i
EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS (
Garcinia mangostana
L.)
SEBAGAI ANTI AGING DALAM SEDIAAN KRIM
SKRIPSI
Diajukansebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelar SarjanaFarmasipadaFakultasFarmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH
TRI SUHADA
NIM 081501022
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS (
Garcinia mangostana
L.)
SEBAGAI ANTI AGING DALAM SEDIAAN KRIM
SKRIPSI
OLEH
TRI SUHADA
NIM 081501022
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
iii
LEMBAR PENGESAHAN
EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS(
Garcinia mangostana
L.)
SEBAGAI ANTI AGING DALAM SEDIAAN KRIM
OLEH:
TRI SUHADA
NIM 081501022
Dipertahankan di HadapanPanitiaPengujiSkripsi FakultasFarmasiUniversitas Sumatera Utara
Padatanggal :Desember 2014
Disetujui Oleh:
Pembimbing I, PanitiaPenguji,
Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195111021977102001 NIP 195807101086012001
Pembimbing II, Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195111021977102001
Drs. Suryanto, M.Si., Apt.
NIP 196106191991031001 Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001
Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. NIP 195011171980022001
Medan, Desember 2014 FakultasFarmasi
Universitas Sumatera Utara Wakil Dekan I,
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya ke pada Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai
nikmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Efek Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Sebagai Anti-Aging
Dalam Sediaan Krim”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara.
Ucapan terima kasih kepada Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., dan
Bapak Drs. Suryanto, M.Si,. Apt., selaku pembimbing yang telah memberikan
waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan
skripsi ini.Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisaputra, Apt., selaku Dekan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dan
fasilitas selama masa pendidikan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr., Karsono
Apt., sebagai penasehat akademik yang telah membimbing penulis selama masa
pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Ibu
Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., dan Ibu
Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran
dan kritikan kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima
kasih juga kepada Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberi arahan serta bimbingan kepada
v
Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam semua proses
administrasi.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Sudjono dan
Ibunda Nilawati serta abang, kakak, adik, dan kawan-kawan tercinta atas doa,
dukungan, dan semangat yang diberikankepada penulis hingga selesainya
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki
banyak kekuranganbaikdarisegipenyusunan, bahasaan, ataupunpenulisannyaoleh
karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang dapat menyempurnakan skripsi
ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2014 Penulis,
EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS(Garcinia mangostana L.) SEBAGAI ANTI AGING DALAM SEDIAAN KRIM
ABSTRAK
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman yang berasal dari daerah Asia Tenggara meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand dan Myanmar. Secara umum, orang hanya mengkonsumsi buahnya saja dan cenderung membuang kulit buah manggis tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk menguji efek anti-aging dengan beberapa konsentrasi ekstrak kulit manggis dalam sediaan krim terhadap kulit marmut yang telah mengalami penuaan.
Kulit manggis dipotong kecil-kecil, dikeringkan dengan oven selama 10 jam pada suhu 50 - 60oC. Lalu dihaluskan hingga berbentuk serbuk kemudian serbuk kulit manggis diekstraksi menggunakan etanol 70% dengan metode perkolasi.Konsentrasi ekstrak kulit manggis yang digunakan yaitu 2, 3, 4 dan 5%. Penuaan kulit marmut dilakukan dengan penyinaran menggunakan lampu ultraviolet (UV) pada panjang gelombang 254 - 366 nm. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, uji organoleptis, uji pH, uji emulsi. Uji efektivitas anti-aging menggunakan alat skin analyzer yang meliputi uji kelembutan kulit, jumlah noda, jumlah keriput dan kedalaman keriput.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim yang dihasilkan homogen, semua sediaan krim stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu. Sediaan ini mempunyai pH 6,83 - 7,10 dan mempunyai tipe emulsi m/a. Hasil pengujian menunjukkan ekstrak kulit manggis dalam sediaan krim terbukti dapat berfungsi sebagai anti-aging.Dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak kulit manggis dalam sediaan krim maka aktivitas anti-aging semakin meningkat. Waktu efektif yang dibutuhkan sediaan krim ekstrak kulit manggis dalam memulihkan kulit yang telah dituakan dengan sinar UV adalah 1 bulan dengan konsentrasi minimal 5%.
vii
EFFECT OF MANGOSTEEN RIND (Garcinia mangostana L.) EXTRACT ASCREAM ANTI-AGING
ABSTRACT
Mangosteen (Garcinia mangostana L.) is atree fruit that comes from the region of Southeast Asia including Indonesia, Malaysia, Thailand and Myanmar. In general, people only consume the fruit and tends to throw the mangosteen rind. This research was conductedby examining the effectsof anti-aging withseveralconcentrations ofmangosteen rindextractin creamto theskinof guinea pigsthathave undergoneaging.
Mangosteen rind cut into small pieces, dried in an oven for 10 hours at a temperature of 50 - 60°C. Then crushed to powder form and then mangosteen rind powder was extracted using 70% ethanol. Mangosteen rindextractconcentrationused was2, 3, 4and5%. Guinea pigskin agingis doneby irradiation withultravioletlight(UV) at a wavelength of254-366nm. Sometesting has been doneon the stock include:homogenity test, organoleptic test, pH test,emulsion. The effectiveness trialsusinganti-agingskin analyzertool: the softness ofthe skintest, the number ofblemishes, wrinklesand anumber ofwrinkledepth.
Homogenitytest resultsindicatethatthe resultingcreamishomogen, stableinstoragefor 12weeks. This preparationhas apH of6.83 to 7.10 and hasemulsion typem/a. The results show mangosteen rind extract in cream proven to function as an anti-aging. With increasing concentration of mangosteen rind extract in cream the anti-aging activity is increasing. The time required effective dosage of mangosteen rind extract cream in restoring skin that has been the elder with UV light is one month with a minimum concentration of 5%.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GRAFIK ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar belakang ... 1
1.2Perumusan masalah ... 4
1.3Hipotesa ... 5
1.4Tujuan penelitian ... 5
1.5Manfaat penelitian ... 6
1.6Kerangka pikir penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Uraian pumbuhan ... 7
2.1.1 Sistematika tumbuhan ... 7
2.1.2 Nama daerah ... 7
2.1.3 Nama asing ... 8
ix
2.4.3 Tanda-tanda penuaan kulit ... 18
2.5 Peranan Antioksidan sebagai Anti-Aging ... 20
2.6 Skin Analyzer (Aramo Huvis) ... 21
2.6.1 Pengukuran kondisi kulit dengan Skin Analyzer ... 21
2.6.2 Parameter pengukuran ... 23
BAB III METODE PENELITIAN... 24
3.1 Alat-alat ... 24
3.2 Bahan-bahan ... 24
3.3 Pengolahan sampel ... 25
3.4 Hewan percobaan ... 25
3.5 Prosedur kerja ... 25
3.5.1 Preparasi hewan percobaan ... 25
3.5.2 Formulasi sediaan krim ... 25
3.5.2.2 Formula modifikasi ... 26
3.5.2.3 Pembuatan sediaan krim ... 27
3.5.3 Pemeriksaan terhadap sediaan ... 27
3.5.3.1 Pemeriksaan homogenitas ... 27
3.5.3.2 Pengamatan stabilitas sediaan ... 27
3.5.3.3 Pengukuran pH sediaan ... 28
3.5.3.4 Penentuan tipe emulsi sediaan ... 28
3.5 Pengujian aktivitas anti-aging ... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
4.1 Penentuan mutu fisik sediaan ... 30
4.1.1 Homogenitas sediaan... 30
4.1.2 Stabilitas sediaan ... 30
4.1.3 pH sediaan ... 31
4.1.4 Tipe emulsi sediaan ... 33
4.2 Penentuan aktivitas anti-aging ... 34
xi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer ... 23
Tabel4.1 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaanpadasaat sediaanselesai dibuat dan penyimpanan selama 12minggu ... 31
Tabel4.2 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat .... 32
Tabel4.3 Data pengukuran pH sediaan selama penyimpanan 12minggu ... 32
Tabel4.4 Data penentuan tipe emulsi sediaan ... 33
Tabel4.5 Hasil rata-rata kelembutan pada kulit marmutkelompokblanko,krim ekstrak kulit manggis 2, 3, 4 dan 5% pada saatsebelumpenyinaran, setelahpenyinaran, serta pemulihannya padaminggupertama,kedua, ketiga dan keempat ... 34
Tabel4.6 Hasil rata-rata besarnya pori-pori pada kulit marmut kelompokblanko, krim ekstrak kulit manggis 2, 3, 4
dan5% pada saatsebelumpenyinaran, setelahpenyinaran, sertapemulihannya
padaminggupertama,kedua, ketiga dan keempat ... 36
Tabel4.7 Hasil rata-rata jumlah noda pada kulit marmut kelompokblanko, krim ekstrak kulit manggis 2, 3, 4 dan5% pada saatsebelumpenyinaran,setelah penyinaran, sertapemulihannya padaminggupertama, kedua,ketigadan keempat ... 38
Tabel4.8 Hasil rata-rata jumlah keriput pada kulit marmut kelompok blanko,krim ekstrakkulit manggis 2, 3, 4 dan 5% pada saatsebelum penyinaran,setelahpenyinaran,
serta pemulihannya padaminggu pertama,kedua,ketigadan keempat... 40
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar4.1 Hasil rata-rata kelembutan pada kulit marmut kelompok
blanko, krim ekstrak kulit manggis 2, 3, 4 dan 5% pada saat sebelum penyinaran, setelah penyinaran, serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat... 35
Gambar4.2 Hasil rata-rata besarnya pori-pori pada kulit marmut kelompok blanko, krim ekstrak kulit manggis 2, 3, 4 dan 5% pada saat sebelum penyinaran, setelah penyinaran, serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat ... 37
Gambar4.3 Hasil rata-rata jumlah noda pada kulit marmut kelompok blanko, krim ekstrak kulit manggis 2, 3, 4 dan 5% pada saat sebelum penyinaran, setelah penyinaran, serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat ... 39
Gambar4.4 Hasil rata-rata jumlah keriput pada kulit marmut kelompok blanko, krim ekstrak kulit manggis 2, 3, 4 dan 5% pada saat sebelum penyinaran, setelah penyinaran, serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat ... 41
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Gambar sediaan setelah selesai dibuat ... 47
Lampiran 2 Gambar sediaan setelah penyimpanan 12 minggu ... 47
Lampiran 3 Gambar uji homogenitas... 48
Lampiran 4 Gambar uji tipe emulsi ... 48
Lampiran 5 Gambarkandang pemasungan marmut ... 48
Lampiran6 Gambar lampu UV 254 dan 366 nm... 49
Lampiran7 Gambaralat skin analyzer ... 49
Lampiran 8 Gambarhewan percobaan ... 50
Lampiran9 Data marmut kelompok blanko, krim ekstrakkulit manggis 2, 3, 4 dan 5% pada saat sebelumpenyinaran, setelahpenyinaran,pemulihanminggupertama, kedua, ketiga dankeempat ... 51
Lampiran10 Contoh pengukuran dengan menggunakanskin analyzer .... 56
EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS(Garcinia mangostana L.) SEBAGAI ANTI AGING DALAM SEDIAAN KRIM
ABSTRAK
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman yang berasal dari daerah Asia Tenggara meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand dan Myanmar. Secara umum, orang hanya mengkonsumsi buahnya saja dan cenderung membuang kulit buah manggis tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk menguji efek anti-aging dengan beberapa konsentrasi ekstrak kulit manggis dalam sediaan krim terhadap kulit marmut yang telah mengalami penuaan.
Kulit manggis dipotong kecil-kecil, dikeringkan dengan oven selama 10 jam pada suhu 50 - 60oC. Lalu dihaluskan hingga berbentuk serbuk kemudian serbuk kulit manggis diekstraksi menggunakan etanol 70% dengan metode perkolasi.Konsentrasi ekstrak kulit manggis yang digunakan yaitu 2, 3, 4 dan 5%. Penuaan kulit marmut dilakukan dengan penyinaran menggunakan lampu ultraviolet (UV) pada panjang gelombang 254 - 366 nm. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, uji organoleptis, uji pH, uji emulsi. Uji efektivitas anti-aging menggunakan alat skin analyzer yang meliputi uji kelembutan kulit, jumlah noda, jumlah keriput dan kedalaman keriput.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim yang dihasilkan homogen, semua sediaan krim stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu. Sediaan ini mempunyai pH 6,83 - 7,10 dan mempunyai tipe emulsi m/a. Hasil pengujian menunjukkan ekstrak kulit manggis dalam sediaan krim terbukti dapat berfungsi sebagai anti-aging.Dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak kulit manggis dalam sediaan krim maka aktivitas anti-aging semakin meningkat. Waktu efektif yang dibutuhkan sediaan krim ekstrak kulit manggis dalam memulihkan kulit yang telah dituakan dengan sinar UV adalah 1 bulan dengan konsentrasi minimal 5%.
vii
EFFECT OF MANGOSTEEN RIND (Garcinia mangostana L.) EXTRACT ASCREAM ANTI-AGING
ABSTRACT
Mangosteen (Garcinia mangostana L.) is atree fruit that comes from the region of Southeast Asia including Indonesia, Malaysia, Thailand and Myanmar. In general, people only consume the fruit and tends to throw the mangosteen rind. This research was conductedby examining the effectsof anti-aging withseveralconcentrations ofmangosteen rindextractin creamto theskinof guinea pigsthathave undergoneaging.
Mangosteen rind cut into small pieces, dried in an oven for 10 hours at a temperature of 50 - 60°C. Then crushed to powder form and then mangosteen rind powder was extracted using 70% ethanol. Mangosteen rindextractconcentrationused was2, 3, 4and5%. Guinea pigskin agingis doneby irradiation withultravioletlight(UV) at a wavelength of254-366nm. Sometesting has been doneon the stock include:homogenity test, organoleptic test, pH test,emulsion. The effectiveness trialsusinganti-agingskin analyzertool: the softness ofthe skintest, the number ofblemishes, wrinklesand anumber ofwrinkledepth.
Homogenitytest resultsindicatethatthe resultingcreamishomogen, stableinstoragefor 12weeks. This preparationhas apH of6.83 to 7.10 and hasemulsion typem/a. The results show mangosteen rind extract in cream proven to function as an anti-aging. With increasing concentration of mangosteen rind extract in cream the anti-aging activity is increasing. The time required effective dosage of mangosteen rind extract cream in restoring skin that has been the elder with UV light is one month with a minimum concentration of 5%.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sampai saat ini, telah banyak pemanfaatan tanaman obat tradisional
olehmasyarakat Indonesia untuk menanggulangibeberapa penyakit. Manfaat
penggunaan obattradisional tersebut secara luas telah dirasakanoleh masyarakat.
Hal ini juga tercermindengan semakin meningkatnya penggunaanobat tradisional
atau meningkatnya produksi obat dari industri-industri obat tradisional. Seiring
dengan ada slogan “back to nature”, penggunaan obat tradisional menjadi
alternatif pengobatan disamping obat modern.Pemanfaatan tanaman obat tersebut
meliputipencegahan, pengobatan maupun pemeliharaan kesehatan. Banyak
tanaman obat tradisional yang telah dipasarkan antara lain sebagai pencegahan
ataupun pengobatan suatupenyakit. Meskipun demikian, bukti ilmiah
keberkhasiatan berbagai tanaman obat tradisional, belum dilaporkan
(Prihatman,2000).
Indonesia merupakan negara terbesar kedua di dunia setelah Brazil yang
mempunyai biodiversitas (keanekaragaman hayati). Biodiversitas tersebut
meliputi: ekosistem, jenis maupun genetik. Hal ini jelas merupakan suatu
anugerah besar bagi masyarakat Indonesia apabila dimanfaatkan secara optimal.
Termasuk dalam biodiversitas jenis adalah keanekaragaman tanaman di Indonesia
yang sangat besar, termasuk tanaman yang berpotensi sebagai obat. Mengingat
fakta tersebut seharusnya upaya pemanfaatan tanaman sebagai sumber suatu obat
2
penemuan suatu obat dari suatu tanaman merupakan sesuatu yang tidak mudah
dan membutuhkan waktu yang lama. Proses tersebut meliputi: studi
etnofarmakologi, kemotaksonomi, skrining senyawa bioaktif, kemungkinan upaya
sintesis senyawa tunggal, studi pre-klinik maupun klinik, hingga produksi skala
besar untuk tujuan medik (Mardiana dan Ratnasari, 2011).
Salah satu tanaman Indonesiayang bisa dimanfaatkan untuk tujuan tersebut
adalah buah manggis (G. mangostana L.), terutama pemanfaatan kulit buahnya.
Manggis merupakan salah satu buah favorit yang digemari oleh masyarakat
Indonesia. Kulit manggis yang dahulu hanya dibuang saja ternyata menyimpan
sebuahharapan untuk dikembangkan sebagai kandidatobat. Kulit buah manggis
setelah ditelititernyata mengandung beberapa senyawa dengan aktivitas
farmakologi misalnya antiinflamasi, antihistamin, pengobatan penyakit jantung,
antibakteri, antijamur bahkan untuk pengobatan atau terapi penyakit HIV.
Kandungan kulit buah manggis yang memiliki aktivitas farmakologi adalah
golongan xanton (Prihatman,2000).
Aging atau penuaan bukan hanya proses menjadi tua. Aging atau
penuaan secara praktis dapat dilihat sebagai suatu penurunan fungsi biologik
dari usia kronologik. Aging tidak dapat dihindarkan dan berjalan dengan
kecepatan berbeda, tergantung dari susunan genetik seseorang, lingkungan
dan gaya hidup, sehingga aging dapat terjadi lebih dini atau lambat
tergantung kesehatan masing-masing individu (Ardhie, 2011).
Pada hakikatnya, kita semua tidak akan dapat membalikkan waktu dan
kembali menjadi muda, karena hal itu merupakan takdir Tuhan yang harus kita
sadari dan jalani. Setiap orang akan menuju tua tanpa dapat dihindari. Walaupun
menurunkan atau menghambat efek dari penuaan. Hal ini berarti kita tidak dapat
menjadi muda tetapi kita akan terlihat lebih muda dan tampil lebih menarik
dengan perawatan anti-aging (Ardhie, 2011).
Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis
dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga
bergantung pada lokasi tubuh. Kulit mempunyai berbagai fungsi seperti sebagai
perlindung, penyerap dan indera perasa. Pembagian kulit secara garis besar
tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis, dan
lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis,
subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan
lemak (Djuanda, 2007).
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti ”berhias”.
Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari
bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat
manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan sintetis untuk maksud
meningkatkan kecantikan. Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang
lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu
selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta
industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke - 20 (Barel, dkk.,
2009).
Krim merupakan suatu sediaan setengah padat berupa emulsi kental
mengandung air tidak kurang dari 60%. Emulsi merupakan campuran dari fase air
4
baik yaitu keadaan dimana kedua fase dapat bergabung. Tanpa adanya emulgator
yang sesuai maka emulsi akan membentuk creaming yang disebut sebagai
fenomena ketidakstabilan emulsi. Selain itu emulgator memiliki peranan penting
yaitu sebagai penetrating enhancer sehingga dapat mempercepat absorbsi dari zat
aktif (Barel, dkk., 2009).
Hasil penelitian terdahulu membuktikan bahwa ekstrak kulit manggis yang
memiliki aktivitas farmakologi adalah golongan xanton. Diketahui bahwa
golongan xanton dari kulit manggis ini memiliki potensi sebagai bahan
penghambat penuaan kulit dini (Shabella, 2011).
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan karakterisasi simplisia dan uji
aktivitas anti-aging dari ekstrak kulit manggis pada marmut dalam bentuk sediaan
krim.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Apakah ekstrak kulit manggis yang diformulasikan dalam sediaan krim dapat
menunjukkan aktivitasnya sebagai anti-aging?
b. Apakahperbedaan konsentrasi ekstrak kulit manggis dalam sediaan krim
mempengaruhi aktivitas anti-aging secara signifikan?
c. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sediaan krim ekstrak kulit
manggis dalam memulihkan kulit yang telah dituakan?
1.3 Hipotesis
a. Ekstrak kulit manggis yang diformulasikan dalam sediaan krim mempunyai
aktivitas sebagai anti-aging.
b. Perbedaan konsentrasi ekstrak kulit manggis dalam sediaan krim memberikan
perubahan yang signifikan terhadap aktivitas anti-aging.
c. Waktu yang dibutuhkan untuk sediaan krim ekstrak kulit manggis dalam
memulihkan kulit mulai dapat dilihat pada minggu keempat.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk membuktikan ekstrak kulit manggis dalam sediaan krim dapat
berfungsi sebagai anti-aging
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak
kulit manggis dalam sediaan krim terhadap aktivitas anti-aging.
c. Untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk sediaan krim ekstrak kulit
manggis dalam memulihkan kulit yang telah dituakan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan ini adalah untuk membuktikan ekstrak kulit
manggis yang dibuat dalam sediaan krim memiliki aktivitas sebagai anti-aging
6 1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Variabel bebas
- Tipe emulsi sediaan
- pH sediaan
- Stabilitas sediaan
- Kehalusan (evenness) - Besar pori (pore) - Jumlah noda (spot) - Keriput (wrinkle) - Kedalaman keriput
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Sistematika tumbuhan
Sistematika tanaman manggis menurut Prihatman (2000) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Dilleniidae
Ordo : Theales
Suku : Clusiaceae
Marga : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L.
2.1.2 Nama daerah
Manggis memiliki nama yang berbeda dibeberapa daerah di Indonesia,
antara lain: manggoita (Aceh), manggu (Jawa Barat), manggus (Lampung),
manggusto (Sulawesi Utara), manggista (Sumatera Barat), dan manggustan
8 2.1.3 Nama asing
Manggistan (Belanda), Manggosteen (Inggris), Mangastane (Jerman),
Mangostao (Portugis), Mangustan (Hindi), Mengop/Mengut (Burma), Mangostan
(Perancis), Mangusta (Malaysia) (Mardiana dan Ratnasari, 2011).
2.1.4 Daerah tumbuh
Manggis dengan nama latin Garnicia mangostana L. merupakan
tanamanyang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis dikawasan Asia
Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Vietnam dan Kamboja
(Mardiana dan Ratnasari, 2011).
Tumbuhan manggis tersebar luas di Indonesia, baik di habitat
alamimaupun yang dibudidayakan, tumbuhan ini dapat ditemukan sampai
ketinggian600 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata
20-30°C(Mardianadan Ratnasari,2011).
2.1.5 Morfologi tumbuhan
Pohon mencapai tinggi 10-25 meter. Diameter batang 25-35 cm dan
kulitbatang biasanya berwarna coklat gelap atau hampir hitam, kasar dan
cenderung mengelupas. Getah manggis berwarna kuning dan terdapat pada semua
jaringan utama tanaman (Hartanto, 2011).
Daun manggis merupakan daun tunggal, lonjong, ujung runcing, pangkal
tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 20-25 cm, lebar 6-9 cm, tebal,
tangkai silindris, hijau (Hutapea, 1994).
Buah manggis berbentuk bulat atau agak pipih dengan diameter 3,5-8 cm.
Berat buah bervariasi sekitar 75-150 gram, tergantung pada umur pohon
dandaerah geografisnya. Tebal kulit buah berkisar antara 0,8-1 cm, berwarna
manggis mengandung 5-7 segmen. Segmen-segmen umumnya berukuran tidak
sama dan biasanya mengandung 1-2 biji. Biji-biji besar berbentuk pipih berwarna
ungu gelap atau coklat dengan panjang 2-2,5 cm, lebar 1,5-2,0 cm dan tebalnya
antara 0,7-1,2 cm tertutup oleh serat lunak yang menyebar sampai ke dalam
daging buah. Berat biji bervariasi antara 0,1-2,2 gram (Shabella, 2011).
Bunga manggis tunggal, berkelamin dua, di ketiak daun, tangkai silindris,
panjang 1 - 2 cm, benang sari kuning, putik putih, kuning. Akarnya
tunggang,putih kecoklatan(Hutapea, 1994).
2.1.6 Kandungan kimia
Kulit buah manggis mengandung senyawa xanton yang meliputi
mangostin, mangostenol, mangostinon A, mangostinon B, trapezifolixanton,
tovophyllin B, alfa mangostin, beta mangostin, garcinon B, mangostanol, dan
gartanin(Shabella, 2011).
2.1.7 Manfaat kulit manggis
Ekstrak kulit manggis mempunyai aktivitas melawan sel kanker meliputi
payudara, hati, dan leukemia. Selain itu, juga digunakan sebagai antihistamin,
antiinflamasi, menekan sistem saraf pusat, dan menurunkan tekanan darah.
Sedangkan getah kuning dimanfaatkan sebagai bahan baku cat dan insektisida.
Rebusan kulit buah manggis mempunyai efek antidiare. Secara empiris,
masyarakat Indonesia menggunakan buah manggis untuk mengobati diare, radang
amandel, keputihan, disentri, wasir, borok, peluruh dahak, dan sakit gigi. Kulit
buah digunakan untuk mengobati sariawan, disentri, nyeri urat, sembelit. Kulit
batang digunakan untuk mengatasi nyeri perut. Akar manggis untuk mengatasi
10 2.2 Kulit
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan danrangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasidan pelepasan
selyang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi minyak dan
keringat dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya
sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba danperasa, serta pertahanan terhadap
tekanan dan infeksi dari luar(Wasitaatmadja, 1997).
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m² denganberat
kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vitalserta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks,elastis
dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan lokasi
tubuh(Wasitaatmadja, 1997).
2.2.1 Anatomi kulit
Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis dan subkutis.
1. Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri
atas:
a. Stratum corneum (lapisan tanduk). Terdiri atas beberapa lapis sel yang
pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak
berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri
terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk
memproteksi tubuh dari pengaruh luar.
b. Stratum lucidum (lapisan jernih). Berada tepat di bawah stratum
corneum. Merupakan lapisan yang tipis,jernih. Lapisan ini tampak jelas pada
telapak tangandan telapak kaki.
c.Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir). Tersusun oleh sel
keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.
d. Stratum spinosum (lapisan malphigi). Sel berbentuk kubus dan seperti
berduri, intinya besar dan oval. Setiapsel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri
atas serabut protein.
e. Stratum germinativum (lapisan basal). Adalah lapisan terbawah
epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel melanosit yaitu sel yang membentuk
pigmen melanin.
2. Dermis
Lapisan dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan
elastin,yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari
gelatin mukopolisakarida.
3. Subkutis
Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgarberisi sel lemak. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh
darahdan saluran getah bening (Wasitaatmadja, 1997).
2.2.2 Fungsi kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut:
12
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi
jaringan-jaringan tubuh disebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh-pengaruh
luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari
diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit
dapat menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan
bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau rangsangan fisik seperti sinar
ultraviolet dari matahari.
2. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan
dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai
alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.
3. Pengatur panas (thermoregulasi)
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh
kapiler serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh
yang sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6oF atau sekitar 36,5oC, ketika terjadi
perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan
penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah
salah satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan
hilang dengan penguapan keringat.
4. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar
keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam,
yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja
disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air
5. Penyimpanan
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
6. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam
lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka dapat
masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat
tipis. Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk ke dalam
saluran kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam
peredaran darah kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.
7. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak
halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan. Fungsi lain dari kulit
yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat
maupun konstraksi otot penegak rambut (Wasitaatmadja, 1997).
2.2.3 Jenis kulit
Upaya untuk perawatan kulit secara benar dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu harus mengenal jenis-jenis kulit dan ciri atau sifat-sifatnya agar dapat
menentukan cara-cara perawatan yang tepat, memilih kosmetik yang sesuai,
menentukan warna untuk tata rias serta untuk menentukan tindakan koreksi baik
dalam perawatan maupun dalam tata rias. Kulit yang sehat memiliki ciri:
1. Kulit memiliki kelembaban cukup, sehingga terlihat basah atau berembun
2. Kulit senantiasa kenyal dan kencang
3. Menampilkan kecerahan warna kulit yang sesungguhnya
4. Kulit terlihat mulus, lembut dan bersih dari noda, jerawat atau jamur
14
6. Memiliki sedikit kerutan sesuai usia.
Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian:
1. Kulit normal
Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan
elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.
2. Kulit berminyak
Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang
berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit
lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.
3. Kulit kering
Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang
ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihat kerutan
(Wasitaatmadja, 1997).
2.3 Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet (UV) adalah sinar tidak tampak yang merupakan bagian
energi yang berasal dari matahari. Ultraviolet merupakan salah satu jenis radiasi
matahari. Panjang gelombang yang dimiliki sinar ultraviolet akan berpengaruh
terhadap kerusakan kulit. Semakin panjang gelombang sinar UV, semakin besar
dampak kerusakan yang ditimbulkan pada kulit. Berdasarkan panjang gelombang
ada tiga jenis radiasi ultraviolet, yaitu:
a. Sinar UV - A
Sinar UV - A (λ 320 - 400 nm) adalah sinar yang paling banyak mencapai
bumi dengan perbandingan 100 kali UV - B. Segmen sinar ini akan masuk ke
reaksi fotosensitivitas. Sinar ini meliputi 95% radiasi mencapai permukaan bumi.
UV - A merupakan penyumbang utama kerusakan kulit dan kerutan. UV - A
menembus kulit lebih dalam dari UV - B dan bekerja lebih efisien. Radiasi UV -
A menembus sampai dermis dan merusak serat-serat yang berada didalamnya.
Kulit menjadi kehilangan elastisitas dan berkerut. Sinar ini juga dapat menembus
kaca (Darmawan, 2013).
b. Sinar UV - B
Sinar UV - B (λ 290 - 320 nm) merupakan sinar matahari yang terkuat
mencapai bumi. Kerusakan kulit yang ditimbulkan berada dibawah epidermis
berupa luka bakar, kelainan prakanker dan keganasan lainnya. Jadi baik sinar UV
- A maupun UV - B sama-sama memiliki dampak negatif bagi kulit manusia jika
terpapar dalam waktu relatif lama. Sinar UV - B tidak dapat menembus kaca
(Darmawan, 2013).
c. Sinar UV - C
Memiliki panjang gelombang paling panjang, yaitu sekitar (λ 200 - 290
nm). Radiasi sinar ini menimbulkan bahaya terbesar dan menyebabkan kerusakan
terbanyak. Namun, mayoritas sinar ini terserap pada lapisan ozon di atmosfer
(Darmawan, 2013).
2.4 Penuaan kulit
Sebagaimana makhluk hidup yang lain, manusia akan mengalami penuaan.
Proses penuaan ini antara lain tampak dari kerutan dan keriput pada kulit atau
kemunduran lainnya dibanding ketika masih muda. Penuaan merupakan proses
16
Pengertian dari penuaan dini tidak jauh berbeda dengan pengertian
penuaan secara umum. Penuaan dini merupakan proses penuaan kulit lebih cepat
dari yang seharusnya. Diantara tanda-tanda penuaan dini yang paling nyata adalah
adanya kerutan terutama dikulit wajah, diusia yang relatif muda, bahkan di awal
umur 20 -an (Bogadenta, 2012).
2.4.1 Teori proses penuaan
Menurut Jusuf (2005), ada berbagai teori penuaan, antara lain:
1. Teori Biologis
Teori biologi merupakan teori yang menjelaskan mengenai proses fisik
penuaan yang meliputi perubahan fungsi dan struktur organ, pengembangan,
panjang usia dan kematian.
2. Teori Genetika
Teori genetika merupakan teori yang menjelaskan bahwa penuaan
merupakan suatu proses yang alami di mana hal ini telah diwariskan secara
turun-temurun (genetik) dan tanpa disadari untuk mengubah sel dan struktur jaringan.
Teori genetika terdiri dari teori DNA, teori ketepatan dan kesalahan, mutasi
somatik, dan teori glikogen.
3. Teori Rantai Silang
Teori rantai silang mengatakan bahwa struktur molekular normal yang
dipisahkan mungkin terikat bersama-sama melalui reaksi kimia. Agen rantai
silang yang menghubungkan menempel pada rantai tunggal. Dengan
bertambahnya usia, mekanisme pertahanan tubuh akan semakin melemah dan
berlanjut sampai terjadi kerusakan. Hasil akhirnya adalah akumulasi silang
senyawa yang menyebabkan mutasi pada sel, ketidakmampuan untuk
4. Teori Imunitas
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama
proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam pertahanan
terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lansia akan
sangat mudah mengalami infeksi dan kanker.
5. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat
menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal bebas akan
dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan
berakumulasi di dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan
seperti kendaraan bermotor, radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan perubahan
pigmen dan kolagen pada proses penuaan.
6. Teori Neuroendokrin
Teori neuroendokrin merupakan teori yang mencoba menjelaskan tentang
terjadinya proses penuaan melalui hormon. Penuaan terjadi karena adanya
keterlambatan dalam sekresi hormon tertentu sehingga berakibat pada sistem saraf
(Bogadenta, 2012).
2.4.2 Proses menua pada kulit
Menurut Ardhie (2011), proses menua pada kulit dibedakan atas:
1. Proses menua instrinsik
Proses menua instrinsik adalah proses menua yang terjadi sejalan dengan
waktu. Proses biologi yang berperan dalam menentukan jumlah multiplikasi pada
setiap sel sampai sel berhenti membelah diri dan kemudian mati. Penuaan ini
ditunjukkan dari adanya perubahan struktur dan fungsi, serta metabolik kulit
18
2. Proses menua ekstrinsik
Proses menua ekstrinsik adalah proses menua yang dipengaruhi oleh
perubahan eksternal yaitu paparan matahari berlebihan (photoaging),
polusi,kebiasaan merokok dan nutrisi tidak berimbang. Pada penuaan ekstrinsik
gambaran akan lebih jelas terlihat pada area yang banyak terpapar matahari.
2.4.3 Tanda-tanda penuaan kulit
Tanda-tanda penuaan dini sering terlihat pada kulit, terutama kulit wajah,
yaitu berupa:
1. Kulit kering, disebabkan karena menurunnya fungsi kelenjar minyak, kelenjar
keringat dan hormon estrogen, serta penguapan air yang berlebihan. Jumlah
kelenjar keringat aktif menurun, sehingga produksi keringat berkurang.
2. Munculnya bercak hitam (age spot), pada umumnya bercak hitam ini muncul
pada bagian tubuh yang sering terpapar sinar matahari. Selain menimbulkan
bercak-bercak hitam, penuaan dini juga sering menunjukkan kelainan pigmen,
terutama pada kulit wajah.
3. Permukaan kulit kasar, tipis, dan bersisik, karena lapisan tanduk mudah lepas
dan ada kecenderungan sel-sel yang mati saling melekat di permukaan kulit.
Selain itu terjadi kelainan pada proses keratinisasi, disertai perubahan ukuran
dan bentuk sel lapisan tanduk, sebagian berkelompok dan mudah lepas,
sehingga terlihat sebagai sisik yang kasar.
4. Keriput, merupakan efek lain dari sinar ultaviolet yang terjadi pada kulit. Efek
ini tidak bisa terjadi langsung kerutan, tetapi lebih karena terjadi efek
akumulasi sinar ultraviolet dalam jangka lama. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa lebih dari 80% tanda-tanda penuaan kulit pada orang
sebelum usia 18 tahun. Sinar ultraviolet dalam waktu panjang akan
menimbulkan efek kerusakan kulit, kulit mulai mengendur, merenggang dan
kehilangan kemampuannya untuk kembali ketempatnya setelah perenggangan.
Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya fungsi kolagen dan elastin pada
kulit, sehingga kulit terlihat mengendur dan kehilangan elastisitasnya (Ardhie,
2011).
2.5 Peranan antioksidan sebagai Anti-Aging
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang
dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan dapat memutus
reaksi berantai dari radikal bebas. Antioksidan juga berguna untuk mencegah
oksidasi komponen makanan yang mengandung senyawa tidak jenuh (mempunyai
ikatan rangkap) misalnya minyak dan lemak (Ardhie, 2011).
Dalam mengatasi bahaya yang timbul akibat radikal bebas,
tubuhmengembangkan mekanisme perlindungan untuk mencegah
pembentukanradikal bebas maupun memperbaiki kerusakan yangterjadi, termasuk
pada kulit. Kulit secara alamiah menggunakan antioksidan untuk melindungi dari
efek kerusakan dari sinar matahari. Sistem perlindunganini terdiri dari antioksidan
endogen yaitu enzim-enzim berbagai senyawa yangdisintesis oleh tubuh dan
antioksidan eksogen yang diperoleh dari bahanmakanan seperti vitamin C,
vitamin E, flavonoid dan lain sebagainya.Antioksidan bekerja melindungi kulit
baik intraseluler maupun ekstraseluler (Ardhie, 2011).
Anti-aging adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencegah prosespenuaan.
Salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi tanda-tandapenuaan adalah
20
merupakan segmen besar dari pasarproduk kosmetik. Ketika terpapar radiasi UV,
kulit mengalami perubahan yangmengakibatkan inflamasi, penuaan kulitdan
berbagai gangguan kulit, seperti:kulit menua disertai dengan kerutan, penurunan
elastisitas, peningkatankerapuhan kulit dan penyembuhan luka lebih lambat
(Ardhie, 2011).
2.6 Skin Analyzer (Aramo Huvis)
Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan
kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat dijadikan diagnosis yang bersifat
subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter. Pemeriksaan seperti ini
memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis - instrumental dan tidak
adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).
Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk
mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi
untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas,
melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit.
Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada Skin analyzer
menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).
2.6.1 Pengukuran kondisi kulit dengan Skin Analyzer
Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan
dengan menggunakan Skin analyzer, yaitu:
1. Moisture (Kadar air)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture
checkeryang terdapat dalam perangkat Skin analyzer Aramo. Caranya
yangditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang
diukur.
2. Sebum (Kadar minyak)
Pengukuran kadar minyak dilakukan dengan menggunakan alat oil
checkeryang terdapat dalam perangkat Skin analyzer Aramo. Caranya
denganmenempelkan bagian sensor yang telah terpasang spons pada permukaan
kulit.Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar minyak
dalamkulit yang diukur.
3.Evenness (Kehalusan)
Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat Skin analyzer
padalensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal).
Kameradiletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan
tombolcapture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan
kondisikulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.
4. Pore (Pori)
Pengukuran besarnya pori pada kulit secara otomatis akan keluar pada
saatmelakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang telah terfoto
padapengukuran kehalusan kulit juga akan keluar pada kotak bagian pori-pori
kulit. Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori secara otomatis akan
keluarpada layar komputer.
5. Spot (Noda)
Pengukuran banyaknya noda yang dilakukan dengan perangkatpada lensa
perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga (terpolarisasi). Kamera
22
untuk memfoto dan secara otomatis hasilberupa angka dan penentuan banyaknya
noda yang didapatkan akan tampilpada layar komputer.
6. Wrinkle (Keriput)
Pengukuran keriput dilakukan dengan perangkatSkin analyzer padalensa
perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (normal).Kamera diletakkan
pada permukaan kulit yang akan diukur kemudiantekan tombolcapture untuk
memfoto dan secara otomatis hasil berupaangka dan kondisi kulit yang didapatkan
akan tampil pada layarkomputer. Pada pengukuran ini, tidak hanya jumlah keriput
yang dapatdiukur, akan tetapi kedalaman keriput juga dapat terdeteksi dengan
alatSkin analyzer.
2.6.2Parameter pengukuran
Hasil pengukuran kulit dengan menggunakan Skin analyzer dapatdilihat
kriterianya pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran denganskin analyzer
Pengukuran Parameter
Moisture Dehidrasi Normal Hidrasi
(Kelembaban) 0 - 29 30-45 46-100
Evenness Halus Normal Kasar
(Kehalusan) 0 - 31 32-51 52-100
Pore (Pori) Kecil Sedang Besar
0 - 19 20-39 40-100
Spot (Noda) Sedikit Sedang Banyak
0 - 19 20-39 40-100
Wrinkle (Keriput) Tidak berkeriput Berkeriput Berkeriput parah
0 - 19 20-52 53-100
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental. Penelitian
meliputi preparasi hewan (marmut), pencukuran punggung marmut, penyinaran
kulit punggung marmut dengan sinar UV panjang gelombang 254-366 nm,
pembuatan sediaan krim ekstrak kulit manggis, pemeriksaan terhadap sediaan (uji
homogenitas, uji stabilitas sediaan, uji pH, penentuan tipe emulsi) serta
pembuktian kemampuan sediaan sebagai anti-aging.
3.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pisau cukur, kandang pemasungan,rotary evaporator, freeze dryer, lampu UV-VIS panjang gelombang 254- 366nm,skin analyzer aramo, lumpang porselen, stamfer, cawan porselen, alat-alat gelas,penangas air, pot plastik, aluminium foil, pH meter
(Hanna Instrument), neraca listrik (Boeco Germany).
3.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Air suling, parafin liq, setil alkohol, asam stearat, etanol 70%, TEA, nipagin, parfum, metil
biru, alkohol,kulit manggis.
3.3 Pengolahan sampel
Kulit manggis dipotong kecil-kecil, dikeringkan dengan oven selama 10
24
manggis diekstraksi menggunakan etanol 70% dengan metode perkolasi. Setelah
diperoleh hasil ektraksi dimasukkan ke dalam alat rotary evaporator. Kemudian
hasil dari rotary evaporator dimasukkan ke dalam freeze dryer.
3.4 Hewan percobaan
Marmut betina 15 ekor masing-masing dengan berat sekitar 400 - 500
gram.
3.5 Prosedur kerja
3.5.1 Preparasi hewan percobaan
Sebanyak15 ekor marmut betina yang masing-masing dengan berat sekitar
400-500 gram dicukur bulu pada punggungnya dengan luas 2,5cm x 2,5cm.
Kemudian diukur kondisi kulit dengan menggunakan skin analyzer dan dicatat
hasilnya.
3.5.2 Formulasi sediaan krim 3.5.2.1 Formula standar
Sediaan krim dibuat berdasarkan formula dasarsunblock yang
menggunakantipe dasar krim minyak dalam air (Lachman, dkk., 1994).
R/ Asam stearat 13
Gliserin 10
Kalium hidroksida 0,9
Propil paraben 0,15
Setil alkohol 1
Stearil alkohol 1
3.5.2.2 Formula modifikasi
Bahan-bahan yang digunakan adalah: Formulasi dasar krim
R/ Asam stearat 3,00
Jumlah ekstrak kulit manggis yang divariasikan dalam sediaan krim:
Krim A = blanko (tanpa ekstrak kulit manggis)
Krim B = konsentrasi ekstrak kulit manggis 2%
Krim C = konsentrasi ekstrak kulit manggis 3%
Krim D = konsentrasi ekstrak kulit manggis 4%
Krim E = konsentrasi ekstrak kulit manggis 5%
3.5.2.3 Pembuatan sediaan krim
Cara pembuatan basis ditimbang masing-masing bahan yang diperlukan.
Bahan yang terdapat dalam formula dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu fase
minyak dan fase air. Fase minyak terdiri dari parafin liq, setil alkohol, dan asam
stearat dipanaskan dengan cawan porselin diatas penangas air dengan suhu 700 -
750C. Fase air yang terdiri dari air suling, TEA dan nipagin. Masukkan fase
minyak yang telah dilebur ke dalam lumpang dan alu yg telah dipanaskan.
26
Tambahkan parfum secukupnya lalu gerus hingga homogen. Masukkan ekstrak
kulit manggis ke dalam lumpang, tambahkan basis krim untuk masing-masing
formula sedikit demi sedikit kemudian digerus hingga homogen. Lalu
masing-masing formula disimpandalam wadah krim.
3.5.3 Pemeriksaan terhadap sediaan 3.5.3.1 Pemeriksaan homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
3.5.3.2 Pengamatanstabilitas sediaan
Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup
bagian atasnya dengan aluminium foil. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada
saat sediaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan
pada temperatur kamar, bagian yang diamati adalah pemisahan fase, perubahan
warna dan bau dari sediaan.
3.5.3.3 Pengukuran pH Sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat
terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH
7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH
tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan
tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan
dilarutkan dengan air suling hingga 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan
dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan.
nilai pH-nya menggunakan pH meter setiap minggu selama dua belas minggu
pada suhu kamar(Rawlins, 2003).
3.5.3.4 Penentuan tipe emulsi sediaan
Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan menggunakan
pengenceran dengan air dan perubahan warna. Pengenceran dengan air dilakukan
dengan cara mengencerkan 100 mg sediaan krim, bila emulsi mudah diencerkan
dengan air, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a (Ditjen POM, 1985).
Pengecatan atau pewarnaan dilakukan dengan menambahkan larutan
metilen biru sebanyak 1 tetes pada 500 mg sediaan di atas objek gelas. Bila metil
biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya
bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m (Syamsuni, 2006).
3.6 Pengujian aktivitas Anti- Aging
Marmut yang digunakan dibagi dalam 5 kelompok, yaitu:
a. kelompok I sebanyak 3 ekor marmut untuk blanko (tanpa pengolesan
krim)
b. kelompok II sebanyak 3 ekor marmut untuk konsentrasi krim ekstrak kulit
manggis 2%
c. kelompok III sebanyak 3 ekor marmut untuk konsentrasi krim ekstrak kulit
manggis 3%
d. kelompok IV sebanyak 3 ekor marmut untuk konsentrasi krim ekstrak
kulit manggis 4%
e. kelompok V sebanyak 3 ekor marmut untuk konsentrasi krim ekstrak kulit
28
Kelimabelas marmut yang telah dicukur bulu punggungnya disinari di
bawah sinar UV pada panjang gelombang 366nm selama 5 jam. Selanjutnya
diukur kondisi kulit dengan skin analyzer. Setelah mendapatkan kulit yang telah
aging,pemulihan mulai dilakukan denganpengolesan krim hingga merata seluas
area yang telah dicukur. Jenis krim yang dioleskan berdasarkan kelompok yang
telah ditetapkan diatas dan dilakukan pengolesan sebanyak 2 kali sehari yaitu
dipagi hari dan malam. Perubahan kondisi kulit diamati selama 4 minggu dengan
menggunakan skin analyzer. Dihitung rata-rata kondisi kulit tiap kelompok dan
diamati apakah memberikan perubahan yang signifikan. Bandingkan kondisi kulit
masing-masing kelompok pada minggu keempat dengan kondisi kulit marmut
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan mutu fisik sediaan 4.1.1 Homogenitas sediaan
Homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada sekeping kaca,
lalu diratakan, jika tidak ada butiran-butiran maka sediaan dapat dikatakan homogen (Ditjen POM, 1979).
Dari percobaan yang telah dilakukan pada sediaan krim anti-aging, tidak
diperolehbutiran-butiran pada kepingan kaca. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada pengukuran setiap minggu dan sediaan tetap tidak juga
menunjukkan butiran-butiran pada kepingan kaca, maka sediaandikatakan homogen.
4.1.2 Stabilitas sediaan
Menurut Ansel (1989), suatu emulsi menjadi tidak stabil akibat
penggumpalan dari pada globul-globul dari fase terdispersi. Rusak atau tidaknya suatu sediaan emulsidapat diamati dengan adanya perubahan warna danperubahan
bau.Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan
dengan penambahan suatu antioksidan. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh
jamur atau mikroba, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan
penambahan pengawet. Pengawet yang digunakan dalam penelitian ini adalah
natrium metabisulfit.Hasil pengamatan stabilitas masing-masing formula selama
30
Tabel 4.1Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai dibuat dan penyimpanan selama 12 minggu
N
Pengamatan selama 12 minggu
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Keterangan : Formula A : Blanko (tanpa ekstrak kulit manggis) Formula B : Konsentrasi krim ekstrak kulit manggis 2% Formula C : Konsentrasi krim ekstrak kulit manggis 3% Formula D : Konsentrasi krim ekstrak kulit manggis 4% Formula E : Konsentrasi krim ekstrak kulit manggis 5% x : Perubahan warna
y : Perubahan bau
(-) : Tidak terjadi perubahan (+) : Terjadi perubahan
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sediaan krim blanko
dan krim ekstrak kulit manggis konsentrasi 2, 3, 4, dan 5% stabil selama
penyimpananhingga 12 minggu. Pada penyimpanannya, semua sediaan krim tidak
mengalami perubahan warna dan bau.
4.1.3 pH sediaan
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Dari
pengukuran yang telah dilakukan, diperoleh data yang dapat dilihat pada Tabel
Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat
Tabel 4.3 Data pengukuran pH sediaan selama penyimpanan 12 minggu
Keterangan
Formula A : Blanko (tanpa ekstrak kulit manggis) Formula B : Konsentrasi krim ekstrak kulit manggis 2% Formula C : Konsentrasi krim ekstrak kulit manggis 3% Formula D : Konsentrasi krim ekstrak kulit manggis 4% Formula E : Konsentrasi krim ekstrak kulit manggis 5% N
pH rata-rata selama 12 minggu
32
Pada Tabel 4.2 didapatkan hasil bahwa formula A mempunyai pH 6,83
formula B mempunyai pH 6,93 formula C mempunyai pH 6,98 formula D
mempunyai pH 7,05 formula E mempunyai pH 7,1. Setelah penyimpanan selama
12 minggu, dapat dilihat pada Tabel 4.3, pH yang diperoleh sedikit menurun
dibandingkan dengan pH setelah dibuat. Konsentrasi krim ekstrak kulit manggis
yang paling tinggi dalam sediaan krim (5%) menunjukkan penurunan pH yang
lebih besar, namun perubahan tersebut masih dalam standar persyaratan pH untuk
sediaan krim yaitu antara pH 5- 8(Balsam, 1972).
4.1.4 Tipe emulsi sediaan
Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan
menggunakan metil biru dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Data penentuan tipe emulsi sediaan
No Formula
Kelarutan metil biru pada sediaan
Ya Tidak
Hasil uji tipe emulsi menunjukan, metil biru dapat larut dalam semua formula
krim tersebut. Larutnya metil biru pada sediaan tersebut membuktikan bahwa
sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi m/a (Syamsuni, 2006).
4.2 Penentuan aktivitas Anti-Aging 4.2.1 Evenness (Kehalusan)
Tabel 4.5 Hasil rata-rata kelembutan pada kulit marmut kelompok blanko, krim ekstrak kulit manggis 2, 3, 4 dan 5% pada saat sebelum penyinaran, setelah penyinaran, serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Hasil rata-rata pengukuran
No
1. Marmut kelompok blanko
2. Marmut kelompok krim ekstrak kulit manggis 2% 3. Marmut kelompokkrim ekstrak kulit manggis 3% 4. Marmut kelompokkrim ekstrak kulit manggis 4% 5. Marmut kelompokkrim ekstrak kulit manggis 5% Parameter hasil pengukuran
< 31 : kulit lembut 32 – 51 : kulit normal > 51 : kulit kasar
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa kelompok marmut
blanko, krim ekstrak kulit manggis 2, 3 dan 4% mempunyai kulit yang normal dan
34
lembut.Setelah dilakukan penyinaran, didapatkan nilai kelembutan kulit
meningkat hingga tidak ada kelompok yang berada dalam kondisi lembut maupun
normal.
Gambar 4.1 Hasil rata-rata kehalusan kulit marmut kelompok blanko, krim ekstrak kulit manggis 2, 3, 4 dan 5% pada saat sebelum penyinaran, setelah penyinaran, serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa pemulihan dengan
berbagai konsentrasi krim menyebabkan penurunan pada grafik yang
menunjukkan kulit menjadi lebih bagus. Untuk kelompok blanko, kulit masih
mendekati keadaan kasar pada pemulihan terakhir. Kelompok krim ekstrak kulit
manggis 2, 3 dan 4% mengalami perubahan dari kulit yang kasar menjadi normal
begitu juga pada kelompok krim ekstrak kulit manggis 5% namun perubahan kulit
yang paling signifikan terlihat pada kelompok krim ekstrak kulit manggis 5%.
0
sebelum Setelah minggu I minggu II minggu III minggu IV
penyinaran penyinaran Pemulihan Pemulihan Pemulihan Pemulihan
blanko ekstrak 2% ekstrak 3% ekstrak 4% ekstrak 5%
4.2.2 Pore (pori-pori)
Tabel 4.6Hasil rata-rata besarnya pori-pori pada kulit marmut kelompok blanko, krim ekstrak kulit manggis 2, 3, 4 dan 5% pada saat sebelum penyinaran, setelah penyinaran, serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Hasil rata-rata pengukuran
No
1. Marmut kelompok blanko
2. Marmut kelompokkrim ekstrak kulit manggis 2% 3. Marmut kelompokkrim ekstrak kulit manggis 3% 4. Marmut kelompokkrim ekstrak kulit manggis 4% 5. Marmut kelompokkrim ekstrak kulit manggis 5% Parameter hasil pengukuran
< 20 : kecil
20 - 40 : beberapa besar > 40 : sangat besar
Data diatas menunjukkan besarnya pori pada keadaan sebelum penyinaran
untuk kelompok blanko,krim ekstrak kulit manggis 2, 4 dan 5% adalah kecil. Pada
kelompokkrim ekstrak kulit manggis 3% pori-pori keadaan awal telah
menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibanding dengan kelompok lain, yaitu
36
Gambar4.2Hasil rata-rata besarnya pori-pori pada kulit marmut kelompok blanko, krim ekstrak kulit manggis 2, 3, 4 dan 5% pada saat sebelum penyinaran, setelah penyinaran, serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Berdasarkan gambar 4.2, dapat dilihat bahwa kelompokkrim ekstrak kulit
manggis 3% menunjukkan penurunan ukuran pori pada masa pemulihan, namun
masih tetap berada pada ukuran pori yang lebih besar dibandingkan dengan
kelompokkrim ekstrak kulit manggis 2, 4 dan 5%. Ukuran pori yang besar dapat
disebabkan oleh faktor aktivitas pada masing-masing marmut. Peningkatan suhu
juga berpengaruh terhadap ukuran pori pada kulit. Hal ini terlihat pada grafik
setelah penyinaran yang meningkat hingga diatas nilai 40. Data yang diperoleh
kelompokkrim ekstrak kulit manggis 5% menunjukkan hasil yang paling baik
diantara kelompok lainnya.
0
sebelum Setelah minggu I minggu II minggu III minggu IV
penyinaran penyinaran Pemulihan Pemulihan Pemulihan Pemulihan
blanko ekstrak 2% ekstrak 3% ekstrak 4% ekstrak 5%
4.2.3 Spot (noda)
Tabel 4.7 Hasil rata-rata jumlah noda pada kulit marmut kelompok blanko, krim ekstrak kulit manggis 2, 3, 4 dan 5% pada saat sebelum penyinaran, setelah penyinaran, serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Hasil rata-rata pengukuran
N
1. Marmut kelompok blanko
2. Marmut kelompokkrim ekstrak kulit manggis 2% 3. Marmut kelompokkrim ekstrak kulit manggis 3% 4. Marmut kelompokkrim ekstrak kulit manggis 4% 5. Marmut kelompokkrim ekstrak kulit manggis 5% Parameter hasil pengukuran
< 20 : sedikit 20 - 40 : beberapa > 40 : banyak
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, dapat dilihat pada pengukuran sebelum
penyinaran, menunjukkan semua marmut memiliki jumlah noda dengan kategori
sedikit hingga beberapa. Setelah dilakukan penyinaran, jumlah noda pada semua
38
Gambar 4.3 Hasil rata-rata jumlah noda pada kulit marmut kelompok blanko, krim ekstrak kulit manggis 2, 3, 4 dan 5% pada saat sebelum penyinaran, setelah penyinaran, serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Penggunaan krim pada masing-masing konsentrasi menyebabkan
penurunan noda secara bertahap. Pada krim blanko terjadi penurunan noda pada
setiap pemulihan, namun masih tergolong dalam kategori banyak. Penggunaan
krim ekstrak kulit manggis 2, 3 dan 4% menunjukkan penurunan noda dari jumlah
banyak menjadi kategori beberapa pada pemulihan terakhir. Penggunaan krim
ekstrak kulit manggis 5% menunjukkan penurunan yang paling bagus yaitu pada
pemulihan minggu keempat jumlah noda masuk kedalam kategori sedikit, namun
jumlah noda yang dihasilkan masih lebih banyak dibandingkan pada saat sebelum
penyinaran.
sebelum setelah minggu I minggu II minggu III minggu IV
penyinaran penyinaran Pemulihan Pemulihan Pemulihan Pemulihan
blanko ekstrak 2% ekstrak 3% ekstrak 4% ekstrak 5%
4.2.4 Wrinkle (keriput)
Tabel 4.8 Hasil rata-rata jumlah keriput pada kulit marmut kelompok blanko, krim ekstrak kulit manggis 2, 3, 4 dan 5% pada saat sebelum penyinaran, setelah penyinaran, serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Hasil rata-rata pengukuran
No
1. Marmut kelompok blanko
2. Marmut kelompokkrim ekstrak kulit manggis 2% 3. Marmut kelompokkrim ekstrak kulit manggis 3% 4. Marmut kelompokkrim ekstrak kulit manggis 4% 5. Marmut kelompokkrim ekstrak kulit manggis 5% Parameter hasil pengukuran
< 20 : tidak berkeriput 20 - 52 : berkeriput > 52 : keriput parah
Berdasarkan data pada tabel 4.8 diatas, dapat dilihat bahwa semua
kelompok marmut menunjukkan tidak memiliki keriput pada saat sebelum
penyinaran. Setelah dilakukan penyinaran, jumlah keriput meningkat secara
40
Gambar 4.4Hasil rata-rata jumlah keriput pada kulit marmut kelompok blanko, krim ekstrak kulit manggis 2, 3, 4 dan 5% pada saat sebelum penyinaran, setelah penyinaran, serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Berdasarkan gambar 4.4 diatas, dapat dilihat pada masa pemulihannya,
semua marmut menunjukkan adanya penurunan jumlah keriput hingga pemulihan
minggu keempat. Marmut kelompok blanko menunjukkan penurunan yang sedikit
dan masih dalam kategori berkeriput pada pemulihan minggu keempat. Kelompok
krim ekstrak kulit manggis 2% dan 3% menunjukkan penurunan namun masih
pada kategori berkeriput, hanya saja jumlahnya masih lebih baik dibandingkan
dengan kelompok blanko. Marmut dengan kelompok krim ekstrak kulit manggis
4% dan 5% yang menunjukkan perubahan menjadi kategori tidak berkriput atau
halus pada pemulihan minggu keempat namun tidak lebih halus dibandingkan
dengan kondisi sebelum penyinaran.
0
sebelum setelah minggu I minggu II minggu III minggu IV
penyinaran penyinaran Pemulihan Pemulihan Pemulihan Pemulihan
blanko ekstrak 2% ekstrak 3% ekstrak 4% ekstrak 5%
4.2.5 Wrinkle’s Depth (kedalaman keriput)
Tabel 4.9 Hasil rata-rata kedalaman keriput pada kulit marmut kelompok blanko, krim ekstrak kulit manggis 2, 3, 4 dan 5% pada saat sebelum penyinaran, setelah penyinaran, serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Hasil rata-rata pengukuran
No
1. Marmut kelompok blanko
2. Marmut kelompok krim ekstrak kulit manggis 2% 3. Marmut kelompok krim ekstrak kulit manggis 3% 4. Marmut kelompok krim ekstrak kulit manggis 4% 5. Marmut kelompok krim ekstrak kulit manggis 5%
Berdasarkan data pada tabel 4.9diatas, dapat dilihat bahwa sebelum
penyinaran tidak dilakukan pengukuran perhadap kedalaman keriput, hal ini
dikarenakan pada pengukuran jumlah keriput tidak didapatkan keriput pada semua
42
Gambar 4.5Hasil rata-rata kedalaman keriput pada kulit marmut kelompok blanko, krim ekstrak kulit manggis 2, 3, 4 dan 5% pada saat sebelum penyinaran, setelah penyinaran, serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Dapat dilihat pada gambar 4.5 diatas, setelah dilakukan penyinaran,
didapatkan jumlah keriput seperti pada data diatas, oleh karena itu dilakukan
pengukuran kedalaman keriput yang hasilnya dapat dilihat pada data diatas. Dari
data diperoleh, dalam proses pemulihan semua kelompok menunjukkan
penurunan kedalaman keriput. Kelompok blanko juga mengalami penurunan
kedalaman keriput, hal ini dapat dipengaruhi oleh aktivitas dan nutrisi yang
diberikan kepada marmut tersebut. Dengan demikian pemberian krim ekstrak kulit
manggis mampu memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
kelompok blanko. Pada kelompok krim ekstrak kulit manggis 4% dan 5% tidak
ada lagi ditemukan keriput sehingga pengukuran kedalaman keriput tidak diukur.
0
sebelum setelah minggu I minggu II minggu III minggu IV
penyinaran penyinaran Pemulihan Pemulihan Pemulihan Pemulihan
blanko ekstrak 2% ekstrak 3% ekstrak 4% ekstrak 5%