SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Disusun Oleh : NANIK SULISTYARINI
NIM : 109101000015
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
iii
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN Skripsi, November 2013
Nanik Sulistyarini, NIM. 109101000015
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
xix + (148) halaman, (34) tabel, (2) bagan, (6) lampiran ABSTRAK
Latar Belakang. Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang penting untuk diperhatikan oleh organisasi. Hal ini dikarenakan, kepuasan yang dirasakan pegawai dalam pekerjaannya akan meminimalisir tingginya angka turn over dan kemangkiran pegawai serta dapat meningkatkan produktivitas dan loyalitas pegawai pada organisasi.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif dan dengan desain penelitian cross sectional study. Pengumpulan data dilakukan dengan alat bantu berupa kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai tetap yang bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 104 responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat.
Hasil. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pegawai tetap yang merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta sebesar 47,1%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 8 variabel yang memiliki hubungan secara bermakna dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta meliputi variabel gaji, pengakuan, kebijakan organisasi, hubungan interpersonal, jenis pekerjaan, jaminan pekerjaan, pengawasan dan kondisi kerja.
Saran. Pihak Rumah Sakit Haji Jakarta sebaiknya melakukan evaluasi terhadap sistim penggajian yang berlaku dengan memberikan gaji yang sesuai dengan faktor umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, tanggung jawab dan prestasi kerja pegawai. Selain itu, pihak Rumah Sakit Haji Jakarta sebaiknya lebih mengembangkan sistim penghargaan yang ada baik dalam bentuk materi maupun non materi, memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam kegiatan diklat, membenahi sistim pengembangan karir yang lebih terarah, meningkatkan komunikasi yang terjalin dalam lingkungan kerja, memberikan jenis pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki pegawai, mengembangkan faktor kesejahteraan yang diberikan kepada pegawai, melakukan pengawasan secara rutin pada pekerjaan yang dilakukan pegawai serta menciptakan kondisi kerja yang dapat meningkatkan semangat kerja pegawai.
iv
SPECIALIZATION IN HEALTH CARE MANAGEMENT
Thesis, November 2013
Nanik Sulistyarini, NIM. 109101000015
The Factors that are Related to Employee Job Satisfaction at Rumah Sakit Haji Jakarta in 2013
xix + (148) pages, (34) tables, (2) charts, (6) attachments ABSTRACT
Background. Job satisfaction is one of the important factors to be considered by the organization. This is because the satisfaction feeling of the employees on the job will minimize the high rate of employee turnover and absenteeism and increase productivity and employee loyalty to the organization.
Method. This research used quantitative and analytical approach with a cross sectional study design. The data was collected using questionnaire tool. The population in this study is all full-time employees who work at Rumah Sakit Haji Jakarta. There are 104 respondents as samples. The data was analyzed using univariate and bivariate analysis.
Results. Based on this research, it is known that permanent employees who are dissatisfied working at Rumah Sakit Haji Jakarta is 47,1 %. The results also show that there are eight variables that have significant relationships with employee job satisfaction at Rumah Sakit Haji Jakarta, they are salary variable, recognition variable, organization policy variable, interpersonal relationship variable, job type variable, job security variable, control and working condition variable.
Suggestions. The hospital management should do an evaluation of the existing payroll system to give salary according to age, gender, education, tenure, responsibilities and job performance of employees. In addition, Rumah Sakit Haji Jakarta should do further develop a reward system in the form of material and non material, provide greater opportunities in education and training activities, improve a system that is more focused career development, improve the communication that exists within the working environment, provide the kind of work in accordance with the interests and talents of employees, developing welfare factor which is given to an employee, regularly monitoring the work done on employees and creating working conditions that can increase employee morale.
vii
Data Pribadi
Nama : Nanik Sulistyarini.
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Juni 1991.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Agama : Islam.
Alamat : Komp. Taman Asri Blok E12 No.18 b RT 003/ RW
010 Kelurahan Gaga, Kecamatan Larangan, Ciledug
Kota Tangerang, Banten 15154.
No. Telp/ Hp : 021 731 6233 / 0838 0811 5577.
Email : nani.sulistyarini@gmail.com
Riwayat Pendidikan Formal
1. 1996 - 1997 : Taman Kanak-Kanak Kusuma Djaya.
2. 1997 - 2003 : SD Negeri Larangan Utara 03.
3. 2003 - 2006 : SMP Negeri 11 Tangerang.
4. 2006 - 2009 : SMA Negeri 12 Tangerang.
5. 2009 - sekarang : S1-Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
viii
1. 2008 - 2009 : Kursus Bahasa Inggris di IEC Cabang Petukangan, Jakarta
Selatan.
2. 2010 - 2011 : Kursus Bahasa Inggris di LBPP LIA Cabang Ciputat,
Tangerang Selatan
3. 2012 - selesai : Kursus Bahasa Inggris di Alphabeth Ciputat, Tangerang
Selatan.
Riwayat Organisasi
1. 2006 - 2007 : Staf Hubungan Masyarakat Majelis Permusyawaratan
Kelas (MPK)-OSIS SMA Negeri 12 Tangerang.
2. 2007 - 2008 : Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMA Negeri 12 Tangerang.
3. 2008 - 2009 : Club Fisika SMA Negeri 12 Tangerang.
4. 2010 - 2012 : Bendahara Departemen Kesenian dan Olahraga Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. 2012 - sekarang : Ketua Departemen Informasi dan Komunikasi Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran dan
ix
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013”
dapat diselesaikan tepat waktu.
Skripsi ini merupakan salah satu tugas akhir mahasiswa semester VIII
(delapan) Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
(SKM). Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Orangtua dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik secara materil
maupun non materil dalam penyusunan penelitian skripsi ini.
2. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ir. Febrianti, M.Si selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Riastuti Kusuma Wardani, MKM dan Drs. M. Farid Hamzens, M.Si selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dalam pelaksanaan
penelitian skripsi ini.
5. Fajar Ariyanti, Ph.D, Yuli Amran, MKM dan Dr. Dra. Delina Hasan, Apt, M.Kes selaku penguji sidang skripsi yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.
6. dr.Yuli Prapanca Satar, MARS selaku penanggung jawab Peminatan Manajemen
Pelayanan Kesehatan yang telah memberikan masukan dalam pelaksanaan
penelitian skripsi ini.
7. Seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta termasuk para dosen tamu,
x skripsi ini.
9. Ns. Kusnanto, S.Kep yang telah membantu perizinan penelitian skripsi ini.
10.Seluruh staf Rumah Sakit Haji Jakarta khususnya Bapak Heri Haerudin, Bapak
Tatang, Ibu Devi, Bapak Abu, Bapak Ridwan, Ibu Melly, dll yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini.
11.Fachmi Rizky Ramadhan, S.Ds, mama Aban dan papa Mundir yang telah
membantu pelaksanaan penelitian skripsi ini.
12.Kakak-kakakku Leni, Lisa dan Desti yang telah membantu pelaksanaan penelitian
skripsi ini.
13.Teman-temanku Indryani, Rahmi Fadhila, Mentary Putri, Amelia Marif, Nadia
Tahsinia, Seno Bayu, Nur Najmi Laila, Desi Nutrika, Lilik Muizah, Kiki
Chairani, Endrawati Ratna dan Kak Ami 2007, yang telah membantu pelaksanaan
penelitian skripsi ini.
14.Teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Angkatan 2009, khususnya teman-teman Peminatan Manajemen
Pelayanan Kesehatan (MPK).
15.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat keterbatasan
dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan dari
semua pihak untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Jakarta, November 2013
xi
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ... v
LEMBAR PENGESAHAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR BAGAN ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... .. 1
B. Rumusan Masalah ... .. 10
C. Pertanyaan Penelitian ... .. 11
1. Pertanyaan Umum ... .. 11
2. Pertanyaan Khusus ... .. 11
D. Tujuan Penelitian ... .. 12
1. Tujuan Umum ... .. 12
2. Tujuan Khusus ... .. 12
E. Manfaat Penelitian ... .. 13
1. Secara Teoritis ... .. 13
2. Secara Aplikatif ... .. 13
3. Secara Metodologi ... .. 13
xii
BAB II TINJAUAN PUSAKA ... 15
A. Kepuasan Kerja ... .. 15
1. Pengertian Kepuasan Kerja ... .. 15
2. Teori Kepuasan Kerja ... .. 16
3. Faktor-faktor Kepuasan Kerja ... .. 21
4. Pengukuran Kepuasan Kerja ... .. 41
B. Kerangka Teori ... .. 47
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 48
A. Kerangka Konsep ... .. 48
B. Definisi Operasional ... .. 52
C. Hipotesis Penelitian ... .. 58
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 59
A. Desain Penelitian ... ... 59
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 59
C. Populasi dan Sampel ... ... 59
1.Populasi ... ... 59
2.Sampel ... ... 60
D. Jenis dan Sumber Data ... ... 61
1.Data Primer ... ... 61
2.Data Sekunder ... ... 62
E. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... ... 62
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... ... 64
1. Uji Validitas Data ... ... 64
2. Uji Reliabilitas Data ... ... 65
G. Pengolahan Data ... ... 66
1.Menyunting Data (data editing) ... 67
xiii
H. Analisis Data ... ... 69
1.Analisis Univariat ... ... 69
2.Analisis Bivariat ... ... 70
BAB V HASIL PENELITIAN ... 71
A. Gambaran Umum Rumah Sakit Haji Jakarta ... .. 71
1. Profil Rumah Sakit Haji Jakarta ... .. 71
2. Struktur Organisasi Rumah Sakit Haji Jakarta ... .. 71
3. Ketenagaan Rumah Sakit Haji Jakarta ... .. 72
B. Analisis Univariat ... .. 73
C. Analisis Bivariat ... .. 82
D. Rekapitulasi Hasil Analisis Univariat dan Analisis Bivariat .... .. 99
BAB VI PEMBAHASAN ... 102
A. Keterbatasan Penelitian ... ... 102
B. Gambaran Kepuasan Kerja Pegawai Tetap ... ... 103
C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta ... ... 105
1. Umur ... ... 105
2. Jenis Kelamin ... ... 107
3. Pendidikan ... ... 111
4. Masa Kerja ... ... 113
5. Gaji ... ... 116
6. Pengakuan ... ... 119
7. Kebijakan Organisasi ... ... 122
8. Hubungan Interpersonal ... ... 124
9. Tanggung Jawab ... ... 126
10. Prestasi Kerja ... ... 129
11. Jenis Pekerjaan ... ... 131
xiv
BAB VII PENUTUP ... 140
A. Simpulan ... .... 140
B. Saran ... .... 140
1. Bagi Rumah Sakit ... .... 140
2. Bagi Peneliti Lain ... .... 141
xv
Nomor Bagan Nomor Halaman
2.1 Kerangka Teori 47
xvi
Nomor Tabel Nomor Halaman
3.1 Definisi Operasional 52
4.1 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian 66
5.1 Komposisi dan Jumlah Sumber Daya Manusia 72
5.2 Distribusi Frekuensi Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 73
5.3 Distribusi Frekuensi Variabel Umur Pegawai Tetap
di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 74
5.4 Distribusi Frekuensi Variabel Jenis Kelamin Pegawai
Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 75
5.5 Distribusi Frekuensi Variabel Pendidikan Pegawai
Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 75
5.6 Distribusi Frekuensi Variabel Masa Kerja Pegawai
Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 76
5.7 Distribusi Frekuensi Variabel Gaji Pegawai Tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 76
5.8 Distribusi Frekuensi Variabel Pengakuan Pegawai
Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 77
5.9 Distribusi Frekuensi Variabel Kebijakan Organisasi Bagi
Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 78
5.10 Distribusi Frekuensi Variabel Hubungan Interpersonal
di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 78
5.11 Distribusi Frekuensi Variabel Tanggung Jawab Pegawai
Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 79
5.12 Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Kerja Pegawai
xvii
5.14 Distribusi Frekuensi Variabel Jaminan Pekerjaan Pegawai
Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 81
5.15 Distribusi Frekuensi Variabel Pengawasan Terhadap
Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 81
5.16 Distribusi Frekuensi Variabel Kondisi Kerja di Rumah
Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 82
5.17 Analisis Hubungan Antara Umur dengan Kepuasan
Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta
Tahun 2013 83
5.18 Analisis Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 84
5.19 Analisis Hubungan Antara Pendidikan dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 85
5.20 Analisis Hubungan Antara Masa Kerja dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 86
5.21 Analisis Hubungan Antara Gaji dengan Kepuasan
Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta
Tahun 2013 87
5.22 Analisis Hubungan Antara Pengakuan dengan Kepuasan
Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta
Tahun 2013 88
5.23 Analisis Hubungan Antara Kebijakan Organisasi dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
xviii
Haji Jakarta Tahun 2013 91
5.25 Analisis Hubungan Antara Tanggung Jawab dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 92
5.26 Analisis Hubungan Antara Prestasi Kerja dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 93
5.27 Analisis Hubungan Antara Jenis Pekerjaan dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 94
5.28 Analisis Hubungan Antara Jaminan Pekerjaan dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 95
5.29 Analisis Hubungan Antara Pengawasan dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 96
5.30 Analisis Hubungan Antara Kondisi Kerja dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 98
5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Penelitian 99
5.32 Hubungan Antara Variabel Independen dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
xix Lampiran 1. Lembar Kuesioner
Lampiran 2. Struktur Organisasi Rumah Sakit Haji Jakarta
Lampiran 3. Surat Permohonan Skripsi di Rumah Sakit Haji Jakarta
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Skripsi di Rumah Sakit Haji Jakarta
Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Pengumpulan Data di Rumah Sakit Haji
Jakarta
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan faktor yang sangat
penting. Hal ini dikarenakan unsur sumber daya manusia merupakan kunci
keberhasilan organisasi. Rumah sakit sebagai institusi yang kompleks dengan
produk yang dihasilkan berupa pelayanan membuat kualitas pelayanan di
rumah sakit sangat dipengaruhi oleh kualitas pemberi pelayanan (Widodo,
2003).
Saat ini diketahui bahwa permasalahan pokok yang sering timbul
dalam manajemen sumber daya manusia adalah bagaimana mencari cara
terbaik untuk mencapai kepuasan kerja pegawai (Utomo, 2008). Sehingga,
permasalahan terkait kepuasan kerja perlu mendapat perhatian dan ditangani
secara sungguh-sungguh. Hal ini sebagai upaya untuk menghindari dampak
negatif yang mungkin akan dihadapi rumah sakit akibat permasalahan tersebut
(Widodo, 2003).
Menurut Handoko (2001) yang dimaksud dengan kepuasan kerja (job
satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan dengan mana para pegawai memandang pekerjaan mereka.
pernyataan emosional yang positif, yang berasal dari perkiraan pekerjaan dan
pengalaman kerja seseorang.
Kepuasan kerja memiliki arti penting bagi pegawai maupun
perusahaan. Hal ini dikarenakan kepuasan kerja merupakan cerminan
perasaan seseorang terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi
dalam lingkungan kerjanya (Umar, 2008). Kepuasan kerja merupakan sikap
umum positif seseorang terhadap kehidupan organisasionalnya. Hal tersebut
akan terlihat dalam keadaan positif di lingkungan kerja perusahaan maupun
sikap positif pegawai terhadap pekerjaannya. Apabila kepuasan kerja pegawai
terpenuhi, mereka akan cenderung memiliki motivasi yang tinggi untuk
melakukan pekerjaannya secara optimal yang memiliki orientasi pada
pencapaian tujuan organisasi (Utomo, 2008).
Selain itu, kepuasan kerja pegawai merupakan salah satu aspek yang
penting untuk diperhatikan oleh organisasi dikarenakan dengan mengetahui
tingkat kepuasan kerja pegawai, organisasi dapat meningkatkan produktivitas
serta efisiensi melalui perbaikan sikap dan tingkah laku kerja pegawainya
(As’ad, 2004). Seseorang yang bekerja dalam suatu organisasi memiliki hasrat
yang kuat untuk mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan di tempat ia
bekerja. Kepuasan kerja tentunya akan dapat diperoleh oleh pegawai apabila
adanya korelasi antara harapan dengan kenyataan yang diperoleh di tempat ia
bekerja (Utomo, 2008).
Pada dasarnya setiap individu dalam organisasi memiliki tingkat
dirinya. Dimana, semakin tinggi penilaian seseorang terhadap pekerjaan yang
dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinggi kepuasan
yang dirasakan (Rivai, 2006).
Kepuasan kerja yang dirasakan pegawai dalam organisasi ditandai
dengan rendahnya proporsi pegawai yang meninggalkan organisasi,
rendahnya angka absensi pegawai, meningkatnya produktivitas pegawai serta
kepuasan kerja akan meningkatkan loyalitas pegawai terhadap organisasi
(Davis dan Newstrom, 1995).
Sebaliknya, ketidakpuasan kerja pegawai dalam organisasi ditandai
dengan menurunnya loyalitas pegawai, tingginya tingkat perputaran pegawai,
kemangkiran pegawai dan tindakan-tindakan negatif vital personalia lainnya
yang dapat merugikan organisasi (Handoko, 2001). Dilain sisi, Siagian (2002)
mengemukakan bahwa penyebab ketidakpuasan kerja dapat beraneka ragam,
seperti kondisi kerja yang tidak memuaskan, penghasilan yang dirasa rendah,
hubungan yang tidak serasi antara atasan maupun rekan kerja serta
faktor-faktor lainnya.
Menurut Wexley dan Yulk (1977) dalam As’ad (2004), pekerjaan terbaik bagi penelitian kepuasan kerja adalah dengan memperhatikan faktor
organisasi maupun faktor individu pekerja. Menurut Kaplan (1997) dalam
Nurhayani (2006) kepuasan kerja dipengaruhi oleh karakteristik individu
seperti jenis kelamin, umur, status perkawinan, lama kerja, status jabatan dan
pendidikan. Sedangkan, menurut Robbins (2001) karakteristik organisasi yang
sekerja yang mendukung, upah kerja, kesempatan promosi, jenis pekerjaan
dan supervisi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan beberapa penelitian.
Penelitian Fitria (2004) mengenai “Kepuasan Kerja SDM Perawat
Unit Rawat Inap Rumah Sakit Islam Jakarta” menghasilkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, umur, pendidikan, lama kerja,
status pernikahan, tempat kerja dan jabatan terhadap kepuasan kerja perawat.
Dari seluruh variabel tersebut, variabel yang memiliki hubungan kuat dengan
kepuasan kerja adalah variabel pendidikan dan tempat kerja. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa perawat dengan pendidikan rendah
memiliki persentase 16,7% terhadap ketidakpuasan kerja dan 83,3%
menyatakan puas terhadap pekerjaannya. Sedangkan, perawat dengan
pendidikan tinggi yang menyatakan tidak puas terhadap pekerjaannya sebesar
62,5% dan yang menyatakan puas terhadap pekerjaannya sebesar 37,5%. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi pendidikan perawat, maka
semakin tinggi pula tingkat kepuasannya.
Sedangkan, untuk variabel tempat kerja diperoleh hasil bahwa perawat
yang bekerja pada kelas yang lebih tinggi memiliki persentase 78,57%
terhadap ketidakpuasan dan 21,42% puas terhadap pekerjaannya. Sedangkan,
perawat pada kelas yang lebih rendah memiliki persentase ketidakpuasan
sebesar 34,61% dan puas sebesar 65,38%. Hal ini menunjukkan bahwa
perawat yang bekerja pada kelas yang lebih tinggi cenderung merasakan tidak
ruang kelas yang lebih tinggi serta besarnya beban kerja yang dirasakan
dibandingkan dengan kelas rawat inap yang lebih rendah.
Penelitian lain dikemukakan oleh Vaundika (2010) mengenai “Faktor
-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Pegawai Non PNS Bidang
Pelayanan Penunjang Medis Terhadap Kompensasi yang diterima di RSUD
Pasar Rebo” menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
umur, jabatan, pendidikan, unit kerja, lama kerja, kondisi kerja, kebijakan
penentuan kompensasi dan gaji. Dari seluruh variabel tersebut, variabel yang
memiliki hubungan kuat terhadap kepuasan kerja adalah variabel unit kerja
dan kondisi kerja. Hasil penelitian tersebut menunjukkan sebesar 28,6%
pegawai puas pada unit tempat mereka bekerja dan 71,4% menyatakan tidak
puas pada unit tempat mereka bekerja. Sedangkan, untuk variabel kondisi
kerja terdapat 37,3% merasa puas pada kondisi kerja dan sebesar 62,7%
merasa tidak puas pada kondisi tempat mereka bekerja.
Rumah Sakit Haji Jakarta merupakan rumah sakit swasta kelas B Non
Pendidikan yang memiliki visi “Menjadi Rumah Sakit Islami Berkelas
Dunia”. Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian Sumber Daya Manusia
Rumah Sakit Haji Jakarta diketahui bahwa jumlah pegawai tetap yang saat ini
dimiliki oleh Rumah Sakit Haji Jakarta adalah 758 pegawai.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
melalui observasi dan wawancara dengan bagian Sumber Daya Manusia
permasalahan terkait kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta, antara lain :
1. Tingginya angka turn over pegawai di Rumah Sakit Haji Jakarta.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bagian Sumber Daya Manusia
Rumah Sakit Haji Jakarta diketahui bahwa terdapat sejumlah pegawai
yang mengundurkan diri dari Rumah Sakit Haji Jakarta, yaitu pada tahun
2008 terdapat 7 orang pegawai yang mengundurkan diri, tahun 2009
terdapat 12 orang, tahun 2010 mengalami peningkatan dua kali lipat dari
tahun sebelumnya, yaitu terdapat 26 orang yang mengundurkan diri dari
Rumah Sakit Haji Jakarta, tahun 2011 terdapat 28 orang dan mengalami
penurunan pada tahun 2012, yaitu sebesar 14 orang dan pada bulan
Januari-Maret 2013 terdapat 4 orang yang mengundurkan diri dari Rumah
Sakit Haji Jakarta. Dapat dipastikan pula bahwa akan terjadi peningkatan
jumlah pegawai yang mengundurkan diri sampai dengan akhir tahun 2013.
Permasalahan terkait tingginya angka turn over pegawai, merupakan
indikasi terhadap adanya rasa ketidakpuasan yang dirasakan pegawai.
Dimana, hal ini dapat didukung dengan adanya teori yang dikemukakan
oleh Davis dan Newstrom (1995) yang menyatakan bahwa respons
terhadap ketidakpuasan kerja ditunjukkan seseorang melalui perilaku yang
diarahkan pada meninggalkan organisasi dengan cara mengundurkan diri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian Sumber Daya Manusia,
diketahui bahwa tingginya angka turn over pegawai diakibatkan karena
peningkatan jenjang karir, yaitu pegawai diterima sebagai Pegawai Negeri
Sipil (PNS). Menurut teori yang dikemukakan oleh Herzberg (1968)
dalam Utomo (2008) salah satu alasan utama yang menyebabkan pegawai
untuk mengundurkan diri adalah perkembangan karir yang diperoleh oleh
seseorang.
Hal lain yang mendasari mereka untuk meninggalkan Rumah Sakit
Haji Jakarta adalah rasa kejenuhan dan rasa tidak nyaman yang dirasakan
akan lingkungan kerja di Rumah Sakit Haji Jakarta. Hal tersebut dapat
menjadi suatu indikasi bahwa kepuasan kerja pegawai di Rumah Sakit
Haji Jakarta rendah yang mengakibatkan banyaknya pegawai yang
memilih untuk mengundurkan diri.
2. Permasalahan lain yang diperoleh adalah tingkat kedisiplinan pegawai di
Rumah Sakit Haji Jakarta masih tergolong rendah. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Bagian Sumber Daya Manusia menunjukkan bahwa pada
bulan Januari 2012 jumlah kemangkiran pegawai sebesar 7 %, pada bulan
Februari 2012 sebesar 6 %, Maret 2012 sebesar 5 %, April 2012 sebesar
4 %, Mei 2012 sebesar 5 %, Juni 2012 sebesar 7 %, Juli 2012 sebesar 6 %,
Agustus 2012 sebesar 9 %, September 2012 sebesar 5 %, Oktober 2012
sebesar 6 %, November 2012 sebesar 7 %, Desember 2012 sebesar 6 %,
Januari 2013 sebesar 7 %, Februari 2013 sebesar 6 % dan pada bulan
Maret 2013 sebesar 5 %.
Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa tingkat kedisiplinan
terhadap ketidakpuasan kerja yang dirasakan oleh pegawai. Dimana, hal
tersebut dapat didukung dengan adanya teori yang dikemukakan oleh
beberapa orang ahli seperti Handoko (2001), Davis dan Newstrom (1995),
Siagian (2008) dan Wibowo (2007) yang menyatakan bahwa
ketidakpuasan kerja pegawai terhadap suatu pekerjaan akan berdampak
pada tingginya angka kemangkiran pegawai dalam organisasi.
3. Banyaknya keluhan yang dikemukakan pegawai terkait gaji yang
diterimanya tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan maupun beban
pekerjaannya.
4. Keluhan pegawai akan rasa ketidakpuasan terhadap kebijakan organisasi
perihal promosi jabatan serta ketidakadilan yang dirasakan terhadap
kegiatan pendidikan dan pelatihan.
5. Keluhan pegawai akan rasa kejenuhan dan tidak nyaman pada lingkungan
pekerjaan. Dimana, dalam hal ini terjadi ketidakharmonisan hubungan
interpersonal yang terjalin antar pegawai.
6. Keluhan pegawai terhadap pengawasan supervisi yang sangat jarang
dilakukan. Hal ini membuat pegawai merasa pekerjaan mereka tidak
mendapat pengawasan. Sehingga, sebaik apapun pekerjaan yang mereka
lakukan, mereka tidak akan menerima reward, yang sebenarnya hal
tersebut dapat meningkatkan hasrat mereka untuk bekerja lebih baik.
Permasalahan terkait banyaknya keluhan pegawai tersebut dapat
didukung dengan teori yang dikemukakan oleh Siagian (2002) yang
seperti penghasilan rendah atau dirasa kurang memadai, kondisi kerja yang
kurang memuaskan, hubungan kerja yang tidak serasi, pekerjaan yang tidak
sesuai serta berbagai faktor lainnya.
Penelitian kepuasan kerja ini dilakukan dengan melibatkan 14 variabel
penelitian. Dimana, didalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang
belum banyak diteliti oleh peneliti terdahulu seperti variabel prestasi kerja dan
jaminan pekerjaan. Prestasi kerja dan jaminan pekerjaan merupakan suatu
faktor yang juga penting untuk diteliti. Hal ini dikarenakan, seorang pegawai
yang menginginkan kemajuan karir dalam organisasi akan memiliki dorongan
untuk memberikan hasil kerja yang baik. Sehingga, prestasi kerja yang
dihasilkan akan membuat pegawai memperoleh pengembangan karir yang
lebih cepat.
Sedangkan, dengan adanya jaminan pekerjaan yang diberikan oleh
organisasi akan membuat pegawai mengabdikan diri lebih lama dalam
organisasi. Hal ini dikarenakan, jaminan pekerjaan yang diberikan oleh
organisasi di luar gaji pokok pegawai membuat pegawai merasa nyaman dan
mendapat perhatian dalam bekerja pada suatu organisasi yang nantinya akan
menimbulkan kepuasan kerja. Oleh karena itu, didalam penelitian ini variabel
prestasi kerja dan jaminan pekerjaan perlu diteliti. Dimana, kedua variabel
tersebut merupakan variabel yang di adopsi dari teori yang dikemukakan oleh
Herzberg. Penelitian ini juga merupakan penelitian yang belum pernah
Berdasarkan pada uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja pegawai
tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan atas
dasar tingginya angka turn over pegawai, tingkat kedisiplinan pegawai yang
masih tergolong rendah serta banyaknya keluhan yang diungkapkan pegawai
akan rasa ketidakpuasan terhadap pekerjaannya di Rumah Sakit Haji Jakarta.
Oleh karena itu, untuk mengetahui kepuasan kerja pegawai tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta, peneliti menganggap perlu untuk mengangkat
bahasan terkait kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta.
Hal ini dikarenakan pegawai merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan
organisasi, bila kepuasan kerja yang ada dalam diri pegawai tinggi maka
rumah sakit akan semakin mudah untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
B. Rumusan Masalah
Hal yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah adanya
permasalahan yang terjadi di Rumah Sakit Haji Jakarta yang merupakan
indikasi terhadap ketidakpuasan kerja pegawai tetap. Dimana, hal ini dapat
ditunjukkan dengan adanya 91 orang yang mengundurkan diri dari Rumah
Sakit Haji Jakarta yang terjadi sejak tahun 2008 hingga Maret 2013. Diketahui
pula bahwa tingkat kedisplinan pegawai yang bekerja di Rumah Sakit Haji
Selain itu, hal lain yang melatarbelakangi permasalahan untuk
dilakukannya penelitian ini adalah banyaknya keluhan yang dikemukakan
pegawai akan gaji yang diberikan tidak sesuai dengan pekerjaan yang telah
dilakukan, keluhan pada ketidakadilan kebijakan organisasi terkait pemberian
kesempatan dalam promosi jabatan dan kegiatan pendidikan dan pelatihan,
rasa kejenuhan dan tidak nyaman pada lingkungan pekerjaan dimana hal
tersebut didasarkan pada hubungan interpersonal antar pegawai tidak berjalan
dengan baik serta rasa ketidakpuasan akan pengawasan dari supervisi.
Dalam mengatasi permasalahan yang terjadi, maka Rumah Sakit Haji
Jakarta perlu memperhatikan kepuasan kerja pegawainya. Berdasarkan pada
hal tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit
Haji Jakarta Tahun 2013”.
C. Pertanyaan Penelitian 1. Pertanyaan Umum
Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kepuasan kerja
pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013?
2. Pertanyaan Khusus
a. Bagaimana gambaran kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit
b. Bagaimana gambaran faktor karakteristik individu (umur, jenis
kelamin, pendidikan dan masa kerja) pegawai tetap di Rumah Sakit
Haji Jakarta tahun 2013?
c. Bagaimana gambaran faktor organisasi (gaji, pengakuan, kebijakan
organisasi, hubungan interpersonal, tanggung jawab, prestasi kerja,
jenis pekerjaan, jaminan pekerjaan, pengawasan dan kondisi kerja) di
Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja
pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit
Haji Jakarta Tahun 2013.
b. Diketahuinya gambaran faktor karakteristik individu (umur, jenis
kelamin, pendidikan dan masa kerja) pegawai tetap di Rumah Sakit
Haji Jakarta tahun 2013.
c. Diketahuinya gambaran faktor organisasi (gaji, pengakuan, kebijakan
organisasi, hubungan interpersonal, tanggung jawab, prestasi kerja,
jenis pekerjaan, jaminan pekerjaan, pengawasan dan kondisi kerja) di
E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan
ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan kepuasan kerja pegawai yang
merupakan pengembangan dari teori yang telah ada.
2. Secara Aplikatif
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pihak Rumah Sakit Haji
Jakarta untuk mengetahui informasi terkait kepuasan kerja pegawai
tetap.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pihak Rumah Sakit Haji
Jakarta sebagai rekomendasi dalam pengambilan keputusan serta
membuat strategi kebijakan dan program peningkatan kepuasan kerja
pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta.
3. Secara Metodologi
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti-peneliti lain dalam
mengembangkan penelitian lebih lanjut serta sebagai media pembelajaran
dan bahan referensi tentang kepuasan kerja pegawai di rumah sakit yang
4. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a. Terlaksananya salah satu upaya untuk mengimplementasikan Tri
Dharma Perguruan Tinggi, yaitu akademik, penelitian dan pengabdian
masyarakat.
b. Dapat memberikan masukan dan menjadi bahan referensi bagi
mahasiswa mengenai kepuasan kerja pegawai.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja pegawai
tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013. Penelitian ini dilakukan oleh
mahasiswi Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai
tetap yang bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan studi
kepustakaan. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Haji Jakarta pada bulan
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepuasan Kerja
1. Pengertian Kepuasan Kerja
Hasibuan (2005) mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai sikap emosional
yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Dimana, sikap tersebut
ditunjukkan dengan moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Hal tersebut
senada dengan yang dikemukakan oleh Kreitner dan Kinnicki (2001) dalam
Wibowo (2007) yang mengungkapkan bahwa kepuasan kerja adalah respons
affective atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan seseorang. Definisi
ini menunjukkan bahwa job satisfaction bukan merupakan konsep tunggal.
Melainkan seseorang dapat relatif puas dengan salah satu aspek pekerjaan dan
tidak puas dengan satu atau lebih aspek pekerjaan lainnya.
Menurut Church (1992) dalam Setyawan (2005), kepuasan kerja adalah
hasil dari berbagai macam sikap (attitude) yang dimiliki oleh pegawai. Dalam
hal ini, yang dimaksud dengan sikap tersebut adalah segala hal yang
berhubungan dengan pekerjaan seperti pengawasan/supervisi, gaji dan
tunjangan, kesempatan promosi dan kenaikan pangkat, kondisi kerja,
pengalaman terhadap kecakapan, penilaian kerja yang adil dan tidak
cepat terhadap keluhan dan perlakuan yang baik dari pimpinan terhadap
pegawai.
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli terkait
kepuasan kerja, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah
perasaan emosional yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan yang
dirasakan pegawai dalam pekerjaannya.
2. Teori Kepuasan Kerja
Teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa yang membuat
sebagian orang lebih puas terhadap pekerjaannya daripada beberapa lainnya.
Teori ini juga mencari landasan tentang proses perasaan orang terhadap
kepuasan kerja (Wibowo, 2007). Menurut Wexley dan Yulk (1977) dalam
As’ad (2004) teori-teori tentang kepuasan kerja terbagi menjadi tiga macam,
yaitu :
a. Discrepancy Theory (Teori Perbedaan)
Teori ini dipelopori oleh Porter (1961). Teori ini mengukur kepuasan
kerja seseorang dengan menghitung selisih antara sesuatu yang seharusnya
dengan kenyataan yang dirasakan. Locke (1969) dalam As’ad (2004)
menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang bergantung kepada
discrepancy antara should be (expectation, needs or values) dengan apa
yang menurut perasaannya atau persepsinya telah diperoleh atau dicapai
ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan,
karena batas minimum yang diinginkan telah terpenuhi.
Apabila kepuasan diperoleh melebihi dari yang diinginkan, maka
orang akan menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat discrepancy, tetapi
merupakan discrepancy yang positif. Sebaliknya, semakin jauh kenyataan
yang dirasakan di bawah standar minimum sehingga menjadi negative
discrepancy, maka semakin besar pula ketidakpuasan seseorang terhadap
pekerjaan. Kepuasan kerja pegawai tergantung pada selisih antara sesuatu
yang dianggap akan didapatkan dengan apa yang dicapai.
b. Equity Theory (Teori Keadilan)
Teori keadilan ini dikembangkan oleh Adams (1963). Teori ini
mengemukakan bahwa seseorang akan merasa puas atau tidak puas,
tergantung pada ada atau tidaknya keadilan (equity) dalam suatu situasi,
khususnya situasi kerja. Perasaan akan equity dan inequity atas suatu
situasi, diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan
orang lain yang sederajat dengannya dalam suatu situasi yang sama
maupun berbeda.
Menurut Rivai (2006) komponen utama dalam teori keadilan adalah
input, out comes (hasil), equity (keadilan) dan in equity (ketidak adilan).
Yang dimaksud dengan input adalah “is anything of value that an
employee perceives that he contributes to his job”. Ini berarti input dalam
teori ini adalah segala sesuatu atau faktor-faktor yang bernilai atau
pekerjaannya, seperti faktor pendidikan, pengalaman, kecakapan, jumlah
tugas dan peralatan atau perlengkapan yang digunakan untuk
melaksanakan pekerjaannya.
Adapun yang dimaksud dengan out comes (hasil) dari teori ini adalah
“is anything of value that the employee perceives he obtains from the
job”. Artinya, hasil dalam teori ini adalah segala sesuatu yang dianggap
bernilai atau berharga oleh seseorang yang diperoleh dari pekerjaannya
seperti gaji, keuntungan sampingan, simbol, status, penghargaan dan
kesempatan untuk berhasil atau aktualisasi diri. Menurut teori ini, setiap
orang akan membandingkan rasio input dan hasil dari dirinya dengan rasio
input dan hasil dari orang lain. Bila perbandingan itu dianggap cukup adil,
maka pegawai akan merasa puas. Bila perbandingan tersebut tidak
seimbang tetapi menguntungkan, hal ini dapat menimbulkan kepuasan,
tetapi bisa pula tidak. Tetapi bila perbandingan itu tidak seimbang akan
timbul ketidakpuasan.
c. Two Factor TheoryFrederick Herzberg (Teori Dua Faktor)
Teori dua faktor merupakan teori yang dikemukakan oleh Frederick
Herzberg dalam As’ad (2004). Berdasarkan atas hasil penelitiannya dalam
mengembangkan teori ini, Herzberg membagi situasi yang mempengaruhi
sikap seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok satisfiers atau motivator dan kelompok dissatisfiers atau
Kelompok satisfiers atau motivator ialah faktor-faktor atau situasi
yang dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari
prestasi kerja, tanggung jawab, kepuasan pada pekerjaannya sendiri,
pengakuan dan peluang untuk maju dan berkembang dalam pekerjaan.
Sedangkan, kelompok dissatisfiers atau hygiene factors ialah faktor-faktor
yang terbukti menjadi sumber ketidakpuasan, yang terdiri dari kebijakan
organisasi, pengawasan/supervisi, gaji, hubungan interpersonal, kondisi
kerja, status dan jaminan pekerjaan. Perbaikan terhadap kondisi tersebut
akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak akan
menimbulkan kepuasan karena faktor-faktor tersebut bukan merupakan
sumber kepuasan kerja.
Hasil penelitian Herzberg juga menunjukkan bahwa jika para pegawai
berpandangan positif terhadap tugas pekerjaan mereka, maka tingkat
kepuasan yang mereka rasakan tinggi. Sebaliknya, jika pegawai
memandang tugas pekerjaannya secara negatif, maka dalam diri mereka
tidak akan merasa puas (Siagian, 2002).
Dapat disimpulkan bahwa dalam teori dua faktor terdapat faktor
pendorong yang berkaitan dengan perasaan positif terhadap pekerjaannya
yang dapat memberikan kepuasan kerja dan faktor yang dapat
mengakibatkan ketidakpuasan kerja. Kepuasan kerja merupakan motivator
internal yang berkaitan dengan pekerjaan dari pekerja itu sendiri,
sedangkan ketidakpuasan berkaitan dengan lingkungan pekerja dimana
Selain teori-teori yang telah dikemukakan diatas, terdapat teori lain yang
dapat mempengaruhi kepuasan kerja menurut ahli lainnya, yaitu :
a. Teori Kepuasan Kerja Menurut Gibson (1997)
Teori yang dikemukakan oleh Gibson (1997) menyatakan bahwa
perilaku individu memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja individu
tersebut dalam bekerja pada suatu organisasi. Dalam menjelaskan teori
terkait faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja, Gibson
membaginya kedalam tiga kelompok sebagai berikut :
1. Faktor Individu
Faktor individu merupakan faktor-faktor yang terdiri dari karakteristik
demografi seperti umur, jenis kelamin, ras/suku serta faktor-faktor
karakteristik individu lainnya seperti pendidikan dan pengalaman.
2. Faktor Psikologi
Yang termasuk dalam faktor psikologi menurut Gibson adalah
persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi.
3. Faktor Organisasi
Faktor organisasi yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja menurut
Gibson adalah desain pekerjaan, kebijakan dan aturan, imbalan,
hubungan langsung antara manajer dengan pegawai (supervisi),
b. Teori Kepuasan Kerja Menurut Baron dan Byrne (2005)
Baron dan Byrne (2005) menyatakan bahwa teori terkait faktor
kepuasan kerja diklasifikasikan kedalam dua kelompok faktor, yaitu faktor
individu dan faktor organisasi. Faktor individu atau karakteristik pegawai
yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja terbagi dalam dua prediktor
penting, yaitu faktor status dan senioritas. Semakin lama seseorang
bekerja dalam bidang pekerjaannya dan semakin tinggi statusnya, maka
semakin besar pula kepuasan yang dirasakan. Begitu pula, jika pekerjaan
seseorang semakin cocok dengan minatnya, maka semakin besar kepuasan
kerja yang diperoleh.
Sebaliknya, status kerja yang rendah dan pekerjaan yang rutin akan
mendorong pegawai untuk mencari pekerjaan lain. Hal tersebut berarti dua
faktor yang ada dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja dan pegawai
yang memiliki ketertarikan dan tantangan kerja akan merasa puas dengan
hasil kerjanya apabila mereka dapat menyelesaikan dengan maksimal.
Sedangkan, faktor organisasi yang dapat menimbulkan kepuasan kerja
terdiri dari faktor kebijakan organisasi dan iklim kerja.
3. Faktor-faktor Kepuasan Kerja
Banyak faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja pegawai.
Faktor-faktor itu sendiri dalam peranannya memberikan kepuasan kerja
kepada pegawai tergantung pada pribadi masing-masing pegawai (As’ad
pekerjaan terbaik bagi penelitian terkait kepuasan kerja pegawai adalah
dengan memperhatikan faktor-faktor yang ada baik faktor organisasi maupun
faktor individu dari pekerja.
a. Faktor Individu yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja Pegawai
Menurut Baron dan Byrne (2005) serta Gibson (1997), terdapat
beberapa faktor atau karakteristik individu yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja, yaitu :
1. Umur
Gibson (1997) mengungkapkan bahwa hubungan umur dengan
kepuasan kerja menunjukkan hubungan yang positif, artinya semakin
tua umur pegawai semakin tinggi tingkat kepuasan kerjanya,
setidak-tidaknya sampai umur pegawai menjelang pensiun pada pekerjaan
yang dikuasainya.
Greenberg dan Baron dalam Nurhayani (2006) mengemukakan
pendapat bahwa kepuasan kerja meningkat pada usia 30-an, kemudian
menurun pada usia 40-an dan akan meningkat lagi pada usia 50-an
sampai mereka pensiun. Ghiselli dan Brown (1950) dalam As’ad (2004) mengungkapkan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja
dengan umur pegawai. Umur diantara 25 tahun sampai 34 tahun dan
umur 40 sampai 45 tahun merupakan umur yang dapat menimbulkan
perasaan kurang puas terhadap pekerjaan.
saat pegawai berusia 25-30 tahun. Pernyataan tersebut juga didukung
oleh pendapat dari Atliselli & Brown (1955) dalam As’ad (2004) yang memberi batasan umur antara 25-30 tahun sebagai masa timbulnya
rasa kurang puas seseorang terhadap pekerjaannya.
Hasibuan (2005) dan Moekijat (1995) dalam Tauhid (2004),
Siagian (2008), Handoko (2001) dan Davis dan Newstrom (1995)
menyatakan bahwa pekerja yang berumur lebih tua memiliki
kecenderungan puas terhadap pekerjaannya dibandingkan dengan
pekerja yang berumur lebih muda. Hal ini dikarenakan terjadinya
penurunan harapan dan penyesuaian yang lebih baik terhadap situasi
pekerjaan. Sebaliknya, pekerja-pekerja yang masih berusia muda
cenderung kurang puas karena tingginya harapan, penyesuaian yang
kurang dan sebab-sebab lainnya.
Siagian (2008) mengungkapkan bahwa terdapat berbagai alasan
yang sering dikemukakan menjelaskan fenomenon ini antara lain :
a. Bagi pegawai yang telah memasuki usia lanjut akan semakin sulit
memulai karir baru di tempat lain,
b. Sikap yang dewasa dan matang mengenai tujuan hidup, harapan,
keinginan dan cita-cita,
c. Gaya hidup yang telah mapan,
d. Sumber penghasilan yang relatif terjamin,
e. Adanya ikatan batin dan tali persahabatan antara yang
Penelitian Erminda (2003) dan Tauhid (2004) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kepuasan kerja
seseorang. Sementara, penelitian Widodo (2003) menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kepuasan
kerja seseorang.
2. Jenis Kelamin
Gibson (1997) mengungkapkan bahwa berkaitan dengan jenis
kelamin, dapat dikatakan bahwa secara umum tidak ada perbedaan
yang signifikan antara jenis kelamin dengan kepuasan kerja. Penelitian
yang dilakukan oleh Gleen, Taylor, dan Wlaver (1977) dalam As’ad
(2004) menemukan dalam penelitiannya adanya perbedaan kepuasan
kerja diantara pria dan wanita, yang mana kebutuhan wanita untuk
merasa puas dalam bekerja ternyata lebih rendah dibandingkan dengan
pria.
Sementara, Wicaksono (1982) dalam As’ad (2004) menyimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan antara kepuasan kerja pegawai pria dengan
wanita. Hal tersebut serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh
Utomo (2008), Erminda (2003), Widodo (2003) dan Tauhid (2004)
terkait kepuasan kerja menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara variabel jenis kelamin dengan kepuasan kerja
3. Ras/suku
Menurut Gibson (1997) ras/suku merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Seseorang akan lebih
merasa puas dalam bekerja dengan adanya kesamaan ras/suku dengan
rekan kerjanya.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu karakteristik demografis yang
perlu untuk dipertimbangkan karena jenjang pendidikan seseorang
memberi pengaruh dalam menentukan posisi dalam pekerjaannya
kelak. Penelitian Adib Farchan (1984) dalam As’ad (2004)
menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan positif antara tingkat
pendidikan dengan kepuasan kerja. Hal serupa juga dikemukakan oleh
Klein & Maher (1996) dalam Abdurrahman (2000) yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang negatif antara tingkat pendidikan dan
kepuasan kerja.
Dilain sisi, Gilmer (1966) dalam As’ad (2004) menyimpulkan
bahwa pegawai yang berpendidikan lanjutan atas merasa sangat puas
dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Sementara itu, penelitian lain
yang dilakukan oleh Widodo (2003), Erminda (2003) dan Tauhid
(2004) terkait kepuasan kerja menunjukkann bahwa tidak ada
5. Masa Kerja
Greenberg dan Baron (2003) dalam Nurhayani (2006) menyatakan
bahwa pegawai dengan masa kerja lebih lama memiliki kepuasan kerja
lebih tinggi dibandingkan dengan pegawai dengan masa kerja baru.
Menurut Robbins (2001) bukti menunjukkan bahwa antara masa kerja
dan kepuasan saling berhubungan positif. Bila masa kerja tinggi maka
akan diperoleh kepuasan kerja yang tinggi dan sebaliknya bila masa
kerja rendah maka kepuasan kerja rendah. Seseorang yang telah
bekerja sekian lama akan mampu melakukan penyesuaian diri
terhadap lingkungan pekerjaannya sehingga dapat mencapai kepuasan
dalam menjalankan pekerjaannya.
Menurut Simmamora (2004), pegawai dengan masa kerja di bawah
10 tahun merupakan pegawai dalam tahap karir awal. Dalam masa
mempersiapkan karir dikemudian hari, karir awal pegawai tidak akan
selalu berjalan dengan mulus, dimana dalam menjalani karir tersebut
seseorang dapat memperoleh masalah yang mungkin timbul, seperti :
a. frustasi dan ketidakpuasan yang disebabkan karena
pengharapannya tidak sesuai dengan realita yang ada.
b. penyelia yang tidak kompeten.
c. intensitivitas terhadap aspek politis organisasi.
d. pasivitas dan kegagalan dalam memantau lingkungan internal dan
e. pengabaian kriteria sesungguhnya untuk pengevaluasian kinerja
dari pegawai yang baru diangkat atau baru memulai karir.
f. ketegangan antara professional muda dengan yang lebih tua serta
manajer yang diakibatkan oleh perbedaan pengalaman, kebutuhan
dan minat.
g. ketidakpastian mengenai tipe dan batasan loyalitas yang dituntut
oleh organisasi.
h. kegelisahan mengenai integritas, komitmen dan dependensi.
i. dilemma etis.
Simmamora (2004) juga mengemukakan bahwa pegawai dengan
masa kerja di atas 20 tahun dalam tahap karir akhir, yaitu bersiap-siap
untuk memasuki usia pensiun, dimana ada sebagian pegawai mulai
melepaskan diri dari belitan-belitan tugas. Namun, ada juga sebagian
pegawai tetap produktif dan menyiapkan diri untuk pensiun yang
efektif, sehingga kepuasan kerja pegawai yang bersangkutan masih
tinggi dibandingkan pegawai dengan masa kerja di bawah 10 tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Tauhid (2004) menunjukkan tidak
ada hubungan bermakna antara masa kerja dengan kepuasan kerja
pegawai. Sementara, penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2003)
dan Erminda (2003) terkait kepuasan kerja menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kepuasan kerja
6. Status kepegawaian
Baron dan Byrne (2005) menyatakan bahwa status kerja yang
rendah dan pekerjaan yang rutin akan mendorong pegawai untuk
mencari pekerjaan lain. Sebaliknya, semakin tinggi status
pekerjaannya semakin besar pula kepuasan yang dirasakan.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Utomo (2008)
memperoleh hasil bahwa status pekerjaan tidak memiliki pengaruh
pada kepuasan kerja seseorang. Hal ini dikarenakan pegawai dengan
status kontrak maupun tetap memperoleh fasilitas yang sama dalam
organisasi terkecuali bagi mereka yang memiliki jabatan tertentu.
Penelitian Widodo (2003) menunjukkan bahwa pegawai dengan
status pekerjaan honorer cenderung tidak puas dibandingkan dengan
pegawai dengan status pekerjaan pegawai tetap. Sementara, penelitian
Erminda (2003) menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara
status pegawai dengan kepuasan kerja pegawai.
b. Faktor Psikologis yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja Pegawai
Menurut Gibson (1997) faktor-faktor psikologis yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja antara lain :
1. Persepsi
Gibson (1997) menyebutkan bahwa kepuasan kerja berhubungan
proses dari seseorang dalam memahami lingkungannya yang
melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan
dalam suatu pengalaman psikologis. Hal serupa juga dikemukakan
oleh Robbins (2001) yang menyatakan bahwa persepsi dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dengan mana individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar
memberi makna kepada lingkungan mereka.
Dimaksudkan bahwa persepsi dari seseorang merupakan suatu
bentuk dari pengalaman psikologis pekerja dalam usaha memahami
lingkungan disekitarnya dengan menggunakan penafsiran yang ada
dalam dirinya. Artinya, persepsi psikologis seseorang dapat diketahui
melalui bagaimana penafsiran seseorang terhadap kehidupan
organisasionalnya yang terkait dengan lingkungan pekerjaan serta
pengalaman kerja yang dirasakan selama bekerja pada suatu instansi.
2. Sikap
Gibson (1997) menyatakan bahwa sikap sebagai perasaan positif
atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan
diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada
respon seseorang terhadap orang, obyek ataupun keadaan. Sikap lebih
merupakan determinan perilaku seseorang dalam merasakan sesuatu,
3. Kepribadian
Gibson (1997) menyatakan bahwa kepribadian merupakan
himpunan karakteristik dan kecendrungan yang stabil dalam
menentukan sifat umum dan perbedaan dalam perilaku seseorang.
Tinjauan determinan yang membentuk kepribadian menunjukkan
bahwa para pimpinan diharapkan mampu untuk memperhatikan
permasalahan yang menggerakkan emosi yang kuat pada pegawainya,
karena emosi yang kuat seringkali mengubah persepsi seseorang.
Perilaku pegawai tidak dapat dipahami tanpa mempertimbangkan
konsep kepribadian seseorang.
4. Belajar
Robbins (2001) menyatakan belajar merupakan perubahan perilaku
yang relatif permanen yang terjadi sebagai hasil dari suatu
pengalaman. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
suatu proses yang melibatkan perubahan dan perubahan tersebut harus
relatif permanen dan pembelajaran berlangsung ketika terjadi
perubahan tindakan. Dimana, perubahan tindakan tersebut didasarkan
pada pengalaman yang dirasakan seseorang.
5. Motivasi
Gibson (1997) menjelaskan bahwa motivasi merupakan konsep
yang digunakan untuk menggambarkan dorongan yang timbul pada
diri seseorang yang mampu menggerakkan dan mengarahkan
perbedaan-perbedaan dalam intensitas perilaku dan untuk
menunjukkan arah tindakan. Seorang pimpinan sering kali lebih
menyukai memotivasi karyawannya secara positif agar pegawai
tersebut dapat menjalankan pekerjaannya. Sehingga, pegawai yang
termotivasi akan menghasilkan pekerjaan yang memiliki kualitas
tinggi.
c. Faktor Organisasi yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja Pegawai
Menurut Baron dan Byrne (2005), Herzberg (1968) dalam Utomo
(2008) serta Gibson (1997), faktor-faktor organisasi yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja antara lain :
1. Gaji
Menurut Gibson (1997) gaji adalah sejumlah uang yang diterima
dan dianggap wajar oleh pegawai. Sedangkan, Hasibuan (2005)
menjelaskan gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik
kepada pegawai tetap serta mempunyai jaminan yang pasti. Dengan
kata lain, gaji akan tetap dibayarkan walaupun pekerja tersebut tidak
masuk kerja. Gilmer (1966) dalam As’ad (2004) menyatakan bahwa gaji lebih banyak menimbulkan ketidakpuasan dan jarang orang
mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang
Herzberg (1968) dalam Utomo (2008) menyatakan bahwa bagi
pegawai, gaji merupakan faktor penting untuk memenuhi kebutuhan
diri sendiri dan keluarganya. Gaji selain berfungsi memenuhi
kebutuhan pokok bagi setiap pegawai juga dimaksudkan untuk
menjadi daya dorong bagi para pegawai agar dapat bekerja dengan
penuh semangat. Tidak ada satupun organisasi yang dapat
memberikan kekuatan baru bagi tenaga kerjanya atau meningkatkan
produktifitas, jika tidak memiliki sistem kompensasi yang realistis.
Gaji bila digunakan dengan benar akan memberikan kepuasan bagi
pegawai itu sendiri.
Dalam hal ini, hal penting yang harus diperhatikan adalah gaji
yang baik adalah gaji yang dianggap adil dan jumlahnya memuaskan.
Namun, gaji juga dapat menimbulkan ketidakpuasan apabila sistem
kompensasi yang ada tidak memadai (Simmamora, 2004). Penelitian
yang dilakukan oleh Nurhayani (2006) menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan positif antara gaji dengan kepuasan kerja seseorang.
2. Pengakuan
Amstrong (2003) dalam Utomo (2008) mengartikan pengakuan
sebagai kebutuhan untuk diakui atas apa yang telah dicapai. Menurut
Herzberg (1968) dalam Utomo (2008) sumber pengakuan dapat
berasal dari atasan, manajemen, klien, group, kolega professional atau
publik. Oleh karena itu, seseorang yang memperoleh pengakuan akan
catatan, celaan dan kritik termasuk dalam kriteria pengakuan, biasanya
disebut pengakuan negatif. Sedangkan pengakuan positif dapat berupa
pujian, promosi atau kenaikan gaji.
Penelitian yang dilakukan oleh Locke (1976) dalam As’ad (2004) menunjukkan bahwa pengakuan dapat menimbulkan kepuasan kerja
seseorang, terutama bagi mereka yang merupakan pegawai golongan
rendah. Hal ini dikarenakan kebutuhan untuk merasa dihargai akan
terpenuhi sebagaimana halnya dengan kebutuhan harga diri dan
konseptualisasi diri. Penelitian Muhaimin (1985) dalam As’ad (2004)
juga menyebutkan bahwa semakin tinggi penghargaan yang diterima
seseorang atas pengakuan dirinya dalam organisasi akan semakin
meningkatkan kepuasan kerja yang dimilikinya.
3. Kebijakan Organisasi
Menurut Syafdewiyani (2002) kebijakan organisasi merupakan
aturan tertulis yang dibuat rumah sakit yang berisi tentang kebijakan
yang diberlakukan untuk seluruh pegawai. Kebijakan organisasi
sebaiknya diberitahukan kepada seluruh pegawai agar pegawai
memperoleh kejelasan tentang kebijakan organisasi yang ada.
Suatu kebijakan dibuat untuk meningkatkan hasil pekerjaan
pegawai yang optimal. Suatu kebijakan organisasi juga akan
membentuk iklim kerja yang sesuai dengan tujuan organisasi. Adapun
kebijakan organisasi yang diberikan kepada pegawai dapat berupa
meningkatkan kualitas kerja pegawai, kebijakan akan pemberian
pengembangan karir dan promosi, reward dan punishment serta
kesehatan dan keselamatan di tempat kerja.
Apabila terjadi ketidaksesuaian dalam pemberian kebijakan
organisasi tersebut kepada pegawai maka hal tersebut dapat
menimbulkan konflik dalam diri pegawai dan pada akhirnya akan
menurunkan penampilan kerja mereka (Syafdewiyani, 2002).
Penelitian yang dilakukan oleh Caugemi dan Claypool (1978) dalam
As’ad (2004) menemukan hal-hal yang menyebabkan ketidakpuasan
salah satunya adalah kebijakan organisasi.
4. Hubungan Interpersonal
Herzberg (1968) dalam Utomo (2008) menyatakan bahwa untuk
dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, haruslah didukung oleh
suasana kerja atau hubungan kerja yang harmonis, yaitu terciptanya
hubungan yang akrab, kekeluargaan dan saling mendukung baik itu
hubungan antara sesama pegawai atau antara pegawai dengan atasan.
Faktor hubungan interpersonal merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh
Tauhid (2004) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara hubungan interpersonal dengan kepuasan kerja
5. Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan kesanggupan seseorang dalam
menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan akurat
dan berani mengambil resiko atas keputusan yang dibuat atau tindakan
yang dilakukan. Tanggung jawab akan membentuk hubungan tertentu
antara pemberi wewenang dan penerima wewenang. Dimana, hal
tersebut sudah merupakan kewajiban bagi penerima wewenang untuk
mempertanggung jawabkan semua yang telah dilakukan kepada si
pemberi wewenang (Litwin & Meyer, 1971 dalam Syafdewiyani,
2002).
Herzberg (1968) dalam Utomo (2008) menyatakan bahwa setiap
orang yang bekerja pada suatu organisasi ingin dipercaya memegang
jabatan dan tanggung jawab, serta wewenang yang lebih besar dari apa
sekedar yang telah diperolehnya. Tanggung jawab bukan saja atas
pekerjaan yang baik, tetapi juga tanggung jawab berupa kepercayaan
yang diberikan orang sebagai suatu potensi. Setiap orang ingin
diikutsertakan dan ingin diakui sebagai orang yang mempunyai
potensi, dan pengakuan ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan
siap memikul tanggung jawab yang lebih besar.
Davis dan Newstrom (1995) mengemukakan bahwa tingkat
tanggung jawab yang tinggi akan memberikan kepuasan kerja yang
menunjukkan bahwa tanggung jawab berhubungan secara bermakna
dengan kepuasan kerja.
6. Prestasi Kerja
Prestasi kerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara,
2009). Hal serupa juga dikemukakan oleh Ilyas (1999) yang
menyatakan bahwa prestasi kerja merupakan penampilan hasil karya
personel baik secara kuantitas dan kualitas dalam suatu organisasi.
Herzberg (1968) dalam Utomo (2008) menyatakan bahwa setiap
orang menginginkan keberhasilan dalam tugas yang dilaksanakan.
Pencapaian prestasi dalam melakukan suatu pekerjaan akan
menggerakkan seseorang untuk melakukan tugas-tugas berikutnya.
Hal ini dikarenakan prestasi kerja merupakan faktor yang penting
untuk meningkatkan dan mengembangkan karir pegawai. Dimana,
kemajuan karir sebagian besar pegawai tergantung pada prestasi kerja
yang dihasilkan pegawai tersebut.
Kreitner dan Kinicki (2001) dalam Wibowo (2007) menyatakan
bahwa prestasi kerja memiliki hubungan positif rendah terhadap
kepuasan kerja. Sedangkan, Gibson (2000) mengungkapkan bahwa
kemungkinan timbul hubungan timbal balik yang menunjukkan tidak
adanya arah atau hubungan yang spesifik antara kepuasan kerja
Davis dan Newstroom (1995) serta Siagian (2008) menyatakan
bahwa seorang pegawai yang puas tidak dengan sendirinya merupakan
pegawai yang berprestasi tinggi, melainkan sering hanya berprestasi
biasa-biasa saja. Seorang pegawai yang puas belum tentu terdorong
untuk berprestasi karena kepuasannya tidak terletak pada motivasinya,
akan tetapi terletak pada faktor lainnya