tipe Pedaging

Ayam Buras

Keluarga Ayam

Ayam Hias

Ayam Kampung

Ayam Nunukan

Ayam Kedu

Ayam Pelung

Tipe Penghibur

Tipe Dwiguna

Tipe Dwiguna

Tipe Dwiguna Tipe Dwiguna

Tipe Petelur

(20)

Manfaat ayam kampung

Manfaat ayam kampung dapat dikatakan sama dengan manfaat ayam buras. Hal ini dikarenakan ayam kampung termasuk golongan dari ayam buras. Ayam kampung memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat dibandingkan ayam ras serta daging yang lebih padat dan enak. Oleh karena itu ayam kampung memiliki peran penting dalam menyediakan protein hewani yang dibutuhkan oleh manusia. Daging ayam kampung dapat dikonsumsi oleh seluruh masyarakat sebagai makanan yang bergizi dan cita rasa yang lezat.

Manfaat ayam kampung juga tidak hanya dilihat dari nilai gizi dan kandungannya saja tetapi juga dapat dilihat dari keuntungan pemeliharaannya. Menurut Cahyono (2002), keuntungan yang dapat diperoleh dari peternakan ayam kampung adalah pemeliharaannya yang tidak memerlukan teknologi tinggi namun tetap memerlukan pemeliharaan intensif, tidak memerlukan lahan yang terlalu luas, dapat menghemat tenaga kerja dengan kapasitas 1 orang/2000 ekor ayam, dan harga jualnya juga lebih tinggi dibandingkan ayam ras. Kemudian manfaat secara umum jika dilihat dari sektor peternakan, manfaat adanya pemeliharaan atau peternakan ayam kampung ini dapat meningkatkan pendapatan sektor dari sektor peternakan serta membuka lapangan pekerjaan bagi keluarga maupun luar keluarga.

Penelitian Mengenai Strategi Pengembangan Usaha

Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan bagi penelitian ini adalah penelitian mengenai strategi pengembangan komoditi agribisnis dan komoditi non agribisnis. Acuan yang diambil dari beberapa penelitian yang telah dilakukan ini difokuskan pada alat analisis yang digunakan untuk menghasilkan atau merumuskan strategi pengembangan.

Penelitian yang dijadikan acuan adalah penelitian Kasim et al yang dipublikasikan dalam Jurnal Agribisnis volume X(3) (2011) yang berjudul strategi pengembangan sapi perah di Kabupaten Enrenkang, penelitian yang dilakukan Wijayanti (2009) dengan judul strategi pengembangan usaha sayuran organik (studi kasus:kelompok tani putera alam desa sukagalih, Kecamatan megamendung, kabuaten bogor), dan penelitian yang dilakukan oleh Yamesa (2010) tentang strategi pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur pada perusahaan AAPS kecamatan guguak, kabupaten 50 kota, Sumatera barat.

(21)

dilakukan Kasim et al (2011), hasil analisis faktor internal usaha pengembangan sapi perah menggunakan IFE diperoleh skor 3.11 yang menunjukkan bahwa pengembangan usaha sapi perah berada pada posisi kuat dan hasil analisis faktor eksternal menggunakan EFE diperoleh skor 3.01 yang menunjukkan usaha sapi perah berada pada posisi kuat. Sedangkan total skor matriks IFE sebesar 2.320 pada penelitian Wijayanti (2009) menunjukkan bahwa usaha sayuran organik kelompok tani putra alam berada pada posisi rata – rata dan total skor pada matriks EFE sebesar 3.382 menunjukkan bahwa posisi usaha sayuran organik berada pada posisi kuat. Penelitian yang dilakukan oleh Yamesa pada tahun 2010 juga menggunakan matriks IFE dan EFE dengan total skor IFE sebesar 2.608 yang menunjukkan posisi perusahaan AAPS adalah rata – rata dan total skor EFE sebesar 3.396 yang menunjukkan perusahaan AAPS berada pada posisi kuat.

Tahap selanjutnya adalah tahap pencocokan (Kasim et al 2011). Pada tahap ini, alat analisis yang digunakan oleh Kasim et al (2011) adalah matriks IE, SWOT, SPACE, dan matriks grand strategi. Sementara Wijayanti (2009) dan Yamesa (2010) menggunakan matriks IE dan SWOT. Pada penelitian Kasim et al (2011) posisi strategis usaha sapi perah pada matriks IE berada pada sel I. Posisi ini menggambarkan pengembangan usaha sapi perah dalam kondisi Growth yang merupakan pertumbuhan itu sendiri atau upaya difersifikasi. Sementara posisi strategis pada matriks IE mengenai usaha yang dijadikan tempat penelitian oleh Wijayanti (2009) dan Yamesa (2010) adalah pada sel II. Baik itu sel I atau sel II, strategi yang cocok diterapkan adalah strategi integrasi dan intensif karena posisi strategis usaha berada pada kondisi strategi yang tumbuh dan membangun. Pada tahap pencocokan, strategi yang diidentifikasi dari matriks IE dikembangkan lebih lanjut lagi menggunakan matriks SWOT sehingga diperoleh alternative – alternative strategi untuk kemudian diprioritaskan menggunakan matriks QSPM. Terdapat 8 alternatif strategi yang dihasilkan menggunakan matriks SWOT untuk mengembangkan usaha sapi perah (Kasim et al, 2011), 7 alternaif strategi untuk pengembangan sayuran organik (Wijayanti, 2009) , dan 4 strategi untuk mengembangkan ayam ras petelur pada perusahaan AAPS (Yamesa, 2010).

Selanjutnya, tahapan yang digunakan pada penelitian ini adalah tahap keputusan dengan pemrioritasan strategi menggunakan matriks QSPM (Kasim et al, 2011). Pada penelitian Kasim et al (2011), strategi yang dipilih berdasarkan prioritas tertinggi adalah meningkatkan populasi sapi perah dengan total atraktif skor sebesar 1.785. Sedangkan prioritas strategi untuk mengembangkan sayuran organik adalah memperkuat dan mempertahankan pasar yang sudah ada dengan total atraktis skor sebesar 6.327 (Wijayani, 2009). Sementara penelitian yang dilakukan Yamesa pada tahun 2010, menyebutkan bahwa strategi yang diprioritaskan untuk mengembangkan usaha ayam ras petelur pada perusahaan AAPS adalah peningkatan kapasitas produksi dengan total atraktif skor sebesar 6.194.

(22)

Sehati. Penelitian yang akan dilakukan bermanfaat untuk melengkapi penelitian sebelumnya dengan komoditi, tempat dan kondisi yang berbeda tentang rumusan strategi pengembangan. Perumusan strategi pengembangan pada penelitian yang akan dilakukan memiliki tiga tahap yaitu tahap input berupa evaluasi faktor internal dan eksternal, kemudian tahap pencocokan menggunakan matriks IE dan SWOT dan yang ketiga adalah tahap pengambilan keputusan untuk pemrioritaskan strategi apa yang cocok untuk diterapkan bagi Kelompok Tani Sehati, Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis ini merupakan rangkaian teori yang dapat digunakan dan dijadikan acuan selama penelitian ini dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar penelitian tetap terarah sesuai dengan tujuan semula yaitu menyusun strategi pengembangan.

Pengertian Strategi

Pengertian strategi menurut David (2009) adalah sarana bersama tujuan jangka panjang yang ingin dicapai. Menurut Lesser Robert Bittel diacu dalam Alma (2011), definisi strategi adalah suatu rencana yang fundamental untuk mencapai tujuan perusahaan. Sementara Kenneth R Andrews yang diacu dalam Alma (2011) juga menyatakan bahwa strategi perusahaan merupakan pola keputusan yang akan berkaitan dengan tujuan dan sasaran untuk mempengaruhi kebijakan serta merinci jangkauan bisnis yang akan dikejar oleh perusahaan.

David (2009) menyatakan bahwa strategi bisnis mencakup kegiatan penetrasi pasar, diversifikasi, pengembangan produk, ekspansi geografis, akuisisi, divestasi, likuidasi, dan usaha patungan. Strategi membutuhkan aksi atau keputusan manajemen yang juga harus disesuaikan dengan sumbedaya yang dimiliki oleh suatu entitas usaha. Adanya keputusan – keputusan strategi ini akan memberikan efek pada entitas usaha sehingga membutuhkan banyak pertimbangan. Pertimbangan – pertimbangan tersebut adalah faktor – faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar yang dihadapi entitas usaha tersebut.

(23)

Alternatif Strategi

Menurut David (2009) terdapat beberapa strategi yang dapat dijalankan oleh suatu perusahaan atau organisasi. Strategi – strategi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Strategi Integrasi

Strategi integrasi teridri dari integrasi ke depan, ke belakang, dan horizontal yang secara kolektif sering disebut sebagai integrasi vertical. Strategi integrasi ini memungkinkan suatu perusahaan atau organisasi mengontrol atau memperoleh kendali atas distributor, pemasok, atau pesaing.

a. Strategi Integrasi ke depan, yaitu strategi yang berkaitan dengan usaha untuk memperoleh kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas distributor atau ritel.

b. Strategi Integrasi ke belakang, yaitu strategi yang mengupayakan kepemilikan atau kendali lebih besar atas pemasok perusahaan.

c. Strategi Integrasi Horizontal, yaitu strategi yang mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pesaing.

2. Strategi Intensif

Strategi Intensif berkaitan dengan upaya – upaya intensif organisasi untuk memperbaiki posisi kompetitif dengan produk yang ada saat ini.

a. Strategi Penetrasi Pasar adalah strategi yang mengusahakan peningkatan pangsa pasar untuk produk dan jasa yang ada di pasar saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih baik. b. Strategi Pengembangan Pasar meliputi pengenalan produk

atau jasa yang ada saat ini ke wilayah geografis yang baru. c. Strategi Pengembangan Produk adalah strategi yang

mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi prodduk atau jasa yang ada saat ini.

3. Strategi Diversifikasi

Dalam David (2004) menyebutkan bahwa terdapat tiga tipe strategi diversifikasi yaitu diversifikasi konsentrik, horizontal, dan konglomerat.

a. Diversifikasi Konsentrik, yaitu dengan menambah produk atau jasa baru tetapi berkaitan secara luas.

b. Diversifikasi Horizontal, yaitu menambah produk atau jasa baru yang tidak berkaitan dengan pelanggan yang sudah ada. c. Diversifikasi Konglomerat, yaitu menambah produk atau jasa

(24)

4. Strategi Defensif

a. Penciutan, terjadi manakala suatu organisasi melakukan pengelompokan ulang melalui pengurangan biaya dan asset membalik penjualan dan laba yang menurun.

b. Divestasi, yaitu organisasi menjual satu divisi atau bagiannya guna mendapatkan modal untuk akuisisi atau investasi lebih lanjut.

c. Likuidasi, adalah tindakan menjual seluruh asset perusahaan secara terpisah untuk setiap nilai riilnya.

Manajemen Strategis

Menurut David (2006), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Selain itu, manajemen strategis adalah satu set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancanng untuk meraih tujuan suatu perusahaan (Pearce and Robinson, 2008).

Dirgantoro (2001) mengatakan bahwa manajemen strategis adalah suatu proses kesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan dapat match dengan lingkungannya, atau dengan kata lain, organisasi secara keseluruhan dapat selalu responsive dengan perubahan dalam lingkungan baik itu internal maupun internal. Dirgantoro (2001) juga mengatakan bahwa usaha untuk mengembangkan kekuatan yang ada di organisasi untuk menggunakan atau menangkap peluang bisnis yang muncul guna mencapai tujuan perusahaa yan tealh ditetapkan sesuai misi yang telah ditentukan juga termasuk kedalam kegiatan manajamen strategis.

Adanya definisi – definisi diatas dapat ditarik kesamaan – kesamaan yaitu adanya pencapaian tujuan, mengantisipasi perubahan lingkungan, dan perumusan dan pengimplemenatasian strategi. Manfaat yang diperoleh dari perilaku manajemen strategis menurut Pearce and Robinson (2008) adalah meningkatkan kesejahteraan perusahaan atau organisasi. Manajemen strategis ini bertujuan untuk mengeksploitasi, menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang dengan menyediakan sasaran serta arah yang jelas bagi masa depan organisasi sehingga organisasi yang mengembangkan sistem manajemen strategis mempunyai kemungkinan tingkat keberhasilan lebih besar daripada yang tidak menggunakan sistem manajemen strategis (David, 2006).

(25)

(2006) mengatakan bahwa ada tiga aktivitas dasar dalam evaluasi strategi yaitu meninjau ulang faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar strategi saat ini, mengukur kinerja, dan mengambil tindakan korektif.

Dalam penelitian strategi pengembangan usaha peternakan ayam kampung Kelompok Tani Sehati ini, difokuskan pada tahap perumusan strategi yang mengikuti kerangka perumusan tiga tahap menurut David (2009). Tahapan tersebut adalah tahap masukan atau tahap input yang berisi informasi input dasar yang dibutuhkan untuk menyusun strategi. Alat analisis yang dapat digunakan pada tahap ini adalah Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE), Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE), dan Matriks Profil Kompetitif (CPM). Kemudian tahap pencocokan yang berfokus pada penciptaan strategi alternative yang logis dengan memperhatikan faktor internal dan eksternal utama. Alat analisis yang dapat digunakan pada tahap ini adalah Matriks kekuatan-kelemahan-peluang-ancaman (SWOT), Matriks posisi strategis dan evaluasi tindakan (SPACE), matriks Boston Consulting Group (BCG), matriks internal-eksternal (IE), dan matriks strategi besar (Grand Strategi Matrix). Tahap yang terakhir yaitu tahap keputusan yang melibatkan satu alat analisis yaitu matriks perencanaan strategis Kuantitatif (QSPM).

Analisis Lingkungan

Lingkungan merupakan kekuatan yang ada disekitar tempat perusahaan beroperasi yang terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

Lingkungan Internal

Menurut David (2009), identifikasi atau analisis lingkungan internal perusahaan akan menghasilkan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Lingkungan internal yang dapat didentifikasi adalah pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, dan sumber daya manusia. Hunger and whelen dalam Yenni (2007) menyatakan bahwa disebut kekuatan apabila perusahaan memiliki faktor lingkungan internal (manajemen, pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen) yang lebih kuat dan berbeda daripada pesaingnya. Hal ini akan menandakan bahwa perusahaan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain dan dengan kekuatan ini, perusahaan dapat mengembangkan kegiatan operasionalnya. Sedangkan disebut kelemahan apabila faktor lingkungan internal (manajemen, pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen) yang dimiliki oleh perusahaan tidak lebih baik dibandingkan perusahaan lain. Hal ini menandakan bahwa pesaing dapat mengerjakan hal tersebut dengan lebih baik sehingga menjadi kelemahan bagi perusahaan.

1. Manajemen

(26)

kegiatan peramalan, penetapan sasaran, formulasi strategi dan pengembangan kebijakan. Pengorganisasian berkaitan dengan semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur pekerjaan dan hubungan otoritas. Sementara pemberian motivasi melibatkan usaha yang diarahkan untuk membentuk perilaku manusia. Pengelolaan staf dipsatkan pada manajemen sumber daya manusia yang berkaitan dengan tingkat upah, perekrutan, fasilitas kerja dan lain – lain. Aktivitas kelima dalam aspek manajemen adalah pengendalian atau kontrol. Kegiatan ini mengacu pada semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan bahwa hasil aktual sama dengan hasil yang diharapkan.

2. Pemasaran

Dalam David (2006), pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Menurut Kotler (2005), terdapat empat macam bauran pemasaran yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi.

3. Keuangan / Akutansi

Dalam David (2006), dinyatakan bahwa keuangan seringkali dianggap sebagai suatu ukuran terbaik untuk posisi kompetitif dan daya tarik keseluruhan suatu perusahaan. Keuangan berkaitan dengan dana yang dibutuhkan dalam operasional perusahaan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah kemampuan perusahaan menghasilkan modal jangka pendek dan jangka panjang, pengelola keuangan, struktur modal kerja, pemantauan penyebab inefisiensi dan sistem akunting yang andal.

4. Produksi dan Operasi

Fungsi produksi / operasi dari suatu bisnis adalah mengubah input menjadi barang dan jasa (David, 2006). Hal – hal yang perlu diperhatikan pada aspek ini adalah proses produksi, kapasitas produksi, persedian, tenaga kerja, dan kualitas yang ditujkan agar barang atau jasa yang dihasilkan berkualitas tinggi.

5. Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan (litbang) berkiatan dengan kegiatan pengembangan karena dianggap akan mampu menghasilkan produk atau jasa yang memiliki keunggulan kompetitif. Oleh karena itu, tujuan diadakanannya litbang adalah untuk menghasilkan suatu modifikasi atau pengembangan dari produk atau jasa untuk memberikan keunggulan kompetitif pada usaha. 6. Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi manajemen yang efektif memanfaatkan hardware, software, model analisis, dan database komputer (David, 2006).

Lingkungan Eksternal

(27)

perusahaan mempunyai misi yang jelas dan mampu merancnang strategi untuk mencapai tujuan jangka panjang dan melaksanakan kebijakan untuk tujuan tahunan atau jangka pendek. Menurut David, mengidentifikasi lingkungan eksternal terdiri dari lima faktor, yaitu:

1. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah daya beli masyarakat yang akan mempengaruhi kegiatanan pemasaran yang dilakukan. Daya beli masayarakat ini akan dipengaruhi oleh jumlah pendapatan, inflasi, harga produk, dan lain – lain.

2. Faktor Pemerintah, dan Hukum

Faktor ini mempengaruhi pemasaran dari sisi hukum, kebijakan – kebijakan pemerintah seperti subsisi dan undang – undang. Faktor ini jelas pengaruhnya terhadap suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan usahanya.

3. Faktor Teknologi

Kemajuan atau peningkatan teknologi akan mempengaruhi banyak pihak seperti produk, pemasaran, pemasok, distributor, pesaing, konsumen, dan posisi kompetitif suatu perusahaan. Terciptanya pasar baru dan pengembangan produk baru sebagai akibat adanya peningkatan teknologi ini akan memberikan dampak pada posisi kompetitif perusahaan. Hal ini dikarenakan kemajuan teknologi baru akan menempatkan suatu perusahaan memiliki kekuatan kompetitif yang lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. Individu yang terlibat dalam kegiatan memasarkan harus tanggap terhadap perubahan teknologi agar dapat mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen serta dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut dengan baik.

4. Faktor Sosial, Budaya, Demografis, dan Lingkungan

Faktor sosial, budaya, demografis dan lingkungan ini berkaitan dengan jumlah populasi, tingkat pendidikan, umur, dan karakteristik masing – masing orang serta tata nilai atau norma yang dianut oleh penduduk di lingkungan sekitar tempat usaha. 5. Faktor Kompetitif

(28)

Gambar 2 Model Lima Kekuatan Persaingan Porter Sumber : Manajemen Strategis, David (2009)

a. Persaingan antar perusahaan saingan

Menurut David (2009), kekuatan persaingan antar perusahaan saingan merupaka yang paling hebat dari kekuatan lainnya. Suatu perusahaan akan berhasil menjalankan strateginya apabila telah memiliki keunggulan kompetitif dari pesaingnya. Faktor yang mempengaruhi kekuatan ini adalah jumlah pesaing yang banyak, pertumbuhan industri yang lamban, biaya penyimpanan tinggi, hambatan pengunduran diri yang tinggi, dan perbedaan strategi yang diterapkan.

b. Potensi Pengembangan Produk Pengganti

Menurut Porter (1980), produk pengganti membutuhkan perhatian adalah produk yang mempunyai harga atau kualitas yang lebih bagus daripada produk industri, atau produk yang memiliki kualitas yang sama namun memiliki harga yang lebih rendah.

c. Daya tawar Pemasok

Mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu produk adalah kekuatan pemasok untuk mempengaruhi industri. Hal ini akan berpengaruh terhadap kemampulabaan industri yang tidak dapat mengimbangi kenaikan harganya. Pemasok bagi industri sangat erat kaitannya dengan bahan baku yang digunakan, jasa, dan tenaga kerja bagi industri.

Potensi Pengembangan Produk Pengganti

Daya tawar pemasok

Persaingan antar perusahaan saingan

Daya Tawar Pembeli

(29)

d. Potensi Masuknya pesaing baru

Pendatang baru yang masuk ke dalam industri akan meningkatkan persaingan. Kekuatan ini dipengaruhi oleh rintangan masuk pesaing baru ke dalam industry. Enam sumber rintangan masuk bagi pesaing baru ini adalah skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya tak menguntungkan terepas dari dari skala.

e. Daya Tawar Pembeli

Menurut Porter (1980), pembeli menekan dengan cara menginginkan harga yang lebih murah namun dengan kualitas dan pelayanan yang lebih baik. Pembeli akan menjadi kuat apabila kelompok pembeli terpusat atau membeli dalam jumlah yang besar, produk yang dibeli dari industri merupakan biaya yang cukup besar, produk industri sandar atau tidak terdiferensiasi, pembeli menghadapi biaya peralihan yang kecil, pembeli mendapat laba kecil, pembeli mempunyai informasi yang lengkap, dan pembeli mengancam untuk melakukan integrasi balik.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kerangka pemikiran operasional merupakan urutan langkah – langkah yang akan dilakukan selama penelitian berdasarkan teori. Menurut David (2009), tahap perumusan strategi ada tiga yaitu tahap input, tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Sebelum memasuki tahap input, perlu diketahui terebih dahulu gammbaran organisasi secara umum, sehingga dapat mengetahui visi dan misi organisasi. Dari identifikasi gambaran umum tersebut, barulah memasuki tahap-tahap perumusan strategi tersebut. Kerangka pemikiran operasional ini juga membantu menemukan dan menentukan data – data apa saja yang akan digunakan serta diolah selama penelitian. Data – data tersebut diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner yang diberikan selama penelitian dilakukan.

(30)

alternatif strategi pengembangan untuk diterapkan oleh kelompok menggunakan Matriks SWOT.

Kemudian setelah mendapatkan alternatif beberapa startegi, dilakukan wawancara kembali dengan pihak Kelompok Tani Sehati untuk memutuskan alternatif prioritas strategi yang tepat bagi kelompok. Tahap keputusan ini menggunakan alat analisis matirks QSPM. Oleh karena itu, kerangka pemikiran operasional jika digambarkan dalam bentuk skema akan dijelaskan oleh Gambar 3.

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pengembangan Ayam Kampung Kelompok Sehati

Penentuan Posisi Strategis Perusahaan (Matriks IE)

Perumusan Alternatif Strategi (Matriks SWOT)

Pemrioritasan Alternatif Strategi (Matriks QSPM)

Rekomendasi Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Kampung

Kelopok Tani Sehati

Matriks IFE Matriks EFE

Kelompok Tani Sehati mengalami permasalahan dari aspek manajemen sumber daya manusia, pemasaran dan kegiatan

budidaya

Strategi Pengembangan untuk keberlanjutan Usaha

Analisis Faktor Internal (tahap input)  Manajemen

• Pemasaran

• Keuangan/akuntansi • Produksi/operasi

• Penelitian dan Pengembangan • Sistem Informasi Manajemen

Analisis Faktor Eksternal (tahap input)

 Ekonomi

• Sosial, budaya, demografi, dan  lingkungan

• Politik, hukum, dan pemerintah • Teknologi

(31)

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian tentang strategi pengembangan dilakukan pada kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kelompok Tani Sehati membudidayakan ayam kampung dengan pemeliharaan intensif dan dalam jumlah besar dibandingkan masyarakat lainnya.

Jenis dan Sumber Data

Data penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bersumber langsung dari dua orang responden yaitu ketua Kelompok Tani Sehati dan satu orang anggota Kelompok Tani Sehati. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan dalam bentuk kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait seperti Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian, Biro Pusat Statistik, dan data monografi desa yang menjadi lokasi penelitian. Selain itu juga didapatkan dari beberapa literatur, baik dari website internet maupun literatur di Perpustakaan Institut Pertanian Bogor, yang berupa hasil- hasil penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian ini.

Metode Pemilihan Responden

Pemilihan responden untuk mengisi kuesioner dilakukan secara sengaja (purposive). Kuesioner yang diberikan berkaitan dengan kondisi internal dan eksternal kelompok, baik itu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi Kelompok Tani Sehati. Jumlah responden sebanyak dua orang diambil dengan pertimbangan responden yang diberikan kuesioner dianggap mampu dan mengetahui secara keseluruhan kondisi kelompok tani sehati. Selain itu, responden juga memiliki pengaruh besar terhadap pengambilan keputusan atau penentu kebijakan yang berkaitan dengan aktivitas operasional kelompok sehati.

Metode Analisis Data

(32)

(2009), teknik perumusan strategi dapat diintegrasikan dalam kerangka pengambilan keputusan tiga tahap, yaitu tahap input, tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Pada penelitian tentang perumusan strategi pengembangan yang akan dilakukan, tahap perumusan mengikuti teknik perumusan strategi tersebut. Pada Tahap input akan digunakan matriks evaluasi faktor internal (IFE) dan matriks evaluasi faktor eksternal (EFE). Tahap selanjutnya yaitu tahap penyocokona menggunakan matriks internal eksternal (IE) dan matriks keuatan kelemahan peluang dan ancaman (SWOT). Tahap keputusan adalah tahap yang ketiga dan menggunakan matriks perencanaan strategis kuantitatif (QSPM).

Tahap Input

Tahap input digunakan untuk menghasilkan informasi sebagai input dasar untuk tahap pencocokan yaitu matriks IE dan SWOT. Tahapan ini akan menghasilkan apa saja kekuatan dan kelemahan dari matriks evaluasi faktor internal (IFE) serta peluang dan ancaman suatu usaha dari matriks evaluasi faktor eksternal (EFE).

Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) merangkum faktor – faktor dari dalam lingkungan usahanya.

Tabel 7 Matriks IFEa

Faktor Kunci Internal Bobot Peringkat Skor (Bobot xPeringkat) Kekuatan :

Kelemahan :

Total a

Sumber : Manajemen Strategis, David (2009)

Adapun langkah – langkah untuk membuat matriks IFE menurut David (2009) adalah :

1. Membuat daftar faktor internal utama yang telah diidentifikasi sebelumnya.

2. Memberikan bobot pada masing-masing faktor internal. Pemberian bobot matriks IFE menggunakan metode “paired

comparison” dengan skala untuk penentuan bobot setiap faktor adalah 1, 2, dan 3 dimana

1 = jika horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

(33)

Tabel 8 Penilaian Pembobotan Matriks IFE

Faktor Internal A B C … Total

A B C

Total

Bobot setiap faktor internal diperoleh melalui rumus berikut ini ;

Keterangan :

ai = bobot faktor ke-i Xi = nilai faktor ke-i

i= 1,2,3…n

n= jumlah faktor yang didentifikasi

3. Memberi peringkat atau rating masing – masing faktor internal dengan nilai 1 sampai 4. Nilai 1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 = kuat, 4 = sangat kuat. Dengan catatan, kekuatan harus mendapat nilai 3 dan 4 sementara nilai 1 dan 2 untuk kelemahan.

4. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk menghasilkan skor bobot masing – masing faktor internal.

5. Menjumlahkan skor bobot masing – masing faktor untuk memperoleh skor bobot total..

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) merangkum faktor – faktor eksternal yaitu ekonomi, sosial, demografis, lingkungan, teknologi politik, dan kompetitif. Adapun langkah – langkah untuk membuat matriks evaluasi faktor eksternal (EFE) menurut David (2009) adalah :

1. Membuat daftar faktor eksternal utama berupa peluang dan ancaman yang telah diidentifikasi sebelumnya.

2. Memberi bobot pada masing – masing faktor utama. Pemberian bobot menggunakan metode “paired comparison” dengan skala untuk penentuan bobot setiap faktor adalah 1, 2, dan 3 dimana 1 = jika horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

(34)

Tabel 9 Penilaian Bobot Faktor Eksternal Perusahaan Faktor

Eksternal A B C … Total

A B C

Total

Bobot setiap faktor eksternal diperoleh melalui rumus berikut ini :

Keterangan :

ai = bobot faktor ke-i Xi = nilai faktor ke-i

i= 1,2,3…n

n= jumlah faktor yang didentifikasi

3. Memberikan peringkat atau rating dari setiap faktor eksternal dengan nilai 1 hingga 4 dengan nilai 1 = respon dibawah rata – rata, 2 = respon rata rata, 3 = respon diatas rata – rata, dan 4 = respon sangat bagus.

4. Mengalikan bobot dengan rating atau peringkat untuk memperoleh skor bobot.

5. Jumlahkan skor rata – rata setiap faktor untuk memperoleh skor bobot total.

Menurut David, skor bobot total tertinggi adalah 4,0 yang mengindikasikan bahwa perusahaan mampu merespon dengan baik peluang dan acaman yang ada. Sedangkang skor terendah adalah 1,0 yang mengindikasikan strategi perusaaan tidak mampu memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman yang ada. Matriks EFE ditunjukkan oleh Tabel 10.

Tabel 10 Matriks EFEa

Faktor Kunci Eksternal Bobot Peringkat Skor (Bobot xPeringkat) Peluang :

Ancaman :

Total a

(35)

Tahap Pencocokan

Tahap pencocokan ini menggunakan matriks IE dan Matriks SWOT. Hasil yang diperoleh dari Maktriks IFE dan EFE dimasukkan ke dalam matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan. Menurut david (2009), matriks IE mempunyai dua dimensi kunci yaitu skor bobot IFE total pada sumbu x dan skor bobot EFE total pada sumbu y. Skor tersebut dibagi kedalam tiga tingkatan. Menurut David (2009), sumbu x yang menyatakan skor bobot IFE total 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah; skor 2,0 sampai 2,99 menunjukkan posisi internal yang sedang; dan skor 3,0 sampai 4,0 adalah skor kuat. Sementara pada sumbu y yang menyatakan skor bobot EFE dari 1,0 sampai 1,99 dipandang rendah; skor dari interval 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang; dan skor pada interval 3,0 sampai 4,0 dianggap tinggi.

Matriks IE mempunyai Sembilan sel yang dapat dibagi menjadi tiga bagian besar. Masing – masing bagian memiliki implikasi strategi yang berbeda-beda (David 2009). Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Matriks IE

Sumber : Manajemen Strategis, David (2009)

(36)

Setelah memperoleh hasil dari pemetaan matriks IE, tahap selanjutnya adalah menggunakan matriks SWOT (Strengths-Weasknesses-Opportunities-Threats). Menurut David (2009), matriks SWOT adalah alat pencocokan yang penting yang menghasilkan empat jenis strategi, yaitu :

1. Strategi SO (Strengths-Opportunities), yaitu dengan menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan atau menarik keuntungan dari peluang eksternal.

2. Strategi WO (weaknesses-Opportunies), yaitu strategi yang bertujuan untuk mengatasi kelemahan internal dengan memanfaatkan atau mengambil keuntungan dari peluang eksternal. 3. Strategi ST (Strenghts-Threats), bertujuan untuk menggunakan

kekuatan internal untuk mencegah atau mngurangi terjadinya dampak acaman dari luar.

4. Strategi WT (Weaknesses-Threats), adalah strategi yang defensif untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal.

Matriks SWOT ini memiliki Sembilan sel dengan empat sel faktor utama, empat sel strategi dan satu sel kosong pada sudut kiri atas. Membuat matriks SWOT ini didahului dengan membuat daftar peluang , ancaman, kekuatan, dan kelemahan utama perusahaan, kemudian menyocokan strategi dengan memadukan kekuatan, kelemahan, peluang dan acaman tersebug sehingga akan muncul beberapa alternatif strategi yang terdidiri dari empat jenis, yaitu strategi SO, WO, ST, dan WT (David, 2009). Matriks SWOT akan ditunjukkan oleh Tabel 11.

Tabel 11 Matriks SWOTa

Sumber : Manajemen Strategi, David 2009

Tahap Keputusan

(37)

strategi alternatif secara objektif berdasarkan faktor-faktor keberhasilan internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Matriks QSPM akan ditunjukkan oleh Tabel 12.

Tabel 12 Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)a

Faktor – Faktor Utama Bobot

Alternatif Strategi

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 AS TAS AS TAS AS TAS Peluang

Ancaman Kekuatan Kelemahan

Total

a

Sumber : Manajemen Strategis, David 2009

Tabel 12 menunjukkan matiks QSPM yang langkah – langkah pembuatannya menurut David (2009) adalah sebagai berikut :

1. Membuat daftar peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan di kolom sebelah kiri. Minimal sepuluh faktor internal dan eksternal dimasukkan ke dalam QSPM yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE.

2. Memberi bobot pada setiap faktor baik itu internal maupun eksternal. Bobot yang diberikan sama dengan bobot pada matriks IFE dan EFE.

3. Mencermati matriks – mtriks SWOT dan IE pada tahap dua dan mengidentifikasi strategi alternatif yang harus dipertimbangkan. Strategi tersebut dicantumkan dalam matriks QSPM.

4. Menentukan skor daya tarik (AS) yang didefinisikan sebagi nilai numerik yang merepresentasikan daya tarik relative setiap strategi. Skor daya tarik 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = secara logis menarik , dan 4 = sangat menarik (David dalam Sari, 2012). 5. Menghitung skor daya tarik total (TAS). TAS merupakan hasil

perkalian bobot dengan skor daya tarik (AS). Semakin tinggi TAS, maka strategi semakin menarik.

6. Menghitung jumlah keseluruhan daya tarik total dari setiap alternatif strategi. Skor yang lebih tinggi menunjukkan bahwa alternatif strategi semakin menarik dan menjadi prioritas.

(38)

Kondisi Umum Wilayah Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Desa Sirnagalih yang berada di wilayah Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Luas wilayah Desa Sirnagalih adalah 177.18 Ha yang terbagi menjadi empat dusun, 12 RW, dan 52 RT. Dari 177.18 Ha tersebut, wilayah Desa Sirnagalih dimanfaatkan sebagai perumahan seluas 59.60 Ha, untuk areal sawah seluas 48.80 Ha, areal kebun atau ladang seluas 49.90 Ha perkantoran 0.8 Ha, kolam atau empang seluas 0,20 ha, sedangkan sisanya dipakai untuk keperluan umum seperti tempat peribadahan, bangunan pendidikan, jalan, lapangan olahraga, dan pemakaman.

Batas – batas wilayah Desa Sirnagalih adalah sebagai berikut : 1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kota Batu;

2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukamantri 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tamansari 4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pasir Eurih.

Jumlah penduduk Desa Sirnagalih saat ini sebesar 12 461 jiwa dengan 6 433 laki – laki dan 5 936 perempuan. Mayoritas penduduk Desa Sirnagalih beragama islam dan merupakan penduduk asli daerah. Dari total jumlah angkatan kerja yang dimiliki Desa Sirnagalih, 4 162 diantaranya telah mengenyam bangku pendidikan. Dari 4 162 jiwa tersebut, sebanyak 2 174 jiwa atau sebesar 52.23 % telah menamatkan pendidikan tingkat SMA / sederajat yang terbagi lagi menjadi 358 jiwa tamat akademi dan perguruan tinggi sebanyak 212 jiwa. Hal ini menandakan bahwa masyarakat Desa Sirnagalih memiliki jenjang pendidikan yang baik dan memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik.

Sebanyak 297 orang penduduk Desa Sirnagalih yang berprofesi sebagai petani yang juga termasuk peternak. Salah satu komoditi yang dibudidayakan di Desa Sirnagalih adalah ayam buras jenis ayam kampung. Data dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) menggambarkan bahwa sebagian besar ayam buras yang dipelihara oleh rumah tangga dengan rata – rata dibawah seratus ekor per rumah tangga peternak dengan total populasi ayam kampung di Desa Sirnagalih sebesar 4 098 ekor.

Gambaran Umum Kelompok Tani Sehati

Kelompok tani sehati didirikan pada 23 Oktober 2010. Pada awalnya, kelompok ini berdiri atas inisiatif Bapak Mahpudin bersama teman – temannya untuk mengembangkan peternakan khususnya ayam kampung di Desa Sirnagalih, namun kelompok belum berdiri secara resmi. Kemudian setelah mendapatkan sosialisasi dan informasi dari Unit Pelaksana Teknis Peternakan, Bapak Mahmudin disarankan untuk meresmikan kelompok. Keberadaan kelompok ini semakin diperkuat dengan dikukuhkannya kelompok pada awal 2012 yaitu tepatnya pada tanggal 10 Januari 2012.

(39)

tokoh yang aktif di di kegiatan sosial dan sering pergi ke Dinas Peternakan mendengar bahwa ada informasi mengenai bantuan dana dari Pemerintah untuk membangun dan memberdayakan masyarakat yang mempunyai profesi sebagai petani. Kegiatan pemerintah tersebut adalah program Sarjana Membangun Desa (SMD). Pengajuan dana melalui program SMD ini dengan mengajukan proposal yang dibuat oleh Kelompok Tani Sehati. Bantuan dana dari pemerintah yang diterima adalah sebesar 150 juta rupiah.

Berdasarkan wawancara dengan pihak Kelompok Tani Sehati, alasan pemilihan ayam kampung sebagai komoditas yang dibudidayakan adalah pemeliharaan yang tidak terlalu sulit dan cocok untuk diusahakan pada skala usaha kecil jika dibandingkan dengan ayam ras walaupun membutuhkan waktu yang lebih lama yaitu tiga bulan mulai dari pembersihan kandang hingga panen. Selain itu, ayam kampung memiliki harga jual yang lebih tinggi. Kendala utama dalam pemeliharaan ayam kampung adalah penyakit yang diakibatkan oleh kondisi cuaca yang tidak menentu.

Kelompok tani sehati telah memiliki struktur organisasi yang juga dibentuk ketika pengukuhan. Adanya struktur organisasi ini ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan atau operasional peternakan ayam kampung di kelompok tani sehati tersebut serta membuat pembagian tugas menjadi lebih jelas.

Gambar 5 Struktur Organisasi Kelompok Tani Sehati Pembina

Dewi lesatri S.Tp

Anggota Hasan

Anggota 1. Muhtar 2. Dedi Anggota

Adi

Pelindung (Kepala Desa Sinar Galih)

Ugan Sugandi Ketua Kelompok

Mahpudin

Bendahara Hj. Tati I

Sekretaris Epi Rudaepi

Unit Pemasaran Bowo Unit Budidaya

Udin

(40)

Kelompok tani sehati pada awalnya memiliki sepuluh orang anggota. Namun hingga saat ini yang masih bertahan sebanyak empat orang. Hal ini dikarenakan enam orang lainnya tidak bertanggung jawab terhadap kelompok, dalam artian bertindak curang terhadap kelompok sehingga menyebabkan pemberhentian secara paksa oleh ketua terhadap anggota kelompok tersebut. Alasan lainnya adalah adanya kelalaian anggota dalam kegiatan budidaya ayam menyebabkan ayam kampung yang dipelihara mengalami kematian. Kelalaian tersebut seperti tidak menjalankan tugas mengikuti jadwal yang telah diberikan sehingga ayam tidak diberi makan dan dikontrol. Hal inilah yang menyebabkan anggota kelompok tani sehati akhirnya tinggal empat orang.

Dari empat orang tersebut, dibagi tugas dengan mengikuti jadwal yang telah dietentukan bersama. Pembagian tugas untuk pemeliharaan ayam yaitu dengan pembagian waktu kerja. Pemberian pakan dan pengaturan suhu pemanas pada pagi hari dari pukul 08.00 hingga 10.00 dilakukan oleh ketua kelompok yaitu Bapak Mahpudin, kemudian pada siang hari dengan tugas pengaturan suhu pemanas dan melihat dan mengawasi kondisi untuk menjaga agar ayam tidak bertumpuk dari rentang waktu 12.00 hingga 15.00 dilakukan oleh Bapak Dedi, kemudian pemberian pakan pada sore hari dan mengatur suhu pada pemanas dilakukan oleh Bapak Epi. Baru kemudian pengawasan dan pengaturan suhu pemanas ayam pada malam hari dilakukan oleh ketiganya. Sementara Ibu Tati bertugas dalam hal pencatatan atau administrasi kelompok.

Kelompok tani sehati memiliki tiga kandang ternak dengan ukuran 6 x 15 m, 6 x 13 m, dan 4 x 5 m. Sistem pemeliharaan dilakukan secara bersama dalam kandang yang sama dan jumlah ayam yang sama. Hal ini berarti masing anggota tidak memiliki ayam sendiri atau pribadi karena semua ayam yang dibudidayakan merupakan milik bersama. Selain kandang, fasilitas lain yang dimiliki adalah gudang penyimpanan pakan, serta peralatan – peralatan untuk pemeliharaan ayam seperti tempat minum, tempat pakan, tempat obat, pemanas, dan lain – lain.

Visi dan Misi Kelompok

Gambar

Tabel 1  PDRB Sub Sektor Peternakan Tahun 2006-2010 (Atas Dasar Harga Konstan) Menurut Provinsi (Rp Milyar)a
Tabel 2  Populasi Ayam Buras 15 Provinsi Tahun  2007 S/D 2012a (ekor)
Tabel 3  Data Jumlah Populasi Ayam Buras di 14 Kecamatan Wilayah Kabupaten Bogor a
Tabel 4  Daftar Kelompok yang Membudidayakan Ayam Buras di Wilayah Kabupaten Bogora
+7

Referensi

Dokumen terkait

saham dan dapat dipecah menjadi maksimal 50 transaksi masing-masing 1 lot. Selain perubahan satuan perdagangan, aturan ini juga mengubah aturan mengenai minimum

pengetahuan dari pakar atau sekelompok ahli, yang nantinya pengetahuan tersebut untuk akan digunakan untuk membangun sistem berbasis pengetahuan.  Akuisisi pengetahuan pasti

Demikian pula sebaliknya jika semakin rendah angka yang anda pilih, maka anda merasa bahwa istri anda tidak mampu mengurus rumah tangga dengan baik.. Kehadiran istri membantu

Wardhaugh (1986) as quoted by Risdianto (2013: 5- 6), “Sociolinguistics is concerned with investigating the relationship between language and society with the goal of a

Berikut ini saran yang diajukan terkait hasil penelitian tentang persepsi siswa tentang iklim sekolah dan kinerja guru matematika terhadap hasil belajar matematika

Berdasarkan analisis data maka peneliti menyimpulkan bahwasannya ada pengaruh antara status ekonomi orang tua terhadap motivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah 1 Jombang

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:95) pada dasarnya sasaran modernisasi sistem administrasi perpajakan adalah meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam pemenuhan

Dalam kasus transportasi online, kelas tercipta karena adanya pendikotomian sistem kerja.Ketidakpuasan lahir atas dasar alienasi terhadap mereka pengemudi