• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Impor Beras Dengan Harga Beras Dan Produksi Beras Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Impor Beras Dengan Harga Beras Dan Produksi Beras Sumatera Utara"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN IMPOR BERAS DENGAN HARGA BERAS DAN

PRODUKSI BERAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

MUHAMMAD AZHAR

070304055

SEP-AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

HUBUNGAN IMPOR BERAS DENGAN HARGA BERAS DAN

PRODUKSI BERAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

MUHAMMAD AZHAR

070304055

SEP-AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh:

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr. Ir Tavi Supriana MS)

NIP : 196411021989032001 NIP : 196703031998022001 ( Ir. Diana Chalil M.Si PhD)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

Muhammad Azhar ( 070304055/Agribisnis) Judul Skripsi Analisis Hubungan Impor Beras Dengan Harga Beras Dan Produksi Beras Sumatera Utara dosen pembimbing Dr. Ir Tavi Supriana MS dan Ir Diana Chalil M.Si PhD.

Kegiatan impor beras tidak pernah lepas dari campur tangan pemerintah. Kegiatan impor beras tidak hanya merupakan suatu masalah teknis saja, melainkan suatu sistem yang didalamnya terdapat banyak komponen yang saling berhubungan. Pemerintah mengatur kegiatan impor melalui perum BULOG yang tentunya berhubungan dengan harga beras di Sumatera Utara, Produksi Beras Sumatera Utara dan harga beras internasional. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk Untuk menganalisis hubungan luas lahan dan produksi beras Sumatera Utara, Untuk menganalisis hubungan impor beras dengan harga beras domestik, Untuk menganalisis hubungan harga beras domestik dengan harga beras internasional dan Untuk menganalisis hubungan impor beras ke Sumatera Utara dengan produksi beras di Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan di Sumatera Utara dan data yang digunakan merupakan data Sekunder berupa data impor beras, harga beras domestik, luas lahan dan produksi beras, serta data harga beras internasional yang dianalisis dengan alat bantu software program Statistical Package For Social Science.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan analisis korelasi maka diperoleh hasil antara lain : ada hubungan yang nyata antara luas lahan dengan produksi beras di Sumatera Utara dengan signifikansi 0,00 < 0,05, ada hubungan yang nyata antara impor beras dengan harga beras domestik dengan signifikansi 0,008 < 0,05, tidak ada hubungan antara harga beras domestik dengan harga beras internasional dengan signifikansi 0,301 > 0,05, dan ada hubungan impor beras denga produksi beras denga leg 2 bulan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,04 < 0,05.

Kata Kunci : Impor Beras, Produksi Beras dan Harga Beras Domestik.

(4)
(5)

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Azhar, lahir di kota Medan pada tanggal 22 Oktober 1989 anak dari

Bapak Syamsul Bachry dan Ibu A. Hutajulu. Penulis merupakan anak ketiga

dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

− Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar Negeri 178491 Pintupohan tamat tahun

2001.

− Tahun 2001 masuk Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri 4 Porsea tahun

2004.

− Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tg Morawa tamat

tahun 2007.

− Tahun 2007 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

− Mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) di desa Tanjung Mulia

kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batubara provinsi Sumatera Utara

tahun 2011.

Selama perkuliahan penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan Organisasi

yaitu :

- Anggota BKM Al-Muklisin fakultas pertanian Sumatera Utara 2007-2009

- Staf Humas Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) tahun

2009-2010.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari penelitian ini adalah “Analisis Hubungan Impor Beras

Dengan Harga Beras Dan Produsi Beras di Sumatera Utara”. Tujuan dari

penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh

gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Dengan kerendahan hati saya ucapkan segala hormat dan terimah kasih khusus

penulis ucapkan kepada kedua orang tua saya bapak Syamsul Bachry dan

Ibu A. Hutajulu yang selalu memberi kasih sayang, motivasi dan dukungan baik

secara materi maupun doa yang diberikan kepada penulis selama menjalani

kuliah. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

selaku Ketua Pembimbing dan Ir. Diana Chalil Msi. PhD selaku Anggota

Pembimbing yang telah meluangkan waktunya membimbing penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah MSi, selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU dan

Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis MEc, selaku Sekretaris Program Studi

Agribisnis FP USU yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam

hal kuliah dan administrasi kegiatan organisasi di kampus.

2. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Agribisnis FP USU yang

selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

(7)

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman saya di program

studi Agribisnis angkatan 2007, Reza, Rovil, Badar, Faisal, Evan, Acha, Herman,

Dendi, Leo, Arpan, Rizki, Holong, Nailul, juga teman-teman kelompok PKL

Kabupaten Batubara Mulyadi, Evi, Tari dan Hamidah, seluruh teman-teman di

Program Studi Agribisnis angkatan 2007 yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu

namanya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini, serta Utility 07 dan DWL Futsal Club yang telah mengajarkan penulis

arti sebuah kebersamaan dan tak lupa kepada para adinda Meiti, Maria, Zikrina,

Dian dan Ikram atas semangat yang diberikan serta semua pihak yang banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga apa yang

kita cita-citakan dapat terwujud dan semoga Allah SWT selalu memberikan yang

terbaik bagi kita semua.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2013

(8)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7

Tinjauan Pustaka ... 7

Landasan Teori ... 10

Teori Perdagangan Internasional ... 10

Teori Permintaan dan Penawaran ... 15

Penelitian Terdahulu... 18

Kerangka Pemikiran ... 19

Hipotesis Penelitian ... 21

III. METODE PENELITIAN ... 22

Metode Pengumpulan Data ... 22

Metode Analisis Data ... 22

Langkah –Langkah Analisis... 23

Mengubah Harga Nominal Menjadi Harga Rill ... 23

(9)

Definisi dan Batasan Operasional ... 25

IV. DESKRIPSI WILAYAH ... 27

Gambaran Umum Wilayah Provinsi Sumatera Utara ... 27

Iklim ... 28

Kondisi Penduduk Provinsi Sumatera Utara ... 29

Deskripsi Variabel Yang di Teliti ... 33

Perkembangan Luas areal dan Produksi Padi ... 33

Perkembngan Impor Beras Sumatera Utara ... 36

Harga Beras ... ... 38

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

Hubungan Luas Lahan Dengan Produksi Beras di Sumatera Utara ... 41

Hubungan Impor Beras Dengan Harga Beras Domestik ... 41

Hubungan Harga Beras Domestik Dengan Harga Beras Internasional ... 42

Hubungan Impor Beras Dengan Produksi Beras Sumatera Utara ... 42

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

6.1. Kesimpulan ... 43

6.2. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA

(10)

Daftar TABEL

No Judul Halaman

1. Produksi Beras Sumatera Utara Tahun 2002– 2011 ... 4

2. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

Sumatera Utara 2006 – 20010 ... 30

3. Rasio Jenis Kelamin Menurut Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010 ... 32

4 Perkembangan Harga Rata-Rata Tingkat Produsen Untuk

Beras Di Sumatera Utara (Rp/Ton) 1990-2010 ... 38

5 Hasil analisis korelasi variabel – variabel yang

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Efek Impor Tehadap Produksi, Konsumsi Dan Harga ... 12

2. Skema Kerangka Pemikiran ... 25

3. Perkembangan Luar Areal Padi di Sumatera Utara ... 34

4. Perkembangan Total Produksi Padi Di Sumatera Utara ... 35

5 Perkembangan Volume Impor Beras Sumatera Utara tahun 2007-2011 ... 37

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beras merupakan suatu komoditi strategis yang memiliki kedudukan yang

paling utama diantara komoditi- komoditi yang lainnya. Beras merupakan salah

satu makanan pokok yang di konsumsi masyarakat secara luas. Beras menjadi

salah satu bahan pangan penghasil karbohidrat yang paling besar disamping

jagung dan ubi dan berperan penting dalam mencukupi bahan pangan nasional.

Pangan menjadi kebutuhan dasar yang utama bagi manusia yang harus

dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan (beras) merupakan salah satu

hak asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun

dalam Deklarasi Roma (1996). Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU

No. 7/1996 tentang Pangan. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia,

pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu

bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan kebutuhannya dapat

menciptakan ketidakstabilan ekonomi. Berbagai gejolak sosial dan politik dapat

juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi kritis ini bahkan dapat

membahayakan stabilisasi nasional yang dapat meruntuhkan Pemerintah yang

sedang berkuasa (Anonimous a,2008).

Upaya untuk menjaga ketersediaan beras dalam negeri diwujudkan dalam

salah satu program ketahanan pangan (revitalisasi pertanian). Ketahanan pangan

pada tatanan nasional merupakan kemampuan suatu negara untuk menjamin

seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang

layak dan juga halal, yang didasarkan pada optimasi pemanfaatan dan berbasis

(13)

ABSTRAK

Muhammad Azhar ( 070304055/Agribisnis) Judul Skripsi Analisis Hubungan Impor Beras Dengan Harga Beras Dan Produksi Beras Sumatera Utara dosen pembimbing Dr. Ir Tavi Supriana MS dan Ir Diana Chalil M.Si PhD.

Kegiatan impor beras tidak pernah lepas dari campur tangan pemerintah. Kegiatan impor beras tidak hanya merupakan suatu masalah teknis saja, melainkan suatu sistem yang didalamnya terdapat banyak komponen yang saling berhubungan. Pemerintah mengatur kegiatan impor melalui perum BULOG yang tentunya berhubungan dengan harga beras di Sumatera Utara, Produksi Beras Sumatera Utara dan harga beras internasional. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk Untuk menganalisis hubungan luas lahan dan produksi beras Sumatera Utara, Untuk menganalisis hubungan impor beras dengan harga beras domestik, Untuk menganalisis hubungan harga beras domestik dengan harga beras internasional dan Untuk menganalisis hubungan impor beras ke Sumatera Utara dengan produksi beras di Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan di Sumatera Utara dan data yang digunakan merupakan data Sekunder berupa data impor beras, harga beras domestik, luas lahan dan produksi beras, serta data harga beras internasional yang dianalisis dengan alat bantu software program Statistical Package For Social Science.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan analisis korelasi maka diperoleh hasil antara lain : ada hubungan yang nyata antara luas lahan dengan produksi beras di Sumatera Utara dengan signifikansi 0,00 < 0,05, ada hubungan yang nyata antara impor beras dengan harga beras domestik dengan signifikansi 0,008 < 0,05, tidak ada hubungan antara harga beras domestik dengan harga beras internasional dengan signifikansi 0,301 > 0,05, dan ada hubungan impor beras denga produksi beras denga leg 2 bulan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,04 < 0,05.

Kata Kunci : Impor Beras, Produksi Beras dan Harga Beras Domestik.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beras merupakan suatu komoditi strategis yang memiliki kedudukan yang

paling utama diantara komoditi- komoditi yang lainnya. Beras merupakan salah

satu makanan pokok yang di konsumsi masyarakat secara luas. Beras menjadi

salah satu bahan pangan penghasil karbohidrat yang paling besar disamping

jagung dan ubi dan berperan penting dalam mencukupi bahan pangan nasional.

Pangan menjadi kebutuhan dasar yang utama bagi manusia yang harus

dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan (beras) merupakan salah satu

hak asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun

dalam Deklarasi Roma (1996). Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU

No. 7/1996 tentang Pangan. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia,

pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu

bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan kebutuhannya dapat

menciptakan ketidakstabilan ekonomi. Berbagai gejolak sosial dan politik dapat

juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi kritis ini bahkan dapat

membahayakan stabilisasi nasional yang dapat meruntuhkan Pemerintah yang

sedang berkuasa (Anonimous a,2008).

Upaya untuk menjaga ketersediaan beras dalam negeri diwujudkan dalam

salah satu program ketahanan pangan (revitalisasi pertanian). Ketahanan pangan

pada tatanan nasional merupakan kemampuan suatu negara untuk menjamin

seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang

layak dan juga halal, yang didasarkan pada optimasi pemanfaatan dan berbasis

(15)

ketahanan pangan adalah ketergantungan ketersediaan pangan nasional terhadap

impor.

Impor merupakan kegiatan ekonomi membeli produk luar negeri untuk

keperluan atau dipasarkan dalam negeri. Adanya unsur perbedaan atau

keterbatasan sumber daya yang dimiliki setiap negara, merupakan faktor utama

dari munculnya perdagangan internasional. Tujuan utama dari adanya kegiatan

perdagangan internasional adalah tercapainya efisiensi pengalokasian sumber

daya dunia dan kemakmuran serta kesejahteraan umat manusia. Sedangkan tujuan

dari suatu perdagangan luar negeri bagi penduduk suatu negara adalah

memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi dalam negeri, memperoleh

keuntungan dari adanya spesialisasi dan perdagangan, dan meningkatkan

pendapatan nasional bagi negara yang melakukan ekspor dan impor

(Murni, 2006).

Faktor- faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan

internasional adalah untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri,

memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara, adanya perbedaan

ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi, adanya

kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk

tersebut, adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja,

budaya dan jumlah penduduk yang menyebabkan perbedaan hasil produksi, dan

adanya keterbatasan produksi, adanya kesamaan selera terhadap suatu barang,

keinginan membuka kerja sama, hubungan poltik dan dukungan dari negara lain

dan terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negarapun di dunia dapat hidup

(16)

Harga merupakan salah satu pertimbangan bagi petani untuk memilih

komoditas apa yang bakal dipilih. Dalam situasi harga cenderung kurang

menguntungkan atau lebih rendah dibanding biaya produksi, sangat besar

kemungkinan untuk tidak memilih komoditas tersebut. Dalam konteks beras,

sejak beras menjadi komoditas utama dengan akses ke pasar global sedemikian

luasnya, perubahan sekecil apapun pada lingkungan eksternal akan berdampak

terhadap terbentuknya harga beras di pasar domestik (Sabil, 2004).

Untuk menjaga harga beras tetap terkendali produksi nasional harus tetap

seimbang dengan konsumsi nasional. Terjadinya peningkatan impor hanya akan

memicu kenaikan harga beras internasional, karena itu dalam jangka panjang

semakin besar ketergantungan terhadap impor semakin tidak terjamin pasokan

beras secara murah. Indonesia adalah net importer beras dalam pasar dunia,

sehingga pada intinya kebijakan impor beras hanya relevan untuk mengendalikan

harga dalam jangka pendek ( Sugema, 2006).

Di Indonesia peningkatan produksi beras tidak sepesat peningkatan jumlah

penduduk, dimana jumlah penduduk pada tahun 2003 mencapai 219,28 juta jiwa

dangan rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 1,27 % pertahun, sedangkan

kebutuhan beras penduduk adalah sebesar 29.383 juta ton, dengan tingkat

konsumsi beras perorang sebesar 134Kg / tahun . Jumlah kebutuhan beras

dibandingkan dengan rata-rata ketersedian beras selama lima tahun terakhir adalah

sebesar 25.989 juta ton, maka akan tejadi kekurangan beras sebesar 3.394 juta ton

beras. Ketidakseimbangan antara kebutuhan beras dengan ketersediaan beras dan

dengan tidak diimbangi peningkatan produksi beras mengakibatkan terjadinya

(17)

Tabel 1. Produksi Beras Sumatera Utara tahun 2002 - 2011

Tahun Januari- April

Mei-2002 1.415.349 802.678 935.278 3.153.305

2003 1.567.275 974.561 861.239 3.403.075 7,92 Sumber : BPS, diolah

Dari tabel diatas dapat dilihat perkembangan produksi beras dari tahun

2002 – 2011. Pada tahun 2006 produksi beras mengalami penurunan yang sangat

drastis yakni hingga mencapai 12,76%. Hal ini disebabkan karena menurunnya

luar areal penanaman padi dan produktifitas padi .Rata-rata produksi padi dalam

jangka waktu sepuluh tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 2,21%

setiap tahunnya. Peningkatan produksi beras disebabkan oleh peningkatan luas

lahan pertanian. Akan tetapi peningkatan produksi beras tidak sebesar

peningkatan jumlah penduduk setiap tahunya, sehingga produksi beras yang

meningkat masih tidak mencukupi untuk kebutuhan penduduk dalam jangka

waktu yang panjang.

Untuk memperkuat stok beras, Badan Urusan Logistik (Bulog) Sumatera

Utara terus mendatangkan beras impor. Memasuki bulan Februari 2011, pasokan

beras impor asal Vietnam ke

meningkat dan selama Januari 2011, Bulog Sumut telah memasok 62.275 ton.

(18)

Walaupun ketersedian beras untuk tahun 2010 yakni 2.523.415 ton hingga

Desember masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yaitu

1.807.509 ton, dimana masih ada surplus sekitar 715.907 ton (Anomimousb,2011).

Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang teelah diuraikan maka identifikasi masalah yang akan

diteliti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan luas lahan dengan produksi beras Sumatera Utara ?

2. Bagaimana hubungan impor beras dengan harga beras domestik ?

3. Bagaimana hubungan harga beras domestik dengan harga internasional ?

4. Bagaimana hubungan impor beras ke Sumatera Utara dengan produksi

(19)

Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk menganalisis hubungan luas lahan dan produksi beras Sumatera

Utara.

2. Untuk menganalisis hubungan impor beras dengan harga beras domestik.

3. Untuk menganalisis hubungan harga beras domestik dengan harga beras

internasional.

4. Untuk menganalisis hubungan impor beras ke Sumatera Utara dengan

produksi beras di Sumatera Utara.

Kegunaan penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan dan kajian bagi pemerintah dalam

peningkatan produksi beras di Sumatera Utara.

2. Sebagai acuan bagi staff BULOG dalam mengatur harga beras dan

pengambilan keputusan dalam melakukan kegiatan impor beras di

Sumatera Utara.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Tinjauan Pustaka

Harga suatu barang ekspor dan impor merupakan variabel penting dalam

merncanakan suatu perdagangan internasional. Harga barang ekspor berhadapan

dengan persaingan, berapa besarnya harga barang diluar negeri. Harga ditentukan

dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

Perbedaan relatif harga-harga atas berbagai komoditi antara dua negara

pada dasarnya mencerminkan keunggulan komparatif bagi masing-masing yang

menjadi pijakan setiap negara dalam melangsungkan hubungan dagang yang

saling menguntungkan. Negara yang harga relatifnya atas suatu komoditi lebih

rendah bisa diakatakan memiliki keunggulan komparatif (Salvatore, 1997)

Sisi permintaan daari setiap pasar ditentukan oleh selera dan pendapatan

para konsumen. Kendala selera dan pendapatan ini menentukan bagaimana

kuantitas barang yang diminta akan bereaksi terhadap perubahan harga

(Kindleberger, 1995)

Pada prinsipnya, impor suatu produk terjadi karena tiga alasan. Pertama,

produksi dalam negeri terbatas, sedangkan permintaan domestik tinggi (kelebihan

permintaan di pasar domestik). Jadi impor hanya sebagai pelengkap. Keterbatasan

produksi dalam negeri tersebut bisa karena dua hal, yakni (a) kapasitas produksi

memang terbatas (titik optimum dalam skala ekonomis sudah tercapai), misalnya

(21)

kecil atau (b) pemakaian kapasitas terpasang masih dibawah 100% karena

berbagai penyebab, bisa karena keterbatasan dana atau kurangnya tenaga kerja.

Kedua, impor lebih murah dibandingkan dengan harga dari produk sendiri, yang

dikarenakan berbagai faktor, seperti ekonomi biaya tinggi atau tingkat efisiensi

yang rendah dalam produksi dalam negeri, atau kualitas produk impor lebih baik

dengan harga yang relatif sama. Ketiga, dilihat dari sisi neraca perdagangan (atau

neraca pembayaran), impor lebih menguntungkan karena produksi dalam negeri

bisa untuk ekspor dengan asumís harga ekspor di pasar luar negri lebih tinggi

daripada harga impor yang harus dibayar (anonimousc,2011).

Realisasi impor juga ditentukan oleh kemampuan masyarakat suatu negara

untuk membeli barang-barang buatan luar negeri, yang berarti besarnya impor

tergantung dari tingkat pendapatan nasional negara tesebut. Makin tinggi tingkat

pendapatan, serta makin rendah kemampuan negara dalam menghasilkan

barang-barang tersebut, maka impor makin tinggi dan makin banyak terdapat

“kebocoran” dalam pendapat nasional (Deliarnov, 2005).

Nilai tukar Rupiah atau disebut juga kurs Rupiah adalah perbandingan

nilai atau harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan

antarnegara di mana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri

mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata

uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs (Salvatore, 1997).

Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang

akan mengakibatkan perubahan ke atas ekspor maupun impor. Jika kurs

(22)

nilai mata uang asing bertambah tinggi kursnya (harganya) akan menyebabkan

ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi kurs valuta asing

mempunyai hubungan yang searahdengan volume ekspor. Apabila nilai kurs

dollar meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat (Sukirno, 2002).

Kenaikan harga-harga menyebabkan barang-barang yang diproduksikan di

negara itu tidak dapat bersaing dengan barang yang sama di pasaran luar negeri.

Oleh sebab itu ekspor negara tersebut akan turun dan tidak berkembang.

Sebaliknya kenaikan harga-harga dalam negeri menyebabkan barang-barang dari

negara lain menjadi relatif lebih murah dan ini akan mempercepat pertambahan

impor. Inflasi berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor, maka selanjutnya inflasi

akan menyebabkan impor menjadi lebih besar dari ekspor. Apabila cadangan

devisa negara itu cukup besar, kelebihan impor ini dapat dibayar dari cadangan

itu. Tetapi apabilaTindakan ini akan menimbulkan kenaikan harga-harga lebih

lanjut. Jadi inflasi berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor dan berpengaruh

positif terhadap nilai impor.

Tingkat inflasi yang terjadi di dalam suatu negara akan sangat

mempengaruhi impor negara tersebut. Apabila barang-barang dari luar negeri

mutunya lebih baik, dan harganya lebih murah daripada barang-barang yang sama

dihasilkan di dalam negeri, maka akan terdapat kecenderungan bahwa negara

(23)

Penelitian Terdahulu

Azziz (2006) yang melakukan penelitian tentang “ Analisis Impor Beras

Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Beras Dalam Negeri. Penelitian tersebut

bertujuan menganalisis pengaruh impor terhadap harga beras dalam negeri dan

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga beras dalam negeri. Azziz

mengemukakan bahwa impor beras secara nyata mempengaruhi harga beras

dalam negeri dengan tingkat kepercayaan 85 dan berpengaruh negatif; dimana

ketika impor beras meningkat maka harga beras dalam negeri akan menurun.

Impor beras juga secara signifikan dipengaruhi oleh produksi beras dengan taraf

nyata 15%. Dan menunjukkan hubungan yang negatif.

Marisa S (2004), berjudul “Analisis Pengaruh Impor Beras Terhadap Pasar

Beras Domestik Di Indonesia Periode 1991-2001” Dengan mengunakan sampel

10 tahun (1991-2001) variabel yang digunakan adalah tingkat harga dan volume

impor beras dengan mengunakan model regresi linear sederhana, maka impor

beras mempunyai pengaruh yang positif terhadap harga beras artinya setiap ada

penambahan volume impor maka akan menaikkan harga beras,dimana dengan

menggunakan uji t-tabel variabel impor beras signifikan mempengaruhi harga

beras dengan tingkat kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa tarif atau bea

masuk impor dikenakan terhadap beras impor cukup efektif. Dengan asumsi tidak

ada beras ilegal atau tidak ada beras impor masuk tanpa dikenakan bea masuk

(24)

Landasan Teori

Teori Perdagangan Internasional

Dalam perekonomian terbuka, terdapat terdapat dua tingkat harga umum

yaitu harga umum yang berlaku didalam negeri dan tingkat harga yang berlaku

diluar negeri. Pengaruh dari adanya harga luar negeri ini terhadap proses ekonomi

makro khususnya terletak pada timbulnya kemungkinan bagi pelaku-pelaku

ekonomi untuk memilih apakah mereka akan membeli atau menjual dipasar luar

negeri atau pasar dalam negeri. Keputusan semacam ini jelas mempunyai

pengaruh yang penting terhadap posisi keseimbangan pasar barang dalam negeri

dan pasar uang dalam negeri. Secara umum bisa dikatakan bahwa bila harga

dipasar dalam negeri meningkat lebih cepat daripada harga diluar negeri, maka

pembeli dalam negeri akan cenderung untuk membeli dari pasar luar negeri ( jadi

impor cenderumg meningkat) sedangkan para penjual dalam negeri akan

cenderung untuk menjual barangnya dipasar dalam negeri yang menyebabkan

ekspor ke luar negeri berkurang ( Boediono, 2001).

Perdagangan internasional merupkan hubungan pertukaran komoditas antar

negara. Teori Heckser-Ohlin terjadi perdagangan internasional dikarena adanya

perbedaan kepemilikan faktor–faktor produksi dalam tiap negara. Mengenai

perdagangan internasional dirumuskan berdasar konsep keunggulan Komparatif yang

bersumber dari perbedaan dalam kepemilikan faktor produksi. Dalam terori ini bahwa

negara dicirikan oleh bawaan faktor yang berbeda sedang Fungsi produksi disemua

negara sama. Dengan mengunakan asumsi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa

dengan fungsi produksi yang sama dan bawaan faktor yang berbeda antar negara.

Suatu negara cenderung untuk mengekspor komoditas yang relatif intensif dalam

(25)

P3

negara tersebut akan mengimpor komoditas yang produktifnya memerlukan

umberdaya yang relatif langka dan mahal (Salvatore, 1997).

Mekanisme perdagangan internasional dapat dilihat pada Gambar 1.

Negara Eksportir Pasar Internasional Negara Importir

O O O

Gambar 1. Efek Impor tehadap Produksi, Konsumsi dan Harga

Pada Gambar 2 diatas memperlihatkan adanya dampak perdagangan internasional

terhadap produksi, konsumsi dan harga barang X. Apabila perdagangan tidak

dibuka, pasar barang X dinegara eksportir dan importir akan berlangsung pada

tingkat harga yang berbeda. Pada negara importir harga barang X akan berada di

titik A* pada tingkat harga P3.Sedangkan pada negara eksportir tanpa adanya

perdagangan harga barang X akan lebih rendah yaitu dititik A pada tingkat harga

P1. Dengan dibukanya perdagangan antara negara ekportir dan importir pada

pasar internasional pada tingkat harga P2, maka suatu negara akan

menyeimbangkan permintaan dan penawaran didalam negaranya masing-masing.

Hal ini akan membuka kesempatan bagi penjual dinegara ekportir dan pembeli

dinegara importir. Negara importir akan memutuskan untuk membeli barang X

(26)

sebesar B*E*. Sedangkan negara eksportir akan menyadari bahwa mereka tidak

perlu menetapkan harga yang lebih rendah (P1) apabila mereka dapat menjual

barangnya dipasar internasional dengan harga yang lebih tinggi (P2) sebesar BE.

Setelah hubungan perdagangan berlangsung di antara kedua negara tersebut,

hanya ada satu nisbah (rasio) harga dimana permintaan dunia dan penawaran

dunia berada dalam keseimbangan. Kelebihan permintaan dari penawaran

dinegara importir sebanding dengan kelebihan penawaran diatas permintaan

negara ekportir hanya pada satu tingkat harga yaitu P2 ( Kindleberger, 1995).

Adanya unsur keterbatasan atau perbedaan ketersediaan sumber daya yang

dimiliki setiap negara, merupakan faktor utama dari munculnya spesialisasi.

prinsip ini merupakan dasar berkembangnya ekonomi perdagangan dan keuangan

internasional. Kondisi tersebut menggiring setiap negara melakukan ekspor dan

impor. Ekspor adalah suatu kegiatan ekonomi menjual produk dalam negeri ke

pasar luar negeri. Impor adalah suatu kegiatan membeli produk luar negeri untuk

keperluan atau dipasarkan dalam negeri. Ekspor dan impor sangat penting untuk

membentuk dan mengendalikan neraca perdagangan disuatu negara. Impor harus

dibiayai dengan nilai yang sama dari ekspor untuk mempertahankan ekuilibrium

neraca perdagangan. Oleh karena itu negara harus melakukan ekpor untuk

membiayai impor yang dibayarkan dengan mata uang asing (Murni, 2006).

Dalam ekonomi terbuka terdapat kegiatan ekspor dan impor. Secara fisik,

ekspor diartikan sebagai pengiriman dan penjualan barang-barang yang

diproduksi didalam negeri dan diluar negeri. Pengiriman ini akan menimbulkan

aliran pendapatan yang masuk kesektor perusahaan. Dengan demikian permintaan

(27)

meningkatkan pendapatan nasional. Sebaliknya impor adalah kegiatan membeli

barang dari luar negeri dan akan menimbulkan aliran pembayaran keluar negeri.

Aliran keluar negeri akan menurunkan pendapatan nasional. Hal ini menunjukkan

bahwa pengaruh ekspor dan impor terhadap keseimbangan pendapatan nasional

tergantung kepada besarnya ekspor dikurangi impor.

Fungsi impor sangat dipengaruhi oleh oleh besarnya pendapatan nasional.

Semakin tinggi pendapatan nasional maka semakin tinggi pula impor. Besarnya

impor suatu negara selain dipengaruhi pendapatan nasional, juga dipengaruhi oleh

faktor lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya impor

diantaranya :

1.Kecenderungan mengimpor

Kecenderungan mengimpor dipengaruhi oleh preferensi masyarakat akan

barang-barang impor.

2.Pengaruh inflasi dalam negeri

Pada tingkat pendapatan nasional tetap, nilai impor akan meningkat jika

terjadi inflaasi didalam negeri. Inflasi menyebabkan barang produksi dalam

negeri menjadi lebih mahal relatif dibandingkan dengan barang luar negeri.

3. Kemampuan suatu negara menghasilkan barang yang lebih baik

Fungsi impor juga mengalami perubahan jika terjadi perubahan teknologi

produksi maupun perubahan kemampuan menghasilkan barang dan jasa

yang lebih baik.

( Supriana T, 2008)

Menurut Gilarso (1992) Besarnya kecilnya impor terutama dipengaruhi

(28)

pendapatan nasional dan produksi mengalami kemajuan, maka impor pasti akan

naik pula, baik barang-barang konsumsi maupun barang-barang produksi dan

bahan-bahan baku.

Perdagangan luar negeri timbul karena pada hakikatnya tidak ada suatu

negara di dunia ini yang dapat menghasilkan semua barang dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan seluruh penduduknya. Walaupun ada yang dapat

menghasilkan berbagai kebutuhan penduduknya, akan tetapi tidak akan dapat

mencukupi. Sehingga dalam banyak hal kegiatan mengimpor barang-barang lebih

murah daripada menghasilkanya sendiri didalam negeri. Hal ini yang

menyebabkan impor suatu barang dilakukan oleh suatu negara (Deliarnov, 2005).

Kegiatan ekspor-impor yang dilakukan suatu negara dengan negara lain

dalam perdagangan internasional akan memberikan manfaat bagi suatu negara.

kelangsungan ekspor dilatarbelakangi oleh excess supply oleh satu pihak dan

excess demand dipihak lain. Konsep excess supply terjadi disebabkan

kecenderungan tingkat harga suatu barang mengalami kenaikan diatas harga

keseimbangan yang berlaku dipasar, baik pasar domestik maupun internasional .

Sedangkan excess demand justru sebaliknya yaitu kecenderungan tingkat harga

dibawah harga keseimbangan. Besarnya ekspor suatu negara bergantung terhadap

permintaan impor negara lain sehingga mencapai keseimbangan perdagangan

internasional yang disebut balanced of international trade. (Nasution, 2008 ).

Untuk melindungi produsen lokal dari persaingan internasional ada dua

bentuk utama kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah yaitu kebijakan

hambatan tarif dan hambatan non taarif. Kebijakan tarif dirancang untuk

(29)

merupakan alat yang dirancang untuk mengurangi arus dari barang impor

(Lipsey, et al,1990). Hanya hambatan tarif yang dapat diterapkan untuk produsen

lokal, non tarif tidak diperkenankan lagi oleh WTO. Tarif juga dapat diterapkan

dalam dua bentuk yaitu tarif spesifik yang dikenakan dengan jumlah uang tertentu

untuk tiap satuan unit produk dan tarif ad valorem yang dikenakan sebagai

persentase tertentu dari harga produk.

Kuota impor yaitu suatu pembatasan terhadap jumlah impor yang di

izinkan oleh suatu negara stiap tahunya. Kuota impor dilakukan dengan cara

memberikan lisensi impor yang sah dan terbatas serta melarang impor tanpa

lisensi. Sepanjang jumlah impor yang diizinkan lebih sedikit dibandingkan dengan

jumlah yang ingin diimpor apabila tanpa kuota, maka izin impor tersebut bukan

hanya mempunyai efek mengurangi jumlah yang dimpor tapi juga menaikkan

harga barang-barang didaalam negeri diatas harga dunia pada tingkat mana para

pemegang lisensi membeli barang luar negeri (Kindleberger. 1995)

Teori Permintaan Dan Penawaran

Permintaan

Permintaan merupakan jumlah barang dan jasa yang bersedia dibeli pada

tingkat harga tertentu untuk memperoleh barang dan jasa yang dimintanya.

Permintaan pasar atau permintaan atas suatu komoditi menunjukkan jumlah dari

komoditi yang diminta per periode waktu pada berbagai harga alternatif oleh

(30)

Faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan yaitu :

- Harga Barang dan Jasa itu sendiri

Keadaan harga suatu barang mempengaruhi jumlah permintaan

terhadap barang tersebut. Bila harga naik maka permintaan akan barang

tersebut akan turun dan sebaliknya.

- Harga barang lain

Terjadinya perubahan harga pada suatu barang akan berpengaruh

padapermintaan barang lain. Keadaan ini bisa terjadi bila kedua barang

tersebut mempunyai hubungan, apakah saling menggantikan (substitusi)

atau saling melengkapi (komplemen)

- Selera

Selera merupakan variabel yang mempengaruhi besar-kecilnya

permintaan. Selera dan pilihan konsumen terhadap suatu barang bukan

saja dipengaruhi oleh struktur umur konsumen, tetapi juga karena faktor

adat dan kebiasaan setempat, tingkat pendidikan, atau lainnya.

- Jumlah penduduk

Semakin banyak jumlah penduduk makin besar pula barang yang

dikonsumsi dan semakin besar/naik juga jumlah permintaan akan barang

tersebut.

- Tingkat pendapatan

Perubahan tingkat pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang

yang dikonsumsi. Secara teoritis, peningkatan pendapatan akan

meningkatkan konsumsi.

(31)

Penawaran

Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada

suatu pasar tertentu, pada periode waktu tertentu dan pada tingkat harga tertentu.

Sebagaimana juga halnya dengan permintaan, maka teori tentang penawaran juga

dikenal apa yang dinamakan jumlah barang yang ditawarkan dan penawaran.

Lebih khusus yang dimaksud dengan peawaran yaitu gabungan seluruh jumlah

barang yang ditawarkan oleh penjual pada pasar tertentu, periode tertentu dan

pada berbagai macam tingkat harga tertentu ( Putong, I. 2005)

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produsen menawarkan

produknya pada suatu pasar tertentu diantaranya adalah :

1. Harga barang itu sendiri

2. Harga barang-barang lain/ harga bahan baku

3. Kebijakan pemerintah

4. Anggaran/ dana/ budget

5. Daya konsumsi masyarakat

6. Ongkos dan biaya produksi

7. Tujuan produksi dari perusahaan

8. Teknologi yang digunakan.

Apabila faktor yang mempengaruhi tingkat penawaran diatas dianggap

tetap selain harga barang itu sesndiri (harga barang subtitusi, ongkos dan biaya

produksi, tujuan perusahaan dan lainnya dianggap tidak berubah) maka

penawaran hanya ditentukan oleh harga, artinya besar kecilnya perubahan

penawaran dideterminasi / ditentukan oleh besar kecilnya perubahan harga

(32)

Keseimbangan Tingkat Harga , Kelebihan Permintaan dan Penawaran

Dalam teori permintaan dan penawaran secara singkat jika terjadi

kelebihan penawaran jika dibandingkan dengan jumlah permintaan maka tingkat

harganya akan mengalami penurunan. Sebaliknya jika terjadi kelebihan

permintaan dibandingkan dengan jumlah penawarannya maka tingkat harga akan

naik.

Tingkat harga ekuilibrium/ keseimbangan adalah tingkat harga yang

seimbang dimana jumlah barang yang diminta sama dengan jumlah barang yang

ditawarkan. Jika terjadi kelebihan jumlah permintaan atau kelebihan jumlah

penawaran dipasar, maka pasar itu mengalami kondisi disekuilibrium, dan harga

pasar akan terus berubah ( Sanusi, B. 2003).

Kerangka Pemikiran

Beras merupakan makanan pokok bagi masyarakat indonesia. Beras

menjadi salah satu kebutuhan yang sangat penting yang harus dipenuhi oleh setiap

manusia untuk kelangsungan hidupnya.

Kegiatan impor yang dilakukan oleh pemerintah berhubungan dengan

tingkat produksi beras di Sumatera Utara, impor dilakukan pemerintah Sumatera

Utara karena tingkat produksi beras yang mengalami penurunan akibat terjadinya

penurunan luas areal penanaman padi di Sumatera utara yang disebabkan oleh

pembangunan pabrik dan perumahan serta alih fungsi lahan sawah menjadi lahan

perkebunan yang dianggap lebih menguntungkan. Terjadinya penurunan tingkat

produksi menyebabkan berkurangnya persediaan beras di Sumatera Utara

(33)

masyarakat di Sumatera Utara akibat pertambahan jumlah penduduk dan

peningkatan konsumsi perkapita akibat peningkatan pendapatan. Oleh karena itu

kebutuhan akan beras harus menjadi prioritas utama yang harus diperhatikan oleh

pemerintah

Kegiatan Impor beras yang dilakukan pemerintah selain berhubungan

dengan produksi beras juga berhubungan dengan harga beras domestik Sumatera

Utara, dimana pemerintah melakukan impor karena harga beras domestik

Sumatera Utara yang terlalu tinggi, dan impor dianggap lebih menguntungkan

karena harga beras internasional jauh lebih murah dibandingkan dengan harga

beras yang berlaku dipasar domestik, selain itu impor beras dilakukan untuk

menjaga stok/ persediaan beras untuk mencukupi kebutuhan masyarakat dalam

jangka waktu yang panjang.

Untuk mengetahui hubungan impor beras terhadap harga beras domestik maka

digunakan salah satu pendekatan ekonometrika. Salah satu pendekatan yang

(34)

Impor Beras

Produksi Dalam Negeri

Harga Beras internasional Harga beras

domestik

Luas Lahan Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan:

: Berhubungan

Hipotesis penelitian

Berdasarkan uraian pada landasan teori dan kerangka pemikiran, maka

hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan Luas Lahan dengan Produksi beras di Sumatera Utara.

2. Ada hubungan Impor Beras dengan harga beras domestik

3. Ada hubungan Harga beras internasional dengan harga beras domestik.

(35)

METODE PENELITIAN

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder

yang dikumpulkan peneliti dari Departemen pertanian, Badan Pusat Statistk,

Badan Urusan Logistik(Bulog) dan berbagai terbitan baik melalui media cetak

maupun elektronik (internet). Data yang diperlukan meliputi data tingkat produksi

beras , stok/ persedian beras , impor beras ,harga beras domestik dan harga beras

internasional.

Metode Analisis Data

Identifikai masalah (1) Bagaimana hubungan luas lahan dengan Produksi

beras di Sumatera Utara ?, (2) Bagaimana hubungan impor beras dengan harga

beras di sumatera utara ?, (3) bagaimana hubungan harga beras domestik dengan

harga beras internasional ? dan (4) bagaimana hubungan impor beras dengan

produksi beras di sumatera utara ? salah satu pendekatan yang digunakan untuk

menganalisis masalah tersebut adalah dengan menggunakan analisis korelasi yaitu

:

����� =

∑ ����

�∑ �2 �� �2

i =1,2,3

(36)

Dimana :

X1 = Impor Beras ( Ton )

X2 = Harga Beras Internasional ( U$ dollar / Ton )

X3 = Luas Lahan (Ha)

Y1 = Harga Beras Domestik ( Rp / Ton )

Y2 = Produksi Beras ( Ton )

rX1Y1 = Korelasi Impor Beras dengan Harga Beras Domestik

rX3Y2 = Korelasi Luas Lahan dengan Produksi Beras di Sumatera Utara

rX1Y2 = Korelasi Impor Beras Dengan Produksi Beras

rX1t-1Y2 = korelasi impor beras dengan produksi beras dengan leg 1 bulan

rX1t-2Y2 = korelasi impor beras dengan produksi beras dengan leg 2 bulan

rx2y1 = Korelasi Harga Beras Internasional Dengan Harga Beras

Domestik

Langkah - Langkah Analisis

Untuk mendapatkan hasil yang optimal didalam penelitian ini maka

digunakan langkah-langkah sebagai berikut :

Mengubah Harga Nominal Kedalam Harga Riil

Data yang digunakan adalah data harga beras domestik dan harga beras

tersebut diubah kedalam harga rill. Untuk mendapatkan harga Rill digunakan

rumus sebagai berikut :

��������� = ������������� 100

��� (�������������������

(37)

Harga rill adalah harga satu barang dilihat dari satu waktu yang konstan.

Untuk mendapatkan harga rill yaitu dengan mengeluarkan faktor inflasi dengan

menggunakan data indeks harga konsumen.

IHK (Indeks Harga Konsumen) adalah nomor indeks yang mengukur

harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga

(household). IHK sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi suatu negara

dan juga sebagai pertimbangan untuk penyesuaian gaji, upah, uang pensiun dan

kontrak lainnya.

Uji t-Statistik

Kemudian diuji dengan uji t, dengan rumus sebagai berikut :

� =��� �−2

1−��2

Keterangan :

rs = koefisien korelasi spearman

n = jumlah sampel

Dengan kriteria uji: jika th > ttabel maka H0 ditolak : H1 diterima

jika th < ttabel maka H0 diterima : H1 ditolak

Kesimpulan statistik ;

Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak, artinya ada hubungan yang nyata antara kedua

variabel X dan variabel Y,

Jika thitung < ttabel maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang nyata antara

(38)

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan istilah-istilah yang terdapat

dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Beras adalah ba

atau hasil olahan dari produk pertanian tanaman padi (Oryza sativa, L).

2. Operasi pasar adalah kebijakan pemerintah untuk mepertahankan stabilitas

harga komoditas beras yang berlaku dipasar.

3. Impor merupakan kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain (beras)

untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

4. Kebijakan impor adalah kebijakan untuk melakukan pembelian produk

( beras ) dari negara lain yang diterapkan pemerintah untuk mengatur

ketersediaan beras dalam negeri.

5. Ketersediaan beras adalah jumlah stok atau cadangan beras yang dimiliki oleh

perusahaan BULOG Sumatera Utara .

6. BULOG adalah badan usaha yang dimiliki pemerintah yang memiliki

wewenang untuk melakukan kegiatan impor beras dan menjaga stabilitas

harga yang berlaku dipasar serta menjaga pasokan ( cadangan ) beras di

Sumatera Utara

7. Harga domestik Sumatera Utara adalah harga suatu produk (beras) yang

berlaku didalam negeri (Sumatera Utara) yang telah ditetapkan oleh

pemerintah.

8. Harga beras internasional adalah harga beras yang berlaku di pasar luar negeri

(39)

9. Nilai tukar rupiah adalah satuan nilai mata uang rupiah yang dikonversikan

kedalam nilai satuan dollar amerika.

10. Konsumsi adalah kegiatan menggunakan atau memakai produk yang telah

dihasilkan dari suatu kegiatan produksi.

Batasan Operasional

1. Waktu penelitian adalah tahun 2011

(40)

DESKRIPSI WILAYAH

Gambaran Umum Wilayah Provinsi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada

garis 1º - 4º Lintang Utara dan 98º - 100º Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan

dengan Provinsi Aceh, sebelah Timur dengan negara Malaysia di Selat Malaka,

sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat dan di

sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2 , sebagian

besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias,

pulau-pulau batu serta beberapa pulau kecil di bagian barat maupun di bagian

timur pantai pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di

Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah kabupaten Mandailing Natal dengan

luas 6.620,70 km2 atau sekitar 9,24 persen dari total luas Sumatera Utara, diikuti

kabupaten Langkat dengan luas 6.263,29 km2 atau 8,74 persen, kemudian

kabupaten Simalungun dengan luas 4.386,60 km2 atau sekitar 6,09 persen.

Sedangkan luas daerah terkecil adalah kota Sibolga dengan luas 10,77 km2 atau

sekitar 0,02 persen dari total lus wilayah Sumatera Utara.

Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi ke

dalam 3 kelompok wilayah/kawasan yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi, dan

Pantai Timur. Kawasan Pantai Barat meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten Nias

Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli

(41)

Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padang Sidempuan, Kota Sibolga

dan Kota Gunung Sitoli.

Kawasan dataran tinggi meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten

Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo,

Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Pakpak Barat, Kabupaten Samosir

dan Kota Pematang Siantar.

Kawasan Pantai Timur meliputi Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten

Labuhan Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Asahan,

Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten

Serdang Bedagai, Kota Tanjung Balai, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan

Kota Binjai.

Iklim

Karena dekat dengan garis khatulistiwa, Provinsi Sumatera Utara

tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan

Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya

beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 34,2 º

C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, ebriklim sedang dan

sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai

20º C.

Sebagimana provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara

mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya

terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya

terjadi pada bulan September sampai dengan bulan Maret, di antara kedua musim

(42)

Kondisi Penduduk Provinsi Sumatera Utara

Penduduk Sumatera Utara tahun 2010 berdasarkan hasil Sensus Penduduk

2010 berjumlah 12,98 juta jiwa, atau 5,46 persen dari jumlah penduduk Indonesia

yang sebesar 237,64 juta jiwa dan merupakan urutan terbesar keempat secara

nasional. Sedangkan tahun 2011 penduduk Sumatera Utara mencapai 13,10 juta

jiwa, ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk bertambah sebesar 120 ribu jiwa

dengan pertumbuhan penduduk sebesar 0,92 persen.

Indeks pembangunan Manusia (IPM) terus menunjukkan peningkatan dari

68,6 pada tahun 2002 menjadi 74,19 pada tahun 2010, lebih tinggi dibandingkan

angka IPM nasional mencapai 72,27 atau berada pada peringkat kedelapan secara

nasional. Tingkat kemiskinan berhasil ditekan dari 15,89 persen pada tahun 2003

menjadi 10,83 persen pada tahun 2011. Tingkat kemiskinan Sumatera Utara

(43)

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006 – 2010 (Jiwa)

Kabupaten/Kota 2006 2007 2008 2009 2010

01. N i a s 442.019 442.548 443.492 444.502 131.377

02. Mandailing Natal 413.750 417.590 423.712 429.889 404. 945 03. Tapanuli Selatan 629.212 637.312 263.812 265.855 263.815 04. Tapanuli Tengah 297.843 305.922 314.632 323.563 311.232 05. Tapanuli Utara 256.444 263.750 267.595 271.474 279.257 06. Toba Samosir 169.116 169.299 171.833 174.453 173.129 07. Labuhan Batu 987.157 1.007.185 1.027.964 417.584 415.110 08. A s a h a n 1.038.554 676.605 688.529 700.606 668.272 09. Simalungun 841.198 846.329 853.112 859.879 817.720 10. D a i r i 267.629 268.780 271.983 273.851 270.053 11. K a r o 342.555 351.368 360.880 370.619 350.960 12. Deli Serdang 1.634.115 1.686.366 1.738.431 1.788.351 1.790.431 13. L a n g k a t 1.013.849 1.027.414 1.042.523 1.057.768 967.535 14. Nias Selatan 271.026 271.944 272.848 273.733 289.708 15. Humbang Hasundutan 152.757 153.837 155.290 158.070 171.650 16. Pakpak Bharat 34.822 38.726 41.062 42.814 40.505

17. Samosir 130.662 131.205 131.549 132.023 119.653

18. Serdang Bedagai 605.630 618.656 630.728 642.983 594.383

19. Batu Bara X 373.836 382.474 389.510 375.885 27. Tanjungbalai 156.475 159.932 163.679 167.500 154.445 28. Pematangsiantar 235.372 236.607 238.773 240.939 234.698 29. Tebing Tinggi 137.959 139.409 141.059 142.717 145.248 30. M e d a n 2.067.288 2.083.156 2.102.105 2.121.053 2.097.610 31. B i n j a i 244.256 248.256 252.652 257.105 246.154 32. Padangsidimpuan 181.865 185.132 188.499 191.912 191.531

33. Gunung Sitoli X X x x 126.202

Jumlah/Total 12.643.494 12.834.371 13.042.317 13.248.386 12.982.204 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2011

Dari Tabel 4. di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Provinsi

Sumatera Utara pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 1,5 persen, pada

tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 1,6 persen, pada tahun 2009

(44)

penurunan sebesar 2 persen. Ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk Provinsi

Sumatera Utara mengalami fluktuasi.

Dari Tabel 4. dapat dilihat ada daerah yang jumlah penduduknya yang

semakin berkurang yaitu Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Asahan.

Penurunan jumlah penduduk yang paling tinggi di Kabupaten Labuhan Batu

adalah pada tahun 2009 yaitu menjadi 417.584 jiwa ini berkurang 59,37 persen

dari tahun 2008. Penurunan jumalah penduduk yang paling tinggi Kabupaten

Asahan adalah pada tahun 2007 yaitu menjadi 676.605 jiwa ini berkurang 34,85

persen dari tahun 2006.

Dari seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan

merupakan kota dengan jumlah penduduk terbesar kemudian diikuti oleh

Kabupaten Deli Serdang dan dari Tabel juga dapat dilihat bahwa Kabupaten Deli

Serdang dan Kota Medan dari tahun 2006 – 2010 selalu mengalami peningkatan

jumlah penduduk. Sedangkan daerah yang memiliki jumlah penduduk yang

paling sedikit adalah kabupaten Pakpak Bharat, pada tahun 2010 jumlah

(45)

Tabel 3. Rasio Jenis Kelamin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010

Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

Rasio jenis kelamin adalah perbandingan jumlah laki-laki dibagi dengan

jumlah perempuan dikali 100 persen di dalam suatu daerah. Dari Tabel di atas

(46)

adalah 6.483.354 jiwa (49,94 persen) dan perempuan adalah 6.498.850 jiwa

(50,06 persen). Rasio jenis kelamin di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010

adalah 99,76 persen ini menunjukkan bahwa jumlah perempuan lebih banyak dari

jumlah laki-laki.

Perbandingan rasio jenis kelamin antara kabupaten/kota dapat dilihat

bahwa terdapat 14 kabupaten/kota yang memiliki rasio jenis kelamin di atas 100

sedangkan sisanya berada di bawah 100. Rasio jenis kelamin terbesar adalah

Kabupaten Labuhan Batu Selatan (104,31 persen) diikuti oleh Kabupaten

Labuhan Batu (102,31 persen), dan Kabupaten Labuhan Batu Utara

(102,21 persen).

Deskripsi Variabel yang Diteliti

Pada bagian ini akan membahas perkembangan luas lahan dan produksi

beras, dan impor beras Sumatera Utara.

Perkembangan Luas Areal Dan Produksi Padi Di Sumatera Utara

Perkembangan luas areal padi di Sumatera Utara pada periode tahun

2002- 2011 secara umum terus berfluktuasi. Pada tahun 2004 luas areal

penanaman padi merupakan yang paling tinggi yaitu seluas 826.091 Ha. Dan pada

tahun 2006 merupakan luas areal penanaman padi yang paling rendah yaitu seluas

705.023 Ha. Penurunan luas areal penanaman padi yang paling besar terjadi pada

tahun 2005 ke tahun 2006 yaitu dari 822,073 Ha menjadi 705,023 Ha atau

(47)

700.000

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2010

Gambar 3. Perkembangan Luas Areal Padi Di Sumatera Utara , 2002-2011

Rata-rata peningkatan luas areal penanaman padi dari tahun 2002 - 2011

yaitu sebesar 0,39%. Peningkatan luas areal penanamam padi paling besar yaitu

dari tahun 2002-2003 yaitu sebesar 7,85%, namun peningkatan luas areal untuk

tahun berikutnya hanya mengalami peningkatan yang sangat kecil. Dan pada

tahun 2006 terjadi penurunan luas areal yang sangat besar yaitu 14,24 %,

Terjadinya Penurunan luas lahan padi pada periode tersebut disebabkan oleh

pembukaan pabrik dan pemukiman masyarakat serta pengalihan fungsi lahan

sawah menjadi lahan perkebunan kelapa sawit yang dianggap masyarakat lebih

memberikan keuntungan yang lebih besar daripada menanam padi. Akan tetapi

peningkatan luas areal pada tahun- tahun berikunya kembali mengalami

peningkatan dengan pembukaan lahan sawah baru yang dilakukan oleh

pemerintah.

Perkembangan produksi beras di Sumatera Utara pada periode tahun

2002–2011 cenderung mengalami peningkatan walaupun sempat mengalami

penurunan jumlah produksi pada tahun 2006 . Hal ini disebabkan menurunnya

(48)

produktifitas padi. Namun demikian produksi padi untuk tahun –tahun berikutnya

mulai membaik dan sedikit demi sedikit mengalami peningkatan seiring dengan

peningkatan luas areal dan produktifitaasnya. Penurunan produksi padi yang

paling tinggi terjadi pada tahun 2005 ke tahun 2006 yaitu dari 3.447.394 ton

menjadi 3.007.636 ton atau mengalami penurunan produksi sebesar 12,76%.

Penurunan produksi padi yang begitu tinggi pada tahun 2005 ke tahun 2006

disebabkan karena terjadinya penurunan luas areal penanaman padi yang sangat

tinggi yaitu sebesar 117.050 Ha yang disebabkan oleh pembukaan perumahan

penduduk , alih fungi lahan sawah menjadi lahan perkebunan dan pembukaaan

pabrik. Dan peningkatan produksi padi yang paling tinggi terjadi dari tahun 2006

ke tahun 2007 yaitu sebesar 3.007.636 ton menjadi 3.277.524 ton atau mengalami

peningkatan produksi sebesar 8,97%, . Peningkatan rata-rata produksi padi dari

tahun 2002 – 2011 yaitu sebesar 1,66%.

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2011

Gambar 4. Perkembangan produksi padi di sumatera utara , 2002-2011

Perkembangan Impor Beras Sumatera Utara

Perkembangan impor beras di Sumatera Utara pada periode bulan Januari

(49)

terjadi pada bulan April 2011 yaitu sebesar 79.782,20 ton. Besarnya Impor beras

yang dilakukan BULOG Sumatera Utara disebabkan karena menurunnya

persediaan beras pada bulan sebelumnya yaitu dari 399.712,79 ton menjadi

302.523,28 ton dan rendahnya harga beras internasional dibandingakan harga

beras yang berlaku dipasar domestik yaitu sebesar 500,57 U$/ Ton atau sekitar

4.766.928 Rp/ton sedangkan harga beras yang berlaku dipasar domestik pada

bulan April 2011 mencapai 7.320.000 Rp/Ton. Total impor Sumatera Utara pada

tahun 2007 sebesar 95.929 ton dan mengalami penurunan pada tahun 2008 yaitu

sebesar 18.628 ton. Pada tahun 2009 BULOG Sumatera Utara tidak melakukan

impor sama sekali. Hal ini disebabkan karena total produksi beras yang mencapai

3.527.898,00 Ton dan masih tersedianya persediaan beras yang ada di depot

BULOG Sumatera Utara untuk mencukupi kebutuhan penduduk Sumatera Utara

pada tahun tersebut dimana persediaan beras pada tahun 2009 mencapai

369.088,33 ton dan harga beras internasional yang terlalu tinggi pada tahun

tersebut dimana harga rata-rata beras internasional mencapai 589,38 U$

dollar/Ton atau sekitar 5.640.343Rp/Ton .

Pada tahun 2010 BULOG Sumatera Utara kembali melakukan impor

beras pada bulan November dan Desember, hal ini dilakukan untuk menjaga

persedian beras untuk menghadapi hari Natal dan tahun baru. Pada tahun 2011

Badan Urusan Logistik Sumatera Utara hampir setiap bulan melakukan impor

beras. Hanya pada bulan Juni-Agustus impor beras tidak dilakukan oleh BULOG

Sumatera Utara dimana pada bulan Juni-Agustus merupakan musim panen padi

dan persediaan beras pada bulan Juni-Agustus mencapai 172.541,13 Ton sehingga

(50)

0 dapat menyebabkan anjloknya harga beras di pasar. Beras impor yang

didatangkan ke pelabuhan belawan yang di lakukan oleh BULOG Sumatera Utara

berasal dari Thailand dan Vietnam.

Sumber : Badan Urusan Logistik Sumatera Utara 2011

Gambar 5. Perkembangan Volume Impor Sumatera Utara, 2007 – 2011

Harga Beras

Perkembangan harga beras rata-rata tingkat produsen di Sumatera Utara

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Perkembangan Harga Rata-Rata Tingkat Produsen Untuk Beras Di Sumatera Utara (Rp/Ton)

Bulan

Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

(51)

4000000,0 Perkembangan harga beras di Sumatera Utara sejak Januari 2007 hingga

Desember 2011 secara umum mengalami fluktuatif . Akan tetapi harga rata-rata

setiap tahunya selalu mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 rata-rata harga beras

sebesar Rp5.236.083,3/Ton, tahun 2008 yaitu sebesar Rp5.764.583,3/Ton atau

mengalami kenaikan sekitar 10,09%, tahun 2009 yaitu sebesar Rp

5.988.083,3/Ton atau mengalami kenaikan sekitar 3,87%, tahun 2010 yaitu

sebesar Rp 6.481.000,0/Ton atau mengalami kenaikan sebesar 8,23% dan tahun

2011 harga rata-rata beras yaitu sebesar 7.834.583,3 atau mengalami kenaikan

sekitar 20,88%. Hal ini disebabkan oleh kondisi iklim yang tidak menentu yang

mengakibatkan terjadinya penurunan produktifitas padi yang berdampak pada

produksi padi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini.

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, diolah

(52)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 5. Hasil Analisis Korelasi Variabel – Variabel yang Berhubungan dengan Impor Beras Di Sumatera Utara

Variabel Koefisien korelasi (r) Signifikansi

Luas lahan dengan produksi 0,956 0,00**

Impor beras dengan harga beras

domestic

0,339 0,008**

Harga beras domestik dengan harga

beras internasional

0,139 0,301*

Impor beras dengan produksi beras -0,129 0,654*

Impor beras dengan produksi beras

dengan leg 1 bulan

-0,244 0,401*

Impor beras dengann produksi beras

dengan leg 2 bulan

-0,556 0,04**

Keterangan : * = korelasi kedua varibel tidak nyata (sig > 0,05 )

** = korelasi kedua variabel nyata ( sig < 0,05 )

Hubungan Luas Lahan Dengan Produksi Beras Di Sumatera Utara

Dari hasil pengujian luas lahan dengan produksi beras di sumatera utara

diperoleh bahwa ada hubungan yang nyata antara luas lahan dengan produksi

beras di Sumatera utara dan korelasi kedua varibel sangat kuat. Hal ini

ditunjukkan oleh tingkat signifikansi sebesar 0,00 < 0,05. Dan koefisien korelasi

(r) =0,956.

Bertambahnya luas lahan merupakan salah satu faktor utama yang

menyebabkan terjadinya peningkatan produksi beras disumatera utara. Namun

demikian peningkatan luas daerah penanaman harus disertai dengan peningkatan

produktifitasnya serta kemampuan bersaing dengan komoditas-komoditas

(53)

peningkatan produksi. Hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara luas lahan

dengan produksi beras diterima.

Hubungan Impor Beras Dengan Harga Beras Domestik

Hasil pengujian impor beras dengan harga beras domestik yang dilakukan

dengan analisis korelasi dengan spss diperoleh bahwa ada hubungan yang nyata

antara impor beras dengan harga beras domestik dan korelasi kedua variabel

sedang. Hal ini ditunjukkan dengan signifikansi sebesar 0,008 < 0,05. Dan

koefisien korelasi sebesar 0,339

Impor beras yang dilakukan oleh BULOG Sumatera Utara memiliki

hubungan dengan harga beras yang berlaku dipasar, Hal ini disebakan karena

dengan adanya impor beras yang dilakukan oleh BULOG Sumatera Utara maka

jumlah stok/persediaan beras di Sumatera Utara menjadi bertambah sehingga

dengan bertambahnya stok beras maka persediaaan beras akan mencukupi

kebutuhan masyarakat untuk konsumsi beras dalam jangka waktu yang panjang,

sehingga menyebabkan harga beras yang berlaku dipasar menjadi normal. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang nyata antara impor beras

dengan harga beras domestik diterima.

Hubungan harga beras domestik dengan harga beras internasional

Dari hasil pengujian harga beras domestik dengan harga beras

internasional yang dilakukan dengan anasisis korelasi diperoleh bahwa tidak

terdapat hubungan yang nyata antara harga beras domestik dengan harga beras

internasional dan tidak terdapat korelasi diantara kedua variabel. Hal ini

ditunjukkan oleh tingkat signifikansi sebesar 0,301 > 0,05 dan koefisien korelasi

(54)

Impor beras tetap saja dilakukan oleh BULOG Sumatera Utara walaupun

harga beras internasional mengalami kenaikan. Hal ini dilakukan karena harga

beras yang berlaku di pasar internasional masih lebih murah daripada harga beras

yang berlaku dipasar domestik. Sehingga dengan melakukan impor beras

dianggap akan lebih menguntungkan. Naik turunya Harga beras internasional

tidak memiliki hubungan dengan harga beras yang berlaku di pasar domestik.

Hipotesis yang menyatakan harga beras internasional berkorelasi positif dan nyata

dengan harga beras domestik ditolak.

Hubungan Impor Beras Dengan Produksi Beras

Hasil pengujian (t1) impor beras dengan produksi beras di Sumatera Utara

dilakukan dengan analisis korelasi diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan yang

nyata antara impor beras dengan produksi beras dan tidak terdapat korelasi

diantara kedua variabel. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi sebesar

0,654 > 0,05dan koefisien korelasi (r ) sebesar -0,126. Kondisi demikian

disebabkan karena ketersediaan beras yang diambil dari produksi di Sumatera

Utara, pertumbuhan produksinya relatif kecil dibandingkan dengan pertumbuhan

konsumsi yang setiap tahunnya semakin tinggi. Dimana Perkembangan produksi

beras yang semakin meningkat tetap saja tidak dapat memenuhi kebutuhan

penduduk khusunya disumatera utara untuk waktu yang panjang, dimana kegiatan

impor beras tetap dilakukaan oleh pemerintah untuk menjaga persediaan makanan

Hasil pengujian (Produksi dan Mdt-1) impor beras dengan produksi beras

sumatera utara dengan leg 1 bulan yang dilakukan dengan analisis korelasi

diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara produksi beras dengan impor beras

(55)

tingkat signifikansi sebesar 0,401 > 0,05 dan Koefisien korelasi sebesar -0,244.

Pada pengujian (t2) yaitu dengan perbedaan waktu 1 bulan (produksi dan Mdt-1)

tidak terdapat hubungan antara produksi beras dengan impor beras, hal ini

disebabkan karena tingkat produksi masih belum mencukupi kebutuhan

masyarakat untuk mengkonsumsi beras sehingga persedian beras menjadi terbatas

sehingga impor beras tetap dilakukan.

Hasil pengujian ( Produksi dan Mdt-2) impor beras dengan produksi beras

Sumatera Utara dengan 2 bulan yang dilakukan dengan analisis korelasi maka

diperoleh bahwa ada hubungan yang nyata dan berbanding terbalik antara

produksi beras dengan impor beras dengan leg waktu 2 bulan dan korelasi kedua

variabel kuat. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,04 < 0,05 ,

Dan Koefisien korelasi sebesar -0,556. Pada pengujian (t3) yaitu dengan

perbedaan waktu 2 bulan (produksi dan Mdt-2) ada hubungan yang nyata dan

berkorelasi negatif antara produksi beras dengan impor beras. Hal ini karena

terjadinya penurunan tingkat produksi beras di Sumatera Utara sehingga

persediaan beras di BULOG menjadi semakin menipis sehingga Kegiatan impor

beras harus dilakukan oleh pemerintah melalui Perum BULOG untuk mencukupi

persedian/ stok untuk waktu yang mendatang. Impor beras memiliki hubungan

yang nyata dan berkorelasi negatif dengan produksi beras dengan perbedaan

waktu 2 bulan.. Hipotesis yang menyatakan impor beras berkorelasi negatif dan

Gambar

Tabel 1. Produksi Beras Sumatera Utara tahun 2002 - 2011
Gambar 1. Efek Impor tehadap Produksi, Konsumsi dan Harga
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut  Kabupaten/Kota di Provinsi     Sumatera Utara Tahun 2006 – 2010 (Jiwa)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setyaningsih, Titik dan Antin Okfitasari, Desember 2016, “Mengapa Wajib Pajak Mengikuti Tax Amnesty (Studi Kasus di Solo)” Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol..

Hendro Gunawan, MA

Sebelum bahan dikirim ke lokasi pekerjaan, kontraktor harus menyerahkan / mengirimkan contoh bahan dari beberapa macam hasil produk dengan warna sesuai table atau petunjuk Perencana

Although this study is still in the form an opinion paper; I then dream to conduct a related research specially investigating the probability of using ARALISH

Tujuan perencanaan ini adalah untuk mengetahui Rencana Biaya Pelaksanaan (RBP) yang paling mungkin dengan harga satuan yang bervariasi pada Proyek Konstruksi dengan

Moreover, with new developments in computer technology and geographic information systems (GIS), and the concomitant development of simu- lation models, it is now possible to

g.The Attention Seeker (17%): ingin menarik perhatian, senang membeli barang baru untuk menarik perhatian orang lain, impulsif dan tidak rasional.. Mudah dibujuk

Diberikan beberapa kasus dalam bentuk project yang harus diselesaikan mahasiswa yang dikerjakan sesuai jadwal yang diberikan. Metode/ cara pengerjaan, acuan yang