• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi dan Uji Efek Anti-Aging dari Krim Mengandung Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Formulasi dan Uji Efek Anti-Aging dari Krim Mengandung Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum L)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI DAN UJI EFEK ANTI-

AGING

DARI KRIM

MENGANDUNG EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA

(

Punica granatum

L)

SKRIPSI

t untuk memperolehgelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utar

OLEH:

NAILUL RAMADHILLA

NIM 121524103

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

FORMULASI DAN UJI EFEK ANTI-

AGING

DARI KRIM

MENGANDUNG EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA

(

Punica granatum

L)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

t untuk memperolehgelar Sa Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utar

OLEH:

NAILUL RAMADHILLA

NIM 121524103

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,

hidayah dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Formulasi Dan Uji Efek Anti-Aging Dari Krim Mengandung Ekstrak

Kulit Buah Delima (Punica granatum L)” Skripsi ini diajukan sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan

terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dra Djendakita Purba, M.Si., Apt. dan

Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya

penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa

pendidikan. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof.

Dr. Karsono, Apt., Ibu Dra Djendakita Purba, M.Si., Apt., Ibu Dra. Anayanti

Arianto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen penguji

yang telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis hingga selesainya

penulisan skripsi ini. Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., sebagai penasehat akademik

yang telah membimbing penulis selama masa pendidikan di Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Farmasi USU yang

(5)

masa perkuliahan. Pimpinan dan semua staf tata usaha Fakultas Farmasi USU

yang telah membantu penulis dalam semua proses administrasi.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta

Bapak Alm Ariyadi dan Ibu Azizah S.Pd, kedua abang dan kakak tercinta Rinaldi

Setiawan, Dodi Arisman, Bella Netasya, juga kepada saudara, teman-teman serta

semua orang yang tidak dapat dituliskan satu persatu untuk semua doa, dorongan

dan semangat baik moril maupun materil kepada penulis selama masa perkuliahan

dan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki

banyak kekurangan, oleh karena itu sangat diharapkan kritikan dan saran yang

dapat menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita

semua.

Medan, Juli 2015 Penulis,

(6)

FORMULASI DAN UJI EFEK ANTI-AGING DARI KRIM MENGANDUNG EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA

(Punica granatum L)

ABSTRAK

Anti-aging merupakan suatu sediaan yang berguna untuk mencegah atau memperlambat efek penuaan. Kulit delima kaya akan flavonoid, asam fenolat, dan tanin diantaranya katekin yang mempunyai khasiat sebagai antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasi sediaan krim anti-aging dengan menggunakan ekstrak kulit buah delima dan mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan sediaan krim ekstrak kulit buah delima untuk memberikan efek

anti-aging.

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Kulit buah delima diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dan dipekatkan dengan rotary evaporator. Ekstrak kulit buah delima diformulasi dalam bentuk sediaan krim dengan tipe minyak dalam air dengan konsentrasi 2,5, 5, 7,5, dan 10%, sebagai blanko digunakan dasar krim yang mengandung asam stearat, setil alkohol, TEA dan sebagai pembanding digunakan krim olay

anti-aging dipasaran. Pengujian terhadap sediaan krim meliputi uji homogenitas, pengukuran pH, uji tipe emulsi, uji iritasi dan uji stabilitas sediaan dengan parameter seperti bau, warna dan pH selama penyimpanan 12 minggu dengan pengukuran setiap 1 minggu. Pengujian aktivitas anti-aging dilakukan terhadap sukarelawan dengan parameter kadar air, kehalusan kulit, besar pori, banyaknya noda, keriput dan kedalaman keriput menggunakan skin analyzer pada kondisi awal dan setiap minggu selama perawatan 4 minggu.

Hasil penelitian diperoleh bahwa semua sediaan krim homogen, memiliki pH 5,0-5,7 dan stabil selama penyimpanan 12 minggu. Sediaan krim ekstrak kulit buah delima dengan konsentrasi 10% dapat memberikan efek anti-aging paling baik yang mampu memulihkan kulit setelah 4 minggu. Semua sediaan krim ekstrak kulit buah delima tidak mengiritasi kulit. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah delima dapat diformulasikan dalam sediaan krim sebagai anti-aging, dan penggunaan krim anti-aging ekstrak kulit buah delima dengan konsentrasi 10% setelah 4 minggu perawatan mampu memberikan efek anti-aging.

Kata kunci: Ekstrak kulit buah delima, krim anti-aging, skin analyzer.

(7)

FORMULATION AND TEST OF ANTI-AGING OF EFFECT SKIN CREAM CONTAINING POMEGRANATE PEEL EXTRACT

(Punica granatum L)

ABSTRACT

Anti-aging is a process that useful to prevent or slow down the effects of aging. Pomegranate peel is rich with flavonoids, phenolic acids, catechins and tannins which are using as an antioxidant. The objective of this study is to prepare an anti-aging cream using pomegranate peel extract and determine how long its to provide an anti-aging effects.

This study was carried out experimentally. Pomegranate peel extracted by maceration using ethanol 70% and concentrated by using rotary evaporator. Pomegranate peel extracts formulated into a cream dosage form with oil in water type with a concentration 2.5, 5, 7.5, and 10%, base cream as a blank which was containing stearic acid, cetyl alcohol, TEA and olay anti-aging cream on the market as a comparison. Cream preparation test includes homogeneity test, measurement of pH, emulsion type test, test and test the stability of the preparation irritation with its parameters like flavor, color and pH during 12 weeks in storage and measurements every 1 week. An anti-aging test activity done by volunteers with parameters like moisture, smoothness of skin, large pores, many stains, wrinkles and depth of wrinkles using a skin analyzer on the initial conditions and each week for 4 weeks treatment.

The results of the study showed that all cream preparations were homogeneous, it had a pH of 5,0 to 5,7 and stable during 12 week in a storage. The preparation of pomegranate peel extract in concentration 10% showed the best result. Which were able to restore a healthy skin after 4 weeks. All preparations did not irritate the skin. Conclusion pomegranate peel extracts can be formulated into anti-aging cream and the using of anti-aging cream of pomegranate peel extract in concentration 10% can provide an anti-aging effect after 4 weeks.

(8)
(9)

2.3 Kulit ... 6

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 17

3.1 Alat-alat ... 17

3.2 Bahan-bahan ... 17

3.3 Sukarelawan ... 17

3.4 Pengumpulan Dan Pengolahan Sampel ... 18

3.4.1 Teknik pengumpulan sampel ... 18

3.4.2 Identifikasi tumbuhan ... 18

3.4.3 Pengolahan sampel ... 18

3.4.4 Pembuatan ekstrak kulit buah delima ... 18

(10)

3.5.1 Formula krim ... 19

4.3.1 Pemeriksaan homogenitas ... 24

4.3.2 Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim ... 24

4.3.3 Penentuan pH sediaan ... 25

4.3.4 Pengamatan stabilitas sediaan ... 26

4.3.5 Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan ... 27

4.4 Hasil Pengujian Aktivitas Anti-Aging ... 28

4.4.1 Kadar air (Moisture) ... 28

4.4.2 Kehalusan (Evenness) ... 31

(11)

4.4.4 Banyaknya noda (Spot) ... 35

4.4.5 Keriput (Wrinkle) ... 37

4.4.6 Kedalaman keriput (wrinkle‟s depth) ... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer ... 15

3.1 Komposisi bahan dalam krim ... 20

4.1 Data penentuan tipe emulsi sediaan krim menggunakan metil biru 25

4.2 Data pengukuran pH sediaan krim anti-aging ekstrak kulit buah delima setelah penyimpanan selama 12 minggu ... 26

4.3 Data pengamatan terhadap kestabilan krim blanko, krim ekstrak kulit buah delima 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% pada saat sediaan selesai dibuat dan penyimpanan selama 12 minggu ... 27

4.4 Data hasil uji iritasi krim terhadap sukarelawan ... 28

4.5 Hasil pengukuran kadar air (Moisture) ... 30

4.6 Hasil pengukuran kehalusan (Evenness) ... 32

4.7 Hasil pengukuran besar pori (Pore) ... 34

4.8 Hasil pengukuran banyaknya noda (Spot) ... 36

4.9 Hasil pengukuran keriput (Wrinkle) ... 38

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Grafik hasil pengukuran kadar air (Moisture) ... 29

4.2 Grafik hasil pengukuran kehalusan (Evenness) ... 31

4.3 Grafik hasil pengukuran besar pori (Pore) ... 33

4.4 Grafik hasil pengukuran banyaknya noda (Spot) ... 35

4.5 Grafik hasil pengukuran keriput (Wrinkle) ... 37

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Surat hasil identifikasi/determinasi tumbuhan ... 44

2 Contoh surat pernyataan ikut serta dalam penelitian ... 45

3 Gambar sampel ... 46

4 Gambar alat ... 48

5 Gambar sediaan krim ... 49

6 Gambar hasil uji evaluasi sediaan krim ... 50

7 Gambar sediaan krim yang dibuat pada awal pembuatan ... 51

8 Bagan alir proses ekstraksi kulit buah delima ... 52

9 Bagan alir proses pembuatan sediaan krim anti-aging ... 53

10 Gambar hasil pengukuran menggunakan skin analyzer ... 54

(15)

FORMULASI DAN UJI EFEK ANTI-AGING DARI KRIM MENGANDUNG EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA

(Punica granatum L)

ABSTRAK

Anti-aging merupakan suatu sediaan yang berguna untuk mencegah atau memperlambat efek penuaan. Kulit delima kaya akan flavonoid, asam fenolat, dan tanin diantaranya katekin yang mempunyai khasiat sebagai antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasi sediaan krim anti-aging dengan menggunakan ekstrak kulit buah delima dan mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan sediaan krim ekstrak kulit buah delima untuk memberikan efek

anti-aging.

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Kulit buah delima diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dan dipekatkan dengan rotary evaporator. Ekstrak kulit buah delima diformulasi dalam bentuk sediaan krim dengan tipe minyak dalam air dengan konsentrasi 2,5, 5, 7,5, dan 10%, sebagai blanko digunakan dasar krim yang mengandung asam stearat, setil alkohol, TEA dan sebagai pembanding digunakan krim olay

anti-aging dipasaran. Pengujian terhadap sediaan krim meliputi uji homogenitas, pengukuran pH, uji tipe emulsi, uji iritasi dan uji stabilitas sediaan dengan parameter seperti bau, warna dan pH selama penyimpanan 12 minggu dengan pengukuran setiap 1 minggu. Pengujian aktivitas anti-aging dilakukan terhadap sukarelawan dengan parameter kadar air, kehalusan kulit, besar pori, banyaknya noda, keriput dan kedalaman keriput menggunakan skin analyzer pada kondisi awal dan setiap minggu selama perawatan 4 minggu.

Hasil penelitian diperoleh bahwa semua sediaan krim homogen, memiliki pH 5,0-5,7 dan stabil selama penyimpanan 12 minggu. Sediaan krim ekstrak kulit buah delima dengan konsentrasi 10% dapat memberikan efek anti-aging paling baik yang mampu memulihkan kulit setelah 4 minggu. Semua sediaan krim ekstrak kulit buah delima tidak mengiritasi kulit. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah delima dapat diformulasikan dalam sediaan krim sebagai anti-aging, dan penggunaan krim anti-aging ekstrak kulit buah delima dengan konsentrasi 10% setelah 4 minggu perawatan mampu memberikan efek anti-aging.

Kata kunci: Ekstrak kulit buah delima, krim anti-aging, skin analyzer.

(16)

FORMULATION AND TEST OF ANTI-AGING OF EFFECT SKIN CREAM CONTAINING POMEGRANATE PEEL EXTRACT

(Punica granatum L)

ABSTRACT

Anti-aging is a process that useful to prevent or slow down the effects of aging. Pomegranate peel is rich with flavonoids, phenolic acids, catechins and tannins which are using as an antioxidant. The objective of this study is to prepare an anti-aging cream using pomegranate peel extract and determine how long its to provide an anti-aging effects.

This study was carried out experimentally. Pomegranate peel extracted by maceration using ethanol 70% and concentrated by using rotary evaporator. Pomegranate peel extracts formulated into a cream dosage form with oil in water type with a concentration 2.5, 5, 7.5, and 10%, base cream as a blank which was containing stearic acid, cetyl alcohol, TEA and olay anti-aging cream on the market as a comparison. Cream preparation test includes homogeneity test, measurement of pH, emulsion type test, test and test the stability of the preparation irritation with its parameters like flavor, color and pH during 12 weeks in storage and measurements every 1 week. An anti-aging test activity done by volunteers with parameters like moisture, smoothness of skin, large pores, many stains, wrinkles and depth of wrinkles using a skin analyzer on the initial conditions and each week for 4 weeks treatment.

The results of the study showed that all cream preparations were homogeneous, it had a pH of 5,0 to 5,7 and stable during 12 week in a storage. The preparation of pomegranate peel extract in concentration 10% showed the best result. Which were able to restore a healthy skin after 4 weeks. All preparations did not irritate the skin. Conclusion pomegranate peel extracts can be formulated into anti-aging cream and the using of anti-aging cream of pomegranate peel extract in concentration 10% can provide an anti-aging effect after 4 weeks.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan pelindung utama tubuh dari dunia luar. Upaya untuk

membuat kulit menjadi sehat dan terawat, salah satu dengan menggunakan produk

perawatan kulit yaitu sediaan anti-aging (Prianto, 2014). Proses menua merupakan

suatu proses fisiologis dan terjadi pada semua organ tubuh manusia, termasuk

kulit. Proses menua pada kulit dapat dibedakan atas dua, yaitu proses menua

intrinsik (proses menua sejalan dengan waktu) dan proses menua ekstrinsik

(proses menua yang dipengaruhi proses eksternal, seperti pajanan sinar matahari

yang berlebihan, polusi, kebiasaan merokok, dan nutrisi yang tidak seimbang).

Pada penuaan ekstrinsik gambaran akan lebih jelas terlihat pada area yang banyak

terpapar matahari (Ardhie, 2011).

Anti-aging berguna untuk mencegah atau memperlambat efek penuaan

sehingga terlihat segar, lebih cantik, dan awet muda. Terapi anti-aging akan lebih

baik apabila dilakukan sedini mungkin, yakni disaat seluruh fungsi sel-sel tubuh

masih sehat dan berfungsi dengan baik. Akhir-akhir ini banyak produk krim

mengandung bahan anti-aging, namun kebenaran dari produk-produk tersebut

untuk mencegah penuaan dini sering menjadi bahan untuk diperbincangkan dan

diteliti. Menurut hasil penelitian para pakar, krim anti-aging dirancang secara

khusus untuk mencegah penuaan dini terutama jika diaplikasikan pada malam hari

(Fauzi dan Nurmalina, 2012).

Produk kosmetik memiliki salah satu manfaat untuk melindungi kulit

(18)

kulit. Beberapa ekstrak tumbuhan dan antioksidan yang diperoleh dari sumber

alami mampu mencegah penuaan dan dapat meningkatkan kesehatan kulit

(Pareetha dan Karthika, 2009).

Kulit buah delima kaya akan flavonoid, asam fenolat, dan tanin

diantaranya gallotannin, ellagitannin, antosianidin, asam ellagic, kuersetin, asam

galat, katekin yang mempunyai khasiat sebagai antioksidan. Kulit delima tidak

hanya bermanfaat untuk mengatasi berbagai gangguan atau keluhan kesehatan,

tetapi juga memiliki manfaat untuk merawat kecantikan kulit (Oci dan Kurnia,

2014).

Antioksidan berfungsi mengatasi atau menetralisir radikal bebas sehingga

diharapkan dengan pemakaian produk yang mengandung antioksidan dapat

menghambat dan mencegah terjadinya kerusakan tubuh dari timbulnya penyakit

degeneratif. Bila ketersediaan antioksidan dalam tubuh tidak memadai, maka daya

tahan tubuh akan menurun dan proses penuaan dini akan terjadi. Oleh sebab itu,

ketersediaan antioksidan dalam tubuh harus dipertahankan dan ditingkatkan untuk

dapat menangkal radikal bebas (Kurniati, 2011).

Dalam penelitian ini dibuat ekstrak kulit buah delima yang akan digunakan

dalam bentuk sediaan setengah padat yaitu krim. Berdasarkan latar belakang di

atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang formulasi dan uji

(19)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian

adalah:

1. Apakah ekstrak kulit buah delima dapat diformulasikan dalam sediaan

krim.

2. Apakah sediaan krim yang mengandung ekstrak kulit buah delima dapat

digunakan sebagai anti-aging.

1.3Hipotesa Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesa dalam penelitian ini

adalah:

1. Ekstrak Kulit buah delima dapat diformulasikan dalam sediaan krim.

2. Sediaan krim yang mengandung ekstrak kulit buah delima dapat

memberikan efek anti-aging.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Memformulasi sediaan krim anti-aging denganmenggunakan ekstrak kulit

buah delima.

2. Mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan sediaan krim ekstrak

kulit buah delima untuk memberikan efek anti-aging.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberi informasi khasiat kulit

buah delima di bidang kosmetik dan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Delima

2.1.1 Klasifikasi (Materia Medika Indonesia, 1989)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

senyawa lain yang bermanfaat bagi kesehatan. Delima juga merupakan sumber

kelompok vitamin B complex dan vitamin K. Selain itu, delima kaya akan

senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat merangkal radikal bebas

(Oci dan Kurnia, 2014).

2.1.2 Kandungan kimia ekstrak kulit buah delima

Kulit buah delima mengandung senyawa flavonoid, tanin, alkaloid, asam

fenolat, yang terdiri dari gallotanin, ellegatanin, punicalagin, punicalin, asam

galat, asam ellagic, katekin, kuercetin, flavonol, flavon, dan antocianidin

(21)

2.1.3 Kegunaan

Pada kulit delima banyak mengandung senyawa fenolik, dimana juga

mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi, oleh karena itu disebut delima kaya

akan antioksidannya (Madrigal et al, 2009). Kulit buah delima juga dapat

menghambat basil typhoid dan dapat mengendalikan penyebaran infeksi virus

polio, virus herpes simpleks, diabetes dan virus HIV. Selain yang sudah

disebutkan tadi, khasiat tanin yang terdapat pada kulit buah delima berkhasiat

untuk peluruh cacing usus, menghambat pertumbuhan bakteri dan mengobati

diare (Raquibul dan Sathya, 2009).

2.2 Kosmetika

Kosmetik telah dikenal sejak zaman dahulu kala dan merupakan unsur

kebudayaan masyarakat, sebab kecantikan dan kesehatan lahir batin merupakan

vitalitas hidup yang harus dimiliki oleh setiap orang, baik wanita maupun pria

(Rostamailis, 2005).

Kosmetik yang dalam bahasa Inggris disebut “cosmetics” berasal dari

bahasa Yunani “kosmetikos” yang berarti kecakapan dalam menghias, juga dari

kata “kosmein” yang berarti menata atau menghias. Kosmetik merupakan

sediaan/paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis,

rambut, kuku, bibir dan organ kelamin luar), gigi dan rongga mulut untuk

membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya

dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk

(22)

Tujuan pemakaian kosmetika adalah melindungi tubuh dari alam, panas,

sinar matahari, terbakar, dingin, kekeringan, iritasi dan gigitan nyamuk. Akan

tetapi perkembangan zaman yang semakin maju kosmetika di tuntut mengikuti hal

tersebut di mana pemakaian kosmetika sekarang adalah meningkatkan daya tarik,

kepercayaan diri dan ketenangan, melindungi kulit dari sinar UV, polusi dan

menghindari penuaan dini (Kurniati, 2011).

2.3 Kulit

Bagian tubuh yang paling utama yang perlu diperhatikan dalam tata

kecantikan, yaitu kulit. Kulit sangat berperan dalam pertahanan kita, dalam

terpapar sinar matahari, polusi dan berbagai lainnya. Pemahaman tentang anatomi

dan fisiologi kulit akan membantu mempermudah perawatan kulit untuk

mendapatkan kulit yang segar, lembab, halus, lentur dan bersih (Kurniati, 2011).

Kulit adalah berfungsi sebagai barier protektif yang memberikan respon

baik terhadap tantangan eksternal maupun internal dan berperan serta dalam

pemeliharaan homeostatis. Secara struktural, kulit merupakan kombinasi jaringan

kompleks yang terdiri atas dua lapisan, epidermis dan dermis. Epidermis, lapisan

permukaan yang tipis, sangat rapat ke dermis, lapisan kulit yang lebih dalam

terletak di bawahnya. Selanjutnya dermis, melekat ke seluruh jaringan subkutan.

Kulit menjalani fungsi proteksi, regulasi suhu, sensasi stimulus eksterna,

pembentukan vitamin D, eliminasi air dan garam (Anderson, 1996).

2.3.1 Struktur kulit

Kulit terdiri atas bagian besar dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu

lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis), dan lapisan hipodermis

(23)

Lapisan epidermis terdiri dari empat lapisan sel, yaitu dari luar ke dalam

disebut lapisan tanduk (stratum korneum) yang merupakan stratum terakhir dari

sel-sel epidermis yang terkeratinisasi dan bersifat elastis. Lapisan butir (stratum

granulosum) lapisan ini terdiri dari satu atau dua lapisan sel-sel mati (sel gepeng),

memanjang secara horizontal dan mengandung substansi kecil yang disebut

keratohialin. Lapisan tajuk (stratum spinosum) lapisan ini terdiri dari sel-sel

poligonal mempunyai ruas-ruas dan menonjol). Lapisan tunas (stratum basale)

lapisan ini membatasi epidermis dan dermis, terdiri dari sel-sel hidup yang

tersusun seperti pagar, membelah terus-menerus dan merupakan pembaharuan

lapisan-lapisan di atasnya. Pada lapisan ini juga terdapat sel-sel melanosit yang

akan menghasilkan pigmen melanin yang bertugas untuk melindungi kulit dari

sinar matahari (Putro, 1997)

Dermis adalah suatu lapisan yang terdiri dari jaringan ikat yang terletak di

bawah epidermis dan berfungsi sebagai penompang struktur dan nutrisi. Lapisan

ini lebih tebal dari pada lapisan epidermis. Dalam dermis ini terdapat substansia

dasar (mukopolisakarida), serabut-serabut otot, serabut-serabut kolagen paling

banyak , serabut elastin (terdapat antara serabut-serabut kolagen). Kesemuanya ini

fungsi dalam kelenturan kulit dan menentukan penampakan kulit, apakah licin,

halus mulus atau berkerut (Putro, 1997).

Hipodermis/subkutan lapisan ini terdiri atas jaringan konektif, pembuluh

darah, dan sel-sel penyimpan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang,

dan struktur lain. Lapisan hipodermis berfungsi sebagai cadangan makanan dan

bantalan untuk melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik serta berperan pula

(24)

2.3.2 Fungsi kulit

Kulit memiliki sejumlah fungsi yang sangat penting bagi tubuh, berikut ini

adalah fungsi-fungsi dari kulit.

1. Perlindungan atau proteksi, berfungsi melindungi bagian dalam tubuh dari

kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan bahan-bahan kimia,

paparan sinar matahari, polusi, bakteri, dan jamur yang dapat

menyebabkan infeksi, serta kerusakan akibat gesekan, tekanan, dan

tarikan.

2. Mengeluarkan zat-zat tidak berguna sisa metabolisme dari dalam tubuh.

Sisa metabolisme dikeluarkan bersama dengan keringat.

3. Mengatur suhu tubuh. Ketika suhu udara panas, tubuh akan mengeluarkan

keringat dalam jumlah banyak dan memperlebar pembuluh darah sehingga

panas akan terbawa keluar dari tubuh.

4. Menyimpan kelebihan lemak.

5. Sebagai indra peraba yang memungkinkan otak merasakan sejumlah rasa,

seperti panas, dingin, sakit, dan beragam tekstur.

6. Tempat pembuatan vitamin D dengan bantuan sinar matahari. Sangat

diperlukan tubuh untuk pembentukan tulang.

7. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh (Achroni, 2012).

2.3.3 Jenis-jenis kulit

a. Kulit normal : jenis kulit yang baik yakini tidak terlalu berminyak dan

tidak terlalu kering, cerah, segar, elastis, berpori-pori kecil, dan memiliki

(25)

b. Kulit kering : memiliki aktivitas minyak kurang aktif, teksturnya tipis serta

rentan terhadap perubahan suhu dan kelembaban, yakini kering, kusam,

pecah-pecah, kaku bersisik, serta mudah mengelupas dan timbul keriput.

c. Kulit berminyak : aktivitas kelenjer minyak yang berlebih, teksturnya

kasar, tampak berkilat, dan terjadi pembesaran pori-pori.

d. Kulit kombinasi : kulit ini merupakan gabungan dari dua kombinasi, yaitu

kulit kering dan kulit berminyak.

e. Kulit sensitif : kulit jenis ini memberikan respon secara berlebihan

terhadap benda-benda atau kondisi tertentu, misalnya perubahan suhu,

cuaca, bahan kosmetik, atau bahan kimia lain yang menyebabkan

gangguan kesehatan kulit (Setiabudi,2014).

2.4 Penuaan Dini

2.4.1 Pengertian penuaan dini

Penuaan adalah suatu proses alami yang merupakan penuaan intrinsik dan

photoaging mengarah secara progresif kepada kehilangan integritas struktural dan

fungsi fisiologis dari kulit. Penuaan intrinsik (penuaan kronologik atau biologis)

adalah secara definisi, tidak dapat dihindari karena oleh pengaruh waktu biologis

pada kulit, yang tidak dipengaruhi oleh paparan matahari berulang. Paparan

kronik berulang dari sinar matahari UV kepada kulit manusia menyebabkan yang

ditandai dengan perubahan morfologis, histologis, biokimia, biofisika yang

diuraikan sebagai photoaging (Barel, et al., 2009).

Penuaan akan terjadi seiring bertambahnya usia, proses degeneratif

(penurunan) akan berlangsung pada usia diatas 30 tahun. Sel akan mencapai

(26)

2.4.2 Tanda-tanda penuaan dini

Berikut ini tanda-tanda penuaan dini:

1. Keriput dan Mengendur

Seiring bertambahnya usia, jumlah kolagen dan elastin kulit semaking

berkurang. Akibatnya, kulit kehilangan elastisitasnya sehingga tampak

keriput dan mengendur.

2. Muncul Noda Hitam

Muncul di area yang sering terpapar sinar matahari seperti wajah, lengan,

dan tangan.

3. Kulit Kasar

Rusaknya kolagen dan elastin akibat paparan sinar matahari membuat kulit

menjadi kering dan kasar.

4. Pori-pori Membesar

Akibat penumpukan sel kulit mati, pori-pori kulit menjadi membesar

(Noormindhawati, 2013).

2.4.3 Faktor penyebab penuaan dini

Faktor-faktor yang berperan pada proses penuaan kulit yang umumnya

berhubungan satu sama lain:

a. Umur. Umur adalah faktor fisiologik yang menyebabkan kulit menjadi tua.

Umur bertambah setiap hari dan secara perlahan pasti proses menua

terjadi.

b. Genetik. Faktor genetik (keturunan) menentukan kapan mulai proses

metabolik dalam tubuh, dan dengan kecepatan kapan proses menua akan

(27)

c. Rasial. Berbagai ras manusia mempunyai perbedaan struktur dan faal

tubuh dalam peranannya terhadap lingkungan sehingga mempunyai

kemampuan yang berbeda dalam mempertahankan diri, misalnya dalam

jumlah dan fungsi pigmen melanin.

d. Hormonal. Hormon tertentu dalam tubuh manusia mempunyai peran

penting dalam proses pembentukan sel baru dan proses metabolik untuk

mempertahankan kehidupan sel secara baik.

e. Penyakit sistemik. Berbagai penyakit sistemik menyebabkan proses menua

berlangsung lebih cepat, misalnya kencing manis, arteriosklerosis,

defisiensi gizi, dan penyakit autoimun, yang menyebabkan terganggunya

sistem biologik seluler.

f. Lingkungan hidup. Lingkungan hidup manusia yang tidak nyaman bagi

kulit yaitu suhu, kelembaban, polusi kimia, dan terutama sinar ultraviolet.

g. Lain-lain. Stres pisikis, merokok, minuman keras, bahan tambahan dalam

makanan, radiasi sinar X, dan pajanan bahan kimia, dapat mempercepat

penuaan dini (Wasitaatmadja, 1997).

2.4.4 Proses terjadinya penuaan dini

Penuaan kulit pada dasarnya terbagi atas 2 proses besar, yaitu penuaan

kronologi (chronological aging) dan „photo aging‟. Penuaan kronologi

ditunjukkan dari adanya perubahan struktur, dan fungsi serta metabolik kulit

seiring berlanjutnya usia. Proses ini termasuk, kulit menjadi kering dan tipis,

munculnya kerutan halus, adanya pigmentasi kulit (age spot). Sedangkan proses

„photo aging‟ adalah proses yang menyangkut berkurangnya kolagen serta serat

(28)

berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim

proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim ini selanjutnya memecahkan

kolagen serta jaringan penghubung di bawah kulit dermis (Suryadi, 2012).

2.5 Anti-aging

Anti-aging produk perawatan kulit yang mengandung bahan-bahan yang

dapat memperlambat timbulnya penuaan pada kulit. Anti-aging atau anti penuaan

adalah sediaan yang berfungsi mencegah proses kerusakan pada kulit

(degeneratif), sehingga mampu mencegah timbulnya tanda-tanda penuaan pada

kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Perawatan anti penuaan dini pada kulit merupakan segmen besar dari pasar

produk kosmetik. Ketika terpajan radiasi UV, kulit mengalami perubahan yang

mengakibatkan inflamasi, penuaan kulit dan berbagai gangguan kulit, seperti kulit

menua disertai dengan kerutan, penurunan elastisitas, peningkatan kerapuhan kulit

dan penyembuhan luka lebih lambat (Pouillot, et al., 2011).

2.5.1 Antioksidan sebagai bahan aktif pada produk anti-aging

Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi

kesehatan kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat

merusak jaringan kulit. Radikal bebas adalah molekul atau atom yang sifat

kimianya sangat tidak stabil. Senyawa ini memiliki satu atau lebih elektron yang

tidak berpasangan. Sehingga, senyawa ini cenderung reaktif menyerang molekul

lain untuk mendapatkan elektron guna menstabilkan atom atau molekulnya

sendiri. Serangan ini menyebabkan timbulnya senyawa abnormal yang memicu

terjadinya reaksi berantai sehingga merusak sel dan jaringan-jaringan tubuh.

(29)

serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak dan

menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi kering dan keriput. Antioksidan

berperan aktif menetralkan radikal bebas, di mana pada jaringan senyawa radikal

bebas ini mengorbankan dirinya teroksidasi menstabilkan atom atau molekul

radikal bebas. Sel-sel pada jaringan kulit pun terhindar dari serangan radikal

bebas. Oleh karena itu, produk-produk perawatan kulit selalu mengandung

senyawa antioksidan sebagai salah satu bahan aktif. Termasuk produk-produk

anti-aging, yang juga mengandalkan antioksidan untuk melindungi kulit dari

pengaruh radikal bebas yang menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini

(Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.6 Krim

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak

kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Ada dua tipe krim, krim

tipe minyak-air dan krim tipe air-minyak (Ditjen POM, 1979).

Secara garis besar krim terdiri dari 3 komponen yaitu bahan aktif, bahan

dasar dan bahan pembantu. Bahan dasar terdiri dari fase minyak dalam fase air

yang dicampur dengan penambahan bahan pengemulsi (emulgator) kemudian

akan membentuk basis krim. Menurut kegunaannya krim anti-aging digolongkan

dalam kosmetik perawatan (Suriana dan Muliyawan, 2013).

2.7 Bahan-bahan Dalam Krim Anti-Aging

a. Asam stearat

Asam stearat digunakan dalam formulasi topikal digunakan sebagai zat

(30)

formulasi krim berkisar antara 1 – 20%. Asam stearat dapat larut dalam

propilen glikol (Rowe, et al., 2009).

b. Setil alkohol

Lilin tidak berwarna, tidak larut dalam air, bersinar mengkilap, bersisik

dengan bentuk mikrokristalin. Lumer pada suhu 48o-50oC. Larut dalam

kloroform, eter, alkohol panas, tidak larut dalam air (Tano, 2005).

c. Sorbitol

Sorbitol adalah D-glukosa yang merupakan alkohol hexahydric untuk

manosa dan isomernya dengan manitol. Sifatnya tidak berbau, putih,

kristal, dan bubuk higroskopik. Sorbitol memiliki rasa yang

menyenangkan, dingin, rasa manis dan memiliki sekitar 50-60% dari

manisnya sukrosa (Rowe et al., 2009).

d. Propilen glikol

Propilen glikol adalah cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau,

dengan rasa manis, agak sangit menyerupai gliserin. Bahan ini dapat

berfungsi sebagai pengawet antimikroba, disinfektan, humektan,

plasticizer, pelarut, stabilizer, dan pelarut pembantu yang dapat bercampur

dengan air (Rowe, et al., 2009).

e. Trietanolamin

Trietanolamin (TEA) adalah cairan kental jernih, tidak berwarna hingga

berwarna kuning pucat yang mempunyai bau agak menyerupai amoniak.

TEA digunakan secara luas dalam formulasi bidang farmasi, terutama

dalam pembentukan emulsi. TEA jika dicampur dengan asam lemak

(31)

dapat berfungsi sebagai pengemulsi untuk menghasilkan emulsi minyak

dalam air yang stabil (Rowe, et al., 2009).

f. Nipagin

Nipagin digunakan secara luas sebagai pengawet antimikroba dalam

formulasi kosmetika, produk makanan, dan bidang farmasi. Khasiat

pengawet dari nipagin juga ditingkatkan dengan penambahan propilen

glikol sebanyak 2 – 5%. Konsentrasi nipagin yang biasa digunakan dalam

sediaan topikal berkisar antara 0,02 – 0,3% (Rowe, et al., 2009).

2.8 Skin Analyzer

Menurut Aramo (2012), pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan

skin analyzer, yaitu: moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot

(noda), wrinkle (keriput), dan kedalaman keriput juga terdeteksi dengan alat ini.

Tabel 2.1 menunjukkan parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin

analyzer.

Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Analisa Parameter

Moisture

(kadar air) (%)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0 – 29 30 – 50 51 – 100

Kecil Beberapa besar Sangat besar 0 – 19 20 – 39 40 – 100

Spot

(Noda)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda 0 – 19 20 – 39 40 – 100

Wrinkle

(Keriput)

Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput 0 – 19 20 – 52 53 – 100

(Aramo, 2012).

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk

(32)

yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi

lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan mode pengukuran normal

dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera pada skin analyzer

menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo,

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian ini

meliputi pembuatan sediaan krim anti-aging menggunakan ekstrak kulit buah

delima dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%, pemeriksaan terhadap

sediaan (uji homogenitas, uji pH, penentuan tipe emulsi, uji stabilitas sediaan, uji

iritasi), pengelompokan sukarelawan, dan pembuktian kemampuan sediaan

sebagai anti-aging.

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: skin analyzer dan

moisture checker (Aramo-SG), lumpang porselin, stamfer, cawan porselin,

alat-alat gelas, penangas air, pH meter (Hanna Instrument), dan neraca analitik

(Dickson), blender.

3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: asam stearat,

setil alkohol, sorbitol, propilen glikol, trietanolamin, nipagin, air suling, pewangi,

ekstrak kulit buah delima, metil biru, larutan dapar pH asam (4,01), larutan pH

netral (7,01), etanol 70%.

3.3 Sukarelawan

Sukarelawan adalah wanita sebanyak 18 orang berumur 20-30 tahun

memiliki kulit punggung tangan yang kering dan berkerut karena sering terpapar

(34)

3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3.4.1 Teknik pengumpulan sampel

Pengambilan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkan tumbuhan yang sama dengan daerah lain. Bahan tumbuhan yang

digunakan adalah kulit buah delima yang diambil dari daerah Lampoh Daya,

Banda Aceh, Kecamatan Jaya Baru, Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam.

3.4.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang

Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 46.

3.4.3 Pengolahan sampel

Buah delima segar sebanyak 5 kg, disortasi, dikumpulkan, dicuci, lalu

ditiriskan, kemudiaan pisahkan kulitnya dengan isinya, ditimbang kulit buah

delima 2 kg sebagai berat basah. Kemudian diiris dikeringkan dilemari pengering

(suhu 40-500C) hingga kering dan diperoleh berat kering sebanyak 1 kg. Lalu

dihaluskan menggunakan blender hingga menjadi serbuk, disimpan dalam wadah

yang terlindung dari sinar matahari.

3.4.4 Pembuatan ekstrak kulit buah delima

Cara pembuatan ekstrak kulit buah delima adalah dengan metode

maserasi. Prosedur pembuatan ekstrak: sebanyak 500 g kulit buah delima, yang

telah dihaluskan dimasukkan dalam bejana. Simplisia direndam dengan penyari

etanol 70% sebanyak 3,75 liter. Biarkan 5 hari, diaduk sehari sekali. Setelah 5

(35)

aduk serkai hingga keseluruhan sari yang diperoleh 5 liter. Hasil maserat diuapkan

dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kulit buah delima yang kental.

3.5 Formulasi Sediaan Krim 3.5.1 Formula krim (Young, 1972)

Sediaan krim dibuat berdasarkan formula dasar yang menggunakan tipe

dasar krim minyak dalam air (Young, 1972) :

R/ Asam stearat 12

Formulasi krim yang digunakan dimodifikasi tanpa gliserin karena

fungsinya sama dengan propilen glikol dan sorbital dan fungsinya sebagai

humektan lebih baik. Formulasi dasar krim sebagai berikut:

R/ Asam stearat 12

Konsentrasi ekstrak kulit buah delima yang digunakan dalam pembuatan

sediaan krim anti-aging masing-masing adalah 2,5%, 5%, 7,5%, dan, 10% b/b.

Formulasi dasar krim tanpa ekstrak kulit buah delima dibuat sebagai blanko.

(36)

Tabel 3.1 Komposisi bahan dalam krim

Krim A : Blanko (tanpa ekstrak kulit buah delima) Krim B : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 2,5% Krim C : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 5% Krim D : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 7,5% Krim E : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 10%

3.5.3 Pembuatan sediaan krim

Cara pembuatan krim : Asam stearat, setil alkohol dimasukkan ke dalam

cawan penguap dan dilebur di atas penangas air pada suhu 70°C (massa I).

Sorbitol, TEA, nipagin dilarutkan di dalam air panas yang telah ditakar pada suhu

70°C (massa II). Dimasukkan air panas ke dalam lumpang. Kemudian keringkan

lumpang dan alu, masukkan massa I ke dalam lumpang dan kemudian tambahkan

massa II ke dalamnya, gerus sampai terbentuk massa krim. Digerus ekstrak kulit

buah delima dan propilen glikol, kemudian tambahkan dasar krim gerus sampai

homogen lalu ditambahkan 3 tetes pewangi. Pembuatan dilakukan dengan cara

yang sama untuk semua formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah delima

(37)

3.6 Pemeriksaan Terhadap Sediaan 3.6.1 Pemeriksaan homogenitas

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen

dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.6.2 Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat

terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral

(pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga

pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan

dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram

sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan

dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan.

Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2002).

3.6.3 Penentuan tipe emulsi sediaan

Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan sedikit biru

metil ke dalam sediaan, jika larut sewaktu diaduk, maka emulsi tersebut adalah

tipe minyak dalam air (m/a), tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan

tersebut tipe emulsi air dalam minyak (a/m) (Ditjen POM, 1985).

3.6.4 Pengamatan stabilitas sediaan

Masing-masing sediaan krim dimasukkan ke dalam pot plastik, disimpan

pada suhu kamar dan diukur parameter-parameter kestabilan seperti bau, warna,

dan pH dievaluasi selama penyimpanan 12 minggu dengan pengamatan setiap 1

(38)

3.6.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan

Percobaan ini dilakukan pada 10 orang sukarelawan. Sediaan yang

digunakan dengan konsentrasi tertinggi yaitu 10%, sediaan dioleskan di belakang

telinga membentuk lingkaran, lalu dibiarkan selama 24 jam dengan diamati setiap

4 jam sekali apakah terjadi iritasi kulit atau tidak (Ditjen POM, 1985). Eritema:

tidak eritema 0, sangat sedikit eritema 1, sedikit eritema 2, eritema sedang 3,

eritema sangat parah 4. Edema: tidak edema 0, sangat sedikit edema 1, sedikit

edema 2, edema sedang 3, edema sangat parah 4 (Barel dkk., 2009).

3.7 Pengujian Aktivitas Anti-aging

Pengujian aktivitas anti-aging menggunakan sukarelawan sebanyak 18

orang dan dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu:

Kelompok I : 3 orang sukarelawan untuk krim A (blanko)

Kelompok II : 3 orang sukarelawan untuk krim B

(konsentrasi ekstrak kulit buah delima 2,5%)

Kelompok III : 3 orang sukarelawan untuk krim C

(konsentrasi ekstrak kulit buah delima 5%)

Kelompok IV : 3 orang sukarelawan untuk krim D

(konsentrasi ekstrak kulit buah delima 7,5%)

Kelompok V : 3 orang sukarelawan untuk krim E

(konsentrasi ekstrak kulit buah delima 10%)

Kelompok VI : 3 orang sukarelawan untuk krim F (krim anti-aging produk pasaran)

Semua sukarelawan ditandai lingkaran pada punggung tangan berdiameter

3 cm, diukur kondisi kulit awal meliputi: kadar air (moisture), kehalusan

(evenness), besar pori (pore), banyaknya noda (spot), keriput (wrinkle) dan

(39)

pengukuran. Setelah pengukuran kondisi kulit awal, perawatan mulai dilakukan

dengan pengolesan krim hingga merata seluas area yang telah ditandai, krim

dioleskan berdasarkan kelompok yang telah ditetapkan di atas, pengolesan

dilakukan sebanyak 2 kali sehari selama 4 minggu. Perubahan kondisi kulit diukur

setiap minggu selama 4 minggu dengan menggunakan skin analyzer.

3.8 Analisis Data

Data hasil percobaan dianalisis dengan menggunakan program SPSS

(Statistical Product and Service Smirnov) 17. Pertama data dianalisis

menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan homogenitas dan

normalitasnya. Kemudiaan dilanjutkan dianalisis menggunakan metode One Way

Anova untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat

perbadaan, dilanjutkan dengan menggunakan uji Post Hoc Tukey LSD untuk

(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi Kulit Buah Delima

Hasil ekstraksi dari 500 g kulit buah delima dengan menggunakan pelarut

etanol 5 L secara maserasi, kemudiaan maserat dipekatkan dengan rotary

evaporator sampai diperoleh ekstrak kental yaitu sebanyak 111,88 g berwarna

hijau kehitaman.

4.2 Hasil Formulasi Sediaan

Sediaan krim dengan penambahan ekstrak kulit buah delima

masing-masing 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% berwarna coklat. Semakin tinggi konsentrasi

kulit buah delima semakin coklat warna krim yang dihasilkan. Krim blanko

berwarna putih dan krim pembanding olay berwarna putih kekuningan.

4.3 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 4.3.1 Pemeriksaan homogenitas

Dari uji homogenitas yang dilakukan pada sediaan krim dengan

konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% semua sediaan krim tidak terdapat

butiran-butiran kasar pada objek gelas, maka sediaan krim dikatakan homogen. Hasil uji

homogenitas dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 50.

4.3.2 Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim

Menurut Ditjen POM (1985) penentuan tipe krim sediaan dapat ditentukan

dengan pewarnaan biru metilen, bila biru metilen tersebar merata berarti sediaan

tipe minyak dalam air, tetapi jika warna hanya berupa bintik-bintik biru, berarti

(41)

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, bahwa krim anti-aging

ekstrak kulit buah delima mempunyai tipe m/a karena biru metilen dapat terlarut

dan memberikan warna yang homogen. Hasil penentuan tipe emulsi sediaan krim

dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Lampiran 6 halaman 50.

Tabel 4.1 Data penentuan tipe emulsi sediaan krim menggunakan metil biru

No Krim Kelarutan Biru Metil pada Sediaan

Ya Tidak

Keterangan:Krim A : Blanko (dasar krim tanpa sampel)

Krim B : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 2,5% Krim C : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 5% Krim D : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 7,5% Krim E : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 10%

4.3.3 Penentuan pH sediaan

Hasil penentuan pH sediaan krim ekstrak kulit buah delima dilakukan

dengan menggunakan pH meter dapat dilihat pada Tabel 4.2 Nilai pH sediaan

krim diperoleh antara 5,0-5,7.

Dari hasil pengamatan nilai pH sediaan pada saat selesai dibuat, diperoleh

bahwa pada krim A: 5,7; krim B: 5,5; krim C: 5,4; krim D: 5,4; dan krim E:5,2,

sedangkan setelah penyimpanan selama 12 minggu terjadi perubahan pH pada

setiap sediaan yaitu A: 5,6; krim B: 5,4; krim C: 5,3; krim D: 5,2; dan krim E:5,0

sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan pH saat selesai dibuat.

Pada semua sediaan mengalami penurunan tetapi masih dalam batas pH normal,

pH kulit yaitu 4,5-6,5, jika pH krim terlalu basa akan menyebabkan kulit bersisik

(42)

Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan krim anti-aging ekstrak kulit buah delima

setelah penyimpanan selama 12 minggu

No Krim

Nilai pH rata-rata selama 12 minggu

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

Keterangan : Krim A : Blanko (dasar krim tanpa sampel)

Krim B : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 2,5% Krim C : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 5% Krim D : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 7,5% Krim E : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 10%

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa semakin banyak konsentrasi

ekstrak kulit buah delima yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka pH

semakin menurun. Hal ini disebabkan karena pH ekstrak adalah asam yaitu

3,0-3,2.

4.3.4 Pengamatan stabilitas sediaan

Stabilitas dari suatu sediaan farmasi dapat dilihat dari ada tidaknya

perubahan warna, rasa dan bau selama penyimpanan. Perubahan-perubahan

tersebut dapat terjadi jika bahan-bahan yang terdapat dalam sediaan tersebut

teroksidasi. Sediaan tidak mengalami perubahan secara fisik dapat dilihat pada

lampiran 7 halaman 51.

Hasil percobaan untuk pengamatan stabilitas sediaan krim anti-aging

(43)

Tabel 4.3 Data pengamatan terhadap kestabilan krim blanko, krim ekstrak kulit

buah delima 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% pada saat sediaan selesai dibuat dan penyimpanan selama 12 minggu.

No Krim

Keterangan : Krim A : Blanko (dasar krim tanpa sampel)

Krim B : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 2,5% Krim C : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 5% Krim D : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 7,5% Krim E : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 10%

X : Perubahan warna Y : Perubahan bau

- : Tidak terjadi perubahan

4.3.5 Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan

Hasil uji iritasi menunjukkan bahwa semua sukarelawan memberikan hasil

negatif terhadap reaksi iritasi yang diamati yaitu eritema dan edema. Dari hasil uji

iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan krim yang dibuat baik untuk

digunakan.

Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan yang dioleskan pada kulit yang

tipis seperti pada belakang telinga dibiarkan selama 24 jam. Hasil dapat dilihat

(44)

Tabel 4.4 Data hasil uji iritasi krim terhadap sukarelawan

Reaksi iritasi Sukarelawan

I II III IV V VI VII VIII IX X

Eritema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Edema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Index iritasi primer: 0/24 = 0,00

Keterangan: sistem skor Federal Hazardous Substance Act (Barel dkk, 2009).

Eritema Edema

4.4Hasil Pengujian Aktivitas Anti-aging

Pengujian aktivitas anti-aging dengan menggunakan skin analyzer Aramo,

di mana parameter uji meliputi: pengukuran kadar air (moisture), pengukuran

kehalusan kulit (evenness) dan besar pori (pore), pengukuran banyaknya noda

(spot), pengukuran keriput (wrinkle) dan kedalaman keriput. Pengukuran aktivitas

anti-aging dimulai dengan mengukur kondisi kulit awal sebelum dilakukan

perawatan, hal ini bertujuan untuk bisa melihat seberapa besar pengaruh krim

yang digunakan dalam memulihkan kulit yang telah mengalami penuaan tersebut.

Hasil pengukuran aktivitas anti-aging akan dibahas per parameter.

4.4.1 Kadar air (Moisture)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture

checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Hasil pengukuran

yang terdapat pada Gambar 4.1 dan Tabel 4.5 menunjukkan kondisi awal kadar air

kulit semua kelompok sukarelawan terjadi dehidrasi pada kulit. Perawatan 1

(45)

krim ekstrak kulit delima dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, 10% dan krim

anti-aging dipasaran. Krim blanko dapat melembabkan kulit setelah perawatan selama

4 minggu. Pemulihan kulit yang baik pada krim ekstrak 7,5%, 10% dan krim

anti-aging dipasaran terlihat tidak jauh berbeda pada saat proses pemulihan, karena

mampu meningkatkan kadar air lebih baik dibandingkan dengan formula lain.

Perawatan dengan pengolesan berbagai konsentrasi menyebabkan peningkatan

grafik yang menunjukkan kondisi kulit mengalami perubahan, yaitu kondisi kulit

dehidrasi menjadi kondisi kulit normal setelah dilakukan selama 4 minggu pada

semua kelompok.

Data statistik parameter kehalusan kulit yang diperoleh dengan uji

parametrik One Way Anova dilanjutkan dengan Turkey dan LSD. Setelah 4

minggu data diuji secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan (p≤0,05)

pada 1 minggu hingga 4 minggu, semua sediaan krim ekstrak kulit buah delima

mampu memberikan efek meningkatkan kadar air pada kulit punggung tangan.

Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran kadar air (Moisture) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

(46)

Tabel 4.5 Hasil pengukuran kadar air (Moisture) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

Krim Sukarelawan

29,3±0,57 29,7±0,57 29,7±0,57 29,7±0,57 30,0±0,00

B

1 29 30 32 32 32

2 27 30 30 31 31

3 27 31 31 32 33

27,6±1,15 30,3±1,00 31,0±1,00 31,6±0,57 32,0±1,00

C

1 28 29 31 33 34

2 26 27 32 32 33

3 29 29 31 33 33

27,6±1,53 28,3±1,15 31,3±0,57 32,6±0,57 33,3±0,57

D

27,3±1,53 31,7±0,58 34,0±1,00 34,6±2,08 36,3±0,57

F

1 28 28 32 36 38

2 29 30 35 37 37

3 29 33 34 36 37

28,7±0,58 30,3±2,52 33,7±1,53 36,3±0,58 37,3±0,57

Keterangan:

Krim A : Dasar krim (blanko)

Krim B : Krim ekstrak kulit buah delima 2,5% Krim C : Krim ekstrak kulit buah delima 5% Krim D : Krim ekstrak kulit buah delima 7,5% Krim E : Krim ekstrak kulit buah delima 10% Krim F : Krim anti-aging produk pasaran Parameter hasil pengukuran:

0-29 : Dehidrasi 30-50 : Normal

(47)

4.4.2 Kehalusan (Evenness)

Pengukuran kehalusan kulit (Evenness) dengan menggunakan perangkat

skin analyzer lensa perbesaran 60x dan mode pembacaan normal dengan warna

lampu sensor biru. Hasil pengukuran kehalusan kulit seperti yang terlihat dalam

Gambar 4.2 dan Tabel 4.6 pada perawatan 1 minggu krim blanko dan krim ekstrak

kulit buah delima dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, 10% dan krim anti-aging

dipasaran memberikan hasil kehalusan kulit yang normal. Demikian juga pada

perawatan 2 minggu kondisi kehalusan kulit masih menunjukkan hasil kehalusan

yang normal. Kondisi kehalusan kulit menjadi lebih halus dibandingkan kondisi

sebelumnya sampai pada perawatan 4 minggu, krim dengan konsentrasi 10% dan

krim sebagai pembanding mempunyai efektifitas yang sama yang dapat

memulihkan kulit menjadi lebih halus.

Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran kehalusan (Evennes) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

Data statistik parameter kehalusan kulit yang diperoleh dengan uji

parametrik One Way Anova dilanjutkan dengan Turkey dan LSD. Data diuji secara

statistik tidak ada perbedaan kehalusan kulit yang signifikan antara formula

(48)

karena diperoleh nilai (p≥0,05). Pada pemulihan minggu ke 4 setelah perawatan

diperoleh nilai (p≤0,05) di mana ada perbedaan yang signifikan antara formula.

Tabel 4.6 Hasil pengukurankehalusan (Evenness) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

Krim Sukarelawan

41,0±1,00 41,0±1,00 40,7±1,15 40,7±1,15 40,7±1,15

B

1 38 34 34 34 34

2 44 34 34 33 32

3 44 43 43 39 39

42,0±3,46 37,0±5,20 37,0±5,20 35,3±3,21 35,0±3,60

C

1 39 39 39 39 39

2 38 37 37 35 31

3 34 34 34 34 34

37,0±2,65 36,6±2,51 36,6±2,51 36,0±2,64 34,0±4,04

D

1 33 33 33 32 31

2 34 33 31 31 26

3 39 39 36 33 33

35,3±3,21 35,0±3,46 33,3±2,51 32,0±1,00 30,0±3,60

E

1 38 34 33 31 31

2 44 40 36 34 34

3 44 42 35 31 27

42,0±3,46 38,7±4,16 34,7±1,52 32,0±1,73 30,6±3,51

F

1 39 38 37 37 32

2 34 33 30 26 26

3 37 37 33 33 32

36,6±2,51 36,0±2,65 33,3±3,51 32,0±5,57 30,0±3,46

Keterangan: Parameter hasil pengukuran:

0-31 : Halus 32-51 : Normal

(49)

4.4.3 Besar pori (pore)

Analisa besar pori pada kulit pada kulit punggung tangan menggunakan

perangkat skin analyzer yang sama dengan pengukuran kehalusan yakni dengan

lensa perbesaran 60x (normal lens) sensor biru, pada waktu melakukan analisa

kehalusan kulit, secara otomatis analisa besar pori ikut terbaca (Aramo, 2012).

Hasil pengukuran besar pori ditunjukkan pada Gambar 4.3 dan Tabel 4.7. Besar

pori kulit semua sukarelawan pada kondisi awal yaitu beberapa besar hingga

sangat besar, setelah perawatan selama 4 minggu hasil pengukuran besar pori

menjadi lebih kecil dibandingkan kondisi awal, krim ekstrak kulit buah delima

dengan konsentrasi 7,5%, 10% dan krim anti-aging dipasaran menunjukkan

tingkat kepulihan yang lebih baik dibandingkan dengan krim lainnya. Pemulihan

kulit yang paling baik pada krim anti-aging dipasaran, karena dapat menurunkan

kondisi pori menjadi lebih kecil. Setelah empat minggu data diuji secara statistik

tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p≥0,05) pada minggu pertama hingga

ketiga. Pada minggu keempat setelah perawatan diperoleh nilai (p≤0,05) di mana

ada perbedaan yang signifikan antar formula.

Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran besar pori (pori) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

(50)

Tabel 4.7 Hasil pengukuranbesar pori (Pore) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

Krim Sukarelawan

20,7±4,17 20,7±4,17 20,7±4,17 20,7±4,17 20,7±4,17

B

1 27 25 24 24 24

2 24 24 22 20 20

3 29 24 24 24 20

26,6±2,51 24,3±0,57 23,3±1,15 22,6±2,30 21,3±2,30

C

1 27 27 20 20 16

2 29 24 20 16 16

3 29 29 20 20 12

28,3±1,15 26,6±2,51 20,0±0,00 18,6±2,30 14,6±2,30

D

1 29 25 24 24 16

2 35 27 18 12 12

3 24 24 24 20 12

29,3±5,50 25,3±1,52 22,0±3,46 18,7±6,11 13,3±2,30

E

1 20 20 20 16 12

2 35 27 20 12 8

3 24 24 20 8 8

26,3±7,76 23,7±3,51 20,0±0,00 12,0±4,00 9,33±2,30

F

1 22 20 20 20 8

2 35 33 22 22 8

3 28 25 16 5 5

28,3±18,9 26,0±6,56 19,3±3,05 15,6±9,20 7,00±1,73

Keterangan:

Krim A : Dasar krim (blanko)

Krim B : Krim ekstrak kulit buah delima 2,5% Krim C : Krim ekstrak kulit buah delima 5% Krim D : Krim ekstrak kulit buah delima 7,5% Krim E : Krim ekstrak kulit buah delima 10% Krim F : Krim anti-aging produk pasaran Parameter hasil pengukuran:

0-19 : Kecil

20-39 : Beberapa besar

(51)

4.4.4 Banyaknya noda (spot)

Pengukuran banyaknya noda pada kulit sukarelawan dilakukan dengan

perangkat skin analyzer lensa pembesaran 60x dan mode pembacaan polarisasi

dengan warna lampu sensor jingga. Hasil pengukuran banyaknya noda dapat

dilihat dalam Gambar 4.4 dan Tabel 4.8 menunjukkan kondisi awal banyaknya

noda pada kulit punggung tangan sukarelawan, setelah perawatan 1 minngu hasil

pengukuran banyaknya noda yang didapat menjadi lebih kecil dibandingkan

kondisi awal sebelum perawatan. Krim ekstrak kulit buah delima dengan

konsentrasi 7,5% dan 10% mampu menunjukkan tingkat kepulihan yang baik

diantara krim lainnya. Sedangkan krim anti-aging dipasaran mampu menurunkan

banyaknya noda menjadi lebih kecil, sehingga tingkat kepulihannya dapat terlihat

dengan jelas.

Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuranbanyaknya noda (Spot) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

Setelah 4 minggu data diperoleh, dilakukan uji secara statistik maka

terdapat perbedaan yang signifikan (p≤0,05) pada 1 minggu hingga 2 minggu. Hal

ini menunjukkan bahwa sediaan krim ekstrak kulit buah delima mempunyai efek

dalam mengurangi noda pada kulit punggung tangan. Semua sediaan krim ekstrak

(52)

kulit buah delima dapat mengurangi noda pada kulit namun masih dalam rentang

beberapa noda.

Tabel 4.8 Hasil pengukuranbanyaknya noda (Spot) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

Krim Sukarelawan

38,7±1,52 38,7±1,52 38,7±1,52 38,7±1,52 38,7±1,52

B

1 43 39 33 32 31

2 44 42 38 32 25

3 46 39 36 30 28

44,3±1,52 40,0±1,73 35,7±2,51 31,3±1,15 28,0±3,00

C

1 44 40 30 30 27

2 44 40 36 29 25

3 49 42 40 37 33

45,7±2,89 40,7±1,15 35,3±5,03 32,0±4,36 28,3±4,16

D

1 32 29 24 23 20

2 42 33 27 23 16

3 41 40 38 37 36

38,3±5,50 34,0±5,57 29,7±7,37 27,7±8,08 24,0±10,6

E

1 38 28 25 23 16

2 44 35 29 24 20

3 46 39 33 28 26

42,6±4,16 34,0±5,57 29,0±4,00 25,0±2,64 20,6±5,03

F

1 49 42 36 30 24

2 45 44 34 29 26

3 44 40 38 24 21

46,0±2,64 42,0±2,00 36,0±2,00 27,6±3,21 23,6±2,51

Keterangan:

Krim A : Dasar krim (blanko)

Krim B : Krim ekstrak kulit buah delima 2,5% Krim C : Krim ekstrak kulit buah delima 5% Krim D : Krim ekstrak kulit buah delima 7,5% Krim E : Krim ekstrak kulit buah delima 10% Krim F : Krim anti-aging produk pasaran Parameter hasil pengukuran:

0-19 : Sedikit

20-39 : Beberapa noda

(53)

4.4.5 Keriput (wrinkle)

Hasil pengukuran keriput (wrinkle) dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan

Tabel 4.9.

Gambar 4.5 Grafik hasil pengukurankeriput (Wrinkle) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

Pengukuran keriput punggung tangan sukarelawan dilakukan dengan

perangkat skin analyzer lensa perbesaran 10x dan mode pembacaan normal

dengan warna lampu sensor biru. Setelah perawatan selama 1 minggu hasil

pengukuran keriput yang didapat menjadi lebih kecil dibandingkan sebelum

perawatan. Pada sediaan krim yang mempunyai efek yang paling cepat dalam

mengurangi efek keriput yaitu pada sediaan krim ekstrak kulit buah delima

dengan konsentrasi 5%, 7,5% dan 10%, ketiga krim ini dapat mengurangi keriput

pada 3 minggu dibandingkan dengan kondisi awal masih dalam rentang

berkeriput. Pada sediaan krim anti-aging dipasaran mampu menurunkan skor

keriput lebih baik dibandingkan krim lain. Setelah 4 minggu data diperoleh

dilakukan uji statistik terdapat perbedaan yang signifikan (p≤0,05) kondisi keriput

(54)

pada kulit menjadi lebih sedikit dari kondisi awal sebelum perawatan yaitu pada 1

minggu hingga keempat.

Tabel 4.9 Hasil pengukuran keriput (Wrinkle) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

Krim Sukarelawan

41,7±4,62 41,7±4,62 41,7±4,62 41,7±4,62 41,7±4,62

B

1 34 34 28 23 20

2 40 40 39 39 39

3 41 40 40 29 29

38,3±3,78 38,0±3,46 35,7±6,65 30,3±8,08 29,3±9,50

C

1 40 39 28 24 18

2 39 29 22 19 19

3 27 27 25 19 18

35,3±7,23 31,7±6,42 25,0±3,00 20,7±2,89 18,3±0,56

D

1 28 23 17 16 16

2 31 26 23 22 17

3 27 24 23 20 18

28,6±2,08 24,3±1,52 21,0±3,46 19,3±3,05 17,0±1,00

E

1 29 19 19 14 14

2 46 29 29 18 14

3 26 24 18 16 16

33,7±10,8 24,0±5,00 22,0±6,09 16,0±2,00 14,6±1,15

F

1 44 39 27 23 16

2 28 24 23 22 11

3 26 24 22 11 5

32,6±9,86 29,0±8,67 24,0±2,65 18,7±6,65 10,7±5,50

Keterangan:

Krim A : Dasar krim (blanko)

Krim B : Krim ekstrak kulit buah delima 2,5% Krim C : Krim ekstrak kulit buah delima 5% Krim D : Krim ekstrak kulit buah delima 7,5% Krim E : Krim ekstrak kulit buah delima 10% Krim F : Krim anti-aging produk pasaran Parameter hasil pengukuran:

0-19 : Tidak berkeriput 20-39 : Berkeriput

(55)

4.4.6 Kedalaman keriput (Wrinkle’s Depth)

Pengukuran kedalaman keriput dengan menggunakan perangkat skin

analyzer lensa perbesaran 10x dan mode pembacaan normal dengan warna lampu

sensor biru. Hasil pengukuran kedalaman keriput dapat dilihat dalam Gambar 4.6

dan Tabel 4.10 masing-masing keriput memiliki kedalaman yang berbeda.

Pengukuran kedalaman keriput ini merupakan lanjutan dari pengukuran ada atau

tidak adanya keriput maka dapat diteruskan dengan mengukur beberapa

kedalaman keriput tersebut. Selama empat minggu data yang diperoleh dilakukan

uji statistik tidak dapat perbedaan yang signifikan (p≥0,05).

Pengujian Post Hoc Tukey LSD dilakukan untuk melihat kelompok

formula mana yang memiliki efek sama atau berbeda dan efek yang terkecil

sampai terbesar atara satu dengan yang lainnya. Pengujian ini dilakukan terhadap

semua perlakuan dari 1 minggu sampai 4 minggu. Hasil dapat dilihat pada

Lampiran 11.

Gambar 4.6 Grafik hasil pengukuran kedalaman keriput (Wrinkle‟s Depth) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

Gambar

Gambar sampel  .........................................................................
Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer
Tabel 3.1 Komposisi bahan dalam krim
Tabel 4.1 Data penentuan tipe emulsi sediaan krim menggunakan metil biru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji banding sediaan obat kumur ekstrak kulit kering buah delima dengan formula di pasaran menunjukkan bahwa sediaan obat kumur ekstrak kulit kering buah delima

EKSTRAK BUAH RIMBANG ( Solanum torvum Swartz.) SEBAGAI ANTI- AGING , sebagai usaha untuk mengetahui apakah sediaan krim anti - aging dari ekstak buah rimbang mampu

Untuk mengetahui efek dari ekstrak daun sukun yang diformulasikan dalam sediaan krim sebagai anti - aging sehingga dapat digunakan sebagai bahan alami dalam sediaan

EKSTRAK BUAH RIMBANG ( Solanum torvum Swartz.) SEBAGAI ANTI- AGING , sebagai usaha untuk mengetahui apakah sediaan krim anti - aging dari ekstak buah rimbang mampu

Kesimpulan: Ekstrak etanol buah pare dapat diformulasikan dalam sediaan gel sebagai anti-aging dan pemulihan kulit semakin membaik setelah empat minggu perawatan

Kesimpulan: Ekstrak etanol buah pare dapat diformulasikan dalam sediaan gel sebagai anti-aging dan pemulihan kulit semakin membaik setelah empat minggu perawatan

Untuk mengetahui efek dari ekstrak daun sukun yang diformulasikan dalam sediaan krim sebagai anti-aging sehingga dapat digunakan sebagai bahan alami dalam sediaan

Untuk mengetahui efek dari Minyak Hazelnut yang diformulasikan dalam sediaan krim sebagai anti-aging sehingga dapat digunakan sebagai bahan alami dalam sediaan kosmetik...