• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pegaruh motivasi dan semangat kerja terhadap kinerja karyawan akutansi dan kepuasan kerja dengan variabel moderator komitmen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pegaruh motivasi dan semangat kerja terhadap kinerja karyawan akutansi dan kepuasan kerja dengan variabel moderator komitmen"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN AKUNTANSI DAN KEPUASAN

KERJA DENGAN VARIABEL MODERATOR KOMITMEN ORGANISASI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

oleh:

Novi Nurul Fatimah

106082002546

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

ANALYZE THE INFLUENCE OF MOTIVATION AND PASSION OF WORKING ON THE ACCOUNTING PERFORMANCE AND JOB SATISFACTION WITH THE ORGANIZATIONAL COMMITMENT AS

MODERATING VARIABLE

By: Novi Nurul Fatimah

ABSTRACT

The purpose of this research are to get evidence influence motivation and passion of working and the influence of motivation and passion of working on the accounting performance and job satisfaction with the organizational commitment as moderating variable. Primary data used in this research is obtain from perception accounting staff of manufacturing companies in Jakarta and Bekasi. Data were collected questioners. Sampling methods was using clustered sampling.

The respondents of this research are the employees of accounting division in the manufacturing company at Jakarta and Bekasi. Analyzing methods were consisting of test quality data, descriptive statistic, classic assumption test, and hypothesis test with linear regression and interaction test.

The result of this research showed, there were motivation have influence significantly toward accounting performance, motivation have influence significantly toward job satisfaction, passion of working have influence significantly toward accounting performance, passion of working have influence significantly toward job satisfaction, organizational commitment as moderating variable be able to increase the influence of motivation toward accounting performance, organizational commitment as moderating variable be able to increase the influence of motivation toward job satisfaction, organizational commitment as moderating variable be able to increase the influence of passion of working toward accounting performance, organizational commitment as moderating variable be able to increase the influence of passion of working toward job satisfaction.

(6)

v i

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN AKUNTANSI DAN KEPUASAN

KERJA DENGAN VARIABEL MODERATOR KOMITMEN ORGANISASI

Oleh : Novi Nurul Fatimah ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris tentang pengaruh motivasi dan semangat kerja terhadap kinerja karyawan akuntansi dan kepuasan kerja serta pengaruh motivasi dan semangat kerja terhadap kinerja karyawan akuntansi dan kepuasan kerja dengan menggunakan variabel moderator komitmen organisasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari persepsi para karyawan bagian akuntansi perusahaan manufaktur di Jakarta dan Bekasi. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah clustered sampling.

Responden pada penelitian ini adalah karyawan bagian akuntansi pada perusahaan manufaktur di Jakarta dan Bekasi. Metode analisis data yang digunakan terdiri dari uji kualitas data, statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis dengan regresi linear dan uji interaksi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, menyatakan motivasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja, semangat kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, semangat kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja, variabel moderator komitmen organisasi dapat meningkatkan pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan, variabel moderator komitmen organisasi dapat meningkatkan pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja, variabel moderator komitmen organisasi dapat meningkatkan pengaruh semangat kerja terhadap kinerja karyawan, variabel moderator komitmen organisasi dapat meningkatkan pengaruh semangat kerja terhadap kepuasan kerja. Kata Kunci: Motivasi, Semangat Kerja, Komitmen Organisasi, Kinerja Karyawan

(7)

v ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu

Syukur Alhamdulillah senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul: “Analisis Pengaruh Motivasi dan Semangat Kerja terhadap Kinerja Karyawan Akuntansi dan Kepuasan Kerja dengan Variabel Moderator Komitmen Organisasi”. Salawat beriring salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah memberikan cahaya benderang dalam perkembangan islam.

Peneliti menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Orang tua ku: Yusuf Supriadi dan Yeti Sumiati yang telah memberikan dorongan moril dan materi serta doa, nasehat dan kasih sayangnya dengan segala jerih payah tanpa mengenal lelah.

2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku dosen pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membaca, mengkoreksi dan mengarahkan selama proses penulisan skripsi.

3. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si, selaku dosen pembimbing II dan juda selaku sekretaris jurusan yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membaca, mengkoreksi dan mengarahkan selama proses penulisan skripsi.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

(8)

v iii

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan.

7. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya bagian akademik yang telah membantu dalam kegiatan administrasi peneliti.

8. Keluarga ku tercinta: Iwan Setiawan (kakak), Suryani (kakak ipar), Bi Nia, Mang Hendra, Ina Widaningsih terimakasih atas segala dukungannya.

9. Pendamping hidupku yang selalu setia menemaniku: Asep Sandra Hendrawan, terimakasih yang tak terhingga karena tak pernah bosan untuk selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi, masukan, serta meluangkan waktu untuk membantu penulis selama proses pembuatan skripsi.

10. Sahabat-sahabat setiaku d’purples community: Florida, Ryna, Yasinta, Santi, Rachmat, Fajar terimakasih untuk doa serta dukungan yang telah kalian berikan.

11. Sahabat-sahabatku dikampus, d’russaks: Adis, Tyas, Achie, Gilang, Dita, Erra serta d’katro: Fandi, Eqi, Bams, Alimar, Rama, Bryan, terimakasih atas bantuan dan persahabatan yang telah terjalin selama ini.

12. Seluruh rekan-rekan di Fakultas Ekonomi khususnya kelas A angkatan 2006, terimakasih atas bantuan dan persahabatan yang telah terjalin selama ini.

13. Teman-teman yang ada di Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Siti, Ka Apri, Rey Prima, Wenny, Ceuceu, Lita, Jamhur terimakasih untuk semangat serta masukan yang kalian berikan.

14. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuannya.

(9)

ix

penulis dalam penulisan skripsi ini dan semoga skripsi ini berguna bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, Juni 2010

(10)

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR UJIAN SKRIPSI ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

ABSTRACT ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Teori yang Digunakan ... 13

1. Motivasi ... 13

2. Semangat Kerja ... 22

3. Komitmen Organisasi ... 23

4. Kinerja Karyawan ... 30

5. Kepuasan Kerja ... 33

B. Kerangka Pemikiran ... 38

C. Hipotesis ... 39

D. Penelitian Terdahulu ... 40

(11)

xi

B. Metode Penentuan Sampel ... 46

C. Metode Pengumpulan Data ... 46

D. Metode Analisa ... 46

1. Uji Kualitas Data ... 47

a. Uji Validitas ... 47

b. Uji Reliabilitas Data ... 47

2. Uji Asumsi Klasik ... 48

a. Uji Multikolonieritas ... 48

b. Uji Heteroskedastisitas ... 48

c. Uji Normalitas ... 49

3. Pengujian Hipotesis ... 50

a. Uji Koefisien Determinasi (R²) ... 50

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 51

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 51

d. Uji Analisis Regresi Linear Berganda ... 51

E. Operasional Variabel Penelitian ... 53

1. Variabel Independen ... 56

a. Variabel Motivasi ... 56

b. Variabel Semangat Kerja ... 57

2. Variabel Moderator ... 57

3. Variabel Dependen ... 58

a. Kinerja Karyawan ... 58

b. Kepuasan Kerja ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 60

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 60

2. Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 60

B. Penemuan dan Pembahasan ... 61

1. Statistik Deskriptif ... 61

a. Deskriptif Demografi Responden ... 61

(12)

xii

a. Uji Validitas ... 62

b. Uji Reliabilitas ... 65

3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 66

a. Multikolonieritas ... 66

b. Heterokedastisitas ... 72

c. Normalitas ... 74

4. Hasil Analisis Regresi ... 78

a. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 78

b. Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F) ... 80

c. Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Implikasi ... 92

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

2.1 Penelitian Terdahulu ... 53

3.1 Operasional Variabel penelitian Motivasi ... 50

3.2 Operasional Variabel Penelitian Semangat Kerja ... 54

3.3 Operasional Variabel Penelitian Komitmen Organisasi ... 54

3.4 Operasional Variabel Penelitian Kinerja Karyawan ... 55

3.5 Operasional Variabel Penelitian Kepuasan Kerja ... 55

4.1 Distribusi dan Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 61

4.2 Data Responden ... 62

4.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Motivasi ... 63

4.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Semangat Kerja ... 63

4.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Kinerja ... 64

4.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Kepuasan Kerja ... 64

4.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Komitmen Organisasi ... 65

4.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 65

4.9 Hasil Uji Multikolonieritas Pengaruh Motivasi dan Semangat Kerja terhadap Kinerja Karyawan ... 66

4.10 Hasil Uji Multikolonieritas Pengaruh Motivasi dan Semangat Kerja terhadap Kepuasan Kerja ... 67

4.11 Hasil Uji Multikolonieritas Pengaruh Motivasi dan Semangat Kerja terhadap Kinerja Karyawan dengan Variabel Moderator Komitmen organisasi ... 68

4.12 Hasil Uji Multikolonieritas Pengaruh Motivasi dan Semangat Kerja terhadap Kepuasan Kerja dengan Variabel Moderator Komitmen organisasi ... 68

4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi Pengaruh Motivasi dan Semangat Kerja terhadap Kinerja Karyawan ... 78

(14)

xiv

Kerja terhadap Kinerja Karyawan dengan Variabel Moderator

Komitmen organisasi ... 79 4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi Pengaruh Motivasi dan

Semangat Kerja terhadap Kepuasan Kerja dengan Variabel

Moderator Komitmen organisasi ... 80 4.17 Hasil Uji t Pengaruh Motivasi dan Semangat Kerja terhadap

Kinerja Karyawan ... 81 4.18 Hasil Uji t Pengaruh Motivasi dan Semangat Kerja terhadap

Kepuasan Kerja ... 82 4.19 Hasil Uji t Pengaruh Motivasi dan Semangat Kerja terhadap

Kinerja Karyawan dengan Variabel Moderator Komitmen organisasi ... 83 4.20 Hasil Uji t Pengaruh Motivasi dan Semangat Kerja terhadap

Kepuasan Kerja dengan Variabel Moderator Komitmen organisasi ... 85 4.21 Hasil Uji F Pengaruh Motivasi dan Semangat Kerja terhadap

Kinerja Karyawan dengan Variabel Moderator Komitmen organisasi ... 87 4.22 Hasil Uji F Pengaruh Motivasi dan Semangat Kerja terhadap

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

2.1 Initial Commitment ... 27

2.2 Commitment During Early Employment ... 28

2.3 Commitment During Later Career ... 28

2.4 Kerangka Pemikiran ... 38

4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas Pengaruh Motivasi dan Semangat Kerja terhadap Kinerja ... 70

4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas Pengaruh Motivasi dan Semangat Kerja terhadap Kepuasan Kerja ... 71

4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas Pengaruh Motivasi dan Semangat Kerja terhadap Kinerja dengan Variabel Moderator Komitmen Organisasi ... 72

4.4 Hasil Uji Heterokedastisitas Pengaruh Motivasi dan Semangat Kerja terhadap Kepuasan Kerja dengan Variabel Moderator Komitmen Organisasi ... 73

4.5 Hasil Uji Normalitas Pengaruh Motivasi dan Semangat Kerja terhadap Kinerja ... 74

4.6 Hasil Uji Normalitas Pengaruh Motivasi dan Semangat Kerja terhadap Kepuasan Kerja ... 75

4.7 Hasil Uji Normalitas Pengaruh Motivasi dan Semangat Kerja terhadap Kinerja dengan Variabel Moderator Komitmen Organisasi ... 76

(16)

xv i

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

(17)

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Novi Nurul Fatimah 2. Tempat & Tanggal Lahir : Ciamis, 16 November 1987

3. Alamat : Perumahan Harapan Baru Taman Bunga Jalan Bunga 1 Blok B1 No. 14 RT 07/007, Cimanggis – Depok

16954

4. Telepon : 0813 874 04 004 II. PENDIDIKAN

1. SD : SDN Sukatani I Depok

2. SMP : SLTPN 147 Jakarta Timur 3. SMA : SMAN 39 Jakarta Timur

4. S1 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. BEM : Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2007-2010

2. Koperasi Mahasiswa : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006-2010 3. KNPI : Kabupaten Tangerang 2009-sekarang IV. PENGALAMAN KERJA

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia memiliki jumlah penduduk sangat besar begitu pula wilayahnya yang sangat luas. Kondisi demikian merupakan keuntungan tersendiri untuk berkembangnya suatu negara. Karena, secara teoritis kondisi tersebut merupakan aset sumber daya yang sangat penting untuk membangun ekonomi. Krisis ekonomi yang berdampak pada lesunya iklim dunia usaha mengakibatkan banyak perusahaan harus melakukan upaya perampingan atau konsolidasi internal lainnya sebagai upaya penghematan keuangan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup (survive) dan mencapai pertumbuhan (growth) melalui kinerja yang efektif dan efisien. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan dari suatu perusahaan bukan hanya ditentukan dari keberhasilan dalam mengelola keuangan yang berdasarkan pada kekuatan modal atau uang semata, tetapi juga ditentukan dari keberhasilannya mengelola sumber daya manusia. Pengelolaan sumber daya manusia yang dimaksudkan adalah bahwa perusahaan harus mampu untuk menyatukan persepsi atau cara pandang karyawan dan pimpinan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan antara lain melalui pembentukan mental bekerja yang baik dengan dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap pekerjaannya, memberikan motivasi kerja, bimbingan, pengarahan dan koordinasi yang baik dalam bekerja oleh seorang pemimpin kepada bawahannya.

(19)

2

Menghadapi dunia bisnis yang semakin kompetitif, perusahaan yang ingin bertahan harus membangun daya saing secara berkelanjutan. Daya saing organisasi lahir dari keunggulan dalam efisiensi, keunggulan dalam mutu, keunggulan dalam inovasi (proses dan produk), serta keunggulan dalam pelayanan konsumen (Hill & Jones, 1998) dalam Riady (2009). Keunggulan kompetitif sebuah organisasi dapat diraih bila pelaku bisnis memiliki kompetensi dalam organisasi, yang didalamnya terdapat peningkatan kinerja. Hal tersebut mencakup pula didalamnya peningkatan kinerja sumber daya manusia (Lado.et al: 1997) dalam Widodo (2009). Peluang untuk menciptakan nilai keunggulan kini bergeser dari pengelolaan aset berwujud (tangible assets) ke pengelolaan strategi berbasis pengetahuan yang menampilkan aset tidak berwujud (intangible assets) organisasi seperti: hubungan pelanggan, produk dan layanan inovatif, proses operasi yang bermutu tinggi dan responsif, teknologi informasi dan database, kapabilitas, keterampilan dan motivasi karyawan (Kaplan & Norton, 2001) dalam Riady (2009).

(20)

3

sumber daya manusia yang potensial agar tidak berdampak pada perpindahan karyawan (turnover).

Tingkat turnover yang tinggi akan menimbulkan dampak negatif bagi organisasi, seperti menciptakan ketidakstabilan terhadap kondisi tenaga kerja dan peningkatan biaya sumber daya manusia. Individu yang merasa terpuaskan dengan pekerjaannya cenderung lebih bersemangat dalam bekerja. Adapun individu yang merasa kurang terpuaskan dengan pekerjaannya, semangat kerjanya cenderung menurun. Oleh karena itu, kepuasan kerja yang dirasakan dapat mempengaruhi semangat kerja seseorang dalam bekerja.

(21)

4

pemenuhan kebutuhan para karyawan tersebut akan menimbulkan motivasi kerja yang tinggi, yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap kinerja dan kepuasan kerja karyawan yang tinggi pula.

Menciptakan kepuasan kerja karyawan adalah tidak mudah karena kepuasan kerja dapat tercipta jika variabel-variabel yang mempengaruhinya antara lain motivasi kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi/perusahaan dapat diakomodasikan dengan baik dan diterima oleh semua karyawan didalam suatu organisasi/perusahaan. Kepuasan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepuasan hidup karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan di tempat kerja. Meskipun pekerjaan itu beresiko atau mempunyai tingkat tekanan yang tinggi, jika seseorang sudah merasa puas berada di suatu perusahaan, maka segala sesuatu yang dikerjakan pasti membuahkan hasil yang maksimal.

(22)

5

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah: pertama, efektivitas dan efisiensi. Menurut Prawirosentono (1999: 27) dalam Listianto (2007) bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan mempunyai nilai yang penting dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan ketidakpuasan walaupun efektif dinamakan tidak efisien. Sebaliknya, bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh maka kegiatan tersebut efisien. Kedua, otoritas (wewenang). Arti otoritas menurut Barnard (dalam Prawirosentono, 1999: 27) dalam Listianto (2007) adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu organisasi formal yang dimiliki (diterima) oleh seorang anggota organisasi kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya (sumbangan tenaganya) Perintah tersebut menyatakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan dalam organisasi tersebut.

(23)

6

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja adalah pengalaman kerja. Teori Agency (Schmid, 1988) dalam Widodo (2009) menjelaskan bahwa pengalaman pada suatu variasi (jenis) dalam bidang kerja yang dapat meningkatkan kinerja organisasi, bukan pengalaman umum. Intensitas pengaruh tersebut paling tinggi pengalaman 2 sampai 5 tahun. Jika terdapat perbedaan yang lama antar karyawan tinggi, misal karyawan baru 1 tahun dan karyawan lain 10 tahun, maka pengalaman kerja ini akan menurunkan kinerja sumber daya manusia.

Kegiatan pengukuran dalam proses manajemen adalah sangat penting, seperti tercermin dalam kalimat yang diungkapkan Susilo (2002: 28) dalam Listianto (2007): ”anda tidak bisa mengendalikan apa yang tidak bisa anda ukur. Pengukuran kinerja adalah suatu proses mengkuantifikasikan secara akurat dan valid tingkat efisiensi dan efektifitas suatu kegiatan yang telah terealisasi dan membandingkannya dengan tingkat prestasi yang direncanakan.” Untuk itu seorang atasan perlu mempunyai ukuran kinerja para karyawan supaya tidak timbul suatu masalah. Informasi tentang kinerja karyawan juga diperlukan bila suatu saat atasan ingin mengubah sistem yang ada. Kita sering terjebak untuk menilai seseorang berkinerja buruk, padahal sistem atau peralatan yang digunakan yang tidak memenuhi syarat.

(24)

7

produced on specified job function or activity during a specified time period”, artinya: “kinerja dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan/tertentu atau hasil dari suatu aktivitas selama periode waktu tertentu”.

Pada akhirnya ada hubungan antara motivasi dengan kinerja karyawan. Menurut Munandar (2001: 87) dalam Brahmasari (2008): “kinerja adalah hasil interaksi antara motivasi kerja, kemampuan (abilities) dan peluang (oppurtunities)”. Selanjutnya menurut Munandar (2001: 104) dalam Brahmasari (2008) menyatakan “ada hubungan positif antara motivasi dan kinerja dengan pencapaian prestasi, artinya manajer yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, cenderung mempunyai kinerja tinggi, sebaliknya mereka yang mempunyai kinerja rendah, dimungkinkan karena motivasinya rendah”.

(25)

8

kebutuhan hidupnya sehingga memperoleh kepuasan. Oleh sebab itu, organisasi menghadapkan para pegawai dapat berprestasi dan mampu menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif sehingga pegawai tidak akan mengalami kejenuhan, kebosanan dan malas bekerja yang mengakibatkan semangat kerja menjadi menurun. Hal ini disebabkan apabila semangat kerja menurun dapat mengakibatkan kinerja pegawai juga mengalami penurunan. Kinerja pegawai yang menurun akan mengakibatkan kerugian pada organisasi.

Dengan adanya motivasi menyebabkan karyawan mempunyai komitmen terhadap organisasi. Menurut Robbins (2006: 420) bahwa “organizational commitment represents an employee’s orientation to the

organization in term of his or her loyalty to identification with an involvement

in the organization”, artinya: komitmen pada organisasi merupakan suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi dan tujuan-tujuannya serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi tersebut. Nguyen (2003) dalam Purnomowati (2006) mengatakan bahwa: “motivasi kebutuhan mempunyai pengaruh signifikan terhadap komitmen”.

(26)

9

Luthans (1998: 126) dalam Pradiatiningtyas (2007) merumuskan kepuasan kerja adalah suatu keadaan emosi seseorang yang positif maupun menyenangkan yang dihasilkan dan penilaian suatu pekerjaan atau pengalaman kerja. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Setiap karyawan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan nilai yang berlaku pada dirinya. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan aspek-aspek diri individu, maka ada kecenderungan semakin tinggi tingkat kepuasan kerjanya. Kepuasan kerja dapat mengakibatkan pengaruh terhadap tingkat turnover dan tingkat absensi terhadap kesehatan fisik dan mental karyawan serta tingkat kelambanan. Robbins (2006: 107) menyatakan: “kepuasan kerja berkorelasi negatif dengan pengunduran diri”. Hal ini berarti bila kepuasan kerja karyawan meningkat maka pengunduran diri menjadi rendah atau komitmen terhadap perusahaan. Jadi ada hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen. Menurut Herzberg dalam buku Robbins (2006: 212) bahwa “motivasi mempunyai hubungan yang kuat dengan kepuasan kerja”.

(27)

10

yang membangun dan aktif seperti daya tangkap yang tinggi, inisiatif dan kreatif serta kepekaan beradaptasi. Semua itu digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk memilih perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian karena sektor manufaktur memiliki jumlah perusahaan yang paling besar dibanding sektor lain.

Penelitian ini merupakan studi empiris yang bertujuan menguji dan menganalisis pengaruh motivasi dan semangat kerja terhadap kinerja karyawan akuntansi dan kepuasan kerja dengan variabel moderator komitmen organisasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:

1) Penelitian sebelumnya menggunakan objek penelitian yaitu karyawan secara keseluruhan pada perusahaan garmen di Surabaya yang diklasifikasikan berdasarkan usia, pendidikan, status perkawinan dan masa kerja, sedangkan pada penelitian ini menggunakan objek penelitian karyawan bagian akuntansi pada perusahaan manufaktur di Jakarta dan Bekasi.

2) Pada penelitian ini, peneliti menambahkan variabel independen yaitu semangat kerja, sedangkan pada penelitian sebelumnya tidak ada.

(28)

11

B. Rumusan Masalah

Masalah yang diteliti selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah motivasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

karyawan dan kepuasan kerja karyawan akuntansi?

2. Apakah semangat kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan dan kepuasan kerja karyawan akuntansi?

3. Apakah variabel moderator komitmen meningkatkan pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan dan kepuasan kerja karyawan akuntansi pada perusahaan manufaktur?

4. Apakah variabel moderator komitmen meningkatkan pengaruh semangat kerja terhadap kinerja karyawan dan kepuasan kerja karyawan akuntansi pada perusahaan manufaktur?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti atas hal-hal berikut:

1. Menganalisis pengaruh motivasi terhadap kinerja dan kepuasan kerja. 2. Menganalisis pengaruh semangat kerja terhadap kinerja dan kepuasan

kerja.

(29)

12

4. Menganalisis pengaruh komitmen karyawan dalam memoderasi antara semangat kerja dengan kepuasan kerja dan kinerja karyawan akuntansi. 2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak, diantaranya:

1. Bagi Perusahaan Manufaktur

Memberikan suatu pandangan praktis dalam meningkatkan kinerja dan kepuasan individu, kaitannya dengan adanya motivasi dan semangat kerja dengan variabel komitmen karyawan

2. Pihak lain (Umum)

Memberikan informasi pada pengembangan teori terutama yang berkaitan dengan akuntansi manajemen dan keprilakuan

3. Penulis

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Teori yang digunakan

1. Motivasi Kerja

Istilah motivasi diambil dari istilah Latin movore, yang berarti “pindah”. Dalam konteks sekarang motivasi didefinisikan sebagai proses psikologis meminta, mengarahkan dan menetapkan tindakan yang secara sukarela dan berorientasi tujuan (Kreitner & Kinicki 2005: 248) dalam Pradiatiningtyas (2007). Motivasi didefinisikan oleh Fillmore H. Stanford (1969:173) yang dikutip oleh Mangkunegara (2005: 93) bahwa ”motivation as an energizing condition of the organism that serves to direct that

organism toward the goal of a certain class” (motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu). Motivasi dapat pula dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri (drive arousal).

Menurut Robbins (2006: 166) motivasi didefinisikan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Sementara motivasi umum bersangkutan dengan upaya kearah setiap tujuan. Unsur kunci yang digunakan adalah upaya, tujuan organisasi dan kebutuhan, sedangkan Kreitner & Kinicki (2005: 249) dalam Pradiatiningtyas (2007) mengungkapkan bahwa motivasi melibatkan suatu proses psikologis untuk

(31)

14

mencapai puncak keinginan dan maksud seorang individu untuk berperilaku dengan cara tertentu.

Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu proses psikologis yang dapat membangkitkan dorongan dalam diri dan menggerakkan manusia untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan tertentu, dimana kemampuan upaya tersebut ditujukan untuk memenuhi suatu kebutuhan individual.

Beberapa teori mengenai motivasi kerja yang dijelaskan dalam buku perilaku organisasi karya Robbins (2006: 214) diantaranya adalah teori kebutuhan, teori ERG, teori evaluasi kognitif, teori penetapan sasaran, teori penguatan, teori hanyut (flow) dan motivasi intrinsik, teori kesetaraan dan teori pengharapan. Berikut ini adalah penjelasan dari teori-teori yang berkenaan dengan motivasi:

a. Teori Kebutuhan

Teori kebutuhan yang paling terkenal dikemukakan oleh Abraham Maslow dalam Robbins (2006: 214). Hipotesisnya mengatakan bahwa di dalam diri semua manusia bersemayam lima jenjang kebutuhan, yaitu sebagai berikut:

1) Faali (fisiologis)

(32)

15

2) Keamanan

Antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.

3) Sosial

Mencakup kasih sayang, rasa memiliki, diterima baik dan persahabatan.

4) Penghargaan

Mencakup faktor penghormatan diri seperti harga diri, otonomi dan prestasi serta faktor penghormatan dari luar seperti misalnya status, pengakuan dan perhatian.

5) Aktualisasi-diri

Dorongan untuk menjadi seseorang/sesuatu sesuai ambisinya yang mencakup pertumbuhan, pencapaian potensi dan pemenuhan kebutuhan diri.

Penelitian ini menggunakan teori motivasi prestasi dari McClelland. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan yaitu:

a. Kebutuhan akan Prestasi (Need for Achievement)

Dorongan untuk mengungguli berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar dan berusaha keras untuk sukses.

b. Kebutuhan akan Kekuasaan (Need for Power)

(33)

16

c. Kebutuhan akan Afiliasi (Need for Affiliation)

Dorongan untuk berhubungan dengan orang-orang atas dasar sosial. Menurut McClelland (1987) yang dikutip Robbins (2006: 218) mengemukakan bahwa orang yang motivasi berafiliasi tinggi mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Menginginkan persahabatan yang baik

b. Memilih pekerjaan yang dapat dilakukan bersama dengan orang lain c. Suka memaafkan

d. Ingin diterima dan disukai orang lain

e. Menginginkan hubungan yang dekat dengan orang lain.

McClelland yang dikutip Robbins (2006: 218) mengemukakan bahwa orang yang motivasi akan kekuasaannya tinggi mempunyai karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

a. Selalu memiliki keinginan yang kuat untuk menguasai b. Mengatur dan mengendalikan orang lain

c. Selalu berusaha mengurangi pengaruh orang lain dalam organisasi dengan membatasi kebebasan orang lain dalam mengungkapkan pendapat

d. Menyukai situasi yang dapat meningkatkan status e. Merasa puas bila pengaruhnya bertambah

(34)

17

b. Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth) dari Alderfer

Teori ERG merupakan refleksi dari nama tiga dasar kebutuhan, yaitu:

1) Existence needs

Kebutuhan ini berhubungan dengan fisik dari eksistensi pegawai seperti makan, minum, pakaian, bernafas, gaji, keamanan kondisi kerja, fringe benefits.

2) Relatedness needs

Kebutuhan interpersonal, yaitu kepuasan dalam berinteraksi dalam lingkungan kerja.

3) Growth needs

Kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi. Hal ini berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan pegawai.

c. Teori Evaluasi Kognitif

(35)

18

d. Teori Penetapan Sasaran

Locke (1960) dalam Robbins (2006: 227) mengemukakan bahwa niat-niat untuk bekerja menuju sasaran merupakan sumber utama dari motivasi kerja. Artinya, sasaran memberitahu karyawan apa yang perlu dikerjakan dan berapa banyak upaya akan harus dilakukan. Ada beberapa faktor di dalam teori ini yang akan mempengaruhi hubungan sasaran-kinerja yaitu:

1) Umpan balik

Orang akan melakukan dengan lebih baik bila mereka memperoleh umpan balik mengenai betapa mereka maju kearah tujuan karena umpan balik membantu mengidentifikasi penyimpangan antara apa yang telah mereka kerjakan dan apa yang ingin mereka kerjakan. 2) Komitmen Sasaran

Bertekad untuk tidak menurunkan atau tidak meninggalkan sasaran 3) Keefektifan-diri (self-efficacy)

Merujuk ke keyakinan individu bahwa ia mampu menyelesaikan tugas tertentu.

4) Budaya Nasional

(36)

19

penerapan sistem ini. Jarak kekuasaan yang tidak terlalu tinggi membuat karyawan lebih merasa dekat dengan atasannya. Tentu saja hal ini harus didasari bahwa kinerja dianggap penting oleh keduanya. e. Teori Penguatan

Dalam teori penguatan, kita mempunyai pendekatan perilaku (behavioristik), yang berargumen bahwa penguatanlah yang mengkondisikan perilaku. Lebih lanjut dijelaskan bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku.

f.Teori Hanyut (Flow) dan Motivasi Intrinsik

Kegiatan yang dilakukan manusia ketika mereka mencapai perasaan yang tidak dibatasi waktu (timelesness) itu berasal dari proses aktivitas itu sendiri dan bukannya upaya untuk mencapai sasaran. Dengan demikian ketika seseorang mengalami perasaan hanyut (flow), dia benar-benar termotivasi secara intrinsik.

Model Thomas dalam Robbins (2006: 233) mengemukakan bahwa motivasi intrinsik dicapai ketika orang mengalami perasaan-perasaan adanya pilihan, kompetensi, penuh arti dan kemajuan. Dia menetapkan komponen-komponen ini sebagai berikut:

1) Pilihan

(37)

20

2) Kompetensi

Pencapaian yang dirasakan saat melakukan kegiatan pilihan dengan cara yang amat terampil.

3) Penuh arti

Peluang untuk mengejar sasaran tugas yang bernilai, sasaran yang terjadi dalam skema yang lebih besar.

4) Kemajuan

Perasaan membuat langkah maju yang berarti dalam mencapai sasaran tugas.

g. Teori Kesetaran

Menurut Robbins (2006: 234) individu membandingkan masukan dan keluaran pekerjaan mereka dengan masukan/keluaran orang lain dan kemudian berespons untuk menghapuskan setiap ketidaksetaraan. Secara khusus, teori ini menegakkan empat dalil yang berkaitan dengan upah yang tidak setara:

1) Jika upah berdasarkan jam kerja, karyawan yang diganjar terlalu tinggi memberikan hasil lebih banyak daripada karyawan yang dibayar dengan gaji yang rata-rata setara.

(38)

21

3) Jika upah berdasarkan jam kerja, karyawan yang dibayar lebih sedikit akan menghasilkan keluaran (output) dengan kualitas yang kurang atau lebih buruk.

4) Jika upah berdasarkan kuantitas produksi, karyawan dengan gaji kecil menghasilkan banyak satuan dengan kualitas rendah dibandingkan dengan karyawan yang digaji dengan upah rata-rata setara.

h. Teori Pengharapan

Kuatnya kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung pada kekuatan pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh keluaran tertentu dan pada daya tarik keluaran tersebut bagi individu itu. Teori ini memfokuskan pada tiga hubungan yaitu:

1) Hubungan upaya-kerja

Probabilitas yang dipersepsikan oleh individu yang mengeluarkan sejumlah upaya tertentu itu akan mendorong kinerja.

2) Hubungan kinerja-imbalan

Sampai sejauh mana individu itu meyakini bahwa berkinerja pada tingkat tertentu akan mendorong tercapainya output yang diinginkan. 3) Hubungan imbalan-sasaran pribadi

(39)

22

2. Semangat Kerja

Semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Adapun kegairahan kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan. Meskipun semangat kerja tidak mesti disebabkan oleh kegairahan kerja, tetapi kegairahan kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap semangat kerja (Prasetyohadi, 2004). Pada dasarnya semangat kerja adalah suatu keadaan yang mencerminkan kondisi rohaniah/pelaku individu-individu yang menimbulkan suasana yang menyenangkan dan mendorong setiap individu untuk melakukan pekerjaannya dengan lebih baik serta lebih antusias didalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Semangat kerja merupakan dorongan yang berasal dari dalam individu (Prasetyohadi, 2004). Mobley (1999) dalam Sopiah (2008: 140) menyatakan bahwa dari banyak literatur mengindikasikan instrumen penting semangat kerja yaitu: a. Sifat pekerjaan berat dan suasana kerja yang menyenangkan

b. Kesempatan mengembangkan karier

c. Fasilitas dan sarana kerja kurang mendukung

(40)

23

3. Komitmen Organisasi

Mathis dan Jackson (2000) dalam Sopiah (2008: 155) memberikan definisi, ”organizational commitment is the degree to which employees believe in and accept organizational goals and desire to remain with the

organization”. (Komitmen organisasional adalah derajat yang mana karyawan percaya dan menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi).

Komitmen organisasi didefinisikan sebagai keadaan dimana karyawan mengaitkan dirinya ke organisasi tertentu dan sasaran-sasarannya, serta berharap mempertahankan keanggotaan dalam organisasi itu. Sehingga, keterlibatan kerja yang tinggi berarti mengaitkan diri ke pekerjaan khusus seseorang, sedangkan komitmen pada organisasi yang tinggi berarti mengaitkan diri ke organisasi yang mempekerjakannya (Robbins, 2006: 94).

Pengertian komitmen menurut Luthans (1995: 130) dalam Toegijono (2007) adalah:

a. Keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi tertentu b. Kesediaan untuk berusaha meningkatkan kemampuan dan atas nama

organisasi

(41)

24

Komitmen organisasi menurut Gibson et al. (2000) dalam Ismuhadjar (2007) dapat diartikan sebagai identifikasi, loyalitas, dan keterlibatan yang dinyatakan oleh karyawan untuk organisasi atau unit dari suatu organisasi. Komitmen untuk organisasi mencakup tiga sikap, yaitu:

a. Identik dengan tujuan-tujuan organisasi

b. Suatu perasaan keterlibatan dalam tugas-tugas organisasi c. Suatu perasaan loyalitas untuk organisasi.

Mowday et al. (1982) dalam Irianto (2006) mendefinisikan komitmen organisasional sebagai derajat seberapa jauh karyawan mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi dan keterlibatannya dalam organisasi tertentu. Dengan kata lain komitmen organisasional merupakan sikap mengenai loyalitas karyawan terhadap organisasi dan merupakan proses yang berkelanjutan dari anggota organisasi untuk mengungkapkan perhatiannya pada organisasi dan hal tersebut berlanjut pada kesuksesan dan kesejahteraan (Luthan, 1995) dalam Toegijono (2007). Sedangkan Mobley et al. (1979) dalam Irianto (2006), mendefinisikan komitmen organisasional sebagai tingkat kekerapan identifikasi dan tingkat keterikatan individu pada organisasi tertentu yang dicerminkan dengan karakteristik:

a. Adanya keyakinan yang kuat dan penerimaan atas nilai dan tujuan organisasi

(42)

25

Spector (1997) dalam Sopiah (2008: 157) menyebutkan dua perbedaan konsepsi tentang komitmen organisasional, yaitu sebagai berikut:

a. Pendekatan pertukaran (exchange approach)

Komitmen pada organisasi sangat ditentukan oleh pertukaran kontribusi yang dapat diberikan perusahaan terhadap anggota dan anggota terhadap organisasi, sehingga semakin besar kesesuaian pertukaran yang didasari pandangan anggota maka semakin besar pula komitmen mereka pada organisasi.

b. Pendekatan psikologis

Pendekatan ini lebih menekankan orientasi yang bersifat aktif dan positif dari anggota taerhadap organisasi, yakni sikap atau pandangan terhadap organisasi tempat kerja yang akan menghubungkan dan mengaitkan keadaan seseorang dengan organisasi.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasional adalah suatu ikatan psikologis karyawan pada organisasi yang ditandai dengan adanya:

a. Kepercayaan dan penerimaan yang kuat atas tujuan dan nilai-nilai organisasi

b. Kemauan untuk mengusahakan tercapainya kepentingan organisasi c. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan kedudukan sebagai anggota

(43)

26

Meyer, Allen, dan Smith dalam Spector (1998) dalam Sopiah (2008: 160) mengemukakan bahwa ada tiga komponen komitmen organisasional, yaitu:

1. Affective commitment, terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional.

2. Continuance commitment, muncul apabila karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan-keuntungan lain, atau karena karyawan tersebut tidak menemukan pekerjaan lain. 3. Normative commitment, timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan.

Karyawan bertahan menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya dilakukan.

(44)

Minner (1997) dalam Sopiah (2008, 162) secara rinci menjelaskan proses terjadinya komitmen organisasional, yaitu sebagai berikut:

1. Initial Commitment

Personal

Characteristics - Values

Characteristics of job choice - Volition - Irrevocability - Sacrifice - Insufficient

Level of initial Commitment Organizational Espectation about

job

Gambar 2.1

Initial commitment

(45)

2. Commitment During Early Employment

Initial work experiences - Job

Commitment Commitment during early Employement

28

Gambar 2.2

Commitment During Early Employment

3. Commitment During Later Career

Gambar 2.3

Commitment During Later Career

(46)

29

a. Karakteristik individu

b. Harapan-harapan karyawan pada organisasi c. Karakteristik pekerjaan.

Fase kedua disebut sebagai commitment during early employment. Pada fase ini karyawan sudah bekerja beberapa tahun. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap komitmen karyawan pada organisasi adalah pengalaman kerja yang ia rasakan pada tahap awal dia bekerja, bagaimana pekerjaannya, bagaimana sistem penggajiannya, bagaimana gaya supervisinya, bagaimana hubungan dia dengan teman sejawat atau hubungan dia dengan pimpinannya. Semua faktor ini akan membentuk komitmen awal dan tanggung jawab karyawan pada organisasi yang pada akhirnya akan bermuara pada komitmen karyawan pada awal memasuki dunia kerja.

Tahap yang ketiga yang diberi nama commitment during later career. Faktor yang berpengaruh terhadap komitmen pada fase ini berkaitan dengan investasi, mobilitas kerja, hubungan sosial yang tercipta di organisasi dan pengalaman-pengalaman selama ia bekerja.

(47)

30

a. Faktor personal

Misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, kepribadian, dll.

b. Karakteristik pekerjaan

Misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan, konflik peran dalam pekerjaan, tingkat kesulitan dalam pekerjaan, dll.

c. Karakteristik struktur

Misalnya besar/kecilnya organisasi, bentuk organisasi seperti sentralisasi atau desentralisasi, kehadiran serikat pekerja dan tingkat pengendalian yang dilakukan organisasi terhadap karyawan.

d. Pengalaman kerja

Pengalaman kerja sangat berpengaruh terhadap tingkat komitmen karyawan pada organisasi. Karyawan yang baru beberapa tahun bekerja dan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja dalam organisasi tentu memiliki tingkat komitmen yang berlainan.

4. Kinerja Karyawan

(48)

31

(2005), kinerja didefinisikan sebagai pencapaian tugas atau tujuan. Kinerja merupakan fungsi dari usaha (Effort) dan kecakapan (Competence). Menurut Gomes (2000: 142) dalam Facharunnisa (2004) mengemukakan bahwa tipe kriteria kinerja karyawan sebagai berikut:

a. Quantity of work, yaitu jumlah hasil kerja yang didapat dalam suatu periode waktu yang ditentukan

b. Quality of work, yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dari kesiapannya

c. Job knowledge, luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya

d. Creativeness, yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan yang timbul

e. Cooperative, yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain

f. Dependability, yaitu kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja

g. Initiative, yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya

h. Personal qualities, yaitu kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal keramahtamahan.

(49)

32

mereka dan penilaian menyediakan kesempatan untuk memberikan kompensasi kepada karyawan. Jika kinerja tidak sesuai dengan standar, maka penilaian memberikan kesempatan untuk meninjau kemajuan karyawan dan menyusun rencana peningkatan kinerja.

Penilaian kinerja merupakan upaya membandingkan prestasi aktual karyawan dengan prestasi kerja dengan apa yang diharapkan darinya (Dessler, 1997) dalam Kristanti (2006). Menurut Gibson (1996) dalam Fachrunnisa (2004), kinerja ditentukan oleh faktor motivasi dan kemampuan, disamping itu ada variabel lain yang mempengaruhi meliputi usaha, kemampuan, pengalaman, naluri, dan tingkat aspirasi, juga faktor pribadi seperti usia, pendidikan, dan latar belakang keluarga. Menurut Bernadin dan Russel (1998) dalam Ismuhadjar (2007) penilaian kinerja telah menjadi sebuah alat peningkatan organisasi, untuk mengukur kinerja karyawan, membuat kecukupan waktu, pengambilan keputusan yang akurat, dan meningkatkan jasa dan mutu produk perusahaan.

Menurut Scholtes (2001) dalam Irianto (2006) karakteristik dari penilaian kinerja meliputi:

a. Fokus pada individual

b. Ada harapan dan standar dari kinerja

(50)

33

d. Penilai biasanya seseorang yang memiliki wewenang manajemen lini atas seorang penilai

e. Sisi penilaian memberikan kesimpulan tertulis berkenaan dengan kinerja seseorang yang direview

f. Konsekuensi dari penilaian bahwa organisasi secara langsung menetapkan kompensasi berdasarkan kinerja (pay for performance) dan banyak perusahaan menggunakan appraisal sebagai dasar untuk mempromosikan karyawan.

5. Kepuasan Kerja

Menurut Lock (Luthans, 1995) dalam Sopiah (2008: 170) mengemukakan: “job satisfaction is a pleasurable or positive emotional state resulting from the appraisal of one’s job or job experience.”

(Kepuasan kerja merupakan suatu ungkapan emosional yang bersifat positif atau menyenangkan sebagai hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau pengalaman kerja).

(51)

34

Handoko (1995: 193) dalam Pradiatiningtyas (2007) mengatakan: “kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana karyawan memandang pekerjaan mereka.

Menurut Porter (Luthans, 1995) dalam Sihombing (2007) menambahkan, “job satisfaction is difference between how much of something there should be and how much there is now.” (Kepuasan kerja adalah perbedaan antara seberapa banyak sesuatu yang seharusnya diterima dengan seberapa banyak sesuatu yang sebenarnya dia terima).

Luthans (1995) dalam Sopiah (2008: 170) menyatakan bahwa enam faktor utama yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja yaitu:

a. Pekerjaan itu sendiri (work itself)

Robbins (2006: 149) menyatakan bahwa: “karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan yang memberi mereka kesempatan menggunakan ketrampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan beragam tugas.” b. Gaji

(52)

35

c. Promosi

Nitisemito (1996: 81) menginginkan bahwa promosi adalah proses pemindahan karyawan dari satu jabatan ke jabatan yang lain yang lebih tinggi. Robbins (2006: 150), “karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktek promosi yang adil. Individu yang mempersiapkan bahwa keputusan promosi dibuat dengan cara yang adil, akan merasakan kepuasan dengan pekerjaan mereka.

d. Pengawasan

Menurut Siagian (1995: 34) dalam Sihombing (2007) beberapa pedoman yang perlu diperhatikan antara lain adalah objektivitas dalam melakukan pengawasan. Pengawasan hanya dapat dipertahankan, bila standar prosedur kerja dan kriteria yang jelas diketahui oleh yang diawasi dan yang mengawasi.

e. Kelompok kerja

(53)

36

a. Discrepancy Theory

Teori ini dikembangkan oleh Porter (1961) yang menjelaskan bahwa kepuasan kerja merupakan selisih atau perbandingan antara harapan dengan kenyataan. Locke, 1969 (dalam Gibson, 1996), menambahkan bahwa seorang karyawan akan merasa puas bila kondisi yang aktual (sesungguhnya) sesuai dengan harapan atau yang diinginkannya. Semakin sesuai antara harapan seseorang dengan kenyataan yang ia hadapi maka orang tersebut akan semakin puas.

b. Equity Theory

Teori ini dikemukakan oleh Adam (1963) dalam Gibson (1996) yang mengatakan bahwa karyawan atau individu akan merasa puas terhadap aspek-aspek khusus dari pekerjaan mereka. Aspek-aspek pekerjaan yang dimaksud, misalnya gaji/upah, rekan kerja dan supervisi. Individu atau karyawan akan merasa puas bila jumlah aspek yang sebenarnya atau sesungguhnya dia terima sesuai dengan yang seharusnya dia terima.

c. Opponent-Process Theory

(54)

37

orang tersebut terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi. Bila situasi dan kondisi yang dihadapi dapat memberikan keseimbangan emosional maka orang tersebut akan merasa puas. sebaliknya bila situasi dan kondisi yang dihadapi menimbulkan ketidakstabilan emosi maka orang tersebut akan merasa tidak puas.

d. Teori Dua Faktor dari Herzberg

Frederick Herzberg mengembangkan teori dua faktor (dalam Gibson, 1996). Teori ini memandang kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator intrinsic dan bahwa ketidakpuasan kerja berasal dari ketidak-adaan faktor-faktor ekstrinsik. Kesimpulan hasil penelitian Herzberg adalah sebagai berikut:

1) Ada sekelompok kondisi ekstrinsik (konteks pekerjaan) meliputi: gaji atau upah, keamanan kerja, kondisi pekerjaan, status, kebijakan organisasi, supervisi dan hubungan interpersonal. Apabila faktor ini tidak ada maka karyawan akan merasa tidak puas.

(55)

B. Kerangka Pemikiran

Gambar berikut ini menunjukkan kerangka pemikiran dalam model penelitian mengenai pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan dan kepuasan kerja dengan variabel moderator komitmen.

(X ) Semangat Kerja

(X ) Motivasi

(Y ) Kepuasan

Kerja (Y ) Kinerja Karyawan Akuntansi Komimen Organisasi

(X )

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran

(56)

39

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

Ha : Motivasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan Ha : Motivasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja

Ha3: Semangat kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja

karyawan

Ha4: Semangat kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja

Ha5: Variabel moderator komitmen organisasi dapat meningkatkan pengaruh

motivasi terhadap kinerja karyawan

Ha6: Variabel moderator komitmen organisasi dapat meningkatkan pengaruh

motivasi terhadap kepuasan kerja

Ha7: Variabel moderator komitmen organisasi dapat meningkatkan pengaruh

semangat kerja terhadap kinerja karyawan

Ha8: Variabel moderator komitmen organisasi dapat meningkatkan pengaruh

(57)

40

D. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini diambil referensi dari beberapa penelitian terdahulu yang dipulikasikan melalui jurnal-jurnal penelitian sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

NO PENELITI JUDUL VARIABEL METODOLOGI TEMUAN

1 Purnomowati

(58)

Lanjutan Tabel 2.1

NO PENELITI JUDUL VARIABEL METODOLOGI TEMUAN

dan secara parsial 2. Uji realibilitas dan

uji validitas

instrumen kuesioner 3. Struktural equation

(59)

Lanjutan Tabel 2.1

NO PENELITI JUDUL VARIABEL METODOLOGI TEMUAN

(60)

Lanjutan Tabel 2.1

NO PENELITI JUDUL VARIABEL METODOLOGI

3. Uji asumsi klasik 4 Riady (2009) Meningkatkan

(61)

Lanjutan Tabel 2.1

NO PENELITI JUDUL VARIABEL

(62)

Lanjutan Tabel 2.1

NO PENELITI JUDUL

Commitment

and Job

Satisfaction

VARIABEL METODOLOGI TEMUAN organisasinya pun (sample selection) 2. Modarated model

(63)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini unit analisis yang digunakan adalah karyawan

bagian akuntansi yang bekerja di Perusahaan Manufaktur di Jakarta dan

Bekasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kausalitas, karena

masalah penelitian ini berupa hubungan sebab akibat antara

variabel-variabelnya.

B. Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dengan menggunakan clustered sampling yaitu

pemilihan sampel berdasarkan kelompok. Hal ini dilakukan karena penelitian

dilakukan pada kelompok karyawan bagian akuntansi di perusahaan

manufaktur di Jakarta dan Bekasi.

C. Metode Pengumpulan Data

Penelitian menggunakan data primer dengan menyebarkan kuesioner

kepada responden penelitian yaitu karyawan bagian akuntansi.

D. Metode Analisa

Untuk pengujian dan analisis yang dilakukan, digunakan program

SPSS (Statistical Program for Social Science) for Windows. Dan untuk itu

dilakukan:

(64)

46

1. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan

Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antar skor

masing-masing butir pertanyaan dengan total skor (Ghozali, 2005: 135).

Kriteria valid atau tidak adalah jika korelasi antara skor masing-masing

butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikan

dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid, dan

jika korelasi skor masing-maing butir pertanyaan dengan total skor

mempunyai tingkat signifikan diatas 0,05 maka butir pertanyaan tersebut

tidak valid (Santoso, 2001).

b. Uji Reliabilitas Data

Reabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner

dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Jawaban responden terhadap pertanyaan ini diakatakan reliable

jika masing-masing pertanyaan dijawab secara konsisten atau jawaban

(65)

47

sama. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan

nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 (Nunnanly, 1969 dalam Ghozali, 2005).

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel bebas (Ghozali, 2005: 91). Deteksi terhadap ada tidaknya

multikolonieritas yaitu dengan menganalisis matriks korelasi

variabel-variabel bebas, dapat juga dengan melihat nilai tolerance serta nilai

variance inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0.10 atau

sama dengan VIF > 10. Nilai tolerance = 0.10 sama dengan tingkat

kolonieritas 0.95, dengan kata lain tingkat kolonieritas tidak boleh

melebihi 0.95 atau 95%.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

(66)

48

regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2005: 105).

Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan

melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID

dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu

X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di

studentized, dengan dasar analisis bahwa jika ada pola tertentu yang

teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola

yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada

sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005: 105).

c. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah sebuah

data mengikuti atau mendekati distribusi normal atau layak, yaitu

distribusi data tersebut tidak melenceng kekiri atau kekanan (Santoso,

2000: 35). Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan normal

probability plot, yaitu dengan menggunakan grafik. Apabila titik-titik

berada disekitar garis uji normalitas, maka data tersebut adalah normal.

Sebaliknya jika titik-titik tersebut menjauh dari sekitar garis uji

(67)

49

3. Pengujian Hipotesis

a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Dalam

pengujian hipotesis pertama koefisien determinasi dilihat dari besarnya R

Square (R²) untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas yaitu

motivasi dan semangat kerja menjelaskan variabel dependen yaitu kinerja

karyawan akuntansi dan kepuasan kerja. Nilai R² mempunyai interval

antara 0 sampai 1 (0≤ R²≤1). Jika nilai R² bernilai besar (mendekati 1)

berarti variabel bebas dapat memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen, sedangkan jika R²

bernilai kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan

variabel dependen sangat terbatas (Ghozali, 2005: 83).

Dalam pengujian hipotesis kedua koefisien determinasi dilihat

dari besarnya Adjusted R-Square. Kelemahan mendasar penggunaan R²

adalah bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan kedalam

model. Setiap tambahan satu variabel bebas maka R² pasti meningkat

tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel terikat. tidak seperti R², nilai Adjusted R-Square dapat

naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam

model (Ghozali, 2005: 83). oleh karena itu digunakanlah Adjusted

(68)

50

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F digunakan untuk melihat pengaruh

variabel-variabel independen secara simultan terhadap variabel-variabel dependen. Kriteria

pengambilan keputusan yaitu dengan melihat nilai F hitung lebih besar

dari 4 pada probabilitas α = 0,05, maka variabel independen berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005: 84).

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t- statistik)

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh dari variabel-variabel bebas secara individual dapat

menerangkan variasi variabel dependen. Kriteria yang digunakan dalam

melakukan uji t yaitu jika probabilitas signifikansi dibawah 0,05 maka

variabel bebas secara individual berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen, sehingga hipotesis alternatifnya (Ha) diterima. Sebaliknya jika

probabilitas signifikansi diatas 0,05 maka variabel bebas secara

individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen,

sehingga hipotesis alternatifnya (Ha) ditolak (Ghozali, 2005: 55).

d. Uji Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dua tahap

yaitu:

1) Melihat pengaruh antara motivasi (X ) dan semangat kerja (X )

(69)

51

2) Melihat pengaruh antara motivasi (X ) dan semangat kerja (X )

terhadap kinerja karyawan (Y ) dan kepuasan kerja (Y ) dengan

variabel komitmen organisasi (X ) sebagai variabel moderator.

Pengujian hipotesis untuk menganalisa pengaruh antara motivasi

kerja terhadap kinerja karyawan dan kepuasan kerja dengan variabel

moderator komitmen dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

Y = α + β X + β X + e

Y = α + β X + β X + β X + β x *X + β x *X + e

Y = α + β X + β X + e

Y = α + β X + β X + β X + β X *X + β X *X + e

(Jogiyanto, 2005: 146).

Keterangan:

Y = Kinerja Karyawan

Y = Kepuasan Kerja

α = Konstanta

β = Koefisien Regresi

X = Motivasi

X = Semangat kerja

X = Variabel Moderator Komitmen Karyawan

(70)

52

E. Operasional Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel

yang digunakan dalam penelitian. Ada lima item yang akan diuji dalam

penelitian ini yaitu motivasi dan semangat kerja sebagai variabel independen,

komitmen karyawan sebagai variabel moderating, serta kinerja karyawan dan

kepuasan kerja sebagai variabel dependen.

Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian

VARIABEL INDIKATOR SKALA

Motivasi

Purnomowati

(2006)

• Kerja keras

• Kemampuan mengatasi

rintangan

• Kreatif dan optimis

• Menginginkan persahabatan

yang baik

• Ingin diterima dan disukai

orang lain

• Mengatur orang lain

• Menyukai situasi yang dapat

menaikkan status

• Merasa puas bila

pengaruhnya bertambah

(71)

Lanjutan Tabel 3.1

VARIABEL INDIKATOR SKALA

Semangat Kerja

Prasetyohadi

(2004)

• Suasana kerja yang

menyenangkan

• Kesempatan

• mengembangkan karier

• Fasilitas dan sarana kerja

• Hubungan dengan atasan

dan teman sekerja

• Sikap loyal terhadap

organisasi

• Kesediaan menerima setiap

tugas yang diberikan oleh

organisasi

• Adanya kesamaan pandangan

INTERVAL

(72)

Lanjutan Tabel 3.1

• Perasaan senang telah

memilih organisasi sebagai

tempat kerja saat ini

• Banyak yang dapat diperoleh

yang membawa perubahan

pada diri pekerja selama

mereka bekerja pada

• Penilaian hasil kerja melalui

kecepatan dalam

menyelesaikan pekerjaan

• Penilaian kualitas kerja yang

dicapai berdasarkan

syarat-syarat kesesuaian

• Pengetahuan dan

keterampilan

• Tindakan-tindakan untuk

INTERVAL

(73)

Lanjutan Tabel 3.1

• Kesediaan untuk bekerjasama

• Kesadaran dalam hal

kehadiran

• Kesesuaian antara gaji

dengan tingkat pendidikan

dan tingkat kemampuan

• Kesesuaian antara gaji

dengan tanggungjawab

pekerjaan

• Kebijakan promosi di

perusahaan

• Objektivitas pengawasan

• Kesediaan karyawan untuk

bekerjasama

INTERVAL

(74)

56 • Fasilitas kantor

1. Variabel Independen (X)

a. Variabel motivasi (X )

Penelitian ini menggunakan teori motivasi dari McClelland. Teori

ini berfokus pada 3 jenis motivasi yaitu:

1) Motivasi berprestasi

Adalah persepsi karyawan tentang dorongan untuk melakukan

sesuatu yang lebih baik yang dikerjakan sebelumnya dan berusaha

mengungguli hasil yang dicapai orang lain, serta lebih berorientasi

pada pekerjaan yang dilakukan untuk mencapai sukses.

2) Motivasi berafiliasi

Adalah persepsi karyawan tentang kebutuhan untuk

berinteraksi dengan orang lain.

3) Motivasi akan kekuasaan

Prestise yang ingin dicapai namun bukan menunjukkan pada

perilaku kediktatoran.

Motivasi yang diukur telah dimodifikasi oleh peneliti sesuai

dengan kebutuhan penelitian yang berisi 8 pertanyaan mengenai

pengukuran motivasi kerja yaitu mengenai kerja keras dan tanggung

jawab, kemampuan untuk mengatasi rintangan, kreativitas, hubungan

dengan orang lain, keinginan untuk mengatur dan mengendalikan orang

(75)

57

menggunakan skala 1 sampai dengan 5 yaitu: (1) Sangat Tidak setuju, (2)

Tidak Setuju, (3) Kurang Setuju, (4) Setuju, (5) Sangat Setuju.

b. Variabel Semangat Kerja (X )

Adalah suatu keadaan yang mencerminkan kondisi

rohaniah/pelaku individu-individu yang menimbulkan suasana yang

menyenangkan dan mendorong setiap individu untuk melakukan

pekerjaannya dengan lebih baik serta lebih antusias didalam mencapai

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Semangat kerja diukur dengan

menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti yang berisi 8

pertanyaan pengukuran semangat kerja yaitu mengenai sifat pekerjaan

yang berat, Suasana kerja yang menyenangkan, kesempatan

mengembangkan karier, Fasilitas dan sarana kerja, hubungan dengan

pimpinan dan teman sekerja. Instrumen diukur dengan menggunakan

Likert Scale dengan menggunakan skala 1 sampai dengan 5 yaitu: (1)

Sangat Tidak setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Kurang Setuju, (4) Setuju, (5)

Sangat Setuju.

2. Variabel Moderator (X )

Adalah komitmen karyawan yakni persepsi karyawan tentang

keinginan untuk keterlibatan dalam organisasi dan seberapa kuat keterikatan

emosional karyawan pada perusahaan yang diukur berdasarkan

organizational commitment questionnaires dari Bearden, Netemeyer dan

Gambar

Gambar 2.1 Initial commitment
Gambar 2.2 Commitment During Early Employment
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sebagai Kota yang dikenal sejuk , Kota Salatiga mengandalkan potensi wisata kuliner sebagai daya tarik wisatawan dengan icon wedang ronde/ronde sekoteng sebagai icon kuliner

Ideologi kesusastraan yang muncul dalam sastra Jepang, contohnya mono no aware, yugen, dan sui tetap hidup bersama dengan berkembangnya ideologi baru lainnya yang ada

Yang dimaksud dengan &#34;urusan wajib yang disusun dan diterapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan&#34; adalah urusan wajib sebagaimana diatur dalam Pasal 13

melalui pengembangan dapat memperkenalkan produk baru pengembangan berbasis dan mempengaruhi tingkat penjualan dan pendapatan desa Sidoharjo.karena itu untuk

untuk analisis data tidak tersedia, atau tersedia dalam jangka waktu yang

Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan yang mempengaruhi wisatawan lebih berkunjung ke Desa Wisata Wangunharja dibandingkan dengan Desa Wisata Sari Bunihayu diperlukan Uji

Di pihak lain, Knight Templar sendiri memiliki hu- bungan sejarah yang sangat dekat de- ngan kelompok Priory of Sion, kelom- pok yang disebut-sebut dalam novel