TREATMENT NEED PADA MAHASISWA
KEPANITERAAN KLINIK FKG USU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
LIM JUN YANG
NIM: 100600187
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonsia
Tahun 2014
Lim Jun Yang
Distribusi Persepsi Aesthethic Component Berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik FKG USU.
x + 36 halaman
Maloklusi dapat terjadi karena lengkung rahang yang tidak harmonis, adanya
anomali pada posisi gigi, jumlah dan bentuk gigi. Maloklusi dapat mempengaruhi
penampilan wajah seseorang. Persepsi terhadap penampilan wajah biasanya semakin
meningkat pada saat remaja. Index of Orthodontic Treatment Need merupakan suatu indeks yang digunakan untuk menentukan kebutuhan perawatan ortodonti. Indeks ini
terbagi atas dua komponen yaitu Aesthetic Component (AC) dan Dental Health Component (DHC). Aesthetic Component merupakan indeks untuk melihat kebutuhan perawatan ortodonti dengan cara menggunakan foto intra oral yang terdiri dari 10 skala
foto berwarna yang disusun menjadi dua kolom. Foto ini menunjukkan keadaan dental
dengan tingkat yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi
Aesthethic Component pada mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan accidental sampling. Jumlah sampel adalah sebanyak 100 orang mahasiswa kepaniteraan klinik di FKG USU yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Penelitian dilakukan dengan mengambil foto intra oral mahasiswa dan
ditunjukkan kepada mahasiswa. Penilaian estetika gigi dilakukan oleh mahasiswa
berdasarkan Aesthethic Component dari IOTN.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi Aesthethic Component adalah sebanyak 94% nilai AC 1 – 4, 4% nilai AC 5 – 7 dan 2% nilai AC 8 – 10. Distribusi
10. Pada mahasiswa kepaniteraan klinik perempuan, sebanyak 93,3% nilai AC 1 - 4 ,
5,33% nilai AC 5 – 7 dan 1,33% nilai AC 8 - 10.
DISTRIBUSI PERSEPSI AESTHETIC COMPONENT
BERDASARKAN INDEX OF ORTHODONTIC
TREATMENT NEED PADA MAHASISWA
KEPANITERAAN KLINIK FKG USU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
LIM JUN YANG
NIM : 100600187
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Proposal ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji proposal
Medan, 7 Mei 2014
Pembimbing: Tanda tangan
Mimi Marina Lubis, drg., Sp.Ort
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 12 Mei 2014
TIM PENGUJI
KETUA : Mimi Marina Lubis, drg., Sp. Ort
ANGGOTA : 1. Muslim Yusuf, drg.,Sp. Ort (K)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini telah
selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran
Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. H. Nazruddin, drg, C,Ort., Sp. Ort., selaku dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
2. Erna Sulistyawati, drg, Sp.Ort (K), selaku Ketua Departemen Ortodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Nurhayati Harahap, drg, Sp. Ort (K), selaku koordinator skripsi.
4. Mimi Marina Lubis, drg, Sp. Ort, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak meluangkan waktu, memberikan saran, dukungan, motivasi, bantuan dan
bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort (K), selaku dosen penguji yang telah menyediakan
waktu dan memberikan masukan kepada penulis.
6. Erliera, drg., Sp. Ort, selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktu dan
memberikan masukan kepada penulis.
7. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Ortodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang diberikan kepada
penulis.
8. Sahabat-sahabat penulis yakni Ong Voon Gyee dan Dency serta teman-teman
angkatan 2010 yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Teman-teman yang menjalani skripsi di bagian ortodonti yang telah sama-sama
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang teristimewa kepada kedua orang
tua tercinta yakni Ayahanda Lim Kim Foo dan Ibunda Khor Geok Lian, atas segala
kasih sayang, doa dan sebagai motivator terbesar bagi penulis.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat
memberikan sumbangan fikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di
Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Ortodonsia.
Medan, 7 Mei 2014
Penulis,
(Lim Jun Yang)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI
2.4.2 Aesthetic Component 16
2.5 Kerangka Teori 20
2.6 Kerangka Konsep 21
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian 22
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 22
3.2.1 Lokasi Penelitian 22
3.2.2 Waktu Penelitian 22
3.3 Populasi dan Sampel 22
3.3.1 Populasi 22
3.3.2 Sampel 23
3.4 Alat dan Bahan Penelitian 24
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 24
3.6 Pelaksanaan Penelitian 25
3.7 Pengolahan dan Analisis Data 26
BAB 4 HASIL PENELITIAN 27
BAB 5 PEMBAHASAN 29
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 32
DAFTAR PUSTAKA 33
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kriteria Skor 5 Dental Health Component 15
2. Kriteria Skor 4 Dental Health Component 15
3. Kriteria Skor 3 Dental Health Component 16
4. Kriteria Skor 2 Dental Health Component 16
5. Kriteria Skor 1 Dental Health Component 16
6. Distribusi Nilai Aesthethic Component 27
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Oklusi normal 5
2. Klas I Angle, puncak tonjol mesiobukal gigi molar pertama tetap rahang atas berada pada buccal groove dari molar pertama
tetap rahang bawah 5
3. Klas II Angle, puncak tonjol mesiobukal gigi molar pertama rahang atas letaknya lebih ke anterior daripada buccal groove gigi molar
pertama rahang bawah 6
4. Klas II Angle, Divisi 1. proklinasi insisivus atas yang menyebabkan
Overjetbesar dan Deep Overbite 6
5. Klas II Angle Divisi 2. inklinasi insisivus sentralis atas ke lingual dan
inklinasi insisivus lateral ke labial 7
6. Klas III Angle inklinasi insisivus rahang bawah lebih ke arah lingual 8
7. a. Proporsi vertikal, b. Proporsi transversal, c. Proporsi eksternal 9
8. Overjet 13
9. Openbite 14
10. Overbite 15
11. Aesthetic Component dari IOTN 19
12. Alat dan Bahan 24
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kuesioner Penelitian
2. Data nilai AC
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonsia
Tahun 2014
Lim Jun Yang
Distribusi Persepsi Aesthethic Component Berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik FKG USU.
x + 36 halaman
Maloklusi dapat terjadi karena lengkung rahang yang tidak harmonis, adanya
anomali pada posisi gigi, jumlah dan bentuk gigi. Maloklusi dapat mempengaruhi
penampilan wajah seseorang. Persepsi terhadap penampilan wajah biasanya semakin
meningkat pada saat remaja. Index of Orthodontic Treatment Need merupakan suatu indeks yang digunakan untuk menentukan kebutuhan perawatan ortodonti. Indeks ini
terbagi atas dua komponen yaitu Aesthetic Component (AC) dan Dental Health Component (DHC). Aesthetic Component merupakan indeks untuk melihat kebutuhan perawatan ortodonti dengan cara menggunakan foto intra oral yang terdiri dari 10 skala
foto berwarna yang disusun menjadi dua kolom. Foto ini menunjukkan keadaan dental
dengan tingkat yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi
Aesthethic Component pada mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan accidental sampling. Jumlah sampel adalah sebanyak 100 orang mahasiswa kepaniteraan klinik di FKG USU yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Penelitian dilakukan dengan mengambil foto intra oral mahasiswa dan
ditunjukkan kepada mahasiswa. Penilaian estetika gigi dilakukan oleh mahasiswa
berdasarkan Aesthethic Component dari IOTN.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi Aesthethic Component adalah sebanyak 94% nilai AC 1 – 4, 4% nilai AC 5 – 7 dan 2% nilai AC 8 – 10. Distribusi
10. Pada mahasiswa kepaniteraan klinik perempuan, sebanyak 93,3% nilai AC 1 - 4 ,
5,33% nilai AC 5 – 7 dan 1,33% nilai AC 8 - 10.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Maloklusi merupakan oklusi yang dapat terjadi oleh karena lengkung rahang
yang tidak harmonis, adanya anomali pada posisi gigi, jumlah dan bentuk gigi.
Maloklusi dapat mempengaruhi penampilan wajah seseorang dan persepsi terhadap
penampilan wajah biasanya semakin meningkat pada saat remaja. Sebagian masyarakat
juga berpendapat bahwa kesuksesan dalam kehidupan sangat berhubungan dengan
penampilan wajah seseorang. Maloklusi dapat disebabkan oleh faktor genetik,
lingkungan atau kombinasi kedua faktor tersebut dan dapat disertai dengan beberapa
faktor lokal seperti kebiasaan buruk oral. Efek maloklusi dapat membuat seorang
individu merasa kurang percaya diri terhadap penampilan wajah.1
Estetika wajah adalah suatu konsep yang berhubungan dengan kecantikan atau
wajah yang menarik dan telah menjadi salah satu hal penting di dalam kehidupan
modern.2 Estetika wajah dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian serta interaksi
sosial.3
Faktor-faktor estetika wajah sulit untuk dievaluasi dan pada umumnya
ditentukan secara subjektif.2,4 Salah satu faktor penting yang menentukan estetika wajah
adalah posisi gigi yang teratur. Oleh sebab itu sebagian besar masyarakat biasanya
datang untuk melakukan perawatan ortodonti dengan tujuan memperbaiki estetika
giginya, dengan harapan juga dapat memperbaiki estetika wajahnya.4
Dr. Edward Angle berpendapat bahwa klasifikasi maloklusi merupakan hal yang
sangat penting dalam suatu perawatan ortodonti, namun klasifikasi maloklusi belum
diteliti secara detail oleh para dokter gigi, sehingga tahun 1899 Angle membuat
klasifikasi maloklusi menjadi 3 kelas (cit. Mark JB). Klasifikasi Angle merupakan
metode untuk mengklasifikasikan maloklusi yang paling sering digunakan hingga saat
Pada beberapa kasus perawatan ortodonti tidak cukup hanya menggunakan
klasifikasi Angle sebagai pedoman dalam melakukan perawatan.5 Oleh karena itu,
beberapa peneliti membuat indeks-indeks untuk menilai kebutuhan perawatan ortodonti.
Indeks-indeks kebutuhan perawatan ortodonti yang telah dikemukakan oleh para
peneliti seperti Occlusal Index (IO), Treatment Priority Index (TPI), Index of Complesity, Outcome and Need (ICON), Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) dan Dental Aesthetic Index (DAI). Suatu indeks harus dapat dipercaya, valid, mudah dipakai dan dapat diterima oleh ortodontis, dokter gigi umum dan juga pasien sendiri.5
Salah satu indeks yang sering dan mudah digunakan adalah Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN). Indeks ini dirancang untuk memenuhi syarat suatu indeks yang ideal dan menentukan kebutuhan perawatan berdasarkan ciri-ciri maloklusi dan juga
dari segi estetis.2,5 IOTN dikembangkan oleh Brook dan Shaw pada tahun 1989 dan
terdiri dari dua komponen, yaitu Dental Health Component (DHC) dan Aesthetic Component (AC).5,7 DHC lebih valid dibandingkan dengan AC karena AC hanya melihat estetika dental pasien sehingga pengukuranya sangat subjektif. AC dapat
dipakai sebagai tambahan jika index kebutuhan perawatan masih belum dapat
ditentukan dengan DHC.8 Aesthetic Component dari IOTN dapat mewakili keadaan estetika dental seseorang sebelum dilakukan perawatan ortodonti.8
Pada tahun 2001, Albarakati telah melakukan penelitian tentang persepsi estetika
pasien di Saudi Arabia dengan menggunakan Aesthetic Component dari Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN). Penelitian ini telah menyatakan bahwa 45,3% dari pasien menilai estetika diri baik dan tidak memerlukan perawatan. Tetapi 46% dari
pasien yang dinilai oleh peneliti membutuhkan perawatan ortodonti. Hasil penelitian ini
juga menunjukkan bahwa sebanyak 276 orang (74,4%) dalam nilai 1 – 4 AC, diikuti
nilai 5 – 7 sebanyak 28 orang (7,5%) dan nilai 8 – 10, sebanyak 27 orang (7,3%). 9
Malik V dkk., melakukan penelitian yang berhubungan dengan persepsi estetika
dental terhadap 300 orang mahasiswa kedokteran gigi. Hasil penelitiannya adalah nilai
AC 1 – 4 sebanyak 246 orang (82%), diikuti nilai 5 – 7 sebanyak 23 orang (7,6%) dan
kebanyakan mahasiswa tidak membutuhkan perawatan ortodonti atau kebutuhan
perawatan rendah. 7
Trivedi K dkk.,, melakukan penelitian tentang Aesthethic Component terhadap 100 orang pasien. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 93 orang (93%) di nilai AC
1 – 4, diikuti nilai 5 – 7 sebanyak 4 orang (4%) dan nilai 8 – 10, 3 orang (3%).8
Penelitiannya juga menunjukkan bahwa kebanyakan orang tidak membutuhkan
perawatan ortodonti atau kebutuhan perawatan rendah.8
Pada penelitian ini, peneliti ingin meneliti distribusi nilai Aesthetic Component
(AC) pada mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU.
1.2 Permasalahan
Bagaimanakah distribusi persepsi Aesthetic Component (AC) dari Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) pada mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi persepsi Aesthetic Component (AC) dari Indeks Of Orthodontic Treatment Need (IOTN) pada mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberi informasi kepada mahasiswa kepaniteraan klinik FKG tentang
gambaran estetika dental yang memerlukan perawatan ortodonti berdasarkan
kategori Aesthetic Component dari IOTN.
2. Memberi gambaran tentang distribusi persepsi Aesthethic Component di kalangan mahasiswa kedokteran gigi USU.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Maloklusi
Menurut Angle, maloklusi merupakan oklusi yang menyimpang dari bidang
oklusal gigi normal (cit. Martin RK dkk.,).10 Menurut Cairns dkk.,, maloklusi terjadi
saat struktur rahang dan gigi menyimpang dari struktur normal.11
Maloklusi merupakan penyakit multifaktorial yang terjadi pada masa
pertumbuhan dan perkembangan anak. Maloklusi dapat disebabkan faktor umum, lokal
dan keturunan. Faktor keturunan dapat menyebabkan ketidaksesuaian besar rahang
dengan besar gigi geligi di dalam rongga mulut.12 Menurut Thomas dkk., maloklusi juga
dapat disebabkan oleh malnutrisi.13
2.1.1 Klasifikasi Maloklusi Menurut Angle
Edward Angle memperkenalkan satu sistem untuk mengklasifikasikan maloklusi
pada tahun 1899. Klasifikasi ini tetap digunakan setelah lebih dari 100 tahun karena
aplikasinya mudah. Klasifikasi Angle berdasarkan relasi pada mesio-distal gigi,
lengkung gigi dan rahang.14-16 Menurut Angle, molar pertama rahang atas dan rahang
bawah adalah kunci oklusi. Klasifikasi Angle dibagi empat, yaitu oklusi normal, Klas I
Angle, Klas II Angle dan Klas III Angle (cit. Proffit WR).15
2.1.1.1 Oklusi normal
Pada oklusi normal, puncak tonjol mesio bukal gigi molar pertama rahang atas
Gambar 1. Oklusi normal15
2.1.1.2 Klas I Angle (Neutroclusion)
Ciri utama Klas I Angle adalah relasi molar Klas I, puncak tonjol mesiobukal
gigi molar pertama tetap rahang atas berada pada buccal groove dari molar pertama permanen rahang bawah (Gambar 2), dengan satu atau lebih gigi anterior malposisi,
crowding atau spacing. Ketidakteraturan gigi sering ditemukan di rahang bawah regio anterior, erupsi bukal dari kaninus maksila, rotasi insisivus dan pergeseran gigi akibat
kehilangan gigi. 6, 15
Gambar 2. Klas I Angle, puncak tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen rahang atas berada pada buccal groove dari molar pertama tetap rahang bawah15
2.1.1.3 Klas II Angle (Distoclusion)
Molar pertama permanen rahang atas terletak lebih ke mesial daripada molar
permanen rahang atas letaknya lebih ke anterior daripada buccal groove gigi molar pertama permanen rahang bawah (Gambar 3).15
Gambar 3. Klas II Angle, puncak tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen rahang atas letaknya lebih ke anterior daripada bucal groove gigi molar pertama rahang bawah15
Klas II divisi 1
Pada maloklusi ini, terdapat proklinasi insisivus atas yang menyebabkan overjet
besar, deep overbite (Gambar 4) dan sering ditemukan bibir atas hipotonik, pendek dan tidak dapat menutup dengan sempurna. Bentuk lengkung rahang berbentuk ‘V’. 6,15
Gambar 4. Klas II Angle, Divisi 1. proklinasi insisivus atas yang menyebabkan overjet besar dan
Klas II, divisi 2
Pada Klas II divisi 2 menunjukkan relasi molar Klas II Angle dengan ciri-ciri
inklinasi insisivus sentralis atas ke lingual dan inklinasi insisivus lateral ke labial
(Gambar 5). Deep overbite sering terjadi pada pasien klas ini dan bentuk lengkung rahang seperti huruf ‘U’.6,15
Gambar 5. Klas II Angle Divisi 2. inklinasi insisivus sentralis atas ke lingual dan inklinasi insisivus lateral ke labial6
Klas II subdivisi
Pada maloklusi ini, relasi molar Klas II terjadi pada satu sisi dan relasi molar
Klas I pada sisi yang lain.6
2.1.1.4Klas III Angle
Pada Klas III Angle, gigi molar pertama permanen rahang atas terletak lebih ke distal dari gigi molar pertama permanen rahang bawah atau puncak tonjol mesiobukal
gigi molar pertama permanen rahang atas letaknya lebih ke posterior dari buccal groove gigi molar pertama permanen rahang bawah. Klas III terbagi dua, yaitu True Class III
dan Pseudo Class III. 6,15
True Class III
Maloklusi ini merupakan maloklusi tipe skeletal yang disebabkan faktor genetik.
lebih ke anterior, maksila yang kecil atau retroposisi. Inklinasi insisivus rahang bawah
lebih ke arah lingual dan terdapat overjet normal, edge-to-edge, atau anterior crossbite
(Gambar 6).6
Pseudo Class III
Tipe maloklusi ini terjadi karena faktor habitual, yaitu pergerakan mandibula ke
depan ketika menutup rahang. Maloklusi ini juga disebutkan sebagai ‘postural’ atau
‘habitual´class III malocclusion.6 Klas III, subdivisi
Pada maloklusi ini terdapat relasi molar Klas III pada satu sisi dan relasi molar
Klas I pada sisi rahang yang lain.6
Gambar 6. Klas III Angle. Inklinasi insisivus rahang bawah lebih ke arah lingual15
2.2 Estetika
Kata estetika berasal dari bahasa Yunani “aisthetike” dan diciptakan oleh ahli
filosofi Alexander Gottlieb Baumgarten pada tahun 1735 yang berarti “ilmu untuk
mengetahui sesuatu melalui indera.17 Kata ini digunakan di Jerman setelah Baumgarten
mengubahnya dalam bentuk Latin (Aesthetica), tapi tidak begitu popular dalam bentuk bahasa Inggris sampai awal abad 19. Faktor estetika ini tidak mudah untuk dievaluasi
2.2.2 Mini Estetika (Senyum)
Terdapat dua tipe dasar senyum yaitu senyum sosial (posed smile) dan senyum spontan (unposed smile). Senyum sosial merupakan senyum yang disadari dan banyak digunakan untuk menggunakan salam, terjadi dengan sukarela serta memberikan kesan
ramah. Sedangkan senyum spontan adalah senyum yang terjadi pada saat tertawa atau
perasaan sedang senang.19 Sabri (2005) mengatakan komponen pembentuk senyum dari
arah frontal terdiri dari delapan faktor yaitu lip line, smile arch, simetri senyum, buccal corridor, bidang oklusi, kurva bibir atas, komponen dental dan gingival.19 Seseorang dengan tampilan yang biasa saja akan tampak lebih menarik jika memiliki senyum
menarik.20
2.2.3 Mikro Estetika
Pada mikro estetika komponen dental meliputi proporsi, bentuk, warna,
hubungan tinggi dan lebar gigi, posisi gigi, connector dan embrassure, black triangle, serta gingival display (tinggi, warna dan bentuk gingiva). Warna gigi dapat berubah seiring dengan bertambahnya umur. Gingival display seperti tinggi, warna dan bentuk gingiva merupakan faktor yang penting dalam pembentukan senyum estetis, dan juga
dapat mempengaruhi penampilan gigi.15,21,22
Persepsi seseorang tentang estetika berbeda-beda karena pada umumnya
persepsi ditentukan secara subjektif. Salah satu faktor yang penting untuk estetika wajah
adalah posisi gigi yang baik dimana posisi gigi yang baik tidak hanya mendukung
terwujudnya senyum yang menarik, tetapi juga dapat mendukung kesehatan mulut
sehingga secara keseluruhan akan meningkatkan self esteem dan self image seseorang di dalam kehidupannya.2-4
2.3 Indeks Penilaian Kebutuhan Perawatan Ortodonti
Maloklusi merupakan salah satu masalah kesehatan pada masyarakat yang
sering terjadi dan prevalensinya tinggi. Kualitas kehidupan juga terpengaruh oleh
membutuhkan perawatan secara benar diperlukan penggunaan instrument dan metode
yang valid adalah penting. 5,23
Indeks digunakan untuk menggambarkan tingkatan atau kategori yang berupa
nilai pada suatu maloklusi. Kesimpulan yang didapat dari pengukuran indeks
menunjukkan kondisi gigi pasien secara umum.24 Ada lima tipe indeks dalam ortodonti,
yang setiap indeksnya dibuat berdasarkan tujuan tertentu. Antara lain indeks untuk
klasifikasi diagnostik, studi epidemiologi, menilai kebutuhan perawatan ortodonti,
menilai hasil perawatan ortodonti dan menilai kompleksitas perawatan ortodonti.25
Menurut WHO, suatu indeks yang ideal adalah.26
1. Terdapat satu skala yang definitif dan jelas.
2. Indeks sensitif dalam skalanya.
3. Skor yang diberi harus dapat menggambarkan tahap keparahan maloklusi.
4. Nilai indeks harus dapat diubah untuk analisa statistik.
5. Klasifikasinya dapat diproduksi lagi.
6. Indeks haruslah mudah dan akurat.
7. Prosedur pemeriksaan dapat dijalankan dengan mudah.
8. Indeks harus mudah digunakan dalam penelitian populasi besar tanpa
mengambil waktu yang lama atau tenaga yang berlebihan
9. Pemeriksaan dapat dibuat dengan cepat.
10.Indeks harus valid.
Terdapat beberapa indeks yang populer sebelumnya, seperti Occlusal Index (OI) dikembangkan oleh Summers (1971), Treatment Priority Index (TPI) dikembangkan oleh Grainger (1967) dan Handicapping Malocclusion Assesment Record (HMAR) dikembangkan oleh Salzmann.
Kemudian telah berkembang lagi berbagai indeks yang lebih aktual diantaranya
Index of Complexity, Outcome and Need (ICON), Dental Aesthetic Index (DAI) dan
Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN). Index of Ortodontic Treatment Need
(IOTN) diperkenalkan pertama kali oleh Brook dan Shaw pada tahun 1989. IOTN
terdiri dari Dental Health Component (DHC) dan Aesthetic Component (AC).23,25,28
oleh Daniel dan Richmond pada tahun 1998. Indeks ini dapat digunakan pada akhir
periode gigi bercampur dan periode gigi tetap untuk memperkirakan kebutuhan
perawatan sekaligus memperkirakan hasil perawatan, dapat diaplikasikan pada pasien
maupun model studi.8
Secara keseluruhan, metode-metode ini melibatkan pemindahan hasil penilaian
dari keadaan oklusal menjadi indeks kebutuhan akan perawatan dengan berlandaskan
pada makin tinggi skor penyimpangan oklusal maka akan makin besar kebutuhan
perawatan.7,23
2.4 Index of Orthodontic Treatment Need
Index of Ortodontic Treatment Need (IOTN) telah mendapat pengakuan secara internasional sebagai metode untuk mengukur kebutuhan akan perawatan secara
objektif.25,28 Terdapat dua komponen dalam IOTN, yaitu Aesthetic Component (AC) dan
Dental Health Component (DHC).9,27 Hassan (2006) mengatakan bahwa indeks IOTN merupakan alat ukur yang valid yang dapat digunakan pada perawatan ortodonti.
29
IOTN juga berguna untuk menilai prevalensi dan keparahan maloklusi pada
penelitian epidemiologi. Pada penelitian Tung dan Kiyak disebutkan bahwa prevalensi
perempuan terhadap penampilan wajahnya lebih besar dibandingkan laki-laki
berdasarkan indeks IOTN.30Ertugay dkk., melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui besarnya kebutuhan anak-anak sekolah di Turki terhadap kebutuhan
perawatan ortodonti berdasarkan indeks IOTN, dan didapat hasil bahwa terdapat
kebutuhan perawatan ortodonti yang tinggi pada anak anak sekolah di Turki. 31
Burden menyebutkan bahwa laki-laki lebih memerlukan kebutuhan perawatan
ortodonti dibandingkan perempuan berdasarkan indeks IOTN. Berbeda dengan
penelitian Burden, Zahid mengatakan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap
kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan indeks IOTN. 32
Penelitian Alkhatib dkk., di London yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
yang sama juga diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya oleh Mandall dkk., yang
mengatakan bahwa etnis tidak berpengaruh terhadap kebutuhan perawatan ortodonti.33
2.4.1 Dental Health Component
Dental Health Component memiliki lima kategori, seperti yang ditunjukkan pada tabel 1. Skor 1 menunjukkan bahwa subjek tidak memerlukan perawatan ortodonti,
sedangkan Skor 5 menunjukkan bahwa subjek sangat memerlukan perawatan ortodonti.
Tiap tingkatan disertai subdivisi sesuai ciri yang ditemukan, dimana sub divisi tersebut
menunjukkan tipe occlusal discrepancy. Penilaian diambil dari studi model dan dilakukan oleh ahli ortodontis.33 Adapun pengukuran yang dilakukan pada Dental Health Component meliputi pengukuran overjet, overbite, gigitan silang (cross bite), gigitan terbuka (open bite), gigitan terbalik (reverse overjet), hypodontia, celah bibir dan palatum (defect of cleft lip and palate), dan impeded eruption teeth.28 Pada Dental Health Component, ciri dari identifikasi oklusi yang paling parah menjadi dasar untuk menentukan kebutuhan akan perawatan. 31,33
Overjet adalah jarak antara tepi insisal gigi insisivus rahang atas dengan permukaan labial dari gigi insisivus rahang bawah yang diukur secara horizontal.Pada
Dental Health Component, overjet ditandai dengan sub-divisi “a” (Gambar 8).
Reverse overjet adalah jarak antara tepi insisal gigi insisivus rahang atas dengan gigi insisivus rahang bawah jika insisivus rahang atas oklusi dengan permukaan lingual
insisivus rahang bawah.Gigitan terbalik ditandai dengan subdivisi “b”. Gigitan silang
(crossbite) merupakan hubungan yang abnormal dalam arah labiolingual atau bukolingual yang melibatkan satu gigi atau lebih terhadap satu gigi atau lebih pada
rahang yang berlawanan.35Anterior Crossbite atau posterior crossbite ditandai dengan subdivisi “c”. Pergeseran gigi adalah gigi yang gagal menempatkan diri di dalam posisi
yang normal pada lengkung gigi. Pada Dental Health Component, pergeseran gigi ditandai dengan subdivisi “d”.
Gigitan terbuka (open bite) adalah tidak adanya kontak vertikal antara gigi di rahang atas dengan gigi di rahang bawah, terbagi atas anterior open bite dan posterior open bite, yang ditandai dengan subdivisi “e” (Gambar 9).
Gambar 9. Openbite6
Gambar 10. Overbite6
Hypodontia adalah kurang atau tidak lengkapnya gigi di dalam deretan lengkung gigi, yang ditandai dengan subdivisi “h”. Supernumerary teeth dimasukkan ke dalam kategori 4 dengan sub divisi “x”.
Tabel 1 : Kriteria Skor 5 Dental Health Component36
Skor 5 (sangat memerlukan perawatan) 5.a. overjet > 9 mm
5.h. daerah P yang luas dengan implikasi restorasi (Lebih dari 1 gigi pada setiap kuadran yang membutuhkan perawatan ortodonti pre-restorasi
5.i. gigi terpendam (kecuali molar tiga) yang disebabkan karena gigi berjejal, pergeseran titik kontak gigi, gigi supernumerary, gigi desidui yang persisten dan penyebab patologi lainnya
5.m. Reverse overjet > 3,5 mm dengan kesulitan pengunyahan dan bicara 5.p. cacat akibat celah bibir dan palatum
5.s. gigi desidui yang terpendam
Tabel 2: Kriteria Skor 4 Dental Health Component
Skor 4 (memerlukan perawatan) 4.a. overjet > 6mm tetapi ≤ 9mm.
4.b. reverse overjet > 3,5 mm tanpa kesulitan pengunyahan atau bicara 4.c. crossbite anterior atau posterior > 2mm diskrepansi Antara posisi kontak retrusi dan posisi interkuspal.
4.h. daerah hipodonsia yang tidak begitu luas yang membutuhkan perawatan pre-restorasi ortodonti atau penutupan ruang untuk meniadakan kebutuhan perawatan prostetik
4.i. crossbite lingual posterior tanpa kontak fungsional oklusal pada salah satu atau kedua segmen bukal
4.m. reverse overjet > 1 mm tetapi ≤ 3,5 mm dengan kesulitan pengunyahan atau bicara
4.t. gigi erupsi sebagian, miring atau terpendam terhadap gigi yang berdekatan 4.x. gigi supernumerary
Tabel 3: Kriteria Skor 3 Dental Health Component
Skor 3 (perawatan borderline/sedang)
3.a. overjet > 3,5 mm tetapi < 6 mm disertai bibir yang tidak kompeten 3.b. reverse overjet > 1 mm tetapi 3,5 mm
3.c. crossbite anterior atau posterior > 1 mm tetapi ≤ 2 mm diskrepansi Antara posisi kontak retrusi dan posisi interkuspal
3.d. pergeseran titik kontak gigi > 2 mm tetapi ≤ 4 mm 3.e. openbite anterior atau lateral > 2 mm tetapi ≤ 4 mm 3.f. komplit overbite tanpa trauma gingiva atau palatal
Tabel 4: Kriteria Skor 2 Dental Health Component
Skor 2 (perawatan ringan)
2.a. overjet > 3,5 mm tetapi ≤ 6mm disertai bibir yang kompeten 2.b. reverse overjet > 0mm tetapi ≤ 1 mm
2.c. crossbite anterior atau posterior ≤ 1 mm diskrepansi antara posisi kontak retrusi dan posisi interkuspal
2.d. pregeseran titik kontak gigi > 1 mm, tetapi ≤ 2 mm 2.f. Overbite≥ 3,5 mm tanpa kontak gingiva
2.g. pre-normal atau post normal oklusi dengan atau tanpa anomali
Tabel 5: Kriteria Skor 1 Dental Health Component
Skor 1 (tidak perlu perawatan)
2.4.2 Aesthetic Component
Pada umumnya, ada dua cara untuk melakukan pemeriksaan Aesthetic Component, yaitu dengan menggunakan kaca atau kamera. Cheek retractor dipasangkan pada mulut, kemudian subjek diminta untuk melihat keadaan dentalnya melalui kaca,
atau dapat juga difoto dengan menggunakan kamera. Kemudian subjek diminta untuk
mengidentifikasi foto mana dari Aesthetic Component yang paling mendekati keadaan dentalnya di bagian anterior. 29,32,37
Aesthetic Component adalah komponen dari Index of Orthodontic Treatment Need ( IOTN ) yang digunakan untuk melihat kebutuhan perawatan ortodonti dengan cara menggunakan foto intra oral, terdiri dari 10 skala foto berwarna yang disusun
menjadi dua kolom, yang menunjukkan keadaan dental dengan tingkat yang berbeda.
Penilaian Aesthetic Component dilakukan secara subjektif, dapat dilakukan oleh orang awam atau ortodontis dan tidak dipengaruhi oleh warna dental, oral hygiene maupun kondisi gingival (Gambar 8).
Nilai 1 menunjukkan susunan gigi yang paling baik, sedangkan nilai 10
menunjukkan susunan gigi yang paling tidak baik. Hasil dari pemeriksaan Aesthetic Component dapat dibagi menjadi tiga kategori, nilai 1-4 menunjukkan sedikit atau tidak butuh perawatan, nilai 5-7 menunjukkan kebutuhan perawatan sedang dan nilai 8-10
menunjukkan kebutuhan perawatan tinggi. Pada penggunaannya, Aesthetic Component
tidak terikat atau tergantung pada Dental Health Component, akan tetapi hasil dari
Aesthetic Component dapat mendukung hasil dari Dental Health Component. Aesthetic Component ini mudah digunakan, dengan cara skor didapat dari subjektif dan banyak digunakan untuk edukasi pasien atau masyarakat.28
Oleh karena penilaiannya secara subjektif, maka penilaian Aesthetic Component
berkaitan erat dengan persepsi. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi
seseorang terhadap kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Aesthetic Component
dari IOTN. Al Sarheed dkk., menyebutkan bahwa persepsi seseorang tentang kebutuhan
perawatan ortodonti dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin serta latar belakang
sosial ekonomi.38Berbeda dengan penelitian Al Sarheed dkk., ,Abdullah dan Hedayati
tentang kebutuhan perawatan ortodonti.10 Dalam penelitian Al Khatib dikatakan bahwa
persepsi seseorang terhadap kebutuhan perawatan ortodonti dapat berbeda dengan orang
lain, yang mungkin dipengaruhi oleh kultural dan lingkungan sosial.
Aesthetic Component dari IOTN juga digunakan dalam beberapa penelitian untuk melihat bagaimana persepsi individu terhadap masalah estetika dental.
Mugonzibwa dkk., melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar persepsi
anak-anak Tanzania terhadap susunan gigi dan didapat hasil bahwa sebagian besar
anak-anak tersebut merasa tidak senang terhadap ketidakteraturan susunan dentalnya.39
Flores dan Major mengatakan penampilan atau bentuk susunan dental, terutama di
bagian anterior dapat menjadi faktor yang mempengaruhi penilaian atau persepsi
seseorang terhadap masalah estetika dental berdasarkan Aesthetic Component dari IOTN.1 Hedayati (2007) juga menyebutkan bahwa orang tua lebih memperhatikan
estetika dental anak perempuan dibandingkan anak laki-lakinya.27
Aesthetic Component dari IOTN dapat mewakili keadaan estetika dental seseorang sebelum dilakukan perawatan ortodonti.Beberapa penelitian telah dilakukan
untuk melihat perbandingan persepsi estetika dental antara orang awam dengan
ortodontis berdasarkan Aesthetic Component dari IOTN, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan Albarakati dan Trivedi dkk.,.8,9 Di Arab Saudi, Albarakati meneliti
perbandingan persepsi estetika dental antara orang awam dengan ortodontis berdasarkan
Aesthetic Component, dengan subjek penelitian pasien di salah satu rumah sakit dan diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara persepsi orang
awam dengan ortodontis.9 Sedangkan di India, Trivedi dkk., meneliti perbandingan
persepsi estetika dental antara orang awam dengan ortodontis berdasarkan Aesthetic Component, dengan subjek penelitian mahasiswa yang tidak memiliki latar belakang pendidikan kedokteran gigi dan diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara orang awam dengan ortodontis.8
Berdasarkan penelitian Albarakati dan Trivedi dkk., di atas, subjek penelitian
diminta langsung menilai keadaan dentalnya dengan cara mengidentifikasi foto dari
cenderung menilai keadaan giginya lebih baik dari keadaan yang sebenarnya, atau
cenderung, menilai lebih minimal sehingga didapat ketidakakuratan dari hasil
pengukurannya.8,9
2.5 Kerangka Teori
(DAI) Index of Complexity, Outcome and Need
(ICON)
Occlusal Index Treatment
Priority Index Index of Orthodontic
2.6 Kerangka konsep
Variabel terkendali
Mahasiswa kepaniteraan klinik
Variabel Terikat
Distribusi persepsi Aesthetic Component (AC) dari Index of Orthodontic Treatment Need
(IOTN) Variabel Bebas
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian survei deskriptif.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Departemen Ortodonsia FKG USU.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian yaitu 7 bulan, dimulai pada bulan Agustus 2013 sampai April
2014.
3.3Populasi dan sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah seluruh mahasiswa kepaniteraan klinik di departemen
3.3.2 Sampel
Dalam penelitian survei deskriptif ini, rumus yang dipakai seperti berikut:
Z21-α/2 PQ n= —————-
d2
Keterangan:
n = besar sampel
Z21-α/2 = 1,96 pada α 0,05
P = Proporsi prevalensi kejadian (0.453)9
Q = 1 – P
d = presisi ditetapkan (0,1)
(1,96)2 (0,453)(1-0,453) n= ——————————
(0.1)2 ≈
95.19 = 100 orang
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 100 orang. Metode pengambilan
sampel dilakukan dengan accidental sampling. Pengambilan sampel dilakukan selama lima hari di departemen ortodonsia, yaitu hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu.
Setiap hari 20 sampel diambil.
Kriteria inklusi:
- Masih menjalani kepaniteraan klinik di departemen ortodonsia
- Telah menyelesaikan program sarjana dokter gigi
Kriteria esklusi:
- Jawaban kuesioner tidak lengkap
- Mahasiswa yang masih menjalani perawatan ortodonti cekat
3.4 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah:
a) Kamera digital Fujifilm Finepix S2980
b) Pulpen
c) Penghapus
d) Pensil
e) Cheek retractor
Gambar 12. Alat dan Bahan (a) kamera digital Fujifilm Finepix S2980 (b) pulpen (c) penghapus (d) pensil (e ) cheek retractor
a. Variabel bebas : Persepsi estetika gigi mahasiswa
b. Variabel terikat : Penilaian Aesthetic Component mahasiswa kepaniteraan
klinik
c. Variabel terkendali: mahasiswa kepaniteraan klinik
Definisi Operasional:
a. Mahasiswa kepaniteraan klinik: mahasiswa yang telah selesai program
pendidikan sarjana dokter gigi di FKG USU dan masih menjalani
kepaniteraan klinik di departemen Ortodonsia.
b. Penilaian Aesthetic Component dalam IOTN terdapat 3 kategori. Kategori pertama adalah nilai AC 1 – 4, kebutuhan perawatan ortodonti dalam
kategori ini adalah rendah atau tidak membutuhkan perawatan. Kategori
kedua adalah nilai AC 5 – 7, kebutuhan perawatan ortodonti dalam kategori
ini adalah sedang. Kategori ketiga adalah nilai AC 8 – 10 yang berarti
kebutuhkan perawatan tinggi.
c. Persepsi dental merupakan suatu proses menyeleksi, mengatur dan
menginterpretasikan berbagai masukan informasi sensorik untuk
memperoleh kesadaran atau pemahaman mengenai susunan gigi.
3.6 Pelaksanaan penelitian
1. Memperoleh izin dari Komisi Etik USU untuk melakukan penelitian.
2. Persiapan alat dan bahan penelitian.
3. Memperoleh surat izin dari Departemen Ortodonsia FKG USU untuk
melakukan penelitian di departemen.
4. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling. Pengambilan sampel dilakukan selama lima hari di departemen ortodonsia, yaitu hari
Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu. Setiap hari 20 sampel diambil.
6. Foto ditunjukkan ke sampel dan diminta menilai estetika wajah dari
panduan Aesthetic Component.
7. Hasil penilaian oleh mahasiswa kepaniteraan klinik dikumpulkan dan
dianalisa.
Gambar 13. Cheek retractor dipasang di mulut subjek dan difoto.
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis dengan uji statistic deskriptif dengan menyajikan data dalam bentuk frekuensi
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang mahasiswa kepaniteraan
klinik di departemen ortodonsia FKG USU yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Tabel 6 dan 7 menunjukkan distribusi nilai Aesthethic Component berdasarkan IOTN.
Tabel 6. Distribusi nilai Aesthethic Component (AC)
Kebutuhan perawatan Nilai AC Jumlah Persentase (%)
Sedikit/tidak butuh 1 74 74%
2 5 5% 3 9 9% 4 6 6%
Sedang 5 0 0%
6 2 2% 7 2 2%
Tinggi 8 1 1%
9 0 0% 10 1 1%
Dari tabel 6, menunjukkan distribusi Aesthethic Component. Distribusi terbesar mahasiwa kepaniteraan klinik yang membutuhkan perawatan ortodonti adalah nilai 1 –
4 (sedikit atau tidak butuh perawatan), sebanyak 94 orang (94%). Diikuti nilai 5 – 7
(kebutuhan perawatan sedang), sebanyak 4 orang (4%) dan nilai 8 – 10 (kebutuhan
Tabel 7.Distribusi nilai Aesthetic Component (AC) berdasarkan jenis kelamin
Kebutuhan perawatan Jenis kelamin
Laki – laki Perempuan Sedikit/tidak butuh (grad 1 - 4) 24 orang (96%) 70 orang (93,3%) sedang (grad 5 - 7) 0 orang (0%) 4 orang (5,33%) tinggi (grad 8 - 10) 1 orang (4%) 1orang (1,33%)
Tabel 7 menunjukkan distribusi Aesthethic Component berdasarkan jenis kelamin. Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 24 orang (96%) mahasiswa kepaniteraan klinik
laki-laki berpendapat bahwa mereka tidak butuh atau kebutuhan perawatan rendah, 0
orang (0%) yang berada di kategori kebutuhan perawatan sedang dan 1 orang (4%) yang
paling membutuhkan perawatan ortodonti. Pada mahasiswa kepaniteraan klinik
perempuan, sebanyak 70 orang (93,3%) berpendapat bahwa mereka tidak butuh atau
kebutuhan perawatan rendah, 4 orang (5,33%) membutuhkan perawatan sedang dan 1
orang (1,33%) paling membutuhkan perawatan ortodonti.
Bab 5
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di departemen ortodonsia FKG USU. Sampel yang diteliti
berjumlah 100 orang yang terdiri dari mahasiswa kepaniteraan klinik laki-laki dan
perempuan. Dari tabel 6, diperoleh nilai AC 1 – 4 merupakan jumlah tertinggi dalam
penilaian estetika oleh mahasiswa kepaniteraan klinik, yaitu 94 orang (94%), diikuti 4
orang (4%) berada di nilai AC 5-7 dan nilai AC 8 – 10 terdiri dari 2 orang (2%). Dari
hasil ini terlihat sebanyak 94% sedikit atau tidak membutuhkan perawatan ortodonti,
4% membutuhkan perawatan sedang dan 2% paling membutuhkan perawatan ortodonti.
Hasil dalam penelitian ini hampir sama dengan penelitian Trivedi K dkk., yang
meneliti sebanyak 100 orang sampel mahasiswa kedokteran gigi. Dari hasil penelitian
ini diperoleh distribusi nilai AC 1 – 4 sebanyak 93 orang (93%), nilai AC 5 – 7
sebanyak 4 orang (4%) dan 3 orang (3%) dalam nilai AC 8 – 10. Jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitiannya adalah sama dan sampel yang diteliti adalah mahasiswa
kedokteran gigi.8
Penelitian yang dilakukan oleh Albarakati dkk., diperoleh hasil distribusi nilai AC
yang hampir mirip dengan hasil penelitian penulis. Dari hasil penelitiannya terdapat
sebanyak 276 orang (74,4%) berada di nilai AC 1 – 4, diikuti 28 orang (7,5%) berada di
nilai AC 5 – 7, 27 orang (7,3%) berada di nilai AC 8 – 10.9 Penelitian yang sama juga
dilakukan oleh Hassan yang melakukan penelitian pada 743 sampel.29 Dari hasil
diperoleh sebanyak 450 orang (60,6%) berada di nilai AC 1 – 4, diikuti 173 orang
(23,3%) berada di nilai AC 5 – 7 dan 119 orang(16,1%) berada di nilai AC 8 – 10.29
Dari dua penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai AC 1 – 4 mempunyai distribusi
tertinggi diikuti dengan nilai AC 5 - 7 dan nilai AC 8 – 10 tetapi persentase dalam setiap
kategori berbeda disebabkan perbedaan jumlah sampel yang diteliti.
Hasil penelitian ini juga hampir mirip dengan penelitian Malik V dkk.,. Hasil
23 orang (7,7%) di nilai AC 5 – 7 dan sebanyak 31 orang (10,3%) di nilai AC 8 – 10.
Persentase kategori nilai AC 1 – 4 adalah tertinggi, yaitu sama dengan penelitian penulis
tetapi persentase tiap kategori berbeda karena dalam penelitian Malik V dkk.,,jumlah
sampel yang digunakan adalah sebanyak 300 orang diteliti.7 Mugonzibwa dkk., telah
melakukan penelitian tentang persepsi estetika dental dan kebutuhan perawatan
ortodonti pada 295 orang anak-anak yang berumur 9 -18. Dari hasil penelitian diperoleh
sebanyak 177 orang (60%) nilai AC 1 – 4, 85 orang (29%) nilai AC 5 – 7 dan 33 orang
(11%) nilai AC 8 – 10. Hasil penelitian Mugonzibwa dkk., berbeda dengan hasil
penelitian penulis hal ini disebabkan sampel yang diteliti adalah anak-anak yang
berumur 9 -12 tahun. Persepsi terhadap estetika pada anak-anak yang berumur 9 – 12
tahun berbeda dengan remaja yang lebih mementingkan estetika dental.1 Persentase
nilai AC berbeda dari empat penelitian di atas tetapi distribusi nilai AC 1 – 4 tetap
menunjukkan persentase tertinggi dalam semua hasil penelitian tersebut.
Tabel 7 menunjukkan distribusi nilai Aesthethic Component berdasarkan jenis kelamin. Dari hasil penelitian diperoleh 24 orang (96%) mahasiswa kepaniteraan klinik
laki- laki berada di nilai AC 1 – 4, 0 orang (0%) di nilai AC 5 - 7 dan 1 orang (4%) di
nilai AC 8 – 10. Pada mahasiswa kepaniteraan klinik perempuan, terdapat 70 orang
(93,33%) nilai AC 1 – 4, diikuti 4 orang (5,33%) nilai AC 5 – 7 dan 1 orang (1,33%)
nilai AC 8 – 10. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zahid dkk., yang
melakukan penelitian pada pasien-pasien di bagian ortodonsia rumah sakit dental.32 300
sampel telah diteliti dan terdiri dari 114 orang laki-laki dan 186 orang perempuan. Hasil
penelitian menunjukkan pasien laki-laki yang ada di nilai AC 1 – 4 dan nilai AC 5 – 7
masing-masing terdapat 30 orang (26,31%) dan terdapat 54 orang (47,37%) nilai AC 8
– 10. Bagi pasien perempuan, terdapat 65 orang (61,32%) nilai AC 1 – 4, diikuti nilai
AC 5 – 7 yang terdapat 66 orang (62,26%) dan 55 orang (51,88%) nilai AC 8 – 10.
Hasil penelitian Zahid dkk., menunjukkan presentase paling banyak pasien perempuan
dan laki-laki pada nilai AC 8 – 10 yang bertentangan dengan hasil penelitian penulis
yang menunjukkan persentase paling banyak laki-laki dan perempuan yang berada di
tentang persepsi estetika dental dari sampel, di mana dalam penelitian Zahid dkk.,
sampelnya adalah pasien yang ingin mendapatkan perawatan ortodonsia di rumah sakit.
Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan disebabkan persepsi estetika gigi yang
berbeda antara mahasiswa kepaniteraan klinik karena persepsi estetika merupakan suatu
ukuran yang sangat subjektif. Hal ini disebabkan dari hasil penelitian terdapat
mahasiswa yang menilai estetikanya baik dan tidak memerlukan perawatan tetapi
estetika giginya memang kurang baik. Ada mahasiswa yang menilai dirinya
Bab 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Distribusi terbesar tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Aesthetic Component dari IOTN di kalangan mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU adalah nilai AC 1 - 4 yaitu sebanyak 94 orang (94%). Sementara itu distribusi nilai AC 5 – 7
dan 8 - 10 masing-masing adalah 4 orang (4%) dan 2 orang (2%). Pada mahasiswa
kepaniteraan klinik laki-laki, sebanyak 24 orang (96%) tidak membutuhkan atau
kebutuhan perawatan ortodonti rendah, 0 orang (0%) pada kebutuhan perawatan sedang,
dan 1 orang (4%) kebutuhan perawatan ortodonti tinggi. Pada mahasiswa kepaniteraan
klinik perempuan, sebanyak 70 orang (93,33%) tidak membutuhkan atau kebutuhan
perawatan ortodonti rendah, 4 orang (5,33%) pada kebutuhan perawatan sedang, dan 1
orang (1,33%) kebutuhan perawatan ortodonti tinggi. Kebanyakan orang merasa
bahwa estetika dental mereka adalah memuaskan dan tidak butuh perawatan ortodonti.
6.2 Saran
a) Data-data yang ditampilkan pada penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dasar untuk penelitian-penelitian akan datang.
b) Pada penelitian-penelitian akan datang diharapkan untuk meneliti pengaruh usia dalam persepsi estetika dental.
c) Penelitian yang lebih mendalam tentang hubungan kebutuhan perawatan dengan faktor-faktor etiologi maloklusi seperti ras, jenis kelamin, kebiasaan buruk dan
Daftar Pustaka
1. Deepak C, Vinod S,Tripti C, Kamal KG. A Study of Malocclusion and
Orthodontic Treatment Needs according to Dental Aesthetic Index among School
Children of a Hilly State of India. International Society of Preventive &
Community Dentistry; 3(1): 32-37.
2. Flores Mir C, Major PW. Self-perceived orthodontic treatment need evaluated
through 3 scales in a university population. J Orthod. 2004; 31: 329-334.
3. Langlois JH, Kalakanis L, Rubenstein AJ, Larson A, Hallam M, Smoot M.
Maxims or myths of beauty? A meta-analytic and theoretical review. Psychol Bull
2000; 126: 3: 390-423.
4. Camara CA. Aesthetic in orthodontics: Six Horizontal Smile Lines. Dent Press J
Orthod. 2010; 15(1): 118-131.
5. Mark JB. The Efficacy of Training Dental Students in the Index of Orthodontic
Treatment Need (IOTN). Tesis. Ohio: The Ohio State University, 2000, 2-29.
6. Bhalajhi SI. Orthodontic The Art and Science. Edisi 3. New Delhi: Arya
Publishing house, 2003: p 69-75.
7. Malik V, Grover S, Maninder SS, et al. Evaluation of Orthodontic Treatment Need
and Its Correlation With the Perception, Awareness and Satisfaction of Personal
Dental Apperance among Dental Students. Journal of Orofacial Research 2013;
3(1):5-11.
8. Kalyani T, Tarulatha RS, Jigar D, Yagnesh R. Realibility of Aesthetic Component
of IOTN in the Assessment of Subjective Orthodontic Treatment Need. Journal of
Advanced Dental Research 2011; 2(1): 59-66.
9. Albarakati SF. Self perception of malocclusion of Saudi patients using the
aesthetic component of the IOTN index. Pakistan Oral Dent J. 2001; 27: 4552
10. Martin RK, James LA, Peter SV. Malocclusion: Beyond the Wendell L. Wylie
11. Cairns B, List T, Michelotti A, et al. JOR-CORE recommendations on
Rehabilitation of Temporomandibular Disorders. Journal of Oral Rehabilitation
June 2010; 37(6): 481 -489.
12. Dolly PP, Bhaskar G, Tanmay S. Twin Studies: Revealing the Genetic Basis of
Malocclusion. Journal of Orofacial Research 2012; 2(1): 48-51.
13. Thomas B, Maria C, Antonio M, Ana M. Is Malnutrition Associated with
Crowding in Permanent Dentition?. International Journal of Environmental
Research and Public Health 2010; 7: 3531 – 3544.
14. Garbin A, Perin P, Garbin C, Lolli LF. Malocclusion Prevelance and Comparison
between the Angle Classification and the Dental Aesthetic Index in scholars in the
interior of Sao Paulo state – Brazil. Dental Press J Orthod 2010; 15(4): 94-102.
15. Proffit W.R. Contemporary Orthodontics. Edisi 4. Missouri: Mosby Elsevier, 2007:
p 5-16, p176-191.
16. Shendre S, Karan GK, Ravinarayana R, Mamtha T. Correlation of the
Anteriorposterior Relationships of the Dental Arch and Jaw-Base in subjects with
Class I, Class II and Class III Malocclusions. Int Journal of Contemporary
Dentistry 2011; 2(2): 68-71.
17. Geissberger M. Esthetic Dentistry in Clinical Practice. Blackwell Scientic
Publication Limited, Oxford. 2010; p. 1-8.
18. Jefferson Y. Facial Beauty – Establishing a Universal Standard. IJO. 2004; 15:
1-14.
19. Sabri R. The Eight Components of a Balanced Smile. J Clin Orthod 2005; 39:
155-167.
20. Schabel BJ, Baccetti T, Franchi L, McNamara JA. Clinical Photography vs Digital
Video Clips for the Assessment of Smile Esthetic. Angle Orthodontist 2010; 80(4):
678-684.
21. Hamlan NA, Shraim NA. Factors That Influence Perceptions of Orthodontic
Treatment Need. Saudi Dent J. 2008; 20: 111-120.
23. David M, Jose M, Jose LG. Diagnostic Agreement in the Assessment of
Orthodontic Treatment Need using the Dental Aesthetic Index and the Index Of
Orthodontic Treatment Need. European Journal of Orthodontics. 2010; 32:
193-198.
24. Costa RN, Mauro A, Claudia M, Allyson M. Validity of two Occlusal Indices for
Determining Orthodontic Treatment Need of Patients Treated in a Public
University in Belo Horizonte, Minas Gerais State, Brazil. Cad. Saude Publica, Rio
de Janelro 2011; 27(3): 581-590.
25. Hagg U, McGrath C, Zhang M. Quality of life and orthodontic treatment need
related to occlusal indices. Dental Bulletin. 2007; 12: 8-12.
26. Cristina G, Ester GP, Giuseppe L, Maria R, et al. Comparing Orthodontic
Treatmend Need Indexes. Italian Journal of Public Health. 2008; 5(3): 181-186.
27. Izabela G. The Value of the Aesthetic Component of the Index of Orthodontic
Treatment Need in the Assessment of Subjective Orthodontic Treatment Need.
European Journal of Orhtodontic 2003; 25: 57-63.
28. Hedayati Z, Fattahi H, Jahromi S. The Use of Index of Orthodontic Treatment
Need in an Iranian Population. J Indian Soc Pedod Prev Dent 2007; 25:10-4.
29. Hassan AH. Orthodontic Treatment Needs in the Western Region of Saudi Arabia:
A research report. Head & Face Medicine 2006; 2:2
30. Kiyak HA. Does Orthodontic Treatment Affect Patients’ Quality of Life?. Journal
of Dental Education 2008; 72(8): 886-894.
31. Ertugay E. The use of the index of orthodontic treatment need (IOTN) in a school
population and referred population. J Orthod. 2003; 28: 48-52.
32. Zahid S et al. Orthodontic treatment need in 13-30 years patients by using the
index of orthodontic treatment need. Pakistan Oral and Dent J. 2010; 30(1):
108-114.
33. Alkhatib M, Bedi R, Foster C, et al. Ethnic Variations in Orthodontic Treatment
Need in London Schoolchildren. BMC Oral Health 2005; 5:8.
34. Mandall NA, Mc. Cord JF, Blinkhom AS, Worthington HV, O’Brien KD.
old Asian and Caucasian children in greater Manchester. Eur J Orthod. 2000; 22:
175-83.
35. Oliverira CM, Sheiham A. Orthodontic Treatment and its Impact on Oral
Health-related Quality of Life in Brazilian adolescents. Journal of Orthodontic 2003;
31(1): 20-27.
36. Eva T, Olaf L, Winfried H. Prevalence of Malocclusions in the Early Mix
Dentition and Orthodontic Treatment Need. European Journal of Orthodontic
2004; 25: 237-244.
37. Kok YV, Mageson P, Harradine N, Sprod AJ. Comparing a Quality of Life
Measure and the Aesthetic Component of the Index of Orthodontic Treatment
Need (IOTN) in Assessing Orthodontic Treatment Need and Concern. Journal of
Orthodontics 2004; 31:312-318.
38. Aikins EA, DaCosta O, Onyeaso CO, Isiekwe MC. Self-Perception of
Malocclusion among Nigerian Adolescents Using the Aesthetic Component of the
IOTN. The Open Dentistry Journal 2012; 6:61-66.
39. Mugonzibwa EA, Kuijpers-Jagtman AM, Van’t Hof MA. Perceptions of dental
attractiveness and orthodontic treatment need among Tanzania children. Am J