• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan sikap pegawai terhadap pelatihan dan pengembangan sdm dengan kinerja pegawai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan sikap pegawai terhadap pelatihan dan pengembangan sdm dengan kinerja pegawai"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diaujukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh :

AHMAD SALAM

103070029029

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

(2)

DENGAN KINERJA PEGAWAI

SKRIP SI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Pembimbing I

Oleh:

AHMAD SALAM

NIM: 103070029029

DIBAWAH BIMBINGAN

Drs. Sofiandy Zakaria, M. Psi.T

FAKULTAS PSIKOLOGI

Pembimbing II

lkhwan Lutfi, M.Psi

NIP. 150 368809

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

,ELATIHJ\N OAN PENGEMBANGAN SOM DENGAN KINERJA PEGA\11/AI" olah diuiji!\an dal< rn sidang munaqasi'ah Fakultas Psikologi UIN sセイ。イゥヲ@

1idayatull<1h Jakartci, pacia エ。ョァセ。ャ@ 18 Marn! 2008. Skripsi ini telah diterima ;ebagai salah satu syarett untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata

1

$1) pada Fdkultas Psikologi.

Jakarta, 18 Maret 2008

SIDANG MUNAQASHAH

r(etua !Ve ahgkap

aセᄋァァッエ。@

Sekertar:3 Merangl<ap Anggota

ANGGOTA

セ^、オャ@ Rahman Sha .Si NIP. 150 RYセセRT@

PEf\'18lMBING I

PENGUJI II

セM

ll<hwun Lutfi, M.Psi N!P. 150 368809

PEM131MBING II

(4)

&.rtinya :

'Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-apanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi celapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka >erdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di 1ntaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Ian Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan."

(5)

(C) AHMAD SALAM

(B) Januari 2008

(D) HUBUNGAN SIKAP PEGAWAI TERHADAP PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM DENGAN KINERJA PEGAWAI

(E) Halaman 125

(F) Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan salah satu sumber daya manusia yang dimiliki oleh negara, yang berperan dalam menunjang kinerja pemerintah. Pada dasarnya, kinerja pegawai yang tinggi merupakan hasil positif dari pemberdayaan sumber daya manusia secara efisien. Kinerja pegawai merupakan suatu bentuk hasil kemampuan kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab, bentuk dari kemampuan kerja tersebut meliputi kemampuan konsep, kemampuan teknis dan kemampuan hubungan interpersonal pegawai. Dalam hubungannya dengan usaha peningkatan kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS), salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah dengan melaksanakan program-program pelatihan dan

pengembangan SDM. Sela in faktor tersebut, sikap pegawai terhadap pelatihan dan pengembangan SDM diasumsikan memiliki hubungan dengan kinerja, karena sikap pegawai terhadap pelatihan merupakan suatu kecenderungan psikologis yang dinyatakan dengan mengevaluasi kesatuan tertentu dengan derajat tingkat dari kebaikan atau keburukan, karena, sikap pegawai terhadap pelatihan dan pengembangan SDM merupakan suatu reaksi evaluatif pegawai terhadap bentuk-bentuk usaha peningkatan keterampilan maupun pengetahuan umum bagi pegawai, melibatkan komponen kognitif, afektif, konatif.

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara sikap pegawai terhadap pelatihan dan pengembangan SDM dengan kinerja pegawai. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 8 Januari sampai dengan 16 Januari 2008

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional, yang bertujuan untuk

(6)

yang digunakan adalah skala sikap pegawai terhadap pelatihan dan pengembangan SOM dan skala kinerja pegawai. Adapun nilai koefisien reliabilitas kedua skala adalah 0,9750 untuk skala sikap pegawai

terhadap pelatihan dan pengembangan SOM dan 0,9844 untuk skala kinerja pegawai. kemudian data dianalisis dengan menggunakan program SPSS 11, 00 for Windows dengan teknik uji korelasi product moment. Berdasarkan hasil analisa data serta pengujian hipotesis, maka nilai r hitung yang dihasilkan 0.628 (r tabel 0,430).

Karena r hitung yang dihasilkan 0.628 lebih besar dari r tabel, maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap pegawai terhadap pelatihan dan pengembangan SOM dengan kinerja pegawai ditolak. Oengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Sikap Pegawai Terhadap Pelatihan dan Pengembangan SOM dengan Kinerja Pegawai diterima. Artinya, semakin baik sikap yang ditunjukkan I

diberikan pegawai terhadap pelatihan dan pengembangan SOM, maka akan semakin baik pula kinerja yang dihasilkan oleh pegawai tersebut. Adapun saran yang penulis berikan adalah sebagai berikut : pemberian pelatihan yang interaktif untuk memastikan adanya peluang transfer pengetahuan yang lebih baik, Pengawasan jam kerja pegawai lebih diperketat, agar para pegawai dapat mengoptimalkan jam kerja yang berlaku, sehingga terbentuk suasana kerja yang teratur yang nantinya diharapkan dapat membentuk mental kerja pegawai dan otomatis kinerja pegawai tersebut meningkat.

(7)

C) AHMAD SALAM

D) RELATIONSHIP BETWEEN OFFICER ATTITUDE TOWARD TRAINING AND HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT WITH OFFICER'S

PERFORMANCE

E) Page 125.

F) Public Servant Of Civil ( PNS) represent one of human resource had by state, what play a part in to support governmental performance. Basically, high officer performance represent positive result of enableness of human

resource efficiently. Officer performance representan form result of ability of job quality ofly and reached amount by a officer in executing duty as

according to responsibility, form of ability of the activity cover ability of concept, technical ability and relation of interpersonal officer. In its relation with effort the make-up of performance Public Servant Of Civil ( PNS), one of step able to be gone through by executing training programs and

development. Besides factor, officer attitude to training and development, assumed to have relation with performance, because officer attitude to training represent a[n psychological tendency which expressed with

evaluating certain unity with degree of storey;level of badness or kindliness. Because, officer attitude to training and development of SOM represent a[n reaction of evaluatif to forms is effort uplifting of skill and also knowledge of public to officer, entangling cognate component, afektif, konatif.

As for this research aim to to know relationship between officer attitude toward training and development with officer performance. This research is done from date 8 January up to 16 January 2008.

(8)

result of data analysis and also examination of hypothesis, hence value of r count which yielded 0.628 ( r tables of 0,430).

Because r count which yielded is 0.628 bigger than r tables, hypothesis which express that do not there are relation between officer attitude to training and development with officer performance refused. There by alternative

hypothesis expressing that there are relation which Attitude Officer To Training and Development with Performance Officer accepted. Its meaning progressively attitude goodness posed at by officer to training and

development, hence will be good progressively also performance yielded by officer. As for suggestion which [is] writer give shall be as follows : gift of training which is interactive to ascertain the existence of opportunity of

transfer of better knowledge, observation of officer office hours more strate to be all officer can be optimal of office hours going into effect, so that formed by regular activity atmosphere which is later expected can form to bounce officer activity and automatically the officer performance mount.

(9)

UNTUK ORANG TUAKU TERCINT

A

VAN O'RANG

セorang@

TERCINT

A

VALAlvf

(10)

Bismillahirahmaniirahim

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Yang berkuasa atas segala sesuatu, syukur yang tak henti-hentinya alas segala nikmat yang telah diberikan dan atas kehendak-Nya pula penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

"HUBUNGAN SIKAP PEGAWAI TERHADAP PELATIHAN DAN

PENGEMBANGAN SOM DENGAN KINERJA PEGAWAI".

Shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, sahabat dan para pengikutnya yang tetap istiqomah. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa adanya bimbingan dan dukungan yang penuh ketulusan dan keihlasan, baik secara moril maupun materil dari semua pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Psikologi, lbu Hj. Netty Hartati, M.Si, lbu Hj. Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si selaku pembantu dekan I bidang akademik, dan seluruh dosen serta seluruh staf fakultas psikologi yang telah memberikan kemudahan dalam setiap urusan.

2. Bapak Drs. Jaisy Prasodjo selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih atas bimbingan, nasihat serta motivasi yang diberikan kepada penulis.

(11)

yang telah memberikan warna dalam hidup serta dukungan dan sebagai penghibur.

9. Teman-teman main ku, Erwan, Andre kambing, Dower, semangat terus kuliahnya biar cepat lulus dan dapat pekerjaan, buat anak-anak rental MCS, Adi, Darto, Adin terima kasih atas fasilitas komputer, print dan install

Windows XP nya dan TV kabelnya yang menghibur penulis ketika sedang suntuk. Semoga Allah SWT memudahkan jalan kita dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Amin

10. Saudara-saudara ku yang telah berjasa membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Akhirnya, semoga Allah SWT mengkaruniai rahmatnya kepada kita semua agar senaniasa dalam lindungan-Nya. Amin. Tidak ada yang sempurna didunia ini, tetapi kita wajib berusaha untuk menjadi yang terbaik. Terima Kasih

Jakarta,

(12)

MOTTO ABSTRAK

... ··· ... .

...

LEMBARPERSEMBAHAN ii iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISi ... viii

BABIPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

1.3 PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH ... ..

1. 3. 1 Pembatasan Masalah 1.3.2 Perumusan Masalah

1 1 8 9 9 10

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 10

1.4.1 Tujuan Penelitian 1.4.2 Manfaat Penelitian

10

10

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN ... 11

BAB II KAJIAN TEORI

...

2.1 KINERJA PEGAWAI

2.1.1 Pengertian Kinerja Pegawai

14

14

(13)

3.1.2 Metode Penelitian

3.2 VARIABLE PENELITIAN

3.2.1 Definisi Konseptual

3.2.2 Definisi Operasional

66

67

68

68

3.3 POPULASI DAN SAM PEL PENELITIAN . . . 69

3.3.1 Populasi Penelitian

3.3.2 Sampel Penelitian

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

DAN INSTRUMEN PENELITIAN

3.4.1 lnstrumen Penelitian

3.4.2 Uji lnstrumen

3.5 HASIL UJI INSTRUMEN

3.5.1 Hasil Uji Validitas Jnstrumen

3.5.2 Hasil Uji Reliabilitas lnstrumen

3.6 TEKNJKANALISJS DATA

3. 7 PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PRESENTASI DAN ANALISA DATA

4.1 GAMBARAN RESPONDEN

4.1.1 Gambaran Umum Responden

(14)

4.2.1 Uji Persyaratan

4.2.2 Uji Normalitas

4.2.3 Uji Homogenitas

4.3 HASIL PENELITIAN

104

104

108

110

4.3.1 Hasil Penelitian Utama ... ... 110

4.3.2 Hasil Penelitian Tambahan 112

4.4 HASIL HIPOTESIS ... 116

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

117

5.1 KESIMPULAN 117

5.2 DISKUSI 118

5.3 SARAN 122

DAFT AR PUST AKA

(15)
[image:15.518.81.418.171.497.2]

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Alur Respon Sikap Terhadap Objek 33

(16)
[image:16.525.24.440.182.644.2]

Table 2.1 Perbedaan Sikap dan Sifat

Tabel 3.1 Nilai Skor Jawaban

Tabel 3.2 Blue Print Try Out Skala Sikap Pegawai Terhadap

Tabel 3.3

Tabel 3.4

Tabel 3.5

Tabel 3.6

Tabel 3.7

Tabel 4.1

Pelatihan dan Pengembangan SDM

Blue Print Try Out Skala Kinerja Pegawai

Blue Print Skala Sikap Pegawai Terhadap Pelatihan dan Pengembangan SDM Setelah Uji lnstrumen

Blue Print Penelitian Skala Sikap Pegawai Terhadap Pelatihan dan Pengembangan SDM

Blue Print Skala Kinerja Pegawai Setelah Uji lnstrumen

Blue Print Penelitian Skala Kinerja Pegawai

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Gambaran Umum Responden

28 72 73

74

78

79

80 82 89

Berdasarkan Usia . . . 90

Tabel 4.3 Gambaran Umum Responden

(17)
[image:17.519.19.438.161.522.2]

Tabel 4.6

Tabel 4.7

Tabel 4.8

Tabel 4.9

Terhadap Pelatihan dan Pengembangan SOM

Berdasarkan Jenis Kelamin 96

Kategorisasi Sikap Pegawai

Terhadap Pelatihan dan Pengembangan SOM

Berdasarkan Golongan 97

Kategorisasi Sikap Pegawai

Terhadap Pelatihan dan Pengembangan SOM

Berdasarkan Usia ... 98

Norma Kategorisasi Kinerja Pegawai

Kategorisasi Kinerja Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

102

102

Tabel 4.10 Kategorisasi Kinerja Pegawai

Berdasarkan Golongan 103

Tabel 4.11 Kategorisasi Kinerja Pegawai

(18)

PENDAHULUAN

1.1

LAT AR

BELAKANG MASALAH

Setiap manusia memiliki banyak sekali kebutuhan dalam hidupnya, dan kebutuhan hidup tersebut haruslah dapat terpenuhi agar manusia tersebut dapat hidup secara layak. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, setiap manusia harus bekerja. Banyak sekali pekerjaan yang dapat dijalani oleh setiap manusia, salah satunya menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Saat ini, menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) banyak diminati oleh setiap orang, salah satu alasannya karena mendapat tunjangan di hari tua.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan salah satu sumber daya manusia yang dimiliki oleh negara, yang berperan dalam menunjang kinerja

pemerintah. Umumnya, Pegawai Negeri Sipil (PNS) tergabung dalam suatu instansi pemerintah. Setiap instansi pemerintah memiliki peranan dalam proses meningkatkan kinerja para pegawainya. Pada dasarnya, kinerja

pegawai yang tinggi merupakan hasil positif dari pemberdayaan sumber daya manusia secara efisien. Setiap instansi pemerintah dalam proses

(19)

mempertimbangkan bagaimana caranya mencapai kinerja yang tinggi dengan

sumber daya manusia yang ada.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh Departemen Dalam Negeri, Pegawai Negeri Sipil (PNS) banyak yang menganggur, hanya mondar-mandir dan membaca koran sampai jam kerja selesai, sedangkan aktivitas yang menunjukkan nuansa kesibukan kerja hanya tampak di satuan kerja yang "ada proyeknya", sehingga tidak salah jika ada pengamat yang mengatakan bahwa kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) rendah, dan lebih cenderung berorientasi pada proyek ketimbang

melaksanakan tugas-tugas rutinnya (Yudhoyono,2002). Menurut MENPAN (2002). lebih dari 50 % Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang belum produktif, efisien dan efektif, serta sekitar 78.000 Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak dibutuhkan (www.Jawa Pos.com.2007), belum lagi hasil pendataan ulang Pegawai Negeri Sipil (PUPNS) akhir tahun 2006, dari total 3.900.000

Pegawai Negeri Sipil (PNS). hanya 3. 700.000 yang terdata, sedangkan 200.000 Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak terdata, ini berarti "PNS fiktif' (www.Liputan6.com.2007).

(20)

hampir tidak berlaku, disiplin kerja yang rendah sehingga banyak jam kerja yang tidak diefektifkan dengan tugas dan pekerjaannya, serta sikap 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) belum terwujud. Bagi mereka yang penting adalah menerima gaji saja, sehingga kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam memberikan pelayanan sektor aparatur dan pengawasan masih dibawah harapan yang diinginkan.

Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah penegakan hukum yang kurang tegas, pengawasan

yangkurang ketat, kurang adil dalam pembagian tugas, sistem gaji yang kurang baik, perilaku pimpinan yang kurang dapat memberi contoh yang baik serta pelatihan dan pengembangan SOM yang kurang terarah (www.Metro TV.com.2007). Selain itu, sejumlah alasan mengapa kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) rendah, salah satunya karena organisasi tidak mampu mengubah fundamental psikologis pegawainya untuk berubah (Thoha, 2002), dengan kondisi demikian akan sulit untuk menciptakan kualitas kerja yang baik.

Suprihanto dalam As' ad (1991 ), lebih jauh membahas mengenai kinerja sebagai suatu hasil kerja seseorang pegawai selama satu periode tertentu dibandingkan dengan kemungkinan, misalnya standar, target atau sasaran yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

(21)

komponen bersedia mengubah dirinya dalam konstruk kerja yang efektif dan efisien, serta adanya dukungan pimpinan puncak untuk memudahkan

penyebaran nilai-nilai yang diarahkan kepada terciptanya Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang profesional, bermoral, bertanggung jawab, dan memiliki persepsi yang tepat terhadap pekerjaannya.

Oalam hubungannya dengan usaha peningkatan kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS), salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah dengan

melaksanakan program-program pelatihan dan pengembangan SOM atau

yang disebut dengan OIKLAT (Pendidikan dan Latihan). Pada hakekatnya pelatihan dan pengembangan SOM, merupakan salah satu upaya

pemenuhan kebutuhan tenaga kerja secara kualitatif sesuai dengan persyaratan pekerjaan yang ditentukan dengan mempertimbangkan kepentingan-kepentingan individu pegawai untuk dapat dikembangkan potensinya seoptimal mungkin guna mencapai karier setinggi-tingginya di dalam organisasi serta mencapai kinerja yang optimal.

Salah satu departemen yang menerapkan program pelatihan dan

(22)

Kerjasama Perdagangan lnternasional). Ses. DIT JEN KPI (Sekretariat Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan lnternasional) ini tergolong sering dalam melakukan pelatihan dan pengembangan SDM bagi para pegawainya.

Pelatihan dan pengembangan SDM yang diberikan haruslah dapat menjawab semua masalah dalam kegiatan kerja, yang tentu saja semua itu bertujuan akhir pada peningkatan kinerja. Adapun pelatihan-pelatihan fungsional yang pernah diadakan oleh Ses. DIT JEN KPI (Sekretariat Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan lnternasional) seperti : ESM (Effective Supervisiory

Manajement), bahasa inggris, kepribadian, negosiasi, WTO (World Trade Organization), dll.

Selain faktor pelatihan dan pengembangan SDM, sikap pegawai terhadap pelatihan dan pengembangan SDM diasumsikan memiliki hubungan dengan kinerja, karena sikap pegawai terhadap pelatihan merupakan suatu

(23)

timbul jika pegawai merasa bahwa program pelatihan dan pengembangan tersebut dapat memberikan wawasan, pembelajaran, dan pemecah masalah

(problem solving) dalam bekerja. Begitu juga sebaliknya, sikap tidak mendukung timbul, jika program pelatihan dan pengembangan tersebut dirasakan tidak memberikan solusi yang tepat atau mengena bagi masalah-masalah yang diterima oleh pegawai.

Positif atau negatif sikap yang diberikan oleh pegawai terhadap pelatihan dan pengembangan SDM ditentukan dari bagaimana pegawai tersebut

merasakan pelatihan dan pengembangan yang diadakan dapat memberikan wawasan, pembelajaran, dan pemecah masalah (problem solving) didalam bekerja. Tetapi, sangatlah disayangkan jika sudah terciptanya sikap negatif dalam menilai pelatihan dan pengembangan SOM. Seharusnya, pelatihan dan pengembangan bertujuan untuk meningkatkan kualitas individual setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) serta untuk menciptakan peningkatan kinerja, bukannya dinilai hanya sebatas formalitas dalam bekerja.

(24)

permasalahan diatas, yaitu mengenai hubungan sikap pegawai terhadap pelatihan dan pengembangan SDM dengan kinerja pegawai.

Untuk itu peneliti bermaksud meneliti hubungan sikap pegawai terhadap pelatihan dan pengembangan SDM dengan kinerja pegawai, yang akan diuji kebenarannya secara empirik melalui penelitian. Adapun judul penelitian ini adalah "Hubungan Sikap Pegawai Terhadap Pelatihan dan

Pengembangan SDM Dengan Kinerja Pegawai".

1.2.

IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, terdapat beberapa masalah yang timbul antara lain :

1. Adakah terdapat hubungan antara sikap pegawai terhadap pelatihan dan pengembangan SDM dengan kinerja pegawai ?

2. Bagaimana pengawasan yang efesien bagi pegawai guna meningkatkan kualitas kerja ?

3. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi kjr]SlJja pegawai ?

(25)

keterampilan maupun pengetahuan umum bagi pegawai, melibatkan komponen kognitif, afektif, psikomotorik. Sarlito (2002)

3. Pelatihan pengembangan SDM didefinisikan dalam bentuk kegiatan

DIKLAT fungsional yang diadakan oleh Ses. DIT JEN KPI (Sekretariat Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan lnternasional) Departemen Perdagangan terhadap para pegawainya.

1.3.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

Apakah ada hubungan sikap pegawai terhadap pelatihan dan pengembangan

SOM dengan kinerja pegawai?

1.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sikap pegawai terhadap pelatihan dan pengembangan SDM dengan kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) Departemen Perdagangan di Ses. DIT JEN KPI (Sekretariat

(26)

1.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi peneliti, serta bagi Departemen Perdagangan (khususnya

Ses.DITJEN KPI) dan umumnya bagi Departemen lainnya yang sedang mencari hubungan sikap pegawai terhadap pelatihan pengembangan SOM yang diadakan dengan kinerja dari pegawainya.

Serta manfaat lainnya yang di dapat dari penelitian ini adalah memberikan wacana yang sudah ada kepada para pembaca skripsi yang berjudul

"Hubungan sikap Pegawai terhadap Pelatihan dan Pengembangan SOM

dengan Kinerja p(fgawai ".

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penelitian ini, sistematika penulisan yang di gunakan adalah sebagai berikut:

BABl:PENDAHULUAN

(27)

BAB II : KAJIAN TEORI

Meliputi definisi kinerja, aspek-aspek kinerja pegawai, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai, tujuan penilaian kinerja pegawai, manfaat penilaian kinerja pegawai, definisi sikap, ciri-ciri sikap, faktor pembentuk dan perubahan sikap, dimensi-dimensi sikap, definisi pelatihan dan pengembangan SOM, prinsip-prinsip

pelatihan dan pengembangan SOM, jenis-jenis pelatihan dan pengembangan SOM, analisa kebutuhan pelatihan dan

pengembangan SOM, metode dalam pelatihan dan pengembangan SOM, teknik pelatihan dan pengembangan SOM, sasaran pelatihan dan pengembangan SOM, tujuan pelatihan dan pengembangan SOM bagi pegawai, manfaat pelatihan dan pengembangan SOM bagi pegawai, evaluasi pelatihan dan pengembangan SOM, kerangka berfikir, dan hipotesis.

BAB Ill : METODOLOGI PENELITIAN

(28)

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan hasil penelitian akan

mendiskripsikan hasil penelitian mengenai gambaran umum subjek penelitian mengenai gambaran umum subjek penelitian dan hasil penelitian.

BAB

V

:

PENUTUP
(29)

2.1

KINERJA PEGAWAI

2.1.1 Pengertian Kinerja Pegawai

Munchinsky dalam Syahbadhyani dkk (2001), menjelaskan bahwa kinerja adalah suatu konstruk teoritis, suatu gagasan abstrak yang umum digunakan sebagai suatu kriteria dalam pekerjaan. Kriteria merupakan alat untuk menilai efektivitas orang, organisasi, perlakuan, memprediksi dari perilaku, hasil dan efektivitas organisasi Disamping itu kinerja juga mengandung sejumlah faktor yang bersifat multi dimensional.

Rivai (2004) menjelaskan bahwa kinerja pegawai sebagai suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Adapun faktor kemampuan itu seperti kemampuan konseptual, kemampuan teknis, dan kemampuan hubungan interpersonal.

Menurut Mangkunegara (2000) kinerja pegawai adalah hasil kerja secara kuantitas yang dicapai oleh anggota kelompok dalam melaksanakan

(30)

(perfomance) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberikan masukan penting seperti promosi, transfer dan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Pengertian kinerja atau prestasi kerja pegawai diberi batasan oleh Maier dalam As'ad (1991 ), sebagai kesuksesan seorang pegawai didalam

melaksanakan suatu pekerjaan. Lebih tegas Jagi dikemukakan oleh Lawler dan Poter dalam As'ad (1991) menyatakan bahwa kinerja pegawai adalah

"succesfull role achievement" yang diperoleh seseorang dari perbuatannya. Dari batasan tersebut As'ad ( 1991) menyimpulkan bahwa kinerja pegawai adalah suatu hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku dalam bidang kerja yang dikerjakan.

Suprihanto dalam As'ad (1991) mengatakan bahwa kinerja atau prestasi kerja seorang pegawai pada dasarnya adalah hasil kerja selama periode tertentu dibandingkan dengan kemungkinan, misalnya standar, target atau sasaran yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

Sedangkan menurut Vroom dalam Shaleh dan Nisa (2006), kinerja pegawai adalah tingkat sejauh mana keberhasilan seseorang pegawai dalam

menyelesaikan pekerjaannya atau yang disebut "/eve/ of performance".

(31)

yang produktif atau berkinerja baik, dan sebaliknya orang yang level of performance nya tidak mencapai standar atau rendah disebut sebagai orang yang tidak produktif atau berkinerja buruk.

Benang merah yang didapat dari definisi diatas menjelaskan kinerja pegawai sebagai suatu bentuk hasil kemampuan kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab. Adapun bentuk kemampuan kerja tersebut meliputi kemampuan konsep, kemampuan teknis dan kemampuan hubungan

interpersonal pegawai.

2.1.2 Aspek-aspek kinerja pegawai

Rivai (2004) menjelaskan aspek-aspek yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai terdiri dari 3 (tiga) aspek, yaitu kemampuan konseptual, kemampuan teknis, kemampuan hubungan interpersonal. Adapun pejelasannya sebagai berikut:

1. Kemampuan Teknis, yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan,

metode, teknik, peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan tugas serta pengalaman dan pelatihan yang diperolehnya.

2. Kemampuan Konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami

(32)

menyeluruh, yang pada intinya individu tersebut memahami tugas, fungsi, serta tanggung jawabnya sebagai seorang pegawai.

3. Kemampuan Hubungan Interpersonal, yaitu kemampuan untuk

berkerja sama dengan orang lain, memotivasi pegawai, komunikasi.

2.1.3

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

Setiap pemimpin haruslah menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu pegawai dengan pegawai lainnya, walaupun pegawai tersebut bekerja pada tempat yang sama, namun produktifitas pegawai tersebut tidaklah sama. Menurut Gibson dalam Srimulyo (1999), ada 3 (tiga) perangkat variabel yang mempengaruhi prestasi kerja atau kinerja pegawai, yaitu :

1. Variabel individual (Individual Variable}, terdiri dari :

a. kemampuan dan keterampilan yang berupa mental dan fisik, b. Latar belakang seperti keluarga, tingkat sosial, penggajian, c. Demografis yang terdiri dari umur, asal-usul, dan jenis kelamin.

2. Variabel organisasional (Organization Variable), terdiri dari : a. Sumber daya,

b. Kepemimpinan,

c.

lmbalan, d. Struktur,
(33)

f. Pelatihan dan Pengembangan.

3. Variabel psikologis (Psyho/ogis Variable), terdiri dari : a. Persepsi,

b. Sikap,

c. Kepribadian, d. Belajar, e. Motivasi.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang pegawai, yaitu :

1. Faktor Internal, yaitu faktor dari dalam diri individu sendiri, berupa;

minat,motivasi,tingkah laku, sikap, dan kesehatan pekerja. Faktor ini dapat disebut sebagai faktor kepribadian.

2. Faktor Eksternal, yaitu faktor dari luar diri individu, seperti pekerjaan

itu sendiri, kebijakan, peraturan manajemen, gaji, hubungan pekerja dengan teman ataupun atasan, lingkungan kerjanya, kesempatan, peralatan yang digunakan dalam bekerja, dan pelatihan dan

pengembangan yang diadakan. Faktor ini dapat disebut sebagai faktor lingkungan kerja.

(34)

1.

Variabel individu, yang meliputi : a. Sikap,

b. Karakteristik,

c.

Sifat-sifat fisik, d. Minat dan motivasi, e. Pengalaman, f. Umur,

g. Jenis kelamin, h. Pendidikan,

i. Serta faktor individual lainnya.

2. Variabel situasional, terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu faktor fisik

dan faktor sosial dan organisasi.

a. Faktor fisik dan pekerjaan, terdiri dari metode kerja, kondisi dan desain perlengkapan kerja, penataan ruang dan lingkungan fisik (penyinaran, temperatur, dan ventilasi).

b. Faktor sosial dan organisasi, meliputi peraturan-peraturan organisasi, sifat organisasi, jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.

(35)

1. Faktor kemampuan, terdapat 2 (dua) perincian dari faktor kemampuan ini yaitu; pengetahuan dan keterampilan.

a. Pengetahuan : pendidikan, pengalaman, latihan dan minat. b. Keterampilan : kecakapan dan kepribadian, sikap.

2. Faktor motivasi, terdapat 3 (tiga) bagian dari faktor motivasi, yaitu : kondisi sosial, serikat kerja, kondisi fisk lingkungan kerja.

a. Kondisi sosial : organisasi formal dan informal, kepemimpinan. b. Serikat kerja kebutuhan individu : fisiologis, sosial dan egoistik. c. Kondisi Fisik : Lingkungan kerja.

2.1.4 Tujuan Penilaian Kinerja Bagi Pegawai

Menurut Simamora (1999) tujuan pokok sistem penilaian kinerja pegawai adalah menghasilkan informasi yang akurat dan benar tentang perilaku dan kinerja pegawai. Semakin akurat dan benar informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian kinerja, maka semakin besar potensi nilainya bagi pegawai tersebut serta organisasi yang bersangkutan.

(36)

pengembangan (development). Kedua tujuan tersebut tidaklah saling terpisah, tetapi memang secara tidak langsung berbeda dari segi orientasi waktu, metode-metode, dan peran atasan dan bawahan. Penilaian untuk kedua tujuan tersebut haruslah dilaksanakan dalam konteks program konseling, perencanaan karir, penentuan tujuan, dan pemantauan kinerja pegawai yang berkelanjuatan'.

Dengan menggabungkan aspek evaluasi maupun aspek pengembangannya, penilaian kinerja pegawai haruslah : pertama, menyediakan basis bagi

keputusan-keputusan personalia, termasuk promosi, transfer, demosi atau pemberhentian bagi pegawai (PHK), kedua, meningkatkan pendayagunaan SOM melalui penempatan pekerjaan yang lebih baik dan spesifik terhadap kebutuhan-kebutuhan pelatihan. (Simamora, 1999).

2.1.5 Manfaat Penilaian Kinerja Pegawai

Menurut Handoko (Srimulyo, 1999) manfaat dari penilaian kinerja pegawai adalah:

1. Perbaikan prestasi kerja, umpan balik pelaksanaan kerja

(37)

2. Penyesuaian kompensasi, evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam menentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.

3. Keputusan penempatan, promosi dan transfer biasanya didasarkan

alas prestasi kerja atau kinerja masa lalu atau antisipasinya.

4. Perencanaan kebutuhan pelatihan dan pengembangan, prestasi

kerja atau kinerja yang jelek mungkin menunjukkan perlunya pelatihan. Demikian pula sebaliknya, kinerja yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus di kembangkan.

5. Perencanaan pengembangan karir, umpan balik prestasi

mengarahkan keputusan-keputusan karir, yaitu tentang jalur karir tertentu yang harus diteliti.

6. Menditeksi penyimpangan pada proses staffing, prestasi kerja

yang baik atau buruk adalah mencerminkan kekuatan atau kelemahan staffing departemen personalia.

7. Melihat ketidak akuratan informasional, prestasi kerja yang jelek

mungkin menunjukan kesalahan-kesalahan dalam informasi analisi jabatan, rencana sumber daya manusia, atau komponen-komponen

(38)

8. Menditeksi kesalahan pada desain kerja, kinerja pegawai yang jelek mungkin merupakan tanda kesalahan dalam desain kerja yang ada,

sehingga penilaian kinerja bagi pegawai dapat membantu mendiagnosa kesalahan-kesalahan tersebut.

9. Menditeksi kesempatan kerja yang adil, penilaian kinerja pegawai

yang akurat akan menjamin keputusan-keputusan penempatan internal diambil tanpa diskriminasi.

2.2 SIKAP

2.2.1 Pengertian Sikap

Beberapa ahli psikologi dalam mengemukakan tentang sikap tidak selalu sama khususnya dalam memberikan definisinya, diantaranya adalah Ajzen dalam Sarlito (2002), menjelaskan sikap sebagai "Attitude is a disposition to respond favorably or unfavorably to an object, person, institution or event''.

Maksudnya sikap adalah suatu disposisi untuk bertindak positif atau negatif terhadap suatu obyek, orang, institusi atau peristiwa.

Menurut Myers dalam Sarlito (2002), sikap dijelaskan sebagai "Attitude is a favorable evaluative reaction to forward something or someone, exhibited in

(39)

reaksi evaluatif baik terhadap sesuatu atau seseorang, yang diperlihatkan dengan keyakinan seseorang, perasaan atau perilaku yang diharapkan.

Sedangkan Eagly dan Chaiken dalam Sarlito 010(2002), mengemukakan bahwa sikap adalah "Attitude is a psychological tendency that is expressed by evaluating a parlicular entity with some degree of favor or disfavor".

Maksudnya sikap adalah suatu kecenderungan psikologis yang dinyatakan dengan mengevaluasi kesatuan tertentu dengan derajat tingkat dari kebaikan atau keburukan.

Menurut Sears dalam Sarlito (2002), menjelaskan bahwa sikap seseorang terhadap objek, gagasan, atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen-komponen kognitif, afektif, dan perilaku. Ketiga komponen itulah yang menjadi dasar sikap terhadap objek tertentu. Komponen pertama yaitu komponen kognitif, terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu, baik itu mengenai fakta, pengetahuan, dan keyakinan tentang objek. Komponen kedua komponen afektif, terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama penilaian. Komponen ketiga yaitu komponen perilaku, yang

(40)

Sejalan dengan penjelasan tersebut di atas, Sarlito (2002) memberikan pengertian bahwa sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Dijelaskan pula bahwa sikap dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Sikap positif cenderung tindakan yang mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan sikap negatif cenderung tindakan yang menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

Dalam pengertian sikap itu sendiri menurut Gerungan (2002) sikap dapat berupa pandangan dan perasaan. Jadi sikap itu diterjemahkan sebagai kesediaan beraksi terhadap suatu hal. Dijelaskan pula bahwa sikap

senantiasa terarahkan kepada suatu hal atau objek, tidak ada suatu sikap tanpa objek tertentu.

(41)

2.2.2

Ciri-ciri Sikap

Sarlito (2002) dalam bukunya menjelaskan perbedaan sikap dengan aspek psikis lainnya :

1. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek. Obyek tersebut dapat berupa benda, orang, pandangan hidup, peristiwa, norma-norma, nilai-nilai, dan lain sebagainya.

2. Sikap tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman.

3. Sikap dapat dipelajari, karena itulah sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan lingkungan individu.

4. Dalam sikap tersangkut faktor motivasi dan perasaan. 5. Sikap tidak menghilang meski kebutuhan sudah terpenuhi.

6. Sikap itu bermacam-macam bentuknya sesuai dengan banyaknya yang menjadi perhatian seseorang.

Selain ciri-ciri diatas, sikap juga memiliki karakteristik,sebagai mana yang dijabarkan oleh Sax dalam Azwar (2005), dalam bukunya"principles of educational and psychological measurement and evaluation", bahwa sikap memiliki karakter sebagai berikut :

(42)
[image:42.522.34.457.109.567.2]

Tabel 2.1

Perbedaan Sikap dengan Sifat

Sikao lAttitudel Sifat <Trait)

Lat en

Laten.

Mengarahkan perilaku.

Mengarahkan perilaku.

Ada unsur penilaian terhadap unsur

Tidak selalu menilai, cenderung sikap. konsisten pada berbagai situasi,

tidak tergantung penilaian sesaat. • Lebih bisa berubah/menvesuaikan.

Menolak oerubahan.

2.2.3 Faktor Pembentuk dan Perubah Sikap

Sarlito (2002) ada 2 (dua) faktor yang melatar belakangi terbentuknya sikap antara lain :

a. Faktor Internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan itu sendiri, seperti selektifitas.

b. Faktor Eksternal, yaitu faktor-faktor pembentukan sikap yang terdapat dari luar diri seseorang, antara lain :

1. Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap.

2. Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap.

3. Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap terse but.

(43)

Lain halnya dengan Azwar (2005) yang mengemukakan bahwa proses terbentuknya sikap adalah karena beberapa faktor yang ditimbulkan dari interaksi sosial yang bereaksi membentuk sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pengalaman pribadi, sikap terbentuk dari suatu pengalaman pribadi

yaitu dari pengalaman yang meninggalkan kesan kuat dan sikap akan lebih terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, maka penghayatan terhadap pengalaman akan lebih mendalam dan berbekas lebih lama .

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, diantara orang yang

dianggap penting bagi individu yaitu : orang tua, teman sebaya, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau suami, dan lain-lain. lndividu tersebut memiliki

kecenderungan untuk bersikap konformis atau searah dengan sikap

orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

c. Kebudayaan, kebudayaan merupakan salah satu faktor yang

(44)

mewarnai sikap anggota masyarakatnya, sebab kebudayaan memberi corak pengalaman bagi individu yang menjadi anggota kelompok

masyarakat asuhannya. Dan tanpa disadari bahwa kebudayaan telah menanamkan garis pengarahan sikap terhadap berbagai masalah yang dihadapi individu.

d. Media massa, saat ini berbagai bentuk dan jenis media massa yang

beredar dimasyarakat dan merupakan sarana komunikasi yang

mempunyai pengaruh besar dalam membentuk opini dan kepercayaan

orang. Media massa membawa pesan berisi sugesti yang

mengarahkan opini seseorang, adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, kedua lembaga tersebut

(45)

f. Faktor emosi dalam diri individu, tidak semua bentuk sikap

ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang.

Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai macam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian hanya sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih konsisten dan bertahan lama.

Sarlito (2002), dalam bukunya menambahkan bahwa ada faktor-faktor yang dapat merubah sikap, antara lain melalui proses adopsi, diferensiasi, integrasi dan trauma. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

a. Adopsi, adalah kejadian dan perstiwa yang berulang-ulang dan terus

menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

b. Diferensiasi, adalah hal-hal yang tadinya dianggap sejenis dan

berkembang sejalannya dengan berkembangnya inteligensi,

pengalaman dan usia yang kemudian dipandang tersendiri lepas dari jenisnya.

c. lntegrasi, adalah pembentukan sikap terjadi secara bertahap, dimulai

(46)

Ketiga komponen sikap yang telah disebutkan diatas merupakan suatu

kesatuan yang akan dimunculkan berkaitan dengan adanya rangsangan yang

diterima individu. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaaan ini

membentuk sikap individual, karena itu adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang akan dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek (Azwar,2003).

Gambar2.1

Alur Respon Sikap Terhadap Objek

Variable independent yang dapat diukur Variable Intervening Variable Dipenden yang dapat diukur

Respon syarat

>I

KOGNISit--

1----1

セセセセセセセ。ョ@

!isan STIMULI

(individu,

T entang afek

situasi, isu Respon

sosial.

""I

r

perseptual kelompok , , SIKAP··· AFEKTIF

1

1

1---1

Pernyataan lisan

sosial, .

dan objek , tentang keyakinan sikap

lainnya)

Tindakan yang

[image:46.522.41.427.234.620.2]
(47)

2.3

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM

2.3.1

Pengertian Pelatihan dan Pengembangan SDM

Tidak mudah memberikan definisi pelatihan dan pengembangan SOM yang sifatnya universal dan dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat dalam kehidupan organisasional. Bahkan ada yang mengatakan, jenis-jenis definisi tersebut sama jumlahnya dengan pembuatnya. Akan tetapi, terlepas dari cara atau gaya membuat definisi itu, prinsip-prinsip yang terlihat adalah

pengakuan tentang pentingnya pelatihan dan pengembangan SOM yang

efektif dalam meningkatkan kinerja Pegawai.

Menurut Rivai (2004) pelatihan sangat penting bagi pegawai baru maupun pegawai yang lama. Pelatihan dan pengembangan SOM, secara singkat di definisikan sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja saat ini dan kinerja di masa mendatang. Pelatihan adalah salah satu bentuk edukasi dengan prinsip-prinsip pembelajaran. Langkah-langkah berikut dapat diterapkan dalam pelatihan :

1. Pihak yang diberikan pelatihan (trainee) harus dapat dimotivasi untuk belajar.

2. Trainee harus mempunyai kemampuan untuk belajar.

(48)

4. Pelatihan harus menyediakan bahan-bahan yang dapat dipraktikkan atau diterapkan.

5. Bahan-bahan yang dipresentasikan harus memiliki arti yang lengkap dan memenuhi kebutuhan.

6. Materi yang diajarkan harus memiliki arti yang lengkap dan memenuhi kebutuhan.

Simamora ( 1999) mendefinisikan pelatihan pengembangan SDM sebagai suatu proses sistematik pengubahan perilaku pegawai dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan-tujuan organisasional. Pelatihan dan

pengembangan juga harus menyiratkan perubahan-perubahan dalam keahlian, pengetahuan, sikap atau perilaku, yang mana dalam aktivitas pelatihan pengembangan SDM, program-programnya harus terencana dan direncanakan secermat mungkin, guna mengkaitkan muatan pelatihan dengan perilaku-perilaku kerja yang dikehendaki.

(49)

pelatihan sebagai suatu upaya untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SOM), terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual

dan kepribadian manusia.

Lain halnya menurut Sikula (Shaleh dan Nisa, 2006) ia berpendapat bahwa pelatihan dan pengembangan SOM adalah proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sitematis dan terorganisir, sehingga tenaga kerja non managerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan-tujuan tertentu, sedangkan yang disebut dengan pengembangan ialah proses pendidikan jangka panjang yang digunakan prosedur sistematis dan terorganisir, sehingga tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum.

Kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian pelatihan dan pengembangan SOM di atas adalah sebagai satu proses pendidikan yang tidak hanya

mengarahkan pegawai untuk memiliki kecakapan dalam bidang khusus, bahkan juga dalam aspek-aspek kepribadian yang harus dimiliki dan

(50)

dapat untuk meningkatkan kinerja pegawai, baik secara individual maupun

kelompok.

2.3.2 Prinsip-prinsip Pelatihan dan Pengembangan SOM

Kalau kita mengamati seorang pegawai yang belum ahli belajar memperoleh suatu keterampilan tertentu nampaklah suatu proses yang cukup rumit sedang berlangsung. Menurut Heidjrachman Suad Husnan (2002) mengatakan bahwa dari berbagai penelitian bisa dikemukakan berbagai prinsip yang berguna sebagai pedoman dalam proses perubahan

keterampilan, pengetahuan, dan sikap tersebut. Diantaranya pedoman-pedoman itu adalah :

1. Motivasi, semakin tinggi motivasi seorang pegawai, maka semakin

cepat ia akan mempelajari keterampilan atau pengetahuan baru terse but.

2. Laporan Kemajuan, laporan kemajuan diperlukan untuk mengetahui

seberapa jauh seorang pegawai telah memahami pengetahuan yang baru. Meskipun demikian pembuatan laporan kemajuan yang terlalu sering adalah tidak disarankan.

3. Reinforcement, apabila suatu keterampilan sedang di pelajari,

(51)

Pihak manajemen haruslah bisa menentukan agar setiap hadiah dapat dikaitkan dengan kemajuan para pegawai.

4. Praktek, mempraktekkan apa yang di pelajari jelas merupakan hal

yang sangat penting. Sedapat mungkin para pegawai yang di latih

dapat mempraktekkan keterampilan tersebut pada suasana kerja yang sebenarnya.

5. Perbedaan Individual, meskipun latihan kelompok mempunyai

kelebihan ekonomis, perlulah disadari bahwa pada hakekatnya pegawai itu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Karenanya latihan yang efektif hendaknya menyesuaikan kecepatan dan kerumitan dengan kemampuan masing-masing individu.

2.3.3

Analisa Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan SOM

Untuk menghindari suatu program pelatihan dan pengembangan SOM yang tidak tepat, maka perlu di laksanakan identifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan tersebut. Tanpa adanya analisis ini, pelatihan dan

(52)

Menurut Simamora (1999) untuk mempertajam analisis tentang kebutuhan pelatihan dan pengembangan SOM, perlu didukung oleh survei kebutuhan

(need assesment). Proses ini mencangkup 3 (tiga) jenis analisis, antara lain :

1. Analisa Organisasional (Organizational Analysis), adalah

pemeriksaan jenis-jenis permasalahan yang dialami pegawai, yang mana permasalahan itu berada di dalam perusahaan. Analisis organisasional mencoba menjawab pertanyaan di mana sebaiknya dilakukan titik berat pelatihan di dalam perusahaan dan faktor-faktor

apa yang dapat mempengaruhi pelatihan. Analisis

kebutuhan-kebutuhan organisasional hendaknya terpusat pada jumlah pegawai dengan beraneka kombinasi keterampilan yang dibutuhkan pada setiap jenjang kerja dan di dalam setiap bagian organisasi untuk periode waktu tertentu. Bidang-bidang khusus organisasi yang perlu diperiksa adalah :

a. lndeks Efektivitas Organisasional, berhubungan dengan

(53)

b. Perencanaan Suksesi Personalia, adalah pertimbangan lowongan-lowongan posisi yang saat ini ada di dalam

organisasi, kekosongan-kekosongan yang kemungkinan terjadi di masa depan, dan bagaimana posisi-posisi ini dapat diisi. Jika posisi-posisi ingin diisi dari dalam perusahaan, maka pelatihan akan dibutuhkan dalam rangka mempersiapkan pegawai untuk promosi. Jika posisi-posisi hendak diisi dengan pengangkatan

dari luar perusahaan, analisis yang jeli terhadap pasar tenaga kerja perlu dilakukan dan kemungkinan menemukan pengganti-pengganti yang berbobot.

c. Analisis lklim Organisasional, diartikan sebagai pemeriksaan

terhadap perasaan, opini, kepercayaan, dan sikap yang dimiliki pegawai terhadap perusahaan. lklim organisasi yang beraroma negatif mungkin menunjukkan adanya kebutuhan pelatihan keahlian untuk membantu pegawai dalam menunaikan pekerjaan-pekerjaan mereka secara efektif, atau pelatihan berorientasi untuk menghapuskan kesalah pahaman. lklim organisasional perlu konsisten dengan jenis-jenis pelatihan yang disajikan. Program pelatihan yang mencoba memupuk perilaku pegawai yang tidak konsisten dengan iklim

(54)

2. Analisa Operasional (Operational Analysis) adalah proses

menentukan perilaku pegawai yang dituntut dari pemegang jabatan dan standar kinerja yang mesti dipenuhi. Analisis operasional sangat tergantung pada kemampuan seorang ahli untuk menentukan perilaku yang tepat dan kuantitas serta kualitas perilaku tersebut untuk

melaksanakan sebuah pekerjaan. Analisis ini terpusat pada apa yang harus dilakukan seorang pegawai untuk melaksanakan sebuah

pekerjaan. Nilai dari analisis operasional adalah bahwa analisis ini tidak hanya menentukan sasaran pelatihan saja, tetapi juga

mengindikasikan apa yang akan menjadi kriteria untuk menilai efektifitas pelatihan. Analisis operasional meliputi pengumpulan informasi secara sistematis yang mengambarkan secara rinci bagaimana pekerjaan dilaksanakan. Sehingga :

1. Standar-standar kinerja untuk pekerjaan tersebut dapat ditentukan; 2. Bagaimana tugas-tugas akan dilaksanakan untuk mencapai

standar tersebut;

3. Pengetahuan, keahlian, kemampuan, dan karakteristik lainnya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas yang efektif.

3. Analisis Personal (Personal Analysis) mengidentifikasi kesenjangan

(55)

Tugas-tugas dan tanggung jawab pekerjaan serta pengetahuan, keahlian-keahlian,dan kemampuan-kemampuan melakukannya merupakan fokus analisis personalia. Tujuan analisis personalia adalah memeriksa seberapa baik pegawai melakukan pekerjaan-pekerjaan mereka.

Pelatihan haruslah diperuntukkan kepada orang-orang yang membutuhkannya. Setiap individu haruslah diperiksa satu persatu dalam upaya menentukan kekurangan-kekurangan yang dapat dikoreksi melalui pelatihan.

Penilaian kinerja dapat membantu menentukan kebutuhan-kebutuhan pribadi. Seseorang individu mungkin kekurangan keahlian-keahlian atau sikap yang dibutuhkan bagi kinerja pekerjaan atau peningkatan karir. Analisis personalia didasarkan pada suatu perbandingan kinerja aktual pegawai atau suatu perbandingan kebutuhan-kebutuhan keahlian pegawai yang diantisipasi dengan tingkat keahlian saat ini. Suatu perspektif yang sama pentingnya adalah berdasarkan antisipasi keahlian-keahlian yang kemungkinan dibutuhkan seorang pegawai di masa depan.

(56)

Evaluation), maka hanya faktor ability yang dapat dikontrol melalui pelatihan sedangkan faktor lain merupakan faktor di luar pelatihan. Masing-masing dari uraian diatas dapat di jelaskan sebagai berikut :

1. Ability, kemampuan yang dapat dikembangkan.

2. Capacity, Kemampuan yang sudah di tentukan kapasitasnya. 3. Help, Bantuan untuk terwujudnya unjuk kerja.

4. Incentive, lmbalan material maupun dalam bentuk lain yang bersifat non material.

5. Environment, Lingkungan tempat pegawai bekerja dan dalam skala yang lebih luas termasuk di dalamnya lingkungan keseharian pegawai. 6. Validity, Pedoman, petunjuk dan uraian kerja yang menjadi panduan

bagi pegawai dalam bekerja.

7. Evaluation, Adanya penilaian terhadap hasil kerja yang hasilnya dapat memberikan umpan balik bagi pegawai.

2.3.4

Metode Pelatihan dan Pengembangan SOM
(57)

1. Metode lnformasi (Informational Methods), adalah metode yang menggunakan pendekatan satu arah (informasi-informasi disampaikan pelatih kepada para peserta). Metode jenis ini dipakai untuk

mengajarkan hal-hal faktual. Para peserta biasanya terlibat secara personal, tidak secara teknis dalam proses pelatihan, dikarenakan orientasi belajar terpusat pada pelatih. Teknik presentasi informasi disini dimaksudkan sebagai suatu cara pendekatan untuk mengubah

skills, knowledge, dan attitudes dari peserta pelatihan dengan tanpa meminta mereka berpartisipasi dalam suatu simulasi pekerjaan.

2. Metode Pengalaman (Experiential Methods), adalah metode yang

mengutamakan komunikasi yang luwes, fleksibel, dan lebih dinamis,

baik dengan instruktur, peserta, dan langsung mempergunakan media yang tersedia guna menambah keterampilannya. Pelatihan dengan metode ini dipandang lebih bersifat fasilitatif, dan berorientasi pada peserta.

2.3.5

Teknik Dalam Pelatihan dan Pengembangan SOM

Teknik-teknik yang dipakai untuk menjalankan metode dalam pelatihan dan pengembangan SOM adalah sebagai berikut: :

1. Lecture (Kuliah), metode ini adalah metode ceramah, yang

(58)

hal-hal yang khusus. Metode ini bias dipakai untuk kelompok yang besar sehingga biaya per peserta relatif lebih murah, selain dari itu bahan pengetahuan yang diberikan akan banyak dalam waktu yang relative singkat. Kelemahan utama dari metode ini kurang bisa membuat aktif para peserta karena komunikasinya hanya satu arah, sehingga tidak ada umpan balik. Selain itu metode kuliah cenderung menekankan faktor ingatan saja akan fakta-fakta dan gambar.

2. Television and Film, penggunaan televisi dan film dalam metode penyampaian program pelatihan mempunyai keuntungan-keuntungan yang spesifik bila dibandingkan dengan metode kuliah, keuntungan tersebut antara lain :

a. Pada TV disajikan contoh-contoh yang nyata, terutama kejadian-kejadian yang perlu ditonjolkan.

b. Pada TV bisa melukiskan kejadian-kejadian yang tidak bisa digambarkan dengan metode kuliah.

c. Apabila penyelenggaraan program pelatihan dibagi dalam

(59)

3. Conference (discussion), konfrensi merupakan pertemuan formal dimana terjadi diskusi ataupun konsultasi tentang sesuatu hal yang penting. Dalam hal ini konfrensi lebih menekankan adanya :

a. Diskusi kelompok kecil. b. Bahan yang terorganisasi.

c. Keterlibatan peserta secara aktif.

Dalam hal ini jelas bahwa peserta memainkan suatu peranan aktif dalam diskusi dan akan memperoleh umpan balik (feed back) karena interaksi mereka dalam suatu kelompok. Menurut Mc. Cormick dan Tiffin (Shaleh dan Nisa, 2006) tujuan dari pada metode konfrensi ini adalah:

a. Mengembangkan keterampilan-keterampilan personal dalam pembuatan keputusan dan pemecahan masalah.

b. Menyampaikan informasi-informasi (bahan-bahan) yang relative baru.

c. Secara langsung bisa mengubah sikap-sikap dari peserta seperti yang di inginkan dari pelatihnya.

(60)

peserta. Sedangkan menurut Bass dan Barret (dalam Shaleh dan Nisa 2006), metode konfrensi ini sangat tergantung kepada keterampilan, pendidikan dan kepribadian dari pemimpin diskusi.

Kelemahan dari metode konfrensi ini adalah terbatasnya peserta pada kelompok yang relatif kecil (sekitar 15-20 orang), sehingga biaya peserta relatif lebih mahal. Kelemahan yang lain ialah pada metode ini kemajuan pengajarannya lebih lambat.

4. Programed Instructional (Pl), bimbingan berencana atau instruksi

bertahap. Program ini terdiri dari satu urutan langkah yang berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau suatu kelompok tugas pekerjaan. Menurut Wexley dan Yuki (Shaleh dan Nisa, 2006) ciri-ciri dari programmed Instructional adalah :

a. Bahan latihan dibagi menjadi bagian-bagian yang kecil. b. Bagian-bagian ini disusun menurut urutan tertentu, dari yang

paling mudah (simpel) ke yang paling sulit (complex).

c. Pada akhirnya dari setiap urutan langkah tersebut, peserta diminta untuk memberikan respon untuk dinilai seberapa jauh pengetahuannya pada langkah tersebut.

(61)

demikian pula apabila responnya salah maka perlu perlakuan tersendiri, sampai responnya benar.

Adapun keuntungan yang didapat peserta dari metode programmed

Instructional (Pl) adalah :

a. Peserta dapat belajar sesuai dengan tempo belajarnya sendiri. b. Bahan yang harus dipelajari dibagi-bagi ke dalam satuan-satuan

kecil, sehingga dapat dengan mudah diserap dan di ingat. c. Ada umpan balik (feed back) secara langsung.

d. Ada partisipasi peserta secara aktif.

e. Perbedaan antara individu (individual differences) sangat diperhatikan.

f. Latihan dapat diselenggarakan dimana saja dan kapan saja.

5. Computer - Assited Instructions, pengajaran dengan computer

(62)

6. T. Group (or Sensitivity) Traning, teknik pengembangan manajemen yang popular di gunakan adalah dengan T. Group atau yang dikenal dengan nama Sensitivy Traning atau dikenal dengan istilah pendidikan laboratory. Metode ini sangat popular, karena metode ini

diperkenalkan untuk memperbaiki perilaku interpersonal para pegawai dan kebanyakan merasa berhasil. Meski tujuan dari metode ini

dirumuskan secara berbeda-beda, namun tujuan secara sistematis menurut Campbell, Dunnette, Lawler dan Weick (Shaleh dan Nisa, 2006) adalah sebagai berikut :

a. Memberikan pengertian mengenai bagaimana dan mengapa ia bertindak terhadap orang-orang lain (persepsi) dan mengenai cara ia mempengaruhi perilaku mereka.

b. Memperoleh pengertian mengapa orang lain bertindak menurut cara mereka.

c. Mengajarkan kepada para peserta untuk menjadi pendengar yang baik dari pembicaraan orang lain.

d. Memperoleh pengertian (insight) mengenai bagaimana kemauan dari kelompok untuk bertingkah laku dalam kondisi-kondisi

tertentu.

(63)

f. Menciptakan suatu situasi dimana peserta dapat menggunakan cara berinteraksi yang baru dengan orang lain dan sekaligus

akan mendapatkan umpan balik dari pengalamannya ini. g. Meningkatkan kesadaran diri (self awareness) dan kepekaan

(sensitivitas) terhadap orang lain.

7. Behavioral Modeling, pelatihan dimulai dengan diskusi mengenai

perilaku kepemimpinan yang baik yang diharapkan oleh bawahan mereka. Selanjutnya diperlihatkan kepada para peserta latihan, suatu model seorang pemimpin dalam melakukan pengawasan, dengan menggunakan video tape. Dalam setiap film yang diputar,

memperlihatkan seseorang figure (model) yang melakukan jenis-jenis tingkah laku untuk ditiru. Setelah film diputar, peserta diminta untuk memberikan evaluasi tentang perilaku dari model tersebut.

8. Simulations Method, metode simulasi berusaha menciptakan suatu

situasi yang merupakan tiruan dari keadaan nyata. Dalam

hubungannya dengan traning, maka suatu simulasi adalah suatu jenis alat atau teknik yang menjalin setepat mungkin kondisi-kondisi nyata yang ditemukan dalam pekerjaan. adapun metode-metode simulasi, diantaranya adalah :

a. Studi kasus, adalah uraian tertulis atau lisan tentang masalah

(64)

selama jangka waktu tertentu yang nyata dan hipotesis yang didasarkan pada kenyataan. Pada metode ini peserta diminta untuk mengidentifikasikan masalah-masalah dan

merekomendasikan jawaban-jawaban. Metode ini adalah metode belajar melalui perbuatan dan bermaksud meningkatkan

pemikiran analaitis dan kecakapan memecahkan masalah-masalah.

b. Role Playing (bermain peran), peserta diberitahu tentang suatu keadaan dan peran mereka yang harus mereka mainkan tanpa scenario. Metode ini memberikan kesempatan bagi peserta untuk mempelajari hubungan antar manusia melalui praktek dan

mengembangkan pemahaman akan pengaruh kelakuan mereka sendiri pada orang lain. Kebaikan dari pada metode ini adalah :

a. Memungkinkan belajar melalui perbuatan.

b. Menekankan kepekaan manusia dan interaksi manusia. c. Memberitahukan langsung hasilnya.

d. Menimbulkan minat dan ketertiban yang tinggi.

2.3.6 Sasaran Pelatihan dan Pengembangan SDM

(65)

a. Kategori Psikomotorik, meliputi pengontrolan otot-otot sehingga orang dapat melakukan gerakan-gerakan yang tepat. Sasarannya adalah agar orang tersebut memiliki keterampilan fisik tertentu. b. Kategori afektif, meliputi perasaan, nilai, dan sikap. Sasaran

pelatihan dalam kategori ini adalah untuk membuat orang mempunyai sikap tertentu.

c. Kategori kognitif, meliputi proses intelektual seperti mengingat, memahami dan menganalisis. Sasaran pelatihan pada kategori ini adalah untuk membuat orang mempunyai pengetahuan dan keterampilan berpikir.

Selain itu, perlu pula diketahui jenis sasaran pelatihan, sehingga setiap pelatihan yang diselenggarakan akan mencapai sasaran :

a. Berdasarkan tingkatannya :

1. Sasaran primer, sasaran ini merupakan inti dari program pelatihan. Sasaran primer ini sangat penting karena akan memberikan arti kejelasan dan kesatuan atas segala kegiatan selama kegiatan pelatihan berlangsung.

(66)

b. Berdasarkan kontennya :

1. Berpusat pada kegiatan instruktur, yaitu menggambarkan apa yang dilakukan instruktur selama pelatihan dilaksanakan (seperti mendemostrasikan cara menggunakan program microsoft word).

2. Berpusat pada bahan pelajaran, yaitu menggambarkan bahan yang disampaikan dalam pelatihan (seperti: prosedur

mengaktifkan komputer).

3. Berpusat pada kegiatan peserta, yaitu menggambarkan kegiatan yang dilakukan peserta selama pelatihan (seperti: peserta mampu menggunakan komputer).

2.3. 7 Tujuan Pelatihan dan Pengembangan SDM Bagi Pegawai

Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 (Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Departemen Perdagangan, 2006) pelatihan

pengembangan SOM bertujuan untuk :

1. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika Pegawai Negeri Sipil (PNS) sesuai dengan kebutuhan instansi.

(67)

3. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat.

4. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintah umum dan pembangunan demi terwujudnya kepemerintahan yang baik.

Menurut Susanto (2006) untuk membentuk sosok Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang baik , perlu dilaksanakan pembinaan melalui jalur pendidikan dan

pengembangan SOM yang bertujuan untuk meningkatkan :

1. Sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, bangsa, negara dan tanah air.

2. Kompetensi teknis, manajerial dan atau kepemimpinannya (leadership).

3. Efisiensi, efektivitas, dan kualitas pelaksanaan tugas yang dilakukan dengan semangat kerjasama dan tanggung jawab sesuai dengan lingkungan kerja dan organisasinya.

Menurut Simamora (1999) tujuan-tujuan utama dari pelatihan pengembangan SOM pada intinya dapat dikelompokan ke dalam 5 (lima) bidang, antara lain :

1. Memperbaiki kinerja, pegawai yang bekerja secara tidak memuaskan

(68)

semua masalah kinerja yang tidak efektif, program pelatihan dan pengembangan yang sehat kerap kali berfaedah dalam meminimalkan masalah-masalah ini.

2.

Memutakhirkan keahlian para pegawai sejalan dengan kemajuan

teknologi, dengan melaui pelatihan, pelatih (trainer) memastikan bahwa

pegawai dapat secara efektif menggunakan teknologi-teknologi baru.

3.

Mengurangi waktu belajar bagi pegawai baru supaya menjadi

kompeten dalam pekerjaan, yang mana sering seorang pegawai baru

tidak memiliki keahlian-keahlian dan kemampuan yang di butuhkan untuk mencapai out put dan standar kualitas yang dibutuhkan.

4. Membantu memecahkan permasalahan operasional. Pelatihan

adalah salah satu cara terpenting guna memecahkan banyak dilema yang harus dihadapi; seringkali pelatihan yang diberikan membantu pegawai dalam memecahkan masalah-masalah organisasional dan melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif.

5. Mempersiapkan pegawai untuk promosi. Pelatihan memungkinkan

(69)

6. Mengorientasikan pegawai terhadap organisasi, memfokuskan kerja yang baik, guna mencapai efisiensi dalam bekerja.

7. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi. Pelatihan

pengembangan Sumber Daya Manusia (SOM) dapat memainkan peran ganda dengan cara menyediakan aktivitas-aktivitas yang membuahkan efektivitas organisasional yang lebih besar dan meningkatkan

pertumbuhan pribadi bagi semua pegawai.

2.3.8

Manfaat Pelatihan dan Pengembangan SOM Bagi Pegawai

Menu rut Simamora ( 1999) manfaat dari pelatihan pengembangan SOM yang mempunyai andil besar dalam menentukan efektivitas dan efisiensi pegawai adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas.

2. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan agar mencapai standar-standar kinerja yang dapat diterima.

3. Menciptakan sikap, loyalitas, dan kerja sama yang lebih menguntungkan.

4. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan perencanaan Sumber Daya Manusia (SOM).

(70)

11. Membantu pengembangan keterampilan mendengar, bicara dan menulis dengan latihan.

12. Membantu menghilangkan rasa takut melaksanakan tugas baru.

Manfaat-manfaat ini membantu baik individu maupun organisasi. Program pelatihan dan pengembangan SOM yang efektif adalah bantuan yang panting dalam perencanaan karier dan sering dipandang sebagai penyembuh

penyakit-penyakit organisasional.

2.3.9

Evaluasi Program Pelatihan dan Pengembangan SDM

Program pelatihan dan pengembangan haruslah dievaluasi dengan secara sistematis mendokumentasikan hasil-hasil pelatihan dari segi bagaimana sesungguhnya peserta berperilaku kembali pada pekerjaan mereka dan relevansi perilaku peserta pada tujuan-tujuan perusahaan. Evaluasi membutuhkan adanya penilaian terhadap dampak program perilaku dan sikap dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pengukuran efektifitas pelatihan meliputi penilaian :

1. Reaksi-reaksi, mengukur reaksi-reaksi (reactions), biasanya terfokus

pada perasaan peserta terhadap pelatihan dan pelatihnya (trainer),

(71)

pengembangan SOM dalam hal ini diklat fungsional, karena pada hakekatnya pelatihan dan pengembangan SOM merupakan suatu sarana bagi pegawai untuk merencanakan karier atau promosi kejenjang kerja yang lebih tinggi, pemecahan masalah (problem solving) dalam bekerja, menciptakan

kepuasan kerja akan hasil yang didapat, pengembangan diri pegawai dan peningkatan kemampuan kerja pegawai. Oitambahkan pula bahwa pelatihan dan pengembangan SOM merupakan sarana pegawai dalam mendapatkan dan meningkatkan kemampuan konsep, teknis dan hubungan interpersonal pegawai yang dibutuhkan pegawai untuk meningkatkan kinerja mereka, serta sikap pegawai mengambil peranan penting dalam hal mendapatkan dan meningkatkan ketiga unsur kemampuan kerja tersebut. Melihat dari pejelasan tersebut, maka sikap pegawai terhadap pelatihan dan pengembangan SOM merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai.

Sikap pegawai terhadap pelatihan dan pengembangan SOM merupakan suatu respon sikap yang diberikan oleh pegawai dalam menilai pelatihan dan

(72)

2.5

HIPOTESA

Berdasarkan uraian di alas, maka hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini adalah :s

H o : Sikap pegawai terhadap pelatihan dan pengembangan SOM tidak berhubungan dengan kinerja pegawai.

(73)

3.1

JENIS PENELITIAN

3.1.1

Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Tabel 4.6 Kategorisasi Sikap Pegawai
Tabel 2.1 Perbedaan Sikap dengan Sifat
Alur Gambar2.1 Respon Sikap Terhadap Objek

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi membutuhkan peran resiliensi.Resiliensi adalah kualitas pribadi yang memungkinkan individu untuk bangkit ketika

[r]

The key to address the problems is to find the correct matching between rivers and fragments of groups of contours that form related valleys and talwegs, which in

[r]

Meanwhile, by establishing the hydrological and water quality response model on LUCC result, we also give a method and integrating framework with GIS to simulate the

Pada umumnya bertindak tegas dan tidak memihak, memberikan teladan yang baik, kemampuan mengerakkan tim kerja untuk men- capai kinerja yang tinggi, mampu menggugah semangat

With the innovations of remote sensing (RS) and geographic information system (GIS) tools and statistical techniques, the predictive capability of models is substantially

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran matematika dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam belajar materi persamaan linear dua variabel sedangkan